evaluasi pemeliharaan jalan.pdf

download evaluasi pemeliharaan jalan.pdf

of 25

Transcript of evaluasi pemeliharaan jalan.pdf

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Undang-Undang 38 tahun 2004 (UU 38/2004) tentang jalan menjelaskan

    bahwa jalan mempunyai peranan penting dalam mewujudkan perkembangan

    kehidupan bangsa. Pentingnya peran jalan sebagai prasarana transportasi

    sangatlah dibutuhkan untuk melayani kelancaran aksesibilitas dan mobilitas

    lalulintas perangkutan barang dan jasa. Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat

    Jendral Bina Marga (Kemen PU DJBM) dalam hal ini pemegang amanat UU

    38/2004 sebagai penyelenggara jalan nasional mempunyai target untuk

    mewujudkan jalan yang handal, aman, nyaman, berdaya guna dan berkelanjutan

    dapat diartikan jalan mempunyai layanan prima baik dalam menghasilkan

    konstruksi perkerasan yang melayani lalulintas sepanjang tahun selama umur

    rencana.

    Rencana Strategis Ditjen Bina Marga 2010-2014 menyebutkan untuk

    mencapai misi mewujudkan jaringan jalan nasional yang berkelanjutan dengan

    mobilitas, aksesibilitas dan keselamatan yang memadai, serta melayani pusat-

    pusat kegiatan nasional, wilayah dan kawasan strategis nasional, Ditjen BM

    memprogramkan kegiatan penanganan jalan dengan preservasi dan peningkatan

    kapasitas jalan nasional guna meningkatkan kuantitas dan kualitas penggunaan

    jalan.

    Provinsi Sumatera Utara mempunyai letak geografis yang strategis pada

    jalur perdagangan internasional dan jalur perdagangan nasional. Pada jalur

    internasional secara geostrategis Sumatera Utara merupakan pintu perdagangan

    internasional paling strategis di Indonesia yang dikenal dengan geostrategi Selat

    Malaka, sedangkan untuk jalur perdagangan nasional Provinsi Sumatera Utara

    merupakan penghasil komoditas bahan mentah hasil perkebunan dan hasil

    tambang yang cukup besar di pulau Sumatera. Mendukung berkembangnya

    perekonomian nasional dan internasional, Provinsi Sumatera Utara mempunyai

  • 2jaringan jalan nasional dengan total panjang 2.249,64 km, terdiri dari 5 (lima)

    kelompok rute lintas yaitu: (1) Lintas Timur (576,69 km) merupakan jalur utama

    dan urat nadi pendukung koridor ekonomi Pulau Sumatera dalam pelaksanaan

    program MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

    Indonesia) yang telah dicanangkan Pemerintah pada tahun 2011 guna

    mendistribusikan logistik, hasil perkebunan dan tambang, (2) Lintas Tengah

    (510,21 km) merupakan jalur utama untuk mengangkut barang dan jasa, (3) Lintas

    Barat (381,86 km) merupakan jalur untuk melayani mobilitas orang dan barang

    komsumtif, (4) Lintas Penghubung (472,87 km) merupakan penghubung atau

    fedder dari lintas timur, lintas tengah dan lintas barat, dan (5) Non Lintas (308,02

    km) sebagai lintas alternatif ke daerah luar Provinsi Sumatera Utara. Namun,

    kondisi existing jalan belum sepenuhnya optimal, proporsi kondisi jalan

    berkategori baik dan sedang masih mengalami penurunan signifikan pertahunnya

    ditambah dengan lebar perkerasan jalan yang masih didominasi kelas jalan kecil

    (kurang dari 7m). Dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2004 tentang Jalan

    menyebutkan kelas jalan nasional paling minimal adalah kelas jalan sedang

    dengan lebar badan jalan 7 m.

    Ditjen BM memprogramkan kegiatan penanganan jalan dengan preservasi

    dan peningkatan kapasitas jalan nasional sebagaimana telah diatur dalam

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 tahun 2011 tentang Pemeliharaan

    Jalan. Kegiatan pemeliharaan jalan berupa perawatan, pencegahan dan perbaikan,

    tujuannya menjaga kualitas layanan dari kerusakan fungsional dan struktural agar

    tercapai umur rencana yang optimal.

    Lebih dari 50% (lima puluh persen) strategi dan prioritas pendanaan

    pemeliharan jalan di Kemen PU DJBM dialihkan untuk perbaikan jalan yaitu

    pemeliharaan rutin dan berkala serta peningkatan struktur jalan, selanjutnya

    perluasan jalan (capex) dan pembangunan jalan baru. Preservasi menggunakan

    dana pemerintah, sedangkan untuk peningkatan jalan dan pembangunan jalan baru

    menggunakan pinjaman lunak dari Bank Dunia/ADB/JBIC/lembaga lainnya

    (Renstra DJBM, 2010).

  • 3Keterbatasan anggaran yang tersedia menuntut DJBM untuk lebih bijaksana

    dalam menentukan program pemeliharaan jalan yang tepat. Penentuan program

    penanganan di Kementerian Pekerjaan Umum menggunakan suatu sistem

    perangkat lunak terpadu yang digunakan untuk membantu perencanaan jalan

    dalam menghimpun data dan merencanakan program pemeliharaan jalan nasional

    yaitu IIRMS (Indonesian Integrated Road Management System). IIRMS memilki

    4 (empat) aplikasi survei kondisi jalan yaitu Road Network Inventory (RNI), Road

    Condition Survey (RCS), International Roughness Index (IRI), Road Inventory

    dan Traffic survey, namun implementasi pendanaan program pemeliharaan jalan

    nasional terkadang kurang representatif terhadap : (1) Kerataan permukaan

    berdasarkan nilai IRI, (2) Kondisi visual kerusakan perkerasan berdasarkan nilai

    SDI, (3) Kapasitas jalan akibat pertumbuhan volume lalulintas berdasarkan nilai

    V/C ratio dan (4) Kebutuhan lebar jalan, sehingga prioritas program pemeliharaan

    jalan kurang tepat sasaran.

