Evaluasi Teknis Produktivitas PC 1250
-
Upload
hendri-prasetiyo -
Category
Documents
-
view
398 -
download
28
description
Transcript of Evaluasi Teknis Produktivitas PC 1250
EVALUASI TEKNIS PRODUKSI EXCAVATOR KOMATSU PC 1250 SP UNTUK PENGUPASAN LAPISAN PENUTUP PADA
PENAMBANGAN BATUBARA PIT K, SITE BINUNGAN, PT. BERAUCOAL, KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Oleh
PAMANGKU AJI 112.06.0101
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2011
EVALUASI TEKNIS PRODUKSI EXCAVATOR KOMATSU PC 1250 SP UNTUK PENGUPASAN LAPISAN PENUTUP PADA
PENAMBANGAN BATUBARA PIT K, SITE BINUNGAN, PT. BERAU COAL, KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Karya tulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta
Oleh
PAMANGKU AJI 112.06.0101
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2011
EVALUASI TEKNIS PRODUKSI EXCAVATOR KOMATSU PC 1250 SP UNTUK PENGUPASAN LAPISAN PENUTUP PADA
PENAMBANGAN BATUBARA PIT K, SITE BINUNGAN, PT. BERAU COAL, KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Oleh
PAMANGKU AJI 112.06.0101
Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta
Pembimbing I
Ir.Anton Sudiyanto, MT
Pembimbing II
Prof.Ir.D.Haryanto,MSc.Ph.D
RINGKASAN
PT. Beraucoal pada tahun 2010 mentargetkan produksi batubara untuk pit K, site Binungan, yaitu sebesar 750.700 ton. Nisbah pengupasan batubara untuk pit K, site Binungan adalah 9,71, yang berarti untuk mengambil 1 ton batubara, harus mengupas 9,71 bcm lapisan penutup terlebih dahulu. Dengan demikian untuk memenuhi target produksi batubara 750.700 ton harus mengupas 7.290.000 bcm lapisan penutup. Agar target produksi batubara 750.700 ton tercapai, maka target produksi lapisan penutup 7.290.000 bcm juga harus tercapai. Target produksi tersebut dibagi merata menjadi 3 armada dengan spesifikasi excavator dan dumptruck yang sama. Sedangkan jumlah truknya disesuaikan dengan jarak ke disposal. Target produksi tersebut harus dipenuhi dengan jam kerja yang ada. Pembagian jam kerja terdiri dari 2 shift. Sedangkan hari kerja efektif untuk tahun 2010 sebanyak 358,5 hari, sehingga total waktu kerja untuk memenuhi target produksi lapisan penutup adalah 5327,81 jam. Dengan jumlah armada dan jam kerja yang ada maka target produksi per jam untuk satu armada seharusnya sebesar 456,10 bcm / jam. Pada kenyataannya produksi masing – masing excavator tidak mencapai target. Hal ini dikarenakan adanya hambatan – hambatan yang mengganggu jalannya produksi. Hambatan tersebut adalah adanya waktu tunggu excavator dikarenakan kurangnya jumlah dumptruck dan sempitnya jalan angkut pada beberapa titik sehingga menyebabkan kinerja dumptruck terhambat, yang pada akhirnya mengurangi produksi excavator. Solusi penambahan alat angkut harus disertai perbaikan jalan. Apabila tidak dilakukan perbaikan jalan terlebih dahulu maka hanya akan memperparah keadaaan. Dengan perbaikan jalan angkut ternyata target produksi 456,10 bcm/jam masih belum tercapai, sehingga perlu dilakukan penambahan alat angkut. Armada 15 dengan penambahan 2 truk dapat berproduksi sebesar 479,65 bcm / jam, sedangkan armada 36 dengan penambahan 1 truk dapat berproduksi sebesar 479,69 bcm / jam. Armada 12 dengan penambahan jumlah truk ideal yaitu 2 truk hanya dapat mencapai produksi sebesar 447,96 bcm / jam, sehingga tidak dapat memenuhi target produksi. Armada 12 tidak dapat mencapai produksi karena kondisi excavator 12 yang sudah tidak bagus.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun tujuan dari skripsi ini adalah sebagai syarat
untuk dapat menyelesaikan program S-1 di Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Skripsi ini disusun berdasarkan data dan informasi yang terkait hasil
penelitian dari tanggal 4 Oktober sampai 29 Desember 2010 di PT Berau Coal,
Binungan Mine Operation, Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Dalam penulisan skripsi ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Nanang N.C selaku Pembimbing Lapangan, atas segala bimbingan,
diskusi dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Prof. Dr. H. Didit Welly Udjianto, MS, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
3. Bapak Ir.Anton Sudiyanto MT selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
UPN “Veteran” Yogyakarta sekaligus Dosen Pembimbing I
4. Prof.Ir.D.Haryanto, MSc.Ph.D selaku Dosen Pembimbing II
5. Seluruh staf dan karyawan PT. Beraucoal
Demikian skripsi ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis, serta bagi para
pembaca. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan penelitian di masa yang akan datang.
Yogyakarta, 29 September 2011 Penulis
Pamangku Aji
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2. Tujuan ................................................................................... 1 1.3. Identifikasi Masalah .............................................................. 2 1.4. Batasan Masalah .................................................................... 2 1.5. Tahapan Penelitian ................................................................ 2 1.6. Manfaat Penelitian ................................................................. 3
II. TINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian ............................ 5 2.2. Iklim dan Curah Hujan .......................................................... 5 2.3. Kondisi Geologi ................................................................... 7 2.4. Stratigrafi .............................................................................. 10 2.5. Hidrologi dan Hidrogeologi ................................................... 13 2.6. Vegetasi ................................................................................ 14 2.7. Keadaan Endapan dan Kualitas Batubara ............................... 14 2.8. Target Produksi ..................................................................... 14 2.9. Metode Penambangan ............................................................ 15 2.10. Tahapan Penambangan ........................................................ 15
III. DASAR TEORI
3.1. Produksi Excavator ............................................................... 19 3.2. Faktor Yang Memengaruhi Produksi Excavator secara langsung 19 3.3. Faktor Yang Memengaruhi Produksi Excavator secara tidak langsung ....................................................................... 20
IV. KEMAMPUAN PRODUKSI
4.1. Target Produksi ..................................................................... 30 4.2. Kondisi Umum ...................................................................... 30 4.3. Data waktu edar Excavator dan Dumptruck ........................... 31
4.4. Efisiensi excavator ................................................................ 31 4.5. Geometri Jalan Angkut ......................................................... 32 4.6. Kemampuan Produksi Excavator ........................................... 34
V. PEMBAHASAN
5.1. Analisis Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Produksi Excavator 38 5.2. Evaluasi dan Upaya Pemenuhan Target Produksi .................... 40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ............................................................................. 51 6.2. Saran ....................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 52
LAMPIRAN ........................................................................................... 53
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
2.1. Kolom Cekungan Tarakan ............................................................. 10
2.2. Kualitas Batubara Binungan Mine Operation ................................. 15
3.1 Angka RR Rata-rata Ban Karet dan Macam Jalan ........................... 22
4.1 Pembagian shift .............................................................................. 29
4.2. Target produksi lapisan penutup. .................................................... 31
4.3. Pembagian jumlah Excavator dan Dumptruck................................... 31
4.4. Waktu edar Excavator dan Dumptruck di PIT K……………...…….. 32
4.5. Efisiensi Excavator ........................................................................ 32
4.6. Geometri Jalan Angkut …………………………………………...…. 34
4.7. Produksi alat muat angkut .............................................................. 37
5.1. Waktu edar PC 1250 SP ................................................................. 39
5.2. Perbandingan efisiensi aktual dengan target…....…….…………….. 39
5.3. Waktu hambatan aktual tiap jam PC 1250 SP..…….…………….. 40
5.4. Efisiensi excavator setelah perbaikan jalan angkut ......................... 42
5.5. Tambahan waktu kerja efektif tiap penambahan 1 truk ................... 46
5.6. Perbandingan Produksi Excavator Sebelum dan Sesudah Evaluasi . 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1. Tahapan Penelitian ......................................................................... 3
2.1. Peta Konsesi kerja PT.Berau Coal .................................................. 6
2.2. Grafik Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Binungan .......................... 7
2.3. Kegiatan Peledakan ........................................................................ 16
2.4. Kegiatan Pengupasan Tanah penutup ............................................. 16
2.5. Proses Produksi Batubara Binungan Mine Operation...................... 17
2.6. Penimbunan Kembali ..................................................................... 18
2.7. Reklamasi Lahan Bekas Tambang .................................................. 18
3.1. Grade Jalan 1% ............................................................................. 23
3.2. Lebar Jalan Angkut Pada Jalan Lurus ............................................ 25
3.3. Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan ................................................ 27
5.1. Jalan sempit (titik 1) ....................................................................... 41
5.2. Jalan sempit (titik 2) ....................................................................... 41
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
A. JAM KERJA EFEKTIF..................................................................... 54
B. PETA PEMBAGIAN KERJA ARMADA....................................... . 56
C. SPESIFIKASI ALAT ..................................................................... 57
D. PERHITUNGAN WAKTU EDAR EXCAVATOR DAN DUMPTRUCK ............................................................................... 58
E. PERHITUNGAN EFISIENSI EXCAVATOR .................................. 67
F. PERHITUNGAN FAKTOR KETERISIAN BUCKET EXCAVATOR 71
G. PERHITUNGAN WAKTU TUNGGU PADA JALAN ANGKUT . 75
H. PERHITUNGAN PENINGKATAN EFISIENSI EXCAVATOR KARENA PERBAIKAN JALAN ANGKUT ................................. 78
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. BERAU COAL merupakan perusahaan tambang batubara yang memiliki
daerah operasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dengan luas Ijin Usaha
Pertambangan (IUP) 118.400 Ha. Pada saat ini telah beroperasi di tiga lokasi (site),
yaitu Lati Mine Operation, Binungan Mine Operation, dan Sambarata Mine
Operation.
Sistem penambangan batubara di PT. BERAU COAL termasuk sistem tambang
terbuka (surface mining), yang kegiatannya meliputi : pembukaan lokasi tambang
dan pembersihan lahan, pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil) dan lapisan
penutup (overburden), penggalian dan pengangkutan batubara dari tambang ke raw
of material (ROM) stockpile atau langsung ke coal processing plant (CPP).
Untuk pengupasan lapisan penutup dilakukan dengan pemboran dan peledakan.
Setelah itu lapisan penutup digali dengan menggunakan excavator dan dipindahkan
ke lokasi timbunan dengan menggunakan dump truck. Di samping alat-alat tersebut
di atas, juga digunakan bulldozer yang dilengkapi dengan ripper, motor grader dan
chainsaw untuk kegiatan pembukaan lahan, serta alat mekanis pendukung lainnya.
Tahun 2010 PT. BERAU COAL mempunyai target produksi batubara untuk pit
K, site Binungan, yaitu sebesar 750.700 ton. Nisbah pengupasan batubara untuk pit
K, site Binungan adalah 9,71, yang berarti untuk mengambil 1 ton batubara, harus
mengupas 9,71 bcm lapisan penutup terlebih dahulu. Dengan demikian untuk
memenuhi target produksi batubara 750.700 ton harus mengupas 7.290.000 bcm
lapisan penutup. Agar target produksi batubara 750.700 ton tercapai, maka target
produksi lapisan penutup 7.290.000 bcm juga harus tercapai. Untuk mengupas
lapisan penutup di pit K, dioperasikan 3 excavator, yaitu excavator Komatsu PC
1250 SP nomor 12, 15, dan 36. Masing – masing excavator mengupas ± 2.430.000
bcm lapisan penutup.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi secara teknis kemampuan
produksi excavator Komatsu PC 1250 SP nomor 12, 15, dan 36 yang bekerja sama
dengan dumptruck untuk pengupasan lapisan penutup berdasarkan kondisi yang ada
serta melakukan usaha untuk meningkatkan produksi sehingga target produksi
pengupasan lapisan penutup di pit K, site Binungan tercapai.
1.3 Identifikasi Masalah
Kegiatan pengupasan lapisan penutup terdiri dari kegiatan pemboran dan
peledakan yang kemudian dilanjutkan dengan pemuatan lalu pengangkutan. Target
penggalian lapisan penutup di pit K, site Binungan oleh excavator Komatsu PC 1250
SP nomor 12, 15, dan 36 sebesar 7.290.000 bcm tidak tercapai. Oleh karena itu perlu
dioptimalkan kerja excavator dan dumptruck agar target produksi lapisan penutup
tercapai.
1.4 Batasan Masalah
1. Perhitungan produksi excavator Komatsu PC 1250 SP nomor 12, 15, dan 36
untuk pengupasan lapisan penutup yang beroperasi di pit K, site Binungan pada
bulan Oktober 2010.
2. Fragmentasi batuan hasil dari pemboran dan peledakan telah memenuhi syarat
untuk kegiatan pemuatan dan pengangkutan.
1.5 Tahapan Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan (gambar 1.1), yaitu :
1. Studi Literatur
Studi literatur diperlukan untuk mengetahui dasar-dasar teori yang dapat
menjadi acuan dalam evaluasi produksi excavator, serta mempelajari
penelitian-penelitian terdahulu.
2. Orientasi Lapangan
Mengenal secara umum kegiatan penambangan yang ada di Binungan Mine
Operation.
Gambar 1.1
Tahapan Penelitian
Data Sekunder -Data curah hujan -Data geologi -Peta
Data Primer -Spesifikasi alat -Waktu edar -Faktor keterisian bucket -efisiensi -Jarak disposal -Geometri jalan angkut
Pengolahan Data dan Pembahasan
Pengumpulan Data
Studi Literatur
Penyusunan Laporan Penelitian
Orientasi Lapangan
3. Pengumpulan data
Data yang diambil terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung, antara lain
spesifikasi alat, waktu edar, faktor keterisian bucket, efisiensi, jarak disposal,
dan geometri jalan angkut. Sedangkan data sekunder diambil dari data yang
sudah ada. Dalam hal ini mengambil dari data perusahaan, data tersebut antara
lain data curah hujan, data geologi, dan peta lokasi.
4. Pengolahan data
Setelah data terkumpul baik itu data primer maupun sekunder, dilakukan
perhitungan produksi excavator, dan match factor, dan faktor – faktor lain yang
memengaruhi produksi excavator baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga diketahui apakah produksi sudah optimal atau tidak
5. Penyusunan laporan penelitian
Hasil yang didapat dari analisis data kemudian disajikan dalam bentuk satu
laporan.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah :
1. Menambah wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh di
perkuliahan untuk dipraktekkan di lapangan.
2. Memberikan masukan kepada perusahaan untuk meningkatkan produksi
excavator Komatsu PC 1250 SP sehingga target produksi tercapai.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian
Lokasi penambangan PT. BERAU COAL yang akan dijadikan sebagai daerah penelitian adalah di lokasi tambang BMO (Binungan Mine Operation). Lokasi tambang Binungan ini secara administratif terletak di Desa Pegat Bukur, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Berjarak 35 km dari Kota Tanjung Redeb. Sedangkan secara geografis terletak pada koordinat 117o 35’ 02” – 117o 37’ 03” BT dan 02o 02’ 35” – 02o 04’ 37” LU (Gambar 2.1)
Untuk menuju ke Site Binungan dapat di tempuh melalui dua jalur, yaitu jalur darat dan jalur sungai. Untuk jalur sungai dapat di tempuh ± 45 menit dengan menggunakan speed boat dari dermaga HO Tanjung Redeb melintasi Sungai Kelai. Sedangkan melalui jalur darat dapat ditempuh ± 1.5 jam dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Kegiatan penambangan di Binungan untuk saat ini telah beroperasi di 5 pit, yaitu : pit H4, pit K, pit F, pit E, dan pit C3. Sedangkan untuk penelitian dilakukan pada Pit K.
