FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA...

231
FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS GUNUNG MERIAH KABUPATEN ACEH SINGKIL PROVINSI ACEH TAHUN 2019 TESIS EVA NURFITA 1602011246 PROGRAMSTUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Transcript of FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA...

Page 1: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS GUNUNG

MERIAH KABUPATEN ACEH SINGKIL PROVINSI ACEH

TAHUN 2019

TESIS

EVA NURFITA

1602011246

PROGRAMSTUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 2: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS GUNUNG MERIAH

KABUPATEN ACEH SINGKIL PROVINSI ACEH

TAHUN 2019

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Mayarakat (M.K.M)

pada Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Gizi Kesehatan Keluarga dan Kesehatan Reproduksi

Institut Helvetia Medan

Oleh :

EVA NURFITA

1602011246

PROGRAMSTUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 3: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Page 4: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

Telah diuji pada tanggal : 23 Mei 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Dr. Ir. ZuraidahNasution, M.Kes

Anggota : 2. Wanda Lestari, STP.,M.Gizi

3. Dr. Samsidar Sitorus, M.Kes

4. Dr. Anto, S.K.M, M.Kes, M,M

Page 5: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Page 6: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Page 7: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

i

Page 8: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

ii

ABSTRAK

FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS GUNUNG

MERIAH KABUPATEN ACEH SINGKIL PROVINSI ACEH

TAHUN 2019

Eva Nurfita

NIM. 1602011246

Balita dalam proses pertumbahan dan perkembangan tidak selalu ideal

atau sering disebut bertubuh pendek (stunting). Laporan Stimulasi Deteksi

Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita usia 0-59 bulan menderita stunting

dengar kategori pendek dan sangat pendek sebanyak 176 dari 897 orang balita di

Puskesmas Gunung Meriah. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor umur

ibu, umur menikah, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap,

pemberian makanan, kebiasaan makan, dan praktek kesehatan dengan dengan

stunting di Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh.

Jenis penelitian adalah mix methode dengan pendekatan kualitatif Case Control

dan penelitian kualitatif fenomena. Populasi sebanyak 91 orang balita stunting.

Sampel pendekatan kuantitatif sebanyak 91 orang balita stunting dan 91 orang

balita tidak stunting. Informan pendekatan kualitatif yaitu 3 orang ibu balita

stunting, 1 orang petugas gizi dan 1 orang bidan Desa Silulusan. Data kuantitatif

dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat, sedangkan data kualitatif

melalui reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian

menunjukkan faktor pengetahuan (0,013), sikap (0,011), pemberian makan

(0,005), kebiasaan makan (0,004) dan praktek kesehatan (0,010) berpengaruh

terhadap stunting. Sedangkan umu ibu, umur menikah, suku bangsa, pendidikan,

pendapatan dan pendapatan tidak berpengaruh terhadap stunting. Hasil wawancara

ditemukan faktor pola makan ibu sewaktu hamil, kepercayaan, pendapatan, dan

kebersihan balita memengaruhi balita stunting. Kesimpulan diperoleh bahwa

faktor yang dapat memengaruhi stunting balita adalah pengetahuan, sikap,

pemberian makan, kebiasaan makan dan praktek kesehatan. Disarankan

Puskesmas Gunung Meriah menyelenggarakan penyuluhan kepada masyarakat

tentang 1000 HPK secara berkala tentang gizi dan mengangkat kader lebih

memprioritaskan kader yang berpengalaman dan mengalokasikan dana stunting.

Keluarga membawa balita ke Posyandu setiap bulan

Kata Kunci : Determinan, Stunting

Daftar Pustaka : Buku (24), Jurnal (70)

Page 9: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan angerah-Nya yang

berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Faktor

Determinan Stunting di Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil

Provinsi Aceh Tahun 2019”.

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M) pada Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Minat Studi Gizi

Kesehatan Keluarga dan Kesehatan Reproduksi. Peneliti menyadari sepenuhnya

bahwa tesis ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, baik

dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, peneliti

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. dr. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., sebagai Pembina Yayasan

Helvetia Medan

2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom, M.M, M.Kes, sebagai Ketua Yayasan

Pendidikan Sosial Helvetia Medan

3. Dr. Ismail Efendi, M.Si, sebagai Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan

4. Dr. dr. Arifah Devi Fitriani, M.Kes, selaku Wakil Rektor Fakultas

Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan.

5. Dr. Asriwati, S.Kep, Ns, S.Pd, M.Kes, Selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan.

6. Dr. Anto, SKM, M.Kes, MM, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut

Kesehatan Helvetia Medan sekaligus penguji yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi serta arahan dalam perkuliahan maupun penyelesaian

tesis.

7. Dr. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes, selaku Ketua Penguji yang telah

memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

8. Wanda Lestari, STP., M. Gizi, selaku Penguji I yang telah memberikan saran

dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

Page 10: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

iv

9. Dr. Samsidar Sitorus, M.Kes, selaku Penguji III yang telah memberikan saran

dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

10. Para guru besar dan staf pengajar di lingkungan Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Helvetia yang telah memberikan bimbingan, mendidik dan

mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.

11. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil dan Kepala Puskesmas

Gunung Meriah yang telah memberikan izin atau rekomendasi penelitian

12. Teristimewa kepada orangtua, suami dan anakku yang telah memberikan

dorongan dan motivasi selama penulis mengikuti pendidikan Program Studi

S2 Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan.

13. Semua pihak yang telah membantu dan mendorong baik secara langsung

ataupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini.

Peneliti berharap agar tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir

kata, semoga kita semua selalu berada dalam lindunganNya.

Medan, Mei 2019

Peneliti,

Eva Nurfita

Page 11: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

v

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Eva Nurfita dilahirkan di Kecamtan Kluet Selatan pada

tanggal 27 Februari 1978, beragama Islam, bertempat tinggal di Jalan Hamzah

Fansyuri, Singkil. Peneliti merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari

pasangan H. Lahat dan Hj. Hasnah.

Jenjang pendidikan formal peneliti mulai di SD Negeri Jorong Hulu Aceh

Selatan tahun 1985. Peneliti menamatkan pendidikan SMP Negeri 1 Tapak Tuan

tahun 1992 dan menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tapak Tuan tahun

1995. Peneliti menamatkan pendidikan di D 3 Keperawatan Poltekes Kemenkes

RI Banda Aceh tahun 1998. Menamatkan S1 Fakultas Ilmu Keperawatan

Univesitas Sumatera Utara tahun 2008 dan Pendidikan Ners tahun 2010. Peneliti

melanjutkan pendidikan pada Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Gizi Kesehatan Keluarga dan Kesehatan Reproduksi di Institut Kesehatan

Helvetia Medan tahun 2017.

Peneliti bekerja sebagai Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi di

Dinas Kesehatan Aceh Singkil tahun 2014 sampai sekarang.

Page 12: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................ ii

ABSTRACT........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ......................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vi

DAFTAR ISI ....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiv

DOKUMENTASI PENELITIAN ........................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................ 9

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................... 10

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu ......................................... 13

2.2. Telaah Teori ................................................................. 16

2.2.1. Stunting ........................................................... 16

2.2.2. Indikator Stunting ............................................ 17

2.2.3. Pemeriksaan Antropometri Stunting ................ 18

2.2.4. Pengukuran Stunting ....................................... 20

2.2.5. Faktor-faktor Penyebab Stunting...... ............... 22

2.2.6. Dampak Stunting ............................................. 28

2.2.7. Pencegahan Dini Kejadian Stunting ................. 29

2.2.8. Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan .......... 29

2.2.9. Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis

Masyarakat (PKGBM) .................................... 38

2.3. Landasan Teori ........................................................... 39

2.4. Kerangka Konsep ......................................................... 44

2.5. Hipotesis ................................................................... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian .......................................................... 49

3.2. Lokasi danWaktu Penelitian ......................................... 50

3.2.1. Lokasi penelitian ............................................ 50

3.2.2. Waktu penelitian ............................................. 50

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .................................... 50

3.3.1. Populasi penelitian ......................................... 50

3.3.2. Sampel penelitian ........................................... 50

Page 13: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

vii

3.4. Metode Pengumpulan Data .......................................... 51

3.4.1. Jenis Data ........................................................ 51

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ............................. 52

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................... 53

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................ 54

3.5.1. Variabel Penelitian .......................................... 54

3.5.2. Definisi Operasional ........................................ 54

3.6. Metode Pengukuran ...................................................... 56

3.7. Metode Pengolahan Data ............................................. 57

3.8. Analisis Data ................................................................ 58

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Puskesmas Gunung Meriah

Kabupaten Aceh Singkil ............................................... 60

4.2. Gambaran Umum Proses Penelitian .............................. 62

4.3. Analisis Data Penelitian Kuantitatif .............................. 63

4.3.1. Analisis Univariat............................................ 63

4.3.2. Analisis Bivariat .............................................. 79

4.3.3. Analisis Multivariat ......................................... 87

4.4. Analisis Data Penelitian Kualitatif ................................ 90

4.4.1. Informan Utama .............................................. 90

4.4.2. Informan Tambahan ........................................ 91

4.4.3. Hasil Wawancara Informan Utama .................. 91

4.4.4. Hasil Wawancara Informan Tambahan ............ 98

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Umur Ibu terhadap Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019 . 102

5.2. Pengaruh Suku Bangsa Ibu terhadap Stunting di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019 . 106

5.3. Pengaruh Suku Bangsa Ibu terhadap Stunting di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019 . 106

5.4. Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Stunting di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019 . 107

5.5. Pengaruh Pekerjaan terhadap Stunting di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019 ............... 109

5.6. Pengaruh Pendapatan terhadap Stunting di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019 ............... 111

5.7. Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Stunting di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019 . 113

5.8. Pengaruh Sikap Ibu terhadap Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019 . 115

5.9. Pengaruh Pemberian Makan terhadap Stunting pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah

tahun 2019 .................................................................... 119

Page 14: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

viii

5.10. Pengaruh Kebiasaan Makan terhadap Stunting pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah

tahun 2019 .................................................................... 122

5.11. Pengaruh Praktek Kesehatan terhadap Stunting pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah

tahun 2019 .................................................................... 125

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ................................................................... 130

6.2. Saran ........................................................................ 130

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 132

LAMPIRAN ........................................................................................ 144

Page 15: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Alat Ukur Panjang Bayi ..................................................... 21

2.2. Alat Ukur Tinggi Balita ..................................................... 21

2.3. Modifikasi Faktor Penyebab Stunting Teori ....................... 46

2.4. Kerangka Konsep Penelitian ............................................. 47

Page 16: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks TB/U ...................................................................... 18

3.1. Hasil Uji Reliabilitas .......................................................... 54 3.2. Pengukuran Variabel Penelitian ......................................... 56 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Meriah Tahun 2019 .................................................. 64 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Menikah Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ................................ 65 4.3 Distribusi Frekuensi Suku Bangsa Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ................................ 65 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ................................ 65 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ................................ 66 4.6 Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ................................ 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Gizi di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ....................... 68 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Ibu di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah .......................................... 69 4.9 Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Ibu tentang Gizi di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 71 4.10 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Sikap Ibu tentang Gizi di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 71 4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu tentang Pemberian Makan

pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ............................................................................ 73

4.12 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Pemberian Makan pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ...................................................................................... 75

Page 17: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

xi

4.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu tentang Kebaisan Makan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ...................................................................................... 76

4.14 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Kebiasaan Makan Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 77 4.15 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu tentang Praktek Kesehatan

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ...................................................................................... 78

4.16 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Praktek Kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 79 4.17 Hubungan Umur Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ....................... 80 4.18 Hubungan Umur Menikah Ibu dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 81 4.19 Hubungan Suku Bangsa Ibu dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 81 4.20 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 82 4.21 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 83 4.22 Hubungan Pendapatan dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ....................... 84 4.23 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 84 4.24 Hubungan Sikap Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ....................... 85 4.25 Hubungan Pemberian Makan dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 86 4.26 Hubungan Kebiasaan Makan dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 86 4.27 Hubungan Praktek Kesehatan dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ......... 87 4.28 Variabel Kandidat Model Regresi Logistik Berganda ............. 88 4.29 Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Pemberian Makan, Kebiasaan

Makan, Praktek Kesehatan terhadap Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ................................ 89

Page 18: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

xii

4.30 Matriks Jawaban Informan tentang Pengertian dan Penyebab Stunting Balita ....................................................................... 92

4.31 Matriks Jawaban Informan tentang Pencegahan dan Upaya

Penanganan Balita Stunting.................................................... 93 4.32 Matriks Jawaban Informan tentang Pola Makan Selama Hamil

dan Pemberian Inisiasi Menyusu Dini .................................... 94 4.33 Matriks Jawaban Informan tentang Pemberian ASI ................ 94 4.34 Matriks Jawaban Informan tentang Menu Makanan Sehari-hari

dan Makanan Tambahan pada Balita ...................................... 95 4.35 Matriks Jawaban Informan tentang Upaya Membujuk Balita

Menghabiskan Makanan ........................................................ 95 4.36 Matriks Jawaban Informan tentang Kebiasaan Makan dan

Makanan Selingan ................................................................. 96 4.37 Matriks Jawaban Informan tentang Kebiasaan Sewaktu Makan 96 4.38 Matriks Jawaban Informan tentang Kebiasaan Kebersihan Diri

dan Mengikuti Posyandu ........................................................ 97 4.39 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala Pemberian

Praktek Kesehatan ................................................................. 97 4.40 Matriks Jawaban Informan tentang Upaya Pemantauan dan

Pencegahan Kejadian Stunting ............................................... 98 4.41 Matriks Jawaban Informan tentang Pemberian Penyuluhan

kepada Ibu Hamil dan Masyarakat ......................................... 99 4.42 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala dan Saran dalam

Mengatasi Masalah Gizi Balita .............................................. 100

Page 19: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner ........................................................................ 138

2. Pedoman Wawancara ......................................................... 144

3. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 148

4. Master Data ....................................................................... 153

5. Hasil Pengolahan Data ....................................................... 180

6 Dokumentasi...................................................................... 194

Page 20: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa balita merupakan masa yang tergolong rawan dalam pertumbuhan dan

perkembangan karena pada masa ini anak mudah sakit dan mudah mengalami

kekurangan gizi. Anak balita lebih rentan menderita penyakit infeksi karena sudah

mulai bergerak aktif untuk bermain, sehingga sangat mudah terkontaminasi oleh

kotoran. Pada masa ini pula perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,

kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan

landasan perkembangan berikutnya (1).

Balita dalam proses pertumbahan dan perkembangan tidak selalu ideal atau

sering disebut bertubuh pendek (stunting). Stunting merupakan suatu keadaan

dimana tinggi badan anak yang terlalu rendah. Stunting atau terlalu pendek

berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di bawah minus dua standar

deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child growth standard (2). World Healt

Organization (WHO) memperkirakan 165 juta anak di bawah usia 5 tahun di dunia

terkena dampak kekurangan gizi. Salah satunya yaitu kegagalan pertumbuhan linier

atau stunting. Stunting telah diidentifikasi sebagai prioritas kesehatan masyarakat

utama, dan ada target khusus untuk mengurangi prevalensi stunting sebesar 40%

antara tahun 2010 dan 2025. Data WHO menegaskan bahwa diperkirakan terdapat

162 juta balita pendek pada tahun 2012, jika upaya mengurangi prevalensi stunting

berlanjut secara berkesinambungan, diproyeksikan akan menjadi 127 juta pada

tahun 2025 (3).

Page 21: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

2

Negara berkembang dan negara miskin seperti kawasan Asia diketahui

bahwa satu dari tiga anak mengalami stunting dengan kejadian mencapai 46%,

disusul dengan kawasan Afrika sebesar 38%. Secara keseluruhan angka kejadian

stunting di negara berkembang dan negara miskin di dunia mencapai 32%.

Indonesia merupakan negara urutan kelima yang memiliki prevalensi tinggi anak

stunting tertinggi yaitu 7,8 juta setelah India, China, Nigeria dan Pakistan (4).

Data stunting balita berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2018 yaitu sebesar 30,8% mengalami penurunan menjadi 37,2% tahun 2013.

Pada tahun 2018 prevalensi sangat pendek pada balita sebesar 11,5% menunjukkan

penurunan dari 18,0% tahun 2013. Namun prevalensi pendek pada balita

meningkat dari 19,2% pada tahun 2013 menjadi 19,3% pada tahun 2018. Secara

nasional prevalensi sangat pendek dan pendek tertinggi (urutan pertama) diduduki

oleh Nusa Tengga Timur (NTT) sebesar 42,6%, Sulawasi Barat 39,8% dan Provinsi

Aceh sebesar 37,3% (5).

Menurut Kemenkes RI tahun 2017 bahwa survei Survei Pemantauan Status

Gizi diketahui data stunting periode 2014-2017 bahwa pada tahun 2014 sebesar

28,9%, tahun 2015 sebesar 29%, tahun 2016 sebesar 27,5% dan tahun 2017 sebesar

29,6%. Berarti dari tahun 2015 terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2014,

menurun pada tahun 2016 dan naik lagi pada tahun 2017. Provinsi Aceh

berdasarkan Laporan Survei Pemantauan Status Gizi berdasarkan perhitungan

Tinggi Badan (TB) menurut Umur (U) yang menggambarkan status gizi balita atau

menilai pertumbuhan linier terdapat 35,7% balita mengalami stunting (6).

Kabupaten Singkil sebagai salah satu wilayah di Provinsi Aceh, mempunyai

wilayah kerja yang terdiri dari 12 puskesmas memiliki total anak usia 1-5 tahun

(balita) stunting yaitu 28,2% balita pada tahun 2017. Dua belas puskemas dengan

Page 22: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

3

balita stunting tertinggi berturut-turut: 1) Puskesmas Gunung Meriah 3,7%, 2)

Puskesmas Suro 3,6%, 3) Puskesmas Kuala Baru 3,2%, 4) Puskesmas Aceh

Singkil Utara 3,1%, 5) Puskesmas Singkohor 2,9%, 6) Puskesmas Kuto Baru 2,4%,

7) Puskesmas Singkoho 2,1%, 8) Puskesmas Danau Paris 1,8%, 9) Puskesmas

Simpang Kanan 1,8%, 10) Puskesmas Singkil 1,7%, 11) Puskesmas Kuta Baharu

1,5% dan 12) Puskesmas Kuta Tinggi 0,4% (7).. Jumlah stunting tertinggi di

Kabupaten Aceh Singkil yaitu di Puskesmas Gunung Meriah sebagai alasan

peneliti menentukan tempat penelitian.

Asupan energi dan zat gizi yang tidak memadai, serta penyakit infeksi

merupakan faktor yang sangat berperan terhadap masalah stunting. Kuantitas dan

kualitas dari asupan protein memiliki efek terhadap level plasma insulin growth

faktor I (IGF-I) dan juga terhadap protein matriks tulang serta faktor pertumbuhan

yang berperan penting dalam formasi tulang. Selain itu, di dalam Lancet Series

dijelaskan mengenai beberapa zat gizi mikro yang sangat penting untuk mencegah

terjadinya stunting yaitu vitamin A, zinc, zat besi dan iodin. Namun, beberapa zat

gizi mikro lainnya seperti kalsium dan fosfor juga sangat penting perannya dalam

pertumbuhan linier anak (8).

Status gizi ibu hamil sangat memengaruhi keadaan kesehatan dan

perkembangan janin. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat

menyebabkan berat lahir rendah. Penelitian di Nepal menunjukkan bahwa bayi

dengan berat lahir rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menjadi

stunting (9). Panjang lahir bayi juga berhubungan dengan kejadian stunting.

Penelitian di Kendal menunjukkan bahwa bayi dengan panjang lahir yang pendek

berisiko tinggi terhadap kejadian stunting pada balita (10). Faktor lain yang

berhubungan dengan stunting adalah asupan ASI Eksklusif pada balita. Penelitian

Page 23: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

4

di Ethiopia Selatan membuktikan bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI

eksklusif selama 6 bulan berisiko tinggi mengalami stunting (11).

Status sosial ekonomi keluarga seperti pendapatan keluarga, pendidikan

orang tua, pengetahuan ibu tentang gizi, dan jumlah anggota keluarga secara tidak

langsung dapat berhubungan dengan kejadian stunting. Kejadian stunting balita

banyak dipengaruhi oleh pendapatan dan pendidikan orang tua yang rendah.

Keluarga dengan pendapatan yang tinggi akan lebih mudah memperoleh akses

pendidikan dan kesehatan sehingga status gizi anak dapat lebih baik . Penelitian di

Semarang menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga merupakan faktor risiko

terjadinya stunting pada balita usia 24-36 bulan (12).

Balita stunting sebagai permasalahan gizi balita dibagi menjadi 2 bagian

besar yaitu penyebab langsung dan penyebab tak langsung. Penyebab langsung

melingkupi kurangnya asupan gizi dari makanan dan penyakit infeksi. Penyebab

tidak langsung terdiri atas ketersediaan makanan, pelayanan kesehatan serta

perawatan anak ketika sakit, pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status sosial

ekonomi dan lainnya (13). Menurut teori Green menambahkan salah satu faktor

yang memengaruhi perilaku sehat masyarakat adalah predisposing factors terdiri

dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga,

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayan, nilai-nilai, dan tradisi (14).

Masa balita merupakan periode yang sangat peka terhadap lingkungan

sehingga diperlukan perhatian lebih terutama kecukupan gizinya yang dapat

menyebabkan kesakitan dan kematian. Masalah gizi terutama stunting pada balita

dapat menghambat perkembangan anak, dengan dampak negatif yang akan

berlangsung dalam kehidupan selanjutnya seperti penurunan intelektual, rentan

Page 24: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

5

terhadap penyakit tidak menular, penurunan produktivitas hingga menyebabkan

kemiskinan dan risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (15).

Konsekuensi akibat stunting dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas

pada masa balita, rendahnya fungsi kognitif dan fungsi psikologis pada masa

sekolah. Stunting juga dapat merugikan kesehatan jangka panjang, dan pada saat

dewasa dapat mempengaruhi produktivitas kerja, komplikasi persalinan, dan

meningkatnya risiko kegemukan dan obesitas yang dapat memicu penyakit sindrom

metabolik seperti penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan diabetes mellitus

tipe 2 (16).

Upaya mencegah stunting pada balita, maka Pemerintah Indonesia

menetapkan Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional

Perbaikan Gizi diterbitkan untuk mendukung upaya penggalangan partisipasi dan

kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinir untuk

percepatan perbaikan gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK).

Dengan demikian, instrumen pendukung kebijakan dalam percepatan perbaikan

gizi sudah ada, dan membutuhkan upaya implementasi yang terorganisir dan dapat

diterapkan di setiap tingkatan oleh setiap elemen yang terlibat. Dengan terbitnya

Perpres ini, dibutuhkan upaya yang lebih konkrit, fokus pada 1000 HPK dan

integrasi kegiatan secara lintas program (upaya spesifik) maupun lintas sektoral

(upaya sensitif) oleh semua stakes holders (17).

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada bulan Juli tahun 2018 di

Puskesmas Gunung Meriah diketahui bahwa jumlah balita usia 12-59 tahun

sebanyak 4.909 orang di 25 Desa. Berdasarkan Laporan Stimulasi Deteksi

Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita usia 0-59 bulan menderita stunting dengar

kategori pendek dan sangat pendek sebanyak 176 dari 897 orang balita dengan

Page 25: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

6

rincian 1-12 bulan yaitu 29 orang, >12-36 bulan 91 orang dan > 36-60 bulan 56

orang. Lima desa terbanyak balita menderita stunting yaitu Desa Silulusan 27

orang, Desa Suka Makmur 20 orang, Desa Sianjo-anjo 20 orang, Desa Rimo 10

orang, dan Desa Bukit Harapan 9 orang serta di desa lainnya berjumlah 18 orang.

Stunting tidak ditemukan di Desa Tanah Merah dan Desa Sebatang. Selanjutnya

balita gizi buruk sampai 2018 mencapai 4 orang diantaranya di Puskesmas Gunung

Meriah ditemukan 3 orang balita menderita gizi buruk. Melihat jumlah stunting

cukup banyak di Puskesmas Gunung Meriah, sebagai alasan peneliti menentukan

lokasi penelitian.

Hasil wawancara dengan 10 orang ibu memiliki balita stunting diketahui

karakteristik ibu pada umumnya bersuku bangsa Aceh, usia menikah antara 20-30

tahun dan berumur antara 20-35 tahun termasuk dalam usia reproduksi kurang

berisiko. Hal ini menunjukkan bahwa balita stunting disebabkan bukan karena bayi

lahir sudah memiliki tinggi badan pendek tetapi permasalahannya pola asuh setelah

bayi lahir. Ibu memliki balita stunting dengan latar belakang pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP), tentunya dengan pendidikan rendah ibu kurang paham

tentang penyebab balita menderita stunting. Keluarga balita stunting mempunyi

penghasilan rendah yaitu di bawah Upah Minimum Kabuaten Singkil Rp.

2.500.000,0 sehingga kurang dapat memberikan kebutuhan gizi seperti pemberian

susu dan buah serta lainnya. Ibu juga memiliki pekerjaan ke ladang untuk

membantu suami mendapatkan penghasilan berguna memenuhi kebutuhan keluara

sehingga waktu mengurus balita berkurang di rumah. Ibu memiliki jumlah anak di

atas 3 sehingga dalam memberikan makanan dan perhatian berbagi kepada anak

lainnya harus berbagi.

Page 26: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

7

Ibu juga kurang paham tentang penyebab balita menderita stunting seperti

cara mengolah makanan tidak mesti harganya mahal, menu makanan yang

mengandung gizi baik sehari-hari (nasi, ikan, sayuran, susu, buah dan makanan

selingan), cara membujuk balita agar menghabiskan porsi makanan, dan jajanan

yang sehat memiliki wadah tertutup. Ibu juga merasa kejadian balita stunting bukan

disebabkan asuhan gizi pada waktu hamil, pemberian ASI Eksklusif, vitamain dan

mineral, tetapi mereka lebih percaya disebabkan ada keluarga lain yang menderita

stunting (turunan).

Ibu juga kurang beragam dalam memberikan makanan, balita jarang

diberikan susu dan buah. Balita memiliki kebiasaan tidak menghabiskan porsi

makanan dan menyukai jajanan yang dibeli di warung seperti kerupuk atau snack

yang harganya mudah dijangkau. Menu makanan keluarga tidak beragam terutama

balita jarang diberikan minum susu dan buah terutama bila balita sakit menu

makanan tidak tambah dengan makanan lain seperti puding. Pemberian vitamin A

yang diperoleh dari puskesmas tidak ditambah dengan vitamin dan mineral lainnya.

Ibu dalam memelihara kesehatan ibu kurang baik karena kebersihan kurang

diterapkan kepada anak seperti mandi kurang dari 3 kali sehari, kebersihan

lingkungan rumah terlihat kotor terutama halaman rumah, tidak membersihkan

balita setelah bermain di luar rumah, tidak menggunakan alas kaki, menggunakan

tidak menggosok gigi, pemberian imunisasi tidak lengkap. Balita dengan

lingkungan yang kotor dapat menyebabkan menderita sakit sehingga dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembagannya. Balita sakit lebih mengutakan

pengobatan trradisional atau membeli obat di warung tetapi tidak membawa

langsung ke puskesmas karena jarak ke puskesmas cukup jauh. Ibu juga jarang

membawa balita ke posyandu setiap bulan karena ibu harus bekerja di ladang.

Page 27: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

8

Berdasarkan identifikasi wawancara diketahui balita stunting bukan

disebabkan sewaktu bayi lahir sudah memiliki tinggi badan pendek, penghasilan

rendah, dan memiliki pekerjaan membantu suami bekerja di ladang. Ibu dalam

pemberikan makanan kurang beragam (bergizi), balita tidak mengonsumsi susu

karena harganya mahal, dan praktek kesehatan kurang baik. Ibu juga kurang paham

terhadap pengaruh gizi terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan balita

sehingga menu makanan anak disamakan dengan orang dewasa dalam keluarga

sehingga dapat menyebabkan anak mudah terserang penyakit seperti konstipasi,

usus berlipat dan diare. Keluarga juga membiasakan balita stunting mengkonsumsi

jajanan yang dibeli di warung, kurang beragam dan tidak berusaha membujuk anak

menghabiskan porsi makan. Ibu juga tidak sepenuhnya meluangkan waktu untuk

mengurus anak stunting karena bekerja di ladang dan jarang membawa anak ke

posyandu bertujuan memantau perkembangan dan pertumbuhannya karena lokasi

yang cukup jauh.

Upaya Puskesmas Gunung Meriah menanggulangi stunting dengan

menerima bantuan berupa dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam

memberikan makanan tambahan pada kegiatan posyandu. Puskesmas Gunung

Meriah juga mendapat Program Makanan Tambahan dari pemerintah pusat yang

diselenggarakan setiap tahun bagi balita gizi kurus dan pendek.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

Faktor Determinan Apa yang berhubungan dengan Stunting di Puskesmas Gunung

Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

Page 28: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

9

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ditetapkan

dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah ada hubungan faktor risiko umur ibu dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

2) Apakah ada hubungan faktor risiko umur menikah ibu dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

3) Apakah ada hubungan faktor risiko suku bangsa dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

4) Apakah ada hubungan faktor risiko pendidikan ibu dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

5) Apakah ada hubungan faktor risiko pekerjaan ibu dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

6) Apakah ada hubungan faktor risiko pendapatan keluarga dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

7) Apakah ada hubungan faktor risiko pengetahuan ibu dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

8) Apakah ada hubungan faktor risiko sikap ibu dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

Page 29: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

10

9) Apakah ada hubungan faktor risiko pemberian makanan dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

10) Apakah ada hubungan faktor risiko kebiasaan makanan dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

11) Apakah ada hubungan faktor praktek risiko kesehatan dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

12) Faktor-faktor apa yang paling berhubungan dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko umur ibu dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

2) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko umur menikah ibu dengan

stunting di Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi

Aceh Tahun 2019.

3) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko suku bangsa dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

Page 30: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

11

4) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko pendidikan ibu dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

5) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko pekerjaan ibu dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

6) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko pendapatan keluarga dengan

stunting di Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi

Aceh Tahun 2019.

7) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko pengetahuan ibu dengan stunting

di Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

8) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko sikap ibu dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

9) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko pemberian makanan dengan

stunting di Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi

Aceh Tahun 2019.

10) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko kebiasaan makanan dengan

stunting di Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi

Aceh Tahun 2019.

11) Untuk menganalisis hubungan faktor risiko praktek kesehatan dengan

stunting di Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi

Aceh Tahun 2019.

Page 31: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

12

12) Untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan stunting di

Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun

2019.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1) Untuk menambah khasanah keilmuan yang terkait dengan pelayanan kesehatan

terkait stunting pada balita dan sebagai bahan tambahan untuk referensi guna

bahan acuan penelitian selanjutnya dengan tema sama.

2) Sebagai masukan bagi pembuat kebijakan di Dinas Kesehatan Kabupaten

Singkil dalam menyusun program kesehatan keluarga dan gizi khususnya

dalam penanggulangan stunting.

3) Sebagai masukan dalam pengembangan program pencegahan penyakit tidak

menular untuk keberhasilan program kesehatan balita.

Page 32: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian Oktarina (2013) dengan judul Faktor Risiko Stunting pada Balita

(24-59 Bulan) di Sumatera menjelaskan hasil penelitian bahwa prevalensi balita

stunting 44.1%. Faktor risiko stunting pada balita (p<0.05) yaitu tinggi badan ibu

(OR=1.36), lemak tingkat asupan (OR=1.30), jumlah anggota rumah tangga

(OR=1.38) dan sumber air minum (OR=1.36). Faktor dominan yang berhubungan

dengan kejadian stunting pada balita adalah jumlah anggota rumah tangga.

Keluarga disarankan agar dapat membatasi jumlah anak sesuai dengan program

Keluarga Berencana (KB) (18).

Penelitian Ni’mah (2015) dengan judul Faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Stunting pada balita menjelaskan hasil penelitian bahwa faktor panjang

badan lahir yang rendah (OR=4,091; CI=1,162-14,397), balita yang tidak

mendapatkan ASI Eksklusif (OR=4,643; CI=1,328-16,233), pendapatan keluarga

yang rendah (OR=3,250; CI=1,150-9,187), pendidikan ibu yang rendah

(OR=3,378; CI=1,246-9,157), dan pengetahuan gizi ibu yang kurang (OR=3,877;

CI=1,410-10,658) merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya (15).

Penelitian Wasaraka (2015) dengan judul Perbedaan proporsi stunting pada

anak usia 12-24 bulan berdasarkan pemanfaatan pelayanan posyandu di Kabupaten

Jayapura Papua menjelaskan hasil penelitian terdapat 19,8% anak yang tergolong

stunting. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna

Page 33: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

14

proporsi stunting berdasarkan pemanfaatan pelayanan posyandu (p>0,05). Namun,

terdapat perbedaan yang bermakna antara stunting dengan kejadian infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) (p=0,017) dan pengetahuan gizi ibu (p=0,025) (19).

Penelitian Nasution (2014) dengan judul Berat badan lahir rendah (BBLR)

dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan menjelasan hasil penelitian

proporsi anak 6-24 bulan yang mengalami BBLR sebesar 15,7%. Ada hubungan

bermakna antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan

(OR=5,60; 95% CI:2,27-15,70). Ada hubungan antara tinggi badan ibu dengan

kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan (OR=2,14; 95% CI:1,08-4,33). Faktor

sosial ekonomi (pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota

keluarga) tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian stunting (20).

Penelitian Paramashanti (2017) dengan judul Kenanekaragaman makanan

individu berhubungan erat dengan stunting pada bayi dan anak menjelaskan hasil

penelitian keanekaragaman makanan yang buruk berhubungan signifikan

(OR=16,76; 95% CI: 6,77-41,51) dengan kejadian stunting. Faktor lain yang

berhubungan dengan stunting adalah berat badan lahir rendah (OR=5,12; 95%CI:

2,11-12,43). Selain itu, waktu pemberian MP-ASI yang tepat bertindak sebagai

faktor protektif (OR=0,32; 95% CI: 0,13-0,75) kejadian stunting. Status ekonomi

rumah tangga bertindak sebagai effect modifier dan faktor pengganggu di antara

hubungan keanekaragaman makanan dan stunting (21).

Penelitian Sari (2016) dengan judul Asupan protein, kalsium dan fosfor

signifikan lebih rendah pada anak stunting dibandingkan anak tidak stunting

(p<0,05). Prevalensi stunting pada kelompok asupan protein rendah, lebih besar

Page 34: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

15

1,87 kali daripada kelompok asupan protein cukup. Begitu pula pada asupan

kalsium dan fosfor, prevalensi stunting pada kelompok asupan kalsium rendah,

lebih besar 3,625 kali daripada kelompok asupan kalsium cukup, dan prevalensi

stunting pada kelompok asupan fosfor rendah, lebih besar 2,29 kali daripada

kelompok asupan fosfor cukup di Kota Pontianak (8).

Penelitian Kartini (2016) dengan judul Kejadian Stunting dan Kematangan

Usia Tulang Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Daerah Pertanian Kabupaten Brebes

menjelaskan hasil penelitian kejadian stunting sebanyak 21,2% dan siswa yang

men-galami keterlambatan usia tulang sebanyak 42,4%. Proporsi siswa metabolit

pestisida positif lebih banyak pada yang terlibat kegiatan pertanian (29,2%)

dibanding siswa yang tidak terlibat kegiatan pertanian (5,6%). Kejadian stunting

lebih banyak pada siswa dengan metabolit pestisida positif (26,7%) dibanding yang

negatif (19,6%). Siswa kategori terlambat usia tulangnya lebih banyak pada yang

metabolit pestisida positif (46,7%) dibanding yang negatif (41,2%). Kejadian

stunting lebih banyak pada siswa dengan ke terlambatan usia tulang (42,9%)

dibanding siswa yang usia tulangnya termasuk kategori normal (5,3%) dan

berhubungan bermakna (p=0,001) (22).

Penelitian Kusuma (2013) dengan judul Faktor Risiko Kejadian Stunting

pada Anak Usia 2-3 Tahun di Kecamatan Semarang Timur menjelaskan hasil

penelitian berdasarkan analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor risiko

stunting pada balita usia 2-3 tahun adalah status ekonomi keluarga yang rendah (P

= 0,032; OR = 4,13), sedangkan panjang badan lahir, tinggi badan orangtua, dan

pendidikan orang tua bukan merupakan faktor risiko stunting (23).

Page 35: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

16

Penelitian Wellina (2015) dengan judul Faktor Risiko Stunting pada Anak

Umur 12-24 bulan menjelaskan hasil penelitian faktor risiko yang berpengaruh

terhadap kejadian stunting pada anak umur 12-24 bulan di Kecamatan Brebes

adalah tingkat kecukupan energi yang rendah OR=7,71 (95% CI: 3,63-16,3

p=0,001); protein yang rendah OR=7,65 (95% CI: 3,67-15,9 p=0,001); seng yang

rendah OR=8,78 (95% CI: 3,53-21,5; p=0,001), berat badan lahir rendah OR=3,63

(95% CI: 1,65-7,96 p=0,002) dan tingginya pajanan pestisida OR=8,48; (95% CI:

3,93-18,28 p=0,001). Kelima variabel tersebut memberikan kontribusi terhadap

stunting sebesar 45%. Ketaatan konsumsi vitamin A, frekuensi diare dan ISPA

bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian stunting dalam penelitian ini (24).

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Stunting

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah,

ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran

berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan

keseimbangan motolik (retensi kalsium, dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan adalah

peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi

sampai remaja (25).

Stunting adalah gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat, berupa

penurunan kecepatan pertumbuhan dalam perkembangan manusia yang merupakan

dampak utama dari gizi kurang. Gizi kurang merupakan hasil dari ketidak

seimbangan faktor-faktor pertumbuhan (faktor internal dan eksternal). Gizi kurang

Page 36: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

17

dapat terjadi selama beberapa periode pertumbuhan, seperti masa kehamilan, masa

perinatal, masa menyusui, bayi dan masa pertumbuhan (masa anak). Hal ini juga

bisa disebabkan karena defisiensi dari berbagai zat gizi, misalnya mikronutrien,

protein atau energi (26).

2.2.2. Indikator Stunting

Salah satu metode penilaian status gizi secara langsung yang paling populer

dan dapat diterapkan untuk populasi dengan jumlah sampel besar adalah

antropometri. Di Indonesia antropometri telah digunakan secara luas sebagai alat

untuk menilai status gizi masyarakat dan pertumbuhan perorang pada beberapa

dasawarsa belakang ini. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa parameter, sedangkan parameter adalah ukuran tunggal

dari ukuran tubuh manusia. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang. Pengukuran tinggi badan atau

panjang badan pada anak dapat dilakukan dengan alat pengukur tinggi/panjang

badan dengan presisi 0,1 cm (25).

Menurut Kemenkes RI (2013) bahwa indikator status gizi berdasarkan

indeks TB/U (tinggi badan per umur) memberikan indikasi masalah gizi yang

sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Misalnya:

kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang

kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.

Kategori dan ambang batas penilaian status gizi berdasarkan indikator TB/U

disajikan pada tabel 2.1.

Page 37: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

18

Tabel 2.1

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Berdasarkan Indeks TB/U

Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Sangat Pendek < - 3,0 SD

Pendek ≥ - 3,0 SD – < - 2,0 SD

Normal ≥ - 2,0 DS – 2,0 SD

Sumber: Kemenkes RI, 2013 (27).

2.2.3. Pemeriksaan Antropometri Stunting

Antropometri berasal dari kata anthropos (tubuh) dan metros (ukuran)

sehingga antropometri secara umum artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari

sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur

dan gizi. Dimensi tubuh yang diukur, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan,

lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di

bawah kulit (25). Perubahan dimensi tubuh dapat menggambarkan keadaan

kesehatan dan kesejahteraan secara umum individu maupun populasi. Dimensi

tubuh yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu umur dan tinggi badan, guna

memperoleh indeks antropometri tinggi badan berdasar umur (TB/U) (28).

Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki dan

aksesoris kepala, kedua tangan tergantung rileks di samping badan, tumit dan

pantat menempel di dinding, pandangan mata mengarah ke depan sehingga

membentuk posisi kepala Frankfurt Plane (garis imaginasi dari bagian inferior

orbita horisontal terhadap meatus acusticus eksterna bagian dalam). Bagian alat

yang dapat digeser diturunkan hingga menyentuh kepala (bagian verteks). Sentuhan

Page 38: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

19

diperkuat jika anak yang diperiksa berambut tebal. Pasien inspirasi maksimum pada

saat diukur untuk meluruskan tulang belakang (25).

Pada bayi yang diukur bukan tinggi melainkan panjang badan. Biasanya

panjang badan diukur jika anak belum mencapai ukuran linier 85 cm atau berusia

kurang dari 2 tahun. Ukuran panjang badan lebih besar 0,5-1,5 cm daripada tinggi.

Oleh sebab itu, bila anak di atas 2 tahun diukur dalam keadaan berbaring maka

hasilnya dikurangi 1 cm sebelum diplot pada grafik pertumbuhan. Anak dengan

keterbatasan fisik seperti kontraktur dan tidak memungkinkan dilakukan

pengukuran tinggi seperti di atas, terdapat cara pengukuran alternatif. Indeks lain

yang dapat dipercaya dan sahih untuk mengukur tinggi badan ialah: rentang lengan

(arm span), panjang lengan atas (upper arm length), dan panjang tungkai bawah

(knee height). Semua pengukuran di atas dilakukan sampai ketelitian 0,1 cm

(29).

2.2.4. Pengukuran Stunting

Istilah panjang dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika anak

telentang (30). Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status

perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indikator yang baik untuk

pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap

perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (31).

Alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang

sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa (micritoise).

Namun untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur

Page 39: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

20

panjang bayi pita meter (25). Alat yang digunakan untuk mengukur panjang bayi

dan tinggi balita di antaranya adalah (32):

1. Infatometer

Infatometer adalah sejenis alat ukur panjang atau tinggi badan dengan ketelitian

0,1 cm atau 1 mm. Bagian dari infatometer adalah sebagai berikut :

a. Bagian kepala atau head board tidak dapat digerakkan atau fix.

b. Bagian kaki atau foot board yang bisa digerakkan

c. Alas yang rata.

d. Bagian skala dengan ketelitian 0.1 cm atau 1.

Cara mengukur tinggi badan menggunakan infantometer adalah sebagai berikut

a. Sebelum mengukur panjang bayi letakkanlah alat pada permukaan yang rata

dengan ketinggian yang nyaman untuk mengukur dan cukup kuat.

b. Beri alas yang tidak terlalu tebal, bersih, dan nyaman misalnya selembar

selimut tipis atau kertas tisu yang lebar.

c. Sebelum mengukur tinggi badan bayi lepaskan tutup kepala bayi misalnya

topi, hiasan rambut, dan kaos kaki bayi.

d. Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi. Sebaiknya sisi yang paling

dekat dengan skala pengukur.

e. Letakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala atau head

board.

f. Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut atas liang telinga

berada pada garis yang tegak lurus dengan bidang infantometer.

g. Usahakan dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi.

Page 40: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

21

h. Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang infatometer.

i. Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan pengukur menahan agar

lutut bayi lurus.

j. Tangan pengukur menekan lutut bayi kebawah dengan lembut.

k. Dengan tangan yang lain pengukur mendorong atau menggerakkan bagian

kaki atau foot board sehingga menempel dengan tumit bayi.

l. Posisi kaki bayi adalah jari kaki menunjuk ke atas.

m. Baca ukuran panjang badan bayi sampai 0,1 cm terdekat. Pengukuran dapat

dilakukan pada satu atau dua kaki bayi.

Gambar 2.1 Alat Ukur Panjang Bayi

Gambar 2.2 Alat Ukur Tinggi Balita

Page 41: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

22

2.2.5. Faktor-faktor Penyebab Stunting

WHO membagi penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori

besar yaitu:

1. Faktor keluarga dan rumah tangga

Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan

faktor lingkungan rumah.

a. Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang pada saat prekonsepsi,

kehamilan, dan laktasi, tinggi badan ibu yang rendah, infeksi, kehamilan

pada usia remaja, kesehatan mental, intrauterine growth restriction (IUGR)

dan kelahiran preterm, jarak kehamilan yang pendek, dan hipertensi.

b. Faktor lingkungan rumah berupa stimulasi dan aktivitas anak yang tidak

adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasukan air yang tidak

adekuat, akses dan ketersediaan pangan yang kurang, alokasi makanan

dalam rumah tangga yang tidak sesuai, edukasi pengasuh yang rendah.

2. Makanan tambahan/komplementer yang tidak adekuat

Makanan komplementer yang tidak adekuat dibagi lagi menjadi tiga yaitu:

a. Kualitas makanan yang rendah

Kualitas makanan yang rendah dapat berupa kualitas mikronutrien yang

rendah, keragaman jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber makanan

hewani yang rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi, dan

makanan komplementer yang mengandung energi rendah.

Page 42: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

23

b. Cara pemberian yang tidak adekuat

Cara pemberian yang tidak adekuat berupa frekuensi pemberian makanan

yang rendah, pemberian makanan yang tidak adekuat ketika sakit dan

setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu halus, pemberian makan

yang rendah dalam kuantitas.

c. Keamanan makanan dan minuman

Keamanan makanan dan minuman dapat berupa makanan dan minuman

yang terkontaminasi, kebersihan yang rendah, penyimpanan dan persiapan

makanan yang tidak aman.

3. Menyusui

Faktor ketiga yang dapat menyebabkan stunting adalah pemberian Air Susu Ibu

(ASI) yang salah bisa karena inisiasi yang terlambat, tidak ASI eksklusif,

penghentian menyusui yang terlalu cepat.

4. Infeksi

Faktor keempat penyebab stunting adalah infeksi klinis dan subklinis seperti

infeksi pada usus: diare, environmental enteropathy, infeksi cacing, infeksi

pernafasan, malaria, nafsu makan yang kurang akibat infeksi, dan inflamasi (2).

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak.

Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri anak itu sendiri maupun dari luar diri

anak tersebut. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung

maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan

gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah

Page 43: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

24

pola asuh, pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan

masih banyak lagi faktor lainnya (33).

Beberapa faktor yang memengaruhi stunting:

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. Dikatakan bahwa bayi

yang lahir dengan BBLR kurang baik karena pada bayi BBLR telah terjadi

retardasi pertumbuhan sejak di dalam kandungan, lebih-lebih jika tidak mendapat

nutrisi yang baik setelah lahir (34).

Berat lahir memiliki dampak yang besar terhadap pertumbuhan anak,

perkembangan anak dan tinggi badan pada saat dewasa. Kegagalan pertumbuhan

anak terjadi dari konsepsi sampai dua tahun dan dari tahun ketiga anak seterusnya

19 tumbuh dengan cara yang rata-rata sama. Hal ini juga diakui bahwa penyebab

stunting berawal dari pertumbuhan janin yang tidak memadai dan ibu yang kurang

gizi, dan sekitar setengah dari kegagalan pertumbuhan terjadi di dalam rahim,

meskipun proporsi ini mungkin bervariasi di seluruh negara (35).

Penelitian Fitri (2012) proporsi kejadian stunting pada balita (12-59 bulan)

dengan hasil bahwa lebih banyak ditemukan pada balita dengan berat lahir rendah

(49,3%) dibandingkan dengan balita dengan berat lahir normal (36,9%). Balita

yang mempunyai berat lahir rendah memiliki resiko menjadi stunting sebesar 1,7

kali dibanding dengan balita yang mempunyai berat lahir normal (36).

Page 44: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

25

2. Asupan Makanan

Asupan makanan berkaitan dengan kandungan nutrisi (zat gizi) yang

terkandung di dalam makanan yang dimakan. Dikenal dua jenis nutrisi (zat gizi)

yang terkandung di dalam makanan yang dimakan. Ada dua jenis nutrisi yaitu

makronutrisi dan mikronutrisi. Makronutrisi merupakan nutrisi yang menyediakan

kalori atau energi, diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme, dan fungsi tubuh

lainnya. Makronutrisi ini diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar, terdiri dari

karbohidrat, protein, dan lemak. Nutrisi (zat gizi) merupakan bagian yang penting

dari kesehatan dan pertumbuhan. Nutrisi yang baik berhubungan dengan

peningkatan kesehatan bayi, anak-anak, dan ibu, sistem kekebalan yang kuat,

kehamilan dan kelahiran yang aman, resiko rendah terhadap penyakit tidak menular

seperti diabetes dan penyakit jantung, dan umur yang lebih panjang (37).

Hasil penelitian Fitri (2012) menunjukkan bahwa proporsi kejadian stunting

pada balita lebih banyak ditemukan pada asupan protein kurang dibandingkan

dengan balita dengan asupan protein cukup. Balita yang mempunyai asupan protein

kurang memiliki resiko menjadi stunting sebesar 1,2 kali dibanding balita yang

mempunyai asupan protein cukup (36).

3. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen

dan bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup tentunya ingin

bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok dan

mampu mencari reservoir baru dengan cara berpindah atau menyebar. Penyebaran

mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi orang-orang yang sedang

dalam keadaan sakit (penderita). Orang yang sehat akan menjadi sakit dan orang

Page 45: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

26

yang sedang sakit serta sedang dalam proses penyembuhan akan memperoleh

“tambahan beban penderitaan” dari penyebaran mikroba patogen ini ((38).

Penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak-anak adalah diare dan ISPA.

Penyakit diare dan ISPA dapat membuat anak-anak tidak mempunyai nafsu makan

sehingga terjadi kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke dalam

tubuhnya dan dapat mengakibatkan kekurangan gizi. Hasil penelitian Nashikhah

dan Margawati (2012) hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa riwayat diare

akut merupakan faktor resiko kejadian stunting (p=0,011) dimana balita yang

sering mengalami diare akut beresiko 2,3 kali lebih besar tumbuh menjadi stunting

(12).

4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan

kuantitas makanan, antara pendapatan dan gizi sangat erat kaitannya dalam

pemenuhan makanan kebutuhan hidup keluarga, makin tinggi daya beli keluarga

makin banyak makanan yang dikonsumsi dan semakin baik pula kualitas makanan

yang dikonsumsi. Di sini terlihat jelas bahwa pendapatan rendah akan menghalangi

perbaikan gizi dan dapat menimbulkan kekurangan gizi (39).

Penelitian di Bangladesh dengan jumlah sampel 1.182 anak berusia 12-30

bulan menemukan prevalensi pendek sebesar 50,9% di antara mereka. Risiko

kejadian pendek 3,6 kali lebih besar pada anak yang berasal dari rumah tangga

paling miskin dibandingkan dengan anak yang berasal dari rumah tangga paling

kaya (40). Pendapatan perkapita merupakan faktor yang turut menentukan status

gizi balita. Hasil penelitian Nasikhah dan Margawati (2012) menujukkan bahwa

pendapatan perkapita merupakan faktor resiko kejadian stunting pada balita usia

24-36 bulan (12).

Page 46: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

27

Menurut Riskesdas tahun 2018, persentase bayi dengan panjang badan

lahir pendek (<48 cm) cukup tinggi, yaitu sebesar 20,2 persen. Jika dikombinasikan

antara BBLR dan panjang badan lahir pendek, maka terdapat 4,3 persen balita yang

BBLR dan juga memiliki panjang badan lahir pendek dan prevalensi tertinggi di

Papua (7,6%), sedangkan yang terendah di Maluku (0,8%) (5).

5. Pola Asuh

Pola asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak. Pola asuh

ini termasuk pangan dan gizi, kesehatan dasar, imunisasi, penimbangan,

pengobatan, papan/pemukiman yang layak, higiene perorangan, sanitasi

lingkungan, sandang dan rekreasi (40). Pola asuh yang baik pada anak balita dapat

dilihat pada praktek pemberian makanan yang bertujuan untuk mendapatkan zat

gizi yang cukup bagi pertumbuhan fisik dan mental anak. Zat gizi juga berperan

dalam memelihara dan memulihkan kesehatan anak dalam melaksanakan kegiatan

sehari-hari. Aspek gizi juga mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang dan

kecerdasan anak yang ditentukan sejak bayi, bahkan dalam kandungan (41).

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, UNICEF merumuskan

tiga faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang secara tidak langsung

(underlying factors), yaitu pangan rumah tangga, pengasuhan, dan sanitasi

lingkungan. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi status gizi dan juga tingkat

kesehatan anak yang juga turut menentukan kualitas pertumbuhan serta

perkembangan anak (42).

Penentuan asupan yang baik sangat penting untuk mengejar panjang badan

yang seharusnya. Berat badan lahir, panjang badan lahir, usia kehamilan dan pola

asuh merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting. Panjang

badan lahir merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting pada balita (10).

Page 47: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

28

2.2.6. Dampak Stunting

Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak. WHO

membagi dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yang terdiri dari

jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting adalah di

bidang kesehatan yang dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas,

di bidang perkembangan berupa penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan

bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran untuk biaya

kesehatan. Stunting juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang di bidang

kesehatan berupa perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan

komorbidnya, dan penurunan kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan

berupa penurunan prestasi dan kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa

penurunan kemampuan dan kapasitas kerja (2).

Menurut penelitian Hoddinott et al. (2013) menunjukkan bahwa stunting

pada usia 2 tahun memberikan dampak yang buruk berupa nilai sekolah yang lebih

rendah, berhenti sekolah, akan memiliki tinggi badan yang lebih pendek, dan

berkurangnya kekuatan genggaman tangan sebesar 22%. Stunting pada usia 2 tahun

juga memberikan dampak ketika dewasa berupa pendapatan perkapita yang rendah

dan juga meningkatnya probabilitas untuk menjadi miskin. Stunting juga

berhubungan dengan meningkatnya jumlah kehamilan dan anak di kemudian hari.

Pertumbuhan yang terhambat di kehidupan awal dapat memberikan dampak buruk

terhadap kehidupan, sosial, dan ekonomi seseorang (43).

Dampak stunting terhadap prestasi sekolah juga didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Perignon et al. (2014) terhadap anak usia 6-16 tahun di

Kamboja. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang mengalami

stunting moderate dan severe memiliki kecerdasan kognitif yang lebih rendah

Page 48: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

29

dibanding dengan anak yang normal. Stunting juga dapat mempengaruhi kadar

hemoglobin anak (44).

2.2.7. Pencegahan Dini Kejadian Stunting

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan

gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan

dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini

meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah

sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif

para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka

panjang bagi Indonesia. Beberapa upaya pencegahan dini kejadian stunting pada

balita di Indonesia antara lain melalui Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan dan

Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) (45).

2.2.8. Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan

Pada bulan September 2012, Pemerintah Indonesia meluncurkan “Gerakan

1.000 Hari Pertama Kehidupan” yang dikenal sebagai 1.000 HPK. Gerakan ini

bertujuan mempercepat perbaikan gizi untuk memperbaiki kehidupan anak-anak

Indonesia di masa mendatang. Gerakan ini melibatkan berbagai sektor dan

pemangku kebijakan untuk bekerjasama menurunkan prevalensi stunting serta

bentuk-bentuk kurang gizi lainnya di Indonesia (45)

Gerakan 1000 HPK merupakan suatu gerakan percepatan perbaikan gizi

yang diadopsi dari gerakan Scaling Up-Nutrition (SUN) Movement. SUN

Movement merupakan suatu gerakan global di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal

Page 49: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

30

PBB. Hadirnya gerakan ini merupakan respons dari negara-negara di dunia

terhadap kondisi status pangan dan gizi di negara berkembang. Tujuan global dari

SUN Movement adalah untuk menurunkan masalah gizi pada 1000 HPK yakni dari

awal kehamilan sampai usia 2 tahun. Periode 1000 HPK ini telah dibuktikan secara

ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan seseorang, oleh

karena itu periode ini sering disebut sebagai “periode emas” (27).

Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yang bermula sejak saat

konsepsi hingga anak berusia 2 tahun, merupakan masa paling kritis untuk

memperbaiki perkembangan fisik dan kognitif anak. Status gizi ibu hamil dan ibu

menyusui, status kesehatan dan asupan gizi yang baik merupakan faktor penting

untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif anak, menurunkan risiko

kesakitan pada bayi dan ibu. Ibu hamil dengan status gizi kurang akan

menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, penyebab utama terjadinya bayi

pendek (stunting) dan meningkatkan risiko obesitas dan penyakit degeneratif pada

masa dewasa (46).

1. Periode Kehamilan (280 Hari) dalam Gerakan 1000 HPK

Awal kehamilan merupakan titik awal perhatian terhadap anak. Hal yang

harus dipastikan dalam 1000 hari pertama kehidupan yaitu anak harus mendapatkan

asupan gizi yang optimal agar penurunan status gizi anak dapat dicegah sejak awal.

Pada kehamilan 8 minggu pertama terbentuk cikal bakal yang akan menjadi

jantung, otak, hati, ginjal, tulang dan yang lainnya sedangkan pada usia 9 minggu

hingga masa kelahiran terjadi pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut dari

organ tubuh hingga siap untuk hidup di luar kandungan ibu (47).

Page 50: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

31

Bayi dalam kandungan sangat bergantung pada kesehatan dan nutrisi ibunya

yang baik saat periode kehamilan. Kekurangan gizi yang dialami ibu hamil akan

berdampak buruk bagi dirinya dan janin yang dikandungnya. Bila ibu mengalami

kekurangan gizi pada saat hamil, masalah yang dapat terjadi pada janin adalah

prematur, lahir mati, kematian prenatal (kematian pada bayi kurang dari 7 hari),

dan pada ibu dapat terjadi anemia gizi, penurunan daya tahan tubuh, kesulitan

dalam persalinan, dll. Dampak kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan

tidak hanya terkait dengan pertumbuhan fisik namun juga berpengaruh terhadap

perkembangan mental dan kecerdasan yang terlihat dari ukuran fisik yang tidak

optimal dan kualitas kerja yang tidak mampu bersaing pada usia dewasa (48).

Pertumbuhan dan perkembangan janin (280 hari) dalam rahim berlangsung

sangat cepat oleh karena itu nutrisi yang dibutuhkan bayi harus terpenuhi. Ibu

hamil memiliki kebutuhan gizi cenderung lebih besar daripada wanita yang tidak

hamil. Adapun syarat makanan sehat bagi ibu hamil yaitu mampu menyediakan

energi (kalori) yang cukup dan menyediakan semua nutrisiyang dibutuhkan untuk

kesehatan ibu dan pertumbuhan janin, dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi

janin dan mampu mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat

badan, kadar gula darah dan tekanan darah ibu (49).

Makan dengan porsi kecil tetapi sering dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu

hamil jauh lebih baik mengingat ada masa mual muntah pada kehamilan. Makan

makanan beraneka ragam 1 porsi lebih banyak dari sebelum hamil terutama pangan

hewani. Berikut yang harus dipenuhi oleh ibu hamil selama kehamilan:

1. Energi; kebutuhan energi selama hamil cenderung berbeda dari sebelum hamil,

oleh karena itu WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari

pada trimester satu, dan 350 kkal selama trimester dua dan tiga karena

Page 51: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

32

Kebutuhan akan energi pada trimester I sedikit sekali meningkat setelah itu

sepanjang trimester dua dan tiga kebutuhan akan terus meningkat sampai akhir

kehamilan. Energi tambahan selama trimester dua diperlukan untuk pemekaran

jarinan ibu yaitu penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara

serta penumpukan lemak sedangkan pada trimester tiga diperlukan untuk

pertumbuhan janin dan plasenta (50). Sumber energi utama dapat diperoleh dari

makanan pokok seperti beras, sereal, umbi-umbian tepung dan hasil olahannnya

2. Protein

Diperkirakan sebanyak 925 gr protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.

Dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 gr atau sekitar 12% dari

jumlah total kalori atau sekitar 1,3 gr/kg/hari pada gravida matur, 1,5 gr/kg/hari

pada usia ibu hamil15-18 tahun dan 1,7 gr/kg/hari pada usia ibu hamil di bawah

15 tahun. Sumber protein sebaiknya 2/3 bagian merupakan dari pangan yang

bernilai biologi tinggi seperti daging yang tidak berlemak, susu, telur dll (50).

3. Lemak

Lemak yang baik adalah lemak nabati yang berasal dari tumbuhan seperti

santan dan minyak. Lemak berfungsi untuk melarutkan viamin A,D, E, dan K.

Konsumsi lemak sebaiknya 10-25% dari kebutuhan energi (49).

4. Asam Folat

Asam folat dapat membantu mencegah cacat pada otak dan tulang belakang dan

juga dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur, BBLR serta gangguan

pertumbuhan janin. Kebutuhan asam folat sebelum dan selama kehamilan yaitu

sekitar 0,4-0,8 mg/ hari yang bisa diperoleh dari makanan yang berwarna hijau,

jeruk, buncis, kacang-kacangan dan gandum (51).

Page 52: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

33

5. Vitamin

Pada ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi vitamin A secara seimbang,

tidak berlebih dan tidak kurang terutama di awal-awal kehamilan. Angka

kecukupan vitamin A yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah 800 RE/hari.

Vitamin A memiliki peranan penting dalam fungsi tubuh terutama penglihatan,

imunitas serta perkembangan jaringan tubuh. Vitamin A dapat diperoleh dari

buah-buahan dan sayur yang berwarna hijau atau kuning, mentega,susu, kuning

telur dll (50)

6. Vitamin C

Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi 85 mg vitamin C per hari yang

berguna sebagai antioksi dan yang melindungi jaringan dari kerusakan serta

berfungsi untuk pembentukan kolagen dan penghantar sinyal di otak bayi dan

dapat membantu penyerapan Fe. Vitamin C dapat diperoleh dari tomat, jeruk,

stroberi dll (49)

7. Zat Besi

Zat besi berfungsi untuk memproduksi hemoglobin (Hb) yaitu protein di sel

darah merah yang memiliki peran sebagai pembawa oksigen ke jaringan tubuh.

Kebutuhan zat besi dua kali lipat selama hamil yaitu sekitar 1000 mg selama

hamil yang dapat diperoleh dari daging merah, unggas dll. Sebaiknya diminum

dengan air putih saja dan dikonsumsi pada malam hari disertai dengan

konsumsi buah yang mengandung vitamin C agar membantu penyerapan zat

besi (49).

Page 53: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

34

8. Zink

Zink merupakan mikro mineral dan sumber zink yang paling dikenal ialah ikan

dan daging karena zink yang bersumber dari hewan lebih mudah diserap oleh

tubuh dari pada yang bersumber dari nabati. Kebutuhan zink pada trimester

pertama adalah 0,5 mg/hari dan pada terimester kedua dan tiga 1,5 mg/hari (52)

9. Kalsium

Kebutuhan kalsium ibu hamil yang perlu ditambah ialah sekitar 400 mg/hari

untuk memenuhi kebutuhan janin dan juga ibu untuk menguatkan tulang dan

gigi. Hampir keseluruhan dari tambahan kalsium ini ditransfer ke tulang bayi

(52).

10. Yodium

Yodium dibutuhkan dalam jumlah sedikit dalam tubuh namun sangat

berpengaruh terhadap kecerdasan anak dan juga keterbelakangan mental serta

mengurangi kemungkinan kematian bayi. Kekurangan yodium dapat

menyebabkan kerusakan otak permanen pada bayi. Pada ibu hamil dianjurkan

untuk menambah kadar yodium 25 μg/hari (52)

Saat memasuki kehamilan trimester tiga, sebaiknya ibu dan suaminya sudah

mendapatkan informasi tentang menyusui seperti manfaat, posisi dan teknik

menyusui yang tepat, cara menangani masalah-masalah yang muncul saat

menyusui seperti lecet pada puting, ASI tidak keluar dan yang lainnya (49)

2. Periode 0-6 Bulan (180 hari)

Periode ini adalah periode pemberian ASI eksklusif pada bayi yang harus

memperhatikan beberapa hal seperti bayi harus mendapatkan inisiasi menyusu dini

(IMD) segera setelah lahir setidaknya selama satu jam pertama setelah lahir atau

hingga proses menyusu pertama selesai (50). ASI merupakan makanan yang terbaik

Page 54: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

35

bagi bayi karena semua nutrisi yang diperlukan bayi ada di ASI. WHO (2012) telah

merekomendasikan pemberian ASI selama 6 bulan sedangkan pemerintah telah

merangkumkannya dalam peraturan tentang ASI eksklusif yang dapat dillihat pada

Undang-undangnomor 13 tahun 2003 pasal 83 tentang ketenagakerjaan, Undang-

undang nomor 36 tahun 2009 pasal 128 tentang kesehatan dan Peraturan

Pemerintahnomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI (2).

Kelahiran bayi sebaiknya ditolong oleh petugas kesehatan. Pada awal

kelahiran bayi, segera lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dimana bayi diletakkan

di atas dada atau perut ibu dan membiarkan bayi untuk mencari puting ibunya

sendiri dan biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu. Sebaiknya ibu dan bayi

tetap dirawat bersama (rawat gabung) agar dapat menyusui bayi sesuai dengan

kebutuhannya. IMD sendiri memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu bayi

memperoleh kolostrum yang sangat baik untuk daya tahan tubuh bayi, adanya skin

to skin antara tubuh bayi dan ibu membuat suhu tubuh bayi tetap dalam keadaan

normal sehingga bayi merasa lebih nyaman selain itu bayi yang sebelumnya

dilakukan IMD besar kemungkinan berlanjut kepada pemberian ASI eksklusif yang

sangat baik bagi perkembangan fungsi usus, terhindar dari alergi serta tidak

menggangu pertumbuhan bayi. IMD juga sangat membantu mengurangi rasa stres

pada ibu dan meningkatkan ikatan ibu dan anak. Rangsangan yang diberikan oleh

bayi ketika menyusu dapat mempercepat keluarnya ASI (50).

WHO (2012) merekomendasikan memberikan ASI (<1 jam) dan secara

eksklusif selama 6 bulan dan setelah 6 bulan ASI tetap diberikan sampai usia 24

bulan disertai dengan pemberian MP-ASI yang bergizi lengkap, cukup dan

seimbang, aman serta diberikan tepat waktu dan dengan cara yang benar. ASI

merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses

Page 55: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

36

menyusui bayi dan merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi

pada periode kehamilan dimana hormon tertentu merangsang payudara untuk

memperbanyak saluran dan kelenjar air susu (2).

