EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN...

21
EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN PADA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: NURUL TANTIANA NIM : 100565201298 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Transcript of EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN...

Page 1: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK

JALANAN PADA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA

TANJUNGPINANG TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

NURUL TANTIANA

NIM : 100565201298

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

1

EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK

JALANAN PADA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA

TANJUNGPINANG TAHUN 2014

NURUL TANTIANA

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang bersama beberapa

instansi terkaita seperti Komisi Perlindungan Anak Daerah, Satuan Polisi Pamong

Praja, Badan Pemberdayaan Perempuan, Lembaga Swadaya Masyarakat, serta

pihak kepolisian harus saling bersinergi untuk mengurangi tingkat anak jalanan di

Kota Tanjungpinang. Hasil pantauan diketahui bahwa di simpang lampu merah di

Kota Tanjungpinang, semakin hari anak jalanan termasuk anak Punk, penjaja

koran, pengemis dan lainnya terlihat semakin bertambah.

Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan

evaluasi Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Anak Jalanan Pada Dinas

Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang Tahun 2014. Pada penelitian ini

penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif. Adapun kriteria

informan adalah pegawai yang memahami tentang penanganan anak jalanan,

pegawai yang bertugas turun ke lapangan menangani pelayanan dan rehabilitasi

sosial mereka adalah kepala seksi Kesejahteraan sosial, kemudian staff Dinas

Sosial yang turun ke lapangan, pengurus rumah singgah, serta staff KPAID Kota

Tanjungpinang kemudian akan diikutsertakan anak jalanan sebagai informan yang

merasakan dampak dari kebijakan pemerintah dalam menangani anak jalanan.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa

Kebijakan Pemerintah Kota Tanjungpinang Dalam Menangani Anak Jalanan Pada

Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang Tahun 2014 belum berjalan

dengan baik karena masih banyak hal yang harus diperhatikan. Walaupun sudah

ada Pekerja Sosial yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan kesejahteraan

dan perlindungan anak. Peningkatan Kapasitas Pendamping dan Kelembagaan,

melalui seleksi, sertifikasi dan bimbingan pemantapan/pelatihan bagi Pekerja

Sosial, Tenaga Kesejahteraan Sosial, Relawan Sosial dan Lembaga Kesejahteraan

Sosial. Meskipun kebijakan sudah dikomunikasikan dengan jelas kepada aparat

pelaksana, tetapi jika tidak didukung oleh tersedianya sumber daya secara

memadai untuk pelaksanaan kebijakan,maka efektivitas kebijakan akan sulit

dicapai.

Kata Kunci : Implementasi, Perlindungan, Anak

Page 3: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

2

A B S T R A C T

Social and labour service of the city along with some terkaita

establishments Tanjungpinang as Regional child protection Commission, a unit of

the police, the municipal teachers ' empowerment of women, non-governmental

organizations, as well as the police need to be synergized to reduce the level of

street children in the city of Tanjung Pinang. It is known that the radar results at

red light intersections in the city of Tanjung Pinang, the day street children

including Punk, newspaper peddlers, beggars and others are seen growing.

The purpose of this research is basically to evaluate the implementation of

the evaluation policy of the Government in dealing with street children On the

social and labour service of the city of Tanjung Pinang by 2014. In this study the

author uses Descriptive types of Qualitative research. As for the criteria of

informant is employees who understand about the handling of street children, the

officer in charge took to the field to handle their social and rehabilitation services

is the head of the section of social welfare, Social Service staff then took to the

field, housekeeper in transit, as well as staff KPAID city of Tanjung Pinang will

then be included street children as informants felt the impact of the Government's

policy in dealing with street children.

Based on the research results then can be drawn the conclusion that the

policy of the Government of the city of Tanjung Pinang in dealing with street

children On the social and labour service of the city of Tanjung Pinang 2014 have

not gone well because there are still many things to be taken care of. Although

there is already a social worker who has expertise in the field of child protection

and welfare services. Capacity building and institutional Counterpart, through

selection, certification and the establishment of guidance/training for social

workers, Social Welfare Personnel, volunteers and Social Welfare Institutions.

Even though the policy had already been communicated clearly to the

implementing apparatus, but if it is not supported by the availability of adequate

resources for the implementation of the policy, then the effectiveness of the policy

will be difficult to achieve.

Keywords: Implementation, Protection, Child

Page 4: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Salah satu fenomena sosial

diperkotaan yang belakangan ini

semakin nyata, adalah masalah anak-

anak terlantar. Mereka perlu

mendapat perhatian yang sangat

serius, khususnya dikota

Tanjungpinang. Hakekatnya

persoalan mereka bukanlah

kemiskinan belaka, melainkan juga

eksploitasi, manipulasi, ketidak

konsistenan terhadap cara-cara

pertolongan baik oleh mereka sendiri

maupun pihak lain yang menaruh

perhatian terhadap anak terlantar,

anak terlantar belakangan ini menjadi

suatu fenomena sosial yang sangat

penting dalam kehidupan kota.

Kehadiran mereka sering kali

dianggap sebagai cermin kemiskinan

kota, atau suatu kegagalan adaptasi

kelompok orang tersebut terhadap

kehidupan dinamis kota. Pemahaman

tentang karakteristik kehidupan

mereka, seperti apa kegiatan dan

aspirasi yang mereka miliki,

keterkaitan hubungan dengan pihak

dan orang-orang yang ada di sekitar

lingkungan hidup mereka,

memungkinkan kita menempatkan

mereka secara lebih arif bijaksana

dalam konteks permasalahan

kehidupan dikota besar.

Anak jalanan atau sering

disingkat anjal adalah sebuah istilah

umum yang mengacu pada anak-anak

yang mempunyai kegiatan ekonomi di

jalanan, namun masih memiliki

hubungan dengan keluarganya. Anak-

anak jalanan merupakan anak-anak

rentan, tergantung, berkembang serta

mempunyai kebutuhan-kebutuhan

khusus yang menghabiskan sebagian

waktu mereka untuk bekerja

dijalanan, pusat keramaian baik

sebagai pedagang ataupun pemulung,

pengemis, pengamen, penyemir

sepatu, kuli atau buruh pasar dan

berkeliaran tidak menentu. Pada

dasarnya anak jalanan adalah anak

yang tanpa orang tua yang di

terlantarkan oleh orang tuanya,

namun belakangan ini terbalik dengan

apa dengan kenyataan yang ada, anak

jalanan banyak dari kalangan orang

yang berada (berkeekonomian cukup)

karena ingin memiliki raasa

kebebasan yang mereka inginkan, dan

menjadi sosok yang mandiri.

Kehidupan anak-anak jalanan

tersebut sangat rentan terhadap

berbagai macam penyakit dan tindak

kekerasan baik anggota kelompoknya

atau orang lain. Anak-anak tersebut

juga rentan melakukan perbuatan-

perbuatan yang buruk atau negative

hanya untuk memperoleh sesuap nasi

agar dapat bertahan hidup, seperti

menipu orang lain, mencuri, atau

merampok bahkan hingga menjadi

objek pelecehan seksual bila keadaan

memang sudah memaksa.

Didalam kehidupan keluarga

yang serba pas-pasan bahkan kurang,

kemiskinan itu dapat menyeret anak-

anak baik secara terpaksa ataupun

dipaksa oleh orang tuanya untuk

bekerja guna membantu orangtuanya

agar dapat seharusnya mereka

gunakan untuk belajar atau bermain,

harus mereka habiskan untuk bekerja

keras mencari uang untuk memenuhi

kebutuhan keluarga meskipun itu

belum menjadi tanggung jawab

mereka. yang mana, akbat dari hal

tersebut dapat membuat anak-anak itu

kehilangan masa-masa indah yang

harusnya mereka lalui sebagai anak-

anak dan juga memperoleh banyak

ilmu, dan secara langsung hal tersebut

Page 5: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

4

juga dapat mempengaruhi mental dan

fisik serta mempengaruhi kehidupan

dan kepribadiannya kelak.

Masalah ini perlu

mendapatkan perhatian yang khusus

karena hal ini dapat mengakibatkan

efek yang buruk bagi anak. Anak

yang dibesarkan didalam kehidupan

yang kumuh, dan dengan kondisi

orang tua yang waktunya terkuras

habis untuk mencari nafkah serta

minim dalam membimbing anaknya

di dalam hal belajar karena minimnya

kemampuan mereka dalam hal

edukasi. Kondisi perekonomian yang

miskin dapat menggiring anak

tersebut untuk bekerja turun ke

jalanan, dimana merupakan

lingkungan yang keras yang dapat

menghambat perkembangan mereka

sebagai anak-anak, apalagi didalam

usia sekolah dimana dalam usia

tersebut mereka memiliki kemauan

yang besar dan keingintahuan yang

besar pula. Anak jalanan sebagai satu

bentuk komunitas tersendiri lazim

tumbuh subur di wilayah perkotaan.

Padahal, seperti kita ketahui bahwa

kehidupan di kota sangatlah penuh

dengan tantangan yang menuntut

setiap orang untuk berlomba-lomba

memenuhi kebutuhan pokok. Hal ini

bagi orang dewasa saja sudah sangat

berat, apalagi harus dilakukan oleh

seorang anak yang belum waktunya

untuk mencari uang, terlebih lagi

dijalanan dan sekaligus harus menjadi

penopang hidup di keluarganya.

Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia khususnya pada pasal 52

hingga 66 dijadikan sebagai

perlindungan hukum terhadap anak

jalanan yang tereksploitasi dan

korban tindak kekerasan, dimana

pemerintah dan lembaga negara untuk

memberikan jaminan dan

perlindungan kepada anak khususnya

anak jalanan atas eksploitasi dan

tindak kekerasan. Perlindungan anak

adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi anak dan

hak-haknya agar dapat hidup,

tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi. Semua anak mempunyai

hak untuk mendapatkan perlindungan.

Perlindungan anak bertujuan untuk

menjamin terpenuhinya hak-hak anak

agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara

optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta

mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi, demi

terwujudnya anak Indonesia yang

berkualitas, berakhlak mulia, dan

sejahtera. Seiring dengan

perkembangan zaman, banyak anak-

anak yang menjadi korban kekerasan,

eksploitasi anak dan diskriminasi,

banyak anak-anak gelandangan tanpa

pengawasan orang tua dan anak-anak

jalanan yang hidup serba bebas tanpa

adanya pengawasan, sehingga

seringkali anak-anak tersebut

kehilangan masa depannya.

Pemerintah sebenarnya

bertanggungjawab penuh atas anak-

anak terlantar yang kehilangan masa

depannya, hal ini tercantum didalam

pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang

berbunyi Fakir Miskin dan anak -

anak yang terlantar dipelihara oleh

negara. Selain diatur didalam UUD

1945, perlindungan anak juga diatur

didalam Undang-undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang perlindungan

anak, sebagai implimentasi dari UU

tersebut, pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau juga telah mengatur

Page 6: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

5

permasalahan tentang anak dengan

Perda Nomor 7 Tahun 2010 Tentang

Penyelenggaraan Perlindungan Anak.

Secara politis, negara berkewajiban

secara aktif mengembangkan sistem

yang dapat menjamin terciptanya

kesejahteraan dan perlindungan anak.

Oleh karena itu, konvensi

mewajibkan negara untuk menjadikan

prinsip non-diskriminasi, kepentingan

terbaik bagi anak, hak untuk

hidup, kelangsungan hidup, dan

tumbuh kembang, serta penghargaan

terhadap partisipasi anak harus masuk

.

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

Kota Tanjungpinang bersama

beberapa instansi terkaita seperti

Komisi Perlindungan Anak Daerah,

Satuan Polisi Pamong Praja, Badan

Pemberdayaan Perempuan, Lembaga

Swadaya Masyarakat, serta pihak

kepolisian harus saling bersinergi

untuk mengurangi tingkat anak

jalanan di Kota Tanjungpinang. Hasil

pantauan diketahui bahwa di simpang

lampu merah di Kota Tanjungpinang,

semakin hari anak jalanan termasuk

anak Punk, penjaja koran, pengemis

dan lainnya terlihat semakin

bertambah (sumber :

http://haluankepri.com/tanjungpinang

)

Jumlah anak jalanan di Kota

Tanjungpinang mencapai jumlah 50

orang pada tahun 2011, akan tetapi

jumlah tersebut bertambah pada tahun

2012 hingga pada bulan Desember

tahun 2014 yang berjumlah 70 orang.

Hal seperti itulah yang menjadi salah

satu permasalahn yang penting dan

perlu segera ditangani terutama oleh

Dinas yang bersangkutan, yaiitu

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

Tanjungpinang, agar jumlah tidak

semakin bertambah, bahkan harusnya

menjadi berkurang jumlahnya.

Adapun jumlah anak jalan tersebut

dapat dilihat pada tabel I.1 berikut :

Tabel I.1

Jumlah Anak Jalanan di Kota

Tanjungpinang

No Tahun Jumlah

Anak

Jalanan

1. 2012 50

2. 2013 60

3. 2014 70

Sumber : Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang

Tahun 2014

Kota Tanjungpinang lebih

maju kedepan dalam pemberantasan

atau penanganan anak jalanan yang

beredar di sekeliling kotanya. Akan

tetapi, penanganan yang diberikan

kepada anak jalanan tersebut belum

berjalan dengan baik, karena dalam

pelatihan yang diberikan tidak

sepenuhnya dilaksanakan secara

maksimal sehingga target yang telah

ditetapkan tidak mampu terlaksana

dengan baik. Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja Kota Tanjungpinang pada tahun

2013 memberikan pelatihan berupa

sablon bagi anak jalanan, akan tetapi

hanya 20 orang saja yang

memperoleh pelatihan dari Dinas

terkait.

Fenomena yang masih terjadi

adalah permasalahan yang begitu

tampak jelas dilihat dikota

Tanjungpinang adalah masih banyak

anak terpaksa bekerja di jalanan yang

usianya 6 tahun hingga 18 tahun,

mulai dari menjual koran, mengamen,

sampai di beberapa tempat anak-anak

harus menjajakan makanannya hingga

larut malam, anak-anak jalanan ini

bekerja mulai dari jam 14.00 wib

sampai dengan jam 21.00 wib bahkan

Page 7: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

6

bisa sampai larut malam, mereka

berjualan dan menjajakan

makanannya di tempat-tempat

keramaian, yang lebih

membahayakan anak-anak tersebut

masih terlihat menjajakan koran di

jalan-jalan raya sehingga dapat

membahayakan dirinya. Masih ada

terlihat dijalan-jalan anak-anak usia

15-18 tahun yang mengikuti

komunitas negatif yang dapat

merusak moral anak itu sendiri.