    Indikasi kurang refpresentatifnya program pemeliharaan jalan dengan

    tingkat kepentingan pelayanan jalan berdasarkan nilai SDI, IRI, V/C ratio dan

    kebutuhan lebar perkerasan jalan menjadi sebagai rumusan masalah penelitian

    untuk menganalisis program pemeliharaan jalan yang telah berjalan dari tahun

    2012-2014 di Provinsi Sumatera Utara, metode analisis IPA (Importance

    Performance Analysis) dan CSI (Custumer Statisfied Indexs) modifikasi diambil

    sebagai alat evaluasi. Metode ini diharapkan dapat memberikan alternatif

    penentuan prioritas terhadap program pemeliharaan jalan yang efektif

    kedepannya. Afriansyah dkk (2012), mengemukakan metode Importance

    Performance Analysis memiiliki kelebihan dibandingkan dengan metode yang

    lain yaitu (1) Prosedur dari metode yang digunakan cukup sederhana, (2)

    Pengambil kebijakan dapat dengan mudah menentukan prioritas kegiatan yang

    harus dilakukan dengan sumber data yang terbatas, (3) Metode IPA cukup

    fleksibel untuk diterapkan pada berbagai bidang.

  • 4B. Perumusan Masalah

    Indikasi kurang tepatnya prioritas program pemeliharaan jalan disebabkan kurang

    representatifnya program pemeliharaan yang telah berjalan dengan data kondisi

    jalan baik dari kondisi perkerasan, kapasitas jalan, dan kebutuhan lebar jalan.

    Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

    ini adalah :

    (1). Ruas jalan nasional manakah yang menjadi prioritas penanganan jalan di

    Sumatera Utara berdasarkan parameter data kondisi existing perkerasan jalan

    (nilai SDI dan IRI) dan pelayanan lalulintas (lebar jalan dan V/C ratio)

    dengan menggunakan metode IPA (Importance Performance Analysis) dan

    CSI (Customer Service Index) modifikasi tahun 2012-2014 ?

    (2). Bagaimana perbandingan jenis dan prioritas penanganan jalan metode IPA

    dan CSI modifikasi terhadap program Bina Marga pada ruas jalan nasional di

    Provinsi Sumatera Utara ?

    (3). Bagaimana kelebihan dan kekurangan penentuan jenis dan prioritas

    penanganan jalan dengan metode IPA dan CSI modifikasi terhadap program

    penanganan jalan Bina Marga di Provinsi Sumatera Utara ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian evaluasi program pemeliharaan jalan nasional berdasarkan

    parameter nilai SDI, IRI, lebar jalan dan V/C ratio adalah:

    (1). Mengetahui ruas jalan yang menjadi prioritas utama sesuai dengan tingkat

    kepentingan pemeliharaan jalan di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan

    kondisi perkerasan jalan (nilai SDI dan IRI) dan pelayanan lalulintas (lebar

    jalan dan V/C ratio) pada tahun 2012-2014;

    (2). Mengetahui perbandingan jenis dan prioritas penanganan jalan metode IPA

    dan CSI modifikasi terhadap program Bina Marga pada ruas-ruas jalan

    nasional di Provinsi Sumatera Utara;

  • 5(3). Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penentuan jenis dan prioritas

    penanganan jalan dengan metode IPA dan CSI modifikasi terhadap program

    penanganan jalan Bina Marga di Provinsi Sumatera Utara.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian evaluasi program pemeliharaan jalan nasional berdasarkan parameter

    nilai SDI, IRI, lebar jalan dan V/C ratio dapat dimanfaatkan sebagai :

    (1).Manfaat Praktis bahan dapat memberikan masukan bagi penyelenggara jalan

    nasional di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I khususnya wilayah

    Provinsi Sumatera Utara dalam penentuan prioritas program pemeliharaan

    jalan nasional guna mengoptimalkan penggunaan dana program pemeliharaan

    jalan nasional di Provinsi Sumatera Utara;

    (2).Manfaat Teoritis dapat menambah wawasan dan pemahamanan terhadap

    metode analisis pemetaan problem pemeliharaan jalan dalam menentukan

    prioritas penanganan jalan nasional di Provinsi Sumatera Utara dengan

    metode IPA dan CSI modifikasi.

    E. Batasan Penelitian

    Beberapa batasan masalah untuk mempermudah dalam menganalisis

    permasalahan dan agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan sesuai judul

    penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

    (1). Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Ditjen

    Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dari tahun 2011 hingga 2013

    antara lain : IRI dari alat NAASRA, SDI dari Survei Kondisi Jalan (SKJ),

    lebar jalan dan derajat kejenuhan lalulintas (V/C ratio);

    (2). Metode analisis yang digunakan pada penelitian adalah metode IPA

    (Importance Performance Analysis) modifikasi dan CSI (Customer

    Satisfaction Index) modifikasi;

    (3). Batasan nilai parameter yang digunakan dalam analisis adalah:

  • 6a. Kondisi kerusakan permukaan perkerasan dengan IRI = 8 m/km dan 12

    m/km, serta nilai SDI = 100 dan 150. Penentuan nilai kedua parameter

    berdasarkan manual SKJ Ditjen Bina Marga 2011 dan Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum No 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan teknis dan

    kriteria perencanaan teknis jalan nilai kondisi perkerasan.

    b. Lebar minimal untuk jalan kolektor primer adalah 7 m berdasarkan

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 19/PRT/M/2011.

    c. Derajat kejenuhan (V/C ratio) 0,7 (nol koma tujuh) sebagai batasan

    lalulintas kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

    32 tahun 2006 dan V/C ratio 0,85 (nol koma delapan lima) sebagai batasan

    tertinggi jenis penanganan pelebaran berdasarkan Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum No 19/PRT/M/2011.

    (4). Data program pemeliharaan jalan nasional yang telah berjalan tahun 2012

    hingga 2014;

    (5). Analisis tidak memperhitungkan analisis biaya dan manfaat.

