EVALUASI PEMAHAMAN APOTEKER MENGENAI …repository.usd.ac.id/27097/2/148114042_full.pdf · Record...
Transcript of EVALUASI PEMAHAMAN APOTEKER MENGENAI …repository.usd.ac.id/27097/2/148114042_full.pdf · Record...
i
EVALUASI PEMAHAMAN APOTEKER MENGENAI DOKUMENTASI
PATIENT MEDICATION RECORD (PMR) DI APOTEK DI KOTA
YOGYAKARTA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Cindy Laura
NIM : 148114042
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EVALUASI PEMAHAMAN APOTEKER MENGENAI DOKUMENTASI
PATIENT MEDICATION RECORD (PMR) DI APOTEK DI KOTA
YOGYAKARTA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Cindy Laura
NIM : 148114042
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Hidup bukan tentang mencari dirimu,
hidup adalah tentang menciptakan dirimu”
– George Bernard Shaw –
Kupersembahkan kepada Tuhan Yesus,
Kepada keluarga serta semua sahabat dan teman-teman yang telah mendukung,
Dan kepada almamaterku, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat
dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Evaluasi Pemahaman Apoteker Mengenai Dokumentasi Patient Medication
Record (PMR) di Apotek di Kota Yogyakarta Tahun 2017”. Penyusunan
skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, memberikan
kritik dan saran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu T.B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji atas
kritik dan saran yang telah diberikan.
5. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas kritik dan
saran yang telah diberikan.
6. Pemerintah Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin sehingga penilitian
ini dapat berjalan dengan lancar.
7. Bapak dan Ibu Apoteker di Kota Yogyakarta yang telah bersedia menjadi
responden penelitian ini.
8. Keluarga, terutama kedua orang tua, Bapak Setio Wibowo dan Ibu Berlianti
Ekana atas dukungan yang telah diberikan. Kakak Welly Luxza Pradana dan
Anne Haryanto atas dukungan yang telah diberikan selama ini.
9. Ryan Oktavianus Wilson, teman seperjuangan skripsi atas kerjasama, bantuan,
dan dukungan yang telah diberikan selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
10. Teman-teman FSM 2014, khususnya kelas A atas kebersamaan dan semangat
yang telah diberikan selama ini.
11. Teman-teman UKM Grisadha, khususnya Emprit yang selalu memberikan
dukungan dan semangatnya.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dalam
penyusunannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi
sempurnanya skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Yogyakarta, 2 Januari 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
PRAKATA viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR GRAFIK xiii
DAFTAR TABEL xiv
ABSTRAK xv
ABSTRACT xvi
PENDAHULUAN 1
METODE PENELITIAN 2
Rancangan dan Subjek Penelitian 2
Alat dan Bahan Penelitian 3
Jalannya Penelitian 4
Analisis dan Interpretasi Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Profil Responden 6
1. Usia Responden 6
2. Lama Bekerja di Apotek 6
3. Posisi Responden di Apotek 7
4. Pekerjaan Lain 8
5. Waktu Kerja dalam Seminggu 8
6. Waktu Kerja dalam Satu Hari 9
Gambaran Pelaksanaan Dokumentasi PMR 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
KESIMPULAN 14
SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 17
BIOGRAFI PENULIS 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent Uji Pemahaman Bahasa 17
Lampiran 2. Informed Consent Uji Reliabilitas 18
Lampiran 3. Informed Consent Pengambilan Sampel/Data 19
Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas 20
Lampiran 5. Prosedur PMR yang terdapat dalam CPFB-GPP 21
Lampiran 6. Kuisioner Penelitian 22
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian 24
Lampiran 8. Hasil Pengambilan Data di Apotek di Kota Yogyakarta 25
Lampiran 9. Hasil Jawaban Responden dalam Kuisioner Penelitian 27
Lampiran 10. Panduan dan Hasil Wawancara Responden 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Usia Responden 6
Gambar 2. Posisi Responden di Apotek 7
Gambar 3. Waktu Kerja Responden dalam Seminggu 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kategori Penilaian Hasil Jawaban Kuisioner 5
Tabel II. Lama Responden Bekerja di Apotek 7
Tabel III. Pekerjaan Lain Responden Selain Apoteker di Apotek 8
Tabel IV. Waktu Kerja Responden dalam Satu Hari 9
Tabel V. Hasil Pemahaman Dokumentasi PMR 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Abstrak
Patient Medication Record (PMR) adalah catatan penggunaan obat dari
pelayanan kefarmasian yang diberikan apoteker. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemahaman apoteker dan gambaran pelaksanaan dokumentasi Patient
Medication Record (PMR) oleh apoteker di Apotek di Kota Yogyakarta
berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek serta Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian case series. Sebanyak 30 responden dalam penelitian ini adalah
Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau Apoteker Pendamping (APING) yang
bersedia mengisi kuisioner dan wawancara yang merupakan instrumen penelitian
ini. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian
didapatkan dari scoring hasil pengisian kuisioner oleh responden serta
wawancara. Sebesar 40% responden mendapatkan hasil sangat baik dan baik,
sedangkan sebanyak 60% mendapatkan hasil cukup dan kurang. Dari wawancara
ditemukan bahwa responden belum melaksanakan dokumentasi. Oleh karena itu,
Patient Medication Record (PMR) di Apotek di Kota Yogyakarta belum
terlaksana sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek serta Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik
(CPFB) sehingga disarankan perlu dibuat software untuk mempermudah
pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR).
Kata Kunci : Patient Medication Record, Cara Pelayanan Kefarmasian yang
Baik, Apotek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Abstract
Patient Medication Record (PMR) is a record of drug use from
pharmaceutical services provided by pharmacists. This study aims to determine
the pharmacists’ understanding and description of the implementation of the
documentation of Patient Medication Record (PMR) by pharmacists at
Pharmacies in Yogyakarta City based on Peraturan Menteri Kesehatan No. 73
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek and Good
Pharmacy Practice (GPP). The research type of this study is non experimental
with case series research design. As many as 30 respondents in this study is
Apoteker Pengelola Apotek (APA) or Apoteker Pendamping (APING) who is
willing to fill out questionnaires and interviews which is a research instrument.
Data analysis was done descriptively. The results obtained from scoring the
results of filling questionnaires by respondents and interviews. As many as 40%
of respondents get very good and good results, while as many as 60% get enough
and less results. From the interviews it was found that the respondents had not
carried out the documentation. Therefore, Patient Medication Record (PMR) in
Pharmacies in Yogyakarta City showed that not yet implemented in accordance
with Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek and Good Pharmacy Practice (GPP) so it is advisable to
make software to facilitate the implementation of documentation of Patient
Medication Record (PMR).
Keywords : Patient Medication Record, Good Pharmacy Practice,
Pharmacy.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam
membantu mewujudkan tercapainya kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Selain itu, apotek juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi
apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Apoteker adalah tenaga
kefarmasian dan merupakan salah satu tenaga kesehatan, maka apoteker dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi. Apoteker
harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan
perbekalan kesehatan, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.
Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record)
setiap pasien (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error), mengidentifikasi, mencegah,
dan mengatasi masalah terkait obat (drug related problems), masalah
farmakoekonomi, dan farmasi sosial. Untuk menghindari hal tersebut, apoteker
harus mampu menjalankan tugasnya sesuai standar pelayanan, mampu
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya, monitoring penggunaan obat,
melakukan evaluasi, serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya.
Patient Medication Record (PMR) adalah catatan penggunaan obat dari
pelayanan kefarmasian yang diberikan apoteker. Tujuan dari pembuatan PMR
adalah pencatatan sejarah penyakit dan pengobatan pasien, untuk membantu
Apoteker dalam mengidentifikasi efek samping yang potensial. Dokumentasi
PMR merupakan salah satu poin dalam aktivitas utama Cara Pelayanan
Kefarmasian yang Baik (CPFB) (Mashuda, A., 2011). Dalam pelayanan resep
farmasi klinik di apotek setelah obat disiapkan, perlu dilakukan berbagai prosedur.
Salah satu prosedur yang perlu dilakukan yaitu apoteker membuat catatan
pengobatan pasien (Depkes RI, 2016). Apabila apotek tidak melaksanakan
dokumentasi Patient Medication Record (PMR), maka semakin besar
kemungkinan terjadinya efek samping obat karena tidak terdokumentasinya alergi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pasien terhadap obat tertentu serta waktu untuk mencapai tujuan terapi akan
semakin lama (Mashuda, A., 2011).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai pelaksanaan
Patient Medication Record di apotek, yakni penelitian Sukmajati (2007) di Kota
Yogyakarta didapatkan hasil 60,87% apotek tidak selalu melakukan pengisian
medication record dan 39,13% apotek selalu melakukan pengisian medication
record. Sedangkan pada penelitian Isdaryatmo (2008) di Kabupaten Gunung
Kidul Yogyakarta didapatkan hasil 67% apoteker tidak selalu melakukan
pengisian medication record dan 33% apoteker selalu melakukan pengisian
medication record. Tidak dilakukannya medication record ini disebabkan oleh
pengisiannya hanya untuk pasien tertentu serta adanya keterbatasan waktu dan
tenaga. Hal ini menunjukkan bahwa apoteker-apoteker yang bekerja di apotek
belum melakukan dokumentasi Patient Medication Record dengan baik.
Karena pentingnya pelaksanaan Patient Medication Record (PMR) di
apotek, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai
dokumentasi PMR di Apotek di Kota Yogyakarta dengan tujuan untuk melihat
bagaimana pemahaman apoteker mengenai dokumentasi Patient Medication
Record (PMR) serta pelaksanaannya.
METODE PENELITIAN
Rancangan dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Apotek di Kota Yogyakarta dari bulan
September sampai Desember 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian non
eksperimental dengan rancangan penelitian case series. Rancangan penelitian case
series berarti rancangan penelitian yang menggambarkan sekelompok kasus
dengan masalah yang sama.
Subjek penelitian ini adalah tiga puluh (30) apoteker yang bekerja di
Apotek di Kota Yogyakarta, baik yang bekerja sebagai Apoteker Pengelola
Apotek (APA) ataupun Apoteker Pendamping (APING) yang dipilih
menggunakan metode simple random sampling, bersedia mengisi kuisioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
penelitian serta diwawancara, dengan maksimal waktu pengisian kuisioner adalah
7 hari.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat penelitian yang digunakan yaitu kuisioner yang berisi 20 pertanyaan
dengan jawaban YA atau TIDAK, sedangkan subyek penelitiannya yaitu
Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau Apoteker Pendamping (APING) yang
bekerja di Apotek di Kota Yogyakarta.
Sebelum kuisioner penelitian siap digunakan untuk pengambilan data,
kuisioner tersebut harus diuji. Uji pertama yang dilakukan yaitu uji validitas,
dimana yang dilakukan adalah uji validitas konstruk dengan metode expert
judgment. Kuisioner dikatakan valid apabila kuisioner tersebut dapat mengukur
apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, yang hendak diukur yaitu
gambaran pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di Apotek
di Kota Yogyakarta sesuai dengan prosedur pembuatan Patient Medication
Record (PMR) dalam Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) atau Good
Pharmacy Practice (GPP). Uji yang kedua adalah uji pemahaman bahasa. Uji ini
dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada 5 responden apoteker untuk
melihat apakah pertanyaan dalam kuisioner mudah dipahami. Didapatkan hasil
bahwa kelima apoteker dapat memahami isi dan cara pengisian kuisioner yang
ditunjukkan dengan tidak adanya pertanyaan terkait pertanyaan dalam kuisioner
tersebut. Yang ketiga adalah uji reliabilitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
konsistensi dari kuisioner. Uji reliabilitas ini menggunakan metode Kuder-
Richardson Formula 20 (KR-20) dengan nilai minimal r yaitu 0,60. Pada uji
reliabilitas ini kuisioner disebarkan kepada 30 responden apoteker yang bekerja di
apotek untuk diisi dan kemudian hasilnya dinilai untuk melihat reliabel atau
tidaknya kuisioner menggunakan rumus r KR20. Didapatkan hasil yaitu r = 0,82
yang artinya kuisioner reliabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Jalannya Penelitian
Penyusunan kuisioner penelitian yang digunakan, didasarkan pada
prosedur Pembuatan Patient Medication Record (PMR) dari Cara Pelayanan
Kefarmasian yang Baik (CPFB) atau Good Pharmacy Practice (GPP).
Subjek penelitian dipilih menggunakan metode simple random sampling
dari keseluruhan apotek yang berjumlah 130 di Kota Yogyakarta untuk
mendapatkan 30 apotek yang menjadi sampel penelitian. Metode simple random
sampling yang digunakan peneliti untuk memilih subjek penelitian adalah dengan
menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 dengan rumus
=RANDBETWEEN(bottom;top). Urutan 1-30 pertama merupakan sampel yang
akan menjadi responden.
Penulis memohonkan surat ijin penelitian ke Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta. Setelah mendapatkan surat ijin, penulis mulai menyebarkan kuisioner
ke responden terpilih. Sebelum kuisioner tersebut diisi, responden mengisi
Informed Consent yang telah disediakan. Informed Consent ini berisi persetujuan
responden dalam mengikuti penelitian ini agar penelitian dapat berjalan tanpa
merugikan salah satu pihak, responden berhak memutuskan keluar dan tidak
berpartisipasi lagi dalam penelitian apabila terdapat hal yang tidak sesuai dengan
kesepakatan, responden menerima kontraprestasi berupa ucapan terima kasih
dalam membantu proses penelitian ini, dan responden menyatakan bahwa tidak
keberatan untuk mengisi kuisioner penelitian dengan jujur.
=
=
=
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Analisis dan Interpretasi Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Analisis deskriptif merupakan suatu prosedur pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas data dalam bentuk tabel atau grafik. Analisis
deskriptif dapat mengubah sekumpulan data yang mentah menjadi mudah untuk
dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Latif, 2000).
Pada penelitian ini hasil jawaban benar dari pengisian kuisioner oleh
responden dijumlahkan, kemudian score tersebut diklasifikasikan menjadi 4
kategori yaitu A (Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), dan D (Kurang).
Tabel I. Kategori Penilaian Hasil Jawaban Kuisioner
No. Score Nilai Kode Kategori
1 16 – 20 100 A Sangat Baik
2 11 – 15 75 B Baik
3 6 – 10 50 C Cukup
4 0 – 5 25 D Kurang
Responden yang masuk ke dalam kategori A adalah responden yang
sangat memahami prosedur dokumentasi Patient Medication Record (PMR)
ditunjukkan dengan nilai jawaban benar kuisioner adalah 16-20, responden
dengan kategori B artinya responden yang sudah memahami prosedur
dokumentasi Patient Medication Record (PMR) dengan nilai jawaban benar
kuisioner adalah 11-15, responden dengan kategori C artinya responden yang
kurang memahami prosedur dokumentasi Patient Medication Record (PMR)
ditunjukkan dengan nilai jawaban benar kuisioner adalah 6-10, serta responden
yang masuk ke dalam kategori D adalah responden yang belum memahami
prosedur dokumentasi Patient Medication Record (PMR) dengan nilai jawaban
benar kuisioner adalah 0-5. Acuan prosedur pembuatan Patient Medication
Record (PMR) adalah dari Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) dan
Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari kuisioner yang telah diisi oleh 30 responden diolah
menggunakan metode analisis deskriptif, dimana jawaban yang sama
dikelompokkan serta dihitung persentasenya dan hasilnya disajikan dalam bentuk
tabel atau gambar berupa diagram. Berikut hasil rekapitulasi data.
Profil Responden
1. Usia Responden
Sebagian besar responden yaitu sebesar 54% berusia 23-30 tahun. Jumlah
responden yang berusia 31-40 tahun adalah 33% dan sebanyak 13% responden
berusia di atas 40 tahun.
Gambar 1. Usia Responden
2. Lama Bekerja di Apotek
Dari data yang diperoleh, dapat dilihat 13,3% responden bekerja di apotek
selama kurang dari satu tahun; 53,3% responden telah bekerja di apotek selama 1-
5 tahun; 20% responden telah bekerja di apotek selama 6-10 tahun; dan 13,3%
responden telah bekerja di apotek selama lebih dari 10 tahun.
54% 33%
13%
23-30 th
31-40 th
> 40 th
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Tabel II. Lama Responden Bekerja di Apotek
No Lama Bekerja di Apotek Jumlah Persentase (%)
n = 30
1 <1 tahun 4 13,3
2 1 – 5 tahun 16 53,3
3 6 – 10 tahun 6 20
4 >10 tahun 4 13,3
Total 30 100
Sebagian besar responden telah bekerja di apotek selama 1-5 tahun.
Persentase terbesar kedua yaitu responden yang telah bekerja di apotek selama 6-
10 tahun sebesar 20%. Dengan pengalaman kerja yang dimiliki responden,
diharapkan responden telah sepenuhnya memahami Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek serta Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB),
khususnya mengenai pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record
(PMR).
3. Posisi Responden di Apotek
Dari 30 apoteker yang menjadi responden dalam penelitian ini, 60% atau
sebanyak 18 apoteker bekerja sebagai Apotek Pengelola Apotek dan sisanya
bekerja sebagai Apoteker Pendamping.
Gambar 2. Posisi Responden di Apotek
60%
40% APA
APING
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
4. Pekerjaan Lain
Apoteker yang bekerja sebagai Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker
Pendamping dapat memiliki pekerjaan lain selain di apotek tersebut.
Tabel III. Pekerjaan Lain Responden Selain Apoteker di Apotek
No Pekerjaan Lain Responden Jumlah Persentase (%)
n = 30
1 Memiliki 5 16,7
2 Tidak Memiliki 25 83,3
Total 30 100
Dari Tabel III di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 16,7% apoteker yang
memiliki pekerjaan lain selain sebagai apoteker di apotek. Pekerjaan lain tersebut
antara lain sebagai wirausaha, pegawai negri, dan juga karyawan swasta. Namun,
83,3% apoteker sebagai responden penelitian ini tidak memiliki pekerjaan lain
selain sebagai apoteker yang bekerja di apotek.
5. Waktu Kerja dalam Seminggu
Sesuai dengan Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, selama jam buka apotek, selama itu pula di apotek
tersebut harus ada minimal satu apoteker yang bertugas, baik Apoteker Pengelola
Apotek atau Apoteker Pendamping. Menurut Pasal 77 UU RI Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, ketentuan waktu kerja adalah 7 (tujuh) jam 1
(satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu. Dari Gambar 3 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden bekerja di apotek selama 5-6 hari dalam seminggu yaitu sebanyak 90%.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa responden telah melaksanakan tugasnya
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 3. Waktu Kerja Responden dalam Seminggu
6. Waktu Kerja dalam Satu Hari
Tabel IV. Waktu Kerja Responden dalam Satu Hari
No Waktu Kerja Responden
dalam Satu Hari
Jumlah Persentase (%)
n = 30
1 4-5 jam 7 23,3
2 6-7 jam 11 36,7
3 >7 jam 12 40
Total 30 100
Menurut pasal 77 ayat 2 UU RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, ketentuan waktu kerja adalah 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu. Dari Tabel IV di atas, dapat dilihat bahwa responden bekerja sesuai
dengan Undang-Undang yang berlaku yaitu 6-7 jam bahkan lebih dari 7 jam
dalam satu hari. Namun juga terdapat responden yang bekerja di apotek selama 4-
5 jam dalam sehari yaitu sebanyak 23,3 %.
3% 7%
90%
1-2 hari
3-4 hari
5-6 hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Gambaran Pelaksanaan Dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di
Apotek di Kota Yogyakarta
Dari hasil pengisian kuisioner oleh setiap responden, nilai total dari
masing-masing responden dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu A (Sangat
Baik), B (Baik), C (Cukup), dan D (Kurang) seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel V. Hasil Pemahaman Apoteker Mengenai Dokumentasi PMR
No Score Nilai Kode Kategori Jumlah Persentase
1 16 – 20 100 A Sangat Baik 3 10 %
2 11 – 15 75 B Baik 9 30 %
3 6 – 10 50 C Cukup 18 60 %
4 0 – 5 25 D Kurang 0 0 %
Total 30 100 %
Dari Tabel V di atas, dapat dilihat bahwa hanya 3 responden yang masuk
ke dalam kategori Sangat Baik dengan persentase sebesar 10%. Ketiga responden
tersebut sangat memahami prosedur dan pentingnya pelaksanaan Patient
Medication Record (PMR) di Apotek. Namun pada kenyataannya dalam
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, ketiga responden tersebut belum
melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) sesuai dengan
prosedur dokumentasi PMR menurut Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik
(CPFB) seperti ditunjukkan dengan pernyataan berikut.
“Saya belum melakukan dokumentasi PMR itu, ya karena tidak ada waktu
untuk melakukannya, banyaknya pasien, kurang tenaga kerja juga.”, kata salah
satu responden.
Responden yang masuk ke dalam kategori Baik dengan kode B yaitu
sebanyak 9 responden dengan persentase sebesar 30%. Apoteker-apoteker
responden tersebut memahami prosedur pelaksanaan dokumentasi Patient
Medication Record (PMR) di Apotek. Mereka juga memahami akan pentingnya
pelaksanaan PMR di Apotek. Pada kenyataannya, 9 responden tersebut juga
belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dengan prosedur pelaksanaan dokumentasi PMR yang terdapat di dalam Cara
Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB). Menurut sebagian besar responden
pada kategori ini, PMR belum begitu efektif untuk dilakukan saat ini dan untuk
semua pasien yang datang ke apotek, walaupun mereka memahami prosedur
pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di Apotek.
Salah satu responden dalam wawancara mengatakan hal demikian, “Kalau
untuk semua pasien yang datang ke apotek kayaknya belum bisa dilakukan saat
ini. Mungkin hanya yang penyakitnya kronis atau yang sering beli obat di sini
saja.. Dokumentasi yang dilakukan di sini ya sebatas menggunakan resep. Kan
ada identitas pasien, identitas dokter, dan obat-obat yang dikonsumsi pasien itu
apa saja.”.
Akan tetapi, dokumentasi yang dilakukan bukan berupa lembar Patient
Medication Record (PMR). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa responden
belum melaksanakan Patient Medication Record (PMR).
Responden yang masuk ke dalam kategori A dan B merupakan responden
yang mendapatkan nilai yang sangat baik dan baik dalam pengisian kuisioner.
Artinya responden-responden tersebut memahami prosedur dokumentasi Patient
Medication Record (PMR) yang baik. Walaupun demikian dalam kenyataannya
dalam pelayanan kefarmasian di apotek, responden yang merupakan apoteker
tersebut belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record (PMR)
karena tidak adanya bukti dokumentasi. Melalui wawancara dengan responden
tersebut, didapatkan hasil bahwa menurut mereka dokumentasi Patient
Medication Record (PMR) belum merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
dilakukan saat ini. Penting dilakukan untuk pasien yang memiliki penyakit kronis,
pasien dengan usia lanjut, namun belum untuk semua pasien. Untuk saat ini,
mereka sudah memahami Patient Medication Record (PMR) namun belum untuk
pelaksanaannya dalam praktek kefarmasian di apotek. Responden tersebut lebih
memfokuskan pelayanannya di apotek dalam pelayanan resep, konseling, serta
Pelayanan Informasi Obat (PIO).
Terdapat 60% atau sejumlah 18 responden yang masuk ke dalam kategori
Cukup dengan kode C. Responden tersebut memahami apa itu Patient
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Medication Record (PMR), namun kurang memahami prosedur pelaksanaan
dokumentasi Patient Medication Record (PMR) yang baik sesuai dengan Cara
Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).
“Belum dilaksanakan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di sini.
Saya mengerti sih PMR itu buat mencatat obat-obat yang dikonsumsi pasien, tapi
untuk detailnya yang dicatat apa saja di PMR belum begitu paham. Soalnya di
sini juga belum dilaksanakan dokumentasi itu. Acuan pembuatan PMR juga
kurang paham.”.
Responden-responden tersebut mengisi kuisioner sesuai dengan kenyataan yang
terjadi dalam praktek Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang dilakukan yaitu
belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record (PMR), sehingga
hasil dari kuisioner mereka masuk ke dalam kategori Cukup.
Dari 30 responden dalam penelitian ini, tidak ada satupun responden yang
masuk ke dalam kategori Kurang dengan kode D. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa tidak ada satupun responden yang belum pernah sama sekali
melaksanakan dokumentasi dan belum memahami dokumentasi Patient
Medication Record (PMR).
Hasil penilaian pengisian kuisioner oleh 30 responden tersebut di atas
menunjukkan bahwa sebagian besar Apoteker yang bekerja di Apotek di Kota
Yogyakarta hanya memahami prosedur dokumentasi Patient Medication Record
(PMR), namun belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record
(PMR) sesuai prosedur pembuatan PMR yang diatur dalam Cara Pelayanan
Kefarmasian yang Baik (CPFB) dan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Hal tersebut didukung oleh tidak
adanya bukti dokumentasi di apotek. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record
(PMR) di Kota Yogyakarta pada tahun-tahun mendatang.
Berdasarkan penelitian ini, ditemukan beberapa faktor yang menghambat
pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di Apotek di Kota
Yogyakarta, antara lain tidak ada waktu untuk melaksanakannya, kurangnya
tenaga kerja, prioritas penyakit (penyakit kronis), serta kurangnya pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
tentang acuan formulir dokumentasi Patient Medication Record (PMR) yang
benar. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan
pembuatan software untuk dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di
apotek yang sesuai dengan prosedur pembuatan Patient Medication Record
(PMR) menurut Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) (Lampiran 5)
serta pembiasaan diri untuk selalu melaksanakan dokumentasi Patient Medication
Record (PMR) kepada setiap pasien yang membeli obat di apotek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
KESIMPULAN
Patient Medication Record (PMR) di Apotek di Kota Yogyakarta belum
terlaksana dan hanya 40% responden yang memahami prosedur dokumentasi
Patient Medication Record (PMR) sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek serta Cara Pelayanan
Kefarmasian yang Baik (CPFB) atau Good Pharmacy Practice (GPP).
SARAN
Perlu dibuat software untuk mempermudah Apoteker dalam melaksanakan
dokumentasi Patient Medication Record (PMR) di Apotek yang sesuai dengan
Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
DAFTAR PUSTAKA
Alfianika, N., 2015, Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia,
Deepublish, 21.
Alwi, I., 2015. Kriteria Empirik Dalam Menentukan Ukuran Sampel Pada
Pengujian Hipotesis Statistika Dan Analisis Butir, Universitas Indraprasta
PGRI Jakarta, 2(2), 141.
Anonim, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013
Tentang Ketenagakerjaan, Depkes RI, Jakarta.
Boone, H. N. and Boone, D. A., 2012. Analyzing Likert Data. Journal of
Extension, 50(2), 3.
Brown, J. D., 2001. Statistics Corner. Questions and answers about language
testing statistics: Can we use the Spearman-Brown prophecy formula to
defend low reliability? Shiken: JALT Testing & Evaluation SIG
Newsletter, 4 (3), 7-9.
Departemen Kesehatan RI, 2016, Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan, Jakarta, hal. 3, 5, 11, 15, 17.
Harianti, A., Veronica, M.S., Nur, Setiawan, S., dan Iskandar, D., 2012. Statistika
II, Andi Offset, Yogyakarta, hal. 13.
Hartini, Y. S., Sulasmono, Sukmajati, M., dan Kurniawan, A., 2016. Pelaksanaan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Sleman dan Yogyakarta. IAI
(Online), https://www.ikatanapotekerindonesia.net/news/pharma-
update/pelaksanaan-standar-pelayanan-kefarmasian-di-apotek-di-sleman-
dan-yogyakarta diakses pada tanggal 28 Mei 2017.
Isdaryatmo, Y. B. T., 2008, Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian
Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Apotek-Apotek Kabupaten Gunungkidul (Skripsi), Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, hal. 65-66.
Latif, Misno, 2000, Teknik Analisa Data Kuantitatif, Makalah Diklat Action
Research Mahasiswa STAIN, Jember.
Mashuda, A., 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) /
Good Pharmacy Practice (GPP), Kerjasama Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasiann dan Alat Kesahatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta, hal. 7,
27, 28, 69, 80.
Sastroasmoro, Sudigdo, 2010, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi
ke- 3, Sagung Seto, Jakarta, hal. 95.
Sudjaswadi, R., 2001, Farmasi, Farmasis, dan Farmasi Sosial (Pharmacy,
Pharmacist, and Social Pharmacy), Majalah Farmasi Indonesia, 12(3),
128.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Edisi ke-1, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung, hal. 119.
Sukmajati, A. M., 2007, Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 Di Kota
Yogyakarta (Skripsi), Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, hal.
63-64.
Suryabrata, S., 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Andi Offset,
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent Uji Pemahaman Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 6. Kuisioner Penelitian
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya mendokumentasikan informasi ketergantungan
obat tertentu terkait pengobatan pasien.
2.
Saya mendokumentasikan indikasi dan pengobatan
pasien untuk mengidentifikasi efek samping yang
potensial.
3. Saya mendokumentasikan reaksi alergi atau
hipersensitivitas pasien terhadap obat tertentu.
4.
Saya memasukkan data pasien secara detail ke
blanko dokumentasi catatan pengobatan pasien
(nama lengkap, alamat, umur, jenis kelamin).
5.
Saya memahami medication error merupakan akibat
dari kurangnya pelaksanaan dokumentasi catatan
pengobatan pasien.
6. Saya mengabaikan kebiasaan pasien mengkonsumsi
minuman keras/rokok/teh/kopi dalam pemilihan obat.
7. Saya melakukan dokumentasi catatan pengobatan
apabila saya memiliki waktu luang.
8. Saya memberikan data dokumentasi catatan
pengobatan pasien kepada dokter yang bersangkutan.
9. Saya mendokumentasikan adanya efek samping atau
adanya interaksi obat.
10.
Saya menyimpan data dan informasi yang berkaitan
dengan pasien yang sifatnya terbuka dan dapat
diakses oleh semua orang.
11. Melaksanakan dokumentasi catatan pengobatan
pasien akan menyita waktu saya.
12. Dokumentasi Patient Medication Record (PMR)
bukan merupakan tanggung jawab apoteker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
13. Saya melaksanakan dokumentasi catatan pengobatan
pada setiap pasien.
14. Saya mendokumentasikan indikasi obat yang dibeli
pasien di apotek.
15. Saya mendokumentasikan secara detail obat yang
dikonsumsi pasien selama setahun terakhir atau lebih.
16.
Blanko dokumentasi catatan pengobatan pasien
hanya dibuat satu kali saat pertama kali kedatangan
pasien tersebut.
17. Saya mendokumentasikan adanya kesulitan pasien
untuk mengkonsumsi bentuk sediaan tertentu.
18. Saya melakukan dokumentasi catatan pengobatan
saat obat yang dibeli pasien tergolong mahal.
19. Saya mengarsipkan blanko dokumentasi catatan
pengobatan pasien secara acak.
20. Saya melakukan dokumentasi catatan pengobatan
apabila penyakit pasien kronis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 8. Hasil Pengambilan Data di Apotek di Kota Yogyakarta
Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
3 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
4 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
5 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1
6 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1
7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
8 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1
9 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1
10 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1
11 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
12 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
13 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1
15 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
16 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1
17 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1
18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
19 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1
20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
21 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1
22 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
23 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0
24 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0
25 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1
26 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1
27 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1
28 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1
29 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1
30 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Subjek 13 14 15 16 17 18 19 20 Score Kode
1 1 1 1 1 0 1 0 1 17 A
2 1 1 1 0 1 1 1 0 16 A
3 1 1 1 0 1 1 1 0 15 B
4 0 0 0 0 0 1 1 1 9 C
5 0 0 0 1 0 1 1 1 10 C
6 0 0 0 1 0 1 1 1 8 C
7 0 0 0 0 0 0 1 0 11 B
8 0 0 1 1 0 1 0 1 10 C
9 0 1 0 0 0 1 0 1 8 C
10 0 1 1 0 0 1 0 1 10 C
11 0 0 0 1 0 1 1 0 10 C
12 0 0 0 0 0 1 0 0 10 C
13 0 0 0 0 0 1 1 1 10 C
14 0 1 1 1 1 0 0 0 13 B
15 0 1 0 1 0 1 1 1 12 B
16 0 0 0 1 0 0 0 0 8 C
17 0 0 0 0 0 1 0 0 8 C
18 1 1 1 1 1 1 0 0 16 A
19 0 0 0 0 1 1 0 1 11 B
20 1 1 1 0 0 0 0 0 14 B
21 0 0 0 1 0 1 1 1 10 C
22 0 0 0 1 1 0 0 1 9 C
23 1 1 0 1 0 1 0 0 12 B
24 1 0 1 1 0 0 0 0 9 C
25 0 1 0 0 1 1 1 1 11 B
26 0 1 0 1 0 1 1 1 12 B
27 0 1 0 1 0 1 0 0 9 C
28 0 1 0 0 0 1 1 0 10 C
29 1 1 1 0 1 0 0 0 10 C
30 0 0 0 0 1 1 1 0 8 C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 9. Hasil Jawaban Responden dalam Kuisioner Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 10. Panduan dan Hasil Wawancara Responden
Panduan Pertanyaan Wawancara
1. Pedoman apa yang anda gunakan dalam melaksanakan Patient Medication
Record ?
2. Mengapa anda belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication
Record ?
3. Kapan saja anda melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record ?
Catatan : pertanyaan wawancara dapat berkembang seiring berjalannya diskusi.
Ringkasan Hasil Wawancara Responden
P : Peneliti
R : Responden
P : Menurut Anda, apa pengertian dari Patient Medication Record (PMR) ?
R : Patient Medication Record (PMR) itu adalah catatan pengobatan pasien.
P : Patient Medication Record (PMR) itu dilakukan ke semua pasien atau hanya
pasien tertentu saja ?
R : Seharusnya setiap pasien, tetapi kami baru melakukan pada pasien tertentu
saja misalnya pasien yang lansia atau yang punya penyakit tertentu yang butuh
dikontrol dan juga pasien yang langganan di apotek ini. Dan yang kami
lakukan itu bukan dokumentasi khusus untuk Patient Medication Record
(PMR) tetapi hanya dengan lembar resep saja yang di bawahnya ada identitas
pasien dan juga ada catatan obat-obat yang dibeli. Kalau pasien sudah
langganan beli obat di apotek kan sudah hapal kami.
P : Oh jadi yang didokumentasi itu hanya identitas pasien dan jenis obatnya saja
ya ?
R : Iya. Nama pasien, alamat, umur, sama obat-obat yang diresep saja.
P : Untuk pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) ini apakah
mengacu pada suatu pedoman tertentu ?
R : Tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
P : Patient Medication Record (PMR) kan seharusnya dilaksanakan ke semua
pasien seperti yang tadi sudah dibilang, tetapi mengapa belum diterapkan ?
R : Kekurangan tenaga di sini, tidak ada waktu banyak juga untuk membuat
dokumentasi semua pasien yang beli obat di sini. Dokumentasi yang kami
lakukan kan hanya sebatas dari resep saja. Mungkin kalau besok-besok kami
sudah buat yang lembar khusus untuk Patient Medication Record (PMR) akan
dilakukan ke semua pasien jadinya lebih lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Cindy Laura, dilahirkan
Pada Tanggal 18 Juni 1996 di Jakarta. Anak ketiga
dari Pasangan suami istri Bapak Setio Wibowo dan
Ibu Berlianti Ekana. Pada Tahun 2008 lulus SD
Tarakanita Magelang, Tahun 2011 lulus SMP
Tarakanita Magelang, dan Tahun 2014 lulus dari
SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Pada Tahun 2014
penulis menempuh pendidikan sarjana di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma. Semasa kuliah
penulis aktif terlibat dalam kegiatan Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Grisadha, kepanitiaan tingkat fakultas, dan kegiatan non
akademik lainnya. Pada Tahun 2017 penulis berhasil mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa yang didanai oleh Kementrian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dengan judul POSKO ESKIMO. Penulis
juga memiliki pengalaman kerja sebagai asisten dosen pada mata kuliah
Praktikum Biofarmasetika-Farmakokinetika dan Praktikum Komunikasi Farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI