F09ssu.pdf

download F09ssu.pdf

of 115

Transcript of F09ssu.pdf

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    1/115

    RANCANGAN DAN UJI KINERJA ALAT DISTILASI

    ETANOL DENGAN METODE REKTIFIKASI

    Oleh :

    SIGIT SUSILO

    F14104035

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    2/115

    RANCANGAN DAN UJI KINERJA ALAT DISTILASI ETANOL DENGAN

    METODE REKTIFIKASI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen Teknik Pertanian

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    3/115

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    RANCANGAN DAN UJI KINERJA ALAT DISTILASI ETANOL DENGAN

    METODE REKTIFIKASI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen Teknik Pertanian

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh :

    SIGIT SUSILO

    F14104035

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    4/115

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama lengkap Sigit Susilo dengan nama

    panggilan sigit, dilahirkan di Purworejo pada tanggal 03

    Desember 1985. Penulis dilahirkan dari pasangan

    Sudiharjo (Ayah) dan Sumirah (ibu) dan merupakan anak

    kesepuluh dari sepuluh bersaudara. Penulis menjalankan

    pendidikan dasar di SD N Rowobayem kemudian pada

    tahun 1998 melanjutkan pendidikan di SMP N1 Kutoarjo.

    Pada tahun 2002-2004 penulis menempuh pendidikan pada SMU N1 Purworejo.

    Selesai pendidikan SMU, penulis melanjutkan studi di departemen Teknik

    Pertanian IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

    Selama kuliah penulis aktif di berbagai kegiatan akademis maupun non

    akademis. Penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fateta (BEM-F) periode

    2006-2007 sebagai staf pengabdian masyarakat, di Himpunan Mahasiswa Teknik

    Pertanian (Himateta) IPB periode 2007-2008 sebagai kepala departemen

    k i h S l i it li j ktif d l k i t i l ti d

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    5/115

    Sigit Susilo. F14104035. Rancangan dan Uji Kinerja Alat Distilasi Etanol dengan

    Metode Rektifikasi. Dibawah bimbingan: Leopold Oscar Nelwan. 2009

    RINGKASAN

    Pemanfaatan energi alternatif sedang digalakkan guna mengurangi

    ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM), dimana salah satunyaadalah pemanfaatan bioetanol. Bioetanol dapat digunakan untuk menggantikan

    bahan bakar bensin. Dalam pengembangan industri bioetanol, 50% lebih biaya

    produksi terdapat pada proses pemurnian sehingga bagian pemurnian sangat

    penting dalam proses produksi bioetanol. Distilator merupakan alat pemurnian

    campuran etanol-air menjadi komponen-komponennya. Metode dalam pemisahan

    terdiri dari dua jenis yaitu distilasi sitem batch dan distilasi sistem kontinyu.

    Perbedaan kedua metode ini adalah pada sistem pengumpanan bahan yang akan

    didistilasi serta kapasitas produksi.

    Penelitian ini bertujuan merancang alat distilasi etanol dengan metode

    rektifikasi dan menguji kinerja alat pada beberapa metode pengoperasian dan

    konsentrasi awal etanol. Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai November

    2008 di Laboratorium Metanium Leuwikopo dan laboratorium Energi dan

    Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi

    Pertanian, IPB.

    T h liti dib i d l d it b d ji

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    6/115

    dirancang dari bahan steanless steeldengan diameter luar 7.62 cm, tebal 0.1 cm,

    dan tinggi 100 cm.Tangki pemasukan berfungsi untuk memasukkan bahan umpan yang akan

    didistilasi. Bahan tangki pemasukan terbuat dari gelas ukur berskala dua liter.

    Kondensor dirancang dari bahan stainless steeldengan ukuran diameter 5

    cm, panjang 30 cm. Pipa didalam terdiri dari empat pipa kecil dengan ukuran

    diameter 0.5 cm, panjang 30 cm. Pipa didalam kondensor terdiri dari 4 pipa

    bertujuan untuk memperluas kontak uap etanol dengan air sehingga proses

    kondensasi dapat berlangsung sempurna.

    Hasil distilasi ditampung dalam pipa penampung distilat yang dirancang

    dari pipa stainless steel dengan diameter 5 cm dan panjang 10 cm. Pada pipa

    penampung ini dibuat dua percabangan yang berfungsi sebagai pembagi hasil.

    Percabangan pertama berfungsi sebagai saluran refluks sedangkan percabangan

    lainnya sebagai hasil atas distilasi.

    Perubahan suhu steam (Ts) terhadap waktu pada ketiga metode adalah

    konstan setelah katup dibuka, sedangkan perubahan suhu kondensat steam (Tsc)

    cenderung fluktuatif tetapi pada akhir pengujian menjadi konstan ketika seluruhuap steam yang keluar berupa uap panas. Perubahan suhu kolom bawah (Tb)

    cenderung meningkat pada metode batch dengan semakin menurunnya

    konsentrasi dalam kolom bawah sedangkan metode kontinyu suhu Tb konstan.

    Perubahan suhu di menara kolom tray (Tm) pada metode bacth menurun pada

    akhir pengujian karena etanol dalam sampel telah habis, sedangkan pada metode

    kontinyu suhu Tmkonstan. Suhu air yang keluar dari kondensor (Tco) lebih besar

    dari pada suhu air yang masuk ke dalam kondensor (T ci) karena adanya pindah

    d i t l k i hi t j di k d i

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    7/115

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia serta

    hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    Skripsi ini berjudul Rancangan dan Uji Kenerja Alat Distilasi Etanol dengan

    Metode Rektifikasi.

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dari

    berbagai pihak yang bersifat materiil, bimbingan maupun semangat. Oleh karena

    itu, penulis mengucapkan rasa penghargaan dan terima kasih kepada :

    1. Kedua orang tua, kakak-kakakku tercinta dan segenap keluarga yang telah

    memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis.

    2.

    Dr. Leopold Oscar Nelwan, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing yang

    telah memberikan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan kegiatan

    penelitian dan dalam penyusunan skripsi ini.

    3. Bagian Energi dan Elektrifikasi Pertanian atas biaya penelitian yang

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    8/115

    11.Rekan-rekan sejurusan atas kebersamaannya selama empat tahun di

    Teknik Pertanian.

    12.

    Louis (Swiss German University) yang telah membantu selama pengujian

    yang penuh dengan semangat dan perjuangan.

    13.Eni, dena, tuko, fadly, indra, irna, frima, heru, elvi, riska, cahya dkk atas

    bantuan dan dukungannya.

    14.

    Seluruh pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak

    langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

    kekurangan. Oleh karena itu, segala kritikan dan saran yang bersifat membangun

    sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

    Bogor, Januari 2009

    P li

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    9/115

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

    DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

    DAFTAR TABEL................................................................................................ iii

    DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... v

    DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vi

    I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    A. Latar Belakang ......................................................................... 1

    B. Tujuan Penelitian...................................................................... 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3

    A. Etanol....................................................................................... 3

    B. Mutu Etanol.......................................... 4

    C. Bioetanol................................................................................... 6

    D.

    Azeotrop................................................................................... 8

    E.

    Distilasi......................................... 10

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    10/115

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 31

    A.

    Perancangan alat distilasi etanol dengan metode rektifikasi...... 31

    B.

    Pengujian Alat Distilasi Etanol.. ............................................... 37

    1. Distilasi sistem batchtanpa refluks................................... 38

    2. Distilasi sistem batchdengan refluks................................. 40

    3. Distilasi sistem kontinyu dengan refluks........................... 48

    C.

    Perbandingan Perubahan suhu dan volume distilat pada

    tiga metode pengujian .............................................................. 53

    1.

    Pengujian dengan sampel etanol 10%............................... 53

    2. Pengujian dengan sampel etanol 30%............................... 57

    D. Konsentrasi Hasil Pengujian. ................................................... 61

    E.

    Kebutuhan Energi untuk proses distilasi.................................. 64

    V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 66

    A. Kesimpulan ............................................................................. 66

    B. Saran ........................................................................................ 66

    DAFTAR PUSTAKA ............ 67

    LAMPIRAN 69

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    11/115

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Sifat fisika dan kimia etanol absolut dan etanol teknis................... 3

    Tabel 2. Syarat mutu etanol berdasarkan Standar Nasional Indonesia................ 6

    Tabel 3. Rancangan fungsional alat distilasi etanol............................................. 22Tabel 4. Prosedur pengujian alat distilasi etanol.................................................. 26

    Tabel 5. Penggunaan energi selama proses distilasi............................................. 64

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    12/115

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Constant Boiling Mixture................................................................. 8

    Gambar 2. Diagram kesetimbangan, sistem etanol-air...................................... 9

    Gambar 3. Diagram titik didih etanol-air.......................................................... 10

    Gambar 4. Hambatan panas pada tiga lapisan penyusun silinder ..................... 17

    Gambar 5. Diagram alir prosedur penelitian..................................................... 20

    Gambar 6. Rancangan alat distilasi etanol......................................................... 31

    Gambar 7. Steam boiler...................................................................................... 32

    Gambar 8. Kolom bawah................................................................................. 33

    Gambar 9. Plate dalam kolom bawah............................................................. 33

    Gambar 10. Pipa spiran tembaga......................................................................... 33

    Gambar 11.Traytampak samping........................................................................ 34

    G b 12 T ki 35

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    13/115

    Gambar 29. Perbandingan perubahan suhu Tscsampel etanol 10%.................... 54

    Gambar 30. Perbandingan perubahan suhu Tbsampel etanol 10%..................... 55

    Gambar 31. Perbandingan perubahan suhu Tmsampel etanol 10%.................... 55

    Gambar 32. Perbandingan volume distilat pada sampel etanol 10%................... 56

    Gambar 33. Perbandingan perubahan suhu Tssampel etanol 30%...................... 57

    Gambar 34. Perbandingan perubahan suhu Tscsampel etanol 30%.................... 58

    Gambar 35. Perbandingan perubahan suhu Tbsampel etanol 30%..................... 58

    Gambar 36. Perbandingan perubahan suhu Tmsampel etanol 30%.................... 59

    Gambar 37. Perbandingan volume distilat pada sampel etanol 30%................... 60

    Gambar 38. Konsentrasi distilat (top product) pada distilasi etanol... 61

    Gambar 39. Konsentrasi produk bawah (bottom product) pada distilasi etanol.. 63

    Gambar 40. Energi yang terpakai untuk distilasi................................................ 66

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    14/115

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman.

    Lampiran 1. Data pengujian metode BTR.10 ..................................................... 72

    Lampiran 2. Data pengujian metode BTR.30 ..................................................... 73

    Lampiran 3. Plot data pengujian BTR.10 dan BTR.30 ke diagram titik didih

    etanol-air ........................................................................................ 74

    Lampiran 4. Data pengujian metode BR.10 ....................................................... 75

    Lampiran 5. Data pengujian metode BR.30 ....................................................... 76

    Lampiran 6. Plot data pengujian BR.10 dan BR.30 ke diagram titik didih

    etanol-air ........................................................................................ 78

    Lampiran 7. Data pengujian metode KR.10 ....................................................... 79

    Lampiran 8. Data pengujian metode KR.30 ....................................................... 80

    Lampiran 9. Plot data pengujian KR.10 dan KR.30 ke diagram titik didih

    etanol-air ........................................................................................ 81

    Lampiran 10. Tabel densitas etanol pada suhu dan konsentrasi berbeda ........... 82

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    15/115

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyediaan energi di masa depan merupakan permasalahan yang

    senantiasa menjadi perhatian semua bangsa karena kesejahteraan manusia

    dalam kehidupan modern sangat terkait dengan jumlah dan mutu energi yang

    dimanfaatkan. Penyediaan energi merupakan faktor yang sangat penting dalam

    mendorong pembangunan terutama bagi negara sedang berkembang seperti

    Indonesia. Seiring dengan meningkatnya pembangunan, kebutuhan akan

    energi terus meningkat, terutama pembangunan di sektor industri,

    pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan penduduk.

    Sampai saat ini, minyak bumi merupakan sumber energi yang utama

    dalam memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Selain itu minyak bumi juga

    berperan sebagai sumber devisa negara. Peranan minyak bumi yang besar

    tersebut terus berlanjut, sedangkan cadangan semakin menipis. Selain itu,

    produksi bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan melalui teknologi

    t f i di d l i tid k k i k b t h

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    16/115

    alkohol dengan cara distilasi biasa. Oleh karena itu, untuk mendapatkan fuel

    grade ethanol dilaksanakan pemurnian lebih lanjut dengan cara azeotropic

    distilation(Nurdyastuti, 2008).

    Pengembangan alat distilasi etanol sangat penting dalam industri

    bioetanol. Produk bioetanol hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah

    yaitu 8-10% alkohol. Oleh karena itu, untuk mendapatkan mutu bioetanol

    yang tinggi diperlukan proses pemurnian lebih lanjut dengan jalan distilasi

    bertingkat. Metode distilasi kontinyu dengan refluks (rektifikasi) merupakan

    salah satu metode distilasi yang cukup efisien diterapkan dalam skala industri.

    Metode ini menggunakan sejumlah stage yang disusun secara cascade

    sehingga akan meningkatkan proses pemisahan. Metode rektifikasi memiliki

    beberapa keuntungan yaitu 1). kapasitas operasi lebih besar, 2) biaya lebih

    murah, 3). laju distilasi konstan, dan 4). hasil distilasi memiliki tingkat

    konsentrasi lebih tinggi.

    Distilasi sistem batchumumnya digunakan dalam skala laboratorium

    dimana kapasitas yang digunakan relatif kecil dibandingkan sistem kontinyu.

    L j di il i d d b h k ki d ki

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    17/115

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Etanol

    Etanol adalah salah satu senyawa alkohol dengan rumus kimia

    C2H5OH yang berupa cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,

    memiliki bau yang sangat halus, dan rasa yang pedas. Secara umum etanol

    dibagi menjadi dua jenis yaitu etanol absolut dan etanol teknis (etanol 95

    persen (v/v)). Sifat-sifat fisika dan kimia etanol absolut dan etanol teknis dapat

    dilihat pada Tabel 1. Etanol juga memiliki sifat dapat bereaksi dengan logam

    membentuk etoksida, dapat diesterifikasi dengan asam organik maupun

    anorganik menjadi ester, dapat bereaksi dengan gugus karbonil aldehida dan

    keton membentuk asetal serta dapat dioksidasi menjadi asetaldehida dan asam

    asetat dengan bantuan katalis (Kirk dan Othmer, 1985).

    Tabel 1. Sifat fisika dan kimia etanol absolut dan etanol teknis *)

    Parameter Etanol absolut Etanol teknis

    Ti ik b k (C) 112 4

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    18/115

    adalah hasil samping industri gula yang terdiri dari 35-40 persen sukrosa dan

    15-20 persen gula invert (Kent, 1992).

    Proses pembuatan etanol dengan menggunakan tetes tebu lebih

    sederhana karena hanya mencakup proses fermentasi dan distilasi. Selama

    proses fermentasi, yeast (khamir) akan mengubah glukosa hasil hidrolisis

    menjadi etanol dan CO2 serta senyawa ikatan lain seperti aldehida, amil

    alkohol, butil alkohol, dan propil alkohol. Senyawa ikatan tersebut harus

    dipisahkan dari etanol sampai pada batas-batas tertentu untuk mencapai

    tingkat mutu yang baik (Saraswati, 1985). Senyawa ikatan tersebut dapat

    berupa asam organik, aldehida, ester, dan alkohol tingkat tinggi (minyak fusel)

    (Paturau, 1982).

    B. Mutu Etanol

    Etanol dikategorikan dalam dua kelompok utama. Pertama, etanol 95-

    96% v/v, disebut etanol berhidrat, yang dibagi dalam tiga grade : (1)

    technical/raw sprit grade, digunakan untuk bahan bakar spiritus, minuman,

    d i f k d l (2) i d i l d di k k b h b k

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    19/115

    baku spiritus, dan bahan antara produk lain. Etanol absolut adalah etanol

    dengan kadar yang sangat tinggi (lebih dari 96,5% (v/v)) dan digunakan untuk

    pembuatan obat-obatan, bahan pelarut, dan bahan antara produksi senyawa

    lain.

    Paturau et al. (1982) menggolongkan mutu etanol menjadi 4 golongan

    yaitu : (1) etanol industri, (2) spiritus, (3) etanol murni, dan (4) etanol absolut.

    Etanol industri adalah etanol dengan kadar 96,5GL biasanya digunakan untuk

    industri dan tujuan lain seperti sebagai pelarut, bahan bakar, serta untuk bahan

    baku produksi senyawa kimia lain. Etanol industri biasanya didenaturasi oleh

    0,5-1% piridin kasar dan biasanya diwarnai dengan metil violet supaya mudah

    dikenali. Spiritus adalah etanol industri asli yang telah didenaturasi dan

    diwarnai dengan kadar 88GL. Spiritus digunakan untuk bahan bakar

    pemanasan dan penerangan. Etanol murni adalah suatu jenis etanol dengan

    kadar 96,0-96,5GL yang digunakan terutama untuk industri farmasi dan

    kosmetik serta untuk minuman beralkohol sedangkan etanol absolut adalah

    etanol dengan kadar yang sangat tinggi yaitu 99,7-99,8GL.

    M l di hi l h i k k i (k d

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    20/115

    konsentrasi etanol semakin tinggi. SNI menetapkan bahwa kadar asam (asam

    asetat) larutan etanol prima super maksimal 15 mg/l.

    Aldehida merupakan senyawa organik yang mengandung gugus

    karbonil dengan satu gugus alkil dan satu hidrogen yang terikat pada karbon

    karbonil serta memiliki rumus umum R-COH (Russel, 1992). SNI menetapkan

    bahwa kadar aldehida (asetaldehida) untuk etanol prima super maksimal 4

    mg/l.

    Uji kualitatif untuk mengetahui ada/tidaknya senyawa ikatan etanol

    yang mudah dioksidasi oleh KMnO4(diantaranya adalah asetaldehida) adalah

    uji barbet. SNI menetapkan bahwa uji barbet untuk etanol bermutu prima

    super minimal 20 menit. Secara lengkap persyaratan mutu berdasarkan SNI

    06-3565-1994 dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Syarat mutu etanol berdasarkan Standar Nasional Indonesia *)

    SpesifikasiKualitas

    Prima Super Prima I Prima II

    K d l k 96 8% ( / ) i 96 1 % ( / ) i 95 % ( / )

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    21/115

    bahan berpati seperti jagung, dan ubi-ubian, bahan berserat yang berupa

    limbah pertanian masih dalam taraf pengembangan di negara maju

    Hutrindo (2006) menyatakan bahwa bioetanol merupakan senyawa

    pengganti bensin yang terbentuk melalui proses fermentasi. Gasohol yang

    merupakan campuran 10 persen bioetanol dengan bensin menunjukkan

    karakteristik yang hampir sama dengan bensin pertamax. Bahkan hasil uji

    coba gasohol pada kendaraan bermesin bensin menunjukkan kualitas emisi gas

    hasil pembakarannya menjadi 30-40 persen lebih baik. Namun bioetanol

    hanya memiliki dua-pertiga energi bensin, karena itu penggunaan bioetanol

    murni pada kendaraan bermesin bensin akan menimbulkan masalah. Hal ini

    dapat diatasi dengan mengubah desain mesin dan reformulasi komposisi

    bahan bakar.

    Alkohol merupakan bahan bakar yang bersih, hasil pembakaran

    menghasilkan CO2 dan H2O. Penambahan bahan yang mengandung oksigen

    pada sistem bahan bakar akan mengurangi emisi gas CO yang sangat beracun

    dari sisa pembakaran. Aditif MTBE pada mulanya dipergunakan untuk

    i k k il i k i i dil di k MTBE d

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    22/115

    polimer. E10 dapat langsung dipergunakan pada mobil tanpa banyak

    perubahan. Campuran E85 dengan etanol 85%, bensin 15%, dipergunakan

    untuk mobil khusus untuk bahan bakar etanol. Jumlah bensin 15% diperlukan

    karena etanol kurang mudah menguap sehingga pada suhu dingin kesulitan

    untuk menyalakan mesin. Keluhan dari beberapa pengguna bensin-etanol

    adalah harus sering menguras air dari tangki minyak, etanol cenderung

    menyerap air dan air terpisah dalam tangki. Selain itu, energi menjadi

    berkurang atau jumlah bahan bakar bertambah, karena etanol telah

    mengandung oksigen.

    D. Azeotrop

    Hidayat (2007) menyatakan bahwa azeotrop merupakan campuran dua

    atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak

    dapat berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop

    dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan

    f i C i i i di b j b l

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    23/115

    Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada

    kondisi sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan

    uapnya dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini

    kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian

    dididihkan, didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada

    titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan

    selalu tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai

    pertemuan antara kurvasaturated vapordansaturated liquid(ditandai dengan

    garis vertikal putus-putus) (Hidayat, 2007).

    Sebagai contoh kita dapat memperhitungkan sistem etanol-air. Bentuk

    ini adalah azeotrop pada titik didih minimum yang homogen pada

    konsentarasi 0.8943 mol fraksi etanol, seperti yang ditunjukkan pada Gambar

    2 dan 3 dibawah ini :

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    24/115

    Gambar 3. Diagram titik didih etanol-air

    Pemisahan komponen-komponen yang mempunyai titik didih hampir

    sama sulit dicapai dengan distilasi sederhana, walaupun jika campuran itu

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    25/115

    Unit operasi distilasi merupakan metode yang digunakan untuk

    memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau

    campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara

    fasa uap dan fasa cair. Semua komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan

    dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan (evaporasi) pada

    titik didihnya (Geankoplis, 1983).

    Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan

    cara distilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan

    dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-

    komponennya cukup dapat menguap. Suhu cairan yang medidih merupakan

    titik didih cairan tersebut pada tekanan atmosfer yang digunakan (Geankoplis,

    1983).

    Distilasi dilakukan melalui tiga tahap: evaporasi yaitu memindahkan

    pelarut sebagai uap dari cairan; pemisahan uap-cairan di dalam kolom, untuk

    memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih volatil dari

    komponen lain yang kurang volatil; dan kondensasi dari uap, untuk

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    26/115

    kecepatan tertentu. Tetapi setiap molekul dalam cairan hanya bergerak

    pada jarak pendek sebelum dipengaruhi oleh molekul-molekul lain,

    sehingga arah geraknya diubah. Setiap molekul pada lapisan permukaan

    yang bergerak ke arah atas akan meninggalkan permukaan cairan dan akan

    menjadi molekul uap. Molekul-molekul uap tersebut akan tetap berada

    dalam gerakan yang konstan, dan kecepatan molekul-molekul dipengaruhi

    oleh suhu pada saat itu (Guenther, 1987).

