EVALUASI EFEK PROTEKTIF EKSTRAK DAUN PALIASA Kleinhovia...
Transcript of EVALUASI EFEK PROTEKTIF EKSTRAK DAUN PALIASA Kleinhovia...
-
EVALUASI EFEK PROTEKTIF EKSTRAK DAUN PALIASA
(Kleinhovia hospita Linn.) TERHADAP PENINGKATAN
AKTIVITAS PEROKSIDASI LIPID HATI PADA TIKUS PUTIH
YANG DIINDUKSI DENGAN DOKSORUBISIN
SUSANTY TANDILILING
N11113029
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2017
-
ii
EVALUASI EFEK PROTEKTIF EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS
PEROKSIDASI LIPID HATI PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI DENGAN DOKSORUBISIN
SKRIPSI
untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
SUSANTY TANDILILING N11113029
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2017
-
iii
EVALUASI EFEK PROTEKTIF EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS
PEROKSIDASI LIPID HATI PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI DENGAN DOKSORUBISIN
SUSANTY TANDILILING N11113029
Pada Tanggal, 5 April 2017
Pembimbing Pertama,
Subehan, S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt. NIP. 19750952 200112 1 002
Pembimbing Kedua,
Firzan Nainu, S.Si., M.Biomed.Sc., Ph.D., Apt. NIP. 19820610 200801 1 012
Disetujui oleh : Pembimbing Utama,
Yulia Yusrini Djabir, S.Si., MBM.Sc.,M.Si., Ph.D.,Apt.
NIP. 19780728 200212 2 003
-
iv
PENGESAHAN EVALUASI EFEK PROTEKTIF EKSTRAK DAUN PALIASA
(Kleinhovia hospita Linn.) TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS PEROKSIDASI LIPID HATI PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI DENGAN DOKSORUBISIN
Oleh :
SUSANTY TANDILILING
N11113029
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada Tanggal : 5 April 2017
Panitia Penguji Skripsi :
1. Ketua : Drs. Syaharuddin Kasim, M.Si., Apt.
2. Sekretaris : Habibie, S.Si., M.Pharm.Sc., Apt.
3. Anggota (Ex.Off) :Yulia Y.Djabir, S.Si., MBM.Sc.,M.Si.,Ph.D., Apt.
4. Anggota (Ex.Off) : Subehan, S.Si., M.Pharm.Sc., Ph.D., Apt.
5. Anggota (Ex.Off) : Firzan Nainu,S.Si., M.Biomed.Sc., Ph.D., Apt.
6. Anggota : Sumarheni, S.Si., M.Sc., Apt
-
v
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Susanty Tandililing
NIM : N11113029
Judul Skripsi :“Evaluasi Efek Protektif Ekstrak Daun Paliasa
(Kleinhovia hospita Linn.) Terhadap Peningkatan
Aktivitas Peroksidasi Lipid Hati Pada Tikus Putih
Yang Diinduksi Dengan Doksorubisin”
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya
saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak
benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Makassar, 5 April 2017
Penulis,
Susanty Tandililing
-
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
atas segala limpahan kasih dan berkat yang telah Dia berikan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan studiprogram studi S1 pada
program studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini, tidak terlepas
dari dukungan doa, bantuan dan nasihat dari berbagai pihak. Pada
kesempatan yang berbahagia ini perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai, Ayahanda Yosef Sampe
Tandililing dan Ibunda Ruth Minanga yang senantiasa berdoa,
memberikan semangat, memberikan cintanya, mendukung dalam
pemenuhan biaya dan dalam segala hal selalu memberikan yang
terbaik yang tak bisa penulis ucapkan dan balas satu per satu.
2. Dosen pembimbing penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini,
pembimbing utama Ibu Yulia Yusrini
Djabir,S.Si.,MBM.Sc.,M.Si.,Ph.D.,Apt, pembimbing pertama Bapak
Subehan, S.Si., M.Pharm, Sc.,Ph.D., Apt dan pembimbing kedua
Bapak Firzan Nainu, S.Si., M.Biomed, Sc., Ph.D., Apt yang dengan
penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis.
-
vii
3. Tim Penguji penulis Bapak Drs.Syaharuddin Kasim, M.Si., Apt, Bapak
Habibie, S.Si., M.Pharm.Sc, Apt dan Ibu Sumarheni, S.Si.,M.Sc., Apt
yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Penasehat Akademik penulis yang terhormat Bapak Drs. Syaharudin
Kasim, M.Si., Apt yang sekaligus juga sebagai ketua penguji penulis
yang telah penulis anggap sebagai orang tua penulis yang telah
memberikan bimbingan dan senantiasa memotivasi penulis dari awal
perkuliahan sampai penyelesaian tugas akhir ini.
5. Dekan, Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III dan
semuadosen serta staf Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
yang telah banyak membantu penulis selama proses studi di Fakultas
Farmasi.
6. Laboran Farmasi Klinik Ibu Adriana Pidun, Laboran Biofarmasi Ibu
Syamsiah dan Laboran Fitokimia Kak Abdillah Mahmud yang telah
menyediakan waktunya, membantu dan terus memotivasi penulis
selama proses penelitian.
7. Saudara-saudara penulis Sakti Tandililing, Silvester Ramba’
Tandililing, Semuel Ramba’ Tandililing, Febriono Tandililing dan
Filadelfia Ramba’ Tandililing yang senantiasa memberikan doa, cinta
kasihnya dan semangatnya kepada penulis serta terima kasih untuk
setiap keluarga yang tak bisa penulis ucapkan satu per satu.
-
viii
8. Teman-teman angkatan 2013“THEOBROMINE”yang sungguh luar
biasa membantu penulis kurang lebih 4 tahun berjuang bersama
meraih mimpi di Fakultas Farmasi tercinta.
9. Teman-teman “GENGTOR” 2013 Ilda, Alvin, Apri, Wanda, Christin,
Tovan, Yadi, Deris, Cosye, Datu, Elfin, Ersol, Febri, Deden, Elan,
Mitha, Indria, Jeni, Lola, Luiz, Maria, Marselina, Malvin, Nata, Novia,
Rani, Resta, Revi, Dita, Rupin, Silva, Vero, Milka, Septi, Uni, Mbak
Yun dan Tisar yang selalu menjalin kebersamaan, keceriaan dan
terus menyemangati penulis dalam menjalani keseharian dunia
kampus.
10. Teman-teman seperjuangan penelitianDerisyanti Kala’Padang,
Emiliana D.P Djawa dan Dewi Datu Sarira yang senantiasa
mendukung penulis dalam doa, memberikan waktu, pikiran, tenaga
dan terus berjuang bersama selama proses penyelesaian tugas akhir.
11. Teman-teman KOPRS Asiten Farmasi Klinik yang telah menjadi
bagian perjalanan kehidupan penulis yang telah berbagi ilmunya dan
terus menyemangati dalam penyelesai tugas akhir ini.
12. Teman-teman terkasih Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) Angelo
Blessing (Kak Faradis, Kak Lia, Nata, Septi, Rani dan Febri) dan adik-
adik PAKTB Jill Albertin (Adel, Totting, Welty, Marni dan Irene) yang
telah menjadi keluarga kedua tempat berbagi kehidupan, tempat
untuk bertumbuh mengenal Kristus, yang terus menguatkan dan
menopang dalam doa dan dalam berbagai hal. Seluruh teman-teman
-
ix
PMKO Filadelfia MIPA_Farmasi Unhas baik kakak-kakak alumni,
teman pengurus maupun adik-adik di fakultas Farmasi dan MIPA yang
senantiasa mendukung dalam doa, pelayanan maupun study.
13. Teman-teman KKN Gelombang 93 Kabupaten Wajo khususnya teman
posko Desa Inalipue Kak Tommy, Malik, Saleh, Ida, Ifa dan Dina serta
Bapak Hj. Sulaiman beserta Ibu Hj. Emba yang telah berbagi
pengalaman dan menjadi bagian penting dalam kehidupan
perjuangan penulis.
14. Sahabat terbaik penulis Avner Tangkeallo, Jein Pratiwi, Linda Friskila,
Natalia Rombe, Ruth Rantela’bi dan Leny Satriani Lebang yang terus
menyemangati, memberikan doa, motivasi bahkan cinta kasihnya
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan untuk penulis guna memperbaiki penelitian selanjutnya
dapat menjadi lebih baik dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis,
Susanty Tandililing
-
x
ABSTRAK
Doksorubisin merupakan salah satu obat antikanker paling penting dan banyak digunakan.Peningkatan radikal bebas seperti yang terjadi dengan penggunaan doksorubisin menyebabkan kondisi stres oksidatif yang ditandai dengan peningkatan pembentukan peroksidasi lipid yang berpotensi menimbulkan kerusakan sel termasuk sel hati.Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek pemberian ekstrak daun paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) sebelum penggunaan doksorubisin terhadap aktivitas peroksidasi lipid melalui pengukuran malondialdehida (MDA).Tikus putih jantan sebanyak 20 ekor dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Kelompok I adalah kelompok kontrol sehat, kelompok II adalah kelompok yang hanya diinjeksikan doksorubisin (25 mg/kgBB), kelompok III adalah kelompok yang diberikan ekstrak etanol paliasa 100 mg/kgBB secara peroral selama 5 hari sebelum injeksi doksorubisin dan kelompok IV adalah kelompok yang diberikan ekstrak etanol paliasa 250 mg/kgBB secara peroral selama 5 hari sebelum injeksi doksorubisin. Setelah 48 jam penyuntikan doksorubisin, dilakukan pembedahan organ hati dan diukur kadar MDA hati dengan metode Thiobarbituric Acid Reactive Subtance (TBARS) menggunakan Spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 531 nm. Tikus yang hanya disuntikkan doksorubisin mengalami peningkatan kadar MDA hati sebesar 0,67±0,061 µg/mL yang sangat signifikan dibandingkan kelompok kontrol dengan kadar MDA hati 0,27±0,133 µg/mL. Kelompok yang diberi praperlakuan dengan ekstrak paliasa baik 100 mg/kgBB maupun 250 mg/kgBB menurunkan kadar MDA hati sebesar 50% dan 35% dibandingkan kelompok doksorubisin (p
-
xi
ABSTRACT
Doxorubicin is one of the most important anticancer drugs thatis
widely used. Increasing level of free radicals induced by doxorubicin,
promotes oxidative stress condition characterized by increased formation
of lipid peroxidation, which causes damage to liver cells. The aim of this
study was to investigate the effect extract of paliasa (Kleinhovia hospita
Linn.) on doxorubicin-induced lipid peroxidation activity in liver tissue using
malondialdehyde (MDA) parameter. Twenty male wistar rats were divided
into 4groups.Group I was defined as the healthy control group. Group II
was injected with doxorubicin (25 mg/kgBW). Group III was given ethanol
extract of paliasa 100 mg/kgBW for 5 days prior to doxorubicin injection,
and group IV was given ethanol extract of paliasa 250 mg/kgBW for 5 days
prior to doxorubicin injection. After 48 hours from doxorubicin injection,
MDA of liver tissue was measured by the Thiobarbituric Acid Reactive
Substance (TBARS) method, using Spectrophotometer UV-VIS at 531
nm.Rats injected withdoxorubicin had the highest levels of MDA
(0,67±0,061µg/mL), which increased significantly compared to the control
group (0,27±0,133µg/mL). The level of MDA in extract-treated groups (100
mg/kgBW and 250 mg/kgBW) was signicantly lower than the ones without
treatment, showing 50% and 35% lower than doxorubicin-treated
group(p
-
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................... x
ABSTRACT ......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4
II.1 Doksorubisin ....................................................................... 4
II.1.1 Mekanisme Kerja ............................................................. 4
II.1.2 Farmakokinetika .............................................................. 6
II.1.3 Dosis ............................................................................... 6
II.1.4 Efek Samping .................................................................. 7
II.2 Paliasa (Klenhovia hospita Linn.) ........................................ 8
II.2.1 Klasifikasi Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) ........ 9
II.2.2.Deskripsi Tanaman ........................................................... 10
-
xiii
II.3 Hati ...................................................................................... 11
II.4 Peroksidasi Lipid ................................................................. 14
II.4.1 Pembentukan Peroksidasi Lipid ....................................... 14
II.4.2 Pengukuran MDA Sebagai Indikator Peroksidasi Lipid ... 16
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 17
III.1 Alat dan Bahan .................................................................. 17
III.1.1 Alat ................................................................................. 17
III.1.2 Bahan ............................................................................. 17
III.2. Cara Kerja ........................................................................ 17
III.2.1 Penyiapan Hewan Coba ................................................. 17
III.2.2 Pengolahan Sampel Daun Paliasa ................................. 18
III.2.3 Penyiapan Ekstrak Daun Paliasa .................................... 18
III.3 Prosedur Percobaan........................................................... 19
III.3.1 Perlakuan ........................................................................ 19
III.3.2 Pengambilan Organ Hati ................................................ 20
III.4 Pengukuran Kadar MDA Hati ............................................. 20
III.4.1 Pengukuran Kurva Baku ................................................. 20
III.4.2 Preparasi dan Evaluasi Jaringan Hati .............................. 21
III.5 Analisa Statistik .................................................................. 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 22
IV.1 Hasil Penelitian .................................................................. 22
IV.1.1 Penentuan Kurva Baku ................................................... 22
IV.1.2 Analisis Kadar Malondialdehida (MDA) .......................... 23
-
xiv
IV.2 Pembahasan ..................................................................... 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 27
V.1 Kesimpulan ......................................................................... 27
V.2 Saran ................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 28
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Absorbansi TMP (Standar MDA) ................................................... 22
2. Kadar Malondialdehida (MDA) Hati Tikus Putih ............................. 23
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Molekul Doksorubisin ...................................................... 4
2. Mekanisme Kerusakan DNA oleh Doksorubisin ............................ 5
3. Struktur Kleinhospitine A-D............................................................ 5
4. Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) ........................................ 10
5. Anatomi Hati .................................................................................. 11
6. Reaksi Peroksidasi Lipid .............................................................. 14
7. Reaksi antara TBA dan MDA ......................................................... 16
8. Kurva Baku MDA ........................................................................... 22
9. Profil Rerata±SD Kadar MDA Hati Tikus Putih .............................. 23
10. Spektrum Panjang Gelombang Larutan Baku ............................... 35
11. Spektrum Absorbansi Kurva Baku ................................................. 36
12. Spektrum Absorbansi Kontrol dan Perlakuan ................................ 37
13. Proses Rotavapor .......................................................................... 46
14. Ekstrak Kental Etanol Paliasa ........................................................ 46
15. Tikus Putih (Rattus novergicus) ..................................................... 46
16. Pemberian Suspensi Ekstrak ........................................................ 46
17. Penyuntikan Doksorubisin ............................................................. 46
18. Pembedahan Organ Hati ............................................................... 46
19. Sentrifuge ...................................................................................... 46
20. Supernatan Untuk Dianalisis ......................................................... 47
-
xvii
21. Waterbath ...................................................................................... 47
22. Spektrofotometer UV-Visibel ......................................................... 47
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Kerja Uji Efek Pemberian Ekstrak Daun Paliasa .............. 32
2. Skema Kerja Preparasi dan Evaluasi Jaringan Hati ...................... 33
3. Skema Kerja Penyiapan Larutan Baku .......................................... 34
4. Spektrum Panjang Gelombang Kurva Baku .................................. 35
5. Spektrum Absorbansi Kurva Baku ................................................. 36
6. Spektrum Absorbansi Kelompok Kontrol dan Perlakuan ............... 37
7. Kadar MDA Hati Tikus Putih Setelah Perlakuan ........................... 38
8. Perhitungan Dosis dan Kadar Malondialdehida ............................. 39
9. Hasil Data Statistik One Way ANOVA ........................................... 44
10. Gambar Penelitian ......................................................................... 46
11. Rekomendasi Persetujuan Etik ...................................................... 48
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
Doksorubisin merupakan antibiotik antrasiklin yang bersifat
antineoplastik yang diisolasi dari Streptomyces peucetius untuk
pengobatan sarkoma dan berbagai karsinoma, termasuk kanker payudara
dan paru, leukemi limfostik akut dan limfoma(1).Mekanisme kerja dari
doksorubisin melalui empat mekanisme utama yaitu : 1) penghambatan
topoisomerase II, 2) afinitas tinggi mengikat DNA, 3) mengikat membran
sel untuk mengubah fluiditas dan transportasi ion, dan 4) menghasilkan
radikal bebas membunuh sel kanker (2). Namun, penggunaan
doksorubisin pada terapi kanker dapat memberikan beberapa efek
samping antara lain kardiotoksisitas, hepatotoksisitas, mempengaruhi
sistem imun, rambut rontok dan radang tenggorokan (3,4).
Peningkatan radikal bebas seperti yang terjadi dengan penggunaan
doksorubisin, akan menyebabkan kondisi stres oksidatif. Stres oksidatif
terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan
yang kemudian berpotensi menimbulkan kerusakan sel termasuk sel hati
(5).Peningkatan stres oksidatif seringkali mengakibatkan peningkatan
aktivitas peroksidasi lipid.Peroksidasi lipid menyebabkan kerusakan
membran sel secara langsung dantidak langsung. Efek langsung
menyebabkan kerusakan pada struktur membran sel dan efek tidak
langsung melalui produk-produk metabolit dari peroksidasi lipid yang
disebut dengan Malondialdehida (MDA). Malondialdehida sebagai produk
-
2
akhir dapat digunakan sebagai marker untuk mengetahui derajat
kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh peroksidasi lipid (6,7).
Salah satu strategi yang dipilih untuk mengatasi efek
hepatotoksisitas dari penggunaan doksorubisin adalah menggunakan
ekstrak daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.).Paliasa (Kleinhovia
hospita Linn.)merupakan tumbuhan yang banyak digunakanoleh
masyarakat Sulawesi Selatan sebagai obat tradisional untuk mengobati
penyakit hepatitis. Daun paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) mengandung
senyawa kimia triterpenoid alkaloid, kleinhospitin A-D yang mempunyai
efek penghambatan terhadap toksisitas H2O2 pada kultur sel hati (8). Daun
Paliasa juga mengandung kaempherol 3-O-β-glukosida dan eleuterol yang
bersifat sebagai antioksidan yang dibuktikan secara in vitro menggunakan
metode DPPH (9).Selain itu, daun paliasa mengandung senyawa kimia
saponin, cardenolin, bufadienol dan antrakinon (10).Penelitian
sebelumnya juga menunjukkan bahwa paliasa mampu memproteksi
hepatotoksisitas obat paracetamol dosis tinggi (11) dan pemberian infus
daun paliasa dengan konsentrasi 15% b/v pada mencit jantan selama
tujuh hari, kemudian diinduksi dengan parasetamol dosis toksik mampu
memberikan efek hepatoprotektif (12).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efek pemberian ekstrak
daun paliasa sebelum penggunaan doksorubisin terhadap aktivitas
peroksidasi lipid pada jaringan hatimelalui pengukuran MDA
hati.Penelitian ini bermanfaaat untuk memberikan informasi mengenai
-
3
potensi ekstrak daun paliasayang dapat digunakan untuk mengurangi efek
hepatotoksisitas dari penggunaan doksorubisin terutama karena aktivitas
peroksidasi lipid jaringan.
-
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Doksorubisin
Doksorubisin merupakan antibiotik antrasiklin yang bersifat
antineoplastik yang diisolasi dari Streptomyces peucetius untuk
pengobatan sarkoma dan berbagai karsinoma, termasuk kanker payudara
dan paru, leukemi limfostik akut dan limfoma (1). Doksorubisin merupakan
salah satu obat antikanker paling penting dan banyak digunakan (13).
Gambar 1. Struktur Molekul Doksorubisin. Doksorubisin terdiri dari bagian aglikon
dangula yang terikatsecara glikosidik pada C-7. Bagian aglikon terdiri dari 4 cincin, sedangkanbagian gulanya terdiri dari 3-amino-2,3,6-trideoksi-L-fukosil (14).
II.1.1 Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dari doksorubisin melalui empat mekanisme
utama yaitu : 1) penghambatan topoisomerase II, 2) afinitas tinggi
mengikat DNA melalui interkalasi dengan blokade akibat dari sintesis DNA
dan RNA, 3) mengikat membran sel untuk mengubah fluiditas dan
transportasi ion dan 4)menghasilkan radikal bebas membunuh sel kanker
(2). Doksorubisin mempunyai kemampuan untuk berikatan denganDNA
-
5
melalui proses yang disebut denganinterkalasi,sehingga menyebabkan
terganggunya sintesis RNA dan DNA. Enzim topoisomerase
jugamerupakan target yang penting pada pemakaian doksorubisin. Enzim
ini mempertahankan struktur 3 dimensidariDNA dan penting pada proses
replikasi,transkripsi, repairdan rekombinasi DNA yang bekerja melalui
pemotongan danpenyambungan rantai DNA serta
mengganggupenyambungan rantai DNA.Rantai DNA dirusakoleh radikal
bebas yang terbentuk.Mekanisme lainadalah kerusakan bagian sel oleh
reaksi oksidasi yangdiakibatkan oleh senyawa intermediat yang terbentuk
(15, 16).
Gambar 2.Mekanisme Kerusakan DNA oleh Doksorubisin (17).
-
6
II.1.2 Farmakokinetik
Doksorubisin tidak stabil dalam lingkungan asam sehingga tidak
dapat diberikan secara oral sehingga harus diberikan melalui rute
intravena.Setelahpemberian intravena, konsentrasi obat dalam plasma
akanmeningkat secara cepat dan segera didistribusikan kedalam jaringan.
Pengikatan obat oleh jaringan disebabkanoleh volume distribusi obat yang
sangat tinggi (>500 L/m2). Kadar doksorubisin didalam jaringan dapat
mencapai100 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar obat dalam
plasma dan obat dapat bertahan dalam waktu yanglama.Doksorubisin
mempunyai waktu paruh 30 jam, dieliminasi melalui biotransformasi
yangterjadi terutama di hati dan diekskresi melalui empedu. Doksorubisin
akan memberikan warna merah pada urine (13,16).
II.1.3 Dosis
Secara klinis, efek yang terjadi dari penggunaan doksorubisin
tergantung pada dosis pemakaian obat sehingga sangat penting dilakukan
pemeriksaan pada pasien. Dosis doksorubisin untuk dewasa adalah 60-75
mg/m2diberikan sebagai suntikan tunggal setiap 3 minggu sampai dosis
total tidak melebihi 550 mg/m2. Alternatif dosis yang dapat digunakan
untuk mengurangi efek samping adalah 20 mg/m2setiap minggu.Pada
gangguan hati dosis dikurangi 25-75% baik pada anak maupun
dewasa.Selain itu, pada pasien setelah radiasi dosis harus dikurangi
menjadi 400 mg/m2. Dosis total yang diberikan juga harus diturunkan bila
sebelumnya pasien telah diberikan atau diberikan bersamaan dengan
-
7
antineoplastik tertentu misalnya siklofosfamid (18). Untuk penggunaan
pre-klinik, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan doksorubisin
dengan dosis 20 - 60 mg/kgBB mampu menginduksi peningkatan radikal
bebas pada hati tikus dalam 24 jam (19,20).
II.1.4 Efek Samping
Salah satu mekanisme doksorubisin sebagai agen kemoterapi melalui
pembentukan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan DNA atau peroksidasi
lipid(13).Cincin C pada doksorubisin berbentuk quinone,dapat mengalami
reaksi reduksi oleh flavindependent reduktase membentuk
semiquinone.Bentuk semiquinone adalah bentuk radikalbebas.Bila
terdapat oksigen, semiquinone akanmemberikan elektron yang tidak
berpasangan kemolekul oksigen sehingga terbentuklah superoxideanion
O2.Anion superoxide melalui proses enzimatik olehsuperoxide dismutase
akan membentuk molekuloksigen dan hidrogen peroksida (H2O2).Eliminasi
H2O2merupakan tahapan yang penting, karena H2O2 mempunyai
kemampuan memicupembentukan radikal hidroksil suatu oksidan yang
sangat reaktif dan destruktif (16).
Penggunaan doksorubisin pada terapi kanker dapat memberikan
beberapa efek samping antara lain hepatotoksisitas, kardiotoksisitas,
mempengaruhi sistem imun, rambut rontok dan radang tenggorokan (3,4).
Efek hepatotoksisitas seperti yang terjadi dengan penggunaan
doksorubisin menyebabkan terjadinya peningkatan radikal bebas yang
akan menyebabkan kondisi stress oksidatif. Stres oksidatif terjadi karena
-
8
adanya ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan yang
kemudian berpotensi menimbulkan kerusakan sel termasuk sel hati (5)
Selain itu, efek hepatotoksisitas dari agen kemoterapi ini dapat
menginduksi akumulasi inflammatory cells yang terkait dengan
peningkatan amino transferase seperti alanin transaminase (ALT) dan
aspartat trasnaminase (AST) dalam serum. Peningkatan kadar ALT dan
AST akan terjadi jika adanya pelepasan enzim secara intraseluler ke
dalam darah yang disebabkan nekrosis sel-sel hati atau adanya
kerusakan hati secara akut (21).
Secara klinis, efek kardiotoksik yang terjaditergantung pada dosis
pemakaian obat.Saat dosis kumulatif doksorubisin mencapai 550 mg/ml,
risiko efek samping pada jantungmeningkat, termasuk gagal jantung,
pelebarancardiomyopathy dan kematian.Doksorubisin juga menyebabkan
supresi sum-sum tulang, stomatitis dan gangguan saluran pencernaan
serta alopepsia yang parah (13, 22).
II.2. Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.)
Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.)merupakan tumbuhan yang
banyak digunakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan sebagai obat
tradisional untuk mengobati penyakit hepatitis.Paliasa termasuk salah satu
dari 19 tanaman unggulanyang sedang dikembangkan untukmenjadi
fitofarmaka antihepatitis. Daunpaliasa digunakan dan dipercayaberkhasiat
sebagai obat yang mampu mengobati penyakit
-
9
hepatitis,hipertensi,diabetes dan kolesterol dengan cara meminum air
rebusannya (10, 23).
Daun paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) mengandung senyawa
kimia triterpenoid alkaloid, kleinhospitine A-D yang mempunyai efek
penghambatan terhadap toksisitas H2O2 pada kultur sel hati (8). Daun
Paliasa juga mengandung kaempherol 3-O-β-glukosida dan eleuterol yang
bersifat sebagai antioksidan yang dibuktikan secara in vitro menggunakan
metode DPPH (9).Selain itu, daun paliasa mengandung senyawa kimia
saponin, cardenolin, bufadienol, dan antrakinon (10).Dalam banyak
penelitian, telah dilaporkan bahwa berbagai tanaman telah
mengalamiekstraksi senyawa antioksidan dengan menggunakan pelarut
etanol(24).
Gambar 3. Struktur Kleinhospitine A-D
Dosis ekstrak paliasa yang digunakan adalah 100 mg/kgBB dan
250 mg/kgBB.Pemilihan dosis dibuat berdasarkan penelitian sebelumnya
yang menunjukkan dosis tersebut mampu melindungi hati (25).
-
10
II.2.1 Klasifikasi Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.)(25)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Mal xales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Kleinhovia
Spesies : Kleinhovia hospita Linn.
II.2.2 Deskripsi Tanaman
Gambar 4. Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) (26).
Nama daerah : Indonesia (Betenuh), Sumatera (Manjar), Jawa
(Ubut, Lesmu, Senu, Weina, Kayu Tahun, Katunanja, Tunala), Nusa
Tenggara (Katimala, Katimaljan, Klundang, Kadanga), Maluku (Mjededo,
Nguhulu, Ngaru, Kuhusu), Melayu (Katimahar, Kimau) dan Sulawesi (Kayu
Paliasa, Kauwasan, Aju Pali, Palia, Daun Monto). (25)
-
11
Kleinhovia hospita Linn. adalah termasuk tanaman yang selalu
hijau, pohonnya lebat dan dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 20-
30 m. Daunnya membulat berbentuk hati dengan panjang dan lebar 10-25
cm. Berbunga dua kali setahun pada bulan januari dan juli, bunganya
berwarna pink muda dengan lebar sekitar 5 mm. Buah berbentuk kapsul
berselaput yang membulat, merekah pada rogganya masing-masing
rongga berbiji 1-2. Tumbuhan ini dapat tumbuh umum di hutan dan
perkebunan seperti di daerah Papua Nugini, Indonesia dan Malaysia (26).
II.3. Hati
Gambar 5. Anatomi Hati (27).
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting ditubuh, organ
ini dapat dipandang sebagai pabrik biokimia utama tubuh.Organ hati
beratnya kira-kira 1500 gram dan terletak di sudut kanan atas perut.Hati
terkait erat dengan usus kecil yang melakukan lebih dari 500 fungsi
metabolik (27,28). Organ ini berfungsi dalam proses detoksifikasi senyawa
toksik, hematologik, sistem imun tubuh, berperan dalam proses
metabolisme biomolekul, dan sekresi produk akhir metabolisme seperti
-
12
bilirubin, amonia, dan urea. Meskipun memiliki beragam fungsi kompleks,
namun tidak banyak spesialisasi ditemukan di antara sel-sel hati. Setiap
sel hati atau hepatosit melakukan beragam tugas metabolik dan sekretorik
yang sama. Spesialisasi ditimbulkan oleh organel-organel yang
berkembang maju di dalam setiap hepatosit.Satu-satunya fungsi hati yang
tidak dilakukan oleh hepatosit adalah aktivasi fagosit yang dilaksanakan
oleh makrofag residen yang dikenal sebagai sel Kuppfer.Sel Kuppfer
menelan dan menghancurkan sel darah merah dan bakteri yang
melewatinya dalam darah (28, 29).
Untuk melaksanakan beragam tugasnya, susunan anatomik hati
memungkinkan setiap hepatosit berkontak langsung dengan darah dari
dua sumber, darah arteri yang datang dari aorta dan darah vena yang
datang langsung dari saluran cerna. Seperti sel lain, hepatosit menerima
darah arteri segar melalui arteri hepatika, yang menyalurkan oksigen dan
metabolit-metabolit darah untuk dilepas oleh hati. Vena-vena yang
mengalir dari saluran cerna tidak langsung menuju ke vena kafa inferior,
vena besar yang mengembalikan darah ke jantung.Namun vena-vena dari
lambung dan usus masuk ke vena porta hati, yang membawa produk yang
diserap dari saluran cerna langsung ke hati untuk diproses, disimpan, atau
didetoksifikasi sebelum produk-produk ini memperoleh akses ke sirkulasi
umum.Di dalam hati, vena porta kembali bercabang-cabang menjadi
anyaman kapiler (sinusoid hati) untuk memungkinkan terjadinya
-
13
pertukaran antara darah dan hepatosit sebelum darah mengalir ke dalam
vena hepatika, yang kemudian menyatu dengan vena kava inferior (28).
Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagai
lobulus.Hepatosit secara terus menerus mengeluarkan empedu ke dalam
saluran tipis yang disebut kanalikulus biliaris yang mengangkat empedu
ke duktus biliaris di tepi lobulus.Duktus-duktus biliaris dari berbagai
lobulus menyatu untuk akhirnya membentuk duktus biliaris komunis, yang
mengangkut empedu dari hati ke duodenum.Lubang duktus biliaris ke
dalam duodenum dijaga oleh sfingter Oddi yang mencegah empedu
masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan.Ketika
sfingter ini tertutup, sebagian besar empedu yang disekresikan oleh hati
dialihkan balik ke dalam kandung empedu.Empedu tidak diangkut
langsung dari hati ke kandung empedu.Empedu kemudian disimpan dan
dipekatkan di kandung empedu diantara waktu makan.Setelah makan,
empedu masuk ke duodenum akibat efek kombinasi pengosongan
kandung empedu dan peningkatan sekresi empedu oleh hati.Jumlah
empedu yang disekresikan per hari berkisar dari 250 ml sampai 1 liter,
bergantung pada derajat perangsangan (28).
Empedu mengandung beberapa konstituen organik, yaitu garam
empedu, kolesterol, lesitin dan bilirubin yang semuanya berasal dari
aktivitas hepatosit.Meskipun empedu tidak mengandung enzim
pencernaan apapun, namun bahan ini penting dalam pencernaan dan
penyerapan lemak, terutama melalui aktivitas garam empedu.Membran-
-
14
membran mikrosom hati sangat rentan terhadap peroksidasi lipid, karena
membran tersebut banyak sekali mengandung asam lemak tak jenuh.
Proses peroksidasi lipid pada mikrosom hati dapat berlangsung secara
enzimatis dan nonenzimatis (28,29).
II.4. Peroksidasi Lipid
II.4.1 Pembentukan Peroksidasi Lipid
Lipid merupakan salah satu molekul yangpaling sensitif terhadap
serangan radikal bebassehingga terbentuk lipid peroksida.Peroksidasilipid
adalah reaksi yang terjadi antara radikalbebas dengan asam lemak tak
jenuh majemuk(Polyunsaturated fatty acid, PUFA) yangsedikitnya memiliki
tiga ikatan rangkap.Peroksidasi lipid terjadidiakibatkan oleh radikal
bebas.Radikal bebassangat labil dan reaktif sehingga mudah
bereaksidengan setiap zat disekitarnya.Peroksidasi lipid merupakan rantai
reaksiyang berlangsung terus menerus, sebab reaksi inimembentuk
radikal lipid bebas (R•) yang lainsehingga peroksidasi berlangsung lebih
lanjut (29).
Gambar 6. Reaksi Peroksidasi Lipid (28)
-
15
Umumnya peroksidasi lipid dapat melalui tiga tahap reaksi yaitu
inisiasi, propagasi, dan terminasi.Reaksi peroksidasi lipid diawali dengan
pemisahan sebuah atom hidrogen oleh radikal bebas dari suatu grup
metilena (-CH2-) PUFA. Radikal tersebut menghasilkan pembentukan
suatu radikal karbon (-•CH-) pada PUFA. Radikal karbon ini dapat
distabilkan melalui suatu pengaturan ulang ikatan rangkap yang
menghasilkan pembentukan diena terkonjugasi. Bila diena terkonjugasi
bereaksi dengan O2 akan terbentuk radikal peroksida lipid (ROO•).
Selanjutnya radikal peroksi lipid dapat juga menghilangkan sebuah atom
hidrogen dari molekul lipid lainnya yang berdekatan untuk membentuk
hidroperoksida lipid dan juga membentuk radikal karbon lainnya. Jika
radikal karbon lain tersebut bereaksi lagi dengan oksigen maka reaksi
peroksidasi lipid akan terus berlanjut. Pembentukan endoperoksida lipid
pada PUFA yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap akan
mendorong pembentukan malondialdehida (MDA) sebagai produk dari
reaksi peroksidasi tersebut. Malondialdehida sebagai produk akhir
peroksidasi lipid, biasanya digunakan sebagai biomarker biologis
peroksidasi lipid dan menggambarkan derajat stres oksidatif (7, 28). MDA
adalah senyawa dialdehida atau berkarbon tiga yang reaktif merupakan
produk final peroksidasi lipid di dalam membran sel. MDA dalam jaringan
terdapat dalam bentuk bebas atau membentuk ikatan kompleks dengan
unsur lainnya di dalam jaringan (30).
-
16
II.4.2 Pengukuran MDA Sebagai Indikator Peroksidasi Lipid
Kadar lipid peroksida dapat diukur dengan metode asam
tiobarbiturat (TBA) yang mengukur adanya MDA. TBA akan bereaksi
dengan gugus karbonil dari MDA, yaitu satu molekul MDA akan berikatan
dengan dua molekul TBA sehingga membentuk senyawa kompleks
berwarna merah. Terbentuknya warna merah tersebut akan diukur
serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm
yang sebanding dengan tingkat oksidasi lipid (29).
Gambar 7. Reaksi anatara TBA dengan MDA (29)
-
17
BAB III
PELAKSANAANPENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat-alat gelas,
alat bedah,mikropipet (Socorex®), sentrifus (Hettich®), rotary evaporator
(Heidolp®), spektrofotometer uv-vis (Shimadzu MR 2500®), timbangan
analitik (Sartorius®), waterbath.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aquadest,
dietil eter, ekstrak daun paliasa (Kleinhovia hospita Linn.), doksorubisin
(Dankos®), NaCMC 1%, Natrium Klorida 0,9%, nitrogen cair,Phosphate
Buffer Saline (PBS), Triobarbiturat acid 1% (TBA), Trichloroacetic acid 1%
(TCA), 1,1,3,3-tetramethoxypropane (TMP).
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Penyiapan Hewan Coba
Pada penelitian ini digunakan hewan coba berupa tikus putih
sebanyak 20 ekor dengan berat badan rata-rata 150-220 gram. Hewan
dimasukkan dalam 4 kandang berbeda, masing-masing berisi 5 ekor
tikus.Hewan percobaan diadaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan
laboratorium dengan pemberian pakan dan air minum selama 2
minggu.Penggunaan hewan coba berupa tikus putih telah mendapatkan
-
18
rekomendasi persetujuan etik dengan nomor 1382/H04.8.4.5.31/PP36-
KOMETIK/2016.
III.2.2. Pengolahan Sampel Daun Paliasa
Daun paliasa diperoleh di lingkungan Fakultas MIPA Universitas
Hasanuddin. Sampel daun paliasa yang telah dikumpulkan dipisahkan dari
pengotor dan daun yang rusak kemudian sampel dicuci dengan air
mengalir sampai bersih. Setelah itu, sampel dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan selama 3 hari kemudian dilakukan perajangan untuk
memudahkan proses ekstraksi.
III.2.3 Penyiapan Ekstrak Daun Paliasa
Metode ekstraksi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
metode maserasi. Simplisia daun paliasa dimasukkan ke dalam bejana
maserasi kemudian ditambahkan etanol 70% secukupnya, selanjutnya
diaduk menggunakan batang pengaduk dan didiamkan selama 5 hari
sambil sesekali dilakukan pengadukan. Pada hari keenam, hasil maserasi
disaring kemudian dimasukkan ke alat rotavapor untuk memudahkan
proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya untuk mendapatkan
ekstrak kental.
-
19
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Perlakuan
Hewan coba dikelompokkan menjadi 4 kelompok perlakuan dan
masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus.
- Kelompok I (kontrol sehat) tikus diberikan suspensi NaCMC 1%
(pembawa ekstrak) diberikan secara peroral selama 5 hari dan
disuntik NaCl 0,9%(pembawa doksorubisin) secara intraperitonial
pada hari ke-5
- Kelompok II diberikan suspensi NaCMC 1% (pembawa ekstrak)
peroral selama 5 hari dan diinjeksikan doksorubisin (25 mg/kgBB)
secara intraperitonial pada hari ke-5
- Kelompok III diberikan suspensi ekstrak etanol paliasa 100
mg/kgBB selama 5 hari. Pada hari ke-5 tikus diinjeksikan
doksorubisin (25 mg/kgBB) secara intraperitonial
- Kelompok IV diberikan suspensi ekstrak etanol paliasa 250
mg/kgBB selama 5 hari. Pada hari ke-5 tikus diinjeksikan
doksorubisin (25 mg/kgBB) secara intraperitonial
Prosedur ini dilakukan untuk melihat apakah pemakaian ekstrak
paliasa beberapa hari sebelum terapi doksorubisin dapat mengurangi
aktivitas peroksidasi lipid yang diinduksi doksorubisin.
-
20
III.3.2 Pengambilan Organ Hati
Setelah 48 jam penyuntikan doksorubisin, tikus dianastesi
menggunakan dietel eter dan dilakukan pembedahan dan diambil organ
hati. Sampel hati dimasukkan ke dalam nitrogen cair sampai beku dan
disimpan dalam lemari pendingin pada suhu -20˚C sampai organ siap
untuk dianalisa.
III.4 Pengukuran kadar MDA Hati
III.4.1 Pengukuran Kurva Baku
Pengukuran kurva baku dibuat dengan cara membuat terlebih
dahulu larutan standar. Larutan standar 1000 ppm dibuat dengan memipet
10 µL1,1,3,3-tetrametoksipropana (TMP) ke dalam labu tentukur 10
mLdan dicukupkan volumenya dengan aquadest. Kemudian dibuat larutan
standar 100 ppm dengan memipet 1 mL larutan standar 1000 ppm ke
dalam labu tentukur 10 mL. Deret standar dibuat sebanyak 8 variasi yaitu
konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 ppm dengan memipet
masing masing 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40 µL larutan stok 100 ppm ke
dalam labu tentukur 5 mL. Setiap konsentrasi TMP ditambahkan 2 mL
PBS pH 7,4; 1 mL TBA 1% dan 1 mL TCA 1% kemudian dipanaskan
dipenangas air dengan suhu 100˚C selama 40 menit selanjutnya diangkat
dan dibiarkan dingin beberapa menit. Lalu dilakukan analisis dengan
menggunakan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 531 nm
-
21
III.4.2 Preparasi dan Evaluasi Jaringan Hati
Aktivitas peroksidasi lipid dapat diketahui dengan pengukuran
malonaldehida (MDA).Pengukuran MDA dilakukan dengan metode
Thiobarbituric Acid Reactive Subtance (TBARS). Organ hati tikus digerus
menggunakan mortal kemudian ditimbang 400 mg menggunakan neraca
analitik, kemudian ditambahkan 2 mL PBS pH 7,4 dan digerus hingga
homogen kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifus. Lalu
disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Dipipet 0,5 ml
sampel lalu ditambahkan 1 mL TBA 1% dan 1 mL TCA 1% ke dalam
tabung. Kemudian dipanaskan di penangas air dengan suhu 100˚C
selama 40 menit, kemudian diangkat dan dibiarkan dingin beberapa
menit.Selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit untuk memisahkan supernatannya.Lalu dilakukan analisis dengan
menggunakan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 531 nm
(31).
III.5 Analisa Statistik
Data yang dihasilkan dianalisa menggunakan software SPSS 16
kemudian diuji distribusi normalnya menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Test. Data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan one way
ANOVA dilanjutkan dengan Post-Hoc Test Tukey HSD. Hasil dinyatakan
signifikan apabila p
-
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
IV.1.1 Penentuan Kurva Baku
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai absorbansi setiap
konsentrasi larutan baku pada panjang gelombang 531 nm dan
persamaan kurva baku yang ditunjukkan pada tabel 1 dan gambar 7.
Tabel 1. Absorbansi TMP (Standar MDA) pada konsentrasi 0,1-0,8 ppm
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0. 14047
0.19377
0.33259
0.48484
0.63315
0.70359
0.84322
0.95213
Gambar 8. Kurva Baku MDA
y = 1,2131x - 0,01043R² = 0.99838
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 0 . 2 0 . 4 0 . 6 0 . 8 1
Absorb
ansi
Konsentrasi (ppm)
-
23
IV.1.2 Analisis Kadar Malondialdehida (MDA)
Kadar MDA diukur menggunakan alat spektrofotemeter UV-Visible
dan ditunjukkan pada tabel 2 dan gambar 8.
Tabel 2. Kadar Malondialdehida (MDA) Hati Tikus Putih Setelah Perlakuan
Kelompok Rerata±SD
Kontrol Sehat 0,27±0,133
Doksorubisin 25 mg/kgBB
0,67±0,061
Ekstrak etanol Paliasa 100
mg/kgBB 0,33±0,144
Ekstrak etanol Paliasa
250 mg/kgBB 0,43±0,124
Gambar 9.Profil Rerata±SD Kadar Malondialdehida (MDA) hati tikus putih setelah
pemberian doksorubisin yang sebelumnya diberi praperlakuan ekstrak paliasa
berdasarkan kelompoknya.Tanda * menunjukkan hasil yang signifikan.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
Kontrol Sehat Doksorubisin25 mg/kg BB
Ekstrak Paliasa100 mg/kg BB
Ekstrak Paliasa250 mg/kg BB
Kad
ar
MD
A (
µg
/ml)
Perlakuan
* *
*
-
24
IV.2 Pembahasan
Doksorubisin merupakan salah satu obat antikanker paling penting
dan banyak digunakan (13). Namun, penggunaan doksorubisin pada
terapi kanker dapat memberikan beberapa efek samping antara lain
kardiotoksisitas dan hepatotoksisitas (3,4). Pada peneltian ini, digunakan
ekstrak daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) untuk melihat efek
protektifnya terhadap hepatoksisitas dari penggunaan doksorubisin
terutama karena aktivitas peroksidasi lipid pada jaringan
hati.Malondialdehida (MDA) sebagaiprodukakhir peroksidasi lipid,
biasanyadigunakansebagai biomarker biologis peroksidasi lipid
danmenggambarkan derajat stres oksidatif (7).Pengukuran
Malondialdehida (MDA) dilakukan dengan metode Thiobarbituric Acid
Reactive Substance (TBARS) menggunakan spektrofotometer UV-Visible
pada panjang gelombang 531 nm.
Berdasarkan tabel 2, rata-rata kadar MDA pada kelompok
perlakuan yang hanya diinjeksikan doksorubisin 0,67±0,061 µg/mL
sedangkan rata-rata kadar MDA pada kelompok kontrol sehat
0,27±0,133µg/mL menunjukkan terjadi peningkatan signifikan yang berarti
bahwa penggunaan doksorubisin dapat meningkatkan radikal bebas
dalam tubuh setelah 48 jam penyuntikan.Injeksi doksorubisin
menyebabkan hepatotoksisitas umumnya disebabkan melalui regenerasi
radikal bebas.Selain kerusakan oksidatif, toksisitas doksorubisin telah
terbukti menginduksi perubahan inflamasi di hati, jantung dan jaringan
-
25
ginjal pada tikus.Stres oksidatif berhubungan dengan injeksi doksorubisin
yang menyebabkan kerusakan sel dan kerusakan DNA (32).Doksorubisin
menginduksi disfungsi hati dengan mengubah aktivitassuperoksid
dismutase, katalasedan glutation peroksidase yaitu antioksidan dalam
jaringan hati.Penelitian yang dilakukan oleh Sadhansu, dkk (2014)
kegiatan antioksidan hati tikus menurun akibat injeksi doksorubisin dimana
terjadi kerusakan di antioksidan hati (33).Selain itu, hasil uji statistik nilai
kelompok perlakuan doksorubisin secara nyata berpengaruh atau berbeda
sangat signifikan (p=0,000) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
sehat.
Dibandingkan kelompok perlakuan yang hanya diinjeksikan
doksorubisin, kelompok perlakuan ekstrak etanol paliasa 100 mg/kgBB
dan 250 mg/kgBB memiliki rata-rata kadar MDA berturut-turut yaitu
0,33±0,144 dan 0,43±0,124µg/mL, yang menunjukkan terjadinya
penurunakan kadar MDA. Berdasarkan hasil statistik, kelompok perlakuan
yang hanya diinjeksikan doksorubisin dibandingkan terhadap kelompok
ekstrak 100 mg/kgBB memiliki kadar MDA yang menurun secara signifikan
(p=0,002). Demikian pula untuk kelompok ekstrak 250 mg/kgBB yang
memiliki kadar MDA lebih sedikit dari pada kelompok doksorubisin
(p=0,031). Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol sehat, nilai kadar
MDA tikus yang diberi ekstrak etanol paliasa baik dosis 100 mg/kgBB dan
250 mg/kgBB masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kadar MDA
kontrol sehat, tetapi perbedaannya tidak signifikan secara statistik. Hal ini
-
26
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak paliasa (100 mg/kgBB dan 250
mg/kgBB) mampu menurunkan kadar MDA hati mendekati nilai kelompok
kontrol sehat.
Secara normal makhluk hidup tetap memproduksi peroksidasi lipid
di hati yang ditandai dengan terdapatnya kadar MDA yang dapat terukur
pada organ, namun kadarnya tidak setinggi kelompok yang diberikan
doksorubisin (p=0,000). Saatkeadaan normal, peroksidasi lipid di
dalamtubuhsebagianbesarmasihdapatdiatasiolehantioksidanalami
(antioksidan endogen)seperti superoksid dismutase, katalasedan glutation
peroksidase tetapi tidak cukup untuk mengatasi radikal bebas akibat
penggunaan doksorubisin (34).Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak paliasa dengan dosis 100 mg/kgBB dan 250 mg/kgBB
sebelum injeksi doksorubisinmampu memproteksi peningkatan kadar MDA
hati pada tikus putih akibat injeksidoksorubisin.
-
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu praperlakuan
dengan ekstrak etanol paliasa 100 mg/kgBB dan 250 mg/kgBB selama 5
hari dapat memproteksipeningkatan kadar MDA hati tikus putih jantan
akibat penyuntikan doksorubisin 25 mg/kgBB.
IV.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek
pemberian ekstrak etanol paliasa :
1. Terhadap kadar enzim antioksidan hati (superoksid dismutase,
katalasedan glutation peroksidase) untuk melihat apakah
ekstrak paliasa bisa meningkatkan aktivitas antioksidan alami
hati.
2. Dosisdibawah 100 mg/kgBB untuk menurunkan kadar MDA hati.
-
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Mycek, Richard, Harvey, and Chawpe. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Alih Bahasa Azwar Agoes, Editor Huriawati Hartanto dari Lippincott’s Ilustrated Reviews : Pharmacology. 2001. Jakarta : Widya Medika
2. Katzung B.G. Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition. United States : Lange Medical Publications. 2007
3. Bustová I. Risk of Cardiotoxicity of Combination Treatment Radiotherapy and Chemotherapy of Locally Advanced Breast Carcinoma Stage III. Klin Onkol. 2009. 22 (1),17-21.
4. Frias M.A., Lang U., Gerber-Wicht C., and James R.W. Native and reconstituted HDL protect cardiomyocytes from doxorubicin- induced apoptosis. Cardiovasc Res, 2009, 85, 118-126.
5. Elgml, S.A., & Hashish, E. A, Clinicopathological studies of Thymus vulgaris Extract Against Cadmium Induced Hepatotoxicity in Albino Rats. Global Journal of Pharmacology. 2004. 8 (4): 501-509
6. JauniauxE, PostonLand Burton G.J. Placental-Related Diseases
ofPregnancy: Involvement of Oxidative Stress and Implications in Human Evolution. Hum Reprod, 2006:12(6):747-755
7. Eberhardt M.K. Reactive Oxygen Metabolites. 2nd .Ed. CRC Press,
Washington DC, 2001:174-185. 8. Zhou, C-X Zou, L., Gan, L-S., and Cao, Y-L. Kleinhospitines A-D, New
Cycloartane Triterpenoid Alkaloids from Kleinhovia hospita. Organic letters, 2013,15(11):2734-2737
9. Arung ET, Kusuma IW, Purwatiningsih S, Roh SS, Yang CH, Yang
CH, Kim YU, Sukaton E, Susilo J, Astuti Y, Wicaksono BD, Sandra F, Shimizu K, Kondo R.Antioxidant Activity and Cytotoxicity of the Traditional Indonesian Medicine Tangohai (Kleinhovia hospita L.) Extract. J Acupunct Meridian Stud. 2009 (4): 306-8
10. Raflizar, Adimunca, C, Sulistyowati T. Dekok Daun Paliasa (Kleinhovia
hospita Linn.) Sebagai Obat Radang Hati Akut. Cermin Dunia Kedokteran. 2006, 150 : 10 – 14.
-
29
11. Djabir YY, Arsyad A, Budiarto S. Paliasa Leaf (Kleinhovia hospita Linn.) Extract Can Prevent Hepatotoxicity Induced By Chronic Use Of High Dose Paracetamol. Journal STIFA Makassar. 2015.1(1)
12. Tayeb R, Wahyudin E, Alam G, Usmar dan Lukman. Toksisitas Akut “Tea Bag” Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) Pada Mencit (Mus musculus) Galur Bal/C Sebagai Prototipe Sediaan Fitofarmaka. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 2012.16(3)
13. Mycek M.J, Richard A.H, and Chawpe P.C. Farmakologi Ulasan
Bergambar Edisi 2. Alih Bahasa Azwar Agoes, Editor Huriawati Hartanto dari Lippincott’s Ilustrated Reviews : Pharmacology. 2001. Jakarta : Widya Medika.
14. Minotti G, Menna, P, Salvatorelli E, Cairo G and Gianni L.
Anthracyclins: Molecular Advances and Pharmacologic Developments in Antitumor Activity and Cardiotoxicity. Pharmacol Rev., 2004,56:185-228.
15. Gewirtz DA. A Critical Evaluation of the Mechanisms of Action Proposed for the Antitumor Effects of the Anthracycline Antibiotics Adriamycin and Daunorubicin. Biochem Pharmacol, 1999, 57:727–741
16. Siahaan I.H, Tobing T.C, Rosdiana N, Lubis B. Dampak Kardiotoksik Obat Kemoterapi Golongan Antrasiklin. Sari Pediatri, Vol.9 No.2. 2007. Bagian Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK-UI, Indonesia
17. Mizutani H, Oikawa H, Hiraku Y, Murata M, Kojima M and Kawanishi S. Distinct mechanisms of site-specific oxidative DNA damage by doxorubicin in the presence of copper (II) and NADPH-cytochrome P450 reductase.Cancer Sci.Vol.94 No.3 2003.
18. Ganiswarna S, Setiabudy R, Suyatna F.D, Purwantyastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. 1995
19. Ayla S, Seckin I, Tanriverdi G, Cengiz M, Eser M, Soner BC. Doxorubicin induced nephrotoxicity: protective effect of nicotinamide. Int J Cell Biol 2011. 201;390238.
20. Peng X, Chen B, Lim CC, Sawyer DB. The cardiotoxicology of anthracycline chemotherapeutics: translating molecular mechanism into preventative medicine. Mol Interv. 2005. 5:163-71
21. Wibowo AW., L Maslachah & R. Bijanti. Pengaruh Pemberian Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap Kadar AST dan ALT
-
30
Tikus Putih (Rattus norvegicus) Diet Tinggi Lemak. 2008. Jurnal Veterineria Medika Universitas Airlangga, Vol.1:1-5
22. Chabner, B.A., Lynch, T.J. and Longo, D.L. Harrison’s: Manual of
Oncology. 2008. Mc Graw-Hill Companies Inc., New York. 23. Herlina. Pengaruh Infus Daun Kayu Paliasa Klenhovia hospita Linn.
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Kelinci. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Hasanddin. 1993
24. Sultana B., Anwar F., Ashraf M., Effect of extraction solvent/technique on the antioxidant activity of selected medicinal plant extracts. Molecules. 2009. 14(6):2167-2180.
25. Raflizar. Uji Toksisitas Sub Kronis Ekstrak Alkohol Daun Paliasa
(Kleinhovia hospita Linn.) terhadap Hati dan Ginjal Tikus Percobaan. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2009. Vol.XIX No. 4. hal. 204.
26. Medical Plants In Papua Nugea. 2009:149. World Healt Organitation 27. Plaats, A.V.D The Groningen hypothermic liver perfusion system for
improved preservation in organ transplantation. 2005. University Medical Center Groningen
28. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwel VW. Biokimia Harper.
Ed.ke-24. Hartanto A, Penerjemah. 1999. Jakarta : EGC 29. Halliwel B, Gutteridge JMC. Free Radical in Biology and Medicine. Ed.
3. 1999. New York : Oxford University 30. Suryohudoyo, P. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler.
Perpustakaan Nasional RI. 2000. Jakarta. Penerbit CV Sagung Seto 31. Pramita, R, Widodo CS, Juswono UP. Pengaruh Ekstrak Kelopak
Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Pada Aktivitas SOD Dan MDA Mata Tikus (Rattus Wistar) Yang Dipapar Radiasi Gamma. 2014. Universitas Brawijaya
32. Bulucu F, Ocal R, Karadurmus N, Sahin M, Kenar L, Aydin A, Oktenli
C, Koc B, Inal V, Yamanel L. Effects of N-acetylcysteine, deferoxamine and selenium on doxorubicininduced hepatotoxicity. Biol Trace Elem Res,2009; 132: 184-196.
-
31
33. Jambhulkar S, Deshireddy S, Dinesh BJ, Periyasamy L. Quercetin attenuating doxorubicin induced hepatic, cardiac and renal toxicity in male albino wistar rats. AJPCT, 2014. 2(8):985-1004
34. Zulaikhah ST, Anies, Suwondo A, Santosa. Effects of Tender Coconut
Water on Antioxidant Enzymatic Superoxida Dismutase (SOD), Catalase (CAT), Glutathione Peroxide (GDx) and Lipid Peroxidation In Mercury Exposure Workers. Volume 4 Issue 12, December 2015.
-
32
LAMPIRAN I
Skema Kerja Uji Efek Pemberian Ekstrak Daun Paliasa
Aklimatisasi (14 hari)
48 jam
Pengambilan organ hati
Analisis MDA (Spektrofotometer uv-vis, ʎ (531 nm)
)
Praperlakuan (5 hari)
PERLAKUAN (5 jam setelah praperlakuan
pada hari kelima)
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
NaCMC 1% b/v peroral
NaCMC 1% b/v peroral
Ekstrak Paliasa 250 mg/kgBB, p.o
NaCl 0,9% b/v (i.p)
Doksorubisin (25 mg/kgBB, i.p)
Doksorubisin (25 mg/kgBB, i.p)
Doksorubisin (25 mg/kgBB, i.p)
Ekstrak Paliasa 100 mg/kgBB, p.o
-
33
LAMPIRAN II
Skema PreparasidanEvaluasiSampelJaringan Hati
Gerus di lumpang
+ PBS pH 7,4 (2 mL) Homogenkan
Disentrifuse, 3.000 rpm,
20 menit
Pipet supernatan, 0,5 mL
+ 1 mL TBA 1% + 1 mL TCA 1%
Panaskan, 100oC, 40 menit
Disentrifuse, 3.000 rpm,
10 menit
Pipet supernatan
Analisis MDA spektrofotometer UV-VIS,
ʎ 531 nm
Organ hati
digerus di lumpang,
kemudian
ditimbang 400 mg
-
34
LAMPIRAN III
Penyiapan Larutan Baku
Zat Baku 1,1,3,3-tetrametoksipropana (TMP)
Dipipet 10 µL larutan TMP
Dicukupkan dengan aquadest
hingga 10 mL
Larutan stok 1000 ppm
Dipipet 1 mLad 10 mL
Larutan stok 100 ppm
5 µL ad 5 mL (0,1ppm)
10 µL ad 5 mL (0,2 ppm)
15 µL ad 5 mL (0,3 ppm)
20 µL ad 5 mL (0,4 ppm)
25 µL ad 5 mL (0,5 ppm)
30 µL ad 5 mL (0,6 ppm)
35 µL ad 5 mL (0,7 ppm)
40 µL ad 5 mL (0,8 ppm)
Analisis dengan spektrofotometri UV-Visible 531 nm
-
35
LAMPIRAN IV
Spektrum Panjang Gelombang Kurva Baku
Gambar 10. Spektrum panjang gelombang maksimum larutan baku
-
36
LAMPIRAN V
Spektrum Absorbansi Kurva Baku
Gambar 10. Spektrum Absorbansi Kurva Baku
Gambar 11. Spektrum absorbansi kurva baku
-
37
LAMPIRAN VI
Spektrum Absorbansi Kelompok Kontrol dan Perlakuan
No Name Absorbansi
1 Kontrol sehat 0, 22690
2 Kontrol sehat 0, 42359
3 Kontrol sehat 0, 28704
4 Kontrol sehat 0, 14801
5 Kontrol sehat 0, 55595
6 Doksorubisin (25 mg/kgBB) 0, 69469
7 Doksorubisin (25 mg/kgBB) 0, 78950
8 Doksorubisin (25 mg/kgBB) 0, 89374
9 Doksorubisin (25 mg/kgBB) 0, 82117
10 Doksorubisin (25 mg/kgBB) 0, 84972
11 Ekstrak 100 mg/kgBB 0, 29662
12 Ekstrak 100 mg/kgBB 0, 24096
13 Ekstrak 100 mg/kgBB 0, 46343
14 Ekstrak 100 mg/kgBB 0, 30117
15 Ekstrak 100 mg/kgBB 0, 67092
16 Ekstrak 250 mg/kgBB 0, 46815
17 Ekstrak 250 mg/kgBB 0, 37070
18 Ekstrak 250 mg/kgBB 0, 40397
19 Ekstrak 250 mg/kgBB 0, 67314
20 Ekstrak 250 mg/kgBB 0, 69173
Gambar 12. Spektrum absorbansi kelompok kontrol, doksorubisin 25 mg/kgBB,
ekstrak etanol paliasa 100 mg/kgBB dan ekstrak etanol paliasa 250 mg/kgBB
-
38
LAMPIRAN VII
Kadar Malondialdehida (MDA) Hati Tikus Putih Setelah Perlakuan
Kelompok Kode Absorbansi Kadar MDA
(µg/mL) Rerata±SD
Kontrol sehat
I 0, 22690 0, 19563
0,27±0,133
II 0, 42359 0, 35777
III 0, 28704 0, 24521
IV 0, 14801 0,13060
V 0, 55595 0, 46688
Doksorubisin 25 mg/kgBB
I 0, 69469 0, 58125
0,67±0,061
II 0, 78950 0, 65940
III 0, 89374 0, 74533
IV 0, 82117 0, 68551
V 0, 84972 0, 70905
Ekstrak etanol Paliasa 100
mg/kgBB
I 0, 29662 0, 25311
0,33±0,144
II 0, 24096 0, 20722
III 0, 46343 0, 39061
IV 0, 30117 0, 25686
V 0, 67092 0, 56166
Ekstrak etanol Paliasa 250
mg/kgBB
I 0, 46815 0, 39450
0,43±0,124
II 0, 37070 0, 31417
III 0, 40397 0, 34160
IV 0, 67314 0, 56349
V 0, 69173 0, 57881
-
39
LAMPIRAN VIII
Perhitungan Dosis dan Kadar Malondialdehida
1. Penyiapan Sediaan Uji dan Perhitungan Volume Pemberian
1.1 Larutan Doksorubisin
Doksorubisin tersedia dalam bentuk sediaan injeksi dalam vial
dengan konsentrasi 2 mg/mL.
Dosis yang digunakan untuk setiap tikus adalah 25 mg/kgBB.
Untuk tikus dengan berat 100 gram, dosis yang dibutuhkan :
C = 25 mg/kg x 0,1 kg = 2,5 mg
Karena sediaan doksorubisin mengandung 2 mg/mL maka volume
pemberian untuk tikus 100 gram adalah :
C = 2,5 mg/2mg x 1mL = 1,25 mL
Untuk tikus dengan berat 200 gram, dosis yang dibutuhkan :
C = 25 mg/kg x 0,2 kg = 5 mg
Karena sediaan doksorubisin mengandung 2 mg/mL maka volume
pemberian untuk tikus 200 gram adalah :
C = 5 mg/2 mg x 1 mL= 2,5 mL
1.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Paliasa
Untuk dosis 100 mg/kgBB ditimbang 250 mg ekstrak daun paliasa
kemudian disuspensikan dengan NaCMC 1% dan dicukupkan
volumenyahingga 25 mL, menghasilkan ekstrak daun paliasa 10 mg/mL
(1%b/v). Pemberian volume ekstrak disesuaikan dengan bobot tikus,
-
40
dimana setiap 100 gram bobot tikus diberikan ekstrak daun paliasa
sebesar 1 mL.
Untuk dosis 250 mg/kgBB ditimbang 625 mg ekstrak daun paliasa
kemudian disuspensikan dengan NaCMC 1% dan dicukupkan volumenya
hingga 25 mL, menghasilkan ekstrak daun paliasa 25 mg/mL (2,5% b/v).
Pemberian volume ekstrak disesuaikan dengan bobot tikus, dimana setiap
100 gram bobot tikus diberikan ekstrak daun paliasa sebesar 1 mL.
2. Perhitungan Kadar Malondialdehida (MDA)
Persamaan garis kurva baku :
Y = 1,2131x - 0,01043
Dimana : a = -0,01043 dan b = 1,2131
Kelompok Kontrol Sehat :
I. 0,22690 = 1,2131x - 0,01043 IV. 0,14801 = 1,2131x - 0,01043
X = 0,22690+0,01043
1,2131 X =
0,14801+0,01043
1,2131
X = 0,23733
1,2131 X =
0,15844
1,2131
X = 0, 19563µg/mL X = 0,13060 µg/mL
II. 0,42359 = 1,2131x - 0,01043 V. 0,55595 = 1,2131x - 0,01043
X = 0,42359+0,01043
1,2131 X =
0,55595+0,01043
1,2131
X = 0,43402
1,2131X =
0,56638
1,2131
X = 0,3577 µg/mL X = 0,4668 µg/mL
-
41
III. 0, 28704 = 1,2131x – 0,01043
X = 0,28704+0,01043
1,2131
X = 0,29747
1,2131
X = 0,24521 µg/mL
Kelompok Doksorubisin(25 mg/kgBB):
I. 0,69469 = 1,2131x - 0,01043 IV. 0,82117 = 1,2131x - 0,01043
X = 0,69469+0,01043
1,2131 X =
0,82117+0,01043
1,2131
X = 0,70512
1,2131 X =
0,8316
1,2131
X = 0, 58125µg/mL X = 0,68551 µg/mL
II. 0,78950 = 1,2131x - 0,01043 V. 0,84972 = 1,2131x - 0,01043
X = 0,78950+0,01043
1,2131 X =
0,84972+0,01043
1,2131
X = 0,79993
1,2131X =
0,86015
1,2131
X = 0,65940 µg/mL X = 0,70905 µg/mL
III. 0, 89374 = 1,2131x – 0,01043
X = 0,89374+0,01043
1,2131
X = 0,90417
1,2131
X = 0,74533 µg/mL
-
42
Kelompok Ekstrak Paliasa 100 mg/kgBB :
I. 0,29662 = 1,2131x - 0,01043 IV. 0,30117 = 1,2131x - 0,01043
X = 0,29662+0,01043
1,2131 X =
0,30117+0,01043
1,2131
X = 0,30705
1,2131 X =
0,3116
1,2131
X = 0, 25311µg/mL X = 0,25686 µg/mL
II. 0,24096 = 1,2131x - 0,01043 V. 0,67092 = 1,2131x - 0,01043
X = 0,24096+0,01043
1,2131 X =
0,67092+0,01043
1,2131
X = 0,25139
1,2131X =
0,68135
1,2131
X = 0,20722 µg/mL X = 0,56166 µg/mL
III. 0, 46343 = 1,2131x – 0,01043
X = 0,46343+0,01043
1,2131
X = 0,47386
1,2131
X = 0,39061 µg/mL
-
43
Kelompok Ekstrak Paliasa 250 mg/kgBB:
I. 0,46815 = 1,2131x - 0,01043 IV. 0,67314 = 1,2131x - 0,01043
X = 0,46815+0,01043
1,2131 X =
0,67314+0,01043
1,2131
X = 0,47858
1,2131 X =
0,68357
1,2131
X = 0, 39450µg/mL X = 0,56349 µg/mL
II. 0,37070 = 1,2131x - 0,01043 V. 0,69173 = 1,2131x - 0,01043
X = 0,37070+0,01043
1,2131 X =
0,69173+0,01043
1,2131
X = 0,38113
1,2131X =
0,70216
1,2131
X = 0,31417 µg/mL X = 0,57881 µg/mL
III. 0, 40397 = 1,2131x – 0,01043
X = 0,40397+0,01043
1,2131
X = 0,4144
1,2131
X = 0,34160 µg/mL
-
44
LAMPIRAN IX
Hasil Data Statistik One Way ANOVA
-
45
-
46
LAMPIRAN X
Gambar Penelitian
Gambar 13. Proses rotavapor Gambar 14. Ekstrak kental etanol paliasa
Gambar 15.Tikus putih (Rattus novergicus)Gambar 16. Pemberian suspensi ekstrak
paliasa secara peroral
Gambar 17.Penyuntikan doksorubisin Gambar 18. Pembedahan organ hati
secara intraperitonial
-
47
Gambar 19.Sentrifuge Gambar 20. Supernatan untuk dianalisis
` Gambar 21.Waterbath Gambar 22. Spektrofotometer uv-visible
-
48
LAMPIRAN XI
Rekomendasi Persetujuan Etik