2.2 Iklim dan Curah Hujan
Daerah Binungan beriklim tropis, musim hujan dan musim kemarau saling bergantian sepanjang tahun. Suhu udara di Binungan berkisar antara 25o-32o. Rata-rata curah hujan bulanan tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 adalah 6.92 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan November yaitu 9,27 mm dan curah hujan terendah pada bulan Agustus sebesar 4,48 mm (gambar 2.2).
Sumber : Record data curah hujan – Binungan Mine Operation 2010
Gambar 2.2
Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Binungan
2.3 Kondisi Geologi 7)
2.3.1 Geologi Regional
Daerah Binungan terletak pada Cekungan Tarakan, salah satu dari 3
cekungan utama di Mandala Kalimantan Timur yang terbentuk pada kurun Tersier.
Cekungan Tarakan terdiri dari empat cekungan (sub-basin) yaitu : Tidung, Tarakan,
Muras dan Berau
Daerah Binungan termasuk dari Cekungan Berau yang merupakan anak
cekungan (sub basin) dari Cekungan Tarakan, yang terletak pada pantai timur laut
Kalimantan Timur dan sebagian kecil berada di bagian tenggara Sabah. Luas
cekungan seluas 300 km2 arah utara-selatan dan 150 km2 arah timur-barat. Bagian
selatan dibatasi oleh Tinggian Mangkalihat yang merupakan pemisah antara
Cekungan Tarakan dan Cekungan Kutai, di bagian utara dibatasi oleh Tinggian
Kalimantan Utara (Malaysia), di sebelah barat oleh Tinggian Sekatak (lihat gambar
2.3).
Cekungan Tarakan termasuk Berau, didominasi oleh batuan sedimen klastik
halus sampai kasar dengan beberapa endapan karbonat. Lingkungan pengendapan
dimulai dari proses pengangkatan (transgresi) pada kala Eosen sampai Miosen Awal,
bersamaan dengan Tinggian Kuching. Pada kala Miosen Tengah terjadi penurunan
(regresi) dan dilanjutkan dengan pengendapan progradasi kearah timur dan
membentuk endapan delta yang menutupi Prodelta dan Bathyal. Cekungan ini
mengalami penurunan secara aktif pada kala Miosen sampai Pliosen. 7) Nomor dalam kurung menunjukkan urutan dalam daftar pustaka
Urutan sedimentasi delta yang tebal terus berlanjut sampai sekarang dan
pusat cekungan (depocenters) relatif bergerak ke arah timur.
2.3.2 Geologi Daerah Penelitian
Secara umum, geologi daerah Binungan terbentuk dari bebatuan Formasi
Lati. Batuannya berupa sedimen deltaik yang terdiri dari fraksi klastik halus serta
lapisan batubara, dengan ketebalan bervariasi.
Data hasil pemboran eksplorasi menunjukkan : dominasi batuan sedimen
secara berturutan adalah batulanau, batulempung, batupasir, dan batubara. Pada
beberapa lokasi yang realatif sempit, kadang terbentuk channel system, yakni
hilangnya lapisan fraksi halus batubara digantikan oleh lapisan batupasir.
2.3.3 Struktur Geologi
Analisis struktur geologi diperoleh dari rangkuman hasil penelitian PT.
Indera Geodia tahun 1996 dan hasil pengamatan pola struktur terhadap daerah yang
baru dibuka, khususnya di daerah kupasan rencana jalan ke Suaran.
2.3.3.1 Struktur Lipatan
Struktur lipatan yang terbentuk di daerah Binungan terdiri dari:
1. Sinklin Binungan
Dengan arah utara yang membentuk sayap (timur dan barat) relatif simetris
dengan kemiringan 10 -12º, mendekati Sungai Binungan, sinklin ini menunjam
secara landai.
2. Antiklin Rantau
Arah utara – barat laut, dimulai dari sebelah utara Sungai Berau sampai
Binungan Selatan. Sayap barat daya dengan kemiringan 50˚-70˚ sedangkan sayap
timur laut dengan memiliki kemiringan 10˚-12˚.
3. Sinklin Suaran
Sama halnya dengan sinklin binungan, sinklin Suaran membentuk lipatan
terbuka dengan bentuk sayap relatif simetris dan menunjam ke arah barat-laut dengan
kemiringan 10˚-30˚.
2.3.3.2 Struktur Sesar
Terdapat dua struktur sesar yang terjadi di daerah Binungan ini, yaitu Sesar
Binungan dan Sesar Kelai yang merupakan sesar ikutan (secondary fault). Sesar
Binungan merupakan sesar utama memanjang 5 km dengan arah barat laut-tenggara,
sesar ini merupakan tipe sesar gunting (scissors-type fault). Daerah barat
diinterpretasi sebagai sesar naik relatif terhadap bagian timur, hal ini didasarkan data
sebagai berikut :
-Pengulangan berupa lapisan datar dari formasi pembawa batubara (coal
measures) dengan penampakan kedua kemiringan lapisan kearah barat
dengan batas bagian selatan dari sesar.
-Adanya kenampakan pelurusan (liniament).
-Ditemukan material terbreksi dengan komponen batu gamping dan batu pasir
pada jalur sesar.
-Terdapat kemiringan relatif besar dekat zona sesar.
Sesar Kelai merupakan arah timur-barat dengan pergeseran (throw) sekitar
30m. Sesar ini diintepretasikan sebagai sesar naik dimana daerah utara sesar bergerak
naik terhadap daerah selatan.
2.4 Stratigrafi 7)
Secara regional, daerah Anak Cekungan Berau merupakan bagian dari
Cekungan Tarakan dan tersusun oleh batuan sedimen, batuan vulkanik dan batuan
beku dengan kisaran umur dari Tersier sampai Kwarter.
Formasi yang menyusun stratigrafi Anak Cekungan Berau terdiri dari 4
formasi utama. Urutan dari yang tertua yaitu Formasi Birang (Formasi Glogigerina
Marl), Formasi Latih (Formasi Batubara Berau), Formasi Labanan (Formasi
Domaring) dan Formasi Sinjin (Tabel 2.1).
Tabel 2.1
Kolom Stratigrafi Cekungan Tarakan 7)
2.4.1 Formasi Birang
Formasi Birang tersusun dari perselang-selingan antara napal, batu gamping,
tufa hablur di bagian atas, serta perselang-selingan antara napal, rijang, konglomerat,
batu pasir kwarsa, dan batu gamping di bagian bawah.
Napal kelabu, kompak, mengandung foraminifera besar terutama orbituid.
Konglomerat kompak, tersusun dari batuan beku, kwarsa dan kwarsit berukuran
kerikil, membulat tanggung sampai menyudut tanggung dengan matriks berupa pasir
berbutir halus sampai kasar.
Batupasir kwarsa, kelabu – coklat kekuningan, berbutir halus – sedang,
membundar tanggung, kompak, berlapis baik dari beberapa senwaktuter sampai dua
meter, mengandung mineral kwarsa, mineral bijih, fragmen batuan dan mineral
hitam.
Batugamping, putih, sangat kompak, berlapis baik dan berselang-seling
dengan batupasir kwarsa yang mengandung foraminifera besar dan kecil yang sangat
berlimpah.
Formasi ini disebut juga Formasi Globigerina Marl dan menunjukkan kisaran
umur Oligo – Miosen dan diendapkan di lingkungan laut dangkal. Ketebalan formasi
ini lebih dari 110 meter (Klompe, 1941).
2.4.2. Formasi Latih
Formasi Latih tersusun dari perselang-selingan antara batupasir kwarsa,
batulempung, batulanau dan batubara di bagian atas, dan bersisipan dengan serpih
pasiran dan batugamping di bagian bawah.
Batu pasir kwarsa, kelabu muda, coklat kekuningan, hingga ungu, berbutir
halus hingga kasar, membulat tanggung hingga menyudut, berlapis baik, selang-
seling dengan batulempung berwarna kelabu hingga kehitaman, megandung sisa
tumbuhan.
Batulanau, kelabu kekuningan, berselingan dengan batupasir kwarsa,
umumnya tidak gampingan. Batubara, coklat – hitam, selang-seling dengan batupasir
kwarsa dan batulempung, tebal dari beberapa cenwaktuter hingga 5,5 meter.
Serpih pasiran, coklat kemerahan, berbutir halus sampai sedang.
Batugamping merupakan sisipan di bagian bawah, putih, sangat kompak dan berlapis
baik. Ketebalan Formasi Latih kurang lebih 600 m (Klompe, 1941). Umur Miosen
Tengah dan diendapkan pada lingkungan delta, estuarin dan laut dangkal.
Formasi ini menjemari dengan atas Formasi Birang. Nama lain dari formasi
ini adalah Formasi Batubara Berau (Klompe, 1941).
Sebagai lapisan pembawa batubara (coal bearing), Formasi Latih cukup luas
sebarannya, meliputi sebagian besar wilayah KP. PT Berau Coal, termasuk daerah
Binungan. Berdasarkan kedudukan posisi stratigrafinya Formasi Latih dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Formasi Latih bagian atas yang terbentuk dari pengulangan pengendapan
(selang seling) yang terdiri dari satuan ; batupasir (kwarsa), batu lanau, batu
lempung dan batubara
2. Formasi Latih bagian bawah (Klompe, 1941), terbentuk dari sisipan serpih
pasiran dan batu gamping. Batu gamping berwarna putih, sangat kompak dan
berlapis baik dengan ketebalan 600 meter, berumur Miosen Tengah. Umumnya
bebatuan tersebut diendapakan pada lingkungan delta, estuarin sampai laut
dangkal. Formasi Latih bagian bawah ini menjemari dengan bagian atas
Formasi Birang.
2.4.3. Formasi Labanan
Formasi Labanan tersusun dari perselingan konglomerat, batu pasir, batu
lanau, batu lempung dan sisipan batu gamping dan batubara.
Konglomerat, terdiri dari fragmen batuan beku (andesit, basal) kwarsa,
kwarsit, berukuran kerikil, membundar tanggung – menyudut tanggung, matriks
tersiri dari pasir halus – kasar.
Batupasir, kelabu, coklat, kompak, berbutir halus sampai sedang, gampingan,
fragmen terdiri dari batuan beku, kwarsa dan mineral bijih.
Batulanau, kelabu kotor, kompak, mengandung sisa tumbuhan, perlapisan
kurang baik. Batulempung, kelabu kehijauan, mengandung sisa tumbuhan dan fosil
moluska. Batugamping, putih – kecoklatan, pasiran, kompak, berlapis baik
Batubara, coklat - kehitaman, tebal di bagian atas hanya beberapa
senwaktuter, sedangkan di bagian bawah mencapai 1,5 meter.
Tebal Formasi Labanan lebih kurang 450 meter, umur Miosen Akhir dan
terletak secara tidak selaras di atas Formasi Latih. Lingkungan pengendapannya
adalah fluviatil. Nama lain dari Formasi Labanan ini adalah Formasi Domaring.
2.4.4. Formasi Sinjin
Formasi ini tersusun dari perselingan tuf, aglomerat, tuf lapili, lava andesit
piroksen, tuf terkersikan, batulempung tufaan dan kaolin.
Tuf berwarna putih kecoklatan – ungu, berbutir halus, lunak – kompak,
berselingan dengan aglomerat dan tuf lapili, berwarna kelabu kehijauan, kehitaman,
mengandung andesit dan basalt. Lava andesit piroksen menunjukkan struktur aliran.
Tuf terkersikan berwarna coklat muda – ungu, berlapis baik, berbutir sangat halus,
mengandung mineral kwarsa, feldspar dan mineral hitam.
Batulempung tufaan, kelabu kotor – kelabu kecoklatan, kompak, berlapis
buruk, mengandung sisa tumbuhan.Tebal formasi ini lebih dari 500 meter (Llewly,
1941), umurnya diduga Pliosen dan terletak secara tidak selaras di atas Formasi
Labanan.
2.5 Hidrologi dan Hidrogeologi 7)
2.5.1. Hidrologi
Sungai yang mengalir didaerah binungan termasuk pola dendritik dengan
sungai utama adalah Sungai Kelai yang mempunyai beberapa anak sungai yaitu
Sungai Inaran, Sungai Suaran, Sungai Binungan. Sungai-sungai tersebut akhirnya
bergabung menjadi sungai yang lebih besar yaitu Sungai Berau. Sungai Kelai
dibagian hilir dimanfaatkan untuk berbagai keperluan penduduk yang hidup
disepanjang aliran sungai, antara lain sebagai air mandi. Kedalaman Sungai Kelai
bervariasi dari mulai 1 meter pada bagian tepi hingga mencapai 12 meter dibagian
tengah. Lebar sungai rata-rata 50 meter dibagian hulu dan sekitar 300 meter dibagian
hilir.
2.5.2. Hidrogeologi
Batuan dilokasi rencana tambang merupakan sedimen Tersier dan Kuarter
yang relatif lunak dan tingkat sedimentasinya agregat rendah. Sebagian besar air
tanah terdapat dilapisan batu pasir, tersimpan dan mengalir melalui pori-pori antar
butiran sedimen (permeabilitas primer). Sedangkan pada lapisan batu bara, air tanah
tersimpan dan mengalir melalui retakan-retakan (permeabilitas sekunder). Air tanah
dangkal yang berada pada kedalaman 10 - 20 meter hanya dijumpai pada musim
hujan, karena air tanah ini berasal dari peresapan air permukaan.
Pada musim kemarau tetap dijumpai adanya aliran air tanah. Aliran air sungai
yang relatif sejajar dengan lokasi dan arah penambangan menyebabkan peluang
terjadinya resapan akibat air sungai relatif tidak ada. Namun lain halnya dengan
lokasi penelitian dimana elevasi pada endapan rawa mencapai 4m sehingga jika
terjadi banjir 5 tahunan aliran dari sungai Kelai dapat mencapai elevasi 5,8 m.
2.6 Vegetasi 7)
Vegetasi yang tumbuh secara alami sebelum adanya kegiatan penambangan
batubara adalah Dipterocarpus sp (keruing), Shorea sp (meranti), Ficus Benzamina
(beringin), Eusideroxylon zwageri (ulin), Kompassia exelsa (kempas), Durio
oxeleyanus (durian), Macaranga triloba (mahang) , shorea pinanga (tengkawang),
dan Parkia speciosa (petai).
2.7. Keadaan Endapan dan Kualitas Batubara
Di area penambangan batubara Binungan terdapat blok utama daerah
penambangan yang berproduksi sekarang, yaitu blok 1-4, blok 5-6, dan blok 7,
terdapat 5 buah pit (K, F, H4, C3 dan E) kemiringan (dip) batubara di Binungan yaitu
antara 10°-62°. Ketebalan batubara secara umum 2 sampai dengan 15 meter, dengan
jarak interburden antara 20 – 75 meter. Secara umum, nilai kalori yang terkandung
dalam lapisan batubara tersebut antara 5500 – 6100 kcal/kg (adb) (Tabel 2.1).
2.8. Target Produksi
Kriteria yang harus dipenuhi dalam rangka untuk mencapai target produksi
pit K, Site Binungan 750.700 ton batubara untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut :
- Nisbah kupas (stripping ratio) 9,71 : 1.
- Kualitas batubara mempunyai nilai kalor rata-rata di atas 5.500 kkal per
kilogram (Tabel 2.2).
- Ketebalan batubara yang diambil minimum 0,67 meter, untuk cleaning
0.07 meter sedangkan yang ditinggalkan (bottom) setebal 0.1 meter, jadi
batubara yang benar-benar diambil 0.5 meter. Untuk pengambilan
batubara digunakan excavator yang lebih kecil, yaitu PC 200 dan PC 400.
Tabel. 2.2 Kualitas Batubara Binungan 5)
Parameter Units Value
Calorific Value (adb) Kcal/kg 5537
Inherent Moisture (adb) % 16,70
Total Moisture (arb) % 21,67
Ash (adb) % 5,28
Total Sulphur (adb) % 0,66
AFT IDT o 1,077
2.9. Metode Penambangan
Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor teknis seperti kondisi endapan batubara dan kondisi lapisan penutup serta pertimbangan ekonomis, yaitu : besaran nisbah pengupasan lapisan lapisan penutup, maka penambangan batubara di Binungan dipilih metode tambang terbuka (surface mining). Dengan mempertimbangkan kondisi endapan batubara yang akan ditambang pada beberapa lokasi tambang (pit), maka lebih spesifik dipilih metode open pit mining dimana digunakan sistem in pit dump dalam pemindahan lapisan penutupnya.