Selain ASI yang diberikan untuk bayi, perlu juga diperhatikan gizi ibu

menyusui yang baik akan berpengaruh terhadap kualitas ASI yang diberikan pada

bayi untuk mendukung gerakan 1000 HPK. Hasil penelitian Setiyani (2013)

mengenai hubungan kejadian anemia pada ibu menyusui dengan status gizi bayi

usia 0-6 bulan diketahui sebanyak 60,78% ibu menyusui mengalami anemia dan

dari ibu yang mengalami anemia tersebut 3,23% memiliki bayi dengan kategori

gizi kurang (53).

Hidayati mengungkapkan ibu menyusui perlu diperhatikan kebutuhan air,

kalori, protein serta mineralnya. Seorang ibu menyusui dianjurkan untuk minum 8-

12 gelas, selain itu kalori yang dibutuhkan juga bertambah. Seorang ibu menyusui

memerlukan asupan rata-rata sehari sebanyak 2.700 kkal. Kebutuhan tambahan

asupan kalori sebanyak 500 kkal perhari. Apabila asupan kurang dari yang

direkomendasikan, maka akan berdampak pada penurunan berat badan post partum

(49).

3. Periode 6-24 Bulan (540 hari)

Pada periode ini dimulai pemberian makanan pada bayi selain ASI yang

dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun. Pada periode ini sistem pencernaan

sudah relatif sempurna. Pemberian MP-ASI pada periode ini harus dilakukan secara

bertahap, sedikit demi sedikit dan terus bertambah seiring pertambahan usia bayi.

Begitupula dengan konsistensi makanan bayi yang harus dimulai dengan makanan

encer hingga makanan keluarga (51).

Page 56: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

37

Masa pemberian pendamping ASI (MP-ASI) yang diperkenalkan haruslah

secara bertahap dari makanan cair, saring lembek, hingga padat. MP-ASI sendiri

sebaiknya dibuat oleh ibu dirumah agar lebih bervariasai, lebih bergizi serta lebih

ekonomis. Menurut WHO (2012) pemberian MP-ASI memiliki arti bahwa ASI saja

tidak lagi mencukupi kebutuhan bayi (2).

Menurut Fikawati beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam proses

pemberian MP-ASI yaitu tetap memberikan ASI secara on demand (sesuai

kebutuhan bayi), melakukan responsive feeding dan psycososial care,

memperhatikan kondisi nyaman bayi saat memberikan MP-ASI, memperhatikan

kebersihan makanan, konsistensi MP-ASI, jenis dan bahan makanan sesuai

kebutuhan serta kemampuan adaptasi sesuai dengan usia bayi, Meningkatkan

frekuensi makan seiring bertambahnya usia bayi, Memberikan MP-ASI fortifiksi

atau suplementasi vitamin jika terjadi kesenjangan akan kebutuhan zat gizi seperti

halnya vitamin A, B dan zat besi serta meningkatkan konsumsi cairan dan frekuensi

menyusui saat bayi sakit (50).

Menurut Kemensos RI bahwa pada bayi usia 6 bulan sampai 2 tahun hal

yang harus dilakukan ialah pemberian MP-ASI, namun pemberian ASI tetap harus

diberikan, memberikan kapsul vitamin A, melengkapi imunisasi dasar pada bayi

dan memantau pertumbuhan dan perkembangan serta mencegah dan menangani

anak (54).

2.2.9. Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM)

Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) MCA-

Indonesia disebutkan untuk mengurangi anak stunting bertujuan mengurangi dan

mencegah bayi lahir dengan berat badan rendah dan anak stunting, serta

Page 57: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

38

kekurangan gizi pada anak-anak. Dalam jangka panjang, proyek diharapkan dapat

meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penghematan biaya kesehatan dan

peningkatan produktivitas (45).

Untuk mencapai tujuan itu, PKGBM melakukan beberapa kegiatan yang

berorientasi pada perbaikan status gizi ibu hamil dan anak, antara lain melalui

peningkatan peran serta masyarakat, perbaikan asupan gizi, pengurangan kasus

diare, meningkatkan ketersediaan makanan bergizi yang terjangkau, serta

meningkatkan kesadaran Pemerintah Indonesia dan masyarakat tentang pentingnya

isu stunting. Proyek ini menggabungkan pendekatan pemberdayaan masyarakat

dengan peningkatan suplai bidang kesehatan. PKGBM juga mengintegrasikan

beberapa kegiatan yang selama ini dilaksanakan secara terpisah, yakni

pemberdayaan masyarakat, perbaikan sanitasi dan perilaku hidup sehat,

peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, penyediaan alat kesehatan, pemberian

insentif bagi tenaga kesehatan, pelibatan pihak swasta, serta peningkatan kesadaran

melalui kampanye (45).

Berdasarkan kedua program pemerintah berkaitan dengan pencegahan

stunting pada balita yaitu Gerakan 1000 HPK dan PKGBM ini, maka penelitian ini

dilakukan. Penelitian ini mencoba menerapkan kedua program ini guna mencegah

dini kejadian stunting pada balita. Melalui salah satu program PKGBM yaitu

peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, dalam penelitian ini dilakukan

peningkatan kapasitas kader posyandu sebagai salah satu tenaga kesehatan. Melalui

gerakan 1000 HPK, dalam penelitian ini kader diberi edukasi tentang penerapan

gerakan 1000 HPK dalam upaya mencegah dini kejadian stunting pada balita (45).

Page 58: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

39

2.3. Landasan Teori

Stunting berkaitan denan status gizi merupakan keadaan tubuh yang

seimbang antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Ketersediaan gizi pada tingkat

seluler dibutuhkan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan menjalankan fungsi

tubuh. Status gizi kurang pada dasarnya disebabkan oleh interaksi antara asupan

gizi yang tidak seimbang dan penyakit infeksi. Menurut United Nations Children’s

Fund (UNICEF), masalah gizi disebabkan berbagai faktor baik langsung (makanan

tidak seimbang dan penyakit infeksi) maupun tidak langsung meliputi pola asuh

(pola asuh makan dan pola asuh kesehatan). Pola asuh makan dapat berupa sikap

dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam memberikan makan. Pola asuh

kesehatan dan pola asuh diri sebagai sikap dan tindakan ibu terhadap kondisi

lingkungan anak, meliputi: kebersihan dan sanitasi lingkungan, perawatan balita

dalam keadaan sehat maupun sakit (13).

Perilaku kesehatan sekaligus dapat memperkuat teori kejadian stunting

berkaitan dengan status gizi, maka Laurence W. Green mencetuskan teori perilaku

menyatakan perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu: faktor pencetus timbulnya

perilaku seperti: umur, pengetahuan, pengalaman, pendidikan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, paritas, dan lain sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factors) yaitu: faktor yang mendukung timbulnya

perilaku seperti lingkungan fisik, dana dan sumber-sumber yang ada di

masyarakat.

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu: faktor-faktor yang memperkuat

atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang lain

Page 59: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

40

misalnya : peraturan dan kebijakan pemerintah, petugas kesehatan, tokoh

masyakarat/agama maupun dari pihak keluarga (14).

Berdasarkan teori UNICEF (1998) dan Green (2005), maka dapat dijelaskan

faktor penyebab stunting pada balita yaitu:

1. Umur

Menurut Anwar usia Ibu 35 tahun termasuk dalam rawan hamil dengan

kehamilan beresiko tinggi. Usia Ibu hamil di bawah 20 tahun beresiko melahirkan

bayi dengan BBLR yang dapat menyebabkan stunting (gangguan gizi) sehingga

menghambat pertumbuhan anak. Hal ini disebabkan organ reproduksi di usia

tersebut seperti rahim belum cukup matang untuk menganggung beban kehamilan

dan kemungkinan komplikasi seperti terjadinya keracunan kehamilan atau

preeklamsi dan plasenta previa yang dapat menyebabkan perdarahan selama

persalinan selain itu pada usia ini biasanya karena belum siap ibu secara psikis

maupun fisik (55).

Penelitian Khotimah (2014) mengatakan bahwa berdasarkan uji statistik

menggunakanj Chi Square pada α = 0,05 didapatkan nilai p sebesar 0,000 (p < α)

yang berarti bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara umur

ibu dengan kejadian gizi buruk pada balita di Puskesmas Cikulur. Hal ini dapat

dikatakan bahwa ibu yang berusia muda dapat mencegah terjadinya gizi buruk pada

balitanya. Dengan kata lain bahwa ibu yang berumur tua (≥35 tahun) beresiko

hampir 11 kali lebih besar untuk memiliki balita dengan gizi buruk (56).

Page 60: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

41

2. Umur menikah

Pernikahan dini menurut WHO adalah pernikahan sebelum usia 18 tahun,

yang berlaku baik bagi anak laki-laki maupun perempuan, tetapi kenyatannya lebih

umum terjadi pada anak perempuan (57). Pernikahan dini dapat berdampak buruk

terhadap kesehatan ibu dan balita. Salah satu dampaknya adalah terganggunya

organ reproduksi pada ibu dan apabila terjadi kehamilan, merupakan kehamilan

yang berisiko.1 Selain itu dapat juga berakibat pada anak yang dilahirkannya. Anak

yang lahir dari ibu yang menikah dini memiliki kesempatan hidup yang rendah dan

lebih besar memiliki masalah gizi pada anaknya seperti pendek, kurus, dan gizi

buruk (58).

3. Suku bangsa

Indonesia adalah negara yang mempunyai ragam budaya dan adat istiadat.

Keragaman dan keunikan budaya yang dimiliki suatu etnis masyarakat tertentu

merupakan wujud dari gagasan, rasa, tindakan, dan karya yang turut membentuk

karater fisik pada makanan (menu, pola dan bahan dasar makanan) (62). Adat

istiadat dan kebudayaan yang sudah mengakar memberi pengaruh yang besar pada

perilaku dan kebiasaan hidup mereka, termasuk kebiasaan makan dan pola makan

sehari-hari Jenis bahan dan menu makanan yang dikonsumsi, waktu makan,

frekuensi makan, tujuan makan, hingga jenis bahan makanan yang ditabukan

masyarakat Suku Sasak sangat dipengaruhi adat dan budayanya. Hal serupa

diberlakukan kepada anak pada 1.000 hari pertama kehidupannya (59).

Page 61: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

42

4. Pendidikan

Orang tua terutama ibu yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi dapat

melakukan perawatan anak dengan lebih baik daripada orang tua dengan

pendidikan rendah. Orang tua dengan pendidikan yang lebih rendah lebih banyak

berasal dari keluarga yang sosial ekonominya rendah sehingga diharapkan

pemerintah meningkatkan akses pendidikan untuk keluarga dengan sosial ekonomi

yang kurang (60).

Penelitian Ramli, et al. (2009) di Maluku di mana pendidikan ayah tidak

berhubungan dengan kejadian stunting sedangkan pendidikan ibu berhubungan

secara signifikan dengan kejadian stunting pada balita. Hal ini bisa disebabkan

karena peran pengasuhan lebih besar dilakukan oleh ibu sedangkan ayah lebih

banyak bekerja sehingga waktu dengan anaknya akan lebih berkurang (61).

5. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan sehari-harinya dan sebagai

imbalannya mendapatkan upah atau tidak. Lingkungan pekerjaan dapat membuat

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun

tidak langsung(62). Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki

waktu yang cukup bagi anak-anak dan keluarga. Dalam hal ini ibu mempunyai

peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun

demikian, ibu harus dituntut tanggung jawabnya kepada suami dan anak-anaknya,

khususnya memelihara anak. Keadaan yang demikian dapat memengaruhi keadaan

gizi keluarga khususnya anak balita. Ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu

Page 62: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

43

yang cukup untuk memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan

dan kecukupan serta kurang perhatian dan pengasuhan kepada anak (63).

6. Pendapatan

Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh promosi

iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup dan

timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah

ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang

cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola

makannya sehari–hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan

pada pertimbangan selera dibandingkan dari aspek gizi (64).

7. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk perilaku atau tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang

memiliki hubungan yang positif terhadap tingkah laku yang dilakukannya, berarti

semakin kurang pengetahuan seseorang. Hal ini didukung oleh teori Green yang

mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor di antaranya adalah

pengetahuan (65).

8. Sikap

Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu objek, dan sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup dan memiliki 3 komponen pokok yaitu kepercayaan,

emosional dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam penentuan sikap yang utuh

emosional memegang peranan penting. Ini sama halnya dengan hasil penelitian

yang dilakukan peneliti, karena faktor eksteren dan intern salah satunya

Page 63: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

44

pengalaman, maka seseorang tersebut akan cenderung melakukan hal yang ke arah

positif untuk menghindari akibat yang negatif (66).

9. Pemberian makanan

Makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan

yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang

diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi

biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga,

pembangun dan zat pengatur.Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari

bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang

berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti

keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan seseorang. Makanan sumber zat pengatur adalah semua

sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan

mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh

(67).

10.Kebiasaan makanan

Orang tua mempunyai peranan penting dalam membetuk kebiasaan makan

pada remaja. Pola makan keluarga sehari–hari terkait dengan budaya makan dalam

keluarga, contohnya orang tua yang berasal dari Sumatera Barat lebihmenyajikan

makanan tinggi lemak dan kurang serat (68).

Buah sayur memiliki kalori yang rendah dan merupakan sumber serat dan

mikronutrien seperti vitamin dan mineral (69). Sayur-sayuran dan buah-buahan

juga merupakan sumber serat pangan yang mudah ditemukan dalam bahan pangan

Page 64: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

45

dan hampir selalu terdapat pada hidangan sehari-hari, baik dalam keadaan mentah

(lalapan sehat) atau setelah diolah menjadi berbagai macam bentuk masakan (70).

11. Praktek kesehatan

Status kesehatan merupakan salah satu aspek pola asuh yang dapat memengaruhi

status gizi anak kearah membaik. Status kesehatan adalah hal-hal yang dilakukan

untuk menjaga status gizi anak, menjauhkan dan menghindarkan penyakit serta

yang dapat menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak (71).

Penelitian dengan metode kualitatif yang dilakukan oleh Sihotang (2012)

pada Keluarga Mandah di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Jambi, dari hasil

wawancara yang semua balita jarang dibawa ke posyandu ataupun ke fasilitas

kesehatan lainnya. Ada beberapa alasan yang membuat balita tersebut jarang

dibawa ke posyandu yaitu sebagai berikut: pertama adalah akses ke sarana

pelayanan kesehatan. Keberadaan lokasi mandah membuat keluarga kesulitan

untuk sewaktu-waktu keluar untuk sekadar membawa balita mereka menimbang ke

posyandu (72).

Page 65: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

46

Gambar 2.3 Modifikasi Faktor Penyebab Stunting Teori

UNICEF, 1998 (14) dan Green, 2005 (15)

Stunting

Penyebab langsung:

1. Makan tidak

seimbang (Penyakit (UNICEF, 1998)

Penyebab tidak langsung:

1. Ketersediaan & pola

konsumsi rumah tangga

2. Pola asuh anak,

pemberian ASI/ MP-

ASI, psikososial, penyediaan MP-ASI,

kebersihan dan

sanitasi 3. Pelayanan kesehatan

dan kesehatan

lingkungan

Kurang Gizi (Status Gizi)

Faktor pendukung : 1. Lingkungan fisik

2. Dana

3. Sumber-sumber

yang ada

Faktor pendorong :

1. undang-undang dan peraturan

pemerintah

2. Petugas kesehatan

3. Keluarga 4. Tokoh Masyarakat/

agama

Faktor predisposisi :

1. Umur 2. Pengetahuan

3. Pengalaman

4. Pendidikan

5. Sikap 6. Kepercayaan,

keyakinan

7. dan lain sebagainya

Perilaku Kesehatan)

Page 66: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

47

2.4. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, konsep shunting yang berkaitan dengan faktor-faktor

yang berhubungan dengan bagan kerangka konsep penelitian sebagai berkikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari faktor umur ibu, umur

menikah, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap, pemberian

makanan, kebiasaan makan, dan praktek kesehatan) sebagai variabel independen

dan variabel dependen yaitu stunting.

2.5. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang

diajukan ini adalah:

1) Ada hubungan faktor resiko umur ibu dengan stunting di Puskesmas Gunung

Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

2) Ada hubungan faktor resiko umur menikah dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

Faktor yang Memengaruhi :

1. Umur

2. Umur menikah

3. Suku bangsa

4. Pendidikan

5. Pekerjaan

6. Pendapatan

7. Pengetahuan

8. Sikap

9. Pemberian makanan

10.Kebiasaan makan

11.Praktek kesehatan

Stunting

Page 67: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

48

3) Ada hubungan faktor resiko suku bangsa dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

4) Ada hubungan faktor resiko pendidikan ibu dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

5) Ada hubungan faktor resiko pekerjaan ibu dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

6) Ada hubungan faktor resiko pendapatan keluarga dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

7) Ada hubungan faktor resiko pengetahuan ibu dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

8) Ada hubungan faktor resiko sikap ibu dengan stunting di Puskesmas Gunung

Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

9) Ada pengaruh faktor resiko pemberian makanan dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

10) Ada pengaruh faktor resiko kebiasaan makan dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

11) Ada hubungan faktor resiko praktek kesehatan dengan stunting di Puskesmas

Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh Tahun 2019.

Page 68: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

49

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah mixed methods research dengan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan ke dua metode ini dipandang

lebih memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang masalah penelitian dari

pada penggunaan salah satu di antaranya. Mixed method dalam penelitian ini adalah

Sequential Explanatory Mixed Method yang bertujuan agar data kualitatif

membantu memberikan gagasan yang lebih mendalam dan lebih banyak untuk hasil

kuantitatif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian adalah fenomenologi (73).

Peneliti ingin memahami faktor yang berhubungan dengan stunting.

Pendekatan kuantitatif menggunakan desain Case Control dengan memilih

kasus yang penderita stunting pada balita usia 12-36 bulan dan kontrol yang tidak

menderita stunting pada balita usia 12-36 bulan. Penelitian dimulai dengan

mengidentifikasi balita menderita stunting (retrospektif) melalui survei dan

mengukur secara langsung tinggi badan dan berat badan menggunakan alat

timbangan/microtoa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor umur, umur

menikah, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap, pemberian

makan, kebiasaan makan dan praktek kesehatan yang berhubungan dengan stunting

pada balita usia 12-36 bulan di Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh

Singkil.

Page 69: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

50

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Gunung Meriah. Alasan

pemilihan lokasi ini disebabkan jumlah balita stunting tahun 2018 sebanyak 176

orang balita dengan rincian 1-12 bulan yaitu 29 orang, >12-36 bulan 91 orang dan

> 36-60 bulan 56 orang.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2018 sampai dengan Februari 2019.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh ibu mempunyai balita stunting usia 12-36 bulan

sebanyak 91 orang. Usia balita tersebut lebih banyak menderita stunting.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.

1. Sampel untuk pendekatan kuantitatif

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu memiliki balita

stunting berusia 12-36 bulan sebanyak 91 orang (total population). Untuk

memperoleh pembanding dalam objek yang diteliti, maka dilakukan pengambilan

sampel kontrol dengan perbandingan 1:1, sehingga jumlah sampel kontrol

sebanyak 91 orang balita tidak menderita stunting, maka jumlah seluruh sampel

adalah 182. Teknik pengambilan sampel kontrol dilakukan maching pada umur dan

jenis kelamin dengan sampel kasus dengan tempat tinggal tidak berjauhan dari

Page 70: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

51

sampel kasus. Untuk mengetahui kesedian ibu menjadi responden, peneliti

menyerahkan informed consent untuk diisi sebagai kerelaan menjadi subjek

penelitian.

2. Informan untuk pendekatan kualitatif

Informan kunci dalam penelitian ini adalah sebanyak 3 orang ibu

mempunyai balita stunting. Alasan pengambilan sampel sebanyak 3 orang karena

balita stunting adalah homogen karena memiliki gejala dan tanda dan penyebab

penyakit yang sama disebabkan defisiensi gizi dalam waktu yang lama. Kemudian

informan utama sebanyak 1 orang petugas gizi dan 1 orang bidan Desa Silulusan

yang paling banyak balita menderita stunting.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) jenis

yaitu data primer, data sekunder, dan data tertsier.

1) Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/ suatu

organisasi secara langsung dari obyek yang diteliti dan untuk kepentingan studi

ini diperoleh melalui interview (wawancara), kuesioner, pemeriksaan

laboratorium.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan berupa data

dokumentasi dan arsip-arsip resmi yang mendukung data primer serta peraturan

pemerintah yang berkaitan dengan penelitian ini.

Page 71: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

52

3) Data Tertier

Data tertier merupakan data yang diperoleh dari berbagai referensi yang sangat

valid seperti jurnal, text book, hasil penelitian yang sudah dipublikasikan.

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif dan kualitatif.

1. Kuantitatif, meliputi:

a. Data primer diperoleh dari kuesioner yang diisi responden berupa data

tentang umur ibu, umur menikah suku bangsa, tinggi badan balita, berat

badan balita, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak, pendapatan

keluarga, pengetahuan, sikap, pemberian makan, kebiasaan makan dan

praktek kesehatan.

b. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen/ laporan Puskesmas

Gunung Meriah.

c. Data tertier diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu jurnal yang

terpublikasikan, sumber dari internet seperti, Keputusan Menteri Kesehatan,

dan Peraturan Pemerintah serta Undang-undang.

2. Kualitatif

Metode pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai secara mendalam

kepada informan yang mewakili ibu yang lain dengan menggunakan pedoman

wawancara. Kegiatan wawancara direkam menggunakan alat perekam dan

hasil rekaman dituliskan berbentuk verbatin.

Page 72: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

53

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner sebagai instrument pengumpulan

data dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Validitas merupakan sejauh mana

alat ukur (pengukuran, tes, instrumen) mengukur apa yang memang sesungguhnya

hendak diukur. Kuesioner yang valid adalah apabila nilai rhitung lebih besar dari nilai

rtabel dengan menggunakan korelasi product moment (74).

Hasil uji validitas pada 20 orang ibu memiliki balita stunting di Puskesmas

Simpang Kanan Kabupaten Aceh diketahui bahwa nilai Corrected Item-Total

Correlation setiap kuesioner variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap, pemberian

makan, kebiasaan makan dan praktek kesehatan lebih besar r tabel yaitu (0,468).

Hal ini berarti setiap kuesioner penelitian dapat diasumsikan valid atau layak

dijadikan sebagai instrumen dalam pengumpulan data penelitian (Lampiran 3).

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana pengukuran

individu-induvidu pada situasi-situasi yang berbeda memberikan hasil yang sama.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistens alat ukur, apakah alat

pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran

tersebut diulang dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Apabila nilai

Cronbach’s Alpha yang diperoleh lebih besar dari r Cronbach’s Alpha tabel, maka

dinyatakan reliabel. Nilai rCronbach’s Alpha tabel untuk reliabilitas adalah 0,700 (74).

Hasil uji reliabilitas variabel penelitian mempunyai nilai Alpha Cronbach

lebih besar dari 0,700. Artinya variabel penelitian diasumsikan reliabel atau

dipercaya. Kuesioner layak dijadikan sebagai instrumen data pengumpulan data

penelitian. Nilai Alpha Cronbach variabel penelitian disajikan pada tabel berikut.

Page 73: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

54

Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel Penelitian Nilai Alpha Cronbach

1 Pengetahuan 0,951

2 Sikap 0,944

3. Pemberian makanan 0,955

4. Kebiasaan makan 0,960

5. Praktek kesehatan 0,962

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari vairabel independen (bebas) terdiri dari

faktor umur, umur menikah, suku bangsa pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

pengetahuan, sikap, pemberian makan, kebiasaan makana, praktek kesehatan.

Sedangkan variabel dependen (terikat) yaitu stunting.

3.5.2. Definisi Operasional

1) Umur ibu adalah lama hidup ibu dari balita stunting dihitung sejak lahir sampai

penelitian ini dilakukan berdasarkan usia reproduksi.

2) Umur menikah ibu adalah waktu melangsungkan perkawinan berdasarkan usia

reproduksi .

3) Suku bangsa ibu adalah garis keturunan yang diwariskan dari orangtua.

4) Pendidikan ibu adalah latar belakang pendidikan formal yang pernah

ditamatkan ibu dari balita.

5) Pekerjaan ibu adalah aktivitas rutin yang dilakukan ibu dari balita untuk

memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Page 74: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

55

6) Pendapatan keluarga adalah jumlah yang diterima keluarga atas imbalan dari

hasil jerih payah bekerja selama satu bulan dalam bentuk uang untuk memenuhi

kebutuhan keluarga sehari-hari berdasarkan Upah Miminum Provinsi Aceh

yaitu Rp. 2.500.000,-

7) Pengetahuan gizi adalah segala yang diketahui ibu dari balita tentang gizi

meliputi pengertian gizi, jenis dan syarat makanan baik, cara/frekuensi

pemberian makanan, dampak kekurangan gizi, dan kebiasaan cuci tangan dan

jajanan.

8) Sikap adalah penilaian atau respons ibu dari balita ibu tentang gizi pada balita

meliputi konsumsi gizi pada hamil, pemberian inisiasi menyusu dini, ASI

eksklusif, prakek makanan, imunisasi dan kesehatan.

9) Pemberian makan adalah tindakan ibu dari balita dalam memberikan makanan

yang diterapkan pada anak yang berkaitan dengan menu seimbangan, jenis

makanan, pola makan, makanan tambahan/jajanan, dan bahan makanan,

10) Kebiasaan makan adalah upaya atau tindakan ibu memberikan makanan kepada

balita dengan indiktor sarapan pagi, minum susu, buah, makanan selingan,

jajan, pola asuh makan, makanan beragam, dan kebersihan diri.

11) Praktek kesehatan adalah tindakan yang dilakukan ibu dari balita untuk

menjaga kesehatan balita dengan melakukan praktek kebersihan dan sanitasi

lingkungan serta perawatan anak balita dalam keadaan sakit seperti mencari

pelayanan kesehatan.

Page 75: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

56

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran terhadap variabel penelitian seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Jumlah

Pertanyaan

Alternatif

jawaban

Bobot

Nilai Skor Value

Jenis Skala Ukur

Variabel

Indepen

den

Umur Kuesioner 1

2

1

a. Reproduksi

kurang

berisiko 20-

35 tahun

b. Reproduksi

berisiko < 20

atau >35 tahun

Ordinal

Umur

Menikah Kuesioner 1

2

1

a. Reproduksi

kurang

berisiko 20-

35 tahun

b. Reproduksi

berisiko < 20

atau >35 tahun

Ordinal

Suku

Bangsa Kuesioner 1

2

1

a. Aceh

b. Bukan Aceh

Nominal

Pendidikan Kuesioner 1

2

1

a. Tinggi (≥

SMA)

b. Rendah (<

SMA)

Ordinal

Pekerjaan Kuesioner 1

2

1

a. Bekerja

b. Tidak

Bekerja

Nominal

Pendapatan Kuesioner 1

2

1

a. Tinggi (≥

UMP Rp. 2,5

juta)

b. Rendah (<

UMP Rp. 2,5

juta)

Ordinal

Pengeta

huan

Kuesioner

13

a. Benar

b. Salah

2

1

20-26

13-19

a. Baik

b. Kurang

Nominal

Sikap Kuesioner

15

a. Setuju

b. Tidak

setuju

2

1

23-30

15-22

a. Positif

b. Negatif

Nominal

Page 76: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

57

Tabel 3.2 (Lanjutan)

Variabel Jumlah

Pertanyaan

Alternatif

jawaban

Bobot

Nilai Skor Value

Jenis Skala Ukur

Pemberian

makan

Kuesioner

15

a. ya

b. Tidak

2

1

23-30

15-22

a. Baik

b. Tidak Baik

Nominal

Kebiasaan

makan

Kuesioner

10

a. ya

b. Tidak

2

1

16-20

10-15

a. Baik

b. Tidak Baik

Nominal

Praktek

kesehatan

Kuesioner

15 a. ya

b. Tidak

2

1

23-30

15-22

a. Baik

b. Tidak Baik

Nominal

Variabel

Dependen

Stunting Hasil

pengukuran

TB/U

Timbangan/

Microtoa

2

1

2

1

a.Tidak Stunting

(-2 SD s/d 2

SD

b. Stunting (<-2

SD)

Nominal

3.7. Metode Pengolahan Data

Menurut Muhammad bahwa data yang terkumpul diolah dengan cara

komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner. angket maupun obervasi.

2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

data memberikan hasil yang valid.

3. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variable-variabel

yang diteliti, misalnya nama responden dirubah menjadi nomor 1, 2, 3, …,42.

Page 77: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

58

4. Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam aplikasi SPSS.

5. Data Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian (75).

3.9. Analisis Data

Analisis pengolahan data pada penelitian ini dibagi menjadi:

1. Analisis data kuantitatif

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan mendeskripsikan distribusi frekuensi

dari masing-masing variabel yang diteliti yaitu umur, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap, pemberian makan, dan praktek

kesehatan serta stunting dengan ukuran persentase dan proporsi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menganalisis hubungan variabel

independen yaitu umur, umur menikah, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

pengetahuan, sikap, pemberian makan, kebiasaan makan dan praktek

kesehatan dengan variabel dependen yaitu stunting menggunakan uji chi

square karena variabel independen dengan variabel dependen merupakan

data kategorik 2x2. Batas kemaknaan dalam uji ini adalah 0.05, apabila nilai

p<0.05 maka hasil perhitungan statistik bermakna atau ada hubungan antara

Page 78: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

59

variabel independen dengan variabel dependen. Untuk mengetahui ukuran

risiko digunakan Odds Ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI) 95%.

Odds Ratio pada studi kasus kontrol dengan matching ini dihitung dengan

mengabaikan sel a karena baik kasus maupun kontrol mengalami faktor

risiko, dan mengabaikan sel d karena baik kasus maupun kontrol tidak

mengalami faktor risiko. Perhitungan Ratio Odds (OR) = b/c. Interpretasi

nilai OR, yakni nilai OR lebih dari 1 menunjukan bahwa faktor yang diteliti

memang merupakan faktor risiko, bila OR = 1 atau mencakup angka 1

berarti bukan merupakan faktor risiko, dan bila kurang dari 1 merupakan

faktor protektif.

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan

variabel independen dengan variabel dependen dan menentukan faktor

mana yang paling dominan berhubungan dengan variabel dependen.

Variabel independen yang dimasukkan ke dalam model multivariat bila

nilai p>0,25 berdasarkan hasil uji bivariat. Variabel independen dan

variabel dependen dalam penelitian ini bersifat kategorik, sehingga uji

statistik yang digunakan adalah regresi logistik berganda. Persamaan regresi

logistik berganda yang diacu yaitu:

f (z) = ).........................( 111122111

1XXXe

Keterangan:

f (sh) = Probabilitas stunting

α = Konstanta

Page 79: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

60

β1-βi = Koefisien regresi

X1 = Umur

X2 = Umur Menikah

X3 = Suku Bangsa

X4 = Pendidikan

X5 = Pekerjaan

X6 = Pendapatan

X7 = Pengetahuan

X8 = Sikap

X9 = Pemberian Makan

X11 = Kebiasaan Makan

X11 = Praktek Kesehatan

2. Analisis Data Kualitatif

Menurut Miles dan Hubernas dalam Sugiyono bahwa data kualitatif

diperoleh dari data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis

di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian ini

berlangsung. Setelah menganalisis data, kemudian dilanjutkan dengan keabsahan

data yaitu dengan cara triangulasi. Triangulasi adalah membandingkan informasi

dari informan yang satu dengan informan lainnya sehingga informasi yang

diperoleh kebenarannya. Selanjutnya, melakukan keabsahan data (75).

Page 80: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil

4.1.1. Geografi

Kecamatan Gunung Meriah secara geografis luas wilayah 215 Km2. terbagi

dalam 2 kemukiman dan 25 kampong. Batas wilayah Sebelah utara berbatas

dengan Singkohor, sebelah Selatan berbatasan dengan Singkil Utara, dan sebelah

Barat berbatasan dengan Kota Baharu, Sebelah Timur berbatas dengan Simpang

Kanan.

4.1.2. Kependudukan

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Gunung Meriah pada Tahun 2018

berjumlah 38.514 jiwa terdiri dari 19.813 jiwa laki-laki, 18.701 jiwa perempuan

dengan rasio pertumbuhan penduduk 1,05 dan 9.763 Kepala Keluarga.. Jumlah

penduduk berdasarkan suku bangsa didominasi suku Jawa 9.763 jiwa, dan Dairi

8.356 jiwa, Singkil 9.824 jiwa, Aceh 1.287 jiwa, Minang 102 jiwa dan lainnya

1.613 jiwa. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian lebih banyak bekerja

sebagai pekerja di perkebunan 1.372 jiwa, pertanian 276 jiwa, PNS,/Polri/TNI 168

jiwa dan peternakan 63 jiwa dan perikanan 45 jiwa, dan lainnya.

Page 81: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

62

4.1.3. Kesehatan

Derajat kesehatan masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan yang

terpadu menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perorangan. Unsur upaya kesehatan masyarakat meliputi Promosi

kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pencegahan

dan pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan

sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kesehatan jiwa, pengamanan

persediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam

makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat aditif dan bahan

berbahaya serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.

Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya promosi kesehatan,

pengobatan penyakit, pelayanan rawat jalan, pembatasan dan pemulihan kecacatan

yang ditujukan terhadap perorangan. Factor utama penentu derajat kesehatan

masyarakat adalah perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan.

Upaya penyelenggaraan program kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu

dan keterjangkauan pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat dalam rangka

meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya pada kelompok rentan yaitu

bayi, anak balita, remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia.

Page 82: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

63

4.2. Gambaran Umum Proses Penelitian

Penelitian dilakukan dimulai dari penelitian kuantitatif dengan

menyebarkan kuesioner kepada ibu memiliki anak stunting berumur 12-36 bulan

pada tanggal 15 Januari sampai dengan 15 Februari 2019. Pada saat pengumpulan

data kuantitatif, peneliti juga melakukan wawancara kepada informan yaitu ibu

memiliki anak stnnting berumur 12-36. Pengumpulan data kualitatif dimulai 1

sampai dengan 10 Februari 2019 di wilayah kerja Puskesmas Gunurng Meriah.

Pengumpulan data kualitatif diperoleh dari informan menggunakan metode indepth

interview (wawancara mendalam). Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan

menemukan informan terlebih dahulu yang sudah diketahui sebelumnya oleh

peneliti. Peneliti mendatangi masing-masing informan dan memulai perkenalan dan

memberikan penjelasan mengenai tujuan dari kunjungan peneliti. Sebelum

dilakukan wawancaran mendalam dengan informan, peneliti sering berkunjung ke

rumah informan untuk menjalin keakraban. Pada kesempatan tersebut dapat

membangunan kepercayaan antara peneliti dan informan sehingga diharapkan

informan dapat memberikan informasi secara terbuka.

Pengumpulan data kuantitatif didapatkan dengan menyebarkan kuesioner

kepada sampel yang telah ditentukan untuk selanjutnya diolah berdasarkan

kebutuhan penelitian.

Page 83: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

64

4.3. Analisis Data Penelitian Kuantitatif

4.3.1. Analisis Univariat

Penelitian ini menggunakan case control dengan mengambil sampel kasus

(balita stunting) sebanyak 91 orang dan kontrol (balita tidak menderita stunting

pada usia 12-36 bulan sebanyak 91 orang. Hasil penelitian diperoleh anak balita

stunting lebih berumur antara 12-24 bulan yaitu 67 orang (73,6%) dan 25-36 bulan

yaitu 24 orang (26,4%) serta perempuan 52 orang (57,1%), selebihnya laki-laki 39

orang (42,9%). Karakteristik balita stunting dipasangkan (matching) dengan umur

dan jenis kelamin pada balita tidak stunting.

4.3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

bebas meliputi umur, umur menikah, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, pengetahuan, sikap, pemberian makan, kebiasaan makan dan praktek

kesehatan. Variabel terikatnya adalah stunting.

1. Umur

Ibu memiliki balita usia 12-36 bulan diketahui lebih banyak berumur

reproduksi kuramg berisiko antara 20-35 tahun tahun 144 orang (79,1%) dan

selebihnya umur reproduksi berisiko antara < 20 atau >35 tahun 38 orang (20,9%).

Page 84: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

65

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Meriah Tahun 2019

No. Umur n %

1. Reproduksi berisiko < 20 atau

>35 tahun 38 20,9

2. Reproduksi kurang berisiko 20-

35 tahun 144 79,1

Total 182 100,0

2. Umur menikah

Ibu mamiliki balita usia 12-36 bulan diketahui lebih banyak umur menikah

tergolong reproduksi kuramg berisiko antara 20-35 tahun tahun 139 orang (76,4%)

dan selebihnya umur reproduksi berisiko antara < 20 atau >35 tahun 43 orang

(23,6%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Menikah Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Umur Menikah n %

1. Reproduksi berisiko < 20 atau

>35 tahun 43 23,6

2. Reproduksi kurang berisiko 20-

35 tahun 139 76,4

Total 182 100,0

3. Suku bangsa

Ibu lebih banyak bersuku bangsa bukan Aceh 172 orang (94,5%) karena

daerah wilayah puskesmas Gunung Meriah didominasi suku Jawa dan Dairi,

sedangkan suku Aceh hanya 10 orang (5,5%).

Page 85: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

66

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Suku Bangsa Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Suku Bangsa n %

1. Bukan Aceh 172 94,5

2. Aceh 10 5,5

Total 182 100,0

4. Pendidikan

Ibu tamatan pendidikan lebih tinggi yaitu SMA atau perguruan tinggi dan

rendah tamatan SD dan SMP dengan proporsi tidak berbeda. Ibu tamatan

pendidikan ringgi 97 orang (53,3%) dan selebihnya berpendidikan rendah 85 orang

(46,7%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Meriah Tahun 2019

No. Pendidikan n %

1. Rendah (< SMA) 85 46,7

2. Tinggi (≥ SMA) 97 53,3

Total 182 100,0

5. Pekerjaan

Ibu pada umumnya tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu 116

orang (63,7%) dan selebihnya bekerja untuk membantu suami memenuhi keperluan

keluarga 66 orang (36,3%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Meriah Tahun 2019

No. Pekerjaan n %

1. Bekerja 66 36,3

2. Tidak bekerja 116 63,7

Total 182 100,0

Page 86: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

67

6. Pendapatan

Ibu mempunyai penghasilan keluarga per bulan tergolong rendah bila

ditinjau dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) dibawah Rp. 2,5 juta 138 orang

(75,8%) dan selebihnya tinggi (di atas UMK) 44 orang (24,2%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Pendapatan n %

1. Rendah (<UMK Rp. 2,5 juta) 138 75,8

2. Tinggi (≥UMK Rp. 2,5 juta) 44 24,2

Total 182 100,0

7. Pengetahuan

Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang gizi yang dapat

menyebabkan anak balita kekurangan gizi sehingga stunting dikategorikan tidak

baik. Sesuai dengan jawaban ibu menjawab salah mengenai jenis bahan makanan

apa yang baik dicampurkan pada anak balita adalah sayur dan lauk (57,7%),

makanan yang dianjurkan untuk anak balita adalah makanan yang beragam dan

seimbang (62,1%), jenis garam yang digunakan saat memasak sayuran untuk

makanan keluarga adalah iodium (59,9%), sayuran dan buah-buahan yang

berwarna kuning, merah, dan hijau tua sangat baik dikonsumsi untuk anak-anak

karena banyak mengandung vitamin C (74,2%), jenis mineral yang sangat berperan

dalam pertumbuhan tulang dan gigi anak balita adalah fosfor (57,1%), pemenuhan

zat gizi pada anak balita bermanfaat untuk membuat anak balita menjadi sehat dan

pintar (56,6%), bahan makan/minum yang dibeli di pasar untuk menu balita,

sebaiknya adalah segar dan tidak mesti mahal (64,3%).

Page 87: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

68

Namun ibu menjawab benar mengenai pengertian gizi seimbang adalah

makanan yang terdiri dari nasi, sayur, ikan, buah-buahan dan susu (67,6%), ibu

memasak makanan seperti ikan dan sayuran untuk diberikan kepada anak sangat

dianjurkan sampai matang (57,1%), ibu memasak makanan seperti ikan dan

sayuran untuk diberikan kepada anak sangat dianjurkan sesuai usia dan kebutuhan

gizi anak (62,6%), dan anak balita diberi makanan 3 kali ditambah makanan

selingan setiap hari (64,3%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Gizi di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No.

Pengetahuan Salah Benar Total

n % n % n % 1. Gizi seimbang adalah

makanan yang terdiri dari

nasi, sayur, ikan, buah-

buahan dan susu

59 32,4 123 67,6 182 100,0

2. Jenis bahan makanan apa

yang baik dicampurkan

pada anak balita adalah

sayur dan lauk

105 57,7 77 42,3 182 100,0

3. Makanan yang dianjurkan

untuk anak balita adalah

makanan yang beragam

dan seimbang

113 62,1 69 37,9 182 100,0

4. Jnis garam yang

digunakan saat memasak

sayuran untuk makanan

keluarga adalah Iodium

109 59,9 73 40,1 182 100,0

5. Ibu memasak makanan

seperti ikan dan sayuran

untuk diberikan kepada

anak sangat dianjurkan

sampai matang

78 42,9 104 57,1 182 100,0

Page 88: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

69

6. Ibu memasak makanan

seperti ikan dan sayuran

untuk diberikan kepada

anak sangat dianjurkan

sampai usia dan

kebutuhan gizi anak

68 37,4 114 62,6 182 100,0

7. Anak balita diberi

makanan 3 kali ditambah

makanan selingan setiap

hari

65 35,7 117 64,3 182 100,0

8. Sayuran dan buah-buahan

yang berwarna kuning,

merah, dan hijau tua

sangat baik dikonsumsi

untuk anak-anak karena

banyak mengandung

vitamin C

135 74,2 47 25,8 182 100,0

9 Jenis mineral yang sangat

berperan dalam

pertumbuhan tulang dan

gigi anak balita adalah

fosfor

104 57,1 78 42,9 182 100,0

10 Kekurangan protein pada

anak balita dalam jangka

waktu lama akan

menyebabkan penyakit

kwashiokor

109 59,9 73 40,1 182 100,0

9. Pemenuhan zat gizi pada

anak balita bermanfaat

untuk membuat anak

balita menjadi sehat dan

pintar

103 56,6 79 43,4 182 100,0

10. Makan/minum dibeli di

luar rumahuntuk balita

adalah makanan dalam

wadah yang tertutup dan

bersih

72 39,6 110 60,4 182 100,0

Page 89: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

70

11. Bahan makan/minum

yang dibeli di pasar untuk

menu balita, sebaiknya

adalah segar dan tidak

mesti mahal

117 64,3 65 35,7 182 100,0

Hasil pengukuran pengkategorian pengetahuan ibu tentang gizi lebih

banyak dikategorikan pengetahuan tidak baik yaitu 93 orang (51,1%), selebihnya

89 orang (48,9%) dikategorikan berpengetahuan baik.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah

No. Pengetahuan n %

1. Tidak baik 93 51,1

2. Baik 89 48,9

Total 182 100,0

8. Sikap

Ibu memiliki respons yang berbeda-berda tentang gizi yang dapat

menyebabkan stunting pada balita cenderung menjawab negatif. Sesuai dengan

jawaban ibu menjawab tidak setuju mengenai selama kehamilan ibu hamil

sebaiknya mampu menyediakan makanan baik yang cukup untuk kesehatan ibu dan

pertumbuhan janin (54,4%), ibu hamil sebaiknya memperbaiki pola makan yang

tidak teratur manjadi teratur dan tidak melewatkan sarapan pagi (55,5%), selain

mengkonsumsi buah dan sayur ibu hamil harus memperhatikan asupan air agar

tidak terjadi dehidrasi (54,4%), ibu hamil sebaiknya diberi makanan tambahan

secara rutin (56,6%).

Page 90: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

71

Ibu juga menjawab tidak setuju mengenai sebaiknya bayi diberi makanan

pendamping ASI usia di atas 6 bulan hingga usia 2 tahun (61,5%), balita sebaiknya

diberikan vitamin atau makanan puding (59,9%), balita sebaiknya diberikan ASI

eksklusif selama 6 bulan mulai usia 0-6 bulan (66,5%), Sebaiknya ibu dapat

mengganti jenis makanan lain apabila anak tidak mau makan yang disajikan di

rumah (55,5%), bayi dan balita sebaiknya rutin dibawa ke posyandu (57,1) dan bayi

dan balita sebaiknya diberi imunisasi dasar lengkap (67,6%).

Namun ibu menjawab setuju mengenai ibu sebaiknya ditolong oleh dokter

atau bidan yang ahli (54,9%), ibu bersalin sebaiknya melakukan inisiasi menyusui

dini dibimbingan oleh tenaga kesehatan (70,3%), anak sebaiknya diberi makan

terdiri dari nasi, sayur, ikan atau daging, buah-buahan dan kacang-kacangan (78%),

dan jenis makan/minum yang dibeli di luar rumah, sebaiknya makanan yang bersih

dan tertutup (83%).

Page 91: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

72

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Ibu tentang Gizi di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Sikap Tidak Setuju Setuju Total

n % n % n % 1. Sebaiknya selama

kehamilan ibu hamil mampu menyediakan makanan baik yang cukup untuk kesehatan ibu dan pertumbuhan janin

99 54,4 83 45,6 182 100,0

2. Sebaiknya ibu hamil memperbaiki pola makan yang tidak teratur manjadi teratur dan tidak melewatkan sarapan pagi

101 55,5 81 44,5 182 100,0

3. Selain mengkonsumsi buah dan sayur ibu hamil harus memperhatikan asupan air agar tidak terjadi dehidrasi

99 54,4 83 45,6 182 100,0

4. Sebaiknya ibu hamil diberi makanan tambahan secara rutin

103 56,6 79 43,4 182 100,0

5. Saat bersalin sebaiknya ibu ditolong dokter bidan

82 45,1 100 54,9 182 100,0

6. Ibu bersalin sebaiknya melakukan inisiasi menyusui dini dibimbingan oleh tenaga kesehatan

54 29,7 128 70,3 182 100,0

7. Sebaiknya bayi diberi makanan pendamping ASI usia di atas 6 bulan hingga usia 2 tahun

112 61,5 70 38,5 182 100,0

8. Sebaiknya balita diberikan vitamin atau makanan puding

109 59,9 73 40,1 182 100,0

9. Sebaiknya anak diberi makan terdiri dari makanan pokok (nasi), makanan sumber protein hewani (ikan/daging/telur) dan makanan sumber protein nabati (sayuran, buah dan kacangan)

40 22,0 142 78,0 182 100,0

10. Sebaiknya balita diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan mulai usia 0-6 bulan

121 66,5 61 33,5 182 100,0

11. Sebaiknya ibu dapat mengganti jenis makanan lain apabila anak tidak mau makan yang disajikan di rumah

101 55,5 81 44,5 182 100,0

Page 92: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

73

Tabel 4.9 (Lanjutan)

Hasil pengukuran pengkategorian sikap ibu tentang gizi yang dapat

menyebabkan stunting lebih banyak dikategorikan negati yaitu 103 orang (56,6%),

selebihnya 79 orang (43,4%) dikategorikan bersikap positif.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Sikap Ibu tentang Gizi di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Sikap n %

1. Negatif 103 56,6

2. Positif 79 43,4

Total 182 100,0

9. Pemberian makanan

Hasil penelitian tentang pemberian makan kepada balita pada umumnya

tidak baik. Sesuai dengan jawaban ibu mengatakan tidak memberikan makanan

dengan frekuensi 3 kali sehari dan ditambah makanan selingan (55,5%), tidak

memberi susu minimal 1 x per hari (61%), tidak memberikan makanan disesuaikan

No. Sikap Tidak Setuju Setuju Total

n % n % n %

12. Sebaiknya bayi dan balita rutin dibawa ke posyandu

104 57,1 78 42,9 182 100,0

13. Sebaiknya bayi dan balita diberi imunisasi dasar lengkap

123 67,6 59 32,4 182 100,0

14. Sebaiknya jenis makan/minum yang dibeli di luar rumah, sebaiknya makanan yang bersih dan tertutup

31 17,0 151 83,0 182 100,0

15. Sebaiknya ibu mencuci tangan sebelum memberikan makan pada balita

102 56,0 80 44,0 182 100,0

Page 93: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

74

umur anak balita (59,3%), tidak memberikan makanan selingan kepada anak seperti

kue/roti (76,9%), tidak berusaha membujuk anak mau menghabiskan makanannya

(59,9%), anak tidak mau makan sayur, ibu tidak membujuk sambil bercerita dan

mencampurkan sayur ke dalam makanan kesukaan anak (67,6%), anak tidak diberi

makan oleh saudara (orang lain), tetapi ibu tetap memantau pola makan anak

tersebut (56,6%), tidak berusaha agar anak tidak jajan sembarang di warung yang

kesehatannya belum tentu terjamin di warung (55,5%), membiasakan balita makan

seperti makanan kalengan/ makanan setengah masak (66,5%).

Namun ibu mengatakan berupaya memberikan menu seimbang untuk anak

dengan memberikan makanan yang terdiri dari makanan pokok (nasi), makanan

sumber protein hewani (ikan/daging/telur) dan makanan sumber protein nabati

(sayuran, buah dan kacangan) serta makanan selingan (64,3%), memberikan anak

balita sarapan pagi (57,7%), mengutamakan memberikan minum air putih

secukupnya setelah makan (51,1%), mengolah makanan tidak mesti harganya

mahal tetapi murah mengandung gizi yang baik walaupun harganya murah

(64,8%), memberikan makanan tambahan jika anak sakit seperti puding (65,9%)

dan bahan makanan yang ibu gunakan adalah bahan makanan yang masih segar

(64,3%).

Page 94: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

75

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu tentang Pemberian Makan pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Pemberian Makan Tidak Ya Total

n % n % n % 1. Ibu berupaya memberikan

menu seimbang untuk anak dengan memberikan makanan yang terdiri dari Nasi + ikan + Sayur + buah dan susu + makanan selingan

65 35,7 117 64,3 182 100,0

2. Ibu memberikan makanan dengan frekuensi 3 kali sehari dan ditambah makanan selingan

101 55,5 81 44,5 182 100,0

3. Ibu memberikan anak balita sarapan pagi

77 42,3 105 57,7 182 100,0

4. Ibu mengutamakan memberikan minum air putih secukupnya setelah makan

89 48,9 93 51,1 182 100,0

5. Ibu memberi susu minimal 1 x per hari

111 61,0 71 39,0 182 100,0

6. Ibu dalam memberikan makanan disesuaikan umur anak balita

108 59,3 74 40,7 182 100,0

7. Ibu memberikan makanan selingan kepada anak seperti kue/roti

140 76,9 42 23,1 182 100,0

8. Ibu berusaha membujuk anak mau menghabiskan makanannya

109 59,9 73 40,1 182 100,0

9. Jika anak tidak mau makan sayur, ibu membujuk sambil bercerita dan mencampurkan sayur ke dalam makanan kesukaan anak

123 67,6 59 32,4 182 100,0

10. Jika anak diberi makan oleh saudara (orang lain), tetapi ibu tetap memantau pola makan anak tersebut

103 56,6 79 43,4 182 100,0

Page 95: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

76

11. Ibu mengolah makanan tidak mesti harganya mahal tetapi murah mengandung gizi yang baik walaupun harganya murah

64 35,2 118 64,8 182 100,0

12. Ibu berusaha agar anak tidak jajan sembarang di warung yang kesehatannya belum tentu terjamin di warung

101 55,5 81 44,5 182 100,0

13. Ibu tidak membiasakan balita makan seperti makanan kalengan/ makanan setengah masak

121 66,5 61 33,5 182 100,0

14. Ibu memberikan makanan tambahan jika anak sakit seperti puding

62 34,1 120 65,9 182 100,0

15. Bahan makanan yang ibu gunakan adalah bahan makanan yang masih segar

65 35,7 117 64,3 182 100,0

Hasil pengukuran pengkategorian pemberian makan pada balita lebih

banyak dikategorikan tidak baik yaitu 101 orang (5,5%), selebihnya 81 orang

(44,5%) dikategorikan baik.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Pemberian Makan pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Pemberian Makan n %

1. Tidak baik 101 55,5

2. Baik 81 44,5

Total 182 100,0

10. Kebiasaan makan

Hasil penelitian tentang kebiasaan makan anak balita sehari-hari di ruma

pada umumnya tidak baik. Sesuai dengan jawaban ibu mengatakan tidak

memberikan minum susu kepada balita setiap pagi (57,7%), tidak memberikan

Page 96: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

77

makanan selingan berupa roti kepada balita pada siang atau sore hari (62,1%), tidak

menggendong sambil menyuapi anak balita sewaktu makan (64,3%), tidak selalu

memantau berat badan anak agar dapat memantau porsi makanannya (78%), tidak

membiasakan menu makanan beragam setiap hari (70,9%), dan tidak mencuci

tangan sebelum memberi makanan kepada anak (58,2%).

Namun ibu menjawab ya mengenai memberikan makanan kepada balita

sarapan pagi pada pukul 7 atau 8 pagi (76,9%), memberikan makanan jajajan setiap

hari kepada balita (75,8%), dan selalu mendampingi anak pada waktu makan

(62,1%), berusaha membujuk anak menghabiskan porsi makan pada anak yang

sakit (67%).

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu tentang Kebaisan Makan Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Kebiasaan Makan Tidak Ya Total

n % n % n %

1. Ibu memberikan makanan

kepada balita sarapan pagi

pada pukul 7 atau 8 pagi

42 23,1 140 76,9 182 100,0

2. Ibu memberikan minum

susu kepada balita setiap

pagi

105 57,7 77 42,3 182 100,0

3. Ibu diberikan makanan

selingan berupa roti kepada

balita pada siang atau sore

hari

113 62,1 69 37,9 182 100,0

4. Ibu memberikan makanan

jajajan setiap hari kepada

balita

44 24,2 138 75,8 182 100,0

5. Ibu menggendong sambil

menyuapi anak balita

sewaktu makan

117 64,3 65 35,7 182 100,0

Page 97: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

78

6. Ibu selalu mendampingi

anak pada waktu makan 69 37,9 113 62,1 182 100,0

7. Ibu selalu memantau berat

badan anak agar dapat

memantau porsi

makanannya

142 78,0 40 22,0 182 100,0

8. Jika anak sakit, ibu tetap

berusaha membujuk anak

menghabiskan porsi makan

60 33,0 122 67,0 182 100,0

9. Ibu membiasakan menu

makanan beragam setiap

hari

129 70,9 53 29,1 182 100,0

10. Ibu mencuci tangan

sebelum memberi makanan

kepada anak

106 58,2 76 41,8 182 100,0

Hasil pengukuran pengkategorian kebiasaan makan balita lebih banyak

dikategorikan tidak baik yaitu 127 orang (69,8%), selebihnya 55 orang (30,2%)

dikategorikan baik.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Kebiasaan Makan Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Kebiasaan Makan n %

1. Tidak baik 127 69,8

2. Baik 55 30,2

Total 182 100,0

11. Praktek kesehatan

Hasil penelitian tentang praktek kesehatan kepada balita agar terhindari

sunting pada umumnya tidak baik. Sesuai dengan jawaban ibu mnejawab tidak

mengenai memandikan anak 3 x sehari (60,4%), selalu menggosok gigi anak setiap

hari (80,8%), mengganti pakaian anak jika kotor (64,3%), membawa anak ke

jamban untuk buang air/besar (69,2%), selalu menyuruh anak memakai alas kaki

Page 98: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

79

jika bermain di halaman rumah (61,5%), membiasakan anak mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan (67%), membawa anak ke posyandu setiap bulan

(57,7%), balita mendapat vitamin A 2 x setahun (69,8%), balita lengkap

immunisasinya (65,4%), membawa anak balita untuk imunisasi selalu sesuai

jadwal immunisasi (62,1%), dan selalu mencuci tangan saat berhubungan dengan

cuci tangan (58,2%).

Namun ibu menjawab ya mengenai selalu memotong kuku anak secara

teratur (60,4%), selalu membuang sampah ke tempat pembuangan sampah serta

membakarnya untuk menghindarkan pencemaran (59,9%), selalu membersihkan

tempat tidur anak (64,8%), membawa anak berobat ke Puskesmas atau ke dokter

bila sakit (63,2%).

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu tentang Praktek Kesehatan

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Praktek Kesehatan Tidak Ya Total

n % n % n %

1. Ibu memandikan anak 3 x

sehari 110 60,4 72 39,6 182 100,0

2. Ibu selalu menggosok gigi

anak setiap hari 147 80,8 35 19,2 182 100,0

3. Ibu selalu memotong kuku

anak secara teratur 72 39,6 110 60,4 182 100,0

4. Ibu selalu mengganti

pakaian anak jika kotor 117 64,3 65 35,7 182 100,0

5. Jika anak hendak buang

air/besar ibu selalu

membawa anak ke jamban

126 69,2 56 30,8 182 100,0

Page 99: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

80

6. Ibu selalu membuang

sampah ke tempat

pembuangan sampah serta

membakarnya untuk

menghindarkan pencemaran

73 40,1 109 59,9 182 100,0

7. Ibu selalu membersihkan

tempat tidur anak 64 35,2 118 64,8 182 100,0

8. Jika anak bermain di luar

rumah, ibu/keluarga selalu

menyuruh anak memakai

alas kaki

112 61,5 70 38,5 182 100,0

9. Ibu membiasakan anak

mencuci tangan dengan

sabun sebelum makan

122 67,0 60 33,0 182 100,0

10. Jika anak sakit ibu

membawa anak berobat ke

Puskesmas atau ke dokter

67 36,8 115 63,2 182 100,0

11. Ibu membawa anak ke

posyandu setiap bulan 105 57,7 77 42,3 182 100,0

12. Anak balita ibu sudah

mendapat vitamin A 2 x

setahun

127 69,8 55 30,2 182 100,0

13. Anak balita ibu lengkap

immunisasinya 119 65,4 63 34,6 182 100,0

14. Ibu membawa anak balita

untuk imunisasi selalu

sesuai jadwal immunisasi

113 62,1 69 37,9 182 100,0

15. Ibu selalu mencuci tangan

saat berhubungan dengan

cuci tangan

106 58,2 76 41,8 182 100,0

Page 100: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

81

Hasil pengukuran pengkategorian praktek kesehatan balita lebih banyak

dikategorikan tidak baik yaitu 104 orang (57,1%), selebihnya 78 orang (42,9%)

dikategorikan baik.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Pengkategorian Praktek Kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

No. Praktek Kesehatan n %

1. Tidak baik 104 57,1

2. Baik 78 42,9

Total 182 100,0

4.3. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara varaibel independen yaitu umur, umur

menikah, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap,

pemberian makan, kebiasaan makan dan praktek kesehatan.dengan stunting pada

anak balita menggunakan uji chi square diperoleh hasil yang beragam sebagai

berikut.

4.3.1. Hubungan Umur Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Umur ibu termasuk reproduksi berisiko sebanyak 43 orang, lebih banyak

memiliki anak balita stunting yaitu 23 orang (53,5%) dan umur ibu termasuk

reproduksi kurang berisiko sebanyak 139 orang, lebih banyak tidak memiliki balita

stunting yaitu 23 orang (53,5%). Hasil perhitungan diperoleh nilai Odd Ratio (OR)

= 1,093 (95% CI: 0,605-2,383), artinya ibu berumur masuk dalam kategori usia

reproduksi beriko berpeluang 1,093 kali berisiko memiliki balita stunting

Page 101: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

82

dibandingkan umur ibu masuk dalam kategori usia reproduksi kurang berisiko.

Namun secara perhitungan statistik chi square bahwa faktor sikap tidak

berhubungan dengan stunting pada balita dengan nilai p 0,727>0,05.

Tabel 4.17 Hubungan Umur Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Umur

Stunting Total OR

(95%CI) P Stunting

Tidak Stunting n %

n % N %

1,093 (0,605-2,383)

0,727

a. Reproduksi berisiko

23 53,5 20 46,5 43 100,0

b. Reproduksi

kurang

berisiko

68 48,9 71 51,1 139 100,0

4.3.2. Hubungan Umur Menikah Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Ibu menikah pada umur reproduksi berisiko sebanyak 38 orang, lebih

banyak memiliki anak balita stunting yaitu 20 orang (52,6%) dan ibu menikah pada

umur reproduksi kurang berisiko sebanyak 144 orang, lebih banyak tidak memiliki

balita stunting yaitu 73 orang (50,7%). Hasil perhitungan diperoleh nilai Odd Ratio

(OR) = 1,067 (95% CI: 0,558-2,337), artinya ibu berumur menikah masuk dalam

kategori usia reproduksi beriko berpeluang 1,067 kali berisiko memiliki balita

stunting dibandingkan umur ibu menikah masuk dalam kategori usia reproduksi

kurang berisiko. Namun secara perhitungan statistik chi square bahwa faktor umur

menikah tidak berhubungan dengan stunting pada balita dengan nilai p 0,855>0,05.

Page 102: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

83

Tabel 4.18 Hubungan Umur Menikah Ibu dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Umur Menikah

Stunting Total OR

(95%CI) P

Stunting Tidak Stunting n %

a. Reproduksi

berisiko 20 52,6 18 47,4 38 100,0 1,067

(0,558

-

2,337)

0,855 b. Reproduksi

kurang

berisiko

71 49,3 73 50,7 144 100,0

4.3.3. Hubungan Suku Bangsa dengan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Ibu bersuku selain Aceh sebanyak 172 rang, lebih banyak memiliki balita

stunting yaitu 88 orang (48,8%) dan ibu bersuku Aceh 10 orang, lebih banyak tidak

memiliki anak balita stunting yaitu 7 orang (70,0%). Hasil perhitungan diperoleh

nilai Odd Ratio (OR) = 0,586 (95% CI: 0,102-1,634), artinya ibu bersuku bangsa

selain Aceh berpeluang 0,586 kali berisiko memiliki balita stunting dibandingkan

ibu bersuku Aceh. Namun secara perhitungan statistik chi square bahwa faktor

suku bangsa tidak berhubungan dengan stunting pada balita dengan nilai p

0,329>0,05.

Page 103: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

84

Tabel 4.19 Hubungan Suku Bangsa Ibu dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Suku Bangsa Stunting Total

OR (95%CI)

P Stunting

Tidak Stunting

n %

0,586 (0,102-1,634)

0,329 a. Bukan Aceh 88 51,2 84 48,8 172 100,0 b. Aceh 3 30,0 7 70,0 10 100,0

4.3.4. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Ibu berpendidikan rendah dengan tamatan SD/SMP sebanyak 85 orang,

lebih banyak memiliki anak balita stunting yaitu 47 orang (55,3%) dan ibu

berpendidikan tinggi dengan tamatan SMA/perguruan tinggi sebanyak 97 orang,

lebih banyak memiliki balita stunting yaitu 88 orang (51,2%). Hasil perhitungan

diperoleh nilai Odd Ratio (OR) = 1,219 (95% CI: 0,830-2,675), artinya ibu

berpendidikan rendah dengan tamatan SD/SMP berpeluang 1,219 kali berisiko

memiliki balita stunting dibandingkan berpendidikan tinggi tamatan SMA/sarjana.

Namun secara perhitungan statistik chi square bahwa faktor pendidikan tidak

berhubungan dengan stunting pada balita dengan nilai p 0,235>0,05.

Tabel 4.20 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Pendidikan Stunting Total

OR (95%CI)

P0 Stunting

Tidak Stunting

n %

a. Rendah 47 55,3 38 44,7 85 100,0 1,219 (0,830-2,675)

0,235 b. Tinggi 44 45,4 53 54,6 97 100,0

Page 104: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

85

4.3.5. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Ibu tidak mempunyai pekerjaan sebanyak 66 orang, lebih banyak memiliki

anak balita stunting yaitu 34 orang (51,5%) dan ibu mempunyai pekerjaan di luar

rumah sebanyak 116 orang, lebih banyak tidak memiliki balita stunting yaitu 59

orang (50,9%). Pekerjaan yang digeluti para ibu adalah menjadi pekerja

membersihkan dan memanen kelapa sawit sebagai buruh lepas. Hasil perhitungan

diperoleh nilai Odd Ratio (OR) = 1,048 (95% CI: 0,601-2,013), artinya ibu tidak

memiliki pekerjaan berpeluang 1,048 kali berisiko memiliki balita stunting

dibandingkan memiliki pekerjaan. Namun secara perhitungan statistik chi square

bahwa faktor pekerjaan tidak berhubungan dengan stunting pada balita dengan nilai

p 0,877>0,05.

Tabel 4.21 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Pekerjaan Stunting Total

OR (95%CI)

P Stunting

Tidak Stunting

n %

a. Tidak bekerja

34 51,5 32 48,5 66 100,0 1,048

(0,601-2,013)

0,877 b. Bekerja 57 49,1 59 50,9 116 100,0

4.3.6. Hubungan Pendapatan dengan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Ibu mempunyai pendapatan rendah di bawah UMK Singkil Rp. 2,5 juta

sebanyak 138 orang, lebih banyak memiliki anak balita stunting yaitu 71 orang

(51,4%) dan ibu mempunyai pendapatan tinggi di atas UMK sebanyak 44 orang,

lebih banyak tidak memiliki balita stunting yaitu 24 orang (54,5%).

Page 105: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

86

Hasil perhitungan diperoleh nilai Odd Ratio (OR) = 1,132 (95% CI: 0,644-2,512),

artinya ibu mempunyai pendapatan rendah yaitu dibawah UMK (<Rp. 2,5 juta)

berpeluang 1,132 kali berisiko memiliki balita stunting dibandingkan mempunyai

pendapatan tinggi yaitu di atas UMK. Namun secara perhitungan statistik chi

square bahwa faktor pendapatan tidak berhubungan dengan stunting pada balita

dengan nilai p 0,603>0,05.

Tabel 4.22 Hubungan Pendapatan dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Pendapatan Stunting Total

OR (95%CI)

P Stunting

Tidak Stunting

n %

a. Rendah 71 51,4 67 48,6 138 100,0 1,132 (0,644-2,512)

0,603 b. Tinggi 20 45,5 24 54,5 44 100,0

4.3.7. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Ibu berpengatahuan tentang gizi tidak baik sebanyak 93 orang, lebih banyak

memiliki anak balita stunting yaitu 59 orang (63,4%) dan ibu berpengetahuan baik

sebanyak 89 orang, lebih banyak tidak memiliki balita stunting yaitu 57 orang

(64%). Hasil perhitungan diperoleh nilai Odd Ratio (OR) = 1,764 (95% CI: 1,689-

5,658), artinya ibu berpengetahuan tidak baik berpeluang 1,764 kali memiliki balita

stunting dibandingkan ibu berpengetahuan baik. Secara perhitungan statistik chi

square bahwa faktor pengetahuan berhubungan dengan stunting pada balita dengan

nilai p 0,000<0,05.

Page 106: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

87

Tabel 4.23 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Pengetahuan Stunting Total

OR (95%CI)

p Stunting

Tidak Stunting

n %

a. Tidak baik 59 63,4 34 36,6 93 100,0 1,764 (1,689-5,658)

0,000 b. Baik 32 36,0 57 64,0 89 100,0

4.3.8. Hubungan Sikap Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Ibu bersikap positif dalam pemenuhan gizi sebanyak 103 orang, lebih

banyak memiliki anak balita stunting yaitu 62 orang (60,2%) dan ibu bersikap

negatif sebanyak 79 orang, lebih banyak tidak memiliki balita stunting yaitu 50

orang (63,3%). Hasil perhitungan diperoleh nilai Odd Ratio (OR) = 1,640 (95% CI:

01,425-4,770), artinya ibu bersikap negatif tentang gizi berpeluang 1,640 kali

memiliki balita stunting dibandingkan bersikap positif. Secara perhitungan statistik

chi square bahwa faktor sikap berhubungan dengan stunting pada balita dengan

nilai p 0,003<0,05.

Tabel 4.24 Hubungan Sikap Ibu dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Sikap Stunting Total

OR (95%CI)

p Stunting

Tidak Stunting

n %

1,640 (1,425-4,770)

0,003 a. Negatif 62 60,2 41 39,8 103 100,0 b. Positif 29 36,7 50 63,3 79 100,0

Page 107: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

88

4.3.9. Hubungan Pemberian Makan dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Ibu menerapkan pemberikan makan kepada balita yang tidak baik sebanyak

101 orang, lebih banyak memiliki anak balita stunting yaitu 62 orang (61,4%) dan

ibu memberikan makanan yang baik sebanyak 81 orang, lebih banyak tidak

memiliki balita stunting yaitu 52 orang (64,2%). Hasil perhitungan diperoleh nilai

Odd Ratio (OR) = 1,715 (95% CI: 1,556-5,223), artinya ibu memberikan makan

tidak baik berpeluang 1,715 kali memiliki balita stunting dibandingkan

memberikan makan dengan baik. Secara perhitungan statistik chi square bahwa

faktor pemberian makan berhubungan dengan stunting pada balita dengan nilai p

0,001<0,05.

Tabel 4.25 Hubungan Pemberian Makan dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Pemberian Makan

Stunting Total OR

(95%CI) p

Stunting Tidak

Stunting n %

1,715 (1,556-5,223)

0,001 a. Tidak baik 62 61,4 39 38,6 101 100,0 b. Baik 29 35,8 52 64,2 81 100,0

4.3.10.Hubungan Kebiasaan Makan dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Ibu menerapkan kebiasan makan kepada balita tidak baik sebanyak 127

orang, lebih banyak memiliki anak balita stunting yaitu 72 orang (56,7%) dan ibu

menerapkan kebiasaan makan yang baik sebanyak 55 orang, lebih banyak tidak

memiliki balita stunting yaitu 36 orang (65,5%). Hasil perhitungan diperoleh nilai

Odd Ratio (OR) = 1,641 (95% CI: 1,285-4,786), artinya ibu memiliki kebiasan

Page 108: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

89

makan tidak baik berpeluang 1,641 kali berisiko memiliki balita stunting

dibandingkan kebiasaan makan baik. Secara perhitungan statistik chi square bahwa

faktor kebiasaan makan berhubungan dengan stunting pada balita dengan nilai p

0,010<0,05.

Tabel 4.26 Hubungan Kebiasaan Makan dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Kebiasaan Makan

Stunting Total OR

(95%CI) p

Stunting Tidak

Stunting n %

1,641 (1,285-4,786)

0,010 a. Tidak baik 72 56,7 55 43,3 127 100,0 b. Baik 19 34,5 36 65,5 55 100,0

4.3.11. Hubungan Praktek Kesehatan dengan Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Ibu menerapkan praktek kesehatan kepada balita tidak baik sebanyak 104

orang, lebih banyak memiliki anak balita stunting yaitu 60 orang (57,7%) dan ibu

menerapkan praktek kesehatan yang baik sebanyak 78 orang, lebih banyak tidak

memiliki balita stunting yaitu 47 orang (60,3%). Hasil perhitungan diperoleh nilai

Odd Ratio (OR) = 1,452 (95% CI: 1,138-3,758), artinya ibu menerapkan praktek

kesehatan tidak baik berpeluang 1,452 kali memiliki balita stunting dibandingkan

praktek kesehatan baik Secara perhitungan statistik chi square bahwa faktor pratek

kesehatan berhubungan dengan stunting pada balita dengan nilai p 0,025<0,05.

Page 109: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

90

Tabel 4.27 Hubungan Praktek Kesehatan dengan Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Praktek Kesehatan

Stunting Total OR

(95%CI) p

Stunting Tidak

Stunting n %

1,452 (1,138-3,758)

0,025 a. Tidak baik 60 57,7 44 42,3 104 100,0 b. Baik 31 39,7 47 60,3 78 100,0

4.3.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi logistik

berganda yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk menganalisis

pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen kategorik yang

bersifat dikotom atau binary. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi

regresi logistik adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25 pada analisis

bivariatnya. Berdasarkan analisis bivariat diketahui dari kesebelas variabel

independen umur, umur menikah, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

pengetahuan, sikap, pemberian makan, kebiasaan makan dan praktek kesehatan,

bahwa ada enam variabel yang mempunyai nilai p<0,25 yaitu pendidikan (0,235),

pengetahuan (0,000), sikap (0,003), pemberian makan (0,001), kebiasaan makan

(0,010) dan praktek kesehatan (0,025) sehingga variabel tersebut menjadi kandidat

permodelan multivariat.

Page 110: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

91

Tabel 4.28 Variabel Kandidat Model Regresi Logistik Berganda

No. Variabel Independen Nilai p

1 Umur 0,727

2 Umur menikah 0,855

3 Suku bangsa 0,329

4 Pendidikan 0,235*

5 Pekerjaan 0,877

6 Pendapatan 0,603

7 Pengetahuan 0,000*

8 Sikap 0,003*

9 Pemberian makan 0,001*

10 Kebiasaan makan 0,010*

11 Praktek kesehatan 0,025*

* = Variabel kandidat

Hasil uji multivariat dengan mempergunakan regresi logistik ganda

diperoleh bahwa dari keenam variabel independen diperoleh nilai p lebih kecil dari

0,05 yaitu pengetahuan (0,013), sikap (0,011), pemberian makan (0,005), kebiasaan

makan (0,004) dan praktek kesehatan (0,010).

Variabel pengetahuan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 2,333, berarti ibu

berpengetahuan baik tentang gizi cenderung 2,333 kali balita tidak stunting

daripada berpengetahuan tidak baik. Variabel sikap diperoleh nilai Exp (B) sebesar

2,362, berarti ibu bersikap positif tentang gizi cenderung 2,362 kali balita tidak

stunting daripada bersikap negatif. Variabel pemberian makan diperoleh nilai Exp

(B) sebesar 2,644, berarti ibu menerapkan pemberian makan dengan baik

cenderung 2,644 kali balita tidak stunting daripada pemberian makan tidak baik.

Page 111: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

92

Variabel kebiasaan makan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 2,915, berarti

ibu membiasakan makan dengan baik cenderung 2,915 kali balita tidak stunting

daripada kebiasaan makan tidak baik. Variabel praktek kesehatan diperoleh nilai

Exp (B) sebesar 2,445, berarti ibu menerapkan praktek kesehatan dengan baik

cenderung 2,445 kali balita tidak stunting daripada praktek kesehatan tidak baik.

Hasil uji regresi logisitik berganda diperoleh nilai Overall Percentage=

66,5% yang artinya faktor pengetahuan, sikap, pemberian makan, kebiasaan makan

dan praktek kesehatan memengaruhi stunting sebesar 66,5% sisanya 33,5%

dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,272 dan Cox &

Snell R Square 0,204 yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 0,272 atau 27,2% dan

terdapat 100%-27,2% = 72,8% faktor lain diluar model yang menjelaskan variabel

dependen. Artinya variabel independen pada penelitian ini hanya mampu

menjelaskan 27,2% pengaruh terhadap stunting dan ada 72,8% stunting

dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 4.29 Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Pemberian Makan, Kebiasaan

Makan, Praktek Kesehatan terhadap Stunting di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019

Variabel

Independen Nilai ß Nilai p Exp(B)

Pengetahuan 0,847 0,013 2,333

Sikap 0,860 0,011 2,362

Pemberian makanan 0,972 0,005 2,644

Kebiasaan makan 1,070 0,004 2,915

Praktek kesehatan 0,894 0,010 2,445

Constant -2,700 0,000 0,010

Overall Percentage = 66,5%

Page 112: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

93

Hasil persamaan regresi logistik yang diperoleh yaitu:

Apabila variabel pengetahuan baik diberi kode 1, sikap positif diberi kode

1, pemberian makanan baik diberi kode 1, kebiasaan makan baik diberi kode 1, dan

praktek kesehatan baik diberi kode 1, maka peluang stunting balita dapat dihitung

yaitu:

f (z) = )1(894,0)1(070,1)1(9723,0)1(860,0)1(847,0700,2(72,21

1

f (z) = 95

Berdasarkan rumus di atas dengan pengetahuan baik, sikap positif,

pemberian makanan baik, kebiasaan makan baik, dan praktek kesehatan baik,

berpeluang tidak stunting balita sebesar 95%.

Selanjuntya peluang kejadian stunting balita apabila pengetahuan kurang

baik diberi kode 0, sikap negatif diberi kode 0, pemberian makanan tidak baik

diberi kode 0, kebiasaan makan tidak baik diberi kode 0, dan praktek kesehatan

tidak baik diberi kode 0, maka dengan cara yang sama diperoleh:

f (z) = 14,1

Peluang kejadian tidak stunting balita dengan pengetahuan kurang baik,

sikap negatif, pemberian makanan tidak baik, kebiasaan makan tidak baik, dan

praktek kesehatan tidak baik sebesar 14,1%.

Page 113: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

94

4.4 Analisis Data Penelitian Kualitatif

4.4.1 Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah tiga orang ibu balita stunting.

Indentitas diri informan diuraikan sebagai berikut:

1. Informan berinisial A dengan kode (01) berumur 34 tahun, bersuku Aceh,

berpendidikan SMA sebagai ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Desa

Rimo dengan penghasilan Rp. 2 juta.

2. Informan berinisial AN dengan kode (02) berumur 43 tahun, bersuku Batak,

berpendidikan SMA sebagai ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Desa Blok

15 Songo Baru dengan penghasilan Rp. 2,5 juta.

3. Informan berinisial DS dengan kode (03) berumur 23 tahun, bersuku Aceh,

berpendidikan SMA sebagai ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Desa Blok

15 Songo Baru dengan penghasilan Rp. 1,5 juta.

4.4.2 Informan Tambahan

Informan tambahan dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang petugas gizi dan

1 orang bidan desa. Indentitas diri informasi tambahan diuraikan sebagai berikut:

1. Informan berinisial N dengan kode (04) memiliki jabatan sebagai petugas gizi,

berumur 34 tahun, berpendidikan D3 Kebidanan, lama bekerja 8 tahun dan

bertempat tinggal di Desa Blok VI.

2. Informan berinisial A dengan kode (05) memiliki jabatan sebagai bidan desa,

berumur 34 tahun, berpendidikan D3 Kebidanan, lama bekerja 10 tahun dan

bertempat tinggal di Desa Silulusan.

Page 114: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

95

4.4.3 Hasil Wawancara Informan Utama

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap tiga orang informan memiliki

balita stunting bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gunung Meriah

tentang faktor yang memengaruhi stunting yaitu pengetahuan,sikap, pemberian

makan, kebiasaan makan dan prektek kesehatan sebagai beirkut.

1. Pengetahuan

Peneliti informan berkaitan dengan stunting balita sehingga pelu mengkaji

lebih dalam melalui wawancara. Informan mengatakan bahwa balita stunting bukan

suatu penyakit dan tidak menjadi masalah dalam keluarga. Informan memiliki

persepsi bahwa balita stunting dapat disebabkan garis keturunan dari orangtuanya

dan akibat terlalu cepat hamil pada usia remaja atau kesehatan ibunya telah

mengalami gangguan jiwa.

Tabel 4.30 Matriks Jawaban Informan tentang Pengertian dan Penyebab

Stunting Balita

Informan Jawaban

01 Katanya anak pendek.

Makanan yang gizinya kurang, keturunan, kehamilan ibunya pendek, kehamilan remaja dan ibunya mengalami ganguan jiwa

02 Gakk tahu, belum pernah dengar..oh anak pendek..saya sering lihat, nggak apa lah alaskan sehat dia

Karena mamak dan bapaknya pendek mungkin..atau keluarga ada yang pendek

03 Pernah dengan, cebol istilahnya, tapi mengapalah yang penting sehat dia dan lincah.

Gak tau juga sudah dari sononya..bapaknya pendek, mamaknya pendek sudah begini mungkin

Page 115: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

96

Informan mengatakan bahwa pemahaman tentang pencegahan dan

penanganan balita stunting belum tepat. Informan mengatakan bahwa pencegahan

dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makan dengan frekuensi sering agar

pertumbuhan cepat bertambah. Penanganan balita stunting dengan berobat ke

dokter, apabila penanganannya cukup diberikan pola makan yang baik dan makan

mengandung gizi baik untuk mengoptimalkan pertumbuhan balita. Informan

memiliki pengetahuan tentang pencegahan stunting dapat menyebabkan balita

terhindar dari stunting.

Tabel 4.31 Matriks Jawaban Informan tentang Pencegahan dan Upaya

Penanganan Balita Stunting

Informan Jawaban

01 Dikasih makan banyak, ibu juga harus makan banyak

02 Makan aja banyak yang disuka supaya besar, olah raga, diobati ke dokter

03 Makan banyak supaya lekas besar lagi bu

2. Sikap

Sikap informan berkaitan kejadian stunting balita yang kurang baik. Sesuai

dengan ungkapan informan mengatakan bahwa pola makan selama hamil belum

tentu dapat menyebabkan balita stunting. Informan memiliki pola makan yang

kurang baik selama hamil disebabkan usaha untuk mengkonsumsi makan bergizi

rendah sehingga mengikutkan perasaan malas makan walaupun suami memberikan

semangat agar selama hamil frekuensi makan 3 kali sehari jangan sampai

berkurang. Informan juga kurang paham tentang manfaat Inisiasi Menyusu Dini

(IMD). Ada informan merasa keberhasilan melakukan IMD saat bayi baru lahir

Page 116: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

97

jarang berhasil, mungkin disebabkan rasa letih saat bersalin sehingga kurang

memperdulikan program IMD tersebut.

Tabel 4.32 Matriks Jawaban Informan tentang Pola Makan Selama Hamil

dan Pemberian Inisiasi Menyusu Dini

Informan Jawaban

01 Tergantung apa yang selera, waktu hamil malas makan bawaannya, padahal suami sudah mendorong makan. Susah berhasilnya karena anaknya gak mau

02 Iya selama hamil jika mual malas makan..makan gak kuat perasaannya tidak enak makan. Kadang nggak sarapan nggak enak rasanya.

Waktu itu gak tahu bu...

03 Ibu kan juga wanita, waktu hamil kita kan susah makan, bau sedikit sudah ngak enak badan

Gak tahu soal IMD

Informan mengatakan bahwa pemberian ASI tidak dapat mengurangi risiko

kejadian stunting. Sesuai jawaban informan bahwa bayi sebelum usia 6 bulan

diberikan berbagai makanan seperti susu formula dan roti agar bayi lekas besar.

Alasan ini mungkin disebabkan kepercayaan dari orang-orang tua dulu belum

menerapkan ASI eksklusif tetapi kondisi tubuh dapat berkembang.

Tabel 4.33 Matriks Jawaban Informan tentang Pemberian ASI

Informan Jawaban

01 Dikasi juga makanan lain supaya cepat besar itu kata orang tua dulu

02 Asi saja tidak cukup untuk anak,,ditambah dengan susu , roti

03 Semua anak gak dapat ASI eksklusif.

Page 117: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

98

3. Pemberian makan

Informan mengatakan pemberian makanan dengan mempersiapkan menu

makan keluarga sehari-hari belum sesuai dengan asuhan gizi seimbang. Sesuai

ungkapan informan bahwa menu makanan terdiri dari nasi, ikan dan sayur,

sedangkan susu dan buah jarang sekali disajikan karena harganya mahal. Untuk

menambah gizi balita, keluarga lebih memilih membelikan makanan jajanan di

warung untuk memenuhi selera makan balita. Informan juga mengatakan bahwa

balita sudah dibiasakan makan sendiri tanpa harus dipantau orangtua sehingga porsi

yang seharus dihabiskan tetapi tidak habis dimakan balita. Informan juga jarang

memasak makanan puding untuk memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga

karena keterbatasan uang dari suaminya.

Tabel 4.34 Matriks Jawaban Informan tentang Menu Makanan Sehari-hari

dan Makanan Tambahan pada Balita

Informan Jawaban

01 Biasanya, nasi, sayur, ikan, telur,,,kalau susu dan buah jarang.

Paling jajan di warung bu, kalau masak jarang bu, maklumlah biaya hidup kan besar bu

02 Nasi, ikan, sayur, kadang anaknya gak mau makan. Kalau kadang 2 kali sehari lebih suka jajan. Kalau puding jarang bu.

Anak saya biasa makan sendiri gak ditunggui

03 Ada nasi, ikan, sayur, buah jarang kali bu soalnya mahal...kalau disuruh bapaknya beli buah baru bu.

Kalau itu, anak saya gak suka makan sayur..kadang kecap aja sudah cukup, ikan katanya bau.

Makanan tambahan paling jajan bu

Page 118: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

99

Informan mengatakan bahwa upaya untuk membujuk balita menghabiskan

porsi yang diberikan. Informan mengeluh tentang perilaku balita malas makan

tetapi upaya untuk membujuk belum berhasil dilakukan sehingga dapat

menyebabkan balita stunting.

Tabel 4.35 Matriks Jawaban Informan tentang Upaya Membujuk Balita

Menghabiskan Makanan

Informan Jawaban

01 Anak dari kecil susah makannya..kadang kesal juga lah

02 Dibiasakan makan sendiri

03 Kadang dibujuk juga dianya gak mau, jarang ditunggui karena pagi banyak kerja memasak mencuci bersihkan rumah

4. Kebiasaan makan

Informan mengatakan bahwa balita memiliki kebiasaan makan kurang baik.

Sesuai ungkapan informan bahwa kebiasaan makan balita sarapan pagi belum

diupayakan secara rutin, dimana terkadang balita baugun jam 10 pagi sehingga

terlewatkan waktu sarapan pagi. Informan juga mengatakan tidak menyediakan

masakan selingan contoh bubur dan kue untuk memenuhi zat gizi balita, tetapi

balita dibiasakan mengkonsumsi makanan jajanan.

Tabel 4.36 Matriks Jawaban Informan tentang Kebiasaan Makan dan

Makanan Selingan

Informan Jawaban

01 Anak sekarang lebih suka jajan daripada makan pagi

02 Kadang sarapan kan makan jam 10 baru bangun.

Makanan yang di rumah aja

03 Makan sama abangnya

Page 119: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

100

Informan mengatakan bahwa kebiasan makan balita dapat menyebabkan

balita menderita stunting. Hal ini mungkin disebabkan balita dari kecil dibiasakan

makan sendiri atau keluarga tidak terlalu mempersoalkan apakah balita

menghabiskan makananya atau tdaik

Tabel 4.37 Matriks Jawaban Informan tentang Kebiasaan Sewaktu Makan

Informan Jawaban

01 Biasanya makan di lantai pake tikar dengan abangnya

02 Menggendong sich nggak...anak saja dari kecil dibiasakan bapak makan sendiri

03 Makanan jarang habis,.. bapaknya gak marah katanya kalau gak habis ngak papa lah.

5. Praktek kesehatan

Informan mengatakan bahwa praktek kesehatan balita cenderung berisiko

mengalami stunting. Sesuai ungkapan informan bahwa untuk menjaga kebersihan

balita dimandikan 2 kali sehari, seharusnya sesuai kondisi balita karena balita

memiliki aktivitas tinggi untuk bermain. Balita setelah bermain di halaman

biasanya penuh dengan kotoran apalagi tidak menggunakan sandal untuk

menghindari kontak langsung dengan tanah. Apabila tidak dibersihkan dapat

menyebabkan kuman masuk dapat menyebabkan penyakit yang dapat menghambat

pertumbuhan balita.

Page 120: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

101

Tabel 4.38 Matriks Jawaban Informan tentang Kebiasaan Kebersihan Diri

dan Mengikuti Posyandu

Informan Jawaban

01 Kadang dua kali sehari, pagi dan sore, semingu sekali potong kuku.

Ke poayandu jarang sekali

02 Mandi 2 kali sehari, potong kuku kalau sudah panjang. Lagi bermain di halaman tidak pake sandal dan tidak cuci tangan setelah bemain.

Sekali – sekali datang juga bu. Anak saya tidak minum vitaman A dari posyandu

03 Mandi bu, pagi dan sore hari, kukunya dipotong juga bu sama kakaknya yang besar.

Jarang tempatnya jauh

Informan mengatakan bahwa tidak memiliki kendala dalam memberikan

praktek kesehatan. Maksudnya bahwa informasn merasa kebiasaan praktek

kesehatan hanya saat balita sakit dan dibawa berobat ke sarana kesehatan. Sejauh

itu pemahaman informan sehingga perilaku untuk mencegah agar balita tidak

mengalami gangguan terutama gizi masih rendah karena alasan banyak pekerjaan

dan persepsi bahwa mengurus balita memang susah dan dibarengi dengan

kesabaran tanpa melakukan tindakan preventif.

Tabel 4.39 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala Pemberian Praktek

Kesehatan

Informan Jawaban

01 Kalau sakit di bawa berobat ke puskesmas

02 Kadang-kadang ngak sempat karena banyak juga pekerjan lain

03 Ngak ada, kadang-kadang harus sabar aja mengurus anak

Page 121: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

102

4.4.4. Hasil Wawancara Informan Tambahan

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap dua orang informan sebagai

petugas gizi dan bidan desa tentang kejadian stunting berdasarkan, kegiatan

pemantuan, upaya pencegahan, pemberlian penyuluhan dan kendala atau saran agar

kejadian stunting dapat menurun di wilayah kerja Puskesmas Gunung Meriah

bsebagai berikut.

Informan mengatakan bahwa pemantauan pertumbuhan balita mudah

diakses melalui e PPGBM dengan terlebih dahulu memasukkan data balita dan

selanjutnya akan muncul kondisi status gizi balita. Berbeda dengan informasi

lainnya mengatakan pemantauan sunting dilakukan saat kegiatan posyandu dengan

melakukan peningkatan berat dan tinggi badan serta umur untuk mengetahui

standar deviasinya apakah normal atau tidak. Upaya mencegah stunting dengan

menerapkan sitem pemberian penyuluhan kepada masyarakat pada saat kegiatan

posyandu. Sedangkan kegiatan edukasi atau promosi kesehatan di lingkungan

masyarakat tidak diselenggarakan karena terbatasan dana.

Tabel 4.40 Matriks Jawaban Informan tentang Upaya Pemantauan dan

Pencegahan Kejadian Stunting

Informan Jawaban 04 Dengan adanya data ePPGBM, jadi semua balita terpantau setiap

bulannya. Data di posyandu di entry ke aplikasi, setelah itu akan muncul beberapa balita yang gizi buruk, sedang dan stunting.

Paling hanya penyuluhan kesehatan itu jarang dilakukan karena sudah ada bidan desa di posyandu. Nanti ada pelatihan PMBA dari dinas

05 Mengukur tinggi badan, berat badan balita di posyandu, kalau di masyarakat tidak pernah karena dananya tidak ada bu.

Informasi ini disampaikan saat kegiatan posyandu saja

Page 122: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

103

Informan mengatakan bahwa salah satu upaya menurunkan kejadian

stuntiing dengan merubah perilaku makan ibu saat hami. Upaya ini merupakan

awal dari kegiatan 1000 hari kelahiran untuk menghindari anak dan ibu mengalami

kesulitan bersalin dan gangguan kesehatan. Namun kegiatan penyuluhan yang

telah dicanangkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil hanya diberikan saat

berkunjung ke puskesmas untuk memantau kehamilannya. Tidak berbeda jauh

dengan penyuluhan kepada masyarakat lainnya untuk meningkatkan pengetahuan

tentang stunting juga tidak dilakukan karena keterbatasan fasilitas dan dana

Tabel 4.41 Matriks Jawaban Informan tentang Pemberian Penyuluhan

kepada Ibu Hamil dan Masyarakat

Informan Jawaban 04 Jarang dilakukan karena itu disampaikan pada saat ibu hamil datang

memeriksa kehamilan. Jumlah kami sangat terbatas membuat penyuluhan.

05 Penyuluhan tentang gizi, penyakit masyarakat di posyandu bu. Di tempat lain gak ada bu

Informan mengatakan bahwa kendala yang sering dihadapi adalah terutama

sulitnya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang perilaku sehat untuk

merubah perilaku masyarakat yang selalu ingin memantau kesehatan terutama

menghindari kejadian stunting. Program pemberitan makanan tambahan kepada

balita gizi kurang belum tepat sasaran kerena lemahnya pemantauan konsumsi

biskuit terkadang di konsumsi keluarga karena balita tersebut tidak menyukainya.

Kendala lainnya yang adalah keterbatasan jumlah tenaga kesehatan dalam

memberikan penyuluhan dan belum optimalnya kinerja petugas, bidan desa, kader

dalam mencapai sasaran program pemerintah dengan cakupan yang besar tetapi

Page 123: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

104

tidak didukung sarana dan prasarana serta dana yang memadai. Saran yang

disampaikan informan adalah agar pihak pihak puskesmas, kepala desa, bidan desa,

kader dan tokoh masyarakat bekerjasama untuk memantau masalah gizi balita dan

memberikan pelatihan kepada kader dengan mengalokasikan dana dari dana

bantuan khusus stunting balita.

Tabel 4.42 Matriks Jawaban Informan tentang Kendala dan Saran dalam

Mengatasi Masalah Gizi Balita

Informan Jawaban 04 Kendalanya di masyarakat kadang susah kita memberi informasi,

terus di puskesmas sendiri kekurangan petugas gizi.

Disini kan ada program PTM bagi gizi buruk tatap hasil belum sesuai harapan, kadang-kadang balita resiko stunting tidak dibawa ke posyandu sehingga tidak terjaring.

Contohnya kita ingin mengajarkan masakan yang mengandung gizi baik tetapi masyarakat pendapatannya rendah dan kader untuk itu belum dilatih kan.

Sebaiknya pihak puskesmas, kepala desa, bidan desa, kader dan tokoh masyarakat bekerjasama untuk memantau masalah gizi balita.

05 Mungkin terlalu banyak yang ingin dicapai, padahal belum didukung jumlah bidan desa, kader dan fasilitas terutama dana yang terbatas.

Jumlah kader yang aktif hanya 1-2 orang saja, dan yang bisa menimbang, mengukur balita kadang 1 orang. Hambatan lainnya setiap ganti kepala desa, kader pun diganti juga sedangkan tokoh masyarakat tidak aktif.

Kader kan tanggung jawab kepala desa, dana desa kan dapat digunakan mengefektifkan kinerja kader.

Ke depan pihak puskesmas bersinergis dengan pihak pemerintah desa dalam pemantau dan mentasi masalah gizi balita

Berdasarkan uraian di atas diperoleh bahwa faktor yang memengaruhi

stunting balita antara lain pengetahuan, sikap, pemberian makanan, kebiasaan

makan dan praktek kesehatan. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara diperoleh

Page 124: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

105

bahwa faktor lain yang memengaruhi kejadian stunting balita yaitu pola makan

sewaktu hamil, kepercayaan, pendapatan, dan kebersihan balita. Sesuai dengan

uangkapan informan bahwa informan mengikuti kepercayaan dari orang-orang tua

dulu, dimana bayi sebelum usia 6 bulan sudah diberikan makan atau bayi tidak

mendapatkan ASI eksklusif. Menu makanan keluarga kurang beragam, terkadang

balita cukup makan dengan kecap dengan nasi sudah cukup karena rendahnya

pendapatan keluarga. Keluarga merasa bayi cepat diberi makanan pertumbuhannya

akan cepat berkembang dan balita dengan tinggi badan pendek tidak menjadi suatu

masalah asalkan mereka dapat beraktivitas dengan baik. Informan juga tidak rutin

membawa balita mengikuti posyandu untuk memantau tinggi. Informan hanya

membawa balita ke fasilitas kesehatan apabila mengalami sakit.

Page 125: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

106

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan variabel independen yang

dikaji terdiri dari faktor umur, umur menikah, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, pengetahuan, sikap, pemberian makan, kebiasaan makan dan praktek

kesehatan dan telah dilakukan uji statastik diperoleh dari sebelas tersebut

ditemukan lima variabel berpengaruh terhadap stunting. Kejadian stunting pada

balita usia 12-36 bulan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap, pemberian

makan, kebiasaan makan dan praktek kesehatan. Untuk mengetahui faktor lainnya

terhadap stunting dilakukan wawancara mendalam kepada tiga orang ibu memiliki

balita stunting.

5.1. Pengaruh Umur Ibu terhadap Stunting pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019

Hasil penelitian menjukkan bahwa umur ibu pada umumnya tergolong usia

reproduksi kurang beriko antara 20 sampai dengan 35 tahun (79,1%). Hal ini

menggambarkan bahwa ibu berumur antara reproduksi kurang berisiko dapat

memiliki balita stunting. Menurut Kusmiyati bahwa usia reproduksi antara 20

sampai dengan 30 tahun merupakan kurun waktu reproduksi sehat yaitu usia yang

paling aman untuk melahirkan. Usia ibu hamil akan memengaruhi kelangsungan

hidup anak yaitu usia kurang dari 20 tahun meningkatkan gangguan kesehatan dan

kematian bayi (76).

Page 126: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

107

Hal ini sesuai dengan hasil analisis bivariat menjelaskan ibu berumur

tergolong usia reproduksi lebih banyak memiliki balita stunting. Namun secara

statistik tidak menunjukkan hubungan yang berarti, tetapi dapat menjadi faktor

resiko karena nilai OR yaitu 1,067 lebih besar dari 1. Sejalan dengan penelitian

Agustiningrum (2016) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu,

pendidikan dan pekerjaan ibu dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas

Wonosari I degan nilai p 0,638>0,05. Nilai OR sebesar 0,842, sehingga umur ibu

tidak berisiko menimbulkan stunting pada balita (77).

Demikian juga dengan hasil analisis multivariat menujukkan bahwa umur

tidak berpengaruh terhadap stunting pada balita. Sejalan dengan penelitian Astuti

(2016) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan

kejadian stunting di Desa Hargorejo Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal

ini dikarenakan umur ibu dianggap lebih berperan sebagai faktor psikologis ibu

seperti penerimaan kehamilan anak sehingga berpengaruh terhadap pola

pengasuhan anak, dalam hal ini pola asuh pemberian makanan. Faktor fisiologi usia

ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan janin namun asupan makanan seimbang

yang dicerna oleh ibu dapat berdampak positif (78).

Pada penelitian ini ibu memiliki balita stunting termasuk dalam usia

reproduksi kurang berisiko. Hal ini disebabkan faktor umur ibu saat ini lebih

berperan sebagai dalam mengurus dan mengasuh dan membina keluarga sehingga

faktor pengasuhan balita lebih berpengaruh terhadap stunting pada balita.

Page 127: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

108

5.2. Pengaruh Umur Menikah Ibu terhadap Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019

Pernikahan dini menurut WHO adalah pernikahan sebelum usia 18 tahun,

yang berlaku baik bagi anak laki-laki maupun perempuan, tetapi kenyatannya lebih

umum terjadi pada anak perempuan (57). Hasil penelitian menjukkan bahwa

riwayat umur ibu menikah pada umumnya tergolong usia reproduksi kurang

berisiko (76,4%). Hal ini menggambarkan bahwa usia menikah antara 20-35 tahun

dapat memiliki balita stunting. Menurut pendapat Prakash bahwa pernikahan dini

dapat berdampak buruk terhadap kesehatan ibu dan balita. Salah satu dampaknya

adalah terganggunya organ reproduksi pada ibu dan apabila terjadi kehamilan,

merupakan kehamilan yang berisiko. Selain itu, dapat juga berakibat pada anak

yang dilahirkannya. Anak yang lahir dari ibu yang menikah dini memiliki

kesempatan hidup yang rendah dan lebih besar memiliki masalah gizi pada anaknya

seperti pendek, kurus, dan gizi buruk (58).

Hasil analisis bivariat menjelaskan ibu memiliki riwayat menikah dengan

kriteria usia reproduksi berisiko yaitu antara <20 tahun dan >35 tahun lebih banyak

memiliki balita stunting. Namun secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang

berarti, dan dapat menjadi faktor resiko karena nilai OR yaitu 1,067 lebih besar dari

1. Sejalan dengan penelitian Khusna (2017) mengatakan bahwa tidak ada hubungan

antara usia ibu saat menikah dengan status gizi batita berdasarkan PB/U maupun

BB/U di wilayah Kecamatan Gemawang dan Bulu, Kabupaten Temanggung (79).

Demikian juga analisis multivariat tidak ada pengaruh umur menikah

terhadap stunting pada balita. Hasil Uji statistik diperoleh nilai p=0,855. dimana

kejadian stunting pada balita tidak disebabkan faktor umur menikah masuk usia

Page 128: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

109

reproduksi berisiko maupun kurang berisiko. Hasil penelitian berbeda dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Raj et al (2010) menunjukkan bahwa

kehamilan yang terjadi pada perempuan yang menikah dini secara signifikan

berkaitan dengan kejadian stunting (pendek), wasting (kurus), dan underweight

(gizi kurang). Hubungan usia ibu saat menikah dengan status gizi PB/U, status gizi

BB/U juga menunjukkan kecenderungan semakin muda usia ibu saat menikah

semakin meningkat kejadian gizi kurang (80).

Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF), masalah gizi

disebabkan berbagai faktor baik langsung (makanan tidak seimbang dan penyakit

infeksi) maupun tidak langsung meliputi pola asuh (pola asuh makan dan pola asuh

kesehatan). Pola asuh makan dapat berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh

lain dalam memberikan makan. Pola asuh kesehatan dan pola asuh diri sebagai

sikap dan tindakan ibu terhadap kondisi lingkungan anak, meliputi: kebersihan dan

sanitasi lingkungan, perawatan balita dalam keadaan sehat maupun sakit (13).

Pada penelitian ibu memiliki balita stunting tidak menikah pada usia di

bawah 20 tahun atau menikah di atas 35 tahun sebagai usia reproduksi berisko

hamil tidak dapat menyebabkan stunting. Hal ini mungkin disebabkan karena umur

ibu saat menikah pertama kali merupakan faktor tidak langsung yang memengaruhi

stunting dan juga adanya faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap

stunting. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi stunting antara lain asupan makan

(energi dan protein) dan riwayat penyakit infeksi, yang merupakan faktor langsung

.

Page 129: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

110

5.3. Pengaruh Suku Bangsa Ibu terhadap Stunting di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bangsa ibu pada umumnya adalah

selain Aceh yaitu suku Jawa dan Dairi (94,5%). Hal ini menggambarkan bahwa

suku bangsa yang dimiliki ibu sebagai garis keturunan dari orangtuanya dapat

memiliki balita stunting.

Hasil analisis bivariat menjelaskan ibu memiliki suku bangsa selain Aceh

lebih banyak memiliki balita stunting, sedangkan suku bangsa Aceh cenderung

tidak berisiko memiliki balita stunting. Nanum secara statistik tidak menunjukkan

hubungan yang berarti, dan tidak dapat menjadi faktor resiko karena nilai OR yaitu

0,586 lebih kecil dari 1.

Pada penelitian ibu memiliki balita stunting lebih banyak bersuku bangsa

bukan Aceh. Hal ini mungkin disebabkan karena suku bangsa sebagai garis

keturunan atau budaya yang dianut ibu saat ini tidak menjadi faktor langsung yang

dapat menyebabkan stunting. Masih banyak faktor lainnya yang dapat

memengaruhi stunting pada balita seperti pola kesehatan dan penyakit yang diderita

balita sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.

Demikian juga analisis multivariat tidak ada pengaruh suku bangsa terhadap

stunting pada balita. Hasil Uji statistik diperoleh nilai p=0,329. dimana kejadian

stunting pada balita tidak disebabkan faktor suku bangsa Aceh maupun suku

bangsa bukan Aceh. Hal ini mengandung arti balita stunting lebih banyak terjadi

pada keluarga suku bangsa Aceh di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Meriah.

Page 130: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

111

Sejalan dengan penelitian Khairiyah (2013) mengatakan faktor sosial budaya

dan asuhan makanan berpengaruh terhadap status gizi pada balita di Gampong Cut

Laweang Kecamatan Muara Tiga Kecamatan Pidie. Balita menderita kasus gizi

kurang sebanyak 46 orang dari 110 sampel yang diteliti (81).

Adat istiadat dan kebudayaan yang sudah mengakar memberi pengaruh yang

besar pada perilaku dan kebiasaan hidup mereka, termasuk kebiasaan makan dan

pola makan sehari-hari Jenis bahan dan menu makanan yang dikonsumsi, waktu

makan, frekuensi makan, tujuan makan, hingga jenis bahan makanan yang

ditabukan masyarakat Suku Sasak sangat dipengaruhi adat dan budayanya. Hal

serupa diberlakukan kepada anak pada 1.000 hari pertama kehidupannya (59).

Sesuai dengan temuan hasil wawancara bahwa ibu bersuku selain Aceh tidak

memberikan ASI eksklusif kepada balita karena ada kecenderungan pengambilan

keputusan dalam keluarga dipengaruhi oleh orang tua dari ibu balita yang

memberikan makanan pada saat balita berusia 0-6 bulan seperti teh manis, roti dan

makan lainnya yang dapat mengganggu percernaan. Padahal manfaat pemberian

ASI eksklusif adalah memberikan pertumbuhan optimal dan dapat menambah daya

tahan tubuh balita terhadap penyakit.

5.4. Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Stunting di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu pada umumnya

tergolong tinggi yaitu tamatan SMA dan Sarjana (53,3%). Hal ini menggambarkan

bahwa latar belakang pendidikan yang tinggi dapat memiliki balita stunting.

Page 131: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

112

Hasil analisis bivariat menjelaskan ibu dengan latar belakang tamatan

SD/SMP lebih banyak memiliki balita stunting, sedangkan berpendidikan tamatan

SMA/sarjana cenderung tidak berisiko memiliki balita stunting. Namun secara

statistik tidak menunjukkan hubungan yang berarti, tetapi dapat menjadi faktor

resiko karena nilai OR yaitu 1,219 lebih besar dari 1. Sejalan dengan penelitian

Kusuma (2013) bahwa pendidikan orangtua, panjang badan lahir dan tinggi badan

orangtua bukan merupakan faktor risiko stunting (23).

Orang tua terutama ibu yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi dapat

melakukan perawatan anak dengan lebih baik daripada orang tua dengan

pendidikan rendah. Orang tua dengan pendidikan yang lebih rendah lebih banyak

berasal dari keluarga yang sosial ekonominya rendah sehingga diharapkan

pemerintah meningkatkan akses pendidikan untuk keluarga dengan sosial ekonomi

yang kurang (60).

Penelitian Ramli, et al. (2009) di Kota Maluku, di mana pendidikan ayah

tidak berhubungan dengan kejadian stunting tetapi berbeda dengan faktor

pendidikan ibu berhubungan secara signifikan dengan kejadian stunting pada balita.

Hal ini bisa disebabkan karena peran pengasuhan lebih besar dilakukan oleh ibu

sedangkan ayah lebih banyak bekerja sehingga waktu dengan anaknya akan lebih

berkurang (61).

Demikian juga hasil analisis multivariat tidak ada pengaruh pendidikan ibu

terhadap stunting pada balita. Hasil Uji statistik diperoleh nilai p=0,235. dimana

kejadian stunting pada balita tidak dapat disebabkan latar belakang pendidikan.

baik ibu berpendidikan tinggi maupun rendah. Artinya latar belakang pendidikan

Page 132: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

113

ibu belum dapat menjamin terjadinya stunting pada balita. Sejalan dengan

penelitian Nasution (2014) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa faktor sosial

ekonomi (pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga) tidak

memiliki hubungan bermakna dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan

di Kota Yogyakarta. Ada hubungan bermakna antara riwayat BBLR dan tinggi

badan ibu dengan kejadian stunting (20).

Hal ini mungkin disebabkan proporsi pendidikan yang dimiliki

dikategorikan tinggi (tamatan SMA/Sarjana) dan rendah (tamatan SD/SMP) tidak

berbeda jauh sehinggga kasus stunting terjadi pada ibu berpendidikan tinggi

maupun rendah. Selain itu, pendidikan yang tinggi tidak menjamin ibu memiliki

pola makan yang baik sebagai faktor penting pemenuhan asuhan gizi kepada balita

untuk menghindari stunting. Walaupun demikian, tingkat pendidikan yang tinggi

tetap faktor penting. Sebab semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

semakin mudah dalam proses penyerapan atau adopsi informasi kesehatan sehingga

diharapkan akan tercipta pola kebiasaan yang baik dan sehat terutama dalam

menghindari balita stunting.

5.5. Pengaruh Pekerjaan terhadap Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Meriah tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik ibu tidak memiliki

pekerjaan (63,7%). Hal ini menggambarkan bahwa ibu tidak bekerja atau sebagai

ibu rumah tangga. Ibu bekerja untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan

hidup keluarga sehari-hari yaitu buruh pekerja di areal perkebunan kepala sawat.

Menurut Agustiningrum bahwa ibu bekerja dapat membantu dari segi

Page 133: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

114

perekonomian keluarga sehingga meningkatkan daya beli untuk asupan nutrisi

anak. Meskipun waktu untuk merawat anak lebih sedikit dibandingkan ibu yang

tidak bekerja (77).

Hasil analisis bivariat menjelaskan ibu tidak bekerja cenderung memiliki

balita stunting. Nanum secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang berarti,

tetapi dapat menjadi faktor resiko karena nilai OR yaitu 1,048 lebih besar dari 1.

Penelitan serupa oleh Anisa (2012) bahwa pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan

kejadian stunting pada balita di Kelurahan Kalibaru Depok (82).

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan sehari-harinya dan sebagai

imbalannya mendapatkan upah atau tidak. Lingkungan pekerjaan dapat membuat

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun

tidak langsung (62). Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki

waktu yang cukup bagi anak-anak dan keluarga. Dalam hal ini ibu mempunyai

peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun

demikian, ibu harus dituntut tanggung jawabnya kepada suami dan anak-anaknya,

khususnya memelihara anak. Keadaan yang demikian dapat memengaruhi keadaan

gizi keluarga khususnya anak balita. Ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu

yang cukup untuk memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan

dan kecukupan serta kurang perhatian dan pengasuhan kepada anak (63).

Demikian juga analisis multivariat tidak ada pengaruh pekerjaan ibu

terhadap stunting pada balita. Hasil Uji statistik diperoleh nilai p=0,877, dimana

kejadian stunting pada balita tidak disebabkan status pekerjaan, baik ibu memiliki

pekerjaan maupun tidak. Hal ini dapat digambarkan bahwa ibu memiliki pekerjaan

Page 134: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

115

dan tidak memiliki pekerjaan berisiko memiliki balita stunting. Sejalan dengan

penelitian Agustiningrum (2016) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

pekerjaan ibu dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Wonosari I

dengan nilai p 0,822> 0,05 (78).

Pada penelitian ini, ibu memiliki balita stunting lebih banyak tidak memiliki

pekerjaan atau sebagai ibu rumah tangga. Hal ini mungkin disebabkan ibu tidak

bekerja kurang mengetahui tentang asuhan gizi yang dapat berisiko balita

mengalami stunting. Selain itu, faktor pengelolaan makanan yang murah tetapi

mengandung gizi baik belum disajikan dalam menu pada balita.

5.6. Pengaruh Pendapatan terhadap Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Meriah tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan keluarga pada umumnya

tergolong di dibawah UMK yaitu Rp. 2,5 juta (75,8%). Hal ini menggambarkan

bahwa keluarga memiliki pendapatan yang kurang memadai, namun bila

diasumsikan keluarga dengan jumlah anak cukup banyak belum tentu dapat

membiayai kebutuhan dengan baik.

Hasil analisis bivariat menjelaskan pendapatan di atas cenderung memiliki

balita stunting. Nanum secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang berarti,

tetapi dapat menjadi faktor resiko karena nilai OR yaitu 1,132 lebih besar dari 1.

Sejalan dengan penelitian Paramashanti (2017) menjelaskan bahwa waktu

pemberian MP-ASI yang tepat bertindak sebagai faktor protektif (OR=0,32; 95%

CI: 0,13-0,75) kejadian stunting. Status ekonomi rumah tangga bertindak sebagai

Page 135: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

116

effect modifier dan faktor pengganggu di antara hubungan keanekaragaman

makanan dan stunting (21).

Demikian juga analisis multivariat tidak ada pengaruh pendapatan keluarga

terhadap stunting pada balita. Hasil Uji statistik diperoleh nilai p=0,603. dimana

kejadian stunting pada balita tidak disebabkan karena faktor pendapatan keluarga di

atas maupun di bawah UMK.

Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh promosi

iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup dan

timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah

ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang

cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola

makannya sehari–hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan

pada pertimbangan selera dibandingkan dari aspek gizi (64).

Pada umumnya orangtua balita stunting memiliki pekerjaan sebagai buruh

lepas di perkebunan kelapa sawit yang bertugas membersihkan arel dan memanen

hasil dengan pendapatan di bawah UMK. Dengan asumsi dalam keluarga terdiri

dari 2 orang, tentunya belum dapat memprioritaskan asuhan dan kebutuhan gizi

dengan baik dan sedangkan pengeluaran lainnya lebih besar menunggu

ditanggulangi. Hal ini sesuai dengan ungkapan informan bahwa balita jarang

mengkonsumsi susu atau buah karena penghasilan keluarga tidak cukup atau daya

beli rendah. Ditambah lagi kebiasaan anak yang susah makan sehingga porsi makan

yang disajikan tidak habis membuat balita berisiko stunting.

Page 136: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

117

Tidak ada keterkaitan antara pendapatan dengan stunting berdasarkan analisis

data terlihat bahwa balita yang mengalami stunting dan yang tidak stunting hampir

sama proporsinya berasal dari keluarga berpendapatan rendah dan tinggi. Anak

balita yang mengalami stunting yang berasal dari keluarga berpendapatan rendah

sebesar 51,4%, sedangkan proporsi balita stunting dari keluarga pendapatan tinggi

sebesar 45,5%.

5.7. Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Stunting di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi yang

dapat berisiko stunting tidak baik (51,1%). Hal ini menggambarkan bahwa

pengetahuan ibu yang tidak baik tentang gizi dapat menyebabkan balita stunting

mulai dari gizi ibu hamil sampai jenis-jenis makanan yang dibutuhkan untuk

menghindari penyakit akibat kekurangan gizi.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk perilaku atau tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang

memiliki hubungan yang positif terhadap tingkah laku yang dilakukannya, berarti

semakin kurang pengetahuan seseorang. Hal ini didukung oleh teori Green yang

mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan.

Individu yang memilik pengetahuan baik biasanya lebih memudah menelaah dan

mengadopsi perilaku kesehatan (65).

Hasil analisis bivariat menjelaskan pengetahuan yang tidak baik cenderung

memiliki balita stunting. Dibuktikan dengan hasil uji statistik menunjukkan ada

hubungan yang berarti, dan menjadi faktor resiko karena nilai OR yaitu 1,764 lebih

Page 137: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

118

besar dari 1. Senada dengan penelitian Ni’mah (2015) menjelaskan bahwa

pengetahuan gizi ibu yang kurang (OR=3,877; CI=1,410-10,658) merupakan faktor

yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya (15).

Pengetahuan ibu tentang gizi berkaitan dengan kejadian stunting tidak baik.

Hal ini dapat disebabkan selain dilatar belakang faktor pendidikan juga dapat

disebabkan kurangnya informasi dari petugas dan kader menyampaikan informasi

tentang penyebab stunting. Sesuai dengan ungkapan informasi sebagai bidan desa

mengatakan bahwa balita yang datang ke Posyandu dapat dipantau berat badanya

tetapi yang tidak datang tidak dapat dipantau. Kegiatan penyuluhan kepada

masyarakat lainnya untuk meningkatkan pengetahuan tentang stunting tidak

dilakukan karena keterbatasan fasilitas dan dana. Sesuai dengan ungkapan bidan

desa mengatakan kegiatan penyuluhan tentang gizi yang dapat menyebabkan

penyakit masyarakat hanya diberikan saat kegiatan posyandu saja. Sedangkan di

tempat lainnya tidak diselenggarakan karena keterbatasan dana. Selain itu, kegiatan

penyuluhan tentang dilakukan sekilas saja karena kegiatanya dilakukan bersamaan

dengan kegiatan penyuluhan program kesehatan lainnya

Demikian juga hasil analisis multivariat didapatkan ada pengaruh

pengetahuan ibu terhadap stunting pada balita. Hasil Uji statistik diperoleh nilai

p=0,013 dimana kejadian stunting pada balita disebabkan karena pengetahuan

terhadap gizi yang tidak baik. Hasil analisis didapatkan nilai Exp (B) sebesar 2,333,

berarti ibu berpengetahuan tidak baik tentang gizi cenderung 2,333 kali memiliki

balita stunting daripada berpengetahuan baik.

Page 138: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

119

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wasaraka (2015) meneliti

tentang perbedaan proporsi stunting pada anak usia 12-24 bulan berdasarkan

pemanfaatan pelayanan posyandu di Kabupaten Jayapura Papua menjelaskan hasil

penelitian terdapat 19,8% anak yang tergolong stunting. Hasil analisis

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna proporsi stunting

berdasarkan pemanfaatan pelayanan posyandu (p>0,05). Namun, terdapat

perbedaan yang bermakna antara stunting dengan kejadian infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) (p=0,017) dan pengetahuan gizi ibu (p=0,025) (19).

Hasil temuan ini juga diperkuat dengan ungkapan ibu bahwa masalah

stunting tidak menjadi suatu permasalahan besar dalam keluarga karena ada

persepsi keluarga bahwa anak dikatakan sehat apabila dalam aktivitas cekatan atau

lemah dan tidak mengalami penyakit. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu

di masa mendatang dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan khususnya di

daerah berisiko tinggi stunting secara berkala. Kader juga dapat memantau balita

berisiko stunting dengan turun langsung ke rumah-rumah bila ada informasi dari

masyarakat sehingga balita dapat diupayakan segera peningkatkan berat badannya.

5.8. Pengaruh Sikap Ibu terhadap Stunting pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019

Hasil penelitian menjukkan bahwa sikap ibu tentang gizi yang dapat

berisiko stunting tidak baik (56,6%). Hal ini menggambarkan respons negatif ibu

dalam mengelola asuhan gizi mulai dari saat hamil sampai dengan penerapan pola

asuh setelah bayi lahir seperti tidak memberikan IMD dan ASI eksklusif

menyebabkan balita stunting.

Page 139: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

120

Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu objek, dan sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup dan memiliki 3 komponen pokok yaitu kepercayaan,

emosional dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam penentuan sikap yang utuh

emosional memegang peranan penting. Ini sama halnya dengan hasil penelitian

yang dilakukan peneliti, karena faktor eksteren dan intern salah satunya

pengalaman, maka seseorang tersebut akan cenderung melakukan hal yang ke arah

positif untuk menghindari akibat yang negatif (66).

Hasil analisis bivariat menjelaskan sikap ibu yang negatif cenderung

memiliki balita stunting. Dibuktikan dengan hasil uji statistik menunjukkan ada

hubungan yang berarti, dan menjadi faktor resiko karena nilai OR yaitu 1,640 lebih

besar dari 1. Senada dengan pendapat Nursalam mengatakan sikap seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor umur, pekerjaan, pendidikan dan

paritas. Jika sebagian dari responden memiliki sikap yang negatif, makan tindakan

dan perilakunya akan cenderung negatif sehingga masalah gizi pada anak akan

terjadi (83).

Demikian juga hasil analisis multivariat didapatkan ada pengaruh sikap ibu

terhadap stunting pada balita. Hasil Uji statistik diperoleh nilai p=0,011 dimana

kejadian stunting pada balita disebabkan karena sikap terhadap gizi yang tidak

baik. Hasil analisis didapatkan nilai Exp (B) sebesar 2,362, berarti ibu bersikap

negatif tentang gizi cenderung 2,362 kali memiliki balita stunting daripada bersikap

positif. Sejalan dengan penelitan Olsa (2017) menyimpulkan temuannya bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kejadian sttunting pada

anak baru masuk sekolah dasar di Kecamatan Nanggalo. Penelitian serupa lainnya

Page 140: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

121

oleh Ayuningtias pada anak kelas 1 di SDN Gedanganak dan SDN Candirejo

Sleman, Yogyakarta, yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara sikap ibu dengan kejadian stunting dengan nilai p<0,05 (84).

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa sikap ibu terhadap gizi yang

berkiatan dengan stunting cenderung negatif. Hal ini dapat digambarkan bahwa

sikap ibu terhadap persiapan memiliki bayi sehat dikelola sedini mungkin mulai

dari masa hamil dengan memperhatikan pola makan yang baik, tetapi tidak dikelola

dengan sungguh-sungguh. Demikian juga selama melahirkan ibu tidak tahu tentang

inisiasi menyusu dini sebagai program dalam mensukseskan pemberian ASI

eksklusif.

Sesuai dengan ungkapan ibu bahwa pola makan pada masa hamil kurang baik

disebabkan usaha untuk mengkonsumsi makan bergizi rendah, dimana ibu

mengikutkan perasaan malas makan, walaupun suami memberikan semangat agar

selama hamil frekuensi makan 3 kali sehari dan jangan sampai berkurang. Ibu

kurang asuhan gizi pada masa hamil dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan

pada janinnya. Menurut pendapat Paudel bahwa status gizi ibu hamil sangat

memengaruhi keadaan kesehatan dan perkembangan janin. Gangguan pertumbuhan

dalam kandungan dapat menyebabkan berat lahir rendah. Bayi dengan berat lahir

rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menjadi stunting (9).

Ibu juga kurang paham tentang IMD bertujuan agar nantinya bayi usia 0-6

bulan hanya diberi ASI saja (ASI Ekslusif). Hal ini sesuai pendapat Ni’mah (2015)

dengan balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif sebagai faktor resiko kejadian

stunting pada balita dengan nilai OR=4,643; CI=1,328-16,233) (15). Apabila ibu

Page 141: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

122

memiliki sikap kurang baik terhadap pemenuhan gizi, ada kencerungan balita

menderita penyakit yang dapat mengganggu perkembangannya. Seperti yang

tertuang dalam UNICEF bahwa penyebab langsung balita stunting adalah

kurangnya asupan gizi dari makanan dan penyakit infeksi (13).

Upaya mencegah stunting pada balita, maka Pemerintah Indonesia

menetapkan Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional

Perbaikan Gizi diterbitkan untuk mendukung upaya penggalangan partisipasi dan

kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinir untuk

percepatan perbaikan gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) (17).

Program perbaikan gizi masyarakat sangat penting kerjasama berbagai

petugas yang terlibat terutama kader yang bertugas langsung dan berada di

lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan kader mengatakan

bahwa pada umumnya kader aktif di Posyandu hanya 1 atau 2 orang, yang mampu

memberikan penyuluhan biasanya 1 orang saja. Kader juga mengatakan jika

pemerintah desa berpindah tangan, ada kemungkinan pada kader juga diganti

dengan orang lain. Padahal kader yang baru diangkat belum tentu lebih mahir dari

yang lama sehingga dapat menghambat pemberian penyuluhan kepada masyarakat.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan sikap ibu di masa mendatang

dengan cara melakukan pendekatan melalui kunjungan rumah terutama pada balita

berisiko stunting. Petugas gizi bekerja dengan kader atau bidan desa memberikan

motivasi atau dorongan dengan menjelaskan berbagai jenis dan tekstur makanan

berdasarkan usia balita serta bahan makanan yang dapat diolah untuk menu

makanan keluarga sehari-hari. Jenis bahan makanan yang dianjurkan tidak mesti

Page 142: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

123

mahal tetapi mengandung gizi baik untuk mengoptimalkan perkembangan dan

pertumbuhan balita. Kader juga memberikan motivasi kepada keluarga terutama

orang agar balita dapat melengkapi imunisasi di Posyandu untuk mengoptimalkan

daya tahan tubuhnya

5.9. Pengaruh Pemberian Makan terhadap Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makan kepada balita tidak

baik (55,5%). Hal ini menggambarkan ibu dalam menerapkan pemberian makan

sehari-hari sesuai usia tidak baik sehingga dapat menyebabkan balita stunting.

Menurut Irianto mengatakan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi

kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-

unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. Gizi biasa

disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun

dan zat pengatur. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang

berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh untuk

mengoptimalkan pertumbuhan (67).

Hasil analisis bivariat menjelaskan pemberian makan yang tidak baik

cenderung memiliki balita stunting. Dibuktikan dengan hasil uji statistik

menunjukkan ada hubungan yang berarti, dan menjadi faktor resiko karena nilai

OR yaitu 1,715 lebih besar dari 1. Senada dengan pendapat Lubis bahwa balita

yang sedang mengalami proses pertumbuhan dengan pesat, memerlukan asupan zat

makanan relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik dan bergizi. Sesuai

dengan temuan di lapangan berdasarkan hasil wawancara bahwa pemberian

Page 143: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

124

makanan dengan mempersiapkan menu makan keluarga sehari-hari belum sesuai

dengan asuhan gizi yang baik, terutama mengkonsumsi makanan tambahan seperti

susu dan buah (85).

Demikian juga hasil analisis multivariat didapatkan ada pengaruh

pemberian makan terhadap stunting pada balita. Hasil Uji statistik diperoleh nilai

p=0,005 dimana kejadian stunting pada balita disebabkan karena pemberian makan

yang tidak baik. Hasil analisis didapatkan nilai Exp (B) sebesar 2,644, berarti ibu

menerapkan pemberian makan dengan tidak baik cenderung 2,644 kali memiliki

balita stunting daripada pemberian makan baik. Sejalan dengan penelitian

penelitian Hutasoit (2012), bahwa terdapat pengaruh antara pola asuh makan

dengan terjadinya stunting pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Tapanuli Utara

(p<0,05 (86). Penelitian serupa oleh Debora (2011), menyatakan bahwa pola asuh

memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting di Kecamatan

Biboki Utara Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur

(p<0,05) (87).

Untuk menambah gizi balita, keluarga lebih memilih membelikan makanan

jajanan di warung untuk memenuhi selera makan balita. Ibu juga jarang memasak

makanan puding untuk memnuhi kebutuhan gizi anggota keluarga karena

keterbatasan uang dari suaminya. Sesuai pendapat Lubis bahwa anak masih

membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar pertumbuhan

tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu terhadap anak meliputi perhatian

ketika anak makan dan sikap orang tua dalam memberi makan (85).

Page 144: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

125

Pada umumnya pemberian makan oleh ibu kepada balita berisko

menyebabkan stunting. Ibu tidak mengendong balita saat makan selain karena

orangtunya sudah membiasakan dari sejak untuk makan sendiri bersama anggota

keluarga lainnya, supaya ibu dapat menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Ibu juga

kurang berupaya membujuk balita mengkonsumsi porsi yang disediakan karena

suaminya tidak mendorong ibu agar berusaha memubuat anak mau makan dengan

lahap. Menurut Ayuningtias (2016) bahwa praktek pengasuhan yang memadai

sangat penting tidak hanya bagi daya tahan tubuh anak tetapi juga mengoptimalkan

perkembangan fisik dan mental anak serta baiknya kondisi kesehatan anak.

Sebaliknya jika pengasuhan anak kurang memadai, terutama keterjaminan makanan

dan kesehatan anak bisa menjadi salah satu faktor yang menghantarkan anak

menderita gangguan gizi (88).

Ibu juga jarang memantau berat badan balita secara rutin dengan membawa

ke Posyandu. Hal ini diperkuat dengan ungkapan informan bahwa balita jarang di

bawa ke Posyandu untuk ditimbang dan memantau berat badannya dengan alasan

jarak dari posyandu ke rumah cukup jauh dan keterbatasan suami yang bekerja.

Sejalan pendapat Wasaraka bahwa balita yang jarang dibawa ke Posyandu untuk

dipantau berat badannya mudah mengalami penyakit karena tidak mendapatkan

imunisasi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya (19).

Pemberian makan merupakan faktor penting untuk menghindari stunting

pada balita sehingga di masa mendatang supaya keluarga dapat diberi penyuluhan

dan edukasi tentang pola makan mengandung gizi baik secara berkala dengan

memberdayakan petugas dan kader melalui kunjungan rumah. Keluarga yang

Page 145: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

126

memiliki stunting dan termasuk golongan keluarga miskin dapat menjadi peserta

Program Pemberian Makanan Tambahan. Selain itu, perlunya diperkuat kelompok

pendukung ASI dan Kelas Ibu Balita.

5.10. Pengaruh Kebiasaan Makan terhadap Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan kepada balita tidak

baik (69,8%). Hal ini menggambarkan ibu dalam membiasakan makan kepada

balita sehari-hari tidak baik seperti buah dan suhu, tidak menyiapkan sarapan,

membujuk balita dengan menggendong anak, dan menu makanan tidak beragam.

Menurut pendapat Santoso bahwa sayur-sayuran dan buah-buahan juga merupakan

sumber serat pangan yang mudah ditemukan dalam bahan pangan dan hampir

selalu terdapat pada hidangan sehari-hari, baik dalam keadaan mentah (lalapan

sehat) atau setelah diolah menjadi berbagai macam bentuk masakan (70).

Menurut pendapat Febriana mengatakan bahwa kebiasaan makan merupakan

upaya atau tindakan ibu memberikan makanan kepada balita dengan indiktor

sarapan pagi, minum susu, buah, makanan selingan, jajan, pola asuh makan,

makanan beragam, dan kebersihan diri. Buah sayur memiliki kalori yang rendah

dan merupakan sumber serat dan mikronutrien seperti vitamin dan mineral (69).

Hasil analisis bivariat menjelaskan kebiasaan makan yang tidak baik

cenderung memiliki balita stunting. Dibuktikan dengan hasil uji statistik

menunjukkan ada hubungan yang berarti, dan menjadi faktor resiko karena nilai

OR yaitu 1,641 lebih besar dari 1. Senada dengan penelitian Sari (2016) bahwa

prevalensi stunting pada kelompok asupan protein rendah, lebih besar 1,87 kali

Page 146: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

127

daripada kelompok asupan protein cukup. Begitu pula pada asupan kalsium dan

fosfor, prevalensi stunting pada kelompok asupan kalsium rendah, lebih besar

3,625 kali daripada kelompok asupan kalsium cukup (8).

Demikian juga hasil analisis multivariat didapatkan ada pengaruh kebiasaan

makan terhadap stunting pada balita. Hasil Uji statistik diperoleh nilai p=0,004

dimana kejadian stunting pada balita disebabkan karena kebiasaan yang tidak baik.

Hasil analisis didapatkan nilai Exp (B) sebesar 2,915, berarti ibu membiasakan

makan dengan tidak baik cenderung 2,915 kali memiliki balita stunting daripada

kebiasaan makan baik dan merupakan faktor dominian memengaruhi stunting.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Novita (2018) diperoleh hasil bahwa

41% balita usia 24-59 bulan mengalami stunting. Uji chi square menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara panjang badan lahir, pola asuh makan dan

keragaman pangan dengan stunting (p ≤ 0,05). Hasil analisis multivariat

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keragaman pangan dengan stunting

(p= 0,029, OR=3,213, 95% Cl: 1,123-9,189) (89).

Keragaman pangan merupakan gambaran dari kualitas makanan yang

dikonsumsi oleh balita. Penelitian yang dilakukan di Gresik menunjukkan bahwa

asupan sayuran hijau seperti bayam dapat menurunkan resiko kejadian stunting,

karena sayuran hijau banyak mengandung zat besi yang berfungsi untuk mencegah

terjadinya stunting. Asupan zat besi yang diperoleh dari makanan apabila

jumlahnya berlebihan maka akan disimpan dalam otot dan sumsum tulang

belakang. Jika kecukupan zat besi tidak memadai maka zat besi yang disimpan

dalam tulang belakang digunakan untuk memproduksi hemoglobin menurun. Jika

Page 147: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

128

kondisi ini berlangsung secara terus menerus maka akan mengakibatkan anemia

besi dan menurunkan kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang penyakit infeksi

yang dalam jangka panjang akan berdampak pada pertumbuhan liner balita (90).

Pada penelitian ini, kebiasan makan yang diterapkan ibu kepada balita tidak

baik. Ibu tidak memberikan susu dan buah kepada balita karena keterbatasan

pendapatan keluarga. Kondisi ini menggambarkan bahwa ibu belum mampu

menyediakan keragaman makanan bagi baltia. Ibu juga tidak berupaya agar

makanan yang disajikan habis dimakan balita dengan cara membujuk atau

menggendong sambil bermain di luar rumah. Hal ini disebabkan kesibukan ibu

untuk mengurus dan mengerjakan pekerjan rumah tangga dan balita sudah terbiasa

makan sendiri ditemani saudaranya sendiri.

Ibu juga tidak memberikan makanan selingan setiap hari. Sesuai dengan

ungkapan ibu bahwa balita terkadang tidak sarapan pagi bila bangun tidur samai

pukul 10 pagi dan ibu juga tidak menyediakan masakan selingan contoh bubur dan

kue untuk memenuhi zat gizi balita setiap hari, tetapi balita dibiasakan

mengkonsumsi makanan jajanan. Untuk merubah perilaku kebiasaan makan

tersebut, tentunya bukanlah hal yang mudah, selain disebabkan pendapatan yang

belum mencukupi juga dapat disebabkan kebiasaan atau budaya yang dalam

keluarga tidak memandang kandungan gizi sebagai suatu kebutuhan dalam proses

pertumbuhan balita tetapi lebih menitikberatkan makanan dapat menghilangkan

rasa lapar sehingga dapat beraktivitas.

Page 148: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

129

Maka pentingnya, di masa mendatang ibu khususnya memiliki balita stunting

diberikan penyuluhan tentang praktek pemberian makanan sesuai gizi baik terdiri

dari makanan pokok (nasi), makanan sumber protein hewani (ikan/daging/telur)

dan makanan sumber protein nabati (sayuran, buah dan kacangan) serta ditambah

makanan tambahan seperti roti, kue, susu dan lainnya pada saat berkunjung ke

posyandu atau saat mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan

untuk menambah pemahamam sehingga menimbulkan keinginan yang kuat

membiasakan keluarga mengkonsumsi makan yang baik. Selain itu, untuk

mengantisipasi masalah asupan nutrisi, perlu ditingkatkan upaya penyuluhan gizi

yang berkaitan dengan alternatif-alternatif makanan khususnya bagi keluarga yang

kurang mampu sehingga ada makanan pengganti yang harganya lebih murah.

5.11. Pengaruh Praktek Kesehatan terhadap Stunting pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Meriah tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dalam menerapkan praktek

kesehatan kepada balita tidak baik (57,1%). Hal ini menggambarkan perilaku ibu

tidak menerapkan kebersihan keepada balita terutama setelah bermain tidak

mencuci tangan dan menggunakan sandal. Balita juga tidak mendapatkan imunisasi

lengkap dan vitmain A dari Posyandu. Menurut Gabe bahwa masa balita sangat

rentan terhadap penyakit seperti: flu, diare atau penyakit infeksi lainnya. Salah satu

faktor yang mempermudah anak balita terserang penyakit adalah keadaan

lingkungan dan menjaga kesehatan (91).

Page 149: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

130

Hasil analisis bivariat menjelaskan praktek kesehatan yang tidak baik

cenderung memiliki balita stunting. Dibuktikan dengan hasil uji statistik

menunjukkan ada hubungan yang berarti, dan menjadi faktor resiko karena nilai

OR yaitu 1,452 lebih besar dari 1. Senada dengan penelitian dilakukan Gabe (2018)

di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal pada anak batita menunjukkan

hasil yang sangat signifikan mengenai praktek kesehatan berhubungan dengan

status gizi (91).

Demikian juga hasil analisis multivariat didapatkan ada pengaruh praktek

kesehatan terhadap stunting pada balita. Hasil Uji statistik diperoleh nilai p=0,022

dimana kejadian stunting pada balita disebabkan karena perawatan kesehatan yang

tidak baik. Hasil analisis didapatkan nilai Exp (B) sebesar 2,445, berarti ibu

menerapkan praktek kesehatan dengan tidak baik cenderung 2,445 kali memiliki

balita stunting daripada praktek kesehatan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Marfina (2014), dimana

terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh perawatan kesehatan terhadap

kejadian stunting dengan nilai p=0,021. Anak dengan pola asuh perawatan

kesehatan yang kurang baik berisiko 3,37 kali lebih besar mengalami stunting

dibanding anak dengan pola asuh perawatan kesehatan baik (92). Begitu pula

dengan penelitian Hasanah (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara pola asuh perawatan kesehatan dengan status gizi balita di

wilayah kerja Puskesmas Geureubak Aceh Timur, dengan nilai Exp (B) sebesar 7,8

dimana ibu dengan pola asuh perawatan kesehatan yang kurang baik kemungkinan

Page 150: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

131

7 kali lebih besar mempunyai anak balita dengan status gizi kurang dibandingkan

anak dengan pola asuh kesehatan yang baik (93).

Menurut Sukoco mengatkan apabila anak balita sakit, lazimnya selera

makan mereka pun berkurang, sehingga asupan gizi makin rendah. Maka,

pertumbuhan sel otak yang seharusnya sangat pesat dalam dua tahun pertama

seorang anak menjadi terhambat. Dampaknya, anak tersebut terancam menderita

gizi kurang (stunting), yang mengakibatkan pertumbuhan mental dan fisiknya

terganggu, sehingga potensinya tak dapat berkembang dengan maksimal (94).

Perilaku ibu dalam praktek kesehatan yang diterapkan kepada balita tidak

baik. Sesuai hasil wawancara terungkap bahwa ibu jarang mencuci tangan sebelum

mengurus balita. Kondisi ini dapat menyebabkan balita terpapar kuman karena

tangan ibu yang kurang bersih. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan banyak

ditemukan anak-anak yang dibiarkan bermain di tanah tanpa menggunakan baju

dan alas kaki. Ibu kurang memperhatikan perlindungan kebersihan kepada anak

karena setelah bermian tidak dianjurkan atau membiasakan balita untuk cuci

tangan. Jika kebiasaan ini terus berlanjut, balita akan dengan mudah terinfeksi

penyakit. Perilaku higienis yang kurang baik berhubungan dengan munculnya

penyakit infeksi yang dapat mengganggu berat badannya.

Ibu juga jarang menerapkan mengosok gigi secara rutin pada balita

disebabkan kebiasaan dalam keluarga tidak membudidayakan kebiasaan tersebut,

baik orangtunya maupun anaknya. Menurut teori Green bahwa faktor yang

memengaruhi perilaku sehat masyarakat adalah predisposing factors sperti

keyakinan, kepercayan, nilai-nilai, dan tradisi dalam keluarga (14). Dalam keluarga

Page 151: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

132

praktek kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor kebiasaan orang tua dulu yang

dapat menghambat perilaku kesehatan keluarga.

Berdasarkan temuan melalui hasil pengamatan di lapangan, dalam

memberikan praktek kesehatan masih banyak balita pada saat bayi tidak

memperoleh imunisasi lengkap bahkan ada yang tidak diimunisasi dan

mendapatkan vitamin A dari Posyandu. Hal ini terjadi dengan alasan para ibu

jarang membawa anak ke posyandu setelah anak berusia di atas 1 tahun ke atas.

Faktor lain yang menjadi penyebab tidak lengkapnya imunisasi atau jarahnya jauh

dari tempat tinggi dan suami tidak sempat untuk mengantar ke Posyandu.

Perlunya memberdayakan masyarakat untuk menjaga kebersihan

lingkungannya karena gangguan kekurangan gizi juga dapat disebabkan oleh

penyakit infeksi kronis pada balita dimana sebagian besar penyakit infeksi berasal

dari kebersihan lingkungan yang tidak terjaga. Untuk mengatasi masalah ini

diperlukan keterlibatan petugas gizi, bidan desa dan kader untuk melakukan

pelayanan kesehatan pada keluarga yang memiliki masalah kesehatan anak

terutama balita berisiko stunting, sehingga dapat dilakukan pembinaan keluarga

yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga khususnya anak

balita.

5.12. Implikasi

Kasus kejadian stunting pada balita di Puskesmas Gunung Meriah cukup

tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan kematian jika tidak dikelola

dengan sungguh-sungguh. Perlunya manajemen gizi menerapkan penyuluhan mulai

dini sejak ibu hamil sampai berusia balita. Upaya yang dapat dilakukan dengan

Page 152: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

133

menyelenggarakan penyuluhan kepada masyarakat tentang 1000 HPK secara

berkala tentang gizi. Manajemen puskesmas juga mengoptimalkan kerjasama

dengan pemerintah desa, bidan desa dan kader dalam mensukseskan program

pemberian makanan tambahan kepada balita. Pemerintah desa dalam mengangkat

kader lebih memprioritaskan kader yang berpengalaman dan mengalokasikan dana

stunting untuk meningkatkan kinerja kader dalam memberikan penyuluhan tentang

makanan makanan pokok (nasi), makanan sumber protein hewani

(ikan/daging/telur) dan makanan sumber protein nabati (sayuran, buah dan

kacangan) yang dapat dikelola dari bahan makanan yang harganya tidak malah

sehingga meminimalisasi balita stunting. Para kader juga melakukan sosialisasi

tentang stunting pada kegiatan keagamaan dan sosial agar dapat merubah sikap

masyarakat tentang kejadian stunting pada balita.

5.13. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu :

1. Dalam penelitian kelompok kontrol matching hanya didasarkan pada faktor

umur dan jenis kelamin anak. Sementara beberapa faktor dari ibu seperti usia ,

usia menikah, pedidikan dan pendapatan tidak masuk dalam matching

kelompok kontrol.

2. Variabel pendapatan hanya dikelompokkan berdasarkan katagori atas UMK

dan dibawah UMK, seharusnya untuk variabel pendapatan dapat

mengumpulkan data real pendapatan.

Page 153: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

134

3. Variabel suku hanya dikelompokkan berdasarkan suku Aceh dan bukan Aceh,

jadi belum menggambarkan secara rinci pengaruh suku terhadap stunting.

Page 154: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

135

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Umur ibu tidak pengaruh terhadap stunting pada balita.

2. Umur menikah ibu tidak pengaruh terhadap stunting pada balita.

3. Suku bangsa ibu tidak pengaruh terhadap stunting pada balita.

4. Status pendidikan ibu tidak pengaruh terhadap stunting pada balita.

5. Jenis pekerjaan ibu tidak pengaruh terhadap stunting pada balita.

6. Pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap stunting pada balita.

7. Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap stunting pada balita.

8. Sikap ibu berpengaruh terhadap stunting pada balita.

9. Pemberian makan oleh ibu berpengaruh terhadap stunting pada balita.

10. Kebiasaan makan ibu berpengaruh terhadap stunting pada balita dan

merupakan variabel dominan yang memengaruhi.

11. Praktek kesehatan yang diterapkan keluarga berpengaruh terhadap stunting

pada balita.

12. Faktor lain yang memengaruhi stunting balita yaitu pola makan ibu masa

hamil, kepercayaan, pendapatan, dan kebersihan balita.

Page 155: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

136

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan kepada:

1. Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil memfasilitasi Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang mengalami permasalahan gizi

terutama yang beresiko stunting.

2. Diharapkan Puskesmas Gunung Meriah menyelenggarakan penyuluhan kepada

tentang 1000 HPK secara rutin baik kepada ibu hamil, keluarga dan masyarakat

sehingga pengetahuan masyarakat meningkat dan memiliki respons dengan

baik tentang pola makan beragam sebagai upaya dini menurunkan kejadian

stunting dan meningkatkan kesehatan keluarga.

3. Diharapkan Puskesmas Gunung Meriah dapat bekerjasama dengan pemerintah

desa untuk menghindari kejadian stunting, dimulai dari pemberian makanan

tambahan kepada ibu hamil dan balita di posyandu, mengalokasikan anggaran

untuk pelatihan kader dalam rangka meningkatkan kemampuan dan

keterampilan dalam pelayanan posyandu dan melakukan penyuluhan serta

konseling.

4. Diharapkan pemerintah desa dalam mengangkat kader lebih memprioritaskan

kader yang berpengalaman dan mengalokasikan dana stunting untuk

meningkatkan kinerja kader dalam memberikan penyuluhan tentang makanan

makanan pokok (nasi), makanan sumber protein hewani (ikan/daging/telur) dan

makanan sumber protein nabati (sayuran, buah dan kacangan) yang dapat

dikelola dari bahan makanan yang harganya tidak malah.

Page 156: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

137

5. Kader juga diharapkan dapat melakukan sosialisasi tentang stunting pada

kegiatan keagamaan dan sosial agar dapat merubah sikap masyarakat tentang

kejadian stunting pada balita.

6. Diharapkan keluarga membawa balita ke Posyandu setiap bulan untuk

memantau pertumbuhan dan perkembangan serta menerapkan praktek

kesehatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat untuk menghindari balita

stunting.

Page 157: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

138

DAFTAR PUSTAKA

1. Rosari A, Rini EA, Masrul M. Hubungan Diare dengan Status Gizi Balita di

Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jurnal

Kesehatan Andalas. 2013;2(3):11–115.

2. Organization WHO. Global Nutrition Targets 2025: Stunting Policy Brief.

World Health Organization; 2014.

3. RI K. Situasi Balita Pendek. Jakarta Pusat Data dan Info Kementerian

Kesehatan RI. 2016;

4. Organization WHO, Unicef. Trends in Maternal Mortality: 1990 to 2013:

estimates by WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank and the United

Nations Population Division. 2014;

5. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013;

6. Kementerian Kesehatan RI. Data Stunting 2014-2017. Kemenkes RI. 2017;

7. Poltekkes Kemenkes Aceh Bekerja Sama Dengan Dinas Kesehatan Aceh.

Survei Pemantauan Status Gizi Provinsi Aceh. 2017;

8. Sari EM, Mohammad J, Neti N, Mei NS. Asupan Protein, Kalsium Dan

Fosfor Pada Anak Stunting Dan Tidak Stunting Usia 24-59 Bulan. Jurnal

Gizi Klinik Indonesia. 2016;12(4):152–9.

9. Paudel R, Pradhan B, Wagle RR, Pahari DP, Onta SR. Risk Factors For

Stunting Among Children: A Community Based Case Control Study In

Nepal. Kathmandu University Medical Journal. 2012;10(3):18–24.

10. Meilyasari F, Isnawati M. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia

12 Bulan Di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal.

Diponegoro University; 2014.

11. Fikadu T, Assegid S, Dube L. Factors Associated with Stunting Among

Children of Age 24 To 59 Months in Meskan district, Gurage Zone, South

Ethiopia: a case-control study. BMC Public Health. 2014;14(1):800.

12. Nasikhah R, Margawati A. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia

24–36 Bulan di Kecamatan Semarang Timur. Diponegoro University; 2012.

13. UNICEF., (UNICEF) UNCF. The State Of The World’s Children, New

York United Nations. Vol. 9. Unicef; 1998.

14. Green LW, Kreuter MW, Deeds SG, Partridge KB, Bartlett E. Health

Education Planning: A Diagnostic Approach. 1980;

15. Ni’mah K, Nadhiroh SR. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Stunting Pada Balita. Media Gizi Indonesia. 2016;10(1):13–9.

16. Van Stuijvenberg ME, Nel J, Schoeman SE, Lombard CJ, du Plessis LM,

Dhansay MA. Low Intake of Calcium and Vitamin D, But Not Zinc, Iron Or

Vitamin A, is Associated With Stunting in 2-To 5-Year-Old Children.

Nutrition. 2015;31(6):841–6.

17. Aryastami NK. Kajian Kebijakan dan Penanggulangan Masalah Gizi

Stunting di Indonesia. Indonesian Bulletin of Health Research.

2017;45(4):233–40.

Page 158: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

139

18. Oktarina Z, Sudiarti T. Faktor Risiko Stunting Pada Balita (24—59 Bulan)

di Sumatera. Jurnal Gizi dan Pangan. 2014;8(3):177–80.

19. Wasaraka YNK, Prawirohartono EP, Soenarto Y. Perbedaan Proporsi

Stunting Pada anak Usia 12-24 Bulan Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan

Posyandu di Kabupaten Jayapura, Papua. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.

2015;12(2):72–8.

20. Nasution D, Nurdiati DS, Huriyati E. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan. Jurnal Gizi Klinik

Indonesia. 2014;11(1):31–7.

21. Paramashanti BA, Paratmanitya Y, Marsiswati M. Individual dietary

Diversity is Strongly Associated with Stunting in Infants and Young

Children. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2017;14(1):19–26.

22. Kartini Apoina. Kejadian Stunting dan Kematangan Usia Tulang pada Anak

Usia Sekolah Dasar di Daerah Pertanian Kabupaten Brebes. State University

of Semarang; 2016.

23. Kusuma KE, Nuryanto N. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia

2-3 Tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur). Diponegoro University;

2013.

24. Wellina WF, Kartasurya MI, Rahfiludin MZ. Faktor Risiko Stunting Pada

Anak Umur 12-24 Bulan. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of

Nutrition). 2016;5(1):55–61.

25. I Dewa, Nyoman, Supariasa D. Penilaian Status Gizi. 2nd edisi. Malang:

EGC; 2016. xvi+396.

26. Setiawan R, Ida B, Bandung PJK. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian

Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Palasari Kecamatan

Cianter Kabupaten Subang tahun 2010. Poltekkes Kemenkes Bandung.

2010;

27. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013;222.

28. Febriyani I, Setiawati EM. Hubungan Asupan Sugar-Sweetened Beverages

Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Prasekolah. Faculty of Medicine

Diponegoro University; 2014.

29. Rasyid H. Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1. Makassar:

Fakultas Kedokteran Univesitas Hasanuddin; 2015.

30. Donna L W, Marilyn, Hockenberry E, David W, Marilyn L W, Patricia S.

Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2008.

752 hlm.

31. Nursalam, Rekawati S, Sri U. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk

Perawat dan Bidan. Pripa S, editor. Jakarta: Salemba Medika; 2005. x+202

hlm.

32. Mauliantika AA. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan Bayi. 2015;

33. Bappenas R. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Sadar Gizi Dalam

Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupa. Jakarta; 2018.

34. Soetjiningsih. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. 2nd edisi. Jakarta:

EGC; 2012.

Page 159: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

140

35. Azwar A. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang.

Disampaikan Pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju

Keluarga Sadar Gizi Jakarta Hotel Sahid Jaya. 2004;

36. Fitri. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting pada Balita

(12-59 bulan) di Sumatera. Analisis Data Riskesdas. 2010;

37. (WHO) WHO. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011;

38. PIdR D. Dalam: Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.

Jakarta, Salemba Medika. 2008;44–6.

39. Syafiq. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada;

2012.

40. Yusnidaryani. Pola Asuh terhadap Status Gizi Bayi pada Keluarga Miskin

dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara. 2009;

41. Suhardjo. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara; 2014.

42. Andi Nurlinda SKM, Kes M. Gizi dalam Siklus Daur Kehidupan: Seri

Baduta (Untuk Anak 1-2 Tahun). Penerbit Andi;

43. Hoddinott J, Behrman JR, Maluccio JA, Melgar P, Quisumbing AR,

Ramirez-Zea M, et al. Adult Consequences of Growth Failure in Early

Childhood. Am J Clin Nutr. 2013;98(5):1170–8.

44. Prendergast AJ, Humphrey JH. The stunting syndrome in developing

countries. Paediatr Int Child Health. 2014;34(4):250–65.

45. Indonesia MCA. Stunting dan Masa Depan Indonesia. Medical Indonesia.

2015;

46. USAID. Multi-Sectoral Nutrition Strategy 2014–2025. USAID Washington,

DC; 2014.

47. Achadi EL. Periode Kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Dampak

Jangka Panjang terhadap Kesehatan dan Fungsinya. Kursus Penyegar Ilmu

Gizi Persegi Yogyakarta. 2014;25.

48. Chomaria N. Panduan terlengkap perawatan bayi baru lahir. Surakarta:

Ziyad Visi Media; 2011.

49. Hidayati NL. 1000 Hari Emas Pertama dari Persiapan Kehamilan Sampai

Balita. Yogyakarta Andi. 2014;

50. Fikawati S, Syafiq A KK. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada; 2015. 117 p.

51. Arisman M. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas Diabetes Melitus & Dislipidemia

Konsep , Teori dan Penanganan Aplikatif. Jakarta: EGC; 2014. xv+253 hlm.

52. Evawany A. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Bogor: IPB Press; 2010. 118 p.

53. Setiyani L, Kusumastuti AC. Hubungan Kejadian Anemia Pada Ibu

Menyusui Dengan Status Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan. Diponegoro University;

2013.

54. Indonesia. KSR. 1000 Hari Pertama Kehidupan Penentu Ribuan Hari

Berikutnya. 2015;

55. Evasari E. Hubungan Umur, Paritas dan Status Gizi Ibu dengan Kejadian

BBLR. Jurnal Obstretika Scienta. 2016;4(2).

Page 160: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

141

56. Khotimah H, Kuswandi K. Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Status Gizi

Balita Di Desa Sumur Bandung Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak Tahun

2013. J Obs Sci. 2015;2(1):55–73.

57. Organization WH. Child marriages: 39 000 every day. 2013. 2017.

58. Prakash R, Singh A, Pathak PK, Parasuraman S. Early Marriage, Poor

Reproductive Health Status of Mother and Child Well-Being in India. BMJ

Sexual & Reproductive Health. 2011;37(3):136–45.

59. Nurbaiti L, Adi AC, Devi SR, Harthana T. Kebiasaan Makan Balita Stunting

Pada Masyarakat Suku Sasak: Tinjauan 1000 hari pertama Kehidupan

(HPK). Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. 2014;27(2):104–12.

60. Ikeda N, Irie Y, Shibuya K. Determinants of Reduced Child Stunting in

Cambodia: Analysis of Pooled Data From Three Demographic and Health

Surveys. Bull World Health Organ. 2013;91:341–9.

61. Agho KE, Inder KJ, Bowe SJ, Jacobs J, Dibley MJ. Prevalence and risk

Factors For Stunting and Severe Stunting Among Under-Fives in North

Maluku Province of Indonesia. BMC Pediatrics. 2009;9(1):64.

62. Mubarak WI, Chayatin N. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.

Jakarta Salemba Medika. 2009;393.

63. Purwanti A. Hubungan Pola Asuh Makan Oleh Ibu Pekerja dengan Status

Gizi Baduta di Kecamatan Tongkuno Selatan Kabupaten Muna. Jurnal

Media Gizi Masyarakat Indonesia. 2012;2(1):11–6.

64. Sulistyoningsih H. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha

Ilmu; 2011.

65. Soekidjo N. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;

2012.

66. Azwar S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta Pustaka

Pelajar. 2010.

67. Irianto DP. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta

Andi Offset. 2007;

68. Istiany A. Gizi Terapan. Jakarta: Remaja Rosdakarya; 2013.

69. Febriana R, Sulaeman A. Kebiasaan Makan Sayur dan Buah Ibu Saat

Kehamilan Kaitannya Dengan Konsumsi Sayur dan Buah Anak Usia

Prasekolah. J urnal Gizi dan Pangan. 2014;9(2).

70. Santoso S RLA. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta; 2011.

71. Zeitlin M. Positive Devianc and Implicate in Child Nutrition with Emphasis

on Psycosocial and Behavioural Aspects and Implications for Developments.

The United Nations University. 1990.

72. Sihotang FT, Siagian A, Zuska F. Masalah Gizi Balita Pada Keluarga

Mandah Di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Jambi. Pre Cure.

2013;1.

73. Creswell JW. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012;

74. Sugiono MPK, Kuantitatif P. kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. 2011;

75. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan

Menggunakan Metode Ilmiah Hal 92-98. GEN, Bandung Cipta Pustaka

Media Perintis. 2016;

Page 161: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

142

76. Kusmiyati Y. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya. 2009;

77. Agustiningrum T, Rokhanawati D. Hubungan Karakteristik Ibu Dengan

Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Wonosari I. Universitas’ Aisyiyah Yogyakarta; 2016.

78. Astuti DK, Dwi Sarbini SST, Rakhma LR, Gz S, Gizi M. Hubungan

Karakteristik Ibu Dan Pola Asuh Gizi Dengan Kejadian Balita Stunted di

Desa Hargorejo Kulon Progo DIY. Universitas Muhammadiyah Surakarta;

2016.

79. Khusna NA, Nuryanto N. Hubungan Usia Ibu Menikah Dini Dengan Status

Gizi Batita Di Kabupaten Temanggung. Diponegoro University; 2017.

80. Raj A, Saggurti N, Winter M, Labonte A, Decker MR, Balaiah D, et al. The

Effect Of Maternal Child Marriage On Morbidity And Mortality Of Children

Under 5 In India: Cross Sectional Study Of A Nationally Representative

Sample. Bmj. 2010;340:b4258.

81. Khairiyah. Pengaruh Faktor Sosial Budaya dan Asuhan Makanan terhadap

Gizi Kurang pada Balita di Gampong Cut Laweang Kecamatan Muara Tiga

Kecamatan Pidie. 2013; Available from: Univesitas Syiah Kuala.

82. P. A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadianstunting Pada

Balita Usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibaru Depok. Universitas Indonesia

Jakarta. 2012;

83. Nursalam N, Efendi F. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.

84. Olsa ED, Sulastri D, Anas E. Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu

Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di

Kecamanatan Nanggalo. J Kesehat Andalas. 2018;6(3):523–9.

85. Lubis R. Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Anak Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura

Kabupaten Langkat Tahun 2008. 2008;

86. Hutasoit HMAI. Analisis Faktor Risiko Stunting Pada Anak Sekolah Dasar

Di Kabupaten Tapanuli Utara.

87. Nabusa CD. Hubungan Riwayat Pola Asuh, Pola Makan, Asupan Zat Gizi

Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24–59 Bulan Di Kecamatan

Biboki Utara Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi Nusa Tenggara

Timur. Universitas Gadjah Mada; 2012.

88. Ayuningtias MW, Ngudi STIK. Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan

Kejadian Stunting Pada Anak Baru Sekolah. 2016;

89. Widyaningsih NN, Kusnandar K, Anantanyu S. Keragaman Pangan, Pola

Asuh Makan Dan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan. Jurnal

Gizi Indonesia (The Indonesia Journal Nutrisi. 2018;7(1):22–9.

90. Dewi EK, Nindya TS. Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi Dan Seng

Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 6-23 Bulan. Amerta Nutrisi.

2017;1(4):361–8.

91. S G. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gizi Kurang pada

Anak Balita di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

Serdang. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara; 2017.

Page 162: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

143

92. Marfina. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Stunting Pada Anak

Usia 12-24 Bulan di Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh.: Tesis.

Universitas Sumatera Utara.; 2014.

93. A.U H. Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Pola Asuh terhadap. Status

Gizi Balita pada Ibu Menikah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas. Keudee

Geureubak Kecamata Banda Alam Kabupaten Aceh Timur. Sumatera Utara:

Tesis; 2013.

94. Sukoco NEW, Pambudi J, Herawati MH. Hubungan Status Gizi Anak Balita

Dengan Orang Tua Bekerja. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.

2015;18(4):387–97.

Page 163: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

144

Lampiran 1

KUESIONER

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS GUNUNG

MERIAH KABUPATEN ACEH SINGKIL PROVINSI ACEH

TAHUN 2018

Petunjuk Pengisian Data Responden

Isilah identitas Anda dengan benar dengan mengisi titik-titik dan memberi tanda

checklist () pada kolom yang disediakan.

I. DATA IBU

1. No. Responden : ……… (Diisi oleh Peneliti)

2. Inisial/ Nama : ………………………………

3. Umur : ………… tahun

4. Umur menikah : ………… tahun

5. Pendidikan : ………………………………

6. Pekerjaan : ………………………………

7. Suku bangsa : ………………………………

8. Pendapatan/bulan : Rp .........................................

II. DATA BALITA

1. Insial/Nama : ……… (Diisi oleh Peneliti)

2. Jenis Kelamin : ................................

3. Umur :..............Tahun

4. Tinggi Badan :..............cm

5. Berat Badah : .............kg

6. Umur : ..........bulan

Page 164: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

145

III. KUESIONER

Petunjuk Pengisian

Jawablah pertanyaan/pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda (√) pada

jawaban yang sesuai menurut Anda.

A. Pengetahuan

Berikanlah tanda (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan.

No Pertanyaan

1 Menurut ibu, apa yang dimaksud dengan gizi seimbang?

a. Makanan yang terdiri dari nasi, sayur, ikan, buah-buahan dan susu

b. Terdiri dari nasi, sayur, ikan dan buah-buahan

c. Makanan nasi, ikan dan sayur

2 Menurut ibu, jenis bahan makanan apa yang baik dicampurkan pada

anak balita?

a. Sayur dan lauk

b. Sayur saja

c. Gula dan kecap

3 Makanan yang dianjurkan untuk anak balita adalah......

a. Makanan yang beragam dan seimbang

b. Makanan yang sudah diawetkan dan bervariasi

c. Makanan yang banyak mengandung serat dan lemak

4 Menurut ibu, jenis garam apa yang digunakan saat memasak sayuran

untuk makanan keluarga....

a. Garam Iodium

b. Garam biasa

Page 165: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

146

c. Garam mahal

5 Ibu memasak makanan seperti ikan dan sayuran untuk diberikan

kepada anak sangat dianjurkan sampai........

a. Matang

b. Setengah matang

c. Mentah

6 Pemberian makanan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan.......

a. Kesenangan ibu

b. Kesenangan anak

c. Usia dan kebutuhan gizi anak

7 Menurut ibu, berapa kali anak balita diberi makanan setiap hari ?

a. 2 kali ditambah makanan selingan

b. 1 kali ditambah makanan selingan

c. 3 kali ditambah makanan selingan

8 Sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning, merah, dan hijau tua

sangat baik dikonsumsi untuk anak-anak karena banyak

mengandung........

a. retinol

b. vitamin C

c. karoten

9 Jenis mineral yang sangat berperan dalam pertumbuhan tulang dan gigi

anak balita adalah...

a. zat besi

b. iodium

c. fosfor

Page 166: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

147

10 Kekurangan protein pada anak balita dalam jangka waktu lama akan

menyebabkan penyakit......

a. kwashiokor

b. beri-beri

c. marasmus

11 Pemenuhan zat gizi pada anak balita bermanfaat untuk....

a. Mendapatkan anak balita yang gemuk

b. Meningkatkan berat badan anak balita

c. Membuat anak balita menjadi sehat dan pintar

12 Jika makan/minum di luar rumah, sebaiknya makanan yang

dikonsumsi anak balita adalah......

a. Makanan dalam wadah yang tertutup dan bersih

b. Makanan di pinggir jalan yang tidak tertutup

c. Makanan/minuman dalam kemasan atau kaleng yang mengandung

zat pewarna

13 Bahan makan/minum yang dibeli di pasar untuk menu balita,

sebaiknya adalah......

a. Segar dan tidak mesti mahal

b. Harganya mahal

c. Bahan makanan dari kaleng

Page 167: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

148

B. Sikap

No. Pernyataan Setuju Tidak

Setuju

1. Sebaiknya selama kehamilan ibu hamil mampu menyediakan makanan baik yang cukup untuk kesehatan ibu dan pertumbuhan janin

2. Sebaiknya ibu hamil memperbaiki pola makan yang tidak teratur manjadi teratur dan tidak melewatkan sarapan pagi

3. Selain mengkonsumsi buah dan sayur ibu hamil harus memperhatikan asupan air agar tidak terjadi dehidrasi

4. Sebaiknya ibu hamil diberi makanan tambahan secara rutin

5. Saat bersalin sebaiknya ibu ditolong dokter atau bidan yang ahli

6. Ibu bersalin sebaiknya melakukan inisiasi menyusui dini dibimbingan oleh tenaga kesehatan

7. Sebaiknya bayi diberi makanan pendamping ASI usia di atas 6 bulan hingga usia 2 tahun

8. Sebaiknya balita diberikan vitamin atau makanan puding

9. Sebaiknya anak diberi makan terdiri dari makanan pokok (nasi), makanan sumber protein hewani (ikan/daging/telur) dan makanan sumber protein nabati (sayuran, buah dan kacangan)

10. Sebaiknya balita diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan mulai usia 0-6 bulan

11. Sebaiknya ibu dapat mengganti jenis makanan lain apabila anak tidak mau makan yang disajikan di rumah

12. Sebaiknya bayi dan balita rutin dibawa ke posyandu

13. Sebaiknya bayi dan balita diberi imunisasi dasar lengkap

14. Sebaiknya jenis makan/minum yang dibeli di luar rumah, sebaiknya makanan yang bersih dan tertutup

15. Sebaiknya ibu mencuci tangan sebelum memberikan makan pada balita

Page 168: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

149

C. Pemberian Makanan

Berikanlah tanda (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Ibu berupaya memberikan menu seimbang untuk anak

dengan memberikan makanan yang terdiri dari Nasi +

ikan + Sayur + buah dan susu + makanan selingan

2 Ibu memberikan makanan dengan frekuensi 3 kali sehari

dan ditambah makanan selingan

3 Ibu memberikan anak balita sarapan pagi

4 Ibu mengutamakan memberikan minum air putih

secukupnya setelah makan

5 Ibu memberi susu minimal 1 x per hari

6 Ibu dalam memberikan makanan disesuaikan umur anak

balita

7 Ibu memberikan makanan selingan kepada anak seperti

kue/roti

8 Ibu berusaha membujuk anak mau menghabiskan

makanannya

9 Jika anak tidak mau makan sayur, ibu membujuk sambil

bercerita dan mencampurkan sayur ke dalam makanan

kesukaan anak

10 Jika anak diberi makan oleh saudara (orang lain), tetapi

ibu tetap memantau pola makan anak tersebut

11 Ibu mengolah makanan tidak mesti harganya mahal tetapi

murah mengandung gizi yang baik walaupun harganya

murah

12 Ibu berusaha agar anak tidak jajan sembarang di warung

yang kesehatannya belum tentu terjamin di warung

13 Ibu tidak membiasakan balita makan seperti makanan

kalengan/ makanan setengah masak

14 Ibu memberikan makanan tambahan jika anak sakit

seperti puding

15 Bahan makanan yang ibu gunakan adalah bahan makanan

yang masih segar

Page 169: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

150

D. Kebiasaan Makan

Berikanlah tanda (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Ibu memberikan makanan kepada balita sarapan pagi pada

pukul 7 atau 8 pagi

2 Ibu memberikan minum susu kepada balita setiap pagi

3 Ibu diberikan makanan selingan berupa roti kepada balita

pada siang atau sore hari

4 Ibu memberikan makanan jajajan setiap hari kepada balita

5 Ibu menggendong sambil menyuapi anak balita sewaktu

makan

6 Ibu selalu mendampingi anak pada waktu makan

7 Ibu selalu memantau berat badan anak agar dapat

memantau porsi makanannya

8 Jika anak sakit, ibu tetap berusaha membujuk anak

menghabiskan porsi makan

9 Ibu membiasakan menu makanan beragam setiap hari

10 Ibu mencuci tangan sebelum memberi makanan kepada

anak

E. Praktek Kesehatan

Berikanlah tanda (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan.

No Pertanyaan Ya

Tid

ak

1 Ibu memandikan anak 3 x sehari

2 Ibu selalu menggosok gigi anak setiap hari

3 Ibu selalu memotong kuku anak secara teratur

4 Ibu selalu mengganti pakaian anak jika kotor

5 Jika anak hendak buang air/besar ibu selalu membawa anak ke

jamban

6 Ibu selalu membuang sampah ke tempat pembuangan sampah

serta membakarnya untuk menghindarkan pencemaran

7 Ibu selalu membersihkan tempat tidur anak

8 Jika anak bermain di luar rumah, ibu/keluarga selalu menyuruh

anak memakai alas kaki

Page 170: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

151

9 Ibu membiasakan anak mencuci tangan dengan sabun sebelum

makan

10 Jika anak sakit ibu membawa anak berobat ke Puskesmas atau ke

dokter

11 Ibu membawa anak ke posyandu setiap bulan

12 Anak balita ibu sudah mendapat vitamin A 2 x setahun

13 Anak balita ibu lengkap immunisasinya

14 Ibu membawa anak balita untuk imunisasi selalu sesuai jadwal

immunisasi

15 Ibu selalu mencuci tangan saat berhubungan dengan cuci tangan

Hasil Pengukuran Stunting

No. Pengukuran (Timbangan/Microtoa) Stunting

Ya Tidak

1 Tinggi Badan...........cm

2 Umur........................bulan

Page 171: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

152

Lampiran 2.

PEDOMAN WAWANCARA

IBU DARI BALITA STUNTING

Tanggal :

Pukul :

Identitas Diri

Inisial : …………………

Umur :…………………Tahun

Pendidikan : …………………

Pekerjaan : …………………

Pendapatan/bulan : Rp....................................

Alamat :…………………….

Pertanyaan:

Pengetahuan

1. Apa yang dimaksud dengan stunting pada balita ?

2. Apa saja penyebab terjadinya stunting pada balita? (segi makanan, kesehatan

dan lainya sebagainya)

3. Bagaimana pencegahan agar balita tidak menderita stunting ?

4. Apaka upaya ibu jika balita menderita stunting?

Sikap

1. Bagaimana tanggapan itu tentang pola makan selama ibu hamil dengan

memperbaiki pola makan yang tidak teratur manjadi teratur dan tidak

melewatkan sarapan pagi?

2. Bagaimana tanggapan ibu tentang pemberian inisiasi menyusu dini selama 1 jam

setelah melahirkan?

3. Bagaimana tanggapan ibu tentang pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-

6 bulan?

4. Bagaimana tanggapan ibu tentang balita rutin dibawa ke posyandu?

Page 172: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

153

5. Bagaimana tanggapan ibu tentang pemberian makanan terdiri dari nasi, sayur,

ikan, buah-buahan dan susu?

6. Bagaimana tanggapan ibu tentang mengganti jenis makanan lain apabila anak

tidak mau makan yang disajikan di rumah?

Pemberian Makanan

Pertanyaan:

1. Bagaimana menu makanan balita, apakah ibu memberikan makanan terdiri dari

Nasi + ikan + Sayur + buah dan susu + makanan selingan?

2. Apakah ibu memberikan makanan tersebut dengan frekuensi 3 kali sehari dan

ditambah makanan selingan?

3. Apakah ibu memberikan makanan tambahan atau membeli jajajan kepada balita

agar berat badannya bertambah, seperti puding, makanan kaleng, roti, buah dan

lainnya?

4. Bagaimana membujuk balita agar menghabiskan makanannya?

5. Bagaimana kendala ibu dalam memberikan makanan gizi sehat kepada balita?

6. Apakah ibu membawa balita ke fasilitas kesehatan dan memberikan makanan

tambahan jika anak sakit seperti bubur kacang ijo dan lainnya?

7. Bagaimana kendala ibu dalam memberikan makanan kepada balita?

Kebiasaan Makan

Pertanyaan:

1. Apakah ibu membiasakan memberikan sarapan pagi pada pukul 7 atau 8 pagi?

2. Apakah ibu membiasakan memberikan susu, buah, rotin atau makanan selingan

lainnya kepada balita ataupun menyediakan makanan beragam?

3. Apakah ibu membiasakan mendamping anak sewaktu makana, seperti

menggendong balita ?

4. Apakah ibu memantau berat badan balita agar dapat menentukan banyaknya

porsi makannaya?

5. Apakah ibu membiasakan mencuci tangan sebelum memberi makanan atau

setelah beraktivitas?

Page 173: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

154

Praktek Kesehatan

Pertanyaan:

1. Bagaimana ibu membersihkan diri balita seperti mandi, memotong kuku,

mengganti pakaian dan lainnya?

2. Bagaimana kebiasaan ibu membuang sampah, membersihkan rumah dan

jamban?

3. Bagaimana kebiasaan ibu membawa balita ke posyandu setiap bulan dan apa

tujuannya?

4. Bagaimana kelengkapan imunisasi balita ibu?

5. Apa kendala ibu dalam memberikan praktek kesehatan kepada balita?

Page 174: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

155

PEDOMAN WAWANCARA

PETUGAS GIZI DAN BIDAN DESA

Tanggal :

Pukul :

Identitas Diri

Inisial : …………………

Umur :…………………Tahun

Pendidikan :…………………..

Lama bekerja :................................

Jabatan :................................

Alamat :…………………….

Pertanyaan:

1. Bagaimana upaya ibu dalam memantau kejadian stunting pada balita di wilayah

kerja seperti ?

2. Bagaimana upaya ibu dalam mencegah agar kejadian stunting dapat diturunkan

dari segi pola makan dan praktek kesehatan?

3. Bagaimana pelaksanaan penyuluhan atau pemberian pendidikan kesehatan

tentang 1000 HPK kepada ibu untuk mengatasi masalah stunting pada balita ?

4. Bagaimana kendala dan saran ibu dalam mengatasi masalah gizi pada balita ?

Page 175: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

156

Lampiran 3 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,951 13

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 20,1500 20,766 ,747 ,948 P2 20,1500 20,766 ,747 ,948 P3 20,1500 20,029 ,946 ,943 P4 20,2500 21,461 ,505 ,955 P5 20,2000 21,221 ,588 ,952 P6 20,3000 20,642 ,678 ,950 P7 20,2500 20,303 ,782 ,947 P8 20,2500 19,987 ,860 ,945 P9 20,2500 20,303 ,782 ,947 P10 20,1500 20,661 ,775 ,947 P11 20,2500 19,987 ,860 ,945 P12 20,2500 20,303 ,782 ,947 P13 20,2000 20,379 ,798 ,946

Page 176: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

157

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,944 15

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

S1 24,2500 22,829 ,670 ,942 S2 24,2000 23,432 ,560 ,944 S3 24,2000 23,011 ,658 ,942 S4 24,1500 22,766 ,764 ,939 S5 24,2000 22,274 ,835 ,937 S6 24,1500 22,871 ,737 ,940 S7 24,1500 22,345 ,871 ,937 S8 24,2000 21,958 ,913 ,935 S9 24,2500 23,355 ,551 ,945 S10 24,2000 23,116 ,633 ,943 S11 24,1500 22,871 ,737 ,940 S12 24,1000 22,832 ,816 ,938 S13 24,1000 22,937 ,787 ,939 S14 24,1500 23,503 ,580 ,944 S15 24,1500 23,608 ,555 ,944

Page 177: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

158

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,955 15

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PM1 25,4500 17,945 ,781 ,951 PM2 25,4000 17,832 ,925 ,948 PM3 25,3500 18,976 ,656 ,954 PM4 25,4500 17,524 ,913 ,948 PM5 25,5500 17,629 ,755 ,952 PM6 25,4500 17,839 ,814 ,950 PM7 25,3500 18,661 ,780 ,952 PM8 25,3000 19,695 ,546 ,956 PM9 25,4500 17,524 ,913 ,948 PM10 25,5000 17,526 ,835 ,950 PM11 25,5000 18,053 ,683 ,954 PM12 25,4000 18,884 ,569 ,955 PM13 25,3000 19,695 ,546 ,956 PM14 25,5000 17,737 ,774 ,951 PM15 25,5500 17,524 ,784 ,951

.

Page 178: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

159

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,960 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

KM1 14,95 14,471 ,646 ,962 KM2 15,00 13,474 ,915 ,952 KM3 15,10 13,463 ,850 ,955 KM4 15,00 13,474 ,915 ,952 KM5 15,05 13,629 ,826 ,956 KM6 15,15 13,713 ,762 ,959 KM7 15,05 13,629 ,826 ,956 KM8 15,00 13,579 ,881 ,954 KM9 15,05 14,050 ,699 ,961 KM10 14,95 13,629 ,923 ,952

Page 179: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

160

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,962 15

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PK1 23,5500 28,997 ,743 ,960 PK2 23,5500 28,682 ,813 ,958 PK3 23,5500 28,261 ,908 ,956 PK4 23,6500 29,292 ,607 ,962 PK5 23,6000 29,200 ,655 ,961 PK6 23,7000 28,326 ,779 ,959 PK7 23,6500 28,976 ,670 ,961 PK8 23,6500 28,555 ,756 ,959 PK9 23,6000 28,253 ,855 ,957 PK10 23,6000 28,674 ,765 ,959 PK11 23,5500 28,997 ,743 ,960 PK12 23,6000 27,832 ,946 ,956 PK13 23,7000 28,221 ,800 ,958 PK14 23,6000 27,832 ,946 ,956 PK15 23,6500 28,976 ,670 ,961

Page 180: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

161

Lampiran 4

Page 181: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

162

Page 182: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

163

Page 183: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

164

Page 184: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

165

Page 185: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

166

Page 186: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

167

Lampiran 5

HASIL PENGOLAHAN DATA Frequency Table

Umur balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 12-24 bulan 24 26,4 26,4 26,4

25-36 bulan 67 73,6 73,6 100,0

Total 91 100,0 100,0

Jenis kelamin balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Perempuan 52 57,1 57,1 57,1

Laki-laki 39 42,9 42,9 100,0

Total 91 100,0 100,0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid Reproduksi berisiko < 20 atau >35 tahun

38 20,9 20,9 20,9

Reproduksi kurang berisiko 20-35 tahun

144 79,1 79,1 100,0

Total 182 100,0 100,0

Umur_Menikah

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid Reproduksi berisiko < 20 atau >35 tahun

43 23,6 23,6 23,6

Reproduksi kurang berisiko 20-35 tahun

139 76,4 76,4 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 187: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

168

Suku bangsa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Bukan Aceh 172 94,5 94,5 94,5

Aceh 10 5,5 5,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

Pendiidkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah (< SMA) 85 46,7 46,7 46,7

Tinggi (≥ SMA) 97 53,3 53,3 100,0

Total 182 100,0 100,0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Bekerja 66 36,3 36,3 36,3

Tidak beerja 116 63,7 63,7 100,0

Total 182 100,0 100,0

Pendapatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah (<=UMK Rp. 2,5 juta)

138 75,8 75,8 75,8

Tinggi (>UMK Rp. 2,5 juta)

44 24,2 24,2 100,0

Total 182 100,0 100,0 Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak baik 93 51,1 51,1 51,1

Baik 89 48,9 48,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Negatif 103 56,6 56,6 56,6

Positif 79 43,4 43,4 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 188: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

169

Pemberian_makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak baik 101 55,5 55,5 55,5

Baik 81 44,5 44,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

Kebiasaan_makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak baik 127 69,8 69,8 69,8

Baik 55 30,2 30,2 100,0

Total 182 100,0 100,0

Praktek_kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak baik 104 57,1 57,1 57,1

Baik 78 42,9 42,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

Stunting

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Stunting 91 50,0 50,0 50,0

Tidak stunting 91 50,0 50,0 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 189: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

170

JAWABAN KUESIONER P1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 59 32,4 32,4 32,4

Benar 123 67,6 67,6 100,0

Total 182 100,0 100,0

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 105 57,7 57,7 57,7

Benar 77 42,3 42,3 100,0

Total 182 100,0 100,0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 113 62,1 62,1 62,1

Benar 69 37,9 37,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 109 59,9 59,9 59,9

Benar 73 40,1 40,1 100,0

Total 182 100,0 100,0

P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 78 42,9 42,9 42,9

Benar 104 57,1 57,1 100,0

Total 182 100,0 100,0

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 68 37,4 37,4 37,4

Benar 114 62,6 62,6 100,0

Total 182 100,0 100,0

P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 65 35,7 35,7 35,7

Benar 117 64,3 64,3 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 190: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

171

P8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 135 74,2 74,2 74,2

Benar 47 25,8 25,8 100,0

Total 182 100,0 100,0

P9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 104 57,1 57,1 57,1

Benar 78 42,9 42,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

P10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 109 59,9 59,9 59,9

Benar 73 40,1 40,1 100,0

Total 182 100,0 100,0

P11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 103 56,6 56,6 56,6

Benar 79 43,4 43,4 100,0

Total 182 100,0 100,0

P12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 72 39,6 39,6 39,6

Benar 110 60,4 60,4 100,0

Total 182 100,0 100,0

P13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Salah 117 64,3 64,3 64,3

Benar 65 35,7 35,7 100,0

Total 182 100,0 100,0

S1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak setuju 99 54,4 54,4 54,4

Setuju 83 45,6 45,6 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 191: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

172

S2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 101 55,5 55,5 55,5

Setuju 81 44,5 44,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

S3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 99 54,4 54,4 54,4

Setuju 83 45,6 45,6 100,0

Total 182 100,0 100,0

S4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 103 56,6 56,6 56,6

Setuju 79 43,4 43,4 100,0

Total 182 100,0 100,0

S5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 82 45,1 45,1 45,1

Setuju 100 54,9 54,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

S6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 54 29,7 29,7 29,7

Setuju 128 70,3 70,3 100,0

Total 182 100,0 100,0

S7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 112 61,5 61,5 61,5

Setuju 70 38,5 38,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

S8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 109 59,9 59,9 59,9

Setuju 73 40,1 40,1 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 192: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

173

S9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 40 22,0 22,0 22,0

Setuju 142 78,0 78,0 100,0

Total 182 100,0 100,0

S10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 121 66,5 66,5 66,5

Setuju 61 33,5 33,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

S11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 101 55,5 55,5 55,5

Setuju 81 44,5 44,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

S12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 104 57,1 57,1 57,1

Setuju 78 42,9 42,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

S13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 123 67,6 67,6 67,6

Setuju 59 32,4 32,4 100,0

Total 182 100,0 100,0

S14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 31 17,0 17,0 17,0

Setuju 151 83,0 83,0 100,0

Total 182 100,0 100,0

S15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 102 56,0 56,0 56,0

Setuju 80 44,0 44,0 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 193: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

174

PM1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 65 35,7 35,7 35,7

Ya 117 64,3 64,3 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 101 55,5 55,5 55,5

Ya 81 44,5 44,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 77 42,3 42,3 42,3

Ya 105 57,7 57,7 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 89 48,9 48,9 48,9

Ya 93 51,1 51,1 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 111 61,0 61,0 61,0

Ya 71 39,0 39,0 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 108 59,3 59,3 59,3

Ya 74 40,7 40,7 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 140 76,9 76,9 76,9

Ya 42 23,1 23,1 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 194: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

175

PM8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 109 59,9 59,9 59,9

Ya 73 40,1 40,1 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 123 67,6 67,6 67,6

Ya 59 32,4 32,4 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 103 56,6 56,6 56,6

Ya 79 43,4 43,4 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 64 35,2 35,2 35,2

Ya 118 64,8 64,8 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 101 55,5 55,5 55,5

Ya 81 44,5 44,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 121 66,5 66,5 66,5

Ya 61 33,5 33,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

PM14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 62 34,1 34,1 34,1

Ya 120 65,9 65,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 195: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

176

PM15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 65 35,7 35,7 35,7

Ya 117 64,3 64,3 100,0

Total 182 100,0 100,0

KM1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 42 23,1 23,1 23,1

Ya 140 76,9 76,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

KM2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 105 57,7 57,7 57,7

Ya 77 42,3 42,3 100,0

Total 182 100,0 100,0

KM3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 113 62,1 62,1 62,1

Ya 69 37,9 37,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

KM4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 44 24,2 24,2 24,2

Ya 138 75,8 75,8 100,0

Total 182 100,0 100,0

KM5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 117 64,3 64,3 64,3

Ya 65 35,7 35,7 100,0

Total 182 100,0 100,0

KM6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 69 37,9 37,9 37,9

Ya 113 62,1 62,1 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 196: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

177

KM7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 142 78,0 78,0 78,0

Ya 40 22,0 22,0 100,0

Total 182 100,0 100,0

KM8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 60 33,0 33,0 33,0

Ya 122 67,0 67,0 100,0

Total 182 100,0 100,0

KM9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 129 70,9 70,9 70,9

Ya 53 29,1 29,1 100,0

Total 182 100,0 100,0

KM10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 106 58,2 58,2 58,2

Ya 76 41,8 41,8 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 110 60,4 60,4 60,4

Ya 72 39,6 39,6 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 147 80,8 80,8 80,8

Ya 35 19,2 19,2 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 72 39,6 39,6 39,6

Ya 110 60,4 60,4 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 197: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

178

PK4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 117 64,3 64,3 64,3

Ya 65 35,7 35,7 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 126 69,2 69,2 69,2

Ya 56 30,8 30,8 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 73 40,1 40,1 40,1

Ya 109 59,9 59,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 64 35,2 35,2 35,2

Ya 118 64,8 64,8 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 112 61,5 61,5 61,5

Ya 70 38,5 38,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 122 67,0 67,0 67,0

Ya 60 33,0 33,0 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 67 36,8 36,8 36,8

Ya 115 63,2 63,2 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 198: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

179

PK11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 105 57,7 57,7 57,7

Ya 77 42,3 42,3 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 127 69,8 69,8 69,8

Ya 55 30,2 30,2 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 119 65,4 65,4 65,4

Ya 63 34,6 34,6 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 113 62,1 62,1 62,1

Ya 69 37,9 37,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

PK15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 76 41,8 41,8 41,8

Ya 106 58,2 58,2 100,0

Total 182 100,0 100,0

Page 199: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

180

Crosstabs

Umur * Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak

stunting

Umur Reproduksi berisiko < 20 atau >35 tahun

Count 23 20 43

% within Umur_Menikah

53,5% 46,5% 100,0%

% of Total 12,6% 11,0% 23,6%

Reproduksi kurang berisiko 20-35 tahun

Count 68 71 139

% within Umur_Menikah

48,9% 51,1% 100,0%

% of Total 37,4% 39,0% 76,4%

Total Count 91 91 182

% within Umur_Menikah

50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,274a 1 ,601 Continuity Correctionb ,122 1 ,727 Likelihood Ratio ,274 1 ,601 Fisher's Exact Test ,727 ,364

Linear-by-Linear Association

,273 1 ,602

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Umur (Reproduksi berisiko < 20 atau >35 tahun / Reproduksi kurang berisiko 20-35 tahun)

1,201 ,605 2,383

For cohort Stunting = Stunting 1,093 ,789 1,515 For cohort Stunting = Tidak stunting ,911 ,636 1,304

N of Valid Cases 182

Page 200: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

181

Umur_Menikah * Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Umur_Menikah

Reproduksi berisiko < 20 atau >35 tahun

Count 20 18 38

% within Umur 52,6% 47,4% 100,0%

% of Total 11,0% 9,9% 20,9%

Reproduksi kurang berisiko 20-35 tahun

Count 71 73 144

% within Umur 49,3% 50,7% 100,0%

% of Total 39,0% 40,1% 79,1%

Total Count 91 91 182

% within Umur 50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,133a 1 ,715 Continuity Correctionb ,033 1 ,855 Likelihood Ratio ,133 1 ,715 Fisher's Exact Test ,855 ,428

Linear-by-Linear Association

,132 1 ,716

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Umur_Menikah (Reproduksi berisiko < 20 atau >35 tahun / Reproduksi kurang berisiko 20-35 tahun)

1,142 ,558 2,337

For cohort Stunting = Stunting 1,067 ,757 1,506 For cohort Stunting = Tidak stunting ,934 ,644 1,355

N of Valid Cases 182

Page 201: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

182

Suku bangsa * Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Suku bangsa Bukan Aceh Count 88 84 172

% within Suku bangsa

51,2% 48,8% 100,0%

% of Total 48,4% 46,2% 94,5%

Aceh Count 3 7 10

% within Suku bangsa

30,0% 70,0% 100,0%

% of Total 1,6% 3,8% 5,5%

Total Count 91 91 182

% within Suku bangsa

50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,693a 1 ,193 Continuity Correctionb ,952 1 ,329 Likelihood Ratio 1,739 1 ,187 Fisher's Exact Test ,330 ,165

Linear-by-Linear Association

1,684 1 ,194

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Suku bangsa (Bukan Aceh / Aceh)

,409 ,102 1,634

For cohort Stunting = Stunting ,586 ,225 1,528 For cohort Stunting = Tidak stunting

1,433 ,929 2,211

N of Valid Cases 182

Page 202: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

183

Pendidikan* Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Pendiidkan Rendah (< SMA) Count 47 38 85

% within Pendiidkan 55,3% 44,7% 100,0%

% of Total 25,8% 20,9% 46,7%

Tinggi (≥ SMA) Count 44 53 97

% within Pendiidkan 45,4% 54,6% 100,0%

% of Total 24,2% 29,1% 53,3%

Total Count 91 91 182

% within Pendiidkan 50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1,788a 1 ,181 Continuity Correctionb 1,413 1 ,235 Likelihood Ratio 1,791 1 ,181 Fisher's Exact Test ,235 ,117

Linear-by-Linear Association

1,778 1 ,182

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 42,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pendiidkan (Rendah (< SMA) / Tinggi (≥ SMA)) 1,490 ,830 2,675

For cohort Stunting = Stunting 1,219 ,912 1,629

For cohort Stunting = Tidak stunting ,818 ,607 1,102

N of Valid Cases 182

Page 203: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

184

Pekerjaan * Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Pekerjaan Bekerja Count 34 32 66

% within Pekerjaan 51,5% 48,5% 100,0%

% of Total 18,7% 17,6% 36,3%

Tidak beerja Count 57 59 116

% within Pekerjaan 49,1% 50,9% 100,0%

% of Total 31,3% 32,4% 63,7%

Total Count 91 91 182

% within Pekerjaan 50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,095a 1 ,758 Continuity Correctionb ,024 1 ,877 Likelihood Ratio ,095 1 ,758 Fisher's Exact Test ,878 ,439

Linear-by-Linear Association

,095 1 ,758

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33,00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pekerjaan (Bekerja / Tidak beerja)

1,100 ,601 2,013

For cohort Stunting = Stunting 1,048 ,778 1,413 For cohort Stunting = Tidak stunting

,953 ,702 1,295

N of Valid Cases 182

Page 204: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

185

Pendapatan * Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Pendapatan Rendah (<=UMK Rp. 2,5 juta)

Count 71 67 138

% within Pendapatan

51,4% 48,6% 100,0%

% of Total 39,0% 36,8% 75,8%

Tinggi (>UMK Rp. 2,5 juta)

Count 20 24 44

% within Pendapatan

45,5% 54,5% 100,0%

% of Total 11,0% 13,2% 24,2%

Total Count 91 91 182

% within Pendapatan

50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,480a 1 ,489 Continuity Correctionb ,270 1 ,603 Likelihood Ratio ,480 1 ,488 Fisher's Exact Test ,604 ,302

Linear-by-Linear Association

,477 1 ,490

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pendapatan (Rendah (<=UMK Rp. 2,5 juta) / Tinggi (>UMK Rp. 2,5 juta))

1,272 ,644 2,512

For cohort Stunting = Stunting 1,132 ,788 1,626 For cohort Stunting = Tidak stunting ,890 ,646 1,225

N of Valid Cases 182

Page 205: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

186

Pengetahuan * Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Pengetahuan Tidak baik Count 59 34 93

% within Pengetahuan 63,4% 36,6% 100,0%

% of Total 32,4% 18,7% 51,1%

Baik Count 32 57 89

% within Pengetahuan 36,0% 64,0% 100,0%

% of Total 17,6% 31,3% 48,9%

Total Count 91 91 182

% within Pengetahuan 50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 13,743a 1 ,000 Continuity Correctionb 12,665 1 ,000 Likelihood Ratio 13,922 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear Association

13,667 1 ,000

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 44,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan (Tidak baik / Baik)

3,091 1,689 5,658

For cohort Stunting = Stunting 1,764 1,285 2,423 For cohort Stunting = Tidak stunting

,571 ,419 ,778

N of Valid Cases 182

Page 206: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

187

Sikap * Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Sikap Negatif Count 62 41 103

% within Sikap 60,2% 39,8% 100,0%

% of Total 34,1% 22,5% 56,6%

Positif Count 29 50 79

% within Sikap 36,7% 63,3% 100,0%

% of Total 15,9% 27,5% 43,4%

Total Count 91 91 182

% within Sikap 50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 9,864a 1 ,002 Continuity Correctionb 8,947 1 ,003 Likelihood Ratio 9,962 1 ,002 Fisher's Exact Test ,003 ,001

Linear-by-Linear Association

9,810 1 ,002

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sikap (Negatif / Positif)

2,607 1,425 4,770

For cohort Stunting = Stunting 1,640 1,180 2,279

For cohort Stunting = Tidak stunting ,629 ,470 ,841

N of Valid Cases 182

Page 207: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

188

Pemberian_makanan * Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Pemberian_makanan

Tidak baik Count 62 39 101

% within Pemberian_makanan

61,4% 38,6% 100,0%

% of Total 34,1% 21,4% 55,5%

Baik Count 29 52 81

% within Pemberian_makanan

35,8% 64,2% 100,0%

% of Total 15,9% 28,6% 44,5%

Total Count 91 91 182

% within Pemberian_makanan

50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 11,768a 1 ,001 Continuity Correctionb 10,767 1 ,001 Likelihood Ratio 11,905 1 ,001 Fisher's Exact Test ,001 ,000

Linear-by-Linear Association

11,704 1 ,001

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 40,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pemberian_makanan (Tidak baik / Baik) 2,851 1,556 5,223

For cohort Stunting = Stunting 1,715 1,233 2,385 For cohort Stunting = Tidak stunting ,601 ,448 ,808

N of Valid Cases 182

Page 208: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

189

Kebiasaan_makan * Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Kebiasaan_makan Tidak baik Count 72 55 127

% within Kebiasaan_makan

56,7% 43,3% 100,0%

% of Total 39,6% 30,2% 69,8%

Baik Count 19 36 55

% within Kebiasaan_makan

34,5% 65,5% 100,0%

% of Total 10,4% 19,8% 30,2%

Total Count 91 91 182

% within Kebiasaan_makan

50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7,530a 1 ,006 Continuity Correctionb 6,670 1 ,010 Likelihood Ratio 7,624 1 ,006 Fisher's Exact Test ,009 ,005

Linear-by-Linear Association

7,489 1 ,006

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kebiasaan_makan (Tidak baik / Baik) 2,480 1,285 4,786

For cohort Stunting = Stunting 1,641 1,106 2,434 For cohort Stunting = Tidak stunting ,662 ,502 ,872

N of Valid Cases 182

Page 209: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

190

Praktek_kesehatan * Stunting

Crosstab

Stunting

Total Stunting Tidak stunting

Praktek_kesehatan

Tidak baik Count 60 44 104

% within Praktek_kesehatan

57,7% 42,3% 100,0%

% of Total 33,0% 24,2% 57,1%

Baik Count 31 47 78

% within Praktek_kesehatan

39,7% 60,3% 100,0%

% of Total 17,0% 25,8% 42,9%

Total Count 91 91 182

% within Praktek_kesehatan

50,0% 50,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5,744a 1 ,017 Continuity Correctionb 5,048 1 ,025 Likelihood Ratio 5,777 1 ,016 Fisher's Exact Test ,024 ,012

Linear-by-Linear Association

5,712 1 ,017

N of Valid Cases 182 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39,00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Praktek_kesehatan (Tidak baik / Baik) 2,067 1,138 3,758

For cohort Stunting = Stunting 1,452 1,055 1,997 For cohort Stunting = Tidak stunting

,702 ,527 ,936

N of Valid Cases 182

Page 210: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

191

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 182 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 182 100,0 Unselected Cases 0 ,0 Total 182 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak stunting 0 Stunting 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Stunting Percentage Correct Tidak stunting Stunting

Step 0 Stunting Tidak stunting 0 91 ,0

Stunting 0 91 100,0

Overall Percentage 50,0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant ,000 ,148 ,000 1 1,000 1,000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Pendidikan 1,788 1 ,181

Pengetahuan 13,743 1 ,000

Sikap 8,031 1 ,005

Pemberian_makanan 11,768 1 ,001

Kebiasaan_makan 7,530 1 ,006

Praktek_kesehatan 5,744 1 ,017

Overall Statistics 38,304 6 ,000

Page 211: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

192

Block 1: Method = Backward Stepwise (Conditional)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 42,439 6 ,000

Block 42,439 6 ,000

Model 42,439 6 ,000

Step 2a Step -,846 1 ,358

Block 41,593 5 ,000

Model 41,593 5 ,000

a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 209,867a ,208 ,277 2 210,713a ,204 ,272

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 5,726 8 ,678 2 9,073 8 ,336

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Stunting = Tidak stunting Stunting = Stunting

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 15 14,919 2 2,081 17

2 14 15,456 7 5,544 21

3 14 12,446 4 5,554 18

4 10 11,478 8 6,522 18

5 12 10,919 9 10,081 21

6 10 9,282 10 10,718 20

7 6 6,760 12 11,240 18

8 4 4,683 13 12,317 17

9 6 3,651 13 15,349 19

10 0 1,406 13 11,594 13 Step 2 1 17 17,317 3 2,683 20

2 15 14,182 5 5,818 20

3 8 9,580 6 4,420 14

4 13 13,368 7 6,632 20

5 7 8,061 9 7,939 16

6 11 8,005 6 8,995 17

7 7 8,543 12 10,457 19

8 8 6,033 14 15,967 22

9 5 3,277 8 9,723 13

10 0 2,633 21 18,367 21

Page 212: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

193

Classification Tablea

Observed

Predicted

Stunting Percentage Correct Tidak stunting Stunting

Step 1 Stunting Tidak stunting 59 32 64,8

Stunting 30 61 67,0

Overall Percentage 65,9

Step 2 Stunting Tidak stunting 56 35 61,5

Stunting 26 65 71,4

Overall Percentage 66,5

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Pendidikan ,314 ,341 ,844 1 ,358 1,368

Pengetahuan ,794 ,344 5,314 1 ,021 2,211

Sikap ,888 ,340 6,809 1 ,009 2,431

Pemberian_makanan ,984 ,346 8,091 1 ,004 2,675

Kebiasaan_makan 1,072 ,376 8,149 1 ,004 2,922

Praktek_kesehatan ,911 ,351 6,736 1 ,009 2,487

Constant -2,853 ,560 25,930 1 ,000 ,058

Step 2a Pengetahuan ,847 ,339 6,228 1 ,013 2,333

Sikap ,860 ,338 6,484 1 ,011 2,362

Pemberian_makanan ,972 ,345 7,953 1 ,005 2,644

Kebiasaan_makan 1,070 ,374 8,170 1 ,004 2,915

Praktek_kesehatan ,894 ,349 6,559 1 ,010 2,445

Constant -2,700 ,527 26,296 1 ,000 ,067

a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Pemberian_makanan, Kebiasaan_makan, Praktek_kesehatan.

Model if Term Removeda

Variable Model Log Likelihood

Change in -2 Log Likelihood df

Sig. of the Change

Step 1 Pendidikan -105,357 ,847 1 ,358

Pengetahuan -107,619 5,370 1 ,020

Sikap -108,458 7,050 1 ,008

Pemberian_makanan -109,135 8,404 1 ,004

Kebiasaan_makan -109,276 8,684 1 ,003

Praktek_kesehatan -108,462 7,058 1 ,008

Step 2 Pengetahuan -108,514 6,315 1 ,012

Sikap -108,697 6,682 1 ,010

Pemberian_makanan -109,477 8,241 1 ,004

Kebiasaan_makan -109,708 8,702 1 ,003

Praktek_kesehatan -108,782 6,851 1 ,009

a. Based on conditional parameter estimates

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 2a Variables Pendidikan ,847 1 ,357

Overall Statistics ,847 1 ,357

a. Variable(s) removed on step 2: Pendidikan.

Page 213: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

194

Lampiran 6

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1 Penyebaran Kuesioner

Gambar 2 Penyebaran Kuesioner

Page 214: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

195

Gambar 3 Penyebaran Kuesioner

Gambar 4 Penyebaran Kuesioner

Page 215: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

196

Gambar 5 Penyebaran Kuesioner

Gambar 6 Penyebaran Kuesioner

Page 216: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

197

Page 217: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

198

Page 218: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

199

Page 219: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

200

Page 220: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

201

Page 221: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

202

Page 222: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

203

Page 223: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

204

Page 224: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

205

Page 225: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

206

Page 226: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

207

Page 227: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

208

Page 228: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

209

Page 229: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

210

Page 230: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

211

Page 231: FAKTOR DETERMINAN STUNTING DI PUSKESMAS ...repository.helvetia.ac.id/2323/6/EVA NURFITA (1602011246...Puskesmas Gunung Meriah Tahun 2019 ..... 66 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

212