Seperti komunitas Punk, mereka

membuat suatu perkumpulan dijalan

dan sangat meresahkan masyarakat,

hal ini tentu saja akan mengganggu

pengguna jalan. Anak-anak dengan

komunitas tertentu ini mengganggu

pengguna jalan karena kerap

membuat pengguna jalan resah,

mereka mengamen di lampu-lampu

merah, jika tidak digubris mereka

akan membuat anarkis seperti mereka

merusak kendaraan masyarakat

dengan menggores mobil atau dengan

tindakan anarkis lainnya membuat

lingkungan menjadi kumuh menjadi

masalah sosial, masa depan anak

jalanan semakin suram, bertambahnya

angka anak putus sekolah

Mengacu dari uraian tersebut,

serta berdasarkan kepada gejala-

gejala yang dijumpai dilapangan,

maka penulis bermaksud mengadakan

sebuah penelitian ilmiah dengan judul

“EVALUASI KEBIJAKAN

PEMERINTAH DALAM

MENANGANI ANAK JALANAN

PADA DINAS SOSIAL DAN

TENAGA KERJA KOTA

TANJUNGPINANG TAHUN

2014”

B. Rumusan Masalah. Berdasarkan pada

permasalahan yang telah diuraikan,

maka untuk memudahkan

pembahasan, peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Evaluasi Kebijakan

Pemerintah Dalam Menangani Anak

Jalanan Pada Dinas Sosial Dan

Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang

Tahun 2014? “

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini dilakukan

dengan tujuan sebagai berikut

: Untuk mengevaluasi

pelaksanaan evaluasi

Kebijakan Pemerintah Dalam

Menangani Anak Jalanan Pada

Dinas Sosial Dan Tenaga

Kerja Kota Tanjungpinang

Tahun 2013.

b. Manfaat penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis.

1) Sebagai bahan

perbandingan antara

teori yang telah

diberikan pada masa

kuliah dengan

kenyataan yang ada,

2) Menambah

pengetahuan dan

pengalaman penulis

3) Menambah

pengetahuan dan

bacaan ilmiah bagi

pihak yang

memerlukan.

2. Manfaat Praktis.

1) Sebagai bahan

pertimbangan atau

informasi bagi pihak

pegawai pada Dinas

Sosial dan Tenaga

Kerja Kota

Tanjungpinang,

terutama dalam

Penanganan Anak

Page 8: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

7

Jalanan di Dinas Sosial

Dan Tenaga Kerja

Kota Tanjungpinang.

2) Sebagai sarana untuk

melatih diri dan

menguji serta

meningkatkan

kemampuan berfikir

melalui penulisan

karya ilmiah.

D. Konsep Operasional.

Untuk lebih terarahnya

penelitian yang dilakukan dilapangan

maka perlu dikemukakan kerangka

penelitian yang dapat membantu

dalam proses penelitian. Konsep-

konsep yang masih abstrak sifatnya

tersebut dioperasionalkan agar hasil

dari penelitian yang dilakukan dapat

lebih mencapai tujuan seperti yang

diharapkan. Dari implementasi

tersebut membuat pro dan kontra di

kalangan masyarakat. Untuk itu,

peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang evaluasi

penanganan anak jalanan di Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja Kota

Tanjungpinang, yang meliputi

fenomena dengan merujuk pada teori

yang dikemukakan oleh Bridgman &

Davis, yaitu :

1. Input (masukan) adalah

Masalah kebijakan publik

ini timbul karena adanya

factor lingkungan

kebijakan publik yaitu

suatu keadaan yang

melatar belakangi atau

peristiwa yang

menyebabkan timbulnya

masalah kebijakan publik

tersebut, yang berupa

tuntutan-tuntutan,

keinginan- keinginan

masyarakat atau

tantangan dan peluang,

yang diharapkan segera

diatasi melalui suatu

kebijakan publik. Hal ini

dapat dilihat dari

kesiapan SDM seperti

pekerja sosial yang ahli di

bidangnya.

2. Process (proses) adalah

Analisis proses tidak

begitu berfokus pada isi

kebijakan, namun lebih

memfokuskan diri pada

proses politik dan

interaksi faktor-faktor

lingkungan luar yang

kompleks dalam

membentuk sebuah

kebijakan. Hal ini dapat

dilihat dari indikator :

a. kebijakan

ditransformasikan

kepada seluruh

implementor

b. Kerjasama antara

instansi terkait

3. Outputs (hasil) adalah

produk Kebijakan publik

berupa peraturan,

Undang-Undang dan

Perda yang hasilnya

dapat dirasakan oleh

masyarakat. Hal ini dapat

dilihat dari a. Bantuan

yang diberikan kepada

anak jalanan.

4. Outcomes (dampak)

adalah Kebijakan Publik

berisikan hal yang positif

dan negatif terhadap

target group. Hal ini

dapat dilihat dari

indikator :

a. dampak yang

diterima oleh anak

jalanan dengan

pembinaan yang

Page 9: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

8

dilakukan oleh

rumah singgah.

b. dampak positif

dan negatif dari

kebijakan

pembinaan

melalui rumah

singgah Setara

bagi anak jalanan

di Dinas Sosial

dan Tenaga Kerja

Kota

Tanjungpinang.

E. Metode Penelitiann

1. Jenis Penelitian.

Dalam penelitian ini

menggunakan jenis penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang dilakukan

terhadap variable mandiri tanpa

membuat perbandingan dengan

variable yang lain. Menurut Sugiyono

(2005:6) penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan terhadap

variabel mandiri, yaitu tanpa

membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variabel lain.

Penelitian deskriptif bermaksud

memberikan gambaran suatu gejala

sosial atau fenomena sosial tetrentu

yang menyangkut permasalahan

penelitian. Sedangkan pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif. pendekatan kualitatif

digunakan dalam usaha memperoleh

pemahaman yang lebih baik dan

mendalam mengenai permasalahan

penelitian yakni evaluasi penanganan

anak jalanandi Dinas Sosial Dan

Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang.

2. Lokasi penelitian.

Adapun lokasi penelitan

adalah pada Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja Kota Tanjungpinang. Alasan

peneliti mengambil lokasi penelitian

tersebut karena : Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja Kota

Tanjungpinangdalam pelaksanaan

tugas pokok dan fungsinya sangat

memerlukan evaluasi guna untuk

untuk melihat suatu kebijakan yang

telah dirumuskan dan dilaksanakan

dapat berjalan sesuai dengan

keinginan dan tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya. Bahwa

peneliti melihat jumlah anak jalanan

yang semakin bertambah dan program

penanganan anak jalan itu sendiri

kurang variatif.

3. Informan

Informan dalam penelitian ini

memiliki kriteria yaitu orang-orang

yang berperan dalam pembuatan dan

pelaksanaan kebijakan penanganan

anak jalanan di Dinas Sosial Dan

Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang,

antara lain Kasi. Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang,

dan Staf Dinsosnaker.

Untuk mengetahui secara cermat

dan menyeluruh tentang evaluasi

kebijakan penanganan anak jalanan di

Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota

Tanjungpinang, subyek informan

lainnya didasarkan kebutuhan pada

saat pengumpulan data di lapangan.

Kebutuhan yang dimaksud adalah

ketika pengumpulan data dilakukan

secara lebih mendalam dan hanya

subyek penelitian tertentulah yang

dapat memberikan datanya, karena

penelitian ini ingin menggali

informasi sebanyak-banyaknya.