    Kondensasi atau proses pengembunan uap mejadi cairan, dan

    penguapan suatu cairan menjadi uap melibatkan perubahan fase cairan

    dengan koefisien pindah panas yang besar. Kondensasi terjadi apabila uap

    jenuh seperti steam bersentuhan dengan padatan yang temperaturnya di

    bawah temperatur jenuh sehingga membentuk cairan seperti air

    (Geankoplis, 1983).

    2. Proses Distilasi

    Menurut Brown (1984) dalam prakteknya ada berbagai macam

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    27/115

    distilasi campuran azeotrop dengan menambahkan komponen ketiga yang

    dapat larut dalam salah satu komponen pada campuran tersebut.

    Proses distilasi vakum yaitu suatu proses distilasi dengan

    menggunakan tekanan yang sangat rendah (vakum), pada proses ini titik

    didih campuran yang akan dipisahkan mendekati sehingga pemisahannya

    menjadi sulit. Kemudian dengan jalan mengubah tekanan operasi akan

    memberikan perubahan tekanan uap masing-masing komponen, sehingga

    pemisahan dapat dijalankan, sebagai contoh campuran air dengan air berat.

    3. Distilasi Kontinyu dengan Refluks (Rektifikasi)

    Perkayaan arus uap di dalam kolom, yang berada dalam kontak

    dengan refluks disebut rektifikasi (rectification). Dalam hal ini tidak

    menjadi soal dari mana asal refluks itu, yang penting konsentrasi

    komponen bertitik didih rendahnya harus cukup besar untuk mnghasilkan

    produk yang dikehendaki. Sumber refluks biasanya berasal dari kondensat

    yang keluar dari kondensor (McCabe et al,1999). Kondensat dalam pipa

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    28/115

    4. Rasio Refluks

    Rasio refluks didefinisikan sebagai rasio antara jumlah mol uap

    yang diubah menjadi cairan yang dikembalikan ke dalam kolom

    fraksionasi dengan jumlah mol cairan yang dikumpulkan sebagai distilat

    dalam waktu tertentu. Rasio refluks seharusnya divariasikan sesuai dengan

    tingkat kesulitan pemisahan fraksionasi. Operasi pemisahan berefisiensi

    tinggi memerlukan rasio refluks yang tinggi (Furniss et al. 1984).

    Menurut Earle (1969), kolom distilasi berfungsi sebagai tempat

    cairan mendidih dan menguap dan dari tahap di atas terjadi pengembunan

    di dalam keseimbangan kadua aliran cairan mendidih dan uap yang

    diperoleh. Keseimbangan massa dapat dibuat untuk keseluruhan kolom.

    Oleh karena itu, kolom distilasi yang umumnya dijumpai di dalam industri

    pangan dan kondisi operasinya agak rumit, hal ini disebabkan

    dimasukkannya umpan dan kembalinya cairan mendidih dan uap ke dalam

    kolom.

    Menurut Cook dan Cullen (1987), rasio refluks adalah jumlah liter

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    29/115

    F. Pindah Panas

    Pindah panas adalah proses yang dinamis yaitu panas dipindahkan

    secara spontan dari satu bahan ke bahan lain yang lebih dingin (Earle, 1969).

    Kecepatan pindah panas tergantung pada perbedaan suhu antara kedua bahan,

    semakin besar perbedaan suhu antara kedua bahan, maka semakin besar

    kecepatan pindah panas antara kedua bahan tersebut. Perbedaan suhu antara

    sumber panas dan penerima panas merupakan gaya tarik dalam pindah panas.

    Peningkatan perbedan suhu akan meningkatkan gaya tarik sehingga

    meningkatkan kecepatan pindah panas.

    Perpindahan panas dapat melalui tiga cara yaitu konduksi, konveksi,

    dan radiasi. Konduksi adalah transfer energi dari partikel yang memiliki energi

    lebih besar ke partikel yang berenergi lebih kecil yang merupakan interaksi

    antara partikel-partikel (Cengel, 2003). Konduksi dapat terjadi pada benda

    padat, cair, dan gas. Contoh konduksi adalah pindah panas melalui dinding

    padat pada ruangan pendinginan.

    Konveksi adalah cara pindah panas dengan pergerakan sekelompok

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    30/115

    G. Konduksi Panas Dalam Silinder

    Konduksi panas yang mantap melalui pipa berisi aliran air panas,

    panas secara kontinyu akan hilang keluar melalui dinding pada pipa. Arah

    pindah panas melalui pipa secara normal dari dalam pipa ke permukaan pipa

    dan pindah panas di dalam pipa pada arah yang lain tidak terlalu penting.

    Dinding pipa yang ketebalannya sedikit lebih kecil, terpisah pada dua larutan

    yang berbeda suhu, maka gradien temperatur pada arah radial akan relatif

    besar. Selanjutnya, jika suhu larutan di dalam dan di luar pipa konstan, maka

    pindah panas yang melalui pipa adalah tetap (steady).

    Pada operasi steady, tidak ada perubahan temperatur terhadap waktu

    pada beberapa titik pada pipa. Oleh karena itu, nilai pindah panas didalam

    pipa harus sama dengan nilai pindah panas di luar pipa. Dalam kata lain,

    pindah panas yang melalui pipa harus konstan, Qcond,cyl = konstan.

    , =12

    .................................................................................... (3)

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    31/115

    Sumber : Heat transfer a practical approach

    Gambar 4. Hambatan panas pada tiga lapisan penyusun silinder

    = ,1 + ,1+ ,2 + ,3+ ,2............................ (5)

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    32/115

    = ..................................................................................... (7)

    =

    ...................................................................................... (8)

    Dimana U adalah overall heat transfer coefficient (W/m2

    .C).

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    33/115

    III. METODE PENELITIAN

    A Waktu Dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai November 2008 dan

    bertempat di Laboratorium Metanim Leuwikopo dan laboratorium Energi dan

    Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi

    Pertanian, IPB.

    B Bahan dan Alat

    1. Bahan

    Bahan Konstruksi : - Tabungstainless steeldiameter 6 inchi

    - Tabungstainless steeldiameter 3 inchi

    - Tabungstainless steel diameter 2 inchi

    - Plat besi

    - Pipastainless steelbeberapa ukuran

    - Mur dan skrup

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    34/115

    d Software autocad

    e

    Alkoholmeter dan piknometer

    f

    Termometer

    C Prosedur Penelitian

    Penelitian ini dibagi dalam dua tahap yaitu rancang bangun alat

    distilasi etanol dan pengujian alat distilasi yang telah dibuat. Diagram alir

    prosedur penelitian ini meliputi : identifikasi masalah, analisis perancangan,

    pembuatan alat, uji kinerja dan analisis data.

    Mulai

    Identifikasi Masalah

    Analisis Perancangan

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    35/115

    1. Identifikasi Masalah

    Mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul pada penggunaan

    alat distilasi etanol untuk dilakukan perbaikan atau perancangan desain

    baru sesuai dengan permasalahan yang ditemui.

    2. Analisis Perancangan

    Analisis perancangan digunakan untuk menentukan kebutuhan

    komponen-komponen yang digunakan untuk membuat alat distilasi etanol.

    Analisis ini terdiri dari analisis fungsional dan analisis struktural yang

    dilengkapi dengan analisis teknik. Dalam analisis fungsional dilakukan

    penentuan komponen-komponen yang diperlukan untuk membuat alat

    distilasi etanol dengan metode rektifikasi. Sedangkan analisis struktural

    menentukan bentuk dan komponen-komponen yang sesuai dengan

    besarnya kebutuhan bahan yang digunakan.

    3. Pembuatan Alat Distilasi Etanol

    Pembuatan alat distilasi dilakukan di Bengkel Metanium,

    Laboratorium Lapang Leuwikopo, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    36/115

    D. Rancangan Fungsional

    Tabel 3. Rancangan fungsional alat distilasi etanol

    No Bagian Alat Fungsi

    1 Steam Boiler Sumber panas pada alat distilasi yaitu dengan

    mentransfer uap panas melalui koil pemanas

    2 Koil Pemanas Memanaskan bahan etanol yang akan

    didistilasi sehingga bahan etanol-air dapat

    dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didih.

    3 Kolom Bawah Tempat bahan etanol-air dipanaskan, bagian

    ini dilengkapi termometer untuk mengecek

    suhu etanol

    4 Kolom Tray Menyalurkan aliran uap etanol yang cepat

    untuk disalurkan ke dalam pipa pendingan

    dan kondensor

    5 Kondensor Penukar panas dimana sistem kerjanya

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    37/115

    boiler adalah kompor listrik atau kompor gas yang diletakkan dibawah

    tangkisteam.

    2.

    Koil Pemanas

    Koil pemanas berfungsi memanaskan bahan etanol yang akan didistilasi

    sehingga bahan etanol-air dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan titik

    didih. Koil pemanas terbuat dari pipa tembaga dengan panjang 300 cm,

    diameter 6.5 cm dan tebal 1 cm.

    3. Kolom Bawah

    Kolom bawah terbuat dari pipa stainless steel dengan diameter luar

    15.24 cm, tebal 0.5 cm, tinggi 20 cm. Kolom bawah berfungsi sebagai

    tempat memanaskan etanol yang akan didistilasi.

    4.

    Kolom Tray

    Kolom trayterbuat dari pipastainless steeldengan diameter luar 7.62

    cm, tebal 0.2 cm serta panjang 100 cm. Kolom tray dilengkapi dengan

    piringan yang terbuat dari bahan plat stainless steeldengan ketebalan 0.2

    cm yang disertai lubang-lubang kecil. Kolom tray berfungsi sebagai

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    38/115

    F. Uji Kinerja

    Pengujian kinerja alat distilasi ini adalah untuk mengetahui tingkat

    efisiensi alat berdasarkan tujuan penelitian. Parameter yang digunakan dalam

    pengujian alat distilasi etanol dengan metode rektifikasi adalah :

    1. Konsentrasi Etanol

    Dalam pengujian alat digunakan bahan etanol 70% yang terdapat

    dipasaran. Sebelum dilakukan distilasi, bahan etanol ini diencerken dengan

    menambahkan aquades hingga diperoleh konsentrasi etanol 10% dan 30%.

    Penentuan konsentrasi awal bertujuan untuk mengetahui besarnya tingkat

    efisiensi dari alat ini untuk memurnikan bahan etanol.

    2. Suhu

    Suhu dalam proses distilasi sangat menentukan tingkat keberhasilan

    dalam proses pemurnian bahan. Titik didih etanol adalah 78.5C

    sedangkan titik didih air yaitu pada 100C. Dalam proses distilasi, suhu

    kolom bawah harus dijaga agar tetap konstan yaitu pada titik didihnya

    sehingga air dalam campuran etanol tidak ikut menguap.

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    39/115

    Komponen yang lebih volatil akan berkurang jumlahnya dalam residu

    yang tertinggal dalam kolom, dan sebaliknya, komponen yang kurang

    volatil akan meningkat konsentrasinya dalam residu. Metode ini

    menggunakan sampel etanol 10% (BTR.10) dan etanol 30% (BTR.30).

