Get 1Z0-1053-20 Pdf Questions If You Aspire to Get Brilliant Success In Oracle Exam
EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADA …repository.fisip-untirta.ac.id/1053/1/DIMAS RIAN PAMBUDI...2.3...
-
Upload
truongthuan -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADA …repository.fisip-untirta.ac.id/1053/1/DIMAS RIAN PAMBUDI...2.3...
EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADA
KEBIJAKAN PELAYANAN ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN DI SUKU DINAS
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
JAKARTA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Disusun oleh:
DIMAS RIAN PAMBUDI
NIM: 6661111343
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
Evaluasi Program Quick Wins Pada Pelayanan Administrasi Kependudukandi Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
Dimas Rian Pambudi
(Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik Tahun 2011)
ABSTRAK
Dimas Rian Pambudi. NIM : 6661111343. SKRIPSI. Evaluasi ProgramQuick Wins Pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku DinasKependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Program Studi IlmuAdministrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. UniversitasSultan Ageng Tirtayasa.
Quick wins adalah suatu inisiatif yang mudah dan cepat dicapai yang mengawalisuatu program besar dan sulit dalam waktu kurang dari 12 bulan. Keluaran daripelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme kerja atauproduk utama kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang sesuai denganperan, tupoksi, dan karakteristik masing – masing. Suku dinas kependudukan danpencatatan sipil Jakarta utara merupakan unit pelaksana yang ditunjuk untukmelaksanakan tugas publik di bidang administrasi kependudukan, salah satunya dipelayanan pembuatan akta kelahiran. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasiprogram quick wins pada pelayanan administrasi kependudukan di suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara. Pendekatan penelitian yangdigunakan adalah kualitatif, yang bertujuan untuk memahami makna yang beradadi balik fakta – fakta. Pemahaman yang mendalam terhadap suatu peristiwa ataufenomena sosial merupakan hal yang terpenting. Dari hasil penelitian diketahuibahwa implementasi program quick wins pada pelayanan administrasikependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran masih belum optimal.Penyebab utamanya adalah masih minimnya sumber daya manusia yang ada,sarana dan prasarana yang masih banyak memiliki kekurangan, dan sosialisasiyang masih belum berhasil. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan agar sukudinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara memperbaiki setiapkekurangan yang ada agar pelayanan semakin optimal.
Kata kunci : administrasi kependudukan, akta kelahiran, evaluasi, quick wins
ABSTRACT
Dimas Rian Pambudi. Student’s Registration Number: 6661111343. THESIS.Evaluation of Quick Wins Program on Population Administration Service atNorth Jakarta Population and Civil Registration Agency. Department of PublicAdministration, Faculty of Social and Political Science Sultan Ageng TirtayasaUniversity.
Quick wins is an easy and fast-paced initiative that started a big and difficultprogram in less than 12 months. The output of the implementation of quick wins isthe improvement of the ministry / institution and local government systems orworking mechanisms or products that are consistent with their roles, tupoksi, andcharacteristics. The North Jakarta Population and Civil Registration Office is theimplementation unit which is appointed to carry out public duties in the field ofpopulation administration, one of them in the service of birth certificate making.This research was conducted to evaluate quick wins program on populationadministration service in pupulation and civil registration of north Jakarta. Theresearch approach used is qualitative, which aims to understand the meaningbehind the facts. A deep understanding of an event or a social phenomenon is themost important thing. socialization is still not successful. Therefore, theresearcher recommends that the North Jakarta Population and Civil Registrationimprove any deficiencies in order to optimize the service.
Keywords: birth certificate, evaluation, population administration, quick wins
“Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan
hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal
kecil dengan cinta yang besar” (bunda Teresa)
Skripsi ini aku persembahkan
untuk Mama, Papa, Mba Riri, Mba Andin, dan Agung.
Terimakasih atas doa dan kasih sayang yang diberikan.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
rahmat, berkat, karunia, petunjuk, dan pertolongan-Nyalah peneliti dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Quick Wins
pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara”. Adapun penyusunan
skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat melakukan penelitian dalam meraih
gelar sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa dalam proses pengerjaan proposal skripsi ini tidak
lepas dari dukungan kedua orang tua, keluarga serta sahabat yang membimbing
penulis agar dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan baik. Kiranya
penelitian ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca. Skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran
yang membangun dari para pembaca. Penulis juga ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberi pengajaran, dorongan serta
bantuan sebagai motivasi bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus selaku dosen
pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan serta dukungan
selama masa perkuliahan.
ii
2. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Ibu Arenawati, M.Si selalu Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Dr. Ayuning Budiati, MPPM., selaku Pembimbing I Skripsi.
Terimakasih atas ilmu yang diberikan serta membimbing peneliti dalam
proses penyusunan skripsi.
8. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., selaku pembimbing II
skripsi. Terimakasih atas arahan serta pembelajaran bagi peneliti melalui
bimbingan dengan saran dan kritik yang diberikan selama proses
penyusunan skripsi.
9. Kepada seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
10. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa
atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.
iii
11. Bapak Supryantoro, S.Sos., M.Si., dan Bapak Kartawi, S.Ip., yang telah
memberikan informasi serta data terkait mengenai pelayanan administrasi
kependudukan khususnya pelayanan akta kelahiran di Jakarta Utara.
12. Pihak Lingkungan dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara, dan narasumber yang telah mendukung, memberikan
informasi, serta memberikan izin sehingga dapat melakukan penelitian
dilingkungan Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
13. Kedua orang tuaku tersayang Papa dan Mama terimakasih atas segala doa
dan restunya serta dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti
dalam melakukan penelitian, dan untuk kedua kakakku Mas Lian dan Mas
Frans terimakasih untuk kasih sayang dan dukungannya.
14. Teman-teman Ilmu Administrasi Publik angkatan 2011 yang memberi
kesan, kenangan dan solidaritas selama masa kuliah terkhusus Apis, Eko,
Vergie, Vero, Revi, dan lainnya yang saling mendoakan dan tiada lelah
memberi semangat serta masukan.
15. Keluarga Mahasiswa Katolik Serang Cilegon yang telah mengisi
kehidupan perkuliahanku lebih berwarna dan dekat dengan sang pencipta,
terkhusus untuk Kak Santa Riri Monica Hutapea, Andreas Agus Widodo,
Veronica Puspaningtyas, dan KMK SC angkatan 2011..
16. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini
karena keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala
iv
kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang
Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua, amin.
Serang, Juli 2018
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Identifikasi Dan Batasan Masalah .........................................................9
1.3 Rumusan Masalah ...............................................................................10
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian ..............................................................................10
1.6 Sistematika Penulisan .........................................................................11
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ..................................................................................14
2.1.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan ...............................................15
2.1.2 Definisi Kebijakan Publik........................................................24
2.1.3 Proses Kebijakan Publik .........................................................25
2.1.4 Pengertian Quick Wins ...........................................................26
2.1.5 Pelayanan Publik .....................................................................28
vi
2.1.6 Administrasi Kependudukan ...................................................35
2.1.7 Akta Kelahiran ........................................................................37
2.2 Penelitian Terdahulu .........................................................................40
2.3 Kerangka Berfikir .............................................................................41
2.4 Asumsi Dasar ....................................................................................44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...................................................46
3.2 Fokus Penelitian ................................................................................48
3.3 Lokasi Penelitian................................................................................49
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................50
3.4.1 Definisi Konsep ......................................................................50
3.4.2 Definisi Operasional ...............................................................50
3.5 Instrumen Penelitian .........................................................................52
3.6 Informan Penelitian ...........................................................................54
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..............................................55
3.8 Uji Keabsahan Data ..........................................................................63
3.9 Jadwal Penelitian ..............................................................................65
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian .............................................66
4.1.1 Gambaran Umum Jakarta Utara ................................................66
4.1.2 Gambaran Umum Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara ..................................................69
4.2 Deskripsi Data ...................................................................................72
vii
4.2.1 Daftar Informan Penelitian .....................................................74
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................60
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................61
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .....................................................................................102
5.2 Saran ...............................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................x
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Daftar Informan Wawancara..................................................................67
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara.............................................................................67
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian....................................................................................67
Tabel 4.1 Kecamatan di Jakarta Utara ...................................................................67
Tabel 4.2 Daftar Informan Penelitian.....................................................................67
Tabel 4.3 Data Kepegawaian Seksi Pendaftaran Penduduk Menurut Pendidikan.78
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta ..................................6
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ..............................................................................44
Gambar 3.1 Analisis Data menurut Miles dan Huberman ....................................64
Gambar 4.1 SOP Pelayanan Akta Kelahiran .........................................................64
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Akta Kelahiran ..................................................64
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belakangan ini dalam segala aspek yang berhubungan dengan
pemerintahan, reformasi birokrasi menjadi isu yang sangat kuat untuk
direalisasikan. Terlebih lagi, birokrasi pemerintahan Indonesia telah
memeberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kondisi
keterpurukan bangsa Indonesia dalam krisis multidimensi yang
berkepanjangan. Birokrasi yang telah dibangun oleh pemerintah sebelum
era reformasi telah membangun budaya birokrasi yang kental dengan
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Akan tetapi, pemerintahan pasca reformasi pun tidak menjamin
keberlangsungan reformasi birokrasi terealisasi dengan baik, kurangnya
komitmen pemerintah pasca reformasi terhadap reformasi birokrasi ini
cenderung berbanding lurus dengan kurangnya komitmen pemerintah
terhadap pemberantasan KKN yang telah menjadi permasalahan dalam
birokrasi pemerintahan Indonesia selama ini. Sebagian masyarakat telah
memberikan pandangan negatif terhadap komitmen pemerintah pasca
reformasi terhadap reformasi birokrasi.
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan
yang sangat luas dan juga merupakan salah satu unsur yang mendorong
2
perubahan kualitas pemerintahan daerah maupun pusat. Dalam kehidupan
bernegara, maka pemerintah memliki fungsi memberikan berbagai
pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan
dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan – pelayanan lain dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan,
kesehatan, utilitas, dan lainnya. Undang – Undang Dasar 1945
mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap
warga negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu sistem
pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan
pelayanan publik. Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 pun secara
tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikannya Negara Republik
Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Selain itu juga diperjelas kembali dalam Undang –
Undang nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, sebagai
kebijakan dan acuan bagi seluruh instansi pelayanan publik dalam
menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas.
Pemerintah sebagai service provider (penyedia jasa) bagi
masyarakat dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
Apalagi pada era otonomi daerah kualitas dari pelayanan aparatur
pemerintahan akan semakin ditantang untuk lebih optimal, kompeten dan
mampu menjawab tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat, baik dari
segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Pelayanan publik yang
berkualitas merupakan pelayanan yang mampu memberikan kepuasan
3
kepada masyarakat. Hal tersebut dapat diketahui dari 5 dimensi kualitas
pelayanan publik yang menjadi tolak ukur dalam memberikan kepuasan
kepada masyarakat yaitu reliability, responsiveness, assurance, empaty,
dan tangibles.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25
Tahun 2009 menyebutkan definisi pelayanan publik adalah segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan maupun pelaksana
ketentuan peraturan perundang – undangan. Penyelenggara pelayanan
publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara langsung
memberikan pelayanan kepada penerima layanan publik. Sedangkan
penerima layanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah
atau badan hukum. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 58 Tahun 2005 mengelompokan tiga jenis pelayana dari instansi
pemerintah serta BUMN/BUMD. Pengelompokan jenis pelayanan tersebut
didasarkan pada ciri – ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang
dihasilkan yaitu, pelayanan administrasi, pelayanan barang, dan pelayanan
jasa.
Pelayanan publik cenderung menjadi konsep yang sering
digunakan oleh banyak pihak, baik dari kalangan praktisi, maupun
ilmuwan, dengan makna yang berbeda – beda. Dalam kehidupan politik,
perbaikan pelayanan publik juga sangat berimplikasi luas khususnya
dalam memperbaiki tingkat kepercayaan kepada pemerintah. Berbagai
4
pelayanan administratif , seperti pelayanan KTP (Kartu Tanda Penduduk),
akte kelahiran, sertifikasi tanah dan perizinan, merupakan sebagian dari
pelayanan yang diselenggarakan untuk menjamin hak dan kebutuhan dasar
warga negara. Pelayanan KTP dan akte kelahiran sangatlah vital dalam
kehidupan warga negara karena keduanya menjamin keberadaan, identitas
warga, dan hak – hak sipil lainnya. Pelayanan seperti itu tentu sangat
penting dan menjadi bagian dari pelayanan publik yang harus
diselenggarakan oleh negara.
Ada beberapa jenis pelayanan publik yang diberikan aparatur
kepada masyarakat, mulai dari urusan akta kelahiran sampai dengan
urusan surat kematian atau yang dikenal dengan istilah catatan sipil.
Catatan sipil juga merupakan suatu catatan yang menyangkut kedudukan
hukum seseorang. Bahwa untuk dijadikan dasar kepastian hukum
seseorang maka data atau catatan penting peristiwa seseorang seperti
perkawinan, perceraian, kelahiran, kematian, pengakuan anak dan
pengesahan anak, maupun perpindahan perlu didadftarkan ke Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Oleh karena Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil adalah suatu lembaga resmi pemerintah yang
menangani hal – hal yang menyangkut peristiwa kependudukan yang
sengaja diadakan oleh pemerintah, dan bertugas untuk mencatat,
mendaftarkan, serta membukukan selengkap mungkin setiap peristiwa
penting bagi status keperdataan seseorang.
5
Dari berbagai pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
tersebut salah satunya adalah pelayanan terhadap kelahiran yaitu
pembuatan akta kelahiran yang mana akta kelahiran itu sendiri menjadi
penting bagi masyarakat karena merupakan bukti kuat dan sah secara
hukum atas kelahiran seseorang, dan juga berguna untuk keperluan
pemiliknya nanti, misalnya sebagai syarat pendaftaran untuk mendaftarkan
diri ke sekolah, dan sebagai bukti yang sah atas legalitas keberadaan sang
pemilik akta kelahiran tersebut. Pentingnya akta kelahiran tersebut tidak
langsung tidak langsung membuat masyarakat merasa harus membuat akta
kelahiran sehingga dibutuhkan juga motivasi dan dorongan yang diberikan
kepada masyarakat tersebut agar mengetahui pentingnya akta kelahiran
dan segera membuat akta tersebut.
Masalah semakin pelik ketika banyak masyarakat yang
menganggap bahwa pelayanan administrasi kependudukan khususnya
dalam pelayanan akta kelahiran dinilai terlalu berbelit – belit, tidak tepat
waktu dan prosedur yang sulit dipahami oleh sebagian masyarakat.
Namun sekarang pemerintah telah mengeluarkan sebuah kebijakan
yang dinamakan quick wins. Quick wins adalah sesuatu inisiatif yang
mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan sulit
dalam waktu yang kurang dari 12 bulan. Quick wins bermanfaat untuk
mendapatkan momentum awal yang positif untuk selanjutnya melakukan
sesuatu yang berat. Sesuatu yang berat itu merupakan inti dari suatu
program besar tersebut. Quick wins untuk setiap kementerian/lembaga dan
6
pemerintah daerah serta untuk tema tertentu dapat berupa organization
quick wins, regulation quick wins, atau human resource quick wins.
Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan
didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untuk
selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan
berkelanjutan. Keluaran dari pelaksanaan quick wins adalah perbaikan
sistem dan mekanisme kerja atau produk utama Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah yang sesuai dengan peran, tupoksi dan
karakteristik masing-masing.
Gambar 1.1
Jumlah Penduduk Jakarta 2014 - 2016
Sumber : BPS Provinsi Jakarta
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
2010 2014 2015 2016
Utara
Barat
Timur
Selatan
Pusat
Kep Seribu
7
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi pertumbuhan
terhadap jumlah penduduk di Jakarta Utara. Hal ini menunjukan bahwa
banyaknya terjadi peristiwa kependudukan baik itu terkait dengan
kelahiran, kematian maupun perpindahan penduduk yang mempengaruhi
jumlah penduduk tiap tahun.
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
merupakan institusi daerah yang mengatur dan memeberikan pelayanan
kepada masyarakat terkait dengan administrasi kependudukan di Jakarta
Utara. Salah satu pelayanan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil adalah pelayanan pembuatan akta kelahiran, setiap peristiwa
kelahiran yang terjadi di masyarakat Jakarta Utara wajib dilaporkan di
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil guna mendapatkan akta
kelahiran.
Penerapan kebijakan quick wins di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil diawali karena banyaknya bentuk pelayanan yang
diberikan tidak memenuhi harapan masyarakat terutama dalam bentuk
pelayanan perpindahan penduduk dan pembuatan akta kelahiran. Hal ini
disebabkan pembuatannya yang dinilai terlalu berbelit dan memakan
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu dengan adanya kebijakan quick
wins ini diharapkan pelayanan publik di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil ini dapat meningkat, misalnya dalam pembuatan akta
kelahiran yang sebelumnya diharuskan membuatnya di kantor suku dinas
dengan membawa surat keterangan dari RT, RW, kelurahan, hingga
8
kecamatan, juga surat keterangan kelahiran dan kartu keluarga, sekarang
dapat dibuat langsung di kecamatan hanya dengan membawa surat
keterangan kelahiran yang bersangkutan. Bahkan saat ini suku dinas sudah
menerapkan sistem jemput bola yaitu dengan cara pembuatan akta
kelahiran di tempat seperti di rumah sakit dan puskesmas. Dengan ini
pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya bisa mencapai 1 bulan lebih
sekarang bisa diselesaikan dalam waktu 5 hari.
Namun pada kenyataannya, proses pelaksanaan program quick
wins tidak berjalan seperti yang diharapkan sebelumnya. Hal ini
dikarenakan banyaknya pelayanan pencatatan sipil yang diberikan kepada
masyarakat belum maksimal. Contohnya dalam pembuatan akta kelahiran
yang tadinya diharapkan bisa selesai dalam waktu 5 hari namun pada
kenyataannya bisa sampai 2 minggu pengerjaannya. Hal ini terkadang
mengecewakan masyarakat yang memberikan ekspetasi yang lebih kepada
program quick wins ini. Dari sisi masyarakat pun masih banyak yang
belum mengetahui manfaat dan dampak dari program ini terhadap proses
pelayanan administrasi kependudukan.
Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti terdapat cukup banyak
hambatan yang menganggu proses pengimplementasian program quick
wins ini. Salah satunya yang paling menonjol adalah sumberdaya manusia,
jumlah dan kualitas pegawai yang memberikan pelayanan terhitung sangat
kurang. Hal ini dilihat dari banyaknya arsip kependudukan masyarakat
yang menumpuk dan belum dikerjakan karena kurangnya jumlah pegawai.
9
Hal senada juga disampaikan oleh pegawai bagian pelayanan bernama
Amirudin, “iya mas, disini arsip penduduk ditumpuk dulu baru dikerjain
soalnya banyak juga arsip yang terus masuk dari masyarakat. Harusnya
sih kalau akte kelahiran bisa selesai dalam waktu seminggu cuman karena
banyaknya arsip yang masuk jadinya ditumpuk dulu baru dikerjakan.”
Dilihat dari pelaksanaannya terdapat berbagai faktor yang dapat
menghambat pelaksanaan program quick wins dan dengan adanya
pemaparan dalam latar belakang ini maka peneliti mengambil judul
penelitian “EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADA KEBIJAKAN
PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI SUKU DINAS
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL JAKARTA UTARA”.
1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, penulis
mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh suku dinas kependudukan
dan pencatatan sipil terkait program quick wins terhadap pelayanan
administrasi kependudukan
2. Lambatnya pengerjaan akta kelahiran yang tidak sesuai dengan target
pengerjaan yang sudah ditetapkan
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran
10
Selanjutnya, untuk memudahkan peneliti dalam proses kajian penelitian,
maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah penelitian yaitu : Evaluasi
Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan
Khususnya pada Pelayanan Akta Kelahiran di Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara.
1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah menjadi
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
“ Bagaimana Keberhasilan Program Quick Wins pada Kebijakan
Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara? “
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi dari Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan
Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Jakarta Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan teori yang ada
khususnya teori mengenai implementasi dan dapat menjadi bahan bacaan
yang bermanfaat dan memberikan wawasan pengetahuan yang luas
11
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan tambahan
khususnya untuk mata kuliah evaluasi kebijakan publik.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti
dalam hal mempelajari tentang evaluasi kebijakan pada khususnya
serta ilmu pengetahuan lain selama mengikuti program studi ilmu
administrasi publik.
2. Bagi Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan evaluasi
dalam menilai proses implementasi program quick wins.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan
penelitian ini yang bertujuan untuk mempermudah dalam memahami
keseluruhan isi dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika
penulisan penelitian mengenai Evaluasi Program Quick Wins pada
Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara, tersusun atas
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah yang menggambarkan ruang lingkup serta kedudukan masalah
12
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif. Kemudian bab ini
membahas identifikasi masalah untuk melihat aspek permasalahan yang
muncul dan berkaitan dengan judul penelitian. Pembatasan dan perumusan
masalah ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan
demi mencapai hasil penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil
penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Tujuan penelitian
mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan
dilaksanakannya penelitian ini terhadap masalah yang telah dirumuskan.
Manfaat penelitian yaitu menjelaskan manfaat teoritis dan praktis yang
berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta sistematika
penulisan yang digunakan untuk mempermudah pembaca mengetahui isi
dari penelitian secara keseluruhan.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Dalam bab II mengkaji berbagai teori yang relevan dengan
permasalahan – permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.
Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara
penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya. Selanjutnya,
kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori
yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan
kesimpulan penelitian sementara.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab III ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang
digunakan. Ruang lingkup penelitian dan lokasi penelitian. Definisi
13
variable penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian.
Instrumen penelitian yang menjelaskan proses penyusunan dan jenis alat
yang digunakan dalam pengumpulan data. Informan penelitian yang
menjelaskan orang – orang yang terkait dengan penelitian ini. Teknik
pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan
keabsahan datanya. Serta jadwal penelitian yang memaparkan waktu
penelitian ini dilakukan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab IV ini akan dijabarkan deskripsi obyek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian secara jelas. Mendeskripsikan data yaitu
menjelaskan data yang telah diolah dari data yang masih mentah dengan
menggunakan teknik analisis data yang masih relevan. Selanjutnya data
yang telah dianalisis, peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik
triangulasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Setelah
itu melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan yang dibuat
secara jelas, singkat, dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya,
peneliti memeberikan saran yang memiliki isi berupa tindak lanjut dari
sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis
maupun secara praktis. Saran praktis biasanya lebih operasional sedangkan
pada aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
14
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1. Deskripsi Teori
Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat
digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik (William
Wiersma dalam Sugiyono, 2009:52). Selanjutnya, Sitirahayu Haditono (1999),
menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih
banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan fenomena.Suatu teori
dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya
dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa dan
menginterpretasikan secara kritis (Habermas, 1968). Secara umum deskripsi teori
ini menjelaskan berbagai teori yang sesuai dan relevan dengan permasalahan dan
fokus penelitian yang akan diteliti, lalu disusun secara sistematis dan rapi agar
lebih mudah dimengerti. Dengan mempelajari berbagai teori yang sesuai dengan
permasalahan penelitian maka akan terbentuk konsep penelitian yang jelas
sehingga dapat mengarahkan peneliti agar melakukan penelitian yang tepat dan
bagus. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori, pembahasannya perlu dikaitkan
dengan hasil – hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan peneliti yang
akan dilakukan. Selain itu pada bagian ini akan disertakan asumsi dasar peneliti,
15
dimana asumsi dasar itu merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
yang akan diteliti dan akan diuji kebenarannya
2.1.1. Pengertian Evaluasi Kebijakan
Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. Kebijakan harus
diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi
kebijakan”. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan
kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya, sejauh
mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara
harapan dengan kenyataan di lapangan. (Nugroho 2003:183).
Menurut William N Dunn dalam Public Policy Analysis : An Introduction
menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu dari proses ataupun siklus
kebijakan publik setelah perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakan,
dan monitoring atau pengawasan terhadap implementasi kebijakan. Pada
dasarnya, evaluasi kebijakan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dari kebijakan
yang dibuat dan dilaksanakan tersebut telah tercapai atau tidak. Dalam arti yang
spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau
manfaat hasil kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan, tidak lain adalah
mengukur kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan, dan mengukur seberapa
jauh telah terjadi penyimpangan dan ketidakpastian.
Dye (1978:351) , mendefinisikan evaluasi kebijakan sebagai pembelajaran
tentang konsekuensi dari kebijakan publik. Evaluasi kebijakan adalah
pemeriksaan objektif, sistematis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan
16
program publik terhadap efek dari targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Lester dan Stewart dalam Dye, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke
dalam dua tugas yang berbeda.
1) Untuk menentukan konsekuensi – konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh
suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Hal ini merujuk
pada usaha untuk melihat apakah program kebijakan publik mencapai
tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak. Bila tidak, faktor
apakah yang menyebabkannya.
2) Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan
berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal
ini berkaitan dengan penilaian apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak
dalam meraih dampak yang diinginkan.
Dalam proses evaluasi kebijakan, kita harus memperhatikan beberapa
langkah yang menjadi arahan dari evaluasi tersebut, Suchman mengemukakan
enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yakni :
1. Mengidentifikasikan tujuan program yang akan dievaluasi
2. Analisis terhadap masalah
3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan
4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain
6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak
17
Secara konseptual ada pandangan yang menyatakan bahwa evaluasi dapat
dilakukan pada seluruh periode kegiatan, artinya dapat dilakukan pada saat
kegiatan belum dilaksanakan, evaluasi pada saat kegiatan berjalan, dan setelah
kegiatan dilaksanakan (Riyadi, 2003:268).
Oleh karena itu berdasarkan pandangan tersebut, evaluasi dapat dibedakan
menjadi :
1. Pra Evaluasi
Yakni evaluasi yang dilakukan pada saat program belum
berjalan/beroperasi pada tahap perencanaan. Evaluasi pada periode
ini biasanya difokuskan pada masalah – masalah persiapan dari
suatu kegiatan. Dapat pula evaluasi itu didasarkan pada hasil –
hasil pelaksanaan kegiatan sebelumnya yang secara substansial
memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Evaluasi pada saat program sedang berjalan
Evaluasi pada periode ini biasanya difokuskan pada penilaian dari
setiap tahap kegiatan yang sudah dilaksanakan, walaupun belum
bisa dilakukan penilaian terhadap keseluruhan proses program.
Dalam prakteknya, evaluasi seperti ini berbentuk seperti laporan
triwulan, semester, atau tahunan (untuk kegiatan jangka
menengah). Pada saat program atau kegiatan tengah berjalan
analisis evaluasi bersumber pada hasil pemantauan yang
dilaksanakan pada tahapan – tahapan kegiatan secara berkelanjutan
18
dan akan memberikan umpan balik untuk perencana dan pelaksana
pembangunan.
3. Evaluasi setelah program selesai atau program berakhir
Evaluasi ini biasa disebut ex post evaluation. Pada evaluasi ini
dilakukan penilaian terhadap seluruh tahapan program yang
dikaitkan dengan tingkat keberhasilannya, sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan dalam rumusan sasaran atau tujuan program.
Gambaran utama evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan
tuntutan – tuntutan yang bersifat evaluatif. Disini pertanyaan
utamanya bukan mengenai fakta (apa yang terjadi?), proses
(bagaiman terjadinya?), atau penyebab (mengapa terjadi?) tetapi
nilai (berapa nilainya?). karena itu evaluasi mempunyai sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari metode – metode analisis
kebijakan lainnya.
Berbeda dengan Dunn, Hogwood dalam Abidin (2004) melihat evaluasi
dalam hubungan dengan masyarakat yang diharapkan terjadi sebagai dampak atau
outcomes dari suatu kebijakan. Dampak dari kebijakan tidak selalu sama seperti
yang direncanakan pada awalnya, ini berhubungan dengan ketidakpastian
lingkungan dan kemampuan administrasi dalam melaksanakan suatu kebijakan.
Sementara itu juga perlu disadari bahwa kebijakan pemerintah bukanlah satu –
satunya kekuatan, melainkan hanya salah satu dari sekian banyak kekuatan yang
mempengaruhi perubahan dalam masyarakat.
19
Oleh karena itu, suatu kebijakan tidak boleh merasa cukup sekedar
berakhir hanya pada selesainya pelaksanaan saja, sebelum ada evaluasi akhir atas
dampak yang dihasilkan. Hal ini dapat dipahami mengingat ada perbedaan antara
hasil langsung berupa target yang dihasilkan suatu kebijakan (policy outputs)
dengan dampak yang diharapkan terjadi dalam masyarakat (policy impact).
Karena itu, sekalipun evaluasi mencakup keseluruhan proses kebijakan, fokusnya
adalah penilaian atas dampak atau kinerja (outcomes) suatu kebijakan. Berarti, inti
dari evaluasi kebijakan menurut Hogwood adalah dampak dari kebijakan itu
sendiri, jika kebijakan tersebut berdampak positif, berarti kebijakan bisa dianggap
berhasil begitupun sebaliknya.
Sejalan dengan pendapat Hogwood, Dye mengelompokan dampak atas
lima komponen tersebut :
1) Dampak atas kelompok sasaran atau lingkungan
2) Dampak atas kelompok lain (spillover effects)
3) Dampak atas masa depan
4) Dampak atas biaya langsung
5) Dampak atas biaya tidak langsung
Di dalam analisis kebijakan, evaluasi memiliki beberapa arti penting.
Menurut Dunn (1998) fungsi utama dari evaluasi dalam analisis kebijakan adalah
:
Pertama, memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kinerja kebijakan. Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mengungkapkan
20
seberapa jauh tujuan – tujuan dan sasaran – sasaran telah dicapai yang berkaitan
seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui
tindakan publik.
Kedua, member sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai –
nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan sasaran. Nilai – nilai yang digunakan
sebagai dasar pemilihan tujuan dan sasaran tersebut dapat diperjelas dengan
mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target serta kritik dengan
menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan sasaran dalam hubungan
dengan masalah yang dituju.
Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode – metode
analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan
pada perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada
definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukan
bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan
diganti dengan yang lain.
Untuk menyatakan sebuah kebijakan publik berhasil atau tidak berhasil,
mungkin saja banyak ahli memiliki perbedaan pendapat. Hal ini karena untuk
menyatakan sebuah kebijakan tersebut berhasil atau tidak dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Oleh karena itu dalam menghasilkan informasi mengenai
kinerja kebijakan, maka digunakan berbagai kriteria yang berbeda untuk
21
mengevaluasi hasil kebijakan. Menurut Dunn (1998) terdapat enam kriteria yang
dapat digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau tidak berhasil, yaitu :
1) Effectiveness atau keefektifan
Yaitu berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil
yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.
Efektifitas selalu diukur dari kualitas hasil sebuah kebijakan.
2) Efficiency atau efisiensi
Yaitu berkenaan dengan jumlah usaha yang dilakukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi merupakan
hubungan antara efektivitas dan usaha, dan pada akhirnya diukur
berdasarkan biaya yang dikeluarkan per unit kebijakan. Kebijakan
yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil
dinamakan efisien.
3) Adequacy atau kecukupan
Yaitu yang berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat
efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang
menumbuhkan adanya masalah atau dengan kata lain apakah
tingkat pencapaian hasil tepat menyelesaikan masalah yang
dimaksud.
4) Equity atau kesamaan
Yaitu erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan
menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok –
kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang
22
dirancang untuk mendistribusikan pendapatan, kesejahteraan,
kesempatan pendidikan, atau pelayanan publik kadang – kadang
direkomendasikan atas kriteria ini.
5) Responsiveness atau tanggapan
Yaitu berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai masyarakat.
Pentingnya kriteria ini adalah karena analis yang dapat memuaskan
kriteria yang lainnya masih gagal jika belum menanggapi
kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari
adanya suatu kebijakan.
6) Appropriatness atau ketepatgunaan
Yaitu yang berhubungan dengan rasionalitas substantif, karena
pertanyaan tentang hal ini tidak berkenaan dengan satuan kriteria
individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersamaan. Kriteria ini
merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada
kuatnya asumsi yang melandasi tujuan – tujuan tersebut atau
dengan kata lain adalah apakah hasil yang diinginkan benar – benar
layak atau berharga.
Berbeda dengan Dunn, Nurcholis dalam bukunya Teori dan Praktik
Pemerintahan dan Otonomi Daerah (2007) menyatakan bahwa evaluasi
merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap input, proses, output, dan
outcome dari kebijakan pemerintah daerah. Teori inilah yang menjadi indikator
23
dalam penelitian ini, yang selanjutnya dikembangkan menjadi sub variabel dan
indikatornya seperti yang dijelaskan dibawah ini :
1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan. Untuk
itu dikembangkan instrumen yang meliputi aspek – aspek :
1) Sumber daya manusia
2) Sarana dan prasarana
3) Sosialisasi
2. Proses, yaitu bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam bentuk
pelayanan langsung kepada masyarakat. Proses disini termasuk
didalamnya adalah prosedur, mekanisme, dan sanksi yang berlaku. Untuk
itu dikembangkan instrumen dengan aspek – aspek :
1) Kejelasan
2) Kemudahan
3) Transparansi
4) Kepastian
3. Output, yaitu perwujudan nyata atau hasil dari pelaksanaan kebijakan
publik dan seringkali berupa benda. Output kebijakan dapat diartikan
sebagai apa yang telah dikerjakan oleh pemerintah atau hasil kebijakan
yang biasanya dititikberatkan pada masalah – masalah. Apakah suatu
pelaksanaan kebijakan menghasilkan produk/layanan yang sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan? Untuk itu dikembangkan instrumen dengan aspek
aspek sebagai berikut:
1) Hasil pelayanan
24
2) Mutu pelayanan
4. Outcome, yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyata
terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan atau
konsekuensi yang timbul dari suatu kebijakan. Untuk itu, dikembangkan
instrumen dengan aspek – aspek sebagai berikut:
1) Ada atau tidak perubahan pada target/sasaran
2) Dampak terhadap lingkungan
2.1.2. Definisi Kebijakan Publik
Kebijakan publik menurut Thomas R. Dye dalam Subarsono (2009; 2)
adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public
policy is whatever governments choose to do or not to do).
Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu
yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah
ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik.Definisi kebijakan publik
dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik
tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan
publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan
pemerintah.
James Anderson dalam Subarsono (2009; 2) mendefinisikan kebijakan
kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah.Sedangkan
dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik,
25
ketika itu pula pemerintah mengalokasi nilai-nilai kepada masyarakat, karena
setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya (Subarsono, 2009; 3).
Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor
mbangunan, seperti kebijakan publik di bidang pendidikan, pertanian, kesehatan,
transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Disamping itu, dilihat dari hirarkinya,
kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Propinsi, Peraturan
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Keputusan Bupati/Walikota.
2.1.3. Proses Kebijakan Publik
Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual
yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis
tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda,
formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian
kebijakan.Sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecasting, rekomendasi
kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat
intelektual.
Anderson dalam Subarsono (2009; 12) menetapkan proses kebijakan
publik sebagai berikut:
a. Formulasi masalah (Problem Formulation):
26
Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah
kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda
pemerintah?
b. Formulasi kebijakan (Policy Formulation):
Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif
untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpartisipasi
dalam formulasi kebijakan?
c. Penentuan kebijakan (Policy Adoption):
Bagaimana alternatif ditetapkan? Persyaratan atau kriteria seperti apa
yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan?
Bagaiman proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi
dari kebijakan yang telah ditetapkan?
d. Implementasi (Implementation):
Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka
kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?
e. Evaluasi (Evaluation):
Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur?Siapa
yang mengevaluasi kebijakan?Apa konsekuensi dari adanya evaluasi
kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau
pembatalan?
27
2.1.4. Pengertian Quick Wins
Quick wins adalah sebuah reformasi birokrasi yang menuntut perbaikan
sistem dan mekanisme kerja atau produk utama sebuah kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah sesuai dengan peran, tupoksi, dan karakteristik masing –
masing. Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No.13 tahun 2011, quick wins merupakan suatu inisiatif yang
mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program yang besar dan sulit.
Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang positif dan
kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang berat. Sesuatu yang
berat ini merupakan inti dari suatu program besar tersebut. Quick wins untuk
setiap kementerian/lembaga dan pemerintah daerah serta untuk tema tertentu
dapat berupa organization quick wins, regulation quick wins, dan human resource
quick wins.
Berikut adalah kriteria quick wins menurut Peraturan Menteri
Pemeberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.13 tahun 2011 :
1) Berasal dari program – program reformasi birokrasi, yang
terdapat dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014.
2) Merupakan bagian utama (core business) dari peran, tugas,
fungsi, dan karakteristik kementerian/lembaga dan pemerintah
daerah yang bersangkutan.
28
3) Memberikan dampak perbaikan yang besar dan dapat dirasakan
oleh para pemangku kepentingan eksternal dan internal
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
4) Memberikan sebuah aktivitas nyata dan dirasakan manfaatnya
secara cepat oleh para pemangku kepentingan eksternal dan
internal kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Penerapan quick wins di suku dinas kependudukan dan catatan sipil berupa
sebuah pelayanan cepat yang diberikan untuk masyarakat. Hal ini disebabkan
banyaknya keluhan dari masyarakat terkait dengan lambatnya pelayanan yang
diberikan oleh suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil. Dengan adanya
quick wins pelayanan seperti akta kelahiran yang sebelumnya memakan waktu
hingga satu bulan, sekarang bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari seminggu.
2.1.5. Pelayanan Publik
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan luan orang
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.Sebagaimana telah dikemukakan
terdahulu bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada
masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk
melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi
mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik
29
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan
profesional.
Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik tadi adalah
merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi
masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services)
oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga
negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan umum oleh
Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan
atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan publik dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian
layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan.Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu
perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin
baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat (Thoha
dalam Widodo, 2001). Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan,
keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan
30
semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh
pemerintahnya.
Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, birokrasi publik
harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana,
transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat
membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan
masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri (Effendi dalam
Widodo, 2001). Arah pembangunan kualitas manusia tadi adalah memberdayakan
kapasitas manusia dalam arti menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan krativitasnya untuk
mengatur dan menentukan masa depannya sendiri.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan
oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut :
a. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan
dan sasaran.
b. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan
secara mudah,cepat, tepat, tidak berbelit – belit, mudah dipahami, dan
mudah dilaksanakan oleh masyarakat.
c. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan adanya kejelasan
dan kepastian terkait dengan prosedur, persyaratan pelayanan, unit kerja,
tarif, dan jadwal waktu.
31
d. Keterbukaan, berkaitan dengan informasi yang harus diberikan kepada
masyarakat.
e. Efisiensi, adanya keterpaduan antara pencapaian tujuan dengan
persyaratan pelayanan publik yang ada
f. Responsif, lebih mengarah apda daya tanggap dan cepat menanggapi apa
yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang mereka
layani
g. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan,
keinginan masyarakat, senantiasa mengalami tumbuh kembang.
Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas , birokrasi
publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam
memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah
menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan,
berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan
dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik
pragmatis (Thoha dalam Widodo, 2001). Dengan revitalitas birokrasi publik
(terutama aparatur pemerintah daerah) ini, pelayanan publik yang lebih baik dan
profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenangan yang
diberikan kepadanya dapat terwujud.
Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh
pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat
(public service function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi
perlindungan.
32
Hal yang terpenting kemudian adalah sejauh mana pemerintah dapat
mengelola fungsi-fungsi tersebut agar dapat menghasilkan barang dan jasa
(pelayanan) yang ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh
masyarakat yang membutuhkannya. Selain itu, pemerintah dituntut untuk
menerapkan prinsip equity dalam menjalankan fungsi-fungsi tadi. Artinya
pelayanan pemerintah tidak boleh diberikan secara diskriminatif. Pelayanan
diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua
warga masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan-pelayanan tersebut
sesuai dengan peraturan.
Meskipun pemerintah mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana di atas,
namun tidak berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai monopolist dalam
pelaksanaan seluruh fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian dari fungsi tadi bisa
menjadi bidang tugas yang pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada pihak
swasta ataupun dengan menggunakan pola kemitraan (partnership), antara
pemerintah dengan swasta untuk mengadakannya. Pola kerjasama antara
pemerintah dengan swasta dalam memberikan berbagai pelayanan kepada
masyarakat tersebut sejalan dengan gagasan reinventing government yang
dikembangkan Osborne dan Gaebler (2008).
Namun dalam kaitannya dengan sifat barang privat dan barang publik
murni, maka pemerintah adalah satu-satunya pihak yang berkewajiban
menyediakan barang publik murni, khususnya barang publik yang bernama rules
atau aturan (kebijakan publik). Barang publik murni yang berupa aturan tersebut
tidak pernah dan tidak boleh diserahkan penyediaannya kepada swasta. Karena
33
bila hal itu dilakukan maka di dalam aturan tersebut akan melekat kepentingan-
kepentingan swasta yang membuat aturan, sehingga aturan menjadi penuh dengan
vested interest dan menjadi tidak adil (unfair rule). Karena itu peran pemerintah
yang akan tetap melekat di sepanjang keberadaannya adalah sebagai penyedia
barang publik dan sebagai pelayan publik murni yang bernama aturan.
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat
sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan
masyarakat. Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum
(public services) sangat strategis karena akan sangat menentukan sejauhmana
pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat,
yang dengan demikian akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan
perannya dengan baik sesuai tujuan.
Dipandang dari sudut ekonomi, pelayanan merupakan salah satu alat
pemuas kebutuhan manusia sebagaimana halnya dengan barang. Namun
pelayanan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari barang. Salah satu
yang membedakannya dengan barang, sebagaimana dikemukakan oleh Gasperz
(1994), adalah outputnya yang tidak berbentuk (intangible output), tidak standar,
serta tidak dapat disimpan dalam inventori melainkan langsung dapat dikonsumsi
pada saat produksi.
Karakteristik pelayanan sebagaimana yang dikemukakan Gasperz tadi
secara jelas membedakan pelayanan dengan barang, meskipun sebenarnya
keduanya merupakan alat pemuas kebutuhan. Sebagai suatu produk yang
34
intangible, pelayanan memiliki dimensi yang berbeda dengan barang yang bersifat
tangible. Produk akhir pelayanan tidak memiliki karakteristik fisik sebagaimana
yang dimiliki oleh barang. Produk akhir pelayanan sangat tergantung dari proses
interaksi yang terjadi antara layanan dengan konsumen.
Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum
adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik,
mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan
kepada publik (publik=umum). Senada dengan itu, Moenir (1992) mengemukakan
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan
metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan
haknya. Dalam versi pemerintah, definisi pelayanan publik dikemukakan dalam
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun
1993, yaitu segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah
di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam buku Delivering Quality Services karangan Zeithaml, Valarie A.
(et.al), 1990, yang membahas tentang bagaimana tanggapan dan harapan
masyarakat pelanggan terhadap pelayanan yang mereka terima, baik berupa
barang maupun jasa. Dalam hal ini memang yang menjadi tujuan pelayanan
publik pada umumnya adalah bagaimana mempersiapkan pelayanan publik
35
tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik, dan bagaimana
menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya yang mereka
inginkan dan cara mengaksesnya yang direncanakan dan disediakan oleh
pemerintah.
Kemudian, untuk tujuan tersebut diperinci sebagai berikut :
a. Menentukan pelayanan publik yang akan disediakan, apa saja macamnya.
b. Memperlakukan pengguna pelayanan sebagai customers
c. Berusaha memuaskan pengguna pelayanan, sesuai dengan yang diinginkan
mereka.
d. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas.
e. Menyediakan cara – cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan lain.
2.1.6. Administrasi Kependudukan
Menurut Undang – undang No.23 Tahun 2006 Administrasi
kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,
pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap
kejadian/peristiwa penting yang dialami (seperti kelahiran, kematian, dan
perkawinan) akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu
36
Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat kependudukan lain
yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status tinggal terbatas
menjadi tinggal tetap.
Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi
pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang
dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Dokumen
kependudukan pada dasarnya meliputi :
a. Biodata Kependudukan
b. Kartu Keluarga (KK)
c. Kartu Tanda Penduduk (KTP)
d. Surat Keterangan Kependudukan
e. Akta Pencatatan Sipil
Surat Keterangan Kependudukan meliputi surat surat sebagai berikut :
a. Surat Keterangan Pindah
b. Surat Keterangan Pindah Datang
c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri
d. Surat Keterangan Pindah dari Luar Negeri
e. Surat Keterangan Tempat Tinggal
f. Surat Keterangan Kelahiran
g. Surat Keterangan Lahir Mati
h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan
i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian
37
j. Surat Keterangan Kematian
k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak
l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia
m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas
n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil
Pelayanan pencatatan sipil meliputi pencatatan peristiwa penting, yaitu:
a. Kelahiran
b. Kematian
c. Lahir mati
d. Perkawinan
e. Perceraian
f. Pengakuan anak
g. Pengesahan anak
h. Perubahan nama
i. Perubahan status kewarganegaraan
j. Pembatalan perkawinan
k. Pembatalan perceraian
l. Peristiwa penting lainnya
2.1.7. Akta Kelahiran
Akta sangatlah penting artinya karena dalam peristiwa penting seperti
kelahiran, perkawinan, perceraian disebutkan membawa akibat hukum
bagi kehidupan yang bersangkutan dan juga terhadap orang lain atau pihak
38
ketiga. Dengan adanya akta maka akan membawa kejelasan dan kepastian
sesuatu hal secara mudah.
Akta kelahiran adalah identitas diri anak yang wajib diberikan sejak
kelahirannya, akta kelahiran dicatat dan disimpan di kantor kependudukan
dan pencatatan sipil. Akta kelahiran mempunyai arti yang penting bagi diri
seorang anak, tentang kepastian hukum si anak itu sendiri. Mengenai
pelaporan kelahiran, diatur dalam Undang – Undang no.24 tahun 2013
tentang Administrasi Kependudukan, pasal 27 yang menyebutkan bahwa;
1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi
pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60
(enam puluh) hari
2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat
pencatatan sipil mencatat pada register Akta Kelahiran dan
menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
Adapun syarat untuk memperoleh akta kelahiran adalah :
a. Surat keterangan kelahiran dari dokter/bidan/penolong kelahiran
b. Nama dan identitas saksi kelahiran
c. KK orang tua
d. KTP orang tua
e. Kutipan Akta Nikah/Akta Perkawinan orang tua
Pencatatan peristiwa kelahiran dilakukan dengan memperhatikan :
39
a. Tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI (Warga Negara
Indonesia)
b. Di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI
c. Tempat domisili ibunya bagi WNA (Warga Negara Asing)
d. Di luar tempat domisili ibunya bagi WNA
e. WNA pemegang izin kunjungan
f. Anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang
tuanya
Akta kelahiran dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Akta Kelahiran Umum
Akta kelahiran umum adalah akta kelahiran yang diterbitkan
berdasarkan laporan kelahiran yang disampaikan dalam waktu
yang ditentukan oleh perundang – undangan, yakni 60 (enam
puluh) hari kerja sejak peristiwa kelahiran untuk semua golongan,
kecuali WNA selama 10 hari kerja. Inti dari akta kelahiran umum
adalah disampaikan dalam 60 hari sejak kelahiran.
2) Akta kelahiran istimewa adalah akta kelahiran yang diterbitkan
berdasarkan laporan kelahiran yang disampaikan setelah melewati
batas pelaporan yang ditentukan oleh undang – undang. Batas
waktu yang dilampau adalah 60 (enam puluh) hari.
3) Akta kelahiran luar biasa adalah akta kelahiran yang diterbitkan
oleh kantor catatan sipil pada zaman revolusi antara 1 Mei 1940
40
sampai 31 Desember 1949 dan kelahiran tersebut tidak di wilayah
kantor catatan sipil setempat.
4) Akta kelahiran tambahan merupakan akta kelahiran yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang terhadap orang yang
lahir pada tanggal 1 Januari 1967 s.d. 31 Maret 1983, yang tunduk
pada Stb. 1920 No.751 jo. 1927 No. 564 dan Stb. 1933 No.75
jo.1936 No.607.
2.2. Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian terdahulu dengan judul “Evaluasi Program Quick
Wins di Tingkat Internal Humas Kepolisian Daerah Banten” oleh Ani Setiawati
dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tanggapan
publik Internal dan tingkat keberhasilan Humas dalam menjalankan program
Quick Wins.Berdasarkan latar belakang yang memuat beberapa permasalahan
diantaranya mengenai tingkat keberhasilan dan tanggapan publik internal
mengenai program tersebut.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode studi audit humas. Studi
audit humas lebih merujuk kepada metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif yang mana peneliti hanya menggambarkan, meringkaskan
berbagai kondisi, situasi, atau variabel. Penelitian ini tidak hanya menggambarkan
41
atau menjelaskan masalah – masalah yang diteliti sesuai dengan fakta, tetapi juga
didukung oleh data data yang diperoleh dari hasil angket dengan publik internal.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanggapan internal
mengenai berjalannya program dinilai cukup baik terkait dengan hasil yang
diberikan oleh para responden. Begitupun pula dengan tingkat keberhasilan
program yang dinilai cukup berhasil dibuktikan dengan adanya kesenjangan
antara nilai ideal dengan nilai aktual.
2.3. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti dalam sebuah
penelitian dalam menjelaskan fenomena – fenomena atau permasalahan –
permasalahan yang terjadi di dalam penelitian ini.
Tingkat pertumbuhan penduduk Jakarta Utara yang selalu dinamis
menunjukan bahwa banyaknya terjadi peristiwa kependudukan yang terjadi di
Jakarta Utara, sehingga keberadaan Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil sangat berperan penting dalam memberikan pelayanan administrasi
kependudukan terhadap seluruh masyarakat Jakarta Utara.
Pelayanan administrasi kependudukan pada hakekatnya adalah pelayanan
kepada masyarakat, bukanlah diadakan untuk melayani diri sendiri tetapi
melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan demi mencapai tujuan
bersama. Oleh karena itu suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil selaku
42
birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan
baik dan profesional.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi mencanangkan program quick wins yang bertujuan
memaksimalkan segala bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Dengan adanya quick wins diharapkan segala bentuk pelayanan administrasi
kependudukan dapat berjalan dengan lebih maksimal sesuai dengan tujuan yang
dicaangkan dalam program quick wins.
43
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan diSuku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
Masalah :
1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh suku dinas kependudukan danpencatatan sipil terkait program quick wins terhadap pelayananadministrasi kependudukan
2. Lambatnya pengerjaan akta kelahiran yang tidak sesuai dengan targetpengerjaan yang sudah ditetapkan
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses administrasikependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran
.
Evalusi kebijakan Publik menurut Nurcholis (2007:277), dengan indikatorpenilaian meliputi :
1. Input (meliputi sumber daya manusia, operasional, sarana dan prasarana,sosialisasi pelaksanaan kebijakan
2. Proses (meliputi kejelasan mekanisme, kepastian, penertiban, dankeefektifan dalam pelaksanaan kebijakan.)
3. Output (meliputi hasil dari pelaksanaan kebjiakan, kesesuaianpelaksanaan dengan tujuan yang ditetapkan, tepat tidaknya sasaran yangdituju, sasaran yang tertangani, dan kelompok yang terlibat dalampelaksanaan kebijakan.)
4. Outcome (meliputi apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyataterhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan, meliputiperubahan atau perbaikan, peningkatan, dan dampak positif terhadapimplementor yang terlibat didalamnya.)
Hasil penelitian :Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan, sebagai bahan
rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan mendatang.
44
2.4.Asumsi Dasar
Berdasarkan alur kerangka berfikir di atas kita dapat melihat bahwa dalam
penelitian ini, peneliti berusaha untuk sedikit menilai bagaimana hasil dari
pelaksanaan program quick wins pada administrasi kependudukan di suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara melalui model evaluasi kebijakan
dari Nurcholis. Menurut Nurcholis (2005) terdapat 4 (empat) kriteria yang dapat
digunakan dalam menilai sebuah kebijakan. Sehingga dalam evaluasi tersebut
peneliti menggunakan 4 indikator sebagai instrumen analisis penelitian, 4
indikator tersebut adalah input, proses, output, dan outcome.
Keempat indikator tersebut diterapkan dalam pelaksanaan penelitian di
locus studi kasus penelitian, yaitu di suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara. Dari hasil tersebut peneliti bisa melihat dan menilai seberapa
jauh pelaksanaan program tersebut dalam mengatur administrasi kependudukan di
Jakarta utara. Sebagai feedback dari hasil evaluasi terhadap program tersebut,
maka peneliti akan membuat sebuah kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan
hasil penelitian.
Dalam kesimpulan tersebut penelitian akan menyampaikan hasil dari
pelaksanaan program tersebut, kemudian memberikan saran sebagai rekomendasi
terhadap pilihan lain dari kebijakan yang bisa dibuat dalam rangka evaluasi yang
bersifat melengkapi untuk program tersebut. Dalam penelitian ini berasumsi
45
bahwa pelaksanaan Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi
Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
belum maksimal
46
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Metode peneiltian merupkan tahapan yang penting dalam sebuah proses
dan kegiatan penelitian. Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek
atau subjek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini,
subjek yang menjadi tujuan dapat dipahami lebih mendalam sehingga data yang
dikumpulkan adalah data yang akurat, objektif, valid, dan realiable.
Metode penelitian merupakan totalitas cara untuk meneliti dan
menemukan kebenaran. Karena metode penelitian memiliki standar – standar
yang objektif dan ilmiah sebagai suatu dasar bagi penelitian yang digunakan
penliti untuk menginterpretasikan data dan membuat kesimpulan sehingga dapat
disimpulkan bahwa metode penelitian sebagai keseluruhan proses dari kajian atau
penelitian.
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Sugiyono (2009:2) yaitu pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Dalam pengertian yang luas Sugiyono menjelaskan bahwa metode
penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid,
dengan tujuan untuk dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu
47
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:4) mengemukakan bahwa
metodologi penelitian deskriptif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang
atau perilaku yang diamati.Menurut Denzim dan Lincoln (1987) dalam
Moleong (2007:5) Penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan
latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan bebagai metode yang ada. Dari segi
pengertian ini, peneliti kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan
wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan
perasaan dan perilaku individu ataupun sekelompok orang.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong
(2007:6) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untukmemahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian, secaraholistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Pendekatan kualitatif dipergunakakan karena untuk meneliti kondisi
objekyang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
48
data bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada
makna dari pada generalisasi. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada
proses dari pada produk atau outcome dan juga digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatudata yang mengandung makna.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sesuatu hal seperti apa adanya
(kenyataan di lapangan). Penelitian kualitatif juga lebih tertarik pada
dinamika terjadinya proses atau peristiwa yang melatar belakangi
terjadinya suatu hasil tertentu. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah
untuk memahami makna yang berada di balik fakta-fakta. Pemahaman yang
mendalam terhadap suatu peristiwaatau fenomena sosial merupakan hal yang
terpenting.
Dalam pendekatan kualitatif data yang dihasilkan berbentuk kata,
kalimat dan gambar untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang
terjadi dengan mendeskripsikan fenomena yang sesuai dengan masalah
dan unit yang diteliti.Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti
bermaksud untuk menggambarkan permasalahan yang ada terkait Evaluasi
Program Quick Wins Pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.
3.2 Fokus Penelitian
Dalam mempertajam penelitian kualitatif, peneliti harus menetapkan
fokus. Spradley dalam Sugiyono (2009:34) menyatakan bahwa “A focused
refer to a single cultural domain or a few related domains”. Maksudnya
49
adalah bahwa fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain
yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus
lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari
situasi sosial (lapangan).
Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara
lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial. Tetapi juga ada keinginan
untuk menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus
penelitian yang diperoleh setelah peneliti melakukan penjelajahan umum.
Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum
menyeluruh yang masih pada tahap permukaan terhadap situasi sosial. Untuk
dapat memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan
fokus penelitian.Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pada Evaluasi
Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins pada
Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara adalah Kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara yang berada di Kecamatan Koja, dan juga tempat pelayanan
akta kelahiran di kantor Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja, dan
juga Kecamatan Cilincing.
50
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari
variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan
kerangka teori yang digunakan. Konsep yang digunakan dalam
penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan
Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara adalah mengenai Evaluasi.
Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi kebijakan
publik, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang
dilakukan untuk menilai serta membandingkan hasil-hasil pelaksanaan
kegiatan sebuah program atau kebijakan yang telah dicapai, apakah
hasil atau output program tersebut sudah sesuai dengan yang telah
direncanakan (input) secara efektif dan efisien. Sehingga dapat
diperoleh informasi mengenai nilai atau manfaat hasil dari kebijakan
tersebut serta dapat dilakukan perbaikan apabila ada penyimpangan
didalamnya.
