EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI...

24
PROPOSAL EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) Oleh : Rudy S. Rivai Kedy Suradisastra Dewa K. Sadra Khairina M. Noekman Sri Wahyuni Julia F. Sinuraya Nur Khoiriyah Agustin Yana Supriyatna Yuni Marisa Budi Wiryono Juni Hestina PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN 2010

Transcript of EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI...

Page 1: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

PROPOSAL

EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

Oleh : Rudy S. Rivai

Kedy Suradisastra Dewa K. Sadra

Khairina M. Noekman Sri Wahyuni

Julia F. Sinuraya Nur Khoiriyah Agustin

Yana Supriyatna Yuni Marisa

Budi Wiryono Juni Hestina

PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTRIAN PERTANIAN 2010

Page 2: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang

penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam

pelaksanaan pembangunan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar

63,4 persen dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama

di sektor pertanian dan 80 persen berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas

lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional

berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung akan

berdampak pada pengurangan penduduk miskin.

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi

semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini

cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Untuk meningkatkan efektivitas

penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, Pemerintah meluncurkan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007.

Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan

kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan

partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin,

dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai

subyek dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, sebagian besar pelaku/petani

menghadapi kendala dalam permodalan, baik modal yang dari sendiri maupun akses

terhadap lembaga permodalan yang ada. Dalam mengatasi keterbatasan modal petani

tersebut, pemerintah melalui dana APBN mengambil inisiatif untuk memberikan bantuan

modal dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kelompok tani/Gapoktan.

Pola BLM telah dimulai sejak tahun 2000 dan berlanjut sampai dengan tahun 2008

melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), dan akan

dilanjutkan sampai tahun 2010. Untuk penyempurnaan pelaksanaan PUAP tahun 2010

dan selanjutnya diperlukan kegiatan: (a) penentuan target group penerima PUAP 2010,

dan (b) mengevaluasi pelaksanaan program PUAP sebelumnya.

Page 3: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

2

Kegiatan monev merupakan bagian dari proses pembangunan. Kegiatan

monev terhadap kegiatan PUAP sendiri sebenarnya telah melekat dengan manajemen

pelaksanaan kegiatan PUAP, namun monev yang dilakukan terbatas kepada masalah

administratif pelaksanaan kegiatan, tidak kepada monev yang berkaitan dengan

substansi pembangunan menyangkut efektifitas pelaksanaan dan manfaatnya bagi

masyarakat terutama petani. Untuk itu diperlukan studi khusus/evaluasi kinerja yang

berkaitan efektifitas pelaksanaan dan manfaat dari PUAP.

Evaluasi dan penetapan desa PUAP ini lanjutan dari pelaksanaan penelitian

tahun 2009, untuk tahun 2010, akan dilakukan penetapan desa PUAP 2010 dan

evaluasi kinerja pelaksanaan PUAP 2008 dan 2009. Pelaksanaan evaluasi kinerja

PUAP 2009 telah berhasil mengidentifikasi penyaluran dan pemanfatan dana BLM

PUAP 2008, dan untuk tahun 2010 fokus evaluasi kinerja lebih diarahkan pada lembaga

keuangan mikro dan pengembangan agribisnis.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, permasalahan permodalan

merupakan kendala utama yang dihadapi petani. Dalam mengatasi keterbatasan modal

petani tersebut, pemerintah melalui dana APBN mengambil inisiatif untuk memberikan

bantuan modal dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat kelompok tani/Gapoktan,

melalui program PUAP.

Program PUAP telah dilaksanakan sejak tahun 2008. Secara umum

permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan program PUAP dapat dibagi dua,

yaitu : Pertama, menentukan calon lokasi desa PUAP dan Kedua adalah implementasi

dari pengembangan usaha agribisnis perdesaan. Permasalahan yang pertama

diantaranya adalah : (1) Bagaimana menentukan calon desa PUAP 2010, yang sesuai

sehingga program PUAP tepat sasaran. (2) Bagaimana agar target/lokasi sasaran dapat

diterima oleh semua pihak (stakeholders).

Untuk mengatasi permasalahan pertama tersebut perlu dilakukan:

(a) menghimpun data dan informasi tentang kelompok tani/Gapoktan yang layak

memperoleh bantuan, (b) koordinasi dengan semua pihak yang berkepentingan untuk

menetapkan Calon Kelompok dan Calon Lokasi (CKCL) yang disepakati bersama.

Disamping itu untuk mengatasi permasalahan kedua, yaitu mengarahkan

kegiatan PUAP agar tepat sasaran dan efektif diperlukan evaluasi kinerja tentang

pelaksanaan kegiatan PUAP sebelumnya. Hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan

melalui kajian ilmiah pelaksanaan kegiatan PUAP.

Page 4: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

3

Sesuai dengan sasaran PUAP yang antara lain adalah berkembangnya usaha

agribisnis, berkembangnya Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, dan

berkembangnya usaha pelaku agribisnis perdesaan untuk meningkatkan kesejahteraan

rumahtangga tani miskin, kinerja pengembangan kelembagaan Gapoktan dan usaha

agribisnis penerima PUAP termasuk penyerapan tenaga kerja perdesaan perlu dikaji

secara mendalam.

Kajian/evaluasi kinerja ini diharapkan akan menghasilkan parameter-parameter

yang layak digunakan oleh Pemerintah sebagai input dalam menyempurnakan kebijakan

BLM PUAP di masa yang akan datang. Pelaksanaan pengkajian yang mencakup

wilayah yang lebih luas berdasarkan lokasi penelitian yang berdasarkan basis komoditas

dan telah membentuk LKM atau belum. Berdasarkan hal tersebut dapat menampilkan

manfaat yang diperoleh petani pangan, kebun, ternak, hortikultura dan non budidaya (off

farm) dalam menyempurnakan program dimasa depan.

1.3. Tujuan 1. Penyusunan 10.000 desa calon lokasi program PUAP Tahun 2010.

2. Melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan BLM PUAP 2008 dan 2009.

3. Mencari input rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan BLM PUAP

selanjutnya.

1.4. Keluaran 1. Tersusunnya daftar 10.000 desa lokasi program PUAP Tahun 2010 yang

merupakan bahan untuk penetapan SK Menteri Pertanian

2. Mengetahui kinerja pelaksanaan BLM PUAP 2008 dan 2009.

3. Rekomendasi perbaikan pelaksanaan BLM PUAP selanjutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Program PUAP

Kabinet Indonesia bersatu telah menetapkan program pembangunannya dengan

menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) yang berazas pro-gowth, pro-

employment dan pro-poor. Operasionalisasi konsep strategi tiga jalur tersebut dirancang

melalui: (1) Peningkatan pertumbuhan ekonomi diatas 6,5 persen per tahun melalui

percepatan investasi dan ekspor; (2) Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap

tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru, dan (3) Revitalisasi

sektor pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan.