    2. Distilasi sistem batchdengan refluks (BR)

    Distilasi sistem batch dengan refluks adalah proses distilasi dengan

    memasukkan umpan ke dalam kolom bawah dan proses pemanasan secara

    terus menerus. Sistem ini menambahkan pipa di atas menara kolom tray

    dan mengirimkan sebagian dari kondensat kembali ke dalam kolom

    sebagai refluks sehingga proses pemisahan berlangsung lebih baik.

    Pengujian dengan metode ini terdiri dari dua metode yaitu batchdengan

    refluks sampel etanol 10% (BR.10) dan batch dengan refluks sampel

    etanol 30% (BR.30).

    3. Distilasi sistem kontinyu dengan refluks (KR)

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    40/115

    Tabel 4. Prosedur pengujian alat distilasi etanol.

    NO BTR BR KR

    1.Bahan etanol yang akan didistilasi disiapkan terlebih dahulu yaitu

    etanol dengan konsentrasi 10% dan 30%.

    2.

    Etanol sebanyak 1 liter dimasukkan ke dalam tangki pemasukan (feed

    tank) kemudian katup dibuka untuk mengalirkan etanol ke dalam kolom

    bawah.

    3.

    Air sebanyak 3 liter

    dimasukkan kedalam

    tabung steam boiler

    kemudian steam

    dipanaskan dengan

    menggunakan

    pamanas listrik (hot

    plate) hingga

    mencapai 110C

    Air sebanyak 3 liter

    dimasukkan kedalam

    tabung steam boiler

    kemudian steam

    dipanaskan dengan

    menggunakan

    pamanas listrik (hot

    plate) hingga

    mencapai 110C

    Air sebanyak 4 liter

    dimasukkan kedalam

    tabung steam boiler

    kemudian steam

    dipanaskan dengan

    menggunakan kompor

    gas hingga mencapai

    125C.

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    41/115

    tidak mengalir maka

    proses distilasi telah

    selesai.

    tidak mengalir maka

    proses distilasi telah

    selesai.

    sudah menghasilkan

    distilat dan suhu pada

    kolom bawah (Tb)

    telah mencapai suhu

    95C maka proses

    distilasi kontinyu

    dimulai.

    10. - -

    Etanol sampel

    sebanyak 2 liter

    dimasukkan ke dalam

    tangki pemasukan.

    11. - -

    Laju aliran pada feed

    tank (F), refluks (R),

    dan produk bawah (B)

    diatur dengan

    membuka masing-

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    42/115

    4. Pengukuran konsentrasi etanol pada produk atas dan produk bawah

    Pengujian alat distilasi etanol bertujuan untuk mengetahui tingkat

    keberhasilan dari alat yang sudah dirancang dengan mengetahui

    konsentrasi produk atas dan produk bawah. Metode yang digunakan untuk

    mengetahui konsentrasi etanol yaitu dengan menggunakan alkoholmeter

    dan piknometer. Nilai akurasi alkoholmeter belum diketahui sehingga

    perlu pengkalibrasian terlebih dahulu. Alkoholmeter digunakan untuk

    mengetahu kadar etanol secara cepat (sebagai data awal) sedangkan

    piknometer digunakan untuk mengecek kadar alkohol dengan nilai akurasi

    lebih baik.

    Prinsip pengukuran kedua alat ini yaitu berdasarkan densitas.

    Alkoholmeter adalah alat pengukur konsentrasi alkohol paling sederhana

    yaitu dengan mencelupkannya kedalam sampel kemudian membaca nilai

    konsentrasi yang tertera pada alat. Pengukuran konsentrasi dengan

    piknometer memiliki nilai akurasi yang lebih baik tetapi dengan prosedur

    yang lebih rumit.

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    43/115

    =

    aq ...................................................................................(10)

    dimana : Vpic : Volumepiknometer(cm3)

    maq : Massa aquades (gram)

    aq : Massa jenis aquades (gram/cm3)

    7)

    Piknometer diisi dengan sampel yang akan diuji kadar alkoholnya

    (produk atas dan produk bawah) kemudian ditimbang untuk

    mengetahui peratpikno+sampel.

    8) Berat sampel dihitung dengan persamaan 11.

    mspl= mpic,splmpic,0 .....................................................................(11)

    dimana : mspl : Massa sampel (gram)

    mpic,spl : Massapikno+ sampel (gram)

    mpic,0 : Massapikno awal (gram)

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    44/115

    Vaq : Volume aquades (cm3)

    Vspl : Volume sample (cm3)

    10) Setelah densitas bahan sampel diketahui, konsentrasi bahan sampel

    dapat dicari dari tabel konsentrasi ethyl alcoholberdasarkan densitas

    dan suhu lingkungan pada Lampiran 7.

    5. Perhitungan energi yang terpakai per volume etanol murni

    Proses pemurnian etanol dengan cara distilasi membutuhkan energi

    sebagai sumber panasnya. Sumber energi yang digunakan dihitung dari

    banyaknya air yang diuapkan untuk memanaskan etanol selama proses

    distilasi berlangsung. Perhitungan jumlah energi yang digunakan adalah

    dengan mengalikan banyaknya massa air yang hilang dikalikan dengan

    nilai kalor seperti pada persamaan 13.

    = (14)

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    45/115

    VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Perancangan Alat Distilasi Etanol Dengan Metode Rektifikasi

    Pada penelitian ini dimulai dengan perancangan alat distilasi etanol

    dengan metode rektifikasi. Bagian-bagian penting dari alat distilasi ini adalah

    steam boiler, kolom bawah (bottom column), menara kolom tray, tangki

    pemasukan (feed tank), kondensor, dan tabung penampung distilat. Berikut ini

    adalah disain alat distilasi etanol metode rektifikasi.

    6

    5

    4

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    46/115

    Tabungsteam boilerdirancang dengan ukuran diameter 15.24 cm dan

    tinggi 22 cm. Bagian atas dibentuk merucut kemudian disambung dengan pipa

    cabang tiga yang berfungsi sebagai tempat pemasukan air dan pipa penyaluran

    uap panas ke pipa spiral di dalam kolom bawah. Bagian pipa penyalur uap

    panas diberi katup untuk mengatur besar-kecilnya pengeluaran uap daristeam.

    Sepanjang pipa penyalur uap diselubungi dengan bahan isolator, dengan tebal

    1 cm. Pemberian isolator sehingga tidak ada panas yang keluar dari sistem.

    Prinsip kerja dari steam boiler yaitu dengan memanaskan air yang

    dimasukkan kedalam tabung steam dengan menggunakan kompor listrik atau

    kompor gas hingga mendidih dan terbentuk uap. Uap panas yang terkumpul

    kemudian disalurkan melalui pipa ke koil pemanas yang terdapat didalam

    kolom bawah. Katub steamdibuka setelah suhu steammencapai 110C agar

    proses pemanasan etanol berlangsung lebih cepat. Semakin besar beda suhu

    antara kedua bahan maka kecepatan pindah panas semakin besar.

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    47/115

    kolom bawah dengan melewatkan uap panas dari steam sedangkan piringan

    berlubang berfungsi sebagai trayseksistripping.

    Gambar 8. Kolom bawah

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    48/115

    Kolom tray berfungsi sebagai unit pemisahan dengan sistem

    bertingkat. Kolom traydirancang dari bahan stainless steeldengan panjang

    1000 cm, diameter luar 7.62 cm dan tebal 0.2 cm. Panjang kolom traydibagi

    menjadi dua bagian dan penggabungan kedua kolom menggunakan flange

    yang terdiri dari 8 buah mur. Kolom yang berisi tumpukan tray terdiri dari

    seksi enrichingatau rectifying dan seksistripping. Tray atauplateterbuat dari

    stainless steeldengan diameter 7.4 cm dengan satu lubang besar dan beberapa

    lubang kecil. Traydalam kolom ini berjumlah 10 buah dengan jarak tiap tray

    adalah 10 cm. Bagian kolom sendiri dirancang dari bahan stainless steel

    dengan diameter luar 7.62 cm, tebal 0.1 cm, dan tinggi 100 cm.

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    49/115

    Gambar 12. Tangki pemasukan

    Kondensor berfungsi sebagai penukar panas yang akan

    mengkondensasi uap etanol. Jenis kondensor yang digunakan yaitu jenis

    tabung dan pipa (shell and tube). Kondensor yang dirancang adalah untuk

    mengkondensasi etanol secara total (kondensasi total) sehingga produk akhir

    adalah etanol dalam bentuk cair seluruhnya. Kondensor ini terdiri dari dua

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    50/115

    Gambar 13. Kondensor

    Hasil distilasi ditampung dalam pipa penampung distilat yang

    dirancang dari pipastainless steeldengan diameter 5 cm dan panjang 10 cm.

    Pada pipa penampung ini dibuat dua percabangan yang berfungsi sebagai

    pembagi distilat. Percabangan pertama berfungsi sebagai saluran refluks

    sedangkan percabangan kedua sebagai saluran hasil atas (etanol murni). Pipa

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    51/115

    Gambar 15. Selang refluks

    B. Pengujian Alat Distilasi Etanol

    Pengujian alat bertujuan untuk mengetahui kinerja alat distilasi etanol

    yang telah dirancang. Setelah itu, data yang diperoleh dianalisis untuk

    mengetahui tingkat keberhasilan kinerja alat tersebut. Pengujian alat dimulai

    dengan pengujian pendahuluan yaitu dengan menguji distilator dengan sampel

    etanol 30%. Hasil pengujian diperoleh bahwa alat distilasi etanol belum

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    52/115

    dilakukan yaitu dengan memperbaiki alat dengan memberikan isolator pada

    seluruh dinding alat distilasi sehingga menghalangi terjadinya kehilangan

    panas. Isolator yang digunakan adalah almaflex dengan tebal 1cm.

    Penggunaan isolator mampu mencegah terjadinya kehilangan panas dari

    dalam kolom ke lingkungan sehingga uap etanol dapat menguap naik sampai

    pada puncak menara dan masuk ke kondensor untuk dikondensasi.

    Pengujian alat distilasi etanol menggunakan tiga metode dan dua

    sampel dengan konsentrasi yang berbeda. Tiga metode yang digunakan yaitu

    sistem batch tanpa refluks (BTR), sistem batch dengan refluks (BR), dan

    sistem kontinyu dengan refluks (KR). Konsentrasi yang digunakan dalam

    setiap metode yaitu dengan konsentrasi etanol 10% dan 30%.

    1. Distilasi sistem batchtanpa refluks (BTR)

    Pengujian dengan sistem ini yaitu dengan memasukkan etanol ke

    dalam kolom bawah sebanyak satu liter. Setelah itu dipanaskan dengan

    membuka katup steam. Pemanasan dilakukan secara terus menerus

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    53/115

    sering digunakan untuk pemurnian bahan campuran dengan perbedaan

    titik didih yang cukup besar karena pemisahannya relatif lebih mudah.

    Pengujian pertama yaitu dengan metode distilasi sistem batch

    tanpa refluks dengan sampel etanol 10% (BTR.10). Berikut ini grafik

    perubahan suhu titik-titik yang diamati selama proses distilasi.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 15 30 45 60 75 90 105 120 135

    Suhu(C)

    Waktu (menit)

    Suhu steam (Ts) Suhu keluar steam (Tsc)

    Suhu kolom bawah (Tb) Suhu menara (Tm)

    Suhu air masuk kondensor (Tci) Suhu air keluar kondensor (Tco)

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    54/115

    semakin kecilnya konsentrasi etanol dalam kolom bawah. Pada pengujian

    ini, suhu Tb meningkat hingga mencapai 95C yaitu setelah 135 menit. Hal

    ini menunjukkan bahwa konsentrasi etanol dalam kolom bawah sudah

    sangat kecil sekitar 6% (v/v).

    Suhu Tsc adalah suhu uapsteamyang keluar setelah melewati pipa

    spiral tembaga. Dari grafik dapat diketahui bahwa perubahan suhu Tsc

    terjadi perubahan yang fluktuatif dimana terjadi kenaikan suhu dan

    penurunan suhu. Perubahan suhu yang fluktuatif disebabkan uap air yang

    keluar dari pipa berupa tetesan air terkondensasi. Setelah pemanasan

    selama 105 menit, suhu pada Tsc stabil pada 87C dan uap yang keluar

    sudah dalam bentuk uap panas.

    Suhu Tm adalah suhu pada puncak menara kolom tray. Dari grafik

    diketahui bahwa pada 45 menit pertama suhu Tmadalah 29C dan belum

    terjadi kenaikan. Kenaikan suhu terjadi setelah 60 menit menjadi 65C.

    Kenaikan suhu pada titik ini menunjukkan bahwa aliran uap etanol sudah

    mencapai puncak menara. Selanjutnya aliran uap etanol akan

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    55/115

    dapat diketahui jumlah volume yang dihasilkan setiap 15 menit.

    Penambahan volume distilat pada metode sistem batch tanpa refluks

    dengan sampel etanol 10% dapat dilihat seperti pada grafik dibawah ini.

    Gambar 17. Penambahan volume distilat metode BTR.10

    05

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    4045

    50

    0 15 30 45 60 75 90 105 120 135

    volume(ml)

    Waktu (menit)

    Distilat

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    56/115

    Gambar 18. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode BTR.30.

    Pada pengujian metode BTR.30 suhu Ts awal adalah 110C,

    setelah katup dibuka terjadi penurunan suhu menjadi 100C dan stabil

    pada suhu tersebut. Perubahan suhu Tsc sampai pada menit ke-90 terjadi

    fluktuatif tetapi pada menit berikutnya terjadi kenaikan sampai pada suhu

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165

    Suhu(C)

    Waktu (menit)

    Suhu steam (Ts) Suhu keluar steam (Tsc)

    Suhu kolom bawah (Tb) Suhu menara (Tm)

    Suhu air masuk kondensor (Tci) Suhu keluar kondensor (Tco)

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    57/115

    produk atas (etanol) dan produk bawah (air) yang masing-masing memiliki

    konsentrasi tinggi. Konsentrasi alkohol pada produk bawah semakin lama

    akan semakin menurun karena terdistilasinya komponen yang lebih volatil.

    Suhu Tci dan Tco adalah suhu air yang masuk dan keluar dari

    kondensor dimana Tco lebih besar dari pada Tci. Perbedaan ini terjadi

    karena adanya pindah panas dari uap etanol ke air yang melewati pipa

    kondensor sehingga terjadi proses kondensasi.

    Penambahan volume distilat pada metode sistem batch tanpa

    refluks dengan sampel etanol 30% dapat dilihat seperti pada grafik

    dibawah ini.

    150

    200

    250

    300

    ume(ml)

    Distilat

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    58/115

    2. Distilasi Sistem BatchDengan Refluks (BR)

    Pengujian dengan metode ini secara umum prinsipnya sama

    dengan metode batch tanpa refluks. Perbedaanya hanyalah pada sistem

    refluks yaitu mengembalikan sebagian hasil atas kembali ke kolom tray.

    Pengujian dengan metode ini menggunakan sampel etanol 10% dan 30%.

    Berikut ini grafik Perubahan suhu terhadap waktu pada alat distilator.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180

    Suhu(C)

    Suhu steam (Ts) Suhu keluar steam (Tsc)

    Suhu kolom bawah (Tb) Suhu menara (Tm)

    Suhu air masuk kondensor (Tci) Suhu air keluar kondensor (Tco)

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    59/115

    suhu Tm menjadi 65C dan tetap pada suhu tersebut sampai proses distilasi

    dihentikan.

    Metode batchdengan refluks mempengaruhi suhu pada Tm. Sistem

    refluks menyebabkan suhu di menara kolom tray menjadi stabil yaitu pada

    suhu 65C. Etanol yang mengalir ke dalam kolom tray diperlukan untuk

    berinterkasi dengan uap yang mengalir ke atas. Tanpa refluks tidak akan

    ada rekifikasi yang berlangsung pada seksi rektifikasi dan konsentrasi

    hasil atas tidak akan lebih besar dari konsentrasi uap yang mengalir naik

    dari piring umpan. Campuran etanol-air adalah bahan azeotrop, sehingga

    pemurnian dengan sistem ini hanya dapat memurnikan etanol sampai titik

    azeotropnya.

    Suhu Tci dan Tco adalah suhu air yang masuk dan keluar dari

    kondensor. Didalam kondensor terjadi perpindahan panas dari uap etanol

    ke air yang mengalir sehingga uap etanol terkondensasi. Suhu Tco lebih

    besar dari pada suhu Tci. Ketika air mengalir keluar dari kondensor terjadi

    perpindahan panas dari etanol ke air. Suhu air keluar lebih tinggi dari pada

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    60/115

    Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa laju distilasi pada metode ini

    mengalami penurunan hingga berhenti. Hal ini disebabkan sistem distilasi metode

    batch bahan yang didistilasi dimasukkan dalam kolom dan dipanaskan terus

    menerus sampai etanol hampir seluruhnya menguap. Volume distilat pada

    pengujian ini adalah 24.5 ml dengan waktu operasi 180 menit. Distilat mulai

    mengalir pada menit ke-90. Pada awal-awal pengujian, laju distilasi sangat cepat

    kemudian laju distilasi turun sampai akhirnya berhenti pada menit ke-165.

    Pengujian metode distilasi sistem batchdengan refluks pada sampel etanol

    30% didapatkan grafik sebagai berikut:

    60

    80

    100

    120

    hu(C)

    Suhu steam (Ts) Suhu keluar steam (Tsc)

    Suhu kolom bawah (Tb) Suhu menara (Tm)

    Suhu air masuk kondensor (Tci) Suhu air keluar kondensor (Tco)

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    61/115

    energi steam yang dialirkan melalui pipa spiral didalam kolom bawah

    tidak dimanfaatkan untuk memanaskan etanol.

    Kenaikan suhu Tb terjadi sangat cepat pada 45 menit pertama. Pada

    menit berikutnya kenaikan mulai konstan dengan kenaikan rata-rata

    0.63C. Pada menit ke-405, suhu Tb mencapai 94C dan tidak terjadi

    kenaikan lagi sampai menit ke 450. Suhu awal Tmadalah 28C kenaikan

    suhu dimulai pada menit ke-75 yaitu 29C dan pada menit ke 90 terjadi

    kenaikan yang besar menjadi 64C. Pada menit ke 105 dan seterusnya

    suhu Tm stabil yaitu pada suhu 65C. Pengujian dengan metode refluks

    menyebabkan suhu Tm stabil.

    Suhu Tci dan Tco memiliki kenaikan suhu yang hampir sama

    dimana suhu Tcolebih besar dari pada suhu Tci. Pada menit ke-390 suhu

    Tci lebih besar dari pada suhu Tco. Berdasarkan teori perpindahan panas,

    suhu Tco lebih besar dari pada suhu Tci karena ketika air melewati

    kondensor, air akan menyerap panas dari etanol sehingga terjadi

    kondensasi. Tetapi pada pengujian ini didapatkan suhu T ci lebih besar dari

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    62/115

    Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa distilat mulai mengalir

    setelah menit ke-90. Laju distilasi pada awal pengujian cukup cepat

    kemudian diakhir pengujian laju distilasi mulai menurun dan akhirnya

    berhenti yaitu pada menit ke-405. Setelah laju distilasi berhenti maka

    proses distilasi sistem batch juga dihentikan. Kurve penambahan volume

    pada metode batch akan membentuk kurva melengkung dimana terjadi

    kenaikan kemudian dilajutkan dengan penurunan dan akhirnya berhenti.

    Ketika bentuk grafik mendatar artinya tidak ada penambahan

    volume distilat meskipun proses dilanjutkan. Hal ini disebabkan

    kandungan etanol dalam kolom bawah sangat kecil dan tidak cukup untuk

    naik sampai pada distilator. Uap etanol yang naik ke atas menara kolom

    tray mengalami kondensasi sebelum sampai puncak karena suhu kolom

    semakin turun dengan semakin tingginya kolom tray.

    3. Distilasi Sistem Kontinyu Dengan Refluks (KR)

    Pengujian distilasi kontinyu dengan refluks menggunakan dua

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    63/115

    Pemanasan steam menggunakan kompor gas bertujuan untuk

    meningkatkan jumlah energi steam sebagai sumber pemanas. Steam

    dipanaskan sampai suhu 123C kemudian katup dibuka untuk mengalirkan

    uap panas ke pipa spiral yang akan memanaskan etanol didalam kolom

    bawah. Ketika katup dibuka, suhu steammenurun hingga mencapai suhu

    101.5C.

    Penggunaan kompor gas sebagai sumber pemanas steam mampu

    meningkatkan suhusteamdiatas titik didih air meskipun katup dibuka. Hal

    ini disebabkan energi panas kompor gas lebih besar dari pada

    menggunakan hot plate. Kenaikan suhu Tsc terjadi 30 menit pertama

    kemudian konstan pada suhu 88C pada menit berikutnya. Sistem

    kontinyu dimulai pada menit ke-30 dimana suhu Tb mencapai 88C.

    Pengujian ini menggunakan F = 15 ml/menit, B = 11 ml/menit dan R =

    1.8. Dengan memasukkan umpan secara kontinyu menyebabkan suhu Tsc

    menjadi konstan pada 88C. Kondisi ini disebabkan konsentrasi di dalam

    kolom bawahcenderung tetap. Suhu Tbmengalami kenaikan yang cukup

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    64/115

    Berikut ini grafik penambahan volume distilat pada metode

    distilasi kontinyu dengan sampel etanol 10%.

    Gambar 25. Penambahan volume distilat pada metode KR.10

    Penambahan volume distilat pada metode KR.10 menunjukkan

    penambahan yang relatif tetap Pada menit ke 15 sudah menghasilkan

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240

    Volume(ml)

    Waktu (menit)

    Distilat

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    65/115

    Gambar 26. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode KR.30

    Suhu Ts awal adalah 125C dan setelah katup dibuka untuk

    mengalirkan uap melui pipa spiral maka suhu menurun hingga mencapai

    0

    20

    40

    6080

    100

    120

    140

    0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240

    Suhu(C)

    Waktu (menit)

    Suhu steam (Ts) Suhu keluar steam (Tsc)

    Suhu kolom bawah (Tb) Suhu menara (Tm)

    Suhu air masuk kondensor (Tci) Suhu air keluar kondensor (Tco)

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    66/115

    sedangkan Tm terjadi penurunan. Setelah dilakukan perbaikan dengan laju

    umpan masuk (F) sebesar 15 ml/menit, suhu Tm naik kembali menjadi

    69C dan konstan pada suhu 70C. Setelah 240 menit suhu Tm menurun

    kembali menjadi 69C. Hal ini karena bahan umpan dalam tangki

    pemasukan sudah habis dan proses distilasi sistem kontinyu selesai.

