EVALUASI PEMAHAMAN APOTEKER MENGENAI …repository.usd.ac.id/27097/2/148114042_full.pdf · Record...

47
i EVALUASI PEMAHAMAN APOTEKER MENGENAI DOKUMENTASI PATIENT MEDICATION RECORD (PMR) DI APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Cindy Laura NIM : 148114042 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of EVALUASI PEMAHAMAN APOTEKER MENGENAI …repository.usd.ac.id/27097/2/148114042_full.pdf · Record...

i

EVALUASI PEMAHAMAN APOTEKER MENGENAI DOKUMENTASI

PATIENT MEDICATION RECORD (PMR) DI APOTEK DI KOTA

YOGYAKARTA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Cindy Laura

NIM : 148114042

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

EVALUASI PEMAHAMAN APOTEKER MENGENAI DOKUMENTASI

PATIENT MEDICATION RECORD (PMR) DI APOTEK DI KOTA

YOGYAKARTA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Cindy Laura

NIM : 148114042

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Hidup bukan tentang mencari dirimu,

hidup adalah tentang menciptakan dirimu”

– George Bernard Shaw –

Kupersembahkan kepada Tuhan Yesus,

Kepada keluarga serta semua sahabat dan teman-teman yang telah mendukung,

Dan kepada almamaterku, Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat

dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Pemahaman Apoteker Mengenai Dokumentasi Patient Medication

Record (PMR) di Apotek di Kota Yogyakarta Tahun 2017”. Penyusunan

skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana

Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, memberikan

kritik dan saran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu T.B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji atas

kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas kritik dan

saran yang telah diberikan.

6. Pemerintah Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin sehingga penilitian

ini dapat berjalan dengan lancar.

7. Bapak dan Ibu Apoteker di Kota Yogyakarta yang telah bersedia menjadi

responden penelitian ini.

8. Keluarga, terutama kedua orang tua, Bapak Setio Wibowo dan Ibu Berlianti

Ekana atas dukungan yang telah diberikan. Kakak Welly Luxza Pradana dan

Anne Haryanto atas dukungan yang telah diberikan selama ini.

9. Ryan Oktavianus Wilson, teman seperjuangan skripsi atas kerjasama, bantuan,

dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

10. Teman-teman FSM 2014, khususnya kelas A atas kebersamaan dan semangat

yang telah diberikan selama ini.

11. Teman-teman UKM Grisadha, khususnya Emprit yang selalu memberikan

dukungan dan semangatnya.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dalam

penyusunannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi

sempurnanya skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Yogyakarta, 2 Januari 2018

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii

PRAKATA viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR LAMPIRAN xii

DAFTAR GRAFIK xiii

DAFTAR TABEL xiv

ABSTRAK xv

ABSTRACT xvi

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Rancangan dan Subjek Penelitian 2

Alat dan Bahan Penelitian 3

Jalannya Penelitian 4

Analisis dan Interpretasi Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Profil Responden 6

1. Usia Responden 6

2. Lama Bekerja di Apotek 6

3. Posisi Responden di Apotek 7

4. Pekerjaan Lain 8

5. Waktu Kerja dalam Seminggu 8

6. Waktu Kerja dalam Satu Hari 9

Gambaran Pelaksanaan Dokumentasi PMR 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

KESIMPULAN 14

SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

BIOGRAFI PENULIS 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent Uji Pemahaman Bahasa 17

Lampiran 2. Informed Consent Uji Reliabilitas 18

Lampiran 3. Informed Consent Pengambilan Sampel/Data 19

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas 20

Lampiran 5. Prosedur PMR yang terdapat dalam CPFB-GPP 21

Lampiran 6. Kuisioner Penelitian 22

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian 24

Lampiran 8. Hasil Pengambilan Data di Apotek di Kota Yogyakarta 25

Lampiran 9. Hasil Jawaban Responden dalam Kuisioner Penelitian 27

Lampiran 10. Panduan dan Hasil Wawancara Responden 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Usia Responden 6

Gambar 2. Posisi Responden di Apotek 7

Gambar 3. Waktu Kerja Responden dalam Seminggu 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kategori Penilaian Hasil Jawaban Kuisioner 5

Tabel II. Lama Responden Bekerja di Apotek 7

Tabel III. Pekerjaan Lain Responden Selain Apoteker di Apotek 8

Tabel IV. Waktu Kerja Responden dalam Satu Hari 9

Tabel V. Hasil Pemahaman Dokumentasi PMR 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

Abstrak

Patient Medication Record (PMR) adalah catatan penggunaan obat dari

pelayanan kefarmasian yang diberikan apoteker. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pemahaman apoteker dan gambaran pelaksanaan dokumentasi Patient

Medication Record (PMR) oleh apoteker di Apotek di Kota Yogyakarta

berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek serta Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan

penelitian case series. Sebanyak 30 responden dalam penelitian ini adalah

Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau Apoteker Pendamping (APING) yang

bersedia mengisi kuisioner dan wawancara yang merupakan instrumen penelitian

ini. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian

didapatkan dari scoring hasil pengisian kuisioner oleh responden serta

wawancara. Sebesar 40% responden mendapatkan hasil sangat baik dan baik,

sedangkan sebanyak 60% mendapatkan hasil cukup dan kurang. Dari wawancara

ditemukan bahwa responden belum melaksanakan dokumentasi. Oleh karena itu,

Patient Medication Record (PMR) di Apotek di Kota Yogyakarta belum

terlaksana sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek serta Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik

(CPFB) sehingga disarankan perlu dibuat software untuk mempermudah

pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR).

Kata Kunci : Patient Medication Record, Cara Pelayanan Kefarmasian yang

Baik, Apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

Abstract

Patient Medication Record (PMR) is a record of drug use from

pharmaceutical services provided by pharmacists. This study aims to determine

the pharmacists’ understanding and description of the implementation of the

documentation of Patient Medication Record (PMR) by pharmacists at

Pharmacies in Yogyakarta City based on Peraturan Menteri Kesehatan No. 73

Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek and Good

Pharmacy Practice (GPP). The research type of this study is non experimental

with case series research design. As many as 30 respondents in this study is

Apoteker Pengelola Apotek (APA) or Apoteker Pendamping (APING) who is

willing to fill out questionnaires and interviews which is a research instrument.

Data analysis was done descriptively. The results obtained from scoring the

results of filling questionnaires by respondents and interviews. As many as 40%

of respondents get very good and good results, while as many as 60% get enough

and less results. From the interviews it was found that the respondents had not

carried out the documentation. Therefore, Patient Medication Record (PMR) in

Pharmacies in Yogyakarta City showed that not yet implemented in accordance

with Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek and Good Pharmacy Practice (GPP) so it is advisable to

make software to facilitate the implementation of documentation of Patient

Medication Record (PMR).

Keywords : Patient Medication Record, Good Pharmacy Practice,

Pharmacy.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

PENDAHULUAN

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam

membantu mewujudkan tercapainya kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Selain itu, apotek juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi

apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Apoteker adalah tenaga

kefarmasian dan merupakan salah satu tenaga kesehatan, maka apoteker dalam

melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi. Apoteker

harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan

perbekalan kesehatan, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.

Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record)

setiap pasien (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek, apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan

terjadinya kesalahan pengobatan (medication error), mengidentifikasi, mencegah,

dan mengatasi masalah terkait obat (drug related problems), masalah

farmakoekonomi, dan farmasi sosial. Untuk menghindari hal tersebut, apoteker

harus mampu menjalankan tugasnya sesuai standar pelayanan, mampu

berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya, monitoring penggunaan obat,

melakukan evaluasi, serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya.

Patient Medication Record (PMR) adalah catatan penggunaan obat dari

pelayanan kefarmasian yang diberikan apoteker. Tujuan dari pembuatan PMR

adalah pencatatan sejarah penyakit dan pengobatan pasien, untuk membantu

Apoteker dalam mengidentifikasi efek samping yang potensial. Dokumentasi

PMR merupakan salah satu poin dalam aktivitas utama Cara Pelayanan

Kefarmasian yang Baik (CPFB) (Mashuda, A., 2011). Dalam pelayanan resep

farmasi klinik di apotek setelah obat disiapkan, perlu dilakukan berbagai prosedur.

Salah satu prosedur yang perlu dilakukan yaitu apoteker membuat catatan

pengobatan pasien (Depkes RI, 2016). Apabila apotek tidak melaksanakan

dokumentasi Patient Medication Record (PMR), maka semakin besar

kemungkinan terjadinya efek samping obat karena tidak terdokumentasinya alergi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

pasien terhadap obat tertentu serta waktu untuk mencapai tujuan terapi akan

semakin lama (Mashuda, A., 2011).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai pelaksanaan

Patient Medication Record di apotek, yakni penelitian Sukmajati (2007) di Kota

Yogyakarta didapatkan hasil 60,87% apotek tidak selalu melakukan pengisian

medication record dan 39,13% apotek selalu melakukan pengisian medication

record. Sedangkan pada penelitian Isdaryatmo (2008) di Kabupaten Gunung

Kidul Yogyakarta didapatkan hasil 67% apoteker tidak selalu melakukan

pengisian medication record dan 33% apoteker selalu melakukan pengisian

medication record. Tidak dilakukannya medication record ini disebabkan oleh

pengisiannya hanya untuk pasien tertentu serta adanya keterbatasan waktu dan

tenaga. Hal ini menunjukkan bahwa apoteker-apoteker yang bekerja di apotek

belum melakukan dokumentasi Patient Medication Record dengan baik.

Karena pentingnya pelaksanaan Patient Medication Record (PMR) di

apotek, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai

dokumentasi PMR di Apotek di Kota Yogyakarta dengan tujuan untuk melihat

bagaimana pemahaman apoteker mengenai dokumentasi Patient Medication

Record (PMR) serta pelaksanaannya.

METODE PENELITIAN

Rancangan dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Apotek di Kota Yogyakarta dari bulan

September sampai Desember 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian non

eksperimental dengan rancangan penelitian case series. Rancangan penelitian case

series berarti rancangan penelitian yang menggambarkan sekelompok kasus

dengan masalah yang sama.

Subjek penelitian ini adalah tiga puluh (30) apoteker yang bekerja di

Apotek di Kota Yogyakarta, baik yang bekerja sebagai Apoteker Pengelola

Apotek (APA) ataupun Apoteker Pendamping (APING) yang dipilih

menggunakan metode simple random sampling, bersedia mengisi kuisioner

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

penelitian serta diwawancara, dengan maksimal waktu pengisian kuisioner adalah

7 hari.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat penelitian yang digunakan yaitu kuisioner yang berisi 20 pertanyaan

dengan jawaban YA atau TIDAK, sedangkan subyek penelitiannya yaitu

Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau Apoteker Pendamping (APING) yang

bekerja di Apotek di Kota Yogyakarta.

Sebelum kuisioner penelitian siap digunakan untuk pengambilan data,

kuisioner tersebut harus diuji. Uji pertama yang dilakukan yaitu uji validitas,

dimana yang dilakukan adalah uji validitas konstruk dengan metode expert

judgment. Kuisioner dikatakan valid apabila kuisioner tersebut dapat mengukur

apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, yang hendak diukur yaitu

gambaran pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di Apotek

di Kota Yogyakarta sesuai dengan prosedur pembuatan Patient Medication

Record (PMR) dalam Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) atau Good

Pharmacy Practice (GPP). Uji yang kedua adalah uji pemahaman bahasa. Uji ini

dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada 5 responden apoteker untuk

melihat apakah pertanyaan dalam kuisioner mudah dipahami. Didapatkan hasil

bahwa kelima apoteker dapat memahami isi dan cara pengisian kuisioner yang

ditunjukkan dengan tidak adanya pertanyaan terkait pertanyaan dalam kuisioner

tersebut. Yang ketiga adalah uji reliabilitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui

konsistensi dari kuisioner. Uji reliabilitas ini menggunakan metode Kuder-

Richardson Formula 20 (KR-20) dengan nilai minimal r yaitu 0,60. Pada uji

reliabilitas ini kuisioner disebarkan kepada 30 responden apoteker yang bekerja di

apotek untuk diisi dan kemudian hasilnya dinilai untuk melihat reliabel atau

tidaknya kuisioner menggunakan rumus r KR20. Didapatkan hasil yaitu r = 0,82

yang artinya kuisioner reliabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Jalannya Penelitian

Penyusunan kuisioner penelitian yang digunakan, didasarkan pada

prosedur Pembuatan Patient Medication Record (PMR) dari Cara Pelayanan

Kefarmasian yang Baik (CPFB) atau Good Pharmacy Practice (GPP).

Subjek penelitian dipilih menggunakan metode simple random sampling

dari keseluruhan apotek yang berjumlah 130 di Kota Yogyakarta untuk

mendapatkan 30 apotek yang menjadi sampel penelitian. Metode simple random

sampling yang digunakan peneliti untuk memilih subjek penelitian adalah dengan

menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 dengan rumus

=RANDBETWEEN(bottom;top). Urutan 1-30 pertama merupakan sampel yang

akan menjadi responden.

Penulis memohonkan surat ijin penelitian ke Pemerintah Daerah Istimewa

Yogyakarta. Setelah mendapatkan surat ijin, penulis mulai menyebarkan kuisioner

ke responden terpilih. Sebelum kuisioner tersebut diisi, responden mengisi

Informed Consent yang telah disediakan. Informed Consent ini berisi persetujuan

responden dalam mengikuti penelitian ini agar penelitian dapat berjalan tanpa

merugikan salah satu pihak, responden berhak memutuskan keluar dan tidak

berpartisipasi lagi dalam penelitian apabila terdapat hal yang tidak sesuai dengan

kesepakatan, responden menerima kontraprestasi berupa ucapan terima kasih

dalam membantu proses penelitian ini, dan responden menyatakan bahwa tidak

keberatan untuk mengisi kuisioner penelitian dengan jujur.