    F. Keaslian penelitian

    Penelitian terdahulu terkait evaluasi program pemeliharaan berdasarkan

    parameter IRI, SDI, lebar jalan dan V/C ratio yang pernah dilakukan antara lain :

    (1). A. Wicaksono (2006), Pemilihan trase jalan dengan metode IPA (Importance

    Performance Anlaysis) dan AHP (Analytic Hierarchy Proses) studi kasus

    jalan lingkar utara kota blitar, analisis yang digunakan pada penelitian metoda

    IPA bertujuan untuk mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam

    menentukan prioritas kriteria trase jalan lingkar sedangkan metode AHP

    untuk memilih trase jalan terbaik dari beberapa alternatif yang ada.

    keakuratan pemilihan responden sebagai sampel penelitian dan kompetensi

    responden diragukan;

    (2). Wahyudiana, (2009), Penentuan Prioritas Pemeliharaan Jalan Kabupaten

    berdasarkan Ketersediaan Alokasi Dana dengan membandingkan matrik

    kinerja melalui analisis AHP didapat bahwa urutan bobot prioritas

    penanganan jalan yaitu kondisi struktur jalan, kondisi lalulintas, kondisi

  • 7pelayanan dan terakhir tuntutan masyarakat dengan responden wakil

    stakeholder Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan masyarakat;

    (3). Putra, A., (2013), Evaluasi kendala dan masalah implementasi Undang-

    Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan

    terhadap capaian penyelenggaraan jalan nasional, metode yang digunakan

    dalam pemetaan permasalahan dengan Metode IPA modifikasi dimana garis

    vertikal importance didefinisikan sebagai tingkat kepentingan dan garis

    horisontal performance didefinisikan sebagai tingkat penanganan. Indeks

    tingkat penanganan tiap kendala dan masalah dianalisis dengan metode

    Costumer Satisfaction Indeks (CSI). Hasil analisis didapat capaian

    implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tidak maskimal;

    (4). Maulidya, M., (2014), Prioritas penanganan jalan nasional berdasarkan

    metode analisis multi kriteria (studi kasus di kota Banda Aceh). Penelitian ini

    menganalisis pemilihan prioritas berdasarkan kriteria kondisi jalan (SDI dan

    IRI), jenis penanganan jalan, volume LHR, aktivitas tata guna lahan, hasil

    penelitian disimpulkan kriteria kondisi jalan (51,84%) menjadi pilihan

    responden dalam menentukan kriteria penanganan jalan, sedangkan kriteria

    volume LHR (14,25%) menjadi pilihan akhir responden;

    (5). Budiarto, A., (2014), Evaluasi penanganan jalan nasional (studi kasus jalan

    nasional wilayah kerja satker P2JN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung),

    penelitian ini menganalisis dan mengevaluasi efektivitas penanganan jalan

    berdasarkan realisasi dan kebutuhan penanganan, analisis pemetaan

    permasalahan kerusakan jalan berdasarkan parameter nilai IRI dan V/C ratio

    menggunakan IPA modifikasi sedangkan penilaian bobot kebutuhan

    penanganan menggunakan AHP berdasarkan hasil responden, disimpulkan

    terdapat ruas jalan dengan jenis penanganan kurang tepat yang

    mengakibatkan biaya penanganan menjadi berlebih.

    Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya, penelitian ini membandingkan dan

    mengevaluasi jenis penanganan terhadap data existing jalan tahun 2011-2013

    dengan program pemeliharaan jalan Bina Marga yang telah berjalan dari tahun

    2012-2014. Analisis yang digunakan yaitu metode IPA dan CSI modifikasi

  • 8dimana responden dalam analisis IPA diganti dengan nama ruas jalan di Provinsi

    Sumatera Utara yang telah memiliki data kerusakan jalan dan kondisi lalulintas

    existing, data sekunder didapat dari Ditjen Bina Marga, parameter yang diambil

    yaitu (1). Kondisi kerusakan jalan (SDI dan IRI), (2). Kapasitas jalan (V/C ratio)

    dan (3). Lebar perkerasan jalan, sedangkan untuk pembobotan kebutuhan

    penanganan digunakan metode Costumer Satisfaction Indeks (CSI).

  • 9BAB IITELAAH PUSTAKA

    A. Evaluasi Pemeliharaan Jalan Nasional

    Penelitian Budiarto, A (2014) mengemukakan pemeliharaan jalan sesuai

    Permen PU No 13 Tahun 2011 tentang tata cara pemeliharan dan penilik jalan

    menyatakan pola pemeliharaan jalan harus selalu dilakukan dengan

    mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi, dimana jenis pemeliharaan pada

    suatu ruas jalan harus sesuai dengan kondisi jalan yang ada dan dana yang

    tersedia. Seiring besarnya dana untuk penanganan jalan nasional maka penting

    untuk dilakukan evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi dari pemrograman

    pemeliharaan jalan yang dilakukan dari Tahun 2012 sampai dengan 2014.

    Identifikasi tingkat kebutuhan penanganan jalan tiap segmen masing-masing

    ruas jalan nasional di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2012-2014

    berdasarkan kondisi perkerasan (nilai IRI) dan kondisi lalu lintas (derajat

    kejenuhan). Dalam penentuan nilai bobot tiap jenis pemeliharaan jalan digunakan

    metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan survai kuesioner. Evaluasi

    efektivitas dengan membandingkan tingkat kebutuhan dengan tingkat realisasi

    digunakan model IPA (Importance Performance Analysis) modifikasi sebagai

    analisis, Putra Sandra (2013), dalam penelitiannya mengemukakan dalam

    pemetaan permasalahan dengan Metode IPA modifikasi yaitu garis vertikal

    importance didefinisikan sebagai tingkat kepentingan dan garis horisontal

    performance didefinisikan sebagai tingkat penanganan. Pemetaan masalah

    pada penelitian Budiarto (2014) dibagi menjadi (empat) kuadran yaitu kuadran-I

    (penanganan perlu ditingkatkan), kuadran-II (penanganan jalan efektif), kuadran-

    III (penanganan jalan berlebihan boros); kuadran-IV (kebutuhan rendah dan

    ditangani sesaui kebutuhan sehingga efektif), sehingga yang memerlukan

    perhatian serius adalah yang ada dalam kuadran-I dan kuadran III.

    Hasil analisis efektivitas penanganan tiap ruas jalan nasional di Provinsi

    Kepulauan Bangka Belitung tahun 2012 sejumlah 1 (satu) ruas jalan masuk dalam

    kuadran-I (penanganan perlu peningkatan) dan 8 (delapan) ruas jalan berada

  • 10

    dalam kuadran-III (penangananan boros/berlebih). Tahun 2013 tidak ada ruas

    jalan yang masuk dalam kuadran-I, sedangkan ruas jalan yang berada dalam

    kuadran-III adalah sejumlah 9 (sembilan). Tahun 2014 ruas jalan yang masuk

    dalam kuadran-I adalah sejumlah 1 (satu) ruas dan sejumlah 8 (delapan) ruas jalan

    berada dalam kuadran-III. Permasalahan pada ruas jalan yang masuk dalam

    kuadran-I (penanganan perlu ditingkatkan) adalah kebutuhan rekonstruksi

    (peningkatan kapasitas) namun ditangani dengan pemeliharaan rutin pada tahun

    2012 sehingga pada tahun 2014 jalan kembali menjadi rusak dan membutuhkan

    pemeliharaan berkala namun tetap ditangani dengan pemeliharaan rutin.

    Permasalahan pada ruas jalan yang masuk kuadran-III adalah pemeliharaan

    berkala (overlay) pada jalan dengan kondisi perkerasan mantap (Nilai IRI < 8,0

    m/km) serta pelebaran (peningkatan kapasitas) jalan pada ruas jalan yang tidak

    jenuh (derajat kejenuhan

  • 11

    peningkatan dan rekonstruksi). Data responden diwakili oleh stakeholder yang

    mempunyai peran penting dalam penentuan prioritas penangan yaitu dari instansi

    Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan masyarakat.

    M. Maulidya (2014), dalam penelitiannya menyimpulkan pemilihan

    prioritas jalan nasional yang berada di Kota Banda Aceh berdasarkan kriteria

    kondisi jalan (SDI dan IRI), jenis penanganan jalan, volume LHR, aktivitas tata

    guna lahan. kriteria kondisi jalan (51,84%) menjadi pilihan responden dalam

    menentukan kriteria penanganan jalan, sedangkan kriteria volume LHR (14,25%)

    menjadi pilihan akhir responden.

    .

  • 12

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    A. Kerusakan Jalan

    Suwandi, dkk (2008) menyatakan bahwa prasana jalan yang terbebani oleh

    volume lalulintas yang tinggi dan berulang-ulang akan menyebabkan terjadi

    penurunan kualitas jalan. Sebagai indikatornya dapat diketahui dari kondisi

    permukaan jalan, baik kondisi struktural maupun fungsionalnya yang mengalami

    kerusakan.

    Faktor lain yang mempengaruhi kerusakan jalan selain beban lalulintas

    berulang yang berlebihan (overloaded), juga dipengaruhi oleh panas/suhu udara,

    air dan hujan, serta mutu awal produk jalan yang jelek. Disamping direncanakan

    secara tepat jalan harus dipelihara dengan baik agar dapat melayani pertumbuhan

    lalulintas selama umur rencana. Pemeliharaan jalan rutin maupun berkala perlu

    dilakukan untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan jalan bagi

    pengguna dan menjaga daya tahan/keawetan sampai umur rencana. (Suwardo &

    Sugiharto, 2004).

    B. Pemeliharaan Jalan Nasional

    Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem

    jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota Provinsi, jalan strategis

    nasional, dan jalan tol. Wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan jalan

    meliputi penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggaraan jalan nasional.

    Penyelenggara jalan wajib memprioritaskan pemeliharaan, perawatan dan

    pemeriksaan jalan secara berkala untuk mempertahankan tingkat pelayanan jalan

    sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan. Pembiayaan

    pembangunan jalan menjadi tanggung jawab Pemerintah sesuai dengan

    kewenangannya. (UU No. 38, 2004).

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 13 tahun 2011 tentang

    tata cara pemeliharaan dan penilik jalan bahwa pemeliharaan jalan dilakukan

  • 13

    secara preventif dan reaktif, dimana penanganan secara prefentif bertujuan untuk

    membatasi jenis, tingkat, sebaran kerusakan, dan menunda kerusakan lebih lanjut,

    dan mempertahankan kondisi jalan dalam tingkatan baik dan sedang sesuai

    rencana, sedangkan penanganan pemeliharaan secara reaktif bertujuan untuk

    mengembalikan ke kondisi sesuai dengan rencana dengan cara memperbaiki

    setiap kerusakan yang telah terjadi pada perkerasan jalan di luar kemampuan

    pengamatan.

    1. Jenis-jenis Penanganan Pemeliharaan JalanBerdasarkan Indonesian Road Management System (IRMS), terdapat 3 jenis

    penanganan pemeliharaan jalan yaitu :

    a. Pemeliharaan rutin adalah kegiatan merawat serta memperbaiki

    kerusakan-kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan dengan kondisi pelayanan

    mantap. Pemeliharaan rutin mencakup pekerjaan-pekerjaan kecil seperti

    penambalan permukaan (patching), pemotongan rumput dan perbaikan untuk

    menjaga agar jalan tetap pada kondisi yang baik, yang umumnya dilaksanakan

    pada jangka waktu teratur dalam satu tahun, cakupan kegiatan dapat dilihat pada

    Tabel 3.1. Kegiatan pemeliharaan rutin jalan dilakukan pada ruas jalan/bagian

    ruas jalan dan bangunan pelengkap dengan kriteria sebagai berikut:

    (1). Ruas jalan dengan kondisi baik dan sedang atau disebut jalan mantap;

    (2). Bangunan pelengkap jalan yang mempunyai kondisi baik sekali dan baik.

