F05112039_Sumiyati_jurnal ekowan mamalia.pdf

9
1 Keanekaragaman Mamalia Jenis Primata Di Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu Ampar Kalimantan Barat Sumiyati Email: [email protected] Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Matekatika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRACT Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui Keanekaragaman Mamalia Jenis Primata Di Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu Ampar Kalimantan Barat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah teropong binocular, alat tulis, kamera dan jam tangan. Sementara bahan yang digunakan adalah buku. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode consentrasi count (berdiam pada satu titik). Untuk pengamatan di kawasan hutan dilakukan pada titik yang dianggap tempat bermain atau mencari makan. Waktu pengamatan dimulai pukul 06.0010.00 WIB pada pagi hari dan pukul 15.00 - 17.00 WIB pada sore hari. Dari hasil pengamatan mamalia terdapat 5 spesies dengan 2 jenis famili yang hidup dikawasan hutan Nipah Panjang, Batu Ampar. Dimana spesies yang ditemukan merupakan spesies primata yaitu Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Kelempiau atau Owa Kalimantan (Hylobates muelleri), Lutung Abu-Abu (Trachypitecus auratus), Bekantan Si Hidung Mancung (Nasalis larvatus) dan Kelasi Kera Bulu Merah (Presbytis rubicunda). Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) ditemukan sebanyak 30 ekor pada titik yang berbeda. Spesies ini ditemukan pagi hari antara pukul 09.15 pada saat spesies ini sedang berada diatas pohon dan melompat dari satu dahan pohon kedahan pohon yang lainnya untuk mencari makan. Sedangkan Kelempiau atau Owa Kalimantan (Hylobates muelleri) ditemukan sebanyak 4 ekor pada titik yang berbeda. Lutung Abu-Abu (Trachypitecus auratus) ditemukan sebanyak 1 ekor. Bekantan Si Hidung Mancung (Nasalis larvatus) ditemukan sebanyak 1 ekor dan Kelasi Kera Bulu Merah (Presbytis rubicunda) ditemukan sebanyak 1 ekor. Status perlindungan dari kelima spesies yang ditemukan melalui pengamatan langsung, Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dan Kelasi Kera Bulu Merah (Presbytis rubicunda) tergolong ke dalam LC (Low Concern) atau beresiko rendah, yang artinya jumlah spesies tersebut masih cukup banyak dan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix II. Kelempiau atau Owa Kalimantan (Hylobates muelleri) dan Lutung Abu- Abu (Trachypitecus auratus) tergolong ke dalam EN (Endangered) terancam punah. Sedangkan Bekantan Si Hidung Mancung (Nasalis larvatus) tergolong ke dalam EN (Endangered) terancam punah setelah sebelumnya masuk kategori rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional). Kata kunci : Keanekaragaman, metode consentrasi count, Low Concern, Endangered, Vulnerable Apendix 1.

Transcript of F05112039_Sumiyati_jurnal ekowan mamalia.pdf

  • 1

    Keanekaragaman Mamalia Jenis Primata Di Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu

    Ampar Kalimantan Barat

    Sumiyati

    Email: [email protected]

    Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan, Jurusan Matekatika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

    Tanjungpura Pontianak

    ABSTRACT

    Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui Keanekaragaman Mamalia Jenis

    Primata Di Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu Ampar Kalimantan Barat. Alat yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah teropong binocular, alat tulis, kamera dan jam

    tangan. Sementara bahan yang digunakan adalah buku. Pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan metode consentrasi count (berdiam pada satu titik). Untuk pengamatan di

    kawasan hutan dilakukan pada titik yang dianggap tempat bermain atau mencari makan.

    Waktu pengamatan dimulai pukul 06.0010.00 WIB pada pagi hari dan pukul 15.00 - 17.00 WIB pada sore hari. Dari hasil pengamatan mamalia terdapat 5 spesies dengan 2 jenis famili

    yang hidup dikawasan hutan Nipah Panjang, Batu Ampar. Dimana spesies yang ditemukan

    merupakan spesies primata yaitu Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Kelempiau atau

    Owa Kalimantan (Hylobates muelleri), Lutung Abu-Abu (Trachypitecus auratus), Bekantan

    Si Hidung Mancung (Nasalis larvatus) dan Kelasi Kera Bulu Merah (Presbytis rubicunda).

    Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) ditemukan sebanyak 30 ekor pada titik yang

    berbeda. Spesies ini ditemukan pagi hari antara pukul 09.15 pada saat spesies ini sedang

    berada diatas pohon dan melompat dari satu dahan pohon kedahan pohon yang lainnya

    untuk mencari makan. Sedangkan Kelempiau atau Owa Kalimantan (Hylobates muelleri)

    ditemukan sebanyak 4 ekor pada titik yang berbeda. Lutung Abu-Abu (Trachypitecus

    auratus) ditemukan sebanyak 1 ekor. Bekantan Si Hidung Mancung (Nasalis larvatus)

    ditemukan sebanyak 1 ekor dan Kelasi Kera Bulu Merah (Presbytis rubicunda) ditemukan

    sebanyak 1 ekor. Status perlindungan dari kelima spesies yang ditemukan melalui

    pengamatan langsung, Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dan Kelasi Kera Bulu

    Merah (Presbytis rubicunda) tergolong ke dalam LC (Low Concern) atau beresiko rendah,

    yang artinya jumlah spesies tersebut masih cukup banyak dan juga terdaftar pada CITES

    sebagai Apendix II. Kelempiau atau Owa Kalimantan (Hylobates muelleri) dan Lutung Abu-

    Abu (Trachypitecus auratus) tergolong ke dalam EN (Endangered) terancam punah.

    Sedangkan Bekantan Si Hidung Mancung (Nasalis larvatus) tergolong ke dalam EN

    (Endangered) terancam punah setelah sebelumnya masuk kategori rentan (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh

    diperdagangkan secara internasional).

    Kata kunci : Keanekaragaman, metode consentrasi count, Low Concern, Endangered,

    Vulnerable Apendix 1.

  • 2

    PENDAHULUAN

    Pulau Padang Tikar merupakan pulau

    yang dikelilingi perairan baik laut maupun

    sungai dengan luas wilayah yaitu 189,6

    km2. Padang Tikar mempunyai topografi

    dataran rendah. Perairan dan hutan

    mempunyai potensi yang besar apabila

    dimanfaatkan dengan baik. Aktifitas

    masyarakat yang beragam untuk

    memenuhi kebutuhan ekonomi dengan

    memanfaatkan wilayah perikanan laut

    maupun pesisir. Selain itu perairan

    merupakan transportasi utama masyarakat.

    Sebagian besar hutan tropis di dunia

    terdapat di Indonesia sehingga menjadikan

    Indonesia kaya keanekaragaman fauna.

    Salah satu kekayaan fauna Indonesia itu

    adalah keanekaragaman jenis primata yang

    tinggi (Goodman, 1998) dalam (Rahmi

    Fitri, 2013).

    Primata merupakan salah satu satwa

    liar yang mengalami gangguan akibat

    aktivitas manusia seperti perburuan,

    perusakan habitat, dan pencemaran

    lingkungan (Alikodra, 1990).

    Primata dijadikan komoditas ekspor

    non migas yang mampu menghasilkan

    devisa negara. Indonesia sejak tahun 1978

    1989 rata-rata mengekspor 15.000 ekor

    primata per tahun. Kondisi semacam ini

    apabila dibiarkan secara terus menerus

    akan mengakibatkan kelangkaan sumber

    daya hayati terutama primata bahkan

    mungkin akan menyebabkan kepunahan

    (Djuwantoko dan Soewarno, 1993) dalam

    (Subagyo, agus, 2008)

    Keanekaragaman hayati di

    Kalimantan ini merupakan bagian besar

    dari keanekaragaman hayati Indonesia

    termasuk flora fauna, yang menjadi modal

    dasar bagi berkembangnya beragam

    budaya dan suku. Berbagai kegiatan

    seremonial dan ritual yang biasa

    dilaksanakan oleh banyak suku di

    Indonesia tidak terlepas dari pemanfaatan

    keanekaragaman hayati. Keanekaragaman

    hayati (keanekaragaman genetik, spesies,

    dan ekosistem).

