evapro balita

download evapro balita

of 20

Transcript of evapro balita

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMASPERMASALAHAN BALITA DITIMBANG PADA PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS JATILAWANG

Disusun Oleh:Rica AnrizG1A210108Amma F. MuizaG1A212023Hamidatul UlfahG1A212025

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO2012LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMASPERMASALAHAN BALITA DITIMBANG PADA PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS JATILAWANG

Disusun Oleh:Rica AnrizG1A210108Amma F. MuizaG1A212023Hamidatul UlfahG1A212025

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dariKepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu KesehatanUniversitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Telah dipresentasikan dan disetujuiTanggal .

Preseptor Lapangan

dr. Anwar Hudiono NIP. 19821224.201001.1.022

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan iDaftar Isi.. iiI. PENDAHULUANA. Latar Belakang..... 1B. Tujuan Penulisan. 2C. Manfaat Penulisan... 3II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGISA. Input 7B. Proses.. 8C. Output. 9D. Effect... 9E. Outcome (Impact)... 9III. IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOTAnalisis SWOT... 11IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAHA. Pembahasan Isu. 14B. Alternatif Pemecahan Masalah. 16V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan.. 19B. Saran.... 19DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat juga dapat diukur dari produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan atau secara ekonomi. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Batasan Kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa, dan Sosial yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2007).Untuk mencapai tujuan kesehatan di atas, diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Berdasarkan Kepmenkes no.128 tahun 2004, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.Sebagai pendorong aktivitasnya, puskesmas berpegang pada visi dan misi yang telah dirumuskan. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat, sedangkan misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembanguan kesehatan nasional, yaitu; menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya; mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya; memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas; memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.Salah satu komponen Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar adalah Program Upaya Gizi Masyarakat. Gizi masyarakat dapat dinilai jika terdapat pencatatan yang kontinu dan menyeluruh mengenai kondisi dan permasalahannya di masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan agar masalah gizi di masyarakat dapat dinilai adalah dengan adanya balita yang mau datang ke pelayanan kesehatan/ posyandu untuk menimbang. Dengan adanya balita yang mau ditimbang maka banyak permasalahan gizi yang dapat diamati, dinilai, hingga dilakukan rencana penanganannya. Balita yang rutin ditimbang bisa diketahui status gizinya dari kartu KMS yang selalu rutin diisi. Dengan adanya penimbangan maka status gizi dapat diketahui karena pada dasarnya keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh.Berdasarkan data yang ada pada tahun 2009 jumlah angka kunjungan balita yang ditimbang belum memenuhi target yang diharapkan sebesar 80%. Target yang tercapai hanya 69,8 % jauh dari SPM sebesar 80%. Untuk mewujudkan visi dan misi puskesmas supaya tepat pada sasaran umum pembangunan, maka perlu dilakukan pemecahan masalah gizi salah satunya adalah balita yang mau datang ke pelayanan kesehatan untuk menimbang berat badan.

B. TUJUAN 1. Tujuan UmumMengetahui, menganalisis, dan memberi metode pemecahan prioritas masalah dari 6 program pokok Puskesmas Jatilawang.2. Tujuan Khususa. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah Kecamatan Jatilawang.b. Mengenal dan mengetahui gambaran umum Puskesmas Jatilawang sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.c. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Puskesmas Jatilawang.d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program-program kesehatan di Puskesmas Jatilawang.e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program-program Puskesmas Jatilawang.f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah pada program-program kesehatan di Puskesmas Jatilawang.

C. MANFAATa. Sebagai bahan wacana bagi puskesmas untuk memperbaiki kekurangan yang mungkin masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas Jatilawang.b. Sebagai bahan pertimbangan bagi puskesmas untuk melakukan evaluasi dalam kinerja Puskesmas.c. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat

BAB IIANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Gambaran Umum1. Keadaan GeografisKecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian wilayah kabupaten Banyumas dengan luas wilayah kurang lebih 43,23 km2 dan berada pada ketinggian 18 21 m dari permukaan laut dengan curah hujan 2.272 mm/tahun dengan batas wilayah sebagai berikut: A. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Purwojati B. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Wangon C. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Cilacap D. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan RawaloKecamatan Jatilawang terdiri dari 11 desa, 46 dukuh, 56 RW dan 323 RT. Desa terluas adalah desa Tunjung yaitu 8,32 km2 dan desa tersempit adalah Margasana dengan luas 1,82 km2. Bila dilihat dari jaraknya maka desa Gunungwetan adalah desa terjauh dengan jarak 5 km dari pusat kota Jatilawang dan desa Tunjung merupakan desa terdekat dengan jarak 0,15 km.2. Keadaan DemografiJumlah penduduk Kecamatan Jatilawang pada tahun 2011 adalah 57.286 jiwa yang terdiri dari laki-laki 28.461 jiwa (49,66%) dan perempuan 28.938 jiwa (50,34%) dengan jumlah kepala keluarga 17.437 KK dan sex ratio sebesar 1080,99. Jumlah penduduk terbanyak ada di desa Tinggarjaya yaitu sebesar 9294 jiwa atau sebesar 16,17% dari keseluruhan jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang, sedangkan desa Margasana merupakan desa dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 2100 atau hanya sebesar 3,82%.Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Jatilawang dibagi menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang tidak begitu besar. Penduduk terbanyak ada di kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebesar 5.851 jiwa (10,18%) dan sebagian besar penduduk berada pada usia produktif, hal ini merupakan aset sumber daya manusia yang besar.

Tabel 1.1. Jumlah penduduk menurut golongan umurKelompok Umur (tahun)Laki-lakiPerempuanJumlah

0 4289727715650

5 9291328155728

10 14300228495851

15 19273623695105

20 24194319213864

25 29192222134135

30 34199323204313

35 39199423354329

40 44199920954090

45 49166315843267

50 54133713022539

55 59105211272179

60 64108611352221

65 698218921713

70 746366541290

> 755505561106

Jumlah28.56428.93857.485

Sumber: Profil Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2011Kepadatan penduduk di Kecamatan Jatilawang pada tahun 2011 sebesar 14.278 jiwa/km2. Desa terdapat adalah desa Gentawangi (1912 jiwa/km2) dan desa Karanglewas merupakan desa dengan kepadatan penduduk terendah (577 jiwa/km2).Sebagian besar masyarakat Jatilawang adalah pemeluk Agama Islam yaitu sebesar 62.627 orang ( 99,467%), sisanya adalah pemeluk agama Katolik, Protestan< Budha dan Hindu.Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan Jatilawang adalah petani, baik petani sendiri maupun hanya sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 33.367 orang (58,04%). Mata pencaharian yang lain adalah sebagai pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan, PNS dan ABRI. Mata pencaharian yang paling sedikit adalah sebagai nelayan yaitu 10 orang.Pendidikan penduduk Kecamatan Jatilawang paling banyak adalah tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 21.986 orang. Penduduk Kecamatan Jatilawang yang melanjutkan pendidikan hingga tingkat SLTP berjumlah 6752 orang, SLTA berjumlah 7432 orang, dan Universitas berjumlah 605 orang. Penduduk yang tidak atau belum tamat SD sebesar 12.635 orang. Penduduk yang tidak pernah menjalani pendidikan berjumlah 1411 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa keinginan atau kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih kurang.Program kerja puskesmas jatilawang meliputi kegiatan sebagai berikut:a. Program Umum (Basic Six) yaitu Promosi Kesehatan, KIA/KB, Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, P2M, dan Pengobatan.b. Program Pengembangan (meliputi konsultasi gigi, laboraturium dan klinik sanitasi)c. Puskesmas dengan Tempat Perawatan (Puskesmas DTP)

B. Pencapaian Program dan Derajat Kesehatan MasyarakatAngka kematian bayi baru lahir, berdasarkan laporan kegiatan program KIA selama tahun 2011 tercatat tidak ada dari 1.050 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan Indikator Indonesia Sehat terhitung masih rendah ( IIS 2010 = 40 per 1.000 kelahiran hidup ). Pada tahun 2011 tidak terdapat kematian ibu nifas. Angka kematian ibu ( AKI ) adalah 86,65 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan IIS 2010 ( AKI = 150/100.000 kelahiran hidup ), AKI di Kecamatan Jatilawang di bawah IIS.Berdasarkan data laboratorium pada tahun 2011 tidak terdapat kasus malaria klinis dan malaria dengan klarifikasi pemeriksaan mikroskopik atau sebesar 0% kasus per 1.000 penduduk. Pada tahun 2010 juga tidak terdapat kasus malaria klinis. Kasus TB Paru Positip pada tahun 2011 tercatat 28 kasus CDR sebesar 42,5%. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 ( 13 kasus CDR= 19,66%) berarti terjadi kenaikan CDR namun dibawah target SPM 2010 yaitu CDR sebesar 70%. Kasus diare pada tahun 2011 tercatat 555 kasus dengan angka kesakitan sebesar 9,68 per 1.000 penduduk. Angka ini sebenarnya jauh sekali dari kenyataan karena angka ini diambil dari kasus yang berobat di puskesmas dan jaringannya ( pustu, polindes / PKD, posyandu ) saja. Sedangkan kasus diare yang berobat di paramedis, bidan, atau dokter praktek swasta tidak terlaporkan. Di tahun 2011 terdapat 4 kasus DBD dengan Incidence Rate 0,69% yang terjadi di desa Tunjung. Hal ini terjadi karena mobilitas masyarakat yang cukup tinggi,higiene sanitasi masyarakat yang masih kurang dan kegiatan PSN yang tidak rutin dilaksanakan. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 ( 1 kasus Incidence Rate 0,17% ), berarti terjadi kenaikan kasus sebesar 300 %. Pada tahun 2011 di Kecamatan Jatilawang tidak ditemukan kasus AFP, Campak, HIV dan Hepatitis (angka kesakitan sebesar 0 per 1.000 penduduk). Lain halnya dengan Tetanus dan Diphteri ditemukan 1 kasus pada penderita dewasa.Untuk penyakit tidak menular yang diamati dan dicatat selama tahun 2011 terdiri dari Ca Servik 2 kasus, Ca Mammae 2 kasus, Ca Hepar 1 kasus, Ca Colon 1 kasus, Non Insulin Dependent DM 210 kasus, Angina Pektoris 7 kasus, Decomp Cordis 81 kasus, Hipertensi Essensial 720 kasus, Stroke Hemoragik 12 kasus, Stroke Non Hemoragik 18 kasus, Asthma Bronchial 87 kasus, PPOK 36 kasus, KLL 144 kasus dan Psikosis 89 kasus. Kasus kasus penyakit tidak menular ini di dapatkan dari register Rawat Jalan dan Laboratorium Tahun 2011.Berdasarkan hasil kegiatan program gizi, pada tahun 2011 tercatat 68 bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dari 1.050 bayi lahir hidup atau sebesar 6,47 %. Desa dengan BBLR tertinggi adalah desa Tinggarjaya 1,7% dan Bantar yaitu 1,3% dari seluruh BBLR di Kecamatan Jatilawang. Pada tahun 2011 tercatat ada 4.667 balita, yang ditimbang sebanyak 3.257 balita atau sebesar 69,8%. Ini berarti masih di bawah target SPM Kabupaten Banyumas 2011 yaitu sebesar 80 %. Untuk balita yang ditimbang dan naik berat badannya sebanyak 2.119 atau sebesar 65,1 %, berarti masih di bawah target SPM 2010 yang sebesar 80 %. Untuk balita bawah garis merah ( BGM ) ditemukan kasus sebanyak 48 balita atau sebesar 1,5 % dari seluruh balita yang ditimbang, berarti sudah sesuai dengan target SPM tahun 2011 yaitu sebesar