Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

21
EVALUASI PENDIDIKAN DALAM ISLAM A. PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN Shalih Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid menyatakan “ innamal hayata madrasatun” artinya sesungguhnya kehidupan itu merupakan lembaga pendidikan. Pernyataan ini apabila digambarkan dalam program pendidikan maka akan menjelaskan bahwa pendidikan adalah upaya sadar dan bertanggung jawab untuk memelihara, membimbing, dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan peserta didik agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki. Sementara proses pendidikan bertujuan untuk mewujudkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada setiap peserta didik. Proses pendidikan yang dimaksud tidak terlepas dari beberapa komponen yang mendukungnya. Salah satu komponen yang urgen dalam melihat keberhasilan pendidikan adalah penilaian. Konsep penilaian dalam wacana pendidikan memiliki makna ganda yaitu : pertama, penilaian ditempatkan sebagai salah satu aktivitas epistemologi pendidikan Islam yang berguna untuk mengetahui berapa “banyak hasil yang diperoleh dalam proses pendidikan”. Kedua, penilaian ditempatkan sebagai aksiologi pendidikan Islam yang berguna untuk memberi “muatan nilai” dalam setiap komponen dan proses pendidikan. Penilaian dalam konteks ini lebih mengarah pada aspek epistimologi pendidikan Islam dan bukan aksiologinya. (Langgulung, 1985 : 3). Omar Muhammad al-Toumy 1 Evaluasi Pendidikan dalam Islam “Salah satu komponen yang urgen dalam melihat keberhasilan pendidikan adalah penilaian.”

Transcript of Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

Page 1: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

EVALUASI PENDIDIKAN DALAM ISLAM

A. PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN

Shalih Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid menyatakan “

innamal hayata madrasatun” artinya sesungguhnya kehidupan itu

merupakan lembaga pendidikan. Pernyataan ini apabila digambarkan

dalam program pendidikan maka akan menjelaskan bahwa

pendidikan adalah upaya sadar dan bertanggung jawab untuk

memelihara, membimbing, dan mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan kehidupan peserta didik agar ia memiliki makna dan

tujuan hidup yang hakiki. Sementara proses pendidikan bertujuan

untuk mewujudkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada

setiap peserta didik. Proses pendidikan yang dimaksud tidak terlepas

dari beberapa komponen yang mendukungnya. Salah satu komponen

yang urgen dalam melihat keberhasilan pendidikan adalah penilaian.

Konsep penilaian dalam wacana pendidikan memiliki makna

ganda yaitu : pertama, penilaian ditempatkan sebagai salah satu

aktivitas epistemologi pendidikan Islam yang berguna untuk

mengetahui berapa “banyak hasil yang diperoleh dalam proses

pendidikan”. Kedua, penilaian ditempatkan sebagai aksiologi

pendidikan Islam yang berguna untuk memberi “muatan nilai” dalam

setiap komponen dan proses pendidikan. Penilaian dalam konteks ini

lebih mengarah pada aspek epistimologi pendidikan Islam dan bukan

aksiologinya. (Langgulung, 1985 : 3). Omar Muhammad al-Toumy al-

Saibany (1979 :339) menyatakan bahwa perubahan-perubahan yang

diinginkan pada peserta didik meliputi tiga bidang asasi, yaitu :

1 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

“Salah satu komponen yang urgen dalam melihat keberhasilan pendidikan adalah penilaian.”

Page 2: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

Tujuan personal yang berkaitan dengan individu-individu yang sedang belajar untuk terjadinya perubahan yang diinginkan, baik perubahan tingkah laku, aktivitas dan pencapaiannya serta pertumbuhan yang diinginkan pada pribadi peserta didik. 1. Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

sebagai unit sosial berikut dengan dinamika masyarakat

umumnya.

2. Tujuan-tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan

pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi.

Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti menilai.

Penilaian atau evaluasi menurut Edwin Wandt dan Gerald W. Brown

(1957 : 1) adalah ‘ act orprocess to determining the value of

something’ yaitu aktivitas atau proses untuk menentukan nilai atas

sesuatu. Penilaian dalam pendidikan berarti seperangkat tindakan

atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan

dunia

pendidikan. Muhibbinsyah (2003 : 195) menyatakan evaluasi artinya

penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang

telah ditetapkan dalam sebuah program.