Adapu kriteria informan adalah

pegawai yang memahami tentang

penanganan anak jalanan, pegawai

yang bertugas turun ke lapangan

menangani pelayanan dan rehabilitasi

sosial mereka adalah kepala seksi

Page 10: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

9

Kesejahteraan sosial, kemudian staff

Dinas Sosial yang turun ke lapangan,

pengurus rumah singgah, serta staff

KPAID Kota Tanjungpinang

kemudian akan diikutsertakan anak

jalanan sebagai informan yang

merasakan dampak dari kebijakan

pemerintah dalam menangani anak

jalanan.

4. Sumber dan jenis data.

a. Data Primer

Data primer adalah data

informasi yang berasal dari informan

yang diperoleh melalui obyeknya

langsung yang disebut imforman,

yaitu meliputi orang-orang yang

diteliti dan akan dimintai keterangan

atau informasinya melalui interview

atau observasi, data primer yang ingin

diperoleh yaitu mengenai evaluasi

penanganan anak jalanan di Dinas

Sosial Dan Tenaga Kerja Kota

Tanjungpinang.

b. Data Sekunder.

Data sekunder adalah data

yang diperoleh dalam bentuk sudah

jadi, merupakan hasil dari

pengumpulan dan pengolahan pihak

lain yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian.

5. Teknik dan alat pengumpul

data.

Untuk mengumpulkan data

penelitian, maka digunakan teknik,

yaitu :

a. Wawancara

Menurut pendapat

Sugiyono (2005:167), yang

mengemukakan definisi dari

wawancara, yaitu

pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara langsung

oleh pewawancara kepada

responden dan jawaban-

jawaban responden dicatat

atau direkan dengan alat

perekam. Wawancara

dilakukan dengan responden

dan informan kunci mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan

evaluasi penanganan anak

jalanandi Dinas Sosial Dan

Tenaga Kerja Kota

Tanjungpinang, dengan

berpedoman kepada daftar

pertanyaan yang telah disusun

sedemikian rupa yaitu dengan

pedoman wawancara.

b. Observasi

Teknik pengumpulan

data secara observasi

mempunyai ciri-ciri yang

spesifik bila dibandingkan

dengan teknik lain. Hal ini

sejalan dengan pendapat dari

Sugiyono (2005:166) yang

mengemukakan bahwa “

teknik observasi merupakan

suatu proses yang komplek

yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan proses

psikologis diantara yang

terpenting adalah pengamatan

dan ingatan” Observasi yang

digunakan oleh peneliti yakni

observasi terstruktur yang

telah dirancang secara

sistematis tentang apa yang

akan diamati kapan dan

dimana tempatnya dengan alat

pengumpul data yaitu daftar

check list.

c. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan

data melalui buku-buku

ataupun literatur-literatur yang

berkaitan dengan penelitian

yang dilakukan. Misalnya

literatur tentang evaluasi

penanganan anak jalanan dan

lain sebagainya, dengan alat

Page 11: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

10

pengumpul datanya riset

perpustakaan.

6. Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan

untuk menganalisa data-data yang

didapat dari penelitian ini adalah

analisis deskriptif kualitatif.

Meleong (2006:35), menyatakan

bahwa “ analisa data kualitatif

adalah proses penginstansian dan

pengurutan data kedalam pola dan

katagori serta satuan uraian dasar,

sehingga dapat dikemukakan tema

seperti yang disarankan oleh data”.

Sedangkan langkah-langkah

analisa yang dilakukan adalah :

menelaah semua data yang tersedia

dari berbagai sumber, reduksi data

yang dilakukan dengan membuat

abstraksi, menyusun kedalam

satuan-satuan, pengatagorian data

sambil membuat koding,

mengadakan pemeriksaan

keabsahan data dan penafsiran data

secara deskriptif.

Untuk itu data-data yang

terkumpul baik itu data primer

maupun data sekunder yang di

diperoleh dari wawancara, maka

akan diorganisir dan disusun.

Setelah tersusoun kemudian

dilakukan penafsiran dan

pembahasan terhadap data yang

dikemukakan.

II LANDASAN TEORI

1. Kebijakan

Kebijakan itu merupakan

rumusan suatu tindakan yang

dikembangkan dan diputuskan oleh

instansi atau pejabat Pemerintah guna

mengatasi atau mempertahankan

suatu kondisi dengan memberikan

sanksi bagi yang melakukan

pelanggaran. Kebijakan merupakan

suatu tindakan yang mengarah pada

tujuan yang diusulkan dalam

lingkungan tertentu sehubungan

dengan adanya hambatan-hambatan

tertentu untuk mencapai tujuan atau

mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Pada dasarnya kebijakan publik dapat

berupa aturan atau ketentuan yang

mengatur kehidupan masyarakat yang

mana aturan-aturan tersebut disusun

dalam beberapa bentuk kebijakan.

“Kebijakan publik mempunyai sifat

paksaan yang secara potensial sah

dilakukan, sehingga kebijakan publik

menuntut ketaatan atau kepatuhan

yang luas dari masyarakat” (Winarno,

2007:21).

Kebijakan publik di Indonesia

juga disertai dengan sanksi-sanksi

yang akan diberikan ketika terjadi

pelanggaran terhadap ketentuan yang

telah ditetapkan. Hal ini semata-mata

sebagai upaya agar tercipta kepatuhan

masyarakat secara luas. Oleh karena

itu kebijakan publik di Indonesia

identik dengan hukum. Secara

terminologi pengertian kebijakan

publik (public policy) itu ternyata

banyak sekali, tergantung dari sudut

mana kita mengartikannya. Easton

memberikan definisi kebijakan publik

sebagai the authoritative allocation of

values for the whole society atau

sebagai pengalokasian nilainilai

secara paksa kepada seluruh anggota

masyarakat.

Pressman dan Widavsky

sebagaimana dikutip Winarno (2007:

17) mendefinisikan kebijakan publik

sebagai hipotesis yang mengandung

kondisi-kondisi awal dan akibat-

akibat yang bias diramalkan.

Kebijakan publik itu harus dibedakan

dengan bentuk-bentuk kebijakan yang

lain misalnya kebijakan swasta. Hal

ini dipengaruhi oleh keterlibatan

faktor-faktor bukan pemerintah.

Page 12: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

11

Robert Eyestone (dalam Agustino:

2006 : 6) mendefinisikan kebijakan

publik sebagai “hubungan antara unit

pemerintah dengan lingkungannya”.

Banyak pihak beranggapan bahwa

definisi tersebut masih terlalu luas

untuk dipahami, karena apa yang

dimaksud dengan kebijakan publik

dapat mencakup banyak hal. Menurut

Nugroho, ada dua karakteristik dari

kebijakan publik, yaitu:1) kebijakan

publik merupakan sesuatu yang

mudah untuk dipahami, karena

maknanya adalah hal-hal yang

dikerjakan untuk mencapai tujuan

nasional; 2) kebijakan publik

merupakan sesuatu yang mudah

diukur, karena ukurannya jelas yakni

sejauh mana kemajuan pencapaian

cita-cita sudah ditempuh.

Menurut Woll (dalam

Tangkilisan: 2003:2) menyebutkan

bahwa kebijakan publik ialah

sejumlah aktivitas pemerintah untuk

memecahkan masalah di masyarakat,

baik secara langsung maupun melalui

berbagai lembaga yang

mempengaruhi kehidupan

masyarakat. Thomas R Dye

sebagaimana dikutip Islamy (2009:

19) mendefinisikan kebijakan publik

sebagai apapaun yang dipilih

pemerintah untuk dilakukan atau

untuk tidak dilakukan. Definisi ini

menekankan bahwa kebijakan publik

adalah mengenai perwujudan

“tindakan” dan bukan merupakan

pernyataan keinginan pemerintah atau

pejabat publik semata. Di samping itu

pilihan pemerintah untuk tidak

melakukan sesuatu juga merupakan

kebijakan publik karena mempunyai

pengaruh (dampak yang sama dengan

pilihan pemerintah untuk melakukan

sesuatu. Terdapat beberapa ahli yang

mendefiniskan kebijakan publik

sebagai tindakan yang diambil oleh

pemerintah dalam merespon suatu

krisis atau masalah publik.

Banyak sekali pengertian

yang membahas tentang kata-kata

atau kalimat yang menjabarkan

tentang evaluasi yang dikemukakan

oleh para ahli terutama ilmu sosial.

Evaluasi dapat juga diartikan sebagai

review, seperti yang diungkapkan

oleh Al-Amin (2006:97), yaitu :

“Melihat kembali apa yang sedang

atau telah dikerjakan, atau dalam arti

menyeluruh maka evaluasi berarti

suatu kegiatan mencakup penilaian

terhadap laporan atau hasil dari suatu

program yang telah dilaksanakan,

penilaian tersebut meliputi penilaian

terhadap kebijaksanaan, akuntabilitas

atau pertanggungjawaban keuangan

dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku,

dan penilaian terhadap kinerja

manajemen secara keseluruhan”.

Menurut John Salindeho,

seperti yang dikutip Al-Amin

(2006:98) menjelaskan bahwa :

“Evaluasi merupakan suatu sistem

yang mengamati, meninjau kembali

perbuatan atau pelaksanaannya

sendiri dan membandingkannya

dengan pelaksanaan yang dikehendaki

atau yang sesungguhnya”. Sebagai

proses umpan balik pada saat kegiatan

dilaksanakan, evaluasi juga berarti

tidak saja dilakukan setelah

pelaksanaan kegiatan semata, namun

juga pada saat proses kegiatan sedang

berlangsung agar kegiatan dapat

berjalan lancar dan mencegah

terjadinya penyimpangan atau

pelanggaran sedini mungkin dan

sekecil mungkin. Evaluasi seperti ini

dimaksudkan sebagai umpan balik

dalam suatu proses kegiatan.

Page 13: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

12

Suatu program yang telah

dijalankan perlu dievaluasi untuk

melihat sejauh mana program tersebut

mencapai sasaran sesuai dengan

tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Untuk itu suatu program

mempunyai pengaruh yang sangat

besar terhadap keberhasilan suatu

evaluasi dan sangat berguna serta

merupakan fungsi manajemen yang

menentukan tercapainya tujuan

didalam organisasi secara berdaya

guna dan berhasil guna. Evaluasi ini

dapat diketahui keberhasilan dan

kekurangnya pada suatu program

dalam rangka penyempurnaan

kebijakan yang terlebih dahulu,

mempertimbangkan nilai-nilai positif,

serta teknik yang digunakan untuk

melakukan penilaian demi

tercapainya tujuan di dalam

organisasi tersebut.

Dengan pandangan yang

tidak jauh berbeda, kebijakan

diterjemahkan kedalam program dan

proyek dengan tindakan fisik,

sehingga suatu kebijakan

menimbulkan konsekuensi (hasil efek

atau akibat) dan membagi

konsekuensi kebijakan menjadi dua

jenis, yaitu ; output dan outcome.

Menurut Arikunto, setiap kegiatan

evaluasi biasanya dimaksudkan untuk

mengembangkan kerangka berpikir

dalam rangka pengambilan keputusan

(2004:292). Suatu evaluasi dalam

proses pengembangan dimaksudkan

sebagai perbaikan sistem dengan

tujuan, sebagai berikut :

a. Pertanggung jawaban

kepada pemerintah dan

masyarakat.

b. Penentuan tindak lanjut

hasil pengembangan.

Dari beberapa pendapat para

ahli diatas, evaluasi perlu

dilaksanakan terhadap suatu program

atau kegiatan, dalam hal ini bukan

untuk memberikan keseimbangan

nilai benar atau salah, namun untuk

melihat sejauh mana suatu program

atau kegiatan tersebut diadakan

penyempurnaan serta dapat mencapai

tujuan yang diharapkan. Dan pada

intinya tujuan utama evaluasi tersebut

adalah tidak mencari kesalahan-

kesalahan, tetapi bagaimana untuk

memperbaiki hasil temuan-temuan

yang diperoleh / didapatkan dalam

evaluasi tersebut pada suatu program

atau kegiatan lainnya.

Evaluasi diperlukan untuk

melihat kesenjangan antara harapan

dengan kenyataan. Evaluasi kebijakan

publik acapkali hanya dipahami

sebagai evaluasi atas implementasi

kebijakan saja. Sesungguhnya

evaluasi kebijakan publik mempunyai

tiga lingkup makna seperti yang

dikemukakan oleh Nugroho

(2003:184), yaitu : evaluasi

perumusan kebijakan, evaluasi

implementasi kebijakan, dan evaluasi

lingkungan kebijakan. Oleh karena

komponen tersebutlah yang

menentukan apakah kebijakan akan

berhasil guna atau tidak.

Evaluasi kebijakan publik

berkenaan tidak hanya dengan

implementasinya, melainkan

berkenanan dengan perumusan,

implementasi dan kebijakan publik.

Menurut Edward A. Suchman, seperti

yang dikutip Nugroho (2003:199) ada

enam langkah dalam evaluasi

kebijakan, yaitu :

1. Mengidentifikasi tujuan

program

2. Analisa terhadap

masalah

3. Deskripsi dan

standarisasi kegiatan

Page 14: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

13

4. Pengukuran terhadap

tingkatan perubahan

yang terjadi

5. Menentukan apakah

perubahan yang diamati

merupakan akibat dari

kegatan tersebut atau

karena penyebab yang

lain.

6. Beberapa indikator

untuk menentukan

keberadaan suatu

dampak.

Untuk dapat melihat

keberhasilan suatu program yang

dilaksanakan baik oleh pemerintah

maupun oleh dunia swasta, evaluasi

sangat memegang peranan yang

sangat penting. Suatu evaluasi sangat

berguna dan merupakan fungsi

manajemen yang sangat menentukan

untuk mencapai tujuan dalam suatu

organisasi secara berdaya guna dan

berhasil guna. Evaluasi juga dipakai

untuk melihat dan mengetahui

keberhasilan serta kekurangan suatu

program dalam rangka

penyempurnaan baik dalam tahap

rencana maupun dalam tahap

pelaksanaan berikutnya. Banyak

sekali pendapat yang

mengetengahkan makna dan arti

evaluasi, namun yang dimaksud

dalam rencana penelitian ini bukan

untuk mempertentangkan apa itu

evaluasi, akan tetapi lebih jauh

evaluasi dipergunakan untuk

menganalisa sebuah keputusan

pemerintah yang di tujukan kepada

publik ternyata harapan tidak sesuai

dengan kenyataan yang diharapkan.

Dalam evaluasi suatu kebijakan

manfaat-manfaat yang diperoleh,

menurut Al-Amin (2006:99) adalah

sebagai berikut :

1. Evaluasi memberikan

informasi yang valid

mengenai kinerja

manajemen, kebijaksanaan,

program, kegiatan. Dengan

evaluasi ini dapat

diungkapkan mengenai

pencapaian suatu tujuan,

sasaran dan target tertentu.

2. Evaluasi memberikan

gambaran dasar bagi titik

take of (menuju) untuk

rencana selanjutnya, atau

memberikan gambaran

keadaan potensi maupun

hambatan mengenai keadaan

sewaktu akan dinilai

pelaksanaan rencana

berikutnya.

3. Evaluasi bermanfaat untuk

meningkatkan produktivitas

atau hasil kerja dimasa

mendatang.

Sebelumnya telah dijelaskan

bahwa evaluasi merupakan penilaian

terhadap kinerja organisasi yang

sedang atau telah dilaksanakan.

Menurut Al-Amin (2006:100) ada

tiga sasaran utama dalam melakukan

evaluasi, antara lain.

1. Evaluasi terhadap kegiatan.

Evaluasi terhadap kegiatan

menunjukkan capaian

kinerja suatu unit kerja dala

suatu kurun waktu tertentu.

2. Evaluasi terhadap program

Evaluasi terhadap program

merupakan hasil komulatif

dari berbagai kegiatan yang

dilakukan dengan cara

mengambil hasil dari setiap

nilai capaian kinerja

kegiatan tersebut dan

kemudian memberikan

pembobotan untuk dapat

Page 15: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

14

diperoleh nilai akhir capaian

program.

3. Evaluasi terhadap kebijakan

Evaluasi terhadap kebijakan

merupakan evaluasi

terhadap ketentuan-

ketentuan dan peraturan-

peraturan yang telah

disepakati dan ditetapkan

oleh pihak-pihak yang

berwenang untuk dijadikan

pedoman, pegangan atau

petunjuk dalam

melaksanakan program

untuk mencapai sasaran,

tujuan, visi dan misi

organisasi. Evaluasi ini

sangat berguna untuk

mendapatkan pengetahuan

mengenai kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang

dijadikan sebagai landasan

atau pedoman kerja, apakah

sesuai dengan yang

diinginkan atau mungkin

perlu perbaikan terhadap

kebijaksanaan tersebut.

Evaluasi biasanya ditujukan

untuk menilai sejauh mana

keefektifan kebijakan publik guna

dipertanggungjawabkan kepada

konstituennya. Sejauh mana tujuan

dicapai. Evaluasi diperlukan untuk

melihat kesenjangan antara harapan

dengan kenyataan . Evaluasi

kebijakan publik acapkali hanya

dipahami sebagai evaluasi atas

implementasi kebijakan saja.

2. Anak Jalanan

Menurut Departemen Sosial RI

(2005: 5), Anak jalanan adalah anak

yang menghabiskan sebagian besar

waktunya untuk melakukan kegiatan

hidup sehari-hari di jalanan, baik

untuk mencari nafkah atau

berkeliaran di jalan dan tempat-

tempat umum lainnya. Anak jalanan

mempunyai ciri-ciri, berusia antara 5

sampai dengan 18 tahun, melakukan

kegiatan atau berkeliaran di jalanan,

penampilannya kebanyakan kusam

dan pakaian tidak terurus,

mobilitasnya tinggi. Selain itu,

Direktorat Kesejahteran Anak,

Keluarga dan Lanjut Usia.

Departemen Sosial (2001: 30)

memaparkan bahwa anak jalanan

adalah anak yang sebagian besar

waktunya dihabiskan untuk mencari

nafkah atau berkeliaran di jalanan

atau tempat-tempat umum lainnya,

usia mereka berkisar dari 6 tahun

sampain 18 tahun. Adapun waktu

yang dihabiskan di jalan lebih dari 4

jam dalam satu hari. Pada dasarnya

anak jalanan menghabiskan waktunya

di jalan demi mencari nafkah, baik

dengan kerelaan hati maupun dengan

paksaan orang tuanya. Dari definisi-

definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa anak jalanan adalah anak-anak

yang sebagian waktunya mereka

gunakan di jalan atau tempat-tempat

umum lainnya baik untuk mencari

nafkah maupun berkeliaran. Dalam

mencari nafkah, ada beberapa anak

yang rela melakukan kegiatan

mencari nafkah di jalanan dengan

kesadaran sendiri, namun banyak pula

anak-anak yang dipaksa untuk bekerja

di jalan (mengemis, mengamen,

menjadi penyemir sepatu, dan lain-

lain) oleh orang-orang di sekitar

mereka, entah itu orang tua atau pihak

keluarga lain, dengan alasan ekonomi

keluarga yang rendah. Ciri-ciri anak

jalanan adalah anak yang berusia 6 –

18 tahun, berada di jalanan lebih dari

4 jam dalam satu hari, melakukan

kegiatan atau berkeliaran di jalanan,

penampilannya kebanyakan kusam

Page 16: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

15

dan pakaian tidak terurus, dan

mobilitasnya tinggi.

Menurut standard pelayanan

sosial anak jalanan melalui Rumah

Singgah (2004, h.14), ciri-ciri anak

jalanan yang bekerja di jalanan adalah

(1) berhubungan tidak teratur dengan

orang tuanya yaitu pulang secara

periodik dan mereka pada umunya

berasal dari luar kota yang bekerja di

jalanan, (2) berada di jalanan sekitar 8

sampai 12 jam untuk bekerja,

sebagian mencapai 16 jam, (3)

bertempat tinggal dengan cara

mengontrak sendiri atau bersama

teman, dengan orang tua atau saudara

atau di tempat kerjanya di jalanan, (4)

tidak bersekolah lagi. Berdasar pada

kategori di atas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa anak jalanan

adalah anak yang dalam keseharian

hidupnya penuh dengan

permasalahan, baik dengan keluarga,

orang di sekitar mereka, maupun

dengan aparat pemerintah terutama

dengan para pamong yang berusaha

menertibkan mereka. Mereka

merelakan sebagian besar waktunya

untuk bekerja di jalanan agar

memperoleh penghasilan sebagai

bekal hidup mereka

III GAMBARAN UMUM

LOKASI PENELITIAN

Pembangunan kesejahteraan

sosial adalah penanganan masalah

kesejahteraan sosial yang

ditujukan untuk membantu

masyarakat mencegah, melakukan

penanganan masalah, pemulihan

dan pemberdayaan serta

perlindungan dalam mengatasi

permasalahan sosial. Salah satu

prioritas pembangunan Nasional

maupun Daerah Kota

Tanjungpinang khususnya adalah

menumbuhkembangkan potensi

sektor ekonomi rakyat melalui

peningkatan mutu Sumber Daya

Manusia dalam peningkatan

produktifitas. (Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja, 2015)

Berbagai masalah krusial yang

harus dihadapi bangsa ini antara

lain yaitu tingginya angka

pengangguran, tingginya angka

kemiskinan, investasi rendah,

kualitas SDM yang rendah, serta

keamanan dan stabilitas sosial

yang rawan. Hal tersebut

berdampak pada pertumbuhan

ekonomi yang lamban.

Berdasarkan tupoksi yang ada,

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

merupakan badan yang

bertanggungjawab untuk menjalani

fungsi dan membantu

memberdayakan masyarakat dalam

upaya meningkatkan

keberfungsian sosialnya untuk

mencapai hidup sejahtera, baik

yang berkaitan dengan masalah

social maupun ketenagakerjaan.

Dalam menjalankan fungsinya

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

mengadakan beberapa program

kegiatan yang ditujukan untuk

menangani berbagai masalah

tersebut.

IV. EVALUASI KEBIJAKAN

PEMERINTAH DALAM

MENANGANI ANAK JALANAN

PADA DINAS SOSIAL DAN

TENAGA KERJA KOTA

TANJUNGPINANG TAHUN 2014

1. Input.

a. Kesiapan sumber daya manusia

seperti pekerja sosial yang ahli

dalam bidangnya

Dari beberapa hasil wawancara

yang dilakukan maka dapat dianalisa

Page 17: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

16

bahwa sudah ada Pekerja Sosial yang

memiliki keahlian dalam bidang

pelayanan kesejahteraan dan

perlindungan anak. Tidak hanya

pekerja sosial yang bertanggungjawab

semua instansi terkait juga harus

saling berkoordinasi dan mendukung

agar anak-anak yang ada di Kota

Tanjungpinang dilindungi sesuai

dengan undang-undang dan

mendapatkan haknya. Sumber daya

utama dalam implementasi program

Kesejahteraan anak adalah staf atau

pegawai atau para pekerja sosial.

Salah satu kegagalan yang sering

terjadi dalam implementasi kebijakan,

disebabkan oleh staf dan pekerja

sosial yang tidak cukup memadai,

mencukupi, ataupun tidak kompeten

dalam bidangnya. Penambahan

pekerja sosial dan implementor saja

tidak cukup menyelesaikan persoalan

implementasi kebijakan, tetapi

diperlukan sebuah kecukupan staf

dengan keahlian dan kemampuan

yang diperlukan (kompeten dan

kapabel) dalam

mengimplementasikan program

kesejahteraan anak tersebut. Sumber

daya merupakan variable yang sangat

penting dalam implementasi

kebijakan.

Meskipun kebijakan sudah

dikomunikasikan dengan jelas kepada

aparat pelaksana, tetapi jika tidak

didukung oleh tersedianya sumber

daya secara memadai untuk

pelaksanaan kebijakan,maka

efektivitas kebijakan akan sulit

dicapai. Sumber daya dalam hal ini

meliputi: dana, sumber daya manusia

(staf) dan fasilitas lainnya. Oleh

karena itu agar sumber daya yang ada

dapat menunjang keberhasilan

implentasi kebijakan, maka

sumberdaya harus dipersiapkan sedini

mungkin sehingga pada saat

dibutuhkan sudah tersedia sesuai

kebutuhan.

2. Proses.

a. kebijakan ditransformasikan

kepada seluruh implementor

Setelah dilakukan observasi dapat

ditarik kesimpulan bahwa untuk

sosialisasi yang dilakukan belum

menyeluruh. Karena sosialisasi yang

dilakukan hanya secara garis besar.

Untuk mengetahui hal tersebut maka

dilakukan kroscek kepada masyarakat

yang aktif dalam lembaga swadaya

masyarakat yang berhubungan dengan

anak jalanan. Sosialisasi dapat

dilakukan mulai tingkat RT/RW

hingga kelurahan, serta melalui

institusi-institusi masyarakat lain.

Contohnya dengan mengajak ibu-ibu

penggerak pendidikan kesejahteraan

keluarga (PKK), aktivis Karang

Taruna, Majelis Taklim,

Dari hasil wawancara dengan

informan maka dapat dianalisa bahwa

pihak Dinas sudah mengupayakan

mensosialisasikan peratutran tentang

anak jalanan tersebut, walaupun

memang sebagian masyarakat belum

mengetahui secara baik tentang

pentingnya memahami peraturan

mengenai anak jalanan. Sebelum

dapat mengimplementasikan suatu

kebijakan implementor harus

menyadari bahwa suatu keputusan

telah dikeluarkan, seringkali terjadi

kesalahpahaman terhadap keputusan

yang telah dikeluarkan agar tidak

terjadi kesalahpahaman harus

dilakukan sosialisasi. Baik sosialisasi

kepada pegawai selaku implementor

serta sosialisasi yang diberikan

kepada masyarakat dan pihak swasta.

Page 18: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

17

b. Kerjasama antara Instansi

terkait

Berdasarkan hasil wawancara

diketahui bahwa Pelaksanaan

kebijakan perlindungan anak ini

sudah sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi masing-masing bagian maupun

masing-masing instansi. Setiap

pembagian tugas perlu untuk

diketahui oleh para pelaksana

kebijakan yang bertujuan agar

pelaksanaan kebijakan akan lebih

mudah dan terarah sesuai dengan

tugas yang sudah ditetapkan.

Meskipun sumber-sumber untuk

mengimplementasikan suatu

kebijakan tersedia secara memadai,

dan para pelaksana (implementor)

mengetahui dan memahami apa yang

menjadi standart dan tujuan kebijakan

serta memiliki kemampuan

mengimplementasikannya secara

sungguh-sungguh, bisa jadi

implementasi masih belum bisa

efektif disebabkan ketidakefisienan

struktur birokrasi. Dimensi standart

prosedur operasi akan memudahkan

dan menyeragamkan tindakan dari

pada pelaksana kebijakan dalam

melaksanakan apa yang menjadi

bidang tugasnya. Keempat faktor

yang mempengaruhi implementasi

kebijakan tersebut saling berinteraksi

satu sama lain. Dimana faktor

komunikasi, sumber daya, disposisi

dan struktur birokrasi mempengaruhi

secara langsung terhadap

implementasi kebijakan.

3. Hasil.

a. Bantuan yang diberikan kepada

anak jalanan

Dari hasil observasi diketahui

bahwa sebenarnya di Kota

Tanjungpinang sendiri sudah

memiliki rumah singgah akan tetapi

saat ini keberadaan rehabilitasi ini

belum maksimal digunakan, lantaran

pihak Dinsos terkendala personel dan

biaya operasional. Anak tetap anak

butuh yang butuh bantuan uluran

tangan orang lain. Kewajiban

Pemerintahlah yang utama dalam

segala bentuk penyelenggaraan

Perlindungan Anak dan pemenuhan

hak anak sebagaimana yang

dijaminkan oleh Undang-undang no

23 tahun 2002. Masyarakat dan

Lembaga apapun termasuk Dinas

Sosial dan Komisi Perlindungan Anak

Daerah serta instansi terkait adalah

pendukung kegiatan penyelenggaraan

Perlindungan Anak dan berhak untuk

melindungi Anak.

Setiap tahun, anak jalanan

mendapatkan dana pembinaan sebesar

Rp3 juta per orang yang berasal dari

anggaran Pemko Tanjungpinang dan

Pemprov Kepri untuk biaya

operasional pendidikannya.

Kemudian pemerintah kota

Tanjungpinang juga menyediakan

dana untuk pengelolaan rumah

singgah yang datang dari APBD Kota

Tanjungpinang. Kemudian adanya

bantuan beasiswa itu bukan untuk

semuanya lantaran menolak untuk

melanjutkan sekolah. Ke-70 anak

jalan yang memperoleh bantuan itu

adalah anak yang dibina Dinsosnaker.

Dari 70 orang anak jalanan itu, 86

persen telah mengenyam pendidikan,

dan masih belum bersekolah akibat

terbiasa dengan kondisi di jalanan.

4. Dampak.

Dari beberapa hasil wawancara

yang dilakukan maka dapat dianalisa

bahwa kebijakan Dinas Sosial dan

Tenaga Kerja Dalam Penertiban Anak

Jalanan di Kota Tanjungpinang

memang berdampak positif bagi anak

jalanan di Kota Tanjungpinang.

manfaat yang terpenting adalah untuk

Page 19: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

18

pengawasan terhadap anak jalanan

supaya tidak ada lagi yang beraktifitas

di jalanan. Dari hasil observasi yang

dilakukan tentang Perlindungan Anak

dalam penertiban anak jalanan ini

berdampak positif. Kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah ini pastinya

berdampak positif untuk mengatasi

permasalahan anak jalanan, sehingga

anak yang beraktifitas di jalanan

berkurang jumlahnya. Dengan adanya

penertiban anak jalanan dikota

Tanjungpinang sangat baik sehingga

kota Tanjungpinang bebas dari anak

jalanan dengan kota yang bersih dan

tertib. Setiap kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah, pasti

berdampak positif dalam menjalankan

kebijakan tersebut.

V . PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil

penelitian maka dapat diambil

kesimpulan bahwa Kebijakan

Pemerintah Kota Tanjungpinang

Dalam Menangani Anak Jalanan Pada

Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota

Tanjungpinang Tahun 2014 belum

berjalan dengan baik karena masih

banyak hal yang harus diperhatikan.

Walaupun sudah ada Pekerja Sosial

yang memiliki keahlian dalam bidang

pelayanan kesejahteraan dan

perlindungan anak. Peningkatan

Kapasitas Pendamping dan

Kelembagaan, melalui seleksi,

sertifikasi dan bimbingan

pemantapan/pelatihan bagi Pekerja

Sosial, Tenaga Kesejahteraan Sosial,

Relawan Sosial dan Lembaga

Kesejahteraan Sosial. Meskipun

kebijakan sudah dikomunikasikan

dengan jelas kepada aparat pelaksana,

tetapi jika tidak didukung oleh

tersedianya sumber daya secara

memadai untuk pelaksanaan

kebijakan,maka efektivitas kebijakan

akan sulit dicapai.

Sosialisasi yang dilakukan

belum menyeluruh kepada

masyarakat maupun kepada pegawai

Karena sosialisasi yang dilakukan

hanya secara garis besar, dan

dilakukan tidak di tempat tempat

keramaian. Untuk mengetahui hal

tersebut maka dilakukan kroscek

kepada masyarakat yang aktif dalam

lembaga swadaya masyarakat yang

berhubungan dengan anak jalanan.

Kemudian tidak adanya pembagian

tugas secara khusus untuk

melaksanakan kebijakan ini

melainkan hanya menyesuaikan

dengan tupoksi yang ada sesuai

dengan bidang masing masing serta

juga melihat kepada kemampuan

pegawai Dinas Sosial Kota

Tanjungpinang. Untuk mendapatkan

jawaban yang lebih jelas. Sebenarnya

di Kota Tanjungpinang sendiri sudah

memiliki rumah singgah akan tetapi

saat ini keberadaan rehabilitasi ini

belum maksimal digunakan, lantaran

pihak Dinsos terkendala personel dan

biaya operasional. Anak tetap anak

butuh yang butuh bantuan uluran

tangan orang lain.

B. Saran

Adapun saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Seharusnya ada sosialisasi

menyeluruh baik kepada

implementor dan masyarakat

sehingga masyarakat sendiri

lebih memahami hak-hak

anak, sehingga tidak ada orang

tua yang membiarkan anak-

anaknya turun ke jalan.

2. Seharusnya ada sumber

daya yang memadai mulai dari

implementor hingga adanya

Page 20: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

19

rumah singgah yang layak

bagi para anak jalanan sebagai

wadah tempat berkumpul dan

bertukar pikiran agar dapat

melakukan aktivitas positif.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan

Publik Edisi Revisi.

Jakarta: Yayasan. Pancur

Siwah.

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar

Kebijakan Publik.

Bandung : CV Alfabetha

Amri. Yousa. 2007. Kebijakan

Publik, Teori dan Proses.

Laboratorium Pengkajian

Penelitian dan

Pengembangan

Administrasi Negara.

FISIP Universitas

Padjajaran, Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian: Suatu

Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Badjuri, Abdulkahar & Yuwono,

Teguh, 2002, Kebijakan

Publik Konsep & Strategi,

Undip Press, Semarang.

BPS/Badan Pusat Statistik dan

Depsos/Departemen

Sosial. 2002. Penduduk

Fakir Miskin Indonesia.

Jakarta: BPS.

Dunn, William N. 2003. Analisis

Kebijakan Publik.

Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press

Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik

Berbasis Dynamic

Analiysis. Gava Media:

Yogyakarta.

Ekowati, Mas Roro Lilik, 2005,

Perencanaan,

Implementasi dan Evaluasi

Kebijakan atau Program,

Edisi Revisi, PT

Rosdakarya, Bandung.

Hariyoso, S. 2002. Pembangunan.

Birokrasi dan Kebijakan

Publik. Bandung:

Peradaban.

Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip

Perumusan Kebijaksanaan

Negara. Bumi Aksara:

Jakarta

Keban, Yeremias. T. 2004. Enam

Dimensi Strategis

Administrasi Publik,

Konsep, Teori, dan Isu.

Yogyakarta. Gava Media

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Ndraha, Taliziduhu. 2003.

Kybernologi (Ilmu

Pemerintahan Baru I). PT

Rineka Cipta : Jakarta

Nugroho, Riant D. 2012. Kebijakan

Publik Formulasi

Implementasi dan

Page 21: EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK JALANAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a...informan adalah pegawai yang memahami tentang

20

Evaluasi. Jakarta : PT.Elex

Media Komputindo

Pasolong, Harbani. 2010. Teori

Administrasi Publik.

Bandung: Alfabeta.

Parsons, Wayne. 2005. Public

Policy: Pengantar Teori

dan Praktik Analisis

Kebijakan. Prenada

Media: Jakarta.

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma

Kritis dalam Studi

Kebijakan Publik.

Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Purwanto, Irwan Agus dan Dyah

Ratih Sulistyastuti. 2012.

Implementasi Kebijakan

Publik: Konsep dan

Aplikasinya di

Indonesia.Gava Media,

Yokyakarta.

Rasyid, Rias. 2000. Pokok-Pokok

Pemerintahan. PT Raja

Grafindo Persada : Jakarta

Ramesh. 2000 . Studying Public

Policy: Policy Cycles and

Policy Subsystem. Oxford

: Oxford University Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Kuantitatif, kualitatif dan

R & D. Bandung:

ALFABETA

Subarsono, AG.2011. Analisis

kebijakan Publik : Konsep.

Teori dan.

Aplikasi.Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Sumaryadi, I Nyoman. 2005.

Efektivitas Implementasi

Kebijkan Otonomi Daerah.

Jakarta : Citra Utama

Syafarudin. 2008. Efectivitas

Kebijakan Pendidikan.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003.

Implementasi Kebijakan

Publik. Yogyakarta:

Lukman.

Tarwiyah Tuti. 2005. Kebijakan

pendidikan Era 0tonomi

Daerah. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Wahab, Solichin. 2002. Analisis

Kebijaksanaan, Dari

Formulasi Ke

Implementasi

Kebijaksanaan Negara.

Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan

Publik, Teori dan Proses.

Jakarta: PT. Buku Kita.

Wiyoto, Budi. 2005. Riset Evaluasi

Kebijakan: Mitos

Ketakutan Birokrasi,

Instrumen,Strategik, Good

Governanace. Bucetid

Malang: Malang