    Tabel 3.1 Pemeliharaan rutin jalan perkerasan lenturLOKASI

    PEKERJAANNAMA ITEMPEKERJAAN ASUMSI

    A. Perkerasan Jalan 1 Laburan Aspal2 Menutup retak-retak - retak non strukural3 Panambalan lubang2 kecil - lubang-lubang dg ukuran max (40 x

    40) cm4 Galian-galian kecil - kedalaman lubang maks 3 cm

    - galian dapat dikerjakan dengan alatbantu

    B. Bahu Jalan 1 Pengisian lubang - lebar bahu 2 M2 Pembersihan semak - sudah termasuk daerah damija3 Pemotongan pohon - pohon diameter < 15 cm4 Pengkerikilan kembali - perataan & pengkerikilan

    seperlunya

  • 14

    Tabel 3.1 Pemeliharaan rutin jalan perkerasan lentur lanjutanLOKASI

    PEKERJAANNAMA ITEMPEKERJAAN ASUMSI

    C. Drainase 1 Pembuangan lanau - panjang saluran 1 KM2 Pembuangan daun - dapat dilakukan dengan alat bantu3 Pembuangan kotoran/rumput

    D Perlengkapan Jalan 1 Perbaikan rambu - 2 BH per KM

    2 Perbaikan patok KM - 1 BH per KM

    3 Perbaik. patok pengaman - 10 BH per KM

    4 Perbaik. rel pengaman - 10 M per KM

    5 Perbaik. tembok pengarah - 10 M per KM

    6 Pengecatan kbl huruf rambu - 2 BH per KM

    Sumber: Ditjen Bina Marga dalam Putra. M.Y (2013)

    b. Pemeliharaan Berkala merupakan kegiatan penanganan pencegahan

    terjadinya kerusakan yang lebih luas dan setiap kerusakan yang diperhitungkan

    dalam desain agar penurunan kondisi jalan dapat dikembalikan pada kondisi

    kemantapan sesuai dengan rencana. Cakupan kegiatan dapat dilihat pada Tabel

    3.2.

    Tabel 3.2 Pemeliharaan berkala jalan perkerasan lenturLOKASI

    PEKERJAANNAMA ITEMPEKERJAAN

    ASUMSI

    A. Perkerasan Jalan 1 Galian Lapis Permukaan2 Galian Lapis Pondasi - vol. galian lps permukaan maks 10 M3 per

    KM3 Galian Tanah Dasar - galian tanah menyesuaikan dgn lps

    permukaan4 Perbaikan Tanah Dasar - volume timbunan tanah menyesuaikan5 Perbaikan Lapis Pondasi - volume timbunan lps pondasi

    menyesuaikan6 Perbaik. Lapis Permukaan - Laston Lps Pondasi Leveling (AC-Base L)7 Overlay - overlay setebal 4CM Laston Lap aus (AC-

    WC)B. Bahu Jalan 1 Galian bahu jalan - lebar bahu jalan 2 M

    2 Penimbunan bahu jalan - bahu diperkeras dengan bahan LPB3 Pelaburan bahu jalan - tidak dilakukan4 Penebangan pohon - pohon > diameter 15 cm

    C. Drainase & Peng- 1 Stabilisasi dgn tanaman - gebalan rumput maks 10% luas bahu jalan hijauan 2 Penanaman perdu - penanaman perdu maks 10% luas bahu

    jalan3 Penanaman pohon - penanaman pohon maks 20 buah per KM

    D Perlengkapan Jalan 1 Pemasangan rambu - pemasangan rambu maks 2 BH per KM2 Pemasangan Patok KM - pemasangan patok KM 1 BH per 5 KM3 Tembok Pengarah - tembok Pengarah maks 10 M per KM

    Sumber: Ditjen Bina Marga dalam Putra. M.Y (2013)

  • 15

    c. Peningkatan Struktur/Rekonstruksi adalah peningkatan struktur yang

    merupakan kegiatan penanganan untuk dapat meningkatkan kemampuan bagian

    ruas jalan yang dalam kondisi rusak berat agar bagian jalan tersebut mempunyai

    kondisi mantap kembali sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan. Cakupan

    kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3.3. Kegiatan peningkatan struktur/rekonstruksi

    meliputi :

    (1). Perbaikan seluruh struktur perkerasan, drainase, bahu jalan,tebing, dan talud;

    (2). Peningkatan kekuatan struktur berupa pelapisan ulang perkerasan dan bahu

    jalan sesuai umur rencananya kembali;

    (3). Perbaikan perlengkapan jalan;

    (4). Perbaikan bangunan pelengkap; dan

    (5). Pemeliharaan/pembersihan rumaja.

    Tabel 3.3 Peningkatan struktur jalan perkerasan lenturLOKASIPEKERJAAN

    NAMA ITEMPEKERJAAN

    ASUMSI

    A. Perkerasan Jalan 1 Galian tanah2 Timbunan tanah - peningkatan dari: tanah ke AC-

    WC;3 Penyiapan badan jalan LPB ke AC-WC, dan LPA ke

    AC4 Lapis resap pengikat5 Lapis pengikat6 Lapis pondasi bawah - tebal maks 30 cm7 Lapis pondasi atas - tebal maks 20 cm8 Laston Lps pond.(AC-Base) - tebal maks 9 cm9 Laston Lps pengikat.(AC-BC) - tebal maks 5 cm10 Laston Lps aus (AC-WC) - tebal maks 4 cm

    B. Pelebaran Perk. & 1 Galian bahu jalan - lebar bahu jalan 2 M Bahu Jalan 2 Penimbunan bahu jalan - bahu diperkeras dengan bahan

    LPB3 Pelaburan bahu jalan - tidak dilakukan4 Penebangan pohon - pohon > diameter 15 cm

    C. Drainase 1 Galian drainase - maks 10% dari panjang drainase2 Pasangan batu dg mortar - maks 10% dari panjang drainase3 Gorong-gorong - 1 GG setiap 500M, panjang

    sesuai lbr jalanD Perlengkapan Jalan 1 Pemasangan rambu - maks 10 BH per KM

    2 Pemasangan marka - volume baru3 Pemasangan patok KM - 1 BH per KM4 Pemasangan patok pengarah - 10 BH per KM5 Tembok Pengarah - 10 M per KM

    E Struktur 1 Beton K350 - asumsi untuk Box Culvert2 Baja tulangan

    Sumber: Ditjen Bina Marga dalam Putra. M.Y (2013)

  • 16

    Penanganan seperti yang disebutkan di atas adalah untuk memelihara

    perkerasan jalan agar selalu berada dalam kondisi mantap. Kemantapan jalan

    ditentukan berdasarkan nilai IP (Indeks Pelayanan). Untuk menahan laju

    penurunan IP agar umur jalan sesuai dengan umur rencana perkerasan, maka

    diperlukan perawatan rutin dan berkala. Perawatan rutin biasanya dilakukan pada

    setiap tahun dan berkala dilakukan pada setiap tiga tahun. Apabila dalam rentang

    masa layan jalan, kondisi perkerasan jalan turun menjadi kondisi tidak mantap

    maka diperlukan penanganan rekonstruksi/peningkatan struktur. Kurva penurunan

    kondisi jalan dan penanganannya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

