Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis

11
TUGAS ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS TUGAS ETIKA BISNIS 3 AHMAD LISCA ABDILLAH ARDIWINATA 4EA21 NPM:10210395 S1 Management Ekonomi Universitas Gunadarma

Transcript of Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis

Page 1: Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis

TUGASETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS

TUGAS ETIKA BISNIS 3

AHMAD LISCA ABDILLAH ARDIWINATA4EA21

NPM:10210395

S1 Management Ekonomi

Universitas Gunadarma2013

Page 2: Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis

ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS

Utilitarianisme dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1784 – 1832). Dalam ajarannya

Ultilitarianisme itu pada intinya adalah “ Bagaimana menilai baik atau buruknya kebijaksanaan

sospol, ekonomi dan legal secara moral” (bagaimana menilai kebijakan public yang memberikan

dampak baik bagi sebanyak mungkin orang secara moral).

Etika Ultilitarianisme, kebijaksanaan dan kegiatan bisnis sama – sama bersifat teologis. Artinya

keduanya selalu mengacu pada tujuan dan mendasar pada baik atau buruknya suatu keputusan.

Keputusan Etis = Utilitarianisme

Keputusan Bisnis = Kebijakan Bisnis

Ada dua kemungkinan dalam menentukan kebijakaan publik yaitu kemungkinan diterima oleh

sebagian kalangan atau menerima kutukan dari sekelompok orang atas ketidaksukaan atas

kebijakan yang dibuat.

Bentham menemukan dasar yang paling objektif dalam menentukan kebijakan umum atau publik

yaitu : apakah kebijakan atau suatu tindakan tertentu dapat memberikan manfaat atau hasil yang

berguna atau bahkan sebaliknya memberi kerugian untuk orang – orang tertentu.

1. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme

Kriteria pertama adalah manfaat , yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu

mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu. Jadi, kebijaksanaan atau tindakan yang baik

adalah yang menghasilkan hal yang baik. Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan yang tidak

baik adalah yang mendatangkan kerugian tertentu.

Kriteria kedua adalah manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu

mendatangkan manfaat terbesar (atau dalam situasi tertentu lebih besar)dibandingkan dengan

kebijaksanaan atau tindakan alternative lainnya.

Page 3: Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis

Kriteria ketiga adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang, yaitu dengan kata

lain suatu kebijaksanaan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut etika

utilitarianisme adalah kebijaksanaan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi

sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat merugikan yang sekecil mungkin

bagi sedikit mungkin orang.

Secara padat ketiga prinsip itu dapat dirumuskan sebagai berikut: Bertindaklah sedemikian

rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak

mungkin orang.

 

2. Nilai Positif Etika Utilitarianisme

a) Rasionalitas, prinsip moral yang diajukan oleh etika utilitarianisme ini tidak didasarkan

pada aturan-aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami dan yang tidak bias kita

persoalkan keabsahannya.

b) Dalam kaitannya dengan itu, utilitarianisme sangant menghargai kebebasan setiap pelaku

moral. Setiap orang dibiarkan bebas untuk mengambil keputusan dan bertindak dengan

hanya memberinya ketiga Kriteria objektif dan rasional tadi.

c) Universalitas, yaitu berbeda dengan etika teleologi lainnya yang terutama menekankan

manfaat bagi diri sendiri atau kelompok sendiri, utilitarianisme justru mengutamakan

manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang.

 

3. Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standar Penilaian

a) Etika utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah keputusan,

kebijaksanaan, ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain, etika utilitarianisme dipakai

sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Ia menjadi sebuah metode untuk bisa

mengambil keputusan yang tepat tentang tindakan atau kebijaksanaan yang akan dilakukan.

b) Etika utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian bai tindakan atau kebijaksanaan

yang telah dilakukan. Dalam hal ini, ketiga Kriteria di atas lalu benar-benar dipakai sebagai

Kriteria untuk menilai apakah suatu tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan

Page 4: Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis

memang baik atau tidak. Yang paling pokok adalah menilai tindakan atau kebijaksanaan

yang telah terjadi berdasarkan akibat atau konsekuensinya yaitu sejauh mana ia

mendatangkan hasil terbaik bagi banyak orang.

 

4. Analisis Keuntungan dan Kerugian

Pertama, keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan semata-mata

dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan,  kendati benar bahwa ini sasaran

akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan dan kerugian bagi banyak

pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer maupun sekunder. Jadi,

dalam analisis ini perlu juga diperhatikan bagaimana daan sejauh mana suatu kebijaksanaan

dan kegiatan bisnis suatu perusahaan  membawa akibat yang menguntungkan dan merugikan

bagi kreditor, konsumen, pemosok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan seterusnya. Ini

berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan apa yang telah kita bahas sebagai

pendekatan stakeholder.

Kedua, seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan dalam

kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat perhatian

serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek financial,

melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak karyawan, kepuasan

konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan

secara luas dalam kerangka kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihhak

terkait yang berkepentingan.

Ketiga¸bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis keuntungan

dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini penting karena bias

saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis tertentu sangat

menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau paling kurang tidak

memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu,benefits yang menjadi sasaran utama

semua perusahaan adalah long term net benefits.

Page 5: Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis

Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan dalam

membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan

alternative kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya. Semua alternative kebijaksanaan dan

kegiatan itu terutama dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi

kelompok-kelompok terkait yang berkepentingan atau paling kurang, alternatif yang tidak

merugikan kepentingan semua kelompok terkait yang berkepentingan. Kedua, semua

alternative pilihan itu perlu dinilai berdasarkan keuntungan yang akan dihasilkannya dalam

kerangka luas menyangkut aspek-aspek moral. Ketiga, neraca keuntungan dibandingkan

dengan kerugian, dalam aspek itu, perlu dipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang.

Kalau ini bias dilakukan, pada akhirnya ada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan

atau kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara financial,

melainkan juga baik dan etis.

 

5. Kelemahan Etika Utilitarianisme :

Pertama, manfaat merupakan konsep yg begitu luas shg dalam kenyataan praktis akan

menimbulkan kesulitan yg tidak sedikit

Kedua, etika utilitarisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pd dirinya

sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dg akibatnya.

Ketiga, etika utilitarisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang

Keempat, variabel yg dinilai tidak semuanya dpt dikualifikasi.

Kelima, seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan, maka akan

ada kesulitan dlam menentukan proiritas di antara ketiganya

Keenam, etika utilitarisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan

demi kepentingan mayoritas

Page 6: Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis

6. Jalan Keluar

Tanpa ingin memasuki secara lebih mendalam persoalan ini, ada baiknya kita secara khusus

mencari  beberapa jalan keluar yang mungkin berguna bagi bisnis dalam menggunakan etika

utilitarianisme yang memang punya daya tarik istimewa ini. Yang perlu diakui adalah bahwa

tidak mungkin mungkin kita memuaskan semua pihak secara sama dengan tingkat manfaat

yang sama isi dan bobotnya. Hanya saja, yang  pertama-tama harus dipegang adalah bahwa

kepentingan dan hak semua orang harus diperhatikan, dihormati, dan diperhitungkan secara

sama. Namun, karena kenyataan bahwa kita tidak bisa memuaskan semua pihak secara sama

dengan tingkat manfaat yang sama isi dan bobotnya, dalam situasi tertentu kita memang

terpaksa harus memilih di antara alternative yang tidak sempurna itu. Dalam hal ini, etika

utilitarianisme telah menberi kita Kriteria paling objektif dan rasional untuk memilih diantara

berbagai alternative yang kita hadapi, kendati mungkin bukan paling sempurna.

Karena itu, dalam situasi di mana kita terpaksa mengambil kebijaksanaan dan tindakan

berdasarkan etika utilitarianisme, yang mengandung beberapa kesulitan dan kelemahhan

tersebut di atas, beberapa hal ini kiranya perlu diperhatikan.

a) Dalam banyak hal kita perlu menggunakan perasaan atau intuisi moral kita untuk

mempertimbangkan secara jujur apakah tindakan yang kita ambil itu, yang memenuhi

Kriteria etika utilitarianisme diatas, memang manusiawi atau tidak.

b) Dalam kasus konkret di mana kebijaksanaan atau tindakan bisnis tertentu yang dalam

jangka panjang tidak hanya menguntungkan perusahaan tetapi juga banyak pihak terkait,

termasuk secara moral, tetapi ternyata ada pihak tertentu yang terpaksa dikorbankan atau

dirugikan secara tak terelakkan, kiranya pendekatan dan komunikasi pribadi akan

merupakan sebuah langkah yang punya nilai moral tersendiri.

SUMBER :

1) http://liasetianingsih.wordpress.com/2011/11/23/etika-bisnis-vi-etika-utilitarianisme-dalam-

bisnis/

2) http://ennoasriani.wordpress.com/2012/10/22/etika-utilitarianisme-dalam-bisnis-tulisan-2-

softskill-etika-bisnis/