2.10. Tahapan Penambangan
Dalam prakteknya, penambangan dilakukan dalam beberapa tahap
penambangan seperti berikut:
2.10.1 Land clearing
Merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membersihkan daerah yang akan
ditambang dari semak-semak, pepohonan dan tanah maupun bongkah-bongkah batu
yang menghalangi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan bulldozer D-85ESS, dan yang dapat menjalankan fungsi gali-dorong
dengan memanfaatkan bilah dan tenaga dorong dari alat tersebut. Semak, perdu dan
pohon-pohon kecil yang sudah dibabat tersebut didorong ke daerah-daerah tepi
penambangan (mineout).
2.10.2 Pengupasan Lapisan penutup
Lapisan penutup dibongkar dengan cara peledakan (Gambar 2.3) untuk
kemudian dimuat ke truk dengan mempergunakan excavator (Gambar 2.4). Lapisan
penutup tersebut diangkut menuju tempat pembuangan Lapisan penutup dengan
menggunakan truk berkapasitas 10-32 m3.
Gambar 2.3
Kegiatan peledakan
Gambar 2.4
Kegiatan Pengupasan Lapisan penutup 2.10.3 Coal cleaning dan coal mining
Maksud dari pembersihan batubara (coal cleaning) adalah untuk membersihkan
material non batubara sebelum dilakukan penambangan. Oleh karena itu digunakan
alat gali yang spesifik yaitu alat gali yang memiliki cutting edge pada bucketnya.
Sedangkan pengambilan batubara adalah kegiatan lanjutan dari proses coal cleaning
sampai pengangkutan batubara. Untuk lapisan batubara yang keras, maka dilakukan
penggaruan terlebih dahulu sebelum dilakukan coal getting.
2.10.4 Coal hauling
Batubara ditambang juga mempergunakan excavator dan dimuat ke dalam truk
angkut jenis dump truck seperti Hino untuk kemudian dibawa menuju CPP.
2.10.5 CPP
Batubara yang telah ditambang sebelum dapat dimuat ke dalam kapal untuk
dipasarkan terlebih dahulu diangkut untuk diproses di unit-unit fasilitas pengolahan
batubara. Tahapan pengolahan batubara ini meliputi (Gambar 2.5):
- Proses penghancuran batubara di CPP Binungan
- Pengangkutan batubara menuju Suaran Coal Terminal
- Penumpukan dan pemuatan batubara di Suaran Coal Terminal.
Gambar 2.5
Proses Produksi Batubara Binungan Mine Operation
2.10.6 Penimbunan Kembali
Lubang bukaan pit yang telah habis ditambang ditimbun kembali dengan
lapisan penutup (Gambar 2.6), kemudian ditutup tanah pucuk.
Gambar 2.6
Penimbunan Kembali
2.10.7 Reklamasi
Kegiatan reklamasi meliputi :
1. Pengamanan lahan bekas tambang.
2. Pengaturan bentuk lahan.
3. Pengelolaan tanah pucuk.
4. Pengendalian erosi
5. Revegetasi
Regevetasi merupakan proses penanaman area bekas tambang yang telah
diratakan kembali, agar lapisan tanah pucuknya tidak mudah tererosi (Gambar 2.7).
Gambar 2.7
Reklamasi lahan bekas tambang
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Produksi Excavator
Pada penelitian ini produksi menyatakan banyaknya volume lapisan penutup
yang dapat dikupas / dipindahkan oleh excavator, satuan yang digunakan adalah bcm
/ jam. Produksi dirumuskan sebagai berikut :
Produksi = kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi…….…(3.1)
Waktu edar excavator
Produksi dinyatakan dalam bcm/jam, sedangkan kapasitas bucket dalam m3,
efisiensi dalam persen, faktor keterisian bucket dalam persen, dan waktu edar dalam
detik. Angka 3600 merupakan faktor konversi untuk merubah satuan waktu edar dari
jam ke detik. Dari rumusan diatas dapat kita ketahui bahwa kapasitas bucket, faktor
keterisian bucket, efisiensi, dan waktu edar adalah faktor utama yang memengaruhi
produksi exvacator. Ada pula faktor faktor lain yang memengaruhi produksi
excavator secara tidak langsung, seperti match factor, jumlah alat angkut, dan
geometri jalan angkut.
3.2 Faktor yang Memengaruhi Produksi Excavator secara langsung
3.2.1 Kapasitas bucket
Besarnya kapasitas bucket excavator akan memengaruhi volume material
yang dapat digali, semakin besar kapasitas bucket excavator semakin besar pula
produksinya. Satuan untuk menyatakan kapasitas bucket excavator adalah m3.
3.2.2 Faktor keterisian bucket
Material yang digali adalah material hasil peledakan yang bentuk dan
ukurannya tidak seragam, sehingga ketika dimuat dalam bucket akan membentuk
rongga-rongga udara. Hal ini menyebabkan bucket tidak dapat terisi penuh, sehingga
perlu adanya faktor koreksi untuk menyatakan volume dari bucket excavator yang
benar-benar terisi oleh material. Faktor koreksi ini disebut faktor keterisian bucket
atau faktor keterisian bucket. Semakin besar nilai faktor keterisian bucket, maka
semakin besar produksinya.
3.2.3 Efisiensi
Efisiensi atau efisiensi kerja disini menyatakan seberapa efektif suatu
produksi berjalan selama waktu terjadwal, dirumuskan sebagai berikut :
Efisiensi = waktu kerja efektif x 100% ...........................................….…(3.2)
Waktu kerja terjadwal
Waktu kerja efektif adalah waktu yang benar – benar digunakan excavator
untuk menggali dan memuat material, sedangkan waktu kerja terjadwal adalah
lamanya waktu excavator bekerja dalam sekali pengamatan. Dalam sekali
pengamatan tidak semua waktu dapat digunakan untuk produksi, ada saat dimana
seharusnya excavator dapat menggali dan memuat material, namun karena suatu
sebab tidak dapat dilakukan contohnya adalah ketika excavator menunggu alat
angkut datang. Semakin besar efisiensi, berarti kinerja excavator semakin efisien,
dan produksi semakin besar.
3.2.4 Waktu edar
Untuk excavator, yang disebut satu kali edar adalah waktu dari mulai bucket
excavator menggali material, kemudian mengayun ketika bucketnya penuh, lalu
menumpahkan material, kemudian mengayun ketika bucketnya kosong. Besarnya
waktu edar dipengaruhi oleh sudut ayunan dan kemampuan dari excavator itu
sendiri. Semakin kecil waktu edarnya, maka semakin besar produksinya.
3.3 Faktor yang Memengaruhi Produksi Excavator secara tidak langsung
Untuk mengupas dan memindahkan lapisan penutup dari pit ke disposal,
excavator Komatsu PC 1250 SP berpasangan dengan dumptruck Komatsu HD 465.
Dengan demikian produksi excavator sangat dipengaruhi oleh kinerja dumptruck,
apabila kinerja dumptruck terhambat, maka produksi excavator juga ikut terhambat.
Faktor – faktor yang memengaruhi kinerja dumptruck antara lain :
3.3.1 Rimpull dumptruck
Rimpull adalah suatu gaya tarik maksimum yang bisa disediakan oleh mesin.
Rimpull ini suatu istilah yang hanya diterapkan pada peralatan yang beroda ban
(rubber tired equipment). Besar kecilnya Rimpull bergantung pada kecepatan atau
Gear yang dipakai. Jika pada spesifikasi mesin, belum tersedia daftar Rimpull, pada
setiap Gear, maka bisa di hitung dengan rumus :
Rimpull (lb) )(
375mphspeedefficiencyHP
………………….……..……(3.3)
Keterangan :
375 = faktor konversi
HP = horse power
Angka 375 merupakan faktor konversi yang digunakan untuk mengubah satuan
HP dan mph menjadi lb. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada perhitungan berikut:
1 HP = 550 ft lb / detik
1 mph = 5280 ft / 3600 detik
Rimpull (lb) )tan(mphkecepa
efisiensiHP
dtkft
effisiensidtklbft3600/5280
/550
Rimpull (lb) )tan(
375mphkecepa
efisiensiHP
3.3.2 Tahanan Gelinding/Gulir (rolling resistance)
Tahanan gulir adalah jumlah segala gaya-gaya luar (external forces) yang
berlawanan dengan arah gerak kendaraan yang berjalan diatas jalur jalan (jalan raya
atau kereta api) atau permukaan tanah.
Dengan sendirinya yang mengalami tahanan gulir ini secara langsung adalah
bagian luar bannya. Tahanan gulir tegantung dari banyak hal, diantaranya yang
terpenting adalah :
a. Keadaan jalan, yaitu kekerasan dan kemulusan permukaannya, semakin kecil
tahanan gulirnya. Macamnya tanah atau material yang dipergunakan untuk
membuat jalan tidak terlalu berpengaruh.
b. Keadaan bagian jalan yang bersangkutan dengan permukaan jalur jalan :
- Jika memakai ban karet yang akan berpengaruh adalah ukuran ban, tekanan
dan keadaan permukaan bannya, apakah masih baru atau sudah gundul, dan
macam kembangan pada ban tersebut.
- Jika memakai crawler track, maka keadaan dan macam track kurang
berpengaruh, tetapi yang lebih berpengaruh adalah keadaan jalan.
Berdasarakan tahanan gulir dinyatakan dalam pounds (lbs) dari tractive pull
yang diperlukan untuk menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya
pada jalur jalan yang mendatar dengan kondisi jalur jalan tertentu. Besarnya tahanan
gulir dapat didefinisikan sebagai berikut :
RR = WP ………………………………………………………………………(3.4)
Keterangan :
RR = tahanan gulir, lb/gross ton
P = gaya tarik pada kabel penarik, lb
W = berat kendaraan, gross ton
Yang dimaksud dengan gaya tarik pada kabel penarik adalah kabel penarik
yang dipasang sebuah dynamometer untuk mengukur gaya tarik (tension) rata-rata
pada kabel tersebut ketika menarik sebuah kendaraan dengan berat yang sudah
diketahui pada jalur jalan yang tetap. Gaya tarik tersebut tidak lain adalah jumlah
tahanan gulir yang diderita oleh kendaraan tersebut. Selain dengan persamaan diatas,
ada cara lain untuk menyatakan tahanan gulir tersebut, yaitu dengan persentase berat
kendaraan yanag beratnya dinyatakan dalam satuan pound ( Tabel 3.1 )
Tabel 3.1
Angka RR rata-rata untuk jenis roda ban karet dan macam jalan 3)
Jenis Jalan RR (lb/ton)
Hard, Smooth Surface, Well Maintained 40
Furm but flexible surface, well maintained 65
Dirt road, average construction road, little maintenance 100
Dirt road, soft or rutted 150
Deep, muddy surface, or loose sand 250-400
3.3.3 Tahanan Kemiringan (grade resistance)
Tahanan kemiringan adalah besarnya gaya berat yang melawan atau
membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilalui. Jika jalur
jalan itu naik, disebut kemiringan positif (plus slope), maka tahanan kemiringan akan
melawan gerak kendaraan, sehingga memperbesar Rimpull (tractive effort) yang
diperlukan. Sebaliknya jika jalur jalan itu turun, disebut kemiringan negatif (minus
slope), maka tahanan kemiringannya akan membantu gerak kendaraan, artinya
mengurangi rimpul yang dibutuhkan.
Tahanan kemiringan tergantung dari dua faktor, yaitu :
1. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen. Kemiringan 1%
berarti jalur jalan itu naik atau turun 1 meter setiap jarak 100 meter mendatar
(Gambar 3.1)
2. Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam gross ton.
Besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan dalam 20 lbs dari Rimpull
tiap kemiringan 1 %.
Gambar 3.1
Grade jalan 1%
Kemiringan negatif selalu membantu mengurangi Rimpull kendaraan itu,
maka sedapat mungkin harus diusahakan agar pada waktu alat itu mengangkut
muatan melalui jalur yang turun, sedangkan pada waktu kosong menaiki jalur itu.
Sehingga dengan demikian pada waktu berisi muatan dapat bergerak lebih cepat dan
membawa muatan lebih banyak karena Rimpull yang diperlukan sudah dikurangi
dengan kemiringan negatif. Ini berarti sedapat mungkin tempat penimbunan material
harus dipilihkan yang letaknya lebih rendah dari tempat penggaliannya sendiri.
3.3.4 Percepatan (acceleration)
Percepatan adalah waktu yang diperlukan untuk mempercepat kendaraan
dengan memakai kelebihan Rimpull yang tidak dipergunakan untuk menggerakkan
1 m
100 m
kendaran. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat kendaran tergantung
dari beberapa faktor, yaitu :
- Berat kendaraan, semakin berat, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
mempercepat kendaraan pada keadaan pada keadaan menanjak dan lurus.
- Kelebihan Rimpull yang ada, semakin besar Rimpull yang ada, maka semakin
cepat kendaraan itu dapat dipercepat.
Jadi kalau kelebihan Rimpull itu tidak ada, maka percepatan pun tidak akan
timbul, artinya kendaraan tersebut tidak dapat dipercepat. Untuk menghitung
percepatan itu secara tepat memang sulit, namun dapat dipergunakan pendekatan
sebagai berikut :
gaWF
……………………………………………………………...…(3.5)
Keterangan:
F = kelebihan Rimpull, lbs
g = percepatan karena gaya gravitasi, 32,2 ft/s2
W = berat alat yang harus dipercepat, lbs
a = percepatan, ft/s2
3.3.5 Geometri dan Kondisi Jalan Angkut
Geometri jalan angkut yang tidak sesuai standar akan menyebabkan
terhambatnya laju alat angkut. Laju alat angkut yang terhambat pada akhirnya akan
menyebabkan efisiensi excavator berkurang karena menunggu alat angkut.
Geometri jalan yang memenuhi syarat adalah bentuk dan ukuran dari jalan
tambang sesuai dengan spesifikasi alat angkut yang digunakan dengan
memperthitungkan kodisi medan yang ada sehingga dapat menjamin keamanan dan
keselamatan operasi pengangkutan. Geometri jalan yang sesuai merupakan hal
mutlak yang harus dipenuhi. Geometri / dimensi jalan angkut yang harus dipenuhi
antara lain :
a. Lebar Jalan Angkut
- Lebar pada Jalan Lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada rule of
thumb yang dikemukakan oleh AASHTO Manual Rural Highway Design
(Gambar 3.2). Dengan persamaan sebagai berikut :
L = )5,0)(1()( WtnWtn ; meter……………………………………..…(3.7)
Keterangan:
L = lebar jalan angkut
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut total, meter
Gambar 3.2
Lebar Jalan Angkut Pada Jalan Lurus - Lebar pada jalan tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar pada jalan
lurus (Gambar 3.3). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung
dengan mendasarkan pada :
1. Lebar jejak ban.
2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang
pada saat belok.
3. Jarak antara alat angkut yang bersimpangan.
4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan.
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapat
menggunakan persamaan :
W = n (U + Fa + Fb + Z) + C………………………………………………...…(3.8)
C = Z = ½ (U + Fa + Fb) ……………………………………………………....(3.9)
sin = putarradiusU ……………………………………………………........(3.10)
Keterangan :
W = Lebar jalan angkut pada tikungan, m
½ Wt Wt ½ Wt Wt ½Wt
parit
L
N = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan
Fa = Lebar juntai depan
Fb = Lebar Juntai belakang
Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan truck, m
Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truck, m
C = Jarak antara dua truck yang akan bersimpangan
Z = Jarak sisi luar truck ke tepi jalan, m
= Sudut penyimpangan roda depan, derajat
Gambar 3.3
Lebar Jalan Angkut Pada Jalan Tikungan b. Kemiringan Jalan (grade)
- Kemiringan jalan angkut
Kemiringan atau grade jalan angkut merupakan satu faktor penting yang harus
diamati secara detil dalam kajian terhadap kondisi jalan angkut. Hal ini
dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan
alat angkut, baik dari pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.
Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam
pengertiannya, kemiringan 1 % berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter atau 1 ft
untuk jarak mendatar 100 m atau 100 ft. Kemiringan jalan dapat dihitung dengan
persamaan :
Grade (%) = xH ……………………………………………………………..…(3.11)
Keterangan: :
ΔH = beda tinggi antara 2 titik yang diukur
Δx = jarak datar antara dua titik yang diukur
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik
oleh alat angkut besarnya berkisar antar 10% - 18%. Akan tetapi untuk jalan naik
maupun turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8% atau
4,5o.
3.3.6 Jumlah Alat Angkut
Jumlah alat angkut secara tidak langsung akan memengaruhi efisiensi kerja
excavator, apabila jumlah alat angkut kurang, maka akan terjadi waktu tunggu bagi
excavator yang akan mengurangi efisiensi kerja excavator dan pada akhirnya
mengurangi produksi. Perhitungan jumlah alat angkut dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah alat angkut = waktu edar truk ..……(3.12)
Jumlah pemuatan tiap truk x waktu edar excavator
3.3.7 Faktor Keserasian Alat (match factor)
Keseimbangan atau sinkronisasi kerja antara truk dengan alat muat, dapat
diukur dengan menggunakan faktor keserasian atau match factor (MF). Adapun
persamaannya adalah sebagai berikut :
MF = angkutalatCtnL
angkutalatmemuatiuntukmuatalatCtnH
1 ………………………(3.13)
Keterangan :
nH = jumlah alat angkut
nL = jumlah alat muat
Ct = waktu edar (menit)
Dari persamaan (3.13) akan menghasilkan tiga kemungkinan, yaitu :
- MF < 1 , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat
angkut yang belum datang.
- MF = 1 , artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak terjadi waktu
tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
- MF > 1 , artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
BAB IV
KEMAMPUAN PRODUKSI
4.1 Target Produksi
Target produksi lapisan penutup tahun 2010 pit K, site Binungan sebesar
7.290.000 bcm, target produksi tersebut dibagi merata menjadi 3 armada dengan
spesifikasi excavator dan dumptruck yang sama. Sedangkan jumlah truknya
disesuaikan dengan jarak ke disposal. Target produksi tersebut harus dipenuhi
dengan jam kerja yang ada. Pembagian jam kerja terdiri dari 2 shift (Tabel 4.1).
Sedangkan hari kerja efektif untuk tahun 2010 sebanyak 358,50 hari (Lampiran A),
sehingga total waktu kerja untuk memenuhi target produksi lapisan penutup adalah
5327,81 jam. Dengan jumlah armada dan jam kerja yang ada maka target produksi
per jam untuk satu armada seharusnya sebesar 456,10 bcm / jam (Tabel 4.2). Target
produksi tersebut dalam kenyataannya belum dapat tercapai. Untuk pembagian area
kerja masing – masing armada dapat dilihat pada Lampiran B.
Tabel 4.1
Pembagian shift
SHIFT I waktu ( WITA ) keterangan Lama (jam) 07.00 - 12.30 Jam kerja 5.5 12.30 - 13.00 Istirahat, makan siang 0.5 13.00 - 17.30 Jam kerja 4.5 10.5 SHIFT II waktu ( WITA ) keterangan 18.30 - 24.00 Jam kerja 5.5 24.00 - 01.00 istirahat 1 01.00 - 06.00 Jam kerja 5 11.5
Total 22
Tabel 4.2
Target produksi lapisan penutup
Target produksi Lapisan penutup (bcm)
jumlah armada
Target produksi/armada
(bcm)
jam kerja yang
tersedia (jam)
Target produksi armada /jam (bcm/jam)
7290000 3 2430000.00 5327.81 456.10
Berikut ini langkah – langkah dalam menghitung produksi aktual dari alat
muat dan alat angkut.
4.2 Kondisi Umum
4.2.1 Jumlah dan Jenis Peralatan yang Digunakan Dalam Pengupasan
Lapisan penutup
Pengupasan lapisan penutup digunakan kombinasi alat berat excavator
Komatsu PC 1250 SP dan dumptruck Komatsu HD 465 (Tabel 4.3). Sedangkan
pembagian jumlah excavator dan dumptruck yang digunakan di Pit K untuk
pengupasan lapisan penutup adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Pembagian jumlah Excavator dan Dumptruck
Nomor armada Jumlah excavator Jumlah dumptruck
12 1 5
15 1 6
36 1 6
4.2.2 Spesifikasi Peralatan
Sebelum melakukan perhitungan produksi peralatan, perlu diketahui jenis
atau spesifikasi dari peralatan yang digunakan. Hal ini untuk mengetahui keterangan-
keterangan teknis atau mekanis yang terdapat pada peralatan yang digunakan.
Misalnya untuk mengetahui kapasitas alat, tenaga, kecepatan kendaraan, untuk
menghitung Rimpull dan lain sebagainya. ( Lampiran C )
4.2.3 Kondisi Material
Selanjutnya perlu diketahui pula kondisi material, dalam hal ini adalah
lapisan penutup yang akan dikupas dan dipindahkan. Material lapisan penutup
berupa batuan hasil peledakan. Dari data hasil pengujian material oleh perusahaan,
diperoleh densitas rata-rata OB dalam adalah 2,25 gr/cm3, dengan swell factor 0,74.
4.3 Data Waktu Edar Excavator dan Dumptruck
Data waktu edar excavator dan dumptruck diperoleh dari hasil pengamatan
langsung di lapangan. Data waktu edar excavator digunakan untuk menghitung
produksi excavator yang aktual, sedangkan data waktu edar dumptruck digunakan
untuk menghitung match factor. Match factor dapat digunakan sebagai acuan sesuai
tidaknya jumlah excavator dan dumptruck (Tabel 4.4). Rincian perhitungan waktu
edar excavator dan dumptruck dapat dilihat pada Lampiran D.
Tabel 4.4
Waktu edar Excavator dan Dumptruck di Pit K
no armada jarak ke disposal (m)
Waktu edar excavator (detik)
Waktu edar dumptruck (detik)
12 2600 27.70 1096,03
15 2830 25.17 1093,57
36 2850 23,33 1115,00
4.4 Efisiensi excavator
Untuk perhitungan kemampuan produksi excavator, data efisiensi didapat
dari pengamatan langsung di lapangan (Tabel 4.5). Perhitungan efisiensi excavator
dapat dilihat pada Lampiran E.
Tabel 4.5 Efisiensi Excavator
4.5 Geometri Jalan Angkut
4.5.1 Lebar Jalan Angkut
Disini yang menjadi dasar perhitungan geometri jalan angkut adalah alat
angkut yang terbesar yaitu HD 465, sehingga untuk unit-unit yang lebih kecil tidak
jadi masalah.
1. Lebar jalan pada jalan lurus
> Lebar alat angkut keseluruhan (Wt) = 4.82 m
> Jumlah jalur (n) = 2
Maka ; Lebar jalan angkut = n.Wt + (n+1)(1/2 . Wt)………………….(3.7)
= 2 x 4.82 + (2+1) (1/2 x 4.82)
= 16.9 m 17 m.
2. Lebar jalan tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan untuk 2 jalur dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
W = n (U + Fa + Fb + Z) + C…………………………………….……….(3.8)
C = Z = (2
Fb Fa U )………………………………………………..….(3.9)
Dimana :
W = lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan, m
U = lebar jejak roda (center to center tire) = 3.515 m
n = jumlah jalur = 2
KO
MA
TSU
PC
1250
SP
No excavator Efisiensi (%)
12 61
15 59
36 52
Fa = Jarak as roda depan dengan bagian depan truk x sin α, m
Fb = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truk x sin α, m
C = jarak antara dua truk yang akan bersimpangan, m
Z = jarak sisi luar truk ke tepi jalan, m
Diketahui :
Sudut penyimpangan roda depan ( )
sin = radiusturningWheelbase ……………………………………………….…....….(3.10)
= sin1 m
m5.8
515.3
= sin1 0.41
= 24,200
Jarak as roda depan dengan bagian depan truk = 1.985 m
Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truk = 3.07 m
Maka : Fa = 1.985 x sin 27.14 0
= 0.82 m
Fb = 3.07 x sin 27.14 0
= 1.27
Maka : C = Z = (2
Fb Fa U )
= 0.5 x (3.515 + 0.82 + 1.27)
= 3 m
W = {2 x (U + Fa + Fb + Z)} + C
= ( 2 x ( 3.515 + 0.82 + 1.27 + 3 ) + 3
= 20,21 m 21 m
4.5.2 Kemiringan Jalan (Grade)
Untuk memudahkan menghitung kemiringan jalan angkut dari front ke
disposal, jalan angkut dibagi menjadi beberapa bagian / segmen (Tabel 4.6).
Pembagian segmen jalan dapat dilihat pada Lampiran B.
Tabel 4.6
Geometri jalan angkut
segmen jarak (m) jarak datar (m) elevasi awal (m)
elevasi akhir (m)
beda tinggi (m)
grade (%)
1 130.7013 130.5137 4 11 7 5.36 2 82.0844 81.7854 11 18 7 8.56 3 122.4321 122.2318 18 25 7 5.73 4 764.8962 763.1266 25 77 52 6.81 5 153.3717 152.9767 77 88 11 7.19 6 231.6726 231.2492 88 102 14 6.05 7 585.9800 583.8429 102 52 -50 -8.56
Sumber : Peta Topografi Pit K, Site Binungan, PT. Berau Coal, 2010
Perhitungan Grade dilakukan dengan menggunakan rumus :
Grade (%) = xH ………………………………………………………...…..….(3.11)
Keterangan :
ΔH = beda tinggi antara 2 titik yang diukur
Δx = jarak datar antara dua titik yang diukur
4.6 Kemampuan Produksi Excavator
Kemampuan produksi dihitung berdasarkan data dan kondisi aktual yang ada
dilapangan. Perhitungan faktor keterisian bucket dan jumlah pemuatan tiap truk
dapat dilihat pada Lampiran F.
4.6.1 Kemampuan Produksi Excavator Komatsu PC 1250 SP nomor 12
Lokasi : Pit K
Waktu : Shift I
Excavator : Komatsu PC 1250 SP nomor 12
Kapasitas bucket : 6,70 m3
Jumlah pemuatan/truk : 6
Faktor keterisian bucket: 0.88
Waktu edar excavator : 27,70 detik
Efisiensi : 0.61
Swell factor : 0,74
Dumptruck : Komatsu HD 465-7
Kapasitas : 34,20 m3
Waktu edar dumptruck : 1096,03 detik
Jumlah DT : 5
Jarak Angkut : 2600 meter
Material : Lapisan penutup
a. Produksi Excavator
Produksi = kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi...…….(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0.88 x 3600 detik/jam x 0,61) /27,70 detik = 467,42 lcm/jam
= 467,42 lcm/jam x 0.74 = 345,89 Bcm/jam
b. Match Factor
MF = (jumlah truk x jumlah pemuatan satu truk x waktu edar excavator) …(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar truk)
= ((5 x 6 x 27,70 detik)/(1 x 1096,03 detik))
= 0,76
4.6.2 Produksi Excavator Komatsu PC 1250 SP nomor 15
Lokasi : Pit K
Waktu : Shift I
Excavator : Komatsu PC 1250 SP nomor 15
Kapasitas bucket : 6,70 m3
Jumlah pemuatan/truk : 6
Faktor keterisian bucket: 0,89
Waktu edar excavator : 25,17 detik
Efisiensi : 0,59
Swell factor : 0,74
Dump truck : Komatsu HD 465-7
Kapasitas : 34,20 m3
Waktu edar dumptruck : 1093,57 detik
Jumlah DT : 6
Jarak Angkut : 2830 meter
Material : Lapisan penutup
a. Produksi Excavator
Produksi = kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi...…….(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0,89 x 3600 x 0,59) /25,17 detik = 503,19 lcm/jam
= 503,19 lcm/jam x 0.74 = 372,36 Bcm/jam
b. Match Factor
MF = (jumlah truk x jumlah pemuatan satu truk x waktu edar excavator) ...(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar truk)
= ( (6 x 6 x 25,17 detik)/(1 x 1093,57 detik))
= 0,83
4.6.3 Produksi Excavator Komatsu PC 1250 SP nomor 36
Lokasi : Pit K
Waktu : Shift I
Excavator : Komatsu PC 1250 SP nomor 36
Kapasitas bucket : 6,70 m3
Jumlah pemuatan/truk : 5
Faktor keterisian bucket: 0,95
Waktu edar excavator : 23,33 detik
Efisiensi : 0,52
Swell factor : 0,74
Dump truck : Komatsu HD 465-7
Kapasitas : 34,20 m3
Waktu edar dumptruck : 1115,00 detik
Jumlah DT : 6
Jarak Angkut : 2850 meter
Material : Lapisan penutup
a. Produksi Excavator
Produksi = kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi...…….(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0,95 x 3600 x 0,52) /23,33 detik = 510,73 lcm/jam
= 510,73 lcm/jam x 0.74 = 377.94 Bcm/jam
b. Match Factor
MF = (jumlah HD x jumlah pemuatan satu HD x waktu edar excavator) ...(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar HD)
= ( (6 x 5 x 23,33 detik)/(1 x 1115,00 detik))
= 0,63
Tabel 4.7
Produksi alat muat angkut
KO
MA
TSU
PC
1250
SP No
excavator
Jumlah Dumptruck
aktual MF
produksi aktual (bcm/jam)
12 5 0,76 345,89
15 6 0,83 372,36
36 6 0,63 377,94
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisis Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Produksi Excavator
Berdasarkan teori yang ada, pengamatan di lapangan, serta perhitungan dapat
diketahui bahwa faktor – faktor yang secara langsung menyebabkan tidak
tercapainya target produksi excavator adalah waktu edar, dan efisiensi. Sedangkan
faktor yang secara tidak langsung menyebabkan produksi tidak tercapai adalah
geometri jalan.
Waktu edar excavator yang lama menyebabkan produksi tidak tercapai.
Efisiensi yang kecil berarti waktu yang digunakan untuk produksi lebih sedikit
daripada waktu hambatannya, sehingga target produksi tidak tercapai.
Geometri jalan memengaruhi pergerakan dari dumptruck. Apabila geometri
jalan tidak sesuai dengan standar, baik lebarnya maupun kemiringan jalannya, maka
dapat berakibat pada terhambatnya pergerakan dumptruck. Apabila laju dumptruck
terhambat, maka waktu edarnya menjadi besar dan rawan kecelakaan. Hal inilah
yang secara tidak langsung memengaruhi efisiensi excavator. Lamanya waktu edar
dumptruck menyebabkan waktu tunggu bagi excavator yang berakibat mengurangi
efisiensi excavator.
5.1.1 Analisis waktu edar excavator
Satu waktu edar excavator dihitung dari waktu penggalian – mengayun saat
bucketnya penuh - waktu pemuatan truk – mengayun saat bucketnya kosong.
Besarnya waktu edar excavator dipengaruhi oleh jenis material yang digali, besarnya
sudut ayunan, dan kemampuan excavator itu sendiri.
Jenis material yang digali ketiga excavator sama, yaitu material lapisan
penutup yang telah diledakkan. Sudut ayunan excavator juga sama, yaitu 90˚. Secara
teoritis dengan kondisi tersebut seharusnya excavator yang masih bagus kondisinya
hanya membutuhkan waktu edar 23,5 detik saja (Komatsu Performance Handbook,
24th Edition 2003). Hal ini dapat dibuktikan pada excavator nomor 36 dengan
kondisi masih baru mampu mencapai waktu edar 23,33 detik. Waktu edar excavator
12 dan 15 yang lebih dari 23,5 detik dapat dimungkinkan karena kondisi excavator
yang sudah tidak bagus ( Tabel 5.1 )
Tabel 5.1
Waktu edar PC 1250 SP
KO
MA
TSU
PC
1250
SP no
excavator jenis
material
aktual
waktu edar (dtk) total waktu edar (dtk)
waktu penggalian
mengayun penuh
waktu pemuatan
truk
mengayun kosong
12 OB 15.07 4.10 4.87 3.67 27,70
15 OB 13.37 4.17 4.37 3.27 25,17
36 OB 11.90 3.90 4.33 3.20 23.33
5.1.2 Analisis efisiensi
Efisiensi menyatakan waktu kerja efektif yang digunakan untuk berproduksi
excavator dalam 1 jam produksi dibanding dengan total waktu kerjanya dalam 1 jam.
Dalam 1 jam produksi, tidak mungkin seluruhnya waktu yang ada digunakan untuk
produksi. Hal ini dikarenakan dalam 1 jam produksi, ada waktu – waktu hambatan
yang memang diperlukan agar produksi dapat tetap berlangsung seterusnya. Namun
ada juga waktu hambatan yang seharusnya dapat dihilangkan sehingga target
produksi dapat tercapai. Dari kondisi aktual di lapangan dapat dilihat bahwa efisiensi
yang ada masih kurang untuk mencapai target produksi (Tabel 5.2). Perhitungan
efisiensi aktual excavator dapat dilihat pada Lampiran E.
Tabel 5.2 Perbandingan efisiensi aktual dengan target
KO
MA
TSU
PC
1250
SP
armada efisiensi aktual
12 0.62
15 0.59
36 0.52
Tabel 5.3 Waktu hambatan aktual tiap jam Excavator PC 1250 SP
KO
MA
TSU
PC
1250
SP
No excavator
aktual
Waktu hambatan (detik)
Manuver dumptruck
Manuver excavator
Waktu tunggu
excavator Unit support
12 616 97 670 30
15 621 116 608 119
36 558 154 832 176
Tabel 5.3 memperlihatkan detil waktu hambatan aktual excavator dalam satu
jamnya. Manuver dumptruck adalah waktu hambatan excavator karena menunggu
dumptruck bermanuver / memposisikan diri di front. Manuver excavator adalah
waktu yang digunakan excavator untuk memposisikan diri mengikuti kemajuan
penggalian. Waktu tunggu excavator adalah ketika excavator sudah siap memuat
namun dumptruck belum datang. Waktu hambatan unit support adalah waktu
hambatan ketika unit support seperti grader, dozer atau water truck masuk
memperbaiki front. Dari waktu hambatan tersebut ada waktu hambatan excavator
karena menunggu dumptruck. Waktu hambatan ini seharusnya dapat dihilangkan.
Waktu tunggu excavator terjadi karena geometri jalan angkut yang tidak sesuai
standar, sehingga laju truk terhambat dan waktu edarnya semakin besar. Selain itu
juga faktor keserasian alat gali muat dan alat angkut rendah (MF<1), MF<1 artinya
jumlah truk kurang. Berikut ini perbaikan yang dapat dilakukan :
5.2 Evaluasi dan Upaya Pemenuhan Target Produksi
Dari analisis yang ada kemudian dievaluasi dan dilakukan upaya - upaya agar
target produksi tercapai, upaya tersebut antara lain :
5.2.1 Perbaikan jalan angkut
5.2.1.1 Lebar jalan
Ketiga armada melalui jalan angkut yang sama dengan jarak 2600 m untuk
armada 12, 2830 m untuk armada 15, dan 2850 m untuk armada 36. Lebar jalan
angkut standar yang dapat dilalui dumptruck Komatsu HD 465-7 untuk jalan dengan
2 lajur adalah 17 m pada jalan lurus dan 21 m pada tikungan. Kondisi aktual di
lapangan ada 2 titik jalan yang lebarnya kurang, yaitu hanya 14 m pada tikungan dan
9 m pada jalan lurus (Lampiran B).
Gambar 5.1
Jalan sempit (titik 1)
Apabila jalan sempit maka akan terjadi waktu tunggu dijalan dikarenakan
salah satu truk harus mengalah agar tidak terjadi tabrakan (Gambar 5.1, Gambar 5.2).
Perhitungan waktu tunggu dijalan dapat dilihat pada Lampiran G.
Gambar 5.2
Jalan sempit (titik 2)
Titik 1 = 28,17 detik
14 m
Titik 2 = 15,30 detik 9 m
Pada titik 1 terjadi waktu tunggu 28,17 detik setiap kali dumptruck
berpapasan, sedangkan titik 2 15,30 detik. Armada 12 mengalami waktu tunggu pada
titik 1 sedangkan armada 15 dan 36 mengalami waktu tunggu pada titik 1 dan 2.
Secara teori apabila jalan sempit tersebut dilebarkan sesuai standar, maka waktu
tunggu akan hilang dan waktu edar dumptruck bisa lebih cepat. Waktu tunggu
excavator berkurang karena dumptruck lebih cepat sampai ke front. Dengan kata lain
hanya dengan memperbaiki jalan saja sebenarnya sudah dapat menaikkan efisiensi
(Tabel 5.4) yang pada akhirnya juga meningkatkan produksi. Perhitungan kenaikan
efisiensi excavator karena perbaikan jalan angkut dapat dilihat pada Lampiran H.
Tabel 5.4
efisiensi excavator setelah perbaikan jalan angkut
KO
MA
TSU
PC
1250
SP
armada efisiensi aktual
efisiensi setelah perbaikan jalan
angkut
12 0.62 0.65
15 0.59 0.66
36 0.52 0.61
5.2.2 Produksi excavator setelah perbaikan jalan
Produksi setelah perbaikan jalan adalah kemampuan produksi excavator
ketika efisiensinya meningkat karena adanya perbaikan jalan. Waktu edar dumptruck
berkurang karena hilangnya waktu tunggu dijalan.
5.2.2.1 Produksi Excavator Komatsu PC 1250 SP nomor 12
Lokasi : Pit K
Waktu : Shift I
Excavator : Komatsu PC 1250 SP nomor 12
Kapasitas bucket : 6,70 m3
Faktor keterisian bucket: 0.88
Waktu edar excavator : 27,70 detik
Efisiensi : 0.65
Swell factor : 0,74
Dump truck : Komatsu HD 465-7
Kapasitas : 34,20 m3
Waktu edar dumptruck : 1096,03 detik – 28,17 detik = 1067,86 detik
Jumlah DT : 5
Jarak Angkut : 2600 meter
Material : Lapisan penutup
a. Produksi Excavator
Produksi = kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi.........…(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0.88 x 3600 x 0.65) /27,70 detik = 498,07 lcm/jam
= 498,07 lcm/jam x 0.74 = 368,57 bcm/jam
5.2.2.2 Produksi Excavator Komatsu PC 1250 SP nomor 15
Lokasi : Pit K
Waktu : Shift I
Excavator : Komatsu PC 1250 SP nomor 15
Kapasitas bucket : 6,70 m3
Faktor keterisian bucket: 0,89
Waktu edar excavator : 25,17 detik
Efisiensi : 0.66
Swell factor : 0,74
Dump truck : Komatsu HD 465-7
Kapasitas : 34,20 m3
Waktu edar dumptruck : 1093,57 detik – (28,17 + 15,30) detik = 1050,10 detik
Jumlah DT : 6
Jarak Angkut : 2830 meter
Material : Lapisan penutup
a. Produksi Excavator
Produksi = kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi.....…....(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0,89 x 3600 x 0.66) /25,17 detik = 562,89 lcm/jam
= 562,89 lcm/jam x 0.74 = 416,53 bcm/jam
5.2.2.3 Produksi Excavator Komatsu PC 1250 SP nomor 36
Lokasi : Pit K
Waktu : Shift I
Excavator : Komatsu PC 1250 SP nomor 36
Kapasitas bucket : 6,70 m3
Faktor keterisian bucket: 0,95
Waktu edar excavator : 23.33 detik
Efisiensi : 0.61
Swell factor : 0,74
Dump truck : Komatsu HD 465-7
Kapasitas : 34,20 m3
Waktu edar dumptruck : 1115,00 detik - (28,17 + 15,30) detik = 1071,53 detik
Jumlah DT : 6
Jarak Angkut : 2850 meter
Material : Lapisan penutup
a. Produksi Excavator
Produksi = kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi...….….(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0,95 x 3600 x 0.61) /23,33 detik = 599,12 lcm/jam
= 599,12 lcm/jam x 0.74 = 443.35 bcm/jam
Produksi setelah perbaikan jalan angkut belum dapat mencapai target,
sehingga perlu dilakukan penambahan alat angkut.
5.2.3 Penambahan alat angkut
Untuk menambah alat angkut, pertama harus diketahui dahulu jumlah alat
angkut yang dibutuhkan pada kondisi idealnya (MF=1), berikut perhitungannya :
5.2.3.1 Perhitungan jumlah truk armada 12
Jumlah pemuatan/truk : 6
Waktu edar excavator : 27,70 detik
Waktu edar dumptruck : 1067,86 detik
Jumlah truk aktual : 5
MF= (jumlah truk x jumlah pemuatan satu truk x waktu edar excavator) …(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar truk)
1 = (jumlah truk x 6 x 27,70 detik)/(1 x 1067,86 detik)
Jumlah truk = 1067,86 detik / (6 x 27,70 detik)
= 6,53 = 7 truk
5.2.3.2 Perhitungan jumlah truk armada 15
Jumlah pemuatan/truk : 5
Waktu edar excavator : 25,17 detik
Waktu edar dumptruck : 1050,10 detik
Jumlah truk aktual : 6
MF= (jumlah truk x jumlah pemuatan satu truk x waktu edar excavator) …(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar truk)
1 = (jumlah truk x 5 x 25,17 detik)/(1 x 1050,10 detik)
Jumlah truk = 1050,10 detik / (5 x 25,17 detik)
= 8,2 = 8 truk
5.2.3.3 Perhitungan jumlah truk armada 36
Jumlah pemuatan/truk : 5
Waktu edar excavator : 23,33 detik
Waktu edar dumptruck : 1071,53 detik
Jumlah truk aktual : 6
MF= (jumlah truk x jumlah pemuatan satu truk x waktu edar excavator) …(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar truk)
1 = (jumlah truk x 5 x 23,33 detik)/(1 x 1071,53 detik)
Jumlah truk = 1071,53 detik / (5 x 23,33 detik)
= 9,1 = 9 truk
Penambahan alat angkut untuk mencapai target produksi tidak perlu sampai
match factor = 1, tetapi cukup sampai target produksinya tercapai saja. Untuk itu
perlu dihitung dahulu tambahan waktu kerja efektif yang didapat karena penambahan
satu alat angkut (Tabel 5.5), berikut perhitungannya :
Tabel 5.5 Tambahan waktu kerja efektif tiap penambahan 1 truk
KO
MA
TSU
PC
1250
SP
no excavator jumlah truk aktual
Jumlah kekurangan
truk
Waktu tunggu
excavator setelah
perbaikan jalan angkut
(detik)
Penambahan waktu kerja efektif tiap truk (detik)
12 5 2 523,76 261,88
15 6 2 362,95 181,48
36 6 3 505,49 168,50
Waktu tunggu excavator setelah perbaikan jalan angkut adalah waktu tunggu
yang masih terjadi setelah perbaikan jalan angkut. Dengan kata lain waktu tunggu ini
terjadi karena kekurangan alat angkut. Angka tersebut diperoleh dari waktu tunggu
excavator sebelum perbaikan jalan (Tabel 5.3) dikurangi dengan tambahan waktu
kerja efektif setelah perbaikan jalan pada Lampiran H.
Setelah diketahui besarnya tambahan waktu kerja efektif tiap penambahan 1
truk, maka dapat dihitung jumlah truk yang dibutuhkan agar target produksi tercapai.
Pada perhitungan ini, penambahan jumlah truk tidak perlu sampai kondisi ideal,
cukup sampai target produksinya tercapai saja. Berikut perhitungannya :
5.2.4 Penambahan 1 truk
5.2.4.1 Armada 12
Waktu kerja efektif setelah perbaikan jalan : 2332,55 detik
Tambahan waktu kerja efektif satu truk : 261,88 detik
Waktu kerja efektif setelah penambahan 1 truk : 2332,55 detik + 261,88 detik =
2594,43 detik
Total waktu kerja : 3600 detik
Efisiensi setelah penambahan 1 truk : 2594,43 detik / 3600 detik =
0,72
a. Produksi setelah penambahan 1 truk
= kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi................…(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0.88 x 3600 x 0.72) /27,70 detik = 551,71 lcm/jam
= 551,71 lcm/jam x 0.74 = 408,26 bcm/jam
b. Match Factor
MF = (jumlah truk x jumlah pemuatan satu truk x waktu edar excavator) …(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar truk)
= (6 x 5,60 x 27,70 detik)/(1 x 1067,86 detik)
= 0,87
5.2.4.2 Armada 15
Waktu kerja efektif setelah perbaikan jalan : 2381,16 detik
Tambahan waktu kerja efektif satu truk : 181,48 detik
Waktu kerja efektif setelah penambahan 1 truk : 2381,16 detik + 181,48 detik =
2562,64 detik
Total waktu kerja : 3600 detik
Efisiensi setelah penambahan 1 truk : 2562,64 detik / 3600 detik =
0,71
a. Produksi setelah penambahan 1 truk
= kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi................…(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0.89 x 3600 x 0.71) /25,17 detik = 605,53 lcm/jam
= 605,53 lcm/jam x 0.74 = 448,10 bcm/jam
b. Match Factor
MF = (jumlah truk x jumlah pemuatan satu truk x waktu edar excavator) …(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar truk)
= (7 x 5,47 x 25,17 detik)/(1 x 1050,10 detik)
= 0,91
5.2.4.3 Armada 36
Waktu kerja efektif setelah perbaikan jalan : 2205,96 detik
Tambahan waktu kerja efektif satu truk : 168,50 detik
Waktu kerja efektif setelah penambahan 1 truk : 2205,96 detik + 168,50 detik =
2374,45 detik
Total waktu kerja : 3600 detik
Efisiensi setelah penambahan 1 truk : 2374,45 detik / 3600 detik = 0,66
a. Produksi setelah penambahan 1 truk
= kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi................…(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0.95 x 3600 x 0.66) /23,33 detik = 648,23 lcm/jam
= 648,23 lcm/jam x 0.74 = 479.69 bcm/jam
b. Match Factor
MF = (jumlah truk x jumlah pemuatan satu truk x waktu edar excavator) …(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar truk)
= (7 x 5,14 x 23,33 detik)/(1 x 1071,53 detik)
= 0,78
Dengan penambahan 1 truk armada 12 dan 15 masih belum mencapai target
produksi 456,1 bcm/jam sehingga perlu ditambah truk lagi. Armada 36 dengan
penambahan 1 truk telah mencapai target produksi, sehingga tidak perlu ditambah
truk lagi. Berikut perhitungan penambahan 2 truk untuk armada 12 dan 15 :
5.2.5 Penambahan 2 truk
5.2.5.1 Armada 12
Waktu kerja efektif setelah perbaikan jalan : 2332,55 detik
Tambahan waktu kerja efektif 2 truk : 523,76 detik
Waktu kerja efektif setelah penambahan 2 truk : 2332,55 detik + 523,76 detik =
2856,31 detik
Total waktu kerja : 3600 detik
Efisiensi setelah penambahan 2 truk : 2856,31 detik / 3600 detik =
0,79
a. Produksi setelah penambahan 2 truk
= kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi................…(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0.88 x 3600 x 0.79) /27,70 detik = 605,35 lcm/jam
= 605,35 lcm/jam x 0.74 = 447,96 bcm/jam
b. Match Factor
MF = (jumlah truk x jumlah pemuatan satu truk x waktu edar excavator) …(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar truk)
= (7 x 5,60 x 27,70 detik)/(1 x 1067,86 detik)
= 1,01
5.2.5.2 Armada 15
Waktu kerja efektif setelah perbaikan jalan : 2381,16 detik
Tambahan waktu kerja efektif 2 truk : 362,95 detik
Waktu kerja efektif setelah penambahan 2 truk : 2381,16 detik + 362,95 detik =
2744,11 detik
Total waktu kerja : 3600 detik
Efisiensi setelah penambahan 2 truk : 2744,11 detik / 3600 detik =
0,76
a. Produksi setelah penambahan 2 truk
= kapasitas bucket x faktor keterisian bucket x 3600 x efisiensi................…(3.1)
Waktu edar excavator
= (6,70 m3 x 0.89 x 3600 x 0.76) /25,17 detik = 648,18 lcm/jam
= 648,18 lcm/jam x 0.74 = 479,65 bcm/jam
b. Match Factor
MF = (jumlah truk x jumlah pemuatan satu truk x waktu edar excavator) …(3.13)
(jumlah excavator x waktu edar truk)
= (8 x 5,47 x 25,17 detik)/(1 x 1050,10 detik)
= 1,05
Dengan penambahan 2 truk, armada 15 dapat memenuhi target produksi,
namun armada 12 tetap tidak dapat memenuhi target produksi. Tidak tercapainya
target produksi armada 12 disebabkan waktu edar excavator nomor 12 yang sangat
besar bila dibandingkan dengan dua excavator lainnya. Waktu edar yang besar dapat
disebabkan oleh kondisi mesin excavator yang sudah tidak bagus. Agar waktu
edarnya sesuai dengan target, maka harus dilakukan perbaikan mesin atau
penggantian unit excavator. Perbandingan produksi sebelum dan sesudah evaluasi
dapat dilihat pada Tabel 5.6
Tabel 5.6
Perbandingan Produksi Excavator Sebelum dan Sesudah Evaluasi
KO
MA
TSU
PC
1250
SP
armada jenis material
Target aktual setelah
perbaikan jalan
Setelah perbaikan jalan dan
penambahan alat angkut
produksi (bcm/jam)
produksi (bcm/jam)
produksi (bcm/jam)
produksi (bcm/jam)
12 OB 456.10 345,89 368,57 447,96
15 OB 456.10 372,36 416,53 479,65
36 OB 456.10 377,94 443,35 479,69
Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan evaluasi serta perbaikan
berupa perbaikan jalan angkut dan penambahan alat angkut, armada 15 dan 36 dapat
memenuhi target produksi. Sedangkan pada armada 12 setelah perbaikan jalan dan
penambahan alat angkut dilakukan target produksi tetap tidak tercapai.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi teknis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Produksi aktual excavator Komatsu PC 1250 SP no 12,15,dan 36 yang
beroperasi di pit K pada bulan oktober 2010 tidak mencapai target 456.10
bcm / jam
2. Tidak tercapainya target produksi excavator Komatsu PC 1250 SP
disebabkan oleh:
- kemampuan dari excavator itu sendiri yang sudah berkurang.
- rendahnya efisiensi excavator karena waktu hambatan yang besar
- kurangnya jumlah alat angkut, sehingga menyebabkan waktu tunggu
bagi excavator
3. Lebar jalan angkut 2 lajur yang kurang dari 17 m untuk jalan lurus dan 21 m
untuk tikungan menyebabkan waktu edar dumptruck bertambah besar
sehingga menyebabkan waktu tunggu bagi excavator dan pada akhirnya
mengurangi efisiensi excavator.
4. Armada 15 dapat mencapai target produksi dengan perbaikan jalan angkut
dan penambahan 2 truk, sedangkan armada 36 dapat mencapai target
produksi dengan perbaikan jalan angkut dan penambahan 1 truk.
5. Armada 12 dengan perbaikan jalan dan penambahan truk tetap tidak dapat
mencapai target produksi. Hal ini kemungkinan karena kondisi excavator
yang sudah tidak bagus, sehingga tidak dapat beroperasi secara normal.
6.2 Saran
1. Pengecekan dan perawatan excavator hendaknya dilakukan secara rutin agar
kondisi alat terjaga.
2. Pembuatan jalan angkut harus sesuai dengan alat angkut yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Indonesianto, Yanto. (2009), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan, UPN ”Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta
2. Kaufman, Walter. (2008), Design of Surface Mine Haulage Roads, Pittsburch Research Laboratory Library, Pittsburch
3. Prodjosumarto, Partanto. (2000), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan
Teknik Pertambangan ITB, Bandung. 4. Syarifah. (2006), Kajian Produktivitas Alat Muat dan Alat Angkut PT. Sapta
Indra Sejati untuk Pengupasan Tanah Penutup Pada Penambangan Batubara Binungan Mine Operation PT. Berau Coal Kalimantan Timur, Skripsi Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta
5. (2010),Annual Plan 2010 PT. Beraucoal, Berau
6. (2010),Daily Report PT. Beraucoal, Berau
7. (2010),Data Geologi PT. Beraucoal, Berau
8. (2003), Komatsu Performance Handbook, 24th Edition, Japan.
9. (2010),Monthly Performance Unit PT. SIS, Berau
10. (2010),Monthly Report PT. Beraucoal, Berau
LAMPIRAN A
JAM KERJA EFEKTIF
Tabel A.1
PRODUCTION WORKING HOURS
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Total/Avg
2010
2 shift (OB dan Coal) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Working Hours per day (24 hrs - std. OS)
21:00
21:00
21:00
21:00
21:00
21:00
21:00
21:00
21:00
21:00
21:00
21:00
21:00
21:00
Lost Time Rain & Slippery per day
03:51
03:42
03:09
02:40
02:40
02:16
02:20
02:01
02:21
02:25
04:44
03:10
02:57
02:57
Lost Time others (overshift, breaks, etc.) per day
2:47
2:39
2:34
2:48
2:34
2:36
2:46
2:35
2:39
2:46
2:37
2:49
02:41
02:41
Number of Friday (day)
5.00
4.00
4.00
5.00
4.00
4.00
5.00
4.00
4.00
5.00
4.00
5.0
0
4.42 4.42
Estimate lost time of prayer (hr)
6:00
6:00
6:00
6:00
6:00
6:00
6:00
6:00
6:00
6:00
6:00
6:00
06:00 6:00
Estimate add lost time
1:48
1:48
1:48
1:48
1:48
1:48
1:48
1:48
1:48
1:48
1:48
1:48
01:48 1:48
Available Working Hours per day
14:21
14:37
15:15
15:31
15:44
16:06
15:53
16:23
15:58
15:48
13:37
15:00
15:21
15:21
Utilization of Available Hours per day
97%
97%
97%
97%
97%
97%
97%
97%
97%
97%
96%
97%
97% 97%
Effective Working Hours per day
13:51
14:07
14:45
15:01
15:14
15:36
15:23
15:53
15:28
15:18
13:07
14:30
14:51
14:51
Calender Days
31.00
28.00
31.00
30.00
31.00
30.00
31.00
31.00
30.00
31.00
30.00
31.00 365 365
Idle days
0.50
-
-
-
-
0.50
0.50
2.00
1.00
1.5
0 6 6.5
Working days
30.50
28.00
31.00
30.00
31.00
29.50
31.00
30.50
28.00
31.00
29.00
29.50 359
358.5
Available hours for production
3 shift
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Available hours for production
2 shift
422.
62
395.72
457.74
450.
70
472.72
460.
49
477.06
484.
54
433.52
474.47
380.
74
427.94
5,338.26
5,327.81
Keterangan Lampiran A :
P5M 0:10 Safety Talk 0:08 Moving + Wait Blasting 0:30 Moving / Maintenance front 1:00
- Estimate add lost time 1:48
Standby buang air + merokok 0:10 Lost time other over shift 0:20
- Others 0:30
Cara menghitung available hours for production 2 shift :
Available hours for production 2 shift
= Effective Working Hours per day x Working days
Working days = calendar days – idle days
Effective Working Hours per day
= Available Working Hours per day x Utilization of Available Hours per day
Available Working Hours per day
= Working Hours per day - Lost Time Rain & Slippery per day - Lost Time
others (overshift, breaks, etc.) per day
Utilization of Available Hours per day
= Available Working Hours per day – others x 100%
Available Working Hours per day
Lost time other
=( Number of Friday x Estimate lost time of prayer ) + Estimate add lost time
Working days
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN WAKTU EDAR EXCAVATOR DAN DUMPTRUCK
Tabel D.1
Perhitungan waktu edar excavator 12
no data waktu
penggalian (detik)
mengayun penuh (detik)
waktu pemuatan
truk (detik)
mengayun kosong (detik)
waktu edar (detik)
1 10 5 2 2 19 2 13 4 4 8 29 3 13 3 3 2 21 4 11 3 5 2 21 5 13 5 3 3 24 6 21 4 4 3 32 7 16 4 5 3 28 8 13 6 3 4 26 9 10 4 5 6 25
10 15 4 2 2 23 11 11 4 6 5 26 12 9 5 8 3 25 13 15 6 9 4 34 14 11 4 5 3 23 15 12 2 3 4 21 16 14 5 3 4 26 17 13 4 8 5 30 18 20 2 5 3 30 19 13 5 5 4 27 20 17 7 5 3 32 21 16 3 7 2 28 22 25 5 6 3 39 23 15 2 7 3 27 24 14 5 3 5 27 25 24 4 6 5 39 26 22 2 3 4 31 27 17 2 6 3 28 28 15 5 6 4 30 29 18 4 3 4 29 30 16 5 6 4 31
rata - rata 15.07 4.10 4.87 3.67 27.70
Tabel D.2
Perhitungan waktu edar excavator 15
no data waktu
penggalian (detik)
mengayun penuh (detik)
waktu pemuatan
truk (detik)
mengayun kosong (detik)
waktu edar (detik)
1 17 5 5 4 31 2 13 4 5 3 25 3 10 5 4 5 24 4 15 3 4 5 27 5 13 3 4 3 23 6 15 6 6 4 31 7 11 4 5 4 24 8 9 4 5 4 22 9 12 4 5 4 25
10 15 3 4 2 24 11 11 3 6 3 23 12 13 3 2 3 21 13 17 6 5 2 30 14 14 4 6 5 29 15 12 4 2 2 20 16 14 3 6 3 26 17 10 3 2 3 18 18 8 5 5 2 20 19 19 3 3 4 29 20 15 5 2 3 25 21 7 6 3 3 19 22 16 3 5 3 27 23 15 4 6 5 30 24 17 5 5 2 29 25 18 3 3 3 27 26 8 6 5 3 22 27 18 4 5 2 29 28 13 3 3 2 21 29 15 7 4 4 30 30 11 4 6 3 24
rata - rata 13.37 4.17 4.37 3.27 25.17
Tabel D.3
Perhitungan waktu edar excavator 36
no data waktu
penggalian (detik)
mengayun penuh (detik)
waktu pemuatan
truk (detik)
mengayun kosong (detik)
waktu edar (detik)
1 11 3 4 4 22 2 9 4 4 4 21 3 13 4 4 3 24 4 11 3 4 3 21 5 15 4 7 3 29 6 9 4 4 4 21 7 10 5 3 3 21 8 9 5 3 4 21 9 13 5 4 2 24
10 10 3 7 3 23 11 12 5 4 4 25 12 12 4 7 4 27 13 11 4 5 4 24 14 11 4 4 3 22 15 9 5 3 4 21 16 12 6 4 3 25 17 14 3 5 2 24 18 11 4 6 3 24 19 11 4 5 3 23 20 16 3 3 4 26 21 11 3 3 2 19 22 15 2 3 3 23 23 17 3 4 3 27 24 8 3 4 3 18 25 15 4 5 4 28 26 9 4 6 3 22 27 15 5 4 3 27 28 10 3 3 2 18 29 15 4 3 3 25 30 13 4 5 3 25
rata - rata 11.90 3.90 4.33 3.20 23.33 Keterangan :
Waktu pemuatan truk adalah waktu ketika excavator menumpahkan material
ke dumptruck
Mengayun kosong adalah waktu ketika excavator mengayun dalam keadaan
bucketnya kosong
Waktu penggalian adalah waktu ketika excavator menggali material
Mengayun penuh adalah waktu ketika excavator mengayun dalam keadaan
bucketnya terisi oleh material
Waktu edar adalah total keseluruhan waktu yang dibutuhkan oleh excavator
untuk melakukan 1 kali edar.
1 waktu edar = waktu pemuatan truk + mengayun kosong + waktu penggalian
+ mengayun penuh
Waktu edar dumptruck :
Disposal yang dituju oleh ke 3 armada sama, sehingga waktu menumpahkan
material di Disposalnya dianggap sama untuk setiap truk
Tabel D.4
Perhitungan waktu di disposal
no data manuver (dtk)
menumpahkan material (dtk)
total (dtk)
1 21 35 56 2 25 29 54 3 35 24 59 4 20 31 51 5 19 28 47 6 21 35 56 7 24 40 64 8 20 33 53 9 20 35 55
10 30 29 59 11 22 36 58 12 29 30 59 13 23 29 52 14 26 31 57 15 27 38 65 16 26 35 61 17 19 30 49 18 27 45 72 19 23 28 51 20 31 33 64 21 26 32 58 22 26 34 60 23 26 34 60 24 33 26 59 25 34 29 63 26 21 31 52 27 25 33 58 28 21 31 52 29 30 32 62 30 20 32 52
rata - rata 57.27
Tabel D.5
Perhitungan waktu edar dumptruck pada armada 12
no data waktu
manuver (dtk)
waktu pemuatan truk (dtk)
waktu perjalanan
(dtk)
waktu menumpahkan material (dtk)
Waktu Edar (dtk)
1 25 140 798 57.27 1020.27 2 28 145 767 57.27 997.27 3 26 155 875 57.27 1113.27 4 45 147 750 57.27 999.27 5 51 135 970 57.27 1213.27 6 43 148 763 57.27 1011.27 7 40 158 856 57.27 1111.27 8 49 172 843 57.27 1121.27 9 24 186 852 57.27 1119.27
10 30 142 790 57.27 1019.27 11 27 149 769 57.27 1002.27 12 47 148 820 57.27 1072.27 13 31 177 794 57.27 1059.27 14 30 128 810 57.27 1025.27 15 29 210 870 57.27 1166.27 16 43 97 890 57.27 1087.27 17 34 91 710 57.27 892.27 18 30 103 830 57.27 1020.27 19 34 103 991 57.27 1185.27 20 37 104 880 57.27 1078.27 21 27 108 864 57.27 1056.27 22 40 116 890 57.27 1103.27 23 45 116 1001 57.27 1219.27 24 34 105 970 57.27 1166.27 25 37 111 909 57.27 1114.27 26 32 129 998 57.27 1216.27 27 44 107 1007 57.27 1215.27 28 49 113 990 57.27 1209.27 29 45 104 955 57.27 1161.27 30 36 139 873 57.27 1105.27
rata -rata 36.40 132.87 869.50 57.27 1096.03
Tabel D.6
Perhitungan waktu edar dumptruck pada armada 15
no data waktu
manuver (dtk)
waktu pemuatan truk (dtk)
waktu perjalanan
(dtk)
waktu menumpahkan material (dtk)
Waktu Edar (dtk)
1 61 110 880 57.27 1108.27 2 64 120 856 57.27 1097.27 3 24 115 879 57.27 1075.27 4 26 110 876 57.27 1069.27 5 25 119 837 57.27 1038.27 6 33 130 790 57.27 1010.27 7 61 122 987 57.27 1227.27 8 27 115 868 57.27 1067.27 9 32 145 843 57.27 1077.27
10 51 109 811 57.27 1028.27 11 29 126 845 57.27 1057.27 12 29 112 923 57.27 1121.27 13 25 106 899 57.27 1087.27 14 30 106 874 57.27 1067.27 15 28 116 890 57.27 1091.27 16 31 115 879 57.27 1082.27 17 39 117 756 57.27 969.27 18 35 111 1204 57.27 1407.27 19 40 129 868 57.27 1094.27 20 25 100 884 57.27 1066.27 21 33 120 970 57.27 1180.27 22 27 112 893 57.27 1089.27 23 37 96 987 57.27 1177.27 24 18 126 911 57.27 1112.27 25 29 110 858 57.27 1054.27 26 44 129 834 57.27 1064.27 27 38 124 829 57.27 1048.27 28 43 125 864 57.27 1089.27 29 18 115 830 57.27 1020.27 30 27 131 914 57.27 1129.27
rata -rata 34.30 117.37 884.63 57.27 1093.57
Tabel D.7
Perhitungan waktu edar dumptruck pada armada 36
no data waktu
manuver (dtk)
waktu pemuatan truk (dtk)
waktu perjalanan
(dtk)
waktu menumpahkan material (dtk)
Waktu Edar (dtk)
1 21 97 1001 57.27 1176.27 2 35 95 812 57.27 999.27 3 28 96 840 57.27 1021.27 4 36 94 870 57.27 1057.27 5 35 100 976 57.27 1168.27 6 29 94 1040 57.27 1220.27 7 36 100 760 57.27 953.27 8 38 102 780 57.27 977.27 9 19 115 957 57.27 1148.27
10 38 102 812 57.27 1009.27 11 23 105 820 57.27 1005.27 12 32 119 1080 57.27 1288.27 13 37 111 1058 57.27 1263.27 14 35 106 948 57.27 1146.27 15 26 87 1052 57.27 1222.27 16 19 94 1030 57.27 1200.27 17 33 92 879 57.27 1061.27 18 27 87 1009 57.27 1180.27 19 31 94 901 57.27 1083.27 20 33 99 856 57.27 1045.27 21 25 100 1016 57.27 1198.27 22 30 120 1041 57.27 1248.27 23 27 92 1019 57.27 1195.27 24 29 91 843 57.27 1020.27 25 24 100 876 57.27 1057.27 26 35 108 950 57.27 1150.27 27 24 103 838 57.27 1022.27 28 33 94 845 57.27 1029.27 29 21 106 1000 57.27 1184.27 30 32 119 910 57.27 1118.27
rata -rata 29.70 100.73 927.30 57.27 1115.00
Keterangan :
Waktu manuver adalah waktu ketika dumptruck memposisikan diri di front.
Waktu pemuatan truk adalah waktu ketika dumptruck diisi material oleh
excavator.
Waktu menumpahkan material adalah waktu ketika dumptruck menumpahkan
material di Disposal.
Waktu perjalanan adalah waktu perjalan dumptruck dari front ke Disposal
ditambah waktu perjalan dari Disposal ke front.
Waktu edar = waktu manuver + waktu pemuatan truk + waktu menumpahkan
material + waktu perjalanan
LAMPIRAN E
PERHITUNGAN EFISIENSI EXCAVATOR
Tabel E.1
Perhitungan efisiensi Excavator no 12
no data
waktu hambatan (dtk) total waktu
hambatan (dtk)
waktu kerja
efektif (dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi manuver DT
manuver excavator
waktu tunggu
excavator
Unit support
1 448 64 1015 0 1528 2072 3600 0.58 2 600 487 63 0 1150 2450 3600 0.68 3 546 8 1173 0 1727 1873 3600 0.52 4 844 21 208 140 1213 2387 3600 0.66 5 638 138 578 0 1353 2247 3600 0.62 6 473 82 1042 36 1634 1966 3600 0.55 7 715 91 617 26 1449 2151 3600 0.60 8 476 62 846 28 1411 2189 3600 0.61 9 453 126 1014 78 1672 1928 3600 0.54
10 576 126 1013 0 1715 1885 3600 0.52 11 743 148 634 0 1525 2075 3600 0.58 12 582 78 650 0 1310 2290 3600 0.64 13 593 94 1184 48 1919 1681 3600 0.47 14 647 107 422 0 1176 2424 3600 0.67 15 801 100 692 0 1592 2008 3600 0.56 16 564 70 838 38 1509 2091 3600 0.58 17 501 83 631 0 1215 2385 3600 0.66 18 631 69 591 0 1291 2309 3600 0.64 19 620 40 617 114 1390 2210 3600 0.61 20 675 39 621 135 1469 2131 3600 0.59 21 294 36 531 59 920 2680 3600 0.74 22 866 67 727 0 1660 1940 3600 0.54 23 643 55 296 0 993 2607 3600 0.72 24 581 76 263 76 995 2605 3600 0.72 25 762 136 518 0 1417 2183 3600 0.61 26 694 134 691 0 1519 2081 3600 0.58 27 573 116 675 36 1400 2200 3600 0.61 28 755 107 551 27 1439 2161 3600 0.60 29 669 63 670 0 1402 2198 3600 0.61 30 523 103 735 62 1423 2177 3600 0.60
rata -rata 616 97 670 30 1414 2186 3600 0.61
Tabel E.2
Perhitungan efisiensi Excavator no 15
no data
waktu hambatan (dtk) total
waktu hambatan
(dtk)
waktu kerja
efektif (dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi manuver DT
manuver excavator
waktu tunggu
excavator
Unit support
1 483 30 813 167 1492 2108 3600 0.59 2 482 214 860 0 1556 2044 3600 0.57 3 894 0 416 0 1311 2289 3600 0.64 4 384 220 1404 0 2008 1592 3600 0.44 5 635 78 874 139 1725 1875 3600 0.52 6 758 86 0 149 993 2607 3600 0.72 7 675 210 312 155 1353 2247 3600 0.62 8 765 31 489 183 1468 2132 3600 0.59 9 594 95 549 262 1500 2100 3600 0.58
10 770 87 822 0 1680 1920 3600 0.53 11 574 76 454 80 1184 2416 3600 0.67 12 423 59 597 80 1160 2440 3600 0.68 13 740 209 574 94 1618 1982 3600 0.55 14 358 244 565 277 1443 2157 3600 0.60 15 704 200 968 124 1997 1603 3600 0.45 16 504 143 675 135 1457 2143 3600 0.60 17 622 84 532 91 1330 2270 3600 0.63 18 561 123 635 85 1404 2196 3600 0.61 19 620 76 604 171 1470 2130 3600 0.59 20 537 90 667 208 1501 2099 3600 0.58 21 567 86 632 179 1464 2136 3600 0.59 22 799 102 632 0 1532 2068 3600 0.57 23 777 145 500 176 1597 2003 3600 0.56 24 610 255 453 0 1317 2283 3600 0.63 25 724 204 529 0 1457 2143 3600 0.60 26 587 89 433 184 1292 2308 3600 0.64 27 718 70 462 177 1427 2173 3600 0.60 28 757 55 548 186 1546 2054 3600 0.57 29 463 66 738 180 1447 2153 3600 0.60 30 541 64 497 80 1182 2418 3600 0.67
rata -rata 621 116 608 119 1464 2136 3600 0.59
Tabel E.3
Perhitungan efisiensi Excavator no 36
no data
waktu hambatan (dtk) total waktu
hambatan (dtk)
waktu kerja
efektif (dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi manuver DT
manuver excavator
waktu tunggu
excavator
Unit support
1 407 63 1406 188 2064 1536 3600 0.43 2 347 65 1757 0 2169 1431 3600 0.40 3 532 301 742 171 1746 1854 3600 0.52 4 750 148 127 483 1509 2091 3600 0.58 5 644 311 329 261 1545 2055 3600 0.57 6 539 216 788 123 1666 1934 3600 0.54 7 681 126 628 120 1555 2045 3600 0.57 8 577 13 849 62 1503 2097 3600 0.58 9 586 211 842 147 1787 1813 3600 0.50 10 359 143 878 172 1552 2048 3600 0.57 11 596 106 862 168 1732 1868 3600 0.52 12 575 79 813 160 1627 1973 3600 0.55 13 646 83 776 165 1670 1930 3600 0.54 14 494 138 745 183 1560 2040 3600 0.57 15 633 77 624 272 1606 1994 3600 0.55 16 612 158 892 0 1661 1939 3600 0.54 17 513 187 822 187 1708 1892 3600 0.53 18 568 273 753 180 1774 1826 3600 0.51 19 661 77 879 157 1773 1827 3600 0.51 20 543 290 821 187 1842 1758 3600 0.49 21 548 102 886 203 1739 1861 3600 0.52 22 571 111 846 177 1705 1895 3600 0.53 23 585 90 823 171 1669 1931 3600 0.54 24 501 81 905 253 1741 1859 3600 0.52 25 562 81 900 202 1745 1855 3600 0.52 26 583 101 897 192 1773 1827 3600 0.51 27 530 259 849 191 1829 1771 3600 0.49 28 586 250 791 193 1820 1780 3600 0.49 29 485 303 835 173 1796 1804 3600 0.50 30 525 183 879 149 1735 1865 3600 0.52
rata -rata 558 154 832 176 1720 1880 3600 0.52
Keterangan :
Total waktu hambatan = manuver DT + manuver excavator + waktu tunggu
excavator + unit support
Total waktu kerja efektif = waktu pemuatan truk + mengayun kosong +
waktu penggalian + mengayun penuh
Total waktu kerja = total waktu hambatan + total waktu kerja efektif
Efisiensi = total waktu kerja efektif Total waktu kerja
LAMPIRAN F
PERHITUNGAN FAKTOR KETERISIAN BUCKET EXCAVATOR
Perhitungan faktor keterisian bucket berdasarkan data trucking dan survey
2010 dari perusahaan. Data trucking adalah data yang menunjukkan berapa banyak
volume lapisan penutup yang dipindahkan oleh truk dengan mengasumsikan bahwa 1
truk mengangkut 24 bcm material. Sedangkan data survey adalah data yang
menunjukkan berapa banyak material lapisan penutup yang dipindahkan selama
jangka waktu tertentu dengan cara pengukuran menggunakan total station. Data
survey inilah yang menunjukkan volume material yang dipindahkan sebenarnya.
Akan tetapi data trucking juga diperlukan untuk menghitung total jumlah truk yang
bekerja. Dengan menggunakan dasar kedua data tersebut dapat dicari faktor
keterisian bucket excavator. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Volume material yang dipindahkan (trucking) = 368.049,00 bcm
Asumsi 1 truk = 24 bcm, sehingga
Jumlah truk = 368.049,00 bcm = 15335 truk 24 bcm
Volume material yang dipindahkan (survey) = 371.692,51 bcm
Volume muatan truk sebenarnya = 371.692,51 bcm = 24,24 bcm 15335 truk
24,24 bcm = 24,24 = 32,67 lcm 0,74
Jadi volume sebenarnya muatan dumptruck adalah 32,67 lcm
Dari hasil perhitungan diatas dapat dicari faktor keterisian bucket excavator untuk
tiap armadanya. Perhitungannya sebagai berikut :
Faktor keterisian bucket = (volume muatan truk sebenarnya / jumlah pemuatan truk) kapasitas bucket excavator
Tabel F.1
Perhitungan faktor keterisian bucket Excavator no 12
no data
kapasitas bucket
excavator (m3)
volume muatan truk sebenarnya
(m3)
jumlah pemuatan
truk
faktor keterisian
bucket
1 6.7 32.67 6.15 0.79 2 6.7 32.67 5.17 0.94 3 6.7 32.67 5.12 0.95 4 6.7 32.67 6.20 0.79 5 6.7 32.67 5.35 0.91 6 6.7 32.67 5.60 0.87 7 6.7 32.67 6.00 0.81 8 6.7 32.67 6.00 0.81 9 6.7 32.67 6.10 0.80
10 6.7 32.67 5.20 0.94 11 6.7 32.67 5.30 0.92 12 6.7 32.67 5.40 0.90 13 6.7 32.67 5.50 0.89 14 6.7 32.67 6.00 0.81 15 6.7 32.67 5.80 0.84 16 6.7 32.67 5.70 0.86 17 6.7 32.67 5.10 0.96 18 6.7 32.67 5.20 0.94 19 6.7 32.67 5.20 0.94 20 6.7 32.67 5.27 0.93 21 6.7 32.67 5.40 0.90 22 6.7 32.67 5.50 0.89 23 6.7 32.67 6.20 0.79 24 6.7 32.67 5.30 0.92 25 6.7 32.67 5.10 0.96 26 6.7 32.67 6.00 0.81 27 6.7 32.67 5.20 0.94 28 6.7 32.67 6.00 0.81 29 6.7 32.67 5.80 0.84 30 6.7 32.67 6.00 0.81
rata - rata 5.60 0.88
Tabel F.2
Perhitungan faktor keterisian bucket Excavator no 15
no data
kapasitas bucket
excavator (m3)
volume muatan truk sebenarnya
(m3)
jumlah pemuatan
truk
faktor keterisian
bucket
1 6.7 32.67 5.44 0.90 2 6.7 32.67 6.00 0.81 3 6.7 32.67 5.70 0.86 4 6.7 32.67 5.29 0.92 5 6.7 32.67 5.00 0.98 6 6.7 32.67 5.80 0.84 7 6.7 32.67 5.30 0.92 8 6.7 32.67 5.21 0.94 9 6.7 32.67 5.05 0.97
10 6.7 32.67 6.00 0.81 11 6.7 32.67 5.70 0.86 12 6.7 32.67 5.70 0.86 13 6.7 32.67 5.40 0.90 14 6.7 32.67 5.70 0.86 15 6.7 32.67 6.00 0.81 16 6.7 32.67 5.60 0.87 17 6.7 32.67 5.20 0.94 18 6.7 32.67 5.10 0.96 19 6.7 32.67 5.30 0.92 20 6.7 32.67 5.40 0.90 21 6.7 32.67 5.30 0.92 22 6.7 32.67 5.27 0.93 23 6.7 32.67 5.50 0.89 24 6.7 32.67 5.50 0.89 25 6.7 32.67 6.00 0.81 26 6.7 32.67 5.00 0.98 27 6.7 32.67 5.50 0.89 28 6.7 32.67 5.50 0.89 29 6.7 32.67 5.50 0.89 30 6.7 32.67 5.00 0.98
rata - rata 5.47 0.89
Tabel F.3
Perhitungan faktor keterisian bucket Excavator no 36
no data
kapasitas bucket
excavator (m3)
volume muatan
truk sebenarnya
(m3)
jumlah pemuatan
truk
faktor keterisian
bucket
1 6.7 32.67 5.19 0.94 2 6.7 32.67 5.20 0.94 3 6.7 32.67 5.26 0.93 4 6.7 32.67 5.00 0.98 5 6.7 32.67 5.20 0.94 6 6.7 32.67 5.11 0.96 7 6.7 32.67 5.11 0.95 8 6.7 32.67 5.05 0.97 9 6.7 32.67 5.27 0.93
10 6.7 32.67 5.20 0.94 11 6.7 32.67 5.23 0.93 12 6.7 32.67 5.12 0.95 13 6.7 32.67 5.00 0.98 14 6.7 32.67 5.10 0.96 15 6.7 32.67 5.10 0.96 16 6.7 32.67 5.20 0.94 17 6.7 32.67 5.20 0.94 18 6.7 32.67 5.23 0.93 19 6.7 32.67 5.20 0.94 20 6.7 32.67 5.12 0.95 21 6.7 32.67 5.20 0.94 22 6.7 32.67 5.20 0.94 23 6.7 32.67 5.10 0.96 24 6.7 32.67 5.20 0.94 25 6.7 32.67 5.00 0.98 26 6.7 32.67 5.00 0.98 27 6.7 32.67 5.00 0.98 28 6.7 32.67 5.10 0.96 29 6.7 32.67 5.20 0.94 30 6.7 32.67 5.10 0.96
rata - rata 5.14 0.95
LAMPIRAN G
PERHITUNGAN WAKTU TUNGGU PADA JALAN ANGKUT Ada 2 tempat pada jalan angkut yang menyebabkan waktu tunggu, yaitu titik
1 dan 2. Berikut perhitungan waktu tunggu pada titik 1 dan 2
Tabel G.1
Perhitungan waktu tunggu pada jalan angkut
no data titik 1 titik 2 lama (dtk) lama (dtk)
1 30 16 2 28 16 3 9 12 4 39 15 5 31 11 6 21 15 7 14 6 8 32 30 9 34 15
10 26 16 11 26 17 12 33 13 13 27 14 14 31 15 15 32 12 16 32 14 17 35 14 18 26 18 19 28 25 20 27 15 21 22 14 22 23 16 23 29 13 24 30 15 25 30 12 26 32 16 27 31 16 28 30 17 29 27 14 30 30 17
rata2 28.17 15.30 total 1+2 = 43.47 detik
LAMPIRAN H
PERHITUNGAN PENINGKATAN EFISIENSI EXCAVATOR
KARENA PERBAIKAN JALAN ANGKUT
Untuk armada 15 dan 36 mengalami waktu tunggu pada titik 1 dan 2,
sedangkan pada armada 12 hanya mengalami waktu tunggu pada titik 1 saja. Dengan
diperbaikinya jalan angkut, maka waktu tunggu dijalan pada titik 1 dan 2 dapat
dihilangkan dan digunakan untuk produksi.