    (Sumber:http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20130128125428.pdf)

    Gambar 3.1 Kurva penurunan kondisi jalan dan penanganannya

    2. Survei Kondisi Jalan

    Survei kondisi jalan bertujuan untuk mengetahui jenis penanganan yang

    tepat dan memperoleh data administrasi/inventarisasi jalan dan data kondisi jalan,

    secara teknis pemeliharaan jalan berdasarkan Permen PU No 13 tahun 2011

    dikelompokkan berdasarkan nilai IRI dan SDI. Bina Marga menyatakan salah satu

    parameter kinerja perkerasan yang dapat ditentukan dengan cara objektif adalah

  • 17

    International Roughness Index (IRI), sedangkan untuk menilai kinerja perkerasan

    berdasarkan subjektif yaitu dengan Surface Distress Index (SDI).

    a. Surface Distress Index (SDI), berdasarkan pada panduan Nomor

    SDM-03/RCS tentang survei kondisi jalan tahun 2011 bahwa SDI adalah

    pemeriksaan secara visual dengan data parameter yaitu luas total keretakan, lebar

    rata-rata keretakan, jumlah lubang dan kedalaman bekas roda kendaraan.

    Pemeriksaan ini dibedakan menurut tipe perkerasan (jalan aspal dan jalan

    kerikil/tanah) dan dibagi per 100 meter untuk tiap ruasnya. Hasil pemeriksaan

    terhadap parameter-parameter tersebut kemudian dihitung menggunakan standart

    penilaian yang telah ditetapkan oleh Bina Marga, yang menghasilkan suatu nilai

    Surface Distress Index (SDI). Dalam menentukan nilai SDI suatu segmen jalanharus diketahui faktor faktor kerusakan yang berpengaruh, faktor tersebut antara

    lain adalah retak- retak (cracking), bleeding, depression, edge cracking, longitudinal

    and transverse cracking, patching and utility cut patching, polished aggregate,

    potholes, rutting, shoving, slippage cracking, swell, weathering and ravelling.

    Parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan nilai SDI sesuai standar

    penilaian yang telah ditetapkan oleh Bina Marga seperti ditunjukkan pada

    Gambar 3.2 dan Gambar 3.3, serta Tabel 3.4.

    Sumber: Manual SKJ Ditjen Bina Marga, 2011

    Gambar 3.2 Parameter kerusakan survei SDI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Undang-Undang 38 tahun 2004 (UU 38/2004) tentang jalan menjelaskan

    bahwa jalan mempunyai peranan penting dalam mewujudkan perkembangan

    kehidupan bangsa. Pentingnya peran jalan sebagai prasarana transportasi

    sangatlah dibutuhkan untuk melayani kelancaran aksesibilitas dan mobilitas

    lalulintas perangkutan barang dan jasa. Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat

    Jendral Bina Marga (Kemen PU DJBM) dalam hal ini pemegang amanat UU

    38/2004 sebagai penyelenggara jalan nasional mempunyai target untuk

    mewujudkan jalan yang handal, aman, nyaman, berdaya guna dan berkelanjutan

    dapat diartikan jalan mempunyai layanan prima baik dalam menghasilkan

    konstruksi perkerasan yang melayani lalulintas sepanjang tahun selama umur

    rencana.

    Rencana Strategis Ditjen Bina Marga 2010-2014 menyebutkan untuk

    mencapai misi mewujudkan jaringan jalan nasional yang berkelanjutan dengan

    mobilitas, aksesibilitas dan keselamatan yang memadai, serta melayani pusat-

    pusat kegiatan nasional, wilayah dan kawasan strategis nasional, Ditjen BM

    memprogramkan kegiatan penanganan jalan dengan preservasi dan peningkatan

    kapasitas jalan nasional guna meningkatkan kuantitas dan kualitas penggunaan

    jalan.

    Provinsi Sumatera Utara mempunyai letak geografis yang strategis pada

    jalur perdagangan internasional dan jalur perdagangan nasional. Pada jalur

    internasional secara geostrategis Sumatera Utara merupakan pintu perdagangan

    internasional paling strategis di Indonesia yang dikenal dengan geostrategi Selat

    Malaka, sedangkan untuk jalur perdagangan nasional Provinsi Sumatera Utara

    merupakan penghasil komoditas bahan mentah hasil perkebunan dan hasil

    tambang yang cukup besar di pulau Sumatera. Mendukung berkembangnya

    perekonomian nasional dan internasional, Provinsi Sumatera Utara mempunyai

  • 2

    jaringan jalan nasional dengan total panjang 2.249,64 km, terdiri dari 5 (lima)

    kelompok rute lintas yaitu: (1) Lintas Timur (576,69 km) merupakan jalur utama

    dan urat nadi pendukung koridor ekonomi Pulau Sumatera dalam pelaksanaan

    program MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

    Indonesia) yang telah dicanangkan Pemerintah pada tahun 2011 guna

    mendistribusikan logistik, hasil perkebunan dan tambang, (2) Lintas Tengah

    (510,21 km) merupakan jalur utama untuk mengangkut barang dan jasa, (3) Lintas

    Barat (381,86 km) merupakan jalur untuk melayani mobilitas orang dan barang

    komsumtif, (4) Lintas Penghubung (472,87 km) merupakan penghubung atau

    fedder dari lintas timur, lintas tengah dan lintas barat, dan (5) Non Lintas (308,02

    km) sebagai lintas alternatif ke daerah luar Provinsi Sumatera Utara. Namun,

    kondisi existing jalan belum sepenuhnya optimal, proporsi kondisi jalan

    berkategori baik dan sedang masih mengalami penurunan signifikan pertahunnya

    ditambah dengan lebar perkerasan jalan yang masih didominasi kelas jalan kecil

    (kurang dari 7m). Dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2004 tentang Jalan

    menyebutkan kelas jalan nasional paling minimal adalah kelas jalan sedang

    dengan lebar badan jalan 7 m.

    Ditjen BM memprogramkan kegiatan penanganan jalan dengan preservasi

    dan peningkatan kapasitas jalan nasional sebagaimana telah diatur dalam

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 tahun 2011 tentang Pemeliharaan

    Jalan. Kegiatan pemeliharaan jalan berupa perawatan, pencegahan dan perbaikan,

    tujuannya menjaga kualitas layanan dari kerusakan fungsional dan struktural agar

    tercapai umur rencana yang optimal.

    Lebih dari 50% (lima puluh persen) strategi dan prioritas pendanaan

    pemeliharan jalan di Kemen PU DJBM dialihkan untuk perbaikan jalan yaitu

    pemeliharaan rutin dan berkala serta peningkatan struktur jalan, selanjutnya

    perluasan jalan (capex) dan pembangunan jalan baru. Preservasi menggunakan

    dana pemerintah, sedangkan untuk peningkatan jalan dan pembangunan jalan baru

    menggunakan pinjaman lunak dari Bank Dunia/ADB/JBIC/lembaga lainnya

    (Renstra DJBM, 2010).

  • 3

    Keterbatasan anggaran yang tersedia menuntut DJBM untuk lebih bijaksana

    dalam menentukan program pemeliharaan jalan yang tepat. Penentuan program

    penanganan di Kementerian Pekerjaan Umum menggunakan suatu sistem

    perangkat lunak terpadu yang digunakan untuk membantu perencanaan jalan

    dalam menghimpun data dan merencanakan program pemeliharaan jalan nasional

    yaitu IIRMS (Indonesian Integrated Road Management System). IIRMS memilki

    4 (empat) aplikasi survei kondisi jalan yaitu Road Network Inventory (RNI), Road

    Condition Survey (RCS), International Roughness Index (IRI), Road Inventory

    dan Traffic survey, namun implementasi pendanaan program pemeliharaan jalan

    nasional terkadang kurang representatif terhadap : (1) Kerataan permukaan

    berdasarkan nilai IRI, (2) Kondisi visual kerusakan perkerasan berdasarkan nilai

    SDI, (3) Kapasitas jalan akibat pertumbuhan volume lalulintas berdasarkan nilai

    V/C ratio dan (4) Kebutuhan lebar jalan, sehingga prioritas program pemeliharaan

    jalan kurang tepat sasaran.

    Indikasi kurang refpresentatifnya program pemeliharaan jalan dengan

    tingkat kepentingan pelayanan jalan berdasarkan nilai SDI, IRI, V/C ratio dan

    kebutuhan lebar perkerasan jalan menjadi sebagai rumusan masalah penelitian

    untuk menganalisis program pemeliharaan jalan yang telah berjalan dari tahun

    2012-2014 di Provinsi Sumatera Utara, metode analisis IPA (Importance

    Performance Analysis) dan CSI (Custumer Statisfied Indexs) modifikasi diambil

    sebagai alat evaluasi. Metode ini diharapkan dapat memberikan alternatif

    penentuan prioritas terhadap program pemeliharaan jalan yang efektif

    kedepannya. Afriansyah dkk (2012), mengemukakan metode Importance

    Performance Analysis memiiliki kelebihan dibandingkan dengan metode yang

    lain yaitu (1) Prosedur dari metode yang digunakan cukup sederhana, (2)

    Pengambil kebijakan dapat dengan mudah menentukan prioritas kegiatan yang

    harus dilakukan dengan sumber data yang terbatas, (3) Metode IPA cukup

    fleksibel untuk diterapkan pada berbagai bidang.

  • 4

    B. Perumusan Masalah

    Indikasi kurang tepatnya prioritas program pemeliharaan jalan disebabkan kurang

    representatifnya program pemeliharaan yang telah berjalan dengan data kondisi

    jalan baik dari kondisi perkerasan, kapasitas jalan, dan kebutuhan lebar jalan.

    Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

    ini adalah :

    (1). Ruas jalan nasional manakah yang menjadi prioritas penanganan jalan di

    Sumatera Utara berdasarkan parameter data kondisi existing perkerasan jalan

    (nilai SDI dan IRI) dan pelayanan lalulintas (lebar jalan dan V/C ratio)

    dengan menggunakan metode IPA (Importance Performance Analysis) dan

    CSI (Customer Service Index) modifikasi tahun 2012-2014 ?

    (2). Bagaimana perbandingan jenis dan prioritas penanganan jalan metode IPA

    dan CSI modifikasi terhadap program Bina Marga pada ruas jalan nasional di

    Provinsi Sumatera Utara ?

    (3). Bagaimana kelebihan dan kekurangan penentuan jenis dan prioritas

    penanganan jalan dengan metode IPA dan CSI modifikasi terhadap program

    penanganan jalan Bina Marga di Provinsi Sumatera Utara ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian evaluasi program pemeliharaan jalan nasional berdasarkan

    parameter nilai SDI, IRI, lebar jalan dan V/C ratio adalah:

    (1). Mengetahui ruas jalan yang menjadi prioritas utama sesuai dengan tingkat

    kepentingan pemeliharaan jalan di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan

    kondisi perkerasan jalan (nilai SDI dan IRI) dan pelayanan lalulintas (lebar

    jalan dan V/C ratio) pada tahun 2012-2014;

    (2). Mengetahui perbandingan jenis dan prioritas penanganan jalan metode IPA

    dan CSI modifikasi terhadap program Bina Marga pada ruas-ruas jalan

    nasional di Provinsi Sumatera Utara;

  • 5

    (3). Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penentuan jenis dan prioritas

    penanganan jalan dengan metode IPA dan CSI modifikasi terhadap program

    penanganan jalan Bina Marga di Provinsi Sumatera Utara.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian evaluasi program pemeliharaan jalan nasional berdasarkan parameter

    nilai SDI, IRI, lebar jalan dan V/C ratio dapat dimanfaatkan sebagai :

    (1). Manfaat Praktis bahan dapat memberikan masukan bagi penyelenggara jalan

    nasional di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I khususnya wilayah

    Provinsi Sumatera Utara dalam penentuan prioritas program pemeliharaan

    jalan nasional guna mengoptimalkan penggunaan dana program pemeliharaan

    jalan nasional di Provinsi Sumatera Utara;

    (2). Manfaat Teoritis dapat menambah wawasan dan pemahamanan terhadap

    metode analisis pemetaan problem pemeliharaan jalan dalam menentukan

    prioritas penanganan jalan nasional di Provinsi Sumatera Utara dengan

    metode IPA dan CSI modifikasi.

    E. Batasan Penelitian

    Beberapa batasan masalah untuk mempermudah dalam menganalisis

    permasalahan dan agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan sesuai judul

    penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

    (1). Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Ditjen

    Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dari tahun 2011 hingga 2013

    antara lain : IRI dari alat NAASRA, SDI dari Survei Kondisi Jalan (SKJ),

    lebar jalan dan derajat kejenuhan lalulintas (V/C ratio);

    (2). Metode analisis yang digunakan pada penelitian adalah metode IPA

    (Importance Performance Analysis) modifikasi dan CSI (Customer

    Satisfaction Index) modifikasi;

    (3). Batasan nilai parameter yang digunakan dalam analisis adalah:

  • 6

    a. Kondisi kerusakan permukaan perkerasan dengan IRI = 8 m/km dan 12

    m/km, serta nilai SDI = 100 dan 150. Penentuan nilai kedua parameter

    berdasarkan manual SKJ Ditjen Bina Marga 2011 dan Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum No 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan teknis dan

    kriteria perencanaan teknis jalan nilai kondisi perkerasan.

    b. Lebar minimal untuk jalan kolektor primer adalah 7 m berdasarkan

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 19/PRT/M/2011.

    c. Derajat kejenuhan (V/C ratio) 0,7 (nol koma tujuh) sebagai batasan

    lalulintas kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

    32 tahun 2006 dan V/C ratio 0,85 (nol koma delapan lima) sebagai batasan

    tertinggi jenis penanganan pelebaran berdasarkan Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum No 19/PRT/M/2011.

    (4). Data program pemeliharaan jalan nasional yang telah berjalan tahun 2012

    hingga 2014;

    (5). Analisis tidak memperhitungkan analisis biaya dan manfaat.

    F. Keaslian penelitian

    Penelitian terdahulu terkait evaluasi program pemeliharaan berdasarkan

    parameter IRI, SDI, lebar jalan dan V/C ratio yang pernah dilakukan antara lain :

    (1). A. Wicaksono (2006), Pemilihan trase jalan dengan metode IPA (Importance

    Performance Anlaysis) dan AHP (Analytic Hierarchy Proses) studi kasus

    jalan lingkar utara kota blitar, analisis yang digunakan pada penelitian metoda

    IPA bertujuan untuk mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam

    menentukan prioritas kriteria trase jalan lingkar sedangkan metode AHP

    untuk memilih trase jalan terbaik dari beberapa alternatif yang ada.

    keakuratan pemilihan responden sebagai sampel penelitian dan kompetensi

    responden diragukan;

    (2). Wahyudiana, (2009), Penentuan Prioritas Pemeliharaan Jalan Kabupaten

    berdasarkan Ketersediaan Alokasi Dana dengan membandingkan matrik

    kinerja melalui analisis AHP didapat bahwa urutan bobot prioritas

    penanganan jalan yaitu kondisi struktur jalan, kondisi lalulintas, kondisi

  • 7

    pelayanan dan terakhir tuntutan masyarakat dengan responden wakil

    stakeholder Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan masyarakat;

    (3). Putra, A., (2013), Evaluasi kendala dan masalah implementasi Undang-

    Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan

    terhadap capaian penyelenggaraan jalan nasional, metode yang digunakan

    dalam pemetaan permasalahan dengan Metode IPA modifikasi dimana garis

    vertikal importance didefinisikan sebagai tingkat kepentingan dan garis

    horisontal performance didefinisikan sebagai tingkat penanganan. Indeks

    tingkat penanganan tiap kendala dan masalah dianalisis dengan metode

    Costumer Satisfaction Indeks (CSI). Hasil analisis didapat capaian

    implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tidak maskimal;

    (4). Maulidya, M., (2014), Prioritas penanganan jalan nasional berdasarkan

    metode analisis multi kriteria (studi kasus di kota Banda Aceh). Penelitian ini

    menganalisis pemilihan prioritas berdasarkan kriteria kondisi jalan (SDI dan

    IRI), jenis penanganan jalan, volume LHR, aktivitas tata guna lahan, hasil

    penelitian disimpulkan kriteria kondisi jalan (51,84%) menjadi pilihan

    responden dalam menentukan kriteria penanganan jalan, sedangkan kriteria

    volume LHR (14,25%) menjadi pilihan akhir responden;

    (5). Budiarto, A., (2014), Evaluasi penanganan jalan nasional (studi kasus jalan

    nasional wilayah kerja satker P2JN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung),

    penelitian ini menganalisis dan mengevaluasi efektivitas penanganan jalan

    berdasarkan realisasi dan kebutuhan penanganan, analisis pemetaan

    permasalahan kerusakan jalan berdasarkan parameter nilai IRI dan V/C ratio

    menggunakan IPA modifikasi sedangkan penilaian bobot kebutuhan

    penanganan menggunakan AHP berdasarkan hasil responden, disimpulkan

    terdapat ruas jalan dengan jenis penanganan kurang tepat yang

    mengakibatkan biaya penanganan menjadi berlebih.

    Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya, penelitian ini membandingkan dan

    mengevaluasi jenis penanganan terhadap data existing jalan tahun 2011-2013

    dengan program pemeliharaan jalan Bina Marga yang telah berjalan dari tahun

    2012-2014. Analisis yang digunakan yaitu metode IPA dan CSI modifikasi

  • 8

    dimana responden dalam analisis IPA diganti dengan nama ruas jalan di Provinsi

    Sumatera Utara yang telah memiliki data kerusakan jalan dan kondisi lalulintas

    existing, data sekunder didapat dari Ditjen Bina Marga, parameter yang diambil

    yaitu (1). Kondisi kerusakan jalan (SDI dan IRI), (2). Kapasitas jalan (V/C ratio)

    dan (3). Lebar perkerasan jalan, sedangkan untuk pembobotan kebutuhan

    penanganan digunakan metode Costumer Satisfaction Indeks (CSI).