Padanan kata evaluasi adalah assesment yang menurut Tardif

(1989: 25) berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi

yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Selain kata evaluasi dan assesment ada pula kata lain

yang memiliki arti yang sama dan relatif lebih dikenal dalam dunia

pendidikan kita yakni, tes, ujian dan ulangan. Istilah ‘Ulangan’ dan

‘Ulangan Umum’ yang dulu disebut THB (Tes Hasil Belajar) itu adalah

alat-alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf

keberhasilan sebuah proses belajar mengajar (the teaching-learning

process) atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program

pengajaran dan kenaikan kelas. Sementara itu, istilah evaluasi

biasanya digunakan untuk menilai hasil pembelajaran para siswa

pada akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti Evaluasi Tahap Akhir

Nasional (EBTANAS) yang kini disebut Ujian Akhir Nasional (UAN).

Selain evaluasi terdapat istilah lain yaitu measurement.

Measurement berasal dari kata to measure yang berarti mengukur.

Measurement berarti perbandingan data kuantitatif dengan data

2 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 3: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

“Dalam pendidikan Islam penilaian akan objektif apabila didasarkan dengan tolak ukur Al-Qur’an atau Hadits sebagai

kualitatif lainnya yang sesuai dengan tujuan mendapatkan nilai

(angka).

Pengukuran dalam pendidikan berarti usaha untuk memahami

kondisi-kondisi objektif tentang sesuatu yang akan dinilai. Ukuran

atau patokan yang menjadi pembanding perlu ditetapkan secara

konkrit guna menetapkan nilai atau hasil perbandingan. Hasil

penilaian tidak bersifat mutlak tergantung dari kriteria yang menjadi

ukuran atau pembandingnya. (Qahar, 1972 : 1)

Suharsimi Arikunto (1955 : 3) mengajukan tiga istilah dalam

menerjemahkan kata evaluasi yaitu pengukuran, penilaian dan

evaluasi. Pengukuran (measurement) adalah membandingkan

sesuatu dengan alat ukur. Pengukuran ini bersifat kuantitatif.

Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu

dengan alat ukur baik dan buruk secara kualitatif. Sedangkan

evaluasi adalah mencakup pengukuran dan penilaian secara

kuantitatif.

B. EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Evaluasi dalam pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk

menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan

Islam. (Zuhairini, 1981 : 139). Program evaluasi ini diterapkan dalam

rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam

menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan

yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas dan

sebagainya. Dalam pendidikan Islam penilaian akan objektif apabila

didasarkan dengan tolak ukur Al-Qur’an atau Hadits sebagai

pembandingnya.

Pengukuran dalam pendidikan Islam

juga bersifat konkrit, objektif dan didasarkan

atas ukuran-ukuran yang umum dan dapat

dipahami secara umum pula. Contoh

pelaksanaan shalat. Seorang yang

melaksanakan shalat dapat diukur dan dinilai.

Pengukuran shalat dilakukan pada aktivitas

yang berkaitan dengan pelaksanaan

3 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 4: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Bila hal

tersebut terpenuhi, maka shalatnya dianggap

sah dan seorang muslim terbebas dari

kewajiban shalat.

Sedangkan penilaian shalat yang berkaitan dengan adab-adab

seperti keikhlasan, kekhusyu’an dan sebagainya sangat sulit untuk

dilihat. Penilaian dalam aspek ini hanya bisa dilakukan dari aktivitas

seseorang dalam kehidupan sehari-hari setelah ia melaksanakan

shalat.

Penilaian lebih sulit dari pengukuran, apalagi jika penilaian itu

dikaitkan dengan nilai aspek-aspek keagamaan yang aspek tersebut

merupakan bukan wewenang manusia melainkan wewenang Allah.

(Ramayulis, 1999 : 37). Namun dalam Al-Qur’an dan Hadits dapat

ditemukan tolak ukur evaluasi dalam pendidikan Islam. Misalnya

tolak ukur shalat yang baik dan sempurna mencegah seseorang dari

perbuatan keji dan mungkar (QS, 29 : 45).

Cر اءK وCالمFنك CحشCن الفCع CنهىC CةC ت إنX الصXالC. TERM EVALUASI DALAM WACANA PENDIDIKAN ISLAM

Term atau istilah evaluasi dalam wacana pendidikan Islam

tidak diperoleh padanan katanya yang pasti, tetapi terdapat term

atau istilah-istilah tertentu yang mengarah pada makna evaluasi.

Term-term tersebut adalah :

a. Al- Hisab, memiliki makna mengitung, menafsirkan dan mengira.

Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah SWT :

Fوه F__خفF Cو ت Fم أ ك K__سFنفC FبدFوا مCا فKي أ Kن ت FموCإ بك K_اسCحF هKي K_ب

اءF وCالل__ه عCلCى CشC FعCذqبF مCن ي اءF وCي CشC KمCن ي CغفKرF ل الله فCي

يءw قCدKير Cش qلF ك“ Dan apabila kamu menzhahirkan/menyatakan apa yang ada di

hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan

membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatan tersebut.

4 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 5: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

Maka Allah akan mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki .

Allah Maha Kuasa atas segalanya. (QS. Albaqarah, 2 : 284).

b. Al- Bala’ , memiliki makna cobaan, ujian. Terdapat dalam Firman

Allah Surat Al-Mulk (62) ayat 2 :

CاةC ي CالحCو CوتCالم CقCل Cي خKذq Fمال وCك F__بلC Kي �ل نF عCمCال C__حسC Fم أ qك Cي ` أ

وCهFوC العCزKيزF الغCفFور“ Yang menjadikan kematian dan kehidupan sebagai ujian bagi

kamu siapa ahsan (paling baik) amalnya. Allah Maha Perkasa lagi

Maha Pengampun” c. Al-Imtihan, berarti ujian yang juga berasal

dari kata mihnah.

Bahkan dalam Al-Qur’an terdapat surat yang menyatakan wanita-

wanita yang diuji dengan menggunakan kata imtihan yaitu surat

al-Mumtahanah. Firman Allah SWT yang berkaitan dengan kata

imtihan ini terdapat pada surat al- Mumtahanah (60) ayat 10 :

wات CرKاج C__هFم Fات C__نKؤمFالم FمF اءCك C__ا جCذK وا إ F__نCآم CينKذ q__ا ال C__هq يC Cا أ ي

FوهFن ن KحC فCامت“ Wahai orang-orang yang beriman apabila telah datang kepada

kamu wanita-wanita yang beriman yang melakukan hijrah maka

ujilah iman mereka.”

c. Al-ikhtibar, memiliki makna ujian atau cobaan / al-bala’. Orang

Arab sering menggunakan kata ujian atau bala’ dengan sebutan

ikhtibar. Bahkan di lembaga pendidikan bahasa Arab

menggunakan istilah evaluasi dengan istilah ikhtibar. (naskah

ujian ma’had Abu Ubaidah, 2009).

Beberapa term tersebut di atas dapat dijadikan petunjuk arti

evaluasi secara langsung atau hanya sekedar alat atau proses di

dalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi bahwa Al-Qur’an dan

Hadits merupakan asas maupun prinsip pendidikan Islam, sementara

5 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 6: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

Jenis-Jenis Evaluasi :

1.Ev. Formatif2.Ev. Sumatif3.Ev. Placement4.Ev. Diagnostik5.Ev. Prasyarat6.UAN

untuk operasionalnya tergantung pada ijtihad umat. Term penilaian

pada taraf berikutnya lebih diorientasikan pada makna “penafsiran

atau memberi putusan terhadap kependidikan’. Setiap tindakan

pendidikan didasarkan atas rencana, tujuan, bahan, alat dan

lingkungan kependidikan tertentu. Berdasarkan komponen ini, maka

peran penilaian dibutuhkan guna mengetahui sejauh mana

keberhasilan pendidikan tercapai. Dari pengertian ini, proses

pelaksanaan penilaian lebih ditekankan pada akhir tindakan

pendidikan. Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk

menetapkan keputusan-keputusan pendidikan, baik yang

menyangkut perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut

pendidikan, baik yang menyangkut perorangan, kelompok maupun

kelembagaan.(Purwanto, 1975 : 2 ).

Dalam konteks ini, penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan

agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam

benar-benar sesuai dengan niai-nilai Islami sehingga tujuan

pendidikan Islam yang dicanangkan dapat tercapai secara maksimal.