=

=

=

=

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Analisis dan Interpretasi Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif. Analisis deskriptif merupakan suatu prosedur pengolahan data dengan

menggambarkan dan meringkas data dalam bentuk tabel atau grafik. Analisis

deskriptif dapat mengubah sekumpulan data yang mentah menjadi mudah untuk

dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Latif, 2000).

Pada penelitian ini hasil jawaban benar dari pengisian kuisioner oleh

responden dijumlahkan, kemudian score tersebut diklasifikasikan menjadi 4

kategori yaitu A (Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), dan D (Kurang).

Tabel I. Kategori Penilaian Hasil Jawaban Kuisioner

No. Score Nilai Kode Kategori

1 16 – 20 100 A Sangat Baik

2 11 – 15 75 B Baik

3 6 – 10 50 C Cukup

4 0 – 5 25 D Kurang

Responden yang masuk ke dalam kategori A adalah responden yang

sangat memahami prosedur dokumentasi Patient Medication Record (PMR)

ditunjukkan dengan nilai jawaban benar kuisioner adalah 16-20, responden

dengan kategori B artinya responden yang sudah memahami prosedur

dokumentasi Patient Medication Record (PMR) dengan nilai jawaban benar

kuisioner adalah 11-15, responden dengan kategori C artinya responden yang

kurang memahami prosedur dokumentasi Patient Medication Record (PMR)

ditunjukkan dengan nilai jawaban benar kuisioner adalah 6-10, serta responden

yang masuk ke dalam kategori D adalah responden yang belum memahami

prosedur dokumentasi Patient Medication Record (PMR) dengan nilai jawaban

benar kuisioner adalah 0-5. Acuan prosedur pembuatan Patient Medication

Record (PMR) adalah dari Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) dan

Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari kuisioner yang telah diisi oleh 30 responden diolah

menggunakan metode analisis deskriptif, dimana jawaban yang sama

dikelompokkan serta dihitung persentasenya dan hasilnya disajikan dalam bentuk

tabel atau gambar berupa diagram. Berikut hasil rekapitulasi data.

Profil Responden

1. Usia Responden

Sebagian besar responden yaitu sebesar 54% berusia 23-30 tahun. Jumlah

responden yang berusia 31-40 tahun adalah 33% dan sebanyak 13% responden

berusia di atas 40 tahun.

Gambar 1. Usia Responden

2. Lama Bekerja di Apotek

Dari data yang diperoleh, dapat dilihat 13,3% responden bekerja di apotek

selama kurang dari satu tahun; 53,3% responden telah bekerja di apotek selama 1-

5 tahun; 20% responden telah bekerja di apotek selama 6-10 tahun; dan 13,3%

responden telah bekerja di apotek selama lebih dari 10 tahun.

54% 33%

13%

23-30 th

31-40 th

> 40 th

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

Tabel II. Lama Responden Bekerja di Apotek

No Lama Bekerja di Apotek Jumlah Persentase (%)

n = 30

1 <1 tahun 4 13,3

2 1 – 5 tahun 16 53,3

3 6 – 10 tahun 6 20

4 >10 tahun 4 13,3

Total 30 100

Sebagian besar responden telah bekerja di apotek selama 1-5 tahun.

Persentase terbesar kedua yaitu responden yang telah bekerja di apotek selama 6-

10 tahun sebesar 20%. Dengan pengalaman kerja yang dimiliki responden,

diharapkan responden telah sepenuhnya memahami Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek serta Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB),

khususnya mengenai pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record

(PMR).

3. Posisi Responden di Apotek

Dari 30 apoteker yang menjadi responden dalam penelitian ini, 60% atau

sebanyak 18 apoteker bekerja sebagai Apotek Pengelola Apotek dan sisanya

bekerja sebagai Apoteker Pendamping.

Gambar 2. Posisi Responden di Apotek

60%

40% APA

APING

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

4. Pekerjaan Lain

Apoteker yang bekerja sebagai Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker

Pendamping dapat memiliki pekerjaan lain selain di apotek tersebut.

Tabel III. Pekerjaan Lain Responden Selain Apoteker di Apotek

No Pekerjaan Lain Responden Jumlah Persentase (%)

n = 30

1 Memiliki 5 16,7

2 Tidak Memiliki 25 83,3

Total 30 100

Dari Tabel III di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 16,7% apoteker yang

memiliki pekerjaan lain selain sebagai apoteker di apotek. Pekerjaan lain tersebut

antara lain sebagai wirausaha, pegawai negri, dan juga karyawan swasta. Namun,

83,3% apoteker sebagai responden penelitian ini tidak memiliki pekerjaan lain

selain sebagai apoteker yang bekerja di apotek.

5. Waktu Kerja dalam Seminggu

Sesuai dengan Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek, selama jam buka apotek, selama itu pula di apotek

tersebut harus ada minimal satu apoteker yang bertugas, baik Apoteker Pengelola

Apotek atau Apoteker Pendamping. Menurut Pasal 77 UU RI Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan, ketentuan waktu kerja adalah 7 (tujuh) jam 1

(satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja

dalam 1 (satu) minggu. Dari Gambar 3 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden bekerja di apotek selama 5-6 hari dalam seminggu yaitu sebanyak 90%.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa responden telah melaksanakan tugasnya

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

Gambar 3. Waktu Kerja Responden dalam Seminggu

6. Waktu Kerja dalam Satu Hari

Tabel IV. Waktu Kerja Responden dalam Satu Hari

No Waktu Kerja Responden

dalam Satu Hari

Jumlah Persentase (%)

n = 30

1 4-5 jam 7 23,3

2 6-7 jam 11 36,7

3 >7 jam 12 40

Total 30 100

Menurut pasal 77 ayat 2 UU RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, ketentuan waktu kerja adalah 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40

(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)

minggu. Dari Tabel IV di atas, dapat dilihat bahwa responden bekerja sesuai

dengan Undang-Undang yang berlaku yaitu 6-7 jam bahkan lebih dari 7 jam

dalam satu hari. Namun juga terdapat responden yang bekerja di apotek selama 4-

5 jam dalam sehari yaitu sebanyak 23,3 %.

3% 7%

90%

1-2 hari

3-4 hari

5-6 hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Gambaran Pelaksanaan Dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di

Apotek di Kota Yogyakarta

Dari hasil pengisian kuisioner oleh setiap responden, nilai total dari

masing-masing responden dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu A (Sangat

Baik), B (Baik), C (Cukup), dan D (Kurang) seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel V. Hasil Pemahaman Apoteker Mengenai Dokumentasi PMR

No Score Nilai Kode Kategori Jumlah Persentase

1 16 – 20 100 A Sangat Baik 3 10 %

2 11 – 15 75 B Baik 9 30 %

3 6 – 10 50 C Cukup 18 60 %

4 0 – 5 25 D Kurang 0 0 %

Total 30 100 %

Dari Tabel V di atas, dapat dilihat bahwa hanya 3 responden yang masuk

ke dalam kategori Sangat Baik dengan persentase sebesar 10%. Ketiga responden

tersebut sangat memahami prosedur dan pentingnya pelaksanaan Patient

Medication Record (PMR) di Apotek. Namun pada kenyataannya dalam

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, ketiga responden tersebut belum

melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) sesuai dengan

prosedur dokumentasi PMR menurut Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik

(CPFB) seperti ditunjukkan dengan pernyataan berikut.

“Saya belum melakukan dokumentasi PMR itu, ya karena tidak ada waktu

untuk melakukannya, banyaknya pasien, kurang tenaga kerja juga.”, kata salah

satu responden.

Responden yang masuk ke dalam kategori Baik dengan kode B yaitu

sebanyak 9 responden dengan persentase sebesar 30%. Apoteker-apoteker

responden tersebut memahami prosedur pelaksanaan dokumentasi Patient

Medication Record (PMR) di Apotek. Mereka juga memahami akan pentingnya

pelaksanaan PMR di Apotek. Pada kenyataannya, 9 responden tersebut juga

belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

dengan prosedur pelaksanaan dokumentasi PMR yang terdapat di dalam Cara

Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB). Menurut sebagian besar responden

pada kategori ini, PMR belum begitu efektif untuk dilakukan saat ini dan untuk

semua pasien yang datang ke apotek, walaupun mereka memahami prosedur

pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di Apotek.

Salah satu responden dalam wawancara mengatakan hal demikian, “Kalau

untuk semua pasien yang datang ke apotek kayaknya belum bisa dilakukan saat

ini. Mungkin hanya yang penyakitnya kronis atau yang sering beli obat di sini

saja.. Dokumentasi yang dilakukan di sini ya sebatas menggunakan resep. Kan

ada identitas pasien, identitas dokter, dan obat-obat yang dikonsumsi pasien itu

apa saja.”.

Akan tetapi, dokumentasi yang dilakukan bukan berupa lembar Patient

Medication Record (PMR). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa responden

belum melaksanakan Patient Medication Record (PMR).

Responden yang masuk ke dalam kategori A dan B merupakan responden

yang mendapatkan nilai yang sangat baik dan baik dalam pengisian kuisioner.

Artinya responden-responden tersebut memahami prosedur dokumentasi Patient

Medication Record (PMR) yang baik. Walaupun demikian dalam kenyataannya

dalam pelayanan kefarmasian di apotek, responden yang merupakan apoteker

tersebut belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record (PMR)

karena tidak adanya bukti dokumentasi. Melalui wawancara dengan responden

tersebut, didapatkan hasil bahwa menurut mereka dokumentasi Patient

Medication Record (PMR) belum merupakan suatu hal yang sangat penting untuk

dilakukan saat ini. Penting dilakukan untuk pasien yang memiliki penyakit kronis,

pasien dengan usia lanjut, namun belum untuk semua pasien. Untuk saat ini,

mereka sudah memahami Patient Medication Record (PMR) namun belum untuk

pelaksanaannya dalam praktek kefarmasian di apotek. Responden tersebut lebih

memfokuskan pelayanannya di apotek dalam pelayanan resep, konseling, serta

Pelayanan Informasi Obat (PIO).

Terdapat 60% atau sejumlah 18 responden yang masuk ke dalam kategori

Cukup dengan kode C. Responden tersebut memahami apa itu Patient

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Medication Record (PMR), namun kurang memahami prosedur pelaksanaan

dokumentasi Patient Medication Record (PMR) yang baik sesuai dengan Cara

Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).

“Belum dilaksanakan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di sini.

Saya mengerti sih PMR itu buat mencatat obat-obat yang dikonsumsi pasien, tapi

untuk detailnya yang dicatat apa saja di PMR belum begitu paham. Soalnya di

sini juga belum dilaksanakan dokumentasi itu. Acuan pembuatan PMR juga

kurang paham.”.

Responden-responden tersebut mengisi kuisioner sesuai dengan kenyataan yang

terjadi dalam praktek Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang dilakukan yaitu

belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record (PMR), sehingga

hasil dari kuisioner mereka masuk ke dalam kategori Cukup.

Dari 30 responden dalam penelitian ini, tidak ada satupun responden yang

masuk ke dalam kategori Kurang dengan kode D. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa tidak ada satupun responden yang belum pernah sama sekali

melaksanakan dokumentasi dan belum memahami dokumentasi Patient

Medication Record (PMR).

Hasil penilaian pengisian kuisioner oleh 30 responden tersebut di atas

menunjukkan bahwa sebagian besar Apoteker yang bekerja di Apotek di Kota

Yogyakarta hanya memahami prosedur dokumentasi Patient Medication Record

(PMR), namun belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record

(PMR) sesuai prosedur pembuatan PMR yang diatur dalam Cara Pelayanan

Kefarmasian yang Baik (CPFB) dan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Hal tersebut didukung oleh tidak

adanya bukti dokumentasi di apotek. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record

(PMR) di Kota Yogyakarta pada tahun-tahun mendatang.

Berdasarkan penelitian ini, ditemukan beberapa faktor yang menghambat

pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di Apotek di Kota

Yogyakarta, antara lain tidak ada waktu untuk melaksanakannya, kurangnya

tenaga kerja, prioritas penyakit (penyakit kronis), serta kurangnya pemahaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

tentang acuan formulir dokumentasi Patient Medication Record (PMR) yang

benar. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan

pembuatan software untuk dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di

apotek yang sesuai dengan prosedur pembuatan Patient Medication Record

(PMR) menurut Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) (Lampiran 5)

serta pembiasaan diri untuk selalu melaksanakan dokumentasi Patient Medication

Record (PMR) kepada setiap pasien yang membeli obat di apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

KESIMPULAN

Patient Medication Record (PMR) di Apotek di Kota Yogyakarta belum

terlaksana dan hanya 40% responden yang memahami prosedur dokumentasi

Patient Medication Record (PMR) sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek serta Cara Pelayanan

Kefarmasian yang Baik (CPFB) atau Good Pharmacy Practice (GPP).

SARAN

Perlu dibuat software untuk mempermudah Apoteker dalam melaksanakan

dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di Apotek yang sesuai dengan

Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

DAFTAR PUSTAKA

Alfianika, N., 2015, Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia,

Deepublish, 21.

Alwi, I., 2015. Kriteria Empirik Dalam Menentukan Ukuran Sampel Pada

Pengujian Hipotesis Statistika Dan Analisis Butir, Universitas Indraprasta

PGRI Jakarta, 2(2), 141.

Anonim, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013

Tentang Ketenagakerjaan, Depkes RI, Jakarta.

Boone, H. N. and Boone, D. A., 2012. Analyzing Likert Data. Journal of

Extension, 50(2), 3.

Brown, J. D., 2001. Statistics Corner. Questions and answers about language

testing statistics: Can we use the Spearman-Brown prophecy formula to

defend low reliability? Shiken: JALT Testing & Evaluation SIG

Newsletter, 4 (3), 7-9.

Departemen Kesehatan RI, 2016, Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Direktorat Bina Farmasi

Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat

Kesehatan, Jakarta, hal. 3, 5, 11, 15, 17.

Harianti, A., Veronica, M.S., Nur, Setiawan, S., dan Iskandar, D., 2012. Statistika

II, Andi Offset, Yogyakarta, hal. 13.

Hartini, Y. S., Sulasmono, Sukmajati, M., dan Kurniawan, A., 2016. Pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Sleman dan Yogyakarta. IAI

(Online), https://www.ikatanapotekerindonesia.net/news/pharma-

update/pelaksanaan-standar-pelayanan-kefarmasian-di-apotek-di-sleman-

dan-yogyakarta diakses pada tanggal 28 Mei 2017.

Isdaryatmo, Y. B. T., 2008, Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Apotek-Apotek Kabupaten Gunungkidul (Skripsi), Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, hal. 65-66.

Latif, Misno, 2000, Teknik Analisa Data Kuantitatif, Makalah Diklat Action

Research Mahasiswa STAIN, Jember.

Mashuda, A., 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) /

Good Pharmacy Practice (GPP), Kerjasama Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasiann dan Alat Kesahatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia dan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta, hal. 7,

27, 28, 69, 80.

Sastroasmoro, Sudigdo, 2010, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi

ke- 3, Sagung Seto, Jakarta, hal. 95.

Sudjaswadi, R., 2001, Farmasi, Farmasis, dan Farmasi Sosial (Pharmacy,

Pharmacist, and Social Pharmacy), Majalah Farmasi Indonesia, 12(3),

128.

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Edisi ke-1, Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,

Bandung, hal. 119.

Sukmajati, A. M., 2007, Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 Di Kota

Yogyakarta (Skripsi), Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, hal.

63-64.

Suryabrata, S., 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Andi Offset,

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent Uji Pemahaman Bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Lampiran 2. Informed Consent Uji Reliabilitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Lampiran 3. Informed Consent Pengambilan Sampel / Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Lampiran 5. Prosedur PMR yang terdapat dalam CPFB-GPP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Lampiran 6. Kuisioner Penelitian

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Saya mendokumentasikan informasi ketergantungan

obat tertentu terkait pengobatan pasien.

2.

Saya mendokumentasikan indikasi dan pengobatan

pasien untuk mengidentifikasi efek samping yang

potensial.

3. Saya mendokumentasikan reaksi alergi atau

hipersensitivitas pasien terhadap obat tertentu.

4.

Saya memasukkan data pasien secara detail ke

blanko dokumentasi catatan pengobatan pasien

(nama lengkap, alamat, umur, jenis kelamin).

5.

Saya memahami medication error merupakan akibat

dari kurangnya pelaksanaan dokumentasi catatan

pengobatan pasien.

6. Saya mengabaikan kebiasaan pasien mengkonsumsi

minuman keras/rokok/teh/kopi dalam pemilihan obat.

7. Saya melakukan dokumentasi catatan pengobatan

apabila saya memiliki waktu luang.

8. Saya memberikan data dokumentasi catatan

pengobatan pasien kepada dokter yang bersangkutan.

9. Saya mendokumentasikan adanya efek samping atau

adanya interaksi obat.

10.

Saya menyimpan data dan informasi yang berkaitan

dengan pasien yang sifatnya terbuka dan dapat

diakses oleh semua orang.

11. Melaksanakan dokumentasi catatan pengobatan

pasien akan menyita waktu saya.

12. Dokumentasi Patient Medication Record (PMR)

bukan merupakan tanggung jawab apoteker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

13. Saya melaksanakan dokumentasi catatan pengobatan

pada setiap pasien.

14. Saya mendokumentasikan indikasi obat yang dibeli

pasien di apotek.

15. Saya mendokumentasikan secara detail obat yang

dikonsumsi pasien selama setahun terakhir atau lebih.

16.

Blanko dokumentasi catatan pengobatan pasien

hanya dibuat satu kali saat pertama kali kedatangan

pasien tersebut.

17. Saya mendokumentasikan adanya kesulitan pasien

untuk mengkonsumsi bentuk sediaan tertentu.

18. Saya melakukan dokumentasi catatan pengobatan

saat obat yang dibeli pasien tergolong mahal.

19. Saya mengarsipkan blanko dokumentasi catatan

pengobatan pasien secara acak.

20. Saya melakukan dokumentasi catatan pengobatan

apabila penyakit pasien kronis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Lampiran 8. Hasil Pengambilan Data di Apotek di Kota Yogyakarta

Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1

3 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1

4 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1

5 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1

6 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1

7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1

8 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1

9 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1

10 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1

11 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1

12 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1

13 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1

14 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1

15 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1

16 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1

17 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1

18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1

19 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1

20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

21 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1

22 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1

23 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0

24 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0

25 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1

26 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1

27 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1

28 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1

29 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1

30 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Subjek 13 14 15 16 17 18 19 20 Score Kode

1 1 1 1 1 0 1 0 1 17 A

2 1 1 1 0 1 1 1 0 16 A

3 1 1 1 0 1 1 1 0 15 B

4 0 0 0 0 0 1 1 1 9 C

5 0 0 0 1 0 1 1 1 10 C

6 0 0 0 1 0 1 1 1 8 C

7 0 0 0 0 0 0 1 0 11 B

8 0 0 1 1 0 1 0 1 10 C

9 0 1 0 0 0 1 0 1 8 C

10 0 1 1 0 0 1 0 1 10 C

11 0 0 0 1 0 1 1 0 10 C

12 0 0 0 0 0 1 0 0 10 C

13 0 0 0 0 0 1 1 1 10 C

14 0 1 1 1 1 0 0 0 13 B

15 0 1 0 1 0 1 1 1 12 B

16 0 0 0 1 0 0 0 0 8 C

17 0 0 0 0 0 1 0 0 8 C

18 1 1 1 1 1 1 0 0 16 A

19 0 0 0 0 1 1 0 1 11 B

20 1 1 1 0 0 0 0 0 14 B

21 0 0 0 1 0 1 1 1 10 C

22 0 0 0 1 1 0 0 1 9 C

23 1 1 0 1 0 1 0 0 12 B

24 1 0 1 1 0 0 0 0 9 C

25 0 1 0 0 1 1 1 1 11 B

26 0 1 0 1 0 1 1 1 12 B

27 0 1 0 1 0 1 0 0 9 C

28 0 1 0 0 0 1 1 0 10 C

29 1 1 1 0 1 0 0 0 10 C

30 0 0 0 0 1 1 1 0 8 C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Lampiran 9. Hasil Jawaban Responden dalam Kuisioner Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Lampiran 10. Panduan dan Hasil Wawancara Responden

Panduan Pertanyaan Wawancara

1. Pedoman apa yang anda gunakan dalam melaksanakan Patient Medication

Record ?

2. Mengapa anda belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication

Record ?

3. Kapan saja anda melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record ?

Catatan : pertanyaan wawancara dapat berkembang seiring berjalannya diskusi.

Ringkasan Hasil Wawancara Responden

P : Peneliti

R : Responden

P : Menurut Anda, apa pengertian dari Patient Medication Record (PMR) ?

R : Patient Medication Record (PMR) itu adalah catatan pengobatan pasien.

P : Patient Medication Record (PMR) itu dilakukan ke semua pasien atau hanya

pasien tertentu saja ?

R : Seharusnya setiap pasien, tetapi kami baru melakukan pada pasien tertentu

saja misalnya pasien yang lansia atau yang punya penyakit tertentu yang butuh

dikontrol dan juga pasien yang langganan di apotek ini. Dan yang kami

lakukan itu bukan dokumentasi khusus untuk Patient Medication Record

(PMR) tetapi hanya dengan lembar resep saja yang di bawahnya ada identitas

pasien dan juga ada catatan obat-obat yang dibeli. Kalau pasien sudah

langganan beli obat di apotek kan sudah hapal kami.

P : Oh jadi yang didokumentasi itu hanya identitas pasien dan jenis obatnya saja

ya ?

R : Iya. Nama pasien, alamat, umur, sama obat-obat yang diresep saja.

P : Untuk pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) ini apakah

mengacu pada suatu pedoman tertentu ?

R : Tidak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

P : Patient Medication Record (PMR) kan seharusnya dilaksanakan ke semua

pasien seperti yang tadi sudah dibilang, tetapi mengapa belum diterapkan ?

R : Kekurangan tenaga di sini, tidak ada waktu banyak juga untuk membuat

dokumentasi semua pasien yang beli obat di sini. Dokumentasi yang kami

lakukan kan hanya sebatas dari resep saja. Mungkin kalau besok-besok kami

sudah buat yang lembar khusus untuk Patient Medication Record (PMR) akan

dilakukan ke semua pasien jadinya lebih lengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Cindy Laura, dilahirkan

Pada Tanggal 18 Juni 1996 di Jakarta. Anak ketiga

dari Pasangan suami istri Bapak Setio Wibowo dan

Ibu Berlianti Ekana. Pada Tahun 2008 lulus SD

Tarakanita Magelang, Tahun 2011 lulus SMP

Tarakanita Magelang, dan Tahun 2014 lulus dari

SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Pada Tahun 2014

penulis menempuh pendidikan sarjana di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma. Semasa kuliah

penulis aktif terlibat dalam kegiatan Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) Grisadha, kepanitiaan tingkat fakultas, dan kegiatan non

akademik lainnya. Pada Tahun 2017 penulis berhasil mengikuti Program

Kreativitas Mahasiswa yang didanai oleh Kementrian Riset, Teknologi, dan

Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dengan judul POSKO ESKIMO. Penulis

juga memiliki pengalaman kerja sebagai asisten dosen pada mata kuliah

Praktikum Biofarmasetika-Farmakokinetika dan Praktikum Komunikasi Farmasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI