Euthanasia
-
Upload
rizky-fajri -
Category
Documents
-
view
56 -
download
0
Transcript of Euthanasia
ISU-ISU YANG BERKAITAN ISU-ISU YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM BIDANG DENGAN HUKUM BIDANG
KEDOKTERAN KEDOKTERAN DI RSUDZADI RSUDZA
Fajri WildanRiza Pratama PutraInong Indira Meutia
Dewi PrahaztutiNurul Huda Kowita
M.Andi MardiansyahMayasari
Pembimbing : dr.Taufik Suryadi,Sp.F
ISU-ISU YANG BERKAITAN ISU-ISU YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM BIDANG DENGAN HUKUM BIDANG
KEDOKTERAN KEDOKTERAN DI RSUDZADI RSUDZA
Fajri WildanRiza Pratama PutraInong Indira Meutia
Dewi PrahaztutiNurul Huda Kowita
M.Andi MardiansyahMayasari
Pembimbing : dr.Taufik Suryadi,Sp.F
Pendahuluan
Era reformasi hukum memegang peran penting dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara
Perubahan konsep pemikiran penyelenggaraan pembangunan kesehatan tidak dapat dielakkan
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang
HUKUM KESEHATAN
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya
Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan, yang menyangkut asuhan / pelayanan kedokteran.
ASAS HUKUM
Asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum
Asas bersifat universal yaitu: Asas Kepribadian Asas Persekutuan Asas Kesamaan Asas Kewibawaan
Obyek Hukum Kesehatan
1. Pengaturan yang berkaitan dengan upaya kesehatan
2. Pengaturan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan
3. Pengaturan yang berkaitan dengan sarana kesehatan
4. Pengaturan yang berkaitan dengan komoditi kesehatan
Tujuan yang ingin dicapai
1. Penyelenggaraan ketertiban sosial
2. Pencegahan dari konflik yang tidak menyenangkan
3. Jaminan pertumbuhan dan kemandirian penduduk secara individual
4. Penyelenggaraan pembagian tugas dari berbagai peristiwa yang baik dalam masyarakat
5. Kanalisasi perubahan sosial
HUBUNGAN TERAPEUTIK
PENGERTIAN
Perjanjian terapeutik atau transaksi terapeutik adalah perjanjian antara dokter dengan pasien yang memberikan kewenangan kepada dokter untuk melakukan kegiatan memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien berdasarkan keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh dokter tersebut
SYARAT SAH PERJANJIAN TERAPEUTIK
Sesuai pasal 1320 KUH Perdata
1. Adanya kesepakatan dari mereka yang saling mengikatkan dirinya.
2. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Mengenai suatu hal tertentu.
4. Untuk suatu sebab yang halal / diperbolehkan.
AKIBAT TRANSAKSI TERAPEUTIK
Pasal 1338 KUH Perdata
" Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya"
Pasal 1339 KUH Perdata
" Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang".
PERTANGGUNGJAWABAN DOKTER DALAM HUKUM
Tanggungjawab hukum timbul berkaitan dengan pelaksanaan profesi dokter :Tanggung jawab terhadap ketentuan profesionalnya yang termuat dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 434/Men.Kes/SK/X/1983 tentang Kodeki.
Tanggung jawab terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam undang-undang, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) beserta hukum acaranya (KUHAP), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW/ Bugerlijk Wetboek) dan Undang-Undang perlindungan konsumen beserta hukum acaranya (HIR), Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
KEWAJIBAN HUKUM UTAMA DOKTER
1. Kewajiban melakukan diagnosis penyakit.
2. Kewajiban mengobati penyakit.
3. Kewajiban memberikan informasi yang cukup kepada pasien dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien, baik diminta maupun tidak.
4. Kewajiban untuk mendapatkan persetujuan pasien (tanpa paksaan atau penekanan) terhadap tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter setelah dokter memberikan informasi yang cukup dan dimengerti oleh pasien.
BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN DOKTER
1. Bidang hukum administrasi dimuat dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang praktik kedokteran.
2. Bidang Hukum Perdata, terdiri dari : BW, antara lain pasal 1239, 1365, 1366,
1367. UU No 8 Tahun 1999 Tentang Konsumen
Pasal 19
3. Bidang hukum pidana, terdiri dari :KUHP, antara lain pasal 48-51, 224, 267, 268, 322, 344-361, 531.Ketentuan Pidana UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.Ketentuan Pidana UU No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
PRINSIP PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA
1. Setiap tindakan yang menimbulkan kerugian atas diri orang lain berarti orang yang melakukannya harus membayar kompensasi sebagai pertanggungjawaban kerugian (pasal 1365 BW).
2. Seseorang harus bertanggung jawab tidak hanya karena kerugian yang dilakukannya dengan sengaja, tetapi juga karena kelalaian atau kurang hati-hati (pasal 1366 BW).
3. Seseorang harus memberikan pertanggungjawaban tidak hanya atas kerugian yang ditimbulkan dari tindakannya sendiri, tetapi juga atas kerugian yang ditimbulkan dari tindakan orang lain yang berada dibawah pengawasannya (pasal 1367 BW).
MALPRAKTEK MEDIS
Asumsi masyarakat :
1. Layanan medis di rumah sakit harus
menghasilkan kesembuhan atau
kesuksesan.
2. Setiap dokter harus selalu siap
berkorban melayani pasien
Hasil buruk dianggap malpraktik kedokteran
PENGERTIAN
Malpraktek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama
kelalaian ialah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula dengan melakukan tindakan kedokteran dibawah standar pelayanan medik
Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya.
Tetapi jika kelalaian itu menimbulkan kerugian materi, mencelakakan, bahkan merenggut nyawa orang lain maka ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata), serius dan kriminil
TOLAK UKUR CULPA LATA
Bertentangan dengan hukum Akibatnya dapat dibayangkan Akibatnya dapat dihindarkan Perbuatannya dapat dipersalahkan
MALPRAKTEK DOKTER
Dokter kurang memahami ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran
Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi (tidak lege artis)
Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan dengan tidak hati-hati
Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum
CONTOH KASUS
No Contoh Kasus Aspek hukum yang berkaitan
01 Seorang dokter
memberikan cuti sakit
berulang kali kepada
seorang tahanan, padahal
orang tersebut mampu
menghadiri sidang
pengadilan perkaranya.
Dokter terkena pelanggaran KODEKI Bab I pasal
7 dan KUHP pasal 267
KODEKI Bab I pasal 7
Seorang dokter hanya memberi keterangan atau
pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
KUHP Pasal 267
Dokter yang dengan sengaja memberi surat
keterangan palsu tentang adanya atau tidak
adanya penyakit, kelemahan atau cacat,
dikuhum dengan hukuman penjara selama 4
tahun
Seorang penderita gawat
darurat di rawat di suatu
rumah sakit dan ternyata
membutuhkan pembedahan
segera. Ternyata pembedahan
tertunda-tunda, sehingga
penderita meninggal dunia
a. Jika tertundanya pembedahan tersebut disebabkan kelalaian
dokter maka sikap dokter tersebut bertentangan dengan lafal
sumpah dokter, KODEKI Bab II Pasal 10 dan KUHP pasal 304 dan
306
Lafal sumpah dokter :
Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita
KODEKI Bab II Pasal 10
Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai
suatu tugas kemanusiaan
KUHP Pasal 304
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan
seorang dalam kesengsaraan, sedangkan ia wajib memberi
kehidupan, perawatan, dan pemeliharaan berdasarkan hukum
yang berlaku baginya atau karena suatu perjanjian, dihukum
dengan hukum penjara selama-lamanya 2 tahun 8 bulan atau
denda sebanyak-banyaknya Rp.4.500,-
KUHP Pasal 306
(2) Jika salah satu perbuatan tersebut berakibat kematian, maka
bersalah dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9
tahun
b. Jika tertundanya pembedahan tersebut disebabkan keluarga
penderita belum membayar uang panjar untuk rumah sakit, maka
rumah sakitlah yang terkena pasal-pasal KUHP 304 dan 306,
sedangkan dokter terkena pelanggaran KODEK I
03Seorang dokter umum
melakukan pembedahan
benjolan pada leher seorang
wanita yang kemudian timbul
komplikasi pendarahan. Dokter
menghentikan tindakannya
sedangkan benjolan tersebut
belum diangkat seluruhnya.
Padahal di kota tempat dokter
itu bekerja ada dokter spesialis
bedah
Daalam kasus ini dokter umum tersebut melanggar
KODEKI Bab I Pasal 2 dan 11, KUHP Pasal 360
KODEKI Bab I Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan
profesinya menurut ukuran tertinggi.
KODEKI Bab I Pasal 11
Dalam hal tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib
merujuk penderita kepada dokter lain yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
KUHP Pasal 350
Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan
orang lain mendapat luka berat atau luka
sedemikian, sehingga berakibat penyakit atau
halangan sementara untuk menjalankan jabatan
atau pekerjaannya, dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya 5 tahun.
Malpraktik meliputi
1. Intentional : professional misconducts
2. Negligence : malfeasance, misfeance,
nonfeasance
3. Lack of skill : dibawah standar kompetensi , diluar kompetensi
Misconduct
Penahanan pasien Buka rahasia kedokteran tanpa hak Aborsi illegal Euthanasia Keterangan palsu Praktek tanpa ijin/tanpa kompetensi Sengaja tidak mematuhi standar
Lack of Skill
Kompentensi kurang atau diluar
kompetensi / kewenangan Sering menjadi penyebab eror Sering dikaitkan dengan kompetensi
institusi / sarana Kadang dapat dibenarkan pada situasi
kondisi lokal tertentu
Syarat Kelalaian (4D)
DUTY ( Duty of care )
Kewajiban profesi
Kewajiban kontrak dengan pasien DERELICTION / BREACH OF DUTY
Pelanggaran kewajiban DAMAGES
Cedera , mati atau kerugian DIRECT CAUSALSHIP Hubungan sebab akibat, setidaknya Proximate
cause
Sanksi Hukum
PIDANA Pasal 267 KUHP (surat keterangan palsu)1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat
keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit , kelemahan atau cacat, diancam dengan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
2. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seorang kedalam rumah sakit gila atau menahannya disitu , dijatuhkan pidana paling lama delapan tahun enam bulan.
3. Di ancam dengan pidana yang sama , barangsiapa dengan sengaja memakai surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.
Pasal 268 KUHP
1.Barang siapa membuat secara palsu atau memalsu surat keterangan dokter tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat , dengan maksud untuk menyesatkan penguasa umum atau penanggung (verzekeraar), diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
2.Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan maksud yang sama memakai surat keterangan yang tidak benar atau yang dipalsu, seolah-olah surat itu benar dan tidak dipalsu
PASAL 359 KUHP
Barangsiapa karena kelalainnya menyebabkan matinya orang lain diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
kurungan paling lama satu tahun
PASAL 360 KUHP1.Barangsiapa karena kelalainnya menyebabkan orang lain menderita luka berat,diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun
2.Barangsiapa karena kelalaiannya menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa sehingga menderita sakit untuk sementara waktu atau tidak dapat menjalankan jabatan atau perkejaannya selama waktu tertenu diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan enam bulan atau denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah
PERDATA
– Pasal 1338 KUH Perdata ( wan prestasi )
1.Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
2.Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alas an-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
3.Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik
Pasal 1365 KUH Perdata
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Pasal 1366 KUH Perdata ( Kelalaian )
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena perbuatannya , tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalainnnya atau kurang hati – hatinya
Pasal 1370 KUH Perdata
Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya orang lain ) dengan sengaja atau kurang hati – hatinya seeorang, maka suami dan istri yang ditinggalkan, anak atau korban orang tua yang biasanya mendapat nafkah dari pekerjaan korban mempunyai hak untuk menuntut suatu ganti rugi, yang harus dinilai menurut kedudukanya dan kekayaan kedua belah pihak serta menurut keadaan .
Pasal 55 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
1.Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
2.Ganti rugi sebagaimana diatur dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku
PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT
PENGERTIAN GAWAT DARURAT MEDIK
Gawat darurat medik adalah suatu kondisi yang dalam pandangan penderita, keluarga, atau siapapun yang bertanggung jawab dalam membawa penderita ke rumah sakit, memerlukan pelayanan medik segera
Kondisi ini berlanjut hingga petugas kesehatan yang profesional menetapkan bahwa keselamatan penderita atau kesehatannya tidak terancam
Beberapa pasal yang berkaitan dengan kondisi gawat darurat
Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu memberikannya (Pasal 14)
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi (Pasal 2)
Setiap dokter harus senantiasa mengingatakan kewajibannya melindungi hidup insani (Pasal 10)
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan ilmu keterampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian terhadap penyakit tersebut (Pasal 11)
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadinya (Pasal 3)
Seorang dokter dalam bekerjasama dengan pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat harus memelihar saling pengertian sebaik-baiknya (Pasal 9)
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantiasa ddapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribat dan atau dalam masalah lainnya (Pasal 12)
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia (Pasal 13)
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik (Pasal 17)
No
Contoh Kasus Keterangan
01
Seorang dokter spesialis yang tugas
jaga, yang tidak bersedia datang
untuk memeriksa penderita gawat
darurat yang dikonsul kepadanya dan
kemudian penderita meninggal dunia.
Dokter bukan saja dianggap telah
melakukan malpraktek etik, tetapi juga
malpraktek pidana, karena
kelalaiannya menyebabkan seorang
meninggal dunia
Instruksi dokter mengenai
pemeriksaan dan pengobatan per
telfon juga dianggap pelanggaran,
karena pelayanannya dibawah standar
pelayanan medik
02 Dokter yang langsung mentransfer seorang penderita
gawat darurat ke rumah sakit rujukan tanpa memberi
pertolongan pertama untuk memperbaiki keadaan umum
penderita, sehingga penderita meninggal dunia di
perjalanan
Malpraktek etik dan malpraktek
pidana
03 Rumah sakit dan atau seorang dokter yang menunda-
nunda rawat inap penderita gawat darurat atau
menunda-nunda tindakan medik terhadap
penderitanya atas alasan belum membayar uang
muka
Melanggar etik dan hukum sehingga dapat
digugat di pengadilan
04 Untuk penderita gawat darurat yang dalam keadaan tidak
sadar misalnya petinju dengan trauma capitis dan tidaak
didampingi oleh keluarga yang memerlukan tindakan
pembedahan segera (cyto) untuk menyelamatkan jiwanya
Tidak diperlukan Persetujuan Tindakan
Medik (PTM) dari siapa pun. Ini sesuai
dengan KODEKI dimana dokter
mengutamakan kesehatan penderita dan
melindungi hidup insani.
Permenkes No.585 Tahun 1989 Pasal 11 :
Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan atau
tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan
secara medik berada dalam keadaan gawat
dan atau darurat yang memerlukan tindakan
medik segera untuk kepentingannya, tidak
diperlukan persetujuan dari siapa pun.
05 Seorang anak atau seorang penderita penyakit jiwa
yang mendapat kecelakaan lalu lintas dan tiba di
rumah sakit tanpa didampingi orang tua atau walinya
untuk menandatangani PTM, sedangkan pembedahan
tidak dapat ditunda-tunda lagi demi mencegah
bertambah parah penyakitnya
Tindakan dokter melakukan pembedahan
itu dapat dibenarkan dan sesuai dengan
KODEKI.
EUTHANASIA
Latar Belakang
Terdapat kerancuan pendapat umum tentang euthanasia apakah diperbolehkan atau dilarang
Alasan yang diberikan ketika ada pasien yang akan diberi tindakan euthanasia
Bagaimana Euthanasia menurut hukum di Indonesia
Definisi euthanasia
* Segi Bahasa
Yunani
Eu = BaikThanatos= Kematian
euthanasia dapat diartikan mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada pula yang menterjemahkan mati cepat tanpa derita.
Definisi euthanasia
Menurut istilah Kedokteran
Eutahanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan.
Mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya.
KONSEP TENTANG MATI
Mati sebagai berhentinya darah mengalir
Konsep mati dari berhentinya darah mengalir seperti dianut selama inidan yang juga diatur dalam PP. 18 Tahun 1991 menyatakan bahwa mati adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-paru, tidak bisa dipergunakan lagi karena teknologi resusitasi telah memungkinkan jantung dan paru-paru yang semua terhenti, kini dapat dipacu untuk berddenyut kembali dan paru-paru dapat dipompa untuk berkembang kempis kebali.
Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh.
Konsep mati dari terlepasnya nyawa dari tubuh sering menimbulkan keraguan karena misalnya pada tindakan resusitasi yang berhasil, keadaan demikian menimbulkan kesan seakan-akan nyawa dapat ditarik kembali
Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen
Konsep mati mengenai hilangnya kemampuan tubuh secara permanen untuk menjalankan fungsinya secra terpadu juga dipertanyakan karena organ-organ berfungsi sendiri-sendiri tanpa terkendali karena otak telah mati. Untuk kepentingan transplantasi konsep ini menguntungkan tetapi secara moral tidak dapat diterima karena kenyataannya organ-organ masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi
Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan melakukan interaksi sosial.
Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk sosial yaitu individu yang mempunyai kepribadian, menyadari kehidupannya, kekhususannya, kemampuannya mengingat, menentukan sikap, dan mengambil keputusan, mengajukan alasan yang masuk akal, mampu berbuat, menikmati, mengalami kecemasan dan sebagainya, maka penggerak dari otak baik secara fisik maupun sosial makin banyak dipergunakan
PENENTUAN SAAT MATI
penentuan saat kematian di kebanyakan negara merupakan tanggung jawab sah dokter. Dokter dapat menentukan seseorang sudah mati dengan menggunakan kriteria yang lazim tanpa bantuan alat khusus yang telah diketahui oleh semua dokter
Yang penting dalam penentuan saat mati disini adalah proses kematian tersebut sudah tidak dapat dibangkitkan lagi (irreversible), meski menggunakan teknik penghidupan kembali apapun.
Euthanasia BERDASARKAN CARA DILAKSANAKAN
EUTHANASIA AKTIF
MEMATIKAN SECARA SENGAJAKondisi sudah sangat parah / stadium akhirTidak mungkin sembuh / bertahan lama
Memberikan suntikan yang mematikan
EUTHANASIA PASIF
TINDAKAN DOKTER BERUPA PENGHENTIAN PENGOBATAN PASIEN YANG SUDAH PARAH
Tidak mungkin disembuhkanKondisi ekonomi pasien terbatas
Euthanasia BERDASARKAN DARI PERMINTAAN
Euthanasia Sukarela Euthanasia yang dilakukan atas permintaan
pasien secara sadar dan diminta berulang-ulang
Euthanasia Tidak Sukarela Euthanasia yang dilakukan pada pasien
yang sudah tidak sadar, dan biasanya keluarganya yang meminta
ALASAN euthanasia
Adanya hak moral bagi setiap orang untuk mati terhormat, maka seseorang mempunyai hak memilih cara kematiannya
Tindakan belas kasihan pada seseorang yang sakit, meringankan penderitaan sesama adalah tindakan kebajikan
Tindakan belas kasihan pada keluarga pasien Mengurangi beban ekonomi
EUTHANASIA DAN HUKUM INDONESIA
Pasal 344 KUHP
Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata atau sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun.
Pasal 388 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena makar mati dengan penjara selama-lamanya 15 tahun
Pasal 340 KUHP
Barang siapa dengan sengaja atau direncanakan lebih dahulumenghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan (moord) dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh tahun
Pasal 359 KUHP
Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.
Pasal 345 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri dihukum penjara selama-lamanya empat tahun
CONTOH KASUS
Kasus Hasan Kusuma – Indonesia Kasus wanita New Jersey – Amerika Serikat Kasus Terri Schiavo Kasus Doctor Death Kasus Rumah Sakit Baramae - Korea
EUTHANASIA DAN HIV
MUI sepakat mengharamkan euthanasia bagi penderita HIV/AIDS.
ABORTUS
PENGERTIAN ABORTUS
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu. Abortus dapat terjadi secara spontan atau secara buatan.
JENIS ABORTUS
Abortus spontan (keguguran, miscarriage) dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang abnormal.
Abortus buatan (pengguguran, aborsi, abortus provocatus) adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan mengakhiri proses kehamilan
Abortus buatan dapat bersifat legal (abortus provocatus medianalis/therapeuticus) yang dilakukan berdasarkan indikasi medik.
Abortus buatan ilegal (abortus provocatus criminalis) adalah abortus yang dilakukan berdasarkan indikasi nonmedik. Abortus ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten atau tenaga yang tidak kompeten.
KETENTUAN TENTANG ABORTUS BUATAN LEGAL
Deklarasi Oslo (1970) dan UU No. 23 tahun 1992 :Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang keputusannya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau keluarga.
Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut tnerasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada teman sejawat lain yang kompeten.
Indikasi medis dalam abortus buatan legal adalah suatu kondisi yang benar-benar menghaniskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman gangguan fisik, mental dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau risiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik yang berat.
Hak utama untuk memberikan persetujuan tindakan medik adalah pada ibu hamil yang bersangkutan, namun pada keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya dapat diminta pada suaminya/wali yang sah.
ABORTUS BUATAN ILEGAL DAN HUKUM DI INDONESIA
Wanita yang sengaja menggugurkan kandungan atau menyuruh orang lain melakukannya, hukuman maksimal 4 tahun (KUHP pasal 336).
Seseorang yang menggugurkan kandungan tanpa seizinnya, hukuman maksimal 12 tahun dan bila wanita tersebut meninggal, hukuman maksimum 15 tahun (KUHP pasal 347).
Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita dengan seizin wanita tersebut, hukuman maksimum 5 tahun 6 bulan dan bila wanita tersebut meninggal, maksimum 7 tahun (KUHP pasal 348).
Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan di atas, hukuman ditambah dengan sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaannya (KUHP pasal 349).
Barang siapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandungan kepada anak di bawah usia 17 tahun/di bawah umur, hukuman maksimum 9 bulan (KUHP pasal 383).
Barang siapa menganjurkan/merawat /memberi obat kepada seorang wanita dengan memberi harapan agar gugur kandungannya, hukuman maksimum 4 tahun (KUHP pasal 299)
TRANSPLANTASI ORGAN DAN JARINGAN TUBUH
merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat
MENURUT HUKUM AGAMA
seluruh lembaga fatwa di Indonesia mengharamkan transplantasi organ manusia.
Majlis Tarjih, MPKS, MUI, dan Dewan Hisbah menambahkan kecuali darurat, juga termasuk untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pendidikan kedokteran