Buku Dinasti Zangki 1127-1250 Rev II

download Buku Dinasti Zangki 1127-1250 Rev II

of 67

Transcript of Buku Dinasti Zangki 1127-1250 Rev II

Dinasti Zanki (1127-1250)

DINASTI ZANKI (1127-1250)Sejarah SingkatDinasti ini didirikan oleh Imadudin Zanki, yang menjadi Atabeg Seljuk di Mosul pada tahun 1127. Ia dengan cepat menjadi pemimpin Turki yang menguasai Syria Utara dan Irak, menguasai Allepo dari Keemiran Artuqiyah di tahun 1128, dan menaklukan County Edessa dari Salibis ditahun 1144. Prestasi ini membuat Zanki dihargai sebagai Pahlawan di dunia Islam, akan tetapi ia dibunuh oleh seorang budak 2 tahun kemudian, di tahun 1146. Setelah kematian Zanki, wilayah kekuasaannya terpecah, dimana Mosul dan Irak dikuasai anak tertuanya Saifudin Ghazi I, dan Aleppo serta Edessa jatuh ketangan putra keduanya, Nurudin Mahmud. Nurudin membuktikan bahwa ia memiliki kecakapan seperti ayahnya. Di tahun 1149 Ia mengalahkan dan membunuh Pangeran Raymond dari Antiokia dalam pertempuran, dan tahun berikutnya menaklukan sisa-sisa wilayah County of Edessa disebelah barat Sungai Eufrat. Ditahun yang memerintah kota tersebut. Kemudian, menjalankan pemerintahan di Damaskus, kesuksesan Nurudin berlanjut. Pangeran Antiokia selanjutnya, Raynald of Chatillon ditawan, dan wilayah Kepangeranan Antiokia sebagian besar jatuh ketangan Nurudin. Ditahun 11-60an, Perhatian Nurudin sebagian besar terkonsentrasi untuk memenangkan1

1154 Ia melengkapi

kesuksesan ini dengan menguasai Damaskus dari Keemiran Buri

Dinasti Zanki (1127-1250)

persaingan dengan Raja Yerusalem Amalric I, untuk menguasai Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir. Akhirnya, Panglima Nurudin yang berbangsa Kurdi, Shirkuh berhasil menaklukan Mesir ditahun 1169, akan tetapi keponakan Shirkuh, Shalahudin, yang menggantikannya sebagai Gubernur Mesir terkesan menampik penguasaan Nurudin. Nurudin sedang bersiap-siap menginvasi Mesir untuk menghukum Salahudin, ketika secara tiba-tiba ia meninggal di tahun 1174. Putranya dan penggantinya As-Salih Ismail al-Malik masih kecil, atas hasutan Gumustagin menyingkir ke Aleppo, yang mana memerintah sampai tahun 1181, ketika ia terbunuh dan digantikan oleh sepupunya, sang Atabeg Mosul. Salahudin menaklukan Aleppo dua tahun kemudian, mengakhiri kekuasaan Dinasti Zanki di Syria. Keturunan Dinasti Zanki melanjutkan kekuasaannya di Irak Utara hingga abad ke-13, memerintah Mosul sampai tahun 1234; Kekuasaan mereka tidak benar-benar berakhir sampai tahun 1250. Memudarnya Dinasti Zanki bersamaan waktunya dengan naiknya Badrudin LuLu, bekas budak Arslan Syah I, yang sepeninggal penguasa itu menjadi wali bagi penguasa Mosul. Ketika Zanki terakhir, Nashirudin Mahmud wafat, Lulu menjadi atabeg Mosul dengan gelar Al Malik Ar Rahim, dan memerintah disana sampai wafatnya pada tahun 1259, tak lama sebelum bangsa mongol mengambil alih.

2

Dinasti Zanki (1127-1250)

Daftar Penguasa Dinasti Zanki Atabeg Dinasti Zanki di Keemiran Mosul Imadudin Zanki I 1127-1146 Saifudin Ghazi I 1146-1149 Qutbudin Mawdud 1149-1170 Saifudin Ghazi II 1170-1180 Izzudin Mas'ud I 1180-1193 Nurudin Arslan Shah I 1193-1211 Izzudin Mas'ud II 1211-1218 Nurudin Arslan Shah II 1218-1219 Nasirudin Mahmud 1219-1234 Atabeg Dinasti Zanki di Keemiran Aleppo Imadudin Zanki I 1128-1146 Nurudin Mahmud 1146-1174 As-Salih Ismail al-Malik 1174-1181 Imadudin Zanki II 1181-1183 Emir Dinasti Zanki di Damaskus Nurudin Mahmud 1154-1174 As-Salih Ismail al-Malik 1174 Emir Dinasti Zanki di Sinjar (Irak Utara) Imadudin Zanki II 1171-1197 Qutbudin Muhammad 1197-1219 Imadudin Shahanshah 1219-1220 Jalaludin Mahmud 1219-1220 Fathudin Umar 1219-1220 Emir Dinasti Zanki di Jazira (Irak Utara) Mu'izzudin Sanjar Shah 1180-1208 Mu'izzudin Mahmud 1208-1241 Mahmud Al-Malik Al-Zahir 1241-1250

3

Dinasti Zanki (1127-1250)

Profil beberapa penguasa Dinasti Zanki Imadudin Zanki Imadudin Atabeg Zanki (al-Malik al-Mansur (lahir 108514 September 1146) adalah putra Aq Sunqur al-Hajib, gubernur Aleppo dari tahun 1086 sampai dengan 1094 dibawah kekuasaan Sultan Seljuk, Malik Shah I. Ayahnya dibunuh oleh kelompok Hashasin saat sedang menunaikan sholat di Mesjid Jami Mosul pada tahun 1094. Menurut sejarawan Ibnu Atsir, Zanki Aq Sunqur al-Hajib adalah seorang gubernur yang sangat baik, menjaga sholat tepat pada waktunya dan selalu melakukan sholat tahajud di malam hari. Zanki kemudian diasuh oleh Karbuqa, gubernur Mosul. Sebelum tahun 1127, tidak banyak yang diketahui tentang Zanki. Ibnu Katsir dalam bukunya Al Bidayah Wal Hinayah menuturkan pada tahun 516 H / 1122 M, Zanki turut serta dalam memerangi Dubais yang merupakan musuh Khalifah Al Mustarshid(1118-1135 M). Saat itu kaum Salib telah menguasai Edessa, Antiokia, Yerusalem dan akhirnya Tripoli. Namun sejak jatuhnya Tripoli, Kaum Salibis tidak dapat memperluas kerajaannya lagi. Serangan ke Aleppo dan Damaskus banyak menemui kegagalan, karena mendapat perlawanan dari pasukan setempat. Didua kota

4

Dinasti Zanki (1127-1250)

inilah semangat jihad umat Islam yang hilang di tahun-tahun sebelumnya akibat perpecahan agama, bangkit kembali. Para ulama memainkan peranan yang sangat penting dibalik kebangkitan semangat jihad umat Islam. Al-Sulami, seorang ulama dari Masjid Umayyah, Damaskus, melopori dakwah bertemakan jihad dari mimbar masjid. Menurut beliau, kekalahan yang diderita umat Islam dari perang salib disebabkan hukuman dari Allah SWT karena umat Islam mengabaikan kewajiban-kewajiban agama, khususnya jihad di jalan Allah. AlSulami berpendapat jika umat Islam menjalankan kewa-jibankewajibannya sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah SWT, maka umat Islam akan mencintai agamanya dan akan berjuang sekuat tenaga demi agama. Langkah al-Sulami ini diikuti oleh ulama-ulama di Suriah sehingga banyak mela-hirkan kelompok mujahidin. Pada saat itulah, Sultan Mahmud II dari Kesultanan Seljuk pada saat sakit mengangkat mengangkat Zanki sebagai gubernurMosul(1127) dan Atabeg bagi dua putranya, yang berkuasa atas Mesopotamia termasuk Nasibin & Harran. Sebelumnya Zanki diangkat oleh Khalifah sebagai kepala kepolisian Baghdad untuk mengendalikan keamanan dan menegakkan keadilan yang mana keadaan Bagdad saat itu sedang kacau setelah terjadi pertikaian antara Khalifah Al Mustarsid dan Sultan Mahmud pada tahun 1126 yang berakhir dengan perdamaian dikedua belah pihak.5

Dinasti Zanki (1127-1250)

Munculnya Zanki, menandai periode baru perlawanan umat islam terhadap Salibis. Untuk menghadapi salibis, Zanki berupaya menyatukan Syria dan Irak Utara. Oleh karena ia lalu merebut Aleppo dari dinasti Artuqiyah(1128), mempersatukan dua kota tersebut

dalam satu pemerintahan, dan secara formal dinobatkan oleh Sultan Mahmud II dari Kesultanan Seljuk. Zanki mendukung Sultan muda tersebut dalam persaingan melawan pengaruh Khalifah Al-Mustarshid (1118-1135). Namun sejak kekacauan tahun 1126 yang membawa korban bagi rakyat, Zanki enggan terlibat dengan semua masalah yang menyangkut Khalifah dan sultan di Bagdad. Ia lebih memfokuskan perhatiannya untuk membangun wilayah kekuasaannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi seluruh bahaya yang mengancamnya dari segala arah, terutama dari Kerajaan Salib. Patriach Gereja Syria Ortodok, Michael the Great (juga disebut Michael The Syrian)[1126-1199 A.D.] menyebutnya "Hziro Othuroyo/Hzira Athuraya" (secara harfiah :swinish assyrian). Istilah assyrian (Othu-royo/Athuraya) dalam bahasa syria mempunyai banyak arti. Dan kalimat itu berarti barbarian, namun Zanki bukan bersuku bangsa assyria. Dalam Perjanjian Lama, bangsa assyria digambarkan sebagai barbarian, jahat dll. Tentu saja pernyataan ini sangat subjektif yang dipengaruhi rasa benci terhadap perjuangan Zanki menghadapi pasukan salib yang telah merebut dan menjajah tanah suci umat islam.6

Dinasti Zanki (1127-1250)

Pada tahun 524 H/ 1130 M, Zanki berhasil menguasai beberapa negeri yang ada di Jazirah, dan dari negeri-negeri bangsa Frank(salibis), Ia juga berhasil membunuh banyak anggota pasukan Bizantium ketika mereka datang ke Syam. Ia bersekutu dengan Taj al-Mulk Buri dari Damaskus melawan Negara Salibis. Namun agaknya terjadi perselisihan diantara kedua pemimpin tersebut. Dalam pertikaian itu, ia memenjarakan putra Buri dan menguasai kota Hama darinya. Ia juga mengepung kota Hims, yang gubernurnya berkerjasama dengannya waktu itu, namun ia tidak dapat menguasainya, dan kembali ke Mosul, dimana putra Buri dan tawanan lain dari Damaskus ditebus dengan bayaran 50.000 dinar. Ketika Sultan Mahmud wafat (1131), Zanki dipanggil kembali ke timur, untuk membantu mengatasi pemberontakan dari anggota keluarga Seljuk yang distimulasi oleh Khalifah dan Emir Al Hilla, Dubais. Dubais dikalahkan dan ia melarikan diri. Khalifah mengejarnya ke Mosul dan mengepungnya selama tiga bulan tanpa kesuksesan. Rupanya Dubais melarikan diri ke Damaskus. Oleh karena itu Zanki setuju untuk mengembalikan tebusan 50.000 dinar jika Buri menyerahkan Buri. Ketika utusan Khalifah tiba untuk membawa kembali Dubais, Zanki menyerangnya dan membunuh beberapa pengiringnya; sang utusan pun kembali ke Baghdad tanpa Dubais.

