evaluatika laporan
-
Upload
tika-mulyasari -
Category
Documents
-
view
529 -
download
4
Transcript of evaluatika laporan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi
belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah
tercapai.
Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain yakni, Cronbach dan
Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.
Adapun pengertian dari masing-masing komponen dalam evaluasi pendidikan adalah:
1. EVALUASI; Kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang
telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula
untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan
keputusan nilai (value judgement).
2. PENGUKURAN (MEASUREMENT); Proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah
mencapai karakteristik tertentu. Hasil Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penetuan nilai kuantitatif.
3. TES; Cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu
dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu
yang jelas.
4. PENILAIAN (ASESMEN)
Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan
berdasarkan informasi itu (Blaustein, D. et.al ,1999)
Proses sistematik meliputi pengumpulan dan penafsiran data hasil belajar
sebagai dasar membuat keputusan tentang siswa.
5. PENILAIAN KELAS;
Proses Pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian
nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya
1
2
sehingga didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar
kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.
Penilaian kelas dilaksnakan secara terpadu dalam proses pembelajaran di
kelas
Penilaian kelas dilaksnakan baik secara formal dan non formal, di dalam
maupun di luar kelas, terintegrasi dengan pembelajaran atau dilakukan pada
waktu khusus.
Tujuan Penilaian Usaha memberikan gambaran tentang perkembangan
hasil belajar siswa untuk memperbaiki proses pembelajaran yang harus dilakukan
juga digunakan sebagai pengakuan terhadap kualitas pendidikan yang telah dicapai
disekolah tersebut.
Salah satu isi dari standar penilaian adalah metode yang digunakan dalam
menilai hasil belajar siswa. Secara umum ada dua metoda/acuan yang digunakan
untuk melihat hasil belajar siswa yaitu penilaian acuan norma dan penilaian acuan
patokan
Apabila kita melakukan pengukuran atau penilaian berarti kita
membandingkan. Dalam membandingkan berarti membutuhkan pembanding.
Dalam dunia pendidikan ada dua pendekatan yang digunakan sebagai pembanding,
yaitu penilaian acuan norma atau PAN (norm referenced evaluation) dan penilaian
acuan patokan.atau PAP (criterion refrenced evaluation)
B. Tujuan Pembuatan Laporan
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk:
1. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan penilaian test objektif
3. Mengetahui cara melakukan penilaian kualitas soal (tingkat kesukaran, daya
beda, validitas test, dan reliabilitas test)
4. Untuk memaparkan hasil penelitian mahasiswa mengenai evaluasi pendidikan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendekatan dalam Penilaian
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)/Criterion Referenced Evaluation
Pendekatan penilaian acuan patokan yaitu pendekatan penilaian yang
membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan patokan “batas lulus” yang
telah ditetapkan.
Penetapan patokan dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian yang
akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu
mempunyai arti tertentu. Patokan yang telah ditetapkan terlebih dahulu biasanya
disebut “batas lulus” atau “tingkat penguasaan minimum”. Patokan yang
digunakan bersifat tetap.
Skala penilaian merupakan tingkatan yang terbagi dalam lima kategori skala
penilaian sebagai berikut:
a) Skala lima (0, 1, 2, 3, dan 4/ E, D, C, B, dan A)
b) Skala sembilan (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9)
c) Skala sebelas (0-10)
d) Skala seratus (1-100)
e) Skala Z skor
Skala lima
a) Pembagian tingkatan yang terbagi dalam lima katagori
b) Pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi
skor standar dengan norma patokan adalah didasarkan atas tingkat
penguasaan terhadap bahan yang diberikan
c) Tingkat penguasaan tersebut akan tercermin dari tinggi rendahnya skor
mentah yang dicapai.
3
A
B
C
D
E
4
Pedoman konversi skala
Langkah-langkah dalam mengkonversikan skor mentah menjadi skor standar
Mencari skor maksimal ideal (SMI)
Mencari angka rata-rata ideal (Mi)
Mi = ½ x SMI
Mencari standar deviasi ideal (SDi)
SDi = 1/3 x Mi
Membuat pedoman konversi skala
a) Pedoman konversi skala lima pada penilaian
M + 1,5 SDi =
M + 0,5 SDi =
M – 0,5 SDi =
M – 1,5 SDi =
Berdasarkan tingkat penguasaan:
Tabel 2.1 Tingkat Penguasaan Skala Lima
Tingkat
PenguasaanSkor Standar
90% - 100%
80% - 89%
65% - 79%
55% - 64%
0% - 54%
A
B
C
D
E
9
8
7
6
5
4
3
2
1
5
b) Pedoman konversi skala sembilan dalam penilaian
M + 1,75 SDi =
M + 1,25 SDi =
M + 0,75 SDi =
M + 0,25 SDi =
M – 0,25 SDi =
M – 0,75 SDi =
M – 1,25 SDi =
M – 1,75 SDi =
Berdasarkan Tingkat Penguasaan:
Tabel 2.2 Tingkat Penguasaan skala sembilan
Tingkat
PenguasaanSkor Standar
85 - 100%
75% - 84%
65% - 74%
55% - 64%
45% - 54%
35% - 44%
25% - 34%
15% - 24%
0% - 14%
9
8
7
6
5
4
3
2
1
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
10
6
c) Pedoman konversi skala sebelas dalam penilaian
M + 2,25 SDi =
M + 1,75 SDi =
M + 1,25 SDi =
M + 0,75 SDi =
M + 0,25 SDi =
M – 0,25 SDi =
M – 0,75 SDi =
M – 1,25 SDi =
M – 1,75 SDi =
M – 2,25 SDi =
Berdasarkan tingkat pemahaman
Tabel 2.3 Tingkat Pemahaman skala sebelas
Tingkat
PenguasaanSkor Standar
95% - 100%
85% - 94%
75% - 84%
65%- 74%
55% - 64%
45% - 54%
35% - 44%
25% - 34%
15% - 24%
5% - 14%
0% - 4%
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
d) Pedoman konversi skala seratus dalam penilaian
X – M SD
X – M SD
7
Skala seratus adalah suatu skala yang bergerak antara nol sampai seratus,
mengkonversikan skor mentah menjadi skor standar dengan norma patokan
skala seratus dipergunakan rumus T skor.
T = 50 + x 100
e) Pedoman konversi skala Z skor
Z skor adalah suatu ukuran yang menyatakanbesarnya penyimpangan suatu
skor terhadap angka rata-rata skor dalam kelompo ktersebut, dalam satuan
deviasis tandar.
Rumus dalam mencari Z skor adalah:
Z =
2. Penilaian Acuan Normal (PAN)
Pendekatan Penilaian Acuan Normal (Norm-Referenced Evaluation)/Relatif
yaitu pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang
dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang lain dalam kelompoknya.
Evaluasi Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa
adanya”. Tidak sama sekali dikaitkan dengan ukuran-ukuran ataupun patokan
yang terletak diluar hasil-hasil pengukuran sekelompok siswa.
Pada dasarnya mempergunakan “kurve normal” dengan menafsirkan angka rata-
rata (mean) dan angka simbangan baku (standard deviation). Patokan penilaian
ini bersifat relatif, dapat bergeser ke atas atau ke bawah.
Skala penilain yang digunakan sama halnya dengan PAP, yaitu skala 5, skala 9,
skala 11, skala 100, dan Z skor.
1. Penilaian gabungan PAN dan PAP (Kombinasi)
Norma absolut dan norma relatif mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-
masing. Norma absolut baik dipergunakan apabila derajat kesukaran tes yang
digunakan telah memenuhi syarat tes yang baik.
8
Norma relatif baik dipergunakan apabila distribusi kecakapan kelompok anak
mengikuti hukum kurve normal. Norma kombinasi yaitu suatu norma yang
didasarkan atas kombinasi antara norma absolut dan norma relatif.
Langkah-langkah dalam mengkonversikan skor mentah menjadi skor standar
skala lima, sembilan , sebelas dan seratus :
- Mencari angka rata-rata kombinasi (Mk)
Mk = ½ (Mi + Ma)
- Mencari standar deviasi kombinasi (SDk)
SDk = ½ (SDi + SDa)
- Membuat pedoman konversi
B. Kualitas Tes
Ada beberapa aspek yang dinilai dalam kualitas tes, yaitu tingkat kesukaran, daya
pembeda, validitas dan reliabilitas. Untuk lebih jelasnya, diuraikan di bawah ini :
1. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Soal
yang mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat mencoba lagi karena di luar
jangkauannya.
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty indeks). Untuk mencari indeks kesukaran digunakan rumus
sebagai berikut :
P = B
JS
Dimana :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta
9
Indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
Soal dengan P 1,00 – 0,30 = soal sukar
Soal dengan P 0,30 – 0,70 = soal sedang
Soal dengan P 0,70 – 1,00 = soal mudah
2. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang bodoh (lower group).
Angka yang menunjukan besarnya day pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D.
Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa- siswa yang
pandai saja. Langkah pertama untuk menganalisis daya pembeda, adalah dengan
mengelompokan seluruh peserta tes menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
pandai (upper group) dan kelompok bodoh (lower group).
Untuk mencari indeks diskriminasi (D) digunakn rumus berikut :
D = – = PA – PP
Dimana :
J = jumlah peserta tes
JA = banyak peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA
JA
BB
JB
10
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
Klasifikasi daya pembeda
D : 0,00 – 0,20 = jelek
D : 0,20 – 0,40 = cukup
D : 0,40 – 0,70 = baik
D : 0,70 – 1,00 = baik sekali
3. Validitas
Dalam evaluasi pembelajaran validitas dibagi menjadi dua, yaitu validitas
menyangkut soal secara kesuluruhan dan validitas menyangkut butir soal atau
item dan validitas faktor yang menyangkut materi.
Pada kali ini validitas yang akan diujikan adalah validitas butir soal atau item.
Sebuah tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap
skor total. Dengan kata lain sebuah item mempunyai validitas yang tinggi jika
skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total.
Perhitungan validitas dilakukan dengan rumus korelasi product moment, yaitu
dengan perhitungan angka kasar.
Rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagi berikut:
rxy =
Koefisien untuk menentukan besarnya koefisien korelasi, yaitu :
0,800 – 1,00 = sangat tinggi
N ∑XY – (∑X) (∑Y)
√ {N ∑X2 – (∑X)2} { N ∑Y2 – (∑Y)2
11
0,600 – 0,800 = tinggi
0,400 – 0,600 = cukup
0,200 – 0,400 = rendah
0,000 – 0,200 = sanagt rendah
4. Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang
sama. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Ada tiga metode yang digunakan untuk mencari besarnya reliabilitas, yaitu
metode bentuk parallel (equivalent), metode tes ulang (test-retest method) dan
metode belah dua (split-half method).
Dalam pengujian reliabilitas kali ini metode yang digunakan adalah metode
belah dua adalah dengan cara pembelahan ganjil-genap. Perhitungan yang
digunakan adalah dengan menggunakan korelasi product moment dalam
reliabilitas disebut koefisien reliabilitas separo tes.
Hasil perhitungan dengan korelasi product moment dimasukan ke dalam rumus
di bawah ini, untuk mengetahui tinggi rendahnya koefisien tersebut :
r11 = 2 r ½ ½(1 + r ½ ½ )
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Soal yang Dianalisis
Soal yang dianalisis pada kesempatan kali ini adalah soal ujian mata pelajaran
Bahasa Sunda kelas IX. tepatnya kelas X2 SMP N 1 Mande Cianjur dengan jumlah
siswa sebanyak 42 orang.
B. Hasil Analisis
1. Penilaian Acuan Patokan
a. Menentukan Standar Maksimal Ideal
Tabel 3.1 Standar Maksimal Ideal (PAP)
No
. Type soal Jumlah soal Bobot soal Skor
1. Pilihan ganda 30 2 60
2. Essay 5 8 40
Jumlah 100
SMI = 100Mi = ½ x SMI
= 50SDi = 1/3 x Mi
= 16,67
b. Skala Lima
Tabel 3.2 Konversi Skala Lima (PAP)
No. Kriteria F Prosentase (%)
1. X ≥ 75,05 = A 2 4,76
2. X ≥ 58,35 = B 35 83,34
3. X ≥ 41,65 = C 5 11,90
4. X ≥ 24,95 = D 0 0
5. X < 24,95 = E 0 0
Jumlah 42 100
13
Sumber: data primer
Dari tabel 3.2 dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 42 siswa, dua orang siswa
memiliki nilai ≥ 75,05, 35 orang siswa memiliki nilai di atas ≥ 58,35 dan lima
orang siswa mendapat nilai ≥ 41,65. Data tersebut diprosentasekan masing-
masing menjadi 4,67% untuk siswa dengan nilai A, 83,34% untuk siswa dengan
nilai B dan 11,90% untuk siswa dengan nilai C. Secara keseluruhan, siswa
mendapatkan nilai yang cukup baik, karena prosentase terbanyak berada pada
wilayah nilai B.
c. Skala Sembilan
Tabel 3.3 Konversi Skala Sembilan (PAP)
No
.Kriteria F Prosentase (%)
1. X ≥ 79,23 = 9 1 2,38
2. X ≥ 70,88 = 8 5 11,90
3. X ≥ 62,53 = 7 19 45,24
4. X ≥ 54,18 = 6 16 38,10
5. X ≥ 45,83 = 5 1 2,38
6. X ≥ 37,48 = 4 0 0
7. X ≥ 29,13 = 3 0 0
8. X ≥ 20,78 = 2 0 0
9. X < 20,78 = 1 0 0
Jumlah 42 100
Sumber: data primer
Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa dari 42 siswa setelah dikonversikan
ke dalam skala sembilan, 2,38% atau satu siswa mendapatkan nilai ≥ 79,23,
selanjutnya 11,90% atau lima siswa mendapat nilai ≥70,88, kemudian 45,24%
atau 19 siswa mendapat nilai ≥ 62,53, lalu 38,10% atau 16 siswa mendapat nilai
≥ 54,18, dan 2,38% atau satu siswa mendapat nilai ≥ 45,83.
12
14
d. Skala Sebelas
Tabel 3.4 Konversi Skala Sebelas (PAP)
No. Kriteria f Prosentase (%)
1. X ≥ 87,58 = 10 0 0
2. X ≥ 79,23 = 9 1 2,38
3. X ≥ 70,88 = 8 5 11,90
4. X ≥ 62,53 = 71
945,24
5. X ≥ 54,18 = 61
638,10
6. X ≥ 45,83 = 5 1 2,38
7. X ≥ 37,48 = 4 0 0
8. X ≥ 29,13 = 3 0 0
9. X ≥ 20,78 = 2 0 0
10. X ≥ 12,43 = 1 0 0
11. X < 12,43 = 0 0 0
Jumlah4
2100
Sumber: data primer
Dari tabel di 3.4 dapat dilihat bahwa setelah dikonversikan pada skala 11
didapatkan hasil berupa dari 42 siswa, terdapat persamaan antara nilai yang
telah dikonversikan pada skala sembilan dan skala 11 yakni, 2,38% atau satu
siswa mendapatkan nilai ≥ 79,23, selanjutnya 11,90% atau lima siswa mendapat
nilai ≥70,88, kemudian 45,24% atau 19 siswa mendapat nilai ≥ 62,53, lalu
38,10% atau 16 siswa mendapat nilai ≥ 54,18, dan 2,38% atau satu siswa
mendapat nilai ≥ 45,83.
e. Skala 100
15
Tabel 3.5 Konversi Skala 100 (PAP)
No
.Skala 100
1. Jumlah nilai dari 42 siswa 2474.4
2. Rata-rata 58,9
3. Tingkat penguasaan 58,9%
Sumber: data primer
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa setelah melakukan konversi nilai pada skala
100 dari 42 siswa didapat tingkat pemahaman rata-rata siswa adalah 58,9%,
dengan nilai tertinggi adalah 80 dan terendah adalah 54.
f. Z skor
Tabel 3.6 Konversi Z Skor (PAP)
No. Kriteria f Prosentase (%)
1. Positif 4
2100
2. Negatif 0 0
Jumlah 4
2100
Sumber: data primer
Data pada tabel 3.6 menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memiliki
nilai Z skor negatif hal ini menunjukkan jika tabel di kurvakan maka akan
terbentuk kurva yang condong ke arah kanan.
2. Penilaian Acuan Normal (PAN)
Hal yang dilakukan adalah mencari nilai rata-rata aktual, dan standar deviasi
aktual, hasil penghitungan didapat:
Rata-rata aktual = 65
Standar deviasi aktual = 5,63
16
a. Skala Lima
Tabel 3.7 Konversi Skala Lima (PAN)
No. Kriteria f Prosentase (%)
1. X ≥ 73,45 = A 3 7,15
2. X ≥ 67,82 = B 11 26,19
3. X ≥ 62,19 = C 12 28,57
4. X ≥ 56,56 = D 12 28,57
5. X < 56,56 = E 4 9,52
Jumlah 42 100
Sumber: data primer
Dari tabel 3.7 diperoleh hasil bahwa dari 42 siswa, 7,15% atau tiga siswa
memiliki nilai ≥73,45, 26,19% atau 11 siswa memiliki nilai di atas ≥ 67,82, 12
28,57% atau siswa memiliki nilai ≥ 62,19, 28,57% atau 12 siswa memiliki nilai
≥ 56,56 dan 9,52% atau empat orang siswa mendapat nilai < 56,56. Secara
keseluruhan dapat dilihat bahwa pada konversi skala lima sebaran nilai lebih
tersebar dengan cukup merata.
b. Skala Sembilan
Tabel 3.8 Konversi Skala Sembilan (PAN)
No
.Kriteria f Prosentase (%)
1. X ≥ 74,85 = 9 2 4,76
2. X ≥ 72,04 = 8 1 2,38
3. X ≥ 69,22 = 7 8 19,05
4. X ≥ 66,41 = 6 3 7,14
5. X ≥ 63,59 = 5 12 28,57
6. X ≥ 60,78 = 4 6 14,29
7. X ≥ 57,96 = 3 6 14,29
8. X ≥ 55,15 = 2 3 7,14
9. X < 55,15 = 1 1 2,38
Jumlah 42 100
17
Sumber: data primer
Dari tabel 3.8 dapat dilihat bahwa setelah dikonversikan pada skala
Sembilan, hasil yang diperoleh dari 42 siswa yaitu, siswa yang berada pada
kategori 9 sebanyak 2 orang dengan prosentase 4,76%, siswa yang berada
pada kategori 8 sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%, siswa yang
berada pada kategori 7 sebanyak 8 orang dengan prosentase 19,05%, siswa
yang berada pada kategori 6 sebanyak 3 orang dengan prosentase 7,14%,
siswa yang berada pada kategori 5 sebanyak 12 orang dengan prosentase
28,57%, siswa yang berada pada kategori 4 sebanyak 6 orang dengan
prosentase 14,29%, siswa yang berada pada kategori 3 sebanyak 6 orang
dengan prosentase 14,29%, siswa yang berada pada kategori 2 sebanyak 3
orang dengan prosentase 7,14%, siswa yang berada pada kategori 1
sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%. Dengan demikian, dapat
disimpulkan pada konversi skala sembilan lebih banyak siswa yang berada
pada kategori 5, jadi tingkat penguasaan keseluruhan siswa rata-rata berada
pada taraf sedang.
c. Skala Sebelas
Tabel 3.9 Konversi Skala Sebelas (PAN)
No. Kriteria f Prosentase (%)
1. X ≥ 77,67 = 10 1 2,38
2. X ≥ 74,85 = 9 1 2,38
3. X ≥ 72,04 = 8 1 2,38
4. X ≥ 69,22 = 7 8 19,05
5. X ≥ 66,41 = 6 3 7,14
6. X ≥ 63,59 = 51
228,57
7. X ≥ 60,78 = 4 6 14,29
8. X ≥ 57,96 = 3 6 14,29
9. X ≥ 55,15 = 2 3 7,14
10. X ≥ 52,33 = 1 1 2,38
11. X < 52,33 = 0 0 0
18
Jumlah4
2100
Sumber: data primer
Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa setelah dikonversikan pada skala sebelas,
hasil yang diperoleh dari 42 siswa yaitu, siswa yang berada pada kategori 10
sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%, yang berada pada kategori 9
sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%, siswa yang berada pada
kategori 8 sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%, siswa yang berada
pada kategori 7 sebanyak 8 orang dengan prosentase 19,05%, siswa yang
berada pada kategori 6 sebanyak 3 orang dengan prosentase 7,14%, siswa
yang berada pada kategori 5 sebanyak 12 orang dengan prosentase 28,57%,
siswa yang berada pada kategori 4 sebanyak 6 orang dengan prosentase
14,29%, siswa yang berada pada kategori 3 sebanyak 6 orang dengan
prosentase 14,29%, siswa yang berada pada kategori 2 sebanyak 3 orang
dengan prosentase 7,14%, siswa yang berada pada kategori 1 sebanyak 1
orang dengan prosentase 2,38%. Dengan demikian, dapat disimpulkan pada
konversi skala sembilan lebih banyak siswa yang berada pada kategori 5,
jadi tingkat penguasaan keseluruhan siswa rata-rata berada pada taraf
sedang. Tidak ada siswa yang berada pada kategori 0 karena tidak ada siswa
yang memiliki skor dibawah 52,33.
d. Skala 100
Tabel 3.10 Konversi Skala 100 (PAN)
Skala 100
Jumlah nilai dari 42 siswa 2100
Rata-rata 50
Tingkat penguasaan 50 %
Sumber: data primer
Dari tabel 3.10 dapat dilihat hasil konversi 42 siswa pada skala 100
memiliki rata-rata nilai yaitu 50 dan prosentase tingkat penguasaan
sebanyak 50%.
19
e. Z skor
Tabel 3.11 Konversi Z Skor (PAN)
No. kategori f Prosentase (%)
1. Positif 19 45,24
2. Nol 0 0
3. Negatif 23 54,76
Jumlah 42 100
Sumber: data primer
Dari tabel 3.11 dapat dilihat, setelah dikonversikan pada Z skor dari 42
siswa, sebanyak 19 siswa berada pada kategori positif dan 23 siswa berada
pada kategori negatif.
3. Penilaian Kombinasi PAP dan PAN
Mencari nilai Mk dan SDk, dari hasil penghitungan didapatkan hasil sebagai
berikut:
Mk = ½ (Mi + Ma)
= 57,5
SDk = ½ (SDi + SDa)
= 11,15
a. Skala Lima
Tabel 3.12 Konversi Skala Lima (kombinasi)
No. Kriteria f Prosentase (%)
1. X ≥ 74,48 = A 2 4,76
2. X ≥ 63,32 = B 23 54,76
3. X ≥ 52,18 = C 17 40,48
4. X ≥ 41,02 = D 0 0
5. X < 41,02 = E 0 0
20
Jumlah 42 100
Sumber: data primer
Dari tabel 3.12 dapat dilihat bahwa setelah dikonversikan pada skala lima
hasil yang diperoleh dari 42 siswa yaitu, siswa yang mendapat nilai A
sebanyak dua orang dengan prosentase 4,76%, siswa yang mendapat nilai B
sebanyak 23 orang dengan prosentase 54,76%, siswa yang mendapat niali C
sebanyak tiga orang dengan prosentase 9,375%, dan tidak ada siswa yang
mendapat nilai D dan E. Dengan demikian, dapat disimpulkan pada
konversi skala lima lebih banyak siswa yang mendapat nilai B.
21
b. Skala Sembilan
Tabel 3.13 Konversi Skala Sembilan (kombinasi)
No
.Kriteria F Prosentase (%)
1. X ≥ 77,26 = 9 1 2,38
2. X ≥ 71,69 = 8 5 11,90
3. X ≥ 66,11 = 7 7 16,67
4. X ≥ 60,54 = 6 19 45,24
5. X ≥ 54,96 = 5 9 21,43
6. X ≥ 49,39 = 4 1 2,38
7. X ≥ 43,81 = 3 0 0
8. X ≥ 38,24 = 2 0 0
9. X < 38,24 = 1 0 0
Jumlah 42 100
Sumber: data primer
Data dari tabel 3.13 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah
dikonversikan pada skala sembilan hasil yang diperoleh dari 42 siswa yaitu,
siswa yang mendapat nilai 9 sebanyak satu orang dengan prosentase 2,38%,
siswa yang mendapat nilai 8 sebanyak lima orang dengan prosentase
11,90%, siswa yang mendapat niali 7 sebanyak 7 orang dengan prosentase
16,67%, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 6 sebanyak 19 orang
dengan prosentase 45,24%, siswa yang mendapat nilai 5 sebanyak 9 orang,
siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 1orang dan tidak ada siswa yang
mendapat nilai di bawah 4.
c. Skala sebelas
Tabel 3.14 Konversi Skala Sebelas (kombinasi)
No. Kriteria f Prosentase (%)
1. X ≥ 82,84 = 10 0 0
2. X ≥ 77,26 = 9 1 2,38
3. X ≥ 71,69 = 8 5 11,90
22
4. X ≥ 66,11 = 7 7 16,67
5. X ≥ 60,54 = 61
945,24
6. X ≥ 54,96 = 5 9 21,43
7. X ≥ 49,39 = 4 1 2,38
8. X ≥ 43,81 = 3 0 0
9. X ≥ 38,24 = 2 0 0
10. X ≥ 32,66 = 1 0 0
11. X < 32,66 = 0 0 0
Jumlah4
2100
Sumber: data primer
Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa setelah dikonversikan pada skala sebelas,
hasil yang diperoleh dari 42 siswa yaitu, siswa yang berada pada kategori 9
sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%, siswa yang berada pada
kategori 8 sebanyak 5 orang dengan prosentase 11,9%, siswa yang berada
pada kategori 7 sebanyak 7 orang dengan prosentase 16,67%, siswa yang
berada pada kategori 6 sebanyak 19 orang dengan prosentase 45,24%, siswa
yang berada pada kategori 5 sebanyak 9 orang dengan prosentase 21,43%,
siswa yang berada pada kategori 4 sebanyak 1 orang dengan prosentase
2,38%, dan tidak siswa yang mendapat nilai di bawah 4.
4. Penilaian Kualitas Tes
a. Tingkat Kesukaran
Tabel 3.15 Penghitungan Tingkat Kesukaran
No Soal
Array Angka P Tingkat Kesukaran
1. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII III 38 0,90 Mudah2. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII I 36 0,86 Mudah3. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 35 0,83 Mudah4. IIII IIII IIII IIII IIII IIII 30 0,71 Mudah5. IIII IIII 9 0,21 Sukar6. IIII IIII IIII IIII IIII IIII 30 0,71 Mudah7. IIII 5 0,12 Sukar8. IIII IIII II 12 0,29 Sukar
23
9.IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII
40 0,95 Mudah
10.IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII
39 0,93 Mudah
11. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 34 0,81 Mudah12. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 34 0,81 Mudah13. II 2 0,05 Sukar14. III 3 0,07 Sukar15. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 35 0,83 Mudah16. IIII IIII IIII II 17 0,40 Sedang17. IIII IIII II 12 0,29 Sukar18. IIII IIII IIII IIII IIII 24 0,57 Sedang19. IIII II 7 0,17 Sukar20. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII II 37 0,88 Mudah
21.IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII
39 0,93 Mudah
22. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII II 37 0,88 Mudah23. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII I 36 0,86 Mudah24. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 35 0,83 Mudah25. IIII IIII IIII IIII IIII 25 0,60 Sedang26. IIII III 8 0,19 Sukar27. IIII IIII IIII IIII IIII IIII II 32 0,76 Mudah28. IIII IIII IIII 15 0,36 Sedang
29.IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII
40 0,95 Mudah
30. IIII IIII IIII 14 0,33 Sedang
Tabel 3.16 Tingkat Kesukaran
No. Kriteria f Prosentase (%)
1. Sukar1
726,67
2. Sedang 5 16,67
3. Mudah 8 56,66
Jumlah3
0100
Sumber: data primer
Dari tabel 3.16 diperoleh hasil berupa soal yang sukar sebanyak 26,67%, sedang
sebanyak 16,67% dan soal mudah sebanyak 56,66%, jika dibandingkan dengan
prosentase tingkat kesukaran yang standar yakni 30% mudah, 50% sedang dan
24
20% sukar, maka proporsi soal tidak seimbang yakni lebih condong ke soal
mudah. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa soal yang diberikan terlalu mudah.
25
b. Daya Beda
Tabel 3.17 Daya Beda
No
.Kriteria f Prosentase (%)
1. Jelek 17 56.67
2. Cukup 1 3.33
3. Baik 0 0
4. Baik sekali 0 0
5. Tidak baik (D = negatif) 12 40
Jumlah 30 100
Sumber: data primer
Dari tabel 3.17 daya pembeda dari siswa kelompok atas (upper) dan kelompok
bawah (lower), yaitu prosentase 56,67% jelek, 3,33% cukup dan 40% tidak baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa butir soal memiliki daya pembeda yang sangat
rendah. 40% butir soal yang memiliki nilai D = negatif hal ini mungkin terjadi
dengan anggapan bahwa kelompok bawah bias saja menjawab soal tersebut
dengan cara menebak. Terdapat pula 8 soal yang mampu dijawab oleh kedua
kelompok sehingga bernilai D = 0.
c. Validitas
Tabel 3.18 Validitas
No. Koefisien korelasi f Prosentase (%)
1. Sangat tinggi 0 0
2. Tinggi 0 0
3. Cukup 1 10
4. Rendah 5 50
5. Sangat rendah 4 40
Jumlah 10 100
Sumber: data primer
26
Dari tabel 3.18 diperoleh hasil validitas butir soal dengan prosentase 0% sangat
tinggi, 0% tinggi, 10% cukup, 50% rendah, dan 40% sangat rendah. Ini berarti
kesepuluh butir soal tersebut memiliki tingkat validitas butir soal yang rendah.
d. Reliabilitas
Hasil yang didapat melalui realibilitas dengan belah dua ganjil genap, yaitu
setelah dihitung dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar
diketahui bahwa r XY= -0,4618. Harga tersebut baru menunjukkan reliabilitas
setengah tes, dan hasil reliabilitas seluruh tesnya r11= -0,6318. Setelah
mengacu pada kriteria validitas, dari sepuluh butir soal yang diuji hasilnya
tidak valid, hal ini sangat cocok dengan hasil validitas yang diuji
sebelumnya.
27
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pengolahan data hasil tes, di dapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Berdasarkan penilaian ini, hasil yang di dapat dari 42 siswa, setelah
dikonversikan pada beberapa skala menunjukkan kategori yang cukup bagus,
dapat dilihat pada skala lima, siswa mendapat nilai paling rendah C, pada skala
sembilan, tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah 5, pada skala sebelas
juga sama seperti pada skala sembilan. Hal ini sesuai dengan nilai yang didapat
oleh siswa yaitu diatas rata-rata nilai patokan. Pada skala seratus memiliki
prosentase tingkat penguasaan 58,9% dan pada z skor semua siswa memiliki
nilai positif, yang artinya kurva berada di sebelah kanan.
2. Penilaian Acuan Normal (PAN), penilaian ini berbeda halnya dengan penilaian
acuan patokan (PAP), pada penilaian ini penyebaran kategori dari setiap
konversi lebih tersebar mulai dari kategori terendah sampai dengan kategori
tertinggi diisi oleh semua siswa, pada skala sebelas kategori 0 tidak ada siswa
yang memperoleh nilai di bawah 1. Pada skala seratus memiliki prosentase
tingkat penguasaan 50% dan pada z skor antara niali positif dan negatif lebih
sebanding, sehingga kurva berada di antara nilai positif dan negatif tersebut.
3. Kombinasi PAP dan PAN, pada penilaian ini data hanya diolah dengan
menggunakan konversi skala lima, skala Sembilan danskala sebelas dari hasil
konversi skala lima siswa menempati kategori A, B, dan C, pada konversi skala
Sembilan siswa menempati kategori 4 ke atas, dan pada konversi skala sebelas
juga serupadengan pada skala Sembilan. Penilaian ini sangat baik dan biasanya
penilaian kombinasi ini sering digunakan oleh para pendidik dalam menilai hasil
akhir siswa.
Berdasarkan pengolahan data kualitas tes, didapat kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan data yang diolah, tes yang diberikan pada siswa memiliki tingkat
kesukaran yang mudah, sehingga daya pembeda antara kelompok upper dan lower
pun jelek (sangat sulit untuk membedakannya).
25
28
Dari validitas itemnya, validitas yang didapat 50% butir soal memiliki tingkat
kevalidan rendah dan 40% lainnya sangat rendah, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat kevalidan butir soal tersebutrendah, dan hasil reliabilitas dari item
tersebut menunjukkan ketidakvalidan artinya hasil diterima.
A. SARAN
Sebagai tenaga pendidik, hendaknya mampu menguasai dan melakukan prosedur
evaluasi yang tepat, karena dengan prosedur dapat diketahui sejauh mana
keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan, sejauh mana tujuan
pembelajaran telah tercapai, dan perbaikan apa yang bias dilakukan. Hal ini juga
berkaitan dengan metode yang digunakan pada saat pembelajaran, ketepatan materi
dan tingkatpenguasaan materi siswa.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
27
30
LAMPIRAN
28