EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH … · Demikian perllyataan llll saya buat dengan...
Transcript of EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH … · Demikian perllyataan llll saya buat dengan...
EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH
DASAR INKLUSI SE-KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
LAURENTIUS BENY WIDYA ARDIKA
121134104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH
DASAR INKLUSI SE-KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Laurentius Beny Widya Ardika
121134104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penelitian ini persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai, memberkati, serta
memberi kekuatan.
2. Bapak dan Ibu yang tak pernah lelah bekerja dan berdoa untuk
membiayaiku. Serta adikku yang selalu memberi penghiburan
ketika lelah mengerjakan skripsi.
3. Kekasihku yang selalu memberiku semangat untuk menyelesaikan
tugas akhir ini.
4. Sahabat-sahabatku yang selalu menyemangati satu sama lain,
membantuku dalam berbagai hal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Bersukacilah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa.
(Roma 12:22)
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban
berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.
(Matius 11:28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya mcnyatakan dengan sesllnggllhnya bahwa skripsi yang saya ttllis ini tidak
memuat karya ataupun bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
ddaln kutipan dan da■ ar referensi,sebagaimana layaknya karya ihiah.
Yogyakarta,1l Agustts 2016
Pelleliti
Laurentius Beny Widya Ardika
Vl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lJEⅣIBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILⅣ IIAH
UNTUK KEGIATAN AKADEDIIS
Yang bertandatangan di bawah llll,saya lnahasiswa Unlversitas Sanata I)hanna:
Nama :Laurentius Beny Widya Ardika
NIPI :121134104
Delni pengembangan pengetahuan, saya memberikan kepada pttustakaan
Universitas Sanata Dhamla karya ihiah saya yang bel」 udul:
“EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU DISEKOLAⅡ
DASARINKLUSI SE…KABUPATEN SLEPIAN"
Dengan demikian saya membentahukan kepada Pclpustalcaan Unlversitas Sanata
Dhama hak untuk menympan,IIlengalihkan dalanl bentk media lalll,lnengclola
dalam bentuk pangkalall data mendistribusikan secara terbttas dan
l■lettublikasikan ke dalam mternet atau media lain und kepentingan akademis
tanpa mel■linta ttin dari Stta,atau membcrikan loyalti kepada saya selalna tct叩
mencantumkall nama saya sebagai penulis. Demikian perllyataan llll saya buat
dengan sebenarnya.
Yogyakarta,1l Agustus 2016
Yang lnenyatakan
Lurentius Beny`西ridya Ardika
Vll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH
DASAR INKLUSI SE-KABUPATEN SLEMAN
Laurentius Beny Widya Ardika
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016
Sekolah inklusi adalah sekolah yang memfasilitasi siswa berkebutuhan
khusus maupun siswa tidak berkebutuhan secara khusus untuk dapat belajar
sehingga dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki. Ada 33 sekolah
dasar inklusi di Kabupaten Sleman. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan memetakan evaluasi belajar yang diberikan guru pada siswa
di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman. Evaluasi belajar adalah suatu
proses untuk mengetahui perkembangan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik belajar siswa. Ada dua aspek evaluasi belajar yaitu tes dan non tes.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Data diperoleh
dengan membagikan instrumen berupa kuesioner kepada 30 guru sekolah dasar
inklusi se-Kabupaten Sleman. Kuesioner divalidasi oleh dua orang validator
dengan nilai rata-rata: 4. Dengan demikia instrumen tersebut layak dibagikan
kepada guru.
Kuesioner yang kembali berjumlah 30. Dari hasil olah data, peneliti
mendapatkan data: (1) Evaluasi belajar dengan tes yang diberikan guru bentuknya
adalah 12.37% melakukan asesmen awal dan akhir, 11.88% melakukan penilaian
hasil belajar sesuai dengan kemampuan ABK,12.87% melakukan penilaian
kognitif, 14.35% melakukan penilaian secara berkelanjutan. (2) Evaluasi belajar
non tes yang dilakukan guru bentuknya adalah 13.36% melakukan asesmen awal,
tengah, dan akhir, 9.90% melakukan penilaian afektif, 10.89% melakukan
penilaian psikomotorik, dan 14.35% menyesuaikan instrumen penilaian hasil
belajar. Jadi, evaluasi belajar tes maupun non tes cukup seimbang digunakan guru
di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman.
Kata kunci: Evaluasi Belajar, Sekolah Dasar Inklusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
LEARNING EVALUATION THAT IS USED BY THE TEACHERS IN
INCLUSION ELEMENTARY SCHOOL IN SLEMAN REGENCY
Laurentius Beny Widya Ardika
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016
Inclusion school is a school that facilitate regular students and also
students with special needs so they can learn to improve their potential. There are
33 inclusion schools in Sleman Regency. This research is aimed to describe and
mapping learning evaluation that is given by the teacher to the students of
inclusion school in Sleman Regency. Learning evaluation is process to recognize
the development of cognitive, affective, and psychomotor ability, and study result.
There are two aspects of learning evaluation, there are test and non-test.
This research is a descriptive quantitative research. The data was collected
by delivered questioner to 30 inclusion elementary school teachers in Sleman
Regency. The questioner were validated by two validator with average score: 4.
By then that instrument appropriate to be delivered to teachers.
Questioner that came back were 30. From the data result, researcher get
data: (1) learning evaluation with test that is given by teacher are 12.37% doing
the early and final assessment, 11.88% doing study result assessment agree with
student with special needs’ ability, 12.87% doing cognitive assessment, 14.35%
adapt the study result assessment’s instrument. (2) Non test learning evaluation
that is done by the teacher are 13.36% doing early, middle, and final assessment,
9.90% doing affective assessment, 10.89% doing psychomotor assessment, and
14.35% adapt the study result assessment’s instrument. So, the test or non-test
learning evaluation balance enough to be used by the teachers in inclusion
elementary school in Sleman regency.
Key words: Learning evaluation, Inclusion elementary school
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan dengan baik
skripsi yang berjudul “Evaluasi Belajar Yang Digunakan Guru di Sekolah
Dasar Inklusi Se-Kabupaten Sleman”. Penyusun skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Karena itu, dengan segenap hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.P.d. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Apri Damai Sagita Krisandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata
Dharma.
4. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum. dan Ibu Brigitta Erlita Tri
Anggadewi, M.Psi. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis dengan dengan penuh kesabaran dalam
pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
5. Kepala Sekolah Dasar se-Kabupaten Sleman yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Guru Sekolah Dasar se-Kabupaten Sleman yang sudah membantu dan
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Kedua orangtuaku, Bapak Albertus Suhadi dan Ibu Carolina Lina Tiyanti
yang selalu memberiku dulc.rngan dan motivasi, baik berupa doa, kasih
sayang maupun semangat sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Serta adikku Geovania Lindha Vrenatelia yarry selalu memberiku
semangat untuk mengerjakan skripsi.
Kekasihku, Robertine Dhita Pertiwi yang memberiku semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih untuk cinta dan kasih
sayangnya.
Teman-teman payung yang banyak membantu dan memberikan masukan
satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam pen) Isunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber
belajar bagi peneliti lain yang memiliki tujuan memperkembangkan pendidikan
inklusi.
Yogyakarla, 11 Agustus 2016
Pcneliti
′0
7.
8.
9.
Xl
Laurentius Beny Wiclya A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... .... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. .. ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... . iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... .. iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ . v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................... .. vi
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI . .. vii
ABSTRAK ........................................................................................................ . viii
ABSTRACT ...................................................................................................... .. ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... .. x
DAFTAR ISI ...................................................................................... ............... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... .. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... ............... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... ............... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. .... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................... .. 4
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... .. 4
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... .. 5
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ .. 5
1.6 Definisi Operasional ...................................................................................... .. 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ .. 7
2.1 Kajian Teori ............................................................................................ .. 7
2.1.1 Pendidikan Inklusi .................................................................................. ... 7
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Inklusi.................................................................. .. 7
2.1.1.2 Prinsip-prinsip Pendidikan Inklusi .......................................................... .. 8
2.1.1.3 Fungsi Pendidikan Inklusi ................................................................. ....... 10
2.1.1.4 Tujuan Pendidikan Inklusi ....................................................................... 11
2.1.2 Sekolah Dasar Inklusi .............................................................................. 12
2.1.3 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ....................................................... 14
2.1.3.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ...................................... 14
2.1.3.2 Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ...................................... 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.4 Evaluasi Belajar ....................................................................................... 19
2.1.4.1 Pengertian Evaluasi Belajar .................................................................... 19
2.1.4.2 Bentuk Evaluasi Belajar .......................................................................... 20
2.1.5 Kecerdasan Ganda .................................................................................... 22
2.1.5.1 Siswa ABK Memiliki Kecerdasan Ganda: Mita ...................................... 23
2.2 Penelitian Yang Relevan .......................................................................... 26
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................... 30
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 32
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 32
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 33
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 34
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 37
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................... 38
3.7 Teknik Pengujian Instrumen .................................................................... 42
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................ 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 52
4.1 Deskripsi Penelitian ................................................................................. 52
4.2 Tingkat Pengembalian Kuesioner ............................................................ 53
4.3 Hasil Penelitian ........................................................................................ 53
4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................................ 53
4.3.2 Pemetaan Evaluasi Belajar ....................................................................... 60
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 62
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 66
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 66
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 67
5.3 Saran ........................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN .......................................................................................................... 71
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Sepuluh Sekolah Dasar Inklusi
di Kabupaten Sleman...............................................................................................13
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Evaluasi Belajar
di Sekolah Inklusi se-Kabupaten Sleman ................................................................ 40
Tabel 3.2 Kuesione Evaluasi Belajar yang Digunakan Guru di
Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman .......................................................... 42
Tabel 3.3 Hasil Validasi Konstruk ........................................................................................... 46
Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas ............................................................................................... 48
Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas ...................................................................................................... 49
Tabel 3.6 Contoh Coding Data ................................................................................................ 50
Tabel 4.1 Hasil Angket Bentuk Evaluasi Belajar yang Digunakan Guru di
Sekolah Inklusi se-Kabupaten Sleman ...................................................................... 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan ....................................................................................... 29
Gambar 4.1 Gambar Grafik Tingkat Penggunaan Bentuk Evaluasi Belajar
di Sekolah Inklusi Melalui Aspek Tes ................................................................ .60
Gambar 4.2 Gambar Grafik Tingkat Penggunaan Bentuk Evaluasi Belajar
di Sekolah Inklusi Melalui Aspek Non Tes..........................................................61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 71
Lampiran 2 Validitas Isi ................................................................................................... 74
Lampiran 3 Kuesioner Evaluasi Belajar Untuk Guru di Sekolah Inklusi ......................... 77
Lampiran 4 Hasil Validasi dan Reliabilitas ...................................................................... 78
Lampiran 5 Pengolahan Data Mean ................................................................................. 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan meliputi latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang
Pendidikan inklusi adalah pendidikan khusus yang memberikan
kesempatan kepada semua siswa yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan dalam
lingkungan belajar secara bersama-sama dengan siswa pada umumnya.
Menurut Heward (2004: 11), anak-anak yang dengan berkebutuhan khusus
seperti, tunanetra, tunarungu, dan yang lain serta anak-anak berkesulitan
belajar juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik (Illahi, 2013: 23). Pemerintah
memfasilitasi pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dengan
mengadakan sekolah inklusi (Sokjorten, 2003: 30).
Sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menggabungkan layanan
pendidikan khusus dan reguler dalam satu sistem persekolahan, dimana siswa
berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus sesuai dengan
potensinya masing-masing dan siswa yang tidak mengalami kebutuhan secara
khusus. Ada 33 sekolah dasar yang dianggap mampu untuk menerapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pendidikan inklusi bagi siswa berkebutuhan khusus. Sekolah dasar inklusi
tersebut, masing-masing tersebar di beberapa kecamatan di Sleman, antara
lain di kecamatan Moyudan, Godean, Seyegan, Gamping, Mlati, Tempel,
Ngaglik, Depok, Ngemplak, Turi, Pakem, Cangkringan, Kalasan, dan
Prambanan. Sekolah dasar inklusi melayani anak berkebutuhan khusus
dengan kategori slow learner, autis, dan hiperaktif.
Pada sekolah dasar inklusi guru perlu menguasai metode pengajaran,
kreatif menggunakan media pembelajaran dan memiliki kemampuan
mengevaluasi hasil belajar siswa untuk mengetahui perkembangan
potensi/kemampuan siswa. Penelitian ini memusatkan perhatian pada aspek
evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Sleman. Evaluasi belajar adalah proses menentukan hasil yang telah dicapai
melalui beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya
tujuan. Ada dua aspek evaluasi belajar yaitu tes dan non tes (Kustawan, 2006:
39).
Evaluasi belajar dengan tes adalah cara penilaian dan pengukuran
yang berbentuk pemberian tugas. Pemberian tugas yang diberikan berupa
pertanyaan atau soal untuk siswa. Pertanyaan tersebut diberikan sebelum
pelajaran (pre-test) sebagai asesmen awal maupun diberikan sesudah
pelajaran (post-test) sebagai asesmen akhir. Soal-soal yang disusun oleh guru
disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil dari tes dapat dijadikan
acuan untuk melakukan penilaian kognitif sekaligus menjadi dasar untuk
melakukan penilaian berkelanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa. Bentuknya
berupa rubrik pengamatan dengan pernyataan. Pengamatan dilakukan
sebelum, saat, dan sesudah pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan
akhir. Hasil dari pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif
dan psikomotorik. Rubrik penilaian afektif misalnya ada pernyataan yang
mengarah pada perilaku yang menunjukan adanya perkembangan siswa
dalam hal ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, kerja keras, minat dan
sebagainya. Rubrik penilaian psikomotorik misalanya ada pernyataan yang
memandu guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mendengarkan
perintah guru, mempresentasikan tugas, kesediaan membantu teman dan
sebagainya. Rubrik penilaian disesuaikan dengan instrumen penilaian hasil
belajar.
Peneliti tertarik untuk mengetahui evaluasi belajar yang digunakan
guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman. Oleh karena itu peneliti
menyusun instrumen berkaitan dengan evaluasi belajar, aspek pertama adalah
tes, indikatornya (1) melakukan asesmen awal dan akhir, (2) melakukan
penilaian hasil belajar sesuai dengan kemampuan ABK, (3) melakukan
penilaian kognitif, dan (4) melakukan penilaian secara berkelanjutan. Aspek
kedua adalah non tes, indikatornya (1) melakukan asesmen awal, tengah, dan
akhir, (2) melakukan penilaian afektif, (3) melakukan penilaian psikomotorik,
dan (4) menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Instrumen tersebut peneliti berikan kepada 30 guru di sekolah dasar
inklusi se-Kabupaten Sleman agar peneliti memperoleh data untuk
mendeskripsikan dan memetakan evaluasi belajar yang digunakan guru di
sekolah dasar inklusi. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Evaluasi
Belajar yang Digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten
Sleman”.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan masalah
yang akan diteliti. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1.2.1 Menemukan sekolah dasar tempat penelitian sesuai dengan ciri-ciri
sekolah inklusi.
1.2.2 Memetakan evaluasi belajar di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Sleman.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka rumusan
masalah yang diperoleh sebagai berikut:
1.3.1 Evaluasi belajar apa yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Sleman?
1.3.2 Bagaimanakah hasil pemetaan evaluasi belajar dari setiap sekolah dasar
inklusi se-Kabupaten Sleman?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.4 Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk:
1.4.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk evaluasi belajar yang diberikan guru
kepada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Sleman.
1.4.2 Pemetaan evaluasi belajar yang digunakan guru dari setiap sekolah dasar
inklusi se-Kabupaten Sleman.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
1.5.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru di
sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman tentang evaluasi belajar yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1 Bagi Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah mendapatkan data tentang evaluasi belajar yang digunakan guru
di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman.
1.5.2.2 Bagi Guru
Guru mendapatkan informasi tentang evaluasi belajar yang diberikan
siswa berkebutuhan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.5.2.3 Bagi Peneliti
Peneliti dapat memetakan evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah
dasar inklusi se-Kabupaten Sleman dengan menggunakan penelitian
kuantitatif.
1.6 Definisi Operasional
a) Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menyatukan anak berkebutuhan khusus dengan anak berkebutuhan tetapi
tidak secara khusus untuk belajar bersama dalam sekolah reguler.
b) Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menggabungkan layanan
pendidikan khusus dan reguler dalam satu sistem persekolahan, dimana
siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus sesuai
dengan potensinya masing-masing dan siswa reguler mendapatkan layanan
khusus untuk mengembangkan potensi mereka sehingga baik siswa
berkebutuhan khusus ataupun siswa reguler dapat bersama-sama
mengembangkan potensi masing-masing.
c) Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar adalah proses menentukan hasil yang telah dicapai
melalui beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan. Bentuk evaluasi belajar meliputi 2 aspek yaitu tes dan
non tes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas kajian teori, hasil penelitian yang relevan,
kerangka berfikir, dan hipotesis.
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pendidikan Inklusi
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menyatukan anak berkebutuhan khusus dengan anak berkebutuhan
tetapi tidak secara khusus untuk belajar bersama dalam sekolah reguler.
Ilahi (2013: 167) berpendapat pendidikan inklusi adalah sebagai sistem
layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan
dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman
seusianya. Oleh karena itu, sekolah perlu ditekankan dengan adanya
rekonstruksi sehingga sekolah menjadi komunitas yang mendukung
pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak. Artinya dalam pendidikan
inklusi tersedia sumber belajar yang kaya dan mendapat dukungan dari
semua pihak, meliputi para siswa, guru, orangtua, dan masyarakat
sekitarnya. Menurut Olsen (dalam Tarmansyah, 2007: 82), pendidikan
inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan
anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya,
sedangkan Staub dan peck (dalam Tarmansyah, 2007: 83) menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan ringan, sedang
dan berat secara penuh di kelas. Menurut Kusnandar (2011: 13),
pendidikan inklusi adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah atau
kelas reguler dengan melibatkan seluruh peserta didik tanpa kecuali
meliputi anak yang memiliki perbedaan bahasa, beresiko putus sekolah
karena sakit, kekurangan gizi, tidak berprestasi, anak yang berbeda agama,
penyandang HIV/AIDS, anak berkebutuhan khusus dan anak yang
berbakat. Dalam pelaksanaannya, pendidikan inklusi bertujuan untuk
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak berkebutuhan
khusus dan mewujudkan penyelenggara pendidikan yang menghargai
keanekaragaman, tidak diskriminatif kepada siswa yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Berdasarkan pendapat ahli bahwa pendidikan inklusi adalah
layanan pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang individu
dan memberikan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
individu tanpa diskriminatif.
2.1.1.2 Prinsip-prinsip Penyelenggaraan pendidikan Inklusi
Prinsip pendidikan inklusi menurut Illahi (2013: 48-49) bahwa
pendidikan inklusi menekankan pada keterbukaan dan penghargaan
terhadap anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi menjamin akses
dan kualitas yang terintegrasi tanpa terkecuali, hal ini menunjukan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal lainnya belajar
bersama dengan anak normal lainnya di kelas reguler. Prinsip yang
mendasar dalam pelaksanaan pendidikan inklusi adalah semua anak
mendapatkan kesempatan yang sama untuk bersekolah tanpa memandang
perbedaan latar belakang kehidupannya. Delphie (2009: 21) berpendapat
prinsip-prinsip yang mendasari pendidikan inklusi adalah keyakinan
masyarakat terhadap pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
merupakan refleksi dari ide-ide yang ada dalam hak-hak asasi manusia,
persamaan hak dan keadilan sosial.
1. Prinsip Pemerataan dan Peningkatan Mutu
Pendidikan inklusi merupakan salah satu strategi upaya pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan karena lembaga pendidikan
inklusi bisa menampung semua anak yang belum terjangkau oleh
lainnya. Pendidikan inklusi juga merupakan strategi peningkatan mutu
karena model pembelajaran inklusi menggunakan metodologi
pembelajaran bervariasi yang bisa memberikan akses bagi semua anak
dan menghargai perbedaan.
2. Prinsip Kebutuhan Individual
Setiap anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda
karena itu pendidikan harus diusahakan untuk menyesuaikan dengan
kondisi anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Prinsip Kebermaknaan
Pendidikan inklusi harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas
yang ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan.
4. Prinsip Keberlanjutan
Pendidikan inklusi diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua
jenjang pendidikan.
5. Prinsip keterlibatan
Penyelenggaraan pendidikan inklusi harus melibatkan seluruh
komponen pendidikan terkait.
2.1.1.3 Fungsi Pendidikan Inklusi
Alimin (dalam Kustawan, 2013: 20-2) menjelakan bahwa sesuai
disiplin ilmu fungsi pendidikan khusus dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Fungsi Preventif
Melalui pendidikan inklusif guru melakukan upaya pencegahan agar
tidak muncul hambatan-hambatan yang lainnya pada anak
berkebutuhan khusus.
2) Fungsi Intervensi
Pendidikan inklusif menangani anak berkebutuhan khusus agar dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3) Fungsi Kompensasi
Pendidikan inklusif membantu anak berkebutuhan khusus untuk
menangani kekurangan yang ada pada dirinya dengan menggantikan
dengan fungsi lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa fungsi pendidikan inklusif
adalah guru mencegah agar tidak terjadi hambatan pada anak
berekbtuuhan khusus dengan melakukan penanganan bagi anak
berkebutuhan khusus dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya
dan mengganti kekurangannya dengan fungsi lainnya.
2.1.1.4 Tujuan Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah kebersamaan untuk memperoleh
pelayanan pendidikan dalam satu kelompok secara utuh bagi seluruh anak
berkebutuhan khusus usia sekolah, mulai dari tingkat TK, SD, SMP,
hingga SMA/SMK sederajat (Subini, 2014: 50).
Adapun tujuan dari sekolah inklusi ini (Tarsidi, 2007: 36), yaitu:
1. Untuk mendidik anak berkebutuhan khusus dikelas reguler bersama-
sama dengan anak-anak lain yang normal, beserta dukungan yang
sesuai dengan kebutuhannya.
2. Untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan
khusus dan memberi kesempatan bersosialisasi.
Dengan demikian maka tujuan pendidikan inklusi ini berarti :
a. Menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas,
menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat,
menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan,
menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak
secara penuh dengan menekankan suasana kelas yang
menghargai perbedaan yang menyangkut kemampuan, kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
fisik, sosial ekonomi, suku, agama, dan sekaligus
mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik,
sosial, intelektual, bahasa dan kondisi lainnya.
b. Memberikan kesempatan agar memperoleh pendidikan yang
sama, dan terbaik bagi semua anak dan orang dewasa yang
memerlukan pendidikan bagi yang memiliki kecerdasan tinggi,
bagi yang secara fisik dan psikologi memperoleh hambatan
dan kesulitan baik yang permanen maupun yang sementara,
dan bagi mereka yang terpisahkan dan termarjinalkan
(Santoso, 2012: 25).
2.1.2 Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menggabungkan
layanan pendidikan khusus dan reguler dalam satu sistem persekolahan,
dimana siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus
sesuai dengan potensinya masing-masing dan siswa reguler mendapatkan
layanan khusus untuk mengembangkan potensi mereka sehingga baik
siswa berkebutuhan khusus ataupun siswa reguler dapat bersama-sama
mengembangkan potensi masing-masing. Sekolah dasar inklusi adalah
sekolah reguler yang mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa reguler
dan siswa penyandang cacat dalam program yang sama (Ilahi, 2013: 87).
Sedangkan Sokjorten (2003: 35) berpendapat bahwa sekolah dasar inklusi
merupakan sekolah yang memberikan kesempatan kepada siswa yang
berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
sekolah dasar inklusi adalah sekolah reguler yang memberikan kesempatan
kepada siswa yang berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran secara bersama-sama dengan anak berkebutuhan tetapi tidak
secara khusus sehingga dapat mengembangkan potensi kecerdasan yang
mereka miliki. Berikut adalah sepuluh sekolah dasar inklusi yang ada di
Kabupaten Sleman:
Tabel 2.1 Daftar sepuluh sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman
No Sekolah Dasar
Inklusi
Kecamatan Jumlah
Siswa ABK
Keterangan
1. SD Negeri Ngijon 2 Moyudan 4 siswa 3 siswa slow learner
1 siswa autis
2. SD Negeri
Semarangan 5
Godean 3 siswa 3 siswa slow learner
3. SD Negeri Demak
ijo 2
Gamping 5 siswa 3 siswa slow learner
2 siswa hiperaktif
4. SD Negeri
Sendangadi 2
Mlati 4 siswa 4 siswa hiperaktif
5. SD Negeri Plaosan 1 Mlati 3 siswa 3 siswa slow learner
6. SD Negeri Bedelan Mlati 5 siswa 5 siswa slow learner
7. SD Negeri gejayan Depok 7 siswa 2 siswa hiperaktif
4 siswa slow learner
1 siswa tunarungu
8. SD Negeri
Mustokorejo
Depok 4 siswa 3 siswa hiperaktif
1 siswa slow learner
9. SD Negeri Puren Depok 4 siswa 4 siswa slow learner
10. SD Negeri
Bendungan
Prambanan 3 siswa 3 siswa hiperaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Dari tabel 2.1 dapat diketahui di kecamatan Moyudan ada 1sekolah
dasar inklusi yaitu SD Negeri Ngijon 2, di kecamatan Godean ada 1
sekolah dasar inklusi yaitu SD Negeri Semarangan 5, di kecamatan
Gamping ada 1 sekolah dasar inklusi yaitu SD Negeri Demak Ijo 2, di
kecamatan Mlati ada 3 sekolah dasar inklusi yaitu SD Negeri Sendangadi
2, SD Negeri Plaosan 1, dan SD Negeri Bedelan. Di Kecamatan Depok
terdapat 3 sekolah dasar inklusi juga yaitu SD Negeri Gejayan, SD Negeri
Puren, dan SD Negeri Mustokorejo. Pada Kecamatan Prambanan ada 1
sekolah dasar inklusi yaitu SD Negeri Bendungan.
2.1.3 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
2.1.3.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Menurut Illahi (2013: 178), Anak berkebutuhan khusus merupakan
anak yang memiliki kekurangan, yang tidak dialami oleh anak pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Sedangkan
Howard (2004: 9) juga mendefinisikan anak berkebutuhan khusus adalah
anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidak mampuan mental,
emosi, atau fisik.
Berdasarkan pendapat dari para ahli anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan antar
individu yaitu membandingkan individu dengan individu lain baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
perbedaan fisik, emosi maupun intelektual, dan perbedaan antar potensi
yang ada pada individu itu sendiri yang signifikan dan mengalami
kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk
mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran.
2.1.3.2 Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Jenis dan klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Cahya, 2013: 11):
1. Anak lambat belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki
potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum
termasuk tunagrahita. Karakteristik anak yang mengalami Slow
learner:
a. Anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah
anak normal.
b. Anak yang menyelesaikan tugas-tugas akademik terlambat
dibandingkan teman-teman seusianya (memerlukan waktu
lebih lama).
2. Tunagrahita (Retardasi Mental) adalah anak yang mempunyai
terbelakang mental atau retardasi mental karena keterbatasan
kecerdasannya mengakibatkan dirinya untuk sukar mengikuti
program pendidikan di sekolah biasa, oleh karena itu anak
tunagrhita membutuhkan pendidikan yang memiliki layanan
secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak
tersebut. Anak dapat dikatakan tunagrahita jika :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
a. Secara sosial tidak cakap.
b. Secara mental dibawah normal.
c. Kecerdasannya terlambat sejak lahir atau pada usia muda.
d. Kematangannya terhambat.
3. Kesulitan Belajar Kesulitan belajar atau learning disabilities
merupakan istilah yang merujuk pada keragaman kelompok
yang mengalami gangguan dimana ganggguan tersebut
diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang
dapat menimbulkan gangguan proses belajar. Tipe-tipe
gangguan belajar adalah
a. Gangguan matematika (Diskalkulia)
Gangguan matematika mengggambarkan anak-anak dengan
kekurangan kemampuan aritmetika. Mereka dapat memiliki
masalah memahami istilah-istilah matematika dasar seperti
operasi penjumlahan dan pengurangan, memahami simbol-
simbol matematika, atau belajar tabel perkalian. Mungkin
masalah ini tampak sejak anak duduk di kelas 1 SD tetapi
umumnya tidak dikenali sampai anak duduk di kelas 2 atau
3 SD.
b. Gangguan menulis (Disgrafia)
Gangguan menulis mengacu pada anak-anak dengan
keterbatasan pada kemampuan menulis, seperti kesalahan
mengeja, tata bahasa, tanda baca, atau kesulitan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bentuk kalimat dan paragraf. Kesulitan menulis yang parah
umumnya tampak pada usia 7 tahun ,walaupun kasus-kasus
yang lebih ringan mungkin tidak dikenali sampai usia 10
tahun atau setelahnya.
c. Gangguan membaca (Disleksia)
Gangguan membaca atau disleksia mengacu pada anak-
anak yang memiliki perkembangan keterampilan yang
buruk dalam mengenali kata-kata dan memahami bacaan.
Anak-anak yang menderita disleksia membaca dengan
lambat dan kesulitan. Mereka mengubah, menghilangkan
atau mengganti kata-kata ketika membaca dengan keras.
Mereka memiliki kesulitan menguraikan hurf-huruf dan
kombinasinya serta mengalami kesulitan
menerjemahkannya. Mereka mungkin juga salah
mempersiapkan huruf-huruf seperti jungkir balik.
Contohnya bingung antara huruf w dengan m. Disleksia
biasanya tampak pada usia 7 tahun, bersamaan dengan
kelas 2 SD, walaupun sudah dikenali pada usia 6 tahun.
4. Kelainan Pendengaran (Tunarungu) adalah seseorang atau anak
yang memilki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka disebut tunawicara. Meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mereka telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar,
tetapi mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan
khusus. Adapun karakteristik anak tunarungu sebagai berikut:
a. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.
b. Banyak perhatian terhadap getaran.
c. Terlambat dalam perkembangan bahasa.
d. Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau suara.
e. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi.
f. Kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.
g. Ucapan kata tidak jelas, kualitas suara aneh/monoton
5. Kelainan Indera Pengelihatan (Tunanetra) adalah individu yang
memilki hambatan dalam pengelihatan. Tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total dan low
vision. Anak dengan gangguan penglihatan ini dapat dikenali
dengan melihat karakteristik sebagai berikut:
a. Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang
pada jarak 6 meter.
b. Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya.
c. Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus.
d. Sering meraba-raba dan tersandung waktu berjalan.
e. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik
kering.
f. Tidak mampu melihat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
g. Peradangan hebat pada kedua bola mata.
h. Mata bergoyang terus.
2.1.4 Evaluasi Belajar
2.1.4.1 Pengertian Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar adalah proses menentukan hasil yang telah dicapai
melalui beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan. Evaluasi belajar merupakan salah satu sarana penting
dalam meraih tujuan belajar mengajar. Guru sebagai pengelola kegiatan
belajar mengajar dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa,
ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan siswa dalam
meraih tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan melalui kegiatan
evaluasi (Widoyoko, 2011: 4).
Menurut Sudijono (1996: 16), evaluasi belajar adalah sebuah
proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan
pembelajaran yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis, ini berarti bahwa
evaluasi (dalam pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan
dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan
kegiatan akhir atau penutup suatu pembelajaran, melainkan merupakan
kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama proses pembelajaran
berlangsung, dan pada akhir pembelajaran.
Menurut Arikunto (2008: 11), evaluasi belajar adalah kegiatan
untuk mengumpulkan informasi tentang semua pembelajaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dilakukan siswa, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Dengan adanya evaluasi, siswa dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan yang telah dicapai selama mengikuti pendidikan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
belajar adalah proses pengumpulan informasi hasil kerja sama guru dan
siswa dalam proses belajar sehingga diketahui kelemahan serta keputusan
atau penyusunan program selanjutnya.
2.1.4.2 Bentuk Evaluasi Belajar
Menurut Kustawan (2006: 39) cara melaksanakan penilaian
evaluasi belajar ada dua yaitu, aspek tes dan non tes.
1. Evaluasi Belajar dengan Tes
Evaluasi belajar dengan tes adalah cara atau prosedur dalam
pengukuran dan penilaian yang berbentuk pemberian tugas.
Pemberian tugas diberikan dengan cara meberikan serangkaian
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut diberikan
sebelum pelajaran (pre-test) sebagai asesmen awal maupun
diberikan sesudah pelajaran (post-test) sebagai asesmen akhir.
Soal-soal yang disusun oleh guru disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa. Hasil dari tes dapat dijadikan acuan untuk
melakukan penilaian kognitif sekaligus menjadi dasar untuk
melakukan penilian berkelanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Evaluasi Belajar dengan Non Tes
Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk
memperoleh gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau
kepribadian siswa. Bentuknya berupa rubrik pengamatan
dengan pernyataan. Pengamatan dilakukan sebelum, saat, dan
sesudah pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan akhir.
Hasil dari pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian
afektif dan psikomotorik. Rubrik penilaian afektif misalnya ada
pernyataan yang mengarah pada perilaku yang menunjukan
adanya perkembangan siswa dalam hal ketekunan, kedisiplinan,
kesabaran, kerja keras, minat dan sebagainya. Rubrik penilaian
psikomotorik misalanya ada pernyataan yang memandu guru
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mendengarkan
perintah guru, mempresentasikan tugas, kesediaan membantu
teman dan sebagainya. Rubrik penilaian disesuaikan dengan
instrumen penilaian hasil belajar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian
adalah proses pengambilan keputusan dari informasi melalui pengukuran
hasil belajar baik menggunakan tes dan non tes. Penilaian hasil belajar
dengan tes, guru dapat memberikan soal-soal ujian kepada siswa dan
penilaian non tes, guru dapat membuat rubrik pengamatan untuk
mengobservasi kemampuan siswa sehingga dapat mengembangkan potensi
yang siswa miliki. Setelah guru mengetahui kemampuan atau potensi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
siswa miliki, guru dapat mengelola atau mengarahkan kemampuan atau
potensi siswa dengan kecerdasan ganda yang sesuai karena pada dasarnya
siswa memiliki beberapa jenis kecerdasan yang menonjol.
2.1.5 Kecerdasan Ganda
Kecerdasan (Intelegence) selama ini kita ketahui sebagai sebuah
kemampuan didalam belajar, memahami suatu permasalahan yang ada
serta mampu menyelesaikan permasalahan tersebut atau kemampuan
berpendapat yang berasal dari fikiran seseorang tersebut. Kecerdasan
sangat mempengaruhi perkembangan individu seseorang. Dalam
kesehariaanya terlihat perbedaan kemampuan dalam pelaksanaan kegiatan
sehari-hari dan dalam menyelesaikan masalah (Shaleh, 2008: 269).
Sukmadinata (2007: 96) berpendapat kecerdasan adalah kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk memecahkan masalah, mengembangkan masalah
baru yang hadir untuk dipecahkan, kemudian mengambil hikmah atau
pelajaran yang bermanfaat dari masalah-masalah yang dihadapi untuk
kehidupannya. Sedangkan menurut Gardner (dalam Suparno, 2004: 14)
kecerdasan merupakan potensi yang dimiiki seseorang yang dapat
diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman,
dan nilai-nilai budaya yang berkembang. Kecerdasan mengandung dua
aspek pokok yaitu kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi
terhadap lingkungan.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka dapat kita simpulkan
kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
digunakan untuk memecahkan masalah dan mempunyai dua aspek penting
yaitu kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap
lingkungan. Kecerdasan pada hakikatnya merupakan suatu kemampuan
dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang
mengandung berbagai komponen. Ada 9 kecerdasan yang patut
diperhitungkan secara sungguh-sungguh sebagai cara berpikir yang
penting, 9 kecerdasan itu adalah Intelegensi Lingustik, Intelegensi
Matematis-Logis, Intelegensi Ruang-Visual, Kinestetis-Badani,
Intelegensi Musikal, Intelegensi Interpersonal, Intelegensi Intrapersonal,
Intelegensi Lingkungan, Intelegensi Ekstensial (Sukardi, 2009: 15).
Berdasarkan pengertian di atas, setiap orang atau siswa memiliki
kecerdasan yang harus dikembangkan sebab setiap orang atau siswa tidak
hanya memiliki satu kecerdasan saja tetapi memiliki beberapa jenis
kecerdasan yang lain.
2.1.5.1 Siswa ABK Memiliki Kecerdasan Ganda: Mita
Mita adalah seorang anak yang mengalami kekurangan pada
pendengaran (tunarungu) tetapi memiliki kelebihan pada berbagai bidang.
Seorang anak tunarungu yang mencapai sukses dalam kehidupannya. Mita
lahir tanggal 3 Maret 1988 di Padang Sidempuan Sumatra Barat. Anak
keempat dari enam bersaudara pasangan Ali Panangaran Harahap dan
Masniari Siregar. Mita adalah salah satu dari empat anak yang tunarungu
sejak lahir. Dua saudara Mita yang lain normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Kendati Mita mengalami tunarungu ia juga memiliki kecerdasan
ganda diantaranya ruang-visual, kinestik badani, interpersonal, dan
musikal. Sejak lahir Mita sudah menyandang tunarungu, tidak
menghalangi Mita untuk berprestasi di sekolah normal. Mita berhasil lulus
di SDN Kertajaya 10 dan SMPN 6 Surabaya yang saat itu termasuk
sekolah favorit dengan nilai memuaskan. Ia melanjutkan di SMU 1 Serang
dengan nilai yang tak kalah bagusnya dengan saat duduk di SMP dan SD.
Waktu Mita di SMA, Mita mengikuti berbagai kegiatan
ekstrakurikuler seperti tenis dan marching band. Bahkan, ketika itu Mita
terpilih sebagai mayoret terbaik di Kota Serang. Mita saat SMA memiliki
intelegensi kinestetik-badani dan musikal. Kemampuan intelegensi
kinestik-badani Mita miliki saat mengikuti ekstrakurikuler tenis, jadi Mita
menjadi aktif bergerak, mengkaitkan pikiran dan tubuh saat akan memukul
bola. Mita yang mengalami tunarungu dapat menjadi mayoret terbaik, ini
karena Mita memiliki kemampuan intelegensi musikal. Biarpun Mita
mengalami tunarungu, ia mampu menjadi dirigen saat marching band. Ini
karena Mita memiliki kepekaan terhadap suara dan musik, tahu struktur
musik dengan baik, dan peka dengan intonasi. Lulus SMA Mita ikut ujian
UMPTN dengan target UI atau ITB. Namun, karena usahanya belum
berhasil, akhirnya ia memutuskan untuk kuliah di Universitas
Mercubuana. Mita mengambil jurusan teknik arsitektur.
Mita berhasil lulus dari Universitas Mercubuana dalam waktu 4,5
tahun dengan predikat memuaskan. Sungguh prestasi yang membanggakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mengingat Mita adalah penyandang tunarungu, prestasi yang dimiliki
Mita ini karena memiliki kemampuan intelegensi ruang-visual. Biarpun
Mita tunarungu ia dapat mengenal relasi benda-benda dalam ruang dengan
tepat, punya persepsi yang tepat dari berbagai sudut, menggambar, dan
peka terhadap warna, garis dan bentuk
Setelah meraih S2, Mita kembali ke Universitas Mercubuana. Pada
tahun 2000 Mita mendirikan sebuah yayasan dan kemudian ia sendiri
menjadi Ketua Yayasan Sehat Jiwa dan Raga atau disingkat SEHJIRA.
Yayasan SEHJIRA yang didirikan Mita menunjukkan ia juga mempunyai
kemampuan intelegensi interpersonal sehingga ia mampu mudah kerja
sama dengan teman, mudah mengenal dan membedakan perasaan dan
pribadi teman, berkomunikasi verbal dan non verbal, serta memiiki rasa
empati.
Dari cerita Mita dapat kita simpulkan bahwa kemampuan atau
kecerdasan ganda yang Mita miliki yaitu ruang-visual, kinestik badani,
interpersonal, dan musikal tidak jauh dari pengaruh ibunya yang selalu
mendampingi dan mengamati perkembangan Mita dari sejak kecil dan
guru Mita di sekolah. Ibu Mita selalu memberi dorongan dan semangat
kepada Mita untuk tidak putus asa pada keadaaan. Ibu Mita selalu
membantu dan mengamati perkembangan Mita di rumah. Jika Mita merasa
kesulitan dalam suatu hal di rumah, ibu selalu membantu Mita. Waktu di
sekolah gurulah yang mengamati perkembangan Mita agar Mita dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
belajar dengan normal seperti siswa lainnya walaupun Mita mengalami
tunarungu.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Gusti Nono Haryono pada
tahun 2010. Judul penelitiannya adalah Studi Evaluasi Program
Pendidikan Inklusif bagi ABK di Sekolah Dasar Kabupaten Pontianak.
Dipenelitian yang ditulis oleh peneliti mengatakan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif mengenai
efektifitas program pendidikan inklusif. Data yang diperoleh
menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil temuan komponen proses
menunjukan kegiatan perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran
untuk setiap aspek dinilai masuk dalam kategori baik dan cukup baik.
Penelitian yang relevan kedua adalah penelitian yang dilakukan
oleh Paramita Isabella, Emosda, dan Suratno pada tahun 2014. Judul
penelitiannya adalah Evaluasi Penyelanggaraan Pendidikan Inklusi Bagi
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di SDN 13/IV Kota Jambi.
Dipenelitian ini yang ditulis oleh peneliti mengatakan bahwa teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti menggunakan in-depth
interview, yaitu wawancara mendalam yang tidak terstruktur ketat.
Observasi dilakukan secara terus terang dan tersamar. Selain itu peneliti
juga melakukan pengumpulan data melalui studi dokumentasi yaitu
dokumen mengenai profil sekolah, data peserta didik, foto-foto, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sebagainya. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah
penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah dan apakah
pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar yang diperuntukan bagi
kegiatan tersebut, maka dalam hal ini fokus penelitian dititikberatkan pada
evaluasi penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi peserta didik
berkebutuhan khusus di SD Negeri 13/IV Kota Jambi.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Lilik Maftuhatin pada tahun
2014. Judul penelitiannya adalah Evaluasi Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di kelas Inklusif Di SD Plus Darul’ulum
Jombang. Dipenelitian yang ditulis oleh peneliti mengatakan bahwa
penelitian ini bertujuan mencari solusi pemecahan masalah bagaimana
sistem perencanaan evaluasi pembelajaran, bentuk evaluasi, bentuk
pelaporan yang telah dilakukan di kelas inklusif. Data yang diperoleh
menggunakan metode interview, observasi, dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran sudah cukup
bagus karena guru sudah menerapkan dua metode dalam evaluasi yaitu
dengan soal yang disamakan dengan reguler dan yang kedua dengan soal
sesuai dengan kebutuhan mereka, disertai dengan portofolio yang
mencatat perkembangan mereka selama pembelajaran.
Ketiga penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan. Pada penelitian pertama menyatakan
bagaimana proses kegiatan perencanaan dan evaluasi pembelajaran.
Penelitian kedua menyatakan kesesuaian penyelenggaraan pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
inklusi yang berfokus fokus pada evaluasi penyelenggaraan pendidikan
inklusi, sedangan yang ketiga menggambarkan bagaimana sistem
perencanaan evaluasi pembelajaran, bentuk evaluasi, bentuk pelaporan
yang telah dilakukan di kelas inklusi dan memiliki relevansi dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti terkati dengan evaluasi
pembelajaran di sekolah Inklusi. Ketiga penelitian tersebut memberi
relevansi kepada peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai
Evaluasi belajar di sekolah dasar inklusi. Perlu adanya penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah
dasar inklusi. Literatur map penelitian yang relevan dapat dilihat pada
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 2.1 Penelitian yang Relavan
Gusti Nono Haryono
“Studi Evaluasi Program
Pendidikan Inklusif bagi
ABK di Sekolah Dasar
Kabupaten Pontianak”
Lilik Maftuhatin
“Evaluasi Pembelajaran
Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) di kelas
Inklusif”
Paramita Isabella,
Emosda, Suratno
“Evaluasi
Penyelanggaraan
Pendidikan Inklusi Bagi
Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus di
SDN 13/IV Kota Jambi”
Perlunya efektifitas
program evaluasi belajar
pada pendidikan inklusi.
Pentingnya sistem
perencanaan evaluasi
pembelajaran, bentuk
evaluasi, bentuk
pelaporan yang telah
dilakukan di kelas
inklusif.
Pentingnya evaluasi
dalam pendidikan inklusi
di sekolah bagi siswa
berkebutuhan khusus di
sekolah dasar.
Laurentius Beny
Widya Ardika
“Evaluasi Belajar
Yang Digunakan
Guru Di Sekolah
Dasar Inklusi se-
Kabupaten
Sleman”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.3 Kerangka Berpikir
Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus yang memiliki
kelainan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan anak
berkebutuhan tetapi tidak secara khusus. Dalam pendidikan inklusi, guru
memiliki tanggung jawab terhadap anak berkebutuhan khusus dalam
mengembangkan kemampuan atau potensi yang mereka miliki. Kecerdasan
merupakan potensi yang dimiliki seseorang dapat dikembangkan salah
satunya melalui proses belajar.
Selain guru memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan
kemampuan atau potensi, guru juga bertanggung jawab terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dengan demikian guru harus memiliki
kemampuan dalam menghadapi banyaknya perbedaan peserta didik dan
mengetahui evaluasi belajar yang digunakan. Guru dalam melakukan evaluasi
belajar harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan anak
berkebutuhan khusus dengan anak tidak berkebutuhan khusus, karena anak
berkebutuhan khusus memiliki tingkat kemampuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan anak tidak berkebutuhan khusus pada umumnya.
Evaluasi belajar dalam pendidikan inklusi terdapat dua aspek yaitu
aspek tes dan non tes. Aspek tes memiliki beberapa indikator yang
diantaranya melakukan asesmen awal dan akhir, melakukan penilaian hasil
belajar sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus, melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
penilaian kognitif, dan melakukan penilaian secara berkelanjutan. Aspek non
tes yaitu melakukan asesmen awal, tengah dan akhir, melakukan penilaian
afektif, melakukan penilaian psikomotorik, menyesuaikan instrumen
penilaian hasil belajar. Guru dalam melakukan evaluasi belajar masih terdapat
banyak kekurangan atau masih kurang memperhatikan beberapa indikator
pada penilaian di Sekolah Dasar inklusi. Oleh karena itu, peneliti ingin
melakukan survey kepada guru di sekolah dasar inklusi untuk mengetahui
kesesuaian dalam evaluasi belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
mengambil judul “Evaluasi Belajar Yang Digunakan Guru Di Sekolah Dasar
Inklusi Se-Kabupaten Sleman.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah
evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Sleman meliputi tes yaitu melakukan asesmen awal dan akhir, melakukan
penilaian hasil belajar sesuai dengan kemampuan ABK, melakukan penilaian
kognitif, melakukan penilaian secara berkelanjutan, dan non tes yaitu
melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir, melakukan penilaian afektif,
melakukan penilaian psikomotorik, serta menyesuaikan instrumen penilaian
hasil belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas mengenai metode yang digunakan dalam
penelitian. Pembahasan dalam metode ini meliputi jenis penelitian, waktu dan
tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik pengujian instrumen, dan
teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan
metode survey. Mahdi (2014:104) mengungkapkan bahwa penelitian
kuantitatif merupakan penelitian yang berorientasi pada data-data empiris
berupa angka atau suatu fakta yang bisa dihitung. Senada dengan Mahdi,
Suharsaputra (2014:49) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang menggunakan angka-angka yang dijumlahkan sebagai data
yang kemudian dianalisis.
Penelitian survei adalah metode penelitian yang memperoleh
informasi dari sekumpulan orang yang diperoleh melalui beberapa pertanyaan
(Kountour, 2003). Sukmadinata (2010:82) mengemukakan survei digunakan
untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik polulasi. Penelitian
survei dapat digunakan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan sikap,
nilai, kepercayaan, pendapat, perilaku, kebiasaan, dan lain-lain. Sedangkan
penelitian dekriptif adalah suatu bentuk penelitian untuk mendekripsikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan
satuan pendidikan (Sukmadinata, 2011: 72). Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui bentuk evaluasi yang digunakan guru di sekolah dasar
inklusi se-Kabupaten Sleman.
3.2 Tempat dan Waktu
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di beberapa SD inklusi se-Kabupaten
Sleman. Pemilihan tempat di SD Inklusi se-Kabupaten Sleman berdasarkan
wawancara pra-survei dengan beberapa guru di SD Inklusi di Kabupaten
Sleman yang mengatakan bahwa ada perbedaan penilaian pada evaluasi
belajar untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus dengan siswa normal.
Berdasarkan hasil wawancara pra-survei yang dilakukan oleh peneliti,
peneliti memutuskan untuk memilih Kabupaten Sleman sebagai sampel
penelitian. Penelitian dilakukan di seluruh Sekola Inklusi se-Kabupaten
Sleman dengan jumlah 10 Sekolah Dasar. Pemilihan sekolah dasar ini juga
khusus sekolah inklusi yang menerapkan mendapatkan SK inklusi dari
Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai dengan
bulan Agustus 2016. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah peneliti menentukan judul skripsi yang dilakukan awal
bulan Agustus 2015, kemudian penyusunan proposal pada bulan September
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2016, selanjutnya peneliti mencari dan konsul SD pada bulan Oktober 2015.
Pada bulan Februari 2016 peneliti konsul tentang surat pengantar validasi
angket dan membuat angket, selanjutnya pengujian angket untuk uji
validitas dilakukan pada April 2016. Kemudian pada bulan mei 2016
melakukan perizinan kepada pemerintah melalui pengajuan surat izin ke
Kantor Kesatuan Bangsa, selanjutnya ke Kantor Bappeda Kabupaten
Sleman, dilanjutkan permohonan izin dengan UPT, kecamatan, dan pihak
Sekolah Dasar Inklusi se Kabupaten Sleman serta diakhiri dengan pengujian
sampel akhir Mei 2016. Pengolahan data dan penyusunan skripsi dilakukan
pada bulan Juni 2016. Pada bulan Juli 2016 melakukan revisi dan bulan
Agustus 2016 mengikuti ujian skripsi.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011:215). Sedangkan Arikunto (dalam
Taniredja, 2012:33) mengungkapkan bahwa populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Dengan demikian, populasi adalah keseluruhan
subjek/objek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang
sudah ditetapkan peneliti yang selanjutnya dapat ditarik menjadi sebuah
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas di
sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman yang berjumlah 198 guru dari 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
sekolah dasar inklusi yang terdiri dari guru kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
Penelitian ini dilakukan di seluruh SD Negeri karena terdapat beberapa
pertimbangan dari peneliti.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan
diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Arikunto dalam Taniredja,
2012: 34). Sedangkan Sugiyono (2011: 215) menjelaskan bahwa sampel
penelitian adalah sebagian dari populasi itu. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari
populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 30 guru pengampu kelas di sekolah dasar inklusi di Kabupaten
Sleman.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampling.
Sugiyono (2010: 120) mengemukakan bahwa purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Menurut
Martono (2012: 75) simple random sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi tersebut. Peneliti memilih teknik purposive
sampling dengan beberapa kriteria yaitu di suatu kelas terdapat anak
berkebutuhan khusus dan sekolah dasar inklusi tersebut memiliki surat
keputusan dari dinas. Cara dalam penerapan purposive sampling meliputi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
peneliti menentukan sekolah dasar yang akan digunakan, sekolah dasar
tersebut memiliki surat keputusan dari dinas bahwa sekolah dasar inklusi.
Setelah menentukan sekolah dasar inklusi, peneliti menunjuk beberapa
kelas yang terdapat anak berkebutuhan khsus lalu memberikan kuesioner
kepada guru yang mengajar di kelas tersebut.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah karakteristik objek kajian (konsep) yang
mempunyai variasi nilai, baik itu kejadian, situasi, perilaku, maupun
karakteristik individu (Cozby dalam Suharsaputra, 2014: 75). Selanjutnya
Sugiyono (2011: 38) mengatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
variabel penelitian adalah suatu objek kajian yang mempunyai nilai yang
dapat ditetapkan oleh peneliti untuk selanjutnya ditarik menjadi sebuah
kesimpulan.
Menurut Martono (2010: 22-23) Variabel terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Variabel Bebas (Indepedent variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain
atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya
berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah evaluasi belajar yang digunakan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2. Variabel Terikat (Dependent variable)
Variabel terkait merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi
oleh variabel bebas. Variabel tergantung adalah varibel yang
variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan untuk menentukan
pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas (Sarwono, 2006:54).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sekolah dasar inklusi yang
ada di Kabupaten Sleman.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuisioner. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner akan
digunakan oleh peneliti dalam proses penelitian untuk memperoleh data guru.
Sukmadinata (2010:218) mengungkapkan bahwa “kuesioner merupakan salah
satu teknik dalam pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak
langsung bertemu atau bertanya jawab dengan responden)”. Senada dengan
pendapat sebelumnya Sugiyonno (2010:199) berpendapat bahwa kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan
dengan kuesioner. Kuesioner masuk ke dalam teknik pengumpulan data non
tes. Kuesioner disebarkan kepada guru yang ada di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Sleman yang menjadi sampel dalam penelitian. Kuesioner berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mengenai indikator-indikator bentuk evaluasi belajar di sekolah dasar inklusi
yang diturunkan dari aspek-aspek dalam bentuk evaluasi belajar di sekolah
dasar inklusi. Dari 10 sekolah inklusi yang menjadi sampel, seluruh guru yang
di dalam kelasnya terdapat siswa anak berkebutuhan khusus diminta untuk
mengisi kuesioner yang peneliti bagikan. Jangka waktu pengisian kuesioner
yaitu sesuai dengan perjanjian antara peneliti dengan kepala sekolah yang
menjadi sampel dalam penelitian, yakni selama dua sampai tiga hari.
3.6 Instrumen Penelitian
Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui
evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah inklusi se-Kabupaten
Sleman. Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai untuk
menjembatani antara subjek dan objek (secara substansial antara hal-hal
teoritis dengan empiris, antara konsep dengan data), sejauh mana data
mencerminkan konsep yang ingin diukur tergantung pada instrumen (yang
substansinya disusun berdasarkan penjabaran konsep/penentuan indikator)
yang dipergunakan untuk mengumpulkan data (Suharsaputra, 2014: 94).
Karakteristik pernyataan tertutup adalah semua pilihan jawaban dari
pertanyaan telah ditentukan oleh peneliti (Tukiran, 2012: 184) sedangkan
Darmadi (2014: 79) mengungkapkan bahwa kuesioner tertutup disajikan
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda
centang (√) pada kolom atau tempat yang sudah disediakan. Kuesioner
dibagikan kepada guru-guru sekolah dasar inklusi di Kabupaten Sleman.
Lembar kuesioner tersebut tersusun atas 2 aspek. Aspek pertama berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tentang evaluasi belajar dengan tes. Kedua berisi tentang evaluasi belajar
dengan non tes. Lembar kuesioner berisi 15 item pertanyaan yang terdiri dari
8 pernyataan tentang evaluasi belajar dengan tes dan 7 pernyataan tentang
evaluasi belajar dengan non tes. Lembar kuesioner evaluasi belajar yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman dalam
penelitian ini terdapat 8 indikator.
Evaluasi belajar menurut Erman (2003: 2) merupakan suatu penentuan
kesesuaian dari kedua sisi, yaitu tampilan siswa dan tujuan pembelajaran itu
sendiri dan yang dievaluasi adalah ciri khas atau karakteristik seorang siswa
dengan memakai suatu tolak ukur. Ciri khas atau karakteristik tersebut
meliputi beberapa kegiatan pembelajaran, segi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Semua karakteristik tersebut dapat dievaluasi dengan baik,
secara lisan maupun tertulis dan perilaku keseharian siswa. Kustawan (2006:
39) mengemukakan cara melaksanakan penilaian evaluasi belajar dalam
setting pendidikan inklusi terdapat bentuk-bentuk evaluasi belajar yaitu,
aspek tes memiliki beberapa indikator diantaranya melakukan asesmen awal
dan akhir, melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan kemampuan ABK,
melakukan penilaian kognitif, dan melakukan penilaian secara berkelanjutan.
Aspek non tes meliputi melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir,
melakukan penilaian afektif, melakukan penilaian psikomotorik dan
menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar. Berikut tabel 3.1 kisi-kisi
yang mencakup 8 indikator dan 15 item pernyataan dengan jawaban tertutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Kuesioner Evaluasi Belajar di Sekolah Inklusi
se-Kabupaten Sleman
No. Aspek Indikator No.item
1 Tes Melakukan asesmen awal
dan akhir.
1-3
Melakukan penilaian hasil
belajar sesuai dengan
kemampuan ABK.
4-6
Melakukan penilaian
kognitif.
7
Melakukan penilaian secara
berkelanjutan.
8
2 Non Tes Melakukan asesmen awal,
tengah, dan akhir.
9-11
Melakukan penilaian
afektif.
12
Melakukan penilaian
psikomotorik.
13
Menyesuaikan instrumen
penilaian hasil belajar.
14-15
Tabel 3.1 menunjukkan kisi-kisi lembar kuesioner bentuk evaluasi
belajar yang digunakan oleh guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Sleman. Bentuk evaluasi belajar terdiri dari 2 aspek, dimana dari masing-
masing aspek terdiri dari beberapa indikator. Aspek pertama yaitu tes
meliputi 4 indikator. Indikator pertama yaitu melakukan asesmen awal dan
akhir lalu dijabarkan dengan pernyataan item nomor 1, 2, dan 3. Indikator
kedua yaitu melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan kemampuan
ABK lalu dijabarkan dengan pernyataan pada item nomor 4, 5, dan 6.
Indikator ketiga yaitu melakukan penilaian kognitif lalu dijabarkan dengan
pernyataan pada item nomor 7. Indikator keempat yaitu melakukan
penilaian secara berkelanjutan lalu dijabarkan dengan pernyataan pada
item nomor 8. Aspek kedua yaitu non tes meliputi 4 indikator. Indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pertama yaitu melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir lalu dijabarkan
dengan pernyataan item nomor 9, 10, dan 11. Indikator kedua yaitu
melakukan penilaian afektif lalu dijabarkan dengan pernyataan item
nomor 12. Indikator ketiga yaitu melakukan penilaian psikomotorik lalu
dijabarkan dengan pernyataan item nomor 13. Indikator keempat yaitu
menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar lalu dijabarkan dengan
pernyataan item nomor 14 dan 15. Berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
maka selanjutnya peneliti membuat lembar kuesioner evaluasi belajar yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman. Berikut
tabel 3.2 menunjukkan lembar kuesioner evaluasi belajar yang digunakan
guru di sekolah dasar telah disusun.
Tabel 3.2 Kuesioner Evaluasi Belajar Yang Digunakan Guru di
Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman
No Aspek Indikator Pernyataan
1 Tes Melakukan asesmen
awal dan akhir.
1. Saya memberikan latihan ulangan
bagi siswa untuk terbiasa dengan
format ujian.
2. Saya memberikan les atau tutor
sebelum ujian sesuai jam
pembelajaran sekolah berakhir pada
siswa yang berkebutuhan khusus.
3. Saya dapat membuat alternatif
bentuk pertanyaan saat ujian
berlangsung bagi siswa
berkebutuhan khusus.
Melakukan penilaian
hasil belajar sesuai
dengan kemampuan
ABK.
4. Saya menentukan standar
kompetensi kelulusan pada setiap
mata pelajaran sesuai kemampuan
siswa.
5. Saya membuat indikator yang sesuai
kemampuan siswa dan menjadi
acuan terhadap hasil belajar.
6. Saya menggunakan instrumen
penilaian yang bervariasi sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kemampuan untuk menilai hasil
belajar.
Melakukan penilaian
kognitif.
7. Saya memberikan tes tertulis atau
lisan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan siswa tentang materi.
Melakukan penilaian
secara berkelanjutan.
8. Saya melakukan penilaian
berdasarkan hasil kemajuan yang
dicapai siswa.
2 Non
Tes
Melakukan asesmen
awal, tengah, dan
akhir.
9. Saya melakukan penilaian secara
berkala pada seluruh siswa.
10. Saya mengobservasi kondisi
kemampuan siswa pada saat proses
pembelajaran.
11. Saya mengobservasi kemampuan
siswa diakhir proses pembelajaran.
Melakukan penilaian
afektif.
12. Saya membuat indikator tentang
aspek sikap/afektif.
Melakukan penilaian
psikomotorik.
13. Saya membuat instrumen observasi
untuk meninjau sikap setiap siswa.
14. Saya membuat indikator tentang
aspek psikomotor.
Menyesuaikan
instrumen penilaian
hasil belajar.
15. Saya membuat instrumen observasi
untuk meninjau ketrampilan siswa.
Tabel 3.2 menunjukkan terdapat 2 aspek yaitu tes dan non tes. Aspek
tes memiliki 4 indikator dengan jumlah 8 item, item tersebut antara lain item
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Aspek non tes memiliki 4 indikator dengan jumlah
7 item, item tersebut antara lain item 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15.
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen penelitian yang akan digunakan harus melalui pengujian
validitas dan reliabilitas. Uji validitas meliputi tiga hal yaitu validitas isi,
validitas muka, dan validitas konstruk. Ketiga validitas ini dan reliabilitas
akan dikenakan pada instrumen non tes. Sementara instrumen daftar cek
tidak melalui uji validasi dan reliabilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3.7.1 Validitas Isi
Menurut Arikunto (1998: 160), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesasihan suatu instrumen.
Validitas isi diberikan oleh para ahli yang bidang keahliannya
berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, instrumen yang
divalidasi adalah angket yang akan diberikan kepada guru. Peneliti
memilih 2 ahli untuk melakukan validasi, yakni dua dosen. Ahli
memberikan penilaian pada lembar penilaian yang diberikan. Kuesioner
penelitian ini mengukur bentuk evaluasi belajar yang digunakan oleh guru
di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman. Skala skor yang digunakan
dalam lembar penilaian instrumen ini menggunakan skala Likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,2011: 93).
Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan skala 4 (sudah baik),3
(sudah baik, perlu perbaikan), 2 (tidak layak), dan 1 (sangat tidak layak).
Dalam penelitian ini lembar penilaian dibuat berdasarkan indikator-
indikator dan hasil akhirnya akan diakumulasikan kemudian dikategorikan
menggunakan kriteria yang telah ditentukan.
Validasi pertama dilakukan oleh dosen PGSD yang ahli dalam anak
berkebutuhan khusus. Hasil validasi dari beliau menunjukkan bahwa pada
aspek pertama mengenai pengunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah
EYD dan mudah dipahami oleh guru diberi nilai 5 tanpa komentar. Pada
aspek kedua yaitu mengenai isi yang menyebutkan bahwa pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti diberi nilai 5 tanpa komentar.
Artinya, pertanyaan yang disusun sudah baik. Pada aspek pertanyaan
bertujuan menggali pemahaman guru sekolah dasar inklusi tentang
evaluasi belajar diberi nilai 5. Pada aspek pertanyaan yang disusun
berkaitan dengan aspek evaluasi belajar dengan bentuk tes dan non tes
diberi nilai 4 tanpa komentar, pemberian nilai 4 artinya pertanyaan yang
disusun sudah baik, perlu perbaikan. Sedangkan pada aspek terakhir
mengenai pertanyaan yang disusun sesuai dengan kekhasan evaluasi hasil
belajar di sekolah dasar inklusi diberi nilai 5 tanpa komentar.
Validasi kedua, dilakukan oleh dosen PGSD yang ahli dalam
evaluasi belajar dan anak berkebutuhan khusus. Hasil validasi dari beliau
menunjukkan bahwa pada aspek pertama mengenai pengunaan bahasa
yang sesuai dengan kaidah EYD dan mudah dipahami oleh guru diberi
nilai 4 tanpa komentar. Pada aspek kedua yaitu mengenai isi yang
menyebutkan bahwa pertanyaan berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti diberi nilai 4 tanpa komentar. Artinya, pertanyaan yang disusun
sudah baik namun perlu perbaikan. Pada aspek pertanyaan bertujuan
menggali pemahaman guru sekolah dasar inklusi tentang evaluasi belajar
diberi nilai 4 dan disusun berkaitan dengan aspek evaluasi belajar dengan
bentuk tes diberi nilai 4 dengan komentar indikator dan pernyataan perlu
diperbaiki. Pada aspek pertanyaan yang disusun berkaitan dengan aspek
evaluasi belajar dengan bentuk non tes dan pernyataan disusun sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dengan kekhasan evaluasi hasil belajar di SD inklusi diberi nilai 4 tanpa
komentar.
3.7.2 Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan
sejauhmana tes mengungkap suatu trait atau konstruk yang hendak
diukurnya (Allen&Yen 1979 dalam Azwar, 2009: 48). Instrumen
kuesioner mengenai bentuk evaluasi belajar yang digunakan oleh guru di
sekolah inklusi dalam penelitian ini sebanyak 15 item dengan jumlah
sampel sebanyak 10 sekolah inklusi 30 responden. Hasil uji validitas
konstruk akan direkap menggunakan Microsoft Excel dan dihitung
menggunakan SPSS versi 21.0 for windows. Proses analisis menggunakan
product moment dengan bantuan SPSS versi 21.0 for windows mengingat
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti. Hasil uji validitas yang
dihitung menggunakan SPSS menunjukkan bahwa kuesioner ada 15
pernyataan akan ada pernyataan yang mendapat bintang satu (*) artinya
memiliki taraf kepercayaan sebesar 95%. Sedangkan aitem yang memiliki
tanda (**) memiliki taraf kepercayaan sebesar 99%. Pernyataan yang tidak
mendapat bintang satu(*) maupun bintang (**) berarti pernyataan tersebut
tidak valid. Dari 15 pernyataan yang sudah divalidasi, sebanyak 4
pernyataan tidak valid, ada 4 pernyataan yang mendapat bintang satu (*)
artinya 4 pernyataan tersebut valid. Sedangkan yang mendapat bintang dua
(**) ada 7 pernyataan artinya pernyataan tersebut sangat valid. Pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yang tidak mendapat bintang (*) (**) berarti pernyataan tersebut tidak
valid. Tabel 3.3 menunjukkan hasil validasi konstruk
Tabel 3.3 Hasil Validasi Konstruk
Indikator
No.
Butir
Soal
r
tabel
r hitung
Pearson
Correlation
Sig.(2-
tailed) Keputusan
Melakukan
asesmen awal
dan akhir.
1 0,361 .434* .017 Valid
2 0,361 .776** .000 Valid
3 0,361 .611** .000 Valid
Melakukan
penilaian hasil
belajar sesuai
dengan
kemampuan
ABK.
4 0,361 .524** .003 Valid
5 0,361 437* .016 Valid
6 0,361 .253 .177 Tidak Valid
Melakukan
penilaian
kognitif.
7 0,361 .138 .466 Tidak Valid
Melakukan
penilaian secara
berkelanjutan.
8 0,361 .141 .458 Tidak Valid
Melakukan
asesmen awal,
tengah, dan akhir.
9 0,361 .216 .251 Tidak Valid
10 0,361 .849** .000 Valid
11 0,361 .475** .008 Valid
Melakukan
penilaian afektif.
12 0,361 .767** .000 Valid
Melakukan
penilaian
psikomotorik.
13 0,361 .611** .000 Valid
Menyesuaikan
instrumen
penilaian hasil
belajar.
14 0,361 .367* .046 Valid
15 0,361 .424* .019 Valid
Tabel 3.3 menunjukkan validitas konstruk dari kuesioner yang
sudah dibagikan kepada guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Sleman. Berdasarkan hasil tabel diatas, dengan menggunakan program
IBM SPSS Statistic 21 untuk uji validitas instrumen diperoleh 11 item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
pernyataan yang dinyatakan valid yaitu item 1, item 2, item 3, item 4, item
5, item 10, item 11, item 12, item 13, item 14 dan item 15. Item valid dan
tidak valid dianalisis dengan membandingkan rhitung > rtabel (Sugiyono,
2011:631). Sebanyak 11 item yang valid memiliki rhitung > rtabel. Tabel 3.3
merupakan hasil perhitungan proses analisis data validasi konstruk
menggunkan product moment dengan bantuan SPSS 21, taraf signifikansi
dinyatakan tinggi apabila berada pada tingkat 0.01 yang dinyatakan
dengan lambang **( dua bintang), dan taraf signifikansi dinayatakan
rendah apabila berada pada tingkat 0.05 yang dilambangkan dengan *
(satu bintang).
3.7.3 Uji Reliabilitas Instrumen
Sukardi (2007: 127) mengatakan bahwa reliabilitas sama dengan
konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen penelitian dikatakan
mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat
mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.
Dalam hal ini, reliabilitas dapat ditempuh dengan cara empiris atau
diujikan di lapangan. Reliabilitas empiris digunakanuntuk mengukur
ketetapan dan ketelitian suatu tes yang dibuat oleh penelitisetelah diujikan
di lapangan. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach. Berikut rumus koefisien Alpha Croncbach.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Keterangan :
= Cronbach coofficient alpha
k = jumlah pecahan
= total dari varian masing-masing pecahan
= varian dari total skor
Koefisien suatu reliabilitas dapat dilihat dari tabel 3.4.
Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negative – 0,20 Sangat rendah
Sumber: Masidjo (2010: 310)
Tabel 3.4 menguraikan bahwa skor interval koefisien negatif-0,20
memiliki hubungan yang sangat rendah. Skor interval 0,21-0,40 memiliki
hubungan yaang rendah. Skor interval 0,41-0,70 memiliki hubungan yang
cukup. Skor interval 0,71-0,90 memiliki hubungan yang tinggi. Skor
interval 0,91-1,00 memiliki hubungan yang sangat tinggi. Setelah
mendapatkan butir pernyataan yang valid, kemudian aitem pernyataan
dilakukan uji reliabilitasnya menggunakan SPSS 21 . Berikut hasil uji
reabilitas dapat dilihat pada tabel 3.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 3.5 Reabilitas Pernyataan Kuesioner
Coronbach Alpha Jumlah Item Kategori
0,724 15 Tinggi
Tabel 3.5 di atas menunjukkan hasil nilai reliabilitas sebesar 0,724.
Masidjo (2010: 312) mengkategorikan termasuk dalam kategori tinggi.
3.8 Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Teknik analisis
data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis
deskriptif kuantitatif untuk mengetahui bentuk evaluasi belajar yang
digunakan di sekolah dasar inklusi se- Kabupaten Sleman. Data dari hasil
penelitian dianalisis kemudian dideskripsikan mengenai gambaran data
sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami. Penelitian ini menggunakan
lembar kuesioner yang berjumlah 15 item pernyataan.
Analisis data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan penelitian
yang sangat menentukan ketepatan dan kesahihan hasil penelitian (Yusuf,
2014: 255). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
analisis deskritif.
3.8.1 Analisis Deskripsi
Analisis deskripsi adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
147). Analisis deskriptif kuantitatif untuk bentuk evaluasi belajar yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Slemanl. Data dari
hasil penelitian dianalisis kemudian dideskripsikan mengenai gambaran
data sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami. Penelitian ini
menggunakan lembar kuesioner yang berjumlah 15 item pernyataan.
3.8.2 Pengolahan Data
Martono (2012: 144) menyebutkan bahwa pengolahan data ada 5,
yaitu coding, entering, cleaning, output, dan analyzing. Coding adalah
proses penyusunan data mentah secara sistematis ke dalam bentuk yang
mudah dibaca oleh mesin pengolah data (komputer). Coding dalam
penelitian ini berupa pemberian kode pada kuesioner. Tujuannya untuk
membedakan data antara guru yang satu dengan yang lainnya. Tabel 3.6
merupakan contoh coding dalam penelitian ini.
Tabel 3.6 Contoh Coding Data
Nama
Sekolah
Kode
Sekolah
Kode
Guru
I
Kode
Guru
II
Kode
Guru
III
SD N
Ngijon 2 1 1.1.1 - -
SD N
Gejayan
2 2.1.1 2.2.1 2.3.1
SD Plaosan
3 3.1.1 3.2.1 -
Tabel 3.6 menjelaskan bahwa untuk SDN Ngijon 2 menggunakan kode
1. Kode untuk pengampu kelas 1 adalah 1.1.1, hal tersebut menjelaskan bahwa
kuesioner tersebut berasal dari SDN Ngijon 2 yang telah diisi oleh guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pengampu kelas I yang pertama, apabila kelas paralel maka kode guru untuk
kelas kedua adalah 1.1.2. Begitu juga untuk kelas kode sekolah lain dan
kelasnya.
Data entering merupakan proses pemindahan data yang telah diubah
kedalam kode angka ke dalam komputer. Data dimasukkan ke dalam
Microsoft Excel 2010 kemudian dicek kelengkapannya. Selanjutnya
melakukan data cleaning, yaitu pengecekan untuk memastikan bahwa seluruh
data yang telah dimasukkan ke komputer sesuai dengan yang sebenarnya.
Setelah melakukan data cleaning yaitu menghilangkan item kuesioner yang
tidak valid, maka dilakukan data analyzing peneliti membutuhkan beberapa
alat uji statistik yang sesuai dengan kebutuhan. Analisis data pada setiap
bentuk evaluasi belajar yang digunakan guru dapat ditempuh dengan:
a. Menghitung total skor untuk setiap item pernyataan
b. Menghitung rata-rata item 1 dan item 2 (Hadi, 2004: 103)
c. Menghitung presentase jumlah skor untuk setiap item pernyataan
Selanjutnya adalah data output atau penyajian data adalah tahap
penyajian hasil pengolahan data dalam bentuk data yang mudah dibaca dan
lebih menarik. Data output adalah tahap akhir dalam analisis data. Penyajian
data pada penelitian ini menggunakan grafik. Tujuan pemilihan grafik adalah
agar data yang disajikan mudah dibaca dan dipahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV dalam penelitian ini membahas tentang deskripsi penelitian,
tingkat pengembalian kuesioner, hasil penelitian, dan pembahasan.
4.1. Deskripsi Penelitian
Penelitian berjudul “Evaluasi Belajar yang Digunakan di Sekolah
Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman”, ini termasuk penelitian no-
eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016. Penelitian
ini dilaksanakan bersama dengan pasangan kelompok studi penelitian.
Sebelum meneliti, melakukan perizinan kepada pemerintah melalui
pengajuan surat ijin ke Kantor Kesatuan Bangsa, selanjutnya ke Kantor
Bappeda Kabupaten Sleman, dilanjutkan permohonan ijin dengan UPT,
kecamatan, dan pihak Sekolah Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman.
Kuesioner disebarkan pada tanggal 20 Juni 2016 sampai 22 Juni 2016
kepada 30 guru yang mewakili 10 SD Negeri se-Kabupaten Sleman.
Teknis Pembagian kuesioner dilakukan dengan memberikan kuesioner
kepada guru kelas sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman, dan peneliti
menjelaskan cara pengisian kuesioner. Pengumpulan hasil kuesioner
diterima oleh peneliti sesuai dengan deadline yang telah diberikan oleh
peneliti. Guru-guru bersedia untuk mengisi kuesioner dan mengembalikan
kuesioner sesuai dengan deadline yang telah diberikan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4.2 Tingkat Pengembalian Kuesioner
Jumlah guru kelas sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta
sebanyak 30 guru dari 10 SD inklusi yang menjadi sampel penelitian. Guru
kelas sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta bersedia mengisi kuesioner
yang peneliti bagikan. Peneliti menyediakan instrumen berupa kuesioner
yang berjumlah 30 buah. Kuesioner yang kembali sebanyak 30 instrumen
atau 100%.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30 guru di 10 SD inklusi
yang ada di Kabupaten Sleman. Kuesioner tersebut berisi 15 item pernyataan.
Kuesioner yang kembali 30 instrumen. Data bentuk evaluasi belajar yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman dihitung
melalui lima tahap. Tahap pertama yaitu menghitung total dari setiap item.
Tahap kedua yaitu mencari rata-rata nilai maksimal dari item. Rata-rata
dihitung dengan membagi dua total skor maksimal item. Tahap ketiga yaitu
mencari mean dari skor item. Tahap keempat yaitu menghitung persentase
penggunaan evaluasi belajar. Persentase dihitung dengan membagi mean skor
dengan mean skor maksimal dikali dengan 100. Tahap kelima yaitu
memasukkan hasil presentase ke dalam tabel. Berikut adalah tabel persentase
penggunaan evaluasi belajar yang digunakan guru di SD inklusi se-
Kabupaten Sleman:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 4.1 Hasil Angket Evaluasi belajar yang Digunakan Guru di Sekolah
Dasar Inklusi se-Kabupaten Sleman
Aspek Indikator No.
Item
Jumlah Presentase
Ya Tidak Ya Tidak
Tes Melakukan asesmen awal
dan akhir 1 27 3 90% 10%
2 25 5 83% 17%
3 23 7 77% 23%
Melakukan penilaian hasil
belajar sesuai dengan
kemampuan ABK.
4 27 3 90% 10%
5 19 11 63% 37%
6 27 3 90% 10%
Melakukan penilaian
kognitif. 7 26 4 87% 13%
Melakukan penilaian
secara berkelanjutan. 8 29 1 97% 3%
Non Tes Melakukan asesmen awal,
tengah, dan akhir. 9 29 1 97% 3%
10 25 5 83% 17%
11 28 2 93% 7%
Melakukan penilaian
afektif. 12 20 10 67% 33%
Melakukan penilaian
psikomotorik. 13 22 8 73% 27%
Menyesuaikan instrumen
penilaian hasil belajar. 14 29 1 97% 3%
15 29 1 97% 3%
Pada item 1 dari 30 guru, ada 27 (90%) guru yang menjawab “ya”
dan 3 guru (10%) yang menjawab “tidak” untuk pernyataan memberikan
latihan ulangan bagi siswa agar terbiasa dengan format ujian. Tiga guru yang
menjawab tidak pada item ini seharusnya memberikan latihan ulangan agar
siswa terbiasa dengan format ujian dan tidak merasakan kesulitan saat
mengerjakan ujian. Latihan ujian ini mampu menimbulkan rasa percaya diri
kepada siswa saat mengerjakan ujian karena sudah terbiasa melakukan latihan
ujian yang diberikan guru.
Pada item 2 dari 30 guru, ada 25 guru (83%) yang menjawab “ya”
dan 5 guru menjawab “tidak” untuk pernyataan memberikan les atau tutor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sebelum ujian sesuai jam pembelajaran sekolah berakhir pada siswa yang
berkebutuhan khusus. Sangatlah perlu memberikan les atau tutor sebelum
ujian sesuai jam pembelajaran sekolah berakhir pada siswa yang
berkebutuhan khusus. Namun dari hasil angket, masih ada 5 guru (17%) yang
menjawan “tidak”. Perlu adanya pengarahan kepada 5 guru yang menjawab
“tidak” karena memberikan les atau tutor sebelum ujian sesuai jam
pembelajaran sekolah berakhir pada siswa yang berkebutuhan khusus, sangat
penting agar dapat mengulang kembali materi pelajaran pada siswa
berkebutuhan khusus yang belum paham.
Pada item 3 dari 30 guru, ada 23 guru (77%) yang menjawab “ya”
dan 7 guru yang menjawab “tidak” untuk pernyataan membuat alternatif
bentuk pertanyaan saat ujian berlangsung bagi siswa berkebutuhan khusus.
Sangatlah perlu membuat alternatif bentuk pertanyaan saat ujian berlangsung
bagi siswa berkebutuhan khusus. Namun dari hasil angket, masih ada 7 guru
(23%) yang menjawab “tidak”. Perlu adanya pengarahan kepada 7 guru yang
menjawab “tidak” karena membuat alternatif bentuk pertanyaan saat ujian
berlangsung bagi siswa berkebutuhan khusus, dapat mempermudah siswa
memahami pertanyaan yang dibuat guru dan tidak mempermasalahkan
pertanyaan.
Pada item 4 dari 30 guru, ada 27 guru (90%) yang menjawab “ya”
dan 3 guru yang menjawab “tidak” untuk pernyataan menentukan standar
kompetensi kelulusan pada setiap mata pelajaran sesuai kemampuan siswa.
Sangatlah perlu menentukan standar kompetensi kelulusan pada setiap mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
pelajaran sesuai kemampuan siswa. Namun dari hasil angket, masih ada 3
guru (10%) yang menjawab “tidak”. Perlu adanya pengarahan kepada 3 guru
yang menjawab “tidak” karena menentukan standar kompetensi kelulusan
pada setiap mata pelajaran sesuai kemampuan siswa. Kemampuan siswa
berbeda-beda maka guru harus membuat standar kompetensi kelulusan pada
setiap mata pelajaran sesuai dengan kemampuan siswa agar siswa tidak
merasa kesulitan pada mata pelajaran yang diberikan guru.
Pada item 5 dari 30 guru, ada 19 guru (63%) yang menjawab “ya”
dan 11 guru yang menjawab “tidak” untuk pernyataan membuat indikator
yang sesuai kemampuan siswa dan menjadi acuan terhadap hasil belajar.
Guru perlu membuat indikator sesuai kemampuan siswa untuk menjadi acuan
hasil belajar. Indikator perlu dibuat mengingat kemampuan siswa berbeda-
beda, agar siswa tidak merasa keberatan dalam mengikuti pembelajaran.
Namun dalam kenyataannya, masih ada 11 guru (37%) yang menjawab tidak
menggunakan instrumen penilaian yang bervariasi sesuai kemampuan siswa
untuk menilai hasil belajar.
Pada item 6 dari 30 guru, ada 27 guru (90%) yang menjawab “ya”
dan 3 guru yang menjawab “tidak” untuk menggunakan instrumen penilaian
yang bervariasi sesuai kemampuan untuk menilai hasil belajar. Guru perlu
membuat instrumen penilaian yang bervariasi sebab dalam menilai hasil
belajar siswa, guru tidak bisa menilai dengan tes saja tetapi non tes juga
perlu. Namun dalam kenyataannya, masih ada 3 guru (10%) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
menjawab tidak menentukan standar kompetensi kelulusan pada setiap mata
pelajaran sesuai kemampuan siswa.
Pada item 7 dari 30 guru, ada 26 guru (87%) yang menjawab “ya”
dan 4 guru yang menjawab “tidak” untuk memberikan tes tertulis atau lisan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang materi. Pemberian tes
tertulis atau lisan sangat perlu dilakukan oleh guru untuk mengetahui
pengetahuan siswa tentang materi. Namun dalam kenyataannya, masih ada 4
guru (13%) yang menjawab tidak memberikan nilai tes di akhir
pembelajaran.
Pada item 8 dari 30 guru, ada 29 guru (97%) yang menjawab “ya”
dan 1 guru yang menjawab “tidak” untuk melakukan penilaian berdasarkan
hasil kemajuan yang dicapai siswa. Hasil kemajuan yang dicapai siswa
hendaknya diberikan penilaian, karena dapat digunakan untuk penilaian
berkelanjutan dan mengetahui apakah siswa itu berkembang atau tidak.
Namun dalam kenyataannya, masih ada 1 guru (3%) yang menjawab tidak
melakukan penilaian berdasarkan hasil kemajuan yang dicapai siswa.
Pada item 9 dari 30 guru, ada 29 guru (97%) yang menjawab “ya”
dan 1 guru yang menjawab “tidak” mengenai pernyataan melakukan
penilaian secara berkala pada seluruh siswa. Kegiatan penilaian secara
berkala dapat dilakukan untuk mengetahui kemajuan setiap siswa. Namun
dalam kenyataannya, masih ada 1 guru (3%) yang menjawab tidak pada
mengidentifikasi seluruh siswa melalui observasi untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum mengerjakan tes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pada item 10 dari 30 guru, ada 25 guru (83%) yang menjawab “ya”
dan 5 guru yang menjawab “tidak” pada pernyataan mengobservasi kondisi
kemampuan siswa pada saat proses pembelajaran. Kegiatan observasi perlu
dilakukan oleh guru untuk mengetahui situasi dan kondisi siswa. Obervasi
saat siswa mengerjakan soal tes perlu dilakukan untuk mengetahui bisa atau
tidak siswa dalam mengerjakan soal. Namun dalam kenyataannya, masih
ada 5 guru (17%) yang menjawab tidak pada mengobservasi kondisi siswa
pada saat mengerjakan soal tes.
Pada item 11 dari 30 guru, ada 28 guru (93%) yang menjawab “ya”
dan 2 guru yang menjawab “tidak” pada pernyataan mengobservasi
kemampuan siswa diakhiri proses pembelajaran. Mengobservasi
kemampuan siswa diakhir proses pembelajaran ini berguna untuk
mengetahui kemampuan siswa selama mendapatkan pembelajaran. Namun
dalam kenyataannya, masih ada 2 guru (7%) yang menjawab tidak pada
meninjau kembali dengan memastikan bahwa seluruh bagian dari
pertanyaan telah terjawab.
Pada item 12 dari 30 guru, ada 20 guru (67%) yang menjawab “ya”
dan 10 guru yang menjawab “tidak” pada pernyataan membuat indikator
tentang aspek/afektif. Guru dalam membuat indikator tentang aspek/afektif
untuk mengetahui kesiapan dan minat siswa dalam mengerjakan soal.
Namun dalam kenyataannya, masih ada 10 guru (33%) yang menjawab
tidak pada mengobservasi ketertarikan siswa saat mengerjakan tes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pada item 13 dari 30 guru, ada 22 guru (73%) yang menjawab “ya”
dan 8 guru yang menjawab “tidak” pada pernyataan mengobservasi untuk
meninjau sikap setiap siswa. Mengobservasi sikap siswa perlu dilakukan
oleh guru sebab untuk mengetahui sikap siswa baik dalam mengerjakan soal
maupun setelah mengerjakan soal. Namun dalam kenyataannya, masih ada 8
guru (27%) yang menjawab tidak pada mengobservasi ketertarikan siswa
saat mengerjakan tes.
Pada item 14 dari 30 guru, ada 29 guru (97%) yang menjawab “ya”
dan 1 guru yang menjawab “tidak” pada pernyataan membuat indikator
tentang aspek psikomotor. Guru perlu membuat indikator tentang aspek
psikomotor untuk mengetahui perilaku anak saat mengerjakan soal maupun
setelah mengerjakan soal. Namun dalam kenyataannya, masih ada 1 guru
(3%) yang menjawab tidak pada mengubah nilai huruf atau angka kesimbol
pada siswa yang berkebutuhan khusus untuk menerangkan nilai arti yang
sesungguhnya.
Pada item 15 dari 30 guru, ada 29 guru (97%) yang menjawab
“ya” dan 1 guru yang menjawab “tidak” pada pernyataan membuat
instrumen observasi untuk meninjau ketrampilan siswa. Setiap siswa
mempunyai keterampilan yang berbeda-beda maka dari itu guru perlu
membuat instrumen observasi untuk mengembangkan keterampilan yang
siswa miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
4.3.2 Pemetaan Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar tes maupun non tes sama-sama digunakan oleh
guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman untuk mengetahui
perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu guru
perlu memiliki kemampuan untuk mengembangkan:
1. Evaluasi Belajar dengan Aspek Tes
Evaluasi belajar dengan tes adalah cara penilaian dan pengukuran
yang berbentuk pemberian tugas. Pemberian tugas yang diberikan berupa
pertanyaan atau soal untuk siswa.
Gambar 4.1 Presentase Penggunaan Evaluasi Belajar di Sekolah Inklusi
Melalui Aspek Tes
Berdasarkan hasil pemetaan yang ditunjukkan pada gambar 4.1
evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Sleman dalam aspek tes adalah melakukan asesmen awal dan
akhir (12.37%), melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan
12,37%
11,88%
12,87%
14,35%
Presentase Penggunaan Evaluasi Belajar di Sekolah
Inklusi se-Kabupaten Sleman Melalui Aspek tes
Melakukan asesmen awaldan akhir.
Melakukan penilaian hasilbelajar sesuai dengankemampuan ABK.
Melakukan penilaian kognitif.
Melakukan penilaian secaraberkelanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kemampuan ABK (11.88%), melakukan penilaian kognitif (12.87%), dan
melakukan penilaian secara berkelanjutan (14.35%).
2. Evaluasi Belajar dengan Aspek Non Tes
Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk
memperoleh gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian
siswa. Bentuk non tes dapat berupa rubrik pengamatan.
Gambar 4.2 Presentase Penggunaan Evaluasi Belajar di Sekolah Inklusi
Melalui Aspek Non Tes
Berdasarkan hasil pemetaan yang ditunjukkan pada gambar 4.2
evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Sleman dalam aspek non tes adalah melakukan asesmen awal,
tengah, dan akhir (13.36%), melakukan penilaian afektif (9.90%),
melakukan penilaian psikomotor (10.89%), dan menyesuaikan instrumen
penilaian hasil belajar (14.35%).
13,36%
9,90% 10,89%
14,35%
Presentase Penggunaan Evaluasi Belajar di Sekolah
Inklusi se-Kabupaten Sleman melalui Aspek Non Tes
Melakukan asesmen awal,tengah, dan akhir.
Melakukan penilaian afektif.
Melakukan penilaianpsikomotorik.
Menyesuaikan instrumenpenilaian hasil belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
4.2 Pembahasan
Dari hasil olah data, diketahui bahwa evaluasi belajar tes maupun
non tes cukup seimbang digunakan oleh guru di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Sleman untuk mengetahui perkembangan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik belajar siswa. Oleh karena itu, jenis tes dan non
tes perlu dilakukan guru untuk melihat perkembangan anak berkebutuhan
khusus dan anak yang tidak berkebutuhan secara khusus. Guru perlu
memiliki kemampuan untuk mengevaluasi:
1. Evaluasi Belajar dengan Aspek Tes
Evaluasi belajar dengan tes adalah cara penilaian dan pengukuran
yang berbentuk pemberian tugas. Pemberian tugas yang diberikan
berupa pertanyaan atau soal untuk siswa. Evaluasi belajar dengan tes,
guru dapat memberikan tugas yang diberikan dengan cara serangkaian
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut diberikan sebelum
pelajaran (pre-test) sebagai asesmen awal maupun diberikan sesudah
pelajaran (post-test) sebagai asesmen akhir. Soal-soal yang disusun oleh
guru disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil dari tes dapat
dijadikan acuan untuk melakukan penilaian kognitif sekaligus menjadi
dasar untuk melakukan penilaian berkelanjutan.
2. Evaluasi Belajar dengan Aspek Non Tes
Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk
memperoleh gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian
siswa. Bentuk non tes dapat berupa rubrik pengamatan. Evaluasi belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dengan non tes, guru dapat melakukan pengamatan sebelum, saat, dan
sesudah pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan akhir. Hasil dari
pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif dan
psikomotorik.
Rubrik penilaian afektif misalnya ada pernyataan yang mengarah
pada perilaku yang menunjukan adanya perkembangan siswa dalam hal
ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, kerja keras, minat dan sebagainya.
Contoh rubrik perkembangan afeksi untuk siswa slow learner adalah
siswa tekun mengerjakan tugas atau soal sesuai perpanjangan waktu
yang telah diberikan oleh guru dan untuk contoh perkembangan afeksi
bagi anak siswa yang tidak berkebutuhan khusus adalah siswa sabar
menunggui temannya yang berkebutuhan secara khusus untuk
menyelesaikan tugas atau soal yang diberikan oleh guru. Pemberian
contoh rubrik perkembangan afektif dan psikomotorik ini karena di
sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman paling banyak adalah siswa
yang mengalami slow learner.
Rubrik penilaian psikomotorik misalnya ada pernyataan yang
memandu guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
mendengarkan perintah guru, mempresentasikan tugas, kesediaan
membantu teman dan sebagainya. Rubrik penilaian disesuaikan dengan
instrumen penilaian hasil belajar. Contoh rubrik penilaian psikomotorik
untuk siswa slow learner adalah siswa dapat mendengarkan perintah
dari guru dengan baik untuk mengerjakan tugas atau soal dan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus rubrik penilaian
psikomotoriknya adalah siswa bersedia membantu temannya yang
berkebutuhan khusus untuk menyelesaikan tugasnya.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadakan lokakarya bagi guru
tentang pentingnya mengetahui dan menguasai evaluasi belajar yang
digunakan di sekolah dasar inklusi, khususnya evaluasi belajar dengan
aspek tes dan non tes yang menjadi ciri khas dalam evaluasi belajar di
sekolah inklusi. Guru dalam penggunaan evaluasi belajar perlu
memahami dan mengetahui tingkat kemampuan siswa. Guru juga perlu
memahami kecerdasan ganda agar dapat memadukan evaluasi belajar
dengan kecerdasan ganda siswa secara maksimal di sekolah inklusi
sehingga guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan
potensi/kemampuan yang dimiliki siswa tersebut.
Dari uraian di atas maka kesimpulan hasil penelitian tentang
evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-
Kabupaten Sleman yaitu:
1. Guru sekolah dasar inklusi perlu menguasai evaluasi belajar dengan
aspek tes dan non tes agar dapat membantu siswa berkebutuhan
khusus untuk mengembangkan potensinya.
2. Guru perlu mengembangkan kemampuan mengevaluasi hasil belajar
siswa agar dapat menerapkan evaluasi belajar yang sesuai dengan
karakteristik siswa berkebutuhan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3. Guru perlu mengaitkan evaluasi belajar dengan kecerdasan ganda,
sebab kecerdasan ganda yang dimiliki masing-masing siswa
berbeda. Memadukan kecerdasan ganda yang dimiliki siswa dengan
evaluasi belajar yang digunakan dapat membantu siswa untuk
menggali potensi yang dimiliki.
4. Guru mampu mengembangkan kecerdasan ganda yang dimiliki
masing-masing siswa agar siswa berkebutuhan khusus mendapatkan
kesempatan untuk menjadi sukses terlepas dari kekurangan yang
dimiliki.
5. Orangtua tidak perlu merasa berkecil hati ketika memiliki anak
dengan kebutuhan khusus, sebab apabila dibimbing dengan evaluasi
belajar yang sesuai, maka anak berkebutuhan khusus mampu
menyamakan dirinya dengan anak yang tidak berkebutuhan secara
khusus.
6. Orangtua sebaiknya dengan sadar dan mengetahui bahwa setiap anak
berkebutuhan khusus dan anak yang tidak berkebutuhan secara
khusus mendapatkan porsi pendidikan yang sesuai dengan
potensi/kemampuan yang dimiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB V
PENUTUP
Bab V dalam penelitian ini peneliti menguraikan tiga hal yang diuraikan
dalam bagian penutup adalah kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sekolah inklusi se-
Kabupaten Sleman dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman guru menggunakan 2 aspek
yaitu tes dan non tes. Bentuk evaluasi belajar dengan tes, yaitu melakukan
asesmen awal dan akhir, melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan
kemampuan ABK, melakukan penilaian kognitif, dan melakukan penilaian
secara berkelanjutan. Bentuk evaluasi belajar dengan non tes, yaitu
melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir, melakukan penilaian afektif,
melakukan penilaian psikomotorik, dan menyesuaikan instrumen penilaian
hasil belajar.
b. Bentuk evaluasi belajar tersebut mendapatkan persentase penggunaan
yang bervariasi, yaitu melakukan asesmen awal dan akhir 12.37%,
melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan kemampuan ABK
11.88%, melakukan penilaian kognitif 12,87%, melakukan penilaian
secara berkelanjutan 14.35%, melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir
13.36%, melakukan penilaian afektif 9.90%, melakukan penilaian
psikomotorik 10.89%, dan menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
14.35. Jadi, di Kabupaten Sleman presentase penggunaan penilaian
evaluasi yang paling sering digunakan adalah melakukan penilaian secara
berkelanjutan dan menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Peneliti dalam melakukan penelitian ini menyadari sungguh bahwa
masih banyak kelemahan dan keterbatasan yang dialami. Keterbatasan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Instrumen yang peneliti kembangan ditunjukan untuk mencari data awal
dalam penelitian, sehingga instrumen yang dikembangkan belum
mencakup evaluasi belajar dengan maksimal.
b. Kuesioner yang dibagikan menggunakan pertanyaan dengan jawaban
tertutup maka kurang menggali data deskripsi.
5.3 Saran
Saran yang diberikan peneliti akan digunakan sebagai masukan dan
bahan perbaikan unruk penelitian selanjutnya agar jangan sampai ada
keterbatasan penelitian yang menghambat proses pembelajaran, diantaranya
yaitu:
a. Peneliti selanjutnya perlu memberikan pertanyaan terbuka sehingga data
yang didapat bervariasi.
b. Peneliti lain perlu menyusun instrumen yang mencakup seluruh evaluasi
belajar supaya mendapat data yang lebih akurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Evaluasi program pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Balitbang. 2003. Penilaian tingkat kelas, pedoman bagi guru SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK. Depdiknas: Jakarta.
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Delphie, Bandi. 2009. Pembelajaran anak berkebutuhan khusus dalam setting
pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Djamarah, Syaiful. 2000. Guru dan siswa dalam interaksi eduktif. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Effendi,Muhammad. 2006. Pengantar psikopendagogik anak berkelainan.
Jakarta: PT bumi aksara.
Haryati, Mimin. 2008. Model dan teknik penilaian pada tingkat satuan
pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Heward. 2004. Pedoman penyelenggaraan pendidikan inklusi. Jakarta:
Depdiknas.
Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan inklusif konsep dan aplikasinya.
Yogyakarta: Arr-Ruzz Media.
Jasmine, Julia. 2012. Metode mengajar multiple intelegences. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Kountur, R. (2003). Metode penelitian untuk penulisan skripsi dan tesis. Jakarta:
CV Teruna Grafica.
Kusnandar, dede.2011. Pentingnya pendidikan inklusi. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Mahdi, A. dan Mujahidin. (2014). Panduan penelitian praktis untuk menyusun
skripsi, tesis, dan disertasi. Bandung: ALFABETA.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi guru prefesional menciptakan pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun. 2009. Menjadi guru inklusif. Yogyakarta: Pustaka Pustaka.
Nurdin, Syarifuddin. 2003. Guru prefosional dan implementasi kurikulum.
Jakarta: Ciputat Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Pidarta, Made. 2000. Landasan kependidikan. Jakarta: Rineka cipta.
Prawira, Atmaja. P. 2013. Psikologi pendidikan dalam perspektif baru.
Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Purwanto. 2014. Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Safaria, T. 2005. Interpersonal intelegence: Metode Pengembangan Kecerdasan
Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Books.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Santoso, Hargio. 2012. Cara memahami dan mendidik anak berkebutuhan khusus.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Semiawan, Conny. 1997. Perspektif pendidikan anak berbakat. Jakarta: Grasindo.
Shaleh, Abdul Rahman. 2008. Psikologi suatu sengantar dalam perspektif islam.
Jakarta: Kencana.
Subini, Nini. 2014. Pengembangan pendidikan inklusi berbasis potensi.
Yogyakarta: Redaksi Maxima.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan (pendekatan luantitatif,
kualitatif, dan R:D). Bandung: ALFABETA.
Suharsaputra, U. (2014). Metode penelitian: kuantitatif, kualitatif dan tindakan.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Suparno, Paul. 2009. Teori intelegensi ganda dan aplikasinya di sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan psikologi proses pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Posdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Suyadi.2013. Strategi pembelajaran pendidikan karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah. 2012. Penelitian kuantitatif sebuah
pengantar. Bandung: Alfabeta.
Tarmansyah. 2007. Pendidikan inklusi. Jakarta: Erlangga.
Widoyoko, Eko Putro. 2011. Evaluasi program pembelajaran. Yoyakarta:
Pustaka Pelajar.
Yusuf, M. 2014. Metode penelitian: kuantitatif, kualitatif & penelitian gabungan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 1. Surat Izin penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 2. Validasi Isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 3. Kuesioner Evaluasi Belajar Untuk Guru di Sekolah Inklusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 4. Hasil Validasi dan Reabilitas
Notes
Output Created 08-AUG-2016 00:35:00
Comments
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File
30
Missing Value
Handling
Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used
Statistics for each pair of
variables are based on all the
cases with valid data for that
pair.
Syntax
CORRELATIONS
/VARIABLES=total Item1
Item2 Item3 Item4 Item5 Item6
Item7 Item8 Item9 Item10
Item11 Item12 Item13 Item14
Item15
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources
Processor Time 00:00:00,05
Elapsed Time 00:00:00,10
[DataSet0]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Correlations
total Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Item6 Item7 Item8
total
Pearson
Correlation
1 ,434* ,776
** ,611
** ,524
** ,437
* ,253 ,138 ,141
Sig. (2-tailed) ,017 ,000 ,000 ,003 ,016 ,177 ,466 ,458
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
1
Pearson
Correlation
,434* 1 ,149 ,342 -,111 -,023 -,111 -,131 -,062
Sig. (2-tailed) ,017 ,432 ,065 ,559 ,904 ,559 ,491 ,745
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
2
Pearson
Correlation
,776**
,149 1 ,176 ,447* ,217 ,149 ,088 ,415
*
Sig. (2-tailed) ,000 ,432 ,352 ,013 ,250 ,432 ,645 ,023
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
3
Pearson
Correlation
,611**
,342 ,176 1 ,342 ,398* ,342 -,216 -,102
Sig. (2-tailed) ,000 ,065 ,352 ,065 ,029 ,065 ,251 ,590
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
4
Pearson
Correlation
,524**
-,111 ,447* ,342 1 ,438
* ,259 -,131 -,062
Sig. (2-tailed) ,003 ,559 ,013 ,065 ,015 ,167 ,491 ,745
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
5
Pearson
Correlation
,437* -,023 ,217 ,398
* ,438
* 1 ,208 ,109 ,244
Sig. (2-tailed) ,016 ,904 ,250 ,029 ,015 ,271 ,568 ,194
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Item
6
Pearson
Correlation
,253 -,111 ,149 ,342 ,259 ,208 1 -,131 -,062
Sig. (2-tailed) ,177 ,559 ,432 ,065 ,167 ,271 ,491 ,745
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
7
Pearson
Correlation
,138 -,131 ,088 -,216 -,131 ,109 -,131 1 -,073
Sig. (2-tailed) ,466 ,491 ,645 ,251 ,491 ,568 ,491 ,702
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
8
Pearson
Correlation
,141 -,062 ,415* -,102 -,062 ,244 -,062 -,073 1
Sig. (2-tailed) ,458 ,745 ,023 ,590 ,745 ,194 ,745 ,702
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
9
Pearson
Correlation
,216 ,557**
,415* -,102 -,062 -,141 -,062 -,073 -,034
Sig. (2-tailed) ,251 ,001 ,023 ,590 ,745 ,456 ,745 ,702 ,856
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
10
Pearson
Correlation
,849**
,447* ,520
** ,599
** ,447
* ,217 ,149 ,088 -,083
Sig. (2-tailed) ,000 ,013 ,003 ,000 ,013 ,250 ,432 ,645 ,663
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
11
Pearson
Correlation
,475**
,356 ,239 ,169 -,089 ,074 -,089 ,288 -,050
Sig. (2-tailed) ,008 ,053 ,203 ,373 ,640 ,698 ,640 ,122 ,795
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
12
Pearson
Correlation
,767**
,471**
,632**
,446* ,236 ,196 ,000 -,069 ,263
Sig. (2-tailed) ,000 ,009 ,000 ,014 ,210 ,300 1,000 ,716 ,161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
13
Pearson
Correlation
,611**
,302 ,539**
,202 ,302 -,146 ,050 ,207 -,112
Sig. (2-tailed) ,000 ,105 ,002 ,284 ,105 ,441 ,792 ,272 ,556
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
14
Pearson
Correlation
,367* -,062 ,415
* -,102 -,062 -,141 -,062 ,473
** -,034
Sig. (2-tailed) ,046 ,745 ,023 ,590 ,745 ,456 ,745 ,008 ,856
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item
15
Pearson
Correlation
,443* -,062 ,415
* ,337 ,557
** ,244 -,062 -,073 -,034
Sig. (2-tailed) ,014 ,745 ,023 ,069 ,001 ,194 ,745 ,702 ,856
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Correlations
Item9 Item10 Item11 Item12 Item13 Item14 Item15
total
Pearson
Correlation
,216 ,849* ,475
** ,767
** ,611
** ,367
* ,443
Sig. (2-tailed) ,251 ,000 ,008 ,000 ,000 ,046 ,014
N 30 30 30 30 30 30 30
Item1
Pearson
Correlation
,557* ,447 ,356 ,471 ,302 -,062 -,062
Sig. (2-tailed) ,001 ,013 ,053 ,009 ,105 ,745 ,745
N 30 30 30 30 30 30 30
Item2 Pearson
Correlation
,415**
,520 ,239 ,632 ,539* ,415 ,415
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Sig. (2-tailed) ,023 ,003 ,203 ,000 ,002 ,023 ,023
N 30 30 30 30 30 30 30
Item3
Pearson
Correlation
-,102**
,599 ,169 ,446 ,202 -,102* ,337
Sig. (2-tailed) ,590 ,000 ,373 ,014 ,284 ,590 ,069
N 30 30 30 30 30 30 30
Item4
Pearson
Correlation
-,062**
,447 -,089* ,236 ,302 -,062
* ,557
Sig. (2-tailed) ,745 ,013 ,640 ,210 ,105 ,745 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30
Item5
Pearson
Correlation
-,141* ,217 ,074 ,196
* -,146
* -,141 ,244
Sig. (2-tailed) ,456 ,250 ,698 ,300 ,441 ,456 ,194
N 30 30 30 30 30 30 30
Item6
Pearson
Correlation
-,062 ,149 -,089 ,000 ,050 -,062 -,062
Sig. (2-tailed) ,745 ,432 ,640 1,000 ,792 ,745 ,745
N 30 30 30 30 30 30 30
Item7
Pearson
Correlation
-,073 ,088 ,288 -,069 ,207 ,473 -,073
Sig. (2-tailed) ,702 ,645 ,122 ,716 ,272 ,008 ,702
N 30 30 30 30 30 30 30
Item8
Pearson
Correlation
-,034 -,083 -,050* ,263 -,112 -,034 -,034
Sig. (2-tailed) ,856 ,663 ,795 ,161 ,556 ,856 ,856
N 30 30 30 30 30 30 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Item9
Pearson
Correlation
1 -,083**
-,050* ,263 ,308 -,034 -,034
Sig. (2-tailed) ,663 ,795 ,161 ,098 ,856 ,856
N 30 30 30 30 30 30 30
Item1
0
Pearson
Correlation
-,083**
1* ,598
** ,632
** ,539
* ,415 ,415
Sig. (2-tailed) ,663 ,000 ,000 ,002 ,023 ,023
N 30 30 30 30 30 30 30
Item1
1
Pearson
Correlation
-,050**
,598 1 ,378 ,141 ,695 -,050
Sig. (2-tailed) ,795 ,000 ,039 ,457 ,000 ,795
N 30 30 30 30 30 30 30
Item1
2
Pearson
Correlation
,263**
,632**
,378**
1* ,373 ,263 ,263
Sig. (2-tailed) ,161 ,000 ,039 ,042 ,161 ,161
N 30 30 30 30 30 30 30
Item1
3
Pearson
Correlation
,308**
,539 ,141**
,373 1 ,308 ,308
Sig. (2-tailed) ,098 ,002 ,457 ,042 ,098 ,098
N 30 30 30 30 30 30 30
Item1
4
Pearson
Correlation
-,034* ,415 ,695
* ,263 ,308 1 -,034
Sig. (2-tailed) ,856 ,023 ,000 ,161 ,098 ,856
N 30 30 30 30 30 30 30
Item1
5
Pearson
Correlation
-,034* ,415 -,050
* ,263 ,308
** -,034 1
Sig. (2-tailed) ,856 ,023 ,795 ,161 ,098 ,856
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
N 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,724 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 5. Pengolahan Data Mean
a. Pengolahan data mean
1. Bentuk “Melakukan asesmen awal dan akhir”
Jumlah item 1 (X1) = 27
Jumlah item 2 (X2) = 25
Jumlah item 3 (X3) = 23
( )
( ) (
)
(
)
2. Bentuk “Melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan
kemampuan”
Jumlah item 4 (X4) = 27
Jumlah item 5 (X5) = 19
Jumlah item 6 (X6) = 27
( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
( ) (
)
(
)
3. Bentuk “Melakukan penilaian kognitif.”
Jumlah item 7 (X7) = 26
( )
( ) (
)
(
)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
4. Bentuk “Melakukan penilaian secara berkelanjutan.”
Jumlah item 8 (X8) = 29
( )
( ) (
)
(
)
5. Bentuk “Melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir.”
Jumlah item 9 (X9) = 29
Jumlah item 10 (X10) = 25
Jumlah item 11 (X11) = 28
( )
( ) (
)
(
)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
6. Bentuk “Melakukan penilaian afektif.”
Jumlah item 12 (X12) = 20
( )
( ) (
)
(
)
7. Bentuk “Melakukan penilaian psikomotorik”
Jumlah item 13 (X13) = 22
( )
( ) (
)
(
) =75.86%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
8. Bentuk “Melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir.”
Jumlah item 14 (X14) = 29
Jumlah item 15 (X15) = 29
( )
( ) (
)
(
)
Hasil Analisis Data Mean Evaluasi Belajar
No Indikator Presentase
1 Melakukan asesmen awal dan akhir. 86.20%
2 Melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan
kemampuan ABK.
82.75%
3 Melakukan penilaian kognitif. 89.65%
4 Melakukan penilaian secara berkelanjutan. 100%
5 Melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir. 93.10%
6 Melakukan penilaian afektif. 68.96%
7 Melakukan penilaian psikomotorik. 75.86%
8 Menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar. 100%
Jumlah 696.52%
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh jumlah seluruh
presentase bentuk evaluasi belajar sebesar 696.52%. hasil tersebut
kemudian digunakan untuk menghitung tingkat penggunaan bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
evaluasi belajar kemudian akan digambarkan dalam bentuk diagram,
dengan rumus sebagai berikut :
a. Perhitungan Dalam Presentase
1. Melakukan asesmen awal dan akhir
2. Melakukan penilaian hasil belajar
sesuai dengan kemampuan ABK
3. Melakukan penilaian kognitif
4. Melakukan penilaian
secara berkelanjutan
5. Melakukan asesmen
awal, tengah, dan akhir.
6. Melakukan penilaian afektif
7. Melakukan penilaian psikomotor
8. Menyesuaikan instrumen
penilaian hasil belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tingkat Penggunaan Bentuk Evaluasi Belajar
No Bentuk Evaluasi Belajar Presentase
1 Melakukan asesmen awal dan akhir 12,37%
2 Melakukan penilaian hasil belajar sesuai
dengan kemampuan ABK
11,88%
3 Melakukan penilaian kognitif 12,87%
4 Melakukan penilaian secara berkelanjutan 14,35%
5 Melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir 13,36%
6 Melakukan penilaian afektif 9,90%
7 Melakukan penilaian psikomotorik 10,89%
8 Menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar 14,35%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
BIOGRAFI PENULIS
Laurentius Beny Widya Ardika anak pertama dari dua
bersaudara, lahir di Sleman pada tanggal 9 Agustus 1994 dari
pasangan Albertus Suhadi dan Carolina Lina Tiyanti. Taman
kanak-kanak dan sekolah dasar diselesaikan di TK dan SD
Kanisius Ngapak II (2005/2006), sekolah menengah pertama
diselesaikan di SMP Pangudi Luhur Moyudan (2008/2009), dan sekolah
menengah atas diselesaikan di SMA N 2 Yogyakarta (2011/2012).
Tahun 2012, Ia menempuh S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama menjadi mahasiswa, Ia aktif dalam berbagai kegiatan
kepanitiaan yang diselenggarakan program studi. Selain itu, Ia juga aktif dalam
bidang olahraga di komunitas Orang Muda Katholik (OMK) paroki klepu dan
menjuarai beberapa kompetisi dalam lingkup paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI