Fakta Menunjukkan Bahwa Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Beberapa Aspek Masih Rendah

4
Fakta menunjukkan bahwa penggunaan produk dalam negeri dalam beberapa aspek masih rendah. Buah-buahan, beras, tepung, garam, mainan anak-anak, elektronik, kendaraan, dan berbagai produk yang dipakai di tengah masyarakat sebagian besar harus diimpor. Jika kita tidak bisa membuat produk tersebut wajar. Namun, tidak sedikit produk barang dan jasa yang sebenarnya mampu kita adakan di dalam negeri oleh tenaga kerja dalam negeri, juga tetap masih impor. Ironi. Menteri Perdagangan Gita Wiryawan menyatakan banyak produk impor yang masuk ke Indonesia seperti baja, mainan anak-anak, HP dan lainnya yang sebagiannya ilegal dan tidak memenuhi standar K3L (Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan Lingkungan). Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk Cina sangat besar. Hampir berbagai produk negeri tirai bambu ini membanjiri Indonesia. Hal ini mengakibatkan perdagangan Indonesia dengan Cina defisit semakin melebar. Barang-barang Cina dinilai lebih murah dan kualitas tidak jelek. Dalam catatan BPS, defisit perdagangan Indonesia dengan Cina sebesar 1,6 miliar dolar AS pada triwulan 1-2012. Total nilai ekspor Indonesia ke Cina dalam tiga bulan sebesar 5 miliar dolar, sementara nilai impornya 6,6 miliar dolar.Komoditas impor yang tumbuh subur pada Maret 2012 adalah kendaraan dan komponennya dengan pertumbuhan 68,6 persen dari bulan sebelumnya yang hanya 55,9 juta dolar menjadi 150 juta dolar. Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmento menyatakan defisit perdagangan Indoensia 2011 sebesar 3 miliar dolar lebih besar dibanding 2010 sebesar 2 miliar dolar. Hal ini baru dengan satu negara Cina, belum lagi dengan produk dari negara AS, Uni Eropa, Jepang, dan negara-negara Asean lainnya. Membanjirnya produk impor di pasaran domestik menimbulkan keresahan bukan saja kalangan pedagang dan produsen dalam negeri. Seharusnya pemerintah lah yang paling risau akan fenomena ini. Mengapa? Karena hal ini mengancam perekonomian nasional. Untuk mendeteksi lebih jauh bahaya yang ditimbulkan, kita perlu mengetahui siapa dan seberapa besar peran masing-masing elemen terkait masalah ini dan karena motif apa mereka melakukan. Pertama, masyarakat. Jika konsumen dari produk impor tersebut adalah masyarakat, maka masyarakat mana dan segmen produk apa yang dipakai. Kelompok masyarakat disini adalah kelompok terbesar pengguna produk impor, namun apakah nilainya juga paling besar? Mengapa, karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah kelas menengah ke bawah yang tingkat konsumsinya hanya memang untuk keperluan konsumtif, bukan yang lain. Apakah bisa dikatakan masyarakat tidak cinta dengan produk dalam negeri? Bisa ya bisa tidak. Mengapa, karena masyarakat hanya berpikiran ekonomis, mana barang yang paling eknomis, bagus,

Transcript of Fakta Menunjukkan Bahwa Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Beberapa Aspek Masih Rendah

Page 1: Fakta Menunjukkan Bahwa Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Beberapa Aspek Masih Rendah

Fakta menunjukkan bahwa penggunaan produk dalam negeri dalam beberapa aspek masih rendah. Buah-buahan, beras, tepung, garam, mainan anak-anak, elektronik, kendaraan, dan berbagai produk yang dipakai di tengah masyarakat sebagian besar harus diimpor. Jika kita tidak bisa membuat produk tersebut wajar. Namun, tidak sedikit produk barang dan jasa yang sebenarnya mampu kita adakan di dalam negeri oleh tenaga kerja dalam negeri, juga tetap masih impor.

Ironi. Menteri Perdagangan Gita Wiryawan menyatakan banyak produk impor yang masuk ke Indonesia seperti baja, mainan anak-anak, HP dan lainnya yang sebagiannya ilegal dan tidak memenuhi standar K3L (Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan Lingkungan). Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk Cina sangat besar. Hampir berbagai produk negeri tirai bambu ini membanjiri Indonesia. Hal ini mengakibatkan perdagangan Indonesia dengan Cina defisit semakin melebar. Barang-barang Cina dinilai lebih murah dan kualitas tidak jelek.

Dalam catatan BPS, defisit perdagangan Indonesia dengan Cina sebesar 1,6 miliar dolar AS pada triwulan 1-2012. Total nilai ekspor Indonesia ke Cina dalam tiga bulan sebesar 5 miliar dolar, sementara nilai impornya 6,6 miliar dolar.Komoditas impor yang tumbuh subur pada Maret 2012 adalah kendaraan dan komponennya dengan pertumbuhan 68,6 persen dari bulan sebelumnya yang hanya 55,9 juta dolar menjadi 150 juta dolar.

Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmento menyatakan defisit perdagangan Indoensia 2011 sebesar 3 miliar dolar lebih besar dibanding 2010 sebesar 2 miliar dolar. Hal ini baru dengan satu negara Cina, belum lagi dengan produk dari negara AS, Uni Eropa, Jepang, dan negara-negara Asean lainnya.

Membanjirnya produk impor di pasaran domestik menimbulkan keresahan bukan saja kalangan pedagang dan  produsen dalam negeri. Seharusnya pemerintah lah yang paling risau akan fenomena ini. Mengapa? Karena hal ini mengancam perekonomian nasional.

Untuk mendeteksi lebih jauh bahaya yang ditimbulkan, kita perlu mengetahui siapa dan seberapa besar peran masing-masing elemen terkait masalah ini dan karena motif apa mereka melakukan.

Pertama, masyarakat.

Jika konsumen dari produk impor tersebut adalah masyarakat, maka masyarakat mana dan segmen produk apa yang dipakai. Kelompok masyarakat disini adalah kelompok terbesar pengguna produk impor, namun apakah nilainya juga paling besar?

Mengapa, karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah kelas menengah ke bawah yang tingkat konsumsinya hanya memang untuk keperluan konsumtif, bukan yang lain. Apakah bisa dikatakan masyarakat tidak cinta dengan produk dalam negeri? Bisa ya bisa tidak. Mengapa, karena masyarakat hanya berpikiran ekonomis, mana barang yang paling eknomis, bagus, murah, itulah yang akan dibeli. Jika barang tersebut datang dari impor, jangan salahkan jika masyarakat mengkonsumsinya.

Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah mengapa di pasaran tidak tersedia barang murah dan bagus sesuai daya beli masyarakat Indonesia. Ini tentu porsi dan masuk wilayah pemerintah.

Apakah masyarakat tidak memiliki rasa cinta produk dalam negeri dan tidak memiliki rasa nasionalisme? Agak sulit dijawab, namun sebagai pembanding, bagaimana dengan para wakil mereka, DPR, yang justru membeli kursi impor sangat mahal dari asing? Lebih nasionalis mana rakyat dengan wakil rakyat?

Bagaimana dengan Pemerintah dalam melakukan pengadaan barang dan jasa? Apakah juga memperhatikan nilai-nilai kecintaan produk dalam negeri? Yang lebih mendasar adalah, nasionalisme harus dilawan-lawankan dengan kondisi masyarakat yang lemah daya belinya alias miskin. Sebagian dengan miris hati lebih memilih menggadaikan nasionalisme dari pada kelaparan.

Kedua, swasta/pelaku usaha. 

Page 2: Fakta Menunjukkan Bahwa Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Beberapa Aspek Masih Rendah

Pihak yang diuntungkan atas membanjirnya produk impor di dalam negeri adalah swasta. Sebagai kasus para pedagang buah. Mereka tidak ada masalah apakah ini buah impor atau buah lokal. Karena mereka akan membeli dengan harga di pasaran, dan akan menjual dengan mengambil keuntungan. Sehingga dari manapun barangnya, pedagang akan selalu untung.

Pelaku usaha/swasta akan sama dengan masyarakat yang menggunakan prinsip ekonomi, mana yang lebih murah dan bagus, itulah yang dipilih. Tidak ada kaitannya dengan cinta produk dalam negeri atau bahkan nasionalisme.

Ketiga, Pemerintah. 

Membanjirnya produk impor, melemahnya produksi dalam negeri, melemahnya daya beli masyarakat terutama terhadap produk dalam negeri, defisit perdagangan yang semakin membesar, dan sebagainya adalah merupakan wilayah kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah.Mengapa masyarakat dan pelaku usaha lebih memilih produk impor, adalah karena produk imporlah yang secara umum memiliki nilai ekonomis, bagus dan terjangkau harganya.

Sebaliknya mengapa produk dalam negeri relatif mahal dan kalah kualitas, adalah karena pengelolaan tidak tepat. Sebagai contoh, mengapa peran pemerintah sangat besar adalah kasus ACFTA, yaitu perdagangan bebas Cina dengan Asean. Siapakah yang membuat kebijakan tersebut? Pemerintah. Akibat dari pemberlakuaan ACFTA adalah membanjirnya produk impor di pasaran dalam negeri, siapa yang paling bertanggung jawab? Pemerintah.

Pemerintah melalui kebijakan yang dikeluarkan telah menyebabkan masyarakat dan pelaku usaha lebih memilih produk impor yang relatif lebih murah dan bagus. Sebagai contoh yang lebih besar, selain pemberlakuan ACFTA, adalah adanya produk Pemerintah dan DPR berupa Undang-Undang yang pro pasar, seperti UU 22/2001 tentang Migas, UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air, UU 19/2003 tentang Privatisasi BUMN, UU 30/2007 tentang Energi, UU 4/2009 Minerba, UU 20/2002 tentang Ketenagalistrikan, UU 25/2007 tentang Penanaman Modal, dan lain-lain, meskipun beberapa di antaranya telah dibatalkan MK.

Hal ini menunjukkan betapa besarnya peran Pemerintah dalam membuka pintu asing melakukan intervensi hingga menguasai perekonomian nasional. Indonesia telah melakukan liberalisasi dalam pengelolaan perekonomian negaranya, baik disadari atau tidak.

Lebih besar lagi Pemerintah melalui produk UU nya telah memberikan kepada asing untuk mengintervensi perekonomian Indonesia. Karena Indonesia telah mengimpor produk ekonomi mereka berupa kapitalisme liberal, berupa pasar bebas, globalisasi, ekonomi non riil dan ribawi dan lain-lain.

Disamping menyediakan aturan yang kondusif, pemerintah juga perlu melakukan beberapa kebijakan antara lain menghilangkan potensi KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) dalam pengadaan barang dan jasa, reformasi birokrasi, dll. Upaya peningkatan pemakaian produk dalam negeri memerlukan perbaikan mentalitas, kualitas, dan sistem yang mendukung.

Oleh karena itu, sebagai bangsa Indonesia kita seharusnya lebih menghargai produk-produk dalam negeri daripada produk luar, meskipun kualitas masih terbilang kalah, namun setidaknya kita membantu dalam pengembangan SDM di negara kita. Bagaimana negara SDN negara kita akan maju apabila tidak ada yang menghargai produk-produk hasil dari kerja keras mereka.

Meskipun untuk bersaing dengan produk-produk dari luar negeri tidak mudah, setidaknya kita telah menghargai hasil karya dari bangsa kita sendiri. Karena itu sebagai sarana kita dapat berkembang dan bersaing dengan produk dari negara lain. Jadi, seharusnya kita sebagai warga NKRI wajib ikut serta dalam mengembangkan produk-produk anak bangsa, dengan cara :

Page 3: Fakta Menunjukkan Bahwa Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Beberapa Aspek Masih Rendah

1. Membatasi import produk luar2. Mengembangkan UKM menengah ke bawah3. Menstabilkan ekonomi pasar4. Memberikan suatu apresiasi terhadap karya bangsa

Apabila keempat hal tersebut dapat berjalan dengan lancar, kita yakin bahwa Indonesia akan menjadi negara yang maju dalam bidang perekonomian, karena warganya sendiri mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri tanpa bantuan atau impor dari negara lain.