    Ancaman terhadap keanekaragaman

    fauna di Kalimantan juga dipicu oleh

    adanya El-Nino penyebab kekeringan yang

    berdampak pada perubahan musim berbuah

    yang tidak sejalan dengan reproduksi fauna

    sebagai faktor penentu kelestarian

    populasi. Selain itu konsesi hutan yang

    berbasis hasil hutan kayu, pembangunan

    hutan tanaman, dan lemahnya pengawasan

    telah meningkatkan terjadinya fragmentasi

    dan deforestasi habitat fauna (Curran et al.,

    2004).

    Setiap jenis mamalia rnemiliki

    daerah penyebaran tertentu berdasarkan

    kondisi geografis dan ekologis. Penyebaran

    jenis mamalia berdasarkan faktor ekologi

    dapat diketahui melalui komposisi vegetasi

    suatu tipe habitat. Selain itu, penyebaran

    jenis mamalia juga dapat dibedakan

    berdasarkan ketinggian tempat. Feldhamer

    et al.(1999) menyatakan bahwa mamalia

    dapat tinggal pada lingkungan yang

    ekstrim berdasarkan ketinggian tempat

    serta pada kondisi hujan ataupun bersalju.

    Habitat adalah kawasan yang terdiri

    dari beberapa kawasan, baik fisik maupun

    biotik, yang merupakan satu kesatuan dan

    dipergunakan sebagai tempat hidup

    berkembangbiaknya satwaliar (Alikodra

    2002). Hutan merupakan habitat alami

    yang terutama bagi begitu banyak jenis

    tumbuhan dan satwa. Perubahan habitat

    dapat membawa dampak terhadap

    terciptanya suatu masalah. Kartono et al.

    (2003) menambahkan bahwa kerusakan

  • 3

    habitat dapat menyebabkan penurunan

    kekayaan jenis dan penurunan tersebut

    akan terlihat lebih jelas pada habitat

    terisolasi yang berukuran kecil

    dibandingkan pada habitat tidak terisolasi

    yang besar.

    Penelitian ini dilakukan dengan

    tujuan untuk mengetahui keanekaragaman

    mamalia jenis primata di Desa Nipah

    Panjang Kecamatan Batu Ampar

    Kalimantan Barat.

    METODE

    Penelitian ini dilaksanakan di

    kawasan hutan kecamatan Batu Ampar

    Desa Nipah Panjang Provinsi Kalimantan

    Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

    tanggal 9 11 Januari 2015. Alat yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah

    teropong binocular, alat tulis, kamera dan

    jam tangan. Sementara bahan yang

    digunakan adalah buku identifikasi.

    Pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan metode consentrasi count

    (berdiam pada satu titik) dan metode

    transek. Metode pengamatan transek

    dilakukan dengan pengamatan berjalan

    sepanjang jalur yang telah ditentukan

    dengan mencatat semua mamalia yang

    termasuk ke dalam jalur pengamatan.

    Panjang jalur pengamatan sejauh 1km

    dengan 5 titik. Antar titik berjarak 200

    meter dengan lebar kiri dan kanan 50

    meter pergerakan pada setiap titik. Metode

    CC merupakan metode yang dilakukan

    dimana pengamat diam pada satu titik atau

    juring kemudian menghitung jumlah

    mamalia yang dilihat dari titik tersebut.

    Pengamatan di kawasan. Untuk

    pengamatan di kawasan hutan dilakukan

    pada titik yang dianggap tempat bermain

    atau mencari makan. Waktu pengamatan

    dimulai pukul 06.0010.00 WIB pada pagi

    hari dan pukul 15.00 - 17.00 WIB pada

    sore hari.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil pengamatan

    terhadap spesies mamalia jenis primata

    yang berada di kawasan hutan Nipah

    Panjang menunjukkan adanya 5 famili

    yang hidup di kawasan hutan Nipah

    Panjang, Padang Tikar (tabel 1) dimana

    spesies yang ditemukan merupakan spesies

    primata yaitu Kera Ekor Panjang (Macaca

    fascicularis), Kelempiau atau Owa

    Kalimantan (Hylobates muelleri), Lutung

    Abu-Abu (Trachypitecus auratus),

    Bekantan Si Hidung Mancung (Nasalis

    larvatus) dan Kelasi Kera Bulu Merah

    (Presbytis rubicunda).

    Kera Ekor Panjang (Macaca

    fascicularis) ditemukan sebanyak 30 ekor

    pada titik yang berbeda. Spesies ini

    ditemukan pagi hari antara pukul 09.15

    pada saat spesies ini sedang berada diatas

    pohon dan melompat dari satu dahan

    pohon kedahan pohon yang lainnya untuk

    mencari makan. Sedangkan Kelempiau

    atau Owa Kalimantan (Hylobates muelleri)

    ditemukan sebanyak 4 ekor pada titik yang

    berbeda. Lutung Abu-Abu (Trachypitecus

    auratus) ditemukan sebanyak 1 ekor.

    Bekantan Si Hidung Mancung (Nasalis

    larvatus) ditemukan sebanyak 1 ekor dan

    Kelasi Kera Bulu Merah (Presbytis

    rubicunda) ditemukan sebanyak 1 ekor.

    Biasanya jenis-jenis primata ini muncul

    pada pagi maupun sore hari untuk mencari

    makan. Namun penampakan kemunculan

  • 4

    jenis-jenis primata ini semakin jarang

    ditemukan karena sumber makanan yang

    berada disekitar kawasan pengamatan yang

    semakin rendah.

    Tabel 1. Jenis mamalia yang dijumpai di kawasan Hutan Nipah Panjang

    No Famili Nama spesies Nama

    daerah

    Jumlah temuan Status

    Perlindungan TL SU Total

    1 Cercopithecidae Macaca

    fascicularis

    Kera Ekor

    Panjang

    30 - 30 PII/LC

    2 Hylobatidae Hylobates

    muelleri

    Kelempiau

    (Owa

    Kalimantan)

    4 - 4 EN

    3 Cercopithecidae Trachypitecus

    auratus

    Lutung Abu-

    Abu

    1 - 1 PII/EN

    4 Cercopithecidae Nasalis

    larvatus

    Bekantan (Si

    Hidung

    Mancung)

    1 - 1 PI/EN

    5 Cercopithecidae Presbytis

    rubicunda

    Kelasi (Kera

    Bulu Merah)

    1 - 1 PII/LC

    Keterangan :

    TL : Temuan Langsung PII : Apendix II CITES

    SU : Suara VU : Rentan

    LC : Beresiko rendah EN : Terancam punah

  • 5

    Gambar 1. Peta lokasi pengamatan di Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu

    Ampar Kalimantan Barat

    Kera Ekor Panjang (Macaca

    fascicularis), tergolong ke dalam ordo

    Primates dan famili Cercopithecidae.

    Primata ini mampu hidup dalam beragam

    ekosistem mulai dari hutan bakau di

    pantai, dataran rendah hingga pegunungan

    dengan ketinggian 2.000 meter dpl. Kera

    jenis ini memakan aneka buah-buahan dan

    memangsa berbagai jenis hewan kecil

    seperti ketam, serangga, telur dan lain-lain.

    Kadang-kadang kelompok monyet ini

    memakan tanaman di kebun dan

    menjadi hama.

    Gambar 2. Kera Ekor Panjang

    Monyet jenis ini tersebar luas di kawasan

    Asia Tenggara dan Selatan mulai dari

    Banglades, Brunei, Filipina, India,

  • 6

    Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia,

    Myanmar, Singapura, Thailand, Timor

    Leste, dan Vietnam. Di Indonesia Monyet

    bernama latin Macaca fascicularis ini

    dapat dijumpai di Bali, Bangka, Bawean,

    Belitung, Jawa, Kalimantan, Kangean,

    Karimunjawa, Karimata, Lombok, Nias,

    Nusa Tenggara, Simeulue, Sumatra,

    Sumba, Sumbawa, dan Timor.

    Populasi Monyet Ekor Panjang secara

    umum masih dianggap aman

    sehingga IUCN Redlist mengkategorikan

    dalam status Least Concern. Dan oleh

    CITES didaftar sebagai Apendiks II.

    Bahkan di Indonesia, primata ini juga

    bukan termasuk salah satu binatang yang

    dilindungi.

    Kelempiau atau Owa Kalimantan

    (Hylobates muelleri), tergolong ke dalam

    ordo Primates dan famili Cercopithecidae.

    Habitat Owa-owa adalah di hutan hujan di

    wilayah Kalimantan bagian Utara dan

    Timur. Mereka aktif di siang hari untuk

    mencari makanan berupa buah. Mereka

    mempunyai lengan yang panjang yang

    sangat membantu mereka untuk dapat

    berayun dari satu pohon ke pohon yang

    lain.

    Gambar 3. Kelempiau

    Menurut data Red List IUCn,

    Gibbon Kalimantan atau Owa-owa ini

    berada dalam status "Terancam Punah

    (EN)". Oleh karena itu, pemerintah

    bertindak dengan memberikan

    perlindungan terhadap primata ini.

    Diantaranya adalah dengan menjaganya di

    beberapa Taman Nasional, seperti di

    Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya,

    Taman Nasional Betung Kerihun, Taman

    Nasional Kutai, Taman Nasional Kayan

    Mentarang, Taman Nasional Tanjung

    Puting dan Hutan Lindung Sungai Wain.

    Lutung hitam atau abu-abu memiliki

    nama latin Trachypithecus auratus

    temasuk dalam ordo Primates. Spesies ini

    merupakan spesies endemik Indonesia

    yang biasa ditemukan di Jawa, pulau-pulau

    kecil di Bali, pulau Sempu dan Nusa

    Barung. Spesies ini juga ditemukan di

    pulau Kalimantan dan Sumatera. Habitat

    dari spesies ini antara lain di mangroove,

    pantai dan hutan rawa yang berair jernih,

    dataran rendah dengan suhu rendah dan

    hutan pegunungan. Lutung hitam biasanya

    mengkonsumsi daun dan bunga serta buah-

    buahan.

    Gambar 4. Lutung hitam

    Spesies ini terdaftar di CITES

    Appendix II dan dilindungi oleh hukum

    Indonesia sejak 1999. Tempat

    konservasinya antara lain di Cagar Alam

    Pangandara, Gunung Halimun dan Taman

    Nasional Ujung Kulon.

  • 7

    Bekantan Si Hidung Mancung

    (Nasalis larvatus) tergolong ke dalam ordo

    Primates dan famili Cercopithecidae.

    Bekantan merupakan satwa endemik

    Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan

    Malaysia). Bekantan merupakan sejenis

    kera yang mempunyai ciri khas hidung

    yang panjang dan besar dengan rambut

    berwarna coklat kemerahan. Galdikas

    (1985) menyatakan bahwa bekantan

    merupakan primata arboreal. Spesies ini

    tidur di areal tepi sungai di malam hari,

    meskipun biasanya makan di permukaan

    tanah pada siang hari dan kadang-kadang

    berenang menyeberangi sungai untuk

    memperoleh akses pada bagian lain dari

    wilayah jelajahnya.

    Gambar 5. Bekantan Si Hidung Mancung

    Habitat Bekantan (Nasalis larvatus) masih

    dapat dijumpai di beberapa lokasi antara

    lain di Suaka Margasatwa (SM) Pleihari

    Tanah Laut, SM Pleihari Martapura, Cagar

    Alam (CA) Pulau Kaget, CA Gunung

    Kentawan, CA Selat Sebuku dan Teluk

    Kelumpang. Juga terdapat di pinggiran

    Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai

    Paminggir, Sungai Tapin, Pulau Bakut dan

    Pulau Kembang.

    Bekantan Nasalis larvatus oleh IUCN

    Redlist sejak tahun 2000 dimasukkan

    dalam status konservasi kategori

    Endangered (Terancam punah) setelah

    sebelumnya masuk kategori Rentan

    (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan

    juga terdaftar pada CITES sebagai

    Apendix I (tidak boleh diperdagangkan

    secara internasional).

    Kelasi Kera Bulu Merah (Presbytis

    rubicunda) tergolong ke dalam ordo

    Primates dan famili Cercopithecidae.

    Secara umum spesies ini ditemukan di

    pulau Kalimantan (Kalimantan dan Pulau

    Karimata), Malaysia (Sabah dan Serawak)

    dan kemungkinan juga di Brunei. Spesies

    ini merupakan spesies asli Kalimantan,

    Indonesia. Berdasarkan referensi yang

    diperoleh, spesies yang ditemukan yaitu

    Presbytis rubicunda rubida, yang secara

    spesifik ditemukan di sebelah Barat Daya

    Kalimantan termasuk di sungai Kapuas

    dan Barito. Spesies ini lebih menyukai

    hutan primer. Lutung merah menyukai

    daun muda (36%), tanaman muda (30%)

    dan kombinasi buah-buahan dan biji buah

    (34%) sebagai makanan. Saat ini spesies

    ini telah menurun populasinya.

    Gambar 6. Kelasi Kera Bulu Merah

    Spesies ini dilindungi di Serawak dan

    Sabah (Malaysia) dan terdata dalam

    CITES Appendix II. Di Indonesia

    ditemukan di 10 Kawasan perlindungan

  • 8

    antara lain: Taman Nasional Betung

    Kerihun, Taman Nasional Gunung Palung,

    Taman Nassional Bukit Raya, Taman

    Nasional Mentarang Kayan, Taman

    Nasional Kutai, Cagar Alam Pleihari

    Martapuri, Taman Nasional Tanjung

    Puting dan Hutan Lindung Sungai Wain

    KESIMPULAN

    Dari hasil pengamatan mamalia

    dapat disimpulkan bahwa terdapat 5

    spesies dengan 2 jenis famili yang hidup

    dikawasan hutan Nipah Panjang, Batu

    Ampar. Dimana spesies yang ditemukan

    merupakan spesies primata yaitu Kera

    Ekor Panjang (Macaca fascicularis),

    Kelempiau atau Owa Kalimantan

    (Hylobates muelleri), Lutung Abu-Abu

    (Trachypitecus auratus), Bekantan Si

    Hidung Mancung (Nasalis larvatus) dan

    Kelasi Kera Bulu Merah (Presbytis

    rubicunda).

    Status perlindungan dari kelima spesies

    yang ditemukan melalui pengamatan

    langsung, Kera Ekor Panjang (Macaca

    fascicularis) dan Kelasi Kera Bulu Merah

    (Presbytis rubicunda) tergolong ke dalam

    LC (Low Concern) atau beresiko rendah,

    yang artinya jumlah spesies tersebut masih

    cukup banyak dan juga terdaftar pada

    CITES sebagai Apendix II. Kelempiau

    atau Owa Kalimantan (Hylobates muelleri)

    dan Lutung Abu-Abu (Trachypitecus

    auratus) tergolong ke dalam EN

    (Endangered) terancam punah. Sedangkan

    Bekantan Si Hidung Mancung (Nasalis

    larvatus) tergolong ke dalam EN

    (Endangered) terancam punah setelah

    sebelumnya masuk kategori rentan

    (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan

    juga terdaftar pada CITES sebagai

    Apendix I (tidak boleh diperdagangkan

    secara internasional).

    DAFTAR PUSTAKA

    Alikodra, H. S., A. H. Mustari, N. Santoso,

    dan Yasuma. 1995. Social

    interaction of proboscis monkeys

    (Nasalis larvatus Wurmb) group at

    Samboja Koala, East Kalimantan.

    Pusrehut, Anual Report, 10 pp.

    Alikodra HS. 2002. Pengelolaan

    Satwaliar, Jilid 1. Bogor: Yayasan

    Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.

    366 hal.

    Feldhamer, GA., LC. Drickamer, SR.

    Vessey & JF. Merritt. 1999.

    Mammalogy Adaptation. Diversity

    and Ecology. Boston : McGraw-

    Hill.

    Galdikas BMF. 1985. Crocodile predation

    on a proboscis monkey in Borneo.

    Primates 26:495496.

    Kartono, AP., I. Maryanto & MH. Sinaga.

    2000. Keragaman Mamalia Pada

    Berbagai Tipe Habitat di Muara

    Bungo, Jambi. Media Konservasi

    7(1) : 21-28

    Storer,TI & RL. Usinger 1957. General

    Zoology. 3rd Edition.McGraw-Hill

    Book Company,Inc. New York.

    Subagyo, A., T. Sukmono dan J. Siburian.

    2002. Inventarisasi Jenis-jenis

    Burung dan Mamalia di Sekitar

    Kampus Pinang Masak, Mendalo

    Darat, Universitas Jambi. Laporan

    Penelitian. Universitas Jambi.

  • 9