D. JENIS-JENIS EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM

Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan

Islam ada beberapa macam yaitu :

1. Evaluasi Formatif

Evaluasi ini digunakan untuk

mengetahui hasil belajar yang dicapai anak

didik setelah ia menyelesaikan program

dalam satuan bahan pelajaran pada suatu

bidang studi tertentu.Evaluasi ini dipandang

sebagai “ulangan” yang dilakukan pada

setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau

modul. Tujuannya adalah untuk memperoleh umpan balik yang

mirip dengan evaluasi diagnostik (penjelasannya akan dijelaskan

selanjutnya) yakni mendiagnosis (mengetahui penyakit/kesulitan)

belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan

sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial

6 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 7: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

(perbaikan). (Muhibbinsyah, 2000: 200). Asumsi yang mendasari

evaluasi ini adalah bahwa manusia dalam hal ini peserta didik

mempunyai banyak kelemahan (QS.4: 28) :

Fان CنسK لKقC ال FخCيف�ا… وKعCض “ Diciptakan manusia dalam keadaan lemah.”

(QS. 16 : 78) :

Fم Kك مqهCاتF FطFونK أ Fم مKن ب جCك CخرC �اوCالله أ يئ Cش CونFمC Cعل C ت ال

“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu

sedangkan kamu tidak mengetahui apa-apa.”

Sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikap tidak akan

lebih abadi bila pengetahuan, keterampilan dan sikap itu tidak

dibiasakan. Untuk itu Allah SWT meganjurkan agar manusia

berkonsentrasi pada suatu informasi yang didalami sampai

tuntas, mulai proses pencarian (belajarmengajar) sampai pada

tahap pengevaluasian. Setelah informasi itu dikuasai dengan

sempurna, ia dapat beralih pada informasi yang lain . Dalam

melaksanakan evaluasi formatif, seorang pendidik perlu

memperhatikan beberapa aspek evaluasi jenis ini, yaitu :

a. Aspek fungsi, yaitu untuk memperbaiki proses belajar mengarah

ke arah yang lebih baik dan efisien.

b. Aspek tujuan, yaitu mengetahui sampai dimana penguasaan

peserta didik tentang bahan pendidikan yang diajarkan dalam

satu program satuan satuan pelajaran serta sesuai atau tidaknya

dengan tujuan.

c. Aspek yang dinilai, yaitu untuk mengetahui aspek-aspek yang

dinilai pada penilaian formatif, meliputi, tingkat pengetahuan

peserta didik , keterampilan dan sikapnya ketika dan setelah

proses pembelajaran dilaksanakan.

2. Evaluasi Sumatif

Yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta

didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu catur wulan, satu

semester atau akhir tahun untuk menentukan jenjang pendidikan

berikutnya. Evaluasi sumatif ini dapat dianggap sebagai “ulangan

7 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 8: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau

prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program

pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada setiap akhir

semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan

laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan

penentu naik tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.

(Muhibbinsyah, 2003 : 200-2001). Asumsi evaluasi ini adalah

bahwa segala sesuatu termasuk peserta didik diciptakan

mengikuti hukum bertahap. Setiap tahap memiliki satu tujuan dan

karakteristik tertentu.(Ramayulis, 2003 : 242). Satu tahapan yang

harus diselesaikan terlebih dahulu untuk kemudian beralih ke

tahapan yang lebih baik. (QS. 84 : 19) :

qنF Cب Cرك Cت Cقwل Cق�ا عCن طCب طCب“ Sesungguhnya kamu akan melalui tingkat (tahap) demi tahap

dalam kehidupan.”

Dalam melaksanakan evaluasi sumatif, seorang pendidik

perlu memperhatikan beberapa aspek evaluasi jenis ini yaitu :

Aspek fungsi, yaitu untuk menentukan angka atau nilai peserta

didik setelah mengikuti program bahan pelajaran dalam satu catur

wulan atau semester.

a. Aspek tujuan, yaitu mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai

oleh peserta didik setelah menyelesaikan program bahan

pelajaran dalam catur wulan, semester, akhir tahun atau akhir

program pelajaran pada suatu unit pendidikan tertentu.

b. Aspek yang dinilai, yaitu untuk mengetahui aspek-aspek yang

dinilai atas kemajuan hasil pelajaran meliputi pengetahuan,

keterampilan, sikap dan penguasaan peserta didik tentang

materi yang diberikan. (Harahap, tt : 26).

c. Waktu pelaksanaan, yaitu untuk mengetahui kapan sebaiknya

penilaian dilaksanakan, apakah sebelum, ketika proses belajar

berlangsung atau akhir proses pembelajaran.

3. Evaluasi Penempatan (Placement)

8 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 9: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

Yaitu evaluasi yang dilakukan sebelum peserta didik

mengikuti proses belajar mengajar untuk kepentingan penempatan

pada jurusan atau fakultas yang diingini. Asumsi yang mendasari

evaluasi ini bahwa setiap manusia dalam hal ini peserta didik

memiliki perbedaan-perbedaan dan potensi khusus. Perbedaan ini

kadang-kadang merupakan kelebihan atau kelemahan. Masing-

masing perbedaan harus ditempatkan sebagaimana seharusnya,

sehingga kelebihan individu dapat berkembang dan kelemahannya

dapat diperbaiki. Firman Allah dalam surat al-Isra’ 36 ayat 84 :

Fلq ي KهKك Cت Kل اك C__ى شCلCع Fل C__عمCىCد Cه__` وC أ F__ن هCمK CمF ب Cعل Fم أ qك ب Cر C__ف

Kيل� ب Cس“ Tiap-tiap orang berbuat berbuat menurut keadaannya masing-

masing. Maka Thanmulah yang Maha Mengetahui siapa yang Dia

beri Jalan Petunjuk”

Dalam melaksanakan evaluasi placement, seorang pendidik

perlu memperhatikan beberapa aspek evaluasi jenis ini, yaitu :

a. Aspek fungsi, yaitu untuk mengetahui potensi, kecenderungan

kemampuan peserta didik dan keadaan pribadinya agar dapat

ditempatkan pada posisinya. umpamanya, anak yang

berbadan kecil jangan ditempatkan di paling belakang, tetapi

sebaiknya di depan agar ia tidak mengalami kesulitan

mengikuti proses pembelajaran. Begitu pula kasus penempatan

jurusan tertentu. Di Madrasah Aliyah, umpamanya, peserta

didik yang berbakat Ilmu Pasti jangan ditempatkan pada

jurusan Bahasa, sebab akan mengalami hambatan dalam

menerima pelajaran lebih lanjut. Banyak lagi masalah-masalah

lain yang harus diperhatikan dalam penempatan peserta didik.

b. Aspek tujuan, yaitu menempatkan peserta didik pada tempat

yang sebenarnya berdasarkan bakat, minat, kemampuan,

kesanggupan serta keadaan diri anak sehingga anak tidak

mengalami hambatan dalam mengikuti pelajaran atau setiap

program/bahan yang disajikan pendidik.

c. Aspek yang dinilai, yaitu untuk mengetahui keadaan fisik dan

psikis, bakat, minat, kemampuan, pengetahuan, pengalaman,

9 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 10: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

keterampilan, sikap dan aspek-aspek lain yang dianggap perlu

bagi kepentingan pendidikan anak selanjutnya. Kemungkinan

penilaian ini dapat juga dilakukan setelah anak mengikuti

pelajaran selama satu catur wulan, satu semester, atau satu

tahun sesuai dengan tujuan lembaga pendidikan yang

bersangkutan.

d. Aspek waktu pelaksanaan, yaitu untuk mengetahui kapan

sebaiknya dilaksanakan penilaian penempatan (placement),

apakah sebelum anak mengikuti proses pembelajaran atau

setelah mengikuti pendidikan di suatu tingkat pendidikan

tertentu.

4. Evaluasi Diagnostik

Yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan

tentang keadaan belajar peserta didik, meliputi kesulitan-kesulitan

atau hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar.

Asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa pengalaman

pahit masa lalu dapat dijadikan guru untuk memperbaiki masa

depan. Setiap kegiatan dalam proses pembelajaran tidak terlepas

dari kesulitan dan hambatan yang dihadapi, maka ia akan

memperoleh kemudahan dalam kegiatan berikutnya. Menurut

Muhibbinsyah (2003 : 200), evaluasi ini dilakukan setelah

penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi

bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrumen

evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang

dipandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan. Dalam

Islam, banyak Firman Allah yang mengisyaratkan asumsi ini,

seperti peringatan Allah dalam kisah-kisah kaum terdahulu yang

hancur dikarenakan membuat kesulitan dan tidak mampu

menyelesaikan kesulitannya (QS. Al-Hasyr : 18)

wدCغK Cفس� مCا قCدqمCت ل Fر ن Cنظ وCلت“ Dan hendaknya setiap diri memperhatikan (mengevaluasi) apa

yang telah diperbuat untuk hari esok.”