    Suhu Tci dan Tco terjadi kenaikan yang hampir sama dengan

    pengujian-pengujian sebelumnya. Suhu Tco relatif lebih besar dari pada

    Tci. Hal ini disebabkan selama air melewati kondensor terjadi perpindahan

    panas dari uap etanol ke air yang mengalir melewati kondensor. Proses ini

    disebut kondensasi.

    Grafik perubahan volume distilat pada metode KR.30 yaitu metode

    kontinyu dengan sampel etanol 30%.

    250

    300

    350

    400

    ml)

    Distilat

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    67/115

    terjadi adalah berhentinya aliran umpan masuk karena katup pada pipa

    tangki pemasukantersumbat. Karena tidak ada umpan etanol yang masuk

    maka produk atas juga tidak bertambah. Setelah diperbaiki dengan F = 15

    ml/menit, volume distilat kembali bertambah. Jumlah distilat yang

    dihasilkan dari pengujian ini adalah sebanyak 355 ml.

    C.

    Perbandingan Perubahan Suhu Dan Volume Distilat Pada Tiga Metode

    Pengujian

    1. Pengujian dengan sampel etanol 10%

    Pengujian yang pertama adalah dengan sampel etanol 10%

    didapatkan data perubahan suhu terhadap waktu pada titik-titik alat

    distilator. Perbandingan data suhu Tspada pengujian dengan tiga metode

    yang berbeda didapatkan grafik sebagai berikut:

    130

    140

    Suhu steam (Ts) metode BTR 10

    Suhu steam (Ts) metode BR.10

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    68/115

    Perbandingan suhu Tsc pada pengujian dengan tiga metode yang

    berbeda didapatkan grafik sebagai berikut:

    Gambar 29. Perbandingan perubahan suhu Tscsampel etanol 10%

    Pengujian dengan metode BTR didapatkan data suhu yang

    fluktuatif tetapi diakhir pengujian suhu cenderung meningkat. Pada

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240

    Suhu(C)

    Waktu (menit)

    Suhu keluar steam (Tsc) metode BTR.10

    Suhu keluar steam (Tsc) metode BR.10

    Suhu keluar steam (Tsc) metode KR.10

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    69/115

    Metode BTR dan BR didapatkan data perubahan suhu Tb yang

    relatif sama. Kedua metode tersebut menggunakan sumber energi yang

    sama yaitu hot plate. Sedangkan pada metode KR didapatkan data suhu Tb

    yang berbeda dari dua metode yang lain. Ketika katup steamdibuka, suhu

    Tbnaik dengan cepat. Suhu Tssebelum dibuka mencapai 123C dan ketika

    katup dibuka, terjadi transfer energi yang cukup besar dari uap steam ke

    etanol dalam kolom bawah.

    Perbandingan perubahan suhu Tm pada pengujian distilasi etanol

    dengan tiga metode yang berbeda didapatkan grafik sebagai berikut:

    40

    50

    60

    70

    80

    Suhu(C)

    Suhu menara (Tm) metode BTR.10

    Suhu menara (Tm) metode BR.10

    Suhu menara (Tm) metode KR.10

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    70/115

    pemanas dan suhu awal daristeam. Kompor gas sebagai sumber pemanas

    mempengaruhi kecepatan kenaikan suhu pada Tm.

    Perbandingan volume distilasi pada tiga metode pengujian dengan

    sampel etanol 10% seperti dibawah ini.

    Gambar 32. Perbandingan volume distilat pada sampel etanol 10%

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240

    Volume(ml)

    Waktu (menit)

    Distilat metode BTR.10 Distilat metode BR.10

    Distilat metode KR.10

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    71/115

    Gambar 33. Perbandingan perubahan suhu Ts sampel etanol 30%

    Perubahan suhu dari ketiga metode didapatkan bentuk grafik yang

    sama yaitu terjadi penurunan suhu ketika katup steamdibuka. Penurunan

    ini disebabkan terjadi penurunan tekanan didalam tabung steam boiler.

    Metode KR dengan sumber pemanas dari kompor gas dapat

    8090

    100

    110

    120

    130

    140

    0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450

    Suhu(C)

    Waktu (menit)

    Suhu steam (Ts) metode BTR.30 Suhu steam (Ts) metode BR.30

    Suhu steam (Ts) metode KR.30

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    72/115

    Pengukuran suhu pada Tsc bertujuan untuk mengetahui besarnya

    energi yang digunakan untuk proses pemanasan etanol di dalam kolom

    bawah. Suhu Tscpada pengujian dengan metode BTR dan BR mengalami

    kenaikan secara perlahan-lahan. Berbeda dengan pengujian distilasi

    metode KR yang mengalami kenaikan suhu Tsc sangat cepat hingga

    mencapai suhu 88C.

    Perbandingan suhu Tb pada pengujian dengan metode yang

    berbeda menghasilkan grafik sebagai berikut:

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Suhu(C)

    Suhu kolom bawah (Tb) metode BTR.30 Suhu kolom bawah (Tb) metode BR.30

    Suhu kolom bawah (Tb) metode KR.30

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    73/115

    pemanasan yang lebih cepat dibandingkan dengan metode BTR dan BR.

    Hal ini disebabkan suhu Tb awal pada metode KR.30 lebih besar yaitu

    57C.

    Perbandingan suhu Tm yaitu suhu pada menara kolom traydengan

    metode yang berbeda didapatkan grafik seperti dibawah ini.

    Gambar 36. Perbandingan perubahan suhu Tm sampel etanol 30%

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450

    Suhu(C)

    Waktu (menit)

    Suhu menara (Tm) metode BTR.30 Suhu menara (Tm) metode BR.30

    suhu menara (Tm) metode KR.30

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    74/115

    Perbandingan pertambahan volume distilasi pada pengujian dengan

    metode yang berbeda didapatkan grafik sebagai berikut:

    Gambar 37. Perbandingan volume distilat pada sampel etanol 30%

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450

    Suhu(C)

    Waktu (menit)

    Distilat metode BTR.30 Distilat metode BR.30 Distilat metode KR.30

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    75/115

    D. Konsentrasi Hasil Pengujian

    Berikut ini data konsentrasi alkohol produk atas (etanol) pada pengujian

    distilasi dengan tiga metode yang berbeda.

    Gambar 38. Konsentrasi distilat (top product) pada distilasi etanol

    88.77

    92.5

    88.58

    97.6

    94.84

    92.5

    84

    86

    88

    90

    92

    94

    9698

    100

    10% 30%

    Kemurnian(%v/v)

    Konsentrasi Etanol Sampel (% v/v)

    BTR BR KR

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    76/115

    Selang refluks yang digunakan memiliki ukuran diameter 0.8 cm dan

    panjang 20 cm. Agar sistem refluks dapat beroperasi maka volume yang

    dihasilkan harus mencukupi volume selang refluks yang berbentuk

    melengkung. Volume selang adalah 40.192 ml dan agar sistem refluks terjadi

    maka volume distilat harus melebihi volume selang. Sebelum pengujian,

    selang refluks harus sudah terisi etanol agar proses refluks langsung berjalan

    ketika dihasilkan distilat.

    Prinsip neraca massa adalah F = D + B, jika konsentrasi bahan umpan

    10% (v/v) dan produk bawah adalah 6.47% maka etanol sebagai produk atas

    adalah 3.53% dari volume total artinya hanya 35.3 ml etanol murni. Pada

    pengujian volume distilat yang dihasilkan adalah 24.5 ml dan sebagian masuk

    ke selang refluks. Penggunaan refluks ternyata belum berpengaruh nyataterhadap peningkatan konsentrasi distilat. Karena etanol yang

    diumpanbalikkan ke kolom sangat sedikit, maka pengayaan etanol tidak

    terlalu besar.

    Berbeda dengan pengujian metode KR.10, hasil distilat yang diperoleh

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    77/115

    kadar alkohol pada produk atas dan produk bawah adalah untuk mengetahui

    tingkat efisiensi pada alat distilasi yang telah dirancang.

    Berikut ini data konsentrasi produk bawah pada metode batch tanpa

    refluks dan dengan refluks.

    Gambar 39. Konsentrasi produk bawah (bottom product) pada distilasi etanol

    4.61

    6.476.47

    8.09

    2 2

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10% 30%

    Kemurnian(%v/v)

    Konsentrasi Etanol Sampel (% v/v)

    BTR BR KR

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    78/115

    kandungan etanol seluruhnya menguap dan hanya air yang terkandung dalam

    kolom bawah. Pada pengujian sistem batch suhu Tb hanya mampu mencapai

    suhu 95C sedangkan sistem kontinyu lebih tinggi yaitu mencapai 97C

    sehingga sistem kontiyu memiliki produk bawah dengan konsentrasi alkohol

    paling rendah.

    Diagram titik didih etanol-air adalah diagram yang menunjukkan suhu titik

    didih campuran etanol-air pada tingkat konsentrasi yang berbeda. Diagramtitik didih etanol-air seperti ditunjukkan pada gambar 3. Data-data hasil

    pengujian diplotkan pada diagram ini kemudian dibandingkan titik didih

    etanol dengan konsentrasi produk atas dan produk bawah hasil pengujian.

    Hasil data pengujian yaitu data suhu pada kolom bawah dan suhu pada

    puncak menara kolom traydiplotkan ke diagram titik didih etanol-air sepertipada lampiran 3, 6, dan 9. Metode batch memiliki komposisi dan suhu

    distilasi yang selalu berubah seiring dengan terdistilasinya komponen yang

    lebih volatil (mudah menguap). Berdasarkan diagram kesetimbangan titik

    didih etanol-air, etanol 10% memiliki titik didih 93C sedangkan titik didih

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    79/115

    suhu pada menara ketika konsentrasi etanol berada pada titik azeotropnya

    adalah 78C. Pada pengujian ini, suhu menara tidak dapat mencapai suhu

    tersebut karena adanya kehilangan panas disepanjang kolom tray.

    Kehilangan panas dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti isolator

    dan panjang kolom. Isolator berfungsi untuk mencegah terjadinya pindah

    panas dari dalam kolom ke lingkungan. Semakin tebal isolator maka heat loss

    semakin kecil karena pindah panas dapat dicegah lebih optimal. Faktor keduaadalah panjang kolom. Semakin panjang suatu kolom distilasi maka suhu akan

    semakin rendah tetapi konsentrasi akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan

    adanya kontak uap etanol dengan air yang terkondensasi. Oleh karena arus zat

    cair berada pada titik gelembungnya, sedangkan arus uap berada pada titik

    embunnya, maka kalor yang diperlukan untuk menguapkan komponen etanolharus didapatkan dari kalor yang dibebaskan pada waktu kondensasi

    komponen air. Pada kolom tray, setiap piringan dalam kaskade berfungsi

    sebagai peranti pertukaran dimana komponen etanol berpindah ke arus uap

    dan komponen air ke arus zat cair. Karena konsentrasi etanol didalam zat cair

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    80/115

    4Massa air yang

    terpakai (kg) 0.849 0.992 0.963 2.16 3.25 3

    5 Ts (C) 101 100.83 101.15 100.32 103.06 103.18

    6 hg(kJ/m3) 2677.64 2677.38 2677.87 2676.59 2680.81 2681

    7 Tsc (C) 64.67 57.5 67.33 65.8 86.72 86.5

    8 hf (kJ/m3) 270.68 240.68 281.81 275.41 363.13 362.21

    9 hfg (kJ/m3) 2406.96 2436.7 2396.06 2401.18 2317.68 2318.79

    10Energi yang

    terpakai (kJ) 2043.509 2417.206 2307.406 5186.549 7532.46 6956.37

    11Volume etanol

    sampel (ml) 1000 1000 1000 1000 3000 2500

    12Volume distilat

    (ml) 47 154.5 24.5 229 213 355

    13Konsentrasi distilat

    (%) 88.77 92.5 88.58 97.6 94.84 92.5

    14 Volume etanolmurni (ml) 41.72 142.92 21.7021 223.5 202.01 328.38

    15

    Energi per volume

    etanol murni

    (kJ/ml) 48.98 16.91 106.33 23.21 37.29 21.18

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    81/115

    Dari grafik diatas dapat diketahu bahwa penggunaan energi terbesar

    yaitu pada pengujian distilasi dengan metode BR.10 yaitu sebesar 106.33

    kJ/ml sedangkan energi terkecil yaitu sistem BTR.30 yaitu sebesar 16.91

    kJ/ml. Secara umum, penggunaan energi dalam distilasi per ml volume etanol

    murni pada sampel etanol 10% lebih besar dibandingkan dengan sampel

    etanol 30%. Sampel etanol 30% membutuhkan energi lebih kecil karena

    volume distilat yang dihasilkan lebih banyak sehingga jumlah energi tiap mletanol distilat yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan sampel etanol 10%.

    Dari dua pengujian dengan sampel berbeda, metode BTR lebih efisien

    dalam penggunaan energi dibandingkan dengan metode BR. Hal ini

    disebabkan dengan pemberian aliran refluks proses distilasi berlangsung lebih

    lama. Metode KR yaitu distilasi kontinyu membutuhkan energi yang relatiflebih efisien dibandingkan dengan metode BR. Metode kontinyu akan lebih

    efisien untuk kapasitas yang lebih besar karena setiap prosesnya tidak

    dilakukan secara berulang-ulang. Tetapi pada pengujian dengan sampel etanol

    30% metode KR membutuhkan energi lebih besar dibandingkan dengan

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    82/115

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Alat distilasi yang dirancang terdiri dari enam bagian utama, yaitu steam

    boiler, kolom bawah, kolom tray, tangki pemasukan, kondensor, dan pipa

    penampung distilat yang dilengkapi dengan pembagi distilat.

    2.

    Pengujian dengan metode refluks menghasilkan distilat dengankonsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan distilasi tanpa refluks yaitu

    pada metode KR.10 sebesar 94.84% dan metode BR.30 sebesar 97.6%.

    3. Pemurnian etanol dengan metode pertama yaitu BTR.10 dan BTR.30

    membutuhkan energi sebesar 2043.509 kJ dan 2417.206 kJ untuk

    memurnikan satu liter etanol. Metode kedua yaitu BR.10 dan BR.30membutuhkan energi sebesar 2307.406 kJ dan 5186.549 kJ. Sedangkan

    metode ketiga yaitu KR.10 dan KR.30 membutuhkan energi sebesar

    7532.46 kJ dan 6956.37 kJ.

    4. Metode BR membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    83/115

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2008. Terdapat pada www.ristek.go.id. Diakses pada 15 Desember

    2008.

    Cengel, Yunus A and Michael A. Boles. 2002. Thermodynamics An Engineering

    Approach.4th ed. McGraw-Hill, New York

    Cengel, Yunus A. 2003. Heat Transfer : A Practical Approach. 2rd ed. McGraw-Hill, New York

    Cook, T.M dan D.J. Cullen. 1987. Industri Kimia Operasi Aspek-Aspek

    Keamanan dan Kesehata.

    Terjemahan. PT. Gramedia, Jakarta.

    Coulsin, J.M and J.F. Richardson. Chemical Engineering. Pergamon Press, New

    York

    Doherty, M.F. dan M.F Malone. 2001. Conceptual Desain of Distilation System.

    McGraw-Hill, New York.

    Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Ir. Zein Nasution,

    Penerjemah. Sastra Hudaya.

    http://www.ristek.go.id/http://www.ristek.go.id/
  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    84/115

    Kent, J.A. 1992. Riefels Handbook of Industrial Chemistry. Ninth Edition. Van

    nostrand Reinhold, New York.

    Kirk, B.E dan D.F Othmer. 1985. Encyclopedia of Chemical Technology. Vol 1

    dan 2. The Interscience Encyclopedia Inc., New York.

    Nurdyastuti, Indyah. 2008 Terdapat pada www.geocities.com/markal_bppt.

    diakses pada 27 Maret 2008.

    Paturau, J.M. 1982. By Product of Cane Sugar Industry. Elsevier ScientificPublishing Co., Amsterdam.

    Prave, P., U. Faust, W. Sittig, dan D.A Sukatsch. 1987. Fundamental of

    Biotechnology. VCH Publisher, Wienheim, Germany.

    Prihandana, Rama dkk. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan.

    Gromedia, Jakarta.

    Purwanto, A. 1995. Di dalam Yoder et al. 1980. Kajian Awal Pemisahan

    Campuran Aseton-Butanol-Etanol Hasil Fermentasi dengan Distilasi

    sederhana dan dengan Pendekatan Model Isotherm Flash. Skripsi. Fateta,

    IPB, Bogor

    Purwono, Suryo dkk. 2005. Pengantar Operasi Stage Seimbang. Gajah Mada

    http://www.geocities.com/markal_bppthttp://www.geocities.com/markal_bppt
  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    85/115

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    86/115

    Lampiran 1. Data pengujian metode BTR.10

    Data Steam

    Volume air awal : 3000 ml

    Volume air akhir : 2151 ml

    Volume air kondensasi : 685 ml

    Data Etanol

    Volume awal : 1000 ml

    Konsentrasi awal : 10%

    Volume distilat : 47 ml

    Konsentrasi distilat : 88.77%Volumebottom : 920 ml

    Konsentrasi bottom : 4.61%

    Waktu Ts(C) Tsc(C) Tb(C) Tm(C) Tci(C) Tco(C) D (ml) R F B

    0 110 - 29.5 28 27.5 27.5 -

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    87/115

    Lampiran 2. Data pengujian metode BTR.30

    Data Steam

    Volume air awal : 3000 ml

    Volume air akhir : 2008 ml

    Volume air kondensasi : 870 ml

    Data Etanol

    Volume awal : 1000 ml

    Konsentrasi awal : 30%

    Volume distilat : 154.5 ml

    Konsentrasi distilat : 92.5%Volumebottom : 730 ml

    Konsentrasi bottom : 6.47%

    Waktu Ts(C) Tsc(C) Tb(C) Tm(C) Tci(C) Tco(C) D (ml) R F B

    0 110 - 29 5 28 28 28 0

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    88/115

    Lampiran 3. Plot data pengujian BTR.10 dan BTR.30 ke diagram titik didih

    etanol-air

    BTR.10

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    89/115

    Lampiran 4. Data pengujian metode BR.10

    Data Steam

    Volume air awal : 3000 ml

    Volume air akhir : 2037 ml

    Volume air kondensasi : 900 ml

    Data Etanol

    Volume awal : 1000 ml

    Konsentrasi awal : 10%

    Volume distilat : 24.5 mlKonsentrasi distilat : 88.58%

    Volumebottom : 940 ml

    Konsentrasi bottom : 6.47%

    Waktu T (C) T (C) Tb(C) T (C) T i(C) T (C) D (ml) R F B

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    90/115

    Lampiran 5. Data pengujian metode BR.30

    Data Steam

    Volume air awal : 3000 ml

    Volume air akhir : 840 ml

    Volume air kondensasi : 1935 ml

    Data Etanol

    Volume awal : 1000 ml

    Konsentrasi awal : 30%

    Volume distilat : 229 ml

    Konsentrasi distilat : 97.6%Volumebottom : 750 ml

    Konsentrasi bottom : 8.09%

    Waktu Ts(C) Tsc(C) Tb(C) Tm(C) Tci(C) Tco(C) D (ml) R F B

    0 110 - 28 28 28 28 - 1 8

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    91/115

    Lampiran 5. (lanjutan)

    330 100 70 91.2 65 34 33.5 194.5 1.8

    345 100 69 92 65 34 34 205 1.8

    360 100 69 92.5 65 34 34 211 1.8

    375 100 68 93 65 33.5 33.5 219 1.8

    390 100 78 93.5 65 34 33.8 225 1.8

    405 100 82 94 65 34 33.5 229 1.8

    420 100 83 94 65 34 33.5 229 1.8

    435 100 82.5 94 65 34 33 229 1.8

    450 100 82 94 65 34 33 229 1.8

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    92/115

    Lampiran 6. Plot data pengujian BR.10 dan BR.30 ke diagram titik didih

    etanol-air

    BR.10

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    93/115

    Lampiran 7. Data pengujian metode KR.10

    Data Steam

    Volume air awal : 4000 ml

    Volume air akhir : 750 ml

    Volume air kondensasi : 1840 ml

    Data Etanol

    Volume awal : 3000 ml

    Konsentrasi awal : 10%

    Volume distilat : 213 ml

    Konsentrasi distilat : 94.84%Volumebottom : 2710 ml

    Konsentrasi bottom : 2%

    Time Ts(C) Tsc(C) Tb(C) Tm(C) Tci(C) Tco(C) D (ml) RF

    (ml/15menit) B

    (ml/15menit) Keterangan

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    94/115

    Lampiran 8. Data pengujian metode KR.30

    Data Steam

    Volume air awal : 3000 ml

    Volume air akhir : 0 ml

    Volume air kondensasi : 1800 ml

    Data Etanol

    Volume awal : 1000 ml dan 1500 ml

    Konsentrasi awal : 10% dan 30%

    Volume distilat : 355 ml

    Konsentrasi distilat : 92.5%Volumebottom : - ml

    Konsentrasi bottom : 2%

    Time Ts(C) Tsc(C) Tb(C) Tm(C) Tci(C) Tco(C)D

    (ml) RF

    (ml/15menit) B

    (ml/15menit) Keterangan

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    95/115

    Lampiran 9. Plot data pengujian KR.10 dan KR.30 ke diagram titik didih

    etanol-air

    KR.1

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    96/115

    Lampiran 10. Tabel densitas etanol pada suhu dan konsentrasi yang berbeda

    % 10C 15C 20C 25C 30C 35C 40C

    0 0.99973 0.99913 0.99823 0.99708 0.99568 0.99406 0.99225

    1 785 725 636 520 379 217 34

    2 602 542 453 336 194 31 0.98846

    3 426 365 275 157 14 0.98849 6634 258 195 103 0.98984 0.98839 672 485

    5 98 32 0.98938 817 670 501 311

    6 0.98946 0.98877 780 656 507 335 142

    7 801 729 627 500 347 172 0.97975

    8 660 584 478 346 189 9 808

    9 524 442 331 193 31 0.97846 641

    10 393 304 187 43 0.97875 685 475

    11 267 171 47 0.97897 723 527 312

    12 145 41 0.9791 753 573 371 150

    13 26 0.97914 775 611 424 216 0.96989

    14 0 97911 790 643 472 278 63 829

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    97/115

    Lampiran 10. (lanjutan)

    32 665 357 38 709 370 21 662

    33 502 186 0.9486 525 180 0.93825 461

    34 334 11 679 337 0.93986 626 257

    35 162 0.94832 494 146 790 425 51

    36 0.94986 650 306 0.93952 591 221 0.92843

    37 805 464 114 756 390 16 634

    38 620 273 0.93919 556 186 0.92808 422

    39 431 79 720 353 0.92979 597 208

    40 238 0.93882 518 148 770 385 0.91992

    41 42 682 314 0.9294 558 170 774

    42 0.93842 478 107 729 344 0.91952 55443 639 271 0.92897 516 128 733 332

    44 433 62 685 301 0.9191 513 108

    45 226 0.92852 472 0.85 692 291 0.90884

    46 17 640 257 0.91868 472 69 660

    47 0.92806 426 41 649 250 0.90845 434

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    98/115

    Lampiran 10. (lanjutan)

    65 0.88774 364 0.87948 527 100 667 227

    66 541 130 713 291 0.86863 429 0.85987

    67 308 0.87895 477 54 625 190 747

    68 74 660 241 0.86817 387 0.8595 407

    69 0.87839 424 4 579 148 710 266

    70 602 187 0.86766 340 0.85908 470 25

    71 365 0.86949 527 100 667 228 0.84783

    72 127 710 287 0.85859 426 0.84986 540

    73 0.86888 470 47 618 184 743 297

    74 648 229 0.85806 376 0.84941 500 53

    75 408 0.85988 564 134 698 257 0.8380976 168 747 322 0.84891 455 13 564

    77 0.85927 505 79 647 211 0.83768 319

    78 685 262 0.84835 403 0.83966 523 74

    79 442 18 590 158 720 277 0.82827

    80 197 0.84772 344 0.83911 473 29 578

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    99/115

    Lampiran 10. (lanjutan)

    95 278 0.80852 424 0.79991 555 114 620

    96 0.80991 566 138 706 271 0.78831 388

    97 698 274 0.79846 415 0.78981 542 100

    98 399 0.79974 547 117 684 247 0.77806

    99 94 670 243 0.78814 382 0.77946 507

    100 0.79784 360 0.78934 506 75 641 203Sumber : Perrys Chemical Engineers Handbook

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    100/115

    Lampiran 11. Contoh perhitungan konsentrasi etanol

    Massa pikno kosong (mpic,0) : 15.73 gram

    Massa pikno+ aquades (mpic,aq) : 25.7 gram

    Massa aquades (maq) : mpic,aq - mpic,0

    : 25.715.73

    : 9.97 gramSuhu lingkungan pada saat pengujian adalah 25C

    Massa jenis () pada suhu tersebut adalah 0.99682 g/cm3

    Volume pikno = =

    aq=

    9.97

    0.99682= 10.0018 3

    Massa pikno + sampel (mpic,spl) : 23.8 gram

    Massa sampel (mspl) : mpic,splmpic,0

    : 23.815.73

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    101/115

    Lampiran 12. Perhitungan pipa tembaga

    Perancangan alat distilasi etanol dengan asumsi :

    Etanol yang didistilasi : 8 liter/hari

    Jumlah kerja : 8 jam/hari

    Laju penguapan :Etanol yang didistilasi

    Jumlah kerja=

    8 liter /hari

    8 jam /hari= 1 liter/jam

    Diketahui : Densitas () : 783 kg/m3

    Titik didih : 78.2C

    Jawab :

    Laju massa :

    =

    783 0.001

    3600= 2.715 104/

    =

    = 2.175104

    2257 = 0.49

    =

    =

    dimana =

    1

    11+

    ln (2/1)

    21+

    1

    22

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    102/115

    Lampiran 13. Analisis rancangan distilator

    Alat distilasi etanol ini dirancang untuk memisahkan larutan etanol-air.

    Dalam perancangan diasumsikan bahwa larutan mendekati ideal. Pemisahan

    larutan etanol air untuk mendapatkan produk atas yaitu etanol dengan konsentrasi

    95.5% (W/W) dan air dengan konsentrasi 4.5% (W/W). Umpan yang digunakan

    adalah etanol 10% (V/V) dengan laju umpan 1 liter/jam.

    Penentuan Sifat Fisis Komponen

    Tekanan Uap

    Tekanan uap tiap komponen diperlukan untuk perhitungan yang

    melibatkan persamaan kesetimbangan. Tekanan uap tiap komponen dapat didekati

    dengan persamaan Antoine, sebagai berikut:

    log P= A -CT

    B

    . ( 1 )

    dengan : P = tekanan uap, mmHg

    T = suhu, oC

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    103/115

    1. Penentuan Kondisi Umpan Masuk

    Komposisi umpan masuk menara distilasi :Komponen mol/jam xi (fraksi mol) g/jam

    C2H5OH(LK) 1.7022 0.0329 78.3000

    H2O(HK) 50.0000 0.9671 900.0000

    Jumlah 51.7022 1.0000 978.3000

    Tekanan uap dihitung dengan persamaan (1) dan kesetimbangan uap cair

    dihitung dengan persamaan (2).Umpan berada dalam kondisi cair jenuh, maka

    yi= 1.

    dengan cara trial T maka didapat hasil sebagai berikut :

    P umpan = 1 atm

    = 760mmHg

    Trial T = 99.04 oC

    Komponen F, mol/jam xf Pio, mmHg Ki yi=Ki xi

    C2H5OH(LK) 1.7022 0.0329 1,631.4905 2.1467 0.0707

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    104/115

    sebagian sebagai produk atas (top product) dan sisanya dikembalikan ke menara

    (reflux)Kondisi operasi atas menara terjadi pada keadaan dew point, sehingga

    xi = 1, sedangkan kondisi distilat keluaran berada pada bubble point-nya, dimana

    yi = 1. Komposisi topmenara distilasi :

    Komponen mol/jam xi (fraksi mol) g/jam

    C2H5OH(LK) 1.6681 0.8925 76.7340

    H2O(HK) 0.2009 0.1075 3.6157

    Jumlah 1.8690 1.0000 80.3497

    Hasil perhitungan trial suhu dew pointcampuran komponen bagian atas menara :

    P top = 1 atm= 760 mmHg

    Trial T = 81.77 oC

    Komponen D, mol/jam yiPi

    o,

    mmHgKi xi =yi/Ki

    C2H5OH 1 6681 0 8925 864 4581 1 1374 0 7847

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    105/115

    Hasil perhitungan trial suhu bubble pointcampuran komponen bagian bawah :

    P bottom = 1 atm= 760 mmHg

    Trial T = 100.13oC

    KomponenB,

    mol/jamxi Pi

    o, mmHg Ki yi =xi.Ki

    C2H5OH(LK) 0.0340 0.0007 1,694.4546 2.2295 0.0015

    H2O(HK) 49.7991 0.9993 759.4008 0.9992 0.9985

    Jumlah 49.8332 1.0000 1.0001

    5. Penentuan Komponen Kunci (Key Component)

    Light Key Component yaitu komponen yang tidak dapat diabaikan jumlahnya

    yang berada di produk bawah, Sedangkan Heavy Key Component adalah

    komponen yang tidak dapat diabaikan jumlahnya yang berada di produk atas.

    Diinginkan : 98 % dari etanol menjadi hasil atas

    Dipilih : Etanol sebagaiLight Key

    Air sebagaiHeavy Key

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    106/115

    batasan :

    Jika 01.0F.ZD.X

    F,j

    D,j dan 01.1F.ZD.X

    F,j

    D,j maka komponen tidak terdistribusi

    Jika 0,99 01.0F.Z

    D.X

    F,j

    D,j maka komponen terdistribusi

    Komponen lightkeydan heavy keyberada di antara :

    -0,01 (xJ,D.D/zJ,F.F) 1,01

    dengan : D,jX fraksi mol komponen j di distilat

    F,jZ fraksi mol komponen j di umpan

    = relative volatility

    D = jumlah distilat, kmol/j

    F = jumlah umpan, kmol/j

    Komponen B C A

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    107/115

    pada persamaan tersebut terdapat konstanta yang merupakan akar persamaan :

    qX

    i

    Fii 1. ,

    . ( 9 )

    dimana :m

    R = refluk minimum

    Xj,D = fraksi mol komponen i didistilat saat refluk minimum

    = konstanta Underwood

    q = panas untuk menguapkan 1 mol umpan (panas laten dari

    umpan, tergantung kondisi umpan)

    Ingat : Jika umpan masuk cair jenuh, maka q = 1

    Jika umpan masuk uap jenuh, maka q = 0

    Jika umpan masuk campuran cair dan uap, maka 0 < q < 1

    Nilai harus terletak antar light keydan heavy keydan dicari dengan cara

    trial and error, diperoleh :

    0. ,

    i

    Fii X, karena umpan masuk dalam kondisi cair jenuh, maka q = 1.

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    108/115

    Maka : Rmin + 1 = 15.2533

    Rmin = 14.2533Jika R = 1.5 Rmin, maka:

    R = 21.37995

    7. Perhitungan Jumlah PlateMinimum

    Jumlahplateminimum dapat diperkirakan dari persamaan yang diajukan oleh

    Fenske (1932), yaitu :

    HK

    LK

    HKB

    D

    LKB

    D

    m

    XX

    XX

    N

    ln

    ln

    . ( 10 )

    Didapat :

    Nm = 11.7012

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    109/115

    8. Penentuan PlateUmpan

    Ditentukan dengan persamaanKirkbride:

    206,02

    Dhk

    Blk

    Flk

    hk

    D

    B

    X

    X

    X

    X

    Nstr

    Nrec

    . ( 14 )

    dengan : Nrec = jumlahplatediatasfeed plate

    Nstr = jumlahplatedibawahfeed plate

    B = Laju alir molar bottom, kmol/jam

    D = Laju alir molar distilat, kmol/jam

    Diperoleh :

    Nstr

    Nrec = 0.2496

    Ntot = Nstr + Nrec

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    110/115

    Lampiran 14. Perhitungan rancangan kondensor

    Asumsi

    Suhu air masuk kondensor : 27C

    Suhu air keluar kondensor : 30C

    Suhu uap masuk kondensor : 81C

    Suhu distilat yang dihasilkan : 30C

    Laju distilasi : 80.3497 gram/jam = 2.2319 x 10-5kg/s

    Perhitungan rancangan

    Perhitungan kalor

    Kalor yang harus dilepaskan adalah kalor penguapan yang besarnya sama dengan

    kalor pengembunan atau berdasarkan asas black

    Qair = Qetanol

    Qetanol = (m x Cp x T) + (m x L)

    Dimana :

    Q k l dih ilk J

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    111/115

    T = 3 K

    Maka :

    =

    =21.51

    4180 3

    = 0.001715 kg/s

    = 1.715 /

    = 1.715 3/

    Jadi laju alir air pendingin yang dibutuhkan adalah 1.715 cm3/s

    Perubahan suhu pada kondensor :

    Kondensor ini dirancang dengan aliran berlawanan

    Uap 81C Distilat 30C

    Ai kel 30C Ai k 27C

    KONDENSOR

  • 7/25/2019 F09ssu.pdf

    112/115

    =(1 2")-(T2'-T1")

    ln (1 2")/(T2'-T1")

    =(81 30)-(30-27)

    ln (81 30)/(30-27)

    = 36.624

    Perpindahan panas antara dua zat alir yang terpisah sekat penghantar dapat

    dinyatakan dengan persamaan :

    =

    Dimana : Q = jumlah panas yang dipindahkan (W)

    A = luas permukaan pindah pa