7

Dinasti Zanki (1127-1250)

Lalu pada tahun 1132 M. Zanki datang ke Bagdad untuk merebut kota itu. Namun ia dihadapi oleh Faraja As Saqi dan berhasil menandinginya. Ia kemudian melarikan diri ke Tikrit, dan ditolong oleh wakil penjaga bentengya, Najmudin Ayub, ayah dari Shalahudin Al Ayubi, sehingga ia bisa selamat kembai ke Mosul. Menurut Ibnu Katsir, Pada tahun 527 H / 1133 M, Imadudin Zanki melancarkan serangan kepada golongan kebatinan (kelompok Hasyasin) sehingga menewaskan 1000 orang. Harta mereka yang sangat banyak juga dirampas. Sementara itu tahta Seljuk sendiri dipegang oleh Daud putra Sultan Mahmud. Tetapi tak lama kemudian ia disingkirkan oleh pamannya Tugril bin Muhammad. Daud sendiri hanya berkuasa di Azerbaijan. Kemelut berlanjut, dengan wafatnya Tughril(1134). Dengan muslihat licik, Masud berhasil menjadi Sultan di Bagdad, sehingga mencegah keponakannya, Daud berkuasa. Pada saat itulah Zanki dipanggil ketimur sewaktu sedang mengepung Damaskus untuk membantu mengatasi kemelut di tubuh Seljuk. Kemelut ini diselesaikan dengan perjanjian damai dan membagi wilayah kekuasaan kesultanan dibagi menjadi dua, dimana khalifah menobatkan Masud menjadi Sultan, sedangkan Daud hanya menjadi Emir di Azerbaijan. Menurut Ibnu Katsir Ditahun yang sama pula terjadi kesepakatan damai antara Zanki dan8

Dinasti Zanki (1127-1250)

Khalifah. Dan Zanki kemudian menaklukan beberapa benteng sehingga banyak orang-orang Frank yang tewas. Selanjutnya di tahun 1135 Zanki menerima permohonan bantuan dari Ismail, yang menggantikan ayahnya, Buri, sebagai Emir Damaskus, dan mengkhwatirkan atas keselamatan jiwanya dari penduduknya sendiri yang menganggapnya sebagai tirani yang kejam. Ismail bersedia menyerahkan kota kepada Zanki untuk memulihkan perdamaian. Namun tidak satupun keluarga atau penasehat Ismail menyetujui hal ini, sehingga Ismail dibunuh oleh ibunya sendiri, Zumurrud, untuk mencegahnya menyerahkan penguasaan kota tersebut kepada Zanki. Ismail digantikan oleh saudaranya Shihab ad-Din Mahmud. Zanki tidak berkecil hari atas kejadian ini dan tiba di Damaskus, masih bermaksud menguasai kota. Pengepungan berlangsung untuk beberapa lama tanpa ada hasil di pihak Zanki, dan gencatan senjata pun dibuat dan saudara laki-laki Shahibudin, Bahram-Shah diserahkan sebagai jaminan. Diwaktu yang sama, kabar pengepungan tersebut sampai ke Khalifah di Baghdad, dan seorang utusan dikirim dengan perintah agar Zanki meninggalkan Damaskus dan mengambil alih Keemiran di Irak. Sang utusan diabaikan, namun Zanki meninggalkan pengepungan sebagai bagian dari gencatan senjata yang dibuat dengan Shahibudin. Dalam perjalanan pulang ke Aleppo, Zanki mengepung kota Hims, yang membuat sang gubernur murka9

Dinasti Zanki (1127-1250)

padanya, dan Shahibudin menanggapinya dengan mengirim Mu'inudin Unur untuk memerintah kota tersebut. Singkatnya setelah itu, pecah perang antara Khalifah alMustarshid(1118-1135) dan Sultan Mas'ud. Beberapa sumber menyatakan intrik politik antara kalifah dan seljuk akibat ketidak puasan amir turki, yang menyebrang ke pihak Khalifah, untuk menggunakan khalifah menghadapi sultan Seljuk. Menurut sumber ini Istri Sultan Masud dan sekutunya Atabeg QaraSunqur menyingkirkan amir Masud lainnya, seperti Yurunqush. Akibatnya, pasukan sekelompok Masud. amir berpengaruh kemudian membe-rontak memberitahukan dibawah pimpinan Yurunqush, tapi mereka dikalahkan oleh Yurunqush Khalifah bahwa Sultan Mas'ud akan menurunkannya dan membunuhnya. Oleh karena itu khalifah memeranginya. Karena banyak pasukan khalifah berkhianat, ia tertangkap dan ditawan di Hamazan. Berita tertangkapnya khalifah tersiar luas di Baghdad dan mereka meminta agar khalifah dibebaskan. Sultan Ahmad Sanjar dari Kesultanan Seljuk Agung, kemudian menasehatkan Masud untuk membebaskannya. Dan saran ini dituruti. Sultan Sanjar kemudian mengirim utusan disertai tentara untuk menjemput khalifah. Namun malang pasukannya itu disusupi kelompok Assassin. Khalifah akhirnya terbunuh oleh kelompok Assasssin itu di Maraghah pada hari Kamis tanggal 16 Dzulkaidah tahun 529 H / 28 Agustus 1135.10

Diduga

Dinasti Zanki (1127-1250)

pembunuhan ini didalangi oleh Sultan Masud dan untuk menghilangkan kecurigaan terhadap dirinya, ia melemparkan tuduhan kepada Dubais dan memerintahkan membunuhnya. Sementara itu ketika Sultan Masud berada diluar kota Baghdad, Khalifah yang baru, Ar Rasyid(1135-1136) mengundang para amir ke Bagdad agar datang bersama pasukannya masing-masing. Zanki pun turut serta pergi ke Baghdad. Berlangsunglah perundingan terakhir dan tercapai kesepakatan menobatkan Dawud sebagai sultan dan memecat Sultan Masud. Ketika Sultan Masud mendengar berita itu ia mempersiapkan kekuatan di Ray. Pada tahun 1135 ia mengepung Bagdad selama 50 hari. Karena wilayah Tigris terbuka kebar, maka pengepungan tidak berhasil. Apalagi perbekalan masih bisa keluar masuk. Tetapi tanpa diduga pangglima Tharantai dari wilayah Wasith, maju ke Bagdad dengan berpuluh-puluh armadanya. Ia membantu pengepungan Sultan Masud dari arah Tigris. Berita datangnya balabantuan ini menimbulkan kegoncangan. Terjadi perbedaan pendapat, Akhirnya pecahlah pasukan gabungan itu, Para amir segera pulang kewilayahnya masing-masing sebelum lalulintas air tertutup sama sekali, Sultan Dawud sendiri dengan pasukannya terpaksa pulang ke Azerbaijan. Zanki dan Khalifah terpaksa mundur ke Mosul. Akhirnya Bagdad berhasil dikuasai oleh Sultan Masud. Sultan Masud kemudian mengumpulkan para pemuka untuk11

Dinasti Zanki (1127-1250)

memecat Khalifah berdasarkan surat perjanjian yang ia tandatangani sebelumnya. Akhirnya khalifah Ar Rasyid dipecat pada tanggal 16 Zulqaidah 530 H / 16 Agustus 1136. Ia digantikan oleh pamannya Al Muqtafi (1136-1160) Tatkala kabar pencopotan dirinya sampai kepada Ar Rasyid. Ia segera pergi dari Mosul ke Azerbaijan dengan ditemani beberapa orang. Mereka membawa perbekalan di Maraghah. Baru setelah itu ke Hamazan. Pengiringnya melakukan pengrusakan disana. Mereka membunuh beberapa orang dan menyalibnya. Setelah itu menuju Isfahan dan berhasil menduduki wilayah itu. Di Isfahan, ar Rasyid sakit keras. Pada saat itulah kelompok Hasyasin tiba-tiba menemui dan membunuhnya dengan pisau. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 16 ramadhan 532 H / 28 Mei 1138. Saat kematiannya terdengar di Bagdad, penduduk negeri itu melakukan belasungkawa dengan tidak melakukan aktifitas sehari penuh. Konflik dengan Salibis dan Bizantium Pada tahun 1137 Zanki menyerang kota Hims kembali, namun Mu'inudin berhasil mempertahankan kota; sebagai balasan atas serangan terbaru Zanki, Damaskus bersekutu dengan Kerajaan Salibis Yerusalem untuk melawannya. Saat itu diawal tahun 1137, Zanki menyerang Kastil Barin, 10 mil utara Hims. Ketika Raja Fulk bergerak dengan12

Dinasti Zanki (1127-1250)

rombongannya untuk mengepung, pasukannya diserang dan diporakporandakan oleh pasukan Zanki. Tidak ada informasi yang jelas tentang perang ini. Setelah kekalahan ini, Fulk dan beberapa yang selamat mencari perlindungan ke kastil Barin, yang kemudian dikepung Zanki kembali. Ketika perbekalan makanan sudah habis, mereka memakan kuda-kuda mereka, dan akhirnya mereka terpaksa meminta perdamaian. Sementara itu, sejumlah besar peziarah Kristen meminta bantuan pasukan dari Kaisar Bizantium, John II Comnenus, Raymond dari Antiokia dan Joscelin II dari Edessa. Rombongan pasukan ini kemudian mendekat ke Kastil itu. Mendengar hal ini Zanki tiba-tiba menawarkan Fulk dan pengikutnya syarat perdamaian. Sebagai ganti dari kebebasan dan keselamatan mereka dari kastil itu, tebusan dibayar sebesar 50.000 dinar. Dan ini diterima oleh orang-orang Frank itu yang tidak mengetahui balabantuan yang sebentar lagi akan datang. . Zanki yang sedang menyadari bahwa ekspedisinya kali ini melawan Damaskus akan mengalami kegagalan, membuat perdamaian dengan Shahibudin, tepat disaat harus menghadapi tentara musuh yang dikirim oleh Kaisar Bizantium, John II Comnenus di Aleppo. Sang Kaisar baru saja membawa pasukan salib Kepangeran Antiokia yang berada dibawah kekuasaan Bizantium, dan bersekutu dengan Joscelin II dari Edessa dan Raymond dari Antiokia. Berhadapan dengan ancaman pasukan13

Dinasti Zanki (1127-1250)

gabungan Bizantium/Salib, Zanki memobilisasi kekuatannya dan merekrut bantuan dari pemimpin muslim lainnya. Di bulan April 1137, pasukan gabungan kaisar Bizantium dan kedua pangeran salibis tersebut mengepung dan merebut kota Shaizar. Tetapi Pasukan Zanki dapat merebut kembali kota ini pada bulan Mei. Dan Barin tidak pernah direbut lagi oleh bangsa Franks. Pada bulan Mei 1138 Zanki mencapai persetujuan dengan Damaskus. Ia menikahi Zumurrud, wanita yang membunuh anaknya sendiri, Ismail, dan menerima Hims sebagai hadiah perkawinannya. Pada bulan Juli 1139, putra Zumurrud, Shihabudin, terbunuh dan Zanki bergerak ke Damaskus untuk mengambil alih kota. Penduduk Damaskus, bersatu dibawah pimpinan Mu'inudin Unur, yang bertindak sebagai wali dari pengganti Shihabudin, Jamaludin, sekali lagi bersekutu dengan Yerusalem untuk mengusir Zanki. Zanki juga mengepung kota Baalbek, dan Mu'inudin pun sanggup mempertahankan kota dengan baik. Setelah Zanki membatalkan pengepungannya atas Damaskus, Jamaludin wafat karena sakit dan digantikan oleh anaknya, Mujirudin, dengan Muinudin tetap sebagai wali. Zanki lalu pergi menuju Ba labak dan berhasil merebut kota itu. Ia mengangkat Najmudin Ayub sebagai gubernur kota itu. Mu'inudin menandatangani perjanjian damai dengan Yerusalem untuk saling melindungi diantara mereka dalam14

Dinasti Zanki (1127-1250)

melawan Zanki. Selama Mu'inudin dan Salibis bergabung bersama mengepung kota Banias, Zanki sekali lagi mengepung kota Damaskus, tetapi dengan cepat meninggalkannya lagi. Tidak ada perjanjian penting antara Salibis, Damaskus, dan Zanki untuk tahun-tahun yang akan datang dalam waktu dekat, tetapi Zanki untuk sementara waktu bergerak ke utara dan menguasai Ashib dan benteng Armenia di Hizan. Pada tahun 537 H / 1143 M, Imadudin Zanki mengangkat dirinya sebagai penguasa Madinah. Bani Maharisy pindah dari kota itu menuju Mosul dan digantikan oleh orang lain sebagai wakil raja. Pada tahun 538 H / 1144 M, Zanki berhasil menjadi penguasa daerah Bakar. Jatuhnya Kota Edessa ke tangan Zanki County Edessa adalah negara salib pertama yang berdiri selama perang salib I. Negara ini sebagain besar berada di utara, paling lemah dan paling sedikit penduduknya diantara negaranegara salib yang didirikan oleh salibis. Negara ini juga menjadi subjek serangan-serangan yang dilakukan oleh negeri muslim sekitarnya yang diperintah oleh Artuqiyah, Danish-mend, dan Seljuk. Count Baldwin II dan Joscelin of Courtenay pernah ditawan setelah kekalahan mereka dalam Perang Harran pada tahun 1104. Mereka kemudian ditawan kembali untuk kedua15

Dinasti Zanki (1127-1250)

kalinya pada tahun 1122, dan meskipun Edessa dipulihkan kembali setelah Perang Azaz pada tahun 1125, Joscelin terbunuh pada tahun 1131. Penggantinya Joscelin II terpaksa menjalin persekutuan dengan Kekaisaran Bizantium, tetapi pada tahun 1143, Kaisar Bizantium, John II Comnenus dan Raja Yerusalem, Fulk of Anjou wafat. John II digantikan putranya, Manuel I Comnenus, yang berusaha mengkon-solidasikan kekuatannya untuk menghadapi kakaknya, sedangkan Fulk digantikan oleh istrinya Melisende dan putra-nya Baldwin III. Joscelin juga berselisih dengan Raymond II, sang penguasa Tripoli dan Raymond sang penguasa memiliki sekutu yang kuat. Pada tahun 1144, Joscelin II bersekutu dengan Kara Aslan, penguasa Artuqiyah yang memerintah Diyarbakir, dalam rangka menghadapi pengaruh Zanki. Joscelin keluar dari Edessa dengan hampir seluruh pasukannya untuk mendukung Kara Aslan melawan Aleppo. Zanki, yang telah bersiap-siap untuk mengambil kesempatan pasca wafatnya Fulk pada tahun 1143, bergerak ke utara mengepung Edessa, dan tiba disana pada 28 November. Kota yang telah diperingatkan akan kedatangan pasukannya telah bersiap mennghadapi pengepungannya, tetapi hanya sedikit yang bisa mereka lakukan sementara Joscelin dan pasukannya tidak berada disana. Antiokia, sehingga Edessa tidak

16

Dinasti Zanki (1127-1250)

Pertahanan kota itu dikomandoi oleh Archbishob Latin, Hugh II, Bishop Armenia John, and Bishop Jacobite, Basil. John dan Basil memastikan tidak seorangpun penduduk kristen yang membelot ke Zanki. Ketika Joscelin mendengar pengepungan ini, ia mengarahkan pasukannya ke Turbessel, karena ia menyadari, bahwa ia tidak akan dapat mengalahkan Zanki tanpa bantuan dari negara-negara salib lainnya. Di Yerusalem, Ratu Melisende merespon permintaan Joscelin dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Manasses of Hierges, Philip of Milly, and Elinand of Bures. Sedangkan Raymond dari Antiokiamengabaikan permintaan bantuan ini, malahan pasukannya menduduki Cilicia yang merupakan wilayah dari Kekaisaran Bizantium. Zanki yang mengepung seluruh kota itu, menyadari bahwa tidak ada pasukan yang mempertahankannya. Ia membangun alat pengepungan dan mulai meruntuhkan tembok benteng, sedangkan pasukannya bergabung dengan balabantuan dari bangsa Kurdi dan Turki. Penduduk Edessa bertahan semampu mereka, tetapi karena tidak adanya pengalaman menghadapi pengepungan, mereka menjadi patah semangat. Mereka juga tidak tahu bagaimana mengcounter penggalian yang dilakukan musuh, dan akhirnya Tembok Benteng itu rubuh pada tanggal 24 Desember. Pasukan Zangi segera menyerbu masuk kota dan menduduki kota itu. Banyak penduduk yang tewas mati lemas, atau terinjak-injak ataupun karena panik, termasuk Archbishop17

Dinasti Zanki (1127-1250)

Hugh. Zanki memerintahkan pasukannya untuk menghentikan pembunuhan, meskipun semua tawanan Latin yang tertangkap telah diesekusi, sementara penduduk kristen diijinkan untuk hidup bebas. Benteng itu kemudian diserahterimakan pada tanggal 26 Desember. Seorang pangglima Zanki, Zainudin Ali Kutchuk, diangkat sebagai gubernur, sedangkan Bishop Basil, yang rupanya memberikan kesetiaannya kepada siapa saja yang menguasai kota itu, diakui sebagai pemimpin penduduk Kristen. Pasca kejadian itu, pada Januari 1145, Zangi menaklukan Saruj dan mengepung Birejik, tetapi pasukan dari Yerusalem akhirnya tiba dan bergabung dengan Joscelin. Zanki juga mendengar ada permasalahan di Mosul, sehingga buru-buru pulang untuk menyelesaikan permasalahan itu. Disana ia didoakan dalam kutbah-kutbah di dunia Islam sebagai Imadudin Penjaga Agama, dan al-Malik al-Mansur. Ia tidak meneruskan penyerangan ke sisa-sisa wilayah Edessa, atau Principality of Antioch, sebagaimana yang dikuatirkan. Joscelin II melanjutkan memerintah sisa county itu yang wilayahnya sampai barat Euphrates dari Turbessel, tetapi sedikit demi sedikit wilayahnya jatuh ketangan muslim atau dijual ke Bizantium. Wafat Ketika sedang mengepung Qalat Jabar pada tahun 1146, Zanki dibunuh oleh budaknya, Yarankash pada tanggal 15 September 1146, untuk menghindari hukuman. Sejarawan18

Dinasti Zanki (1127-1250)

Kristen William of Tyre melaporkan bahwa berita kematiannya disambut dengan gembira oleh para Salibis dengan sambutan "What a happy coincidence! A guilty murderer, which the bloody name Sanguinus, has become ensanguined with his own blood", persamaan bunyi dalam bahasa latin untuk darah adalah sanguis, dan terjemahan latin untuk nama Zanki adalah sanguis juga. Kematian mendadak Zanki, membuat pasukannya panik. Pasukannya terpecah, hartanya dijarah, dan para pangeran salib yang menjadi berani karena kematian Zanki, bersekongkol menyerang Aleppo dan Edessa. Penguasa Damaskus, Muinudin pun segera merebut kembali kota Baalbek, Hims, dan wilayah lainnya yang telah dikuasai Zanki darinya. Peninggalan Ia adalah pendiri Daulah Zanki. Di Mosul ia digantikan putra tertuanya Saifudin Ghazi I dan di Aleppo Ia digantikan oleh putra keduanya Nurudin. Menurut Legenda Salibis, Ibu Zanki adalah Ida dari Austria (ibu dari Leopold III dari Austria), yang diduga dita-wan selama Perang Salib di tahun 1101 dan ditempatkan di ha-rem. Ditahun 1146, ia berumur 46 tahun, Sedangkan Zanki lahir tahun 1085, dan ayahnya wafat tahun 1094, jadi hal ini tidak mungkin. Menurut Ibn Al Katsir, Zanki adalah seorang politisi yang ulung, sangat dihormati, dihargai oleh pasukannya dan orangorang sipil lainnya serta tidak menganiaya orang-orang lemah.19

Dinasti Zanki (1127-1250)

Sebelum ia memegang tampuk kekuasaan, negaranya dalam kondisi hancur karena merupakan tempat melintasnya para pemimpin yang korup dan bertetangga dengan kerajaan Salibis. Ketika ia memegang kekuasaan, semua itu berubah dan menjadikan negaranya kembali pada rel yang semestinya serta mengembalikan kemakmuran buat negaranya. Zanki adalah raja yang terbaik dalam bentuk dan perilakunya. Ia sangat pembe-rani dan kuat yang berusaha untuk dapat menguasai kerajaan-kerajaan lain pada waktu itu. Ia juga baik dengan kaum hawa dan berlaku dermawan kepada bawahannya. Setelah kemang-katannya ia dikenal sebagai seorang syahid (martir). Imaduddin Zanki bekerja dalam kondisi dan situasi yang paling sulit. Pada satu sisi, ia berada di tengah konflik yang berkecamuk di antara para penguasa dan para pangeran dinasti Saljuk. Dan pada sisi yang lain ia berdiri di antara mereka yang bertikai dan Kekhalifahan Abbasiyah. Di tambah lagi dengan apa yang ia derita dari iklim yang diwujudkan oleh tradisi kekuasaan warisan dan kerakusan para pangeran dan penguasa untuk memerintah bahkan dengan hanya mendapatkan satu kota atau satu benteng sekalipun. Sebagaimana ia juga hidup pada masa di mana kekuatan Salibis masih terlalu superior dan penuh dinamika. Kendati demikian ia dapat meletakkan fondasi-fondasi bagi pembangunan pangkalan untuk bertolaknya jihad besar dan kuat yang membentang dari utara Syam ke arah utara Iraq.20

Dinasti Zanki (1127-1250)

Sebagaimana ketangguhan dan superioritas Salibis dapat dipatahkan dan dipermalukan dalam berbagai medan laga. Zanki melancarkan jihad dan bekerja ekstra keras sehingga memungkinkan untuk memerangi mereka guna merebut kembali wilayah yang dirampas. Ia telah mempersembahkan model pemimpin dan mujahid yang berjalan di bawah bendera Islam yang mampu untuk mengembalikan harapan untuk membebaskan tanah-tanah suci milik umat Islam yang dijajah oleh para musuh di seluruh dunia.

Nurudin Mahmud Al-Malik al-Adil Nurudin Abu al-Qasim Mahmud Ibn 'Imadudin Zanki (Februari 1118 15 Mei 1174), sampai 1174. Beliau adalah putra kedua Imadudin atabeg Zanki, seorang Aleppo dan Mosul, adalah anggota dinasti Zanki yang memerintah Syria dari tahun 1146

yang mencurahkan waktunya21

Dinasti Zanki (1127-1250)

mengusir keberadaan tentara salib di Syria. Setelah ayahnya dibunuh, Nuruddin dan kakaknya Saifuddin Ghazi I membagi wilayah kekuasaannya diantara mereka berdua, dimana Nuruddin menguasai Aleppo dan Saifudin menguasai Mosul. Perbatasan antara kedua kerajaan baru dibentuk oleh sungai Khabur. Segera setelah ia memimpin, Nuruddin menyerang Kepangeranan Antiokhia, merebut beberapa istana di utara Suriah, dimana pada waktu yang sama ia mengalahkan sebuah usaha yang dilakukan Joscelin II untuk merebut kembali County of Edessa yang telah dikuasai oleh Zanki tahun 1144. Nuruddin mengusir seluruh penduduk Kristen di kota tersebut sebagai hukuman karena membantu Joscelin. Nuruddin mencoba bersekutu dengan tetangga Muslimnya di Irak utara dan Suriah untuk memperkuat front Muslim melawan musuh mereka di barat. Pada tahun 1147, ia menandatangani perjanjian bilateral dengan Mu'inuddin Unur, gubernur Damaskus, dan sebagai bagian persetujuan ini, ia menikahi putri Mu'inuddin yang bernama Ismatudin Khatun. Mu'inuddin dan Nuruddin mengepung kota Bosra dan Sarkhand, yang dikuasai oleh vasal (raja bawahan) Mu'inudin yang memberontak yang bernama Altuntash yang meminta bantuan pasukan Salib. Segera terjadi Perang Bursa(1147) yang berakhir dengan mundurnya pasukan Salib kembali kenegerinya dan Muinudin Unur berhasil menguasai kedua kota itu. Namun meski22

Dinasti Zanki (1127-1250)

demikian Mu'inuddin selalu mencurigai niat Nuruddin dan tidak mau mengganggu mantan sekutu tentara salibnya di Yerusalem, yang telah membantu mempertahankan Damaskus melawan Zanki. Untuk menenangkan Mu'inudin, Nuruddin mmpersingkat keberadaan dirinya di Damaskus dan berbalik menuju kepangeranan Antiokhia, dimana ia dapat merebut Artah, Kafar Latha, Basarfut, dan Balat. Namun setahun kemudian Nurudin mesti kembali ke Damaskus untuk membantu Muinudin Unur menghadapi Kontingen Pasukan Salib II yang mengepung Damaskus yang dikisahkan dibagian berikut ini. Pengepungan Damaskus oleh Armada Pasukan Salib II Pengepungan ini terjadi selama 4 hari pada Juli 1148, selama Perang Salib II yang berakhir dengan kekalahan kaum salibis dan memicu perpecahan diantara mereka. Dua kelompok pasukan kristen bergerak ke tanah suci sebagai respon dari seruan Paus Eugenius III dan Bernard of Clairvaux dan dipimpin oleh Louis VII dari Perancis and Conrad III dari Jerman. Dalam pasukan Conrad terdapat Bolesaw IV the Curly and Vladislaus II of Bohemia, dan juga Frederick of Swabia, keponakannya yang kelak menjadi Kaisar Frederick I. Mereka bergerak karena seruan Paus pasca jatuhnya County of Edessa pada 24 Desember 1144 ketangan Zanki. Kaum salib bergerak melintasi Eropa dan tiba di Konstantinopel pada September dan Oktober 1147.23

Dinasti Zanki (1127-1250)

Keduanya menghadapi malapetaka besar ketika melintasi Anatolia yang mana sebagian besar pasukannya dihancurkan oleh pasukan Seljuk Rum yang dipimpin Masud dalam Perang Dorylaeum pada tanggal 25 Oktober 1147. Dari 20 ribu pasukan Jerman, sisanya hanya 2 ribu orang. Louis sendiri meninggalkan pasukannya dan berangkat melalui kapal ke Antiokia dimana paman istrinya, Eleanor dari Aquitaine, Raymond menjadi penguasa disana. Raymond mengharapkan bantuan militer darinya untuk membantunya menghadapi Turki Seljuk yang mengancam wilayahnya, tetapi Louis menolak dan pergi ke Yerusalem untuk memenuhi janjinya. Conrad, yang diserang oleh penyakit, telah lebih dulu kembali ke Konstantinopel, tetapi kemudian tiba di Yerusalem pada awal April 1148. Tujuan utama pasukan ini sebenarnya adalah Edessa, tetapi di Yerusalem, ternyata target yang lebih disukai oleh Raja Baldwin III dan Para Ksatria Templar adalah Damaskus. Dalam Konsili di Akka, tokoh-tokoh terkemuka dari Perancis, Jerman dan Kerajaan Yerusalem memuituskan untuk menyerang Damaskus. Konsili ini diadakan pada 24 Juni 1148, dan dihadiri oleh Conrad, Otto, Henry II of Austria, Frederick (Kelak Kaisar Romawi Suci), dan William V of Montferrat sebagai perwakilan dari Kekaisaran Romawi Suci. Louis, Thierry of Alsace, dan beberapa pangglima gerejawi dan sekuler yang mewakili Perancis. Dari Yerusalem hadir Raja Baldwin, Ratu24

Dinasti Zanki (1127-1250)

Melisende, Patriarch Fulk, Robert of Craon (master Ksatria Templar), Raymond du Puy de Provence (master Ksatria Hospitaller), Manasses of Hierges (constable of Jerusalem), Humphrey II of Toron, Philip of Milly, Walter Grenier, dan Barisan of Ibelin. Namun, tidak satupun yang dari Antiokia, Tripoli, atau County Edessa yang hadir. Baik Louis maupun Conrad menyarankan untuk menyerang Damaskus. Beberapa bangsawan dari Yerusalem, menyatakan keberatan, karena Dinasti Buriyah yang menguasai Damaskus, meski muslim, merupakan sekutu untuk melawan dinasti Zanki. Sebelumnya Zanki telah mengepung kota itu pada 1140, dan Muinudin Unur, yang bertindak sebagai wazir dari Mujirudin Abaq yang masih muda, telah menegosiasikan persekutuan dengan Yerusalem melalui sejarawan Usamah bin Munqid. Namun Conrad, Louis, dan Baldwin mendesak dan menyatakan Damaskus adalah kota suci bagi kristen. Seperti Yerusalem dan Antiokia, kota ini sangat berarti bagi kaum kristen Eropa. Akhirnya pada bulan Juli, pasukan mereka berjkumpul di Tiberias dan bergerak menuju Damaskus, mengitari Laut Galile melalui jalan Banyas. Jumlah mereka sekitar 50 ribu orang. Pasukan itu memutuskan menyerang Damaskus dari Barat dimana terdapat kebun buah-buahan yang dapat memberi mereka perbekalan . Mereka tiba di Daraiya pada 23 Juli, dengan komposisi, pasukan perintis, diikuti oleh Louis dan kemudian25

Dinasti Zanki (1127-1250)

Conrad dibagian belakang. Pasukan Muslim sudah bersiap menghadapi serangan ini dan secara konstan menyerang pasukan yang bergerak ini diluar kebun buah-buahan itu diluar Kota Damaskus pada 24 Juli. Kebun itu dipertahankan oleh menara dan dinding dan kaum salib secara teratur melemparkan anak panah dan lembing.. Atas inisiatif Conrad, pasukan salib mengambil taktik bertempur dalam perjalanan yang mereka lalui dan berhasil menghalau pihak yang bertahan mundur dengan menyebrangi sungai Barada dan menuju Damaskus, yang lalu dikejar. Mereka akhirnya tiba di luar tembok kota Damaskus dan langsung mengepung kota itu menggunakan kekayuan dari kebun buahbuahan. Di dalam kota penduduk membentuk barikade di jalanjalan utama, bersiap-siap menghadapi serangan. Unur kemudian minta bantuan dari Saifudin Ghazi dan Nurudin Zanki, dan secara personal memimpin serangan ke perkemahan salibis; sehingga pasukan salib mundur dari tembok kota dan kembali ke kebun buah-buahan, dimana mereka mudah untuk melakukan penyergapan dan bergerilya. Menurut William of Tyre, pada 27 Juli, salibis memutuskan bergerak ke dataran timur kota, yang tidak begitu kuat pertahanannya tetapi sedikit persediaan makanan dan air. Ada dua konflik di dua sisi : Unur tidak mempercayai Saifudin atau Nurudin dari maksud-maksud penguasaan kota jika26

Dinasti Zanki (1127-1250)

mereka dimintai bantuan, dan kaum salib tidak setuju penyerahan kota jika mereka dapat menaklukannya. Guy Brisebarre, penguasa Beirut, lebih menyetujui penyerahan kota, tetapi Thierry of Alsace, Count of Flanders, menginginkannya untuk dirinya sendiri dan didukung oleh Baldwin, Louis, dan Conrad. Konon Unur menyogok para pemimpin Unur salib berjanji untuk untuk meninggalkan pengepungan dan

menghentikan persekutuannya dengan Nurudin jika kaum salibis mundur dan kembali pulang. Sementara itu Nurudin dan Saifudin sudah tiba di Homs dan bernegosiasi dengan Unur tentang penyerahan Damaskus, sesuatu yang tidak diinginkan oleh Unur dan Kaum Salibis. Saifudin rupanya juga menulis surat kepada Salibis, dan memintanya untuk mundur. Dengan Nurudin semakin dekat dan merasa tidak mungkin untuk mempertahankan posisinya, maka tiga raja kaum salib itu tidak punya pilihan lain kecuali menarik diri dari pengepungan Damaskus. Mula-mula Conrad, kemudian sisa pasukannya, memutuskan untuk mundur dan kembali ke Yerusalem pada 28 Juli, dan sepanjang penarikan mudur itu mereka secara konstan diganggu dan diserang oleh pemanah pasukan Turki.. Pasca kejadian itu, rupanya setiap pasukan salib saling menghianati satu sama lain. Sebuah rencana dibuat untuk menyerang Askalon, tetapi hal itu ditinggalkan karena gagal dalam pengepungan itu. Keadaan ini merupakan awal kejatuhan27

Dinasti Zanki (1127-1250)

Kerajaan Salibis ditanah suci itu.. Conrad kemudian kembali ke Konstantinople untuk memperkuat persekutuannya dengan Kaisar Manuel. Bernard of Clairvaux sendiri menjadi malu dan ketika usahanya untuk menyerukan kembali pasukan salib baru, ia mencoba untuk tidak menyangkutpautkan dirinya dengan kegagalan Ekspedisi Perang Salib II.

Perang Inab Nuruddin mengambil kesempatan dari kegagalan kontingen Perang Salib II dengan mempersiapkan serangan lainnya atas Antiokhia. Pada bulan Juni 1149, Ia menginvasi Antiokia dan mengepung benteng Inab dengan bantuan dari Unur dari damaskus dan sepasukan dari bangsa Turki. Pasukan Nurudin berjumlah selkitar 6000 orang, sebagian besar. Saat itu Pangeran Raymond dan tetangganya Joscelin II dari Edessa saling sejak menolak mengirim tahun 1146. bermusuhan Raymond untuk pada28

balabantuan ke Edessa

Dinasti Zanki (1127-1250)

Faktanya Joscelin bahkan membuat persekutuan dengan Nurudin untuk melawan Raymond. Sementara itu Raymond II dari Tripoli dan merupakan sang wali dari Ratu Melisende dari Yerusalem menolak membantu Pangeran Antiokia. Secara serampangan , Pangeran Raymond melakukan penyerangan dengan pasukannnya sendiri yang terdiri hanya 400 ksatria dan 1000 pasukan jalan kaki.. Ia bersekutu dengan Ali ibn-Wafa, pemimpin kelompok Hashshashin dan merupakan musuh Nurudin. Sebelum ia mengumpulkan pasukan yang cukup, Raymond dan sekutunya meluncurkan serangan. Heran dengan kelemahan pasukan Pangeran Raymond, Nurudin mula-mula menduga bahwa itu adalah pasukan garis depan saja, dan pasukan utamanya belum tiba. Begitu pasukan itu mendekat, Nurudin melakukan pengepungan atas Inab dan mundur. Sementara setelah lebih dekat ke benteng itu, Raymond dan ibn-Wafa bersama pasukannya berkemah ditempat terbuka. Setelah mata-mata Nurudin melaporkan tentang keadaan sebenarnya pasukan itu dan tidak mendapatkan balabantuan, maka sang atabeg segera mengepung kemah musuh pada malam hari. Pada 29 Juni, Nurudin menyerang dan menghancurkan pasukan Antiokia. Meski ada kesempatan untuk melarikan diri, ternyata Pangeran Antiokia itu menolak untuk meninggalkan pasukannya. Raymond bertarung mati-matian dan membunuh29

Dinasti Zanki (1127-1250)

lawan yang didekatnya. Namun akhirnya, Raymond dan ibnWafa terbunuh bersama dengan Reynald of Marash. Hanya sedikit yang dapat melarikan diri. Kepala Raymond dibawa ke Nuruddin, yang kemudian mengirimnya ke Khalifah di Baghdad. Sebagian besar wilayah Antiokia terbuka untuk Nurudin, dan yang paling penting adalah rute ke Mediterania telah terbuka. Nur ad-Din pun kemudian berkuda menuju pantai dan mandi dilaut itu sebagai simbol penaklukannya. Akibat kekalahan ini, Kastil di Harim dan Apamea jatuh ketangan sang atabeg. Harim tidak dapat direbut kembali sampai tahun 1157, dan kemudian secara permanen lepas pada tahun 1164. Nurudin kemudian mengepung Antiokia itu sendiri, tetapi gagal untuk menaklukannya. Meski telah lemah dengan wafatnya sang pangeran penguasanya, kota itu dipertahankan dengan penuh semangat berani oleh janda Raymond, yaitu Constance dan Patriarch Aimery dari Limoges. Raja Baldwin III dari Jerusalem bergerak keutara untuk membuka pengepungan itu. Sementara Joscelin II menuai badai. Pada tahun 1150, ia ditaklukan Nurudin untuk terakhir kalinya, setelah yang belakangan ini bersekutu dengan Sultan Seljuk Rm, Mas'ud (dimana putrinya juga dinikahi oleh Nuruddin). Joscelin dibutakan dan meninggal di penjaranya di Aleppo tahun 1159.

30

Dinasti Zanki (1127-1250)

Setelah kemenangan di Inab ini, Nurudin menjadi pahlawan didunia Islam. Tujuan utamanya adalah menghancurkan negara-negara salib dan memperkuat Islam melalui jihad yang sudah didakwahkan melalui madarasah-madrasah dan mesjid-mesjid di Aleppo dan membasmi kaum-kaum sesat, khususnya shiah. Perang Aintab Sementara sisa-sisa County Edessa semakin terjepit akibat meningkatnya serangan-serangan dari negara-negara muslim yang mengelilinginya, pada tahun 1150, Kaisar Bizantium Manuel I Komnenos tertarik untuk mengakuisisi bagian belakang County Edessa. Sebagai atasan dari penguasa County Edessa, Raja Baldwin III dari Yerusalem lebih suka mempertahankannya sebagai basis serangan. Namun menyadari bahwa wilayah itu tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi, maka ia setuju untuk menyerahkannya kepada Bizantium. Baldwin bertemu dengan utusan Manuel di Turbessel(Tell Bashir) untuk menegosiasikan penyerahan wilayah itu. Bangsa Franks atau Armenia yang lebih suka berada dibawah pemerintahan latin diijinkan untuk pindah ke daerah Kepangeranan Antiokia bersama sang raja itu dan harta benda miliknya. Pasukan Baldwin saat itu terdiri dari 500 ksatria dan sejumlah pasukan jalan kaki yang jumlahnya tidak diketahui.

31

Dinasti Zanki (1127-1250)

Pasukan Nurudin memotong penarikan mundur barisan latin antara Duluk dan Aintab. Dengan menyebarkan pasukannya, Baldwin berhasil menyelamatkan penduduk sipil dengan selamat ke kota Aintab, dimana pasukan Latin bermalam disana. Hari berikutnya, Bangsa Frank tersebut mengorganisasikan pasukannya untuk melindungi pengungsi dan kereta perbekalan. Baldwin memimpin barisan depan, sementara para ksatria Antiokia melindungi barisan sayap kiri dan kanan. Raymond II of Tripoli dan Humphrey II of Toron memimpin barisan belakang. Pasukan Nurudin menyerang dengan gaya tradisional, mengelilingi barisan dan mengarahkan serangan dengan panah ke arah kereta perbekalan yang dipertahankan dengan formasi menyerupai landak. Sepanjang siang itu, pasukan turki berusaha memecah formasi salibis atau menjatuhkan moral mereka. Tetapi Pasukan Frank meski lambat berhasil maju, dan tetap berdisiplin dan membuat perubahan posisi ketika musuh mereka menekan begitu dekat. Nurudin, mempertimbangkan keadaan ini dan juga perbekalan yang menipis, akhirnya mundur pada saat matahari terbenam. Dan barisan pasukan salibis berhasil mengawal pengungsi kewilayah Antiokia tanpa banyak masalah. Ternyata perhitungan Baldwin benar-benar tepat. Dalam tempo setahun, sisa-sisa County Edessa jatuh ketangan Nurudin.32

Dinasti Zanki (1127-1250)

Dan pada tahun 1152 Nuruddin merebut Tortosa setelah dibunuhnya Raymond II dari Tripoli. Menyatukan Kerajaan Muslim Nurudin bercita-cita mempersatukan berbagai kekuatan Muslim yang terletak antara sungai Eufrat dan Nil untuk membuat front bersama melawan salibis. Di tahun 1149 Saifudin Ghazi wafat, dan digantikan adiknya yang lain, Qutbudin yang kemudian mengakui kekuasaan Nurudin atas Mosul, sehingga kekuasaan kota Mosul dan Aleppo berada dalam satu orang. Tinggal Damaskus yang menjadi halangan mempersatukan Syria. Setelah kegagalan Perang Salib Kedua, Mu'inuddin memperbaharui perjanjiannya dengan tentara salib, dan setelah kematiannya tahun 1149, penerusnya Mujiruddin mengikuti kebijakan yang sama. Pada tahun 1150 dan tahun 1151, Nuruddin mencoba menyerang Damaskus, namun mundur tanpa kesuksesan. Ketika Ascalon direbut oleh tentara salib tahun 1153, Mujiruddin melarang Nuruddin untuk melakukan perjalanan di teritorinya. Namun Mujiruddin adalah pemimpin yang lemah dibanding pemimpin sebelumnya, dan ia juga setuju untuk membayar upeti untuk tentara salib sebagai ganti untuk perlindungan atas mereka. Melemahnya Damaskus dibawah Mujiruddin membuat Nuruddin menurunkannya pada tahun 1154 dengan bantuan penduduk kota. Damaskus menjadi bagian33

Dinasti Zanki (1127-1250)

teritori Dinasti Zanki, dan seluruh Suriah disatukan dibawah kepemimpinan Nuruddin, dari Edessa di utara sampai Hauran di selatan. Ditahun ini juga Nurudin Mahmud dinobatkan sebagai Sultan didaerah yang ia kuasai oleh Khalifah Al Muqtafi dari Baghdad. Dengan gelar Al Malik Al Adil. Ia berhati-hati dengan tidak menyerang Yerusalem, dan meneruskan mengirim upeti tahunan yang dilakukan oleh Mujiruddin. Sementara itu ia dalam waktu singkat terlibat dalam urusan Mosul Utara, dimana terjadi sengketa penggan-tian Sultan di Kesultanan Seljuk Rum yang mengancam kota Edessa dan kota lainnya. Pada tahun 550 H / 1155 M, Nurudin Mamhmud mengangkat Shalahudin Yusuf sebagai asisten pribadinya yang tidak berpisah dengannya baik ketika bepergian, maupun ketika berada ditempat. Itu karena ia sangat mahir bermain bola dan Nurudin sangat menyukai permainan bola dalam rangka melatih kuda dan membiasakannya berlari mengejar dan berlari menghindar. Perang Danau Huleh Setiap tahun, penduduk Damaskus menggembalakan sekawanan ternak di area Banias, daerah teritori bangsa Frank, yang perijinannya mereka jamin. Pada Februari 1157, Baldwin secara tidak bijaksana menyerang mereka, menangkap binatang ternak untuk membayar hutang kerajaan. Tindakan ini melanggar34

Dinasti Zanki (1127-1250)

gencatan senjata. Nurudin, yang murka segera mluncurkan serangan ke daerah sekitar bangsa Frank itu. Nurudin mengepung benteng kota Banias dikaki Gunung Hermon. Pada bulan Juni, Raja Baldwin III mengumpulkan sepasukan Frank dan bergerak untuk menyelamatkan Banias dan para Ksatria Hospitaller yang mempertahankannya. Sementara Baldwin dan ksatrianya berkemah di dekat Danau Huleh, di Lembah sungai Jordan atas, mereka dikejutkan dan dikalahkan oleh pasukan Nurudin. Baldwin dan pasukannya yang selamat mencari perlindungan dekat kastil di Safad. Ibnu Al Qalanisi mencatat banyak tawanan salib dan beberapa kepala dipertontonkan dalam perayaan kemenangan di Damaskus. Namun wilayah banias yang tesisa masih berada didalam kekuasaan Latin sampati tahun 1164. Nurudin kemudian jatuh sakit setelah kemenangan ini, sehingga Baldwin meluncurkan serangan ke Syria utara dan dengan pertolongan dari Thierry of Alsace dan pasukan peziarah, merebut kembali Kastil Harim diakhir tahun itu. Namun serangan ke Shaizar gagal ketika Reynald of Chtillon, sang Pangeran Antiokia, berselisih dengan bangsa Frank lainnya. Sehingga Shaizar segera menjadi wilayah Nurudin. Tapi pada tahun 1158, Thierry dan Raja Baldwin III mengalahkan Nurudin di Butaiha, di timur laut Tiberias. Pada tahun 1159, kaisar Bizantium Manuel I Comnenus tiba untuk menegaskan kekuasaannya atas Antiokhia, dan tentara35

Dinasti Zanki (1127-1250)

salib berharap ia akan mengirim ekspedisi ke Aleppo. Namun, Nuruddin mengirim duta besar dan menegosiasikan persekutuan dengan kaisar melawan Kesultanan Seljuk Rum. Nuruddin, bersama dengan pasukan Danishmend dari Anatolia timur menyerang sultan Seljuk Kilij Arslan II dari timur pada tahun berikutnya, sementara Manuel menyerang dari barat. Kemudian di tahun 1160, Nuruddin menangkap pangeran Antiokhia, Raynald dari Chatillon setelah serangan di pegunungan Antitaurus. Raynald tetap ditawan selama 16 tahun. Sementara itu pada Desember 1161, Kaisar Bizantium, Manuel I Comnenus menikahi Maria dari Antiokia sehingga Antiokia berada dalam perlindungan Kaisar. Menggagalkan Pencurian Jasad Nabi Pada tahun 1162, dengan Antiokhia dibawah kekuasaan Bizantium dan Negara-negara Tentara Salib di selatan tidak memiliki kekuatan untuk menyerang Suriah, Sultan Nuruddin naik haji ke Mekah. Sebelumnya, pada suatu malam Sultan melihat Nabi Muhammad SAW didalam mimpinya tiga kali. Nabi SAW menunjuk dua orang laki-laki yang berdiri disana dan meminta Sultan untuk membantu beliau dari kejahatan kedua orang laki-laki itu. Sultan memahami bahwa sesuatu yang tidak biasa telah terjadi di Madinah. Ia dengan seketika memulai perjalanannya ke Madinah yang ditemani oleh penasehatnya.

36

Dinasti Zanki (1127-1250)

Dia juga mengumpulkan hadiah berharga untuk penduduk Madinah. Ia sampai di Madinah dalam enam belas hari. Telah diumumkan bahwa setiap penduduk secara pribadi harus datang untuk menerima hadiah dari Sultan. Ia tidak melihat dua orang berikut pada saat pembagian hadiah. Sultan menanyakan, Apakah ada yang belum kebagian? Ia diberitahu, Masih ada dua orang yang tidak muncul karena mereka sangat saleh, kaya dan dermawan kepada orang lain. Mereka menolak untuk menerima apapun dari orang lain. Sultan meminta dengan tegas untuk membawa mereka. Begitu mereka tiba di depan Sultan, ia mengenali mereka karena mereka persis sama dengan orang yang terlihat dalam mimpinya. Ia menanyai mereka, Dari mana kamu datang? Mereka berkata, Kami orang Maroko, kami datang untuk melaksanakan Haji dan ingin tinggal disini sebagai tetangga Nabi SAW. Sultan bertanya, Dimana kamu tinggal? Ada sebuah rumah dekat dengan jendela dinding selatan Masjid Nabi. Sultan pergi ke sana dan memindahkan selembar permadani yang digelar di atas lantai. Ia melihat sebuah terowongan mengarah kearah Ruang Suci dimana Nabi SAW dimakamkan. Seketika itu juga, sultan segera menghampiri kedua orang Maroko tersebut dan memukulnya dengan keras. Setelah bukti ditemukan, mereka mengaku diutus oleh raja Nasrani di Eropa untuk mencuri jasad Nabi SAW. Pada pagi harinya, keduanya37

Dinasti Zanki (1127-1250)

dijatuhi hukum penggal di dekat pintu timur makam Nabi SAW. Kemudian sultan Mahmud memerintahkan penggalian parit di sekitar makam Rasulullah dan mengisinya dengan timah. Setelah pembangunan selesai, Sultan Mahmud dan rombongan pulang kembali ke Damaskus Sekembalinya dari berhaji, ia mendengar berita kematian Raja Baldwin III dari Yerusalem, dan sebagai penghormatan atasnya ia menahan diri untuk tidak menyerang Kerajan Salib. William of Tyre melaporkan bahwa Nuruddin berkata : Kita harus bersimpati dengan kesedihan mereka dan karena kasihan ampuni mereka, karena mereka telah kehilangan seorang pangeran serupa dengan sisa dari dunia tidak dimiliki hari ini. Permasalahan di Mesir Karena tidak ada yang dapat dilakukan tentara salib di Suriah, mereka terpaksa beralih ke selatan jika mereka ingin memperluas kekuasaannya. Jatuhnya Ascalon ditahun 1153 ke tangan Raja Baldwin III dari penguasaan Kekhalifahan

38

Dinasti Zanki (1127-1250)

Fatimiyah sudah berhasil memutuskan Mesir dari Suriah. Sementara itu Mesir pun secara politik melemah karena diperintah barbagai khalifah fatimiyah yang masih sangat muda bahkan terkadang masih anak-anak. Pada tahun 1163, khalifah Fatimiyah adalah al-Adid (memerintah 1160-1171) yang masih muda (14 tahun), tetapi pemerintahan dijalankan oleh wazir Shawar. Di tahun itu, Shawar disingkirkan oleh Dirgham. Dirgham menawan 3 anaknya yang bernama Thayib, Sulaiman dan Khalil. Thayib dan Sulaiman dibunuh sedangkan Khalil dipenjara. Setelah itu, Raja Yerusalem, Amalric I memulai serangan terhadap Mesir, dengan dalih bahwa Fatimiyah tidak membayar upeti yang telah mereka janjikan untuk dibayar selama pemerintahan Baldwin III. Penyerangan ini gagal dan ia terpaksa kembali ke Yerusalem, tetapi hal ini telah memprovokasi Nuruddin untuk mengawali kampanyenya

melawan tentara salib di Suriah untuk mengalihkan perhatian mereka dari Mesir. Serangannya atas Tripoli tidak berhasil, tetapi ia dikunjungi oleh Shawar, sang wazir yang terusir, yang memohon padanya untuk mengirim pasukan untuk memulihkan kedudukannya sebagai wazir di Mesir dengan kompensasi akan memberikan sepertiga hasil bumi Mesir kepada Nurudin. Pada mulanya, Nuruddin tidak mau membagi pasukannya untuk pertahanan Mesir, tetapi pangglimanya yang berasal dari suku kurdi, Shirkuh, meyakinkannya untuk menyerang Mesir ditahun39

Dinasti Zanki (1127-1250)

1164. Sebagai balasan, Dirgham bersekutu dengan Amalric, tetapi sang raja tersebut tidak dapat menggerakkan pasukannya tepat waktu untuk menyelamatkannya. Dirgham terbunuh selama invasi Shirkuh dan kepalanya dipenggal dan dipamerkan keseluruh pelosok negeri. Shawar pun dipulihkan kembali sebagai wazir. Namun ia melanggar janjinya dan bersekongkol dengan khalifah Al Adhid meminta Shirkuh segera angkat kaki dari Mesir. Permintaan tersebut tidak ditanggapi oleh Shirkuh, malahan ia berkeliling ke pelosok Mesir, menaklukan banyak wilayah di timur dan menghimpun kekayaan yang banyak. Perang al-Buqaia Sementara Shirkuh berada di Mesir, Nurudin meluncurkan serangan di Libanon. Raja Amalric segera mengerahkan pasukannya untuk membantu vassalnya di utara, Bohemund III dari Antiokia dan Raymond III dari Tripoli. Secara kebetulan, sekelompok peziarah Perancis pimpinan Hugh VIII of Lusignan dan Geoffrey Martel, saudara dari William IV of Angoulme, bergabung dengan Raja Yerusalem. Ditambah lagi, Konstantinos Kalamanos, gubernur Cilicia membawa pasukan yunaninya untuk membantu Salibis. Dengan demikian Nurudin menghadapi gabungan pasukan yang hebat sehingga pasukannya

40

Dinasti Zanki (1127-1250)

menderita kekalahan. Namun baik pihak muslim maupun Frank terkesan dengan kualitas tempur prajurit Bizantium(Yunani). Pasca kejadian itu, karena yakin bahwa wilayah utara sudah aman, Amalric membawa pasukannya ke Mesir. Disini ia bersaing dengan Shirkuh dan Shawar untuk berebut pengaruh disana. Amalric akhirnya bersekutu dengan Shawar, yang lalu mengepung Shirkuh di Bilbeis. Shirkuh bertahan di benteng tersebut selama 8 bulan. Ia dalam keadaan aman dibentengnya itu. Perang Harim Kepergian pasukan salib ke Mesir itu, dimanfaatkan oleh Nurudin untuk menyerang wilayah-wilayah yang dikuasai kerajaan salib. Bersama adiknya, Qutbudin, sang Amir Mosul, dan juga dibantu oleh Emir Jazirah dari dinasti Artuqiyah, Nuruddin menyerang Antiokhia dan mengepung benteng Harim meskipun saat itu Antiokia menjadi daerah protektorat Bizantium (ketika kejadian tersebut Manuel, Raja Bizantium berada di Balkan). Sebagaimana disebutkan oleh William of Tyre : Ia menempatkan mesin pengepungannya di sekeliluig benteng dengan cara biasa dan mulai menyerangnya dengan bertubi-tubi sehingga penduduk tidak dapat beristirahat. Reginald of Saint Valery, penguasa Harim,meminta bantuan, dan Raymond III dari Tripoli, Bohemund III dari41

Dinasti Zanki (1127-1250)

Antiokia, dan Joscelin III dari Edessa tiba untuk menembus pengepungan itu. Mereka dibantu oleh Konstantinos Kalamanos, gubernur Bizantium di Cilicia, dan Thoros, dan Mleh dari Armenia, sebagaimana juga Hugh VIII of Lusignan dan Geoffrey Martel, saudara dari William IV of Angoulme, yang keduanya baru saja tiba dalam rangka berziarah. Nur ad-Din bersiap untuk memperketat pengepungan ketika mereka tiba, tetapi kaum salibis, terinspirasi kemenangan di al-Buqaia, dan, "tanpa memperhatikan hukum disiplin militer... secara sembrono membubarkan dan menjelajah kesana kemari dan malah mengejar lawan." Pasukan Nurudin bertahan melawan seragan mereka dan mulai memberi sebuah serangan balasan, mendesak pasukan salib ke rawa-rawa dan disana mereka dihancurkan.. Ada kemungkinan Nurudin hanya pura-pura mundur supaya kaum salib menyerangnya, tetapi meninggalkan pengepungan ketika balabantuan tiba adalah merupakan taktik standar dan Nur ad-Din agaknya tidak tahu bahwa pasukan salib mengikutinya. Penyataan Wiliam bahwa ini adalah gerakan sembrono membuktikan hal ini. "Hanya Thoros dari Armenia, yang telah melihat manuver pasukan turki itu yang tidak mengejar, selamat dari pembantaian itu. Mleh juga terhindar dari penangkapan. Konstantinos Kalamanos, Hugh, Raymond, Bohemund, dan

42

Dinasti Zanki (1127-1250)

Joscelin ditangkap dan dipenjara di Aleppo. Menurut Ibn alAthir, 10,000 salibis terbunuh.. Nurudin melanjutkan pengepungan dan menaklukan Harim beberapa hari kemudian. Dengan Amalric berada di Mesir, tiga negara salib sekarang tanpa penguasanya, tetapi Nurudin tidak ingin menyerang Antiokia kuatir hal ini akan memprovokasi Bizantium, sebagaimana diketahui Kepange-ranan itu secara teknis merupakan tanah perdikan Kekaisaran itu. Akan hal ini ia menyatakan, Saya lebih suka bertetangga dengan Bohemund daripada dengan Raja Yunani" Nurudin kemudian mengepung dan menaklukan Banias. (kota Banias berhasil direbut pada bulan Zulhizah 560 H/ Oktober 1165 M), dan selama 2 tahun berikutnya tetap melanjutkan menyerang perbatasan Negaranegara salib. Keberhasilan Nurudin Mahmud menembus jantung wilayah-wilayah salibis dan menawan raja-rajanya termasuk Bohemond III of Antioch, Raymond III of Tripoli dan Dauq dari Byzantium menyebabkan pasukan Salib yang sedang berjuang mengusir Shirkuh di Mesir benar-benar terpukul. Raja Amaric mengajak Shirkuh berdamai. Asadudin Shirkuh menerima tawarannya dengan syarat Shawar bin Mujirudin membayar 60.000 dinar sebagai hukuman penghianatannya. Selanjutnya Amalric pun terpaksa pulang ke Yerusalem. Bersama dengan Thierry of Alsace ia bergerak ke utara untuk43

Dinasti Zanki (1127-1250)

membebaskan tekanan Nurudin atas Antiokia. Bohemund dilepaskan dari tahanan pada 1165, tetapi Raymond masih dipenjara sampai tahun 1173. Sedangkan Shirkuh pulang ke Syria meninggalkan Mesir. Ternyata Shawar membuat perjanjian rahasia dengan Raja Amalric lagi yang mana isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa Raja Almaic wajib membantu Shawar bila diganggu pihak lain. Perjanjian ini diketahui oleh Nurudin. Ia berpendapat bahwa adalah bijaksana kalau membebaskan Mesir dari penghianat seperti Shawar bin Mujirudin ini. Pada tahun 1166 Shirkuh dikirim kembali ke Mesir dengan pasukan yang terdiri dari 2.000 kavaleri. Pasukan ini menyebrangi sungai Nil dan berhenti di Giza (Jizah) dan mengepung Mesir selama dua bulan dengan pengepungan yang ketat. Shawar pun meminta bantuan pasukan Salib. Pasukan salib yang dipimpin Amalric masuk ke Mesir dari arah Dimyath di awal tahun 1167. Kedatangan mereka diketahui oleh Shirkuh yang kemudian ia dan pasukannya bertolak menuju Shaid dan memungut pajak dari warganya. Dan perang pun meletus, yang akhirnya dimenangkan oleh Asaduddin Shirkuh. Setelah berhasil mengalahkan pasukan Salib, Asadudin Shirkuh bergerak ke kota Alexandria dan menaklukannya. Ia angkat keponakannya, Shalahudin Yusuf sebagai gubernur Alexandria, sedang ia sendiri pulang ke Shaid. Rupanya Shawar44

Dinasti Zanki (1127-1250)

menyusun kekuatan baru dan bersekutu dengan pasukan Salib untuk mengepung kota Alexandria dan merebutnya dari tangan Shalahudin Yusuf. Shalahudin mempertahankan kota tersebut dengan gigih meskipun ia dan pasukannya mengalami kesulitan dan kekurangan stok makanan. Tidak lama kemudian Asadudin Shirkuh datang dari Shaat memberi bala bantuan. Kedatangan pasukan Shirkuh ini diketahui Shawar dan iapun merasa takut kalau kedua pasukan itu bergabung mengalahkan pasukannya. Ia menawarkan perdamaian kepada Shalahudin dengan kompensasi menyerahkan uang 50.000 dinar. Asadudin Shirkuh menerima tawaran ini. Lalu ia keluar dari kota Alexandria dan menyerahkan urusan kota Alexandria pada orang-orang mesir itu sendiri. Ia pun kembali ke Syria. Sementara itu Shawar memperbaharui perjanjian dengan pasukan Salib dengan memberi tentara perancis sebesar seratus

ribu dinar agar kekuatan mereka tetap bermarkas di Mesir. Pasukan Salib menerima tawaran Shawar. Dengan demikian45

Dinasti Zanki (1127-1250)

Tentara salib menduduki Alexandria dan Kairo serta menjadikan Mesir sebagai negara pembayar upeti bagi negara salibis. Akan tetapi Amalric tidak dapat menguasai Mesir secara penuh, selama Nuruddin masih menguasai Suriah. Akhirnya ia pun terpaksa kembali ke Yerusalem., dan menjadi kaget karena Nurudin telah menaklukan benteng daerah-daerah yang dikuasai salibis sebelumnya dan menawan banyak sekali wanita dan anak-anak mereka serta mendapat rampasan perang yang banyak seperti perhiasan dan harta mereka. Pada tahun 1168 Amalric bersekutu dengan Kaisar Manuel dan menyerang Mesir sekali lagi. Ia menyiapkan pasukan besar dan melengkapinya dengan senjata yang komplit untuk meraih kemenangan. Dengan kekuatan tersebut mereka menyerang Mesir dan menguasai Bilbeis (Balbis) dan menjadikannya markas pasukannya. Dari Balbis mereka bertolak ke Kairo. Hal ini diketahui oleh Shawar dan ia menyadari bahwa hal ini diluar kontrolnya. Dan tidak sesuai dengan kesepakatan yang ia buat

46

Dinasti Zanki (1127-1250)

dengan Raja Yerusalem. Maka ia bakar kotanya yaitu Fustat (Shawar tinggal di Fustat) dan menyuruh penduduknya pindah ke Kairo. Api menyala dan membakar tanaman selama 54 hari. (1168) Pasukan salib banyak membunuh kaum muslimin, menguasai negara dan menjarah kekayaannya serta mengancam Khalifah al Adhid. Ancaman pasukan Salib ini memaksa khalifah meminta bantuan kepada Nurudin. Khalifah berjanji dan menyatakan siap memberikan sepertiga pajak mesir kepada Sultan Nurudin Mahmud dan meminta Sultan mau tinggal bersamanya di Kairo guna melindungi Kairo dari serangan salib. Selain itu ia berjanji memberikan tambahan pajak kepada militer Nurudin diluar sepertiga pajak yang ia janjikan. Awal tahun 1169 Asadudin Shirkuh dikirim ke Mesir dan mengalahkan pasukan Salib serta mengusir pasukan salib dan membunuh menteri penghianat, Shawar. Bulan Rabiul Akhir (8 Januari 1169), Asadudin Shirkuh menemui Khalifah Al Adhid dan ia diangkat sebagai wazir menggantikan Shawar. Khalifah melepaskan baju dinas Shawar dan memberikannya kepada Shirkuh. Setelah itu Shirkuh pulang kekemahnya di Dzahirul Balad. Ternyata Khalifah Al Adhid tidak menepati janjinya kepada Sultan Nurudin. Sementara Shirkuh sepertinya tidak47

Dinasti Zanki (1127-1250)

peduli dengan sikap khalifah itu. Ia mulai merealisir rencananya, mengangkat para gubernur, mengirim duta dan memungut pajak. Ia menjabat sebagai wazir selama 2 bulan 5 hari. Ia meninggal tanggal 12 Jumadil Akhir 564 H (14 Maret 1169). Ia digantikan oleh keponakannya, Shalahudin Yusuf bin Ayub sebagai wazir Kekhalifahan Fatimiyah dan sang Khalifah menggelarinya Al Malik An Nasir. Mulanya Nurudin kurang begitu senang dengan pengangkatan Shirkuh dan Shalahudin sebagai Wazir khalifah Fattimiyah, karena beliau tidak mempercayai kaum Shiah. Namun Shalahudin dengan kebijaksanaannya berhasil meyakinkan Nurudin akan loyalitasnya. Bulan Oktober 1169, Raja Almuric dan Manuel menginvasi Mesir sekali lagi. Pasukan Salib mengepung kota Damietta (Dimyat) selama 50 hari, membatasi ruang gerak penduduknya dan membunuh banyak warga sipil. Salahudin mengirim surat kepada sultan Nurudin minta bantuan, dan Nurudin pun secepatnya mengirim pasukan untuk memperkuat pasukan Salahudin. Pengepungan Salibis terhadap kota Damietta ini dimanfaatkan oleh Nurudin untuk menyerang negara-negara salib tersebut dengan pasukan besar. Ia tembus daerah-daerah kekuasaan mereka dan mendapatkan harta rampasan perang yang banyak, membunuh dan menawan banyak sekali wanita dan anak-anak mereka.48

Dinasti Zanki (1127-1250)

Berita penyerangan yang dilakukan oleh Sultan Nurudin itu didengar oleh Pasukan salib yang mengepung kota Damietta. Mereka pun terpaksa menarik mundur pasukan dan menghentikan pengepungan. Mendengar hal ini, Nurudin Mahmud senang sekali. Di tahun 1171, Nurudin memerintahkan kepada Salahudin untuk mendoakan khalifah Abasiyah di Khutbah Sholat Jumat menggantikan Khalifah Fatimiyah. Mulanya Salahudin tidak setuju takut akan ada pembrontakan di Mesir. Namun salah seorang pengikutnya yang bernama Al Amir Al Amin meyakinkannya untuk menjalankan perintah Sultan Nurudin. Jumat pertama bulan Muharam 567 H(September 1171), Al Amir Al Amin naik mimbar Jumat mendahului khatib resmi kemudian berdoa untuk Khalifah Abbasiah, Al Mustanjid Billah, dan ternyata tidak satu pun yang menentangnya. Dan pada hari jumat kedua Salahudin memerintahkan seluruh khatib Jumat untuk memutus doanya bagi khalifah Fatimiyah, al Adid dan mengalihkannya kepada Khalifah Abasiyah, Al Mustanjid Billah. Shalahudin juga memecat seluruh hakim Mesir karena mereka berasal dari aliran Syiah, dan menggantinya dengan hakim yang baru dari kalangan Sunni bermazhap Syafii. Dilain pihak, Khalifah Al Adid jatuh sakit dan akhirnya wafat pada tgl 10 Muharam 567 H (14 September 1171 M), dengan demikian berakhirlah Kekhalifahan Fatimiyah.49

Dinasti Zanki (1127-1250)

Wafat dan Suksesinya Selama waktu-waktu tersebut, Nurudin sibuk diutara, melawan dinasti artuqiyah, dan di tahun 1170 ia harus menyelesaikan persengketaan diantara keponakannya ketika Qutbudin wafat. Setelah menaklukan Mesir, Nurudin meyakini bahwa ia telah mencapai tujuannya mempersatukan Negaranegara Muslim, namun terjadi keretakan hubungan antara Nurudin dan Salahudin. Terjadi kesalapahaman diantara kedua pemimpin tersebut. Waktu itu Nurudin bermaksud mengepung kota Al Kurk. Ia menyurati Salahudin untuk mengirimkan pasukan ketempat yang disepakati. Salahudin pun berangkat dengan pasukannya menuju tempat tersebut. Selang beberapa hari Salahudin menyadari akan bahaya bila Mesir ditinggalkan. Maka ia mengirim surat kepada Sultan Nurudin tentang hal itu, dan minta maaf atas ketidakhadirannya. Salahudin pun kembali ke Mesir. Hal ini menerbitkan rasa amarah Sultan Nurudin. Ia bermaksud menyerang Mesir untuk menundukan Salahudin. Salahudin pun menggelar rapat yang dihadiri para amir untuk membahas hal ini. Atas nasehat ayahnya, Najmudin, Salahudin menyurati Sultan Nurudin yang menyatakan ketundukannya. Nurudin pun puas dalam hal ini dan membatalkan penyerangannya. Tercatat Salahudin tidak ikut serta dalam beberapa serangan yang dipimpin Nurudin dalam melawan

50

Dinasti Zanki (1127-1250)

Yerusalem di tahun 1171 dan 1173. Ditahun 1173 ia tidak hadir karena ayahnya Najmudin Ayub wafat. Di Tahun 1174, ketika Nurudin sedang dalam ambang penyerangan ke Mesir karena absennya Salahudin dalam penyerangan ditahun 1173, Ia terkena demam karena komplikasi peritonsillar abscess, dan wafat di usianya yang ke 59. Putranya yang masih muda As-Salih Ismail al-Malik menjadi penggantinya. Shalahuddin mengirim utusan kepada As-Salih Ismail al-Malik dan menawarkan jasa bakti dan ketaatannya. Shalahuddin bahkan melanjutkan untuk menyebutkan nama sultan muda tersebut dalam khotbahkhotbah uangnya. Profil Nurudin Ibn Al Kastir mendeskripMakam Nurudin Mahmud

Jumatnya

dan

mata

sikan Nurudin Mahmud

dengan

berkata : Seluruh yang saya baca tentang raja, baik pada masa periode pra Islam dan pada masa Islam hingga sekarang, saya tidak pernah melihat seorang raja yang lebih adil dan baik kepada bawahannya setelah Khulafa Arrasyidin dan Umar bin Abdul Aziz yang punya sejarah baik dari Nuruddin, raja yang adil. Ia merupakan sosok yang pintar, cerdas dan sangat melek akan51

Dinasti Zanki (1127-1250)

situasi kontemporer. Ia tidak pernah menghargai seseorang karena status sosial dan hartanya. Ia hanya menghargai orangorang yang jujur dan bekerja keras. Ia juga terkenal karena ketakwaannya dan ke-wara-annya (kecintaannya kepada Allah). Ia sangat berkemauan keras untuk menunaikan semua ibadah sholat dan merayakan perayaanperayaan Islam. Ia melakukan shalat Isya dan bangun di tengah malam untuk shalat malam hingga terbit fajar. Ia juga banyak berpuasa. Nuruddin juga berkarakteristik punya kefakihan dan ilmu yang luas, maka ia seperti ulama dan bersuritauladan kepada sejarah para ulama salafusshaleh. Ia merupakan pengikut mazhab Hanafi dan mendapatkan izin untuk meriwayatkan hadits-hadits. Ia mengarang buku tentang konsep jihad, punya tabiat yang punya kemauan tinggi, sebagaimana ia juga dikaruniahi kepribadian dan kharisma yang kuat. Ia sangat ditakuti namun lembut dan penyayang. Dan dalam majlisnya tidak dibicarakan hal-hal kecuali ilmu, agama dan berkonsultasi tentang jihad. Dan belum pernah didengar darinya ucapan kalimat keji sama sekali dalam kondisi marah atau ceria. Ia benar-benar seorang pendiam. Ia adalah seorang zuhud dan merendah diri (mutawaadhi). Konsumsi orang paling miskin pada zaman itu masih lebih tinggi dari konsumsi yang ia makan setiap hari tanpa simpanan dan tidak pula menentukan dunia untuk dirinya sendiri. Dan ketika52

Dinasti Zanki (1127-1250)

isterinya mengeluh kepadanya akan beratnya penderitaan dan kesusahan hidup yang dikondisikan oleh suaminya, Mahmud memberinya tiga toko pribadi di kota Homs dan berkata : Itu semua yang aku miliki. Dan jangan berharap kepadaku untuk meletakkan jariku pada uang umat yang diamanatkan kepadaku, saya tidak akan mengkhianatinya. Dan saya tidak mau menceburkan diri dalam siksa Allah hanya karenamu. Nuruddin juga mendirikan universitas dan masjid di seluruh kota yang ia kuasai. Universitas-universitas tersebut berkonsentrasi dalam bagi pengajaran Quran dan Hadits. Nuruddin sendiri menyukai mendengar Hadist dari Ulama Hadist yang membacakannya Hadits, dan ahli hadist memberinya ijazah untuk meriwayatkan Hadits. Ia juga mendirikan rumah sakit gratis dikotanya, dan mendirikan karavanserai di jalan untuk penjelajah dan peziarah. Di dunia Muslim ia menjadi figur legendaris dalam keberanian militer, kesalehan, dan kesopanan. Suatu hari, seorang Faqih yang bernama Qutbuddin Annisaburi berkata kepadanya : Saya mohon kepadamu untuk tidak menghancurkan dirimu dan Islam. Kalau seandainya kamu terserang di tengah pertempuran maka tidak akan ada umat ini yang tersisa, semuanya terbunuh. Maka ia menjawab : Wahai Qutbuddin!! Siapa yang terpuji sehingga disanjung seperti ini? Sebelum saya ada yang memelihara negara dan Islam? Itu Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya.53

Dinasti Zanki (1127-1250)

Ia punya komitmen yang tinggi untuk mewujudkan seluruh hukum Islam. Ia menjadi teladan yang baik bagi para petinggi negara dan pimpinannya dalam berkomitmen kepada hukum yang ada. Sebagaimana ia juga berupaya keras untuk dapat mengembalikan hak-hak yang terampas kepada mereka yang teraniaya. Dan berkata : Tidak boleh (haram) bagi orang yang bersahabat denganku untuk tidak menyampaikan kisah orang yang teraniaya yang tidak sampai kepada ku. Dalam derap langkahnya mempersatukan negara-negara Islam, ia sangat menjaga komitmen untuk tidak menyebabkan adanya pertumpahan darah muslim. Maka dari itu ia sangat penyabar dan memiliki bijaksana. Nuruddin (rahimarullah) sangat komit dengan syariah dan melaksanakan hukum-hukumnya. Kendati keterpaksaan yang mendorongnya untuk berhadapan dengan para pemimpin kota dan benteng muslim dalam upayanya untuk mewujudkan persatuan atau karena aliansi mereka dengan bangsa Eropa, namun darah seorang muslim baginya sangatlah agung. Ia tidak bertujuan untuk merebut wilayah muslim kecuali memang terpaksa. Baik itu untuk dapat dipergunakan dalam pertempuran dengan Salibis atau karena khawatir akan ancaman yang mungkin datang dari mereka. Dan ketika penguasa Damaskus beraliansi dengan Salibis pada tahun 544 H (1150 M), ia bertempur dengan mereka tanpa sedikitpun mencederai orang muslim dan melenyapkan nyawa mereka.54

Dinasti Zanki (1127-1250)

Sebagaimana ia berkata : Tidak ada perlunya bagi orang Islam untuk saling memerangi dan saya berusaha untuk menyenangkan mereka agar mereka tidak sungkan untuk berjihad melawan orang-orang musyrik. Ia telah menyaksikan bahwa Damaskus telah mengharamkannya hingga ia berangan-angan dan berdoa kepada Allah agar ia menjadi bagian dari kerajaannya. Dan ketika salah satu dari mereka (orang Damaskus) mengadukan persoalan kepada hakim, maka ia dipanggil dan berkata : Dengan segala ketaatan Sesungguhnya perkataan orang mukmin kalau berdoa kepada Allah dan Rasulul-Nya untuk menentukan keputusan di antara mereka harus mengatakan kami mendengar dan mentaati. Sesungguhnya saya datang ke sini karena menjalankankah perintah syariah. Pada kesempatan lain ia dipanggil oleh para hakim maka ia datang. Dan ketika terbukti bahwa kebenaran berpihak kepada Nuruddin, lawannya diganjari apa yang dituduhkan kepadanya. Ia juga telah menghapuskan pajak-pajak yang melampaui batas syariah, walau itu adalah sumber aliran pendapatan yang besar bagi anggaran negara dan hal itu mungkin untuk disahkan menurut sebagian orang dengan kondisi negara yang serba sulit dan perang yang ada. Ia berkata : Kita menjaga jalan dari maling dan perompak, tidakkah kita berusaha untuk memelihara agama dan mencegah apa yang merusaknya. Dan sesuatu yang

55

Dinasti Zanki (1127-1250)

paling ia sukai adalah kalimat kebenaran yang ia dengar atau ajakan kepada sunnah yang diikutinya. Ia menghidupkan perilaku untuk menghormati para ulama dan menghargai mereka, kendati para pemimpin dan petinggi tidak berani untuk duduk dalam suatu pertemuan tanpa perintah dan izinnya. Maka apabila ia kedatangan seorang faqih dan shaleh, ia berdiri terlebih dahulu dan mempersilahkan orang tersebut untuk duduk. Dan ia juga memperlihatkan penghormatan dan penghargaan kepadanya. Menurutnya para ulama adalah : Tentara Allah dan dengan doa mereka kepada Allah kita akan dimenangkan melawan musuh. Dan mereka punya hak yang berlipat ganda di bait al maal yang tidak saya berikan, kalau mereka rela dengan apa yang kita lakukan atas sebagian hak mereka, maka itu adalah pemberian bagi kita. Ia senang mendengarkan nasehat para ulama dan mengagungkannya dan berkata : Sesungguhnya Al Balkhi bila berkata kepada ku : Mahmud, maka merindinglah seluruh bulu roma di badanku karena wibawanya dan membuat hatiku menjadi lebih halus. Nuruddin memperhatikan kondisi umat Islam dan menghidupkan makna-makna kebersamaan, kerjasama dan solidaritas antara sesama serta meringankan penderitaan dan kondisi sulit mereka. Ia telah bekerja untuk menyantuni para anak yatim, mengawinkan para janda, memenuhi kebutuhan anak fakir, mendirikan rumah-rumah sakit, tempat pengungsi, panti56

Dinasti Zanki (1127-1250)

asuhan, pasar-pasar, tempat buang air besar (WC) umum, jalanjalan umum dan memberikan orang-orang badui tempat tinggal agar mereka tidak mengganggu para jemaah haji. Pelayanan-pelayanan yang diberikan kepada umat terus meningkat, maka ia sangat dicintai rakyat dan relasinya dengan mereka menjadi kuat dan solidjiwa konstruktif dan cinta kebajikan terus mengalir menembus dinding jiwa para bawahannya sehingga membuat mereka juga ikut berlomba melayani rakyat, membangun sekolah, rumah sakit, tempat pengungsi dan media-media pelayanan lainnya. Nuruddin mengatur kantor pemberian zakat, mengkoordinasikan pengumpulan dan pembagiannya sesuai dengan dasar-dasar syariah. Ia juga menstimulus para businessmen untuk mengamankan infrastruktur perhubungan dan menghapuskan pajak yang terlalu membebani roda pergerakan bisnis. Ia terus mengerjakan apa saja yang memungkinkan untuk memperkuat negara dan mendorong laju pembangunan ekonominya. Nuruddin benar-benar berjuang dengan segala upaya untuk dapat merealisir persatuan Islam dengan segala kesabaran, bijaksana dan ketegaran serta dengan determinasi untuk tidak menyebabkan tumpahnya darah umat. Ia berupaya untuk dapat menarik simpati dan dukungan dari berbagai kekuatan Islam di wilayah utara Iraq dan memancing solidaritas mereka. Dan ia membeberkan hakekat para penguasa dan pemimpin yang57

Dinasti Zanki (1127-1250)

menjadi batu sandungan bagi persatuan Islam di depan mata rakyatnya, mereka membedakan antara jihad yang ia galang dan kehinaan penguasa mereka, antara reformasinya dan kerusakan penguasa, antara loyalitasnya kepada Allah, Rasul dan orang mukmin dan loyalitas kepada penguasa, maslahat, hawa nafsu mereka dan orang-orang Salibis!! Maka rakyat berangan-angan agar ia dapat memerintah mereka. Maka dari itu ia mendapat legitimasi yang luas di saat wilayah mereka bergabung dengannya. Cita-cita, dambaan, dan kesibukannya yang paling utama adalah membebaskan baitul Maqdis dan mensucikannya dari kotoran salib. Hal ini ditunjukan, ketika berada di Aleppo, ia membuat mimbar besar dan memperelok serta mengokohkannya. Ia berkata, "Ini kami buat untuk diletakkan di Baitul Maqdis." Seperti kaum Nabi Nuh yang mentertawakan Nabinya saat membuat perahu, beliau pun ditertawakan orang-orang. Mereka menganggap cita-cita tersebut tidak mungkin dicapai. Padahal dengan membuat mimbar ini, Nuruddin bermaksud untuk membangkitkan ruh dan semangat serta menghilangkan keputusasaan yang menggelayuli banyak hati umat Islam. Ternyata Allah mewujudkan cita-citanya tersebut, maka terbebaslah Baitul Maqdis, dan mimbar dapat diletakkan di sana

58

Dinasti Zanki (1127-1250)

melalui tangan muridnya, Shalahuddin Al-Ayyubi, dan itu terjadi setelah kematian Nuruddin, semoga Allah merahmatinya. Ibnu Atsir berkata, setelah berbicara tentang Baitul Maqdis: "Ketika pada hari Jum'at yang lainnya, 4 Sya'ban, kaum muslimin shalat Jum'at di dalamnya. Bersama mereka ada Shalahuddin, ia shalat di Qubbatush Shakhrah, sementara khatib dan imam adalah Muhyiddin bin Az-Zaki, qadhi Damaskus. Kemudian Shalahuddin menggaji khatib dan imam shalat lima waktu secara resmi dan memerintahkan untuk membuatkan mimbar untuknya. Maka dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya Nuruddin Mahmud telah membuat mimbar di Aleppo, ia telah menyuruh pembuat mimbar tersebut supaya lebih membaguskannya dan mengokohkannya. Beliau berkata saat itu: Ini kami buat untuk dipajang di Baitul Maqdis. Para tukang kayu membuat mimbar tersebut selama beberapa tahun yang belum pernah dibuat dalam Islam sepertinya. Kemudian ia memerintahkan agar membawa mimbar tersebut, lalu mimbar tersebut diusung dari Aleppo dan dipasang di Baitul Maqdis. Rentang waktu antara pembuatan mimbar dan pengusungannya sekitar 20 tahun, dan ini adalah salah satu karamah Nuruddin dan niatnya yang baik.

59

Dinasti Zanki (1127-1250)

As-Salih Ismail al-Malik As-Salih Ismail al-Malik (1163 1181) adalah putra dari Nurudin, dan berusia 11 tahun ketika ayahnya wafat di tahun 1174. Akibatnya Sultan muda ini diperalat oleh pejabat tinggi yang mengelilinginya terutama Gumushtagin. Para umara pun berselisih dan berbagai isu timbul dan terus memanas. Dalam kondisi seperti ini, pada satu sisi muncullah orang-orang berandalan dan minuman keras terus menyebar di masyarakat, serta berbagai bentuk kejahatan terus tumbuh dengan subur. Di sisi lain, begitu mendengar wafatnya Sultan Nurudin, Raja Amalric I dari Yerusalem segera mengepung kota Banias. Meskipun mendapat perlawanan, namun perlawanan ini terlalu lemah untuk membendung pasukan Salib. Kondisi ini membuat umat Islam harus mengeluarkan harta yang tidak sedikit kepada musuh dan bernegosiasi untuk menyepakati genjatan senjata. Wilayah Al Jazirah akhirnya keluar dari pangkuan pemerin-tahan As-Salih Ismail al-Malik. Dan para umara yang berkuasa di belakang Shalih dari bani Ad Daayah diusir dan dipen-jarakan, padahal mereka adalah para umara yang dekat dengan Nuruddin (Syamsuddin bin Ad Daayah dan Majduddin bin Ad Daayah, anak asuh Nurruddin). Sementara itu Shalahuddin mengirimkan utusan kepada As-Salih Ismail al-Malik dengan menawarkan jasa baktinya dan60

Dinasti Zanki (1127-1250)

ketaatannya. Shalahuddin bahkan melanjutkan untuk menyebutkan nama Sultan itu dalam khotbah-khotbah Jumatnya dan mata uangnya. Tetapi segala macam bentuk perhatian ini ternyata tidak mendapat tanggapan dari sang sultan muda itu berserta segenap pejabat di sekelilingnya yang penuh ambisi itu. Suasana yang meliputi kerajaan ini sekali lagi memberi angin kepada tentara Salib, yang selama ini dapat ditahan oleh Nurud-din Mahmud dan panglimanya yang gagah berani, Shirkuh. Atas nasihat Gumushtagin, As-Salih Ismail al-Malik mengundurkan diri ke kota Aleppo, dengan meninggalkan Damaskus dalam keadaan terbuka bagi serangan tentara salib. Tentara salib serta merta mengepung ibu kota dan baru mengendurkan pengepungan setelah mendapat upeti yang besar. Peristiwa itu menimbulkan amarah Shalahuddin al-Ayyubi yang segera ke Damaskus dengan suatu pasukan yang kecil dan menguasai kota tersebut pada bulan November 1174. Setelah berhasil menduduki Damaskus dia tidak terus memasuki istana Nuruddin Mahmud, melainkan bertempat di rumah orang tuanya. Umat Islam sebaliknya sangat kecewa akan tingkah laku As-Salih Ismail al-Malik. dan mengajukan tuntutan kepada Shalahuddin untuk memerintah daerah mereka. Tetapi Shalahuddin tetap memerintah sebagai wali dari As-Salih Ismail al-Malik. Pada tahun 1176 Shalahudin mengalahkan pengikutpengikut Zanki keluar kota, menikahi janda Nurudin, Ismat ad61

Dinasti Zanki (1127-1250)

Din Khatun. Pada tahun 1181, As-Salih Ismail al-Malik wafat, sehingga Kekuasaan Shalahuddin diakui oleh semua kedaulatan di Asia Barat. Menurut legenda Salibis, ibu As Salih adalah saudara perempuan Bertrand of Toulouse, yang ditawan oleh Nurudin selama Perang Salib ke Dua. Legenda ini mirip dengan legenda yang mengisahkan ibu Zanki, kakek As-Salih. Saifudin Ghazi I Saifudin Ghazi I adalah putra tertua Zanki dari Mosul, dan kakak dari Nurudin. Setelah kematian Zanki ditahun 1146, Saifudin menggantikan ayahnya di Mosul dan Jazirah (Irak Utara) sedangkan Nurudin menggantikan di Aleppo. Saifudin mula-mula harus berjuang untuk mengamankan posisinya di Mosul Dua tahun sebelumnya, Sultan Seljuk Ghiyathudin Masud mengangkat putranya, Alp Arslan sebagai atasan Zanki, tetapi yang terakhir ini berhasil menetralisirnya dan membawanya turut serta dalam pengepungan. Pasca wafatnya Zanki, Alp-Arlsan berusaha memperoleh kekuasaan di Mosul. Dua penasehat Zanki, kepala diwan al-Din Muhammad Jemal dan hajab Amir Salah alDin Muhammad al-Yaghisiyani yang berpihak pada Saifudin: mengambil kesempatan atas minimnya pengalaman pangeran seljuk yang masih muda itu, memberi waktu bagi Saif ad-Din62

Dinasti Zanki (1127-1250)

untuk menguasai Mosul. Ketika Alp Arslan tiba di Mosul, ia ditangkap dan dipenjarakan di Bentern. Di tahun 1148 ia bergerak ke selatan untuk membantu mempertahankan Damaskus selama perang salib kedua. Ia wafat di bulan November 1149 dan digantikan saudaranya yang lain, Qutbudin Mawdud. Qutbuddin Mawdud Beliau merupakan putra Zanki, dan merupakan saudara dari Nurudin Mahmud dan Saifudin Ghazi. Ketika Zanki wafat, wilayah kekuasaannya terbagi-bagi pada putra-putranya : Nurudin mendapatkan Aleppo, Saifudin Ghazi mendapatkan Mosul, sedangkan Qutb ad-Din Mawdud menerima emirate Homs. Setelah wafatnya Saifudin Ghazi pada tahun 1149, Qutb ad-Din Mawdud yang pertama kali tiba di Mosul, sehingga dapat menyatakan dirinya sebagai Emir. Nurudin yang berhasrat menambahkan kota ini ke wilayahnya, menduduki Homs dan Sinjar, sebagai persiapan menyerang saudaranya ini. Untunglah, intervensi dari veteran perang serdadu Aleppo, yang menolak untuk mengambil bagian dalam perang saudara ini sehingga akan memperlemah usaha melawan salibis dan emirate Damaskus, menyebabkan Nurudin mengurungkan ekspedisi ini dan berdamai dengan saudaranya

63

Dinasti Zanki (1127-1250)

Pada tahun 1164, ketika Shirkuh memerangi Raja Amalric dari Yerusalem untuk merebut Mesir, Nur ad-Din meluncurkan serangan ke Antiokia untuk mengalihkan pasukan salib dari Mesir. Ia dibantu Emir Artuqiyah yang menguasai Mardin dan Dirbakir dan juga Mawdud. Serangan ini sukses : kota Harim dan Banias dikuasai, dan Amalric terpaksa mundur dari Mesir. Untuk alasan yang sama pula Mawdud membantu saudaranya ini dalam penyerangan ke Tripoli pada tahun 1167. Di awal tahun 1168, Kara Arslan, Emir Artuqiyah yang menguasai Hasankeyf, wafat, dan Qutbudin Mawdud mencoba menaklukan kota itu, tetapi ia dipanggil balik oleh Nuruddin yang berjanji mempertahankan pengganti Arslan. Qutb ad-Din Mawdud kemudian wafat pada tanggal 6 September 1170. Ia mempersiapkan penggantinya adalah putra keduanya : Saifuddin Ghazi II Saifuddin Ghazi II Beliau adalah putra kedua dari Qutbuddin Mawdud. Ia menjadi Emir Mosul pada tahun 1170 setelah wafatnya sang Ayah. Ia dipilih sebagai penggantinya atas arahan dari seorang Kasim yang bernama Abdul Massih, yang ingin mempertahankan pengaruhnya. Akibatnya putra Mauwdud yang lain Imadudin Zanki II melarikan diri ke Aleppo, ke istana Nurudin Mahmud. Nurudin kemudian menyerang dan menak64

Dinasti Zanki (1127-1250)

lukan Sinjar pada September 1170 dan mengepung Mosul yang kemudian menyerah pada tanggal 22 Januari 1171. Setelah mengusir al-Massih, Ia mengangkat Gmshtekin, salah seorang pejabatnya, sebagai gubernur, sedangkan Saifudin hanya menjadi Amir secara formalitas saja. Yang terakhir ini dinikahkan dengan putri Nuruddin. Sedangkan Imadudin Zanki II sendiri menjadi Emir Sinjar dari tahun 1171-1197. Setelah Nurudin wafat (Mei 1174), Gmshtekin pergi ke Damaskus agar dapat mengontrol putranya dan menyatakan dirinya sebagai Atabeg Aleppo. Saifuddin menolak perwalian ini dan memulihkan kembali kemerdekaannya. Para bangsawan Damaskus yang kuatir dengan peningkatan pengaruh Gmshtekin meminta Saif ud-Din ke kota mereka, tetapi ia tidak dapat berbuat banyak karena sibutk merebut kembali. Akhirnya Shalahudin Al Ayubilah yang menyambut seruan ini Ketika Shalahudin menguasai Syam (Syria) dan menyerang Aleppo, Saifudin mengirim saudaranya Izz ad-Din Mas'ud untuk mengepalai pasukan menghadapi Shalahudin. Mereka bertemu dekat Hama disuatu tempat yang disebut Kron Hama, dimana Saifuddin dikalahkan. Kemudian ia menyiapkan serangan lain dalam suatu pertempuran di Tell al-Sultan dekat Aleppo, dimana ia juga dikalahkan; Ia kembali ke Mosul dan mengirim utusan ke Shalahudin menawarkan kerjasama persekutuannya yang kemudian diterima.65

Dinasti Zanki (1127-1250)

Saifudin wafat karena tuberculosis, dan saudaranya Mas'ud I 'Izz ud-Din menggantikannya pada tahun 1180. Izz ad-Din Mas'ud I bin Mawdud Ia adalah saudara dari Saifudin Ghazi II dan kepala pasukannya. Ketika saudaranya wafat pada tahun 1180, ia menjadi gubernur Aleppo.Ketika As-Salih Ismail al-Malik jatuh sakit, ia mengisyaratkan keinginannya bahwa Izz ad-Din Mas'ud akan menggantikannya; ketika ia wafat pada tahun 1181, Izzuddin segera ke Aleppo, kuatir Shalahudin akan berusaha menaklukannya, dan ketika ia tiba di Aleppo, Ia masuk ke dalam istananya, mengambil semua uang dan emas, dan menikahi ibu As-Salih Ismail al-Malik. Ia menyadari bahwa ia tidak akan dapat mempertahankan Aleppo dan Mosul berada dalam pemerintahannya. Ketika sasaran Shalahudin adalah Aleppo, maka ia mencapai persetujuan dengan saudaranya Imadudin Zanki II yang menjadi gunbernur Sinjar untuk menukar Sinjar dengan Aleppo. Sehingga pada tahun 1182, Izz ad-Din menjadi gubernur Sinjar, dan ditahun 1193 ia kembali ke Mosul dimana ia jatuh sakit dan wafat. Ia digantikan putranya Nur ad-Din Arslan Shah I. Disarikan dari \En\Wikipedia dan lainnya.

66

Dinasti Zanki (1127-1250)

Peta Negara-negara di tahun 117367