3.4.2 Definisi Operasional
Adapun fenomena yang diamati dalam penelitian mengenai
Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi
Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara. Untuk mengamati fenomena tersebut, maka peneliti
51
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) yang
menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan adalah penilaian secara
menyeluruh terhadap input, proses, output, dan outcome dari kebijakan
pemerintah. Menurut Nurcholis, evaluasi membutuhkan sebuah skema
umum penilaian, yaitu:
1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan
kebijakan, meliputi sumber daya manusia, sarana atau prasarana,
sosialisasi kebijakan.
2. Proses, yaitu bagaimana sebuat kebijakan diwujudkan dalam
bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat, meliputi kejelasan
mekanisme, kepastian, penertiban, dan keefektifan dalam
pelaksanaan kebijakan.
3. Output (hasil), yaitu hasil dari pelaksanaan kebjiakan. Apakah
suatu pelaksanaan kebijakan menghasilkan produk sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan. Output meliputi tepat tidaknya sasaran
yang dituju, sasaran yang tertangani, dan kelompok yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijakan.
4. Outcome (dampak), yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan
berdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan
kebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan, peningkatan, dan
dampak positif terhadap implementor yang terlibat didalamnya.
52
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrumen yang
baik harus absah (valid) dan dapat dipercaya (reliable). Instrumen valid
adalah instrument yang dengan tepat mengukur apa yang harus diukur.
Instrumen reliabel bila hasil pengukuran itu bersifat ajek.Pada prinsipnya
meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun
alam. Oleh karenanya, dalam melakukan pengukuran harus ada alat ukur
yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik
semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2009:102).
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,
karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar
mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Metode penelitian yang akan digunakan peneliti adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan
konteks masalah yang dikaji, yaitu Evaluasi Program Quick Wins pada
Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian yang akan berinteraksi
secara langsung dengan responden penelitian.
53
Dalam penelitian Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan
Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara.. Menurut Nasution dalam Sugiyono
(2012:224), peneliti sebaga instrument penelitian selasi untuk penelitian
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segalastimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermaknaatau tidak bagi penelitian,
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semuaaspek sehingga dapat mendapatkan ragam data sekaligus
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatuinstrument berupa test atau angket yang dapat menangkapkeseluruhan situasi, kecuali manusia
4. Situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahamidengan pengatahuan semata. Untuk memahaminya kitaperlusering merasakannya, menyelaminya berdasarkanpengatahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis datayang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesisdengansegera untuk menentukan arah pengamatan, untukmentesthipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulanberdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat danmenggunakan segera sebagai balikan untuk memperolehpenegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yangmenyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untukmempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahamanmengenai aspek yang diteliti.
54
3.6 Informan Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:217), dalam penelitian kualitatif, informan
penelitian di ambil secara sampel, pengambilan sampel sumber data
berkaitan dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian.
Teknik pengambilan informan sumber data yang sering digunakan pada
penelitian. kualitatif adalah Purposive dan Snowball.
Dalam mengumpulkan data yang akurat, maka peneliti memilih
informan dengan menggunakan teknik Purposive atau dipilih secara sengaja,
dimana peneliti sudah menentukan siapa saja yang akan diwawancarai
dengan pertimbangan tertentu. Dimana informan tersebut peneliti anggap
sebagai pihak-pihak yang paling mengetahui situasi dan kondisi objek
penelitian. Dalam hal ini yang dijadikan informan oleh peneliti dalam
penelitian Evaluasi Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan di
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara, antara lain
adalah sebagai berikut:
55
Tabel 3. 1Daftar Informan Penelitian
(Sumber: Peneliti, 2017)
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif tidak ada istilah populasi, tetapi
dinamakan“social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen,
yaitu: tempat(place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi
secara strategis. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan
responden, tetapi dinamakan dengan narasumber, atau partisipan, atau
informan.Sugiyono (2012:224), teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan.
No Kategori Informan Kode StatusInforman
1Kepala Seksi PelayananPendaftaran Penduduk
I1-1 Key Informan
2Kepala Seksi PelayananPencatatan Sipil
I1-2 Key Informan
3Kepala SatpelKecamatan
I2-1 – I2-n Key Informan
4Petugas PelayananPencatatan Sipil
I3-1 – I3-n Secondary Informan
5 Masyarakat I4-1 – I4-n Secondary Informan
56
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan/Observasi
Sugiyono (2007:166), mejelaskan bahwa observasi
diklasifikasikanmenjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan cara
yang tidak berperan serta. Observasi berperan serta, pengamat
melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus
menjadi anggota resmi dari dari kelompok yang diamatinya. Namun
observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi
yaitu mengadakan pengamatan. Dalam penelitian ini, teknik observasi
yang digunakan adalah observasi tanpa peran serta. Adanya
keterbatasan waktu menyebabkan peneliti hanya melakukan satu
fungsi observasi yaitu hanya melakukan pengamatan tanpa harus
menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati.
2. Wawancara
Menurut Moleong (2007:186), wawancara merupakan percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapak dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Adapun teknik pengumpulan
data dengan cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam (indepth interview) data yang diperoleh terdiri dari kutipan
langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan
pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang
memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
57
Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara mendalam.
Ada dua jenis wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,
2009:138-140)
Agar lebih memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara,
maka pertanyaan yang diajukan tertuang dalam dimensi pertanyaan.
Dimana dimensi pertanyaan tersebut sesuai dengan garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan sesuai dengan konsep yang
dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) yang menjelaskan bahwa evaluasi
kebijakan adalah penilaian secara menyeluruh terhadap input, proses,
output, dan outcome dari kebijakan pemerintah daerah, seperti yang tertera
pada tabel berikut:
58
Table 3.2Pedoman wawancara
No Dimensi pertanyaan Ketegori informan
1
Input (masukan) meliputi:1. Sumber daya manusia2. Sarana atau prasarana3. Sosialisasi kebijakan
1. Kepala Seksi PelayananPendaftaran Penduduk
2. Kepala Seksi PencatatanSipil
3. Satpel Kecamatan4. Petugas Pelayanan
Pencatatan Sipil5. Masyarakat
2
Proses (pelaksanaan) meliputi:1. Kejelasan mekanisme pembinaan2. Penertiban dalam pelaksanaan
kebijakan3. Efektif dalam pelaksanaan
1. Kepala Seksi PelayananPendaftaran Penduduk
2. Kepala Seksi PencatatanSipil
3. Satpel Kecamatan4. Petugas Pelayanan
Pencatatan Sipil
3
Output (hasil)1. Kesesuaian pelaksanaan dengan
tujuan kebijakan2. Ketepatan sasaran yang dituju3. Sasaran yang tertangani4. Kelompok yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan
1. Kepala Seksi PelayananPendaftaran Penduduk
2. Kepala Seksi PencatatanSipil
3. Satpel Kecamatan4. Masyarakat
4
Outcome (dampak)1. Dampak yang diterima masyarakat2. Peningkatan pelaksanaan peraturan
daerah oleh implementator
1. Kepala Seksi PelayananPendaftaran Penduduk
2. Kepala Seksi PencatatanSipil
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumen merupakan studi yang digunakan untuk mencari
dan memperoleh data sekunder yang relevan dengan masalah yang
59
diteliti berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan,
peraturan, kebijakan, laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lainlain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009:82).
4. Studi Literatur/Pustaka
Studi literatur/kepustakaan merupakan pengumpulan data penelitian
yang diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun jurnal
ilmiah yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian
kualitatif, kegiatan analisis data diperoleh sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun
faktanya analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan
data. Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi
informasi yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan masalah
yang diteliti.
Sugiyono (2009:89) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
degan cara mengorganisasikan kedalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana
60
yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah di pahami oeh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai dilapanan. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah degan menggunakan
teknik analisa dan kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles
dan Huberman (2009). Menurut kedua tokoh tersebut, bahwa aktivitas
dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dengan
berlangsung secara terus–menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga
sampai tuntas dan datanya jenuh. Selama dalam prosesnya, pengumpulan
data dilakukan tiga kepentingan diantaranya : Reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (verification) yang
apabila digambarkan akan nampak seperti berikut:
Gambar 3.1Analisis data menurut Miles dan Huberman
Sumber : (Miles dan Huberman, 2009:20)
Pengumpulan Data Penyajian Data
Verifikasi Data
Reduksi Data
61
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap
yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan
dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data
dalam suatu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil
suatu penelitian.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan
penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji
validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan
sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap
atau menjaring berbagai fenomena informasi atau kondisi di lokasi
penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya,
pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian
pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan
proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti
dalam upaya mengumpulkan sejumlah informasi dilapangan yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian
kualitatif), atau untuk menguji hipotesis penelitian (untuk penelitian
kuantitatif).
62
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Selama proses pengompulan data dari berbagai sumber, tentunya
akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama
peneliti berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin
kompleks dan rumit sehingga, apabila tidak segera diolah akan dapat
menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses anlisis data pada tahap ini juga
harus dilakukan. Untuk memperjelas data yang didapatkan dan
mempermudah peneliti dalam pengumpulan data, selanjutnya maka
dilakukan reduksi data.
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk melaukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan.
3. Penyajian Data (Data Display)
Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif
adalah penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan
sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinana
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam sebuah
penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, tabel, grafik, flow chart, bagan, pictogram, dan sejenisnya.
Namun pada penelitian ini, penyajian data yang peneliti lakukan
adalah bentuk narasi. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Miles dan
63
Hubberman, “the most frequent from display data for qualitative research
data in the past has been narrative test”, yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif (Sugiyono, 2012: 95).
4. Verifikasi (Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti daru hubungan-hubungan,
mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar
dan kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan terus berubah selama proses, pengumpulan data masih terus
berlangsung dan tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila kesimpulan
tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8 Uji Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2012:267), keabsahan data atau validitas adalah
derajat ketepatan antaradata yang terjadi pada objek penelitian dengan data
yang dapet dilaporkan peneliti. Data dalam penelitian kualitatif dapat
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti
dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang dteliti.
64
Uji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi
Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada (Sugiyono, 2012:273). Terdapat beberapa macam triangulasi,
diantaranya:
b. Triangulasi sumber, yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber
yang berbeda.
c. Triangulasi teknik, yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda.
d. Triangulasi waktu, yaitu mengecek data yang diperoleh di waktu yang
berbeda
Dalam penelitian ini, dikarenakan terbatasnya waktu maka proses uji
keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti hanya menggunakan dua teknik
triangulasi, yakni triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
2. Member Check
Menurut Sugiyono (2012:276) Member Check adalah proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan valid maka
semakin dipercaya.
65
3.9 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini merupakan tahapan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dalam melakukan penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins
pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara., terhitung persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian. Waktu penelitian diuraikan dalam
waktu bulan dan disajikan dalam bentuk tabel. Rincian jadwal penelitian
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3Jadwal Penelitian
No. Kegiatan2017-2018
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Bimbingan Judul
2Penyusunan danBimbingan ProposalPenelitian (Bab 1-3)
3 Seminar Proposal
4 Revisi ProposalPenelitian
5 Persetujuan KeLapangan
6 Pengumpilan Datadi Lapangan
7Proses Analisis Datadan PenyusunanBab 4-5
8 Sidang Skripsi
9 Revisi Skripsi
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Jakarta Utara
Secara geografis Kota Administrasi Jakarta Utara terletak antara
06-10°-00° Lintang Selatan dan 106°-20°-00° Bujur Timur. Berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 Tahun 2007
tentang Penataan, Penetapan dan Luas Wilayah Kelurahan di Provinsi DKI
Jakarta, Kota Administrasi Jakarta Utara mempunyai luas daratan 146,66
km² (kilometer persegi) yang membentang dari Barat ke Timur sepanjang
kurang lebih 35 km, menjorok ke darat antara 4 s.d. 10 km. Ketinggian
dari permukaan laut antara 0 s.d. 2 meter dari tempat tertentu berada di
bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa – rawa/
empang air payau.
Wilayah kotamadya Jakarta Utara merupakan pantai beriklim
panas, dengan suhu rata-rata 27° C, curah hujan setiap tahun rata-rata
142,54 mm dengan maksimal curah hujan pada bulan September. Kondisi
wilayah yang merupakan daerah pantai dan tempat bermuaranya 13
(tigabelas) sungai dan 2 (dua) banjir kanal, menyebabkan wilayah ini
merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air
pasang laut.
67
Tabel 4.1
Kecamatan di Jakarta Utara
No Kecamatan Luas Wilayah (Km²)
1 Cilincing 42,68 Km²
2 Koja 11,74 Km²
3 Kelapa Gading 16,12 Km²
4 Tanjung Priok 24,8 Km²
5 Pademangan 11,91 Km²
6 Penjaringan 35,48 Km²
Batas Wilayah
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara terletak di ujung utara
provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari 6 kecamatan dan 31 kelurahan
dengan kecamatan – kecamatannya adalah Penjaringan, Tanjung Priok,
Koja, Cilincing, Pademangan, dan Kelapa Gading. Sesuai dengan
pembagian Kota Administrasi maka Jakarta Utara mempunyai batas –
batas pemisah dengan Kota Administrasi lainnya, sebagai berikut :
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Tangerang,
Jakarta Pusat dan Jakarta Timur
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Timur dan
Kabupaten Bekasi
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
dan Jakarta Barat
68
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa dan
Kepulauan Seribu
Topografi
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara sebagian besar terdiri
dari daratan hasil dari pengurukan rawa-rawa yang mempunyai ketinggian
rata-rata 0 s/d 1 diatas permukaan laut terutama kita temukan disepanjang
pantai
Penggunaan Tanah
Luas tanah daratan di Kota Administrasi Jakarta Utara seluas
146,66 km². Dirinci berdasarkanpenggunaan 47,58% untuk perumahan,
15,87% untuk areal industri, 8,89% digunakansebagai perkantoran dan
pergudangan dan sisanya merupakan lahan pertanian, lahan kosong dan
sebagainya. Sementara luas lahan berdasarkan status kepemilikan dapat
dirinci sebagai berikut : status hak milik 13,28%, Hak Guna Bangunan
(HGB) sekitar 29,04%, lainnya masih berstatus Hak Pakai, Hak
Pengelolaan dan non sertifikat.
Iklim
Wilayah Kotamadya Jakarta Utara beriklim panas, suhu rata-rata
sepanjang tahun 27° karena terletak di daerah Khatulistiwa, sehingga
wilayah Jakarta Utara dipengaruhi angina Muson Timur terjadi bulan Mei
s/d Oktober dan Muson Barat sekitar bulan Nopember s/d April. Tinggi
curah hujan rata – rata pertahun sebanyak 2000 mm terjadi maksimal pada
bulan Desember.
69
Geologi
Lapisan tanah yang terbentuk daratan Jakarta adalah batuan endapan (
sediment stone ) yang berasal dari Zaman Ploitocene, yang berada 50 M di
bawah permukaan tanah sekarang ini. Karena batuanya hasil pengendapan
maka sifat batuanya tersebut tidaklah compact (padat), tetapi paremable
(porous), sehingga air tanah terpengaruh oleh air laut.
4.1.2 Gambaran umum Suku dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan pada bidang administrasi
kependudukan di Jakarta Utara. Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Jakarta Utara berlokasi di wilayah kecamatan Koja di Jl. Berdikari
No.2, Kec. Koja Jakarta Utara. Tugas pokok Suku Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Jakarta Utara adalah melaksanakan pelayanan
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di wilayah kota
administrasi Jakarta utara.
Fungsi Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil adalah :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas
b. Pelaksana Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku
Dinas
70
c. Pengumpulan, Pengolahan, Penyajian, Pemeliharaan, dan
pemanfaatan data dan informasi kependudukan dalam
lingkup kota administrasi
d. Pelaksana pengawasan dan pengendalian mobilitas
penduduk dalam lingkup kota administrasi.
e. Pelaksana pelayanan administrasi kependudukan termasuk
pelayanan yang bersifat khusus, peristiwa penting, dan
penduduk rentan administrasi kependudukan.
f. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi dan denda
administrasi pelayanan penduduk dan catatan sipil.
g. Penegakan peraturan perundang – undangan di bidang
administrasi kependudukan dalam lingkup kota
administrasi.
h. Pelaksana pengembangan peran serta masyarakat dalam
administrasi kependudukan.
i. Pelaksana koordinasi administrasi kependudukan pada
lingkup kota administrasi.
j. Pengelola kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas
k. Pelaksanaan pencatatan sipil.
l. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan,
dan perawatan sarana dan prasarana kerja suku dinas.
71
m. Pelaksanaan supervisi dalam pendaftaran penduduk oleh
seksi dinas kependudukan dan catatan sipil kecamatan.
n. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan
suku dinas.
o. Penyiapan bahan laporan Dinas kependudukan dan
Pencatatan Sipil dan Kota Administrasi yang terkait dengan
tugas dan fungsi suku dinas
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
dipimpin oleh Kepala Suku Dinas yang membawahi Sub Bagian Tata
Usaha, Seksi Pelayanan Pendaftaran Penduduk, Seksi Pelayanan
Pencatatan Sipil, Seksi Data Informasi dan Pengawasan. Berikut adalah
susunan lengkap struktur organisasi di Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara :
a. Kepala Suku Dinas
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Seksi Pendaftaran Penduduk
d. Seksi Pencatatan Sipil
e. Satuan Pelaksana Kecamatan, yang terdiri dari :
1) Kepala Seksi Kec. Penjaringan
2) Kepala Seksi Kec. Pademangan
3) Kepala Seksi Kec. Tanjung Priok
4) Kepala Seksi Kec. Kelapa Gading
72
5) Kepala Seksi Kec. Koja
6) Kepala Seksi Kec. Cilincing
4.2. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan bagian untuk menjelaskan penelitian yang
telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data,
baik data kualitatif maupun kuantitatif. Peneliti dalam tahap ini akan
melakukan analisis data berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
peneliti, yang terdiri dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara, Kepala Seksi Kecamatan, Pegawai Pelayanan Catatan Sipil,
dan warga masyarakat yang ada di Jakarta Utara.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian, yaitu untuk
mengevaluasi penerapan dari Program Quick Wins pada Administrasi
Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta
Utara. Dalam penelitian mengenai Evaluasi Program Quick Wins pada
Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara ,
peneliti menggunakan teori evaluasi menurut Nurcholis yang meliputi:
1. Input, yang meliputi sumber daya manusia, operasional, sarana
dan prasarana, sosialisasi pelaksanaan kebijakan.
2. Proses, yang meliputi kejelasan mekanisme, pelayanan, kepastian,
penertiban, dan keefektifan dalam pelaksanaan kebijakan.
3. Output, yang meliputi hasil dari pelaksanaan kebjiakan,
kesesuaian pelaksanaan dengan ujuan yang ditetapkan, tepat
73
tidaknya sasaran yang dituju, sasaran yang tertangani, dan
kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan.
4. Outcome, meliputi apakah suatu peningkatan, dan dampak positif
terhadap implementor yang terlibat didalamnya, pelaksanaan
kebijakan berdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai
dengan tujuan kebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan.
Kemudian data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata
dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi.
Kata-kata dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama
dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan
menggunakan catatan tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti
gunakan dalam penelitian. Proses pencarian dan pengumpulan data yang
dilakukan peneliti secara investigasi dimana peneliti melakukan wawancara
dengan sejumlah informan yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian
ini, sehingga peneliti mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang
diharapkan.
Data-data yang peneliti dapatkan adalah data yang berkaitan dengan
Implementasi Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Hasil yang diperoleh dari wawancara,
observasi, kemudian dibentuk secara tertulis dengan bentuk pola serta dibuat
kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan
berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan
74
kategorisasi. Dalam menyusun jawaban hasil wawancara, peneliti
memberikan kode-kode sebagai berikut:
1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya untuk menunjukan item pertanyaan.
2. Kode A untuk menunjukan item jawaban.
3. Kode I1,I2, I3untuk menunjukan daftar informan.
4.2.1 Daftar Informan Penelitian
Seperti yang telah peneliti paparkan pada pembahasan sebelumnya
mengenai metode penelitian, bahwa peneliti telah menjelaskan pemilihan
informan dalam penelitian ini, penentuan informan penelitian ditentukan
dengan teknik Purposive atau dipilih secara sengaja, yakni suatu teknik
pengambilan informan dengan penetapan sampel berdasarkan kriteria-
kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan ini adalah
pihak-pihak yang terlibat dan memiliki informasi dalam pelaksanaan
Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara. Adapun daftar informan yang terlibat dalam penelitian ini
adalah seperti yang dimuat data tabel 4.2 yaitu sebagai berikut:
75
Tabel 4.2
Daftar Informan Penelitian
(Sumber: Peneliti, 2018)
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian ke lapangan baik melalui wawancara,
observasi, ataupun dokumentasi kemudian peneliti mendapatkan data-data
dan jawaban yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proses penelitian, dan
No Nama Informan Kode Pekerjaan / Jabatan
1 Supryantoro, S.Sos, M.Si I1-1Kepala seksi pelayananpendaftaran penduduk
2 Kartawi, S.Ip I1-2Kepala seksi pelayananpencatatan sipil
3Muhammad Syarifuddin,S.Sos
I2-1Satpel Kecamatan TanjungPriok
4 Agus Triantoro, SE I2-2 Satpel Kecamatan Cilincing
5 Dedi Purnomo, S.Sos I2-3 Satpel Kecamatan Koja
6 Irfan Setiawan Amd.Kom I3-1Petugas PelayananPencatatan Sipil
7 Septiana TrianingsihS.Kom I3-2
Petugas PelayananPencatatan Sipil
8 Amiruddin I3-3Petugas PelayananPencatatan Sipil
9 Nadia Devina I4-1 Masyarakat
10 Alfian Suryadi I4-2 Masyarakat
76
setelah melakukan reduksi data, maka peneliti akan memaparkan hasil
tersebut dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurcholis,
berikut adalah pemaparan hasil penelitian sesuai dengan fokus penelitian.
1. Input (Masukan)
Dimensi input merupakan masukan-masukan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kebijakan. Aspek yang dikembangkan dalam dimensi input
meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana, dan sosialisasi mengenai
kebijakan.
1) Sumber Daya Manusia (SDM)
Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) dalma hal ini adalah pegawai
atau implementor yang melaksanakan Program, berkaitan dengan jumlah
sumber daya manusia yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan dan
bekerja sesuai dengan kompetensinya atau belum, berikut keterangan yang
disampaikan oleh I1-1 pada saat wawancara:
“SDM bisa dibilang kurang mencukupi untuk melayani pembuatanakta kelahiran, soalnya jumlah pegawai terbatasi juga dengan jumlahsarana yang tersedia seperti komputer misalnya dan juga kita harusmengirim pegawai kita ke rumah sakit untuk pelayanan akte kelahiransecara jemput bola, dari segi kemampuan (kualitas) setiap pegawaicukup paham dengan SOP (Standard Operating Procedure) yang ada,kami juga rutin memberikan pelatihan untuk para pegawai agarsemakin paham tugas tugas mereka.” (wawancara di kantor SukuDinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sumber daya
manusia yang di miliki oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil dapat dikatakan kurang mencukupi, namun memiliki kemampuan
77
akan melaksanakan tugasnya dalam pembuatan akta kelahiran, sebagaimana
disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:
“berbicara tentang SDM, soal SDM tidak hanya bicara tentangjumlah saja, namun juga kualitasnya, mampu kaga tuh orangorangnya dalam melaksanakan tugasnya, menurut saya disini SDMnya cukup baik, pegawai pelayanan kita semua paham apa yang harusdikerjakan, ngerti apa-apa aja yang harus mereka lakukan,karenakami juga mengadakan pelatihan juga.” (wawancara di kantor SukuDinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara masih memiliki
kekurangan dari segi jumlah sumber daya manusianya. Sedangkan dari sisi
satpel Kecamatan yang juga merupakan implementor dari program quick
wins pada administrasi kependudukan, berikut keterangan yang disampaikan
oleh I2-1 :
“Kalo SDM di Satpel kecamatan Tanjung Priok saya rasa disinimasih kurang mas karena sering sekali masyarakat mengantri paspembuatan akte kelahiran sama surat perpindahan.” (wawancara diKecamatan Tanjung Priok)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sumber
daya yang di miliki oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dalam menjalankan tugasnya sudah dapat dikatakan terpenuhi dalam
menangani masalah-masalah administrasi kependudukan di Jakarta Utara
yang dimana salah satunya adalah masalah mengenai pembuatan akta
kelahiran meskipun masih terdapat kekurangan SDM di beberapa satuan
pelaksana kecamatan sehingga membuat pelayanan akta kelahiran sedikit
78
terlambat, hal ini terdapat perkembangan dibandingkan sebelum diterapkan
program ini dimana belum adanya penempatan petugas pelayanan di
kecamatan – kecamatan sehingga sumberdaya manusia belum mengerti
proses pembuatan akta kelahiran secara online dan belum dibutuhkannya
jumlah sumberdaya manusia secara banyak untuk melaksanakan pelayanan
akta kelahiran.
Tabel 4.3
Data Kepegawaian Seksi Pendaftaran Penduduk
Berdasarkan Pendidikan (PNS dan Non-PNS)
Pendidikan Jumlah
SMA 3
D3 7
S1 12
S2 1
JUMLAH 23
2) Sarana dan Prasarana
Aspek sarana dan prasarana penunjang merupakan aspek yang
dibutuhkan dalam proses pengolahan data, dalam hal ini adalah komputer
dan jaringan, maupun fasilitas seperti kursi dan ruang tunggu untuk
masyarakat. Fasilitas tersebut berupa segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
proses pelaksanaan administrasi kependudukan. Berikut adalah data hasil
wawancara peneliti bersama I1-1 :
79
“untuk sarana dan prasarana memang dirasa masih kurang ,apalagidengan jumlah komputer yang kurang jadinya menghambat prosespelayanan. Kalau dengan ruang tunggu disini memang tergolong kecilkarena memang ruang di gedung ini tidak mencukupi lagi (wawancaradi kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil JakartaUtara)
Hasil wawancara bersama petugas kepala satpel catatan sipil diatas
dapat diketahui bahwa untuk melakukan pelayanan administrasi
kependudukan, Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta
Utara sendiri masih kekurangan sarana, hal senada juga di katakan oleh I2-1
sebagai berikut:
“Kalau sarana dan prasarana sih di kecamatan dirasa kurang karenahanya ada dua komputer buat pengerjaan akte kelahiran dan suratperpindahan, jadi agak lama jika terdapat banyak masyarakat.Namun jika dari segi ruang tunggu dirasa cukup luas dannyaman”.(wawancara di kantor Kecamatan Tanjung Priok)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara masih memiliki
kekurangan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pelaksanaan
administrasi kependudukan khususnya dalam pembuatan akta kelahiran
3) Sosialisasi
Aspek sosialisasi merupakan proses penyampaian informasi kepada
sasaran kebijakan mengenai Program Quick Wins yang dimplementasikan
ke dalam administrasi kependudukan khususnya kedalam pelayanan akta
kelahiran, bagaimana dengan penjabaran isi peraturan tersebut apakah sudah
cukup jelas dipahami oleh semua pihak terkait untuk diimplementasikan,
berikut adalah wawancara dengan I1-1
80
“Iya sosialisasi terus dilakukan sejak awal dimulainya program inimas, khususnya sosialisasi akta kelahiran yang makin dipermudahpembuatannya ke rumah sakit dan puskesmas puskesmas kecamatanjuga menempatkan spanduk dan baliho di tempat tempat yangmungkin dilihat orang yang mau membuat akta kelahiran seperti dirumah sakit, puskesmas, maupun di kecamatan dan kelurahan. Dansosialisasi kepada satpel kecamatan beserta pegawai pelayanan kamilakukan dengan melalui surat edaran dan mengadakan pelatihanpelatihan. (wawancara di kantor suku dinas kependudukan danpencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara bersama Kepala seksi pendaftaran penduduk
diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi oleh suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara dilakukan dengan melakukan sosialisasi ke
rumah sakit dan puskesmas juga dengan pemasangan spanduk dan baliho,
hal senada juga dikatakan oleh I1-2 sebagai berikut:
Sosialisasi sudah kami laksanakan dengan menempatkan petugasuntuk penyuluhan tentang kemudahan pembuatan akta kelahiran kerumah sakit dan puskesmas yang ada, bahkan kami jugamenempatkan baliho baliho di berbagai tempat seperti di areapuskesmas maupun kecamatan. (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara).
Selain itu I2-3 juga memberikan pernyataan kepada peneliti terkait
sosialisasi, pernyataannya adalah sebagai berikut:
Pastinya kami melakukan sosialisasi tentunya dengan arahan darisuku dinas, kalau di satpel kecamatan tugas kami menyampaikanarahan kepada satpel kelurahan, dan juga menyampaikan kepadamasyarakat langkah dan apa yang harus disiapkan kepadamasyarakat (wawancara di kantor kecamatan Koja)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi kepada
masyarakat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan ke rumah sakit
81
dan puskesmas dan juga memasang baliho di tempat – tempat pelayanan
akta kelahiran seperti di kecamatan - kecamatan. Hal mengenai sosialisasi
dan penempatan baliho di beberapa rumah sakit dan puskesmas juga
disampaikan oleh I4-1 sebagai masyarakat kepada peneliti, pertnyataannya
adalah sebagai berikut:
“Kalo untuk sosialisasi langsung dari catatan sipilnya saya sihpernah sekilas mendengar di puskesmas, mereka ngejelasin tentangakta kelahiran gitu disana.kalo baliho gitu sih saya belum pernah liatmas.” (wawancara di stasiun tanjung priok)
Berdasarkan hasil wawancara bersama beberapa informan dapat
diketahui bahwa proses sosialisasi sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu
dengan diadakannya sosialisasi sampai ke rumah sakit dan puskesmas
sehingga sosialisasi bisa disampaikan langsung kepada masyarakat, tetapi
penempatan baliho sebagai alat sosialisasi dirasa kurang efektif dikarenakan
lokasi yang kurang strategis dan tidak dapat dilihat oleh masyarakat Jakarta
utara secara keseluruhan. Dibandingkan dengan sebelum penerapan program
ini dimana proses sosialisasi hanya sekedar memberikan pemberitahuan
betapa pentingnya akta kelahiran untuk masyarakat.
No Indikator Temuan Lapangan
1. Input 1. Sumber Daya Manusia masih belummencukupi namun memiliki kualitasyang cukup baik
2. Sarana dan Prasarana masih kurangmemadai sehingga menghambat prosespelayanan
3. Sosialisasi disampaikan langsungkepada masyarakat sehingga cukup
82
efektif namun sosialisasi melaluibaliho kurang efektif karena lokasiyang kurang tepat
2. Proses
Proses merupakan bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam
bentuk pelayanan langsung kepada objek kebijakan. Dalam melakukan
penilaian terhadap proses pelaksaaan kebijakan tersebut, maka peneliti
mengembangkannya kedalam beberapa aspek, yaitu kejelasan mekanisme
penarikan, pelayanan, kepastian, penertiban, dan ke-efektifan pelaksanaan
Perda tersebut. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti bersama
informan mengenai penilaian dimensi proses.
1) Kejelasan Mekanisme
Proses pelaksanaan program quick wins pada administrasi
kependudukan diperlukan adanya kejelasan mekanisme dan peraturan yang
jelas dalam proses pelaksanaan kebijakan tersebut, apakah peraturan dan
mekanisme tersebut sudah jelas dan di implementasikan atau belum oleh
petugas, berikut adalah hasil wawancara bersama I1-2 sebagai berikut:
Untuk mekanismenya sendiri sih kami udah punya SOP (StandarOperating Procedure) nya sendiri mas, yang berisi tentang urutanpengerjaan dan waktu pengerjaan juga. Jadi petugas pelayanan tidakakan kebingungan dalam melakukan pekerjaannya (wawancara dikantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pelayanan
Pencatatan Sipil diatas dapat diketahui bahwa mekanisme pelaksanaan
83
pelayanan administrasi kependudukan khususnya akta kelahiran sudah
cukup jelas, hal senada juga disampaikan oleh I3-1 kepada peneliti, berikut
adalah penyataannya:
“mekanismenya sih semua sudah diatur ke dalam SOP jadikemungkinan tidak akan ada penyimpangan dalam pelaksanaannya(wawancara di kantor kecamatan Koja)
Hasil dari pernyataan informan penelitian diatas dapat diketahui
bahwa mekanisme pembuatan akta kelahiran sudah cukup jelas dan sudah
tercantum di dalam SOP (Standar Operating Procedure).
Sementara itu mekanisme pelaksanaan dari sisi satpel kecamatan
sebagaimana disampaikan oleh I2-1, pernyataannya adalah sebagai berikut:
“Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjainsesuai dengan SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkasdahulu lalu dilanjutin dengan input data ke komputer gitu mas”wawancara di kantor kecamatan tanjung priok)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
mekanisme pelaksanaan pembuatan akta sudah cukup jelas. Pelaksanaannya
mengikuti SOP yang berlaku, dan prosesnya berakhir di pencetakan akta
kelahiran. Hal tersebut disampaikan oleh I1-1 kepada peneliti, berikut adalah
penyataannya:
“Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini punmelaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulaidari pengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir dipencetakan akta kelahiran”. (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
84
Berdasarkan hasil dari pernyataan informan penelitian diatas dapat
diketahui bahwa mekanisme proses pelaksanaan program tersebut sudah
jelas tertulis didalam SOP (Standar Operating Procedure) itu sendiri, dan
dalam pelaksanaannya, proses pembuatan akta kelahiran dilakukan oleh
satuan pelaksana pencatatan sipil kecamatan dengan melakukan pengecekan
kelengkapan berkas terlebih dahulu lalu menginput datanya secara online.
Sebelum adanya program ini proses mekanisme pelaksanaan tidak disertai
SOP karena proses pembuatan akta kelahiran dari pendaftaran hingga proses
pencetakan dilakukan secara manual.
2) Pelayanan
Pelayanan merupakan aspek penting dalam pembuatan akta kelahiran,
karena ketika program ini dilakukan kepada sasaran kebijakan maka perlu
adanya pelayanan yang berupa fasilitas atau prasarana yang memadai, dalam
hal ini fasilitas pembuatan akta yang memadai dan juga ruang tunggu untuk
masyarakat yang nyaman. Namun yang terjadi di lapangan, pelayanan yang
dilakukan masih terdapat berbagai keterlambatan sehingga tidak mencapai
tujuan yang maksimal kepada sasaran kebijakan, seperti yang disampaikan
oleh I1-1 sebagai berikut: “kalau pelayanan sudah pasti sudah diberikan
semaksimal mungkin, cuman masih banyak kendala yang bikin pelayanan
jadi terhambat. Misalnya kayak gangguan jaringan ataupun gangguan
terhadap komputer yang ada. (wawancara di kantor Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)
85
Hal senada juga dikatakan oleh I1-2 sebagai berikut:
“pelayanan kalo maksudnya pembuatan akta kelahiran pastinya kamisudah sebaik mungkin dalam pelaksanaannya, memang masih adamasalah masalah yang terjadi”. (wawancara di kantor Suku DinasKependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pelayanan yang
dilakukan oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta
Utara sudah dilakukan semaksimal mungkin, namun masih terdapat
berbagai kendala di dalam pelaksanaannya seperti jaringan yang bermasalah
dan juga komputer yang terkadang mengalami kerusakan. Jika dibandingkan
pada saat sebelum program ini berjalan, prasarana di suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil sangatlah kurang memuaskan karena
seluruh pelayanan yang dilakukan dipusatkan di suku dinas sehingga terjadi
penumpukan masyarakat yang ingin melakukan administrasi kependudukan.
3) Kepastian
Kepastian merupakan aspek pendukung dalam melakukan
implementasi program ini, kepastian berkaitan dengan waktu pelaksanaan
pembuatan akta kelahiran, berikut adalah hasil wawancara dengan I3-3 yaitu
sebagai berikut: “Pelaksanaan pelayanan akta kelahiran ini tentu saja
dilakukan setiap hari kerja, bahkan kami membuka pelayanan selama
setengah hari pada hari sabtu supaya pelayanan makin maksimal”.
Kemudian hal senada juga sampaikan oleh I1-1 yang mengatakan:
“pastinya pelayanan akta kelahiran ini selalu dilakukan di hari kerjalalu kami membuka pelayanan juga pada hari sabtu agar semakin
86
banyak masyarakat yang terlayani.” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil kedua wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan akta kelahiran berjalan terus menerus dari senin sampai sabtu
yang menandakan bahwa waktu pelaksanaan program sudah maksimal, hal
tersebut juga didukung oleh I1-2, pernyataannya adalah sebagai berikut:
“supaya pelayanan semakin maksimal selain pada hari kerja, kamijuga melakukan pelayanan administrasi kependudukan pada harisabtu namun hanya setengah hari supaya masyarakat yang sekiranyatidak bisa melakukan administrasi kependudukan pada hari kerja bisamelaksanakannya di hari sabtu”. (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Hal senada juga dikatakan oleh I2-2, berikut pernyataanya:
“waktu pelayanan akta kelahiran hampir setiap hari kamimelaksanakannya, dari senin sampai jumat pada jam kerja lalu padahari sabtu juga namun hanya setengah hari (wawancara di kantorkecamatan cilincing)
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan beberapa informan diatas,
dapat diketahui bahwa waktu pelaksanaan pelayanan akta kelahiran berjalan
dari hari senin sampai jumat pada jam kerja dan juga hari sabtu selama
setengah hari. Hal ini dirasa cukup efektif dikarenakan waktu pelaksanaan
pelayanan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak mempunyai
waktu untuk membuat akta kelahiran di hari kerja bisa membuat akta
kelahiran pada hari sabtu. Sebelum adanya program ini proses pelayanan
akta kelahiran hanya dilakukan pada hari kerja yaitu hari senin dan jumat,
87
sehingga membuat masyarakat yang bekerja enggan untuk proses
administrasi kependudukan karena tidak bisa izin dari bekerja.
4) Penertiban
Penertiban adalah aspek penting yang harus dilakukan oleh Suku
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terhadap hal-hal yang melanggar
ketentuan yang ada didalam Program tersebut, karena didalam Undang
Undang Administrasi Kependudukan terdapat dua pasal yang berisi larangan
dan sanksi yaitu pada pasal 94, 95a, 95b dan 96 mengenai larangan dan
sanksi. Berikut keterangan mengenai proses penertiban yang didapatkan dari
I1-1 yaitu sebagai berikut:
“untuk sanksi sih kami masih menurut pada UU No.24 tahun 2006, diundang undang tersebut terdapat berbagai sanksi. Khususnya yangterkait dengan pungutan liar karena pembuatan akta kelahiran tidakdipungut biaya, Alhamdulilah sampai sekarang belum ada petugaspelayanan yang melanggar aturan yang ada.”(wawancara di Kantorsuku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sampai saat ini belum
adanya penertiban dikarenakan belum ada terjadinya pelanggaran. Hal
senada juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, berikut adalah
pernyataannya:
“penjatuhan sanksi sih sampai saat ini belum ada karena memangbelum ada petugas pelayanan yang melanggar aturan aturan yangada .” (wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatansipil Jakarta utara)
88
Sementara itu, kepala satuan pelayanan catatan sipil kecamatan pun
mengungkapkan kepada peneliti terkait penertiban sanksi yang tertulis di
dalam undang - undang tersebut, pernyataan yang disampaikan oleh I3-1
kepada peneliti adalah sebagai berikut:
“Kalo di satpel kecamatan sih soal sanksi sudah pasti mengikutiaturan sanksi yang ada di undang – undang, dan alhamdulilahsampai sekarang belum ada petugas pelayanan yang diberikansanksi.” (wawancara di kantor kecamatan)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sampai saat ini
penertiban yang dilakukan oleh suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara memang belum dilakukan, dikarenakan memang tidak ada
peraturan yang dilanggar, hal ini menandakan bahwa proses penertiban
berjalan dengan baik. Hal ini berbanding terbalik jika dibandingkan sebelum
adanya program ini dimana masih ada terdapat pungutan – pungutan liar
yang diminta petugas kepada masyarakat untuk mempermudah proses –
proses administrasi kependudukan namun lolos dari proses pengawasan dan
penertiban.
5) Efektivitas
Efektivitas merupakan salah satu aspek penting yang harus di lihat
dalam mengimplementasikan program quick wins pada pelayanan
administrasi kependudukan sebagai implementor sudah efektif atau belum
dalam melaksanakan kebijakan yang dimaksud, berikut adalah pernyataan
dari I1-1:
89
“pastinya efektif, karena terjadi peningkatan dalam proses pelayananadministrasi kependudukan. Khususnya pada akta kelahiran denganadanya program ini proses pelayanannya semakin lebih cepatdibanding sebelumnya.” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa kegiatan
administrasi kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran bisa
berjalan lebih efektif. Hal senada juga disampaikan oleh I2-2 kepada peneliti,
berikut pernyataannya:
“tentu saja efektif, karena pembuatan akta kelahiran tidak lagimemakan waktu yang lama dan proses pengerjaannya semakin mudahdan simpel” (wawancara di kantor kecamatan cilincing)
Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pembinaan yang dilakukan oleh dinas sosial berjalan cukup efektif. Hal
senada juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah
sebagai berikut:
“kalo efektif sih saya rasa efektif, cuma kalo saya bilang berhasiljadinya terlalu sombong nanti, yang jelas dengan program inipelayanan administrasi kependudukan khususnya akta kelahiransemakin lebih baik.” (wawancara di suku dinas kependudukan danpencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, peneliti dapat
menganalisis bahwa dalam pelaksanaan program quick wins dalam
administrasi kependudukan khususnya pada pelayanan akta kelahiran cukup
efektif karena mengalami peningkatan di berbagai sektor.
90
No Indikator Temuan Lapangan
2. Proses 1. Sudah adanya SOP terkait pelayananakta kelahiran
2. Masih adanya masalah terkait saranadalam melakukan pelayanan
3. Waktu pelayanan dilakukan selamasenin sampai sabtu
4. Sudah adanya sanksi yang diatur dalamundang – undang
5. Semakin efektifnya pelaksanaanpelayanan akta kelahiran
3. Output (Hasil)
Output merupakan hasil dari sebuah pelaksanaan kebijakan, apakah
pelaksanaan kebijakan tersebut menghasilkan keluaran atau produk yang
sesuai dengan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Ada beberapa aspek
dalam dimensi output yaitu kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan
kebijakan, ketepatan sasaran yang dituju, sasaran yang tertangani dan
kelompok-kelompok yang terlibat didalan pelaksanaan kebijakan tersebut.
1) Kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan kebijakan
Pelaksanaan kebijakan seharusnya sesuai dengan tujuan dibuatnya
kebijakan, namun apa yang terjadi terharap program quick wins pada
administrasi kependudukan ini masih belum berhasil dalam mencapai tujuan
yang di inginkan dalam program tersebut, seperti yang disampaikan oleh
bapak Supryantoro selaku kepala seksi pendaftaran penduduk , berikut
adalah pernyataan yang diberikan oleh I1-1:
91
“belum mencapai target, tujuan utama dari program ini adalahpembuatan akta kelahiran hanya dalam 5 hari. Namun padakenyataannya bisa lebih dari itu, penyebabnya ya karena jaringanyang sering gangguan dan kurangnya sdm dalam mengatasipermintaan akta kelahiran .” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan dari
program tersebut belum berhasil mencapai tujuan yang di inginkan. Hal
senada juga disampaikan oleh kepala seksi pelayanan pencatatan sipil
kepada peneliti, pernyataan dari I1-2 adalah sebagai berikut:
“kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari programini juga untuk kepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kamimasih terdapat kekurangan dari segi sdm dan sarana jadi tujuan dariprogram quick wins yaitu pembuatan akta kelahiran selama 5 harimasih belum bisa tercapai.” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari
program tersebut belum tercapai seratus persen, namun suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil selaku implementor menargetkan untuk
bahwa pembuatan akta kelahiran harus selesai dalam waktu 5 hari. Hal ini
masih dilihat terdapat perbaikan dari proses lamanya pembuatan akta
kelahiran jika dibandingkan sebelum adanya program ini dimana pembuatan
akta kelahiran memakan waktu hingga 30 hari karena masih belum
sempurnanya proses mekanisme pengerjaannya
2) Ketepatan sasaran
Ketepatan sasaran yang dituju merupakan aspek penting dalam
pelaksanaan pelayanan akta kelahiran, apakah selama ini proses
92
pelaksanaannya sudah tepat sasaran, untuk mengetahui ketepatan sasaran
dalam hal proses pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan
akta kelahiran, berikut adalah hasil wawancara dengan I1-1:
“tentu saja tepat sasaran, karena setiap masyarakat diwajibkanmemiliki akta kelahiran. Maka dengan program ini diharapkan kamidapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.”(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipilJakarta utara)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan
pelayanan, dalam hal ini pembuatan akta kelahiran, suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil sudah tepat sasaran. Hal senada juga
disampaikan oleh I2-3 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:
“pastinya tepat sasaran soalnya kan semua masyarakat harus punyaakta kelahiran, dan tempat pembuatan akta kelahiran pun sudahditentukan penempatannya sehingga jelas untuk siapa kamimelakukan pelayanan.” (wawancara di kantor kecamatan Koja)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan yang
dilakukan sudah tepat sasaran, dikarenakan sebelum melaksanakan
pelayanan, suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil sudah mengetahui
sasaran dalam pelayanannya, misalnya dengan membuka pelayanan akta
kelahiran di rumah sakit dan puskesmas yang ditujukan kepada warga yang
baru saja memiliki anak untuk segera membuat akta kelahiran langsung di
rumah sakit. Hal senada juga dikatakan oleh kepala seksi, pernyataan I1-2
adalah sebagai berikut:
“sudah tepat, kami menjalankan program ini sudah menentukantempat tempat yang sekiranya efektif untuk pelayanan akta kelahiran,misalnya seperti membuka pelayanan di rumah sakit seperti di rumah
93
sakit koja. Disana sudah jelas bahwa sasarannya adalah masyarakatang baru mempunyai anak agar segera membuat akta kelahiran”(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipilJakarta utara)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, dapat
diketahui bahwa pelaksanaan program quick wins pada administrasi
kependudukan ini sudah tepat pada sasaran karena dalam pelaksanaannya
juga sudah jelas terlihat siapa saja target dari program tersebut.
3) Sasaran yang tertangani
Aspek sasaran yang tertangani dalam pelaksanaan kebijakan
merupakan hal yang berkaitan dengan kegiatan pengawasan setelah sasaran
dari kebijakan tersebut tertangani, untuk mengetahui mengenai sasaran yang
tertangani, peneliti melakukan wawancara bersama I1-1 yaitu sebagai
berikut:
“tentu saja kami tidak melakukan pengawasan, karena akta kelahiranyang sudah diberikan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya masing– masing. Tanggung jawab kami hanyalah menjaga datakependudukan masyarakat agar tetap terjaga dan tidakdisalahgunakan oleh orang lain.” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa sasaran yang telah
tertangani masih mendapat pengawasan dari pihak dinas sosial, hal senada
juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai
berikut:
94
“tidak ada pengawasan kepada masyarakat, yang kami lakukanhanyalah menjaga data kependudukan masyarakat tetap terjaga dantidak dipergunakan oleh orang lain.” (wawancara di kantor sukudinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Berdasarkan keterangan dari beberapa informan diatas, dapat
diketahui bahwa dalam pelaksanaan program quick wins pada administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran tidak ada
pengawasan dalam kepemilikan akta kelahiran, setelah akta kelahiran
diberikan kepada masyarakat hal itu menjadi tanggung jawab masing –
masing dalam menjaganya. Namun suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil menjaga data kependudukan agar tetap aman tersimpan dan
tidak dipergunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.
4) Kelompok yang terlibat
Kelompok yang terlibat berkaitan dengan lembaga atau pihak terkait
yang bekerja sama dalam mengimplementasikan program quick wins pada
administrasi kependudukan di suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara. Mengenai kelompok yang terlibat, peneliti melakukan
wawancara bersama I1-1 yaitu sebagai berikut:
“yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpelkecamatan, dan dari suku dinas itu sendiri.” (wawancara di kantorsuku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahu bahwa dalam pelaksanaan
peraturan daerah tersebut dibantu oleh beberapa pihak. Hal serupa juga
disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:
95
“kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalusatpel kecamatan dan dari suku dinas juga mas (wawancara di kantorsuku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat
diketahui bahwa dalam mengimplementasikan program quick wins pada
administrasi kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran ini
ada beberapa kelompo-kelompok yang terlibat, diantaranya satpel
kelurahan, satpel kecamatan, dan juga suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil. Berbeda dengan sebelum adanya program ini dimana
belum dibentuknya satuan pelayanan di kecamatan – kecamatan sehingga
proses pembuatan akta kelahiran terpusat di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil sehingga membuat pelayanan tidak efektif.
No Indikator Temuan Lapangan
3. Input 1. Tujuan dari program belum mencapaitarget yang diharapkan
2. Program sudah tepat sasaran3. Pengawasan hanya dilakukan terhadap
data kependudukan4. Seluruh elemen Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipilterlibat
4. Outcome (Dampak)
Outcome yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdapak nyata
terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan. Untuk
mengetahui dampak yang dihasilkan dari hasil pelaksanaan program
tersebut, maka peneliti melihat dari dampak ada tidaknya tanggapan atau
96
perubahan terhadap kelompok sasaran kebijakan, dan peningkatan
pelaksanaan oleh implementor terhadap peraturan daerah tersebut.
1) Perubahan kelompok sasaran
Dampak perubahan terhadap kelompok sasaran merupakan aspek
penting dalam sebuah hasil pelaksanaan kebijakan, ini karena berkaitan
dengan tujuan dibuatnya kebijakan, apakah dampak tersebut positif atau
negatif. Dampak perubahan kelompok sasaran yang ditimbulkan dari
pelaksanaan peraturan daerah tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara
yang dilakukan peneliti dengan I1-2 yaitu sebagai berikut:
“setelah ada program ini pastinya ada perubahan khususnya dalampelayanan akta kelahiran ini, dengan menempatkan satpel kecamatandan pelayanan di rumah sakit membuat pelayanan akta lebih tersebardan dapat dijangkau masyarakat. Penggunaan sistem online jugamembuat proses penginputan data menjadi semakin mudah dan cepatsehingga pembuatan akta kelahiran tidak lagi mencapai 30 hari”(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipilJakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat
perubahan terhadap sasaran kebijakan. Hal senada juga disampaikan oleh I1-
1 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:
“setelah pelaksanaan tentu saja ada perubahan, yang paling jelasadalah dari proses pembuatan akta kelahiran yang sebelumnyamencapai 30 hari sekarang paling lambat hanya seminggu saja. Jugatidak ada lagi penumpukan masyarakat yang ingin membuat aktakelahiran di suku dinas karena sudah adanya satpel di seluruhkecamatan. Selain itu terjadi jumlah peningkatan pada jumlahpermintaan pembuatan akta kelahiran, sehingga diharapkan seluruhmasyarakat semakin mengerti akan pentingnya administrasikependudukan” (wawancara di kantor suku dinas kependudukan danpencatatan sipil Jakarta utara)
97
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat
perubahan terhadap sasaran kebijakan menjadi lebih baik dikarenakan
proses pembuatan akta kelahiran yang semakin lebih cepat dari sebelumnya.
2) Peningkatan pelaksanaan
Dampak dari hasil pelaksanaan kebijakan yang sudah maupun sedang
berjalan adalah mengenai peningkatan pelaksanaan program yang sedang
dijalankan, berikut adalah hasil dari wawancara yang telah dilakukan
dengan I1-1 yang mengatakan bahwa:
“Kalo peningkatan sih jelas ada dari pelayanan akta kelahiran yangmulai merata sehingga cara bekerja menjadi semakin efektif” (wawancaradi kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara bersama kepala seksi pelayanan pendaftaran
penduduk dapat diketahui bahwa upaya peningkatan dalam rangka meng-
efektifkan kegiatan administrasi kependudukan terus dilakukan, peningkatan
memang perlu dilakukan seiring dengan berjalannya waktu mengikuti
bagaimana dinamika keadaan di masyarakat. Disisi lain, pihak dinas suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil pun terus melakukan peningkatan
untuk mewujudkan ketertiban administrasi kependudukan sebagaimana
dinyatakan oleh kepala seksi pelayanan pencatatan sipil yang disampaikan
kepada peneliti, berikut adalah pernyataan dari I1-2:
“peningkatan dalam melaksanakannya tentu saja ada, kami selaluberikan yang terbaik, ini kan untuk mewujudkan ketertibanadministrasi kependudukan juga, agar tidak ada lagi masyarakat
98
yang tidak mempunyai identitas.” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Hal senada juga disampaikan oleh I2-1 kepada peneliti, pernyataannya
adalah sebagai berikut:
“ada peningkatan, contohnya dengan membuat satpel di kecamatankecamatan dan tidak lagi terpusat di suku dinas supaya pelayananakta kelahiran lebih mudah diakses oleh masyarakat. ke depannyadiharapkan pembuatan akta kelahiran bisa dilakukan dimana sajasecara mobile sehingga tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuktidak membuat akta kelahiran” (wawancara di kantor kecamatantanjung priok)
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat
diketahui bahwa peningkatan terus dilakukan baik oleh suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil, dimana suku dinas membagi satuan
pelayanan ke kecamatan – kecamatan agar pelayanan akta kelahiran
semakin mudah diakses oleh masyarakat dan tidak lagi terpusat di suku
dinas. Ke depannya suku dinas merencanakan untuk membuat pelayanan
akta kelahiran secara mobile sehingga pelayanan bisa diakses dimana saja
dan kapan saja.
No Indikator Temuan Lapangan
4. Outcome 1. Semakin meningkatnya permintaanpembuatan akta kelahiran
2. Semakin efektifnya pelayanan aktakelahiran dengan menyebar tempatpelayanan ke kecamatan - kecamatan
99
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil pelenilitan merupakan isi dari hsil analisis data dan
faktayang peneliti dapatkan dilapangan kemudian disesuaikan dengan teori
yang peneliti gunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teori evaluasi menurut Nurcholis dalam bukunya yang
berjudul Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah yang
menjelasan bahwa evaluasi kebijakan merupakan penilaian secara
menyeluruh terhadap input, proses, output dan outcome. Selanjutnya
berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengenai Program Quick Wins
pada Pelayanan Administrasi Kependudukan ini sudah berjalan dengan
cukup baik namun belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melihat dari aspek
input, proses, output dan outcome. Dimana hasil dari obsevasi dan
wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, peneliti mendapat
data-data sebagai berikut:
1. Input (masukan)
Dimensi input atau masukan dari pelaksanaan program tersebut dapat
diketahui bahwa kapasitas sumberdaya manusia dari suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil sudah dapat dikatakan cukup baik
dimana petugas yang ada sudah paham dan mengerti apa-apa saja tugas
yang harus merka lakukan, namun dari segi jumlah dirasakan masih kurang.
Dari segi satuan pelaksana kecamatan sebagai pelaksana pelayanan
akta kelahiran juga dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya dirasa
100
cukup baik dikarenakan para petugas satuan pelaksana sudah memahami
SOP (Standar Operating Procedure) pelayanan akta kelahiran
menggunakan aplikasi akta kelahiran yang sudah terinstal di komputer. Tapi
dari segi jumlah dirasa kurang karena masih terdapat penumpukan
penumpukan berkas dan masyarakat yang mengantri untuk mendapatkan
pelayanan yang menandakan bahwa jumlah dari petugas atau sumberdaya
manusianya masih kurang.
Kemudian untuk sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan
program ini masih terdapat kekurangan, karena baik komputer maupun
jaringannya kurang mampu mendukung proses pelayanan sehingga
pembuatan akta kelahiran pun menjadi terhambat. Ruang tunggu pun juga
termasuk sarana dan prasarana yang cukup penting dikarenakan ini
berpengaruh terhadap kenyamanan masyarakat. Ruang tunggu di suku dinas
dirasa sudah tidak mencukupi lagi untuk menampung masyarakat yang ingin
melakukan pelayanan administrasi kependudukan, namun di satpel catatan
sipil di kecamatan, ruang tunggu terasa luas dan nyaman hanya saja harus
berbagi dengan bagian pelayanan lainnya.
Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan baik kepada
sasaran kebijakan maupun warga masyarakat agar program yang di
implementasikan diketahui oleh publik, terlebih apabila terdapat pasal yang
mengatur tentang larangan yang ditujukan kepada warga masyarakat.
Sampai saat ini bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh dinas kependudukan
dan pencatatan sipil terkait program ini adalah dengan melakukan
101
penyuluhan ke rumah – rumah hingga ke tempat pelayanan kesehatan
seperti di rumah sakit ataupun puskesmas. Melakukan penyuluhan ke
puskesmas ataupun rumah sakit dianggap efektif dikarenakan hampir semua
peristiwa kelahiran terjadi disana, jadi bisa sekaligus mengingatkan kepada
masyarakat betapa pentingnya akta kelahiran untuk anak anak mereka.
Suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil juga melakukan
sosialisasi dengan pemasangan baliho – baliho di tempat – tempat yang
dianggap strategis, namun pemasangan baliho ini dianggap kurang efektif
karena penempatannya yang tidak terlihat oleh masyarakat sehingga tidak
banyak masyarakat yang mendapatkan informasi terkait program tersebut.
Berdasarkan hasil evaluasi input dari Program Quick Wins pada
Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.
Dari aspek sumber daya manusia dapat dikatakan mencukupi dari segi
kualitas namun tidak mencukupi dari segi kuantitas. Sarana dan prasarana
penunjang jalannya program ini masih memiliki kekurangan yaitu dari segi
fasilitas teknologi penunjang pelayanan akta kelahiran itu sendiri, dimana
kondisi komputer sebagai alat utama tidak berada dalam kondisi yang baik
dan juga jaringan yang sering mengalami gangguan. Dari aspek sosialisasi,
sosialisasi dilakukan oleh pihak suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil dengan cara melakukan penyuluhan secara langsung kepada
masyarakat dan juga melalui baliho baliho yang dipasang di berbagai
tempat.
102
2. Proses
Dimensi proses dalam pelaksanaan program tersebut dapat diketahui
bahwa mekanisme dari program quick wins ini sudah cukup jelas
khususnya dalam pelayanan akta kelahiran, dalam pelaksanaannya pun
sudah mengikuti SOP yang ada, dengan satpel kecamatan sebagai tempat
pelayanan akta kelahiran.
Gambar 4.1SOP Pelayanan Akta Kelahiran
103
104
Kemudian pelayanan yang diberikan kepada masyarakat berupa
pencatatan administrasi kependudukan yang berupa akta kelahiran, sudah
didukung dengan SOP yang ada hanya saja kondisi sarana dan prasarana
yang ada tidak mendukung pelayanan ini sehingga pelayanan akta kelahiran
menjadi terhambat dan belum bisa mencapai target penyelesaian yang sudah
ditentukan.
105
3. Output (hasil)
Output atau hasil dari pelaksanaan program quick wins pada
pelayanan administrasi kependudukan di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara dapat di ketahui bahwa dalam proses
pelaksanaan ini terjadi perbaikan dari sistem pelayanan akta kelahiran yang
sebelum adanya program ini bisa mencapai satu bulan dalam pembuatannya,
sekarang bisa selesai kurang lebih dalam waktu seminggu.
Dengan melakukan pelayanan di rumah sakit pun dapat diketahui
bahwa dari suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil sudah mengetahui
sasaran – sasaran yang dijadikan tujuan yaitu masyarakat yang baru saja
mempunyai anak, dengan sistem jemput bola tersebut maka diharapkan
pelayanan makin maksimal. Sedangkan dalam bentuk pengawasan, suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil tidak akan melakukan pengawasan
terhadap akta kelahiran yang sudah diberikan masyarakat, namun suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil melakukan pengawasan terhadap data
kependudukan yang sudah diberikan agar tidak dipergunakan oleh pihak
yang tidak bertanggungjawab.
4. Outcome (dampak)
Outcome atau dampak nyata yang ditimbukan dari pelaksanaan
program quick wins pada pelayanan administrasi kependudukan ini dapat
diketahui bahwa terdapat peningkatan jumlah akta kelahiran selama
program ini berjalan. Dengan meningkatnya akta kelahiran pada akhirnya
106
juga berguna bagi negara untuk pelaksanaan kebijakan – kebijakan yang
terkait dengan kependudukan.
Gambar 4.2
Grafik pelayanan akta kelahiran
Sumber : Profil Suku Dinas Jakarta Utara 2013 – 2016
Dampak lain dari pelaksanaan program quick wins pada pelayanan
administrasi kependudukan ini adalah peningkatan pelaksanaan dari suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil dengan adanya penggunaan sistem
informasi pada pelayanan akta kelahiran. Hal ini mengakibatkan terjadinya
perbaikan tingkat pelayanan akta kelahiran kepada masyarakat khusunya
masyarakat Jakarta Utara .
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Nurcholis dengan keempat skema umum penilaian yang telah
dipaparkan diatas, dapat memberikan informasi bahwa dalam pelaksanaan
Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan ini
telah dijalankan dengan baik oleh pihak Suku Dinas Kependudukan dan
20000
21000
22000
23000
24000
25000
26000
27000
2013 2014 2015 2016
Tingkat Kelahiran
Akta Kelahiran
107
Pencatatan Sipil Jakarta Utara sebagai implementor walaupun masih belum
optimal.
108
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan lapangan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, sehingga penyimpulan akhir mengenai Evaluasi
Program Quick Wins pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta dapat dikatakan cukup optimal meski
masih ditemukan beberapa kekurangan dalam beberapa hal, sehingga memiliki
dampak pada proses pelayanan yang didapatkan oleh masyarakat yang ingin
melakukan administrasi kependudukan khususnya dalam pembuatan akta
kelahiran. Hal tersebut terjadi karena masih terdapat beberapa mekanisme
pelayanan yang kurang optimal saat diberikan. Permasalahan tersebut terjadi
dilihat dari sumber daya manusia pelayanan, sarana dan prasarana, dan sosialisasi
sehingga belum mampu mencapai hasil dari tujuan awal. Dimana yang
menyebabkan atas kurang berhasilannya pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Pertama, masih minimnya sumber daya manusia yang ada. Terobosan
dengan membuat satuan pelayanan catatan sipil di kecamatan dan di rumah sakit
tidak diimbangi dengan jumlah sumber daya manusia yang ada. Hal ini
menyebabkan terhambatnya proses administrasi sehingga pelayanan menjadi lebih
lambat dari yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun dari segi kualitas sumber
daya manusianya dinilai cukup baik dikarenakan setiap petugas mengerti apa saja
109
yang harus dikerjakan oleh mereka sehingga minim terjadinya kesalahan –
kesalahan yang dapat menyebabkan proses administrasi menjadi terhambat.
Kedua, dari segi sarana dan prasarana juga dinilai masih banyak memiliki
kekurangan. Seharusnya sarana dan prasarana dianggap sebagai penunjang yang
sangat penting dalam melakukan proses administrasi. Masih terdapat berbagai
kekurangan dari sarana dan prasarana seperti kondisi komputer yang kurang baik
dan jaringan data yang sering mengalami gangguan ini menyebabkan proses
administrasi kependudukan khususnya pembuatan akta kelahiran menjadi
terganggu. Dikarenakan proses penginputan data dan pencetakan akta kelahiran
dilakukan secara online, sehingga sarana seperti komputer dan jaringan data yang
baik merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan. Selanjutnya terkait dengan
prasarana juga terdapat sedikit kekurangan khususnya di ruang tunggu suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil, ruang tunggu di suku dinas dirasakan sangat
sempit dan tidak nyaman dan tidak sanggup menampung masyarakat yang ingin
melakukan administrasi kependudukan. Hal ini bisa menyebabkan keengganan
masyarakat untuk melakukan administrasi kependudukan karena
ketidaknyamanan saat menunggu prosesnya.
Ketiga, dari segi sosialisasi. Dari segi sosialisasi dalam bentuk penyuluhan
dapat dikatakan cukup berhasil karena dapat langsung disampaikan kepada target
– target sasaran kebijakan. Namun sosialisasi dalam bentuk baliho – baliho
ataupun reklame dianggap kurang tepat dalam penempatan lokasinya. Lokasi
pemasangan baliho – baliho dianggap kurang tepat dikarenakan tidak banyak
masyarakat yang melihat dan membaca isi dari kebijakan tersebut sehingga tidak
110
mendapatkan hasil. Padahal baliho – baliho berfungsi untuk memberikan
sosialisasi secara tidak langsung kepada masyarakat sehingga informasi terkait
program ataupun kebijakan dapat disampaikan secara lebih luas lagi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian, maka
peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan dan
pertimbangan supaya implementasi program quick wins pada pelayanan
administrasi kependudukan dapat berjalan dengan maksimal. Adapun saran
tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Perlu adanya penambahan jumlah petugas pelayanan pencatatan sipil
khususnya dalam akta kelahiran agar tidak ada lagi terjadi penumpukan
berkas berkas kependudukan karena jumlah sumber daya manusia untuk
mengerjakannya tidak mencukupi.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada, khususnya komputer dan
jaringan – jaringan data yang menjadi pilar utama dalam implementasi
program ini. Perlunya juga penambahan komputer ini berbanding lurus
dengan kebutuhan sumber daya manusia yang menggunakannya. Diperlukan
juga petugas yang mengerti tentang maintenance atau perawatan – perawatan
alat – alat ini agar terus berada dalam kondisi baik setiap kali digunakan
untuk proses administrasi kependudukan.
111
3. Dari segi prasarana juga diperlukan perluasan ruang tunggu untuk masyarakat
saat melakukan proses administrasi kependudukan, khususnya ruang tunggu
di suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara.
4. Perlunya penempatan baliho – baliho ataupun papan reklame di tempat –
tempat umum yang lebih strategis agar dapat dilihat oleh banyak masyarakat.
x
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah
Agustino, Leo. 2008. Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Nugroho D., Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi Implementasi, danEvaluasi. Jakarta : Gramedia
Osborne, David dan Gaebler, Ted. 2008. Mewirausahakan Birokrasi (ReiventingGovernment). Jakarta : Teruna Gravika
Dunn, N. William. 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, edisi II. Jogjakarta:Gajah Mada University Press.
Moleong, J.lexi. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RosdaKarya Remaja
Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik ( Konsep, Teori, dan Aplikasi)Yogyakarta : Pustaka Belajar
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta
. 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.
. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Widodo, Joko. 2001. Good Governance: Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas danKontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya:Insan Cendekia
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus.Yogyakarta : CAPS
xi
Dokumen lain
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 13 tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Quick Wins
Undang – Undang No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
Undang – Undang No 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang – Undang
No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Sumber Lain
Setiawati, Ani. 2009. Evaluasi Program Quick Wins di Tingkat Internal Humas
Kepolisian Daerah Banten. Tidak Diterbitkan.
EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADAKEBIJAKAN PELAYANAN ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN DI SUKU DINASKEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
JAKARTA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial padaKonsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Disusun oleh:
DIMAS RIAN PAMBUDI
NIM: 6661111343
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
Evaluasi Program Quick Wins Pada Pelayanan Administrasi Kependudukandi Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
Dimas Rian Pambudi
(Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik Tahun 2011)
ABSTRAK
Dimas Rian Pambudi. NIM : 6661111343. SKRIPSI. Evaluasi ProgramQuick Wins Pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku DinasKependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Program Studi IlmuAdministrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. UniversitasSultan Ageng Tirtayasa.
Quick wins adalah suatu inisiatif yang mudah dan cepat dicapai yang mengawalisuatu program besar dan sulit dalam waktu kurang dari 12 bulan. Keluaran daripelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme kerja atauproduk utama kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang sesuai denganperan, tupoksi, dan karakteristik masing – masing. Suku dinas kependudukan danpencatatan sipil Jakarta utara merupakan unit pelaksana yang ditunjuk untukmelaksanakan tugas publik di bidang administrasi kependudukan, salah satunya dipelayanan pembuatan akta kelahiran. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasiprogram quick wins pada pelayanan administrasi kependudukan di suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara. Pendekatan penelitian yangdigunakan adalah kualitatif, yang bertujuan untuk memahami makna yang beradadi balik fakta – fakta. Pemahaman yang mendalam terhadap suatu peristiwa ataufenomena sosial merupakan hal yang terpenting. Dari hasil penelitian diketahuibahwa implementasi program quick wins pada pelayanan administrasikependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran masih belum optimal.Penyebab utamanya adalah masih minimnya sumber daya manusia yang ada,sarana dan prasarana yang masih banyak memiliki kekurangan, dan sosialisasiyang masih belum berhasil. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan agar sukudinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara memperbaiki setiapkekurangan yang ada agar pelayanan semakin optimal.
Kata kunci : administrasi kependudukan, akta kelahiran, evaluasi, quick wins
ABSTRACT
Dimas Rian Pambudi. Student’s Registration Number: 6661111343. THESIS.Evaluation of Quick Wins Program on Population Administration Service atNorth Jakarta Population and Civil Registration Agency. Department of PublicAdministration, Faculty of Social and Political Science Sultan Ageng TirtayasaUniversity.
Quick wins is an easy and fast-paced initiative that started a big and difficultprogram in less than 12 months. The output of the implementation of quick wins isthe improvement of the ministry / institution and local government systems orworking mechanisms or products that are consistent with their roles, tupoksi, andcharacteristics. The North Jakarta Population and Civil Registration Office is theimplementation unit which is appointed to carry out public duties in the field ofpopulation administration, one of them in the service of birth certificate making.This research was conducted to evaluate quick wins program on populationadministration service in pupulation and civil registration of north Jakarta. Theresearch approach used is qualitative, which aims to understand the meaningbehind the facts. A deep understanding of an event or a social phenomenon is themost important thing. socialization is still not successful. Therefore, theresearcher recommends that the North Jakarta Population and Civil Registrationimprove any deficiencies in order to optimize the service.
Keywords: birth certificate, evaluation, population administration, quick wins
“Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan
hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal
kecil dengan cinta yang besar” (bunda Teresa)
Skripsi ini aku persembahkan
untuk Mama, Papa, Mba Riri, Mba Andin, dan Agung.
Terimakasih atas doa dan kasih sayang yang diberikan.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
rahmat, berkat, karunia, petunjuk, dan pertolongan-Nyalah peneliti dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Quick Wins
pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara”. Adapun penyusunan
skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat melakukan penelitian dalam meraih
gelar sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa dalam proses pengerjaan proposal skripsi ini tidak
lepas dari dukungan kedua orang tua, keluarga serta sahabat yang membimbing
penulis agar dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan baik. Kiranya
penelitian ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca. Skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran
yang membangun dari para pembaca. Penulis juga ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberi pengajaran, dorongan serta
bantuan sebagai motivasi bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus selaku dosen
pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan serta dukungan
selama masa perkuliahan.
ii
2. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Ibu Arenawati, M.Si selalu Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Dr. Ayuning Budiati, MPPM., selaku Pembimbing I Skripsi.
Terimakasih atas ilmu yang diberikan serta membimbing peneliti dalam
proses penyusunan skripsi.
8. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., selaku pembimbing II
skripsi. Terimakasih atas arahan serta pembelajaran bagi peneliti melalui
bimbingan dengan saran dan kritik yang diberikan selama proses
penyusunan skripsi.
9. Kepada seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
10. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa
atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.
iii
11. Bapak Supryantoro, S.Sos., M.Si., dan Bapak Kartawi, S.Ip., yang telah
memberikan informasi serta data terkait mengenai pelayanan administrasi
kependudukan khususnya pelayanan akta kelahiran di Jakarta Utara.
12. Pihak Lingkungan dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara, dan narasumber yang telah mendukung, memberikan
informasi, serta memberikan izin sehingga dapat melakukan penelitian
dilingkungan Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
13. Kedua orang tuaku tersayang Papa dan Mama terimakasih atas segala doa
dan restunya serta dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti
dalam melakukan penelitian, dan untuk kedua kakakku Mas Lian dan Mas
Frans terimakasih untuk kasih sayang dan dukungannya.
14. Teman-teman Ilmu Administrasi Publik angkatan 2011 yang memberi
kesan, kenangan dan solidaritas selama masa kuliah terkhusus Apis, Eko,
Vergie, Vero, Revi, dan lainnya yang saling mendoakan dan tiada lelah
memberi semangat serta masukan.
15. Keluarga Mahasiswa Katolik Serang Cilegon yang telah mengisi
kehidupan perkuliahanku lebih berwarna dan dekat dengan sang pencipta,
terkhusus untuk Kak Santa Riri Monica Hutapea, Andreas Agus Widodo,
Veronica Puspaningtyas, dan KMK SC angkatan 2011..
16. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini
karena keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala
iv
kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang
Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua, amin.
Serang, Juli 2018
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Identifikasi Dan Batasan Masalah .........................................................9
1.3 Rumusan Masalah ...............................................................................10
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian ..............................................................................10
1.6 Sistematika Penulisan .........................................................................11
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ..................................................................................14
2.1.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan ...............................................15
2.1.2 Definisi Kebijakan Publik........................................................24
2.1.3 Proses Kebijakan Publik .........................................................25
2.1.4 Pengertian Quick Wins ...........................................................26
2.1.5 Pelayanan Publik .....................................................................28
vi
2.1.6 Administrasi Kependudukan ...................................................35
2.1.7 Akta Kelahiran ........................................................................37
2.2 Penelitian Terdahulu .........................................................................40
2.3 Kerangka Berfikir .............................................................................41
2.4 Asumsi Dasar ....................................................................................44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...................................................46
3.2 Fokus Penelitian ................................................................................48
3.3 Lokasi Penelitian................................................................................49
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................50
3.4.1 Definisi Konsep ......................................................................50
3.4.2 Definisi Operasional ...............................................................50
3.5 Instrumen Penelitian .........................................................................52
3.6 Informan Penelitian ...........................................................................54
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..............................................55
3.8 Uji Keabsahan Data ..........................................................................63
3.9 Jadwal Penelitian ..............................................................................65
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian .............................................66
4.1.1 Gambaran Umum Jakarta Utara ................................................66
4.1.2 Gambaran Umum Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara ..................................................69
4.2 Deskripsi Data ...................................................................................72
vii
4.2.1 Daftar Informan Penelitian .....................................................74
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................60
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................61
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .....................................................................................102
5.2 Saran ...............................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................x
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Daftar Informan Wawancara..................................................................67
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara.............................................................................67
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian....................................................................................67
Tabel 4.1 Kecamatan di Jakarta Utara ...................................................................67
Tabel 4.2 Daftar Informan Penelitian.....................................................................67
Tabel 4.3 Data Kepegawaian Seksi Pendaftaran Penduduk Menurut Pendidikan.78
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta ..................................6
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ..............................................................................44
Gambar 3.1 Analisis Data menurut Miles dan Huberman ....................................64
Gambar 4.1 SOP Pelayanan Akta Kelahiran .........................................................64
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Akta Kelahiran ..................................................64
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belakangan ini dalam segala aspek yang berhubungan dengan
pemerintahan, reformasi birokrasi menjadi isu yang sangat kuat untuk
direalisasikan. Terlebih lagi, birokrasi pemerintahan Indonesia telah
memeberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kondisi
keterpurukan bangsa Indonesia dalam krisis multidimensi yang
berkepanjangan. Birokrasi yang telah dibangun oleh pemerintah sebelum
era reformasi telah membangun budaya birokrasi yang kental dengan
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Akan tetapi, pemerintahan pasca reformasi pun tidak menjamin
keberlangsungan reformasi birokrasi terealisasi dengan baik, kurangnya
komitmen pemerintah pasca reformasi terhadap reformasi birokrasi ini
cenderung berbanding lurus dengan kurangnya komitmen pemerintah
terhadap pemberantasan KKN yang telah menjadi permasalahan dalam
birokrasi pemerintahan Indonesia selama ini. Sebagian masyarakat telah
memberikan pandangan negatif terhadap komitmen pemerintah pasca
reformasi terhadap reformasi birokrasi.
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan
yang sangat luas dan juga merupakan salah satu unsur yang mendorong
2
perubahan kualitas pemerintahan daerah maupun pusat. Dalam kehidupan
bernegara, maka pemerintah memliki fungsi memberikan berbagai
pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan
dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan – pelayanan lain dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan,
kesehatan, utilitas, dan lainnya. Undang – Undang Dasar 1945
mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap
warga negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu sistem
pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan
pelayanan publik. Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 pun secara
tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikannya Negara Republik
Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Selain itu juga diperjelas kembali dalam Undang –
Undang nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, sebagai
kebijakan dan acuan bagi seluruh instansi pelayanan publik dalam
menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas.
Pemerintah sebagai service provider (penyedia jasa) bagi
masyarakat dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
Apalagi pada era otonomi daerah kualitas dari pelayanan aparatur
pemerintahan akan semakin ditantang untuk lebih optimal, kompeten dan
mampu menjawab tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat, baik dari
segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Pelayanan publik yang
berkualitas merupakan pelayanan yang mampu memberikan kepuasan
3
kepada masyarakat. Hal tersebut dapat diketahui dari 5 dimensi kualitas
pelayanan publik yang menjadi tolak ukur dalam memberikan kepuasan
kepada masyarakat yaitu reliability, responsiveness, assurance, empaty,
dan tangibles.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25
Tahun 2009 menyebutkan definisi pelayanan publik adalah segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan maupun pelaksana
ketentuan peraturan perundang – undangan. Penyelenggara pelayanan
publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara langsung
memberikan pelayanan kepada penerima layanan publik. Sedangkan
penerima layanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah
atau badan hukum. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 58 Tahun 2005 mengelompokan tiga jenis pelayana dari instansi
pemerintah serta BUMN/BUMD. Pengelompokan jenis pelayanan tersebut
didasarkan pada ciri – ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang
dihasilkan yaitu, pelayanan administrasi, pelayanan barang, dan pelayanan
jasa.
Pelayanan publik cenderung menjadi konsep yang sering
digunakan oleh banyak pihak, baik dari kalangan praktisi, maupun
ilmuwan, dengan makna yang berbeda – beda. Dalam kehidupan politik,
perbaikan pelayanan publik juga sangat berimplikasi luas khususnya
dalam memperbaiki tingkat kepercayaan kepada pemerintah. Berbagai
4
pelayanan administratif , seperti pelayanan KTP (Kartu Tanda Penduduk),
akte kelahiran, sertifikasi tanah dan perizinan, merupakan sebagian dari
pelayanan yang diselenggarakan untuk menjamin hak dan kebutuhan dasar
warga negara. Pelayanan KTP dan akte kelahiran sangatlah vital dalam
kehidupan warga negara karena keduanya menjamin keberadaan, identitas
warga, dan hak – hak sipil lainnya. Pelayanan seperti itu tentu sangat
penting dan menjadi bagian dari pelayanan publik yang harus
diselenggarakan oleh negara.
Ada beberapa jenis pelayanan publik yang diberikan aparatur
kepada masyarakat, mulai dari urusan akta kelahiran sampai dengan
urusan surat kematian atau yang dikenal dengan istilah catatan sipil.
Catatan sipil juga merupakan suatu catatan yang menyangkut kedudukan
hukum seseorang. Bahwa untuk dijadikan dasar kepastian hukum
seseorang maka data atau catatan penting peristiwa seseorang seperti
perkawinan, perceraian, kelahiran, kematian, pengakuan anak dan
pengesahan anak, maupun perpindahan perlu didadftarkan ke Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Oleh karena Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil adalah suatu lembaga resmi pemerintah yang
menangani hal – hal yang menyangkut peristiwa kependudukan yang
sengaja diadakan oleh pemerintah, dan bertugas untuk mencatat,
mendaftarkan, serta membukukan selengkap mungkin setiap peristiwa
penting bagi status keperdataan seseorang.
5
Dari berbagai pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
tersebut salah satunya adalah pelayanan terhadap kelahiran yaitu
pembuatan akta kelahiran yang mana akta kelahiran itu sendiri menjadi
penting bagi masyarakat karena merupakan bukti kuat dan sah secara
hukum atas kelahiran seseorang, dan juga berguna untuk keperluan
pemiliknya nanti, misalnya sebagai syarat pendaftaran untuk mendaftarkan
diri ke sekolah, dan sebagai bukti yang sah atas legalitas keberadaan sang
pemilik akta kelahiran tersebut. Pentingnya akta kelahiran tersebut tidak
langsung tidak langsung membuat masyarakat merasa harus membuat akta
kelahiran sehingga dibutuhkan juga motivasi dan dorongan yang diberikan
kepada masyarakat tersebut agar mengetahui pentingnya akta kelahiran
dan segera membuat akta tersebut.
Masalah semakin pelik ketika banyak masyarakat yang
menganggap bahwa pelayanan administrasi kependudukan khususnya
dalam pelayanan akta kelahiran dinilai terlalu berbelit – belit, tidak tepat
waktu dan prosedur yang sulit dipahami oleh sebagian masyarakat.
Namun sekarang pemerintah telah mengeluarkan sebuah kebijakan
yang dinamakan quick wins. Quick wins adalah sesuatu inisiatif yang
mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan sulit
dalam waktu yang kurang dari 12 bulan. Quick wins bermanfaat untuk
mendapatkan momentum awal yang positif untuk selanjutnya melakukan
sesuatu yang berat. Sesuatu yang berat itu merupakan inti dari suatu
program besar tersebut. Quick wins untuk setiap kementerian/lembaga dan
6
pemerintah daerah serta untuk tema tertentu dapat berupa organization
quick wins, regulation quick wins, atau human resource quick wins.
Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan
didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untuk
selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan
berkelanjutan. Keluaran dari pelaksanaan quick wins adalah perbaikan
sistem dan mekanisme kerja atau produk utama Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah yang sesuai dengan peran, tupoksi dan
karakteristik masing-masing.
Gambar 1.1
Jumlah Penduduk Jakarta 2014 - 2016
Sumber : BPS Provinsi Jakarta
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
2010 2014 2015 2016
Utara
Barat
Timur
Selatan
Pusat
Kep Seribu
7
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi pertumbuhan
terhadap jumlah penduduk di Jakarta Utara. Hal ini menunjukan bahwa
banyaknya terjadi peristiwa kependudukan baik itu terkait dengan
kelahiran, kematian maupun perpindahan penduduk yang mempengaruhi
jumlah penduduk tiap tahun.
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
merupakan institusi daerah yang mengatur dan memeberikan pelayanan
kepada masyarakat terkait dengan administrasi kependudukan di Jakarta
Utara. Salah satu pelayanan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil adalah pelayanan pembuatan akta kelahiran, setiap peristiwa
kelahiran yang terjadi di masyarakat Jakarta Utara wajib dilaporkan di
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil guna mendapatkan akta
kelahiran.
Penerapan kebijakan quick wins di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil diawali karena banyaknya bentuk pelayanan yang
diberikan tidak memenuhi harapan masyarakat terutama dalam bentuk
pelayanan perpindahan penduduk dan pembuatan akta kelahiran. Hal ini
disebabkan pembuatannya yang dinilai terlalu berbelit dan memakan
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu dengan adanya kebijakan quick
wins ini diharapkan pelayanan publik di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil ini dapat meningkat, misalnya dalam pembuatan akta
kelahiran yang sebelumnya diharuskan membuatnya di kantor suku dinas
dengan membawa surat keterangan dari RT, RW, kelurahan, hingga
8
kecamatan, juga surat keterangan kelahiran dan kartu keluarga, sekarang
dapat dibuat langsung di kecamatan hanya dengan membawa surat
keterangan kelahiran yang bersangkutan. Bahkan saat ini suku dinas sudah
menerapkan sistem jemput bola yaitu dengan cara pembuatan akta
kelahiran di tempat seperti di rumah sakit dan puskesmas. Dengan ini
pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya bisa mencapai 1 bulan lebih
sekarang bisa diselesaikan dalam waktu 5 hari.
Namun pada kenyataannya, proses pelaksanaan program quick
wins tidak berjalan seperti yang diharapkan sebelumnya. Hal ini
dikarenakan banyaknya pelayanan pencatatan sipil yang diberikan kepada
masyarakat belum maksimal. Contohnya dalam pembuatan akta kelahiran
yang tadinya diharapkan bisa selesai dalam waktu 5 hari namun pada
kenyataannya bisa sampai 2 minggu pengerjaannya. Hal ini terkadang
mengecewakan masyarakat yang memberikan ekspetasi yang lebih kepada
program quick wins ini. Dari sisi masyarakat pun masih banyak yang
belum mengetahui manfaat dan dampak dari program ini terhadap proses
pelayanan administrasi kependudukan.
Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti terdapat cukup banyak
hambatan yang menganggu proses pengimplementasian program quick
wins ini. Salah satunya yang paling menonjol adalah sumberdaya manusia,
jumlah dan kualitas pegawai yang memberikan pelayanan terhitung sangat
kurang. Hal ini dilihat dari banyaknya arsip kependudukan masyarakat
yang menumpuk dan belum dikerjakan karena kurangnya jumlah pegawai.
9
Hal senada juga disampaikan oleh pegawai bagian pelayanan bernama
Amirudin, “iya mas, disini arsip penduduk ditumpuk dulu baru dikerjain
soalnya banyak juga arsip yang terus masuk dari masyarakat. Harusnya
sih kalau akte kelahiran bisa selesai dalam waktu seminggu cuman karena
banyaknya arsip yang masuk jadinya ditumpuk dulu baru dikerjakan.”
Dilihat dari pelaksanaannya terdapat berbagai faktor yang dapat
menghambat pelaksanaan program quick wins dan dengan adanya
pemaparan dalam latar belakang ini maka peneliti mengambil judul
penelitian “EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADA KEBIJAKAN
PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI SUKU DINAS
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL JAKARTA UTARA”.
1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, penulis
mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh suku dinas kependudukan
dan pencatatan sipil terkait program quick wins terhadap pelayanan
administrasi kependudukan
2. Lambatnya pengerjaan akta kelahiran yang tidak sesuai dengan target
pengerjaan yang sudah ditetapkan
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran
10
Selanjutnya, untuk memudahkan peneliti dalam proses kajian penelitian,
maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah penelitian yaitu : Evaluasi
Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan
Khususnya pada Pelayanan Akta Kelahiran di Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara.
1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah menjadi
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
“ Bagaimana Keberhasilan Program Quick Wins pada Kebijakan
Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara? “
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi dari Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan
Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Jakarta Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan teori yang ada
khususnya teori mengenai implementasi dan dapat menjadi bahan bacaan
yang bermanfaat dan memberikan wawasan pengetahuan yang luas
11
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan tambahan
khususnya untuk mata kuliah evaluasi kebijakan publik.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti
dalam hal mempelajari tentang evaluasi kebijakan pada khususnya
serta ilmu pengetahuan lain selama mengikuti program studi ilmu
administrasi publik.
2. Bagi Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan evaluasi
dalam menilai proses implementasi program quick wins.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan
penelitian ini yang bertujuan untuk mempermudah dalam memahami
keseluruhan isi dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika
penulisan penelitian mengenai Evaluasi Program Quick Wins pada
Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara, tersusun atas
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah yang menggambarkan ruang lingkup serta kedudukan masalah
12
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif. Kemudian bab ini
membahas identifikasi masalah untuk melihat aspek permasalahan yang
muncul dan berkaitan dengan judul penelitian. Pembatasan dan perumusan
masalah ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan
demi mencapai hasil penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil
penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Tujuan penelitian
mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan
dilaksanakannya penelitian ini terhadap masalah yang telah dirumuskan.
Manfaat penelitian yaitu menjelaskan manfaat teoritis dan praktis yang
berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta sistematika
penulisan yang digunakan untuk mempermudah pembaca mengetahui isi
dari penelitian secara keseluruhan.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Dalam bab II mengkaji berbagai teori yang relevan dengan
permasalahan – permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.
Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara
penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya. Selanjutnya,
kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori
yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan
kesimpulan penelitian sementara.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab III ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang
digunakan. Ruang lingkup penelitian dan lokasi penelitian. Definisi
13
variable penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian.
Instrumen penelitian yang menjelaskan proses penyusunan dan jenis alat
yang digunakan dalam pengumpulan data. Informan penelitian yang
menjelaskan orang – orang yang terkait dengan penelitian ini. Teknik
pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan
keabsahan datanya. Serta jadwal penelitian yang memaparkan waktu
penelitian ini dilakukan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab IV ini akan dijabarkan deskripsi obyek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian secara jelas. Mendeskripsikan data yaitu
menjelaskan data yang telah diolah dari data yang masih mentah dengan
menggunakan teknik analisis data yang masih relevan. Selanjutnya data
yang telah dianalisis, peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik
triangulasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Setelah
itu melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan yang dibuat
secara jelas, singkat, dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya,
peneliti memeberikan saran yang memiliki isi berupa tindak lanjut dari
sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis
maupun secara praktis. Saran praktis biasanya lebih operasional sedangkan
pada aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
14
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1. Deskripsi Teori
Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat
digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik (William
Wiersma dalam Sugiyono, 2009:52). Selanjutnya, Sitirahayu Haditono (1999),
menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih
banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan fenomena.Suatu teori
dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya
dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa dan
menginterpretasikan secara kritis (Habermas, 1968). Secara umum deskripsi teori
ini menjelaskan berbagai teori yang sesuai dan relevan dengan permasalahan dan
fokus penelitian yang akan diteliti, lalu disusun secara sistematis dan rapi agar
lebih mudah dimengerti. Dengan mempelajari berbagai teori yang sesuai dengan
permasalahan penelitian maka akan terbentuk konsep penelitian yang jelas
sehingga dapat mengarahkan peneliti agar melakukan penelitian yang tepat dan
bagus. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori, pembahasannya perlu dikaitkan
dengan hasil – hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan peneliti yang
akan dilakukan. Selain itu pada bagian ini akan disertakan asumsi dasar peneliti,
15
dimana asumsi dasar itu merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
yang akan diteliti dan akan diuji kebenarannya
2.1.1. Pengertian Evaluasi Kebijakan
Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. Kebijakan harus
diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi
kebijakan”. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan
kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya, sejauh
mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara
harapan dengan kenyataan di lapangan. (Nugroho 2003:183).
Menurut William N Dunn dalam Public Policy Analysis : An Introduction
menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu dari proses ataupun siklus
kebijakan publik setelah perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakan,
dan monitoring atau pengawasan terhadap implementasi kebijakan. Pada
dasarnya, evaluasi kebijakan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dari kebijakan
yang dibuat dan dilaksanakan tersebut telah tercapai atau tidak. Dalam arti yang
spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau
manfaat hasil kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan, tidak lain adalah
mengukur kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan, dan mengukur seberapa
jauh telah terjadi penyimpangan dan ketidakpastian.
Dye (1978:351) , mendefinisikan evaluasi kebijakan sebagai pembelajaran
tentang konsekuensi dari kebijakan publik. Evaluasi kebijakan adalah
pemeriksaan objektif, sistematis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan
16
program publik terhadap efek dari targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Lester dan Stewart dalam Dye, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke
dalam dua tugas yang berbeda.
1) Untuk menentukan konsekuensi – konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh
suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Hal ini merujuk
pada usaha untuk melihat apakah program kebijakan publik mencapai
tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak. Bila tidak, faktor
apakah yang menyebabkannya.
2) Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan
berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal
ini berkaitan dengan penilaian apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak
dalam meraih dampak yang diinginkan.
Dalam proses evaluasi kebijakan, kita harus memperhatikan beberapa
langkah yang menjadi arahan dari evaluasi tersebut, Suchman mengemukakan
enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yakni :
1. Mengidentifikasikan tujuan program yang akan dievaluasi
2. Analisis terhadap masalah
3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan
4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain
6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak
17
Secara konseptual ada pandangan yang menyatakan bahwa evaluasi dapat
dilakukan pada seluruh periode kegiatan, artinya dapat dilakukan pada saat
kegiatan belum dilaksanakan, evaluasi pada saat kegiatan berjalan, dan setelah
kegiatan dilaksanakan (Riyadi, 2003:268).
Oleh karena itu berdasarkan pandangan tersebut, evaluasi dapat dibedakan
menjadi :
1. Pra Evaluasi
Yakni evaluasi yang dilakukan pada saat program belum
berjalan/beroperasi pada tahap perencanaan. Evaluasi pada periode
ini biasanya difokuskan pada masalah – masalah persiapan dari
suatu kegiatan. Dapat pula evaluasi itu didasarkan pada hasil –
hasil pelaksanaan kegiatan sebelumnya yang secara substansial
memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Evaluasi pada saat program sedang berjalan
Evaluasi pada periode ini biasanya difokuskan pada penilaian dari
setiap tahap kegiatan yang sudah dilaksanakan, walaupun belum
bisa dilakukan penilaian terhadap keseluruhan proses program.
Dalam prakteknya, evaluasi seperti ini berbentuk seperti laporan
triwulan, semester, atau tahunan (untuk kegiatan jangka
menengah). Pada saat program atau kegiatan tengah berjalan
analisis evaluasi bersumber pada hasil pemantauan yang
dilaksanakan pada tahapan – tahapan kegiatan secara berkelanjutan
18
dan akan memberikan umpan balik untuk perencana dan pelaksana
pembangunan.
3. Evaluasi setelah program selesai atau program berakhir
Evaluasi ini biasa disebut ex post evaluation. Pada evaluasi ini
dilakukan penilaian terhadap seluruh tahapan program yang
dikaitkan dengan tingkat keberhasilannya, sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan dalam rumusan sasaran atau tujuan program.
Gambaran utama evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan
tuntutan – tuntutan yang bersifat evaluatif. Disini pertanyaan
utamanya bukan mengenai fakta (apa yang terjadi?), proses
(bagaiman terjadinya?), atau penyebab (mengapa terjadi?) tetapi
nilai (berapa nilainya?). karena itu evaluasi mempunyai sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari metode – metode analisis
kebijakan lainnya.
Berbeda dengan Dunn, Hogwood dalam Abidin (2004) melihat evaluasi
dalam hubungan dengan masyarakat yang diharapkan terjadi sebagai dampak atau
outcomes dari suatu kebijakan. Dampak dari kebijakan tidak selalu sama seperti
yang direncanakan pada awalnya, ini berhubungan dengan ketidakpastian
lingkungan dan kemampuan administrasi dalam melaksanakan suatu kebijakan.
Sementara itu juga perlu disadari bahwa kebijakan pemerintah bukanlah satu –
satunya kekuatan, melainkan hanya salah satu dari sekian banyak kekuatan yang
mempengaruhi perubahan dalam masyarakat.
19
Oleh karena itu, suatu kebijakan tidak boleh merasa cukup sekedar
berakhir hanya pada selesainya pelaksanaan saja, sebelum ada evaluasi akhir atas
dampak yang dihasilkan. Hal ini dapat dipahami mengingat ada perbedaan antara
hasil langsung berupa target yang dihasilkan suatu kebijakan (policy outputs)
dengan dampak yang diharapkan terjadi dalam masyarakat (policy impact).
Karena itu, sekalipun evaluasi mencakup keseluruhan proses kebijakan, fokusnya
adalah penilaian atas dampak atau kinerja (outcomes) suatu kebijakan. Berarti, inti
dari evaluasi kebijakan menurut Hogwood adalah dampak dari kebijakan itu
sendiri, jika kebijakan tersebut berdampak positif, berarti kebijakan bisa dianggap
berhasil begitupun sebaliknya.
Sejalan dengan pendapat Hogwood, Dye mengelompokan dampak atas
lima komponen tersebut :
1) Dampak atas kelompok sasaran atau lingkungan
2) Dampak atas kelompok lain (spillover effects)
3) Dampak atas masa depan
4) Dampak atas biaya langsung
5) Dampak atas biaya tidak langsung
Di dalam analisis kebijakan, evaluasi memiliki beberapa arti penting.
Menurut Dunn (1998) fungsi utama dari evaluasi dalam analisis kebijakan adalah
:
Pertama, memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kinerja kebijakan. Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mengungkapkan
20
seberapa jauh tujuan – tujuan dan sasaran – sasaran telah dicapai yang berkaitan
seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui
tindakan publik.
Kedua, member sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai –
nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan sasaran. Nilai – nilai yang digunakan
sebagai dasar pemilihan tujuan dan sasaran tersebut dapat diperjelas dengan
mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target serta kritik dengan
menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan sasaran dalam hubungan
dengan masalah yang dituju.
Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode – metode
analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan
pada perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada
definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukan
bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan
diganti dengan yang lain.
Untuk menyatakan sebuah kebijakan publik berhasil atau tidak berhasil,
mungkin saja banyak ahli memiliki perbedaan pendapat. Hal ini karena untuk
menyatakan sebuah kebijakan tersebut berhasil atau tidak dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Oleh karena itu dalam menghasilkan informasi mengenai
kinerja kebijakan, maka digunakan berbagai kriteria yang berbeda untuk
21
mengevaluasi hasil kebijakan. Menurut Dunn (1998) terdapat enam kriteria yang
dapat digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau tidak berhasil, yaitu :
1) Effectiveness atau keefektifan
Yaitu berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil
yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.
Efektifitas selalu diukur dari kualitas hasil sebuah kebijakan.
2) Efficiency atau efisiensi
Yaitu berkenaan dengan jumlah usaha yang dilakukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi merupakan
hubungan antara efektivitas dan usaha, dan pada akhirnya diukur
berdasarkan biaya yang dikeluarkan per unit kebijakan. Kebijakan
yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil
dinamakan efisien.
3) Adequacy atau kecukupan
Yaitu yang berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat
efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang
menumbuhkan adanya masalah atau dengan kata lain apakah
tingkat pencapaian hasil tepat menyelesaikan masalah yang
dimaksud.
4) Equity atau kesamaan
Yaitu erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan
menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok –
kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang
22
dirancang untuk mendistribusikan pendapatan, kesejahteraan,
kesempatan pendidikan, atau pelayanan publik kadang – kadang
direkomendasikan atas kriteria ini.
5) Responsiveness atau tanggapan
Yaitu berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai masyarakat.
Pentingnya kriteria ini adalah karena analis yang dapat memuaskan
kriteria yang lainnya masih gagal jika belum menanggapi
kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari
adanya suatu kebijakan.
6) Appropriatness atau ketepatgunaan
Yaitu yang berhubungan dengan rasionalitas substantif, karena
pertanyaan tentang hal ini tidak berkenaan dengan satuan kriteria
individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersamaan. Kriteria ini
merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada
kuatnya asumsi yang melandasi tujuan – tujuan tersebut atau
dengan kata lain adalah apakah hasil yang diinginkan benar – benar
layak atau berharga.
Berbeda dengan Dunn, Nurcholis dalam bukunya Teori dan Praktik
Pemerintahan dan Otonomi Daerah (2007) menyatakan bahwa evaluasi
merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap input, proses, output, dan
outcome dari kebijakan pemerintah daerah. Teori inilah yang menjadi indikator
23
dalam penelitian ini, yang selanjutnya dikembangkan menjadi sub variabel dan
indikatornya seperti yang dijelaskan dibawah ini :
1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan. Untuk
itu dikembangkan instrumen yang meliputi aspek – aspek :
1) Sumber daya manusia
2) Sarana dan prasarana
3) Sosialisasi
2. Proses, yaitu bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam bentuk
pelayanan langsung kepada masyarakat. Proses disini termasuk
didalamnya adalah prosedur, mekanisme, dan sanksi yang berlaku. Untuk
itu dikembangkan instrumen dengan aspek – aspek :
1) Kejelasan
2) Kemudahan
3) Transparansi
4) Kepastian
3. Output, yaitu perwujudan nyata atau hasil dari pelaksanaan kebijakan
publik dan seringkali berupa benda. Output kebijakan dapat diartikan
sebagai apa yang telah dikerjakan oleh pemerintah atau hasil kebijakan
yang biasanya dititikberatkan pada masalah – masalah. Apakah suatu
pelaksanaan kebijakan menghasilkan produk/layanan yang sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan? Untuk itu dikembangkan instrumen dengan aspek
aspek sebagai berikut:
1) Hasil pelayanan
24
2) Mutu pelayanan
4. Outcome, yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyata
terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan atau
konsekuensi yang timbul dari suatu kebijakan. Untuk itu, dikembangkan
instrumen dengan aspek – aspek sebagai berikut:
1) Ada atau tidak perubahan pada target/sasaran
2) Dampak terhadap lingkungan
2.1.2. Definisi Kebijakan Publik
Kebijakan publik menurut Thomas R. Dye dalam Subarsono (2009; 2)
adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public
policy is whatever governments choose to do or not to do).
Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu
yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah
ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik.Definisi kebijakan publik
dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik
tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan
publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan
pemerintah.
James Anderson dalam Subarsono (2009; 2) mendefinisikan kebijakan
kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah.Sedangkan
dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik,
25
ketika itu pula pemerintah mengalokasi nilai-nilai kepada masyarakat, karena
setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya (Subarsono, 2009; 3).
Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor
mbangunan, seperti kebijakan publik di bidang pendidikan, pertanian, kesehatan,
transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Disamping itu, dilihat dari hirarkinya,
kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Propinsi, Peraturan
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Keputusan Bupati/Walikota.
2.1.3. Proses Kebijakan Publik
Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual
yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis
tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda,
formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian
kebijakan.Sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecasting, rekomendasi
kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat
intelektual.
Anderson dalam Subarsono (2009; 12) menetapkan proses kebijakan
publik sebagai berikut:
a. Formulasi masalah (Problem Formulation):
26
Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah
kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda
pemerintah?
b. Formulasi kebijakan (Policy Formulation):
Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif
untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpartisipasi
dalam formulasi kebijakan?
c. Penentuan kebijakan (Policy Adoption):
Bagaimana alternatif ditetapkan? Persyaratan atau kriteria seperti apa
yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan?
Bagaiman proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi
dari kebijakan yang telah ditetapkan?
d. Implementasi (Implementation):
Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka
kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?
e. Evaluasi (Evaluation):
Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur?Siapa
yang mengevaluasi kebijakan?Apa konsekuensi dari adanya evaluasi
kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau
pembatalan?
27
2.1.4. Pengertian Quick Wins
Quick wins adalah sebuah reformasi birokrasi yang menuntut perbaikan
sistem dan mekanisme kerja atau produk utama sebuah kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah sesuai dengan peran, tupoksi, dan karakteristik masing –
masing. Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No.13 tahun 2011, quick wins merupakan suatu inisiatif yang
mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program yang besar dan sulit.
Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang positif dan
kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang berat. Sesuatu yang
berat ini merupakan inti dari suatu program besar tersebut. Quick wins untuk
setiap kementerian/lembaga dan pemerintah daerah serta untuk tema tertentu
dapat berupa organization quick wins, regulation quick wins, dan human resource
quick wins.
Berikut adalah kriteria quick wins menurut Peraturan Menteri
Pemeberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.13 tahun 2011 :
1) Berasal dari program – program reformasi birokrasi, yang
terdapat dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014.
2) Merupakan bagian utama (core business) dari peran, tugas,
fungsi, dan karakteristik kementerian/lembaga dan pemerintah
daerah yang bersangkutan.
28
3) Memberikan dampak perbaikan yang besar dan dapat dirasakan
oleh para pemangku kepentingan eksternal dan internal
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
4) Memberikan sebuah aktivitas nyata dan dirasakan manfaatnya
secara cepat oleh para pemangku kepentingan eksternal dan
internal kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Penerapan quick wins di suku dinas kependudukan dan catatan sipil berupa
sebuah pelayanan cepat yang diberikan untuk masyarakat. Hal ini disebabkan
banyaknya keluhan dari masyarakat terkait dengan lambatnya pelayanan yang
diberikan oleh suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil. Dengan adanya
quick wins pelayanan seperti akta kelahiran yang sebelumnya memakan waktu
hingga satu bulan, sekarang bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari seminggu.
2.1.5. Pelayanan Publik
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan luan orang
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.Sebagaimana telah dikemukakan
terdahulu bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada
masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk
melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi
mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik
29
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan
profesional.
Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik tadi adalah
merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi
masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services)
oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga
negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan umum oleh
Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan
atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan publik dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian
layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan.Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu
perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin
baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat (Thoha
dalam Widodo, 2001). Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan,
keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan
30
semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh
pemerintahnya.
Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, birokrasi publik
harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana,
transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat
membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan
masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri (Effendi dalam
Widodo, 2001). Arah pembangunan kualitas manusia tadi adalah memberdayakan
kapasitas manusia dalam arti menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan krativitasnya untuk
mengatur dan menentukan masa depannya sendiri.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan
oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut :
a. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan
dan sasaran.
b. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan
secara mudah,cepat, tepat, tidak berbelit – belit, mudah dipahami, dan
mudah dilaksanakan oleh masyarakat.
c. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan adanya kejelasan
dan kepastian terkait dengan prosedur, persyaratan pelayanan, unit kerja,
tarif, dan jadwal waktu.
31
d. Keterbukaan, berkaitan dengan informasi yang harus diberikan kepada
masyarakat.
e. Efisiensi, adanya keterpaduan antara pencapaian tujuan dengan
persyaratan pelayanan publik yang ada
f. Responsif, lebih mengarah apda daya tanggap dan cepat menanggapi apa
yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang mereka
layani
g. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan,
keinginan masyarakat, senantiasa mengalami tumbuh kembang.
Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas , birokrasi
publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam
memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah
menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan,
berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan
dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik
pragmatis (Thoha dalam Widodo, 2001). Dengan revitalitas birokrasi publik
(terutama aparatur pemerintah daerah) ini, pelayanan publik yang lebih baik dan
profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenangan yang
diberikan kepadanya dapat terwujud.
Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh
pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat
(public service function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi
perlindungan.
32
Hal yang terpenting kemudian adalah sejauh mana pemerintah dapat
mengelola fungsi-fungsi tersebut agar dapat menghasilkan barang dan jasa
(pelayanan) yang ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh
masyarakat yang membutuhkannya. Selain itu, pemerintah dituntut untuk
menerapkan prinsip equity dalam menjalankan fungsi-fungsi tadi. Artinya
pelayanan pemerintah tidak boleh diberikan secara diskriminatif. Pelayanan
diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua
warga masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan-pelayanan tersebut
sesuai dengan peraturan.
Meskipun pemerintah mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana di atas,
namun tidak berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai monopolist dalam
pelaksanaan seluruh fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian dari fungsi tadi bisa
menjadi bidang tugas yang pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada pihak
swasta ataupun dengan menggunakan pola kemitraan (partnership), antara
pemerintah dengan swasta untuk mengadakannya. Pola kerjasama antara
pemerintah dengan swasta dalam memberikan berbagai pelayanan kepada
masyarakat tersebut sejalan dengan gagasan reinventing government yang
dikembangkan Osborne dan Gaebler (2008).
Namun dalam kaitannya dengan sifat barang privat dan barang publik
murni, maka pemerintah adalah satu-satunya pihak yang berkewajiban
menyediakan barang publik murni, khususnya barang publik yang bernama rules
atau aturan (kebijakan publik). Barang publik murni yang berupa aturan tersebut
tidak pernah dan tidak boleh diserahkan penyediaannya kepada swasta. Karena
33
bila hal itu dilakukan maka di dalam aturan tersebut akan melekat kepentingan-
kepentingan swasta yang membuat aturan, sehingga aturan menjadi penuh dengan
vested interest dan menjadi tidak adil (unfair rule). Karena itu peran pemerintah
yang akan tetap melekat di sepanjang keberadaannya adalah sebagai penyedia
barang publik dan sebagai pelayan publik murni yang bernama aturan.
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat
sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan
masyarakat. Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum
(public services) sangat strategis karena akan sangat menentukan sejauhmana
pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat,
yang dengan demikian akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan
perannya dengan baik sesuai tujuan.
Dipandang dari sudut ekonomi, pelayanan merupakan salah satu alat
pemuas kebutuhan manusia sebagaimana halnya dengan barang. Namun
pelayanan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari barang. Salah satu
yang membedakannya dengan barang, sebagaimana dikemukakan oleh Gasperz
(1994), adalah outputnya yang tidak berbentuk (intangible output), tidak standar,
serta tidak dapat disimpan dalam inventori melainkan langsung dapat dikonsumsi
pada saat produksi.
Karakteristik pelayanan sebagaimana yang dikemukakan Gasperz tadi
secara jelas membedakan pelayanan dengan barang, meskipun sebenarnya
keduanya merupakan alat pemuas kebutuhan. Sebagai suatu produk yang
34
intangible, pelayanan memiliki dimensi yang berbeda dengan barang yang bersifat
tangible. Produk akhir pelayanan tidak memiliki karakteristik fisik sebagaimana
yang dimiliki oleh barang. Produk akhir pelayanan sangat tergantung dari proses
interaksi yang terjadi antara layanan dengan konsumen.
Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum
adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik,
mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan
kepada publik (publik=umum). Senada dengan itu, Moenir (1992) mengemukakan
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan
metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan
haknya. Dalam versi pemerintah, definisi pelayanan publik dikemukakan dalam
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun
1993, yaitu segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah
di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam buku Delivering Quality Services karangan Zeithaml, Valarie A.
(et.al), 1990, yang membahas tentang bagaimana tanggapan dan harapan
masyarakat pelanggan terhadap pelayanan yang mereka terima, baik berupa
barang maupun jasa. Dalam hal ini memang yang menjadi tujuan pelayanan
publik pada umumnya adalah bagaimana mempersiapkan pelayanan publik
35
tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik, dan bagaimana
menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya yang mereka
inginkan dan cara mengaksesnya yang direncanakan dan disediakan oleh
pemerintah.
Kemudian, untuk tujuan tersebut diperinci sebagai berikut :
a. Menentukan pelayanan publik yang akan disediakan, apa saja macamnya.
b. Memperlakukan pengguna pelayanan sebagai customers
c. Berusaha memuaskan pengguna pelayanan, sesuai dengan yang diinginkan
mereka.
d. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas.
e. Menyediakan cara – cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan lain.
2.1.6. Administrasi Kependudukan
Menurut Undang – undang No.23 Tahun 2006 Administrasi
kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,
pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap
kejadian/peristiwa penting yang dialami (seperti kelahiran, kematian, dan
perkawinan) akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu
36
Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat kependudukan lain
yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status tinggal terbatas
menjadi tinggal tetap.
Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi
pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang
dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Dokumen
kependudukan pada dasarnya meliputi :
a. Biodata Kependudukan
b. Kartu Keluarga (KK)
c. Kartu Tanda Penduduk (KTP)
d. Surat Keterangan Kependudukan
e. Akta Pencatatan Sipil
Surat Keterangan Kependudukan meliputi surat surat sebagai berikut :
a. Surat Keterangan Pindah
b. Surat Keterangan Pindah Datang
c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri
d. Surat Keterangan Pindah dari Luar Negeri
e. Surat Keterangan Tempat Tinggal
f. Surat Keterangan Kelahiran
g. Surat Keterangan Lahir Mati
h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan
i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian
37
j. Surat Keterangan Kematian
k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak
l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia
m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas
n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil
Pelayanan pencatatan sipil meliputi pencatatan peristiwa penting, yaitu:
a. Kelahiran
b. Kematian
c. Lahir mati
d. Perkawinan
e. Perceraian
f. Pengakuan anak
g. Pengesahan anak
h. Perubahan nama
i. Perubahan status kewarganegaraan
j. Pembatalan perkawinan
k. Pembatalan perceraian
l. Peristiwa penting lainnya
2.1.7. Akta Kelahiran
Akta sangatlah penting artinya karena dalam peristiwa penting seperti
kelahiran, perkawinan, perceraian disebutkan membawa akibat hukum
bagi kehidupan yang bersangkutan dan juga terhadap orang lain atau pihak
38
ketiga. Dengan adanya akta maka akan membawa kejelasan dan kepastian
sesuatu hal secara mudah.
Akta kelahiran adalah identitas diri anak yang wajib diberikan sejak
kelahirannya, akta kelahiran dicatat dan disimpan di kantor kependudukan
dan pencatatan sipil. Akta kelahiran mempunyai arti yang penting bagi diri
seorang anak, tentang kepastian hukum si anak itu sendiri. Mengenai
pelaporan kelahiran, diatur dalam Undang – Undang no.24 tahun 2013
tentang Administrasi Kependudukan, pasal 27 yang menyebutkan bahwa;
1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi
pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60
(enam puluh) hari
2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat
pencatatan sipil mencatat pada register Akta Kelahiran dan
menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
Adapun syarat untuk memperoleh akta kelahiran adalah :
a. Surat keterangan kelahiran dari dokter/bidan/penolong kelahiran
b. Nama dan identitas saksi kelahiran
c. KK orang tua
d. KTP orang tua
e. Kutipan Akta Nikah/Akta Perkawinan orang tua
Pencatatan peristiwa kelahiran dilakukan dengan memperhatikan :
39
a. Tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI (Warga Negara
Indonesia)
b. Di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI
c. Tempat domisili ibunya bagi WNA (Warga Negara Asing)
d. Di luar tempat domisili ibunya bagi WNA
e. WNA pemegang izin kunjungan
f. Anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang
tuanya
Akta kelahiran dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Akta Kelahiran Umum
Akta kelahiran umum adalah akta kelahiran yang diterbitkan
berdasarkan laporan kelahiran yang disampaikan dalam waktu
yang ditentukan oleh perundang – undangan, yakni 60 (enam
puluh) hari kerja sejak peristiwa kelahiran untuk semua golongan,
kecuali WNA selama 10 hari kerja. Inti dari akta kelahiran umum
adalah disampaikan dalam 60 hari sejak kelahiran.
2) Akta kelahiran istimewa adalah akta kelahiran yang diterbitkan
berdasarkan laporan kelahiran yang disampaikan setelah melewati
batas pelaporan yang ditentukan oleh undang – undang. Batas
waktu yang dilampau adalah 60 (enam puluh) hari.
3) Akta kelahiran luar biasa adalah akta kelahiran yang diterbitkan
oleh kantor catatan sipil pada zaman revolusi antara 1 Mei 1940
40
sampai 31 Desember 1949 dan kelahiran tersebut tidak di wilayah
kantor catatan sipil setempat.
4) Akta kelahiran tambahan merupakan akta kelahiran yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang terhadap orang yang
lahir pada tanggal 1 Januari 1967 s.d. 31 Maret 1983, yang tunduk
pada Stb. 1920 No.751 jo. 1927 No. 564 dan Stb. 1933 No.75
jo.1936 No.607.
2.2. Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian terdahulu dengan judul “Evaluasi Program Quick
Wins di Tingkat Internal Humas Kepolisian Daerah Banten” oleh Ani Setiawati
dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tanggapan
publik Internal dan tingkat keberhasilan Humas dalam menjalankan program
Quick Wins.Berdasarkan latar belakang yang memuat beberapa permasalahan
diantaranya mengenai tingkat keberhasilan dan tanggapan publik internal
mengenai program tersebut.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode studi audit humas. Studi
audit humas lebih merujuk kepada metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif yang mana peneliti hanya menggambarkan, meringkaskan
berbagai kondisi, situasi, atau variabel. Penelitian ini tidak hanya menggambarkan
41
atau menjelaskan masalah – masalah yang diteliti sesuai dengan fakta, tetapi juga
didukung oleh data data yang diperoleh dari hasil angket dengan publik internal.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanggapan internal
mengenai berjalannya program dinilai cukup baik terkait dengan hasil yang
diberikan oleh para responden. Begitupun pula dengan tingkat keberhasilan
program yang dinilai cukup berhasil dibuktikan dengan adanya kesenjangan
antara nilai ideal dengan nilai aktual.
2.3. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti dalam sebuah
penelitian dalam menjelaskan fenomena – fenomena atau permasalahan –
permasalahan yang terjadi di dalam penelitian ini.
Tingkat pertumbuhan penduduk Jakarta Utara yang selalu dinamis
menunjukan bahwa banyaknya terjadi peristiwa kependudukan yang terjadi di
Jakarta Utara, sehingga keberadaan Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil sangat berperan penting dalam memberikan pelayanan administrasi
kependudukan terhadap seluruh masyarakat Jakarta Utara.
Pelayanan administrasi kependudukan pada hakekatnya adalah pelayanan
kepada masyarakat, bukanlah diadakan untuk melayani diri sendiri tetapi
melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan demi mencapai tujuan
bersama. Oleh karena itu suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil selaku
42
birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan
baik dan profesional.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi mencanangkan program quick wins yang bertujuan
memaksimalkan segala bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Dengan adanya quick wins diharapkan segala bentuk pelayanan administrasi
kependudukan dapat berjalan dengan lebih maksimal sesuai dengan tujuan yang
dicaangkan dalam program quick wins.
43
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan diSuku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
Masalah :
1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh suku dinas kependudukan danpencatatan sipil terkait program quick wins terhadap pelayananadministrasi kependudukan
2. Lambatnya pengerjaan akta kelahiran yang tidak sesuai dengan targetpengerjaan yang sudah ditetapkan
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses administrasikependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran
.
Evalusi kebijakan Publik menurut Nurcholis (2007:277), dengan indikatorpenilaian meliputi :
1. Input (meliputi sumber daya manusia, operasional, sarana dan prasarana,sosialisasi pelaksanaan kebijakan
2. Proses (meliputi kejelasan mekanisme, kepastian, penertiban, dankeefektifan dalam pelaksanaan kebijakan.)
3. Output (meliputi hasil dari pelaksanaan kebjiakan, kesesuaianpelaksanaan dengan tujuan yang ditetapkan, tepat tidaknya sasaran yangdituju, sasaran yang tertangani, dan kelompok yang terlibat dalampelaksanaan kebijakan.)
4. Outcome (meliputi apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyataterhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan, meliputiperubahan atau perbaikan, peningkatan, dan dampak positif terhadapimplementor yang terlibat didalamnya.)
Hasil penelitian :Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan, sebagai bahan
rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan mendatang.
44
2.4.Asumsi Dasar
Berdasarkan alur kerangka berfikir di atas kita dapat melihat bahwa dalam
penelitian ini, peneliti berusaha untuk sedikit menilai bagaimana hasil dari
pelaksanaan program quick wins pada administrasi kependudukan di suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara melalui model evaluasi kebijakan
dari Nurcholis. Menurut Nurcholis (2005) terdapat 4 (empat) kriteria yang dapat
digunakan dalam menilai sebuah kebijakan. Sehingga dalam evaluasi tersebut
peneliti menggunakan 4 indikator sebagai instrumen analisis penelitian, 4
indikator tersebut adalah input, proses, output, dan outcome.
Keempat indikator tersebut diterapkan dalam pelaksanaan penelitian di
locus studi kasus penelitian, yaitu di suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara. Dari hasil tersebut peneliti bisa melihat dan menilai seberapa
jauh pelaksanaan program tersebut dalam mengatur administrasi kependudukan di
Jakarta utara. Sebagai feedback dari hasil evaluasi terhadap program tersebut,
maka peneliti akan membuat sebuah kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan
hasil penelitian.
Dalam kesimpulan tersebut penelitian akan menyampaikan hasil dari
pelaksanaan program tersebut, kemudian memberikan saran sebagai rekomendasi
terhadap pilihan lain dari kebijakan yang bisa dibuat dalam rangka evaluasi yang
bersifat melengkapi untuk program tersebut. Dalam penelitian ini berasumsi
45
bahwa pelaksanaan Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi
Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
belum maksimal
46
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Metode peneiltian merupkan tahapan yang penting dalam sebuah proses
dan kegiatan penelitian. Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek
atau subjek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini,
subjek yang menjadi tujuan dapat dipahami lebih mendalam sehingga data yang
dikumpulkan adalah data yang akurat, objektif, valid, dan realiable.
Metode penelitian merupakan totalitas cara untuk meneliti dan
menemukan kebenaran. Karena metode penelitian memiliki standar – standar
yang objektif dan ilmiah sebagai suatu dasar bagi penelitian yang digunakan
penliti untuk menginterpretasikan data dan membuat kesimpulan sehingga dapat
disimpulkan bahwa metode penelitian sebagai keseluruhan proses dari kajian atau
penelitian.
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Sugiyono (2009:2) yaitu pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Dalam pengertian yang luas Sugiyono menjelaskan bahwa metode
penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid,
dengan tujuan untuk dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu
47
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:4) mengemukakan bahwa
metodologi penelitian deskriptif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang
atau perilaku yang diamati.Menurut Denzim dan Lincoln (1987) dalam
Moleong (2007:5) Penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan
latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan bebagai metode yang ada. Dari segi
pengertian ini, peneliti kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan
wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan
perasaan dan perilaku individu ataupun sekelompok orang.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong
(2007:6) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untukmemahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian, secaraholistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Pendekatan kualitatif dipergunakakan karena untuk meneliti kondisi
objekyang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
48
data bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada
makna dari pada generalisasi. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada
proses dari pada produk atau outcome dan juga digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatudata yang mengandung makna.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sesuatu hal seperti apa adanya
(kenyataan di lapangan). Penelitian kualitatif juga lebih tertarik pada
dinamika terjadinya proses atau peristiwa yang melatar belakangi
terjadinya suatu hasil tertentu. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah
untuk memahami makna yang berada di balik fakta-fakta. Pemahaman yang
mendalam terhadap suatu peristiwaatau fenomena sosial merupakan hal yang
terpenting.
Dalam pendekatan kualitatif data yang dihasilkan berbentuk kata,
kalimat dan gambar untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang
terjadi dengan mendeskripsikan fenomena yang sesuai dengan masalah
dan unit yang diteliti.Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti
bermaksud untuk menggambarkan permasalahan yang ada terkait Evaluasi
Program Quick Wins Pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.
3.2 Fokus Penelitian
Dalam mempertajam penelitian kualitatif, peneliti harus menetapkan
fokus. Spradley dalam Sugiyono (2009:34) menyatakan bahwa “A focused
refer to a single cultural domain or a few related domains”. Maksudnya
49
adalah bahwa fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain
yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus
lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari
situasi sosial (lapangan).
Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara
lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial. Tetapi juga ada keinginan
untuk menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus
penelitian yang diperoleh setelah peneliti melakukan penjelajahan umum.
Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum
menyeluruh yang masih pada tahap permukaan terhadap situasi sosial. Untuk
dapat memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan
fokus penelitian.Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pada Evaluasi
Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins pada
Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara adalah Kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara yang berada di Kecamatan Koja, dan juga tempat pelayanan
akta kelahiran di kantor Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja, dan
juga Kecamatan Cilincing.
50
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari
variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan
kerangka teori yang digunakan. Konsep yang digunakan dalam
penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan
Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara adalah mengenai Evaluasi.
Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi kebijakan
publik, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang
dilakukan untuk menilai serta membandingkan hasil-hasil pelaksanaan
kegiatan sebuah program atau kebijakan yang telah dicapai, apakah
hasil atau output program tersebut sudah sesuai dengan yang telah
direncanakan (input) secara efektif dan efisien. Sehingga dapat
diperoleh informasi mengenai nilai atau manfaat hasil dari kebijakan
tersebut serta dapat dilakukan perbaikan apabila ada penyimpangan
didalamnya.
3.4.2 Definisi Operasional
Adapun fenomena yang diamati dalam penelitian mengenai
Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi
Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara. Untuk mengamati fenomena tersebut, maka peneliti
51
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) yang
menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan adalah penilaian secara
menyeluruh terhadap input, proses, output, dan outcome dari kebijakan
pemerintah. Menurut Nurcholis, evaluasi membutuhkan sebuah skema
umum penilaian, yaitu:
1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan
kebijakan, meliputi sumber daya manusia, sarana atau prasarana,
sosialisasi kebijakan.
2. Proses, yaitu bagaimana sebuat kebijakan diwujudkan dalam
bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat, meliputi kejelasan
mekanisme, kepastian, penertiban, dan keefektifan dalam
pelaksanaan kebijakan.
3. Output (hasil), yaitu hasil dari pelaksanaan kebjiakan. Apakah
suatu pelaksanaan kebijakan menghasilkan produk sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan. Output meliputi tepat tidaknya sasaran
yang dituju, sasaran yang tertangani, dan kelompok yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijakan.
4. Outcome (dampak), yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan
berdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan
kebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan, peningkatan, dan
dampak positif terhadap implementor yang terlibat didalamnya.
52
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrumen yang
baik harus absah (valid) dan dapat dipercaya (reliable). Instrumen valid
adalah instrument yang dengan tepat mengukur apa yang harus diukur.
Instrumen reliabel bila hasil pengukuran itu bersifat ajek.Pada prinsipnya
meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun
alam. Oleh karenanya, dalam melakukan pengukuran harus ada alat ukur
yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik
semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2009:102).
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,
karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar
mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Metode penelitian yang akan digunakan peneliti adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan
konteks masalah yang dikaji, yaitu Evaluasi Program Quick Wins pada
Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian yang akan berinteraksi
secara langsung dengan responden penelitian.
53
Dalam penelitian Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan
Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara.. Menurut Nasution dalam Sugiyono
(2012:224), peneliti sebaga instrument penelitian selasi untuk penelitian
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segalastimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermaknaatau tidak bagi penelitian,
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semuaaspek sehingga dapat mendapatkan ragam data sekaligus
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatuinstrument berupa test atau angket yang dapat menangkapkeseluruhan situasi, kecuali manusia
4. Situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahamidengan pengatahuan semata. Untuk memahaminya kitaperlusering merasakannya, menyelaminya berdasarkanpengatahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis datayang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesisdengansegera untuk menentukan arah pengamatan, untukmentesthipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulanberdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat danmenggunakan segera sebagai balikan untuk memperolehpenegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yangmenyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untukmempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahamanmengenai aspek yang diteliti.
54
3.6 Informan Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:217), dalam penelitian kualitatif, informan
penelitian di ambil secara sampel, pengambilan sampel sumber data
berkaitan dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian.
Teknik pengambilan informan sumber data yang sering digunakan pada
penelitian. kualitatif adalah Purposive dan Snowball.
Dalam mengumpulkan data yang akurat, maka peneliti memilih
informan dengan menggunakan teknik Purposive atau dipilih secara sengaja,
dimana peneliti sudah menentukan siapa saja yang akan diwawancarai
dengan pertimbangan tertentu. Dimana informan tersebut peneliti anggap
sebagai pihak-pihak yang paling mengetahui situasi dan kondisi objek
penelitian. Dalam hal ini yang dijadikan informan oleh peneliti dalam
penelitian Evaluasi Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan di
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara, antara lain
adalah sebagai berikut:
55
Tabel 3. 1Daftar Informan Penelitian
(Sumber: Peneliti, 2017)
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif tidak ada istilah populasi, tetapi
dinamakan“social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen,
yaitu: tempat(place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi
secara strategis. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan
responden, tetapi dinamakan dengan narasumber, atau partisipan, atau
informan.Sugiyono (2012:224), teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan.
No Kategori Informan Kode StatusInforman
1Kepala Seksi PelayananPendaftaran Penduduk
I1-1 Key Informan
2Kepala Seksi PelayananPencatatan Sipil
I1-2 Key Informan
3Kepala SatpelKecamatan
I2-1 – I2-n Key Informan
4Petugas PelayananPencatatan Sipil
I3-1 – I3-n Secondary Informan
5 Masyarakat I4-1 – I4-n Secondary Informan
56
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan/Observasi
Sugiyono (2007:166), mejelaskan bahwa observasi
diklasifikasikanmenjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan cara
yang tidak berperan serta. Observasi berperan serta, pengamat
melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus
menjadi anggota resmi dari dari kelompok yang diamatinya. Namun
observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi
yaitu mengadakan pengamatan. Dalam penelitian ini, teknik observasi
yang digunakan adalah observasi tanpa peran serta. Adanya
keterbatasan waktu menyebabkan peneliti hanya melakukan satu
fungsi observasi yaitu hanya melakukan pengamatan tanpa harus
menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati.
2. Wawancara
Menurut Moleong (2007:186), wawancara merupakan percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapak dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Adapun teknik pengumpulan
data dengan cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam (indepth interview) data yang diperoleh terdiri dari kutipan
langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan
pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang
memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
57
Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara mendalam.
Ada dua jenis wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,
2009:138-140)
Agar lebih memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara,
maka pertanyaan yang diajukan tertuang dalam dimensi pertanyaan.
Dimana dimensi pertanyaan tersebut sesuai dengan garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan sesuai dengan konsep yang
dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) yang menjelaskan bahwa evaluasi
kebijakan adalah penilaian secara menyeluruh terhadap input, proses,
output, dan outcome dari kebijakan pemerintah daerah, seperti yang tertera
pada tabel berikut:
58
Table 3.2Pedoman wawancara
No Dimensi pertanyaan Ketegori informan
1
Input (masukan) meliputi:1. Sumber daya manusia2. Sarana atau prasarana3. Sosialisasi kebijakan
1. Kepala Seksi PelayananPendaftaran Penduduk
2. Kepala Seksi PencatatanSipil
3. Satpel Kecamatan4. Petugas Pelayanan
Pencatatan Sipil5. Masyarakat
2
Proses (pelaksanaan) meliputi:1. Kejelasan mekanisme pembinaan2. Penertiban dalam pelaksanaan
kebijakan3. Efektif dalam pelaksanaan
1. Kepala Seksi PelayananPendaftaran Penduduk
2. Kepala Seksi PencatatanSipil
3. Satpel Kecamatan4. Petugas Pelayanan
Pencatatan Sipil
3
Output (hasil)1. Kesesuaian pelaksanaan dengan
tujuan kebijakan2. Ketepatan sasaran yang dituju3. Sasaran yang tertangani4. Kelompok yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan
1. Kepala Seksi PelayananPendaftaran Penduduk
2. Kepala Seksi PencatatanSipil
3. Satpel Kecamatan4. Masyarakat
4
Outcome (dampak)1. Dampak yang diterima masyarakat2. Peningkatan pelaksanaan peraturan
daerah oleh implementator
1. Kepala Seksi PelayananPendaftaran Penduduk
2. Kepala Seksi PencatatanSipil
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumen merupakan studi yang digunakan untuk mencari
dan memperoleh data sekunder yang relevan dengan masalah yang
59
diteliti berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan,
peraturan, kebijakan, laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lainlain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009:82).
4. Studi Literatur/Pustaka
Studi literatur/kepustakaan merupakan pengumpulan data penelitian
yang diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun jurnal
ilmiah yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian
kualitatif, kegiatan analisis data diperoleh sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun
faktanya analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan
data. Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi
informasi yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan masalah
yang diteliti.
Sugiyono (2009:89) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
degan cara mengorganisasikan kedalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana
60
yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah di pahami oeh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai dilapanan. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah degan menggunakan
teknik analisa dan kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles
dan Huberman (2009). Menurut kedua tokoh tersebut, bahwa aktivitas
dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dengan
berlangsung secara terus–menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga
sampai tuntas dan datanya jenuh. Selama dalam prosesnya, pengumpulan
data dilakukan tiga kepentingan diantaranya : Reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (verification) yang
apabila digambarkan akan nampak seperti berikut:
Gambar 3.1Analisis data menurut Miles dan Huberman
Sumber : (Miles dan Huberman, 2009:20)
Pengumpulan Data Penyajian Data
Verifikasi Data
Reduksi Data
61
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap
yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan
dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data
dalam suatu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil
suatu penelitian.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan
penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji
validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan
sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap
atau menjaring berbagai fenomena informasi atau kondisi di lokasi
penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya,
pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian
pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan
proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti
dalam upaya mengumpulkan sejumlah informasi dilapangan yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian
kualitatif), atau untuk menguji hipotesis penelitian (untuk penelitian
kuantitatif).
62
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Selama proses pengompulan data dari berbagai sumber, tentunya
akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama
peneliti berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin
kompleks dan rumit sehingga, apabila tidak segera diolah akan dapat
menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses anlisis data pada tahap ini juga
harus dilakukan. Untuk memperjelas data yang didapatkan dan
mempermudah peneliti dalam pengumpulan data, selanjutnya maka
dilakukan reduksi data.
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk melaukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan.
3. Penyajian Data (Data Display)
Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif
adalah penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan
sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinana
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam sebuah
penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, tabel, grafik, flow chart, bagan, pictogram, dan sejenisnya.
Namun pada penelitian ini, penyajian data yang peneliti lakukan
adalah bentuk narasi. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Miles dan
63
Hubberman, “the most frequent from display data for qualitative research
data in the past has been narrative test”, yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif (Sugiyono, 2012: 95).
4. Verifikasi (Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti daru hubungan-hubungan,
mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar
dan kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan terus berubah selama proses, pengumpulan data masih terus
berlangsung dan tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila kesimpulan
tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8 Uji Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2012:267), keabsahan data atau validitas adalah
derajat ketepatan antaradata yang terjadi pada objek penelitian dengan data
yang dapet dilaporkan peneliti. Data dalam penelitian kualitatif dapat
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti
dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang dteliti.
64
Uji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi
Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada (Sugiyono, 2012:273). Terdapat beberapa macam triangulasi,
diantaranya:
b. Triangulasi sumber, yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber
yang berbeda.
c. Triangulasi teknik, yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda.
d. Triangulasi waktu, yaitu mengecek data yang diperoleh di waktu yang
berbeda
Dalam penelitian ini, dikarenakan terbatasnya waktu maka proses uji
keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti hanya menggunakan dua teknik
triangulasi, yakni triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
2. Member Check
Menurut Sugiyono (2012:276) Member Check adalah proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan valid maka
semakin dipercaya.
65
3.9 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini merupakan tahapan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dalam melakukan penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins
pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara., terhitung persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian. Waktu penelitian diuraikan dalam
waktu bulan dan disajikan dalam bentuk tabel. Rincian jadwal penelitian
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3Jadwal Penelitian
No. Kegiatan2017-2018
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Bimbingan Judul
2Penyusunan danBimbingan ProposalPenelitian (Bab 1-3)
3 Seminar Proposal
4 Revisi ProposalPenelitian
5 Persetujuan KeLapangan
6 Pengumpilan Datadi Lapangan
7Proses Analisis Datadan PenyusunanBab 4-5
8 Sidang Skripsi
9 Revisi Skripsi
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Jakarta Utara
Secara geografis Kota Administrasi Jakarta Utara terletak antara
06-10°-00° Lintang Selatan dan 106°-20°-00° Bujur Timur. Berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 Tahun 2007
tentang Penataan, Penetapan dan Luas Wilayah Kelurahan di Provinsi DKI
Jakarta, Kota Administrasi Jakarta Utara mempunyai luas daratan 146,66
km² (kilometer persegi) yang membentang dari Barat ke Timur sepanjang
kurang lebih 35 km, menjorok ke darat antara 4 s.d. 10 km. Ketinggian
dari permukaan laut antara 0 s.d. 2 meter dari tempat tertentu berada di
bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa – rawa/
empang air payau.
Wilayah kotamadya Jakarta Utara merupakan pantai beriklim
panas, dengan suhu rata-rata 27° C, curah hujan setiap tahun rata-rata
142,54 mm dengan maksimal curah hujan pada bulan September. Kondisi
wilayah yang merupakan daerah pantai dan tempat bermuaranya 13
(tigabelas) sungai dan 2 (dua) banjir kanal, menyebabkan wilayah ini
merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air
pasang laut.
67
Tabel 4.1
Kecamatan di Jakarta Utara
No Kecamatan Luas Wilayah (Km²)
1 Cilincing 42,68 Km²
2 Koja 11,74 Km²
3 Kelapa Gading 16,12 Km²
4 Tanjung Priok 24,8 Km²
5 Pademangan 11,91 Km²
6 Penjaringan 35,48 Km²
Batas Wilayah
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara terletak di ujung utara
provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari 6 kecamatan dan 31 kelurahan
dengan kecamatan – kecamatannya adalah Penjaringan, Tanjung Priok,
Koja, Cilincing, Pademangan, dan Kelapa Gading. Sesuai dengan
pembagian Kota Administrasi maka Jakarta Utara mempunyai batas –
batas pemisah dengan Kota Administrasi lainnya, sebagai berikut :
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Tangerang,
Jakarta Pusat dan Jakarta Timur
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Timur dan
Kabupaten Bekasi
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
dan Jakarta Barat
68
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa dan
Kepulauan Seribu
Topografi
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara sebagian besar terdiri
dari daratan hasil dari pengurukan rawa-rawa yang mempunyai ketinggian
rata-rata 0 s/d 1 diatas permukaan laut terutama kita temukan disepanjang
pantai
Penggunaan Tanah
Luas tanah daratan di Kota Administrasi Jakarta Utara seluas
146,66 km². Dirinci berdasarkanpenggunaan 47,58% untuk perumahan,
15,87% untuk areal industri, 8,89% digunakansebagai perkantoran dan
pergudangan dan sisanya merupakan lahan pertanian, lahan kosong dan
sebagainya. Sementara luas lahan berdasarkan status kepemilikan dapat
dirinci sebagai berikut : status hak milik 13,28%, Hak Guna Bangunan
(HGB) sekitar 29,04%, lainnya masih berstatus Hak Pakai, Hak
Pengelolaan dan non sertifikat.
Iklim
Wilayah Kotamadya Jakarta Utara beriklim panas, suhu rata-rata
sepanjang tahun 27° karena terletak di daerah Khatulistiwa, sehingga
wilayah Jakarta Utara dipengaruhi angina Muson Timur terjadi bulan Mei
s/d Oktober dan Muson Barat sekitar bulan Nopember s/d April. Tinggi
curah hujan rata – rata pertahun sebanyak 2000 mm terjadi maksimal pada
bulan Desember.
69
Geologi
Lapisan tanah yang terbentuk daratan Jakarta adalah batuan endapan (
sediment stone ) yang berasal dari Zaman Ploitocene, yang berada 50 M di
bawah permukaan tanah sekarang ini. Karena batuanya hasil pengendapan
maka sifat batuanya tersebut tidaklah compact (padat), tetapi paremable
(porous), sehingga air tanah terpengaruh oleh air laut.
4.1.2 Gambaran umum Suku dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan pada bidang administrasi
kependudukan di Jakarta Utara. Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Jakarta Utara berlokasi di wilayah kecamatan Koja di Jl. Berdikari
No.2, Kec. Koja Jakarta Utara. Tugas pokok Suku Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Jakarta Utara adalah melaksanakan pelayanan
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di wilayah kota
administrasi Jakarta utara.
Fungsi Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil adalah :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas
b. Pelaksana Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku
Dinas
70
c. Pengumpulan, Pengolahan, Penyajian, Pemeliharaan, dan
pemanfaatan data dan informasi kependudukan dalam
lingkup kota administrasi
d. Pelaksana pengawasan dan pengendalian mobilitas
penduduk dalam lingkup kota administrasi.
e. Pelaksana pelayanan administrasi kependudukan termasuk
pelayanan yang bersifat khusus, peristiwa penting, dan
penduduk rentan administrasi kependudukan.
f. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi dan denda
administrasi pelayanan penduduk dan catatan sipil.
g. Penegakan peraturan perundang – undangan di bidang
administrasi kependudukan dalam lingkup kota
administrasi.
h. Pelaksana pengembangan peran serta masyarakat dalam
administrasi kependudukan.
i. Pelaksana koordinasi administrasi kependudukan pada
lingkup kota administrasi.
j. Pengelola kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas
k. Pelaksanaan pencatatan sipil.
l. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan,
dan perawatan sarana dan prasarana kerja suku dinas.
71
m. Pelaksanaan supervisi dalam pendaftaran penduduk oleh
seksi dinas kependudukan dan catatan sipil kecamatan.
n. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan
suku dinas.
o. Penyiapan bahan laporan Dinas kependudukan dan
Pencatatan Sipil dan Kota Administrasi yang terkait dengan
tugas dan fungsi suku dinas
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara
dipimpin oleh Kepala Suku Dinas yang membawahi Sub Bagian Tata
Usaha, Seksi Pelayanan Pendaftaran Penduduk, Seksi Pelayanan
Pencatatan Sipil, Seksi Data Informasi dan Pengawasan. Berikut adalah
susunan lengkap struktur organisasi di Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara :
a. Kepala Suku Dinas
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Seksi Pendaftaran Penduduk
d. Seksi Pencatatan Sipil
e. Satuan Pelaksana Kecamatan, yang terdiri dari :
1) Kepala Seksi Kec. Penjaringan
2) Kepala Seksi Kec. Pademangan
3) Kepala Seksi Kec. Tanjung Priok
4) Kepala Seksi Kec. Kelapa Gading
72
5) Kepala Seksi Kec. Koja
6) Kepala Seksi Kec. Cilincing
4.2. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan bagian untuk menjelaskan penelitian yang
telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data,
baik data kualitatif maupun kuantitatif. Peneliti dalam tahap ini akan
melakukan analisis data berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
peneliti, yang terdiri dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara, Kepala Seksi Kecamatan, Pegawai Pelayanan Catatan Sipil,
dan warga masyarakat yang ada di Jakarta Utara.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian, yaitu untuk
mengevaluasi penerapan dari Program Quick Wins pada Administrasi
Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta
Utara. Dalam penelitian mengenai Evaluasi Program Quick Wins pada
Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara ,
peneliti menggunakan teori evaluasi menurut Nurcholis yang meliputi:
1. Input, yang meliputi sumber daya manusia, operasional, sarana
dan prasarana, sosialisasi pelaksanaan kebijakan.
2. Proses, yang meliputi kejelasan mekanisme, pelayanan, kepastian,
penertiban, dan keefektifan dalam pelaksanaan kebijakan.
3. Output, yang meliputi hasil dari pelaksanaan kebjiakan,
kesesuaian pelaksanaan dengan ujuan yang ditetapkan, tepat
73
tidaknya sasaran yang dituju, sasaran yang tertangani, dan
kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan.
4. Outcome, meliputi apakah suatu peningkatan, dan dampak positif
terhadap implementor yang terlibat didalamnya, pelaksanaan
kebijakan berdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai
dengan tujuan kebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan.
Kemudian data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata
dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi.
Kata-kata dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama
dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan
menggunakan catatan tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti
gunakan dalam penelitian. Proses pencarian dan pengumpulan data yang
dilakukan peneliti secara investigasi dimana peneliti melakukan wawancara
dengan sejumlah informan yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian
ini, sehingga peneliti mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang
diharapkan.
Data-data yang peneliti dapatkan adalah data yang berkaitan dengan
Implementasi Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Hasil yang diperoleh dari wawancara,
observasi, kemudian dibentuk secara tertulis dengan bentuk pola serta dibuat
kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan
berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan
74
kategorisasi. Dalam menyusun jawaban hasil wawancara, peneliti
memberikan kode-kode sebagai berikut:
1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya untuk menunjukan item pertanyaan.
2. Kode A untuk menunjukan item jawaban.
3. Kode I1,I2, I3untuk menunjukan daftar informan.
4.2.1 Daftar Informan Penelitian
Seperti yang telah peneliti paparkan pada pembahasan sebelumnya
mengenai metode penelitian, bahwa peneliti telah menjelaskan pemilihan
informan dalam penelitian ini, penentuan informan penelitian ditentukan
dengan teknik Purposive atau dipilih secara sengaja, yakni suatu teknik
pengambilan informan dengan penetapan sampel berdasarkan kriteria-
kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan ini adalah
pihak-pihak yang terlibat dan memiliki informasi dalam pelaksanaan
Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara. Adapun daftar informan yang terlibat dalam penelitian ini
adalah seperti yang dimuat data tabel 4.2 yaitu sebagai berikut:
75
Tabel 4.2
Daftar Informan Penelitian
(Sumber: Peneliti, 2018)
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian ke lapangan baik melalui wawancara,
observasi, ataupun dokumentasi kemudian peneliti mendapatkan data-data
dan jawaban yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proses penelitian, dan
No Nama Informan Kode Pekerjaan / Jabatan
1 Supryantoro, S.Sos, M.Si I1-1Kepala seksi pelayananpendaftaran penduduk
2 Kartawi, S.Ip I1-2Kepala seksi pelayananpencatatan sipil
3Muhammad Syarifuddin,S.Sos
I2-1Satpel Kecamatan TanjungPriok
4 Agus Triantoro, SE I2-2 Satpel Kecamatan Cilincing
5 Dedi Purnomo, S.Sos I2-3 Satpel Kecamatan Koja
6 Irfan Setiawan Amd.Kom I3-1Petugas PelayananPencatatan Sipil
7 Septiana TrianingsihS.Kom I3-2
Petugas PelayananPencatatan Sipil
8 Amiruddin I3-3Petugas PelayananPencatatan Sipil
9 Nadia Devina I4-1 Masyarakat
10 Alfian Suryadi I4-2 Masyarakat
76
setelah melakukan reduksi data, maka peneliti akan memaparkan hasil
tersebut dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurcholis,
berikut adalah pemaparan hasil penelitian sesuai dengan fokus penelitian.
1. Input (Masukan)
Dimensi input merupakan masukan-masukan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kebijakan. Aspek yang dikembangkan dalam dimensi input
meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana, dan sosialisasi mengenai
kebijakan.
1) Sumber Daya Manusia (SDM)
Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) dalma hal ini adalah pegawai
atau implementor yang melaksanakan Program, berkaitan dengan jumlah
sumber daya manusia yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan dan
bekerja sesuai dengan kompetensinya atau belum, berikut keterangan yang
disampaikan oleh I1-1 pada saat wawancara:
“SDM bisa dibilang kurang mencukupi untuk melayani pembuatanakta kelahiran, soalnya jumlah pegawai terbatasi juga dengan jumlahsarana yang tersedia seperti komputer misalnya dan juga kita harusmengirim pegawai kita ke rumah sakit untuk pelayanan akte kelahiransecara jemput bola, dari segi kemampuan (kualitas) setiap pegawaicukup paham dengan SOP (Standard Operating Procedure) yang ada,kami juga rutin memberikan pelatihan untuk para pegawai agarsemakin paham tugas tugas mereka.” (wawancara di kantor SukuDinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sumber daya
manusia yang di miliki oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil dapat dikatakan kurang mencukupi, namun memiliki kemampuan
77
akan melaksanakan tugasnya dalam pembuatan akta kelahiran, sebagaimana
disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:
“berbicara tentang SDM, soal SDM tidak hanya bicara tentangjumlah saja, namun juga kualitasnya, mampu kaga tuh orangorangnya dalam melaksanakan tugasnya, menurut saya disini SDMnya cukup baik, pegawai pelayanan kita semua paham apa yang harusdikerjakan, ngerti apa-apa aja yang harus mereka lakukan,karenakami juga mengadakan pelatihan juga.” (wawancara di kantor SukuDinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara masih memiliki
kekurangan dari segi jumlah sumber daya manusianya. Sedangkan dari sisi
satpel Kecamatan yang juga merupakan implementor dari program quick
wins pada administrasi kependudukan, berikut keterangan yang disampaikan
oleh I2-1 :
“Kalo SDM di Satpel kecamatan Tanjung Priok saya rasa disinimasih kurang mas karena sering sekali masyarakat mengantri paspembuatan akte kelahiran sama surat perpindahan.” (wawancara diKecamatan Tanjung Priok)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sumber
daya yang di miliki oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dalam menjalankan tugasnya sudah dapat dikatakan terpenuhi dalam
menangani masalah-masalah administrasi kependudukan di Jakarta Utara
yang dimana salah satunya adalah masalah mengenai pembuatan akta
kelahiran meskipun masih terdapat kekurangan SDM di beberapa satuan
pelaksana kecamatan sehingga membuat pelayanan akta kelahiran sedikit
78
terlambat, hal ini terdapat perkembangan dibandingkan sebelum diterapkan
program ini dimana belum adanya penempatan petugas pelayanan di
kecamatan – kecamatan sehingga sumberdaya manusia belum mengerti
proses pembuatan akta kelahiran secara online dan belum dibutuhkannya
jumlah sumberdaya manusia secara banyak untuk melaksanakan pelayanan
akta kelahiran.
Tabel 4.3
Data Kepegawaian Seksi Pendaftaran Penduduk
Berdasarkan Pendidikan (PNS dan Non-PNS)
Pendidikan Jumlah
SMA 3
D3 7
S1 12
S2 1
JUMLAH 23
2) Sarana dan Prasarana
Aspek sarana dan prasarana penunjang merupakan aspek yang
dibutuhkan dalam proses pengolahan data, dalam hal ini adalah komputer
dan jaringan, maupun fasilitas seperti kursi dan ruang tunggu untuk
masyarakat. Fasilitas tersebut berupa segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
proses pelaksanaan administrasi kependudukan. Berikut adalah data hasil
wawancara peneliti bersama I1-1 :
79
“untuk sarana dan prasarana memang dirasa masih kurang ,apalagidengan jumlah komputer yang kurang jadinya menghambat prosespelayanan. Kalau dengan ruang tunggu disini memang tergolong kecilkarena memang ruang di gedung ini tidak mencukupi lagi (wawancaradi kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil JakartaUtara)
Hasil wawancara bersama petugas kepala satpel catatan sipil diatas
dapat diketahui bahwa untuk melakukan pelayanan administrasi
kependudukan, Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta
Utara sendiri masih kekurangan sarana, hal senada juga di katakan oleh I2-1
sebagai berikut:
“Kalau sarana dan prasarana sih di kecamatan dirasa kurang karenahanya ada dua komputer buat pengerjaan akte kelahiran dan suratperpindahan, jadi agak lama jika terdapat banyak masyarakat.Namun jika dari segi ruang tunggu dirasa cukup luas dannyaman”.(wawancara di kantor Kecamatan Tanjung Priok)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara masih memiliki
kekurangan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pelaksanaan
administrasi kependudukan khususnya dalam pembuatan akta kelahiran
3) Sosialisasi
Aspek sosialisasi merupakan proses penyampaian informasi kepada
sasaran kebijakan mengenai Program Quick Wins yang dimplementasikan
ke dalam administrasi kependudukan khususnya kedalam pelayanan akta
kelahiran, bagaimana dengan penjabaran isi peraturan tersebut apakah sudah
cukup jelas dipahami oleh semua pihak terkait untuk diimplementasikan,
berikut adalah wawancara dengan I1-1
80
“Iya sosialisasi terus dilakukan sejak awal dimulainya program inimas, khususnya sosialisasi akta kelahiran yang makin dipermudahpembuatannya ke rumah sakit dan puskesmas puskesmas kecamatanjuga menempatkan spanduk dan baliho di tempat tempat yangmungkin dilihat orang yang mau membuat akta kelahiran seperti dirumah sakit, puskesmas, maupun di kecamatan dan kelurahan. Dansosialisasi kepada satpel kecamatan beserta pegawai pelayanan kamilakukan dengan melalui surat edaran dan mengadakan pelatihanpelatihan. (wawancara di kantor suku dinas kependudukan danpencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara bersama Kepala seksi pendaftaran penduduk
diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi oleh suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara dilakukan dengan melakukan sosialisasi ke
rumah sakit dan puskesmas juga dengan pemasangan spanduk dan baliho,
hal senada juga dikatakan oleh I1-2 sebagai berikut:
Sosialisasi sudah kami laksanakan dengan menempatkan petugasuntuk penyuluhan tentang kemudahan pembuatan akta kelahiran kerumah sakit dan puskesmas yang ada, bahkan kami jugamenempatkan baliho baliho di berbagai tempat seperti di areapuskesmas maupun kecamatan. (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara).
Selain itu I2-3 juga memberikan pernyataan kepada peneliti terkait
sosialisasi, pernyataannya adalah sebagai berikut:
Pastinya kami melakukan sosialisasi tentunya dengan arahan darisuku dinas, kalau di satpel kecamatan tugas kami menyampaikanarahan kepada satpel kelurahan, dan juga menyampaikan kepadamasyarakat langkah dan apa yang harus disiapkan kepadamasyarakat (wawancara di kantor kecamatan Koja)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi kepada
masyarakat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan ke rumah sakit
81
dan puskesmas dan juga memasang baliho di tempat – tempat pelayanan
akta kelahiran seperti di kecamatan - kecamatan. Hal mengenai sosialisasi
dan penempatan baliho di beberapa rumah sakit dan puskesmas juga
disampaikan oleh I4-1 sebagai masyarakat kepada peneliti, pertnyataannya
adalah sebagai berikut:
“Kalo untuk sosialisasi langsung dari catatan sipilnya saya sihpernah sekilas mendengar di puskesmas, mereka ngejelasin tentangakta kelahiran gitu disana.kalo baliho gitu sih saya belum pernah liatmas.” (wawancara di stasiun tanjung priok)
Berdasarkan hasil wawancara bersama beberapa informan dapat
diketahui bahwa proses sosialisasi sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu
dengan diadakannya sosialisasi sampai ke rumah sakit dan puskesmas
sehingga sosialisasi bisa disampaikan langsung kepada masyarakat, tetapi
penempatan baliho sebagai alat sosialisasi dirasa kurang efektif dikarenakan
lokasi yang kurang strategis dan tidak dapat dilihat oleh masyarakat Jakarta
utara secara keseluruhan. Dibandingkan dengan sebelum penerapan program
ini dimana proses sosialisasi hanya sekedar memberikan pemberitahuan
betapa pentingnya akta kelahiran untuk masyarakat.
No Indikator Temuan Lapangan
1. Input 1. Sumber Daya Manusia masih belummencukupi namun memiliki kualitasyang cukup baik
2. Sarana dan Prasarana masih kurangmemadai sehingga menghambat prosespelayanan
3. Sosialisasi disampaikan langsungkepada masyarakat sehingga cukup
82
efektif namun sosialisasi melaluibaliho kurang efektif karena lokasiyang kurang tepat
2. Proses
Proses merupakan bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam
bentuk pelayanan langsung kepada objek kebijakan. Dalam melakukan
penilaian terhadap proses pelaksaaan kebijakan tersebut, maka peneliti
mengembangkannya kedalam beberapa aspek, yaitu kejelasan mekanisme
penarikan, pelayanan, kepastian, penertiban, dan ke-efektifan pelaksanaan
Perda tersebut. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti bersama
informan mengenai penilaian dimensi proses.
1) Kejelasan Mekanisme
Proses pelaksanaan program quick wins pada administrasi
kependudukan diperlukan adanya kejelasan mekanisme dan peraturan yang
jelas dalam proses pelaksanaan kebijakan tersebut, apakah peraturan dan
mekanisme tersebut sudah jelas dan di implementasikan atau belum oleh
petugas, berikut adalah hasil wawancara bersama I1-2 sebagai berikut:
Untuk mekanismenya sendiri sih kami udah punya SOP (StandarOperating Procedure) nya sendiri mas, yang berisi tentang urutanpengerjaan dan waktu pengerjaan juga. Jadi petugas pelayanan tidakakan kebingungan dalam melakukan pekerjaannya (wawancara dikantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pelayanan
Pencatatan Sipil diatas dapat diketahui bahwa mekanisme pelaksanaan
83
pelayanan administrasi kependudukan khususnya akta kelahiran sudah
cukup jelas, hal senada juga disampaikan oleh I3-1 kepada peneliti, berikut
adalah penyataannya:
“mekanismenya sih semua sudah diatur ke dalam SOP jadikemungkinan tidak akan ada penyimpangan dalam pelaksanaannya(wawancara di kantor kecamatan Koja)
Hasil dari pernyataan informan penelitian diatas dapat diketahui
bahwa mekanisme pembuatan akta kelahiran sudah cukup jelas dan sudah
tercantum di dalam SOP (Standar Operating Procedure).
Sementara itu mekanisme pelaksanaan dari sisi satpel kecamatan
sebagaimana disampaikan oleh I2-1, pernyataannya adalah sebagai berikut:
“Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjainsesuai dengan SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkasdahulu lalu dilanjutin dengan input data ke komputer gitu mas”wawancara di kantor kecamatan tanjung priok)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
mekanisme pelaksanaan pembuatan akta sudah cukup jelas. Pelaksanaannya
mengikuti SOP yang berlaku, dan prosesnya berakhir di pencetakan akta
kelahiran. Hal tersebut disampaikan oleh I1-1 kepada peneliti, berikut adalah
penyataannya:
“Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini punmelaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulaidari pengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir dipencetakan akta kelahiran”. (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
84
Berdasarkan hasil dari pernyataan informan penelitian diatas dapat
diketahui bahwa mekanisme proses pelaksanaan program tersebut sudah
jelas tertulis didalam SOP (Standar Operating Procedure) itu sendiri, dan
dalam pelaksanaannya, proses pembuatan akta kelahiran dilakukan oleh
satuan pelaksana pencatatan sipil kecamatan dengan melakukan pengecekan
kelengkapan berkas terlebih dahulu lalu menginput datanya secara online.
Sebelum adanya program ini proses mekanisme pelaksanaan tidak disertai
SOP karena proses pembuatan akta kelahiran dari pendaftaran hingga proses
pencetakan dilakukan secara manual.
2) Pelayanan
Pelayanan merupakan aspek penting dalam pembuatan akta kelahiran,
karena ketika program ini dilakukan kepada sasaran kebijakan maka perlu
adanya pelayanan yang berupa fasilitas atau prasarana yang memadai, dalam
hal ini fasilitas pembuatan akta yang memadai dan juga ruang tunggu untuk
masyarakat yang nyaman. Namun yang terjadi di lapangan, pelayanan yang
dilakukan masih terdapat berbagai keterlambatan sehingga tidak mencapai
tujuan yang maksimal kepada sasaran kebijakan, seperti yang disampaikan
oleh I1-1 sebagai berikut: “kalau pelayanan sudah pasti sudah diberikan
semaksimal mungkin, cuman masih banyak kendala yang bikin pelayanan
jadi terhambat. Misalnya kayak gangguan jaringan ataupun gangguan
terhadap komputer yang ada. (wawancara di kantor Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)
85
Hal senada juga dikatakan oleh I1-2 sebagai berikut:
“pelayanan kalo maksudnya pembuatan akta kelahiran pastinya kamisudah sebaik mungkin dalam pelaksanaannya, memang masih adamasalah masalah yang terjadi”. (wawancara di kantor Suku DinasKependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pelayanan yang
dilakukan oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta
Utara sudah dilakukan semaksimal mungkin, namun masih terdapat
berbagai kendala di dalam pelaksanaannya seperti jaringan yang bermasalah
dan juga komputer yang terkadang mengalami kerusakan. Jika dibandingkan
pada saat sebelum program ini berjalan, prasarana di suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil sangatlah kurang memuaskan karena
seluruh pelayanan yang dilakukan dipusatkan di suku dinas sehingga terjadi
penumpukan masyarakat yang ingin melakukan administrasi kependudukan.
3) Kepastian
Kepastian merupakan aspek pendukung dalam melakukan
implementasi program ini, kepastian berkaitan dengan waktu pelaksanaan
pembuatan akta kelahiran, berikut adalah hasil wawancara dengan I3-3 yaitu
sebagai berikut: “Pelaksanaan pelayanan akta kelahiran ini tentu saja
dilakukan setiap hari kerja, bahkan kami membuka pelayanan selama
setengah hari pada hari sabtu supaya pelayanan makin maksimal”.
Kemudian hal senada juga sampaikan oleh I1-1 yang mengatakan:
“pastinya pelayanan akta kelahiran ini selalu dilakukan di hari kerjalalu kami membuka pelayanan juga pada hari sabtu agar semakin
86
banyak masyarakat yang terlayani.” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil kedua wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan akta kelahiran berjalan terus menerus dari senin sampai sabtu
yang menandakan bahwa waktu pelaksanaan program sudah maksimal, hal
tersebut juga didukung oleh I1-2, pernyataannya adalah sebagai berikut:
“supaya pelayanan semakin maksimal selain pada hari kerja, kamijuga melakukan pelayanan administrasi kependudukan pada harisabtu namun hanya setengah hari supaya masyarakat yang sekiranyatidak bisa melakukan administrasi kependudukan pada hari kerja bisamelaksanakannya di hari sabtu”. (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Hal senada juga dikatakan oleh I2-2, berikut pernyataanya:
“waktu pelayanan akta kelahiran hampir setiap hari kamimelaksanakannya, dari senin sampai jumat pada jam kerja lalu padahari sabtu juga namun hanya setengah hari (wawancara di kantorkecamatan cilincing)
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan beberapa informan diatas,
dapat diketahui bahwa waktu pelaksanaan pelayanan akta kelahiran berjalan
dari hari senin sampai jumat pada jam kerja dan juga hari sabtu selama
setengah hari. Hal ini dirasa cukup efektif dikarenakan waktu pelaksanaan
pelayanan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak mempunyai
waktu untuk membuat akta kelahiran di hari kerja bisa membuat akta
kelahiran pada hari sabtu. Sebelum adanya program ini proses pelayanan
akta kelahiran hanya dilakukan pada hari kerja yaitu hari senin dan jumat,
87
sehingga membuat masyarakat yang bekerja enggan untuk proses
administrasi kependudukan karena tidak bisa izin dari bekerja.
4) Penertiban
Penertiban adalah aspek penting yang harus dilakukan oleh Suku
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terhadap hal-hal yang melanggar
ketentuan yang ada didalam Program tersebut, karena didalam Undang
Undang Administrasi Kependudukan terdapat dua pasal yang berisi larangan
dan sanksi yaitu pada pasal 94, 95a, 95b dan 96 mengenai larangan dan
sanksi. Berikut keterangan mengenai proses penertiban yang didapatkan dari
I1-1 yaitu sebagai berikut:
“untuk sanksi sih kami masih menurut pada UU No.24 tahun 2006, diundang undang tersebut terdapat berbagai sanksi. Khususnya yangterkait dengan pungutan liar karena pembuatan akta kelahiran tidakdipungut biaya, Alhamdulilah sampai sekarang belum ada petugaspelayanan yang melanggar aturan yang ada.”(wawancara di Kantorsuku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sampai saat ini belum
adanya penertiban dikarenakan belum ada terjadinya pelanggaran. Hal
senada juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, berikut adalah
pernyataannya:
“penjatuhan sanksi sih sampai saat ini belum ada karena memangbelum ada petugas pelayanan yang melanggar aturan aturan yangada .” (wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatansipil Jakarta utara)
88
Sementara itu, kepala satuan pelayanan catatan sipil kecamatan pun
mengungkapkan kepada peneliti terkait penertiban sanksi yang tertulis di
dalam undang - undang tersebut, pernyataan yang disampaikan oleh I3-1
kepada peneliti adalah sebagai berikut:
“Kalo di satpel kecamatan sih soal sanksi sudah pasti mengikutiaturan sanksi yang ada di undang – undang, dan alhamdulilahsampai sekarang belum ada petugas pelayanan yang diberikansanksi.” (wawancara di kantor kecamatan)
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sampai saat ini
penertiban yang dilakukan oleh suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara memang belum dilakukan, dikarenakan memang tidak ada
peraturan yang dilanggar, hal ini menandakan bahwa proses penertiban
berjalan dengan baik. Hal ini berbanding terbalik jika dibandingkan sebelum
adanya program ini dimana masih ada terdapat pungutan – pungutan liar
yang diminta petugas kepada masyarakat untuk mempermudah proses –
proses administrasi kependudukan namun lolos dari proses pengawasan dan
penertiban.
5) Efektivitas
Efektivitas merupakan salah satu aspek penting yang harus di lihat
dalam mengimplementasikan program quick wins pada pelayanan
administrasi kependudukan sebagai implementor sudah efektif atau belum
dalam melaksanakan kebijakan yang dimaksud, berikut adalah pernyataan
dari I1-1:
89
“pastinya efektif, karena terjadi peningkatan dalam proses pelayananadministrasi kependudukan. Khususnya pada akta kelahiran denganadanya program ini proses pelayanannya semakin lebih cepatdibanding sebelumnya.” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa kegiatan
administrasi kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran bisa
berjalan lebih efektif. Hal senada juga disampaikan oleh I2-2 kepada peneliti,
berikut pernyataannya:
“tentu saja efektif, karena pembuatan akta kelahiran tidak lagimemakan waktu yang lama dan proses pengerjaannya semakin mudahdan simpel” (wawancara di kantor kecamatan cilincing)
Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pembinaan yang dilakukan oleh dinas sosial berjalan cukup efektif. Hal
senada juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah
sebagai berikut:
“kalo efektif sih saya rasa efektif, cuma kalo saya bilang berhasiljadinya terlalu sombong nanti, yang jelas dengan program inipelayanan administrasi kependudukan khususnya akta kelahiransemakin lebih baik.” (wawancara di suku dinas kependudukan danpencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, peneliti dapat
menganalisis bahwa dalam pelaksanaan program quick wins dalam
administrasi kependudukan khususnya pada pelayanan akta kelahiran cukup
efektif karena mengalami peningkatan di berbagai sektor.
90
No Indikator Temuan Lapangan
2. Proses 1. Sudah adanya SOP terkait pelayananakta kelahiran
2. Masih adanya masalah terkait saranadalam melakukan pelayanan
3. Waktu pelayanan dilakukan selamasenin sampai sabtu
4. Sudah adanya sanksi yang diatur dalamundang – undang
5. Semakin efektifnya pelaksanaanpelayanan akta kelahiran
3. Output (Hasil)
Output merupakan hasil dari sebuah pelaksanaan kebijakan, apakah
pelaksanaan kebijakan tersebut menghasilkan keluaran atau produk yang
sesuai dengan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Ada beberapa aspek
dalam dimensi output yaitu kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan
kebijakan, ketepatan sasaran yang dituju, sasaran yang tertangani dan
kelompok-kelompok yang terlibat didalan pelaksanaan kebijakan tersebut.
1) Kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan kebijakan
Pelaksanaan kebijakan seharusnya sesuai dengan tujuan dibuatnya
kebijakan, namun apa yang terjadi terharap program quick wins pada
administrasi kependudukan ini masih belum berhasil dalam mencapai tujuan
yang di inginkan dalam program tersebut, seperti yang disampaikan oleh
bapak Supryantoro selaku kepala seksi pendaftaran penduduk , berikut
adalah pernyataan yang diberikan oleh I1-1:
91
“belum mencapai target, tujuan utama dari program ini adalahpembuatan akta kelahiran hanya dalam 5 hari. Namun padakenyataannya bisa lebih dari itu, penyebabnya ya karena jaringanyang sering gangguan dan kurangnya sdm dalam mengatasipermintaan akta kelahiran .” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan dari
program tersebut belum berhasil mencapai tujuan yang di inginkan. Hal
senada juga disampaikan oleh kepala seksi pelayanan pencatatan sipil
kepada peneliti, pernyataan dari I1-2 adalah sebagai berikut:
“kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari programini juga untuk kepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kamimasih terdapat kekurangan dari segi sdm dan sarana jadi tujuan dariprogram quick wins yaitu pembuatan akta kelahiran selama 5 harimasih belum bisa tercapai.” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari
program tersebut belum tercapai seratus persen, namun suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil selaku implementor menargetkan untuk
bahwa pembuatan akta kelahiran harus selesai dalam waktu 5 hari. Hal ini
masih dilihat terdapat perbaikan dari proses lamanya pembuatan akta
kelahiran jika dibandingkan sebelum adanya program ini dimana pembuatan
akta kelahiran memakan waktu hingga 30 hari karena masih belum
sempurnanya proses mekanisme pengerjaannya
2) Ketepatan sasaran
Ketepatan sasaran yang dituju merupakan aspek penting dalam
pelaksanaan pelayanan akta kelahiran, apakah selama ini proses
92
pelaksanaannya sudah tepat sasaran, untuk mengetahui ketepatan sasaran
dalam hal proses pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan
akta kelahiran, berikut adalah hasil wawancara dengan I1-1:
“tentu saja tepat sasaran, karena setiap masyarakat diwajibkanmemiliki akta kelahiran. Maka dengan program ini diharapkan kamidapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.”(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipilJakarta utara)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan
pelayanan, dalam hal ini pembuatan akta kelahiran, suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil sudah tepat sasaran. Hal senada juga
disampaikan oleh I2-3 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:
“pastinya tepat sasaran soalnya kan semua masyarakat harus punyaakta kelahiran, dan tempat pembuatan akta kelahiran pun sudahditentukan penempatannya sehingga jelas untuk siapa kamimelakukan pelayanan.” (wawancara di kantor kecamatan Koja)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan yang
dilakukan sudah tepat sasaran, dikarenakan sebelum melaksanakan
pelayanan, suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil sudah mengetahui
sasaran dalam pelayanannya, misalnya dengan membuka pelayanan akta
kelahiran di rumah sakit dan puskesmas yang ditujukan kepada warga yang
baru saja memiliki anak untuk segera membuat akta kelahiran langsung di
rumah sakit. Hal senada juga dikatakan oleh kepala seksi, pernyataan I1-2
adalah sebagai berikut:
“sudah tepat, kami menjalankan program ini sudah menentukantempat tempat yang sekiranya efektif untuk pelayanan akta kelahiran,misalnya seperti membuka pelayanan di rumah sakit seperti di rumah
93
sakit koja. Disana sudah jelas bahwa sasarannya adalah masyarakatang baru mempunyai anak agar segera membuat akta kelahiran”(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipilJakarta utara)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, dapat
diketahui bahwa pelaksanaan program quick wins pada administrasi
kependudukan ini sudah tepat pada sasaran karena dalam pelaksanaannya
juga sudah jelas terlihat siapa saja target dari program tersebut.
3) Sasaran yang tertangani
Aspek sasaran yang tertangani dalam pelaksanaan kebijakan
merupakan hal yang berkaitan dengan kegiatan pengawasan setelah sasaran
dari kebijakan tersebut tertangani, untuk mengetahui mengenai sasaran yang
tertangani, peneliti melakukan wawancara bersama I1-1 yaitu sebagai
berikut:
“tentu saja kami tidak melakukan pengawasan, karena akta kelahiranyang sudah diberikan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya masing– masing. Tanggung jawab kami hanyalah menjaga datakependudukan masyarakat agar tetap terjaga dan tidakdisalahgunakan oleh orang lain.” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa sasaran yang telah
tertangani masih mendapat pengawasan dari pihak dinas sosial, hal senada
juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai
berikut:
94
“tidak ada pengawasan kepada masyarakat, yang kami lakukanhanyalah menjaga data kependudukan masyarakat tetap terjaga dantidak dipergunakan oleh orang lain.” (wawancara di kantor sukudinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Berdasarkan keterangan dari beberapa informan diatas, dapat
diketahui bahwa dalam pelaksanaan program quick wins pada administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran tidak ada
pengawasan dalam kepemilikan akta kelahiran, setelah akta kelahiran
diberikan kepada masyarakat hal itu menjadi tanggung jawab masing –
masing dalam menjaganya. Namun suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil menjaga data kependudukan agar tetap aman tersimpan dan
tidak dipergunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.
4) Kelompok yang terlibat
Kelompok yang terlibat berkaitan dengan lembaga atau pihak terkait
yang bekerja sama dalam mengimplementasikan program quick wins pada
administrasi kependudukan di suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara. Mengenai kelompok yang terlibat, peneliti melakukan
wawancara bersama I1-1 yaitu sebagai berikut:
“yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpelkecamatan, dan dari suku dinas itu sendiri.” (wawancara di kantorsuku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahu bahwa dalam pelaksanaan
peraturan daerah tersebut dibantu oleh beberapa pihak. Hal serupa juga
disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:
95
“kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalusatpel kecamatan dan dari suku dinas juga mas (wawancara di kantorsuku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat
diketahui bahwa dalam mengimplementasikan program quick wins pada
administrasi kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran ini
ada beberapa kelompo-kelompok yang terlibat, diantaranya satpel
kelurahan, satpel kecamatan, dan juga suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil. Berbeda dengan sebelum adanya program ini dimana
belum dibentuknya satuan pelayanan di kecamatan – kecamatan sehingga
proses pembuatan akta kelahiran terpusat di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil sehingga membuat pelayanan tidak efektif.
No Indikator Temuan Lapangan
3. Input 1. Tujuan dari program belum mencapaitarget yang diharapkan
2. Program sudah tepat sasaran3. Pengawasan hanya dilakukan terhadap
data kependudukan4. Seluruh elemen Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipilterlibat
4. Outcome (Dampak)
Outcome yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdapak nyata
terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan. Untuk
mengetahui dampak yang dihasilkan dari hasil pelaksanaan program
tersebut, maka peneliti melihat dari dampak ada tidaknya tanggapan atau
96
perubahan terhadap kelompok sasaran kebijakan, dan peningkatan
pelaksanaan oleh implementor terhadap peraturan daerah tersebut.
1) Perubahan kelompok sasaran
Dampak perubahan terhadap kelompok sasaran merupakan aspek
penting dalam sebuah hasil pelaksanaan kebijakan, ini karena berkaitan
dengan tujuan dibuatnya kebijakan, apakah dampak tersebut positif atau
negatif. Dampak perubahan kelompok sasaran yang ditimbulkan dari
pelaksanaan peraturan daerah tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara
yang dilakukan peneliti dengan I1-2 yaitu sebagai berikut:
“setelah ada program ini pastinya ada perubahan khususnya dalampelayanan akta kelahiran ini, dengan menempatkan satpel kecamatandan pelayanan di rumah sakit membuat pelayanan akta lebih tersebardan dapat dijangkau masyarakat. Penggunaan sistem online jugamembuat proses penginputan data menjadi semakin mudah dan cepatsehingga pembuatan akta kelahiran tidak lagi mencapai 30 hari”(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipilJakarta utara)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat
perubahan terhadap sasaran kebijakan. Hal senada juga disampaikan oleh I1-
1 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:
“setelah pelaksanaan tentu saja ada perubahan, yang paling jelasadalah dari proses pembuatan akta kelahiran yang sebelumnyamencapai 30 hari sekarang paling lambat hanya seminggu saja. Jugatidak ada lagi penumpukan masyarakat yang ingin membuat aktakelahiran di suku dinas karena sudah adanya satpel di seluruhkecamatan. Selain itu terjadi jumlah peningkatan pada jumlahpermintaan pembuatan akta kelahiran, sehingga diharapkan seluruhmasyarakat semakin mengerti akan pentingnya administrasikependudukan” (wawancara di kantor suku dinas kependudukan danpencatatan sipil Jakarta utara)
97
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat
perubahan terhadap sasaran kebijakan menjadi lebih baik dikarenakan
proses pembuatan akta kelahiran yang semakin lebih cepat dari sebelumnya.
2) Peningkatan pelaksanaan
Dampak dari hasil pelaksanaan kebijakan yang sudah maupun sedang
berjalan adalah mengenai peningkatan pelaksanaan program yang sedang
dijalankan, berikut adalah hasil dari wawancara yang telah dilakukan
dengan I1-1 yang mengatakan bahwa:
“Kalo peningkatan sih jelas ada dari pelayanan akta kelahiran yangmulai merata sehingga cara bekerja menjadi semakin efektif” (wawancaradi kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Dari hasil wawancara bersama kepala seksi pelayanan pendaftaran
penduduk dapat diketahui bahwa upaya peningkatan dalam rangka meng-
efektifkan kegiatan administrasi kependudukan terus dilakukan, peningkatan
memang perlu dilakukan seiring dengan berjalannya waktu mengikuti
bagaimana dinamika keadaan di masyarakat. Disisi lain, pihak dinas suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil pun terus melakukan peningkatan
untuk mewujudkan ketertiban administrasi kependudukan sebagaimana
dinyatakan oleh kepala seksi pelayanan pencatatan sipil yang disampaikan
kepada peneliti, berikut adalah pernyataan dari I1-2:
“peningkatan dalam melaksanakannya tentu saja ada, kami selaluberikan yang terbaik, ini kan untuk mewujudkan ketertibanadministrasi kependudukan juga, agar tidak ada lagi masyarakat
98
yang tidak mempunyai identitas.” (wawancara di kantor suku dinaskependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Hal senada juga disampaikan oleh I2-1 kepada peneliti, pernyataannya
adalah sebagai berikut:
“ada peningkatan, contohnya dengan membuat satpel di kecamatankecamatan dan tidak lagi terpusat di suku dinas supaya pelayananakta kelahiran lebih mudah diakses oleh masyarakat. ke depannyadiharapkan pembuatan akta kelahiran bisa dilakukan dimana sajasecara mobile sehingga tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuktidak membuat akta kelahiran” (wawancara di kantor kecamatantanjung priok)
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat
diketahui bahwa peningkatan terus dilakukan baik oleh suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil, dimana suku dinas membagi satuan
pelayanan ke kecamatan – kecamatan agar pelayanan akta kelahiran
semakin mudah diakses oleh masyarakat dan tidak lagi terpusat di suku
dinas. Ke depannya suku dinas merencanakan untuk membuat pelayanan
akta kelahiran secara mobile sehingga pelayanan bisa diakses dimana saja
dan kapan saja.
No Indikator Temuan Lapangan
4. Outcome 1. Semakin meningkatnya permintaanpembuatan akta kelahiran
2. Semakin efektifnya pelayanan aktakelahiran dengan menyebar tempatpelayanan ke kecamatan - kecamatan
99
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil pelenilitan merupakan isi dari hsil analisis data dan
faktayang peneliti dapatkan dilapangan kemudian disesuaikan dengan teori
yang peneliti gunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teori evaluasi menurut Nurcholis dalam bukunya yang
berjudul Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah yang
menjelasan bahwa evaluasi kebijakan merupakan penilaian secara
menyeluruh terhadap input, proses, output dan outcome. Selanjutnya
berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengenai Program Quick Wins
pada Pelayanan Administrasi Kependudukan ini sudah berjalan dengan
cukup baik namun belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melihat dari aspek
input, proses, output dan outcome. Dimana hasil dari obsevasi dan
wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, peneliti mendapat
data-data sebagai berikut:
1. Input (masukan)
Dimensi input atau masukan dari pelaksanaan program tersebut dapat
diketahui bahwa kapasitas sumberdaya manusia dari suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil sudah dapat dikatakan cukup baik
dimana petugas yang ada sudah paham dan mengerti apa-apa saja tugas
yang harus merka lakukan, namun dari segi jumlah dirasakan masih kurang.
Dari segi satuan pelaksana kecamatan sebagai pelaksana pelayanan
akta kelahiran juga dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya dirasa
100
cukup baik dikarenakan para petugas satuan pelaksana sudah memahami
SOP (Standar Operating Procedure) pelayanan akta kelahiran
menggunakan aplikasi akta kelahiran yang sudah terinstal di komputer. Tapi
dari segi jumlah dirasa kurang karena masih terdapat penumpukan
penumpukan berkas dan masyarakat yang mengantri untuk mendapatkan
pelayanan yang menandakan bahwa jumlah dari petugas atau sumberdaya
manusianya masih kurang.
Kemudian untuk sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan
program ini masih terdapat kekurangan, karena baik komputer maupun
jaringannya kurang mampu mendukung proses pelayanan sehingga
pembuatan akta kelahiran pun menjadi terhambat. Ruang tunggu pun juga
termasuk sarana dan prasarana yang cukup penting dikarenakan ini
berpengaruh terhadap kenyamanan masyarakat. Ruang tunggu di suku dinas
dirasa sudah tidak mencukupi lagi untuk menampung masyarakat yang ingin
melakukan pelayanan administrasi kependudukan, namun di satpel catatan
sipil di kecamatan, ruang tunggu terasa luas dan nyaman hanya saja harus
berbagi dengan bagian pelayanan lainnya.
Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan baik kepada
sasaran kebijakan maupun warga masyarakat agar program yang di
implementasikan diketahui oleh publik, terlebih apabila terdapat pasal yang
mengatur tentang larangan yang ditujukan kepada warga masyarakat.
Sampai saat ini bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh dinas kependudukan
dan pencatatan sipil terkait program ini adalah dengan melakukan
101
penyuluhan ke rumah – rumah hingga ke tempat pelayanan kesehatan
seperti di rumah sakit ataupun puskesmas. Melakukan penyuluhan ke
puskesmas ataupun rumah sakit dianggap efektif dikarenakan hampir semua
peristiwa kelahiran terjadi disana, jadi bisa sekaligus mengingatkan kepada
masyarakat betapa pentingnya akta kelahiran untuk anak anak mereka.
Suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil juga melakukan
sosialisasi dengan pemasangan baliho – baliho di tempat – tempat yang
dianggap strategis, namun pemasangan baliho ini dianggap kurang efektif
karena penempatannya yang tidak terlihat oleh masyarakat sehingga tidak
banyak masyarakat yang mendapatkan informasi terkait program tersebut.
Berdasarkan hasil evaluasi input dari Program Quick Wins pada
Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.
Dari aspek sumber daya manusia dapat dikatakan mencukupi dari segi
kualitas namun tidak mencukupi dari segi kuantitas. Sarana dan prasarana
penunjang jalannya program ini masih memiliki kekurangan yaitu dari segi
fasilitas teknologi penunjang pelayanan akta kelahiran itu sendiri, dimana
kondisi komputer sebagai alat utama tidak berada dalam kondisi yang baik
dan juga jaringan yang sering mengalami gangguan. Dari aspek sosialisasi,
sosialisasi dilakukan oleh pihak suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil dengan cara melakukan penyuluhan secara langsung kepada
masyarakat dan juga melalui baliho baliho yang dipasang di berbagai
tempat.
102
2. Proses
Dimensi proses dalam pelaksanaan program tersebut dapat diketahui
bahwa mekanisme dari program quick wins ini sudah cukup jelas
khususnya dalam pelayanan akta kelahiran, dalam pelaksanaannya pun
sudah mengikuti SOP yang ada, dengan satpel kecamatan sebagai tempat
pelayanan akta kelahiran.
Gambar 4.1SOP Pelayanan Akta Kelahiran
103
104
Kemudian pelayanan yang diberikan kepada masyarakat berupa
pencatatan administrasi kependudukan yang berupa akta kelahiran, sudah
didukung dengan SOP yang ada hanya saja kondisi sarana dan prasarana
yang ada tidak mendukung pelayanan ini sehingga pelayanan akta kelahiran
menjadi terhambat dan belum bisa mencapai target penyelesaian yang sudah
ditentukan.
105
3. Output (hasil)
Output atau hasil dari pelaksanaan program quick wins pada
pelayanan administrasi kependudukan di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara dapat di ketahui bahwa dalam proses
pelaksanaan ini terjadi perbaikan dari sistem pelayanan akta kelahiran yang
sebelum adanya program ini bisa mencapai satu bulan dalam pembuatannya,
sekarang bisa selesai kurang lebih dalam waktu seminggu.
Dengan melakukan pelayanan di rumah sakit pun dapat diketahui
bahwa dari suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil sudah mengetahui
sasaran – sasaran yang dijadikan tujuan yaitu masyarakat yang baru saja
mempunyai anak, dengan sistem jemput bola tersebut maka diharapkan
pelayanan makin maksimal. Sedangkan dalam bentuk pengawasan, suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil tidak akan melakukan pengawasan
terhadap akta kelahiran yang sudah diberikan masyarakat, namun suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil melakukan pengawasan terhadap data
kependudukan yang sudah diberikan agar tidak dipergunakan oleh pihak
yang tidak bertanggungjawab.
4. Outcome (dampak)
Outcome atau dampak nyata yang ditimbukan dari pelaksanaan
program quick wins pada pelayanan administrasi kependudukan ini dapat
diketahui bahwa terdapat peningkatan jumlah akta kelahiran selama
program ini berjalan. Dengan meningkatnya akta kelahiran pada akhirnya
106
juga berguna bagi negara untuk pelaksanaan kebijakan – kebijakan yang
terkait dengan kependudukan.
Gambar 4.2
Grafik pelayanan akta kelahiran
Sumber : Profil Suku Dinas Jakarta Utara 2013 – 2016
Dampak lain dari pelaksanaan program quick wins pada pelayanan
administrasi kependudukan ini adalah peningkatan pelaksanaan dari suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil dengan adanya penggunaan sistem
informasi pada pelayanan akta kelahiran. Hal ini mengakibatkan terjadinya
perbaikan tingkat pelayanan akta kelahiran kepada masyarakat khusunya
masyarakat Jakarta Utara .
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Nurcholis dengan keempat skema umum penilaian yang telah
dipaparkan diatas, dapat memberikan informasi bahwa dalam pelaksanaan
Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan ini
telah dijalankan dengan baik oleh pihak Suku Dinas Kependudukan dan
20000
21000
22000
23000
24000
25000
26000
27000
2013 2014 2015 2016
Tingkat Kelahiran
Akta Kelahiran
107
Pencatatan Sipil Jakarta Utara sebagai implementor walaupun masih belum
optimal.
108
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan lapangan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, sehingga penyimpulan akhir mengenai Evaluasi
Program Quick Wins pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta dapat dikatakan cukup optimal meski
masih ditemukan beberapa kekurangan dalam beberapa hal, sehingga memiliki
dampak pada proses pelayanan yang didapatkan oleh masyarakat yang ingin
melakukan administrasi kependudukan khususnya dalam pembuatan akta
kelahiran. Hal tersebut terjadi karena masih terdapat beberapa mekanisme
pelayanan yang kurang optimal saat diberikan. Permasalahan tersebut terjadi
dilihat dari sumber daya manusia pelayanan, sarana dan prasarana, dan sosialisasi
sehingga belum mampu mencapai hasil dari tujuan awal. Dimana yang
menyebabkan atas kurang berhasilannya pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Pertama, masih minimnya sumber daya manusia yang ada. Terobosan
dengan membuat satuan pelayanan catatan sipil di kecamatan dan di rumah sakit
tidak diimbangi dengan jumlah sumber daya manusia yang ada. Hal ini
menyebabkan terhambatnya proses administrasi sehingga pelayanan menjadi lebih
lambat dari yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun dari segi kualitas sumber
daya manusianya dinilai cukup baik dikarenakan setiap petugas mengerti apa saja
109
yang harus dikerjakan oleh mereka sehingga minim terjadinya kesalahan –
kesalahan yang dapat menyebabkan proses administrasi menjadi terhambat.
Kedua, dari segi sarana dan prasarana juga dinilai masih banyak memiliki
kekurangan. Seharusnya sarana dan prasarana dianggap sebagai penunjang yang
sangat penting dalam melakukan proses administrasi. Masih terdapat berbagai
kekurangan dari sarana dan prasarana seperti kondisi komputer yang kurang baik
dan jaringan data yang sering mengalami gangguan ini menyebabkan proses
administrasi kependudukan khususnya pembuatan akta kelahiran menjadi
terganggu. Dikarenakan proses penginputan data dan pencetakan akta kelahiran
dilakukan secara online, sehingga sarana seperti komputer dan jaringan data yang
baik merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan. Selanjutnya terkait dengan
prasarana juga terdapat sedikit kekurangan khususnya di ruang tunggu suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil, ruang tunggu di suku dinas dirasakan sangat
sempit dan tidak nyaman dan tidak sanggup menampung masyarakat yang ingin
melakukan administrasi kependudukan. Hal ini bisa menyebabkan keengganan
masyarakat untuk melakukan administrasi kependudukan karena
ketidaknyamanan saat menunggu prosesnya.
Ketiga, dari segi sosialisasi. Dari segi sosialisasi dalam bentuk penyuluhan
dapat dikatakan cukup berhasil karena dapat langsung disampaikan kepada target
– target sasaran kebijakan. Namun sosialisasi dalam bentuk baliho – baliho
ataupun reklame dianggap kurang tepat dalam penempatan lokasinya. Lokasi
pemasangan baliho – baliho dianggap kurang tepat dikarenakan tidak banyak
masyarakat yang melihat dan membaca isi dari kebijakan tersebut sehingga tidak
110
mendapatkan hasil. Padahal baliho – baliho berfungsi untuk memberikan
sosialisasi secara tidak langsung kepada masyarakat sehingga informasi terkait
program ataupun kebijakan dapat disampaikan secara lebih luas lagi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian, maka
peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan dan
pertimbangan supaya implementasi program quick wins pada pelayanan
administrasi kependudukan dapat berjalan dengan maksimal. Adapun saran
tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Perlu adanya penambahan jumlah petugas pelayanan pencatatan sipil
khususnya dalam akta kelahiran agar tidak ada lagi terjadi penumpukan
berkas berkas kependudukan karena jumlah sumber daya manusia untuk
mengerjakannya tidak mencukupi.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada, khususnya komputer dan
jaringan – jaringan data yang menjadi pilar utama dalam implementasi
program ini. Perlunya juga penambahan komputer ini berbanding lurus
dengan kebutuhan sumber daya manusia yang menggunakannya. Diperlukan
juga petugas yang mengerti tentang maintenance atau perawatan – perawatan
alat – alat ini agar terus berada dalam kondisi baik setiap kali digunakan
untuk proses administrasi kependudukan.
111
3. Dari segi prasarana juga diperlukan perluasan ruang tunggu untuk masyarakat
saat melakukan proses administrasi kependudukan, khususnya ruang tunggu
di suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara.
4. Perlunya penempatan baliho – baliho ataupun papan reklame di tempat –
tempat umum yang lebih strategis agar dapat dilihat oleh banyak masyarakat.
x
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah
Agustino, Leo. 2008. Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Nugroho D., Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi Implementasi, danEvaluasi. Jakarta : Gramedia
Osborne, David dan Gaebler, Ted. 2008. Mewirausahakan Birokrasi (ReiventingGovernment). Jakarta : Teruna Gravika
Dunn, N. William. 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, edisi II. Jogjakarta:Gajah Mada University Press.
Moleong, J.lexi. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RosdaKarya Remaja
Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik ( Konsep, Teori, dan Aplikasi)Yogyakarta : Pustaka Belajar
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta
. 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.
. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Widodo, Joko. 2001. Good Governance: Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas danKontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya:Insan Cendekia
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus.Yogyakarta : CAPS
xi
Dokumen lain
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 13 tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Quick Wins
Undang – Undang No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
Undang – Undang No 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang – Undang
No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Sumber Lain
Setiawati, Ani. 2009. Evaluasi Program Quick Wins di Tingkat Internal Humas
Kepolisian Daerah Banten. Tidak Diterbitkan.
i
pedoman peLaKSanaanQUICK WINS
peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformaSi biroKraSi nomor 13 tahun 2011
buKu 7
Kementerianpendayagunaan aparatur negara
dan reformaSi biroKraSi
buku 7 edited.indd 1 3/2/11 6:49:37 PM
ii
buku 7 edited.indd 2 3/2/11 6:49:37 PM
iii
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
NOMOR 13 TAHUN 2011
TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pelaksanaan Quick Wins dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;
buku 7 edited.indd 3 3/2/11 6:49:37 PM
iv
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor: 33 dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4700);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2010;
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014;
MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS.
buku 7 edited.indd 4 3/2/11 6:49:38 PM
v
PERTAMA : Pedoman Pelaksanaan Quick Wins digunakan untuk :
a. memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam menentukan dan melaksanakan quick wins;
b. memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan quick wins.
KEDUA : Pedoman Pelaksanaan Quick Wins sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA, adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di JakartaPada tanggal 25 Februari 2011
buku 7 edited.indd 5 3/2/11 6:49:38 PM
vi
daftar iSi
BAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar belakang 11.2 Tujuan 1
BAB II GAMBARAN UMUM 32.1 Pengertian 32.2 Prinsip 4
BAB III PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS 53.1 Kriteria dalam Merumuskan Quick Wins 53.2 Merumuskan Quick Wins 63.3 Menetapkan Quick Wins 7
BAB IV LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN QUICK WINS
11
4.1 Tahap Persiapan 124.2 Tahap Implementasi dan Monitoring dan
Evaluasi12
4.3 Pelaporan 13
BAB V PENUTUP 15LAMPIRAN 17
buku 7 edited.indd 6 3/2/11 6:49:38 PM
vii
daftar tabeL
Tabel 1 IdentifikasiQuickWinsBerdasarkanKriteria 5Tabel 2 Tahap Persiapan 12Tabel 3 Tahap Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi 12
daftar gambar
Gambar 1 MatriksIdentifikasiQuickWins 6Gambar 2 Langkah-langkahPerumusanQuickWins 7Gambar 3 Langkah–LangkahMenetapkanQuickWins 9Gambar 4 Langkah–LangkahDalamPelaksanaanQuickWins 11
buku 7 edited.indd 7 3/2/11 6:49:38 PM
viii
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
buku 7 edited.indd 8 3/2/11 6:49:38 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
1PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
bab ipendahuLuan
1.1. Latar belakang
Reformasi birokrasi akan mendorong terwujudnya penerapan prinsip – prinsip clean government dan good governanceyangsecarauniversaldiyakinimenjadi prinsip yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Di dalam reformasi birokrasi terdapat beberapa area perubahan yang setiapperubahannyadapatmemberikandampakantara lainpadapenurunanpraktek KKN, meningkatnya kualitas pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik, meningkatnya produktivitas aparatur, meningkatnya kesejahteraan pegawainegeri dan hasil – hasil pembangunan secara nyata dirasakan oleh seluruhmasyarakat. Kondisi tersebut akandicapaimelalui berbagai upaya antara laindengan penerapan quick wins.
Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untukselanjutnyamelaksanakanreformasibirokrasisecarakonsistendanberkelanjutan.Keluaran dari pelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme kerja atau produk utama Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang sesuai dengan peran, tupoksi dan karakteristik masing-masing. Untukmengawal dan memandu pelaksanaan quick wins, maka perlu disusun pedoman pelaksanaannya.
1.2. tujuan
a. Memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam menentukan dan melaksanakan quick wins;
b. Memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan quick wins.
buku 7 edited.indd 1 3/2/11 6:49:38 PM
BAB IPendahuluan
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
2
buku 7 edited.indd 2 3/2/11 6:49:38 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
3PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
bab i igambaran umum
2.1 Pengertian
Pengertian yang digunakan dalam pedoman pelaksanaan ini adalahsebagai berikut:
a. Quick winsataujugaseringdisebutlow-hangingfruitadalahsuatuinisiatifyangmudahdancepatdicapai yangmengawali suatuprogrambesardansulit. Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang positif dan kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yangberat. Sesuatu yang berat ini merupakan inti dari suatu program besartersebut.Quickwinsuntuk setiapKementerian/LembagadanPemerintahDaerah serta untuk tema tertentu dapat berupa organizationquick wins, regulation quick wins atau human resource quick wins;
b. Focused Group Discussion (FGD) adalah diskusi terpandu untuk membahas suatutopiktertentudanuntukmenghasilkanrumusantertentusertadiikutioleh peserta yang dipilih sesuai dengan topik terkait;
c. Wawancara adalah proses tanya jawab untuk menggali data dan informasi mengenai aspek-aspek suatu topik baik secara terstruktur maupun tidakterstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana semuapertanyaanyangakanditanyakantelahdipersiapkanterlebihdahulusecarafixed dan ditanyakan kepada semua responden dengan urut-urutan yang sama untuk menjaga tingkat presisi dan realiabilitas. Wawancara tidakterstrukturadalahwawancaradimanatidakdiperlukanformatpertanyaanyangbaku sepertiwawancara terstruktur.Namundemikianpewawancaradapatmenyiapkanpertanyaan-pertanyaankunciyangmanadalamproseswawancara pertanyaan-pertanyaan selanjutnya sangat bergantung padarespon atau jawaban dari responden;
d. Kuesioner adalah suatu instrumen pengumpulan data/informasi untuk memudahkan analisis terhadap masalah dalam sistem yang ada, sehingga bisadiidentifikasidandibicarakandalamwawancaratindaklanjut;
e. pemetaan masalah adalah satu pendekatan untuk mengelompokkan dan membuat kategori dari sekelompok data/informasi/fakta untuk diolah dan dianalisis;
buku 7 edited.indd 3 3/2/11 6:49:38 PM
BAB II - Gambaran Umum
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
4
f. analisis Causal adalah telaah hubungan logis antara pernyataan-pernyataan, fakta-fakta atau data dan informasi yang diperoleh;
g. analisis prioritas adalah teknik analisis dengan membandingkan tingkatkepentingandariareayangtelahdiidentifikasiuntukdijadikanquick wins.
2.2 prinsip
a. pengungkit.Inisiatifyangdipilihbermanfaatuntukmendapatkanmomentumawalyangpositifdankepercayaandiriuntukselanjutnyamelakukansesuatuyang berat;
b. mudah dan Cepat. Inisiatif yangdipilihmudahdilaksanakandanhasilnyacepatdirasakan;
c. dampak. Inisiatif yang dipilih mampu memberikan dampak positif yangbesarbagiparapemangkukepentinganuntukmeningkatkankepercayaan(trust)danmotivasimereka;
d. Memotivasi. Inisiatif yang dipilih mudah dikerjakan dan cepat dicapai,sehingga diharapkan dapat memotivasi individu/kelompok di dalamKementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melanjutkan ke pekerjaan yang lebih berat (reformasi birokrasi);
e. memperbaiki. Inisiatif yang dipilih mampu memperbaiki sistem danmekanisme kerja secara organisasional di masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;
f. meyakinkan dan nyata. Inisiatifyangdipilihmampumeyakinkanpemangkukepentingan,baikeksternalmaupuninternal,dengancarainsitiatiftersebutsegera dapat memberikan manfaat yang diinginkan dan nyata yang sesuai dengan harapan mereka;
g. independen. Inisiatif yang dipilih dibawah kontrol penuh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dan keberhasilannya tidak tergantungsecara dominan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerahlainnya.
buku 7 edited.indd 4 3/2/11 6:49:38 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
5PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
bab i i iperumuSan dan penetapan QUICK WINS
3.1 Kriteria dalam merumuskan Quick Wins
Quick wins harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Berasal dari program-program reformasi birokrasi, yang terdapat di dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014;
b. Merupakan bagian utama (core business) dari peran, tugas, fungsi, dan karakteristik Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yangbersangkutan;
c. Memberikandampakperbaikanyangbesardandapatdirasakanolehparapemangku kepentinganeksternal dan internal Kementerian/LembagadanPemerintah Daerah;
d. Merupakansebuahaktivitasnyatadandirasakanmanfaatnyasecaracepatoleh pemangku kepentingan utama eksternal dan internal Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
tabel 1IdentifikasiQuick Wins berdasarkan Kriteria
PROGRAM:AKTIVITAS:NO KRITERIA YA TIDAK
1 Merupakan program reformasi birokrasi
2Merupakan bagian utama dari peran, tugas, fungsi, dan karakteristik Kementerian/Lembaga dan PemerintahDaerah
3 Memberikan dampak perubahan yang besar
4 Manfaat perbaikan dan perubahan dapat dirasakan secepatnya(waktupelaksanaankurangdari12bulan)
buku 7 edited.indd 5 3/2/11 6:49:38 PM
BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
6
Untuk memperjelas kriteria pemilihan quick wins, dapat diilustrasikan pada gambar di bawah
gambar 1MatriksIdentifikasiQuickWins
3.2 merumuskan Quick Wins
Langkah - langkah perumusan quick winsmencakup tiga aspek utama,yaitu:
a. Identifikasi Pemangku Kepentingan Utama. Aspek ini berupaya untuk mengindentifikasikansejumlahPemangkuKepentinganUtamayangpentingdankritikalbagiKementerian/LembagadanPemerintahDaerah;
b. IdentifikasiKeluaranUtama.Aspekiniberupayauntukmengindentifikasikankeluaran utama yang merupakan bagian dari Tupoksi atau proses intiKementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang selama ini digunakan olehparaPemangkuKepentinganUtama;
c. Identifikasi Harapan Pemangku KepentinganUtama. Aspek ini berupaya untukmengindentifikasikanharapanutamapemangkukepentinganutamaterhadap kinerja Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
buku 7 edited.indd 6 3/2/11 6:49:39 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
7PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
Langkah – Langkah perumusan Quick Wins dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini:
gambar 2Langkah-langkah perumusan Quick Wins
Templatesederhanayangdigunakandidalamsetiaplangkahdiatasdapatdilihatpada Lampiran 1.
3.3 menetapkan Quick Wins
Langkah-langkah penetapan Quick Winsmencakupempataspek,yaitu:
a. penilaian tingkat pencapaian Kinerja Saat ini. Aspek ini berupaya untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja Kementerian/Lembaga danPemerintah Daerah saat ini yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi yang menjadi core businesses dari Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.Untukmengetahuitingkatpencapaianini,dataatauinformasidariparapemangkukepentinganutamadapatdiperolehmelaluibase line survey, wawancara,focused group discussion, analisis statistic, desk research, dan sebagainya. Secara obyektif, skor 1 – 5 diberikan untukmenilaimasing –masingtingkatpencapaiankinerjayangadasaatini;
buku 7 edited.indd 7 3/2/11 6:49:39 PM
BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
8
b. peningkatan Kinerja. Aspek ini berupaya untuk meningkatkan kinerja Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang memiliki skor kurang dari 4 (yang berarti meningkatkan area ini akan memberikan dampakyang besar bagi para pemangku kepentingan). Aspek ini juga berupayauntuk mengidentifikasikan tingkat kesulitan melakukan perbaikan kinerjadimaksud dan memastikan apakah peningkatan kinerja dimaksud dapatdilakukan kurang dari 12 bulan, masih di dalam kendali penuh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan, dan apakah masih termasukbagiandariareareformasibirokrasiyangdicanangkanPemerintah.Proses untuk menentukan skor dan persentasi perbaikan dilakukan melalui kesepakatan antara pimpinan dan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Lebih lanjut, aspek ini juga sudah mulai mengindentifikasikankandidat untuk Quick Wins;
c. penyiapan Sumber daya. Aspek ini berupaya untuk mengidentifikasikansumberdayayangdiperlukanuntukpelaksanaancalonQuick Wins yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Sumberdayadapatmencakupketersediaansumber daya manusia, biaya dan juga keahlian. Aspek ini juga memeriksa sekali lagi apakah kandidat quick wins yang diusulkan memenuhi kriteria danpersyaratanyangditetapkandanmemilihmaksimumtiga(3)quick wins terbaik bila jumlah program yang diusulkan dan memenuhi persyaratan cukupbanyak;
d. penetapan Quick Wins. Aspek ini berupaya menetapkan quick wins yang telahmelaluiserangkaiananalisisuntuksiapdiluncurkan.
Langkah-langkah penetapan quick wins dapat dilihat pada Gambar 3 dan templatesederhanayangdigunakandidalamsetiaplangkahdiatasdapatdilihatpada Lampiran 2.
buku 7 edited.indd 8 3/2/11 6:49:39 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
9PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
gambar 3Langkah – Langkah menetapkan Quick Wins
buku 7 edited.indd 9 3/2/11 6:49:39 PM
BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
10
buku 7 edited.indd 10 3/2/11 6:49:39 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
11PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
bab iVLangKah-LangKah daLam peLaKSanaan
QUICK WINS
Langkah-langkah dalam pelaksanaan quick wins dibagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
1. tahap persiapan, merupakan tahap persiapan kapabilitas implementasi quick wins dan penyusunan metode monitoring dan evaluasi implementasi quick wins;
2. Tahap Implementasi dan Monitoring & Evaluasi, merupakan tahap pelaksanaan dan pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan quick wins.
Berikut tahapannya:
gambar 4Langkah – Langkah dalam pelaksanaan Quick Wins
buku 7 edited.indd 11 3/2/11 6:49:40 PM
BAB IV - Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
12
4.1 tahap persiapan
Langkah-langkahpentingdalamtahappersiapandapatdilihatpadaTabel 2 berikut.
tabel 2tahap persiapan
LangKah aKtiVitaS KeLuaran
1•Pembentukan Tim Kerja•Pembentukan Struktur/
Organisasi Kerja
•Tim kerja•Struktur/Organisasi Tim Kerja
2
•Penyusunan Rencana danJadwal Kerja serta Target Penyelesaian
•Penyusunan Anggaran
•RencanadanJadwalKerja•Target Penyelesaian•Anggaran
3
Menyusun dan Menetapkan: •Metode Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan QuickWins
•Mekanisme Pelaporan PelaksanaanQuickWins
•Metode Monitoring dan Evaluasi
•Rancangan LaporanPelaksanaanQuickWins
4.2 TahapImplementasidanMonitoringdanEvaluasi
Langkah-langkahpentingdalamtahapinidapatdilihatpadaTabel3di bawah ini.
tabel 3TahapImplementasidanMonitoringdanEvaluasi
LANGKAH AKTIVITAS KELUARAN
1
•Pelaksanaan aktivitas sesuaidengan rencana dan jadwalkerja
•Penyelesaian quickwins sesuaitarget dalam jadwal kerja
•Laporan kemajuan pelaksanaan penyelesaian quickwinssecaraberkala
•Penyelesaianquickwins
2
Pelaksanaan monitoring dan evaluasipelaksanaanquickwins
•Hasil monitoring dan evaluasi
•U s u l a n / r e k o m e n d a s i perbaikan
buku 7 edited.indd 12 3/2/11 6:49:40 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
13PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
4.3 pelaporan
Pelaporanmerupakanbagianyangtidakterpisahkandarisetiaptahapanpelaksanaan. Oleh karena itu, baik laporan berkala maupun tahunan haruslah menjelaskancapaiankemajuanyangdihasilkan.Selainitu,pentinguntukdiingatterutama dalammenyusun rencana kerja adalah perkiraanwaktu dari setiaplangkah-langkah dalam penyusunan laporan.
Berikut adalah langkah-langkah yang dimaksud:1. Penyusunan laporan;2. Presentasi laporan;3. Revisi atau perbaikan bila diperlukan atas masukan laporan;4. Menyampaikanlaporanfinal.
buku 7 edited.indd 13 3/2/11 6:49:40 PM
BAB IV - Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
14
buku 7 edited.indd 14 3/2/11 6:49:40 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
15PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
bab Vpenutup
Pedoman pelaksanaan quick wins ini diharapkan dapat membantu Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam merumuskan dan melaksanakan quicks wins di masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Di dalam melaksanakan quick wins, terdapat tahapan penting yang perlu diperhatikan oleh Kementerian/Lembaga dan PemerintahDaerah, yaitu pada saat merumuskan dan menetapkan quick wins. Merumuskan dan menetapkan quick wins yang sesuai dengan peran, tugas, fungsi dan karakteristik masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerahserta sesuai kriteria adalah salah satu tahap yang menentukan keberhasilan pelaksanaan quick wins.
buku 7 edited.indd 15 3/2/11 6:49:40 PM
Lampiran
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
16
buku 7 edited.indd 16 3/2/11 6:49:40 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
17PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
Lampiran 1: template perumusan Quick Wins
template untuk Langkah 1:
No PemangkuKepentinganUtama
1
2
3
4
5
template untuk Langkah 2:
No Keluaran Utama
1
2
3
4
5
buku 7 edited.indd 17 3/2/11 6:49:40 PM
Lampiran
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
18
template untuk Langkah 3:
No Keluaran Utama K/L/ Pemda Ekspektasi Pemangku KepentinganUtama
1
2
3
4
5
buku 7 edited.indd 18 3/2/11 6:49:40 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
19PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
Lampiran 2: template menetapkan Quick Wins
template untuk Langkah 4:
No Keluaran Utama Harapan Utama TingkatPencapaianKinerja(Skor 1-5)
1
2
3
4
5
template untuk Langkah 5:
No
K e l u a r a n DenganTingkat P e n c a p a i a nKinerja(Skor < 4)
D a p a t Ditingkatkan?
Seberapa Be-sar EstimasiPerbaikannya?
Dalam Kendali Penuh?BagianDari reformasi birokrasi?
K u r a n g Dari 12 Bulan?
K a n d i d a t Q u i c kwins?
1 Y/T % Y/T Y/T Y/T
2
3
4
5
template untuk Langkah 6:
No K a n d i d a t Quickwins
Apa Yang H a r u s Diperbaik?
B a g a i m a n a Memperbaikinya?
Tingkat Kesulitan Perbaikan (Tinggi, Sedang, Rendah)
Sumber Daya Tersedia?(Orang, Biaya dan Keahlian)
1
2
3
4
5
buku 7 edited.indd 19 3/2/11 6:49:40 PM
BAB V - Penutup
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
20
template untuk Langkah 7:
No QuickwinsYangAkanDiajukan
1
2
3
buku 7 edited.indd 20 3/2/11 6:49:40 PM
PTSP Kecamatan Cilincing
PTSP Kecamatan Koja
PTSP Kecamatan Tanjung Priok
Ruang Pelayanan Administrasi Kependudukan Suku Dinas Kependudukan danPencatatan Sipil Jakarta Utara
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
1. Input (Masukan)
Q1 Bagaimana sumber daya manusia terkait pelaksanaan program tersebut?I1-1 SDM bisa dibilang kurang mencukupi untuk melayani pembuatan akta
kelahiran, soalnya jumlah pegawai terbatasi juga dengan jumlah sarana yangtersedia seperti komputer misalnya dan juga kita harus mengirim pegawai kitake rumah sakit untuk pelayanan akte kelahiran secara jemput bola, dari segikemampuan (kualitas) setiap pegawai cukup paham dengan SOP (StandardOperating Procedure) yang ada, kami juga rutin memberikan pelatihan untukpara pegawai agar semakin paham tugas tugas mereka
I1-2 berbicara tentang SDM, soal SDM tidak hanya bicara tentang jumlah saja,namun juga kualitasnya, mampu kaga tuh orang orangnya dalam melaksanakantugasnya, menurut saya disini SDM nya cukup baik, pegawai pelayanan kitasemua paham apa yang harus dikerjakan, ngerti apa-apa aja yang harus merekalakukan,karena kami juga mengadakan pelatihan juga
I2-1 Kalo SDM di Satpel kecamatan Tanjung Priok saya rasa disini masih kurangmas karena sering sekali masyarakat mengantri pas pembuatan akte kelahiransama surat perpindahan
I2-2 SDM di kecamatan cilincing sih saya rasa cukup yaa mas soalnya kita kagapernah keteteran setiap melakukan pelayanan akta kelahiran
I2-3 Saya rasa sih SDM di satpel koja masih kurang mas, soalnya seringkali kamikesulitan di saat pelaksanaan pelayanan administrasi
Q2 Bagaimana sarana dan prasarana penunjang terkait program tersebut?Apakah sudah memadai?
I1-1 untuk sarana dan prasarana memang dirasa masih kurang ,apalagi denganjumlah komputer yang kurang jadinya menghambat proses pelayanan. Kalaudengan ruang tunggu disini memang tergolong kecil karena memang ruang digedung ini tidak mencukupi lagi
I1-2 Sarana dan prasarana sih memang dari jumlah komputer yang ada dirasa kurangmencukupi untuk pelaksanaan administrasi kependudukan, ini juga nantinyaberhubungan juga sama jumlah SDM yang mengoperasikannya. Kalau untukruang tunggu untuk masyarakat sih memang terasa kecil karena memang kitamempunyai keterbatasan penggunaan lahan.
I2-1 Kalau sarana dan prasarana sih di kecamatan dirasa kurang karena hanya adadua komputer buat pengerjaan akte kelahiran dan surat perpindahan, jadi agaklama jika terdapat banyak masyarakat. Namun jika dari segi ruang tunggudirasa cukup luas dan nyaman.
I2-2 Sarana dan prasarana sih saya rasa cukup, hanya saja jaringan sistem informasisering mengalami gangguan sehingga pelayanan pun sering terhambat gara –gara itu
I2-3 kurang memadai mas karena komputer yang digunakan untuk pelayanan seringmengalami kerusakan dan jaringan sistemnya sering mengalami gangguan. Tapiuntuk ruang tunggu di satpel sih dirasa cukup nyaman untuk masyarakat
I4-2 Kalau ruang tunggu di kecamatan sih saya rasa cukup nyaman ya mas soalnyacukup luas dan ada ac nya juga, dulu saya pernah ke kantor suku dinasnya danruang tunggu disana sama sekali tidak nyaman karena sempit dan pengap jikabanyak orang
Q3 Bagaimana sosialisasi terkait program yang di maksud terhadap sasarankebijakan?
I1-1 Iya sosialisasi terus dilakukan sejak awal dimulainya program ini mas,khususnya sosialisasi akta kelahiran yang makin dipermudah pembuatannya kerumah sakit dan puskesmas puskesmas kecamatan juga menempatkan spandukdan baliho di tempat tempat yang mungkin dilihat orang yang mau membuatakta kelahiran seperti di rumah sakit, puskesmas, maupun di kecamatan dankelurahan. Dan sosialisasi kepada satpel kecamatan beserta pegawai pelayanankami lakukan dengan melalui surat edaran dan mengadakan pelatihan pelatihan.
I1-2 Sosialisasi sudah kami laksanakan dengan menempatkan petugas untukpenyuluhan tentang kemudahan pembuatan akta kelahiran ke rumah sakit danpuskesmas yang ada, bahkan kami juga menempatkan baliho baliho di berbagaitempat seperti di area puskesmas maupun kecamatan
I2-1 Kalau sosialisasi ke masyarakat sih biasanya gimana dari suku dinas aja, tapikalau pemasangan baliho setau saya di setiap kecamatan sudah dipasang
I2-2 Biasanya kami melakukan sosialisasi ke masyarakat kalau sudah dijadwalkandari suku dinas, disini biasanya hanya menyampaikan apa yang mesti disiapinbuat akta kelahiran maupun surat perpindahan.
I2-3 Pastinya kami melakukan sosialisasi tentunya dengan arahan dari suku dinas,kalau di satpel kecamatan tugas kami menyampaikan arahan kepada satpelkelurahan, dan juga menyampaikan kepada masyarakat langkah dan apa yangharus disiapkan kepada masyarakat
I4-1 Kalo untuk sosialisasi langsung dari catatan sipilnya saya sih pernah sekilasmendengar di puskesmas, mereka ngejelasin tentang akta kelahiran gitudisana.kalo baliho gitu sih saya belum pernah liat mas
I4-2 Pas itu pernah mas dinas dateng ke rw di lingkungan rumah saya, disitudijelasin ada program baru yang bikin mudah pembuatan akta kelahiransekalian bikin akta kelahiran juga disitu.
2. Proses
Q4 Bagaimana mekanisme pelaksanaan program tersebut?I1-1 Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini pun
melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulai daripengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir di pencetakanakta kelahiran
I1-2 Untuk mekanismenya sendiri sih kami udah punya SOP (Standar OperatingProcedure) nya sendiri mas, yang berisi tentang urutan pengerjaan dan waktupengerjaan juga. Jadi petugas pelayanan tidak akan kebingungan dalammelakukan pekerjaannya
I2-1 Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjain sesuai dengan
SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkas dahulu lalu dilanjutindengan input data ke komputer gitu mas
I2-2 Kalau mekanisme sih selalu diawali sama pengecekan kelengkapan berkasdahulu, lalu input ke sistem melalui komputer, setelah verifikasi tinggal cetakdeh. Biasanya yang memakan waktu lama itu ada di proses verifikasi, kalo dariinput ke sistem itu biasanya tidak sampai 15 menit kalau tidak ada gangguan.
I2-3 Kalo mekanisme pekerjaan sih kami melakukan sesuai yang ada di SOP
Q5 Bagaimana pelayanan terhadap sasaran kebijakan dalam prosesadministrasi kependudukan?
I1-1 kalau pelayanan sudah pasti sudah diberikan semaksimal mungkin, cumanmasih banyak kendala yang bikin pelayanan jadi terhambat. Misalnya kayakgangguan jaringan ataupun gangguan terhadap komputer yang ada
I1-2 pelayanan kalo maksudnya pembuatan akta kelahiran pastinya kami sudahsebaik mungkin dalam pelaksanaannya, memang masih ada masalah masalahyang terjadi
I2-1 Pastinya kami berusaha memberikan yang sebaik mungkin kepada masyarakatI2-2 Sudah pasti kami berikan sebaik mungkin diluar adanya masalah masalah
teknis yang terjadiI2-3 Kami dari satpel sih sudah memberikan pelayanan sebaik mungkin pastinya
Q6 Bagaimana kepastian terkait waktu pelaksanaan program tersebut?I1-1 pastinya pelayanan akta kelahiran ini selalu dilakukan di hari kerja lalu kami
membuka pelayanan juga pada hari sabtu agar semakin banyak masyarakatyang terlayani
I1-2 supaya pelayanan semakin maksimal selain pada hari kerja, kami jugamelakukan pelayanan administrasi kependudukan pada hari sabtu namun hanyasetengah hari supaya masyarakat yang sekiranya tidak bisa melakukanadministrasi kependudukan pada hari kerja bisa melaksanakannya di hari sabtu
I2-1 Kami melakukan pelayanan dari senin sampai sabtu, tapi pas hari sabtu hanyasetengah hari
I2-2 waktu pelayanan akta kelahiran hampir setiap hari kami melaksanakannya, darisenin sampai jumat pada jam kerja lalu pada hari sabtu juga namun hanyasetengah hari
I2-3 Hampir setiap hari mas, kecuali minggu tentunya. Dan hari sabtu cumansetengah hari pelayanannya
Q7 Bagaimana proses penertiban dalam pelaksanaan terkait sanksikebijakan?
I1-1 untuk sanksi sih kami masih menurut pada UU No.24 tahun 2006, di undangundang tersebut terdapat berbagai sanksi. Khususnya yang terkait denganpungutan liar karena pembuatan akta kelahiran tidak dipungut biaya,Alhamdulilah sampai sekarang belum ada petugas pelayanan yang melanggaraturan yang ada
I1-2 penjatuhan sanksi sih sampai saat ini belum ada karena memang belum adapetugas pelayanan yang melanggar aturan aturan yang ada
Q8 Bagaimana efektivitas dari implementasi program tersebut?I1-1 pastinya efektif, karena terjadi peningkatan dalam proses pelayanan
administrasi kependudukan. Khususnya pada akta kelahiran dengan adanyaprogram ini proses pelayanannya semakin lebih cepat dibanding sebelumnya.”
I1-2 kalo efektif sih saya rasa efektif, cuma kalo saya bilang berhasil jadinya terlalusombong nanti, yang jelas dengan program ini pelayanan administrasikependudukan khususnya akta kelahiran semakin lebih baik
I2-1 Sudah pasti efektif karena pelayanan akta semakin membaikI2-2 tentu saja efektif, karena pembuatan akta kelahiran tidak lagi memakan waktu
yang lama dan proses pengerjaannya semakin mudah dan simpelI2-3 Jelas efektif, karena dengan program ini pelayanan akta semakin lebih cepat
3. Output (Hasil)
Q9 Apakah sudah sesuai antara pelaksanaan dengan tujuan dari programtersebut?
I1-1 belum mencapai target, tujuan utama dari program ini adalah pembuatan aktakelahiran hanya dalam 5 hari. Namun pada kenyataannya bisa lebih dari itu,penyebabnya ya karena jaringan yang sering gangguan dan kurangnya sdmdalam mengatasi permintaan akta kelahiran
I1-2 kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari program ini juga untukkepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kami masih terdapat kekurangandari segi sdm dan sarana jadi tujuan dari program quick wins yaitu pembuatanakta kelahiran selama 5 hari masih belum bisa tercapai
Q10 Apalah pelaksanaan kebijakan yang dilakukan sudah tepat sasaran?I1-1 tentu saja tepat sasaran, karena setiap masyarakat diwajibkan memiliki akta
kelahiran. Maka dengan program ini diharapkan kami dapat memberikanpelayanan yang terbaik kepada masyarakat
I1-2 sudah tepat, kami menjalankan program ini sudah menentukan tempat tempatyang sekiranya efektif untuk pelayanan akta kelahiran, misalnya sepertimembuka pelayanan di rumah sakit seperti di rumah sakit koja. Disana sudahjelas bahwa sasarannya adalah masyarakat ang baru mempunyai anak agarsegera membuat akta kelahiran
Q11 Bagaimana kelanjutan dari sasaran kebijakan yang telah tertangani?I1-1 tentu saja kami tidak melakukan pengawasan, karena akta kelahiran yang sudah
diberikan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya masing – masing. Tanggungjawab kami hanyalah menjaga data kependudukan masyarakat agar tetap terjagadan tidak disalahgunakan oleh orang lain
I1-2 tidak ada pengawasan kepada masyarakat, yang kami lakukan hanyalahmenjaga data kependudukan masyarakat tetap terjaga dan tidak dipergunakanoleh orang lain
Q12 Siapa saja kelompok-kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan program
tersebut?I1-1 yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpel kecamatan,
dan dari suku dinas itu sendiriI1-2 kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalu satpel
kecamatan dan dari suku dinas juga mas
4. Outcome (Dampak)
Q13 Adakah perubahan terhadap kelompok sasaran dari kebijakan tersebut?I1-1 setelah pelaksanaan tentu saja ada perubahan, yang paling jelas adalah dari
proses pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya mencapai 30 hari sekarangpaling lambat hanya seminggu saja. Juga tidak ada lagi penumpukanmasyarakat yang ingin membuat akta kelahiran di suku dinas karena sudahadanya satpel di seluruh kecamatan
I1-2 setelah ada program ini pastinya ada perubahan khususnya dalam pelayananakta kelahiran ini, dengan menempatkan satpel kecamatan dan pelayanan dirumah sakit membuat pelayanan akta lebih tersebar dan dapat dijangkaumasyarakat. Penggunaan sistem online juga membuat proses penginputan datamenjadi semakin mudah dan cepat sehingga pembuatan akta kelahiran tidaklagi mencapai 30 hari
Q14 Setelah peraturan berjalan, adakah peningkatan pelaksanaan programtersebut oleh implementor?
I1-1 Kalo peningkatan sih jelas ada dari pelayanan akta kelahiran yang mulai meratasehingga cara bekerja menjadi semakin efektif
I1-2 peningkatan dalam melaksanakannya tentu saja ada, kami selalu berikan yangterbaik, ini kan untuk mewujudkan ketertiban administrasi kependudukan juga,agar tidak ada lagi masyarakat yang tidak mempunyai identitas
I2-1 ada peningkatan, contohnya dengan membuat satpel di kecamatan kecamatandan tidak lagi terpusat di suku dinas supaya pelayanan akta kelahiran lebihmudah diakses oleh masyarakat. ke depannya diharapkan pembuatan aktakelahiran bisa dilakukan dimana saja secara mobile sehingga tidak ada alasanlagi bagi masyarakat untuk tidak membuat akta kelahiran
I2-2 Pastinya ada, karena penggunaan sistem online ini membuat waktu pelayananmenjadi lebih singkat dan efektif
I2-3 Untuk pelaksanaan sih tentu saja ada peningkatan mas, yang jelas sih prosesnyasemakin cepat
DISTRIBUSI II
SALINAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tertib administrasi
kependudukan secara nasional, Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban
memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap
penentuan status pribadi dan status hukum atas
setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
yang dialami oleh Penduduk dan/atau Warga Negara
Indonesia yang berada di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan
Administrasi Kependudukan sejalan dengan tuntutan
pelayanan Administrasi Kependudukan yang
profesional, memenuhi standar teknologi informasi,
dinamis, tertib, dan tidak diskriminatif dalam
pencapaian standar pelayanan minimal menuju
pelayanan prima yang menyeluruh untuk mengatasi
permasalahan kependudukan, perlu dilakukan
penyesuaian terhadap beberapa ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;
c. bahwa . . .
- 2 -
DISTRIBUSI II
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 26 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4674);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4674) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan . . .
- 3 -
DISTRIBUSI II
1. Ketentuan angka 14, angka 20, dan angka 24 Pasal 1
diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian
kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan Data Kependudukan
melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil,
pengelolaan informasi Administrasi
Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya
untuk pelayanan publik dan pembangunan
sektor lain.
2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan
Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai Warga Negara Indonesia.
4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara
Indonesia.
5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab
dalam urusan pemerintahan dalam negeri.
6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang
bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan
Administrasi Kependudukan.
7. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah
kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan
berwenang melaksanakan pelayanan dalam
urusan Administrasi Kependudukan.
8. Dokumen . . .
- 4 -
DISTRIBUSI II
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi
yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang
mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti
autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
9. Data Kependudukan adalah data perseorangan
dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai
hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.
10. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan
biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan
Peristiwa Kependudukan dan pendataan
Penduduk rentan Administrasi Kependudukan
serta penerbitan Dokumen Kependudukan
berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.
11. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang
dialami Penduduk yang harus dilaporkan karena
membawa akibat terhadap penerbitan atau
perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk dan/atau surat keterangan
kependudukan lainnya meliputi pindah datang,
perubahan alamat, serta status tinggal terbatas
menjadi tinggal tetap.
12. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya
disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk
yang bersifat unik atau khas, tunggal dan
melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai
Penduduk Indonesia.
13. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah
kartu identitas keluarga yang memuat data
tentang nama, susunan dan hubungan dalam
keluarga, serta identitas anggota keluarga.
14. Kartu . . .
- 5 -
DISTRIBUSI II
14. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya
disingkat KTP-el, adalah Kartu Tanda Penduduk
yang dilengkapi cip yang merupakan identitas
resmi penduduk sebagai bukti diri yang
diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.
15. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa
Penting yang dialami oleh seseorang dalam
register Pencatatan Sipil pada Instansi
Pelaksana.
16. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang
melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang
dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang
pengangkatannya sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
17. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami
oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian,
lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan
anak, pengesahan anak, pengangkatan anak,
perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan.
18. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang
diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
19. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang
diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal
menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
20. Petugas . . .
- 6 -
DISTRIBUSI II
20. Petugas Registrasi adalah pegawai yang diberi
tugas dan tanggung jawab memberikan
pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan
dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan
penyajian Data Kependudukan di
desa/kelurahan atau nama lainnya.
21. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan,
selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan informasi administrasi
kependudukan di tingkat Penyelenggara dan
Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.
22. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu
yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran
serta dilindungi kerahasiaannya.
23. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya
disingkat KUAKec, adalah satuan kerja yang
melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi
Penduduk yang beragama Islam.
24. Unit Pelaksana Teknis Instansi Pelaksana,
selanjutnya disebut UPT Instansi Pelaksana,
adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang
bertanggung jawab kepada Instansi Pelaksana.
2. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 5
Pemerintah melalui Menteri berwenang
menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
secara nasional, meliputi:
a. koordinasi . . .
- 7 -
DISTRIBUSI II
a. koordinasi antarinstansi dan antardaerah;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar;
c. fasilitasi dan sosialisasi;
d. pembinaan, pembimbingan, supervisi,
pemantauan, evaluasi dan konsultasi;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan
berskala nasional;
f. menyediakan blangko KTP-el bagi
kabupaten/kota;
g. menyediakan blangko dokumen kependudukan
selain blangko KTP-el melalui Instansi Pelaksana;
dan
h. pengawasan.
3. Ketentuan huruf d Pasal 6 diubah, sehingga Pasal 6
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6
Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung
jawab menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur
dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil;
c. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan;
d. penyajian Data Kependudukan berskala provinsi
berasal dari Data Kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
Kementerian yang bertanggung jawab dalam
urusan pemerintahan dalam negeri; dan
e. koordinasi . . .
- 8 -
DISTRIBUSI II
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
4. Ketentuan ayat (1) huruf g Pasal 7 diubah, sehingga
Pasal 7 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7
(1) Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan
bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
Administrasi Kependudukan, yang dilakukan
oleh bupati/walikota dengan kewenangan
meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas
dan fungsinya di bidang Administrasi
Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat
di bidang Administrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk
menyelenggarakan sebagian urusan
Administrasi Kependudukan berdasarkan
asas tugas pembantuan;
g. penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota berasal dari Data
Kependudukan yang telah dikonsolidasikan
dan dibersihkan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan dalam negeri; dan
h. koordinasi . . .
- 9 -
DISTRIBUSI II
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
5. Ketentuan ayat (1) huruf c dan ayat (5) Pasal 8
diubah, sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan
Administrasi Kependudukan dengan kewajiban
yang meliputi:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan
mencatat Peristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang sama dan
profesional kepada setiap Penduduk atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting;
c. mencetak, menerbitkan, dan
mendistribusikan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data
atas Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa
Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan
informasi yang disampaikan oleh Penduduk
dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.
(2) Kewajiban . . .
- 10 -
DISTRIBUSI II
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a untuk pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam
pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai
pencatat pada KUAKec.
(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat
kecamatan dilakukan oleh UPT Instansi
Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan
Akta Pencatatan Sipil.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk persyaratan dan tata cara Pencatatan
Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya
belum diakui sebagai agama berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau
bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada
Peraturan Perundang-undangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPT Instansi
Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan prioritas pembentukannya diatur dengan
Peraturan Menteri.
6. Ketentuan ayat (2) Pasal 12 diubah, sehingga Pasal 12
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 12
(1) Petugas Registrasi membantu kepala desa atau
lurah dan Instansi Pelaksana dalam Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh
bupati/walikota diutamakan dari Pegawai Negeri
Sipil yang memenuhi persyaratan.
(3) Ketentuan . . .
- 11 -
DISTRIBUSI II
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman
pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
7. Ketentuan ayat (1) Pasal 27 diubah, sehingga Pasal 27
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 27
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk
kepada Instansi Pelaksana setempat paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan
Kutipan Akta Kelahiran.
8. Ketentuan ayat (1) dan ayat (3) Pasal 32 diubah dan
ayat (2) dihapus, sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 32
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas
waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
kelahiran, pencatatan dan penerbitan Akta
Kelahiran dilaksanakan setelah mendapatkan
keputusan Kepala Instansi Pelaksana setempat.
(2) Dihapus.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan
tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Presiden.
9. Ketentuan . . .
- 12 -
DISTRIBUSI II
9. Ketentuan ayat (1) Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua
rukun tetangga atau nama lainnya di domisili
Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada Register Akta Kematian dan menerbitkan
Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan
kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan
seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya
penetapan pengadilan.
(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak
jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan
pencatatan kematian berdasarkan keterangan
dari kepolisian.
10. Ketentuan ayat (2) Pasal 49 diubah, sehingga Pasal 49
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua
pada Instansi Pelaksana paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal surat pengakuan
anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak
yang bersangkutan.
(2) Pengakuan . . .
- 13 -
DISTRIBUSI II
(2) Pengakuan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama, tetapi belum sah
menurut hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengakuan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengakuan anak.
11. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 50 diubah dan
penjelasan ayat (1) Pasal 50 diubah, sehingga
Pasal 50 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh
orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu
dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Pengesahan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama dan hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengesahan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengesahan anak.
12. Ketentuan ayat (2) Pasal 58 ditambahkan 4 (empat)
huruf, yakni huruf bb, huruf cc, huruf dd, dan
huruf ee, serta ditambahkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (4), sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data
perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.
(2) Data . . .
- 14 -
DISTRIBUSI II
(2) Data perseorangan meliputi:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung;
o. nama ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal
lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah;
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian;
bb. sidik jari;
cc. iris mata;
dd. tanda tangan; dan
ee. elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.
(3) Data . . .
- 15 -
DISTRIBUSI II
(3) Data agregat meliputi himpunan data
perseorangan yang berupa data kuantitatif dan
data kualitatif.
(4) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang
digunakan untuk semua keperluan adalah Data
Kependudukan dari Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan
dalam negeri, antara lain untuk pemanfaatan:
a. pelayanan publik;
b. perencanaan pembangunan;
c. alokasi anggaran;
d. pembangunan demokrasi; dan
e. penegakan hukum dan pencegahan
kriminal.
13. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan
ayat (6) Pasal 63 diubah dan ayat (2) dihapus,
sehingga Pasal 63 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 63
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin
atau pernah kawin wajib memiliki KTP-el.
(2) Dihapus.
(3) KTP-el sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku secara nasional.
(4) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib melaporkan perpanjangan masa
berlaku atau mengganti KTP-el kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal masa berlaku Izin Tinggal Tetap
berakhir.
(5) Penduduk . . .
- 16 -
DISTRIBUSI II
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP-el wajib
membawanya pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya memiliki 1 (satu) KTP-el.
14. Ketentuan Pasal 64 diubah, sehingga Pasal 64
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 64
(1) KTP-el mencantumkan gambar lambang Garuda
Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, memuat elemen data
penduduk, yaitu NIK, nama, tempat tanggal
lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status
perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan,
kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku,
tempat dan tanggal dikeluarkan KTP-el, dan
tandatangan pemilik KTP-el.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi nomor identitas tunggal untuk semua
urusan pelayanan publik.
(3) Pemerintah menyelenggarakan semua pelayanan
publik dengan berdasarkan NIK sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Untuk menyelenggarakan semua pelayanan
publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Pemerintah melakukan integrasi nomor identitas
yang telah ada dan digunakan untuk pelayanan
publik paling lambat 5 (lima) tahun sejak
Undang-Undang ini disahkan.
(5) Elemen . . .
- 17 -
DISTRIBUSI II
(5) Elemen data penduduk tentang agama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai
agama berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan atau bagi penghayat
kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan
dicatat dalam database kependudukan.
(6) Dalam KTP-el sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tersimpan cip yang memuat rekaman
elektronik data perseorangan.
(7) KTP-el untuk:
a. Warga Negara Indonesia masa berlakunya
seumur hidup; dan
b. Orang Asing masa berlakunya disesuaikan
dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap.
(8) Dalam hal terjadi perubahan elemen data, rusak,
atau hilang, Penduduk pemilik KTP-el wajib
melaporkan kepada Instansi Pelaksana untuk
dilakukan perubahan atau penggantian.
(9) Dalam hal KTP-el rusak atau hilang, Penduduk
pemilik KTP-el wajib melapor kepada Instansi
Pelaksana melalui camat atau lurah/kepala desa
paling lambat 14 (empat belas) hari dan
melengkapi surat pernyataan penyebab
terjadinya rusak atau hilang.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
perubahan elemen data penduduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.
15. Ketentuan . . .
- 18 -
DISTRIBUSI II
15. Ketentuan ayat (1) Pasal 68 ditambahkan 1 (satu)
huruf, yakni huruf f, sehingga Pasal 68 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 68
(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas
kutipan akta:
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian;
e. pengakuan anak; dan
f. pengesahan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa
Penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan Pejabat yang
berwenang; dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut
dengan data yang terdapat dalam Register
Akta Pencatatan Sipil.
16. Ketentuan Pasal 76 diubah, sehingga Pasal 76
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 76
Ketentuan mengenai penerbitan Dokumen
Kependudukan bagi petugas khusus yang melakukan
tugas keamanan negara diatur dalam Peraturan
Menteri.
17. Ketentuan . . .
- 19 -
DISTRIBUSI II
17. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga Pasal 77
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 77
Setiap orang dilarang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data
Kependudukan dan/atau elemen data Penduduk.
18. Ketentuan Pasal 79 diubah, sehingga Pasal 79
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 79
(1) Data Perseorangan dan dokumen kependudukan
wajib disimpan dan dilindungi kerahasiaannya
oleh Negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan
hak akses Data Kependudukan kepada petugas
provinsi dan petugas Instansi Pelaksana serta
pengguna.
(3) Petugas dan pengguna sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilarang menyebarluaskan Data
Kependudukan yang tidak sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan,
ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
19. Di antara Pasal 79 dan Pasal 80 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 79A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 79A
Pengurusan dan penerbitan Dokumen Kependudukan
tidak dipungut biaya.
20. Di antara . . .
- 20 -
DISTRIBUSI II
20. Di antara BAB VIII dan BAB IX disisipkan 1 (satu)
BAB, yakni BAB VIIIA sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB VIIIA
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
PEJABAT STRUKTURAL
Pasal 83A
(1) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
atas usulan gubernur.
(2) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
kabupaten/kota diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri atas usulan bupati/walikota melalui
gubernur.
(3) Penilaian kinerja pejabat struktural sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
secara periodik oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan
prosedur pengangkatan dan pemberhentian
pejabat struktural sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), serta penilaian kinerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
21. Ketentuan Pasal 84 diubah, sehingga Pasal 84
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi
memuat:
a. keterangan . . .
- 21 -
DISTRIBUSI II
a. keterangan tentang cacat fisik dan/atau
mental;
b. sidik jari;
c. iris mata;
d. tanda tangan; dan
e. elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai elemen data
lainnya yang merupakan aib seseorang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 86 diubah dan
di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat
yakni ayat (1a), sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 86
(1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan
hak akses Data Pribadi kepada petugas provinsi
dan petugas Instansi Pelaksana.
(1a) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang menyebarluaskan Data Pribadi yang
tidak sesuai dengan kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan,
ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
23. Ketentuan Pasal 87 dihapus.
Pasal 87
Dihapus.
24. Di antara . . .
- 22 -
DISTRIBUSI II
24. Di antara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) BAB,
yakni BAB IXA sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB IXA
PENDANAAN
Pasal 87A
Pendanaan penyelenggaraan program dan kegiatan
Administrasi Kependudukan yang meliputi kegiatan
fisik dan non fisik, baik di provinsi maupun
kabupaten/kota dianggarkan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara.
Pasal 87B
Penyediaan pendanaan penyelenggaraan program dan
kegiatan Administrasi Kependudukan dianggarkan
mulai anggaran pendapatan dan belanja negara
perubahan tahun anggaran 2014.
25. Ketentuan Pasal 94 diubah, sehingga Pasal 94
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 94
Setiap orang yang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data
Kependudukan dan/atau elemen data Penduduk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp75.000.000,00
(tujuh puluh lima juta rupiah).
26. Di antara . . .
- 23 -
DISTRIBUSI II
26. Di antara Pasal 95 dan Pasal 96 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 95A dan Pasal 95B yang berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 95A
Setiap orang yang tanpa hak menyebarluaskan Data
Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (3) dan Data Pribadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1a) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 95B
Setiap pejabat dan petugas pada desa/kelurahan,
kecamatan, UPT Instansi Pelaksana dan Instansi
Pelaksana yang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan pungutan biaya
kepada Penduduk dalam pengurusan dan penerbitan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 79A dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah).
27. Ketentuan Pasal 96 diubah, sehingga Pasal 96
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dan huruf g dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
28. Di antara . . .
- 24 -
DISTRIBUSI II
28. Di antara Pasal 96 dan Pasal 97 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 96A yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 96A
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
29. Ketentuan Pasal 101 diubah, sehingga Pasal 101
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah wajib memberikan NIK kepada setiap
Penduduk.
b. semua instansi pengguna wajib menjadikan NIK
sebagai dasar penerbitan dokumen paling lambat
1 (satu) tahun terhitung sejak instansi pengguna
mengakses data kependudukan dari Menteri.
c. KTP-el yang sudah diterbitkan sebelum Undang-
Undang ini ditetapkan berlaku seumur hidup.
d. keterangan mengenai alamat, nama, dan nomor
induk pegawai pejabat dan penandatanganan oleh
pejabat pada KTP-el sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (1) dihapus setelah database
kependudukan nasional terwujud.
30. Ketentuan Pasal 102 diubah, sehingga Pasal 102
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 102
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. semua . . .
- 25 -
DISTRIBUSI II
a. semua singkatan “KTP” sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan harus
dimaknai “KTP-el”;
b. semua kalimat “wajib dilaporkan oleh Penduduk
kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya
peristiwa” sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan harus dimaknai
”wajib dilaporkan oleh Penduduk di Instansi
Pelaksana tempat Penduduk berdomisili”; dan
c. semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan Administrasi Kependudukan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini.
31. Ketentuan Pasal 103 diubah, sehingga Pasal 103
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 103
(1) Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini
harus ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak Undang-Undang ini diundangkan.
(2) Semua peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan harus disesuaikan
dengan Undang-Undang ini paling lambat 1 (satu)
tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal II
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
- 26 -
DISTRIBUSI II
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 232
DISTRIBUSI II
PENJELASAN
ATAS
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
hakekatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan
atas status hukum atas Peristiwa Kependudukan maupun Peristiwa
Penting yang dialami Penduduk. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan yang merupakan
penjabaran amanat Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan tertib
Administrasi Kependudukan dengan terbangunnya database
kependudukan secara nasional serta keabsahan dan kebenaran atas
dokumen kependudukan yang diterbitkan.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi
Penduduk diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak
administratif penduduk dalam pelayanan publik serta memberikan
perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen
Kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran
aktif Pemerintah dan pemerintah daerah. Penerapan KTP-el yang saat
ini dilaksanakan merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat
serta mendukung akurasi terbangunnya database kependudukan di
kabupaten/kota, provinsi maupun database kependudukan secara
nasional. Dengan penerapan KTP-el maka setiap Penduduk tidak
dimungkinkan lagi dapat memiliki KTP-el lebih dari satu dan/atau
dipalsukan KTP-elnya, mengingat dalam KTP-el tersebut telah memuat
kode keamanan dan rekaman elektronik data penduduk yang antara
lain berupa iris mata maupun sidik jari Penduduk.
Dengan . . .
- 2 -
DISTRIBUSI II
Dengan penerapan KTP-el maka masa pemberlakuan KTP-el
yang diatur dalam Pasal 64 ayat (4) yakni berlaku 5 (lima) tahun
menjadi seumur hidup, sepanjang tidak adanya perubahan atas
elemen data Penduduk dan berubahnya domisili Penduduk. Hal ini
perlu dilakukan agar diperoleh kemudahan dan kelancaran dalam
pelayanan publik diberbagai sektor baik oleh pemerintah maupun
swasta serta diperolehnya penghematan keuangan negara setiap
5 (lima) tahunnya.
Sejalan dengan terbangunnya database kependudukan maka
perlu pula diperjelas perihal pengaturan hak akses atas pemanfaatan
Data Kependudukan baik bagi petugas pada Penyelenggara, Instansi
Pelaksana, dan Pengguna. Selanjutnya sehubungan dengan
penerapan sanksi administratif bagi Penduduk maka agar lebih
mencerminkan tidak adanya diskriminatif sesama Penduduk maka
perlu penyesuaian akan besarnya denda administratif baik
penduduk warga negara Indonesia maupun bagi penduduk orang
asing, sehingga selain untuk mendorong tertib Administrasi
Kependudukan serta menghilangkan diskriminatif dalam pelayanan
penerbitan dokumen kependudukan, namun agar lebih mendorong
iklim investasi ke Indonesia.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .
- 3 -
DISTRIBUSI II
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Data Kependudukan skala Nasional diterbitkan
secara berkala per semester, yaitu untuk semester
pertama yang diterbitkan tanggal 30 Juni dan
semester kedua yang diterbitkan tanggal
31 Desember.
Huruf f
Penyediaan blangko KTP-el dilaksanakan oleh
Pemerintah dengan pertimbangan untuk menjamin
cip KTP-el dapat terintegrasi dengan sistem yang
sudah ada.
Huruf g
Penyediaan blangko selain blangko KTP-el
dilaksanakan oleh Instansi Pelaksana di
kabupaten/kota.
Dokumen Kependudukan selain blangko KTP-el,
antara lain biodata penduduk, kartu keluarga,
surat keterangan kependudukan, akta kelahiran,
akta perkawinan, akta perceraian, akta kematian,
akta pengakuan anak, dan akta pengesahan anak.
Huruf h
Cukup jelas.
Angka 3 . . .
- 4 -
DISTRIBUSI II
Angka 3
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Data Kependudukan skala Provinsi diterbitkan
secara berkala per semester, yaitu untuk semester
pertama yang diterbitkan tanggal 30 Juni dan
semester kedua yang diterbitkan tanggal 31
Desember.
Huruf e
Cukup jelas.
Angka 4
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e . . .
- 5 -
DISTRIBUSI II
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan ”desa” adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Huruf g
Data Kependudukan skala kabupaten/kota
diterbitkan secara berkala per semester, yaitu
untuk semester pertama yang diterbitkan
tanggal 30 Juni dan semester kedua yang
diterbitkan tanggal 31 Desember.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuai
kekhususannya berbeda dengan provinsi yang lain
karena diberi kewenangan untuk
menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
seperti kabupaten/kota.
Angka 5
Pasal 8
Cukup jelas.
Angka 6 . . .
- 6 -
DISTRIBUSI II
Angka 6
Pasal 12
Cukup jelas.
Angka 7
Pasal 27
Ayat (1)
Pelaporan kelahiran oleh Penduduk dilaksanakan
di Instansi Pelaksana tempat Penduduk
berdomisili.
Penulisan tempat lahir di dalam Akta Kelahiran
tetap menunjuk pada tempat terjadinya kelahiran.
Ayat (2)
Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran tanpa dipungut
biaya sebagaimana diatur dalam Peraturan
Perundang-undangan.
Angka 8
Pasal 32
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 44
Ayat (1)
Pelaporan kematian oleh rukun tetangga atau
nama lain kepada Instansi Pelaksana dilaksanakan
secara berjenjang kepada rukun warga atau nama
lain, kelurahan/desa atau nama lain, dan
kecamatan atau nama lain.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
- 7 -
DISTRIBUSI II
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Angka 10
Pasal 49
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengakuan anak"
merupakan pengakuan seorang ayah terhadap
anaknya yang lahir dari perkawinan yang telah sah
menurut hukum agama dan disetujui oleh ibu
kandung anak tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 50
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengesahan anak"
merupakan pengesahan status seorang anak yang
lahir dari perkawinan yang telah sah menurut
hukum agama, pada saat pencatatan perkawinan
dari kedua orang tua anak tersebut telah sah
menurut hukum negara.
Ayat (2) . . .
- 8 -
DISTRIBUSI II
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 12
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i . . .
- 9 -
DISTRIBUSI II
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Yang dimaksud dengan “cacat fisik dan/atau
mental” berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang menetapkan
tentang hal tersebut.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
Huruf t
Cukup jelas.
Huruf u . . .
- 10 -
DISTRIBUSI II
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Huruf y
Cukup jelas.
Huruf z
Cukup jelas.
Huruf aa
Cukup jelas.
Huruf bb
Cukup jelas.
Huruf cc
Cukup jelas.
Huruf dd
Cukup jelas.
Huruf ee
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "data agregat" adalah
kumpulan data tentang Peristiwa Kependudukan,
Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia,
agama, pendidikan, dan pekerjaan.
Yang . . .
- 11 -
DISTRIBUSI II
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif adalah
data yang berupa angka-angka.
Yang dimaksud dengan "data kualitatif adalah data
yang berupa penjelasan.
Ayat (4)
Data Kependudukan yang dimanfaatkan oleh
Pengguna adalah Data Kependudukan yang sudah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
Kementerian yang bertanggung jawab dalam
urusan pemerintahan dalam negeri.
Huruf a
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan
pelayanan publik”, antara lain untuk
penerbitan surat izin mengemudi, izin usaha,
pelayanan wajib pajak, pelayanan perbankan,
pelayanan penerbitan sertifikat tanah,
asuransi, jaminan kesehatan masyarakat,
dan/atau jaminan sosial tenaga kerja.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan
perencanaan pembangunan”, antara lain
untuk perencanaan pembangunan nasional,
perencanaan pendidikan, perencanaan
kesehatan, perencanaan tenaga kerja,
dan/atau pengentasan masyarakat dari
kemiskinan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan alokasi
anggaran”, antara lain untuk penentuan dana
alokasi umum (DAU) dan/atau perhitungan
potensi perpajakan.
Huruf d . . .
- 12 -
DISTRIBUSI II
Huruf d
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan
pembangunan demokrasi”, antara lain untuk
penyiapan data agregat kependudukan per
kecamatan (DAK2) dan/atau penyiapan data
penduduk potensial pemilih Pemilu (DP4).
Huruf e
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan
penegakan hukum dan pencegahan kriminal”,
antara lain untuk memudahkan pelacakan
pelaku kriminal, mencegah perdagangan
orang, dan/atau mencegah pengiriman
tenaga kerja illegal.
Angka 13
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dihapus.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6) . . .
- 13 -
DISTRIBUSI II
Ayat (6)
Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu)
KTP-el untuk 1 (satu) Penduduk diperlukan sistem
keamanan/pengendalian dan sisi administrasi
ataupun teknologi informasi dengan melakukan
verifikasi dan validasi dalam sistem database
kependudukan serta pemberian NIK.
Angka 14
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Fungsi KTP-el ditingkatkan secara bertahap
menjadi KTP-el multiguna.
Data perseorangan yang dimuat dalam cip akan
disesuaikan dengan kebutuhan.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Angka (9) . . .
- 14 -
DISTRIBUSI II
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Angka 15
Pasal 68
Cukup jelas.
Angka 16
Pasal 76
Cukup jelas.
Angka 17
Pasal 77
Cukup jelas.
Angka 18
Pasal 79
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pengguna” antara lain
lembaga negara, kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian, dan/atau badan hukum
Indonesia.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 19 . . .
- 15 -
DISTRIBUSI II
Angka 19
Pasal 79A
Yang dimaksud dengan “pengurusan dan penerbitan”
meliputi penerbitan baru, penggantian akibat rusak
atau hilang, pembetulan akibat salah tulis, dan/atau
akibat perubahan elemen data.
Angka 20
Pasal 83A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan
perundang-undangan” adalah ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengembangan
dan pembinaan karir.
Angka 21
Pasal 84
Cukup jelas.
Angka 22
Pasal 86
Cukup jelas.
Angka 23
Pasal 87
Dihapus.
Angka 24 . . .
- 16 -
DISTRIBUSI II
Angka 24
Pasal 87A
Cukup jelas.
Pasal 87B
Cukup jelas.
Angka 25
Pasal 94
Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 95A
Cukup jelas.
Pasal 95B
Cukup jelas.
Angka 27
Pasal 96
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 96A
Cukup jelas.
Angka 29
Pasal 101
Cukup jelas.
Angka 30
Pasal 102
Cukup jelas.
Angka 31 Angka 31 . . .
- 17 -
DISTRIBUSI II
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5475
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kependudukan;
c. bahwa pengaturan tentang Administrasi Kependudukan hanya dapat terlaksana apabila didukung oleh pelayanan yang profesional dan peningkatan kesadaran penduduk, termasuk Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri;
d. bahwa peraturan perundang-undangan mengenai Administrasi Kependudukan yang ada tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang tertib dan tidak diskriminatif sehingga diperlukan pengaturan secara menyeluruh untuk menjadi pegangan bagi semua penyelenggara negara yang berhubungan dengan kependudukan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk undang-undang tentang Administrasi Kependudukan.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4), Pasal 26, Pasal 28 B ayat (1), Pasal 28 D ayat (4), Pasal 28 E ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 I, Pasa129 ayat (1), Pasal 34 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32);
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474);
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan International Convention On The Elimination Of All Forms Of Racial Discrimination 1965 (Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852);
6. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882);
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634).
Dengan Persetujuan Bersama:
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.
4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri.
6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan.
7. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi Kependudukan.
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
9. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
10. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.
11. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
12. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.
13. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
14. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
15. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.
16. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
17. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan.
18. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
19. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
20. Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan di desa/kelurahan.
21. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.
22. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya,
23. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya disingkat KUAKec, adalah satuan kerja yang melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi Penduduk yang beragama Islam.
24. Unit Pelaksana Teknis Dinas Instansi Pelaksana, selanjutnya disingkat UPTD Instansi Pelaksana, adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang melaksanakan pelayanan Pencatatan Sipil dengan kewenangan menerbitkan akta.
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK
Pasal 2
Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
a. Dokumen Kependudukan;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
b. pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
c. perlindungan atas Data Pribadi;
d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
e. informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; dan
f. ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta penyalahgunaan Data Pribadi oleh Instansi. Pelaksana.
Pasal 3
Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
Pasal 4
Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana Pencatatan Sipil negara setempat dan/atau kepada Perwakilan Republik Indonesia dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
BAB III
KEWENANGAN PENYELENGGARA DAN INSTANSI PELAKSANA
Bagian Kesatu
Penyelenggara
Paragraf 1
Pemerintah
Pasal 5
Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan Administrasi Kependudukan secara nasional, yang dilakukan oleh Menteri dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi antar instansi dalam urusan Administrasi Kependudukan;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
c. sosialisasi Administrasi Kependudukan;
d. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan Administrasi Kependudukan;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional; dan
f. pencetakan, penerbitan, dan distribusi blangko Dokumen Kependudukan.
Paragraf 2
Pemerintah Provinsi
Pasal 6
Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
c. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
d. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi; dan
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
Paragraf 3
Pemerintah Kabupaten/Kota
Pasal 7
(1) Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati/walikota dengan kewenangan meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota; dan
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Bagian Kedua
Instansi Pelaksana
Pasal 8
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban yang meliputi:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat Peristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang lama dan profesional. kepada setiap Penduduk atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting;
c. menerbitkan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh Penduduk dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai pencatat pada KUAKec.
(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat kecamatan dilakukan oleh UPTD Instansi Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan Akta Pencatatan Sipil.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan tata cara Pencatatan Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan prioritas pembentukannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewenangan yang meliputi:
a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dilaporkan Penduduk;
b. memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami Penduduk atas dasar putusan atau penetapan pengadilan;
c. memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian kepada lembaga peradilan; dan
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil untuk kepentingan pembangunan.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berlaku juga bagi KUAKec, khususnya untuk pencatatan nikah, talak, term, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mempunyai kewenangan untuk mendapatkan data hasil pencatatan peristiwa perkawinan, perceraian, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam dari KUAKec.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenal penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 11
(1) Pejabat Pencatatan Sipil mempunyai kewenangan melakukan verifikasi kebenaran data, melakukan pembuktian pencatatan atas nama jabatannya, mencatat data dalam register akta Pencatatan Sipil, menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil, dan membuat catatan pinggir pada akta-akta Pencatatan Sipil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas pokok Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 12
(1) Petugas Registrasi membantu kepala desa atau lurah dan Instansi Pelaksana dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh bupati/walikota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB IV
PENDAFTARAN PENDUDUK
Bagian Kesatu
Nomor Induk Kependudukan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 13
(1) Setiap Penduduk wajib memiliki NIK.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup dan selamanya, yang diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi Pelaksana kepada setiap Penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap Dokumen Kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara dan ruang lingkup penerbitan dokumen identitas lainnya, serta pencantuman NIK diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pendaftaran Peristiwa Kependudukan
Paragraf 1
Perubahan Alamat
Pasal 14
(1) Dalam hal terjadi perubahan alamat Penduduk, Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Paragraf 2
Pindah Datang Penduduk dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 15
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah asal untuk mendapatkan Surat Keterangan Pindah.
(2) Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berdomisilinya Penduduk di alamat yang baru untuk waktu lebih dari 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun.
(3) Berdasarkan Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penduduk yang bersangkutan wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah tujuan untuk penerbitan Surat Keterangan Pindah Datang,
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK dan KTP bagi Penduduk yang bersangkutan,
Pasal 16
Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan pendaftaran pindah datang Penduduk Warga Negara Indonesia yang bertransmigrasi.
Pasal 17
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan rencana kepindahannya kepada Instansi Pelaksana di daerah asal.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(3) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan kedatangan kepada Instansi Pelaksana di daerah tujuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK, KTP, atau Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi Orang Asing yang bersangkutan.
Paragraf 3
Pindah Datang Antar negara
Pasal 18
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah ke luar negeri wajib melaporkan rencana kepindahannya kepada Instansi Pelaksana.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri.
(3) Penduduk Warga Negara Indonesia yang telah pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan berstatus menetap di luar negeri wajib melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak kedatangannya.
Pasal 19
(1) Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri wajib melaporkan kedatangannya kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal kedatangan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri sebagai dasar penerbitan KK dan KTP.
Pasal 20
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang datang dari luar negeri dan Orang Asing yang memiliki izin lainnya yang telah berubah status sebagai pemegang Izin Tinggal Terbatas yang berencana bertempat tanggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan Izin Tinggal Terbatas.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Terbatas.
(4) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibawa pada saat berpergian.
Pasal 21
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang telah berubah status menjadi Orang Asing yang memiliki lzin Tinggal Tetap wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan lzin Tinggal Tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan KK dan KTP.
Pasal 22
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang akan pindah ke luar negeri wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum rencana kepindahannya.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana melakukan pendaftaran.
Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran Peristiwa Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22 diatur dalam Peraturan Presiden.
Paragraf 4
Penduduk Pelintas Batas
Pasal 24
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang tinggal di perbatasan antar negara yang bermaksud melintas batas negara diberi buku pas lintas batas oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah memperoleh buku pas lintas batas wajib didaftar oleh Instansi Pelaksana.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran bagi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan
Pasal 25
(1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan yang meliputi:
a. penduduk korban bencana alam;
b. penduduk korban bencana sosial;
c. orang terlantar; dan
d. komunitas terpencil.
(2) Pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan di tempat sementara.
(3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Keterangan Kependudukan untuk Penduduk rentan Administrasi Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pendataan Penduduk rentan diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keempat
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri
Pasal 26
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa Kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
BAB V
PENCATATAN SIPIL
Bagian Kesatu
Pencatatan Kelahiran
Paragraf 1
Pencatatan Kelahiran di Indonesia
Pasal 27
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
Pasal 28
(1) Pencatatan kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan dari kepolisian.
(2) Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Pejabat Pencatatan Sipil dan disimpan oleh lnstansi Pelaksana.
Paragraf 2
Pencatatan Kelahiran di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 29
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(4) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.
Paragraf 3
Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang
Pasal 30
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di atas kapal laut atau pesawat terbang wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tujuan atau tempat singgah berdasarkan keterangan kelahiran dari nakhoda kapal laut atau kapten pesawat terbang.
(2) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada Instansi
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pelaksana setempat untuk dicatat dalam Register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada negara tempat tujuan atau tempat singgah.
(4) Apabila negara tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(5) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mencatat peristiwa kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(6) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.
Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 diatur dalam Peraturan Presiden.
Paragraf 4
Pencatatan Kelahiran yang Melampaui Batas Waktu
Pasal 32
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (sate) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat.
(2) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kedua
Pencatatan Lahir Mati
Pasal 33
(1) Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan Lahir Mati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan lahir mati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Ketiga
Pencatatan Perkawinan
Paragraf 1
Pencatatan Perkawinan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 34
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(3) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing diberikan kepada suami dan istri.
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Penduduk yang beragama Islam kepada KUAKec.
(5) Data hasil pencatatan atas peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan dalam Pasal 8 ayat (2) wajib disampaikan oleh KUAKec kepada Instansi Pelaksana dalam waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pencatatan perkawinan dilaksanakan.
(6) Hasil pencatatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak memerlukan penerbitan kutipan akta Pencatatan Sipil.
(7) Pada tingkat kecamatan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada UPTD Instansi Pelaksana.
Pasal 35
Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula bagi:
a. perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan
b. perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga Negara Asing yang bersangkutan.
Pasal 36
Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan perkawinan dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
Paragraf 2
Pencatatan Perkawinan di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 37
(1) Perkawinan Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan perkawinan bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa perkawinan dalam Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(4) Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.
Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keempat
Pencatatan Pembatalan Perkawinan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 39
(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh Penduduk yang mengalami pembatalan perkawinan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut Kutipan Akta Perkawinan dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kelima
Pencatatan Perceraian
Paragraf 1
Pencatatan Perceraian di Indonesia
Pasal 40
(1) Perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak putusan pengadilan tentang perceraian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
Paragraf 2
Pencatatan Perceraian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 41
(1) Perceraian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan perceraian bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa perceraian dalam Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
(4) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.
Pasal 42
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keenam
Pencatatan Pembatalan Perceraian
Pasal 43
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Pembatalan perceraian bagi Penduduk wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalan perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mencabut Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan Perceraian.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan perceraian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.
Bagian Ketujuh
Pencatatan Kematian
Paragraf 1
Pencatatan Kematian di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian dan menerbitkan Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
(5) Dalam hai terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan dari kepolisian.
Paragraf 2
Pencatatan Kematian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 45
(1) Kematian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepada Perwakilan Republik Indonesia dan wajib dicatatkan kepada instansi yang berwenang di negara setempat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kematian.
(2) Apabila Perwakilan Republik Indonesia mengetahui peristiwa kematian seseorang Warga Negara Indonesia di negara setempat yang tidak dilaporkan dan dicatatkan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya informasi tersebut, pencatatan kematiannya dilakukan oleh Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Dalam hal seseorang Warga Negara Indonesia dinyatakan hilang, pernyataan kematian karena hilang dan pencatatannya dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara setempat.
(4) Dalam hal terjadi kematian seseorang Warga Negara Indonesia yang tidak jelas identitasnya, pernyataan dan pencatatan dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara setempat.
(5) Keterangan pernyataan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dicatatkan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(6) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi dasar Instansi Pelaksana di Indonesia mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti di pengadilan sebagai dasar penetapan pengadilan mengenai kematian seseorang.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 46
Ketentuan Iebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dan Pasal 45 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kedelapan
Pencatatan Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak, dan Pengesahan Anak
Paragraf 1
Pencatatan Pengangkatan Anak di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 47
(1) Pencatatan pengangkatan anak dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan di tempat tinggal pemohon.
(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada instansi Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya salinan penetapan pengadilan oleh Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta Kelahiran dan Kutipan Akta Kelahiran.
Paragraf 2
Pencatatan Pengangkatan Anak Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 48
(1) Pengangkatan anak warga negara asing yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat.
(2) Hasil pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan Pengangkatan Anak bagi warga negara asing, warga negara yang bersangkutan melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia setempat untuk mendapatkan surat keterangan pengangkatan anak.
(4) Pengangkatan anak warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia,
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Instansi Pelaksana mengukuhkan Surat Keterangan Pengangkatan Anak.
Paragraf 3
Pencatatan Pengakuan Anak
Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua pada Instansi Pelaksana paling Iambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan menerbitkan Kutipan Akta Pengakuan Anak.
Paragraf 4
Pencatatan Pengesahan Anak
Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah.
(3) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Akta Kelahiran.
Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pengangkatan anak, pengakuan anak, dan pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kesembilan
Pencatatan Perubahan Nama dan Perubahan Status Kewarganegaraan
Paragraf 1
Pencatatan Perubahan Nama
Pasal 52
(1) Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri tempat pemohon.
(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan negeri oleh Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipi1 membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan Sipil.
Paragraf 2
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasat 53
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari warga negara asing menjadi Warga Negara Indonesia wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat peristiwa perubahan status kewarganegaraan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Paragraf 3
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia Menjadi Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 54
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia menjadi warga negara asing di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah mendapatkan persetujuan dari negara setempat wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Perwakilan Republik Indonesia setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia.
(3) Pelepasan kewarganegaraan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan oleh Perwakilan Republik Indonesia setempat kepada menteri yang berwenang berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil yang bersangkutan.
(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan Sipil.
Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan perubahan nama dan status kewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Pasal 53, dan Pasal 54 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kesepuluh
Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya
Pasal 56
(1) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil atas permintaan Penduduk yang bersangkutan setelah adanya penetapan pengadilan negeri yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan Peristiwa Penting lainnya diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kesebelas
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Melaporkan Sendiri
Pasal 57
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa Penting yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pelaporan Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.
BAB VI
DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Bagian Kesatu
Data Kependudukan
Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.
(2) Data perseorangan meliputi:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung:
o. nama Ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah:
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian.
(3) Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
Bagian Kedua
Dokumen Kependudukan
Pasal 59
(1) Dokumen Kependudukan meliputi:
a. Biodata Penduduk;
b. KK;
c. KTP;
d. surat keterangan kependudukan; dan
e. Akta Pencatatan Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Surat keterangan kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. Surat Keterangan Pindah;
b. Surat Keterangan Pindah Datang;
c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
e. Surat Keterangan Tempat Tinggal;
f. Surat Keterangan Kelahiran;
g. Surat Keterangan Lahir Mati;
h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
j. Surat Keterangan Kematian;
k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;
m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan
n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
(3) Biodata Penduduk, KK, KTP, Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Orang Asing dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri, Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri, Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing Tinggal Terbatas, Surat Keterangan Kelahiran untuk Orang Asing, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Orang Asing, Surat Keterangan Kematian untuk Orang Asing, Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan, Surat Keterangan Pembatalan Perceraian, Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Instansi Pelaksana.
(4) Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar kecamatan dalam satu kabupaten/kota, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antar kecamatan dalam satu kabupaten/kota, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh camat atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(5) Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia dalam sate desa/kelurahan, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antardesa/kelurahan dalam satu kecamatan, Surat Keterangan Kelahiran untuk Warga Negara Indonesia, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Warga Negara Indonesia dan Surat Keterangan Kematian untuk Warga Negara Indonesia, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh kepala desa/lurah atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(6) Surat Keterangan Pengakuan Anak dan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Republik Indonesia, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia.
Pasal 60
Biodata Penduduk paling sedikit memuat keterangan tentang nama, tempat dan tanggal lahir, alamat dan Jati diri lainnya secara lengkap, serta perubahan data sehubungan dengan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami.
Pasal 61
(1) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama orang tua.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagal agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database Kependudukan.
(3) Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk selamanya, kecuali terjadi perubahan kepala keluarga.
(4) KK diterbitkan dan diberikan oleh Instansi Pelaksana kepada Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap.
(5) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar penerbitan KTP.
Pasal 62
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap hanya diperbolehkan terdaftar dalam I (satu) KK.
(2) Perubahan susunan keluarga dalam KK wajib dilaporkan kepada Instansi Pelaksana selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya perubahan.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan KK.
Pasal 63
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki ISTP.
(2) Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki Izin Tinggal Tetap dan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki KTP.
(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara nasional.
(4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada Instansi Pelaksana apabila masa berlakunya telah berakhir.
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KT?.
Pasal 64
(1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP, tanda tangan pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang menandatanganinya.
(2) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.
(3) Dalam KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan ruang untuk memuat kode keamanan dan rekaman elektronik pencatatan Peristiwa Penting.
(4) Masa berlaku KTP:
a. untuk Warga Negara Indonesia berlaku selama 5 (lima) tahun;
b. untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap.
(5) Penduduk yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku seumur hidup.
Pasal 65
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Surat Keterangan Kependudukan paling sedikit memuat keterangan tentang nama lengkap, NIK, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang.
Pasal 66
(1) Akta Pencatatan Sipil terdiri atas:
a. Register Akta Pencatatan Sipil; dan
b. Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(2) Akta Pencatatan Sipil berlaku selamanya.
Pasal 67
(1) Register Akta Pencatatan Sipil memuat seluruh data Peristiwa Penting.
(2) Data Peristiwa Penting yang berasal. dari KUAKec diintegrasikan ke dalam database kependudukan dan tidak diterbitkan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(3) Register Akta Pencatatan Sipil disimpan dan dirawat oleh Instansi Pelaksana.
(4) Register Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. nama dan identitas pelapor;
e. tempat dan tanggal peristiwa;
f. nama dan identitas saksi;
g. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta; dan
h. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang.
Pasal 68
(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas kutipan akta:
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian; dan
e. pengakuan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang: dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut dengan data yang terdapat dalam Register Akta Pencatatan Sipil.
Pasal 69
(1) Instansi Pelaksana atau Pejabat yang diberi kewenangan, sesuai tanggung jawabnya, wajib menerbitkan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagal berikut:
a. KK atau KTP paling lambat 14 (empat belas) hari;
b. Surat Keterangan Pindah paling lambat 14 (empat belas) hari;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
c. Surat Keterangan Pindah Datang paling lambat 14 (empat belas) hari;
d. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari;
e. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari;
f. Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas paling lambat 14 (empat belas) hari;
g. Surat Keterangan Kelahiran paling lambat 14 (empat belas) hari;
h. Surat Keterangan Lahir Mati paling lambat 14 (empat belas) hari;
i. Surat Keterangan Kematian paling lambat 3 (tiga) hari;
j. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan paling lambat 7 (tujuh) hari; atau
k. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian paling lambat 7 (tujuh) hari;
sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.
(2) Perwakilan Republik Indonesia wajib menerbitkan Surat Keterangan Kependudukan sebagai berikut:
a. Surat Keterangan Perceraian paling lambat 7 (tujuh) hari;
b. Surat Keterangan Pengangkatan Anak paling lambat 7 (tujuh) hari; atau
c. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari;
sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.
(3) Pejabat Pencatatan Sipil dan Pejabat pada Perwakilan Republik Indonesia yang ditunjuk sebagai pembantu pencatat sipil wajib mencatat pada register akta Pencatatan Sipil dan menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.
Pasal 70
(1) Pembetulan KTP hanya dilakukan untuk KTP yang mengalami kesalahan tulis redaksional.
(2) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek KTP.
(3) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Instansi Pelaksana.
Pasal 71
(1) Pembetulan akta Pencatatan Sipil hanya dilakukan untuk akta yang mengalami kesalahan tulis redaksional.
(2) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek akta.
(3) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 72
(1) Pembatalan akta Pencatatan Sipil dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan putusan pengadilan mengenai pembatalan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta dan mencabut kutipan akta-akta Pencatatan Sipil yang dibatalkan dari kepemilikan subjek akta.
Pasal 73
Dalam hal wilayah hukum Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta berbeda dengan pengadilan yang memutus pembatalan akta, salinan putusan pengadilan disampaikan kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipi1 oleh pemohon atau pengadilan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 74
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembetulan dan pembatalan Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72 diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 75
Ketentuan mengenai spesifikasi dan formulasi kalimat dalam Biodata Penduduk, blangko KK, KTP, Surat Keterangan Kependudukan, Register dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 76
Ketentuan mengenal penerbitan Dokumen Kependudukan bagi petugas rahasia khusus yang melakukan tugas keamanan negara diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 77
Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada Dokumen Kependudukan.
Pasal 78
Ketentuan mengenai pedoman pendokumentasian hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipi1 diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Perlindungan Data dan Dokumen Kependudukan
Pasal 79
(1) Data dan dokumen kependudukan wajib disimpan dan dilindungi oleh negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca, mengubah, meralat dan menghapus, serta mencetak Data, mengkopi Data dan Dokumen Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenai pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB VII
PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL SHAT NEGARA ATAU SEBAGIAN NEGARA DALAM KEADAAN DARURAT DAN LUAR BIASA
Pasal 80
(1) Apabila negara atau sebagian negara dinyatakan dalam keadaan darurat dengan segala tingkatannya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, otoritas pemerintahan yang menjabat pada saat itu diberi kewenangan membuat surat keterangan mengenai Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting.
(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai dasar penerbitan Dokumen Kependudukan.
(3) Apabila keadaan sudah dinyatakan pulih, Instansi Pelaksana aktif mendata ulang dengan melakukan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 81
(1) Dalam hal terjadi keadaan luar biasa sebagai akibat bencana alam, instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan Penduduk bagi pengungsi dan korban bencana alam.
(2) Instansi Pelaksana menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas dan Surat Keterangan Pencatatan Sipil berdasarkan hasil pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas atau Surat Keterangan Pencatatan Sipil digunakan sebagai tanda bukti diri dan bahan pertimbangan untuk penerbitan Dokumen Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas dan Surat Keterangan Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB VIII
SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Pasal 82
(1) Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Menteri.
(2) Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal Sistem informasi Administrasi Kependudukan dan pengelolaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
(5) Pedoman pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.
Pasal 83
(1) Data Penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan tersimpan di dalam database kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan.
(2) Pemanfaatan data Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin Penyelenggara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB IX
PERLINDUNGAN DATA PRIBADI PENDUDUK
Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi memuat:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. tanggal/bulan/tahun lahir;
d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental;
e. NIK ibu kandung;
f. NIK ayah; dan
g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai beberapa isi catatan Peristiwa Penting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 85
(1) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 wajib disimpan dan dilindungi oleh negara.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal penyimpanan dan perlindungan terhadap Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijaga kebenarannya dan dilindungi kerahasiaannya oleh Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 86
(1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca, mengubah, meralat dan menghapus, mengkopi Data serta mencetak Data Pribadi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenal pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 87
(1) Pengguna Data Pribadi Penduduk dapat memperoleh dan menggunakan Data Pribadi dari petugas pada Penyelenggara dan lnstansi Pelaksana yang memiliki hak akses.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh dan menggunakan Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 88
(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri 5ipi1 yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang Administrasi Kependudukan diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas penyidikan berwenang untuk:
a. menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum tentang adanya dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan;
b. memeriksa laporan atau keterangan atas adanya dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan;
c. memanggil orang untuk diminta keterangannya atas adanya dugaan sebagaimana dimaksud pada huruf b; dan
d. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan.
(3) Pengangkatan, mutasi, dan pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil, serta mekanisme penyidikan dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 89
(1) Setiap Penduduk dikenal sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu pelaporan Peristiwa Kependudukan dalam hal:
a. pindah datang bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3);
b. pindah datang ke luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3);
c. pindah datang dari luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1);
d. pindah datang dari luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1);
e. perubahan status Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas menjadi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1);
f. pindah ke luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1);
g. perubahan KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2); atau
h. perpanjangan KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (4).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap Penduduk Warga Negara Indonesia paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan Penduduk Orang Asing paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 90
(1) Setiap Penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu pelaporan Peristiwa Penting dalam hal:
a. kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) atau Pasal 29 ayat (4) atau Pasal 30 ayat (6) atau Pasal 32 ayat (1) atau Pasal 33 ayat (1);
b. perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) atau Pasal 37 ayat (4);
c. pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1);
d. perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) atau Pasal 41 ayat (4);
e. pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1);
f. kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) atau Pasal 45 ayat (1);
g. pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) atau Pasal 48 ayat (4);
h. pengakuan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1);
i. pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1);
j. perubahan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2);
k. perubahan status kewarganegaraan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1); atau
l. Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 91
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Setiap Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (5) yang berpergian tidak membawa KTP dikenakan denda administratif paling banyak Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).
(2) Setiap Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (4) yang berpergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal dikenai denda administratif paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 92
(1) Dalam hal Pejabat pada Instansi Pelaksana melakukan tindakan atau sengaja melakukan tindakan yang memperlambat pengurusan Dokumen Kependudukan dalam batas waktu yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dikenakan sanksi berupa denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 93
Setiap Penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/atau dokumen kepada Instansi Pelaksana dalam melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 94
Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau mengurangi isi elemen data._pada Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 95
Setiap orang yang tanpa hak mengakses database kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1) dan/atau Pasal 86 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 97
Setiap Penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) atau untuk memiliki KTP lebih dari satu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (6) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 98
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 atau Pasal 94, pejabat yang bersangkutan dipidana dengan pidana yang sama ditambah 1/3 (satu pertiga).
(2) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana membantu melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95, pejabat yang bersangkutan dipidana sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Pasal 99
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, dan Pasal 97 adalah tindak pidana Administrasi Kependudukan.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 100
(1) Semua Dokumen Kependudukan yang telah diterbitkan atau yang telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku menurut Undang-Undang ini.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk KK dan KTP sampai dengan batas waktu berlakunya atau diterbitkannya KK dan KTP yang sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah memberikan NIK kepada setiap Penduduk paling lambat 5 (lima) tahun;
b. Semua instansi wajib menjadikan NIK sebagai dasar dalam menerbitkan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) paling lambat 5 (lima) tahun;
c. KTP seumur hidup yang sudah mempunyai NIK tetap berlaku dan yang belum mempunyai NIK harus disesuaikan dengan Undang-Undang ini;
d. KTP yang diterbitkan belum mengacu pada Pasal 64 ayat (3) tetap berlaku sampai dengan batas waktu berakhirnya masa berlaku KTP;
e. Keterangan mengenai alamat, nama dan nomor induk pegawai pejabat dan penandatanganan oleh pejabat pada KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) dihapus setelah database kependudukan nasional terwujud.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 102
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua Peraturan Pelaksanaan yang berkaitan dengan Administrasi Kependudukan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Pasal 103
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) dilakukan paling lambat 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 105
Dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Undang-Undang ini, Pemerintah wajib menerbitkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penetapan persyaratan dan tata cara perkawinan bagi para penghayat kepercayaan sebagai dasar diperolehnya kutipan akta perkawinan dan pelayanan pencatatan Peristiwa Penting.
Pasal 106
Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku:
a. Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua dan Bab Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Staatsblad 1847:23);
b. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Eropa (Reglement op het Holden der Registers van den Burgerlijken Stand voor Europeanen, Staatsblad 1849:25 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
c. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Cina (Bepalingen voor Geheel Indonesie Betreffende het Burgerlijken Handelsrecht van de Chinezean, Staatsblad 1917:129 jo. Staatsblad 1939:288 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
d. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Indonesia (Reglement op het Holden van de Registers van den Burgerlijken Stand voor Eenigle Groepen v.d nit tot de Onderhoringer van een zefbestuur, behoorende Ind. Bevolking van Java en Madura, Staatsblod 1920:751 jo. Staatsblad 1927:564);
e. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Kristen Indonesia (Huwelijksordonantie voor Christenen Indonesiers Java, Minahasa en Ambolena, Staatsblad 1933:74 jo. Staatsblad 1936:607 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1939:288);
f. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama Keluarga (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2154);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 107
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA AD INTERIM REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
YUSRIL IHZA MAHENDRA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006 NOMOR 124
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan tegas menjamin hak setiap Penduduk untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, memperoleh status kewarganegaraan, menjamin kebebasan memeluk agama, dan memilih tempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Peristiwa Kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status Orang Asing Tinggal Terbatas menjadi tinggal tetap dan Peristiwa Penting, antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, dan perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan status kewarganegaraan, ganti nama dan Peristiwa Penting lainnya yang dialami oleh seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Untuk itu, setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Dalam pemenuhan hak Penduduk, terutama di bidang Pencatatan Sipil, masih ditemukan penggolongan Penduduk yang didasarkan pada perlakuan diskriminatif yang membeda-bedakan suku, keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan produk kolonial Belanda. Penggolongan Penduduk dan pelayanan diskriminatif yang demikian itu tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami kendala yang mendasar sebab sumber Data Kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem Administrasi Kependudukan yang utuh dan optimal.
Kondisi sosial dan administratif seperti yang dikemukakan di atas tidak memiliki sistem database kependudukan yang menunjang pelayanan Administrasi Kependudukan,
Kondisi itu harus diakhiri dengan pembentukan suatu sistem Administrasi Kependudukan yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan yang profesional.
Seluruh kondisi tersebut di atas menjadi dasar pertimbangan perlunya membentuk Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan ini memuat pengaturan dan pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di bidang Administrasi Kependudukan. Salah satu hal penting adalah pengaturan mengenai penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK adalah identitas Penduduk Indonesia dan merupakan kunci akses dalam melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna mendukung pelayanan publik di bidang Administrasi Kependudukan. Sebagai kunci akses dalam pelayanan kependudukan, NIK dikembangkan ke arah identifikasi tunggal bagi setiap
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Penduduk. NIK bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia dan berkait secara langsung dengan seluruh Dokumen Kependudukan,
Untuk penerbitan NIK, setiap Penduduk wajib mencatatkan biodata Penduduk yang diawali dengan pengisian formulir biodata Penduduk di desa/kelurahan secara benar. NIX wajib dicantumkan dalam setiap Dokumen Kependudukan, baik dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk maupun Pencatatan Sipil, serta sebagai dasar penerbitan berbagai dokumen yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pendaftaran Penduduk pada dasarnya menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan Pendaftaran Penduduk didasarkan pada asas domisili atau tempat tinggal atas terjadinya Peristiwa Kependudukan yang dialami oleh seseorang dan/atau keluarganya. Pencatatan Sipil pada dasarnya juga menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan Pencatatan Sipil didasarkan pada asas peristiwa, yaitu tempat dan waktu terjadinya Peristiwa Penting yang dialami oleh dirinya dan/atau keluarganya.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari sisi kepentingan Penduduk, Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan Dokumen Kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.
Administrasi Kependudukan diarahkan untuk:
1. memenuhi hak asasi setiap orang di bidang Administrasi Kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional;
2. meningkatkan kesadaran Penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta dalam pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
3. memenuhi data statistik secara nasional mengenai Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Denting;
4. mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional, regional, serta lokal; dan
5. mendukung pembangunan sistem Administrasi Kependudukan.
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bertujuan untuk:
1. memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen Penduduk untuk setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk;
2. memberikan perlindungan status hak sipil Penduduk;
3. menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya;
4. mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan secara nasional dan terpadu; dan
5. menyediakan data Penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Prinsip-prinsip tersebut di atas menjadi dasar terjaminnya penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-Undang ini melalui penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dimaksudkan untuk:
1. terselenggaranya Administrasi Kependudukan dalam skala nasional yang terpadu dan tertib;
2. terselenggaranya Administrasi Kependudukan yang bersifat universal, permanen, wajib, dan berkelanjutan;
3. terpenuhinya hak Penduduk di bidang Administrasi Kependudukan dengan pelayanan yang profesional; dan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
4. tersedianya data dan informasi secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya.
Secara keseluruhan, ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi hak dan kewajiban Penduduk, Penyelenggara dan Instansi Pelaksana, Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, Data dan Dokumen Kependudukan, Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Pada Saat Negara Dalam Keadaan Darurat, pemberian kepastian hukum, dan perlindungan terhadap Data Pribadi Penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan Undang-Undang ini dari kemungkinan pelanggaran, baik administratif maupun ketentuan material yang bersifat pidana, diatur juga ketentuan mengenal tata cara penyidikan serta pengaturan mengenai Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Persyaratan yang dimaksud adalah sesuai dengan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini.
Pasal 4
Lihat Penjelasan Pasal 3
Pasal 5
Yang dimaksud dengan "Pemerintah" adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penetapan sistem, pedoman, dan standar yang bersifat nasional di bidang Administrasi Kependudukan sangat diperlukan dalam upaya penertiban Administrasi Kependudukan.
Penetapan pedoman di bidang Administrasi Kependudukan oleh Presiden, baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Presiden, serta pedoman yang ditetapkan oleh Menteri dalam bentuk Peraturan Menteri digunakan sebagai acuan dalam pembuatan peraturan daerah oleh propinsi/kabupaten/kota,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional" adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan kondisi nasional dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Huruf f
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi" adalah pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi provinsi dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "desa" adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Huruf g
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota" adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan kondisi kabupaten/kota dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuat kekhususannya berbeda dengan provinsi yang lain karena diberi kewenangan untuk menyelenggarakan Administrasi Kependudukan seperti kabupaten/kota.
Pasal 8
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pemberian NIK kepada Penduduk menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "dokumen Pendaftaran Penduduk" adalah bagian dari Dokumen Kependudukan yang dihasilkan dari proses Pendaftaran Penduduk, misalnya KK, KTP, dan Biodata.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "hari" adalah hari kerja (berlaku untuk penjelasan "hari" pada pasal-pasal berikutnya).
Ayat (4)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pindah ke luar negeri" adalah Penduduk yang tinggal menetap di luar negeri atau meninggalkan tanah air untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berturut-turut atau lebih dari I (satu) tahun.
Penduduk tersebut termasuk Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja ke luar negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pelaporan pada Kantor Perwakilan Republik Indonesia diperlukan sebagai bahan pendataan WNI di luar negeri.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "datang dari luar negeri" adalah WNI yang sebelumnya pindah ke luar negeri kemudian datang untuk menetap kembali di Republik Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Tempat Tinggal" adalah Surat Keterangan Kependudukan yang diberikan kepada Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagai bukti diri sebagai Penduduk tinggal terbatas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk Pelintas Batas" adalah Penduduk yang bertempat-tinggal secara turun-temurun di wilayah kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan negara tetangga yang melakukan lintas batas antar negara karena kegiatan ekonomi, sosial dan budaya yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk rentan Administrasi Kependudukan" adalah Penduduk yang mengalami hambatan dalam memperoleh Dokumen Kependudukan yang disebabkan oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.
Pendataan dilakukan dengan membentuk tim di daerah yang beranggotakan dari instansi terkait.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "orang terlantar" adalah Penduduk yang karena suatu sebab sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara wajar, baik rohani, jasmani maupun sosial.
Ciri-cirinya:
1) tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup khususnya pangan, sandang dan papas;
2) tempat tinggal tidak tetap/gelandangan;
3) tidak mempunyai pekerjaan/kegiatan yang tetap;
4) miskin.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "komunitas terpencil" adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan, baik sosial, ekonomi maupun politik.
Ciri-cirinya:
1) berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen;
2) pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan;
3) pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit terjangkau;
4) peralatan teknologi sederhana;
5) terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "tempat sementara" adalah tempat pada saat terjadi pengungsian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan" adalah Penduduk yang tidak mampu melaksanakan pelaporan karena pertimbangan umur, sakit keras, cacat fisik dan cacat mental.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat terjadinya peristiwa kelahiran" adalah wilayah terjadinya kelahiran.
Waktu pelaporan kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari merupakan tenggang waktu yang memungkinkan bagi Penduduk untuk melaporkan peristiwa kelahiran sesuai dengan kondisi/letak geografis Indonesia.
Penduduk yang wajib melaporkan kelahiran adalah Kepala Keluarga.
Ayat (2)
Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran tanpa dipungut biaya sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kutipan akta kelahiran seorang anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang tuanya diserahkan kepada yang bersangkutan setelah dewasa.
Pasal 29
Ayat (1)
Kewajiban untuk melaporkan kepada "instansi yang berwenang di negara setempat" berdasarkan asas yang dianut, yaitu asas peristiwa.
Yang dimaksud dengan "instansi yang berwenang di negara setempat" adalah lembaga yang berwenang seperti yang dimaksud dengan Instansi Pelaksana dalam Undang-Undang ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat singgah" adalah tempat persinggahan pesawat terbang atau kapal laut dalam perjalanannya mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan asas yang berlaku secara universal, yakni tempat di mana peristiwa kelahiran (persinggahan pertama pesawat terbang/kapal laut), apabila memungkinkan pelaporan dilakukan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas,
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Persetujuan dari Instansi Pelaksana diperlukan mengingat pelaporan kelahiran tersebut sudah melampaui batas waktu sampai dengan 1 (satu) tahun dikhawatirkan terjadi manipulasi data atau hal-hal yang tidak diinginkan. Persetujuan tersebut juga berfungsi sebagai verifikasi atas keabsahan data yang dilaporkan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "lahir mati" adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 (dua puluh delapan) minggu pada saat dilahirkan tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Ayat (2)
Peristiwa lahir mati hanya diberikan Surat Keterangan Lahir Mati, tidak diterbitkan Akta Pencatatan Sipil.
Meskipun tidak diterbitkan Akta Pencatatan Sipil tetapi pendataannya diperlukan untuk kepentingan perencanaan dan pembangunan di bidang kesehatan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dicatat oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Ayat (2)
Penerbitan Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dilakukan oleh Departemen Agama.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Karena Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam sudah diterbitkan oleh KUAKec, data perkawinan yang diterima oleh Instansi Pelaksana tidak perlu diterbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 35
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan" adalah perkawinan yang dilakukan antar-umat yang berbeda agama.
Huruf b
Perkawinan yang dilakukan oleh warga negara asing di Indonesia, harus berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai perkawinan di Republik Indonesia.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Bagi penganut agama Islam diberlakukan ketentuan mengenal rujuk yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk jo. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "kematian" adalah tidak adanya secara permanen seluruh kehidupan pada saat mana pun setelah kelahiran hidup terjadi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "pihak yang berwenang' adalah kepala rumah sakit. dokter/paramedis, kepala desa/lurah atau kepolisian.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "pernyataan" adalah keterangan dari pejabat yang berwenang.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengangkatan anak" adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "catatan pinggir" adalah catatan mengenai perubahan status atas terjadinya Peristiwa Penting dalam bentuk catatan yang diletakkan pada bagian pinggir akta atau bagian akta yang memungkinkan (di halaman/bagian muka atau belakang akta) oleh Pejabat Pencatatan Sipil.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "pengakuan anak" adalah pengakuan seorang ayah terhadap anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan sah atas persetujuan ibu kandung anak tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengesahan anak" adalah pengesahan status seorang anak yang lahir di luar ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan perkawinan kedua orang tua anak tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembuatan catatan pinggir pada akta Pencatatan Sipil diperuntukkan bagi warga negara asing yang melakukan perubahan kewarganegaraan dan pernah mencatatkan Peristiwa Penting di Republik Indonesia.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Peristiwa Penting lainnya" adalah peristiwa yang ditetapkan oleh pengadilan negeri untuk dicatatkan pada Instansi Pelaksana, antara lain perubahan jenis kelamin,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Yang dimaksud dengan cacat fisik dan/atau mental berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang menetapkan tentang hal tersebut.
Huruf I
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup Jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Huruf t
Cukup jelas.
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Huruf y
Cukup jelas.
Huruf z
Cukup jelas.
Huruf aa
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "data agregat" adalah kumpulan data tentang Peristiwa Kependudukan, Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif' adalah data yang berupa angka-angka.
Yang dimaksud dengan "data kualitatif' adalah data yang berupa penjelasan.
Pasal 59
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Biodata Penduduk" adalah keterangan yang berisi elemen data tentang jati diri, informasi dasar serta r1wayat perkembangan dan perubahan keadaan yang dialami oleh Penduduk sejak saat kelahiran.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 60
Kata "paling sedikit" dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan adanya tambahan keterangan, tetapi keterangan tersebut tidak bersifat diskriminatif.
Yang dimaksud dengan "alamat" adalah alamat sekarang dan alamat sebelumnya.
Yang dimaksud dengan "jati diri lainnya" meliputi nomor KK, NIK, laki-laki/perempuan, golongan darah, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penyandang cacat fisik dan/atau mental, status perkawinan, kedudukan/hubungan dalam keluarga, NIK ibu kandung, nama ibu kandung, NIK ayah kandung, nama ayah kandung, nomor paspor, tanggal berakhir paspor, nomor akta kelahiran/surat kenal lahir, nomor akta perkawinan/buku nikah, tanggal perkawinan, nomor akta perceraian/surat cerai, dan tanggal perceraian.
Pasal 61
Ayat (1)
Yang dimaksud "dengan Kepala Keluarga" adalah:
a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain, baik mempunyai hubungan darah maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadap keluarga;
b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau
c. kepala kesatrian, kepala asrama, kepala rumah yatim piatu, dan lain-lain tempat beberapa orang tinggal bersama-sama.
Setiap kepala keluarga wajib memiliki KK, meskipun kepala keluarga tersebut masih menumpang di rumah orang tuanya karena pada prinsipnya dalam satu alamat rumah boleh terdapat lebih dari satu KK.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "perubahan susunan keluarga dalam KK" adalah perubahan yang diakibatkan adanya Peristiwa Kependudukan atau Peristiwa Penting seperti pindah datang, kelahiran, atau kematian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu) KTP untuk 1 (satu) Penduduk diperlukan sistem keamanan/pengendalian dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan melakukan verifikasi dan validasi dalam sistem database kependudukan serta pemberian NIK.
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ketentuan tentang pindah domisili tetap bagi KTP seumur hidup mengikuti ketentuan yang berlaku menurut Undang-Undang ini.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "pejabat yang berwenang" adalah Pejabat Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana yang telah diambil sumpahnya untuk melakukan tugas pencatatan.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kesalahan tulis redaksional", misalnya kesalahan penulisan huruf dan/atau angka.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembetulan akta biasanya dilakukan pada saat akta sudah selesai di proses (akta sudah jadi) tetapi belum diserahkan atau akan diserahkan kepada subjek akta. Pembetulan akta atas dasar koreksi dari petugas, wajib diberitahukan kepada subjek akta.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 72
Ayat (1)
Pembatalan akta dilakukan atas permintaan orang lain atau subjek akta, dengan alasan akta cacat hukum karena dalam proses pembuatan didasarkan pada keterangan yang tidak benar dan tidak sah,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Yang dimaksud dengan "petugas rahasia" adalah reserse dan Intel yang melakukan tugasnya di luar daerah domisilinya.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "negara atau sebagian dari negara dinyatakan dalam keadaan darurat dengan segala tingkatannya" adalah sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Pencatatan Sipil" adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini ketika negara atau sebagian negara dalam keadaan luar biasa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan bertujuan mewujudkan komitmen nasional dalam rangka menciptakan sistem pengenal tunggal, berupa NIK, bagi seluruh Penduduk Indonesia. Dengan demikian, data Penduduk dapat diintegrasikan dan direlasionalkan dengan data hasil rekaman pelayanan Pendaftaran
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Penduduk dan Pencatatan Sipil. Sistem ini akan menghasilkan data Penduduk nasional yang dinamis dan mutakhir,
Pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan dengan menggunakan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem jaringan komunikasi data yang efisien dan efektif agar dapat diterapkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi wilayah yang belum memiliki fasilitas komunikasi data, sistem komunikasi data dilakukan dengan manual dan semi-elektronik.
Yang dimaksud dengan "manual" adalah perekaman data secara manual, yang pengiriman data dilakukan secara periodik dengan sistem pelaporan berjenjang karena tidak tersedia listrik ataupun jaringan komunikasi data.
Yang dimaksud dengan "semi-elektronik" adalah perekaman data dengan menggunakan komputer, tetapi pengirimannya menggunakan compact disc (CD) atau disket secara periodik karena belum tersedia jaringan komunikasi data.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 83
Ayat (1)
Data Penduduk yang dihasilkan oleh sistem informasi dan tersimpan di dalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti dalam menganalisa dan merumuskan kebijakan kependudukan, menganalisa dan merumuskan perencanaan pembangunan, pengkajian ilmu pengetahuan. Dengan demikian baik pemerintah maupun non pemerintah untuk kepentingannya dapat diberikan izin terbatas dalam arti terbatas waktu dan peruntukannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "beberapa isi catatan Peristiwa Penting" adalah beberapa catatan mengenai data yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan Peristiwa Penting yang perlu dilindungi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 85
Ayat (1)
Lihat Penjelasan Pasal 84 huruf g.
Ayat (2)
Penyimpanan dan perlindungan dimaksud meliputi tata cara dan penanggung jawab.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengguna Data Pribadi Penduduk" adalah instansi pemerintah dan swasta yang membutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 88
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penyidik Pegawai Negeri Sipil memberitahukan kepada Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia mengenai saat dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan jaminan bahwa hasil penyidikannya telah memenuhi ketentuan dan persyaratan. Mekanisme hubungan koordinasi antara Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan "Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Administrasi Kependudukan" adalah pegawai negeri yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan di bidang Administrasi Kependudukan.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 89
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 90
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 91
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan pelayanan masyarakat.
Pasal 105
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perkawinan bagi penghayat kepercayaan" adalah persyaratan dan tata cara pengesahan perkawinan yang ditentukan oleh penghayat kepercayaan sendiri dan ketentuan itu menjadi dasar pengaturan dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4674
i
pedoman peLaKSanaanQUICK WINS
peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformaSi biroKraSi nomor 13 tahun 2011
buKu 7
Kementerianpendayagunaan aparatur negara
dan reformaSi biroKraSi
buku 7 edited.indd 1 3/2/11 6:49:37 PM
ii
buku 7 edited.indd 2 3/2/11 6:49:37 PM
iii
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
NOMOR 13 TAHUN 2011
TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pelaksanaan Quick Wins dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;
buku 7 edited.indd 3 3/2/11 6:49:37 PM
iv
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor: 33 dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4700);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2010;
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014;
MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS.
buku 7 edited.indd 4 3/2/11 6:49:38 PM
v
PERTAMA : Pedoman Pelaksanaan Quick Wins digunakan untuk :
a. memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam menentukan dan melaksanakan quick wins;
b. memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan quick wins.
KEDUA : Pedoman Pelaksanaan Quick Wins sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA, adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di JakartaPada tanggal 25 Februari 2011
buku 7 edited.indd 5 3/2/11 6:49:38 PM
vi
daftar iSi
BAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar belakang 11.2 Tujuan 1
BAB II GAMBARAN UMUM 32.1 Pengertian 32.2 Prinsip 4
BAB III PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS 53.1 Kriteria dalam Merumuskan Quick Wins 53.2 Merumuskan Quick Wins 63.3 Menetapkan Quick Wins 7
BAB IV LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN QUICK WINS
11
4.1 Tahap Persiapan 124.2 Tahap Implementasi dan Monitoring dan
Evaluasi12
4.3 Pelaporan 13
BAB V PENUTUP 15LAMPIRAN 17
buku 7 edited.indd 6 3/2/11 6:49:38 PM
vii
daftar tabeL
Tabel 1 IdentifikasiQuickWinsBerdasarkanKriteria 5Tabel 2 Tahap Persiapan 12Tabel 3 Tahap Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi 12
daftar gambar
Gambar 1 MatriksIdentifikasiQuickWins 6Gambar 2 Langkah-langkahPerumusanQuickWins 7Gambar 3 Langkah–LangkahMenetapkanQuickWins 9Gambar 4 Langkah–LangkahDalamPelaksanaanQuickWins 11
buku 7 edited.indd 7 3/2/11 6:49:38 PM
viii
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
buku 7 edited.indd 8 3/2/11 6:49:38 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
1PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
bab ipendahuLuan
1.1. Latar belakang
Reformasi birokrasi akan mendorong terwujudnya penerapan prinsip – prinsip clean government dan good governanceyangsecarauniversaldiyakinimenjadi prinsip yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Di dalam reformasi birokrasi terdapat beberapa area perubahan yang setiapperubahannyadapatmemberikandampakantara lainpadapenurunanpraktek KKN, meningkatnya kualitas pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik, meningkatnya produktivitas aparatur, meningkatnya kesejahteraan pegawainegeri dan hasil – hasil pembangunan secara nyata dirasakan oleh seluruhmasyarakat. Kondisi tersebut akandicapaimelalui berbagai upaya antara laindengan penerapan quick wins.
Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untukselanjutnyamelaksanakanreformasibirokrasisecarakonsistendanberkelanjutan.Keluaran dari pelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme kerja atau produk utama Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang sesuai dengan peran, tupoksi dan karakteristik masing-masing. Untukmengawal dan memandu pelaksanaan quick wins, maka perlu disusun pedoman pelaksanaannya.
1.2. tujuan
a. Memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam menentukan dan melaksanakan quick wins;
b. Memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan quick wins.
buku 7 edited.indd 1 3/2/11 6:49:38 PM
BAB IPendahuluan
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
2
buku 7 edited.indd 2 3/2/11 6:49:38 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
3PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
bab i igambaran umum
2.1 Pengertian
Pengertian yang digunakan dalam pedoman pelaksanaan ini adalahsebagai berikut:
a. Quick winsataujugaseringdisebutlow-hangingfruitadalahsuatuinisiatifyangmudahdancepatdicapai yangmengawali suatuprogrambesardansulit. Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang positif dan kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yangberat. Sesuatu yang berat ini merupakan inti dari suatu program besartersebut.Quickwinsuntuk setiapKementerian/LembagadanPemerintahDaerah serta untuk tema tertentu dapat berupa organizationquick wins, regulation quick wins atau human resource quick wins;
b. Focused Group Discussion (FGD) adalah diskusi terpandu untuk membahas suatutopiktertentudanuntukmenghasilkanrumusantertentusertadiikutioleh peserta yang dipilih sesuai dengan topik terkait;
c. Wawancara adalah proses tanya jawab untuk menggali data dan informasi mengenai aspek-aspek suatu topik baik secara terstruktur maupun tidakterstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana semuapertanyaanyangakanditanyakantelahdipersiapkanterlebihdahulusecarafixed dan ditanyakan kepada semua responden dengan urut-urutan yang sama untuk menjaga tingkat presisi dan realiabilitas. Wawancara tidakterstrukturadalahwawancaradimanatidakdiperlukanformatpertanyaanyangbaku sepertiwawancara terstruktur.Namundemikianpewawancaradapatmenyiapkanpertanyaan-pertanyaankunciyangmanadalamproseswawancara pertanyaan-pertanyaan selanjutnya sangat bergantung padarespon atau jawaban dari responden;
d. Kuesioner adalah suatu instrumen pengumpulan data/informasi untuk memudahkan analisis terhadap masalah dalam sistem yang ada, sehingga bisadiidentifikasidandibicarakandalamwawancaratindaklanjut;
e. pemetaan masalah adalah satu pendekatan untuk mengelompokkan dan membuat kategori dari sekelompok data/informasi/fakta untuk diolah dan dianalisis;
buku 7 edited.indd 3 3/2/11 6:49:38 PM
BAB II - Gambaran Umum
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
4
f. analisis Causal adalah telaah hubungan logis antara pernyataan-pernyataan, fakta-fakta atau data dan informasi yang diperoleh;
g. analisis prioritas adalah teknik analisis dengan membandingkan tingkatkepentingandariareayangtelahdiidentifikasiuntukdijadikanquick wins.
2.2 prinsip
a. pengungkit.Inisiatifyangdipilihbermanfaatuntukmendapatkanmomentumawalyangpositifdankepercayaandiriuntukselanjutnyamelakukansesuatuyang berat;
b. mudah dan Cepat. Inisiatif yangdipilihmudahdilaksanakandanhasilnyacepatdirasakan;
c. dampak. Inisiatif yang dipilih mampu memberikan dampak positif yangbesarbagiparapemangkukepentinganuntukmeningkatkankepercayaan(trust)danmotivasimereka;
d. Memotivasi. Inisiatif yang dipilih mudah dikerjakan dan cepat dicapai,sehingga diharapkan dapat memotivasi individu/kelompok di dalamKementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melanjutkan ke pekerjaan yang lebih berat (reformasi birokrasi);
e. memperbaiki. Inisiatif yang dipilih mampu memperbaiki sistem danmekanisme kerja secara organisasional di masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;
f. meyakinkan dan nyata. Inisiatifyangdipilihmampumeyakinkanpemangkukepentingan,baikeksternalmaupuninternal,dengancarainsitiatiftersebutsegera dapat memberikan manfaat yang diinginkan dan nyata yang sesuai dengan harapan mereka;
g. independen. Inisiatif yang dipilih dibawah kontrol penuh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dan keberhasilannya tidak tergantungsecara dominan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerahlainnya.
buku 7 edited.indd 4 3/2/11 6:49:38 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
5PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
bab i i iperumuSan dan penetapan QUICK WINS
3.1 Kriteria dalam merumuskan Quick Wins
Quick wins harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Berasal dari program-program reformasi birokrasi, yang terdapat di dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014;
b. Merupakan bagian utama (core business) dari peran, tugas, fungsi, dan karakteristik Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yangbersangkutan;
c. Memberikandampakperbaikanyangbesardandapatdirasakanolehparapemangku kepentinganeksternal dan internal Kementerian/LembagadanPemerintah Daerah;
d. Merupakansebuahaktivitasnyatadandirasakanmanfaatnyasecaracepatoleh pemangku kepentingan utama eksternal dan internal Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
tabel 1IdentifikasiQuick Wins berdasarkan Kriteria
PROGRAM:AKTIVITAS:NO KRITERIA YA TIDAK
1 Merupakan program reformasi birokrasi
2Merupakan bagian utama dari peran, tugas, fungsi, dan karakteristik Kementerian/Lembaga dan PemerintahDaerah
3 Memberikan dampak perubahan yang besar
4 Manfaat perbaikan dan perubahan dapat dirasakan secepatnya(waktupelaksanaankurangdari12bulan)
buku 7 edited.indd 5 3/2/11 6:49:38 PM
BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
6
Untuk memperjelas kriteria pemilihan quick wins, dapat diilustrasikan pada gambar di bawah
gambar 1MatriksIdentifikasiQuickWins
3.2 merumuskan Quick Wins
Langkah - langkah perumusan quick winsmencakup tiga aspek utama,yaitu:
a. Identifikasi Pemangku Kepentingan Utama. Aspek ini berupaya untuk mengindentifikasikansejumlahPemangkuKepentinganUtamayangpentingdankritikalbagiKementerian/LembagadanPemerintahDaerah;
b. IdentifikasiKeluaranUtama.Aspekiniberupayauntukmengindentifikasikankeluaran utama yang merupakan bagian dari Tupoksi atau proses intiKementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang selama ini digunakan olehparaPemangkuKepentinganUtama;
c. Identifikasi Harapan Pemangku KepentinganUtama. Aspek ini berupaya untukmengindentifikasikanharapanutamapemangkukepentinganutamaterhadap kinerja Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
buku 7 edited.indd 6 3/2/11 6:49:39 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
7PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
Langkah – Langkah perumusan Quick Wins dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini:
gambar 2Langkah-langkah perumusan Quick Wins
Templatesederhanayangdigunakandidalamsetiaplangkahdiatasdapatdilihatpada Lampiran 1.
3.3 menetapkan Quick Wins
Langkah-langkah penetapan Quick Winsmencakupempataspek,yaitu:
a. penilaian tingkat pencapaian Kinerja Saat ini. Aspek ini berupaya untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja Kementerian/Lembaga danPemerintah Daerah saat ini yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi yang menjadi core businesses dari Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.Untukmengetahuitingkatpencapaianini,dataatauinformasidariparapemangkukepentinganutamadapatdiperolehmelaluibase line survey, wawancara,focused group discussion, analisis statistic, desk research, dan sebagainya. Secara obyektif, skor 1 – 5 diberikan untukmenilaimasing –masingtingkatpencapaiankinerjayangadasaatini;
buku 7 edited.indd 7 3/2/11 6:49:39 PM
BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
8
b. peningkatan Kinerja. Aspek ini berupaya untuk meningkatkan kinerja Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang memiliki skor kurang dari 4 (yang berarti meningkatkan area ini akan memberikan dampakyang besar bagi para pemangku kepentingan). Aspek ini juga berupayauntuk mengidentifikasikan tingkat kesulitan melakukan perbaikan kinerjadimaksud dan memastikan apakah peningkatan kinerja dimaksud dapatdilakukan kurang dari 12 bulan, masih di dalam kendali penuh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan, dan apakah masih termasukbagiandariareareformasibirokrasiyangdicanangkanPemerintah.Proses untuk menentukan skor dan persentasi perbaikan dilakukan melalui kesepakatan antara pimpinan dan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Lebih lanjut, aspek ini juga sudah mulai mengindentifikasikankandidat untuk Quick Wins;
c. penyiapan Sumber daya. Aspek ini berupaya untuk mengidentifikasikansumberdayayangdiperlukanuntukpelaksanaancalonQuick Wins yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Sumberdayadapatmencakupketersediaansumber daya manusia, biaya dan juga keahlian. Aspek ini juga memeriksa sekali lagi apakah kandidat quick wins yang diusulkan memenuhi kriteria danpersyaratanyangditetapkandanmemilihmaksimumtiga(3)quick wins terbaik bila jumlah program yang diusulkan dan memenuhi persyaratan cukupbanyak;
d. penetapan Quick Wins. Aspek ini berupaya menetapkan quick wins yang telahmelaluiserangkaiananalisisuntuksiapdiluncurkan.
Langkah-langkah penetapan quick wins dapat dilihat pada Gambar 3 dan templatesederhanayangdigunakandidalamsetiaplangkahdiatasdapatdilihatpada Lampiran 2.
buku 7 edited.indd 8 3/2/11 6:49:39 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
9PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
gambar 3Langkah – Langkah menetapkan Quick Wins
buku 7 edited.indd 9 3/2/11 6:49:39 PM
BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
10
buku 7 edited.indd 10 3/2/11 6:49:39 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
11PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
bab iVLangKah-LangKah daLam peLaKSanaan
QUICK WINS
Langkah-langkah dalam pelaksanaan quick wins dibagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
1. tahap persiapan, merupakan tahap persiapan kapabilitas implementasi quick wins dan penyusunan metode monitoring dan evaluasi implementasi quick wins;
2. Tahap Implementasi dan Monitoring & Evaluasi, merupakan tahap pelaksanaan dan pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan quick wins.
Berikut tahapannya:
gambar 4Langkah – Langkah dalam pelaksanaan Quick Wins
buku 7 edited.indd 11 3/2/11 6:49:40 PM
BAB IV - Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
12
4.1 tahap persiapan
Langkah-langkahpentingdalamtahappersiapandapatdilihatpadaTabel 2 berikut.
tabel 2tahap persiapan
LangKah aKtiVitaS KeLuaran
1•Pembentukan Tim Kerja•Pembentukan Struktur/
Organisasi Kerja
•Tim kerja•Struktur/Organisasi Tim Kerja
2
•Penyusunan Rencana danJadwal Kerja serta Target Penyelesaian
•Penyusunan Anggaran
•RencanadanJadwalKerja•Target Penyelesaian•Anggaran
3
Menyusun dan Menetapkan: •Metode Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan QuickWins
•Mekanisme Pelaporan PelaksanaanQuickWins
•Metode Monitoring dan Evaluasi
•Rancangan LaporanPelaksanaanQuickWins
4.2 TahapImplementasidanMonitoringdanEvaluasi
Langkah-langkahpentingdalamtahapinidapatdilihatpadaTabel3di bawah ini.
tabel 3TahapImplementasidanMonitoringdanEvaluasi
LANGKAH AKTIVITAS KELUARAN
1
•Pelaksanaan aktivitas sesuaidengan rencana dan jadwalkerja
•Penyelesaian quickwins sesuaitarget dalam jadwal kerja
•Laporan kemajuan pelaksanaan penyelesaian quickwinssecaraberkala
•Penyelesaianquickwins
2
Pelaksanaan monitoring dan evaluasipelaksanaanquickwins
•Hasil monitoring dan evaluasi
•U s u l a n / r e k o m e n d a s i perbaikan
buku 7 edited.indd 12 3/2/11 6:49:40 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
13PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
4.3 pelaporan
Pelaporanmerupakanbagianyangtidakterpisahkandarisetiaptahapanpelaksanaan. Oleh karena itu, baik laporan berkala maupun tahunan haruslah menjelaskancapaiankemajuanyangdihasilkan.Selainitu,pentinguntukdiingatterutama dalammenyusun rencana kerja adalah perkiraanwaktu dari setiaplangkah-langkah dalam penyusunan laporan.
Berikut adalah langkah-langkah yang dimaksud:1. Penyusunan laporan;2. Presentasi laporan;3. Revisi atau perbaikan bila diperlukan atas masukan laporan;4. Menyampaikanlaporanfinal.
buku 7 edited.indd 13 3/2/11 6:49:40 PM
BAB IV - Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
14
buku 7 edited.indd 14 3/2/11 6:49:40 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
15PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
bab Vpenutup
Pedoman pelaksanaan quick wins ini diharapkan dapat membantu Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam merumuskan dan melaksanakan quicks wins di masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Di dalam melaksanakan quick wins, terdapat tahapan penting yang perlu diperhatikan oleh Kementerian/Lembaga dan PemerintahDaerah, yaitu pada saat merumuskan dan menetapkan quick wins. Merumuskan dan menetapkan quick wins yang sesuai dengan peran, tugas, fungsi dan karakteristik masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerahserta sesuai kriteria adalah salah satu tahap yang menentukan keberhasilan pelaksanaan quick wins.
buku 7 edited.indd 15 3/2/11 6:49:40 PM
Lampiran
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
16
buku 7 edited.indd 16 3/2/11 6:49:40 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
17PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
Lampiran 1: template perumusan Quick Wins
template untuk Langkah 1:
No PemangkuKepentinganUtama
1
2
3
4
5
template untuk Langkah 2:
No Keluaran Utama
1
2
3
4
5
buku 7 edited.indd 17 3/2/11 6:49:40 PM
Lampiran
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
18
template untuk Langkah 3:
No Keluaran Utama K/L/ Pemda Ekspektasi Pemangku KepentinganUtama
1
2
3
4
5
buku 7 edited.indd 18 3/2/11 6:49:40 PM
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
19PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011
Lampiran 2: template menetapkan Quick Wins
template untuk Langkah 4:
No Keluaran Utama Harapan Utama TingkatPencapaianKinerja(Skor 1-5)
1
2
3
4
5
template untuk Langkah 5:
No
K e l u a r a n DenganTingkat P e n c a p a i a nKinerja(Skor < 4)
D a p a t Ditingkatkan?
Seberapa Be-sar EstimasiPerbaikannya?
Dalam Kendali Penuh?BagianDari reformasi birokrasi?
K u r a n g Dari 12 Bulan?
K a n d i d a t Q u i c kwins?
1 Y/T % Y/T Y/T Y/T
2
3
4
5
template untuk Langkah 6:
No K a n d i d a t Quickwins
Apa Yang H a r u s Diperbaik?
B a g a i m a n a Memperbaikinya?
Tingkat Kesulitan Perbaikan (Tinggi, Sedang, Rendah)
Sumber Daya Tersedia?(Orang, Biaya dan Keahlian)
1
2
3
4
5
buku 7 edited.indd 19 3/2/11 6:49:40 PM
BAB V - Penutup
Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
20
template untuk Langkah 7:
No QuickwinsYangAkanDiajukan
1
2
3
buku 7 edited.indd 20 3/2/11 6:49:40 PM
PTSP Kecamatan Cilincing
PTSP Kecamatan Koja
PTSP Kecamatan Tanjung Priok
Ruang Pelayanan Administrasi Kependudukan Suku Dinas Kependudukan danPencatatan Sipil Jakarta Utara
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
1. Input (Masukan)
Q1 Bagaimana sumber daya manusia terkait pelaksanaan program tersebut?I1-1 SDM bisa dibilang kurang mencukupi untuk melayani pembuatan akta
kelahiran, soalnya jumlah pegawai terbatasi juga dengan jumlah sarana yangtersedia seperti komputer misalnya dan juga kita harus mengirim pegawai kitake rumah sakit untuk pelayanan akte kelahiran secara jemput bola, dari segikemampuan (kualitas) setiap pegawai cukup paham dengan SOP (StandardOperating Procedure) yang ada, kami juga rutin memberikan pelatihan untukpara pegawai agar semakin paham tugas tugas mereka
I1-2 berbicara tentang SDM, soal SDM tidak hanya bicara tentang jumlah saja,namun juga kualitasnya, mampu kaga tuh orang orangnya dalam melaksanakantugasnya, menurut saya disini SDM nya cukup baik, pegawai pelayanan kitasemua paham apa yang harus dikerjakan, ngerti apa-apa aja yang harus merekalakukan,karena kami juga mengadakan pelatihan juga
I2-1 Kalo SDM di Satpel kecamatan Tanjung Priok saya rasa disini masih kurangmas karena sering sekali masyarakat mengantri pas pembuatan akte kelahiransama surat perpindahan
I2-2 SDM di kecamatan cilincing sih saya rasa cukup yaa mas soalnya kita kagapernah keteteran setiap melakukan pelayanan akta kelahiran
I2-3 Saya rasa sih SDM di satpel koja masih kurang mas, soalnya seringkali kamikesulitan di saat pelaksanaan pelayanan administrasi
Q2 Bagaimana sarana dan prasarana penunjang terkait program tersebut?Apakah sudah memadai?
I1-1 untuk sarana dan prasarana memang dirasa masih kurang ,apalagi denganjumlah komputer yang kurang jadinya menghambat proses pelayanan. Kalaudengan ruang tunggu disini memang tergolong kecil karena memang ruang digedung ini tidak mencukupi lagi
I1-2 Sarana dan prasarana sih memang dari jumlah komputer yang ada dirasa kurangmencukupi untuk pelaksanaan administrasi kependudukan, ini juga nantinyaberhubungan juga sama jumlah SDM yang mengoperasikannya. Kalau untukruang tunggu untuk masyarakat sih memang terasa kecil karena memang kitamempunyai keterbatasan penggunaan lahan.
I2-1 Kalau sarana dan prasarana sih di kecamatan dirasa kurang karena hanya adadua komputer buat pengerjaan akte kelahiran dan surat perpindahan, jadi agaklama jika terdapat banyak masyarakat. Namun jika dari segi ruang tunggudirasa cukup luas dan nyaman.
I2-2 Sarana dan prasarana sih saya rasa cukup, hanya saja jaringan sistem informasisering mengalami gangguan sehingga pelayanan pun sering terhambat gara –gara itu
I2-3 kurang memadai mas karena komputer yang digunakan untuk pelayanan seringmengalami kerusakan dan jaringan sistemnya sering mengalami gangguan. Tapiuntuk ruang tunggu di satpel sih dirasa cukup nyaman untuk masyarakat
I4-2 Kalau ruang tunggu di kecamatan sih saya rasa cukup nyaman ya mas soalnyacukup luas dan ada ac nya juga, dulu saya pernah ke kantor suku dinasnya danruang tunggu disana sama sekali tidak nyaman karena sempit dan pengap jikabanyak orang
Q3 Bagaimana sosialisasi terkait program yang di maksud terhadap sasarankebijakan?
I1-1 Iya sosialisasi terus dilakukan sejak awal dimulainya program ini mas,khususnya sosialisasi akta kelahiran yang makin dipermudah pembuatannya kerumah sakit dan puskesmas puskesmas kecamatan juga menempatkan spandukdan baliho di tempat tempat yang mungkin dilihat orang yang mau membuatakta kelahiran seperti di rumah sakit, puskesmas, maupun di kecamatan dankelurahan. Dan sosialisasi kepada satpel kecamatan beserta pegawai pelayanankami lakukan dengan melalui surat edaran dan mengadakan pelatihan pelatihan.
I1-2 Sosialisasi sudah kami laksanakan dengan menempatkan petugas untukpenyuluhan tentang kemudahan pembuatan akta kelahiran ke rumah sakit danpuskesmas yang ada, bahkan kami juga menempatkan baliho baliho di berbagaitempat seperti di area puskesmas maupun kecamatan
I2-1 Kalau sosialisasi ke masyarakat sih biasanya gimana dari suku dinas aja, tapikalau pemasangan baliho setau saya di setiap kecamatan sudah dipasang
I2-2 Biasanya kami melakukan sosialisasi ke masyarakat kalau sudah dijadwalkandari suku dinas, disini biasanya hanya menyampaikan apa yang mesti disiapinbuat akta kelahiran maupun surat perpindahan.
I2-3 Pastinya kami melakukan sosialisasi tentunya dengan arahan dari suku dinas,kalau di satpel kecamatan tugas kami menyampaikan arahan kepada satpelkelurahan, dan juga menyampaikan kepada masyarakat langkah dan apa yangharus disiapkan kepada masyarakat
I4-1 Kalo untuk sosialisasi langsung dari catatan sipilnya saya sih pernah sekilasmendengar di puskesmas, mereka ngejelasin tentang akta kelahiran gitudisana.kalo baliho gitu sih saya belum pernah liat mas
I4-2 Pas itu pernah mas dinas dateng ke rw di lingkungan rumah saya, disitudijelasin ada program baru yang bikin mudah pembuatan akta kelahiransekalian bikin akta kelahiran juga disitu.
2. Proses
Q4 Bagaimana mekanisme pelaksanaan program tersebut?I1-1 Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini pun
melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulai daripengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir di pencetakanakta kelahiran
I1-2 Untuk mekanismenya sendiri sih kami udah punya SOP (Standar OperatingProcedure) nya sendiri mas, yang berisi tentang urutan pengerjaan dan waktupengerjaan juga. Jadi petugas pelayanan tidak akan kebingungan dalammelakukan pekerjaannya
I2-1 Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjain sesuai dengan
SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkas dahulu lalu dilanjutindengan input data ke komputer gitu mas
I2-2 Kalau mekanisme sih selalu diawali sama pengecekan kelengkapan berkasdahulu, lalu input ke sistem melalui komputer, setelah verifikasi tinggal cetakdeh. Biasanya yang memakan waktu lama itu ada di proses verifikasi, kalo dariinput ke sistem itu biasanya tidak sampai 15 menit kalau tidak ada gangguan.
I2-3 Kalo mekanisme pekerjaan sih kami melakukan sesuai yang ada di SOP
Q5 Bagaimana pelayanan terhadap sasaran kebijakan dalam prosesadministrasi kependudukan?
I1-1 kalau pelayanan sudah pasti sudah diberikan semaksimal mungkin, cumanmasih banyak kendala yang bikin pelayanan jadi terhambat. Misalnya kayakgangguan jaringan ataupun gangguan terhadap komputer yang ada
I1-2 pelayanan kalo maksudnya pembuatan akta kelahiran pastinya kami sudahsebaik mungkin dalam pelaksanaannya, memang masih ada masalah masalahyang terjadi
I2-1 Pastinya kami berusaha memberikan yang sebaik mungkin kepada masyarakatI2-2 Sudah pasti kami berikan sebaik mungkin diluar adanya masalah masalah
teknis yang terjadiI2-3 Kami dari satpel sih sudah memberikan pelayanan sebaik mungkin pastinya
Q6 Bagaimana kepastian terkait waktu pelaksanaan program tersebut?I1-1 pastinya pelayanan akta kelahiran ini selalu dilakukan di hari kerja lalu kami
membuka pelayanan juga pada hari sabtu agar semakin banyak masyarakatyang terlayani
I1-2 supaya pelayanan semakin maksimal selain pada hari kerja, kami jugamelakukan pelayanan administrasi kependudukan pada hari sabtu namun hanyasetengah hari supaya masyarakat yang sekiranya tidak bisa melakukanadministrasi kependudukan pada hari kerja bisa melaksanakannya di hari sabtu
I2-1 Kami melakukan pelayanan dari senin sampai sabtu, tapi pas hari sabtu hanyasetengah hari
I2-2 waktu pelayanan akta kelahiran hampir setiap hari kami melaksanakannya, darisenin sampai jumat pada jam kerja lalu pada hari sabtu juga namun hanyasetengah hari
I2-3 Hampir setiap hari mas, kecuali minggu tentunya. Dan hari sabtu cumansetengah hari pelayanannya
Q7 Bagaimana proses penertiban dalam pelaksanaan terkait sanksikebijakan?
I1-1 untuk sanksi sih kami masih menurut pada UU No.24 tahun 2006, di undangundang tersebut terdapat berbagai sanksi. Khususnya yang terkait denganpungutan liar karena pembuatan akta kelahiran tidak dipungut biaya,Alhamdulilah sampai sekarang belum ada petugas pelayanan yang melanggaraturan yang ada
I1-2 penjatuhan sanksi sih sampai saat ini belum ada karena memang belum adapetugas pelayanan yang melanggar aturan aturan yang ada
Q8 Bagaimana efektivitas dari implementasi program tersebut?I1-1 pastinya efektif, karena terjadi peningkatan dalam proses pelayanan
administrasi kependudukan. Khususnya pada akta kelahiran dengan adanyaprogram ini proses pelayanannya semakin lebih cepat dibanding sebelumnya.”
I1-2 kalo efektif sih saya rasa efektif, cuma kalo saya bilang berhasil jadinya terlalusombong nanti, yang jelas dengan program ini pelayanan administrasikependudukan khususnya akta kelahiran semakin lebih baik
I2-1 Sudah pasti efektif karena pelayanan akta semakin membaikI2-2 tentu saja efektif, karena pembuatan akta kelahiran tidak lagi memakan waktu
yang lama dan proses pengerjaannya semakin mudah dan simpelI2-3 Jelas efektif, karena dengan program ini pelayanan akta semakin lebih cepat
3. Output (Hasil)
Q9 Apakah sudah sesuai antara pelaksanaan dengan tujuan dari programtersebut?
I1-1 belum mencapai target, tujuan utama dari program ini adalah pembuatan aktakelahiran hanya dalam 5 hari. Namun pada kenyataannya bisa lebih dari itu,penyebabnya ya karena jaringan yang sering gangguan dan kurangnya sdmdalam mengatasi permintaan akta kelahiran
I1-2 kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari program ini juga untukkepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kami masih terdapat kekurangandari segi sdm dan sarana jadi tujuan dari program quick wins yaitu pembuatanakta kelahiran selama 5 hari masih belum bisa tercapai
Q10 Apalah pelaksanaan kebijakan yang dilakukan sudah tepat sasaran?I1-1 tentu saja tepat sasaran, karena setiap masyarakat diwajibkan memiliki akta
kelahiran. Maka dengan program ini diharapkan kami dapat memberikanpelayanan yang terbaik kepada masyarakat
I1-2 sudah tepat, kami menjalankan program ini sudah menentukan tempat tempatyang sekiranya efektif untuk pelayanan akta kelahiran, misalnya sepertimembuka pelayanan di rumah sakit seperti di rumah sakit koja. Disana sudahjelas bahwa sasarannya adalah masyarakat ang baru mempunyai anak agarsegera membuat akta kelahiran
Q11 Bagaimana kelanjutan dari sasaran kebijakan yang telah tertangani?I1-1 tentu saja kami tidak melakukan pengawasan, karena akta kelahiran yang sudah
diberikan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya masing – masing. Tanggungjawab kami hanyalah menjaga data kependudukan masyarakat agar tetap terjagadan tidak disalahgunakan oleh orang lain
I1-2 tidak ada pengawasan kepada masyarakat, yang kami lakukan hanyalahmenjaga data kependudukan masyarakat tetap terjaga dan tidak dipergunakanoleh orang lain
Q12 Siapa saja kelompok-kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan program
tersebut?I1-1 yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpel kecamatan,
dan dari suku dinas itu sendiriI1-2 kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalu satpel
kecamatan dan dari suku dinas juga mas
4. Outcome (Dampak)
Q13 Adakah perubahan terhadap kelompok sasaran dari kebijakan tersebut?I1-1 setelah pelaksanaan tentu saja ada perubahan, yang paling jelas adalah dari
proses pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya mencapai 30 hari sekarangpaling lambat hanya seminggu saja. Juga tidak ada lagi penumpukanmasyarakat yang ingin membuat akta kelahiran di suku dinas karena sudahadanya satpel di seluruh kecamatan
I1-2 setelah ada program ini pastinya ada perubahan khususnya dalam pelayananakta kelahiran ini, dengan menempatkan satpel kecamatan dan pelayanan dirumah sakit membuat pelayanan akta lebih tersebar dan dapat dijangkaumasyarakat. Penggunaan sistem online juga membuat proses penginputan datamenjadi semakin mudah dan cepat sehingga pembuatan akta kelahiran tidaklagi mencapai 30 hari
Q14 Setelah peraturan berjalan, adakah peningkatan pelaksanaan programtersebut oleh implementor?
I1-1 Kalo peningkatan sih jelas ada dari pelayanan akta kelahiran yang mulai meratasehingga cara bekerja menjadi semakin efektif
I1-2 peningkatan dalam melaksanakannya tentu saja ada, kami selalu berikan yangterbaik, ini kan untuk mewujudkan ketertiban administrasi kependudukan juga,agar tidak ada lagi masyarakat yang tidak mempunyai identitas
I2-1 ada peningkatan, contohnya dengan membuat satpel di kecamatan kecamatandan tidak lagi terpusat di suku dinas supaya pelayanan akta kelahiran lebihmudah diakses oleh masyarakat. ke depannya diharapkan pembuatan aktakelahiran bisa dilakukan dimana saja secara mobile sehingga tidak ada alasanlagi bagi masyarakat untuk tidak membuat akta kelahiran
I2-2 Pastinya ada, karena penggunaan sistem online ini membuat waktu pelayananmenjadi lebih singkat dan efektif
I2-3 Untuk pelaksanaan sih tentu saja ada peningkatan mas, yang jelas sih prosesnyasemakin cepat
DISTRIBUSI II
SALINAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tertib administrasi
kependudukan secara nasional, Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban
memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap
penentuan status pribadi dan status hukum atas
setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
yang dialami oleh Penduduk dan/atau Warga Negara
Indonesia yang berada di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan
Administrasi Kependudukan sejalan dengan tuntutan
pelayanan Administrasi Kependudukan yang
profesional, memenuhi standar teknologi informasi,
dinamis, tertib, dan tidak diskriminatif dalam
pencapaian standar pelayanan minimal menuju
pelayanan prima yang menyeluruh untuk mengatasi
permasalahan kependudukan, perlu dilakukan
penyesuaian terhadap beberapa ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;
c. bahwa . . .
- 2 -
DISTRIBUSI II
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 26 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4674);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4674) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan . . .
- 3 -
DISTRIBUSI II
1. Ketentuan angka 14, angka 20, dan angka 24 Pasal 1
diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian
kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan Data Kependudukan
melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil,
pengelolaan informasi Administrasi
Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya
untuk pelayanan publik dan pembangunan
sektor lain.
2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan
Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai Warga Negara Indonesia.
4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara
Indonesia.
5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab
dalam urusan pemerintahan dalam negeri.
6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang
bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan
Administrasi Kependudukan.
7. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah
kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan
berwenang melaksanakan pelayanan dalam
urusan Administrasi Kependudukan.
8. Dokumen . . .
- 4 -
DISTRIBUSI II
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi
yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang
mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti
autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
9. Data Kependudukan adalah data perseorangan
dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai
hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.
10. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan
biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan
Peristiwa Kependudukan dan pendataan
Penduduk rentan Administrasi Kependudukan
serta penerbitan Dokumen Kependudukan
berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.
11. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang
dialami Penduduk yang harus dilaporkan karena
membawa akibat terhadap penerbitan atau
perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk dan/atau surat keterangan
kependudukan lainnya meliputi pindah datang,
perubahan alamat, serta status tinggal terbatas
menjadi tinggal tetap.
12. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya
disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk
yang bersifat unik atau khas, tunggal dan
melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai
Penduduk Indonesia.
13. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah
kartu identitas keluarga yang memuat data
tentang nama, susunan dan hubungan dalam
keluarga, serta identitas anggota keluarga.
14. Kartu . . .
- 5 -
DISTRIBUSI II
14. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya
disingkat KTP-el, adalah Kartu Tanda Penduduk
yang dilengkapi cip yang merupakan identitas
resmi penduduk sebagai bukti diri yang
diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.
15. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa
Penting yang dialami oleh seseorang dalam
register Pencatatan Sipil pada Instansi
Pelaksana.
16. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang
melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang
dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang
pengangkatannya sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
17. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami
oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian,
lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan
anak, pengesahan anak, pengangkatan anak,
perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan.
18. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang
diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
19. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang
diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal
menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
20. Petugas . . .
- 6 -
DISTRIBUSI II
20. Petugas Registrasi adalah pegawai yang diberi
tugas dan tanggung jawab memberikan
pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan
dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan
penyajian Data Kependudukan di
desa/kelurahan atau nama lainnya.
21. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan,
selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan informasi administrasi
kependudukan di tingkat Penyelenggara dan
Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.
22. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu
yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran
serta dilindungi kerahasiaannya.
23. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya
disingkat KUAKec, adalah satuan kerja yang
melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi
Penduduk yang beragama Islam.
24. Unit Pelaksana Teknis Instansi Pelaksana,
selanjutnya disebut UPT Instansi Pelaksana,
adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang
bertanggung jawab kepada Instansi Pelaksana.
2. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 5
Pemerintah melalui Menteri berwenang
menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
secara nasional, meliputi:
a. koordinasi . . .
- 7 -
DISTRIBUSI II
a. koordinasi antarinstansi dan antardaerah;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar;
c. fasilitasi dan sosialisasi;
d. pembinaan, pembimbingan, supervisi,
pemantauan, evaluasi dan konsultasi;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan
berskala nasional;
f. menyediakan blangko KTP-el bagi
kabupaten/kota;
g. menyediakan blangko dokumen kependudukan
selain blangko KTP-el melalui Instansi Pelaksana;
dan
h. pengawasan.
3. Ketentuan huruf d Pasal 6 diubah, sehingga Pasal 6
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6
Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung
jawab menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur
dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil;
c. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan;
d. penyajian Data Kependudukan berskala provinsi
berasal dari Data Kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
Kementerian yang bertanggung jawab dalam
urusan pemerintahan dalam negeri; dan
e. koordinasi . . .
- 8 -
DISTRIBUSI II
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
4. Ketentuan ayat (1) huruf g Pasal 7 diubah, sehingga
Pasal 7 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7
(1) Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan
bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
Administrasi Kependudukan, yang dilakukan
oleh bupati/walikota dengan kewenangan
meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas
dan fungsinya di bidang Administrasi
Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat
di bidang Administrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk
menyelenggarakan sebagian urusan
Administrasi Kependudukan berdasarkan
asas tugas pembantuan;
g. penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota berasal dari Data
Kependudukan yang telah dikonsolidasikan
dan dibersihkan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan dalam negeri; dan
h. koordinasi . . .
- 9 -
DISTRIBUSI II
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
5. Ketentuan ayat (1) huruf c dan ayat (5) Pasal 8
diubah, sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan
Administrasi Kependudukan dengan kewajiban
yang meliputi:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan
mencatat Peristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang sama dan
profesional kepada setiap Penduduk atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting;
c. mencetak, menerbitkan, dan
mendistribusikan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data
atas Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa
Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan
informasi yang disampaikan oleh Penduduk
dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.
(2) Kewajiban . . .
- 10 -
DISTRIBUSI II
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a untuk pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam
pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai
pencatat pada KUAKec.
(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat
kecamatan dilakukan oleh UPT Instansi
Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan
Akta Pencatatan Sipil.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk persyaratan dan tata cara Pencatatan
Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya
belum diakui sebagai agama berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau
bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada
Peraturan Perundang-undangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPT Instansi
Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan prioritas pembentukannya diatur dengan
Peraturan Menteri.
6. Ketentuan ayat (2) Pasal 12 diubah, sehingga Pasal 12
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 12
(1) Petugas Registrasi membantu kepala desa atau
lurah dan Instansi Pelaksana dalam Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh
bupati/walikota diutamakan dari Pegawai Negeri
Sipil yang memenuhi persyaratan.
(3) Ketentuan . . .
- 11 -
DISTRIBUSI II
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman
pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
7. Ketentuan ayat (1) Pasal 27 diubah, sehingga Pasal 27
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 27
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk
kepada Instansi Pelaksana setempat paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan
Kutipan Akta Kelahiran.
8. Ketentuan ayat (1) dan ayat (3) Pasal 32 diubah dan
ayat (2) dihapus, sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 32
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas
waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
kelahiran, pencatatan dan penerbitan Akta
Kelahiran dilaksanakan setelah mendapatkan
keputusan Kepala Instansi Pelaksana setempat.
(2) Dihapus.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan
tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Presiden.
9. Ketentuan . . .
- 12 -
DISTRIBUSI II
9. Ketentuan ayat (1) Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua
rukun tetangga atau nama lainnya di domisili
Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada Register Akta Kematian dan menerbitkan
Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan
kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan
seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya
penetapan pengadilan.
(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak
jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan
pencatatan kematian berdasarkan keterangan
dari kepolisian.
10. Ketentuan ayat (2) Pasal 49 diubah, sehingga Pasal 49
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua
pada Instansi Pelaksana paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal surat pengakuan
anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak
yang bersangkutan.
(2) Pengakuan . . .
- 13 -
DISTRIBUSI II
(2) Pengakuan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama, tetapi belum sah
menurut hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengakuan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengakuan anak.
11. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 50 diubah dan
penjelasan ayat (1) Pasal 50 diubah, sehingga
Pasal 50 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh
orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu
dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Pengesahan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama dan hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengesahan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengesahan anak.
12. Ketentuan ayat (2) Pasal 58 ditambahkan 4 (empat)
huruf, yakni huruf bb, huruf cc, huruf dd, dan
huruf ee, serta ditambahkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (4), sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data
perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.
(2) Data . . .
- 14 -
DISTRIBUSI II
(2) Data perseorangan meliputi:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung;
o. nama ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal
lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah;
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian;
bb. sidik jari;
cc. iris mata;
dd. tanda tangan; dan
ee. elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.
(3) Data . . .
- 15 -
DISTRIBUSI II
(3) Data agregat meliputi himpunan data
perseorangan yang berupa data kuantitatif dan
data kualitatif.
(4) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang
digunakan untuk semua keperluan adalah Data
Kependudukan dari Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan
dalam negeri, antara lain untuk pemanfaatan:
a. pelayanan publik;
b. perencanaan pembangunan;
c. alokasi anggaran;
d. pembangunan demokrasi; dan
e. penegakan hukum dan pencegahan
kriminal.
13. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan
ayat (6) Pasal 63 diubah dan ayat (2) dihapus,
sehingga Pasal 63 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 63
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin
atau pernah kawin wajib memiliki KTP-el.
(2) Dihapus.
(3) KTP-el sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku secara nasional.
(4) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib melaporkan perpanjangan masa
berlaku atau mengganti KTP-el kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal masa berlaku Izin Tinggal Tetap
berakhir.
(5) Penduduk . . .
- 16 -
DISTRIBUSI II
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP-el wajib
membawanya pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya memiliki 1 (satu) KTP-el.
14. Ketentuan Pasal 64 diubah, sehingga Pasal 64
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 64
(1) KTP-el mencantumkan gambar lambang Garuda
Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, memuat elemen data
penduduk, yaitu NIK, nama, tempat tanggal
lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status
perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan,
kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku,
tempat dan tanggal dikeluarkan KTP-el, dan
tandatangan pemilik KTP-el.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi nomor identitas tunggal untuk semua
urusan pelayanan publik.
(3) Pemerintah menyelenggarakan semua pelayanan
publik dengan berdasarkan NIK sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Untuk menyelenggarakan semua pelayanan
publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Pemerintah melakukan integrasi nomor identitas
yang telah ada dan digunakan untuk pelayanan
publik paling lambat 5 (lima) tahun sejak
Undang-Undang ini disahkan.
(5) Elemen . . .
- 17 -
DISTRIBUSI II
(5) Elemen data penduduk tentang agama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai
agama berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan atau bagi penghayat
kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan
dicatat dalam database kependudukan.
(6) Dalam KTP-el sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tersimpan cip yang memuat rekaman
elektronik data perseorangan.
(7) KTP-el untuk:
a. Warga Negara Indonesia masa berlakunya
seumur hidup; dan
b. Orang Asing masa berlakunya disesuaikan
dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap.
(8) Dalam hal terjadi perubahan elemen data, rusak,
atau hilang, Penduduk pemilik KTP-el wajib
melaporkan kepada Instansi Pelaksana untuk
dilakukan perubahan atau penggantian.
(9) Dalam hal KTP-el rusak atau hilang, Penduduk
pemilik KTP-el wajib melapor kepada Instansi
Pelaksana melalui camat atau lurah/kepala desa
paling lambat 14 (empat belas) hari dan
melengkapi surat pernyataan penyebab
terjadinya rusak atau hilang.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
perubahan elemen data penduduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.
15. Ketentuan . . .
- 18 -
DISTRIBUSI II
15. Ketentuan ayat (1) Pasal 68 ditambahkan 1 (satu)
huruf, yakni huruf f, sehingga Pasal 68 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 68
(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas
kutipan akta:
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian;
e. pengakuan anak; dan
f. pengesahan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa
Penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan Pejabat yang
berwenang; dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut
dengan data yang terdapat dalam Register
Akta Pencatatan Sipil.
16. Ketentuan Pasal 76 diubah, sehingga Pasal 76
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 76
Ketentuan mengenai penerbitan Dokumen
Kependudukan bagi petugas khusus yang melakukan
tugas keamanan negara diatur dalam Peraturan
Menteri.
17. Ketentuan . . .
- 19 -
DISTRIBUSI II
17. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga Pasal 77
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 77
Setiap orang dilarang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data
Kependudukan dan/atau elemen data Penduduk.
18. Ketentuan Pasal 79 diubah, sehingga Pasal 79
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 79
(1) Data Perseorangan dan dokumen kependudukan
wajib disimpan dan dilindungi kerahasiaannya
oleh Negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan
hak akses Data Kependudukan kepada petugas
provinsi dan petugas Instansi Pelaksana serta
pengguna.
(3) Petugas dan pengguna sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilarang menyebarluaskan Data
Kependudukan yang tidak sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan,
ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
19. Di antara Pasal 79 dan Pasal 80 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 79A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 79A
Pengurusan dan penerbitan Dokumen Kependudukan
tidak dipungut biaya.
20. Di antara . . .
- 20 -
DISTRIBUSI II
20. Di antara BAB VIII dan BAB IX disisipkan 1 (satu)
BAB, yakni BAB VIIIA sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB VIIIA
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
PEJABAT STRUKTURAL
Pasal 83A
(1) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
atas usulan gubernur.
(2) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
kabupaten/kota diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri atas usulan bupati/walikota melalui
gubernur.
(3) Penilaian kinerja pejabat struktural sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
secara periodik oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan
prosedur pengangkatan dan pemberhentian
pejabat struktural sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), serta penilaian kinerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
21. Ketentuan Pasal 84 diubah, sehingga Pasal 84
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi
memuat:
a. keterangan . . .
- 21 -
DISTRIBUSI II
a. keterangan tentang cacat fisik dan/atau
mental;
b. sidik jari;
c. iris mata;
d. tanda tangan; dan
e. elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai elemen data
lainnya yang merupakan aib seseorang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 86 diubah dan
di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat
yakni ayat (1a), sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 86
(1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan
hak akses Data Pribadi kepada petugas provinsi
dan petugas Instansi Pelaksana.
(1a) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang menyebarluaskan Data Pribadi yang
tidak sesuai dengan kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan,
ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
23. Ketentuan Pasal 87 dihapus.
Pasal 87
Dihapus.
24. Di antara . . .
- 22 -
DISTRIBUSI II
24. Di antara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) BAB,
yakni BAB IXA sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB IXA
PENDANAAN
Pasal 87A
Pendanaan penyelenggaraan program dan kegiatan
Administrasi Kependudukan yang meliputi kegiatan
fisik dan non fisik, baik di provinsi maupun
kabupaten/kota dianggarkan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara.
Pasal 87B
Penyediaan pendanaan penyelenggaraan program dan
kegiatan Administrasi Kependudukan dianggarkan
mulai anggaran pendapatan dan belanja negara
perubahan tahun anggaran 2014.
25. Ketentuan Pasal 94 diubah, sehingga Pasal 94
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 94
Setiap orang yang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data
Kependudukan dan/atau elemen data Penduduk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp75.000.000,00
(tujuh puluh lima juta rupiah).
26. Di antara . . .
- 23 -
DISTRIBUSI II
26. Di antara Pasal 95 dan Pasal 96 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 95A dan Pasal 95B yang berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 95A
Setiap orang yang tanpa hak menyebarluaskan Data
Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (3) dan Data Pribadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1a) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 95B
Setiap pejabat dan petugas pada desa/kelurahan,
kecamatan, UPT Instansi Pelaksana dan Instansi
Pelaksana yang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan pungutan biaya
kepada Penduduk dalam pengurusan dan penerbitan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 79A dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah).
27. Ketentuan Pasal 96 diubah, sehingga Pasal 96
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dan huruf g dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
28. Di antara . . .
- 24 -
DISTRIBUSI II
28. Di antara Pasal 96 dan Pasal 97 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 96A yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 96A
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
29. Ketentuan Pasal 101 diubah, sehingga Pasal 101
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah wajib memberikan NIK kepada setiap
Penduduk.
b. semua instansi pengguna wajib menjadikan NIK
sebagai dasar penerbitan dokumen paling lambat
1 (satu) tahun terhitung sejak instansi pengguna
mengakses data kependudukan dari Menteri.
c. KTP-el yang sudah diterbitkan sebelum Undang-
Undang ini ditetapkan berlaku seumur hidup.
d. keterangan mengenai alamat, nama, dan nomor
induk pegawai pejabat dan penandatanganan oleh
pejabat pada KTP-el sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (1) dihapus setelah database
kependudukan nasional terwujud.
30. Ketentuan Pasal 102 diubah, sehingga Pasal 102
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 102
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. semua . . .
- 25 -
DISTRIBUSI II
a. semua singkatan “KTP” sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan harus
dimaknai “KTP-el”;
b. semua kalimat “wajib dilaporkan oleh Penduduk
kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya
peristiwa” sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan harus dimaknai
”wajib dilaporkan oleh Penduduk di Instansi
Pelaksana tempat Penduduk berdomisili”; dan
c. semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan Administrasi Kependudukan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini.
31. Ketentuan Pasal 103 diubah, sehingga Pasal 103
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 103
(1) Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini
harus ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak Undang-Undang ini diundangkan.
(2) Semua peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan harus disesuaikan
dengan Undang-Undang ini paling lambat 1 (satu)
tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal II
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
- 26 -
DISTRIBUSI II
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 232
DISTRIBUSI II
PENJELASAN
ATAS
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
hakekatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan
atas status hukum atas Peristiwa Kependudukan maupun Peristiwa
Penting yang dialami Penduduk. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan yang merupakan
penjabaran amanat Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan tertib
Administrasi Kependudukan dengan terbangunnya database
kependudukan secara nasional serta keabsahan dan kebenaran atas
dokumen kependudukan yang diterbitkan.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi
Penduduk diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak
administratif penduduk dalam pelayanan publik serta memberikan
perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen
Kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran
aktif Pemerintah dan pemerintah daerah. Penerapan KTP-el yang saat
ini dilaksanakan merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat
serta mendukung akurasi terbangunnya database kependudukan di
kabupaten/kota, provinsi maupun database kependudukan secara
nasional. Dengan penerapan KTP-el maka setiap Penduduk tidak
dimungkinkan lagi dapat memiliki KTP-el lebih dari satu dan/atau
dipalsukan KTP-elnya, mengingat dalam KTP-el tersebut telah memuat
kode keamanan dan rekaman elektronik data penduduk yang antara
lain berupa iris mata maupun sidik jari Penduduk.
Dengan . . .
- 2 -
DISTRIBUSI II
Dengan penerapan KTP-el maka masa pemberlakuan KTP-el
yang diatur dalam Pasal 64 ayat (4) yakni berlaku 5 (lima) tahun
menjadi seumur hidup, sepanjang tidak adanya perubahan atas
elemen data Penduduk dan berubahnya domisili Penduduk. Hal ini
perlu dilakukan agar diperoleh kemudahan dan kelancaran dalam
pelayanan publik diberbagai sektor baik oleh pemerintah maupun
swasta serta diperolehnya penghematan keuangan negara setiap
5 (lima) tahunnya.
Sejalan dengan terbangunnya database kependudukan maka
perlu pula diperjelas perihal pengaturan hak akses atas pemanfaatan
Data Kependudukan baik bagi petugas pada Penyelenggara, Instansi
Pelaksana, dan Pengguna. Selanjutnya sehubungan dengan
penerapan sanksi administratif bagi Penduduk maka agar lebih
mencerminkan tidak adanya diskriminatif sesama Penduduk maka
perlu penyesuaian akan besarnya denda administratif baik
penduduk warga negara Indonesia maupun bagi penduduk orang
asing, sehingga selain untuk mendorong tertib Administrasi
Kependudukan serta menghilangkan diskriminatif dalam pelayanan
penerbitan dokumen kependudukan, namun agar lebih mendorong
iklim investasi ke Indonesia.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .
- 3 -
DISTRIBUSI II
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Data Kependudukan skala Nasional diterbitkan
secara berkala per semester, yaitu untuk semester
pertama yang diterbitkan tanggal 30 Juni dan
semester kedua yang diterbitkan tanggal
31 Desember.
Huruf f
Penyediaan blangko KTP-el dilaksanakan oleh
Pemerintah dengan pertimbangan untuk menjamin
cip KTP-el dapat terintegrasi dengan sistem yang
sudah ada.
Huruf g
Penyediaan blangko selain blangko KTP-el
dilaksanakan oleh Instansi Pelaksana di
kabupaten/kota.
Dokumen Kependudukan selain blangko KTP-el,
antara lain biodata penduduk, kartu keluarga,
surat keterangan kependudukan, akta kelahiran,
akta perkawinan, akta perceraian, akta kematian,
akta pengakuan anak, dan akta pengesahan anak.
Huruf h
Cukup jelas.
Angka 3 . . .
- 4 -
DISTRIBUSI II
Angka 3
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Data Kependudukan skala Provinsi diterbitkan
secara berkala per semester, yaitu untuk semester
pertama yang diterbitkan tanggal 30 Juni dan
semester kedua yang diterbitkan tanggal 31
Desember.
Huruf e
Cukup jelas.
Angka 4
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e . . .
- 5 -
DISTRIBUSI II
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan ”desa” adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Huruf g
Data Kependudukan skala kabupaten/kota
diterbitkan secara berkala per semester, yaitu
untuk semester pertama yang diterbitkan
tanggal 30 Juni dan semester kedua yang
diterbitkan tanggal 31 Desember.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuai
kekhususannya berbeda dengan provinsi yang lain
karena diberi kewenangan untuk
menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
seperti kabupaten/kota.
Angka 5
Pasal 8
Cukup jelas.
Angka 6 . . .
- 6 -
DISTRIBUSI II
Angka 6
Pasal 12
Cukup jelas.
Angka 7
Pasal 27
Ayat (1)
Pelaporan kelahiran oleh Penduduk dilaksanakan
di Instansi Pelaksana tempat Penduduk
berdomisili.
Penulisan tempat lahir di dalam Akta Kelahiran
tetap menunjuk pada tempat terjadinya kelahiran.
Ayat (2)
Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran tanpa dipungut
biaya sebagaimana diatur dalam Peraturan
Perundang-undangan.
Angka 8
Pasal 32
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 44
Ayat (1)
Pelaporan kematian oleh rukun tetangga atau
nama lain kepada Instansi Pelaksana dilaksanakan
secara berjenjang kepada rukun warga atau nama
lain, kelurahan/desa atau nama lain, dan
kecamatan atau nama lain.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
- 7 -
DISTRIBUSI II
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Angka 10
Pasal 49
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengakuan anak"
merupakan pengakuan seorang ayah terhadap
anaknya yang lahir dari perkawinan yang telah sah
menurut hukum agama dan disetujui oleh ibu
kandung anak tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 50
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengesahan anak"
merupakan pengesahan status seorang anak yang
lahir dari perkawinan yang telah sah menurut
hukum agama, pada saat pencatatan perkawinan
dari kedua orang tua anak tersebut telah sah
menurut hukum negara.
Ayat (2) . . .
- 8 -
DISTRIBUSI II
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 12
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i . . .
- 9 -
DISTRIBUSI II
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Yang dimaksud dengan “cacat fisik dan/atau
mental” berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang menetapkan
tentang hal tersebut.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
Huruf t
Cukup jelas.
Huruf u . . .
- 10 -
DISTRIBUSI II
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Huruf y
Cukup jelas.
Huruf z
Cukup jelas.
Huruf aa
Cukup jelas.
Huruf bb
Cukup jelas.
Huruf cc
Cukup jelas.
Huruf dd
Cukup jelas.
Huruf ee
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "data agregat" adalah
kumpulan data tentang Peristiwa Kependudukan,
Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia,
agama, pendidikan, dan pekerjaan.
Yang . . .
- 11 -
DISTRIBUSI II
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif adalah
data yang berupa angka-angka.
Yang dimaksud dengan "data kualitatif adalah data
yang berupa penjelasan.
Ayat (4)
Data Kependudukan yang dimanfaatkan oleh
Pengguna adalah Data Kependudukan yang sudah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
Kementerian yang bertanggung jawab dalam
urusan pemerintahan dalam negeri.
Huruf a
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan
pelayanan publik”, antara lain untuk
penerbitan surat izin mengemudi, izin usaha,
pelayanan wajib pajak, pelayanan perbankan,
pelayanan penerbitan sertifikat tanah,
asuransi, jaminan kesehatan masyarakat,
dan/atau jaminan sosial tenaga kerja.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan
perencanaan pembangunan”, antara lain
untuk perencanaan pembangunan nasional,
perencanaan pendidikan, perencanaan
kesehatan, perencanaan tenaga kerja,
dan/atau pengentasan masyarakat dari
kemiskinan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan alokasi
anggaran”, antara lain untuk penentuan dana
alokasi umum (DAU) dan/atau perhitungan
potensi perpajakan.
Huruf d . . .
- 12 -
DISTRIBUSI II
Huruf d
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan
pembangunan demokrasi”, antara lain untuk
penyiapan data agregat kependudukan per
kecamatan (DAK2) dan/atau penyiapan data
penduduk potensial pemilih Pemilu (DP4).
Huruf e
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan
penegakan hukum dan pencegahan kriminal”,
antara lain untuk memudahkan pelacakan
pelaku kriminal, mencegah perdagangan
orang, dan/atau mencegah pengiriman
tenaga kerja illegal.
Angka 13
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dihapus.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6) . . .
- 13 -
DISTRIBUSI II
Ayat (6)
Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu)
KTP-el untuk 1 (satu) Penduduk diperlukan sistem
keamanan/pengendalian dan sisi administrasi
ataupun teknologi informasi dengan melakukan
verifikasi dan validasi dalam sistem database
kependudukan serta pemberian NIK.
Angka 14
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Fungsi KTP-el ditingkatkan secara bertahap
menjadi KTP-el multiguna.
Data perseorangan yang dimuat dalam cip akan
disesuaikan dengan kebutuhan.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Angka (9) . . .
- 14 -
DISTRIBUSI II
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Angka 15
Pasal 68
Cukup jelas.
Angka 16
Pasal 76
Cukup jelas.
Angka 17
Pasal 77
Cukup jelas.
Angka 18
Pasal 79
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pengguna” antara lain
lembaga negara, kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian, dan/atau badan hukum
Indonesia.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 19 . . .
- 15 -
DISTRIBUSI II
Angka 19
Pasal 79A
Yang dimaksud dengan “pengurusan dan penerbitan”
meliputi penerbitan baru, penggantian akibat rusak
atau hilang, pembetulan akibat salah tulis, dan/atau
akibat perubahan elemen data.
Angka 20
Pasal 83A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan
perundang-undangan” adalah ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengembangan
dan pembinaan karir.
Angka 21
Pasal 84
Cukup jelas.
Angka 22
Pasal 86
Cukup jelas.
Angka 23
Pasal 87
Dihapus.
Angka 24 . . .
- 16 -
DISTRIBUSI II
Angka 24
Pasal 87A
Cukup jelas.
Pasal 87B
Cukup jelas.
Angka 25
Pasal 94
Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 95A
Cukup jelas.
Pasal 95B
Cukup jelas.
Angka 27
Pasal 96
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 96A
Cukup jelas.
Angka 29
Pasal 101
Cukup jelas.
Angka 30
Pasal 102
Cukup jelas.
Angka 31 Angka 31 . . .
- 17 -
DISTRIBUSI II
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5475
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kependudukan;
c. bahwa pengaturan tentang Administrasi Kependudukan hanya dapat terlaksana apabila didukung oleh pelayanan yang profesional dan peningkatan kesadaran penduduk, termasuk Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri;
d. bahwa peraturan perundang-undangan mengenai Administrasi Kependudukan yang ada tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang tertib dan tidak diskriminatif sehingga diperlukan pengaturan secara menyeluruh untuk menjadi pegangan bagi semua penyelenggara negara yang berhubungan dengan kependudukan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk undang-undang tentang Administrasi Kependudukan.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4), Pasal 26, Pasal 28 B ayat (1), Pasal 28 D ayat (4), Pasal 28 E ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 I, Pasa129 ayat (1), Pasal 34 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32);
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474);
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan International Convention On The Elimination Of All Forms Of Racial Discrimination 1965 (Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852);
6. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882);
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634).
Dengan Persetujuan Bersama:
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.
4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri.
6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan.
7. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi Kependudukan.
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
9. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
10. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.
11. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
12. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.
13. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
14. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
15. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.
16. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
17. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan.
18. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
19. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
20. Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan di desa/kelurahan.
21. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.
22. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya,
23. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya disingkat KUAKec, adalah satuan kerja yang melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi Penduduk yang beragama Islam.
24. Unit Pelaksana Teknis Dinas Instansi Pelaksana, selanjutnya disingkat UPTD Instansi Pelaksana, adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang melaksanakan pelayanan Pencatatan Sipil dengan kewenangan menerbitkan akta.
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK
Pasal 2
Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
a. Dokumen Kependudukan;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
b. pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
c. perlindungan atas Data Pribadi;
d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
e. informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; dan
f. ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta penyalahgunaan Data Pribadi oleh Instansi. Pelaksana.
Pasal 3
Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
Pasal 4
Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana Pencatatan Sipil negara setempat dan/atau kepada Perwakilan Republik Indonesia dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
BAB III
KEWENANGAN PENYELENGGARA DAN INSTANSI PELAKSANA
Bagian Kesatu
Penyelenggara
Paragraf 1
Pemerintah
Pasal 5
Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan Administrasi Kependudukan secara nasional, yang dilakukan oleh Menteri dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi antar instansi dalam urusan Administrasi Kependudukan;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
c. sosialisasi Administrasi Kependudukan;
d. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan Administrasi Kependudukan;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional; dan
f. pencetakan, penerbitan, dan distribusi blangko Dokumen Kependudukan.
Paragraf 2
Pemerintah Provinsi
Pasal 6
Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
c. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
d. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi; dan
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
Paragraf 3
Pemerintah Kabupaten/Kota
Pasal 7
(1) Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati/walikota dengan kewenangan meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota; dan
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Bagian Kedua
Instansi Pelaksana
Pasal 8
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban yang meliputi:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat Peristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang lama dan profesional. kepada setiap Penduduk atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting;
c. menerbitkan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh Penduduk dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai pencatat pada KUAKec.
(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat kecamatan dilakukan oleh UPTD Instansi Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan Akta Pencatatan Sipil.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan tata cara Pencatatan Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan prioritas pembentukannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewenangan yang meliputi:
a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dilaporkan Penduduk;
b. memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami Penduduk atas dasar putusan atau penetapan pengadilan;
c. memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian kepada lembaga peradilan; dan
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil untuk kepentingan pembangunan.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berlaku juga bagi KUAKec, khususnya untuk pencatatan nikah, talak, term, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mempunyai kewenangan untuk mendapatkan data hasil pencatatan peristiwa perkawinan, perceraian, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam dari KUAKec.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenal penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 11
(1) Pejabat Pencatatan Sipil mempunyai kewenangan melakukan verifikasi kebenaran data, melakukan pembuktian pencatatan atas nama jabatannya, mencatat data dalam register akta Pencatatan Sipil, menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil, dan membuat catatan pinggir pada akta-akta Pencatatan Sipil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas pokok Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 12
(1) Petugas Registrasi membantu kepala desa atau lurah dan Instansi Pelaksana dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh bupati/walikota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB IV
PENDAFTARAN PENDUDUK
Bagian Kesatu
Nomor Induk Kependudukan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 13
(1) Setiap Penduduk wajib memiliki NIK.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup dan selamanya, yang diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi Pelaksana kepada setiap Penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap Dokumen Kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara dan ruang lingkup penerbitan dokumen identitas lainnya, serta pencantuman NIK diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pendaftaran Peristiwa Kependudukan
Paragraf 1
Perubahan Alamat
Pasal 14
(1) Dalam hal terjadi perubahan alamat Penduduk, Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Paragraf 2
Pindah Datang Penduduk dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 15
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah asal untuk mendapatkan Surat Keterangan Pindah.
(2) Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berdomisilinya Penduduk di alamat yang baru untuk waktu lebih dari 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun.
(3) Berdasarkan Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penduduk yang bersangkutan wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah tujuan untuk penerbitan Surat Keterangan Pindah Datang,
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK dan KTP bagi Penduduk yang bersangkutan,
Pasal 16
Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan pendaftaran pindah datang Penduduk Warga Negara Indonesia yang bertransmigrasi.
Pasal 17
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan rencana kepindahannya kepada Instansi Pelaksana di daerah asal.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(3) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan kedatangan kepada Instansi Pelaksana di daerah tujuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK, KTP, atau Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi Orang Asing yang bersangkutan.
Paragraf 3
Pindah Datang Antar negara
Pasal 18
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah ke luar negeri wajib melaporkan rencana kepindahannya kepada Instansi Pelaksana.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri.
(3) Penduduk Warga Negara Indonesia yang telah pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan berstatus menetap di luar negeri wajib melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak kedatangannya.
Pasal 19
(1) Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri wajib melaporkan kedatangannya kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal kedatangan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri sebagai dasar penerbitan KK dan KTP.
Pasal 20
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang datang dari luar negeri dan Orang Asing yang memiliki izin lainnya yang telah berubah status sebagai pemegang Izin Tinggal Terbatas yang berencana bertempat tanggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan Izin Tinggal Terbatas.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Terbatas.
(4) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibawa pada saat berpergian.
Pasal 21
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang telah berubah status menjadi Orang Asing yang memiliki lzin Tinggal Tetap wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan lzin Tinggal Tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan KK dan KTP.
Pasal 22
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang akan pindah ke luar negeri wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum rencana kepindahannya.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana melakukan pendaftaran.
Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran Peristiwa Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22 diatur dalam Peraturan Presiden.
Paragraf 4
Penduduk Pelintas Batas
Pasal 24
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang tinggal di perbatasan antar negara yang bermaksud melintas batas negara diberi buku pas lintas batas oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah memperoleh buku pas lintas batas wajib didaftar oleh Instansi Pelaksana.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran bagi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan
Pasal 25
(1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan yang meliputi:
a. penduduk korban bencana alam;
b. penduduk korban bencana sosial;
c. orang terlantar; dan
d. komunitas terpencil.
(2) Pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan di tempat sementara.
(3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Keterangan Kependudukan untuk Penduduk rentan Administrasi Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pendataan Penduduk rentan diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keempat
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri
Pasal 26
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa Kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
BAB V
PENCATATAN SIPIL
Bagian Kesatu
Pencatatan Kelahiran
Paragraf 1
Pencatatan Kelahiran di Indonesia
Pasal 27
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
Pasal 28
(1) Pencatatan kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan dari kepolisian.
(2) Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Pejabat Pencatatan Sipil dan disimpan oleh lnstansi Pelaksana.
Paragraf 2
Pencatatan Kelahiran di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 29
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(4) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.
Paragraf 3
Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang
Pasal 30
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di atas kapal laut atau pesawat terbang wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tujuan atau tempat singgah berdasarkan keterangan kelahiran dari nakhoda kapal laut atau kapten pesawat terbang.
(2) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada Instansi
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pelaksana setempat untuk dicatat dalam Register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada negara tempat tujuan atau tempat singgah.
(4) Apabila negara tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(5) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mencatat peristiwa kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(6) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.
Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 diatur dalam Peraturan Presiden.
Paragraf 4
Pencatatan Kelahiran yang Melampaui Batas Waktu
Pasal 32
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (sate) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat.
(2) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kedua
Pencatatan Lahir Mati
Pasal 33
(1) Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan Lahir Mati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan lahir mati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Ketiga
Pencatatan Perkawinan
Paragraf 1
Pencatatan Perkawinan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 34
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(3) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing diberikan kepada suami dan istri.
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Penduduk yang beragama Islam kepada KUAKec.
(5) Data hasil pencatatan atas peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan dalam Pasal 8 ayat (2) wajib disampaikan oleh KUAKec kepada Instansi Pelaksana dalam waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pencatatan perkawinan dilaksanakan.
(6) Hasil pencatatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak memerlukan penerbitan kutipan akta Pencatatan Sipil.
(7) Pada tingkat kecamatan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada UPTD Instansi Pelaksana.
Pasal 35
Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula bagi:
a. perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan
b. perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga Negara Asing yang bersangkutan.
Pasal 36
Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan perkawinan dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
Paragraf 2
Pencatatan Perkawinan di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 37
(1) Perkawinan Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan perkawinan bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa perkawinan dalam Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(4) Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.
Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keempat
Pencatatan Pembatalan Perkawinan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 39
(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh Penduduk yang mengalami pembatalan perkawinan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut Kutipan Akta Perkawinan dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kelima
Pencatatan Perceraian
Paragraf 1
Pencatatan Perceraian di Indonesia
Pasal 40
(1) Perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak putusan pengadilan tentang perceraian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
Paragraf 2
Pencatatan Perceraian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 41
(1) Perceraian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan perceraian bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa perceraian dalam Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
(4) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.
Pasal 42
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keenam
Pencatatan Pembatalan Perceraian
Pasal 43
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Pembatalan perceraian bagi Penduduk wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalan perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mencabut Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan Perceraian.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan perceraian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.
Bagian Ketujuh
Pencatatan Kematian
Paragraf 1
Pencatatan Kematian di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian dan menerbitkan Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
(5) Dalam hai terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan dari kepolisian.
Paragraf 2
Pencatatan Kematian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 45
(1) Kematian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepada Perwakilan Republik Indonesia dan wajib dicatatkan kepada instansi yang berwenang di negara setempat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kematian.
(2) Apabila Perwakilan Republik Indonesia mengetahui peristiwa kematian seseorang Warga Negara Indonesia di negara setempat yang tidak dilaporkan dan dicatatkan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya informasi tersebut, pencatatan kematiannya dilakukan oleh Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Dalam hal seseorang Warga Negara Indonesia dinyatakan hilang, pernyataan kematian karena hilang dan pencatatannya dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara setempat.
(4) Dalam hal terjadi kematian seseorang Warga Negara Indonesia yang tidak jelas identitasnya, pernyataan dan pencatatan dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara setempat.
(5) Keterangan pernyataan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dicatatkan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(6) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi dasar Instansi Pelaksana di Indonesia mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti di pengadilan sebagai dasar penetapan pengadilan mengenai kematian seseorang.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 46
Ketentuan Iebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dan Pasal 45 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kedelapan
Pencatatan Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak, dan Pengesahan Anak
Paragraf 1
Pencatatan Pengangkatan Anak di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 47
(1) Pencatatan pengangkatan anak dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan di tempat tinggal pemohon.
(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada instansi Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya salinan penetapan pengadilan oleh Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta Kelahiran dan Kutipan Akta Kelahiran.
Paragraf 2
Pencatatan Pengangkatan Anak Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 48
(1) Pengangkatan anak warga negara asing yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat.
(2) Hasil pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan pencatatan Pengangkatan Anak bagi warga negara asing, warga negara yang bersangkutan melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia setempat untuk mendapatkan surat keterangan pengangkatan anak.
(4) Pengangkatan anak warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia,
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Instansi Pelaksana mengukuhkan Surat Keterangan Pengangkatan Anak.
Paragraf 3
Pencatatan Pengakuan Anak
Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua pada Instansi Pelaksana paling Iambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan menerbitkan Kutipan Akta Pengakuan Anak.
Paragraf 4
Pencatatan Pengesahan Anak
Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah.
(3) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Akta Kelahiran.
Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pengangkatan anak, pengakuan anak, dan pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kesembilan
Pencatatan Perubahan Nama dan Perubahan Status Kewarganegaraan
Paragraf 1
Pencatatan Perubahan Nama
Pasal 52
(1) Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri tempat pemohon.
(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan negeri oleh Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipi1 membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan Sipil.
Paragraf 2
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasat 53
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari warga negara asing menjadi Warga Negara Indonesia wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat peristiwa perubahan status kewarganegaraan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Paragraf 3
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia Menjadi Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 54
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia menjadi warga negara asing di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah mendapatkan persetujuan dari negara setempat wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Perwakilan Republik Indonesia setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia.
(3) Pelepasan kewarganegaraan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan oleh Perwakilan Republik Indonesia setempat kepada menteri yang berwenang berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil yang bersangkutan.
(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan Sipil.
Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan perubahan nama dan status kewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Pasal 53, dan Pasal 54 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kesepuluh
Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya
Pasal 56
(1) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil atas permintaan Penduduk yang bersangkutan setelah adanya penetapan pengadilan negeri yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan Peristiwa Penting lainnya diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kesebelas
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Melaporkan Sendiri
Pasal 57
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa Penting yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pelaporan Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.
BAB VI
DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Bagian Kesatu
Data Kependudukan
Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.
(2) Data perseorangan meliputi:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung:
o. nama Ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah:
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian.
(3) Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
Bagian Kedua
Dokumen Kependudukan
Pasal 59
(1) Dokumen Kependudukan meliputi:
a. Biodata Penduduk;
b. KK;
c. KTP;
d. surat keterangan kependudukan; dan
e. Akta Pencatatan Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Surat keterangan kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. Surat Keterangan Pindah;
b. Surat Keterangan Pindah Datang;
c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
e. Surat Keterangan Tempat Tinggal;
f. Surat Keterangan Kelahiran;
g. Surat Keterangan Lahir Mati;
h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
j. Surat Keterangan Kematian;
k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;
m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan
n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
(3) Biodata Penduduk, KK, KTP, Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Orang Asing dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri, Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri, Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing Tinggal Terbatas, Surat Keterangan Kelahiran untuk Orang Asing, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Orang Asing, Surat Keterangan Kematian untuk Orang Asing, Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan, Surat Keterangan Pembatalan Perceraian, Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Instansi Pelaksana.
(4) Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar kecamatan dalam satu kabupaten/kota, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antar kecamatan dalam satu kabupaten/kota, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh camat atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(5) Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia dalam sate desa/kelurahan, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antardesa/kelurahan dalam satu kecamatan, Surat Keterangan Kelahiran untuk Warga Negara Indonesia, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Warga Negara Indonesia dan Surat Keterangan Kematian untuk Warga Negara Indonesia, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh kepala desa/lurah atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(6) Surat Keterangan Pengakuan Anak dan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Republik Indonesia, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia.
Pasal 60
Biodata Penduduk paling sedikit memuat keterangan tentang nama, tempat dan tanggal lahir, alamat dan Jati diri lainnya secara lengkap, serta perubahan data sehubungan dengan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami.
Pasal 61
(1) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama orang tua.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagal agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database Kependudukan.
(3) Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk selamanya, kecuali terjadi perubahan kepala keluarga.
(4) KK diterbitkan dan diberikan oleh Instansi Pelaksana kepada Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap.
(5) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar penerbitan KTP.
Pasal 62
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap hanya diperbolehkan terdaftar dalam I (satu) KK.
(2) Perubahan susunan keluarga dalam KK wajib dilaporkan kepada Instansi Pelaksana selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya perubahan.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan KK.
Pasal 63
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki ISTP.
(2) Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki Izin Tinggal Tetap dan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki KTP.
(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara nasional.
(4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada Instansi Pelaksana apabila masa berlakunya telah berakhir.
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KT?.
Pasal 64
(1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP, tanda tangan pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang menandatanganinya.
(2) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.
(3) Dalam KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan ruang untuk memuat kode keamanan dan rekaman elektronik pencatatan Peristiwa Penting.
(4) Masa berlaku KTP:
a. untuk Warga Negara Indonesia berlaku selama 5 (lima) tahun;
b. untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap.
(5) Penduduk yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku seumur hidup.
Pasal 65
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Surat Keterangan Kependudukan paling sedikit memuat keterangan tentang nama lengkap, NIK, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang.
Pasal 66
(1) Akta Pencatatan Sipil terdiri atas:
a. Register Akta Pencatatan Sipil; dan
b. Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(2) Akta Pencatatan Sipil berlaku selamanya.
Pasal 67
(1) Register Akta Pencatatan Sipil memuat seluruh data Peristiwa Penting.
(2) Data Peristiwa Penting yang berasal. dari KUAKec diintegrasikan ke dalam database kependudukan dan tidak diterbitkan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(3) Register Akta Pencatatan Sipil disimpan dan dirawat oleh Instansi Pelaksana.
(4) Register Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. nama dan identitas pelapor;
e. tempat dan tanggal peristiwa;
f. nama dan identitas saksi;
g. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta; dan
h. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang.
Pasal 68
(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas kutipan akta:
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian; dan
e. pengakuan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang: dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut dengan data yang terdapat dalam Register Akta Pencatatan Sipil.
Pasal 69
(1) Instansi Pelaksana atau Pejabat yang diberi kewenangan, sesuai tanggung jawabnya, wajib menerbitkan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagal berikut:
a. KK atau KTP paling lambat 14 (empat belas) hari;
b. Surat Keterangan Pindah paling lambat 14 (empat belas) hari;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
c. Surat Keterangan Pindah Datang paling lambat 14 (empat belas) hari;
d. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari;
e. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari;
f. Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas paling lambat 14 (empat belas) hari;
g. Surat Keterangan Kelahiran paling lambat 14 (empat belas) hari;
h. Surat Keterangan Lahir Mati paling lambat 14 (empat belas) hari;
i. Surat Keterangan Kematian paling lambat 3 (tiga) hari;
j. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan paling lambat 7 (tujuh) hari; atau
k. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian paling lambat 7 (tujuh) hari;
sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.
(2) Perwakilan Republik Indonesia wajib menerbitkan Surat Keterangan Kependudukan sebagai berikut:
a. Surat Keterangan Perceraian paling lambat 7 (tujuh) hari;
b. Surat Keterangan Pengangkatan Anak paling lambat 7 (tujuh) hari; atau
c. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari;
sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.
(3) Pejabat Pencatatan Sipil dan Pejabat pada Perwakilan Republik Indonesia yang ditunjuk sebagai pembantu pencatat sipil wajib mencatat pada register akta Pencatatan Sipil dan menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.
Pasal 70
(1) Pembetulan KTP hanya dilakukan untuk KTP yang mengalami kesalahan tulis redaksional.
(2) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek KTP.
(3) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Instansi Pelaksana.
Pasal 71
(1) Pembetulan akta Pencatatan Sipil hanya dilakukan untuk akta yang mengalami kesalahan tulis redaksional.
(2) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek akta.
(3) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 72
(1) Pembatalan akta Pencatatan Sipil dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan putusan pengadilan mengenai pembatalan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta dan mencabut kutipan akta-akta Pencatatan Sipil yang dibatalkan dari kepemilikan subjek akta.
Pasal 73
Dalam hal wilayah hukum Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta berbeda dengan pengadilan yang memutus pembatalan akta, salinan putusan pengadilan disampaikan kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipi1 oleh pemohon atau pengadilan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 74
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembetulan dan pembatalan Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72 diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 75
Ketentuan mengenai spesifikasi dan formulasi kalimat dalam Biodata Penduduk, blangko KK, KTP, Surat Keterangan Kependudukan, Register dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 76
Ketentuan mengenal penerbitan Dokumen Kependudukan bagi petugas rahasia khusus yang melakukan tugas keamanan negara diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 77
Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada Dokumen Kependudukan.
Pasal 78
Ketentuan mengenai pedoman pendokumentasian hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipi1 diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Perlindungan Data dan Dokumen Kependudukan
Pasal 79
(1) Data dan dokumen kependudukan wajib disimpan dan dilindungi oleh negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca, mengubah, meralat dan menghapus, serta mencetak Data, mengkopi Data dan Dokumen Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenai pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB VII
PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL SHAT NEGARA ATAU SEBAGIAN NEGARA DALAM KEADAAN DARURAT DAN LUAR BIASA
Pasal 80
(1) Apabila negara atau sebagian negara dinyatakan dalam keadaan darurat dengan segala tingkatannya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, otoritas pemerintahan yang menjabat pada saat itu diberi kewenangan membuat surat keterangan mengenai Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting.
(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai dasar penerbitan Dokumen Kependudukan.
(3) Apabila keadaan sudah dinyatakan pulih, Instansi Pelaksana aktif mendata ulang dengan melakukan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 81
(1) Dalam hal terjadi keadaan luar biasa sebagai akibat bencana alam, instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan Penduduk bagi pengungsi dan korban bencana alam.
(2) Instansi Pelaksana menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas dan Surat Keterangan Pencatatan Sipil berdasarkan hasil pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas atau Surat Keterangan Pencatatan Sipil digunakan sebagai tanda bukti diri dan bahan pertimbangan untuk penerbitan Dokumen Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas dan Surat Keterangan Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB VIII
SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Pasal 82
(1) Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Menteri.
(2) Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal Sistem informasi Administrasi Kependudukan dan pengelolaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
(5) Pedoman pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.
Pasal 83
(1) Data Penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan tersimpan di dalam database kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan.
(2) Pemanfaatan data Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin Penyelenggara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB IX
PERLINDUNGAN DATA PRIBADI PENDUDUK
Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi memuat:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. tanggal/bulan/tahun lahir;
d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental;
e. NIK ibu kandung;
f. NIK ayah; dan
g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai beberapa isi catatan Peristiwa Penting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 85
(1) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 wajib disimpan dan dilindungi oleh negara.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal penyimpanan dan perlindungan terhadap Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijaga kebenarannya dan dilindungi kerahasiaannya oleh Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 86
(1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca, mengubah, meralat dan menghapus, mengkopi Data serta mencetak Data Pribadi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenal pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 87
(1) Pengguna Data Pribadi Penduduk dapat memperoleh dan menggunakan Data Pribadi dari petugas pada Penyelenggara dan lnstansi Pelaksana yang memiliki hak akses.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh dan menggunakan Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 88
(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri 5ipi1 yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang Administrasi Kependudukan diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas penyidikan berwenang untuk:
a. menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum tentang adanya dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan;
b. memeriksa laporan atau keterangan atas adanya dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan;
c. memanggil orang untuk diminta keterangannya atas adanya dugaan sebagaimana dimaksud pada huruf b; dan
d. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan.
(3) Pengangkatan, mutasi, dan pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil, serta mekanisme penyidikan dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 89
(1) Setiap Penduduk dikenal sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu pelaporan Peristiwa Kependudukan dalam hal:
a. pindah datang bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3);
b. pindah datang ke luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3);
c. pindah datang dari luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1);
d. pindah datang dari luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1);
e. perubahan status Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas menjadi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1);
f. pindah ke luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1);
g. perubahan KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2); atau
h. perpanjangan KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (4).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap Penduduk Warga Negara Indonesia paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan Penduduk Orang Asing paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 90
(1) Setiap Penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu pelaporan Peristiwa Penting dalam hal:
a. kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) atau Pasal 29 ayat (4) atau Pasal 30 ayat (6) atau Pasal 32 ayat (1) atau Pasal 33 ayat (1);
b. perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) atau Pasal 37 ayat (4);
c. pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1);
d. perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) atau Pasal 41 ayat (4);
e. pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1);
f. kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) atau Pasal 45 ayat (1);
g. pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) atau Pasal 48 ayat (4);
h. pengakuan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1);
i. pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1);
j. perubahan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2);
k. perubahan status kewarganegaraan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1); atau
l. Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 91
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Setiap Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (5) yang berpergian tidak membawa KTP dikenakan denda administratif paling banyak Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).
(2) Setiap Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (4) yang berpergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal dikenai denda administratif paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 92
(1) Dalam hal Pejabat pada Instansi Pelaksana melakukan tindakan atau sengaja melakukan tindakan yang memperlambat pengurusan Dokumen Kependudukan dalam batas waktu yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dikenakan sanksi berupa denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 93
Setiap Penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/atau dokumen kepada Instansi Pelaksana dalam melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 94
Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau mengurangi isi elemen data._pada Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 95
Setiap orang yang tanpa hak mengakses database kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1) dan/atau Pasal 86 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 97
Setiap Penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) atau untuk memiliki KTP lebih dari satu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (6) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 98
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 atau Pasal 94, pejabat yang bersangkutan dipidana dengan pidana yang sama ditambah 1/3 (satu pertiga).
(2) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana membantu melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95, pejabat yang bersangkutan dipidana sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Pasal 99
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, dan Pasal 97 adalah tindak pidana Administrasi Kependudukan.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 100
(1) Semua Dokumen Kependudukan yang telah diterbitkan atau yang telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku menurut Undang-Undang ini.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk KK dan KTP sampai dengan batas waktu berlakunya atau diterbitkannya KK dan KTP yang sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah memberikan NIK kepada setiap Penduduk paling lambat 5 (lima) tahun;
b. Semua instansi wajib menjadikan NIK sebagai dasar dalam menerbitkan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) paling lambat 5 (lima) tahun;
c. KTP seumur hidup yang sudah mempunyai NIK tetap berlaku dan yang belum mempunyai NIK harus disesuaikan dengan Undang-Undang ini;
d. KTP yang diterbitkan belum mengacu pada Pasal 64 ayat (3) tetap berlaku sampai dengan batas waktu berakhirnya masa berlaku KTP;
e. Keterangan mengenai alamat, nama dan nomor induk pegawai pejabat dan penandatanganan oleh pejabat pada KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) dihapus setelah database kependudukan nasional terwujud.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 102
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua Peraturan Pelaksanaan yang berkaitan dengan Administrasi Kependudukan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Pasal 103
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) dilakukan paling lambat 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 105
Dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Undang-Undang ini, Pemerintah wajib menerbitkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penetapan persyaratan dan tata cara perkawinan bagi para penghayat kepercayaan sebagai dasar diperolehnya kutipan akta perkawinan dan pelayanan pencatatan Peristiwa Penting.
Pasal 106
Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku:
a. Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua dan Bab Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Staatsblad 1847:23);
b. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Eropa (Reglement op het Holden der Registers van den Burgerlijken Stand voor Europeanen, Staatsblad 1849:25 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
c. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Cina (Bepalingen voor Geheel Indonesie Betreffende het Burgerlijken Handelsrecht van de Chinezean, Staatsblad 1917:129 jo. Staatsblad 1939:288 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
d. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Indonesia (Reglement op het Holden van de Registers van den Burgerlijken Stand voor Eenigle Groepen v.d nit tot de Onderhoringer van een zefbestuur, behoorende Ind. Bevolking van Java en Madura, Staatsblod 1920:751 jo. Staatsblad 1927:564);
e. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Kristen Indonesia (Huwelijksordonantie voor Christenen Indonesiers Java, Minahasa en Ambolena, Staatsblad 1933:74 jo. Staatsblad 1936:607 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1939:288);
f. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama Keluarga (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2154);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 107
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA AD INTERIM REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
YUSRIL IHZA MAHENDRA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006 NOMOR 124
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan tegas menjamin hak setiap Penduduk untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, memperoleh status kewarganegaraan, menjamin kebebasan memeluk agama, dan memilih tempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Peristiwa Kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status Orang Asing Tinggal Terbatas menjadi tinggal tetap dan Peristiwa Penting, antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, dan perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan status kewarganegaraan, ganti nama dan Peristiwa Penting lainnya yang dialami oleh seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Untuk itu, setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Dalam pemenuhan hak Penduduk, terutama di bidang Pencatatan Sipil, masih ditemukan penggolongan Penduduk yang didasarkan pada perlakuan diskriminatif yang membeda-bedakan suku, keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan produk kolonial Belanda. Penggolongan Penduduk dan pelayanan diskriminatif yang demikian itu tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami kendala yang mendasar sebab sumber Data Kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem Administrasi Kependudukan yang utuh dan optimal.
Kondisi sosial dan administratif seperti yang dikemukakan di atas tidak memiliki sistem database kependudukan yang menunjang pelayanan Administrasi Kependudukan,
Kondisi itu harus diakhiri dengan pembentukan suatu sistem Administrasi Kependudukan yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan yang profesional.
Seluruh kondisi tersebut di atas menjadi dasar pertimbangan perlunya membentuk Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan ini memuat pengaturan dan pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di bidang Administrasi Kependudukan. Salah satu hal penting adalah pengaturan mengenai penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK adalah identitas Penduduk Indonesia dan merupakan kunci akses dalam melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna mendukung pelayanan publik di bidang Administrasi Kependudukan. Sebagai kunci akses dalam pelayanan kependudukan, NIK dikembangkan ke arah identifikasi tunggal bagi setiap
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Penduduk. NIK bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia dan berkait secara langsung dengan seluruh Dokumen Kependudukan,
Untuk penerbitan NIK, setiap Penduduk wajib mencatatkan biodata Penduduk yang diawali dengan pengisian formulir biodata Penduduk di desa/kelurahan secara benar. NIX wajib dicantumkan dalam setiap Dokumen Kependudukan, baik dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk maupun Pencatatan Sipil, serta sebagai dasar penerbitan berbagai dokumen yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pendaftaran Penduduk pada dasarnya menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan Pendaftaran Penduduk didasarkan pada asas domisili atau tempat tinggal atas terjadinya Peristiwa Kependudukan yang dialami oleh seseorang dan/atau keluarganya. Pencatatan Sipil pada dasarnya juga menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan Pencatatan Sipil didasarkan pada asas peristiwa, yaitu tempat dan waktu terjadinya Peristiwa Penting yang dialami oleh dirinya dan/atau keluarganya.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari sisi kepentingan Penduduk, Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan Dokumen Kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.
Administrasi Kependudukan diarahkan untuk:
1. memenuhi hak asasi setiap orang di bidang Administrasi Kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional;
2. meningkatkan kesadaran Penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta dalam pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
3. memenuhi data statistik secara nasional mengenai Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Denting;
4. mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional, regional, serta lokal; dan
5. mendukung pembangunan sistem Administrasi Kependudukan.
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bertujuan untuk:
1. memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen Penduduk untuk setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk;
2. memberikan perlindungan status hak sipil Penduduk;
3. menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya;
4. mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan secara nasional dan terpadu; dan
5. menyediakan data Penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Prinsip-prinsip tersebut di atas menjadi dasar terjaminnya penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-Undang ini melalui penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dimaksudkan untuk:
1. terselenggaranya Administrasi Kependudukan dalam skala nasional yang terpadu dan tertib;
2. terselenggaranya Administrasi Kependudukan yang bersifat universal, permanen, wajib, dan berkelanjutan;
3. terpenuhinya hak Penduduk di bidang Administrasi Kependudukan dengan pelayanan yang profesional; dan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
4. tersedianya data dan informasi secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya.
Secara keseluruhan, ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi hak dan kewajiban Penduduk, Penyelenggara dan Instansi Pelaksana, Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, Data dan Dokumen Kependudukan, Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Pada Saat Negara Dalam Keadaan Darurat, pemberian kepastian hukum, dan perlindungan terhadap Data Pribadi Penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan Undang-Undang ini dari kemungkinan pelanggaran, baik administratif maupun ketentuan material yang bersifat pidana, diatur juga ketentuan mengenal tata cara penyidikan serta pengaturan mengenai Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Persyaratan yang dimaksud adalah sesuai dengan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini.
Pasal 4
Lihat Penjelasan Pasal 3
Pasal 5
Yang dimaksud dengan "Pemerintah" adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penetapan sistem, pedoman, dan standar yang bersifat nasional di bidang Administrasi Kependudukan sangat diperlukan dalam upaya penertiban Administrasi Kependudukan.
Penetapan pedoman di bidang Administrasi Kependudukan oleh Presiden, baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Presiden, serta pedoman yang ditetapkan oleh Menteri dalam bentuk Peraturan Menteri digunakan sebagai acuan dalam pembuatan peraturan daerah oleh propinsi/kabupaten/kota,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional" adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan kondisi nasional dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Huruf f
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi" adalah pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi provinsi dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "desa" adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Huruf g
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota" adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan kondisi kabupaten/kota dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuat kekhususannya berbeda dengan provinsi yang lain karena diberi kewenangan untuk menyelenggarakan Administrasi Kependudukan seperti kabupaten/kota.
Pasal 8
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pemberian NIK kepada Penduduk menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "dokumen Pendaftaran Penduduk" adalah bagian dari Dokumen Kependudukan yang dihasilkan dari proses Pendaftaran Penduduk, misalnya KK, KTP, dan Biodata.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "hari" adalah hari kerja (berlaku untuk penjelasan "hari" pada pasal-pasal berikutnya).
Ayat (4)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pindah ke luar negeri" adalah Penduduk yang tinggal menetap di luar negeri atau meninggalkan tanah air untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berturut-turut atau lebih dari I (satu) tahun.
Penduduk tersebut termasuk Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja ke luar negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pelaporan pada Kantor Perwakilan Republik Indonesia diperlukan sebagai bahan pendataan WNI di luar negeri.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "datang dari luar negeri" adalah WNI yang sebelumnya pindah ke luar negeri kemudian datang untuk menetap kembali di Republik Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Tempat Tinggal" adalah Surat Keterangan Kependudukan yang diberikan kepada Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagai bukti diri sebagai Penduduk tinggal terbatas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk Pelintas Batas" adalah Penduduk yang bertempat-tinggal secara turun-temurun di wilayah kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan negara tetangga yang melakukan lintas batas antar negara karena kegiatan ekonomi, sosial dan budaya yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk rentan Administrasi Kependudukan" adalah Penduduk yang mengalami hambatan dalam memperoleh Dokumen Kependudukan yang disebabkan oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.
Pendataan dilakukan dengan membentuk tim di daerah yang beranggotakan dari instansi terkait.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "orang terlantar" adalah Penduduk yang karena suatu sebab sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara wajar, baik rohani, jasmani maupun sosial.
Ciri-cirinya:
1) tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup khususnya pangan, sandang dan papas;
2) tempat tinggal tidak tetap/gelandangan;
3) tidak mempunyai pekerjaan/kegiatan yang tetap;
4) miskin.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "komunitas terpencil" adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan, baik sosial, ekonomi maupun politik.
Ciri-cirinya:
1) berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen;
2) pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan;
3) pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit terjangkau;
4) peralatan teknologi sederhana;
5) terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "tempat sementara" adalah tempat pada saat terjadi pengungsian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan" adalah Penduduk yang tidak mampu melaksanakan pelaporan karena pertimbangan umur, sakit keras, cacat fisik dan cacat mental.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat terjadinya peristiwa kelahiran" adalah wilayah terjadinya kelahiran.
Waktu pelaporan kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari merupakan tenggang waktu yang memungkinkan bagi Penduduk untuk melaporkan peristiwa kelahiran sesuai dengan kondisi/letak geografis Indonesia.
Penduduk yang wajib melaporkan kelahiran adalah Kepala Keluarga.
Ayat (2)
Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran tanpa dipungut biaya sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kutipan akta kelahiran seorang anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang tuanya diserahkan kepada yang bersangkutan setelah dewasa.
Pasal 29
Ayat (1)
Kewajiban untuk melaporkan kepada "instansi yang berwenang di negara setempat" berdasarkan asas yang dianut, yaitu asas peristiwa.
Yang dimaksud dengan "instansi yang berwenang di negara setempat" adalah lembaga yang berwenang seperti yang dimaksud dengan Instansi Pelaksana dalam Undang-Undang ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat singgah" adalah tempat persinggahan pesawat terbang atau kapal laut dalam perjalanannya mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan asas yang berlaku secara universal, yakni tempat di mana peristiwa kelahiran (persinggahan pertama pesawat terbang/kapal laut), apabila memungkinkan pelaporan dilakukan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas,
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Persetujuan dari Instansi Pelaksana diperlukan mengingat pelaporan kelahiran tersebut sudah melampaui batas waktu sampai dengan 1 (satu) tahun dikhawatirkan terjadi manipulasi data atau hal-hal yang tidak diinginkan. Persetujuan tersebut juga berfungsi sebagai verifikasi atas keabsahan data yang dilaporkan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "lahir mati" adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 (dua puluh delapan) minggu pada saat dilahirkan tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Ayat (2)
Peristiwa lahir mati hanya diberikan Surat Keterangan Lahir Mati, tidak diterbitkan Akta Pencatatan Sipil.
Meskipun tidak diterbitkan Akta Pencatatan Sipil tetapi pendataannya diperlukan untuk kepentingan perencanaan dan pembangunan di bidang kesehatan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dicatat oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Ayat (2)
Penerbitan Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dilakukan oleh Departemen Agama.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Karena Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam sudah diterbitkan oleh KUAKec, data perkawinan yang diterima oleh Instansi Pelaksana tidak perlu diterbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 35
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan" adalah perkawinan yang dilakukan antar-umat yang berbeda agama.
Huruf b
Perkawinan yang dilakukan oleh warga negara asing di Indonesia, harus berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai perkawinan di Republik Indonesia.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Bagi penganut agama Islam diberlakukan ketentuan mengenal rujuk yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk jo. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "kematian" adalah tidak adanya secara permanen seluruh kehidupan pada saat mana pun setelah kelahiran hidup terjadi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "pihak yang berwenang' adalah kepala rumah sakit. dokter/paramedis, kepala desa/lurah atau kepolisian.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "pernyataan" adalah keterangan dari pejabat yang berwenang.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengangkatan anak" adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "catatan pinggir" adalah catatan mengenai perubahan status atas terjadinya Peristiwa Penting dalam bentuk catatan yang diletakkan pada bagian pinggir akta atau bagian akta yang memungkinkan (di halaman/bagian muka atau belakang akta) oleh Pejabat Pencatatan Sipil.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "pengakuan anak" adalah pengakuan seorang ayah terhadap anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan sah atas persetujuan ibu kandung anak tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengesahan anak" adalah pengesahan status seorang anak yang lahir di luar ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan perkawinan kedua orang tua anak tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembuatan catatan pinggir pada akta Pencatatan Sipil diperuntukkan bagi warga negara asing yang melakukan perubahan kewarganegaraan dan pernah mencatatkan Peristiwa Penting di Republik Indonesia.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Peristiwa Penting lainnya" adalah peristiwa yang ditetapkan oleh pengadilan negeri untuk dicatatkan pada Instansi Pelaksana, antara lain perubahan jenis kelamin,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Yang dimaksud dengan cacat fisik dan/atau mental berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang menetapkan tentang hal tersebut.
Huruf I
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup Jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Huruf t
Cukup jelas.
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Huruf y
Cukup jelas.
Huruf z
Cukup jelas.
Huruf aa
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "data agregat" adalah kumpulan data tentang Peristiwa Kependudukan, Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif' adalah data yang berupa angka-angka.
Yang dimaksud dengan "data kualitatif' adalah data yang berupa penjelasan.
Pasal 59
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Biodata Penduduk" adalah keterangan yang berisi elemen data tentang jati diri, informasi dasar serta r1wayat perkembangan dan perubahan keadaan yang dialami oleh Penduduk sejak saat kelahiran.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 60
Kata "paling sedikit" dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan adanya tambahan keterangan, tetapi keterangan tersebut tidak bersifat diskriminatif.
Yang dimaksud dengan "alamat" adalah alamat sekarang dan alamat sebelumnya.
Yang dimaksud dengan "jati diri lainnya" meliputi nomor KK, NIK, laki-laki/perempuan, golongan darah, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penyandang cacat fisik dan/atau mental, status perkawinan, kedudukan/hubungan dalam keluarga, NIK ibu kandung, nama ibu kandung, NIK ayah kandung, nama ayah kandung, nomor paspor, tanggal berakhir paspor, nomor akta kelahiran/surat kenal lahir, nomor akta perkawinan/buku nikah, tanggal perkawinan, nomor akta perceraian/surat cerai, dan tanggal perceraian.
Pasal 61
Ayat (1)
Yang dimaksud "dengan Kepala Keluarga" adalah:
a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain, baik mempunyai hubungan darah maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadap keluarga;
b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau
c. kepala kesatrian, kepala asrama, kepala rumah yatim piatu, dan lain-lain tempat beberapa orang tinggal bersama-sama.
Setiap kepala keluarga wajib memiliki KK, meskipun kepala keluarga tersebut masih menumpang di rumah orang tuanya karena pada prinsipnya dalam satu alamat rumah boleh terdapat lebih dari satu KK.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "perubahan susunan keluarga dalam KK" adalah perubahan yang diakibatkan adanya Peristiwa Kependudukan atau Peristiwa Penting seperti pindah datang, kelahiran, atau kematian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu) KTP untuk 1 (satu) Penduduk diperlukan sistem keamanan/pengendalian dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan melakukan verifikasi dan validasi dalam sistem database kependudukan serta pemberian NIK.
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ketentuan tentang pindah domisili tetap bagi KTP seumur hidup mengikuti ketentuan yang berlaku menurut Undang-Undang ini.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "pejabat yang berwenang" adalah Pejabat Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana yang telah diambil sumpahnya untuk melakukan tugas pencatatan.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kesalahan tulis redaksional", misalnya kesalahan penulisan huruf dan/atau angka.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembetulan akta biasanya dilakukan pada saat akta sudah selesai di proses (akta sudah jadi) tetapi belum diserahkan atau akan diserahkan kepada subjek akta. Pembetulan akta atas dasar koreksi dari petugas, wajib diberitahukan kepada subjek akta.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 72
Ayat (1)
Pembatalan akta dilakukan atas permintaan orang lain atau subjek akta, dengan alasan akta cacat hukum karena dalam proses pembuatan didasarkan pada keterangan yang tidak benar dan tidak sah,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Yang dimaksud dengan "petugas rahasia" adalah reserse dan Intel yang melakukan tugasnya di luar daerah domisilinya.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "negara atau sebagian dari negara dinyatakan dalam keadaan darurat dengan segala tingkatannya" adalah sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Pencatatan Sipil" adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini ketika negara atau sebagian negara dalam keadaan luar biasa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan bertujuan mewujudkan komitmen nasional dalam rangka menciptakan sistem pengenal tunggal, berupa NIK, bagi seluruh Penduduk Indonesia. Dengan demikian, data Penduduk dapat diintegrasikan dan direlasionalkan dengan data hasil rekaman pelayanan Pendaftaran
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Penduduk dan Pencatatan Sipil. Sistem ini akan menghasilkan data Penduduk nasional yang dinamis dan mutakhir,
Pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan dengan menggunakan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem jaringan komunikasi data yang efisien dan efektif agar dapat diterapkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi wilayah yang belum memiliki fasilitas komunikasi data, sistem komunikasi data dilakukan dengan manual dan semi-elektronik.
Yang dimaksud dengan "manual" adalah perekaman data secara manual, yang pengiriman data dilakukan secara periodik dengan sistem pelaporan berjenjang karena tidak tersedia listrik ataupun jaringan komunikasi data.
Yang dimaksud dengan "semi-elektronik" adalah perekaman data dengan menggunakan komputer, tetapi pengirimannya menggunakan compact disc (CD) atau disket secara periodik karena belum tersedia jaringan komunikasi data.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 83
Ayat (1)
Data Penduduk yang dihasilkan oleh sistem informasi dan tersimpan di dalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti dalam menganalisa dan merumuskan kebijakan kependudukan, menganalisa dan merumuskan perencanaan pembangunan, pengkajian ilmu pengetahuan. Dengan demikian baik pemerintah maupun non pemerintah untuk kepentingannya dapat diberikan izin terbatas dalam arti terbatas waktu dan peruntukannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "beberapa isi catatan Peristiwa Penting" adalah beberapa catatan mengenai data yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan Peristiwa Penting yang perlu dilindungi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 85
Ayat (1)
Lihat Penjelasan Pasal 84 huruf g.
Ayat (2)
Penyimpanan dan perlindungan dimaksud meliputi tata cara dan penanggung jawab.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengguna Data Pribadi Penduduk" adalah instansi pemerintah dan swasta yang membutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 88
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penyidik Pegawai Negeri Sipil memberitahukan kepada Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia mengenai saat dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan jaminan bahwa hasil penyidikannya telah memenuhi ketentuan dan persyaratan. Mekanisme hubungan koordinasi antara Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan "Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Administrasi Kependudukan" adalah pegawai negeri yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan di bidang Administrasi Kependudukan.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 89
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 90
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 91
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan pelayanan masyarakat.
Pasal 105
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perkawinan bagi penghayat kepercayaan" adalah persyaratan dan tata cara pengesahan perkawinan yang ditentukan oleh penghayat kepercayaan sendiri dan ketentuan itu menjadi dasar pengaturan dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4674