Page 5: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

4

Kemiskinan merupakan cermin entitas sosial dan ekonomi mayoritas penduduk

di perdesaan, yang terkait erat dengan ketimpangan, yang sebagian besar terjadi akibat

bekerjanya sistem kapitalisme yang mengkooptasi perdesaan Indonesia sejak masa

kolonialisme (Elizabeth, 2007). Penyebab kemiskinan dapat dikelompokkan dalam 4

bagian, yaitu: (1) Sarana dan prasarana; (2) SDA dan teknologi; (3) SDM; serta

(4) Kelembagaan dan organisasi. Kemiskinan dapat dikategorikan menjadi kemiskinan

absolut, relatif, rawan kemiskinan, ataupun yang dikarenakan geografi (kemiskinan di

perkotaan, dan di perdesaan).

Semakin tinggi realitas komersialisasi dan penetrasi pasar modern di perdesaan

menunjukkan semakin memburuknya suatu fenomena kemiskinan, dikarenakan

termajinalisasinya tatanan struktur dan nilai (norma) masyarakat desa. Kondisi tersebut

kemudian berimplikasi pada munculnya gejala diferensiasi, atau bahkan ketimpangan

(inequality) (Husken, 1998; Hayami dan Kikuchi, 1987) yang selanjutnya menjadi salah

satu penyebab kemiskinan di perdesaan. Selain itu, penerapan teknologi modern yang

mengutamakan efisiensi bukan saja mengakibatkan makin hilangnya peluang dan

kesempatan kerja sebagian besar buruh tani, namun juga kian longgarnya norma dan

nilai ikatan sosial masyarakat di perdesaan.

Secara umum kemiskinan dicirikan seperti rendahnya: kualitas SDM, aksesbilitas

informasi dan pasar, penguasaan asset produktif (lahan, modal); mengakibatkan

rendahnya man-power (kemampuan) petani untuk memperoleh sumber pendapatan

rumahtangga. Beberapa aspek yang terabaikan menjadi penyebab kekeliruan

pandangan adalah variabel rasio penduduk-tanah (man and land ratio) atau kepadatan

penduduk yang sangat tinggi, dan akibat kesulitan ekonomi yang parah (Penny, 1990,

dalam Elizabeth, 2008), yang menjadi pembeda derajat kemiskinan, seperti:

(1) Terbatas/tidak adanya tanah untuk diusahakan; (2) Terbatas/tidak adanya modal usahatani maupun praktek pinjam meminjam uang dengan bunga terjangkau;

(3) Rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan; dan (4) Terjadinya perebutan rejeki

yang intensif pada berbagai pihak dalam rantai pemasaran sehingga memperkecil

penerimaan. Beberapa faktor lain pendukung kemiskinan adalah: dinamika penduduk,

kemiskinan absolut, ketimpangan struktural, ketimpangan institusional, sistem pasar,

informasi dan pilihan, serta SDM dan SDA (saprodi, tanah, tenaga kerja, dan modal

sosial lainnya).

Berbagai penyebab kemiskinan dimaknai Pakpahan (1995) sebagai market

failure, yang pada dasarnya sebagai yang terjadi bila upah angkatan kerja rumahtangga

Page 6: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

5

miskin tidak mampu mencukupi subsistensi, dan political failure yaitu yang terjadi bila

struktur politik ekonomi menyebabkan distorsi dalam penyampaian kepentingan

masyarakat miskin. Dimensi struktural lain yang mempengaruhi kemiskinan adalah:

(1) Tingkat isolasi; (2) Diferensiasi struktural (tingkat spesialisasi lembaga dan

keaktifannya) berdasarkan common sense observation (pengamatan akal-sehat);

(3) Spektrum antara kekakuan (rigidity) dan keluwesan (flexibility); serta (4) Sentralitas,

yaitu kebutuhan dan kepentingan suatu daerah yang sangat diperhatikan pusat, dalam

tingkat penanaman, pengembangan infrastruktur, dan sebagainya, untuk mengurangi

tingkat kemiskinan (Soedjatmoko, 1980). Dari dimensi kualitas, kemiskinan di wilayah

perkotaan lebih rendah dibanding di wilayah perdesaan.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di

pedesan mengalami penurunan signifikan dari 44,2 juta orang (40,4%, tahun 1978)

menjadi 20 juta orang (21,1%, tahun 2002). Meski demikian, jumlah penduduk miskin

masih lebih tinggi dibanding target pembangunan era milenium tahun 2015 (penduduk

miskin di perdesaan menjadi 4,52 juta orang atau 8,40%) (Suryana, 2005). Krisis

ekonomi sejak pertengahan 1997 menyebabkan kemiskinan nasional meningkat

menjadi 49,5 juta yang 31,9 juta orang (64,4%) terdapat di perdesaan (Rusastra, et al,

2007). Meski menurun dari 24,2 persen menjadi 16,7 persen tahun 2004, namun

kemiskinan absolut tetap tinggi, yaitu 36,1 juta yang 68,7 persennya tinggal di

perdesaan (Pasaribu, 2006). Kenaikan harga BBM (Oktober 2005) dan tekanan inflasi

sektoral kembali menyebabkan peningkatan kemiskinan menjadi 39,05 juta orang

(Kompas, 16 November 2006).

Kompleksitas penanganan masalah kemiskinan mencakup beberapa dimensi

pokok, yaitu: (1) Bersifat lintas dan multi-sektoral, (2) Eksistensi kendala internal dan

eksternal, (3) Koordinasi dan variasi kinerja pelaksanaan penanggulangan sejalan

dengan pelaksanaan desentralisasi pembangunan, serta (4) Keterbatasan persepsi dan

antisipasi penanggulangannya di lapangan. Terdapatnya fakta bahwa mata pencaharian

penduduk perdesaan mayoritas bergantung pada sektor pertanian, maka pengentasan

kemiskinan dapat diantisipasi melalui kemajuan sektor pertanian. Terkait fakta

fenomenal tersebut, sasaran program penelitian utama Badan Litbang Pertanian untuk

pencapaian target penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia khususnya di

perdesaan, adalah melalui peningkatan pemahaman karakteristik dan akar masalah

kemiskinan serta pengembangan teknologi peningkatan produktivitas sektor pertanian

(Suryana, 2005).