Tabel H.1
Perhitungan peningkatan efisiensi armada 12 karena perbaikan jalan angkut
no data
waktu kerja
efektif (dtk)
hambatan waktu
dijalan / truk (dtk)
jml berapa
kali menunggu
tambahan waktu kerja
efektif krn
perbaikan jalan (dtk)
waktu kerja
efektif stlh
perbaikan jalan dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi kerja stlh perbaikan
jalan
1 2072 28.17 8 225.36 2297.59 3600 0.64 2 2450 28.17 1 28.17 2477.89 3600 0.69 3 1873 28.17 8 225.36 2098.83 3600 0.58 4 2387 28.17 3 84.51 2471.39 3600 0.69 5 2247 28.17 5 140.85 2387.60 3600 0.66 6 1966 28.17 4 112.68 2078.59 3600 0.58 7 2151 28.17 5 140.85 2292.15 3600 0.64 8 2189 28.17 7 197.19 2386.05 3600 0.66 9 1928 28.17 6 169.02 2096.97 3600 0.58
10 1885 28.17 3 84.51 1969.47 3600 0.55 11 2075 28.17 1 28.17 2103.32 3600 0.58 12 2290 28.17 5 140.85 2431.34 3600 0.68 13 1681 28.17 5 140.85 1821.93 3600 0.51 14 2424 28.17 5 140.85 2564.68 3600 0.71 15 2008 28.17 5 140.85 2148.36 3600 0.60 16 2091 28.17 6 169.02 2259.73 3600 0.63 17 2385 28.17 6 169.02 2554.26 3600 0.71 18 2309 28.17 5 140.85 2449.45 3600 0.68
Bersambung ke halaman 77
no data
waktu kerja
efektif (dtk)
hambatan waktu
dijalan / truk (dtk)
jml berapa
kali menunggu
tambahan waktu kerja
efektif krn
perbaikan jalan (dtk)
waktu kerja
efektif stlh
perbaikan jalan dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi kerja stlh perbaikan
jalan
19 2210 28.17 5 140.85 2350.38 3600 0.65 20 2131 28.17 4 112.68 2243.32 3600 0.62 21 2680 28.17 3 84.51 2764.42 3600 0.77 22 1940 28.17 8 225.36 2165.53 3600 0.60 23 2607 28.17 6 169.02 2775.56 3600 0.77 24 2605 28.17 5 140.85 2745.37 3600 0.76 25 2183 28.17 6 169.02 2352.50 3600 0.65 26 2081 28.17 7 197.19 2278.27 3600 0.63 27 2200 28.17 6 169.02 2368.72 3600 0.66 28 2161 28.17 8 225.36 2386.01 3600 0.66 29 2198 28.17 5 140.85 2339.05 3600 0.65 30 2177 28.17 5 140.85 2317.68 3600 0.64 rata
-rata 2186 28.17 5 146.48 2332.55 3600 0.65
Tabel H.2
Perhitungan peningkatan efisiensi armada 15 karena perbaikan jalan angkut
no data
waktu kerja
efektif (dtk)
hambatan waktu
dijalan / truk (dtk)
jml berapa kali
menunggu
tambahan waktu kerja
efektif krn
perbaikan jalan (dtk)
waktu kerja
efektif stlh
perbaikan jalan dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi kerja stlh perbaikan
jalan
1 2108 43.47 8 347.76 2455.27 3600 0.68 2 2044 43.47 12 521.64 2565.70 3600 0.71 3 2289 43.47 2 86.94 2376.25 3600 0.66 4 1592 43.47 8 347.76 1940.20 3600 0.54 5 1875 43.47 3 130.41 2005.27 3600 0.56 6 2607 43.47 0 0.00 2606.69 3600 0.72
Sambungan Tabel H.1
7 2247 43.47 4 173.88 2421.14 3600 0.67 no data
waktu kerja
efektif (dtk)
hambatan waktu
dijalan / truk (dtk)
jml berapa kali
menunggu
tambahan waktu kerja
efektif krn
perbaikan jalan (dtk)
waktu kerja
efektif stlh
perbaikan jalan dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi kerja stlh perbaikan
jalan
8 2132 43.47 3 130.41 2262.66 3600 0.63 9 2100 43.47 8 347.76 2448.20 3600 0.68
10 1920 43.47 5 217.35 2137.51 3600 0.59 11 2416 43.47 6 260.82 2676.44 3600 0.74 12 2440 43.47 7 304.29 2744.40 3600 0.76 13 1982 43.47 9 391.23 2373.13 3600 0.66 14 2157 43.47 3 130.41 2287.10 3600 0.64 15 1603 43.47 9 391.23 1994.22 3600 0.55 16 2143 43.47 9 391.23 2534.68 3600 0.70 17 2270 43.47 5 217.35 2487.29 3600 0.69 18 2196 43.47 5 217.35 2413.81 3600 0.67 19 2130 43.47 5 217.35 2346.91 3600 0.65 20 2099 43.47 5 217.35 2316.27 3600 0.64 21 2136 43.47 5 217.35 2353.49 3600 0.65 22 2068 43.47 6 260.82 2328.37 3600 0.65 23 2003 43.47 6 260.82 2263.78 3600 0.63 24 2283 43.47 7 304.29 2586.87 3600 0.72 25 2143 43.47 4 173.88 2316.81 3600 0.64 26 2308 43.47 7 304.29 2612.01 3600 0.73 27 2173 43.47 7 304.29 2476.94 3600 0.69 28 2054 43.47 4 173.88 2227.73 3600 0.62 29 2153 43.47 3 130.41 2283.35 3600 0.63 30 2418 43.47 4 173.88 2592.32 3600 0.72
rata -rata 2136 43.47 6 244.88 2381.16 3600 0.66
Sambungan Tabel H.2
Bersambung ke halaman 78
Tabel H.3
Perhitungan peningkatan efisiensi armada 36 karena perbaikan jalan angkut
no data
waktu kerja
efektif (dtk)
hambatan waktu
dijalan / truk (dtk)
jml berapa kali
menunggu
tambahan waktu kerja
efektif krn
perbaikan jalan (dtk)
waktu kerja
efektif stlh
perbaikan jalan dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi kerja stlh perbaikan
jalan
1 1536 43.47 10 434.70 1970.28 3600 0.55 2 1431 43.47 10 434.70 1865.65 3600 0.52 3 1854 43.47 8 347.76 2202.24 3600 0.61 4 2091 43.47 3 130.41 2221.54 3600 0.62 5 2055 43.47 4 173.88 2228.62 3600 0.62 6 1934 43.47 3 130.41 2064.33 3600 0.57 7 2045 43.47 8 347.76 2393.21 3600 0.66 8 2097 43.47 7 304.29 2401.78 3600 0.67 9 1813 43.47 5 217.35 2030.78 3600 0.56
10 2048 43.47 10 434.70 2483.02 3600 0.69 11 1868 43.47 9 391.23 2259.03 3600 0.63 12 1973 43.47 5 217.35 2190.48 3600 0.61 13 1930 43.47 7 304.29 2234.34 3600 0.62 14 2040 43.47 7 304.29 2343.86 3600 0.65 15 1994 43.47 7 304.29 2297.91 3600 0.64 16 1939 43.47 9 391.23 2330.12 3600 0.65 17 1892 43.47 7 304.29 2196.28 3600 0.61 18 1826 43.47 11 478.17 2304.15 3600 0.64 19 1827 43.47 6 260.82 2087.37 3600 0.58 20 1758 43.47 6 260.82 2019.26 3600 0.56 21 1861 43.47 7 304.29 2165.00 3600 0.60 22 1895 43.47 8 347.76 2242.44 3600 0.62 23 1931 43.47 7 304.29 2235.74 3600 0.62 24 1859 43.47 9 391.23 2249.81 3600 0.62 25 1855 43.47 10 434.70 2289.31 3600 0.64 26 1827 43.47 11 478.17 2304.95 3600 0.64 27 1771 43.47 8 347.76 2118.71 3600 0.59 28 1780 43.47 8 347.76 2127.54 3600 0.59 29 1804 43.47 9 391.23 2195.57 3600 0.61 30 1865 43.47 6 260.82 2125.36 3600 0.59
rata -rata 1880 43.47 8 326.03 2205.96 3600 0.61
Keterangan :
tambahan waktu kerja efektif krn perbaikan jalan
= hambatan waktu dijalan per truk x jml berapa kali menunggu
waktu kerja efektif stlh perbaikan jalan
= waktu kerja efektif + tambahan waktu kerja efektif krn perbaikan jalan
efisiensi kerja stlh perbaikan jalan
= waktu kerja efektif stlh perbaikan jalan
total waktu kerja
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN PENINGKATAN EFISIENSI EXCAVATOR
KARENA PENAMBAHAN ALAT ANGKUT
Penambahan jumlah truk akan menghilangkan waktu tunggu excavator
sehingga efisiensinya meningkat. Namun perlu diperhatikan bahwa penambahan truk
tidak dapat dilakukan tanpa perbaikan jalan angkut terlebih dahulu. Berikut ini
perhitungannya :
Tabel I.1
Perhitungan peningkatan efisiensi armada 12 karena penambahan alat angkut
no data
waktu kerja
efektif (dtk)
tambahan waktu kerja efektif krn
penambahan alat
angkut(dtk)
waktu kerja efektif stlh
penambahan alat angkut
dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi kerja stlh
penambahan alat angkut
1 2072 1015 3087.64 3600 0.86 2 2450 63 2512.71 3600 0.70 3 1873 1173 3046.00 3600 0.85 4 2387 208 2595.11 3600 0.72 5 2247 578 2824.43 3600 0.78 6 1966 1042 3008.15 3600 0.84 7 2151 617 2767.98 3600 0.77 8 2189 846 3034.88 3600 0.84 9 1928 1014 2942.28 3600 0.82
10 1885 1013 2897.78 3600 0.80 11 2075 634 2708.77 3600 0.75 12 2290 650 2940.60 3600 0.82 13 1681 1184 2864.93 3600 0.80 14 2424 422 2845.68 3600 0.79 15 2008 692 2699.23 3600 0.75 16 2091 838 2929.21 3600 0.81 17 2385 631 3016.43 3600 0.84 18 2309 591 2900.00 3600 0.81
Bersambung ke halaman 82
no data waktu kerja
efektif (dtk)
tambahan waktu kerja efektif krn
penambahan alat
angkut(dtk)
waktu kerja efektif stlh
penambahan alat angkut
dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi kerja stlh
penambahan alat angkut
19 2210 617 2826.38 3600 0.79 20 2131 621 2751.87 3600 0.76 21 2680 531 3210.81 3600 0.89 22 1940 727 2667.58 3600 0.74 23 2607 296 2902.28 3600 0.81 24 2605 263 2867.80 3600 0.80 25 2183 518 2701.91 3600 0.75 26 2081 691 2772.00 3600 0.77 27 2200 675 2874.87 3600 0.80 28 2161 551 2711.59 3600 0.75 29 2198 670 2868.38 3600 0.80 30 2177 735 2911.93 3600 0.81
rata -rata 2186 670.24 2856.31 3600 0.79
Tabel I.2
Perhitungan peningkatan efisiensi armada 15 karena penambahan alat angkut
no data
waktu kerja
efektif (dtk)
tambahan waktu kerja efektif krn
penambahan alat
angkut(dtk)
waktu kerja efektif stlh
penambahan alat angkut
dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi kerja stlh
penambahan alat angkut
1 2108 813 2920.48 3600 0.81 2 2044 860 2903.73 3600 0.81 3 2289 416 2705.71 3600 0.75 4 1592 1404 2996.11 3600 0.83 5 1875 874 2748.60 3600 0.76 6 2607 0 2606.69 3600 0.72 7 2247 312 2559.72 3600 0.71 8 2132 489 2621.50 3600 0.73
Sambungan Tabel I.1
Bersambung ke halaman 83
no data waktu kerja
efektif (dtk)
tambahan waktu kerja efektif krn
penambahan alat
angkut(dtk)
waktu kerja efektif stlh
penambahan alat angkut
dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi kerja stlh
penambahan alat angkut
9 2100 549 2649.75 3600 0.74 10 1920 822 2742.41 3600 0.76 11 2416 454 2869.67 3600 0.80 12 2440 597 3037.47 3600 0.84 13 1982 574 2556.17 3600 0.71 14 2157 565 2721.23 3600 0.76 15 1603 968 2571.14 3600 0.71 16 2143 675 2818.39 3600 0.78 17 2270 532 2802.37 3600 0.78 18 2196 635 2831.24 3600 0.79 19 2130 604 2733.26 3600 0.76 20 2099 667 2766.33 3600 0.77 21 2136 632 2768.31 3600 0.77 22 2068 632 2699.72 3600 0.75 23 2003 500 2502.54 3600 0.70 24 2283 453 2735.34 3600 0.76 25 2143 529 2671.82 3600 0.74 26 2308 433 2740.28 3600 0.76 27 2173 462 2635.02 3600 0.73 28 2054 548 2602.13 3600 0.72 29 2153 738 2890.91 3600 0.80 30 2418 497 2915.28 3600 0.81
rata -rata 2136 607.83 2744.11 3600 0.76
Sambungan Tabel I.2
Tabel I.3
Perhitungan peningkatan efisiensi armada 36 karena penambahan alat angkut
no data
waktu kerja
efektif (dtk)
tambahan waktu kerja efektif krn
penambahan alat
angkut(dtk)
waktu kerja efektif stlh
penambahan alat angkut
dtk)
total waktu kerja (dtk)
efisiensi kerja stlh
penambahan alat angkut
1 1536 1406 2941.89 3600 0.82 2 1431 1757 3187.64 3600 0.89 3 1854 742 2596.28 3600 0.72 4 2091 127 2218.52 3600 0.62 5 2055 329 2384.17 3600 0.66 6 1934 788 2722.15 3600 0.76 7 2045 628 2673.78 3600 0.74 8 2097 849 2946.87 3600 0.82 9 1813 842 2655.86 3600 0.74
10 2048 878 2926.00 3600 0.81 11 1868 862 2729.69 3600 0.76 12 1973 813 2786.07 3600 0.77 13 1930 776 2706.48 3600 0.75 14 2040 745 2784.17 3600 0.77 15 1994 624 2618.09 3600 0.73 16 1939 892 2830.62 3600 0.79 17 1892 822 2713.53 3600 0.75 18 1826 753 2578.98 3600 0.72 19 1827 879 2705.62 3600 0.75 20 1758 821 2579.58 3600 0.72 21 1861 886 2746.76 3600 0.76 22 1895 846 2740.33 3600 0.76 23 1931 823 2754.08 3600 0.77 24 1859 905 2764.04 3600 0.77 25 1855 900 2754.61 3600 0.77 26 1827 897 2724.00 3600 0.76 27 1771 849 2620.12 3600 0.73 28 1780 791 2570.79 3600 0.71 29 1804 835 2638.97 3600 0.73 30 1865 879 2743.54 3600 0.76
rata -rata 1880 831.51 2711.44 3600 0.75
Keterangan :
tambahan waktu kerja efektif karena penambahan alat angkut adalah waktu
kerja yang berasal dari hilangnya waktu tunggu excavator
waktu kerja efektif setelah penambahan alat angkut
= waktu kerja efektif + tambahan waktu kerja efektif karena penambahan alat
angkut
efisiensi kerja stlh penambahan alat angkut
= waktu kerja efektif setelah penambahan alat angkut
total waktu kerja