10 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 11: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

Dalam melaksanakan penilaian diagnostik, seorang pendidik

perlu memperhatikan beberapa aspek evaluasi jenis ini yaitu :

a. Aspek fungsi, yaitu untuk mengetahui masalahmasalah yang

menganggu peserta didik yang dapat mempersulit dan

menghambat proses pembelajaran, baik dalam satu bidang

studi tertentu atau keseluruhan bidang studi. Setelah

mengetahui penyebab kesulitan terjadi, lalu diformulasikan

usaha pemecahannya.

b. Aspek tujuan, yaitu membantu kesulitan atau mengatasi

hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan

belajar pada satu mata pelajaran atau keseluruhan program

pengajaran.

c. Aspek yang dinilai, yaitu untuk mengetahui hasil belajar yang

diperoleh peserta didik, latar belakang kehidupannya dan

semua aspek yang menyangkut kegiatan belajar.

d. Aspek waktu pelaksanaan, yaitu untuk mengetahui kapan

diperlukan pembinaan yang tepat dalam rangka meningkatkan

mutu pengetahuan peserta didiknya.

Menurut Muzayyin, meskipun dalam sumber ilmu

pendidikan Islam klasifikasi jenis penilaian di atas tidak

ditemukan secara eksplisit, namun dalam praktek dapat

diketahui bahwa pada prinsipnya jenis penilaian tersebut

seringkali ditemukan. (Muzayyin, 1991 : 246). Disamping itu

dalam pendidikan Islam seorang pendidik bisa saja mengadopsi

hal-hal yang positif yang datang dari luar untuk diterapkan pula

dalam pendidikan Islam selama yang diadopsi tersebut tidak

bertentangan dengan prinsip kependidikan dalam Islam.

5. Evaluasi Prasyarat

Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya

adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama

yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. Contoh, evaluasi

penguasaan penjumlahan bilangan sebelum memulai pelajaran

perkalian bilangan, karena penjumlahan merupakan prasyarat atau

dasar pekalian.

11 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 12: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

6. Ujian Akhir Nasional (UAN)

Ujian Akhir Nasional (UAN) yang dulu disebut EBTANAS

bahkan sekarang diganti menjadi Ujian Nasional (UN) pada

prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat

penentu kenaikan status siswa. Namun UAN yang diberlakukan

mulai tahun 2002 itu dirancang untuk siswa yang telah menduduki

kelas tertinggi pada satu jenjang pendidikan tertentu seperti

jenjang SD, MI, SLTP/MTs, dan sekolah-sekolah menengah yakni

SMA dan sebagainya.

E. OBJEK EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM

Objek evaluasi Pendidikan Islam dalam arti yang umum adalah

peserta didik. Sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek

tertentu yang terdapat pada peserta didik. Peserta didik disini

sebenarnya bukan hanya sebagai objek evaluasi semata, tetapi juga

sebagai subjek evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi pendidikan Islam

dilakukan dengan dua cara yaitu : pertama, evaluasi atas diri sendiri

(self evaluation/muhasabah), kedua, evaluasi terhadap peserta didik.

(Ramayulis, 2009 : 237).

1. Evaluasi atas Diri Sendiri (Self Evaluation/Muhasabah)

Seorang muslim termasuk peserta didik yang sadar dan baik

adalah mereka yang sering mengevaluasi diri sendiri, baik

mengenai kelebihan yang harus dipertahankan maupun

kekurangan dan kelemahan yang perlu dibenahi, karena evaluasi

diri sendiri bersifat lebih objektif. Hal ini ditegaskan dalam Al-

Qur’an surat Adz-Dzariat (51) ayat : 21

Fم ك KسFنفC ونCوCفKي أ FرKبصF C ت CفCال أ“ Dan pada diri kamu kamu sendiri maka mengapa kamu tidak

mau melihat dan memikirkannya.”?

Umar bin Khattab pernah mengatakan hasibu anfusakum

qabla an tuhasabu (evaluasilah diri kamu sendiri sebelum kamu

mengevaluasi orang lain). Manusia dituntut untuk waspada dalam

melakukan berbagai perbuatan karena semua perbuatan manusia

12 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 13: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

tidak lepas dari evaluasi Allah serta dua malaikat sebagai

supervisor dan evaluator yaitu Raqib dan ‘Atid berdasarkan surat

Qaf (50) ayat 18 :

wولCن قKم FظKلفC Kيد�مCا ي قKيب� عCت Cر KيهCدC q ل Kال إ

“ Tidak ada satu perkataan yang dilafazkan melainkan disisinya

terdapat malaikat Raqib dan ‘Atid yang siap menuliskan segala

perbuatannya.”

Hasil penilaian yang baik mendapatkan surga sedangkan

hasil penilaian buruk mendapatkan neraka.

2. Evaluasi Terhadap Peserta Didik

Evaluasi ini harus disertai niat “ Amar Ma’ruf Nahi Munkar”

yang bertujuan memperbaiki (ishlah) bagi tindakan orang lain,

serta untuk terlaksananya suatu tujuan pendidikan Islam sesuai

dengan tuntunan Al-Qur’an.

Ada satu asumsi bahwa dalam kondisi tertentu, seseorang

terkadang lepas kendali, sehingga ia melakukan tindakan tidak

dalam kesadarannya yang hakiki, karena terpengaruh oleh emosi

dan sifat subjektivitasnya. Pada saat inilah, orang lain mudah

menilai dan mengevaluasi kegiatan tersebut, sedangkan pelaku

sendiri tidak mengerti apakah tindakannya itu benar atau salah.

Pengevaluasian dari orang lain (pendidik) dalam hal ini lebih

bersifat komparabel, menilai anak didik secara jelas dan jawaban

yang salah segera dibenarkan bukan dibiarkan berlarut-larut,

sehingga anak didik tetap tenggelam dalam kebimbangan,

kebodohan dan tidak dapat melangkah yang lebih maju.

(Muhaimin, 1993 : 280).

F. SISTEM EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Sistem evaluasi yang dikembangkan oleh Allah SWT dan Rasul-

Nya yang berimplikasi pedagogis sebagai berikut :

a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap

berbagai macam problema kehidupan yang dialami sesuai dengan

Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155 :

13 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 14: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

CنKم wقصC وعK وCن F__الجCو Kوف C__الخ CنKم wيء C__شK Fم ب qك وCن F__بلC Cن وCل

CينKرK رK الصqاب qشC اتK وCب CرCمq نفFسK وCالث `CاالCو KالCموC اال“ Dan benar-benar Kami uji kamu manusia dengan sesuatu berupa

rasa takut, rasa lapar dan kekurangan harta serta hilangnya jiwa

berupa kematian serta kekurangan buah-buahan semacam

paceklik namun demikian berilah kabar gembira bagi orang-orang

yang sabar.”

b. Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil

pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan oleh Rasulullah SAW

kepada umatnya sesuai dengan Al-Qur’an surat an-Naml ayat 27 :

... FرFكفC Cم أ FرF أ Cشك Cأ Kي أ FوCن Cبل Kي qي ل ب Cر KضلCن فKا مCذCه...“ … Ini adalah limpahan Karunia Tuhanku untuk menguji apakah

aku adalah orang yang bersyukur atau tidak atas nikmat

pemberianNya....”

c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau

keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap Nabi

Ibrahim yang meyembelih Ismail putera yang dicintainya.

d. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran

yang telah diberikan padanya, seperti pengevaluasian terhadap

Nabi Adam tentang asma-asmayang diajarkan kepadanya

dihadapan para Malaikat.

e. Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang

beraktivitas baik, dan memberikan semacam iqab (siksa) bagi

mereka yang beraktivitas buruk.

14 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 15: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

KESIMPULAN

1. Islam memandang evaluasi pendidikan sebagai alat pengukur keberhasilan sebuah

proses pendidikan yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits.

2. Adanya pedoman Al-Qur’an dan Hadits dapat dijadikan acuan untuk melakukan

sebuah evaluasi baik itu evaluasi kepada diri sendiri atau evaluasi kepeada peserta

didik.

3. Berkat adanya evaluasi pendidikan yang ditawarkan oleh islam, dunia pendidikan

seolah mendapat “suntikan medis” dalam mengatasi masalah-masalah pendidikan

yang terjadi.

15 Evaluasi Pendidikan dalam Islam

Page 16: Evaluasi Pendidikan Dalam Islam

DAFTAR PUSTAKA

Sudijono Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan.: Jakarta : Raja Grafindo

Suharsimi Arikunto. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi

Aksara, 2008

Arwani 2010. Evaluasi dalam Pendidikan Islam. [online] . Tersedia :

http://algaer.wordpress.com/2010/05/10/evaluasi-dalam-

pendidikan-islam/

2008. Hakikat Evaluasi Pendidikan Islam. [online]. Tersedia :

http://makalah-ibnu. blogspot.com/2008/10/hakekat-evaluasi-

16 Evaluasi Pendidikan dalam Islam