FAKTOR DOMINAN YANG MENENTUKAN PILIHAN POLITIK … · MASYARAKAT DESA MASIN DALAM PEMILIHAN BUPATI...
Transcript of FAKTOR DOMINAN YANG MENENTUKAN PILIHAN POLITIK … · MASYARAKAT DESA MASIN DALAM PEMILIHAN BUPATI...
i
i
FAKTOR DOMINAN YANG MENENTUKAN PILIHAN POLITIK MASYARAKAT DESA MASIN DALAM PEMILIHAN
BUPATI BATANG TAHUN 2017
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Program Studi Ilmu Politik
Oleh
Keli Rizkiantomo
NIM. 3312412084
JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
i
ii
ii
iii
iii
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar – benar
hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya orang lain, baik sebgaian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, September 2017
Penulis
Keli Rizkiantomo
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
� Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka
terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja.
Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. (Ernest Newman)
� Tugas kita bukanlan untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, Karena di
dalam mencoba itulah kita menemukan dan Membangun kesempatan untuk
berhasil. (Mario Teguh)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak Siswadi dan Ibu Winasih Setiawati,,
yang selalu memberikan dukungan moril
maupun materil.
2. Kakak Tercinta Rizky Prikartomo yang selalu
memberikan semangat dan keceriaan.
3. Dosen – Dosen Jurusan Pkn yang telah
memberikan ilmunya kepada saya.
4. Sahabat dan Teman seperjuanganku Ilmu
Politik Angkatan 2012.
5. Almamaterku
v
vi
SARI
Rizkiantomo, Keli. Faktor Dominan Yang Menentukan Pilihan Politik Masyarakat Desa Masin Dalam Pemilihan Bupati Batang Tahun 2017. Skripsi, Jurusan Politik dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Dosen
Pembimbing Moh. Aris Munandar, S.Sos, MM, M.Si dan Drs Ngabiyanto, M.Si.
Kata kunci: Pemilu ,Perilaku Pemilih, Pilkada
Kesadaran politik masyarakat menjadi sangat penting karena hal ini
merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas partisipasi masyarakat
dalam pembangunan. Menurut (Abdullah, 2011:53) satu-satunya hak politik yang
masih dimiliki rakyat adalah hak memberikan suara pada saat pemilu
berlangsung, sesudah itu semua hak politik yang dimiliki rakyat beralih kepada
partai politik sehingga rakyat tidak memiliki apa-apa lagi, bahkan sudah
dilupakan sama sekali. Terbentuknya kesadaran politik dalam masyarakat pada
hakekatnya dikarenakan setiap individu dalam masyarakat mengalami sosialisasi
politk dan selanjutnya individu akan mendapatkan suatu keyakinan, perasaan dan
komponen nilai terhadap pemerintahan dan kehidupan politk, melalui berbagai
sarana sosialisasi politik yang ada misalnya: keluarga, sekolah, kelompok
pergaulan, pekerjaan, kontak politik langsung, media massa dan sebagainya.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diteliti (1) Apa
Orientasi pemilih Masyarakat Desa Masin Dalam Menentukan Pilihan Politiknya?
(2) Apa faktor dominan yang menyebabkan Masyarakat Kelurahan Masin
Menentukan Pilihan Politiknya dalam Pemilihan Bupati Batang Tahun 2017 di
Kabupaten Batang?.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara dan teknik dokumen. Lokasi penelitian adalah
Kabupaten Batang. Fokus penelitianya adalah Faktor Dominan Yang
mempengaruhi Masyarakat Kelurahan Masin dalam Menentukan Pilihan yang
meliputi Pendekatan Sosisologis Para Pemilih, Pendekatan Psikologis Para Pemilih, Pendekatan Rasional Pemilih, Pendekatan Marketing. Informan dalam
penelitian ini adalah masyarakat kelurahan masin. Teknik pemeriksaan keabsahan
data menggunakan teknik triangulasi sumber. Analisis data menggunakan analisis
kualitatif Miles dan Huberman.
Dari hasil temuan di lapangan dan proses wawancara membuktikan bahwa
masyarakat mengikuti pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Batang dan
memilih kandidat dikarenakan ajakan dari keluarga, hubungan kekerabatan,
kesamaan sekolah, pekerjaan, lingkungan bergaul dan organisasi keagamaan yang
mana hal tersebut merupakan hasil dari karakteristik sosial dimana mereka berada.
Kurang adanya kesadaran pribadi dari mereka dikarenakan kurang percayanya
mereka terhadap pemerintahan sehingga mereka untuk ikut memilih berdasarkan
alasan-alasan di atas. Telah dikemukakan bahwa subkultural tertentu memiliki
kognisi sosial tertentu yang pada yang akhirnya bermuara pada perilaku tertentu.
Mereka dipengaruhi oleh kelompok – kelompok referensi yang sama. Karena itu,
vi
vii
mereka memiliki kepercayaan, nilai dan harapan yang juga relatif sama, termasuk
dalam kaitanya dengan preferensi pilihan politik.
Mengacu dari hasil penelitian tersebut, Berdasarkan keseluruhan analisis
yang telah penulis lakukan, maka faktor yang paling dominan adalah Bahwa
sebenernya masyarakat lebih kepada dorongan keluarga dalam menentukan
pilihanya. Hal ini bahwa Pengaruh terbesar bagi pemilih adalah keluarga paling
dominan untuk mempengaruhi anggota keluarganya untuk memilih salah satu
kandidat pada waktu pilkada berlangsung.
vii
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“FAKTOR YANG MENYEBABKAN MASYARAKAT MENENTUKAN
PILIHAN POLITIK DALAM PEMILIHAN BUPATI BATANG TAHUN
2017”. Selama menyusun Skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan,
kerjasama dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Tijan, M.Si, Ketua Jurusan PKn Universitas Negeri Semarang.
4. Moh. Aris Munandar, S.Sos MM, Dosen Pembimbing I dan Dosen
Wali yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan
saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs Ngabiyanto, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan saran dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pkn yang telah memberikan Ilmunya
selama masa studi kepada penulis.
viii
ix
7. Seluruh Staf dan Karyawan Jurusan Pkn, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang.
8. Bapak Cipto Hartono Kepala KPU Kabupaten Batang yang telah
berkenan menjadi informan dalam penelitian ini.
9. Bapak Hananto KPPS yang telah berkenan menjadi informan dalam
penelitian ini.
10. Bapak Siswadi dan Ibu Winasih Setiawati, yang selalu memberikan
motivasi, insipirasi doa dan segalanya.
11. Kakak saya, Rizky Prikartomo yang selalu mendukung untuk
menyelesaikan skripsi saya.
12. Sahabat dan teman-teman Progam Studi Ilmu Politik Angkatan 2012.
13. Seluruh pihak dan instansi yang telah mendukung terselesaikanya
Penulisan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Tidak ada sesuatu apapun yang dapat diberikan penulis, hanya ucapan
terima kasih dan untaian doa semoga Allah SWT memberikan imbalan atas
kebaikan yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Semarang, 2017
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... v
SARI ....................................................................................................... vi
PRAKATA ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .............................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ..................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ................................................... 11
E. Batasan Istilah ........................................................ 12
BAB II LANDASAN TEORI .................................................... 14
A. Pilihan Politik ......................................................... 14
1. Perilaku Politik ................................................ 14
2. Orientasi Pemilih ............................................. 18
3. Jenis – jenis Pemilih ....................................... 19
4. Faktor Analisis Hubungan Pemilih Dengan Kandidat
Dalam Pilkada ................................................... 23
5. Partai Politik Dalam Pilkada ........................... 27
B. Pemilih Kepala Daerah .......................................... 29
1. Pengertin Pemilih Kepala Daerah ................... 29
2. Urgensi Pemilihan Kepal Daerah Langsung ..... 30
C. Kerangka Berpikir .................................................. 33
x
xi
BAB III METODE PENELITIAN .............................................. 36
A. Latar Penelitian ...................................................... 36
B. Fokus Penelitian ..................................................... 37
C. Sumber Data ........................................................... 37
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ...................... 39
E. Uji Validitas Data .................................................... 40
F. Teknik Analisis Data .............................................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................... 44
A. Hasil Penelitian ....................................................... 44
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ............... 44
2. Gambaran Pilkada Tahun 2017 di Kabupten Batang
.......................................................................... 47
3. Alasan Masyarakat Kelurahan Masin
Menentukan Hak Pilih Politiknya Dalam
Pemilihan Bupati Batang Tahun 2017 ............ 56
4. Faktor Dominan yang Menyebabkan Masyarakat
Kelurahan Masin Menentukan Pilihan Politiknya
Dalam Pemilihan Bupati Batang Tahun 2017 ... 70
B. Pembahasan ............................................................ 74
BAB V PENUTUP ...................................................................... 83
A. Simpulan ................................................................. 83
B. Saran ....................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 85
LAMPIRAN .......................................................................................... 89
xi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Informan Premier .................................................... 32
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Usia ....................................... 38
Tabel 3 Tingkat Pendidikan ............................................................ 39
Tabel 4 Mata Pencaharian ................................................................. 56
Tabel 5 Daftar Nama-Nama Partai Politik di Kabupaten Batang ... 48
Tabel 6 Daftar Partai Politik Pengusung Calon Bupati Batang ......... 49
Tabel 7 Perolehan Suara .................................................................... 50
xii
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Pembagian Jenis Pemilih ................................................... 14
Bagan 2 Konfigurasi Pemilih ........................................................... 18
Bagan 3 Kerangka Berpikir .............................................................. 33
Bagan 4 Skema Analisis Data ............................................................ 37
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Keadaan Geografis Kelurahan Masin ............................. 37
Gambar 2. Kampanye Pasangan Wihaji - Suyono .......................... 62
Gambar 3. Apresiasi Wihaji Terhadap Masyarakat Batang ............ 65
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1 SK Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Instrumen Penelitian
Lampiran 3 Instrumen Penelitian
Lampiran 5 Pedoman Wawancara Ketua KPUD Kabupaten Batang
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Ketua KPPS
Lampiran 7 Pedoman Wawancara Anggota KPPS
Lampiran 8 Pedoman Wawanacara Anggota KPPS
Lampiran 9 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang
Lampiran 10 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang
Lampiran 11 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang
Lampiran 12 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang
Lampiran 13 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang
Lampiran 14 Hasil Wawanacara Masyarakat Kabupaten Batang
xv
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi telah digunakan
disebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan
Republik Indonesia sejak reformasi telah bertekad untuk mewujudkan sistem
politik yang demokratis, dengan cara diadakannya pemilihan langsung yang
melibatkan warga negaranya untuk ikut serta dalam proses pemberian suara.
Pemilihan Presiden, Pemilihan Anggota DPR dan DPRD, Pemilihan Anggota
DPD hingga Pemilihan Kepala Daerah juga di laksanakan dengan cara yang
demokratis. Pemilu yang dilaksanakan di Indonesia dilakukan dengan rentang
waktu lima tahun sekali dan diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU), sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 (ayat 6) Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan
Umum yang menjelaskan bahwa “Pemilu di selenggarakan oleh Komisi
Pemilihan Umum yang bersifat nasional.
Daerah, sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia dalam melakukan pemilihan daerah dan wakil kepala
daerah memiliki sinkron dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, yaitu
pemilihan secara langsung. Menurut (M Ramses dan Bakry, 2009:402)
keberadaan politik lokal ini setidak-tidaknya mempunyai tiga tujuan utama.
2
“Pertama, dalam persepektif elit diharapkan para pemegang mandat
rakyat lebih akuntabel, responsive terhadap tuntutan masyarakat,
pembuatan kebijakan publik, yang transparan serta kualitas pelayanan
publik semakin baik. Kedua, dalam perspektif publik masyarakat lebih
terwakili dalam kepentinganya, ruang partisipasi publik lebih luas,
kemampuan artikulasi rakyat lebih meningkat serta akses publik terhadap
sumber kekayaan negara. Ketiga, dalam perspektif ekonomi, mendorong
kompetisi daya saing daerah guna mengembangkan ekonomi daerah”.
Terkait proses demokratisasi lokal, dalam pilkada para partai politikpun
selalu berusaha untuk menjadi yang terpilih dengan berbagai cara mereka
berkampanye Melalui spanduk, Pamflet, koran, televisi dan berbagai media
massa, menurut (Arifin, 2011: 8) komukasi politik sangat dibutuhkan bagi para
partai politik yang mengusung para calonnya dalam kampanye, mengenai hal
ini komunikasi politik sangat dibutuh bagi para partai politik yang mengusung
kandidatnya untuk memperoleh suara. Komunikasi politik itu sendiri
perdebatan tentang komunikasi mencakup politik dan politik meliputi
komunikasi, lebih jelasnya komunikasi politik merupakan suatu komunikasi
yang diarahkan pada pencapaian suatu komunikasi yang diarahkan pada
pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa sehingga masalah yang yang
dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya
melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga lembaga politik.
Melalui kegiatan komunikasi politik terjadi pengaitan masyarakat sosial dengan
lingkup negara sehingga komunikasi politik sarana untuk pendidikan atau
kesadaran warga negara dalam hubungan kenegaraan.
3
Terdapat berbagai bentuk komunikasi politik yang biasa dilakukan oleh
politikus atau aktivis politik untuk mencapai tujuannya. retorika politik atau
pidato politik sebagai suatu seni berbicara memang memiliki daya persuasi
politik yang sangat tinggi, dengan menggunakan bahasa lisan yang indah
(irama, mimik, dan intonasi suara) seperti halnya para kandidat yang sedang
berkampanye melalui pidatonya ini yang disebut dengan retorika, agitasi politik
adalah suatu upaya untuk menggerakan massa dengan lisan atau tulisan, agitasi
hampir mirip dengan retorika akan tetapi tidak hanya dengan menggukan lisan
melainkan tulisan melalui Baliho. Kegiatan komunikasi politik melalui
periklanan dan public relations saling melengkapi. Iklan politik bukanlah
spiritnya. Akan tetapi merupakan kelengkapannya. Jiwa persoalan adalah
Restyling Of Politics (Corner & Pels, dalam setyono 2008:1). Komunikasi
publik adalah kunci untuk memenangkan kompetisi di dunia politik, dan saat itu
salah satu chanel yang efektif adalah media sosial seperti facebook, twitter
maupun media sosial yang lainnya, dan bentuk startegi yang dirancang yaitu
dengan membuat akun dan halaman untuk pasangan kandidat yang didalamnya
terdapat visi-misi, program kerja, serta jadwal aktifitas, kunjungan maupun
waktu kampanye dari pasangan kandidat hal ini dilakukan karena
Perkembangan media sosial seperti facebook dan twitter serta media online
menjadi perhatian banyak orang, ini adalah alat yang dapat membantu tim
pemenangan untuk mengkomunikasikan, memonitoring dan membuat program
yang bertujuan untuk pemenangan kandidat (Pontoh: 2015).
4
Tokoh – tokoh politik serta kebijakan (politik/publik) harus dipasarkan
menurut gaya yang tak berbeda dengan produk – produk dalam dunia
konsumerisme dan selebritas, singkat cerita beriklanlah seperti menjual
shampo, obat batuk, dan sebagainya. Lalu, dijadikan tokoh – tokoh yang akan
maju menjadi presiden, gubernur, walikota, dan bupati sebagai selebritas.
Di sisi lain tidaklah berarti bahwa sebuah iklan politik harus berjejal
dengan informasi. Bahkan kadangkala sebuah iklan politik cukup berisi satu
informasi menarik dan penting. Yang menjadi kata kunci selanjutnya adalah
contrasting: seberapa tajam informasi yang di berikan yang berguna untuk
menbedakan kandidat tertentu dibanding kompetitornya. (Setyono 2008:2).
Menyajikan informasi saja belum cukup, karena informasi yang disajikan
mestilah sesuatu yang riil, realitas atau bisa dicapai, tidak sekedar membohongi
atau meninabobokan publik. “Informasi” dibalik setiap iklan yang anda bahas.
Kebeabsan informasi membuat beragam media, cetak maupun elektronik,
menjadi sarana efektif untuk berkampanye.
Kesadaran politik masyarakat menjadi sangat penting karena hal ini
merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas partisipasi masyarakat
dalam pembangunan, kesadaran politik yang dimaksudkan sebagai daya
tangkap masyarakat terhadap masalah kenegaraan yang mampu memberikan
dorongan dan motivasi dalam mempertahankan dan mengembangkan negara,
oleh karena itu untuk meningkatkan partisapasi masyarakat dalam
pembangunan. Terlebih dahulu harus mempertinggi tingkat kesadaran politik
5
dalam masyarakat. Pengertian politik yang dimaksud bukan dalam arti sempit
atau politik praktis, melainkan politik dalam arti yang luas yang menyangkut
segala hal kenegaraan yang dirumuskan dalam Pancasila, UUD 1945.
Kesadaran politik masyarakat dalam pilkada dapat dilihat apakah
masyarakat menggunakan hak pilih tersebut atau tidak. Menurut (Abdullah,
2011:53) satu-satunya hak politik yang masih dimiliki rakyat adalah hak
memberikan suara pada saat pemilu berlangsung, sesudah itu semua hak politik
yang dimiliki rakyat beralih kepada partai politik sehingga rakyat tidak
memiliki apa-apa lagi, bahkan sudah dilupakan sama sekali. Terbentuknya
kesadaran politik dalam masyarakat pada hakekatnya dikarenakan setiap
individu dalam masyarakat mengalami sosialisasi politk dan selanjutnya
individu akan mendapatkan suatu keyakinan, perasaan dan komponen nilai
terhadap pemerintahan dan kehidupan politk, melalui berbagai sarana
sosialisasi politik yang ada misalnya: keluarga, sekolah, kelompok pergaulan,
pekerjaan, kontak politik langsung, media massa dan sebagainya.
Pilkada merupakan perwujudan demokrasi yang tampak. Dalam pilkada
dapat terlihat lebih jelas bagaimana bentuk prilaku politik masyarakat,
kebebasan memilih, kebebasan berfikir, kecerdasan politik, independensi
pemerintah, keterlibatan partai politik, media massa dan system politik baik
skala nasional maupun lokal. Sehingga dari indicator-indikator tersebut dapat
dilihat kwalitas demokrasi bangsa terutama dalam pilkada. Pemilu menjadi
persta politik rakyat karena kekuasaan sepenuhnya berada ditangan rakyat,
6
rakyat dapat menentukan pemimpin sesuai dengan keinginan dan harapan yang
diberikan oleh calon kepala daerah. Calon kepala daerah dari petahana yang
telah membuktikan dirinya membangun daerah lebih baik, bekerja keras
memiliki akuntabilitas yang tinggi maka rakyat dengan mudah memberikan
pilihannya dari pada calon lain yang masih memberikan harapan, sebaliknya
petahan yang tidak membawa keberhasilan maka akan dihukum dengan tidak
memilihnya dalam pilkada (Rasaili:2016).
Pilkada Kabupaten Batang diiikuti olehempat pasangan calon diantaranya
pasangan nomor urut pertama H. Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si.
pasangan nomor urut kedua dr. Lafran Pancaputranto, Sp.OG (K) dan H.
Nurhaji Slamet Urip Pasangan nomor urut ketiga A.S Burhan, S.Ag dan Acara
Ariani, S.Psi pasangan nomor urut keempat Akhmad Faizin, ST dan Erna
Yuniwati. Berdasarkan data KPU pada Pilkada Kabupaten Batang Tahun 2017
dimenangkan oleh pasangan H. Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si.
dengan perolehan suara sebanyak 245.330 (56.61%). Selain itu, berdasarkan
data KPU total suara dengan suara sah sebesar 432.490 dan suara tidaksah
13.561 dengan total 445.951 suara. Oleh karena itu, tempat penetlitian skripsi
ini mengambil studi kasus Kelurahan Masin Kecamatan
WarungasemKabuptenBatang. Partisipasi masyarakat pada Pilkada Kabupten
Batangjuga mencapai angka 74,4%.
Pasangan H. Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si. merupakan
pasangan yang memiliki dua partai pengusung. Partai pengusung adalah Golkar
7
- PPP dan didukung Hanura. Beberapa kegiatan selama masa kampanye yang
dilakukan oleh PasanganH. Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Sidapat
dilihat seperti pemasangan spanduk, pamflet, dan baliho dibeberapa tempat
strategis di Kabupaten Batang. Untuk menarik simpati masyarakat Pasangan H.
Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si menyentuh masyarakat dengan
beberapa progam dalam memenuhi tuntutan dan aspirasi masyarakat Kabupaten
Batang. Beberapa progam yang dijanjikan oleh Pasangan H. Wihaji, S.Ag.,
M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si seperti membuat Smart Village (Desa Pintar),
One Village One Product dalam program kerja calon bupati dan wakil bupati
Wihaji dan Suyono ingin membuat setiap desa memiliki sebuah produk
unggulan dalam setiap satu desa Produk, Program 1000 pemuda desa
berwirausaha untuk meningkatkan kinerja para pemuda desa untuk bisa lebih
berkembang dalam hal berwirausaha untuk menjadi pemuda desa lebih
produktif dalam berwirausaha, program 100 investasi baru batang untuk 10.000
lapangan baru merupakan program yang untuk mengurangi jumlah masyarakat
pengangguran dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Batang, program jalan desa mulus, jembatan penghubung halus dan irigasi
terurus merupakan usulan masyakarakat dikarena masih banyak jalan – jalan
didesa yang rusak atau berlubang dan beberapa jembatan yang lama belum
direnovasi kembali dan sistem irigasi bagi sawah – sawah yang masih irigasi
untuk terurus kembali, meningkatkan kembali kapasitas dan kesejahteraan PNS
dan pegawai tetap non PNS atau pegawai tidak tetap yang bertugas diinstasi
8
pemerintahan batang, untuk menyelenggarakan pendidikan menengah
terjangkau, beasiswa untuk mahasiswa dan mengoptimalkan kesejahteraan guru
honorer melalui insensif bulanan, revitalisasi kesejahteraan objek wisata dan
membangun desa baru yang eduktif, berbasis pemberdayaan
masyarakat.Permasalahan lain yang menjadi perhatian Pasangan H. Wihaji,
S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si adalah dengan memperhatikan pelatihan
peningkatan produk dan penyuluhan pertanian, peternakan, perikanan dan
perkebunan serta memberikan subsidi, bantuan sarana dan prasarana.
Revitalisasi fungsi dan peran posyandu, puskemas dan puskemas pembantu,
puskesmas rawat inap, RSUD batang untuk memberikan layanan kesehatan
paripurna kepada masyarakat batang serta pengadaan mobil layanan masyarakat
tiap desa.
Citra suatu partai dibentuk berdasarkan kesan, pemikiran dan pengalaman
yang dialami masyarakat sewaktu melakukan interaksi dengan partai atau
kandidat politik. Pengalaman maupun pemikiran tersebut akan membentuk
sikap atau penilaian terhadap partai atau kandidat politik bersangkutan. Sikap
atau penilaian tersebut akan mempengaruhi minat memilih. Minat memilih akan
mempengaruhi keputusan memilih. Proses keputusan terdiri dari lima tahap
yakni pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
memilih, dan perilaku pasca pemilihan. Proses keputusan memilih dimulai jauh
sebelum pemilihan sesungguhnya dan berkelanjutan dalam waktu yang lama
setelah pemilihan. Partai politik atau kandidat parpol harus memusatkan
9
perhatian pada keseluruhan proses dan bukan hanya pada keputusan memilih
(Rini:2012).
Ada yang menarik dalam Pilkada di Daerah Kabupaten Batang ini Terkait
Dengan Bupati Batang yang Tidak ingin Mencalonkan Kembali Dirinya,
kebanyakan kepala wilayah lain yang begitu berambisi untuk maju ke level
yang lebih tinggi Yoyok Riyo Sudibyo yang saat ini menjabat Bupati Batang
justru sudah sejak lama mengatakan tidak ingin lagi mencalonkan diri. Bahkan
jauh hari sebelum adanya isu akan diusung sebagai calon Wakil Gubernur DKI
Jakarta. Keengganan Yoyok malah membuat ratusan warga Batang menggelar
unjuk rasa. Masyarakat berusaha agar Yoyok tetap memimpin Kabupaten
Batang untuk periode berikutnya.Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo
menyatakan tidak akan mencalonkan diri lagi sebagai bupati di putaran kedua.
Sebab pemimpin jika sudah disumpah jabatan sekali maka hanya berlaku satu
kali pemerintahan. selama memimpin Kabupaten Batang banyak hal yang bisa
diserap, khususnya dalam tugas pemerintahan sehingga merasa takut dan beban
menjadi pemimpin di Kabupaten Batang. Yoyok mengungkapkan, dalam masa
pemerintahan yang tinggal satu tahun lagi, dia mengharapkan dukungan dan
kerjasama dari semua komponen agar ke depan program yang belum terlaksana
dapat dikerjakan dengan baik. Sehingga kami dalam menyelesaikan amanah
menjadi pemimpin Kabupaten Batang bisa berakhir dengan khusnul khatimah,
Dia menyatakan sudah tidak terasa empat tahun dirinya bersama Wabup
Soetadi telah ada di pemerintahan Kabupaten Batang. Hal tersebut menjadi
10
pengalaman yang tidak ternilai harganya karena sudah ikut mendidik dirinya.
Hiruk pikuk dan manis pahit di pemerintahan sudah dirasakan selama empat
tahun ke belakang. Ketika masih menjabat Bupati Batang, Yoyok memang
mengikrarkan hanya akan memimpin sekali masa jabatan dan tidak
mencalonkan diri untuk periode selanjutnya.
Kini Yoyok memegang janjinya tidak lagi mencalonkan diri sebagai
Bupati Batang. Dalam beberapa media massa menyebutkan bahwa mantan
Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo sedang mempersiapkan diri untuk
Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pilihan politik masyarakat dalam BupatiBatang. Penelitian ini
memfokuskan pada pilihan politik warga Kelurahan Masin Kecamatan
Warungasem.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Orientasi pemilih Masyarakat Desa Masin Dalam Menentukan
Pilihan Politiknya?
2. Apa faktor dominanyang menyebabkan Masyarakat Kelurahan Masin
Menentukan Pilihan Politiknya dalam Pemilihan Bupati Batang Tahun
2017?
C. TUJUAN PENELITIAN
11
1. Untuk mengetahui Orientasi pemilih Masyarakat Desa Masin Dalam
Menentukan Pilihan Politiknya.
2. Untuk mengetahui faktor dominan yang menyebabkan Masyarakat
Kelurahan Masin Menentukan Pilihan Politiknya dalam Pemilihan Bupati
Batang Tahun 2017.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
1) Sebagai bahan pengembangan teori tentang faktor yang
menyebabkan masyarakat menentukan pilihan politik dalam
pemilihan Bupati Batang tahun 2017
2) Sebagai sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan tinggi
Universitas Negeri Semarang (UNNES) khususnya mahasiswa Ilmu
Politik dalam proses pemilihan umum.
3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi pada penelitin
berikutnya.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi pemilih
Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu pemilih dalam
memahami proses pemilihan bupati dan wakil bupati selanjutnya
dikabupaten batang.
2) Bagi KPU
12
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan
pemikiran pada lembaga pemerintahan dalam rangka pemilihan
umum.
3) Bagi Universitas
Sebagai Informasi Lembaga pendidikan tinggi Universitas Negeri
Semarang (UNNES) semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi Penelitian Program Studi Ilmu Politik.
E. BATASAN ISTILAH
1. Pilihan Politik
Pilihan politik atau yang dikenal dengan istilah preferensi politk
adalah kecenderungan Individu – individu yang mengambil keputusan
dari sejumlah opsi, berdasarkan transaksi, berupa hadiah atau fasilitas.
(dalam Arifin 2011:224-225). Meskipun simpatian atau anggota dalam
satu partai, ia dapat memilih kandidat lain atau partai lain, berdasarkan
transaksi yang dikenal sebagai aplikasi dari politik uang yang
berlangsung. Tipe ini ternyata sangat banyak di indonesia, bukan saja bisa
terjadi dikalangan orang – orang miskin dan kurang pendidikan, serta
pengangguran, preman, pengamen dan banyak lagi.Dalam penelitian ini
yang akan dibahas adalah pilihan politik warga Kelurahan Masin
Kecamatan Warungasemdalam menentukan pilihannya pada Pemilihan
Bupati Batang Tahun 2017.
13
2. Pemilihan Bupati
Pemilihan Bupati dan wakil Bupatiyang pelakasanaan kedaulatan
rakyat di wilayah kabupaten atau kota untuk memilih Bupati dan Wakil
Bupati dilaksanakan secara langsung. Calon Bupati dan Wakil Bupati
merupakan Calon yang di usulkan oleh Partai Politik, Gabungan Partai
Politik, atau perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi
Pemilihan Umum Pada wilayah tersebut. Dalam penelitian ini yang akan
dibahas adalah Pemilihan Bupati Batang Tahun 2017
3. Masyarakat Kelurahan Masin
Masyarakat kelurahan Masin memiliki hak memilih dan dipilih
dalam pemilihan Bupati Batang. Pada dasarnya setiap Masyarakat
Kabupaten Batang memiliki hak memilih dan hak dipilih (hak pilih).
Tetapi ada batasan perundang-undangan yang mengatur agar hak itu
bernilai seperti maksudnya. Misalnya hak untuk dipilih menjadi Walikota
adalah hak setiap masyarakat Kelurahan Masin, pria maupun wanita, yang
berusia minimal 35 tahun, berpendidikan terendah sekolah menengah
atas/sederajat, tidak pernah dijatuhi hukuman penjara yang sudah
berkekuatan hukum tetap karena pidana dengan ancaman hukuman 5
tahun atau lebih, sehat lahir-batin, dan terdaftar sebagai pemilih.
14
14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Pilihan Politik
a. Perilaku Pemilih
Secara garis besar pemilih diartikan sebagai semua pihak yang
menjadi tujuan utama para konstentan untuk mereka pengaruhi dan
yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya
kepada konstentan bersangkutan (Firmanzah, 2008:87).
Sedangkan menurut (Nora, 2014:174) pemilih menaruh
perhatian yang sangat tinggi atas cara konsestan (partai politik, calon
pemimpin) dalam menawarkan solusi sebuah permasalahan. Semakin
efektif seseorang/suatu kontestan dalam menawarkan solusi yang tepat
untu menjawab permasalahan, semakin tinggi pula prohabilitas untuk
dipilih para pemilih. Agar bisa diterima masyarakat, solusi yang
ditawarkan harus memiliki kekuatan argumentatif dan didukung data-
data akurat.
Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun
masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat
yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian
dimanifestasikan dalam institusi politik seperti partai politik.
Kelompok masyarakat ini adalah para pendukung atau konstituen
suatu partai politik dilingkungan internal dan konstituen pendukung
pesaing-pesaing dilingkungan eksternal (Firmanzah, 2008:86).
15
Internal Eksternal
Sumber: (Firmanzah, 2008:86)
Bagan 1. Pembagian Jenis Pemilih
Menurut (Nursal, 2004:54) ada beberapa pendekatan untuk
melihat perilaku pemilih sebagai berikut.
1) Pendekatan Sosiologis (Madzab Colombia)
Telah dikemukakan bahwa subkultur tertentu
memiliki kognisi sosial tertentu yang pada akhirnya
bermuara pada perilaku tertentu. Kognisi yang sama antar
anggota subkultur terjadi karena sepanjang hidup mereka
dipengaruhi lingkungan fisik dan sosio kultural yang
relatif sama. Mereka dipengaruhi oleh kelompok-
kelompok yang relatif sama. Karena itu, mereka memiliki
kepercayaan, nilai dan harapan yang relatif sama,
termasuk dalam kaitanya preferensi pilihan politik.
Pendekatan sosiologis menjelaskan, karakeristik dan
pengelompokan sosial merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku pemilih dan pemberian suara pada
Non Partisan
Pemilih Konstituen
Partisan
16
hakikatnya adalah pengalaman kelompok (Nimmo, 1993).
Model ini dikenal sebagai model perilaku pemilih madzab
columbia (Asfar, 1993).
2) Pendekatan Psikologis (Madzab Michigan)
Mazhab Michigan menggarisbawahi adanya sikap
politik para pemberi suara yang menetap. Teori ini
dilandasi oelh konsep sikap dan sosialisasi. Sikap
seseorang sangat pengaruhi perilaku politiknya. Sikap itu
terbentuk melalui sosialisasi yang berlangsung lama,
bahkan bisa jadi sejak calon pemilih masih berusia dini.
Pada usia dini seorang calon pemilih telah menerima
“pengaruh” politik dari orang tuanya, baik komunikasi
langsung maupun pandangan politik yang diekspresikan
orang tuanya. Sikap tersebut menjadi lebih mantap ketika
menghadapi pengaruh berbagai kelompok acua seperti
kelompok pekerjaa, kelompok pengajian dan sebagainya.
Proses panjang sosialisasi politik atau organisasi
kemasyarakatan lainya. Ikatan seperti inilah yang disebut
sebagai identifikasi partai, sebuah variabel untuk
menjelaskan pemilih berdasarkan madzab michigan.
17
3) Pendekatan Rasional
Pada kenyataanya sebagian pemilih mengubah
pilihan politiknya dari suatu pemilu ke pemilu lainya.
Peristiwa-peristiwa politik tertentu bisa saja mengubah
preferensu pilihan politik seseorang. Komunikasi politik
dengan substansi dan strategi yang tepat mungkin saja
mempengaruhi pilihan seseorang. Dengan kata lain,
perilaku pemilih bukan hanya ditentukan oleh faktor
karakeristik sosial dan identifikasi partai.
4) Pendekatan Domain Kognitif
Menurut model ini, perilaku pemilih ditentukan oleh
tujuh domain kognitif yang berbeda dan terpisah, sebagai
berikut:
a) Isu dan kebijakan politik (Issues dan Policies)
b) Citra sosial (Social Imagery)
c) Perasaan Emosional (Emotional Feelings)
d) Citra Kandidat (Candidate Personality)
e) Peristiwa Mutakhir (Current Events)
f) Peristiwa Personal (Personal Events)
g) Faktor-Faktor Epistemik (Epistemic Issues)
18
b. Orientasi Pemilih
Firmanzah, 2008: 99 membagi orientasi pemilih menjadi dua hal
yang bisa dijadikan ukuran mengenai cara memilih dalam menilai
kedekatanya dengan partai politik atau seorang konstentan. Kedua hal
tersebut yaitu:
1) Kesamaan mengenai cara pemecahan masalah (policy problem
solving).
Pemilih menaruh perhatian yang sangat tinggi atas cara
kontestan (partai politik atau calon pemimpin) dalam
menawarkan solusi sebuah permasalahan. Semakin efektif
seseorang/suatu konstentan dalam menawarkan solusi yang tepat
untuk menjawab permasalahan, semakin tinggi pula probabilitas
untuk dipilih oleh para pemilih. Para pemilih memiliki
kecenderungan untuk tidak memilih partai politik atau calon
pemimpin yang kurang mampu menawarkan progam kerja dan
hanya mengandalkan spekulasi serta jargon-jargon politik.
2) Kesamaan dalam paham serta nilai dasar ideologi (ideology)
Struktur ideologi pemilih sangat menentukan partai apa dan
kandidat seperti apa yang menurut mereja akan menyuarakan
suara mereka. Pemilih memiliki kecenderungan untuk memilih
partai atau kandidat yang memiliki kesamaan ideologi dengan
19
mereka daripada partai politik atau kandidat yang memiliki
ideologi yang berbeda. Terdapat beberapa hal yang digunakan
partai politik atau kandidat dalam hal ini. Pertama, partai politik
atau kandidat berusaha menarik masyarakat yang memiliki
kesamaan ideologi dengan mereka. Kedua, partai politik atau
kandidat berusaha memperkenalkan dan meyakinkan kepada
kelompok-kelompok masyarakat yang tidak memiliki kesamaan
ideologi dengan mereka.
c. Jenis-Jenis Pemilih
Firmanzah,2008:119 menggunakan kedua orientasi
pemilih tersebut untuk mengasumsikan penggunaanya oleh
pemilih untuk menentukan pilihanya. Orientasi pemilih pada
policy-problemsolving berkisar antara rendah (low) dan tinggi
(high). Hal yang sama juga terdapat pada orientasi pemilih pada
ideology, yakni berkisar dari intensitas rendah (low) dan tinggi
(high). Konfigurasi dari kedua faktor tersebut dapat dilihat
dalam bagan berikut.
20
Tinggi Pemilih Rasional Pemilih Kritis
Orientasi policy-problemsolving
Rendah Pemilih Skeptis Pemilih
Tradisonal
Sumber : Firmanzah, (2008:119)
Bagan 2. Konfigurasi Pemilih
Berdasarkan konfigurasi pemilih tersebut terdapat empat jenis
pemilih, yaitu:
1) Pemilih Rasional
Pemilih Rasional, ini memiliki orientasi yang tinggi
terhadap policy-Problem-Solving dan berorientasi rendah
untuk faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih
mengutamakan kemampuan partai politik atau calon
peserta pemilu dengan program kerjanya, mereka melihat
program kerja tersebut melalui kinerja partai atau
kontestan dimasa lampau, dan tawaran program yang
ditawarkan sang calon atau partai politik dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang
terjadi.
2) Pemilih Kritis
Pemilih Kritis, Proses untuk menjadi jenis pemilih
ini bisa terjadi melalui 2 hal yaitu pertama, jenis pemilih
21
ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk
menentukan kepada partai atau kontestan pemilu mana
mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan
mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah
dilakukan. Kedua,bisa juga terjadi sebaliknya di mana
pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang
ditawarkan sebuah paartai/kontestan baru kemudian
mencoba mamahami nilai-nilai dan faham yang
melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih
jenis ini adalah pemilih yang kritis, artinya mereka akan
selalu menganalisis kaitan antara sistem partai ideology
dengan kebijakan yang dibuat.
3) Pemilih Tradisional
Pemilih Tradisional, Pemilih jenis ini memiliki
orientasi ideology yang sangat tinggi dan tidak terlalu
melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan
sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan
keputusan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan
kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham dan
agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik
atau kontestan pemilu. Kebijakan seperti yang
berhubungan dengan masalah ekonomi, kesejahteraan,
22
pendidikan dll, dianggap sebagai prioritas kedua. Pemilih
jenis ini sangat mudah dimobilisasi selama masa
kampanye, pemilih jenis ini memiliki loyalitas yang sangat
tinggi. Mereka menganggap apa saja yang dikatakan oleh
seorang kontestan pemilu atau partai politik yang
merupakan suatu kebenaran yang tidak bisa ditawar lagi.
4) Pemilih Skeptis
Pemilih Sekpsis,Pemilih jenis ini tidak memiliki
orientasi ideology yang cukup tinggi dengan sebuah partai
politik atau kontestan pemilu, pemilih ini juga tidak
menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatu hal penting.
Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu, biasanya
mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka
berkeyakinan bahwa siapapun yang menjadi pemenang
dalam pemilu, hasilnya sama saja, tidak ada perubahan
yang berarti yang dapat terbagi bagi kondisi
Daerah/Negara.
23
Sedangkan menurut (Nimmo dalam Nora, 2014:174)
mengemukakan empat tipe dalam pemberian suara dalam pemilihan
umum, yaitu :
1) Tipe Rasional
Pemberi suara yang rasional, yang sesungguhnya
merupakan aksional diri, yaitu sikap yang instrinsic pada
setiap karakter personal pemberi suara turut memutuskan
pemberian suara kepada kebanyakan warga negara.
2) Tipe Reaktif
Pemberi suara memiliki ketertarikan emosional dengan
partai politik.
3) Tipe Responsif
Pemberi suara yang mudah berubah dengan mengikuti
waktu peristiwa politik dan kondisi-kondisi sesaat.
4) Tipe Aktif
Pemberi suara terlibat aktif dalam menginterprestasikan
peristiwa, isu, partai dan personalitas dengan menetapkan
dan menyusun maupun menerima serangkaian pilihan
yang diberikan.
d. Faktor Analisis Hubungan Pemilih dengan Kandidat dalam
Pilkada
Memilih kandidat dalam pilkada, peranan individu mempunyai
pengaruh kuat. Berkaitan dengan keputusan memilih, antropolog
24
James Spradley (dalam Nora, 2014:181) menjelaskan bahwa setiap
individu dalam memutuskan sesuatu, pada umumnya dimulai dari
kognitif seseorang. Kognitif, menurut Spradlley, adalah apa yang
tertanam dalam benak seseorang. Yakni sesuatu yang dipercayai dan
diterima sebagai sesuatu yang benar oleh seseorang atau komunitas
tertentu atau masyarakat dalam budaya tertentu.
Sedangkan menurut (Nursal, 2004:70) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku pemilih sebagai berikut:
1) Social Imagery atau Citra Sosial (Pengelompokan Sosial)
Social imagery dalam pikiran pemilih mengenai “berada”
di dalam kelompok sosial mana atau tergolong sebagai apa
sebuah partai atau kandidat politik. Social imagery dapat
terjadi didasarkan banyak faktor, antara lain:
a) Demografi
a. Usia
b. Gender
c. Agama
b) Sosio Ekonomi
a. Pekerjan
b. Pendapatan
c) Kultural dan Etnik
a. Kultural
b. Etnik
25
d) Politis-Ideologi
2) Identifikasi Partai
Identifikasi partai yakni proses panjang sosialisasi
kemudian membentuk ikatan yang kuat dengan partai
politik atau organisasi kemasyarakatan yang lainya.
Dengan mengidentifikasi partai, seolah-olah semua
pemilih relatif mempunyai pilihan tetap. Dari pemilu ke
pemilu, seseorang selalu memilih partai atau kandidat
yang sama.
3) Emotional Feeling (Perasaan Emosional)
Emotional Feeling adalah dimensi emosional yang
terpancar dari sebuah kontestan atau kandidat yang
ditujukan oleh policy politik yang ditawarkan.
4) Candidate Personality (Citra Kandidat)
Candidate Personality mengacu pada sifat-sifat pribadi
yang penting yang dianggap sebagai karakter kandidat.
Beberapa sifat yang merupakan Candidate Personality
adalah artikulatif, welas asih, stabil, energik, jujur, tegar
dan sebagainya.
5) Issues dan Policies (Isu dan Kebijakan Politik)
Komponen Issues dan Policies mempresentasikan
kebijakan atau progam yang dijanjikan oleh partai atau
kandidat politik jika menang pemilu. Platform dasar yang
26
sering ditawarkan oleh kontestan pemilu kepada pemilih
adalah kebijakan ekonomi, kebijakan luar negeri,
kebijakan dalam negeri, kebijakan sosial, kebijakan politik
dan keamanan, kebijakan hukum, dan karakeristik
kepemimpina.
6) Currents Events (Peristiwa Mutakhir)
Currents events mengacu pada himpunan peristiwa, isu
dan kebijakan yang berkembang menjelang dan selama
kampanye. Currents events meliputi masalah domestik
dan masalah luar negeri. Masalah domestik misalnya
tingkat inflasi, prediksi ekonomi, gerakan separatis,
ancaman keamanan, merajalelanya korupsi, dan
sebagainya. Masalah luar negeri misalnya perang antar
negaranegara tetangga, invasi ke sebuah negara, dan
sebagainya yang mempunyai pengaruh baik langsung
maupun tidak langsung kepada para pemilih.
7) Personal Events (Peristiwa Personal)
Personal events mengacu pada kehidupan pribadi dan
peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh seorang
kandidat, misalnya skandal seksual, skandal
bisnis,menjadi korban rezim tertentu menjadi tokoh pada
perjuangan tertentu, ikut berperang mempertahankan tanah
air, dan sebagainya.
27
8) Epistemic Issues (Faktor-faktor Epistemik)
Epistemic issues adalah isu-isu pemilihan yang spesifik
yang dapat memicu keinginan para pemilih mengenai hal-
hal baru. Epistemic issues sangat mungkin muncul di
tengah-tengah ketidakpercayaan publik kepada institusi-
institusi politik yang menjadi bagian dari sistem yang
berjalan.
e. Partai Politik dalam Pilkada
Partai politik menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik adalah “Organisasi politik yang dibentuk oleh
sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas
dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan
anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan umum”.
Menurut Miriam Budiarjo (dalam Susanto, 2009:63) partai
politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi , nilai-nilai serta cita-cita sama dan yang
mempunyai tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik, melalui
kekuasaan itu, melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.
Dari definisi – definisi tersebut, dapat disimpulkan partai politik
adalah organisasi warga negara yang memiliki tujuan untuk merebut
atau mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintahan melalui
proses pemilihan umum untuk mencapai tujuan bersama yang telah
disepakati oleh, seluruh anggota partai.
28
Di dalam sistem demokrasi partai politik (Parpol) mempunyai
beberapa fungsi penting dan utama, antara lain fungsi rekrutmen,
pendidikan dan pelatihan bagi orang-orang yang layak untuk
menduduki posisi-posisi di legislatif maupun eksekutif (seleksi
kandidat) atau sebagai pengurus partai, pengumpulan dan artikulasi
kepentingan kelompok-kelompok tertentu.
Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor
yang perlu diperhitungkan serta diiikutsertakan dalam proses politik,
maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi
penghubung antara rakyat disatu pihak dan pemerintah dipihak lain.
Partai politik umumnya dianggap sebagai manifesta dari suatu sistem
politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses modernsasi
diri. Maka dari itu, dewasa ini dinegara-negara baru pun partai sudah
menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai (Budiarjo, 2008: 159).
Dalam perspektif komunikasi, pilkada langsung diharapkan akan
menjamin kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari unsur-
unsur di dalamnya yang abstrak sebab berkaitam dengan persoalan
psikologis, hingga terminologi pilkada langsung yang akna
menjaminm kesejahteraan rakyat yang merupakan tema utama umum
dan masih diperdebatkan hingga kini.
29
2. Pemilihan Kepala Daerah
a. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah
Salah satu ciri peningkatan otonomi daerah adalah
konstelasi penyelenggaraan desentralisasi dan dekonsentrasi
yang melahirkan organisasi administrasi daerah dalam lingkup
luas yang mencakup organisasi administrasi daerah yang
mencakup sempit sebagai subsistem pemerintah nasional yang
berada dibawah kepemimpinan pimpinan wilayah/daerah.
Kepala wilayah/daerah disebut pemimpin pemerintahan, karena
pemimpin itu memimpin organisasi administrasi daerah
(Pamudji dalam Kaloh, 2003:42).
Di Indonesia upaya mendemokrasikan politik lokal
dimulai dengan penerbitan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2015. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 8 tahun 2015
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang –
Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota di dalam pasal 1 ayat 1 menjelaskan yang
dimaksud dengan pemilihan gubernur dan wakil gubernur,
bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota yang
selanjutnya disebut pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan
rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih
gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta
walikota dan wakil walikota secara langsung dan demokratis.
30
Sedangkan menurut (M Ramses dan LA Bakrey,
2009:386) dimana salah satu bentuk metode yang diadopsi oleh
negara-negara berkembang untuk meningkatkan otonomi daerah
dan mendemokratisasikan pemerintahan politik lokal adalah
pemilihan eksekutif seperti gubernur/wakil gubernur,
walikota/wakil walikota, atau bupati/wakil bupati, partisipasi
politik dan transparansi politik.
Oleh karena itu, sebagai seorang pemimpin kepala daerah
dipersyaratkan untuk memiliki sifat-sifat tertentu. (Mitchel
dalam Kaloh, 2003:43) mengemukakan sifat-sifat tertentu
seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan
kesanggupan (capability) untuk merealisir ide menjadi
serangkaian kegiatan (activity.
b. Urgensi Pemilihan Kepala Daerah Langsung
Prihatmoko (2005:71) mendefinisikan pemilihan langsung
kepala daerah sebagai “Pemilihan kepala daerah yang
melibatkan, mendorong dan membuka akses partisipasi seluruh
warga yang memenuhi syarat sebagai pemilih dan terbuka
kemungkinan sebagai calon, serta pengawal proses
pelaksanaan”.
Pelakasanaan pemilihan langsung kepala daerah di
Indonesia berangkat dari sebuah landasan berpikir yang ideal,
yakni melakukan pemilihan secara demokratis sehingga dapat
31
melahirkan pasangan pejabat eksekutif yang berkualitas dan
mampu mengelola pemerintahan secara lebih efektif, efesien
dan produktif serta mampu mensejahterakan seluruh rakyat
(Hikmat, 2010:165).
Pemilihan langsung kepala daerah juga suatu bentuk
pembelajaran politik yang sangat penting. Menurut (M Ramses
dan LA Bakrey, 2009:346) Dalam konteks pembelajaran politik
pemilihan langsung mencakup tiga aspek pembelajaran sebagai
berikut.
1) Meningkatkan kesadaran politik (conscientization)
masyarakat lokal, karena dalam proses pemilihan dimana
warga lokal terlibat akan terbentuk pemahaman terhadap
realitas sosial politik yang ada dan kemungkinan mereka
secara aktif mengubahnya. Dalam konteks ini kedaulatan
rakyat menjadi lebih mudah dipahami.
2) Mengorganisir masyarakat kedalam suatu aktivitas politik
yang memberi peluang lebih besar pada setiap orang untuk
berpartisipasi. Pengorganisasian masyarakat mengaktifkan
dan mendidik anggota masyarakat menjadi warga negara
proaktif dalam proses-proses politik yang berlangsung,
khususnya ditingkat lokal.
32
3) Memperluas akses masyarakat lokal untuk mempengaruhi
proses pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan mereka.
Disamping alasan tersebut diatas, Menurut (Abdullah,
2011:53) ada beberapa alasan lain yang mengharuskan kita
melakukan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
secara langsung yaitu sebagai berikut:
1) Mengembalikan Kedaulatan Rakyat
Warga masyarakat didaerah, sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari warga negara Republik Indonesia secara
keseluruhan, juga berhak atas keadulatan yang merupakan
hak asasi mereka, yang telah dijamin oleh konstitusi kita,
yaitu UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Legitimasi yang Sama antara Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah dengan DPRD
Apabila kepala daerah dam wakil kepala daerah tetap
dipilih oleh DPRD, bukan dipilih langsung oleh rakyat,
tingkat legitimasi anggota DPRD jauh lebih tinggi dari
tingkat legitimasi yang dimiliki oleh kepala daerah dan
wakil kepala daerah.
3) Kedudukan Sejajar antara Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah dengan DPRD
33
Untuk memberikan kedudukan sebagai mitra sejajar antara
kepala daerah dan wakil kepala daerah dengan DPRD,
kepala daerah dan wakil kepala daerah harus dipilih secara
langsung oleh rakyat.
4) Mencegah Terjadinya Politik Uang
Dengan dilakukanya pemilihan kepala daerah langsung
kemungkinan terjadinya politik uang bisa dicegah atau
setidak-tidaknya dikurangi. Apabila masih ada pihak-
pihak yang ingin melakukanya, mereka akan berhadapan
dengan pemilih yang cukup banyak.
Melalui pilkada langsung rakyat semakin berdaulat,
dibandingkan dengan mekanisme sebelumnya dimana kepala daerah
ditentukan oleh sejumlah anggota DPRD. Sekarang seluruh rakyat
yang mempunyai hak pilih dan dapat menggunakan hak suaranya
secara langsung dan terbuka untuk memilih kepala daerahnya sendiri.
Inilah esensi dari demokrasi dimana kedaulatan ada sepenuhnya ada
ditangan rakyat, sehingga berbagi distorsi demokrasi dapat ditekan
seminimal mungkin (Abdul Asri dalam Harahap, 2005:122).
B. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir adalah kerangka yang bersifat teoretis atau
konseptual mengenai masalah yang akan diteliti. Kerangka berpikir
tersebut menggambarkan hubungan antara konsep-konsep atau variabel
yang berhubungan antara dimensi yang disusun dalam bentuk narasi atau
34
grafis, sebagai pedoman kerja, baik dalam penyusunan metode
pelaksanaan di lapangan maupun pembahasan yang akan diteliti.
Pilkada Kabupaten Batang diiikuti oleh empat pasangan calon
diantaranya pasangan nomor urut pertama H. Wihaji, S.Ag., M.pd. dan
Suyono, S.IP., M.Si. pasangan nomor urut kedua dr. Lafran Pancaputranto,
Sp.OG (K) dan H. Nurhaji Slamet Urip Pasangan nomor urut ketiga A.S
Burhan, S.Ag dan Acara Ariani, S.Psi pasangan nomor urut keempat
Akhmad Faizin, ST dan Erna Yuniwati. Berdasarkan data KPU pada
Pilkada Kabupaten Batang Tahun 2017 dimenangkan oleh pasangan H.
Wihaji, S.Ag., M.pd. dan Suyono, S.IP., M.Si. dengan perolehan suara
sebanyak 245.330 (56.61%). Selain itu, berdasarkan data KPU total suara
dengan suara sah sebesar 432.490 dan suara tidaksah 13.561 dengan total
445.951 suara. Oleh karena itu, tempat penetlitian skripsi ini mengambil
studi kasus Kelurahan Masin Kecamatan Warungasem Kabupten Batang.
Partisipasi masyarakat pada Pilkada Kabupten Batang juga mencapai angka
74,4%.
Karakeristik pemilih pada Pemilihan Bupati Kabupaten Batang
meliputi faktor demografi, ekonomi, pendidikan, agama, pengalaman dan
pilihan partai politik. Alasan pemilih memilih pasangan kandidatpun
meliputi kemampuan kandidat, kepribadian kandidat, progam/isu yang
ditawarkan, didukung oleh partai pilihan dan kesamaan latar belakang. Dari
alasan pemilih tersebut dapat dianalisis tentang jenis pemilih yaitu pemilih
rasional dan pemilih tradisional. Sehingga berdasarkan landasan teori dan
35
definisi dari beberapa istilah dapat disusun bentuk kerangka berfikir yang
berupa bagan 3 sebagai berikut.
Bagan 3. Kerangka Berpikir
Pilihan Politik
Pemilihan Bupati Batang 2017
Orientasi Pemilih Sesuai Usia
Sebaran Pemilih Kandidat Pemilihan Kabupaten Batang
2017
Karakeristik Pemilih Kabupaten Batang
2017
Alasan memilih Pemilihan
kabupaten Batang 2017
Temuan Studi, Kesimpulan dan Rekomendasi
83
83
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Faktor Yang Menyebabkan
Masyarakat Menentukan Pilihan Politik Dalam Pemilihan Bupati Batang
Tahun 2017, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
i. Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan, maka
menunjukan bahwa alasan masyarakat menggunakan hak pilih dalam
Pilkada Batang Tahun 2017 dipengaruhi beberapa factor: a).
pendekatan sosiologis yaitu karena faktor kelurarga, hubungan
kekerabatan, kesamaan sekolah, pekerjaan, lingkungan bergaul dan
organisasi keagamaan. b). pendekatan psikologis yaitu karena faktor
identifikasi partai. c). pendekatan rasional yaitu karena faktor rekam
jejak, faktor karena adanya keuntungan yang diharapkan pemilih
kepada kandidat atau partai kandidat pilihanya, d). faktor visi misi serta
isu dan kandidat juga turut andil dalam membentuk perilaku mereka
sebagai pemilih. e). pendekatan marketing yang dilatar belakangi
karena faktor Citra kandidat, isu dan kebijakan, serta faktor pengaruh
gender antara pemilih dan kandidat.
ii. Berdasarkan keseluruhan analisis yang telah penulis lakukan,
maka faktor yang paling dominan adalah masyarakat lebih kepada
dorongan keluarga dalam menentukan pilihanya. Hal ini bahwa
Pengaruh terbesar bagi pemilih adalah keluarga paling dominan untuk
84
mempengaruhi anggota keluarganya untuk memilih salah satu kandidat
pada waktu pilkada berlangsung.
2. SARAN
Berdasarkan hasil dari penelitian yang berjudul “Faktor Yang
Menyebabkan Masyarakat Menentukan Pilihan Politik Dalam Pemilihan
Bupati Batang Tahun 2017 Di Kelurahan Masin” maka penelitian dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Terpilihnya pasangan Wihaji - Suyono sebagai Bupati dan Wakil
Bupati Batang periode 2017-2022, mereka harus menjalankan
amanat masyarakat serta melaksanakan apa yang telah dijanjikan.
2. Perlu diadakannya pendidikan politik Masyarakat Kelurahan Masin
secara menyeluruh agar masyarakat Keluruhan Masin bisa
menentukan pilihanya secara bijaksana.
85
85
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdullah, Rozali. 2011. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala
Daerah Secara Langsung. Jakarta: Rajawali Press.
Abdul Wahab,Solichin. 2008.“Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi
Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik; Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-
Strategi dan Komunikasi Politik.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Firmanzah.2008. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Hikmat, Mahi M. 2006. Komunikasi Politik: Teori dan Praktik. Bandung:
Simbiosa Rekatan Media.
Kaloh, J.2003. Kepala Daerah: Pola Kegiatan, Kekuasaan, dan Perilaku Kepala
Daerah, dalam Pelaksanan Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika.
Kebijaksanaan Negara Edisi Kedua” Jakarta: Bumi Aksara
Moelong, J Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
86
M. Ramses Andy dan La Bakry.2009.Pemerintah Daerah Indonesia. Penerbit:
Masyarakat Ilmu Pemerintah Indonesia.
Nora, Ghazaly Ama La.2014.Ilmu Komunikasi Politik..Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Nursal, Adman. 2014. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Prihatmoko, Joko J. 2008. Men Demokratis Kan PEMILU: Dari Sisem sampai
Elemen Teknis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setyono, Budi. 2008. Iklan dan Politik. Jakarta: AdGoal.com.
Susanto, Eko Harry. 2009. Komunikasi Politik dan Otonomi Daerah: Tinjauam
Terhadap Dinamika Politik dan Pembangunan.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Jurnal:
Agustino dan Mohammad.2009. Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih : Analisis
Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia. Jurnal Kajian Politik dan Masalah
Pembangunan. Vol.5 Nomor 1. http://sps.unas.ac.id (di unduh, 21 Oktober 2017).
Hemay dan Aris.2015.Politik Identitas dan Pencintraan Kandidat Gubernur
terhadap perilaku pemilih. Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan. Vol
12 Nomor 1. 2016. http://journal.unas.ac.id (di unduh, 21 Oktober 2017).
87
Martinus, Handy.2013. Analisis Perilaku Pemilih Pada Pemilihan
Gubernur DKI Jakarta Periode 2012-2017. Jurnal Humaniora. Vol. 4
Nomor 1. http://research-dashboard.binus.ac.id (di unduh, 21 Oktober
2017).
Pontoh, Christianto dkk. 2015. Strategi Kampanye Pemenangan Bupati dan Wakil
Bupati Terpilih Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Minahasa. Jurnal Acta
Diurna. Vol. IV Nomor 1. https://ejournal.unsrat.ac.id (di unduh, 21 Oktober
2017).
Pradhanawati Dkk. 2016. Perilaku Pemilih Menjelang Pilkada
Serentak 2015 di Kota Semarang. Jurnal Ilmu Sosial. Vol. 15 Nomor
1. http://ejournal.undip.ac.id/ (di unduh, 21 Oktober 2017).
Rini, Endang Sulistya.2012. Peran Pemasaran Politik Dalam
Mempengaruhi Keputusan Pemilih. Jurnal Ekonom .Volume 15.
Nomor 4. Hal.179. http://repository.usu.ac.id/bitstream (di unduh, 21
Oktober 2017).
Rasaili, Wilda. 2016. Budaya Politik dan Kwalitas Demokrasi Dalam
Pilkada 2015-2020 (Studi pada Pemilihan Kepala daerah Serentak
Pertama di Indonesia). Jurnal Aristo. Vol. 4 Nomor 2.
http://journal.umpo.ac.id (di unduh, 21 Oktober 2017).
Internet:
http://news.metrotvnews.com/read/2016/03/13/497979/utamakan-transparansi-
bupati-yoyok-didesak-ikut-pilkada (diakses pada Tanggal 7 Maret 2017)
http://regional.kompas.com/read/2016/04/23/14524461/Bersumpah.Cukup.5.Tahu
n.Jadi.Bupati.Batang.Akankah.Yoyok.Maju.di.Pilkada.DKI. (diakses pada
Tanggal 7 Maret 2017)
88
http://radarpekalongan.com/43749/ratusan-warga-desak-bupati-yoyok-maju-
pilkada-batang-lagi/ (diakses pada Tanggal 7 Maret 2017)
http://radarpekalongan.com/59549/diserang-isu-kedaerahan-wihaji-malah-
apresiasi-warga-batang/ (diakses pada tanggal 18 Juni 2017)
Undang-Undang:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Umum.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
Buku Arsip:
Laporan Hasil Pengolahan Data Desa dan Perkembangan Desa Masin Kecamatan
Warungasem