evaluatika laporan

45
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain yakni, Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Adapun pengertian dari masing- masing komponen dalam evaluasi pendidikan adalah: 1. EVALUASI; Kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). 2. PENGUKURAN (MEASUREMENT); Proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penetuan nilai kuantitatif.

Transcript of evaluatika laporan

Page 1: evaluatika laporan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi

belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini

mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk

menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah

tercapai.

Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain yakni, Cronbach dan

Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar

mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

Adapun pengertian dari masing-masing komponen dalam evaluasi pendidikan adalah:

1. EVALUASI; Kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang

telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula

untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan

keputusan nilai (value judgement).

2. PENGUKURAN (MEASUREMENT); Proses pemberian angka atau usaha

memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah

mencapai karakteristik tertentu. Hasil Pengukuran berhubungan dengan proses

pencarian atau penetuan nilai kuantitatif.

3. TES; Cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu

dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu

yang jelas.

4. PENILAIAN (ASESMEN)

Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan

berdasarkan informasi itu (Blaustein, D. et.al ,1999)

Proses sistematik meliputi pengumpulan dan penafsiran data hasil belajar

sebagai dasar membuat keputusan tentang siswa.

5. PENILAIAN KELAS;

Proses Pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian

nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya

1

Page 2: evaluatika laporan

2

sehingga didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar

kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.

Penilaian kelas dilaksnakan secara terpadu dalam proses pembelajaran di

kelas

Penilaian kelas dilaksnakan baik secara formal dan non formal, di dalam

maupun di luar kelas, terintegrasi dengan pembelajaran atau dilakukan pada

waktu khusus.

Tujuan Penilaian Usaha memberikan gambaran tentang perkembangan

hasil belajar siswa untuk memperbaiki proses pembelajaran yang harus dilakukan

juga digunakan sebagai pengakuan terhadap kualitas pendidikan yang telah dicapai

disekolah tersebut.

Salah satu isi dari standar penilaian adalah metode yang digunakan dalam

menilai hasil belajar siswa. Secara umum ada dua metoda/acuan yang digunakan

untuk melihat hasil belajar siswa yaitu penilaian acuan norma dan penilaian acuan

patokan

Apabila kita melakukan pengukuran atau penilaian berarti kita

membandingkan. Dalam membandingkan berarti membutuhkan pembanding.

Dalam dunia pendidikan ada dua pendekatan yang digunakan sebagai pembanding,

yaitu penilaian acuan norma atau PAN (norm referenced evaluation) dan penilaian

acuan patokan.atau PAP (criterion refrenced evaluation)

B. Tujuan Pembuatan Laporan

Laporan ini disusun dengan tujuan untuk:

1. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan

2. Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan penilaian test objektif

3. Mengetahui cara melakukan penilaian kualitas soal (tingkat kesukaran, daya

beda, validitas test, dan reliabilitas test)

4. Untuk memaparkan hasil penelitian mahasiswa mengenai evaluasi pendidikan

Page 3: evaluatika laporan

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendekatan dalam Penilaian

1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)/Criterion Referenced Evaluation

Pendekatan penilaian acuan patokan yaitu pendekatan penilaian yang

membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan patokan “batas lulus” yang

telah ditetapkan.

Penetapan patokan dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian yang

akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu

mempunyai arti tertentu. Patokan yang telah ditetapkan terlebih dahulu biasanya

disebut “batas lulus” atau “tingkat penguasaan minimum”. Patokan yang

digunakan bersifat tetap.

Skala penilaian merupakan tingkatan yang terbagi dalam lima kategori skala

penilaian sebagai berikut:

a) Skala lima (0, 1, 2, 3, dan 4/ E, D, C, B, dan A)

b) Skala sembilan (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9)

c) Skala sebelas (0-10)

d) Skala seratus (1-100)

e) Skala Z skor

Skala lima

a) Pembagian tingkatan yang terbagi dalam lima katagori

b) Pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi

skor standar dengan norma patokan adalah didasarkan atas tingkat

penguasaan terhadap bahan yang diberikan

c) Tingkat penguasaan tersebut akan tercermin dari tinggi rendahnya skor

mentah yang dicapai.

3

Page 4: evaluatika laporan

A

B

C

D

E

4

Pedoman konversi skala

Langkah-langkah dalam mengkonversikan skor mentah menjadi skor standar

Mencari skor maksimal ideal (SMI)

Mencari angka rata-rata ideal (Mi)

Mi = ½ x SMI

Mencari standar deviasi ideal (SDi)

SDi = 1/3 x Mi

Membuat pedoman konversi skala

a) Pedoman konversi skala lima pada penilaian

M + 1,5 SDi =

M + 0,5 SDi =

M – 0,5 SDi =

M – 1,5 SDi =

Berdasarkan tingkat penguasaan:

Tabel 2.1 Tingkat Penguasaan Skala Lima

Tingkat

PenguasaanSkor Standar

90% - 100%

80% - 89%

65% - 79%

55% - 64%

0% - 54%

A

B

C

D

E

Page 5: evaluatika laporan

9

8

7

6

5

4

3

2

1

5

b) Pedoman konversi skala sembilan dalam penilaian

M + 1,75 SDi =

M + 1,25 SDi =

M + 0,75 SDi =

M + 0,25 SDi =

M – 0,25 SDi =

M – 0,75 SDi =

M – 1,25 SDi =

M – 1,75 SDi =

Berdasarkan Tingkat Penguasaan:

Tabel 2.2 Tingkat Penguasaan skala sembilan

Tingkat

PenguasaanSkor Standar

85 - 100%

75% - 84%

65% - 74%

55% - 64%

45% - 54%

35% - 44%

25% - 34%

15% - 24%

0% - 14%

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Page 6: evaluatika laporan

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

10

6

c) Pedoman konversi skala sebelas dalam penilaian

M + 2,25 SDi =

M + 1,75 SDi =

M + 1,25 SDi =

M + 0,75 SDi =

M + 0,25 SDi =

M – 0,25 SDi =

M – 0,75 SDi =

M – 1,25 SDi =

M – 1,75 SDi =

M – 2,25 SDi =

Berdasarkan tingkat pemahaman

Tabel 2.3 Tingkat Pemahaman skala sebelas

Tingkat

PenguasaanSkor Standar

95% - 100%

85% - 94%

75% - 84%

65%- 74%

55% - 64%

45% - 54%

35% - 44%

25% - 34%

15% - 24%

5% - 14%

0% - 4%

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

d) Pedoman konversi skala seratus dalam penilaian

Page 7: evaluatika laporan

X – M SD

X – M SD

7

Skala seratus adalah suatu skala yang bergerak antara nol sampai seratus,

mengkonversikan skor mentah menjadi skor standar dengan norma patokan

skala seratus dipergunakan rumus T skor.

T = 50 + x 100

e) Pedoman konversi skala Z skor

Z skor adalah suatu ukuran yang menyatakanbesarnya penyimpangan suatu

skor terhadap angka rata-rata skor dalam kelompo ktersebut, dalam satuan

deviasis tandar.

Rumus dalam mencari Z skor adalah:

Z =

2. Penilaian Acuan Normal (PAN)

Pendekatan Penilaian Acuan Normal (Norm-Referenced Evaluation)/Relatif

yaitu pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang

dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang lain dalam kelompoknya.

Evaluasi Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa

adanya”. Tidak sama sekali dikaitkan dengan ukuran-ukuran ataupun patokan

yang terletak diluar hasil-hasil pengukuran sekelompok siswa.

Pada dasarnya mempergunakan “kurve normal” dengan menafsirkan angka rata-

rata (mean) dan angka simbangan baku (standard deviation). Patokan penilaian

ini bersifat relatif, dapat bergeser ke atas atau ke bawah.

Skala penilain yang digunakan sama halnya dengan PAP, yaitu skala 5, skala 9,

skala 11, skala 100, dan Z skor.

1. Penilaian gabungan PAN dan PAP (Kombinasi)

Norma absolut dan norma relatif mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-

masing. Norma absolut baik dipergunakan apabila derajat kesukaran tes yang

digunakan telah memenuhi syarat tes yang baik.

Page 8: evaluatika laporan

8

Norma relatif baik dipergunakan apabila distribusi kecakapan kelompok anak

mengikuti hukum kurve normal. Norma kombinasi yaitu suatu norma yang

didasarkan atas kombinasi antara norma absolut dan norma relatif.

Langkah-langkah dalam mengkonversikan skor mentah menjadi skor standar

skala lima, sembilan , sebelas dan seratus :

- Mencari angka rata-rata kombinasi (Mk)

Mk = ½ (Mi + Ma)

- Mencari standar deviasi kombinasi (SDk)

SDk = ½ (SDi + SDa)

- Membuat pedoman konversi

B. Kualitas Tes

Ada beberapa aspek yang dinilai dalam kualitas tes, yaitu tingkat kesukaran, daya

pembeda, validitas dan reliabilitas. Untuk lebih jelasnya, diuraikan di bawah ini :

1. Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Soal

yang mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha

memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa

menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat mencoba lagi karena di luar

jangkauannya.

Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks

kesukaran (difficulty indeks). Untuk mencari indeks kesukaran digunakan rumus

sebagai berikut :

P = B

JS

Dimana :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta

Page 9: evaluatika laporan

9

Indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:

Soal dengan P 1,00 – 0,30 = soal sukar

Soal dengan P 0,30 – 0,70 = soal sedang

Soal dengan P 0,70 – 1,00 = soal mudah

2. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang bodoh (lower group).

Angka yang menunjukan besarnya day pembeda disebut indeks diskriminasi,

disingkat D.

Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa- siswa yang

pandai saja. Langkah pertama untuk menganalisis daya pembeda, adalah dengan

mengelompokan seluruh peserta tes menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

pandai (upper group) dan kelompok bodoh (lower group).

Untuk mencari indeks diskriminasi (D) digunakn rumus berikut :

D = – = PA – PP

Dimana :

J = jumlah peserta tes

JA = banyak peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA

JA

BB

JB

Page 10: evaluatika laporan

10

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

Klasifikasi daya pembeda

D : 0,00 – 0,20 = jelek

D : 0,20 – 0,40 = cukup

D : 0,40 – 0,70 = baik

D : 0,70 – 1,00 = baik sekali

3. Validitas

Dalam evaluasi pembelajaran validitas dibagi menjadi dua, yaitu validitas

menyangkut soal secara kesuluruhan dan validitas menyangkut butir soal atau

item dan validitas faktor yang menyangkut materi.

Pada kali ini validitas yang akan diujikan adalah validitas butir soal atau item.

Sebuah tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap

skor total. Dengan kata lain sebuah item mempunyai validitas yang tinggi jika

skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total.

Perhitungan validitas dilakukan dengan rumus korelasi product moment, yaitu

dengan perhitungan angka kasar.

Rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagi berikut:

rxy =

Koefisien untuk menentukan besarnya koefisien korelasi, yaitu :

0,800 – 1,00 = sangat tinggi

N ∑XY – (∑X) (∑Y)

√ {N ∑X2 – (∑X)2} { N ∑Y2 – (∑Y)2

Page 11: evaluatika laporan

11

0,600 – 0,800 = tinggi

0,400 – 0,600 = cukup

0,200 – 0,400 = rendah

0,000 – 0,200 = sanagt rendah

4. Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang

sama. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila tes

tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Ada tiga metode yang digunakan untuk mencari besarnya reliabilitas, yaitu

metode bentuk parallel (equivalent), metode tes ulang (test-retest method) dan

metode belah dua (split-half method).

Dalam pengujian reliabilitas kali ini metode yang digunakan adalah metode

belah dua adalah dengan cara pembelahan ganjil-genap. Perhitungan yang

digunakan adalah dengan menggunakan korelasi product moment dalam

reliabilitas disebut koefisien reliabilitas separo tes.

Hasil perhitungan dengan korelasi product moment dimasukan ke dalam rumus

di bawah ini, untuk mengetahui tinggi rendahnya koefisien tersebut :

r11 = 2 r ½ ½(1 + r ½ ½ )

Page 12: evaluatika laporan

12

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Soal yang Dianalisis

Soal yang dianalisis pada kesempatan kali ini adalah soal ujian mata pelajaran

Bahasa Sunda kelas IX. tepatnya kelas X2 SMP N 1 Mande Cianjur dengan jumlah

siswa sebanyak 42 orang.

B. Hasil Analisis

1. Penilaian Acuan Patokan

a. Menentukan Standar Maksimal Ideal

Tabel 3.1 Standar Maksimal Ideal (PAP)

No

. Type soal Jumlah soal Bobot soal Skor

1. Pilihan ganda 30 2 60

2. Essay 5 8 40

Jumlah 100

SMI = 100Mi = ½ x SMI

= 50SDi = 1/3 x Mi

= 16,67

b. Skala Lima

Tabel 3.2 Konversi Skala Lima (PAP)

No. Kriteria F Prosentase (%)

1. X ≥ 75,05 = A 2 4,76

2. X ≥ 58,35 = B 35 83,34

3. X ≥ 41,65 = C 5 11,90

4. X ≥ 24,95 = D 0 0

5. X < 24,95 = E 0 0

Jumlah 42 100

Page 13: evaluatika laporan

13

Sumber: data primer

Dari tabel 3.2 dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 42 siswa, dua orang siswa

memiliki nilai ≥ 75,05, 35 orang siswa memiliki nilai di atas ≥ 58,35 dan lima

orang siswa mendapat nilai ≥ 41,65. Data tersebut diprosentasekan masing-

masing menjadi 4,67% untuk siswa dengan nilai A, 83,34% untuk siswa dengan

nilai B dan 11,90% untuk siswa dengan nilai C. Secara keseluruhan, siswa

mendapatkan nilai yang cukup baik, karena prosentase terbanyak berada pada

wilayah nilai B.

c. Skala Sembilan

Tabel 3.3 Konversi Skala Sembilan (PAP)

No

.Kriteria F Prosentase (%)

1. X ≥ 79,23 = 9 1 2,38

2. X ≥ 70,88 = 8 5 11,90

3. X ≥ 62,53 = 7 19 45,24

4. X ≥ 54,18 = 6 16 38,10

5. X ≥ 45,83 = 5 1 2,38

6. X ≥ 37,48 = 4 0 0

7. X ≥ 29,13 = 3 0 0

8. X ≥ 20,78 = 2 0 0

9. X < 20,78 = 1 0 0

Jumlah 42 100

Sumber: data primer

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa dari 42 siswa setelah dikonversikan

ke dalam skala sembilan, 2,38% atau satu siswa mendapatkan nilai ≥ 79,23,

selanjutnya 11,90% atau lima siswa mendapat nilai ≥70,88, kemudian 45,24%

atau 19 siswa mendapat nilai ≥ 62,53, lalu 38,10% atau 16 siswa mendapat nilai

≥ 54,18, dan 2,38% atau satu siswa mendapat nilai ≥ 45,83.

12

Page 14: evaluatika laporan

14

d. Skala Sebelas

Tabel 3.4 Konversi Skala Sebelas (PAP)

No. Kriteria f Prosentase (%)

1. X ≥ 87,58 = 10 0 0

2. X ≥ 79,23 = 9 1 2,38

3. X ≥ 70,88 = 8 5 11,90

4. X ≥ 62,53 = 71

945,24

5. X ≥ 54,18 = 61

638,10

6. X ≥ 45,83 = 5 1 2,38

7. X ≥ 37,48 = 4 0 0

8. X ≥ 29,13 = 3 0 0

9. X ≥ 20,78 = 2 0 0

10. X ≥ 12,43 = 1 0 0

11. X < 12,43 = 0 0 0

Jumlah4

2100

Sumber: data primer

Dari tabel di 3.4 dapat dilihat bahwa setelah dikonversikan pada skala 11

didapatkan hasil berupa dari 42 siswa, terdapat persamaan antara nilai yang

telah dikonversikan pada skala sembilan dan skala 11 yakni, 2,38% atau satu

siswa mendapatkan nilai ≥ 79,23, selanjutnya 11,90% atau lima siswa mendapat

nilai ≥70,88, kemudian 45,24% atau 19 siswa mendapat nilai ≥ 62,53, lalu

38,10% atau 16 siswa mendapat nilai ≥ 54,18, dan 2,38% atau satu siswa

mendapat nilai ≥ 45,83.

e. Skala 100

Page 15: evaluatika laporan

15

Tabel 3.5 Konversi Skala 100 (PAP)

No

.Skala 100

1. Jumlah nilai dari 42 siswa 2474.4

2. Rata-rata 58,9

3. Tingkat penguasaan 58,9%

Sumber: data primer

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa setelah melakukan konversi nilai pada skala

100 dari 42 siswa didapat tingkat pemahaman rata-rata siswa adalah 58,9%,

dengan nilai tertinggi adalah 80 dan terendah adalah 54.

f. Z skor

Tabel 3.6 Konversi Z Skor (PAP)

No. Kriteria f Prosentase (%)

1. Positif 4

2100

2. Negatif 0 0

Jumlah 4

2100

Sumber: data primer

Data pada tabel 3.6 menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memiliki

nilai Z skor negatif hal ini menunjukkan jika tabel di kurvakan maka akan

terbentuk kurva yang condong ke arah kanan.

2. Penilaian Acuan Normal (PAN)

Hal yang dilakukan adalah mencari nilai rata-rata aktual, dan standar deviasi

aktual, hasil penghitungan didapat:

Rata-rata aktual = 65

Standar deviasi aktual = 5,63

Page 16: evaluatika laporan

16

a. Skala Lima

Tabel 3.7 Konversi Skala Lima (PAN)

No. Kriteria f Prosentase (%)

1. X ≥ 73,45 = A 3 7,15

2. X ≥ 67,82 = B 11 26,19

3. X ≥ 62,19 = C 12 28,57

4. X ≥ 56,56 = D 12 28,57

5. X < 56,56 = E 4 9,52

Jumlah 42 100

Sumber: data primer

Dari tabel 3.7 diperoleh hasil bahwa dari 42 siswa, 7,15% atau tiga siswa

memiliki nilai ≥73,45, 26,19% atau 11 siswa memiliki nilai di atas ≥ 67,82, 12

28,57% atau siswa memiliki nilai ≥ 62,19, 28,57% atau 12 siswa memiliki nilai

≥ 56,56 dan 9,52% atau empat orang siswa mendapat nilai < 56,56. Secara

keseluruhan dapat dilihat bahwa pada konversi skala lima sebaran nilai lebih

tersebar dengan cukup merata.

b. Skala Sembilan

Tabel 3.8 Konversi Skala Sembilan (PAN)

No

.Kriteria f Prosentase (%)

1. X ≥ 74,85 = 9 2 4,76

2. X ≥ 72,04 = 8 1 2,38

3. X ≥ 69,22 = 7 8 19,05

4. X ≥ 66,41 = 6 3 7,14

5. X ≥ 63,59 = 5 12 28,57

6. X ≥ 60,78 = 4 6 14,29

7. X ≥ 57,96 = 3 6 14,29

8. X ≥ 55,15 = 2 3 7,14

9. X < 55,15 = 1 1 2,38

Jumlah 42 100

Page 17: evaluatika laporan

17

Sumber: data primer

Dari tabel 3.8 dapat dilihat bahwa setelah dikonversikan pada skala

Sembilan, hasil yang diperoleh dari 42 siswa yaitu, siswa yang berada pada

kategori 9 sebanyak 2 orang dengan prosentase 4,76%, siswa yang berada

pada kategori 8 sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%, siswa yang

berada pada kategori 7 sebanyak 8 orang dengan prosentase 19,05%, siswa

yang berada pada kategori 6 sebanyak 3 orang dengan prosentase 7,14%,

siswa yang berada pada kategori 5 sebanyak 12 orang dengan prosentase

28,57%, siswa yang berada pada kategori 4 sebanyak 6 orang dengan

prosentase 14,29%, siswa yang berada pada kategori 3 sebanyak 6 orang

dengan prosentase 14,29%, siswa yang berada pada kategori 2 sebanyak 3

orang dengan prosentase 7,14%, siswa yang berada pada kategori 1

sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%. Dengan demikian, dapat

disimpulkan pada konversi skala sembilan lebih banyak siswa yang berada

pada kategori 5, jadi tingkat penguasaan keseluruhan siswa rata-rata berada

pada taraf sedang.

c. Skala Sebelas

Tabel 3.9 Konversi Skala Sebelas (PAN)

No. Kriteria f Prosentase (%)

1. X ≥ 77,67 = 10 1 2,38

2. X ≥ 74,85 = 9 1 2,38

3. X ≥ 72,04 = 8 1 2,38

4. X ≥ 69,22 = 7 8 19,05

5. X ≥ 66,41 = 6 3 7,14

6. X ≥ 63,59 = 51

228,57

7. X ≥ 60,78 = 4 6 14,29

8. X ≥ 57,96 = 3 6 14,29

9. X ≥ 55,15 = 2 3 7,14

10. X ≥ 52,33 = 1 1 2,38

11. X < 52,33 = 0 0 0

Page 18: evaluatika laporan

18

Jumlah4

2100

Sumber: data primer

Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa setelah dikonversikan pada skala sebelas,

hasil yang diperoleh dari 42 siswa yaitu, siswa yang berada pada kategori 10

sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%, yang berada pada kategori 9

sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%, siswa yang berada pada

kategori 8 sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%, siswa yang berada

pada kategori 7 sebanyak 8 orang dengan prosentase 19,05%, siswa yang

berada pada kategori 6 sebanyak 3 orang dengan prosentase 7,14%, siswa

yang berada pada kategori 5 sebanyak 12 orang dengan prosentase 28,57%,

siswa yang berada pada kategori 4 sebanyak 6 orang dengan prosentase

14,29%, siswa yang berada pada kategori 3 sebanyak 6 orang dengan

prosentase 14,29%, siswa yang berada pada kategori 2 sebanyak 3 orang

dengan prosentase 7,14%, siswa yang berada pada kategori 1 sebanyak 1

orang dengan prosentase 2,38%. Dengan demikian, dapat disimpulkan pada

konversi skala sembilan lebih banyak siswa yang berada pada kategori 5,

jadi tingkat penguasaan keseluruhan siswa rata-rata berada pada taraf

sedang. Tidak ada siswa yang berada pada kategori 0 karena tidak ada siswa

yang memiliki skor dibawah 52,33.

d. Skala 100

Tabel 3.10 Konversi Skala 100 (PAN)

Skala 100

Jumlah nilai dari 42 siswa 2100

Rata-rata 50

Tingkat penguasaan 50 %

Sumber: data primer

Dari tabel 3.10 dapat dilihat hasil konversi 42 siswa pada skala 100

memiliki rata-rata nilai yaitu 50 dan prosentase tingkat penguasaan

sebanyak 50%.

Page 19: evaluatika laporan

19

e. Z skor

Tabel 3.11 Konversi Z Skor (PAN)

No. kategori f Prosentase (%)

1. Positif 19 45,24

2. Nol 0 0

3. Negatif 23 54,76

Jumlah 42 100

Sumber: data primer

Dari tabel 3.11 dapat dilihat, setelah dikonversikan pada Z skor dari 42

siswa, sebanyak 19 siswa berada pada kategori positif dan 23 siswa berada

pada kategori negatif.

3. Penilaian Kombinasi PAP dan PAN

Mencari nilai Mk dan SDk, dari hasil penghitungan didapatkan hasil sebagai

berikut:

Mk = ½ (Mi + Ma)

= 57,5

SDk = ½ (SDi + SDa)

= 11,15

a. Skala Lima

Tabel 3.12 Konversi Skala Lima (kombinasi)

No. Kriteria f Prosentase (%)

1. X ≥ 74,48 = A 2 4,76

2. X ≥ 63,32 = B 23 54,76

3. X ≥ 52,18 = C 17 40,48

4. X ≥ 41,02 = D 0 0

5. X < 41,02 = E 0 0

Page 20: evaluatika laporan

20

Jumlah 42 100

Sumber: data primer

Dari tabel 3.12 dapat dilihat bahwa setelah dikonversikan pada skala lima

hasil yang diperoleh dari 42 siswa yaitu, siswa yang mendapat nilai A

sebanyak dua orang dengan prosentase 4,76%, siswa yang mendapat nilai B

sebanyak 23 orang dengan prosentase 54,76%, siswa yang mendapat niali C

sebanyak tiga orang dengan prosentase 9,375%, dan tidak ada siswa yang

mendapat nilai D dan E. Dengan demikian, dapat disimpulkan pada

konversi skala lima lebih banyak siswa yang mendapat nilai B.

Page 21: evaluatika laporan

21

b. Skala Sembilan

Tabel 3.13 Konversi Skala Sembilan (kombinasi)

No

.Kriteria F Prosentase (%)

1. X ≥ 77,26 = 9 1 2,38

2. X ≥ 71,69 = 8 5 11,90

3. X ≥ 66,11 = 7 7 16,67

4. X ≥ 60,54 = 6 19 45,24

5. X ≥ 54,96 = 5 9 21,43

6. X ≥ 49,39 = 4 1 2,38

7. X ≥ 43,81 = 3 0 0

8. X ≥ 38,24 = 2 0 0

9. X < 38,24 = 1 0 0

Jumlah 42 100

Sumber: data primer

Data dari tabel 3.13 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah

dikonversikan pada skala sembilan hasil yang diperoleh dari 42 siswa yaitu,

siswa yang mendapat nilai 9 sebanyak satu orang dengan prosentase 2,38%,

siswa yang mendapat nilai 8 sebanyak lima orang dengan prosentase

11,90%, siswa yang mendapat niali 7 sebanyak 7 orang dengan prosentase

16,67%, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 6 sebanyak 19 orang

dengan prosentase 45,24%, siswa yang mendapat nilai 5 sebanyak 9 orang,

siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 1orang dan tidak ada siswa yang

mendapat nilai di bawah 4.

c. Skala sebelas

Tabel 3.14 Konversi Skala Sebelas (kombinasi)

No. Kriteria f Prosentase (%)

1. X ≥ 82,84 = 10 0 0

2. X ≥ 77,26 = 9 1 2,38

3. X ≥ 71,69 = 8 5 11,90

Page 22: evaluatika laporan

22

4. X ≥ 66,11 = 7 7 16,67

5. X ≥ 60,54 = 61

945,24

6. X ≥ 54,96 = 5 9 21,43

7. X ≥ 49,39 = 4 1 2,38

8. X ≥ 43,81 = 3 0 0

9. X ≥ 38,24 = 2 0 0

10. X ≥ 32,66 = 1 0 0

11. X < 32,66 = 0 0 0

Jumlah4

2100

Sumber: data primer

Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa setelah dikonversikan pada skala sebelas,

hasil yang diperoleh dari 42 siswa yaitu, siswa yang berada pada kategori 9

sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,38%, siswa yang berada pada

kategori 8 sebanyak 5 orang dengan prosentase 11,9%, siswa yang berada

pada kategori 7 sebanyak 7 orang dengan prosentase 16,67%, siswa yang

berada pada kategori 6 sebanyak 19 orang dengan prosentase 45,24%, siswa

yang berada pada kategori 5 sebanyak 9 orang dengan prosentase 21,43%,

siswa yang berada pada kategori 4 sebanyak 1 orang dengan prosentase

2,38%, dan tidak siswa yang mendapat nilai di bawah 4.

4. Penilaian Kualitas Tes

a. Tingkat Kesukaran

Tabel 3.15 Penghitungan Tingkat Kesukaran

No Soal

Array Angka P Tingkat Kesukaran

1. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII III 38 0,90 Mudah2. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII I 36 0,86 Mudah3. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 35 0,83 Mudah4. IIII IIII IIII IIII IIII IIII 30 0,71 Mudah5. IIII IIII 9 0,21 Sukar6. IIII IIII IIII IIII IIII IIII 30 0,71 Mudah7. IIII 5 0,12 Sukar8. IIII IIII II 12 0,29 Sukar

Page 23: evaluatika laporan

23

9.IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII

40 0,95 Mudah

10.IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII

39 0,93 Mudah

11. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 34 0,81 Mudah12. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 34 0,81 Mudah13. II 2 0,05 Sukar14. III 3 0,07 Sukar15. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 35 0,83 Mudah16. IIII IIII IIII II 17 0,40 Sedang17. IIII IIII II 12 0,29 Sukar18. IIII IIII IIII IIII IIII 24 0,57 Sedang19. IIII II 7 0,17 Sukar20. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII II 37 0,88 Mudah

21.IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII

39 0,93 Mudah

22. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII II 37 0,88 Mudah23. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII I 36 0,86 Mudah24. IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 35 0,83 Mudah25. IIII IIII IIII IIII IIII 25 0,60 Sedang26. IIII III 8 0,19 Sukar27. IIII IIII IIII IIII IIII IIII II 32 0,76 Mudah28. IIII IIII IIII 15 0,36 Sedang

29.IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII

40 0,95 Mudah

30. IIII IIII IIII 14 0,33 Sedang

Tabel 3.16 Tingkat Kesukaran

No. Kriteria f Prosentase (%)

1. Sukar1

726,67

2. Sedang 5 16,67

3. Mudah 8 56,66

Jumlah3

0100

Sumber: data primer

Dari tabel 3.16 diperoleh hasil berupa soal yang sukar sebanyak 26,67%, sedang

sebanyak 16,67% dan soal mudah sebanyak 56,66%, jika dibandingkan dengan

prosentase tingkat kesukaran yang standar yakni 30% mudah, 50% sedang dan

Page 24: evaluatika laporan

24

20% sukar, maka proporsi soal tidak seimbang yakni lebih condong ke soal

mudah. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa soal yang diberikan terlalu mudah.

Page 25: evaluatika laporan

25

b. Daya Beda

Tabel 3.17 Daya Beda

No

.Kriteria f Prosentase (%)

1. Jelek 17 56.67

2. Cukup 1 3.33

3. Baik 0 0

4. Baik sekali 0 0

5. Tidak baik (D = negatif) 12 40

Jumlah 30 100

Sumber: data primer

Dari tabel 3.17 daya pembeda dari siswa kelompok atas (upper) dan kelompok

bawah (lower), yaitu prosentase 56,67% jelek, 3,33% cukup dan 40% tidak baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa butir soal memiliki daya pembeda yang sangat

rendah. 40% butir soal yang memiliki nilai D = negatif hal ini mungkin terjadi

dengan anggapan bahwa kelompok bawah bias saja menjawab soal tersebut

dengan cara menebak. Terdapat pula 8 soal yang mampu dijawab oleh kedua

kelompok sehingga bernilai D = 0.

c. Validitas

Tabel 3.18 Validitas

No. Koefisien korelasi f Prosentase (%)

1. Sangat tinggi 0 0

2. Tinggi 0 0

3. Cukup 1 10

4. Rendah 5 50

5. Sangat rendah 4 40

Jumlah 10 100

Sumber: data primer

Page 26: evaluatika laporan

26

Dari tabel 3.18 diperoleh hasil validitas butir soal dengan prosentase 0% sangat

tinggi, 0% tinggi, 10% cukup, 50% rendah, dan 40% sangat rendah. Ini berarti

kesepuluh butir soal tersebut memiliki tingkat validitas butir soal yang rendah.

d. Reliabilitas

Hasil yang didapat melalui realibilitas dengan belah dua ganjil genap, yaitu

setelah dihitung dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar

diketahui bahwa r XY= -0,4618. Harga tersebut baru menunjukkan reliabilitas

setengah tes, dan hasil reliabilitas seluruh tesnya r11= -0,6318. Setelah

mengacu pada kriteria validitas, dari sepuluh butir soal yang diuji hasilnya

tidak valid, hal ini sangat cocok dengan hasil validitas yang diuji

sebelumnya.

Page 27: evaluatika laporan

27

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan data hasil tes, di dapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Berdasarkan penilaian ini, hasil yang di dapat dari 42 siswa, setelah

dikonversikan pada beberapa skala menunjukkan kategori yang cukup bagus,

dapat dilihat pada skala lima, siswa mendapat nilai paling rendah C, pada skala

sembilan, tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah 5, pada skala sebelas

juga sama seperti pada skala sembilan. Hal ini sesuai dengan nilai yang didapat

oleh siswa yaitu diatas rata-rata nilai patokan. Pada skala seratus memiliki

prosentase tingkat penguasaan 58,9% dan pada z skor semua siswa memiliki

nilai positif, yang artinya kurva berada di sebelah kanan.

2. Penilaian Acuan Normal (PAN), penilaian ini berbeda halnya dengan penilaian

acuan patokan (PAP), pada penilaian ini penyebaran kategori dari setiap

konversi lebih tersebar mulai dari kategori terendah sampai dengan kategori

tertinggi diisi oleh semua siswa, pada skala sebelas kategori 0 tidak ada siswa

yang memperoleh nilai di bawah 1. Pada skala seratus memiliki prosentase

tingkat penguasaan 50% dan pada z skor antara niali positif dan negatif lebih

sebanding, sehingga kurva berada di antara nilai positif dan negatif tersebut.

3. Kombinasi PAP dan PAN, pada penilaian ini data hanya diolah dengan

menggunakan konversi skala lima, skala Sembilan danskala sebelas dari hasil

konversi skala lima siswa menempati kategori A, B, dan C, pada konversi skala

Sembilan siswa menempati kategori 4 ke atas, dan pada konversi skala sebelas

juga serupadengan pada skala Sembilan. Penilaian ini sangat baik dan biasanya

penilaian kombinasi ini sering digunakan oleh para pendidik dalam menilai hasil

akhir siswa.

Berdasarkan pengolahan data kualitas tes, didapat kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan data yang diolah, tes yang diberikan pada siswa memiliki tingkat

kesukaran yang mudah, sehingga daya pembeda antara kelompok upper dan lower

pun jelek (sangat sulit untuk membedakannya).

25

Page 28: evaluatika laporan

28

Dari validitas itemnya, validitas yang didapat 50% butir soal memiliki tingkat

kevalidan rendah dan 40% lainnya sangat rendah, sehingga dapat disimpulkan

bahwa tingkat kevalidan butir soal tersebutrendah, dan hasil reliabilitas dari item

tersebut menunjukkan ketidakvalidan artinya hasil diterima.

A. SARAN

Sebagai tenaga pendidik, hendaknya mampu menguasai dan melakukan prosedur

evaluasi yang tepat, karena dengan prosedur dapat diketahui sejauh mana

keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan, sejauh mana tujuan

pembelajaran telah tercapai, dan perbaikan apa yang bias dilakukan. Hal ini juga

berkaitan dengan metode yang digunakan pada saat pembelajaran, ketepatan materi

dan tingkatpenguasaan materi siswa.

Page 29: evaluatika laporan

29

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

27

Page 30: evaluatika laporan

30

LAMPIRAN

28