Page 7: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

6

Salah satu program kebijakan pembangunan pertanian dalam rangka

pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan mewujudkan kesejahteraan petani

dan perdesaan adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP). Program PUAP merupakan program bantuan langsung masyarakat (BLM)

sebagai implementasi dari program PNP Mandiri, beserta program lainnya seperti:,

Primatani, FEATI, PIDRA, P4M2I, program Inpres Desa Tertinggal (IDT), program

Pemberdayaan Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE), Bantuan

Perbenihan (BLBU), LM3, BMT, Desa Mandiri Pangan, dan sebagainya. Pada dasarnya

tingkat kemiskinan suatu masyarakat berhubungan erat dengan kesenjangan distribusi

pendapatannya. Artinya, kesenjangan distribusi pendapatan berkorelasi positif dengan

besarnya proporsi rumahtangga miskin pada suatu komunitas. Kegiatan PUAP

merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal kelompok tani/Gapoktan, yang selanjutnya

akan diberikan kepada petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh

tani maupun rumahtangga tani sebagai bantuan modal dalam kegiatan usaha

pertanian.

Adapun tujuan dari PUAP adalah: (1) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran

melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai

dengan potensi wilayah, (2) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis,

Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani, (3) Memberdayakan

kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha

agribisnis, dan (4) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring

atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan (Pedoman Umum

PUAP, 2009).

Sasaran yang hendak dicapai ialah : (1) Berkembangnya usaha agribisnis di

10.000 desa miskin/tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa,

(2) Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani,

(3) Meningkatnya kesejahteraan rumahtangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan

atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (4) Berkembangnya usaha pelaku agribisnis

yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman (Pedoman Umum PUAP,

2009).

Untuk pelaksanaan PUAP, Menteri Pertanian membentuk Tim Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) Nomor

545/Kpts/OT.160/9/2007 yang diketuai oleh Kepala Badan Pengembangan SDM dan

dibantu oleh Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Peningkatan Efisiensi

Page 8: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

7

Pembangunan Pertanian dan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian sebagai Sekretaris.

Di Tingkat provinsi diketuai oleh salah satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian dengan

Sekretaris adalah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sedangkan

anggota berasal dari instansi terkait lainnya. Di Tingkat kabupaten diketuai oleh salah

satu Kepala Dinas Lingkup Pertanian dan Sekretaris adalah Kepala Kelembagaan yang

menangani Penyuluhan Pertanian, sedangkan anggota Tim Pelaksana adalah Penyelia

Mitra Tani (PMT) dan instansi terkait lainnya. Di tingkat kecamatan diketuai Camat

dibantu oleh Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai sekretaris, Kantor

Cabang Dinas Pertanian (KCD) dan Kepala Desa lokasi PUAP sebagai anggota. Dan di

tingkat desa terdiri dari Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan desa penerima program adalah:

(1) PUAP data lokasi PNPM-Mandiri; (2) Data Potensi Desa (Podes); (3) Data desa

miskin dari BPS; (4) Data desa tertinggal dari Kementerian PDT. Pada penentuan calon

desa PUAP 2008, data-data tersebut kemudian diseleksi dengan mekanisme : (1) Daftar

calon desa PUAP dikirim oleh Tim PUAP Pusat ke Gubernur dan Bupati/Walikota.

(2) Berdasarkan daftar tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten/Kota mengusulkan calon

desa PUAP kepada Kementerian Pertanian melalui Gubernur. (3) Tim PUAP Pusat

melakukan verifikasi atas usulan desa PUAP yang diajukan oleh Gubernur,

Bupati/Walikota dan Aspirasi Masyarakat, dan (4) Hasil verifikasi desa PUAP oleh Tim

PUAP Pusat, selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai desa PUAP

(Pedoman Umum PUAP, 2009).

Kementerian Pertanian pada tahun 2008 telah menyalurkan Bantuan Langsung

Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM PUAP) kepada 10.542

Gapoktan/desa yang tersebar di 386 kabupaten yang meliputi 33 provinsi. Pada tahun

2009 melalui APBN akan disalurkan lagi kepada 10.000 desa penerima BLM PUAP

yang tersebar di seluruh Indonesia. Ketepatan penentuan desa sesuai dengan kriteria

desa penerima perlu diteliti/diperiksa dan dikonfirmasikan lagi untuk pemantapan calon

lokasi desa penerima BLM PUAP sebelum ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

Penyaluran dana BLM PUAP 2008 sudah dilaksanakan, mencapai sekitar 96

persen dari target APBN dan APBNP 2008. Pada masing-masing desa penerima BLM

PUAP 2008 sudah menerima dana Rp. 100 juta per desa atau per Gapoktan. Untuk

meningkatkan partisipasi Pemerintah Daerah dan masyarakat, pada tahun 2009, calon

lokasi desa PUAP diusulkan oleh Pemerintah Daerah (Bupati dan Walikota) serta

Page 9: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

8

aspirasi masyarakat. Usulan dari Pemerintah Daerah juga berdasarkan pada kriteria

yang telah ditentukan dalam Panduan Umum PUAP.

2.2. Kinerja Pelaksanaan PUAP 2008

Kinerja Masukan (Input) Dari hasil evaluasi kinerja pelaksanaan PUAP 2008 yang telah dilakukan pada 22

Gapoktan dari enam Propinsi penerima BLM PUAP dapat diidentifikasi beberapa

kelemahan dan kekuatan dari beberapa indikator/sub indikator kinerja yang dikaji,

sebagai berikut :

Usulan calon lokasi desa PUAP tahun 2009 yang disampaikan ke Tim Pelaksana

PUAP Pusat, belum seluruhnya memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, terutama

penamaan kecamatan dan desa, serta pengusulan kembali desa yang sudah masuk

program PUAP 2008. Hal ini menyebabkan proses verifikasi yang memakan waktu

lama sehingga penetapan desa PUAP tahun 2009 mengalami keterlambatan, demikian

juga proses persiapan selanjutnya.

Walaupun sosialisasi telah dilaksanakan di seluruh lokasi kajian, tetapi

pemahaman masyarakat terhadap program PUAP masih beragam. Kegiatan pelatihan

dan workshop yang dilaksanakan juga belum dapat memberikan pemahaman dan

keterampilan yang memadai bagi sebagian besar Penyelia Mitra Tani (PMT), Penyuluh

Pendamping dan Tim Teknis Kabupaten/Kota. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan

waktu, dana, ketepatan materi dan kompetensi nara sumber. Insentif dan dana

operasional PUAP bagi para pendamping dan Tim Pelaksana di daerah juga sangat

terbatas sehingga intensitas kegiatan relatif kurang.

Pengembangan agribisnis yang dilaksanakan petani banyak menghadapi

kendala, diantaranya adalah: lokasi desa yang tidak sesuai dengan kriteria, prasarana

irigasi yang kurang terpelihara, terbatasnya jalan usahatani/produksi, terbatasnya

ketersediaan pupuk bersubsidi, tingginya serangan hama dan penyakit tanaman,

kurang tersedianya benih dan bibit unggul yang bermutu, keterampilan petani dalam

budidaya tanaman/ternak rendah, kekurangan pakan hijauan ternak, belum terlaksana

integrasi tanaman–ternak dengan baik, lahan usahatani tanaman pangan dan hotikultura

yang relatif sempit, skala pengolahan hasil pertanian yang belum optimal dan masih

menggunakan teknologi tradisional, serta terbatasnya bahan baku. BPTP belum

dioptimalkan perannya sebagai Nara Sumber inovasi teknologi dan kelembagaan.

Page 10: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

9

Kinerja penggunaan dana PUAP sangat beragam tergantung pada kondisi awal

dari Gapoktan. Kinerja Gapoktan yang berkembang pada umumnya adalah Gapoktan

yang berasal dari kelompok tani binaan program-program sebelumnya seperti Primatani,

P4K, PIDRA, Desa Mandiri Pangan, dan kelompok tani BLM lainnya. Pada Gapoktan

tersebut kelembagaan telah solid, program kerja telah terbangun dan penyuluh pembina

telah dipersiapkan dengan baik sehingga pelaksanaan pengembangan agribisnis dapat

dilaksanakan dengan relatif lebih baik. Sedangkan pada Gapoktan bentukan baru

penggunaan dana BLM PUAP belum berjalan dengan baik, yang disebabkan oleh

rendahnya kualitas/kemampuan SDM pengurus Gapoktan.

Kinerja Proses

Hubungan baik PMT dengan tim pembina (BPTP), tim teknis kabupaten/kota dan

penyuluh pendamping memperlancar pelaksanaan tugas PMT, terutama dalam

menyiapkan laporan reguler. Banyak PMT masih kesulitan dalam menyusun format

laporan keuangan, karena dinamisnya cash flow keuangan Gapoktan/LKM dan belum

adanya standar program (soft file) sistim pengelolaan keuangan. Di luar P. Jawa, ada

beberapa PMT yang kesulitan dalam memanfaatkan jaringan internet untuk mengirim

laporan reguler dengan e-form.

PMT merasa kesulitan dalam melakukan pembinaan dan bimbingan teknis

tentang sistim pengelolaan dana BLM PUAP. Kesibukan PMT dalam pembinaan dan

bimbingan teknis keuangan, menyebabkan terbatas waktunya untuk melakukan

pembinaan dan bimbingan teknis pengembangan agribisnis dan usaha ekonomi.

Cakupan wilayah kerja PMT yang beragam, dan luasnya wilayah binaan, baik dari segi

jumlah Gapoktan maupun penyebarannya (terutama diluar Pulau Jawa).

Kesulitan penyuluh pendamping dalam melakukan pendampingan dan

bimbingan teknis dilapangan, selain disebabkan keterbatasan pengetahuan dan

keterampilan, juga terbatasnya insentif, sarana (komputer dan sepeda motor) serta

biaya operasional yang kurang memadai. Hal ini terjadi terutama bagi penyuluh

pendamping yang tidak tinggal di desa tempat kerjanya dan mempunyai wilayah kerja

lebih dari satu desa atau luasnya wilayah kerja desa binaannya.

Tim Pembina dan Tim Teknis sudah memberikan pembinaan dan arahan yang

tepat sesuai dengan ketentuan dari Tim PUAP Pusat, serta direspon dengan baik oleh

Gapoktan dalam implementasi ketentuan pelaksanaan di lapangan. Hal ini dapat dilihat

dari realisasi penyaluran dana BLM PUAP ke petani/anggota. Realisasi penyaluran dana

Page 11: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

10

BLM bervariasi, ada yang sudah mencapai 100 persen, kebanyakan berkisar 84 hingga

90 persen, dan penyaluran terendah mencapai 40 persen.

Belum semua Gapoktan memiliki unit usaha simpan pinjam. Kalaupun Gapoktan

sudah memiliki unit atau seksi usaha simpan-pinjam, tetapi mereka belum seluruhnya

menguasai pengelolaan keuangan termasuk sistim pembukuan yang standar. Jumlah

Gapoktan yang dapat mengembangkan modal usahanya diluar dana BLM PUAP, belum

signifikan. Kebanyakan Gapoktan menetapkan bunga pinjaman satu persen per bulan,

sehingga cukup membantu kebutuhan anggota dalam pengadaan input usahatani.

Di beberapa Gapoktan pengelolaan dana BLM dilakukan melalui Lembaga

Keuangan Mikro (LKM). Sedangkan sebagian besar lainnya, pengelolaan dana hanya

dilakukan oleh Bendahara Gapoktan (seksi usaha simpan pinjam). Keberadaan LKM

sangat tergantung dari peran dinas teknis sebagai pembina dan PMT untuk

mengarahkan, melatih dan membina terbentuknya LKM. Model LKM/UKM berkembang

lebih baik, terutama dalam menjaring dana diluar BLM PUAP, termasuk memberikan

produk jasa perbankan lainnya dengan sistim bunga yang kompetitif.

Pemanfaatan dana sebagian besar digunakan untuk penyediaan pupuk,

benih/bibit, dan bakalan sapi/domba. Pada beberapa Gapoktan yang relatif maju dana

PUAP juga dimanfaatkan untuk pengembangan usaha industri rumahtangga pangan

atau pemasaran hasil pertanian bagi wanita/istri petani. Pemanfaatan dana untuk

menambah modal usaha pengolahan hasil dan memperluas usaha (diversifikasi

produksi dan pemasaran) mencapai lebih dari lima kali lipat dibanding sebelumnya.

Sebagian penyediaan pupuk dan benih/bibit tersebut dikelola oleh Gapoktan

dan sebagian besar dikelola oleh masing-masing petani. Bantuan dana BLM PUAP telah

membantu petani dalam memperoleh dana lebih mudah dan bunga lebih murah

dibandingkan dengan pinjaman dari pemberi utang (tengkulak) yang biasa dilakukan

petani sebelumnya. Tetapi karena jumlah BLM PUAP terbatas, sedangkan jumlah

anggota Gapoktan cukup banyak (lebih dari 200 anggota), dana tersebut hanya dapat

membantu sebagian dari jumlah dana yang mereka butuhkan.

Hanya sebagian kecil anggota yang memanfaatkan dana BLM PUAP untuk

mengembangkan usaha agribisnis dengan memanfaatkan inovasi teknologi yang

tersedia. Pada umumnya usahatani yang dilakukan hanya memperbaiki teknologi yang

telah ada, tanpa ada perbedaan yang signifikan. Dengan demikian, kinerja usahatani

tidak berkembang secara signifikan, dan peningkatan produksi dan pendapatan

usahatani yang menjadi sasaran program PUAP belum tercapai secara optimal. Dana

Page 12: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

11

BLM PUAP digunakan untuk memperluas usahatani yang lama atau diversifikasi

usahatani dengan mengembangkan komoditas baru. Dari berbagai macam

pemanfaatan dana BLM PUAP, jenis usaha pengolahan hasil dan perdagangan

menunjukkan masa perguliran dan pengembalian dana yang paling cepat dibanding

usahatani tanaman atau ternak.

Kinerja Luaran (Output)

Secara umum tingkat pengembalian dana BLM sudah cukup baik. Dari 22

Gapoktan yang disurvai, hanya 5 Gapoktan yang belum melakukan perguliran, karena

pengembalian pinjaman putaran pertama belum jatuh tempo, yaitu pada komoditas

ternak dan tanaman perkebunan. Beberapa kasus yang belum mengembalikan

pinjaman sama sekali, disebabkan: (1) Belum menjual ternak, karena berat minimal

belum tercapai; (2) Serangan hama dan penyakit; (3) Terjadi puso akibat perubahan

iklim; dan (4) Belum jatuh tempo pengembalian.

Dana BLM yang dikelola oleh LKMA atau Gapoktan, telah menerapkan

simpanan pokok (72,3 %), simpanan wajib (68,2 %) dan simpanan sukarela (50 %) bagi

anggota/petani yang telah memperoleh pinjaman dana BLM PUAP. Sekitar 73 persen

pinjaman menggunakan sistem konvensional, sedangkan sisanya menggunakan sistem

syariah. Jumlah maksimal pinjaman bervariasi diantara Gapoktan/LKMA, ada yang

nilainya sama untuk setiap peminjam, ada yang berbeda dengan kisaran Rp.100.000,-

hingga Rp. 500.000,- (60%), ada juga yang menetapkan jumlah maksimalnya saja

sebesar Rp 2.000.000,- atau Rp 3.000.000,-. Tahapan pinjaman ada yang menerapkan

satu kali pertahun (55%), ada yang dua kali pertahun (19%) sisanya menerapkan

pinjaman sesuai kebutuhan anggota.

Penggunaan dana BLM PUAP untuk pengadaan input produksi lebih baik dari

sebelumnya, sehingga terjadi peningkatan produksi dan produktivitas pada semua

komoditas yang diusahakan. Pada usahatani padi terjadi peningkatan produksi rata-rata

33,3 persen, pada tanaman hortikultura yang banyak menggunakan benih unggul

meningkat sampai 50 persen. Perbaikan pemeliharaan dan pemupukan pada tanaman

perkebunan dapat meningkatkan produksi sampai 33,8 persen dan pada usaha

penggemukan ternak (sapi) dapat meningkatkan nilai jual sampai 16,9 persen dibanding

sebelumnya.

Page 13: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

12

Kinerja Outcome dan Benefit

Berdasarkan hasil analisa usahatani komoditas utama dari anggota Gapoktan

yang telah menerima pinjaman dana BLM PUAP, telah terjadi peningkatan pendapatan

usaha. Pada usahatani tanaman padi, peningkatan pendapatan usahatani rata-rata

mencapai 30,0 persen dari sebelumnya. Usahatani tanaman hortikultura yang sebagian

anggotanya telah memanfaatkan benih unggul nasional, peningkatan pendapatannya

rata-rata mencapai 48,8 persen. Usahatani tanaman perkebunan yang hanya

memperbaiki komponen teknologi saja juga telah dapat meningkatkan pendapatan

sampai 38,1 persen dan kelompok anggota Gapoktan yang mengusahakan peternakan,

kenaikan itu hanya sekitar 11,5 persen dibanding usahatani sebelumnya.

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Dalam merumuskan rancangan kegiatan untuk menjawab tujuan kedua

didasarkan kepada pemikiran bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki

sumber pendapatan di sektor pertanian. Berdasarkan hal tersebut maka daerah

perdesaan dan sektor pertanian memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi

nasional. Kegiatan pembangunan sektoral terutama sektor pertanian akan menimbulkan

perubahan sosial dan ekonomi pada sebagian besar penduduk Indonesia yang

umumnya tinggal di daerah perdesaan.

Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses yang direncanakan

untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Di sektor pertanian tujuan pembangunan

adalah: (1) Meningkatkan kapasitas produksi pertanian, (2) Meningkatkan cadangan

devisa, (3) Meningkatkan kesempatan kerja, dan (4) Meningkatkan ketahanan pangan.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian adalah

meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat desa lainnya yang tercerminkan

dari meningkatnya pendapatan petani, meningkatnya produktivitas tenaga kerja

pertanian, berkurangnya jumlah penduduk miskin, berkurangnya jumlah penduduk yang

kekurangan pangan dan turunnya ketimpangan pendapatan di daerah perdesaan.

Seperti diuraikan dalam tujuan penelitian, cakupan kegiatan ini mencakup:

(1) Penentuan lokasi PUAP 2009 dan (2) Evaluasi pelaksanaan kegiatan PUAP 2008.

Kegiatan pertama lebih mengarah kepada kegiatan kordinasi penetapan lokasi dan

kelompok sasaran calon penerima PUAP 2009 dengan data/informasi yang berasal dari

Page 14: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

13

berbagai instansi dan usulan yang diperoleh. Sementara kegiatan yang bersifat kajian

dilakukan untuk menjawab tujuan kedua dari kegiatan.

Seperti diuraikan dalam permasalahan, sebagian besar petani menghadapi

kendala dalam permodalan, baik modal yang dari sendiri maupun akses terhadap

lembaga permodalan yang ada. Dalam mengatasi keterbatasan modal petani tersebut,

pemerintah melalui dana APBN mengambil inisiatif untuk memberikan bantuan modal

dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat kelompok tani/Gapoktan.

Untuk menunjang keberhasilan usaha/produksi pertanian diperlukan akses

terhadap ketersediaan input, pasar dan teknologi. Tidak tersedianya input dan jaminan

pemasaran produk akan merupakan kendala dalam keberhasilan usaha tani. Untuk

meningkatkan produktivitas yang berdaya hasil tinggi, diperlukan inovasi teknologi yang

bisa diadopsi oleh petani/pengusaha pertanian (Gambar 1).

Dari kesemua aspek dalam produksi pertanian ini yang terpenting adalah modal

usaha. Sebagian besar petani dengan usaha kecil, umumnya terkendala oleh

ketersediaan modal untuk usaha. Dengan keterbatasan aksesnya terhadap perbankan,

menyebabkan modal usaha menjadi masalah besar dalam keberlanjutan dan

keberhasilan usahanya. Untuk itu, program PUAP mencoba mengatasi masalah dana

dengan cara menyalurkan dana kepada petani melalui kelompok tani/Gapoktan. Dana

PUAP pada prinsipnya hanya sebagai stimulus dalam menggerakkan usaha tani petani

yang kemudian dikelola melalui LKM.

Dengan ketersediaan berbagai aspek yang dibutuhkan petani dalam usaha

pertaniannya diharapkan produktivitas dan pendapatan petani meningkat sehingga bisa

mengembangkan usaha mereka yang dapat menyerap tenaga kerja perdesaan dan

mengurangi tingkat kemiskinan di perdesaan.

Gambar 1. Konsep Dasar PUAP

Input Produksi Pasar

Penunjang (LKM)

Peningkatan pendapatan dan Meningkatkan kesempatan usaha

Mengurangi kemiskinan dan Perluasan kesempatan kerja

Inovasi teknologi

Page 15: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

14

Penelitian ini mempunyai dua aspek yang perlu dilaksanakan, yaitu:

(1). Identifikasi dan penyusunan calon desa penerima PUAP 2010, serta (2). Evaluasi

kinerja dan dampak awal program PUAP. Dampak secara keseluruhan dan spesifik dari

program PUAP belum bisa terlihat, namun untuk dapat memberikan masukan dalam

perbaikan perencanaan dan implementasi program PUAP kedepan, dampak awal PUAP

bisa dilihat dari kinerja pengembangan usaha/agribisnis, pengembangan kelembagaan

Gapoktan, serta sampai sejauh mana PUAP bisa menyerap tenaga kerja perdesaan dan

manfaatnya bagi pembangunan ekonomi perdesaan.

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan sesuatu

kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

organisasi. Kinerja juga dapat dikatakan sebagai perilaku berkarya, penampilan atau

hasil karya. Karena itu kinerja merupakan bentuk yang multidimensional, sehingga cara

mengukurnya sangat bervariasi tergantung dari banyak faktor (Solihin, 2008). Indikator

kinerja tidak cukup hanya dengan memfokuskan pada perhitungan efisiensi, tujuan

kebijakan dan pendekatan program juga harus dianalisa.

Evaluasi kinerja pada kajian ini ditekankan pada Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan melalui kelembagaan Gapoktan, sesuai dengan sasaran program

PUAP. Indikator kinerjanya dapat dikemukakan pada Lampiran 1 dan 2.

Jenis indikator kinerja adalah sebagai berikut : Input adalah kegiatan dan

sumberdaya/dana yang dibutuhkan agar keluaran sesuai dengan apa yang diharapkan.

Output adalah sesuatu yang langsung diperoleh/dicapai dari pelaksanaan kegiatan.

Untuk memperoleh Output dari Input harus melalui suatu Proses. Dari output dihasilkan

Outcomes, Outcomes adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

sesuatu keluaran. Benefit/Manfaat diperoleh dengan berfungsinya keluaran secara

optimal. Setelah keluaran berfungsi secara optimal, pengaruh yang timbul dari manfaat

yang diperoleh dari hasil kegiatan atau gambaran aspek makro tujuan proyek/kegiatan

secara sektoral, regional maupun nasional.

3.2. Metoda Penelitian

3.2.1. Penentuan Calon Lokasi PUAP 2010

Penentuan lokasi PUAP 2010 didasarkan kepada data yang diperoleh dari :

(1) Usulan desa calon lokasi Program PUAP Tahun 2010 dikirimkan oleh berbagai pihak

terkait, yakni aspirasi masyarakat dan Pemerintah Daerah, (2) Data sekunder meliputi

data yang telah tersedia pada berbagai instansi, terutama Kode dan Data Wilayah

Page 16: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

15

Administrasi Pemerintahan pada 33 Provinsi sesuai dengan Permendagri No. 6 tahun

2008 yang dikeluarkan oleh Ditjen Administrasi Kependudukan Depdagri. Data tersebut

digunakan untuk melihat kesesuaian nomenklatur penamaan kabupaten/kota,

kecamatan hingga desa.

Kegiatan penyusunan desa calon lokasi Program PUAP Tahun 2010 dilakukan

melalui dua (2) tahapan, yakni: (1) Penyusunan daftar desa calon lokasi PUAP Tahun

2010 yang berasal dari dua sumber data seperti yang telah disebutkan di atas, dan

(2) Konfirmasi desa calon lokasi PUAP Tahun 2010 dengan pihak pusat dan daerah

(Tim Teknis tingkat Provinsi maupun Kabupaten).

Selanjutnya disusun kuota desa untuk masing-masing kabupaten. Penyusunan

kuota tersebut dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut: (1) Asas

keseimbangan perbandingan/proporsi antara kawasan Barat dan Timur, (2) Asas

kepadatan penduduk, (3) Proporsi rumahtangga miskin dan pertanian, dan

(4) Pertimbangan efisiensi pendampingan program per kabupaten. Desa yang

selanjutnya dipilih menjadi lokasi Program PUAP disesuaikan jumlahnya dengan kuota

desa per kabupaten yang telah ditentukan serta sesuai dengan rangking prioritas yang

telah ditetapkan oleh daerah.

Dalam rangka penyusunan desa calon lokasi program PUAP 2010, dilakukan

cross check kesesuaian usulan desa dengan kondisi lapang. Pengecekan terutama

difokuskan pada tingkat keberhasilan yang tinggi bagi semua desa yang diusulkan,

diantaranya dari segi aksesibilitas dan keterjangkauan, kesiapan Pemerintah Daerah,

kesiapan SDM calon pelaksana program PUAP. Pada Gambar 2, ditampilkan

mekanisme penetapan desa dan Gapoktan PUAP 2010.

Page 17: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

16

Gambar 2. Mekanisme Penetapan Desa dan Gapoktan PUAP 2010

3.2.2. Evaluasi Kinerja Pelaksanaan PUAP 2008 dan 2009

Evaluasi terhadap kinerja PUAP mulai dari : input, proses, output, dan outcome

Dalam evaluasi program PUAP ini :

Input : Panduan, Juklak, Juknis, BLM dan ketentuannya, AD/ART, peraturan,

kelengkapan, organisasi, pelatihan dan workshop, kelembagaan

gapoktan, kelembagaan tani, RUB, RUK dan RUA (kelayakan usaha),

ketersediaan input usaha dan teknologi, potensi SDA dan SDM

Proses : Pembinaan dan pendampingan, pengelolaan LKM, perencanaan,

pelaksanaan, pemahaman, ketrampilan, penyaluran BLM, pengelolaan

usaha pertanian, analisa usaha, kelayakan usaha, mengatasi kendala

dan hambatan (fisik), pengembangan pasar, inovasi teknologi dan

kelembagaan.

Output : Perguliran dana BLM (revolving), keberlanjutan/keberhasilan usaha LKM,

peningkatan produksi dan produktivitas, pengembangan usaha agribisnis,

adopsi teknologi dan kelembagaan

Page 18: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

17

Outcome : Pengembangan model usaha LKM, peningkatan pendapatan,

pengembangan model diseminasi teknologi dan kelembagaan

Evaluasi mencakup keseluruhan proses kegiatan sesuai dengan kinerja yang

telah dicapai oleh masing masing kelompok tani/Gapoktan. Dengan cara ini akan dapat

diketahui proses pelaksanaan dan efektifitas program PUAP.

3.3. Lokasi Penelitian

Untuk mencapai tujuan evaluasi PUAP, penelitian dilakukan berdasarkan basis

komoditas di 5 (lima) provinsi yaitu Sumatera Barat/Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur,

Sulawesi Selatan/Sulawesi Barat, Bali/Nusa Tenggara Barat. Komoditas yang dianalisis

yaitu Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan dan Non Budidaya/Off

farm (pengolahan hasil, perdagangan, pembibitan dan lain-lain).

Pada setiap provinsi dipilih satu kabupaten yang mewakili komoditas atau

subsektor yang akan di analisis, dan tergantung pada sebaran komoditas dominan pada

masing-masing Gapoktan Pada tiap kabupaten dipilih 2 desa/Gapoktan penerima BLM

PUAP yang sesuai dengan rencana komoditas yang akan dianalisis. Secara

keseluruhan lokasi penelitian meliputi 5 (lima) provinsi, 5 kabupaten, 10 desa/Gapoktan.

Lokasi penelitian dilakukan pada desa PUAP 2008 dan 2009.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara kelompok (FGD) dengan pengurus

dan anggota Gapoktan, Penyuluh Pertanian, Penyelia Mitra Tani, Dinas terkait dan

Aparat Pemerintah Daerah. Wawancara individu rumahtangga dilakukan secara acak

mencakup 10 rumahtangga petani dalam setiap Gapoktan yang diwawancarai, untuk

mengumpulkan data karakteristik usahatani. Secara keseluruhan terdapat 100

responden keluarga petani yang diwawancarai dengan kuesioner terstruktur.

Tabel 1. Perencanaan Sampling Desa dan Rumahtangga berdasarkan Basis Komoditas

Komoditas Kabupaten Desa/Gapoktan Rumahtangga Tanaman Pangan 1 2 20 Hortikultura 1 2 20 Peternakan 1 2 20 Perkebunan 1 2 20 Off Farm 1 2 20

Jumlah 5 10 100

Page 19: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

18

3.4. Jenis Data

3.4.1. Penentuan Lokasi PUAP 2010

Dalam menentukan calon lokasi PUAP 2010, beberapa data digunakan sebagai

kriteria penetapan, yaitu: (1) Tingkat kemiskinan, (2) Potensi pertanian tinggi,

(3) Keberadaan gapoktan dan embrio gapoktan (kelompok tani), (4) Ketersediaan dan

kesiapan sumberdaya manusia dan sarana prasarana, serta (5) Tingkat keberhasilan

program,

3.4.2. Evaluasi Kinerja PUAP 2008 dan 2009.

Untuk tujuan evaluasi kinerja PUAP tahun 2008 data dan informasi yang

dikumpulkan adalah sebagai berikut :

1) Penilaian terhadap kinerja input , mencakup: Aspek penyampaian, kesesuaian,

dan manfaat dari input program PUAP yaitu : Dana BLM PUAP dan

ketentuannya, peraturan, kelengkapan, organisasi, pelatihan dan workshop.

2) Penilaian terhadap pendampingan, mencakup: Peran Petugas Pendamping dan

Penyuluh di setiap Gapoktan dan Penyelia Mitra Tani (PMT) di kabupaten/kota.

Penilaian mencakup tugas-tugas yang ditetapkan dalam Pedoman Umum.

3) Kesesuaian perencanaan vs pelaksanaan kegiatan usahatani mencakup:

Evaluasi RUA, RUK dan RUB dan kesesuaian dengan pelaksanaan

4) Pengembangan kelembagaan, mencakup: Evaluasi pembentukan Gapoktan,

kelengkapan organisasi, kinerja Gapoktan.

5) Penyaluran dana BLM PUAP, Evaluasi terhadap perencanaan, pengelolaan, dan

penyaluran dana BLM PUAP

6) Pengembangan Keuangan Mikro, mencakup: Evaluasi kelembagaan,

perencanaan, implementasi dan revolving

7) Pengembangan Agribisnis Perdesaan, Evaluasi mencakup penilaian terhadap

keberlanjutan usaha penguatan modal (LKM/UKM), ketersediaan input produksi,

pengembangan komoditas, diversifikasi usaha, nilai tambah, dan pengembangan

pemasaran hasil.

8) Rekomendasi kebijakan, mencakup pemberian masukan, feedback dan alternatif

kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program PUAP

selanjutnya.

Page 20: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

19

3.5. Metoda Pengumpulan Data 3.5.1. Penentuan Lokasi PUAP 2010 Untuk penentuan lokasi PUAP 2010, dilakukan pengumpulan data yang berasal

dari berbagai sumber, yaitu: (1) Usulan dari pemerintah daerah, (2) Usulan dari

masyarakat atau aspirasi masyarakat, (3) Data sekunder dari berbagai instansi lingkup

Kementerian Pertanian.

3.5.2. Evaluasi PUAP 2008 dan 2009

Pengumpulan data dilakukan dengan metoda survai kepada Gapoktan,

Penyuluh Pendamping, PMT, Tim Teknis Provinsi dan Kabupaten, serta petani. Survai

dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan tidak terstruktur untuk diskusi

kelompok (FGD).

3.6. Analisa Data Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan dalam kegiatan evaluasi PUAP, ada

dua jenis analisis yang dikembangkan, yaitu: (1) Analisis kualitatif; dan (2) Analisis

kuantitatif. Analisis kualitatif diarahkan pada kinerja program, yaitu input, proses, output

dan outcome dari dua aspek utama yang dikaji (pengembangan kelembagaan Gapoktan

dan pengembangan agribisnis). Analisa deskriptif dilakukan juga dalam kaitannya

dengan: (1) Deskripsi kebijakan pemberdayaan masyarakat secara nasional yang

dilakukan oleh program PUAP; dan (2). Deskripsi potensi dan permasalahan dalam

pelaksanaan program PUAP, terutama dalam upaya membangun agribisnis perdesaan

dan pemberdayaan Gapoktan. Analisis kuantitatif diarahkan untuk melihat kelayakan

usahatani yang dihitung atas dasar analisis usahatani untuk meningkatkan pendapatan.

IV. RENCANA OPERASIONAL

4.1. Personalia Tim Pelaksana

No Nama Jabatan Fungsional Peneliti Jabatan Dalam Tim

1 Ir. Rudy S. Rivai, MS Peneliti Madya Ketua 2 Prof. Dr. Kedi Suradisastra Peneliti Utama/Prof. Riset Anggota 3 Dr. Dewa K. Sadra Swastika Peneliti Utama Anggota 4 Ir. Khairina M. Noekman, MS Peneliti Non Klas Anggota 5 Ir. Sri Wahyuni, MS Peneliti Utama Anggota 6 Julia F. Sinuraya, SP, MSi Peneliti Pertama Anggota 7 Nur K. Agustin, STP,MP Peneliti Muda Anggota 8 Yana Supriyatna, SE Peneliti Non Klas Anggota 9 Ir. Yuni Marisa Peneliti Pertama Anggota

10 Ir. Budi Wiryono, MSi Peneliti Non Klas Anggota 11 Juni Hestina, SE Peneliti Pertama Anggota

Page 21: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

20

4.2. Jadwal Palang Bulan

Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Persiapan : - Pembuatan Proposal - Penyusunan Kuesioner

Penyusunan Usulan Desa - Pengolahan usulan desa - Penentuan Kuota desa - Draft penetapan desa

Pra Survai

Perbaikan Kuesioner

Main Survai

Pengolahan dan Analisa Data

Penulisan Laporan

Seminar

Perbaikan Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Umum: Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP). Jakarta: Deptan Press.

Elizabeth, R. 2007. Fenomena Sosiologis Metamorphosis Petani: Ke Arah Keberpihakan Pada Masyarakat Petani Pedesaan yang Terpinggirkan Terkait Konsep Ekonomi Kerakyatan. Forum Agro Ekonomi (FAE) Vol.25 Juli 2007. PSE-KP. Bogor.

Elizabeth, R. 2008. Penguatan dan Pemberdayaan Peran Pembangunan

Perekonomian, Sistem Pasar dan Kelembagaan: Dilema Dilema Kemiskinan dan Kelaparan di Perdesaan. Prosiding Seminar Nasional: “Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan.” BPTP Maluku Ambon, 29-30 Oktober 2007. BPTP Maluku Ambon. Balitbang. Departemen Pertanian. 2008

Hayami, Y. dan M. Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa. Obor. Jakarta.

Kompas, 2006. Kemiskinan Akibat Beras. Harian Kompas, Rabu, 16 November 2006.

Pakpahan, A. et al. 1995. Kemiskinan di Pedesaan. Prosiding Pengembangan Hasil

Penelitian Kemiskinan di Pedesaan. Masalah dan Alternatif Penanggulangannya. PSE. Bogor.

Pasaribu, B. 2006. Poverty Profile and The Alleviation Programme in Indonesia . Paper

Presented on “Asian Regional Seminar on Poverty Alleviation”, Held by AFPPD and IFAD, 5 – 6 April. Hanoi, Vietnam.

Page 22: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

21

Suryana, Ahmad. 2005. Kebijakan Pengembangan IPTEK dalam Mendukung Pembangunan Pertanian. Prosiding: Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan. ISBN: 979-3566-42-6. Ambon, 22-23 November 2005. Bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku), Pemerintah Provinsi Maluku, dan Universitas Pattimura.

Page 23: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

22

Lampiran 1. Alur Indikator Kinerja PUAP

Pengembangan Ekonomi Perdesaan

Pengembangan Peningkatan Pengembangan Model Usaha LKM Pendapatan Agribisnis Perdesaan

Perguliran dana Keberlanjutan Peningkatan Pengembangan Pengembangan BLM (revolving) Keberhasilan Produksi & Pasar dan Teknologi dan Usaha LKM Produktivitas diversifikasi produk Kelembagaan Penyaluran Pengelolaan Pembinaan Pengelolaan Pengembangan & Ketersediaan Pengembangan BLM BLM Dan Usaha Peningkatan input dan Kelembagaan Pendampingan Pertanian kwalitas hasil Sumberdaya

Page 24: EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf · EVALUASI DAN PENYUSUNAN DESA CALON LOKASI ... penentuan target group penerima

23

Lampiran 2. Indikator kinerja PUAP

Sistem Input Proses Output Outcome Kinerja Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

1. Pedum, Juklak, Juknis.

2. BLM dan ketentuannya :

- AD/ART - Peraturan - Kelengkapan - Organisasi 3. Pelatihan dan

Workshop 4. Kelembagaan

Gapoktan dan Kelompok Tani

5. RUB dan RUK (kelayakan usaha)

6. Ketersediaan input usaha dan teknologi

7. Potensi SDA dan SDM

1. Pembinaan dan Pendampingan

2. Pengelolaan LKM : - Perencanaan - Pelaksanaan - Pemahaman - Keterampilan 3. Penyaluran BLM 4. Pengelolaan usaha

pertanian - Analisa usaha - Kelayakan usaha - Mengatasi kendala

dan hambatan (fisik)

5. Pengembangan Pasar.

6. Inovasi Teknologi dan Kelembagaan

1. Perguliran Dana BLM (Revolving)

2. Keberlanjutan/ Keberhasilan usaha LKM 3. Peningkatan

Produksi dan Produktivitas

4. Pengembangan Usaha Agribisnis

1. Peningkatan Pendapatan 2. Penyerapan Tenaga Kerja