ETIKA PEDAGANG MUSLIM DI KAWASAN PONDOK ...repository.uinjambi.ac.id/1278/1/BOOKMART WIWIN...
Transcript of ETIKA PEDAGANG MUSLIM DI KAWASAN PONDOK ...repository.uinjambi.ac.id/1278/1/BOOKMART WIWIN...
ETIKA PEDAGANG MUSLIM DI KAWASAN PONDOK PESANTREN
AL FATAH KECAMATAN SINGKUT KABUPATEN SAROLANGUN
SKRIPSI
WIWIN FAUZIAH
NIM: EES150903
PEMBIMBING:
Drs. Maulana Yusuf, M. Ag
Addiarrahman, S.HI., M.SI
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AKADEMIK
2019
v
PERSEMBAHAN
Terucap Syukur Al Khamdulillah aku persembahkan kepada Allah SWT.
Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan hingga menetes air mata
kebahagiaan. Kupersembahkan karya tulis ini untuk orang terkasih cahaya hidup yang
senantiasa ada dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, untukmu ibuku Umyanah,
Kakakku Ahmad Imam Syafi’I, bibikku Siti Khodijah yang seperti ibuku sendiri. Terimakasih
untuk hal yang tak mampu kuperjelaskan satu persatu, sebab terlalu banyak hal yang begitu
berharga dan akan selalu berharga, untuk sosok yang setia dan selalu mewarnai dikehidupan
baruku Nur Wahid semoga Allah lancarkan segala urusan.
dan untukmu kedua ayahku Sadir (Alm), dan Sanadi (Alm) yang sempat hadir dan menemani
serta memberikan dukungan luar biasa selama lima tahun. Untuk nenek tercinta Sarminah
(Almh) yang dari dulu selalu merawat dan menjagaku, terimakasih selalu hadir dalam
kerinduan sebagai bagian penyemangat terindahku.
Terimakasih banyak untuk dosen pembimbing ku Bapak Drs. H. Maulana Yusuf, M.Ag dan
Bapak Addiarrahman S.HI., M.SI. yang tak pernah bosan memberikan masukan dalam
pembuatan skripsi ini.
Untuk kampus biru dan keluarga besar Fakultas Ekonomi Bisnis Islam, Dosen-dosen beserta
staf terimakasih telah membantu dalam meraih pendidikan ini.
Terimakasih pula atas dukungan yang luar biasa dari keluarga dan teman teman lokal E dan
khusus (The bos girls) Almusrijah Aini, Firdausiah, Mila Dewi Lasika, Novia Ratna Yanti,
Siti masitoh dan Triya Desy Syafitri, Yang selalu menemani, mendukung dan memberikan
motivasi diperantauan selama 4 tahun terakhir, semoga kesuksesan selalu menyertai kalian.
Terimaksih banyak untuk waktu berharga yang tak mampu kuulang kembali.
Wiwin Fauziah
vi
MOTTO
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”1
1 Depaq RI Ar-Rifa‟I Muhammad Nasib, Al- Qur‟an dan Terjemah surat An-Nisa‟ ayat :
29 cet: Jakarta Gema Insani Press 1999
vii
ABSTRAK
Wiwin Fauziah: EES.150903: Etika Pedagang Muslim Di Kawasan Pondok
Pesantren Al Fatah Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun.
Etika bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-
nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran,
sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Nilai etik, moral, susila
atau akhlak adalah nilai-nilai yang mendorong manusia menjadi pribadi yang
utuh. Seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta
kasih. Apabila nilai etik ini dilaksanakan akan menyempurnakan hakikat manusia
seutuhnya. Pemahaman pedagang dikawasan pondok pesantren Al Fatah tentang
etika bisnis Islam dalam aktifitas pandangannya masih sangat kurang. Hal ini
dilihat dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa mereka mengerti arti lain
dari etika seperti perilaku, sifat ataupun moral. Penerapan atau pelaksanaan dalam
etika bisnis di kalangan pedagang belum sesuai dengan harapan, karena setelah
penelitian melakukan wawancara hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan
tindakan yang dilakukan ketika berdagang. Sedangkan dampaknya bagi
masyarakat yaitu tercemarnya udara karena tidak adanya pembuangan limbah,
Kendala yang dialami oleh pedagang rata-rata kurangnya modal, lahan yang
sempit, dan kurangnya promosi. akan tetapi solusi yang seharusnya adalah
pedagang tetap harus mengerti bagaimana etika bisnis berjalan sesuai dengan
ajaran Rasulullah (Siddiq. Amanah, Tabliqh, Fathanah) dan di dapat dari
pendidikan non-formal dari pondok pesantren tentang etika bisnis Rasulullah Saw.
Kata Kunci : Etika Pedagang, Pemahaman, Penerapan
viii
ABSTRACT
Islamic business ethics is the character in conducting business in accordance with
Islamic values, so that in carrying out its business there is no need to worry,
because it is believed to be something that is good and right. Ethical, moral, moral
or moral values are values that encourage humans to become whole persons. Such
as honesty, truth, justice, independence, happiness and love. If this ethical value is
implemented it will perfect the whole human nature. The understanding of traders
in the Al Fatah Islamic boarding school on Islamic business ethics in their
viewpoint activities is still lacking. This is seen from the results of interviews that
state that they understand other meanings of ethics such as behavior, character or
morals. The application or implementation of business ethics among traders is not
in accordance with expectations, because after the research conducted interviews
the results obtained are not in accordance with the actions taken when trading.
While the impact on the community is air pollution due to the absence of waste
disposal, the constraints experienced by traders are an average lack of capital,
narrow land, and lack of promotion. but the solution that should be is the
merchant must still understand how business ethics runs according to the
teachings of the Prophet (Siddiq. Amanah, Tabliqh, Fathanah) and can be
obtained from non-formal education from Islamic boarding schools about
business ethics Rasulullah Saw.
Keywords: Trader Ethics, Understanding, Implementation
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dala
menyelesaikan skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa
pula iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw.
Skripsi ini berjudul “Etika Pedagang Muslim Di Kawasan Pondok
Pesantren Al Fatah Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun” merupakan kajian
baru di kawasan pondok pesantren untuk menerapkan etika bisnis islam bagi
pedadang.
Kemudian dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang dihadapi yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing, maka skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis
ucapkan adalah terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Su’aidi Asy’ari, MA,.Ph.D selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Prof Dr. Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Ibu Dr. Rafidah, SE.,M.EI, Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE.,ME, Ibu Dr.
Halimah Dja’far, M.FiI.I selaku Wakil Dekan I, II dan III di lingkungan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Sucipto, MA selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
x
5. Bapak Maulana Yusuf, M.Ag dan Bapak Addiarrahman S.HI.,M.SI selaku
pembimbing I dan II.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Teman-teman terbaikku di jurusan Ekonomi Syariah angkatan 2015 dan
semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
8. Ayahanda Sadir (Alm) dan Ibunda Umyanah yang senantiasa selalu
mendoakan kelancaran serta mendukung semua cita-cita penulis.
Tiada kata selain ucapan terimakasih, semoga Allah SWT memberikan
balasan kebaikan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. Akhir kata
penulis berharap semoga hasil penulisan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Jambi, Oktober 2019
Penulis
Wiwin Fauziah
EES.150903
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................... ii
NOTA DINAS ................................................................................................. iii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR ................................................................. iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 11
E. Batasan Masalah.......................................................................... 11
F. Landasan Teori ............................................................................ 11
G. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 26
H. Kerangka Pemikiran .................................................................... 28
BAB II METODE PENELITIAN ................................................................ 29
A. Pendekatan Penelitian ................................................................. 29
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 30
C. Instrument Pengumpulan Data .................................................... 30
D. Teknik Analisis Data ................................................................... 32
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 32
F. Jadwal Penelitian ......................................................................... 34
G. Jadwal Penelitian Lanjutan ......................................................... 34
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN........................................... 35
A. Sejarah Pedagang Dikawasan PP Al Fatah ................................. 35
B. Jumlah Pedagang Berdasarkan Dagangan .................................. 36
C. Jumlah Lama Masa Dagang ....................................................... 36
D. Nama Informan, Jenis Dagang dan Rt ....................................... 36
E. Kewajiban dan Larangan ............................................................ 37
F. Visi dan Misi ............................................................................... 38
G. Struktur Organisasi .................................................................... 39
H. Letak Geografis ........................................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 41
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 41
xii
1. Pemahaman Pedagang tentang Etika Bisnis Islam ............... 41
2. Penerapan Etika Pedagang Muslim ....................................... 46
3. Kendala, Dampak dan Solusi Dalam Etika Bisnis Islam ...... 54
A. Pembahasan ................................................................................. 56
BAB V PENNUTUP ..................................................................................... 67
A. Kesimpulan ................................................................................. 67
B. Saran ............................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Pondok Pesantren ...................................................... 9
Tabel 2 : Tinjauan Pustaka .................................................................... 26
Tabel 3 : Jadwal Penelitian.................................................................... 34
Tabel 4 : Jadwal Penelitian Lanjutan .................................................... 34
Tabel 5 : Jumlah Pedagang Berdasarkan Dagangan ............................. 36
Tabel 6 : Pedagang Yang Lama Masa Berjualan .................................. 36
Tabel 7 : Data Informan, Jenis Dagang Dan Rt .................................... 36
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran ............................................................... 28
Gambar 2 : Struktur Organisasi ................................................................ 39
Gambar 3 : Letak Geografis ...................................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan mainstream perkembangan sains dan teknologi atau yang
dikenal dengan era globalisasi, pesantren dihadapkan pada beberapa perubahan
sosial budaya yang tak terelakkan. Sebagai konsekuensi logis, hal tersebut harus
direspon secara mutualistik dan menuntut pesantren untuk berbenah diri menuju
perubahan. Hal ini, sebagai imbas dari lingkungan sekitar yang rata-ratanya
pedagang serta pengusaha produktif.
Bisnis dikatakan sebagai kegiatan berdagang atau usaha komersil di dunia
yang berhubungan dengan perdagangan yang dilakukan secara personal atau
sekelompok untuk menghasilkan keuntungan atau menjual barang maupun jasa
guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam bermuamalah yang perlu
diperhatikan yaitu menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang sesuai
tuntunan syariah seperti shiddiq (Jujur), amanah (Bisa dipercaya), tabligh
(Menyampaikan) dan fathonah (Cerdas). Kesuksesan Nabi Muhammad Saw
dalam hal bisnis dipengaruhi oleh kepribadian dari diri Nabi Muhammad Saw
yang dibangun atas dasar dialogis realitas sosial masyarakat Jahiliyyah.
Keteladanan Nabi Muhammad Saw tidak hanya dimulai setelah beliau dianggkat
menjadi Rasulullah Saw, namun keteladanan tersebut telah ada sebelum kerasulan
Rasulullah Saw. Dalam kemampuannya mengelola bisnis, terlihat pada
keberaniannya membawa dagangan Siti Khadijah dan hanya ditemani seorang
karyawan (maisarah). Rasulullah Saw bertanggung jawab penuh atas semua
2
dagangan milik Siti Khadijah, demikian juga barang dagangan yang
dibawa ke pasar. Jauh sebelum hal itu, pada saat Rasulullah Saw dua belas tahun,
beliau telah mengenal banyak tentang perdagangan. Kemudian pada usia tujuh
belas tahun, beliau membuka sebuah usaha dengan berdagang di Kota Makkah.
Rasulullah Saw membeli barang-barang di pasar lalu menjualnya ke beberapa
orang di pasar. Akhlak yang baik dan sifat-sifat mulia Rasulullah Saw menjadi
modal terpenting beliau saat menjalankan bisnis. Kejujurannya sangat mendorong
masyarakat Makkah untuk memberikan gelar Ash-Shiddiq yang berarti orang yang
berkata benar atau orang yang tidak pernah berdusta dan keteguhan Rasulullah
Saw dalam menjaga amanah orang lain membuat masyarakat Makkah juga
menggelarinya Al-Amin yang artinya orang yang terpercaya. Beberapa etika bisnis
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw adalah sebagai berikut:2
1. Prinsip Kejujuran
2. Prinsip Amanah
3. Adil dalam timbangan
4. Menjauhi Gharar (ketidak pastian)
5. Tidak melakukan Ikhtikar (penimbunan)
6. Tidak melakukan Al-ghab dan tadlis (penipuan)
7. Mengutamakan maslahah dan manfaat.
Oleh karena itu, Islam menekankan adanya moral atau etika dalam
persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Kejujuran dalam
memberikan informasi sangat di perlukan oleh konsumen. Nilai kejujuran
2 Wahyu Mijil Sampurno, Dampak Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Kemajuan
Bisnis Home Industry Pada Perusahaan Bandeng Montok Ummuqoni Pemalang Jawa Tengah,
hlm. 10
3
dipraktekkan oleh nabi Muhammad Saw. Beliau adalah seorang pedagang yang
terkenal dengan kejujurannya. Sebagai firman Allah Swt:3
سىل وتخىوىآ امىتكم واوتم تعهمىن .يآ يها انريه آمىىا لآتخىوىاالله وانس
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
Ayat tersebut telah menganjurkan kepada seluruh umat manusia pada
umumnya, dan para pelaku bisnis khususnya untuk berlaku jujur dalam
menjalankan roda bisnisnya dalam bentuk apapun. Adanya sebuah penyimpangan
dalam menimbang, menakar, dan mengukur barang merupakan satu contoh wujud
kecurangan dalam berdagang ataupun berbisnis.
Dalam realitasnya, bisnis baik sebagai aktivitas maupun sebagai entitas,
telah ada dalam sistem dan strukturnya yang “baku”. Bisnis berjalan sebagai
proses yang telah menjadi kegiatan manusia sebagai individu atau masyarakat
untuk mencari keuntungan dan memenuhi keinginan dan kebutuhan hidunya.4
Kemudian dikatakan pula orang yang berusaha menggunakan uang dan waktunya
dengan menanggung resiko, dalam menjalankan kegiatan bisnis di sebut
entrepreneur. Secara etimologi perdagangan yang intinya jual beli, berarti saling
menukar. Perdagangan atau dagang dalam bahasa arabnya tijarah yang artinya
menjual, mengganti dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang lainnya).5
3 Al- Anfal (10): 27.
4 Muhammad, dkk, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, Cet. Ke-
1, (Yogyakarta: BPFE, 2004), No. 003, hlm. 61 5 Abdul Ghofur, Pengantar Ekonomi Syariah, Cet. Ke- 1, Ed. 1, (Depok, Rajawali Pers,
2017), hlm. 107
4
Transaksi jual beli tidak sah apabila tidak memenuhi syarat dan rukun jual
beli. Karena syarat dan rukun jual beli telah ditetapkan didalam islam, berikut
penjelasannya:6
1. Penjual dan pembeli
a. Penjual dan pembeli adalah orang yang berakal sehat. Jual beli yang
dilakukan oleh orang gila hukumnya tidak sah.
b. Penjual dan pembeli sama sama rela atau ikhlas.
c. Orang yang melakukan jual beli (penjual dan pembeli) sudah baligh
atau dewasa. Kecuali jual beli barang-barang kecil seperti makanan,
minuman, dan jajanan makanan.
2. Uang dan barang yang diperjual belikan
a. Barang yang diperjualbelikan harus suci dan tidak najis.
b. Ada manfaat dari jual beli tersebut. Jadi jual beli barang yang tidak ada
manfaatnya tidak boleh.
c. Barang yang dijual harus diketahui oleh pembeli, maka tidak sah
apabila penjual menjual barang yang belum diketahui oleh
pembelinya. Misalnya menjual burung yang masih berkeliaran,
menjual ayam yang belum ditangkap dan lain sebagainya.
d. Barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh pembeli. Baik itu
bentuknya, ukurannya, maupun sifat-sifatnya.
6 https://www.dutadakwah.co.id/pengertian-jual-beli-hukum-syarat-dan-rukunnya-
lengkap/
5
e. Barang tersebut harus miliki penjual sendiri atau milik orang lain yang
sudah dikuasakan kepadanya untuk dijual belikan. Tidak boleh barang
curian.
3. Ikrar jual beli (akad)
Adapun ikrar dalam jual beli terdiri dari ijab dan qabul. Ijab merupakan
ikrar penjual. Sedangkan Qabul adalah ikrar pembeli. Adapun contoh dari ijab
qabul dalam jual beli adalah: “Saya jual motor ini kepadamu dengan harga 20
juta”. Kemudian pembeli menjawab: “Saya terima motor ini dengan harga
tersebut.”
Di dalam aktivitas perdagangan terdapat hal yang seharusnya menjadi
penting untuk di perhatikan, yaitu tentang perilaku atau etika berdagang
khususnya etika perdagangan dalam Islam. Perilaku dalam hal ini yaitu tentang
bagaimana tata cara berdagang yang telah diajarkan oleh syariah Islam.
Perdagangan masuk ke dalam sistem kebudayaan, sedangkan etika Islam
masuk ke dalam sistem keagamaan. Pemakaian teori ditunjukan pada hubungan
sistem kebudayaan dengan sistem keagamaan yang ada pada masyarakat
pedagang.7
Etika dan moralitas, satu hal yang membuat orang bingung yaitu; sebagian
orang menggunakan istilah “etika” dan “moralitas” secara berbeda, membatasi
kata pertama hanya dalam konteks professional dan bisnis, dan kata kedua untuk
masalah-masalah pribadi. Orang lain berhak dihormati, dihargai dan diperdulikan,
baik dalam konteks bisnis dan keluarga, di kantor maupun dilingkungan
7 Al-Bara, Analisis Pengaruh Perilaku Pedagang Terhadap Inflasi, Analytica Islamica,
Vol.5.No. 2, (2016), hlm. 247
6
bertetangga. Gambaran pedagang islami adalah pedagang yang di dalamnya
terdapat persaingan sehat yang dibingkai dengan nilai dan moralitas islam. Nilai
dan moralitas islam itu secara garis besar terbagi menjadi dua: pertama, norma
yang bersifat khas yaitu berlaku untuk muslim. Kedua, norma yang bersifat umum
yaitu berlaku untuk seluruh masyarakat.
Islam menempatkan nilai etika pada posisi yang tinggi, jika kita
menelusuri sejarah, dalam pandangan islam tampak pandangan positif terhadap
perdagangan dan kegiatan ekonomi. Nabi Muhammad Saw adalah seorang
pedagang dan agama islam disebarluaskan terutama melalui para pedagang
muslim. Islam pula menempatkan aktivitas perdagangan dalam posisi yang amat
strategis ditengah kegiatan manusia mencari rezeki dan penghidupan. Kunci etis
dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya, itu sebabnya misi
diutusnya Rasulullah Saw kedunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia
yang telah rusak. Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang
teguh etika dan moral bisnis Islami yang mencakup Husnul Khuluq, yaitu salah
satu dari akhlak yang baik dari dalam bisnis Islam adalah kejujuran. Sebagian dari
makna kejujuran adalah seorang pengusaha senantiasa terbuka dan transparan
dalam jual belinya.8
Etika bisnis islam bertujuan untuk mengajarkan manusia untuk bekerja
sama, tolong menolong, dan menjauhkan diri dari sifat dengki dan dendam serta
yang tidak sesuai dengan syariah. Bersama dengan semakin besarnya kesadaran
etika dan berbisnis, orang mulai menekankan pentingnya keterkaitan faktor-faktor
8 Biki Zulfikri Rahmat, Corporate Social Responsibility Dalam Perspektif Etika Bisnis
Islam, Amwaluna, Vol. 1 No. 1 (Januari, 2017), hlm. 99
7
etika dalam bisnis. Sesungguhnya dalam hal pelaksanaan kehidupan telah diatur
dalam pandangan ajaran agama Islam untuk mengatur seluruh kehidupan manusia
termasuk dalam kaitannya pelaksanaan perekonomian dan bisnis. Islam di segala
aspek kehidupan termasuk di dalamnya aturan bermuamalah (usaha dan bisnis)
yang merupakan jalan dalam rangka mencari kehidupan, pada hakikatnya tujuan
penerapan aturan (syariah) dalam ajaran Islam di bidang muamalah tersebut
khususnya etika bisnis adalah agar terciptanya pendapatan (rizki) yang berkah dan
mulia, sehingga akan mewujudkan pembangunan manusia yang berkadilan dan
stabilisasi untuk mencapai pemenuhan kebutuhan, kesempatan kerja penuh dan
distribusi pendapatan yang merata tanpa harus mengalami ketidak seimbangan
yang berkepanjangan di masyarakat.9
Dengan kenyataan di atas, maka prinsip pengetahuan etika bisnis islam
harus di miliki oleh setiap orang muslim yang bergelut dalam dunia bisnis, baik
itu pedagang, karyawan ataupun pengusaha agar usaha bisnisnya terhindar dari
hal-hal yang di larang oleh Allah Saw.10
Menurut Hasan Aedy perilaku mulia dan
sikap positif yang harus dimiiki oleh sang pelaku bisnis adalah: bekerja keras
dengan ikhlas dan mencintai pekerjaannya, hidup tertib dan penuh disiplin,
menjalin ukhuwah islamiah, berlaku jujur, pandai bersyukur, memuliakan
karyawan, dan mitra bisnis, ikhtiar dan doa, mampu mengembangkan potensi diri,
menepati janji, taat beribadah, istiqomah, menghindari kemungkaran, bekerja
9 Hafiz juliansyah, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etika Bisnis Islam Pedagang
Ciputat, httprepository.uinjkt.ac.iddspacebitstream12345678928181hafiz%20juliansyah-fsh.pdf 10
Cecep Moch, dkk, Etika Bisnis Islam Di Kalangan Pedagang Di Pasar Manaqib
Pondok Pesantren Suryalaya, Jurnal Hukum Islam, Vol.2.No. 1, (Juni 2018), hlm. 1
8
dengan tulus, bersahabat dengan lingkungan, berlaku amanah ,dan bersungguh-
sungguh dalam berusaha.11
Steinhoff dalam bukunya The World of Business menyatakan bahwa untuk
dapat menyediakan barang dan jasa bagi kebutuhan masyarakat, diperlukan dulu
bahan mentahnya, kemudian di proses dalam pabrik menjadi hasil produksi.
Dengan demikian tampak jelas bahwa fungsi dasar bisnis ialah:12
1) Acquiring raw materialis (mencari bahan mentah)
2) Manufacturing raw materialis into products (merubah bahan mentah
menjadi produk)
3) Distributing prducts to consuments (menyalurkan barang ke tangan
konsumen)
Yusuf Qardhawi memberikan patokan tentang norma-norma yang harus
ditaati dalam perdagangan oleh para pedagang muslim dalam melaksanakan
kegiatan perdagangan, yaitu:13
1. Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang yang di
haramkan.
2. Bersikap benar, amanah dan jujur
3. Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga
4. Mengharamkan monopoli
5. Menegakkan toleransi dan persaudaraan
6. Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju akhirat.
11
Fitri amalia, Implementasi Etika Bisnis Islam Pada Pedagang Di Bazar Madinah
Depok, jurnal ekonomi islam 12
https://d1203.wordpress.com/2011/11/04/fungsi-dasar-bisnis 13
Roni Muhammad dan mustofa, Pengaruh Tingkat Pemahaman Agama Terhadap
Perilaku Bisnis Gorontalo, dalam jurnal ekonomi islam, 2014
9
Empat kecamatan singkut yang memiliki 12 (Dua belas) Pondok
Pesantren, antara lain adalah:
Tabel. 1.
Data Jumlah Pondok Pesantren Kecamatan Singkut
No Nama Pondok Pesantren Alamat Ponpes Jumlah Pedagang
1 Al- Fatah Desa Payo Lebar 50 Pedagang
2 Nurul Jadid Desa Pasar Singkut 5 Pedagang
3 Salaful Muhajirin Desa Bukit Murau 14 Pedagang
4 Wali Songo Desa Sei Gedang 8 Pedagang
5 Darul Aula Desa Bukit Tigo 13 Pedagang
6 Atazkiyah Desa Sei Benteng 8 Pedagang
7 Salafiyyah Syafi’iyah Desa Sei Benteng 4 Pedagang
8 Rojaul Huda Kel Sei Benteng 7 Pedagang
9 An-Nur Desa Bukit Talang Mas 12 Pedagang
10 Nurul Iman Desa Sei Gedang 7 Pedagang
11 Ihya Assunnah Desa Payo Lebar 11 Pedagang
12 Sunan Kali Jogo Desa Siliwangi 6 Pedagang
Sumber: Kemenag Jambi dan Kantor Camat Singkut
Pondok pesantren Al-Fatah merupakan salah satu pondok pesantren
dikecamatan singkut yang kawasannya memiliki pedagang dengan mayoritasnya
pedagang yang beragama Islam, serta memiliki kreatifitas serta menjadi pedagang
musiman dikala hari-hari tertentu. Kawasan dalam artian yaitu daerah tertentu
yang memiliki ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri dan
sebagainya.14
Kemudian, ruang lingkup tersebut meliputi beberapa Rt, antara lain
Rt. 2, Rt. 3 Rt. 4 Rt. 5 dan Rt. 6. Akan tetapi dari pengamatan penulis terdapat
perilaku yang menyimpang dari para pedagang dikawasan tersebut, sebagai
14
https://jagokata.com/arti-kata/kawasan.html
10
contoh; kurangnya takaran timbangan untuk barang yang dibeli konsumen,
kurangnya keramahan dalam melayani pembeli, menyembunyikan cacat dan tidak
berlaku jujur.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa etika bisnis Islam adalah
seperangkat nilai-nilai tentang baik dan buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang bersumber dari al-Quran dan Hadis. Maka
dengan penjelasan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul: “Etika Pedagang Muslim Di Kawasan Pondok Pesantren Al-Fatah
kecamatan singkut Kabupaten Sarolangun”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan
permasalahan yang hendak di teliti adalah sebagai berikut
1. Bagaimana pemahaman para pedagang mengenai etika pedagang muslim di
kawasan Pondok Pesantren Al-fatah?
2. Bagaimana para pedagang menerapkan etika pedagang muslim dikawasan
Pondok Pesantren Al-Fatah?
3. Apa saja kendala, Dampak dan Solusinya dalam etika pedagang muslim di
kawasan Pondok Pesantren Al-Fatah?
C. Tujuan Penelitian
Dari pokok masalah yang di rumuskan di atas maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui tingkat pemahaman pedagang di kawasan pondok
pesantren Al-Fatah tentang etika pedagang muslim.
11
2. Ingin mengetahui penerapan etika pedagang muslim di kawasan pondok
pesantren Al-Fatah sesuai ekonomi Islam.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran serta informasi bagi semua pihak terutama masyarakat muslim dan
juga sebagai evaluasi terhadap penerapan etika pedagang muslim sekaligus
sebagai acuan dan masukan dalam membuat kebijakan yang akan datang.
2. Secara Khusus
Penelitian ini dapat menambah wawasan teori dan praktek tentang
etika pedagang muslim. Bagi pedagang dapat memberikan masukan dan
sumbangan pemikiran, bagi pihak lain hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai sumber referensi dalam penelitian selanjutnya.
E. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya aspek yang dianalisis pada etika pedagang muslim,
maka penulis membatasi pembahasan tentang pemahaman, penerapan, dampak,
kendala dan solusinya etika pedagang khususnya di kawasan pondok pesantren
Al- Fatah.
F. Landasan Teori
1. Pengertian Etika Bisnis Islam
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya karakter atau
tata susila. Secara umum pula etika sering di samakan dengan moral, etika
dalam bahasa inggris berasal dari kata ethics yang berarti tata susila juga,
12
sedangkan moral berasal dari kata mores yang berarti kebiasaan atau custom.
Yang pasti etika adalah perilaku dalam arti yang praktis sedangkan moral
adalah sumber etika dalam pengertian praktis atau pun yang seharusnya.15
Kata bisnis dalam Al-Qur’an yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha,
berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna
berdagang atau berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan,
perniagaan (menurut kamus al-munawwir). Menurut ar-Raghib al-Asfahani
dalam al-mufradat fi gharib al-Qur’an , at-Tijarah bermakna pengelolaan harta
benda untuk mencari keuntungan. Menurut Ibnu Farabi, yang dikutip ar-
Raghib , fulanun tajirun bi kadza, berarti seseorang yang mahir dan cakap
yang mengetahui arah dan tujuan yang diupayakan dalam usahanya.16
Dalam Islam, istilah yang paling dekat dengan istilah etika di dalam
Qur’an adalah Khuluq. Qur’an juga mempergunakan sejumlah istilah lain
untuk menggambarkan konsep tentang kebaikan: khayr (kebaikan), birr
(kebenaran), qist (persamaan), „adl (kesetaraan dan keadilan), haqq
(kebenaran dan kebaikan), ma‟ruf (ketakwaan). Tindakan yang terpuji disebut
sebagai salihat dan tindakan yang tercela sebagai sayyi’at.17
Etika menuntun
orang agar sungguh-sungguh menjadi orang baik agar memiliki sifat etis,
dengan mengutamakan kejujuran dan kebenaran.18
Etika Islam tergolong Etika
15
Aedy Hasan, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, Cet. Ke-1 (Bandung:Alfabeta,
2011), hlm. 24 16
https://www.tongkronganislami.net/etika-bisnis-dalam-islam/, tanggal, 22 oktober
2019, 21.16 wib 17
Raffik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, Pustaka Pelajar (Yogyakarta: November
2004), hlm 3 18
Moh Nasuka, Eika Penjualan dalam Perspektif Islam, Jurnal Muqtasid, Vol.3 No. 1,
(Juli 2012), hlm 48
13
Theologi. Menurut Hamzah Ya’qub bahwa yang menjadi ukuran etika
theologis adalah baik buruknya perbuatan manusia didasarkan atas ajaran
tuhan. Segala perbuatan yang diperintahkan tuhan itulah yang baik dan segala
perbuatan yang dilarang oleh tuhan itulah perbuatan yang buruk, etika Islam
mengajarkan manusia untuk menjalin kerjasama, tolong menolong dan
menjauhkan sikap iri, dengki dan dendam.
a. Prinsip-Prinsip Umum Etika Bisnis dari The Caux Round Table
Berbicara mengenai etika bisnis, seperti yang telah dijelaskan dalam
latar belakang, bahwa etika bisnis itu memuat beberapa prinsip yaitu: 19
a) Nilai bisnis bagi masyarakat adalah kesejahteraan dan menciptakan
lapangan pekerjaan.
b) Pelaku bisnis harus mengakui adanya kesungguhan, kejujuran setia
pada janji dan keterbukaan.
c) Memberikan produk dan jasa dengan kualitas terbaik.
d) Memberlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi.
e) Hubungan dengan pekerja, terbuka dalam informasi, menghormati
gander, usia dan suku, serta agama.
f) Menjaga hubungan baik dengan pesaing dan masyarakat umumnya.
Dalam ekonomi Islam dikenal adanya konsep distribusi pendapatan
dan distribusi kekayaan yang adil. Islam mengakui pendapatan dan kekayaan
adalah hak milik pribadi namun tidak bisa mengalahkan kepemilikan mutlak
Allah Swt yang telah mengamanahkan kekayaan tersebut kepada manusia
19
Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis, Cet. Ke-3, (Bandung: CV Alfabeta, 2003),
hlm. 50
14
untuk digunakan sebagai sumber daya untuk memakmurkan bumi, artinya
tidak dibenarkan jika hanya dikuasai oleh sekelompok kecil manusia saja,
melainkan harus berputar, didistribusikan secara adil hingga setiap individu
memperoleh kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya untuk menjadi
manusia yang terhormat sesuai dengan harkat manusia sebagai wakil Allah
Swt di muka bumi. Memperoleh keuntungan dalam suatu usaha dengan cara
yang jujur dan adil merupakan bagian dari bentuk profesionalitas kerja.
Keuntungan diperlukan untuk menutupi biaya dan menjamin keberlanjutan
usaha.20
Berikut ini nilai-nilai etika Islam yang dapat mendorong bertumbuhnya
dan suksesnya bisnis yaitu:21
1. Konsep Ihsan adalah suatu usaha individu untuk sungguh-sungguh
bekerja, tanpa kenal menyerah dengan dedikasi penuh menuju pada
optimalisasi, sehingga memperoleh hasil maksimal.
2. Itqan. Artinya membuat sesuatu dengan teliti dan teratur. Jadi harus bisa
menjaga kualitas produk yang dihasilkan.
3. Konsep hemat. Sebenarnya yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Kepada umatnya. Dengan berhemat ini, maka kita dapat menghemat
sumber-sumber alam, kita menyimpan dan menabung. Dana tabungan
akan dapat digunakan sebagai sumber investasi lebih lanjut, yang pada
gilirannya digunakan untuk produksi.
20
Andriyani Hapsari, Praktek Komersialisasi Lembaga Keuangan MikroSyariah Dalam
Pandangan Etika Bisnis Islam, JIMF (Jurnal Ilmiah Manajemen Forkamma), Vol.1.No. 4,
(Agustus 2018), hlm. 79 21
Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis, Cet. Ke-3, (Bandung: CV Alfabeta, 2003),
hlm. 56-59
15
4. Kejujuran dan keadilan, ini adalah konsep di dalam bisnis sebab relasi ini
diperlukan untuk membantu kemajuan bisnis dalam jangaka panjang.
Sedangkan keadilan perlu diterapkan misalnya terhadap para karyawan
dan tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lainnya.
5. Kerja keras. Rasulullah sangat terkenal dengan pelaksanaan konsep ini.
Kita mengetahui bagaimana Rasulullah pada masa kecilnya telah mulai
bekerja keras menggembalakan domba orang-orang mekah, dan beliau
menerima upah dari gembalaan itu. Setelah umur 12 tahun beliau mulai
berdagang bersama khalifahnya dari satu kota ke kota lainnya.
Manusia muslim, individu maupun kelompok dalam lapangan ekonomi
atau bisnis, disatu sisi diberikan kebebasan untuk mencari keuntungan
sebesar-besarnya. Namun disisi lain juga ia terikat dengan iman dan etika
(moral) sehingga ia tidak bebas mutlak dalam menginvestasikan modalnya
atau membelanjakan hartanya. Ia harus melakukan kegiatan usahanya sesuai
dengan prinsip nilai-nilai kejujuran, keadilan dan kebenaran serta kemanfaatan
bagi usahanya.22
Karakteristik yang di harapkan pekerja dari seorang
pemimpin bukanlah kecerdasan, keberanian, dan bahkan sifat inspirasional.
Meskipun hal tersebut penting, tetapi yang dinilai paling penting adalah
kejujuran atau etika. Etika menunjukkan dasar moral atau nilai-nilai yang
menentukan apakah suatu tindakan benar atau salah dan hasilnya baik atau
22
Sirman Dahwal, Etika Bisnis Menurut Hukum Islam (Suatu Kajian Normatif), hlm 17-
18
16
buruk. Orang menyandarkan pada nilai etika untuk mempertimbangkan hal
yang benar untuk dilakukan. 23
Sebagaimana yang di jelaskan dalam Al Qur’an surah Al Jum’ah ayat
11 sebagai berikut:24
ىآ انيها وتسكىك قآئما واذازاواتجازة اونهىا اوفضقهى
ه انههىومه انتجازة قم ماعىداالله خيسمقهىخيسانسشقيه واالله
ع)اا(
Artinya: “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka
segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau
(Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah,“apa yang
ada di sisi Allah lebih baik dari pada permainan dan
perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang baik.”
Dari uraian diatas, dapatlah kita mendefinisikan etika bisnis Islam
sebagai seperangakat nilai tentang baik, buruk benar dan salah dalam dunia
bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain etika bisnis
berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus komit
dalam bertransaksi, berprilaku dan berelasi guna mencapai daratan atau tujuan
bisnisnya dengan selamat.25
Islam merupakan sumber nilai dan etika dalam
segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh termasuk bisnis, Kata
“Bisnis” dalam Bahasa Indonesia diserap dari kata “Business” dari Bahasa
Inggris yang berarti kesibukan. Kesibukan secara khusus berhubungan dengan
orientasi profit/keuntungan. Bisnis juga dapat diartikan sebagai suatu lembaga
yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
23
Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi, Cet. Ke-2, Ed.2, (Jakarta: Rajawali Pers 2016) ,
hlm 46 24
Al- Jum’ah : 11 25
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, Kencana Prenada Media Group, (Jakarta:
April 2007), hlm 15
17
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau
sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntun-
gan. Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua
aktivitas dan institusi yang memproduksi barang & jasa dalam kehidupan
sehari-hari. Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang dan
jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Mempelajari kualitas moral kebijaksanaan organisasi, konsep umum
dan standar untuk perilaku moral dalam bisnis, berperilaku penuh tanggung
jawab dan bermoral. Artinya, etika bisnis Islami merupakan suatu kebiasaan
atau budaya moral yang berkaitan dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan.
Dalam membicarakan etika bisnis Islami adalah menyangkut “Business Firm”
dan atau “Business Person”, yang mempunyai arti yang bervariasi. Berbisnis
berarti suatu usaha yang menguntungkan. Jadi etika bisnis Islami adalah studi
tentang seseorang atau organisasi melakukan usaha atau kontak bisnis yang
saling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.26 Sistem
ekonomi Islam sesuai dari kesadaran tentang etika sedangkan sistem ekonomi
lain seperti kapitalisme dan sosialisme, cenderung mengabaikan etika
sehingga aspek nilai tidak begitu tampak dalam bangunan kedua sistem
ekonomi tersebut.
2. Islam, Kapitalisme dan Tesis Weber
Kapitalisme berasal dari asal kata capital yaitu berarti modal, yang
diartikan sebagai alat produksi semisal tanah dan uang. Sedangkan kata isme
26
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami Untuk Dunia
Usaha, Al Fabeta, (Bandung: November 2013), hlm 35
18
berarti paham atau ajaran. Kapitalisme merupakan sitem ekonomi politik yang
cenderung ke arah pengumpulan kekayaan secara individu tanpa gangguan
kerajaan. Dengan kata lain kapitalisme adalah suatu paham ataupun ajaran
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan modal atau uang. Dalam
dunia ekonomi peran modal sangatlah besar, bahkan pemilik modal bisa
menguasai pasar serta menentukan harga dalam rangka mengeruk keuntungan
yang besar. Industrialisasi bisa berjalan dengan baik kalau melalui
kapitalisme. Fernand Braudel pernah menyatakan bahwa “kaum kapitalis
merupakan spekulator dan pemegang monopoli yang berada dalam posisi
untuk memperoleh keuntungan besar tanpa menanggung banyak risiko”
Setelah setengah abad terakhir ini di Eropa telah berkembang tradisi
kesarjanaan Weber yang dipustakakan pada analisa mengenai penyelidikan
yang telah dilakukan Weber tentang hubungan antara agama dan kapitalisme.
Dengan sendirinya penyelidikan ini meliputi dasar pertentangan antara tradisi
asketisme puritan Eropa dengan etika mistis agama-agama di asia. Salah satu
akibat dari tradisi sosiologis ini ialah bahwa terlantarnya penyelidikan
terhadap sikap Weber mengenai Islam. Weber meninggal dunia sebelum
berhasil menyelesaikan sosiologi agamanya dengan suatu penyelidikan yang
lengkap dan sempurna tentang islam.
Senada dengan itu, kapitalis ialah hubungan-hubungan di antara para
pemilik pribadi atas alat-alat produksi yang bersifat non-pribadi (tanah,
tambang, instalasi industri dan sebagainya, yang secara keseluruhan disebut
modal atau kapital) dengan para pekerja yang biar pun bebas namun tak punya
19
modal, yang menjual jasa tenaga kerjanya kepada para majikan.8 Pengertian
lain menyebutkan, kapitalisme, sesuai asal katanya kapital yang berarti modal,
ialah sistem perekonomian yang menganggap modal sebagai penggerak
perekonomian. Kapitalisme mengakui kekuasaan kaum pemodal (kapitalis)
sebagai motor perekonomian yang menanamkan modalnya dengan mengambil
resiko kerugian atas usahanya. Pasar yang dikehendaki sebagai alokator
interaksi supply dan demand yang sempurna dan efisien adalah mekanisme
pasar bebas. Maksudnya, biarkan saja perekonomian berjalan dengan wajar
tanpa campur tangan pemerintah, sebab nanti akan ada tangantangan tak
terlihat (invisible hands) yang akan membawa perekonomian tersebut ke arah
keseimbangan. Dalam hal ini, kapitalisme adalah sebuah sistem di mana
negara memberikan kebebasan bagi warganya untuk mengelola semua sumber
daya dan kekayaan yang dimilikinya, namun tetap tidak boleh terjadi praktik
monopoli di pasar. Sebab, pandangan semua ekonom sadar, termasuk para
pemikir kapitalis, bahwa monopoli adalah penyakit yang akan merusak dan
menghancurkan sebuah sistem perekonomian. Maka tidak heran, Adam Smith,
pelopor sistem ini, menganjurkan peran negara seminimal mungkin dan
mengusahakan seluas-luasnya kebebasan bagi para pelaku ekonomi yang
mengandalkan self-interest-nya. Inilah konsep laissez faire-laissez passer ala
kaum fisiokrat yang berawal dari pendapat Francis Quesnay. Adalah sebuah
keniscayaan, seandainya fenomena ketimpangan pendapatan memang terjadi
dalam sistem kapitalisme karena persaingan yang terjadi dalam masalah
alokasi sumber daya. Kemiskinan sebagai konsekuensi dari ketimpangan
20
pendapatan, merupakan gejala alamiah (sunnatullāh) yang tidak hanya terjadi
dalam sistem kapitalisme, tetapi lebih disebabkan rendahnya faktor
produktivitas dan kemajuan masyarakat. Inilah yang dilawan oleh kapitalisme
melalui konsep spesialisasi pekerjaan (division of labour).27
Etika ekonomi yang diajarkan katolisme abad pertengahan
menciptakan banyak hambatan bagi perkembangan kapitalis dan ideologi
kapitalis. Di perkotaan, para pedagang kapitalis menjual barang-barang
produksi mereka selama mereka melakukan satu perjalanan dari satu tempat
ke tempat lainnya. Awalnya mereka menjual barang pada teman sesama
pedagang seperjalanan, lalu berkembang menjadi perdagangan umum.
Sementara di wilayah pedesaan saat itu masih cenderung feodalistik. Dalam
hal ini Russel mengemukakan adanya tiga faktor yang menghambat
kapitalisme di pedesaan dan berbagai wilayah lain. Kendala itu adalah: 28
a. Tanah yang ada hanya digunakan untuk bercocok tanam, sehingga
hasil produksinya sangat terbatas. Russel mengusulkan untuk
mengubah tanah menjadi sesuatu yang lebih menguntungkan
(profitable). Atau dengan pengertian lain tanah bisa diperjual belikan
seperti barang lainnya.
b. Para petani atau buruh tani yang masih terikat pada sistem ekonomi
subsistensi. Komentar Russel untuk hal ini adalah mereka siap untuk
dipekerjakan dengan upah tertentu.
27
Choirul Huda, Ekonomi Islam Dan Kapitalisme (Merunut Benih Kapitalisme Dalam
Ekonomi Islam), Conomica, Vol, Vii. Edisi 1, (Mei 2016), Hlm 4 28
Choirul Huda, Ekonomi Islam Dan Kapitalisme (Merunut Benih Kapitalisme Dalam
Ekonomi Islam), Conomica, Vol, Vii. Edisi 1, (Mei 2016), Hlm 6
21
c. Hasil produksi yang diperoleh petani saat itu hanya sekedar digunakan
untuk mencukupi kebutuhan pribadi. Menurut Russel, produksi hasil
petani harus ditawarkan ke pasar dan siap dikonsumsi oleh publik.
Evolusi harga di dunia baru membawa dampak mendalam pada
kapitalisme Eropa, pada kelas-kelas ekonomis dan distribusi
pendapatan di Mexico, Peru dan Bolivia. Tingginya harga dan
rendahnya upah mengakibatkan inflasi keuntungan, yang pada
akhirnya menyumbang pada membesarnya akumulasi modal.
Sebelum menyinggung argumentasi Weber, bahwa islam bukan agama
keselamatan, ada baiknya dalam penyelidikan mengenai sikap Weber terhadap
islam, perlu terlebih dahulu dibedakan argumentasi yang erat hubungannya
satu sama lain. Pertama; bahwa paling sedikit ditemukan empat macam tesis
Weber mengenai hubungan antara kepercayaan agama dengan kapitalisme.
Kedua; bahwa Weber, terlepas dari kesalahan-kesalahannya yang nyata
mengenai islam, meletakkan tekanan pada persoalan yang keliru. Tujuannya
yang utama adalah menjelaskan apa sebab diluar Eropa tidak ditemukan
kapitalisme yang rasional, tapi sebenarnya menjelaskan transisi Islam dari
suatu ekonomi moneter menjadi rezim pertanian dan militer. Walaupun
analisa Weber tidak begitu berhasil, ironisnya tiap kali pembaharu-pembaharu
Islam menjelaskan sebab-sebab dari kemunduran Islam, mereka senantiasa
mempergunakan argumentasi Weber secara implisit.29
29
Abdullah Taufik, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Peberbit LP3ES,
(Jakarta:Anggota IKAPI), hlm 113
22
Ada beberapa cara untuk mengemukakan semua penjelasan argumentasi
gagasan beragama oleh Weber hampir secara bersamaan. Penjelasan pertama
mengenai tesis Etika Protestan (Marx dan Pareto) ialah bahwa didalamnya
terkandung teori yang idealistis mengenai nilai-nilai. Tesis kedua menunjukan
bahwa ia adalah suatu argumentasi mengenai syarat-syarat yang perlu dan
memadai bagi timbulnya kapitalisme. Tesis Weber ini mempunyai pandangan
yang lebih luas lagi mengenai sosiologi peradaban dari Weber dan
menekankan pentingnya konsep “pengertian” dalam filsafat Weber tentang
ilmu pengetahuan. Akhirnya tesis Weber yang kedua menggaris bawahi
kontinuitas antara Weber dan Marx, dengan memperlihatkan bagaimana
Weber tak hentinya memperhatikan bagaimana suatu kepercayaan terbentuk
oleh lingkungan sosio-ekonomisnya. Weber memperlihatkan bahwa lembaga-
lembaga islam tak dapat mencocokkan dirinya dengan kapitalisme, karena
semua lembaga itu didominasi oleh sejarah patrimonial yang panjang.
Kepercayaan-kepercayaan dalam islam memang berpengaruh, tapi tidak
sepenting pengaruh patrimonial. Hanya saja, tesis ini dipegang dengan
interpretasi lainnya mengenai sejarah islam, sehingga menggoyahkkan teori
Weber.30
Ahli-ahli sejarah ekonomi dan sosial memperlakukan Etika Protestan
sebagai teori yang kuat menimbulkan kapitalisme modern. H.M Robertson
mencoba menolak apa yang di anggapnya sebagai psikologi Weber dengan
30
Abdullah Taufik, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Peberbit LP3ES,
(Jakarta:Anggota IKAPI), hlm 114
23
memperlihatkan, bahwa kapitalisme timbul dari “keadaan material” dan
bukan dari “dorongan jiwa keagamaan” tertentu.
Sementara interprestasi Weber lebih membenarkan sosiologi dalam
keseluruhannya dari pada perspektif idealis yang sederhana, ia mengalami dua
kesulitan. Pertama, ia cenderung kearah anggapan bahwa Weber menerima
metodologi J.S Mill, dan dengan demikian mengecilkan Verstehende
sosiologie (sosiologi yang dimaklumi) Weber. Kedua, ia berasumsi bahwa
tesis Etika Protestan berlanjut terus dan merupakan inti dari sosiologi Weber
dikemudian hari. Namun, dalam beberapa hal persoalan tersebut sebagai suatu
ciri perubahan sosial yang radikal menyentuh analisa Weber mengenai
masyarakat asia.
Weber mulai mengakui bahwa Islam adalah agama monetis yang
didasarkan pada ramalan etis yang menolak ilmu gaib. Asketisme mungkin
timbul sebagai jalan keluar bagi rasa khawatir tidak akan memperoleh
keselamatan. Weber mengatakan bahwa asketisme dihalangi oleh dua
kelompok sosial yang penting: golongan pejuang yang merupakan pendukung
sosial utama dari Islam, dan persaudaraan kaum sufi yang memupuk sikap
mistik dalam beragama. Dalam menyesuaikan Qur’an yang monetis dengan
kepentingan sosio-ekonomis dari corak hidup para pejuang, keselamatan
ditafsirkan kembali lewat gagasan jihad menjadi hasrat akan daerah baru.
Weber menyimpulkan bahwa “islam tidak pernah sungguh-sungguh
merupakan agama penyelamat”, walaupun tumbuh dari monotisme yahudi dan
Kristen. Dengan etika keagamaan ini, Islam tidak dapat menciptakan kekuatan
24
sosial yang dapat mengangkat kaum muslimin di Timur Tengah dari stagnasi
feodal. Pada tingkat argumentasi ini, kita menafsirkan bahwa Weber
merumuskan bahwa Islam tidak menimbulkan kapitalisme karena kebudaya-
annya tidak cocok dengan semangat kapitalisme. Sebagai pilihan kedua kita
dapat menyimpulkan bahwa Weber menandaskan adanya hubungan efektif
antara kebutuhan golongan pejuang dengan nilai-nilai kemiliteran yang
muncul pada tingkat awalnya dalam Islam. Dalam kenyataannya, sesungguh-
nya argumentasi Weber jauh lebih rumit dan ketika Weber berpaling ke
analisa mengenai hokum Islam. Nampak bahwa argumentasinya disusun
dalam bentuk serangkaian prasyarat yang perlu untuk perkembangan
kapitalis.31
Teori Weber bahwa timbulnya “etika feudal” disebabkan karena Islam
bergantung kepada kelas pejuang sebagai pendukung system sosialnya dalam
kenyataannya salah. Islam berkembang di perkotaan, bersifat komersial dan
penganutnya pandai baca tulis. Mekah terletak secara strategis, pada jalur-jalur
perdagangan antara Laut Tengah dengan Samudera Hindia. Kaum Qurais,
suku Rasul sendiri telah mencapai kedudukan politis yang penting sekali,
berkat kekuatan perdagangan mereka didaerah ini. Rasul sendiri pernah
bekerja pada kafilahyang mengangkut barang-barang dari bizantium kepasar
di mekkah.
Dalam sosiologi Weber pula terdapat beberapa tesis, yang memberikan
penjelasan mengenai pertumbuhan sosial dan kapitalis. Perluasan koloni-
31
Abdullah Taufik, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Peberbit LP3ES,
(Jakarta:Anggota IKAPI), hlm 120
25
koloni bangsa Eropa menimbulkan suatu persoalan yang sulit sekali dalam
thecdicy (pembelaan terhadap sifat Tuhan Yang Maha Baik dan Maha Kuasa
berhubung dengan adanya kejahatan): jika Islam adalah agama yang
sebenarnya, mengapa justru orang-orang kafir yang berhasil di dunia ini.
Jawaban pihak muslimin terhadap soal ini dijelaskan oleh para pembaharu
Islam dari berbagai aliran sebagai berikut: Orang-orang Kristen kuat, karena
mereka bukan Kristen sejati, orang-orang muslimin lemah karena mereka
bukan muslim sejati pula.
Untuk menjadi muslim sejati, Islam perlu dibersihkan dari bagian
pengaruh-pengaruh asing guna menemukan kembali Islam yang murni, dan
asli, dan yang nampaknya amat sesuai dengan dunia modern yang ilmiah.
Islam murni didasarkan pada etika yang asketis, aktivis dan keduniaan. Musuh
dari Islam murni maupun masyarakat modern ialah berbagai sikap fatalisme,
pasivitas, mistik yang dimasukkan kedalam agama Islam oleh madzhab sufi.
Tetapi sekarang terdapat tekanan baru dalam hal penolakan kontemporer
terhadap mistik sufisme, yaitu, bahwa sufisme memboroskan sumber ekonomi
dan tidak serasi dengan asketisme dan aktivisme.
Oleh karena itu terdapat suatu yang menarik antara penjelasan Weber
mengenai Protestanisme dengan tema-tema dasar mengenai pembaharuan
Islam. Islam yang murni dan puritanisme mencari dalam ayat-ayat Kitab Suci
agama mereka masing-masing suatu etika yang bebas dari tambahan-
tambahan mistis dan ritus. Hasilnya adalah sejumlah norma-norma yang
menganjurkan asketisme, aktivisme dan tanggung jawab. Namun hubungan
26
antara asketisme puritan di Eropa dan modernism Islam di Timur Tengah
bersifat dangkal dan tidak orisinal. Mungkin perbedaan yang paling utama
terletak pada kontek social di mana “puritanisme” Islam berbeda. Terlepas
dari adanya puritanisme Islam sebelum zaman colonial (Wahabisme,
Hambalisme), pembaharuan di zaman moderen lebih merupakan usaha untuk
mengabsahkan akibat-akibat sosial dari kapitalisme yang eksogen dari pada
suatu perekembangan yang berlangsung dengan sendirinya.
G. Tinjauan Pustaka
Tabel. 2.
Hasil Penelitian Terdahulu
32
Imron Mawardi, dkk, Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar
Wonokromo Surabaya, JESTT, Vol.1.No. 4, (April 2014), hlm. 278
N
o. Nama
Judul
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan
1. Imron
Mawa
rdi,
dkk
Pemaham
an Etika
Berdagang
Pada
Pedagang
Muslim
Pasar
Wonokro
mo
Surabaya
Perdagangan adalah pekerjaan yang
sangat dianjurkan dalam Islam,
karena Nabi dan sahabat juga
seorang pedagang. Jadi mestinya
sebagai Muslim yang baik dalam
melakukan aktivitas sehari-hari di
Indonesia sesuai dengan petunjuk
Nabi agar berhasil dunia dan
selanjutnya termasuk dalam
perdagangan. Etika per-dagangan
adalah tata krama dan perilaku yang
baik dalam perdagangan itu
pelanggan akan puas.32
pemahaman etika
bisnis islam
dikalangan
pedagang
Masih sangat
minim dikarenakan
pendidikan yang
kurang, akan tetapi
pemahaman
mengenai dasar
etika mereka
mengetahui sedikit
demi sedikit.
2. Fitri
Amali
a
Etika
Bisnis
Islam:
Konsep
dan
Implement
asi Pada
Pelaku
Usaha
Kecil
Dalam ajaran Islam memberikan
kewajiban bagi setiap muslim untuk
berusaha semaksimal mungkin
untuk melaksanakan syariah
(aturan. Pada hakikatnya tujuan
penerapan aturan (syariah) dalam
ajaran Islam di bidang muamalah
tersebut khususnya perilaku bisnis
adalah agar terciptanya pendapatan
(rizki) yang berkah dan mulia,
sehingga dalam menjalankan usaha
dan kegiatan, para pelaku usaha
konsep penerapan
atau pelaksaanaan
yang terjadi yaitu
mereka melakukan
etika bisnis Islam
tersebut akan tetapi
mereka tidak
mengetahui bahwa
etika yang ia
terapkan sesuai
dengan etika bisnis
Islam atau belum,
27
33
Fitri Amalia, Etika Bisnis Islam: Konsep dan Implementasi Pada Pelaku Usaha Kecil,
Al-Iqtishad, Vol.VI.No. 1, (Januari 2014), hlm. 133 34
Restin Meilina, Faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika Bisnis, Akademika,
Vol.14.No. 2, (Agustus 2016), hlm. 125 35
Busra Febriyarni, Fiqh al-Hadis Etika Bisnis (Tinjauan Kesahihan dan Pemahaman),
Al Istinbath; Jurnal Hukum Islam, Vol.1.No. 2, (2016), hlm. 141
telah memahami dan
mengimplementasikan prinsip atau
nilai-nilai Islam dengan
berlandaskan pada Al-Quran dan
Hadis. Implementasi meliputi empat
aspek: prinsip, manajemen,
marketing/iklan dan produk atau
harga.33
ataukah sesuai
dengan nilai-nilai
Islam yang terjadi
sekarang
dikalangan seluruh
pedagang. Tapi
penerapan mereka
masih melaksankan
etika bisnis pada
umumnya.
3. Restin
Meilin
a
Faktor
Yang
Mempeng
aruhi
Pelanggar
an Etika
Bisnis
Ada dua faktor yang mendorong
penjual melakukan pelanggaran
etika bisnis, yaitu: pertama
Karakter, yaitu sifat tidak ingin
bertanggung jawab dan ikut campur
atas kerugian orang lain demi
memperkecil kerugian yang di
alami. Kedua Kurangnya modal dan
pengetahuan, yaitu kekhawatiran
akan modal dan keuntungan yang
turun drastis karena kerugian yang
harus di tanggung, dan kurangnya
pemahaman atas peraturan-
peraturan perlindungan konsumen
dan pengetahuan atas kualitas telur
dan kontaminasi bakteri pada telur
yang rusak.34
Adapun faktor yang
biasanya dan
sampai sekarang
masih terjadi yaitu
terjadinya
ketidakcocokan
dalam berdagang
apalagi dalam
persaingan, mereka
masih
mengandalkan
keuntungan yang
besar tanpa
memikirkan
bagaimana harga
yang diterima oleh
konsumen.
4. Busra
Febriy
ani
Fiqh al-
Hadis
Etika
Bisnis
(Tinjauan
Kesahihan
dan
Pemaham
an)
Rasulullah mengajarkan beberapa
prinsip dalam perniagaan di an-
taranya: jujur, tidak menipu,
larangan jual beli najasy, larangan
ihtikar atau monopoli dan
pembayaran upah sebelum kering
keringatnya. Ketika beberapa
prinsip tersebut sudah dilaksanakan
dengan baik, maka keberuntungan
dan keberkahan dalam berbisnis
akan diperoleh di dunia dan di
akhirat.35
Praktik atau
pelaksanaan dan
penerapannya
masih sering
melenceng dari
sifat yang diajarkan
Rasulullah Saw
dalam berdagang,
akan tetapi dalam
hal amanah atau
dapat dipercaya
masih ia terapkan
ketika berdagang.
5 Amri
Kuma
ra dkk
Tiga
Faktor
Penghamb
at
Ada beberapa hal yang
menghambat seorang pelaku bisnis
dalam mengembangkan bisnisnya,
yaitu: Pertama, Keterbatasan modal
Kurangnya jujur
dalam berbisnis,
sikap yang masih
mementingkan
28
H. Kerangka Pemikiran
Gambar .1.
Kerangka Pemikiran Penelitian
36
Amri Kumara, Tiga Faktor Penghambat Pengembangan Bisnis Pada Pedagang
Muslim Di Pasar Ikan Hias Gunungsari Surabaya, ESTT, Vol.2.No. 4, (April 2015), hlm. 309
Pengemba
ngan
Bisnis
Pada
Pedagang
Muslim
Di Pasar
Ikan Hias
Gunungsa
ri
Surabaya
yang dimiliki. Kedua, Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
semakin modern. Ketiga, Enggan
dalam mengambil resiko. keempat,
Pendidikan dan keterampilan yang
kurang. Kelima, Kurangnya
motivasi/dorongan kuat untuk
berubah menjadi lebih baik.
Keenam, Kurangnya SDM atau
tenaga kerja. Ketujuh, Hanya ingin
mencari peluang pasar terdekat.
Kedelapan, Kesulitan dalam
menyuplai bahan baku. Kesembilan,
Lembaga pemerintah/non
pemerintah tidak berjalan dengan
baik.36
keuntungan sendiri,
dan keterbatasan
modal yang sering
menjadi patokan
utama dalam
berdagang.
Merupakan faktor
yang menghambat
berkembangnya
usaha dagang
tersebut.
Etika Bisnis Rasulullah Saw
Pemahaman Etika Bisnis Islam
di Kalangan Pedagang
Kendala, Dampak dan Solusi Atas
Ketidaksesuaian Tindakan Yang Dilakukan
Pedagang
Etika Bisnis Islam di Kalangan Pedagang
1.Jujur (Shiddiq)
2.Dapat dipercaya (Amanah)
3.Menyampaikan (Tabliqh)
4.Cerdas (Fathanah)
Penerapan Etika Bisnis Islam
di Kalangan Pedagang
29
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang yang menggunakan metode
kulaitatif. Metode kualitatif sering disebut dengan penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); peneliti
dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang
berkembang apa adanya, tidak di manipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti
tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.
Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human
instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna
adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik
data yang tampak.37
Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah meneliti subjek penelitian atau informan dalam lingkungan hidup
kesehariannya.
Penelitian ini merupakan bagian dari pendekatan kualitatif fenomenologi
berhubungan dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian, dunia
intersubyektif (dunia kehidupan). Fenomenologi bertujuan untuk
menginterpretasikan tindakan sosial kita dan orang lain sebagai sebuah yang
bermakna (dimaknai) serta dapat merekonstruksi kembali turunan makna (makna
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. Ke-23 (Bandung:
Alfabeta, 2016), hlm. 8
30
yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi
intersubjektif individu dalam dunia kehidupan sosial.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Data primer
Merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu
atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner
yang biasa dilakukan oleh peneliti.38
Yang didapat dari masyarakat setempat
terkhusus pedagang dikawasan Pondok Pesantren Al-Fatah Kecamatan
Singkut Kabupaten Sarolangun.
2. Data sekunder
Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti.
Data sekunder meliputi buku atau dokumentasi yang berkaitan dengan Etika
Pedagang Muslim di Kawasan Pondok Pesantren Al-Fatah Kecamatan Singkut
Kabupaten Sarolangun.
C. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi (observation) ini menuntut adanya pengamatan dari si
peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap objek
penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengamatan,
panduan pengamatan, dan lainnya.39
Observasi ini ditujukan kepada
38
Husen Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cet. Ke- 13, Ed. 2,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2014), hlm. 42 39
, Husen Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cet. Ke- 13, Ed. 2,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2014), hlm. 51
31
pedagang di kawasan Pondok Pesantren Al-Fatah Kecamatan Singkut
Kabupaten Sarolangun.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
lain. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan
yang diwawancarai, tetapi juga dapat berupa pedoman wawancara maupun
ceklist.40
Untuk mewawancarai informan yaitu kepala desa, ini ditujukan
untuk memperoleh informasi secara langsung tentang keadaan pedagang
kawasan Pondok Pesantren Al-Fatah Kecamatan Singkut Kabupaten
Sarolangun.
Wawancara dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian
yang kedua, yaitu mengetahui penerapan etika pedagang muslim di kawasan
pondok pesantren al-fatah sesuai ekonomi islam. Untuk mewawancarai
informan yaitu kepala desa dan pedagang di kawasan pondok pesantren Al
Fatah, terlebih dahulu penulis merancang daftar pertanyaan yang
berhubungan dengan penelitian.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta
yang tersimpan dalam bentuk catatan tentang data pedagang, arsip foto
lingkungan pedagang dan buku-buku atau jurnal tentang etika pedagang.
40
Husen Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cet. Ke- 13, Ed. 2,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2014), hlm. 51
32
D. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dilapangan, dianalisis dengan menggunakan
analisis non-statistik yaitu dengan cara deskriptif. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Fenomenologi, yaitu para peneliti fenomenologi
dapat mungkin berinteraksi secara langsung dengan informan, mengenal secara
dekat dunia kehidupan mereka, mengamati dan mengikuti alur kehidupan
informan secara apa adanya dalam bentuk tindakan nyata. Dengan penelitian
metode fenomenologi, memungkinkan peneliti untuk mempelajari fenomena
informan tanpa mempertanyakan penyebabnya , realitas yang sebenarnya dan
penampilannya.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman penjelasan, dan penelaahan pokok
permasalahan yang akan di bahas maka skripsi ini disusun dengan sistematika
sebagai berikut: :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini, menguraikan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Batasan Masalah, Landasan Teori,
Tinjauan Pustaka dan Kerangka pemikiran.
BAB II : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam Bab ini, terdiri dari lima sub bab. Sub bab yang pertama menjelaskan
tentang Pendekatan Penelitian, sub bab yang kedua menjelaskan tentang Jenis
Dan Sumber Data, sub bab ketiga menjelaskan tentang Instrumen Pengumpulan
Data, sub bab keempat menjelaskan Teknik Analisis Data, sub bab kelima
33
menjelaskan tentang Sistematika Penulisan, dan sub bab yang kelima menjelaskan
tentang Jadwal Penelitian.
BAB III : GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Dalam bab ini, menguraikan awal mula berdirinya Pedagang di kawasan
Pondok Pesantren Al Fatah, Jumlah Dagangan berdasarkan dagangan, kewajiban
dan larangan bagi pedagang, Visi dan Misi, Struktur Organisasi dan Denah Lokasi
di kawasan Pondok Pesantren Al Fatah.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, berisi tentang analisis dari hasil penelitian berdasarkan
fakta dan data dengan metode yang telah ditentukan serta penjelasan dari hasil
penelitian.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini, berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran
atau rekomendasi tentang perbaikan yang perlu dilakukan di masa yang akan
dating terkait dengan masalah temuan penelitian.
34
F. Jadwal Penelitian
Tabel .3.
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Tahun 2019
Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajual
judul
2 Pembuatan
proposal
X x x x
3 Perbaikan
proposal dan
seminar
x x X x
4 Surat izin
Riset
x x x x
5 Pengumpulan
data
x x x x
Tabel. 4.
Jadwal Penelitian (Lanjutan)
No Kegiatan
Tahun 2019
Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan
data
x x x X
2 Pengelolaan
data
x X x x
3 Pembuatan
laporan
X x x x
4 Bimbingan
perbaikan
x x X x
5 Agenda ujian
skripsi
6 Penjilidan
35
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Pedagang dikawasan Pondok Pesantren Al- Fatah
Segala sesuatu yang terbentuk tidak terlepas dari sejarah berdirinya, begitu
pula halnya dengan pedagang muslim dikawasan Pondok Pesantren Al Fatah,
Pedagang di Desa ini berdiri sudah lebih dari 10 (sepuluh) tahun lebih, mereka
mulai berdagang dikarenakan sebagian besar warga berasal dari luar sumatera dan
mulai merantau. Awalnya para pedagang membuat usaha untuk coba-coba, tapi
karena di daerah tersebut belum ada produksi tempe dll, maka pedagang
dikawasan tersebut mulai membangun sebuah bisnis itu. Dan usaha ini sebenarnya
sudah turun-temurun dari keluarga, memang awalnya usaha itu rata-ratanya
dirintis oleh kedua orang tua para pedagang, namun Karena umur yang sudah
menua maka dilanjutkan oleh anak-anak mereka. Warga disekitar semakin
banyak, mereka pun mulai membangun usaha masing-masing. Dan Alhamdulillah
mereka masih melanjutkan usaha tersebut sampai sekarang.
Berdasarkan penjelasan diatas dan ditinjau langsung ke lapangan, dapatlah
diuraikan mengenai latar belakang lahirnya pedagang di kawasan Pondok
Pesantren Al Fatah sebagai berikut: Pedagang di kawasan Pondok Pesantren Al
Fatah merupakan para pedagang yang terletak di Kelurahan Payo Lebar
Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun Kota Jambi yang hingga kini tetap
terbuka dan terus berkembang. Pada awalnya para pedagang ini berdiri karena:
1. Pedagang dikawasan Pondok Pesantren Al Fatah merupakan warga
pindahan dan semakin banyak.
36
2. Pedagang tersebut rata-rata sudah memulai usahanya 10 tahun lebih
3. Semakin banyak warga yang mendirikan usaha dan menciptakan
pedagang.
B. Jumlah Pedagang Berdasarkan Dagangan
Hingga Tahun 2019 jumlah pedagang dengan jenis barang dagangannya
terlihat pada table dibawah ini.
Tabel. 5.
Jumlah Pedagang Berdasarkan Dagangan Juni 2019
No. Jenis Dagangan Jumlah Pedagang
(Frekuensi)
Persentase
1.
2.
3.
4.
Produsen Tempe
Produsen Sayur
Sembako
Kuliner
7 orang
12 orang
13 orang
18 orang
20%
24%
26%
30%
Jumlah 50 orang 100% Sumber: Kantor Desa Payolebar Singkut
C. Jumlah Lama Masa Pedagang
Tabel. 6.
Pedagang Lama Masa Berjualan
Lama Berjualan Jumlah Pedagang
1 – 10 Tahun
11-20 Tahun
21-30 Tahun
18 Pedagang
11 Pedagang
21 Pedagang
Total 50 Pedagang Sumber: Data Primer, Wawancara dengan Pedagang
D. Nama Informan, Jenis Dagang Per Rt
Tabel. 7.
Data Informan, Jenis Dagang dan Rt
No Nama Informan Jenis Dagang Rt
1 Adi Purnomo Produsen tempe Rt 2
2 Siti Khotijah Sembako Rt 2
3 Saripah Sembako Rt 2
4 Sariyem Produsen Sayur Rt 2
37
5 Suparti Kuliner Rt 2
6 Suparni Produsen Tempe Rt 3
7 Imam Kuliner Rt 3
8 Tuminah sembako Rt 3
9 Mutik Sembako Rt 4
10 H Jarno Sembako Rt 4
11 Joko kuliner Rt 5
12 Jumaiyah Produsen Sayur Rt 5
13 Suparmi Produsen Sayur Rt 6
14 Richa Kuliner Rt 6
15 Slamet Produsen Tempe Rt 6 Sumber: Wawancara Dengan Pedagang Di Kawasan Pondok Pesantren Al Fatah
Tabel diatas merupakan warga yang paling lama menjalankan aktivitas
usaha / berdagang. Dari 238 KK yang diperoleh dari 5 (lima) Rt hanya 50 yang
menjadi pedagang di kawasan Pondok Pesantren Al-Fatah tersebut. Populasinya
dengan random per rt yaitu diambil secara acak beberapa dari ke 5 (lima) rt untuk
data yang diperoleh seperti yang dijelaskan tabel tersebut. Dalam hal ini para
pedagang kurang memahami tentang etika bisnis Islam, dan mereka mengatakan
bahwa mereka menerapkan etika yang telah diajarkan Rasulullah Saw, akan tetapi
pada kenyataannya mereka lebih banyak mengingkari hal-hal tersebut. Oleh sebab
itu sebagai kawasan di pesantren seharusnya pesantren menerapkan pendidikan
non formal yang telah peneliti jelaskan untuk para pedagang.
E. Kewajiban dan Larangan Bagi Pedagan
1. Kewajiban
a. Menjaga kebersihan serta limbah pembuatan
b. Saling menghormati sesama pedagang
c. Tidak ada perbedaan antar pedagang
2. Larangan
38
a. Pedagang tidak boleh menjual barang yang dilarang oleh syariat Islam
F. Visi Misi
Melayani masyarakat Desa Payolebar secara menyeluruh demi
terwujudnya desa yang Maju, Aman dan Sejahtera (MAS)
1. Visi
Maju : Masyarakat Desa Payolebar secara bertahap mampu
mengenal, mengetahui dan memanfaatkan Ilmu pengetahuan
dan Teknologi sesuai dengan profesi dan keahliannya.
Aman : Masyarakat merasa tentram, rukun dan damai
Sejahtera :Terpenuhinya kebutuhan ekonomi (materil) maupun sosial
(spiritual) artinya kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi
secara adil dan merata.
2. Misi
1. Melaksanakan Roda Pemerintah Yang Jujur, Transparan dan Amanah
2. Meningkatkan Kinerja Perangkat Desa Sesuai Tupoksi Masing-Masing
3. Melibatkan Masyarakat Dalam Proses Perencanaan
4. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan
5. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa Payolebar Dengan
Cara Melibatkan Dalam Berbagai Bentuk Kegiatan
39
G. Struktur Organisasi
Untuk memudahkan pembaca melihat struktur organisasi yang ada di desa
Payo Lebar, maka peneliti mencantumkan Struktur pemerintahan desa Payo Lebar
secara sederhana agar mudah dipahami, yaitu sebagai berikut:
Gambar.2.
Struktur Organisasi Desa Payo Lebar
………………...
……………
Sumber:
Sumber: Kantor Desa Payo Lebar Singkut
H. Geografis Desa Payolebar Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun
1. Letak Geografis
Desa Payo Lebar kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun memiliki
luas wilayah 10 km2
, wilayah ini merupakan desan yang terletak di kecamatan
Kepala Desa
Imam Syafi’i
BPD SekDes
Sutiman
Bendahara
Dwi Putri M
Kasi
Kesra
Saefulah
Kasi
Pemerintah
Eka
Supriani
Kasi
Trantib
Susanto
Kaur
Umum
Daryanto
Kaur
Keuangan
Juanita K
Kaur
Pembangunan
Alimun Siri
Kadus
Karya Agung
Basirun
Kadus
Karya Makur
Tukirno
Kadus
Sukajadi
Sukadi
Kadus
Suka Mulya
Nyamin
Kadus
Rambe Jaya
Warno
40
Singkut yang merupakan hasil transmigrasi yang diresmikan oleh pemerintah
pada tahun 1970.41
Gambar. 2.
Letak geografis Desa Siliwangi 201842
41
https://id.wikipedia.org/wiki/Singkut,_Sarolangun 42
https://www.google.com/search?q=peta+kecamatan+singkut+sarolangun+2018
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pemahaman Pedagang di Kawasan Pondok Pesantren Al Fatah
Tentang Etika Pedagang Muslim
Kata etika berarti kebiasaan, adat, watak dan cara berpikir. Etika juga
berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan sebagai suatu tatanan
kepatuhan, adat istiadat yang berkenaan dengan hidup yang baik dan buruk,
adapun Imam an Nawawi mengatakan bahwa etika atau adab adalah tata
karma yang dilakukan seseorang. Sedangkan perdagangan atau pertukaran
dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai proses transaksi yang didasarkan atas
sukarela dari masing-masing pihak. Etika islam dalam bisnis telah
menciptakan paradigma bisnis dalam sistem etika bisnis islam. Paradigma
bisnis adalah cara pandang tertentu yang dijadikan sebagai landasan bisnis
baik sebagai aktivitas maupun sebagai entitas.43
Dalam suatu transaksi atau bermuamalah, hal yang terpenting adalah
akad jual dan beli, yaitu pertemuan ijab dan Kabul sebagai pernyataan
kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada
objek.44
Pada Perdagangan yang dilakukan oleh umat muslim juga ada etika
yang jadi pedoman dalam transaksi jual beli, agar terjadi hubungan yang baik
dan seimbang antara pedagang dan pembeli. Hal ini sebenarnya juga harus
43
Siti Nur Azizaturrahmah dan Imron Mawardi, Pemahaman Etika Berdagang Pada
Pedagang Muslim Pasar Wonokromo Surabaya (Studi Kasus Pedagang Buah), JESTT, Vol. 1,
No. 4 (April 2014) 44
Syamsul anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007), hlm 68
42
diketahui dan diterapkan di kawasan Pondok Pesantren Al Fatah, karena
mayoritas pedagang dan pembelinya beragama islam.
Mengenai hal ini seperti yang dilakukan oleh para pedagang, sebagai
mana yang dipaparkan oleh Bapak Imam Syafi’i selaku kepala desa Payo
Lebar, pada saat diwawancarai beliau mengatakan:
“Etika pedagang muslim itu seperti etika bisnis yang sesuai syariat islam kan
mba. Jadi kalau menurut pengamatan saya mba, tingkat pemahaman
pedagang disini rata-rata kurang paham tentang etika yang mba maksud. Akan
tetapi mereka kadang-kadang menggunakan etika tersebut, meskipun mereka
belum terlalu mengerti apa etika pedagang muslim itu mba”45
Kemudian penulis mewawancarai lagi Bapak kepala desa mengenai
struktur khusus untuk pedagang, ia mengatakan bahwa:
“untuk strukturnya belum ada pembuatan khusus, tapi sudah ada rencana.
Hanya saja programnya masih dalam proses dan belum ada musyawarah
dengan para pedagang”46
Dilain kesempatan penulis juga mewawancarai pedagang, ia
mengatakan bahwa:
“saya tahu etika bisnis islam, tapi soal pahamnya itu kurang begitu
memahami bagaimananya penerapan dan menjalankannya, jadi saya
melakukan hal sewajarnya seerti pedagang”47
Berbeda pula dengan yang dikatakan oleh bapak Jarno, Bapak Imam
ibu Tuminah, ibu Richa dan ibu Siti bahwasanya:
“ setahu saya etika itu sama halnya dengan sifat ataupun tingkah laku. Kalau
etika bisnis islam berarti; sifat/tingkah laku seorang pebisnis maupun pedagang
yang mengikuti syariat islam kan mba, ya saya pahamnya begitu”48
45
Hasil wawancara dengan Imam Syafi’i, selaku Kades desa Payo Lebar, tentang tingkat
pemahaman pedagang dikawasan pondok pesantren Al Fatah, tanggal 26 juni 2019 46
Hasil wawancara dengan Imam Syafi’i, selaku Kades desa Payo Lebar, tentang struktur
khusus pedagang dikawasan pondok pesantren Al Fatah, tanggal 26 juni 2019 47
Dirangkum dari wawancara dengan Adi Purnomo, Suparni, Suparmi, Suparti, jum dan
Saripah,tentang pemahaman etika bisnis islam, tanggal 28 juni 2019 48
Dirangkum dari wawancara dengan Imam, Jarno, Tuminah, Richa dan Siti K, tentang
pemahaman pedagang tentang etika bisnis islam, tanggal 28 juni 2019
43
Dikatakan pula oleh bapak Joko dan ibu sariyem bahwasanya:
“saya tidak paham arti luas etika bisnis islam, karna faktor pendidikan
yang kurang. Tapi saya tahu arti dari tiap kata-katanya Cuma saja saya
tidak tahu bagaimana menjalankan etika bisnis islam itu”49
Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa rata-rata pedagang di
kawasan pondok pesantren al fatah tersebut tidak begitu memahami etika
bisnis islam, akan tetapi ada beberapa yang memang betul-betul memahami
apa itu etika bisnis islam. Dan pedagang di kawasan tersebut pula mengetahui
hal-hal yang benar dan yang salah yang harusnya di perdagangkan, yang
selanjutnya tentu melakukan hal yang berkenaan dengan produk, dan
pelayanan.
Kemudian saya mewawancarai kembali :
“Penting mba, karena kita sebagai orang islam harus tahu sesuatu yang
halal dan haram buat dijual dan dimakan. Karena kita disini rata-
ratanya muslim, jadi semua yang kita konsumsi harus yang halal dan
pastinya bersih”50
Begitu pula pendapat lain saat di wawancarai:
“ menurut saya sangat penting, karena saya islam. Akan tetapi saya
kurang paham apa yang harus diatur. Sebab minimnya pengetahuan.
Kalo soal haram haram saya rasa itu juga bagian dari aturan
perdagangan yakan mba? Jadi mungkin itu salah satu aturan lain dalam
perdagangan”51
Dilain waktu juga saya mewawancarai Ibu Siti Khadijah dan Bapak Adi
Purnomo, beliau mengatakan:
“Pada zaman Rasulullah Saw, perdagangan sangat dicintai dan
dianjurkan oleh umat islam. Apalagi urusan dalam etika, maka dari itu
saya memilih berdagang karena ada hadist juga yang menjelaskan
49
Dirangkum dari wawancara dengan joko dan sariyem, tentang pemahaman pedagang
tentang etika bisnis islam, tanggal 28 juni 2019 50
Dirangkum dari wawancara dengan Suparni, Suparmi, Suparti, joko, tuminah, jum dan
Saripah, tentang seberapa penting agama islam mengatur perdagangan, tanggal 28 juni 2019 51
Wawancara oleh sariyem, tanggal 28 juni 2019
44
bahwa 99% rezeki didapat dari berdagang, dan yang diinginkan etika
dagang saya seperti Rasulullah SAW”52
Dengan demikian maka urusan dalam mengatur perdagangan menjadi
hal penting bagi para pedagang disekitar Pondok Pesantren Al Fatah, namun
masalah perdagangan saat ini kurang mendapat tempat dalam gerakan
peradaban islam. Padahal hal ini sangat penting untuk dilakukan kaum
muslimin menuju kejayaan Islam diberbagai belahan dunia yang sangat
tertinggal dibidang perdagangan.
Dilain tempat saya mewawancarai kembali
“ya karna jujur itu sifat baik, saya dari dulu dilatih orang tua saya buat
jujur. Kalo adil ya itu harus apalagi untuk sikap pedagang kepada
karyawan-karyawan dan pembeli”53
Kemudian ia menjawab hal yang sama pula, bahwa :
“jujur itu penting, supaya kepercayaan sebagai pedagang selalu dilihat
pembeli. Kalo kita tidak jujur otomatis pembeli bakal pergi. Kadang ada
juga pembeli yang langsung ketempat pembuatan ataupun toko. Ya itu
tadi mereka melihat bersih atau tidak khususnya produsen, kalo saya
larang-larang pasti curiga. Makanya saya jujur apapun itu kalo soal
dagangan saya”54
Dalam kesempatan yang lain pula beliau mengatakan:
“saya percaya, karena Allah yang telah menciptakan manusia dan
Allah pula yang mengatur semuanya kan mba; jodoh, mati dan rejeki.
Oleh sebab itu kita sebagai manusia jangan cuma diam saja
mengharapkan rejeki, tapi kita usaha maka Allah akan kasih rejeki”55
Dengan demikian maka peneliti berkesimpulan bahwa, para pedagang
di kawasan pondok pesantren Al Fatah mengutamakan kejujuran apa lagi
dalam berdagang. Karena mereka semua beranggapan bahwa kejujuran
merupakan sebuah kunci dalam berdagang pula. Soal rejeki, Allah telah
52
Dirangkum dari wawancara dengan Adi Purnomo, Imam, Siti K, Richa dan jarno,
tentang seberapa penting agama islam mengatur perdagangan, tanggal 28 juni 2019 53
Dirangkum dari wawancara dengan semua informan pedagang, tentang mengapa
perdagangan harus menerapkan sifat jujur dan adil, tanggal 28 juni 2019 54
Dirangkum dari wawancara dengan semua informan pedagang, tentang menerapkan
dan pentingnya berlaku jujur dan adil dalam berdagang, tanggal 28 juni 2019 55
Dirangkum dari wawancara dengan semua informan pedagang, tentang rezeki telah
diatur oleh Allah, tanggal 28 juni 2019
45
siapkan kepada mereka semua yang telah berusaha meskipun rejeki yang di
beri tak melimpah-limpah akan tetapi mereka mensyukuri sebab mereka
percaya bahwa semua telah diatur oleh Allah Swt.
Dilain waktu saya mewawancarai lagi, ia menjelaskan bahwa:
“saya tidak tahu etika bisnis pada zaman Rasulullah Saw, menurut
saya, kita perlu tahu tentang rasulullah tapi kalo soal bisnis itu bagi
saya kita harus mengikuti zaman sekarang.”56
Ada juga yang mengatakan bahwa:
“yang saya tahu pada zaman Rasulullah Saw, bisnis beliau dahulu kala
hanya berawal dari mengikuti seorang pamannya pergi berdagang.
Lalu setelah menikah dengan sayyidah Khadijah beliau diberikan
modal dan kepercayaan. Nah mulai dari sana beliau menjadi pedagang
yang banyak disukai dan dicintai oleh semua orang sebab kebaikan,
kesopanan dan kebaikan-kebaikan lainnya. Dari sana saya mengagumi
akan sosok beliau dan ingin mempraktikkan sedikit demi sedikit cara
berdagang beliau. Tapi jujur mba memang agak berat cobaannya untuk
menjadi pedagang yang benar-benar mengikuti etika Rasulullah Saw.57
Dapat di simpulkan bahwa, para pedagang di kawasan tersebut rata-
rata mengetahui bagaimana bisnis Rasulullah Saw. Tak banyak yang tak
mengetahui. Ada pula yang mengetahui etika tersebut akan tetapi tidak
menggunakan etika bisnis tersebut. Dikarnakan mereka mengikuti setiap
perkembangan bisnis. Tapi yang di maksud oleh peneliti adalah bagaimana
etika Rasulullah tersebut dalam berdagang atau berbisnisnya.
Ditempat lain saya mewawancarai kembali, ia mengatakan bahwa:
“Alhamdulillah saya mengetahui, maka dari itu saya ingin menjadi
pedagang. Karena memang yang mba katakan kalau berdagang
merupakan ibadah juga. Menurut saya ibadah kan di dapat dari mana
saja, termasuk berdagang yaitu bisa berbuat baik, membantu yang
56
Dirangkum dari wawancara dengan suparmi, suparti dan sariyem, tentang, mengetahui
etika bisnis Rasulullah Saw, tanggal 28 juni 2019 57
Dirangkum dari wawancara dengan Suparmi, Adi Purnomo, Richa, Siti K, joko,
Tuminah, Jum, Jarno dan Imam, tentang mengetahui etika bisnis Rasulullah Saw, tanggal 28 juni
2019
46
tidak mampu, mengajak orang untuk membantu/ menjadi karyawan,
bias juga kita saling berdakwah dan menasehati”58
Disimpulkan dari para pedagang bahwa, mereka sangat menyukai
berdagang karena dari sana mereka banyak menemui berbagai karakter orang
dan bagaimana menyikapi konsumen. Dan mereka juga bias melakukan
ibadah melalui berbagai macam kebaikan serta saling tolong menolong.
Dan dilain waktu saya mewawancarai lagi, ia mengatakan:
“belum tahu sih mba kalo soal itu, yang saya tahu ya kalo untuk
mendapatkan keuntungan yang besar ya modal harus banyak dan usaha
juga.”59
Ada juga yang mengatakan bahwa:
“saya juga kurang tahu, tapi sepertinya memang iya mba. Karena
contoh etika seperti jujur, membantu dan melayani dengan baik
memang membuat saya semakin banyak pelanggan”60
Pada kesempatan ini peneliti menyimpulkan bahwa pedagang di
kawasan itu kurang mengetahui etika bisnis dapat mendatangkan keuntungan
besar. Akan tetapi menurut si peneliti bahwa etika tersebut berjalan pula
dengan usaha untuk memperoleh keuntungan yang baik.
2. Penerapan Etika Pedagang Muslim di Kawasan Pondok Pesantren Al
Fatah
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa perusahaan telah
menerapkan etika bisnis Islam melalui kelima aksiomanya. Penerapan etika
tauhid pada perusahaan antara lain dapat dilihat dari kualitas produk, kinerja
SDM, dan proses produksi yang senantiasa dijaga. Unsurunsur ke-Islaman
58
Dirangkum dari wawancara dengan semua informan pedagang tentang berdagang
merupakan ibadah, tanggal 28 juni 2019 59
Dirangkum dari wawancara dengan Suparni, Saripah, Suparmi, Adi Purnomo, Joko,
Tuminah, dan Sariyem tentang etika bisnis dalam berdagang dapat mendatangkan keuntungan
yang besar, tanggal 29 juni 2019 60
Dirangkum dari wawancara dengan Richa, Siti K, Jum, Jarno dan Imam tentang etika
bisnis dalam berdagang dapat mendatangkan keuntungan yang besar, tanggal 29 juni 2019
47
pada perusahaan juga diutamakan, ditandai dengan kegiatan pengajian dan
briefing sebelum melaksanakan kegiatan proses produksi. Penerapan etika
keseimbangan pada sistem perusahaan dapat dinilai dari kualitas produksi dan
distribusi yang dilakukan. Kualitas produksi dan distribusi yang baik bertujuan
untuk memberikan produk terbaik bagi konsumen serta melayani kebutuhan
konsumen. Konsep keadilan dalam hal ini terwujud ketika perusahaan
memberikan produk yang terbaik bagi konsumen maka konsumen juga akan
memberikan loyalitas terbaik bagi perusahaan.61
Keberhasilan dan kesuksesan Rasulullah Saw dalam berbisnis pada
zaman dahulu merupakan suatu bukti yang sangat nyata, bahwa ketika kita
melakukan segala sesuatu karna Allah yang dalam hal ini adalah berbisnis,
niscaya hasilnya akan selalu baik. Karena pada hakikatnya, ridha Allah
merupakan hal yang paling utama bagi kita sebagai manusia agar dapat
memperoleh kesuksesan yang hakiki. Hal tersebut lah yang berusaha di
tunjukkan oleh Rasulullah Saw kepada umatnya tentang bagaimana
seharusnya sebuah bisnis dijalankan. Sikap dan perilaku nabi Muhammad Saw
yang sudah sangat dikenal sebagai orang yang sangat jujur dalam berbisnis,
menjadikan beliau di gelari Al Shiddiq. Selain itu nabi Muhammad Saw juga
di akui sebagai seseorang yang sangat teguh dan berkomitmen dalam
memegang amanah dan tidak pernah sekalipun mengkhianati (ingkar)
61
Wahyu Mijil Sampurno, Penerapan etika bisnis Islam dan dampaknya terhadap
kemajuan bisnis industri rumah tangga, Journal of Islamic Economics Lariba, Vol. 2(2016), hlm 3
48
terhadap kepercayaan yang telah di percayakan beliau. Tidak heran jika beliau
pada akhirnya mendapatkan julukan Al Amin (terpercaya).62
Dalam berbisnis sikap beribadah kepada Allah (Sholat) merupakan
bagian dari etika, hal tersebut tertuang dalam wawancara yang ia jelaskan
sebagai berikut:
“kalo soal sholat, saya jarang tepat waktu mba. Karena kan kalo kita
sholat harus dengan keadaan bersih. Nah seringnya itu semua selesai
jam 12.30 wib. Yang penting kan saya tidak meninggalkan sholat lima
waktu mba.”63
Kemudian di lain waktu dijelaskan pula sebagai berikut:
“sholat itu kan kewajiban kita sama Allah mba, jadi kalo menurut saya
kalau memang tiba waktunya sholat ya saya langsung usahakan sholat.
Karena setelah sholat pikiran saya pun tenang dan melanjutkan
aktivitas lagi pun jadi tidak terburu-buru dan terganggu”64
Dari penjelasan tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa apabila tiba
waktunya sholat, sebagian dari mereka melaksanakan sholat tepat waktu, akan
tetapi disini ada sebagian para produsen yang tak terlalu mementingkan sholat
tepat waktunya dikarenakan badan yang kotor ataupun penuh keringat,
sehingga membuat mereka menyelesaikan dulu pekerjaan ataupun hal yang
mengenai perdagangan itu.
Lalu pada kesempatan yang lain pula saya mewawancarai kembali, ia
mengatakan hal yang sama:
62
Fajri Futuh Rachman dkk, Identifikasi Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Pedagang
Fasion Busan Muslim di Pasar Baru Trade Center, Vol. 4, No. 1, (tahun 2018), hlm 4 63
Dirangkum dari wawancara dengan Adi Purnomo, Joko, Sariyem, Suparti, dan Saripah,
tentang melakukan aktivitas dagang ketika waktu sholat tiba, tanggal 29 juni 2019 64
Dirangkum dari wawancara dengan Suparmi, Suparni, Richa, Tuminah, Jum, Jarno dan
Siti K, tentang melakukan aktivitas dagang ketika waktu sholat tiba, tanggal 29 juni 2019
49
“yang pastinya saya ganti dengan yang baru dan tidak cacat, kemudian
yang cacat kadang untuk saya sendiri ataupun saya berikan kepada
orang yang memang membutuhkannya”65
Kemudian penulis mewawancarai kembali kepada para pedagang,
tentang bagaimana menakar atau menimbang barang dagangan, ia mengatakan
bahwa:
“soal penimbangan rata-rata saya selalu lebihkan, Karna dari dulu
takaran usaha saya ya segitu banyaknya mba. Tapi kalo ditempat yang
lain saya kurang tahu bagaimana takaran mereka, kalau pun beda pasti
beda dikit mba. Ya kebanyakan pedagang itu melebihkan dan
menganggap itu bagian dari syukur dan sedekah meskipun sedikit-
sedikit”66
Penulis mengetahui bagaimana mereka para pedagang menakar
timbangan, memang di kawasan tersebut para pedagang selalu melebihkan
timbangan ataupun takaran, akan tetapi ada beberapa yang memang cuek akan
takaran dan timbangan dan tak terlalu membuka hal pribadi dalam takaran
tersebut.
Pada kesempatan yang lain pula saya mewawancarai kembali dan ia
mengatakan bahwa:
“bagi saya yang penting promosi dalam usaha sudah dijalankan mba,
karena saya tidak mau memaksakan kehendak orang untuk membeli
dagangan saya”67
Berbeda pula pendapat Ibu Richa dengan Ibu Siti K, ia mengatakan bahwa:
65
Dirangkum dari wawancara dengan semuan informan pedagang tentang dagangan
yang cacat, tanggal 29 juni 2019 66
Dirangkum dari wawancara dengan semua informan pedagang tentang bagaimana
menakar-menimbang barang dagangan, tanggal 29 juni 2019 67
Dirangkum dari wawancara dengan Suparmi, Suparti, Saripah, Suparni, Adi Purnomo,
Joko, Tuminah, Sariyem, Jum, Jarno dan Imam tentang jika pembeli tidak mau membeli walaupun
sudah promosikan barang, tanggal 29 juni 2019
50
“promosi barang itu penting mba meskipun tidak ramai yang membeli,
justru lama kelamaan promosi itu semakin digemari orang. Apa lagi
kan mba sekarang zaman canggih jadi dagangan bisa kita posting di
sosmed yah pastinya semakin banyak yang meminati. Yang penting
kan banyak testi yang suka dengan dagangan kita”68
Dapat kita ketahui bahwa promosi itu penting dalam sebuah berbisnis,
meskipun hasil yang diperoleh tidak sebanding usaha. Peneliti menyimpulkan
masyarakat tersebut sangat tak terlalu merespon dalam promosian. Sebab
mereka tidak begitu memaksakan atas pembelian yang dilakukan oleh
konsumen.
Saya melanjutkan wawancara lagi kepada pedagang, ia menjelaskan
sebagai berikut:
“saya tidak memberikan harga rendah mba, kalau saya kasih harga
rendah nanti keuntungan saya di dapat dari mana lagi. Ya memang
rejeki Allah yang ngatur. Tapi masak iya saya beli bahan-bahan aja
mahal terus saya jual lebih rendah, kan rugi nanti mba”69
Ada juga yang mengatakan bahwa:
“bagi saya pribadi nih ya mba, sebenarnya menjual dengan harga
rendah itu rugi, tapi saya disini akan banyak menemukan pelanggan
dan banyak menarik pembeli. Dari pada saya menjual dengan harga
mahal tapi sebaliknya justru itu akan menambah kerugian. Ya lebih
baik harga rendah supaya keuntungan terus mengalir meskipun sedikit-
sedikit”70
Dan berbeda pula dengan yang dikatan oleh pedagang ini sebagai
berikut:
“harga saya samakan dengan pedagang lainnya dan sesuai dengan
harga-harga penjual di luar sana. Kalau pun berbeda kemungkinan
68
Dirangkum dari wawancara dengan Richa dan Siti K tentang jika pembeli tidak mau
membeli walaupun sudah promosikan barang, tanggal 29 juni 2019 69
Dirangkum dari wawancara dengan saripah selaku pedagang tentang harga yang lebih
rendah dari pedagang lainnya, tanggal 30 juni 2019 70
Dirangkum dari wawancara dengan Suparti, Suparmi, Siti K, dan Sariyem tentang
harga yang lebih rendah dari pedagang lainnya, tanggal 30 juni 2019
51
berbanding dikit dengan harga jual pedagang-pedagang di kawasan
sini mba.”71
Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa para pedagang dikawasan
pondok pesantren Al Fatah menjual barang dagangan sesuai dengan harga jual
oleh pedagang pada umumnya. Ya meskipun ada beberapa dari mereka yang
takut jika ia tak mampu melanjutkan usahanya tersebut karena faktor harga
yang rendah dari lainnya. Karena harga merupakan salah satu peranan penting
dalam perekonomian, harga juga merupakan salah satu faktor penyebab
seorang konsumen mau membeli suatu produk yang telah ditawarkan oleh
perusahaan ataupun perorangan. Harga juga merupakan komponen penting
atas suatu produk, karena akan berpengaruh terhadap keuntungan produsen.
Harga merupakan satuan atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa
lainnya) yang, ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan
suatu barang atau jasa.
Kemudian saya mewawancarai lagi tentang pembelian dalam jumlah
besar kepada pedagang, dan ia menjelaskan sebagai berikut:
“yang pastinya seneng karena rezeki datang kepada kita, nah
berartikan kita harus mempersiapkan semua pesanan yang di inginkan
oleh pembeli itu. Syukur-syukur bisa suka dan menjadi awal pembuka
dalam berlangganan, dan yang pastinya juga kita akan memberikan
yang terbaik untuk si pembeli itu tadi”72
Di jelaskan pula oleh Ibu Sariyem dan Ibu Suparmi tentang bagaimana
sikap anda jika ada pembeli membeli barang dagangan dalam jumlah besar:
71
Dirangkum dari wawancara dengan Suparni, Adi Purnomo, Richa, Joko, Tuminah,
Jum, Jarno dan Imam tentang harga yang lebih rendah dari pedagang lainnya, tanggal 30 juni 2019 72
Dirangkum dari wawancara dengan Adi Purnomo, Suparni, Suparti, Saripah, Richa,
Siti K, Joko, Tuminah, Jum, Jarno dan Imam tentang bagaimana sikap pembeli membeli dagangan
dalam jumlah besar, tanggal 30 juni 2019
52
“seneng sekali mba, tapi saya karena sudah lanjut usia jadi kadang
pembuatan tak terlalu banyak saya terima. Yang penting setiap harinya
saya ada pemasukan yang lebih”73
Dikesempatan lain juga saya mewawancarai tentang bentuk tanggung
jawab kepada para pedagang, ia memaparkan penjelasannya sebagai berikut:
“jika ada yang kedapatan barang itu rusak/cacat, pastinya saya ganti.
Karena Cuma itu bentuk tanggung jawab saya. Kalau ia tidak mau di
ganti ya saya dikembalikan uangnya.”74
Kemudian penulis melakukan wawancara, ia mengatakan:
“yang pasti saya akan menyikapi dengan sebaik mungkin, agar
pembeli tetep menyukai berbelanja tempat saya”75
Lalu penulis mewawancarai hal yang sama, ia menjelaskan sebagai
berikut:
“kalau untuk masalah melayani, saya sebagai pedagang insyaAllah
akan melayani sebaik mungkin dan seramah mungkin, supaya
konsumen tetap menjadi pelanggan setia saya”76
Ia juga mengatakan bahwa:
“jika mau membeli saya layani, jika tidak ya sudah mba”.77
Dari beberapa penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa sikap
terhadap pembeli memang tergantung pembeli tersebut, karena pedagang akan
menyikapi dan akan memberikan pelayanan terbaik untuk para konsumen dan
pelanggannya.
73
Dirangkum dari wawancara dengan Sariyem dan Suparmi tentang bagaimana sikap
anda jika ada pembeli membeli barang dagangan dalam jumlah besar, tanggal 30 juni 2019 74
Dirangkum dari wawancara dengan semua informan tentang bentuk tanggung jawab
kepada para pedagang, tanggal 30 juni 2019 75
Dirangkum dari wawancara dengan Suparmi, Suparni, Suparti, Richa, dan Siti K,
tentang sikap melayani pembeli, tanggal 30 juni 2019 76
Dirangkum dari wawancara dari Richa dan Imam tentang sikap melayani pembeli,
tanggal 30 juni 2019 77
Dirangkum dari wawancara dengan Saripah, Adi Purnomo, Joko, Tuminah, Jum, dan
Jarno tentang sikap melayani pembeli, tanggal 30 juni 2019
53
Sikap (etika) merupakan hal yang sangat penting dalam berdagang
atau berbisnis, jika ia berlaku santun dalam menjalankan perniagaan/
dagangannya maka pedagang pun akan melakukan sedemikian ramah terhadap
pembeli, Bagi pedagang, pembeli adalah raja. Namun ada kalanya pembeli
membuat jengkel manakala suka membanding-bandingkan harga. Kejadian ini
sebetulnya lumrah terjadi di dunia bisnis, baik untuk bisnis online maupun
offline. Dalam dua bisnis ini, konsumen tetap memiliki sifat yang sama, yaitu
menginginkan barang yang murah dan berkualitas.
Mengenai hal tersebut penulis melakukan wawancara dengan
pedagang tentang sikap ketika pembeli yang suka marah dan membandingkan
harga dan rasa, lalu ia mengatakan:
“saya tergantung dari pembeli, jika ia masih mau diajak bicara baik-
baik maka saya layani, jika tidak ya saya diamkan saja (tidak dilayani).
Lagi pula setiap pedagang kan punya hak masing-masing dalam
memberikan harga apalagi menciptakan rasanya, kalau pembeli ingin
harga yang murah ya bikin sendiri malah bisa tahan lama.”78
Kemudian peneliti melanjutkan wawancara lagi kepada pedagang:
“ya sah-sah saja, kan pedagang gak ada melarang pembeli muslim
kepada non muslim atau sebaliknya. Kan disini kita mencari
keuntungan jadi ya menyikapinya sama kita melayani pembeli yang
lain”79
Transaksi penjualan barang dagangan dapat dilakukan baik secara
tunai maupun secara kredit, atau sebagian secara tunai dan sisanya dibayar
secara kredit. Setiap transaksi penjualan barang dagang dicatat dalam akun
78
Dirangkum dari wawancara dengan semua informan tentang sikap ketika pembeli yang
suka marah dan membandingkan harga dan rasa, tanggal 30 juni 2019 79
Dirangkum dari wawancara dengan semua informan tentang sikap pembeli yang
beragama non muslim, tanggal 30 juni 2019
54
penjualan. Dengan demikian peneliti mewawancarai kembali tentang
memberikan tenggang waktu pembayaran, ia menjelaskan bahwa:
“pasti saya kasih tenggang waktu itu, menggunakan perjanjian tertulis
dan bukan kesepakatan, artinya ada bukti diatas pembelian dan
pembayaran yang belum selesai seperti catatan kas bon”80
Ibu Saripah dan Ibu Suparmi juga mengatakan sebagai berikut:
“semampu dan sebisanya saja kapan waktunya dalam membayar,
karena saya tidak terlalu tega untuk menagih-nagih hal semacam itu”81
Berbeda halnya dengan yang ia jelaskan tentang memberikan tenggang
waktu pembayaran bahwa:
“kalau ditempat saya, saya tidak menerapkan tenggang waktu mba, karena
saya malas untuk melayani kas bon, kalau ada uang ya ada barang. Kalau
tidak saya terapkan seperti itu takutnya pengalaman seperti yang dulu-dulu ia
melarikan diri saat belum lunas pembayaran. Iya kalau sedikit lah kalau
banyak yang pastinya saya akan rugi”82
3. Kendala, Dampak dan Solusi Dalam Etika Bisnis Islam
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa penerapan etika
bisnis memberi dampak terhadap kemajuan bisnis perusahaan dilihat dari
enam parameter kemajuan bisnis. Penerapan etika bisnis Islam berdampak
pada aspek pemasaran dalam bentuk perusahaan berhasil memasarkan produk
olahan. Aspek pemasaran tersebut meliputi bauran pemasaran yang terdiri dari
4P yaitu produk, price (harga), promosi, place (distribusi). Produk yang
berkualitas, harga yang sesuai, promosi yang baik, serta distribusi produk
80
Dirangkum dari wawancara dengan Siti k, Jarno, Suparti, Richa, dan Suparni tentang
memberikan tenggang waktu pembayaran, tanggal 30 juni 2019 81
Hasil wawancara dengan Saripah dan Suparmi tentang memberikan tenggang waktu
pembayaran, tanggal 30 juni 2019 82
Dirangkum dari wawancara dengan Imam, Adi Purnomo, Joko, Tuminah, Jum dan
Sariyem tentang memberikan tenggang waktu pembayaran, tanggal 30 juni 2019
55
yang baik membuat perusahaan semakin berkembang dan mendapatkan
loyalitas konsumen baik di daerah asal maupun di luar kota. Penerapan etika
bisnis Islam juga berdampak pada aspek manajemen dan SDM dalam bentuk
tingginya tingkat kejujuran para SDM dalam seluruh kegiatan operasional
perusahaan. Selain, itu pemilik perusahaan juga menanamkan nilai kejujuran
dan tanggung jawab, baik yang berhubungan dengan urusan dunia maupun
dengan urusan akhirat.83
Dalam penelitian ini pula saya sebagai penulis mewawancarai salah satu
konsumen tentang dampak, kendala dan solusi usaha yang didirikan, ia
mengatakan bahwa:
“Dampak yang terjadi dalam pendirian usaha tersebut itu aroma
pembuatan dagangannya, kalau kendala sering kali melalaikan amanah
atau pesanan. Ada sebagian yang melakukan hal itu tapi tidak perlu
saya jelaskan siapanya. Kalau dalam hal seperti itu tentu saja akan
mengurangi minat pembeli dalam membeli dagangannya. Seharusnya
ia tidak melakukan itu dikarenakan hal tersebut dapat memicu
ketidaklarisan dalam usaha”84
adapun hal lain pula yang disampaikan oleh konsumen tentang penerapan
etika di kalangan pedagang dikawasan pondok pesantren Al-Fatah. Beliau
mengatakan:
“penerapan etika masih banyak yang kurang memakainya dalam
kegiatan sehari-hari berdagangnya. Setahu saya mereka masih ramah
walau tidak semuanya. Tapi disini memang menggunakan keramahan
sebagai pemicu kebaikan dalam berdagang”85
Dalam hal ini, maka penulis menyimpulkan bahwa etika pedagang muslim
di kawasan pondok pesantren Al- Fatah masih kurang memahami keresahan yang
83
Sampurno, Penerapan Etika Bisnis Islam Dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Bisnis
Industri Rumah Tangga, Journal of Islamic Economics Lariba (2016). vol. 2, issue 1, hlm 3 84
Wawancara dengan Ibu Muti’, tentang kendala, dampak dan solusi dalam etika bisnis
islam, tanggal 2 november 2019 85
Wawancara dengan bapak Slamet selaku Pedagang di kawasan Pondok Pesantren Al-
Fatah , tentang kendala, dampak dan solusi dalam etika bisnis islam, tanggal 2 November 2019
56
sering terjadi di sekitaran masyarakat. Akan tetapi disini mereka menggunakan
keramahan tersebut sebagai satu hal untuk penguat dalam berdagang. Dan
menimbulkan citra yang baik dalam usahanya.
B. Pembahasan
Etika bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan
nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada
kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Nilai
etik, moral, susila atau akhlak adalah nilai-nilai yang mendorong manusia menjadi
pribadi yang utuh. Seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, kemerdekaan,
kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini dilaksanakan akan
menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya. Setiap orang boleh punya
seperangkat pengetahuan tentang nilai, tetapi pengetahuan yang mengarahkan dan
mengendalikan perilaku orang Islam hanya ada dua yaitu Al-Quran dan hadis
sebagai sumber segala nilai dan pedoman dalam setiap sendi kehidupan, termasuk
dalam bisnis.86
Kurangnya pemahaman dari warga masyarakat terhadap etika bisnis
menurut kaidah dan tata cara Islam baik itu dalam tatanan skala usaha besar, skala
menengah maupun dalam skala usaha kecil adalah suatu hal yang tidak dapat di
tutupi hal ini jelas terlihat dari sedikitnya bahkan tidak terlihatnya penerapan etika
islam dalam menjalankan usahanya. Bentuk kongkritnya dapat dilihat dari ulah
pengusaha itu sendir dalam kesehariannya dan dalam berusaha untuk
mendapatkan maksud dan tujuannya menggunakan cara-cara yang tidak di
86
Erly Juliyani, Etika Bisnis Dalam Persepektif Islam, Jurnal Ummul, Qura Vol. VII,
No.1 (Maret: 2016), hlm 65
57
benarkan dalam aturan Islam mengenai kaidah yang menghalalkan semua cara,
padahal dalam ajaran Islam ada iman dan moral yang harus di pedomani.
Agar lebih kongkrit dapat di contohkan nilai dan norma kejujuran, karena
dua hal penting tersebut merupakan salah satu pemahaman dan penerapan
sekaligus dalam berbisnis. Pertanyaan etis yang didapati oleh pelaku bisnis
tertentu adalah mengapa kita harus jujur dalam menawarkan barang dan jasa
kepada masyarakat konsumen? Apakah memang ada nilai dan norma tertentu
bahwa kita harus berbisnis secara jujur sebagai manusia. Karena itu kita ingin
mengetahui tekad atau niat, apakah ada kemauan kita untuk berbuat jujur atau
tidak, karena di sanalah letak dasar moral tindakan jujur atau ketidak jujuran tadi
dapat dibuktikan, yaitu pada saat menawarkan barang dan jasa kepada para
konsumen atau masyarakat ppengguna bisnis kita. Oleh karena itu kejujuran tidak
lagi merupakan sebuah tuntutan moral dari luar diri, melainkan juga merupakan
tuntutan dari dalam diri dan perusahaan demi kepentingan pihak lain (konsumen,
relasi bisnis, dan lainnya) dan juga demi kepentingan bisnis jangka panjang.
1. Pemahaman Pedagang di Kawasan Pondok Pesantren Al Fatah
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa informan memahami apa
yang dimaksud dengan etika berdagang. Hal ini didasarkan pada pernyataan
para informan yang menjelaskan arti etika sebagai perbuatan yang baik,
berdagang dengan jujur, tata krama, melayani pelanggan dengan ramah dan
menimbang dengan tepat sesuai timbangan. Pemahaman etika yang telah
disebutkan oleh informan sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa
pada intinya etika adalah pengkajian moralitas, apakah benar dan apakah salah
58
dalam hubungan antar manusia. Diantara informan ada yang tidak memahami
kata etika, namun ketika kata etika diganti dengan kata lain, mereka dapat
memahami apa yang dimaksud dengan etika bila kata etika diganti akhlak, dan
tata karma, meskipun di ganti dengan kata lain pada intinya mereka
memahami apa yang di maksud dengan etika.
Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa rata-rata pedagang di
kawasan pondok pesantren al fatah tersebut tidak begitu memahami etika
bisnis islam, akan tetapi ada beberapa yang memang betul-betul memahami
apa itu etika bisnis islam. Dan pedagang di kawasan tersebut pula mengetahui
hal-hal yang benar dan yang salah yang harusnya di perdagangkan, yang
selanjutnya tentu melakukan hal yang berkenaan dengan produk, dan
pelayanan. Hal penting bagi para pedagang disekitar Pondok Pesantren Al
Fatah, namun masalah perdagangan saat ini kurang mendapat tempat dalam
gerakan peradaban islam. Padahal hal ini sangat penting untuk dilakukan
kaum muslimin menuju kejayaan Islam diberbagai belahan dunia yang sangat
tertinggal dibidang perdagangan.
Para pedagang di kawasan pondok pesantren Al Fatah mengutamakan
kejujuran apa lagi dalam berdagang. Karena mereka semua beranggapan
bahwa kejujuran merupakan sebuah kunci dalam berdagang pula. Soal rejeki,
Allah telah siapkan kepada mereka semua yang telah berusaha meskipun
rejeki yang di beri tak melimpah-limpah akan tetapi mereka mensyukuri sebab
mereka percaya bahwa semua telah diatur oleh Allah Swt.
59
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Siti Nur Azizaturrohmah dkk, yang meneliti tentang “Pemahaman
Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar Wonokromo Surabaya (Studi Kasus
Pedagang Buah)”.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa pedagang
muslim dikawasan pondok pesantren Al Fatah, yang paham dengan etika
berdagang adalah dia yang mengetahui dengan benar dan tahu banyak tentang
etika berdagang. telah dijelaskan hasil ringkasan wawancara dengan pedagang
muslim dikawasan pondok pesantren Al Fatah mengenai pemahaman etika
berdagang. Dari hasil ringkasan tersebut peneliti menyesuaikan pemahaman
etika berdagang pada pedagang muslim dikawasan pondok pesantren Al Fatah
dengan konsep etika bisnis yang terdiri dari lima prinsip yakni prinsip
kesatuan (tauhid), prinsip kesetimbangan (keadilan), prinsip kehendak bebas,
prinsip tanggung jawab, dan prinsip kebenaran. Berdasarkan hasil klasifikasi
pemahaman etika berdagang pada pedagang muslim dikawasan pondok
pesantren Al Fatah dengan lima prinsip dari konsep pedagang muslim
dikawasan pondok pesantren Al Fatah sudah memahami etika berdagang yang
baik.87
hampir seluruh informan mengaitkan etika berdagang dengan
perbuatan yang jujur dan baik (tidak berbuat curang) serta tanggung jawab.
Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan informan bahwa etika berdagang
adalah memberi informasi yang sesuai dengan kenyataan kepada pelanggan,
87
Siti Nur Azizaturrohmah dkk, Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim
Pasar Wonokromo Surabaya (Studi Kasus Pedagang Buah), JESTT Vol. 1 No. 4 (April 2014),
hlm 7
60
menimbang dengan tepat sesuai takaran, tidak mengada-ngadakan penawaran
palsu, dan saling tolong menolong antar sesama pedagang maupun pedagang.
Kejujuran merupakan salah satu kunci sukses dalam kehidupan sehari-hari,
banyak contoh yang menunjukkan bahwa ketika orang berbuat jujur maka
akan sukses dan beruntung, misalnya sikap Rasulullah dalam berdagang.
Dengan sifat jujur yang dimiliki Rasulullah, beliau menjadi pedagang yang
handal dan dipercaya oleh saudagar kaya Khodijah untuk menjalankan
usahanya.
Namun kenyataannya untuk menjalankan kejujuran dalam berdagang
butuh usaha yang keras, karena jujur itu sulit. Terkadang lingkungan dan
kondisi membuat seseorang yang awalnya jujur berubah menjadi tidak jujur.
Dari hasil wawancara dengan informan, ketigabelas informan menyadari
pentingnya melaksanakan etika berdagang. Karena dengan melaksanakan
etika berdagang maka pelanggan akan merasa puas dan kembali membeli lagi
kepadanya, rizki yang diperoleh barokah dan secara tidak langsung penjual
juga akan dipromosikan.
2. Penerapan Etika Pedagang Muslim di Kawasan Pondok Pesantren Al
Fatah
Dalam menjalankan aktivitas usaha dagang yang dilakukan para
pedagang dikawasan pondok pesantren Al Fatah Singkut semata mata untuk
mencari berkah dari Allah Swt. Pemahaman para pedagang mengenai
kejujuran dalam menjalankan usaha harus ada, karena kejujuran merupakan
kunci mencapai derajat yang lebih tinggi baik secara materi maupun di sisi
61
Allah Swt. Bukan hanya itu saja kejujuran merupakan tonggak utama untuk
menjalankan sebuah usaha supaya para konsumen tetap terus terjaga untuk
bisa kembali lagi kepada pedagang tersebut, dan meningkatkan pembelian dari
sebelumnya. Seperti yang di ungkapkan oleh salah satu pedagang Adi
Purnomo ia berkata ”menurut saya arti kejujuran sangat penting karena
kejujuran akan membawa rizki. Kalau kita jujur membuat calon pembeli
percaya sehingga pembeli akan datang dan tetap setia pada kita”. Sifat jujur
tersebut dapat menumbuhkan kasih sayang terhadap sesama manusia,
sebagaimana orang tersebut mencintai dirinya sendiri, Hal ini sesuai dengan
diajarkan Rasulullah SAW tentang kesempurnaan seorang muslim, sifat jujur
dalam mengelola usaha dapat mengarah pada kejujuran pada kehidupan
sehari-hari, terutama dalam melakukan transaksi jual beli dan berinteraksi
antar sesama manusia.88
Selanjutnya mengenai pemahaman tentang keadilan yang dilakukan
oleh para pedagang ditunjukkan dengan memberikan pelayanan. ia lebih
mendahulukan pembeli yang lebih duluan datang di bandingkan dengan
pembeli yang baru datang. Dengan sikap secara adil kepada pembeli akan
merasakan kepuasannya karena tidak membedakan pembeli satu dengan yang
lainnya, semua harus merasakan kualitas pelayanan yang baik.
Apabila tiba waktunya sholat, sebagian dari mereka melaksanakan
sholat tepat waktu, akan tetapi disini ada sebagian para produsen yang tak
terlalu mementingkan sholat tepat waktunya dikarenakan badan yang kotor
88
Irna Sari, “Penerapan Etika Bisnis Bagi Pedagang Muslim Dalam Persaingan Usaha
(Studi Pada Pasar Butung Makassar),” Skripsi, (2017), hlm. 59
62
ataupun penuh keringat, sehingga membuat mereka menyelesaikan dulu
pekerjaan ataupun hal yang mengenai perdagangan itu.
pedagang dikawasan pondok pesantren Al Fatah menjual barang
dagangan sesuai dengan harga jual oleh pedagang pada umumnya. Meskipun
ada beberapa dari mereka yang takut jika ia tak mampu melanjutkan usahanya
tersebut karena faktor harga yang rendah dari lainnya. sikap terhadap pembeli
memang tergantung pembeli tersebut, karena pedagang akan menyikapi dan
akan memberikan pelayanan terbaik untuk para konsumen dan pelanggannya.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh peneliti sebelumnya yang dilakukan
oleh Irna Sari yang meneliti tentang “Penerapan Etika Bisnis Bagi Pedagang
Muslim Dalam Persaingan Usaha (Studi Pada Pasar Butung Makassar),”
pedagang yang sering kali melakukan transaksi dikawasan pondok pesantren
Al Fatah menunjukkan bahwa sebagian besar cara berdagang pada pedagang
tersebut telah sesuai dengan etika bisnis Islam namun sebagian juga ada yang
belum menerapkan etika bisnis Islam dan melakukan kecurangan yang sering
terjadi. Pedagang juga sering mencurangi konsumennya dengan menjual
barang yang cacat tanpa memberi tahu cacatnya kepada konsumen. Berbagai
kecurangan tersebut dapat terjadi karena faktor motivasi utama para pedagang
yang ingin memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dan cenderung
mengabaikan motivasi utama dalam berdagang yaitu memenuhi kebutuhan
masyarakat dan memberikan kepuasan dalam hal ini adalah konsumen,
sehingga konsumen hanya di anggap sebagai ladang penghasil uang bukan
63
sebagai mitra bisnis yang seharusnya kedua belah pihak baik penjual maupun
pembeli memperoleh keuntungan yang sama bukan justru saling merugikan.89
3. Kendala, Dampak dan Solusi etika pedagang muslim
Kendala yang sering di hadapi di kalangan pedagang adalah standar
moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah, banyak di antara pelaku
bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala
cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis seperti
memalsukan campuran, timbangan, ukuran dan menjual barang yang
kadaluarsa. Pemahaman yang masih kurang pula menjadi kendala dalam
berdagang atau berbisnis, ditambah dengan kendala-kendala pribadi ataupun
dalam modal yang sering membuat pedagang susah untuk melakukan
pengembangan serta bersikap sesukanya saja.
Etika bisnis juga digunakan sebagai pengendali perilaku persaingan
bisnis agar sesuai dengan norma yang ada. Suatu persaingan bisnis dapat
dinilai baik, apabila memenuhi seluruh norma bisnis yang ada. Etika bisnis
juga dapat dipergunakan oleh para pelaku bisnis sebagai sumber paradigma
dalam menjalankan suatu bisnis yang baik. Umumnya bisnis diartikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh keuntungan
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dengan cara mengelola sumber
daya ekonomi secara efektif dan efisien. Tentunya dengan adanya prinsip etika
bisnis Islam maka suatu bisnis dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam.
89
Irna Sari, Penerapan Etika Bisnis Bagi Pedagang Muslim Dalam Persaingan Usaha
(Studi Pada Pasar Butung Makassar), Skripsi, (2017), hlm, 60
64
Dalam hal ini, perilaku produsen memiliki pengaruh yang cukup besar.
Perilaku produsen pada dasarnya mengetengahkan sikap pengusaha dalam
memproduksi barang maupun jasa. Di dalam memproduksi suatu barang
berarti menciptakan manfaat dari barang tersebut. Bukan hanya menciptakan
barang secara fisik namun lebih condong kepada manfaat yang ditimbulkan
dari produk tersebut. Pada saat ini kebanyakan orang hanya memahami bisnis
hanya sekedar bisnis yang tujuan utamanya hanya memperoleh keuntungan
sebanyakbanyaknya. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang berlandaskan
kapitalisme. Sistem ekonomi kapitalisme merupakan suatu sistem ekonomi
dimana memiliki ciri-ciri hak milik pribadi atas seluruh alat-alat produksi dan
distribusi dan pemanfaatannya untuk mencapai laba sebanyak-banyaknya.
Pola pikir seperti itulah yang menyebabkan para oknum “pelaku bisnis”
menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan, dari mulai
memperoleh bahan baku, bahan yang akan diproduksi, tempat produksi,
tenaga kerja, cara pengelolaan dalam produksi, dan pemasaran dimana pelaku
bisnis berupaya untuk sangat meminimalisir biaya seminimal mungkin. Jika
sudah dalam keadaan seperti ini maka para oknum pelaku bisnis sudah tidak
lagi memperhatikan tanggung jawab sosial dan mengabaikan etika bisnis yang
sesuai dengan prinsip Islam.
Sangat terbatasnya wawasan kewirausahaan yang berprinsip Islami
dan ilmiah menjadi penyebab banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh para oknum pelaku bisnis. Padahal, apabila sebagai umat Islam
maka dituntut untuk memeluk agama Islam secara keseluruhan. Karena itulah,
65
seharusnya menganggap berbisnis itu seperti jihad. Dalam catatan Muhammad
Taufik Baharuddin Darus beliau mengatakan bahwa, “Bisnis adalah jalan tol
menuju kemakmuran. Kemakmuran adalah kekuatan kedua (setelah akidah
Islamiyah) bagi menangnya pertempuran”. Menanggapi hal tersebut, bagi
pebisnis yang beragama Islam seharusnya memeluk agama Islam secara total,
maka pebisnis akan memiliki pola pikir yang sehat dan baik, sehingga dapat
diamalkan dalam perjalanan bisnisnya.90
Untuk itu, seorang pebisnis harus memiliki sikap optimis dalam
perjalanan bisnisnya, mencari sumber-sumber bahan produksi dari hal yang
baik, mempunyai lokasi produksi di tempat yang sesuai, memiliki sistem
pengelolaan bisnis yang profesional, menjadikan tenaga kerja sebagai seorang
patner bisnis, dan memasarkan hasil produksi bisnisnya dengan baik sesuai
dengan kebutuhan konsumen. Namun ada beberapa perusahaan atau
organisasi yang bahkan menyalahgunakan etika itu sendiri. Dikarenakan ingin
tampil baik bagi investor, beberapa perusahaan melakukakn beberapa
kecurangan.
Manfaat yang didapat setelah terjadinya pelanggaran etika bisnis
adalah para investor akan semakin kritis dalam memilih perusahaan yg akan
diinvestasi. Sehingga hal ini memacu perusahaan menyiapkan laporan
keuangan sebaik mungkin dan menghindari kecurangan. Sedangkan untuk
dampak yang ditimbulkan akibat adanya pelanggaran etika bisnis jauh lebih
besar dibandingkan manfaatnya. Mulai dari krisis ekonomi, inflasi, kurangnya
90
Wahyu Mijil Sampurno, Dampak Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Kemajuan
Bisnis Home Industry Pada Perusahaan Bandeng Montok Ummuqoni Pemalang Jawa Tengah,
Hlm 4
66
tingkat kepercayaan investor. Dampak yang sangat berpengaruh adalah
kurangnya tingkat kepercayaan para investor untuk menanamkan modalnya.
Hal tersebut mengakibatkan lambatnya pertumbuhan ekonomi, kurangnya
modal usaha mengakibatkan perputaran uang akan melemah sehingga
permintaan terhadap uang akan meningkat, peningkatan tersebut akan
menimbulkan inflasi.
Etika bisnis dapat diterapkan kepada setiap orang mulai dini melalui
orang tua. Pendidikan dini tentang etika oleh orang tua sangatlah penting
dalam pembentukan pribadi dan norma setiap orang. Etika itu sendiri
merupakan hal yang paling mendasar dari sifat manusia. Ketika dasarnya
kokoh maka prinsip tersebut gak akan mudah roboh, namun jika dasarnya
goyah maka prinsip tersebut akan roboh.
Pesan saya sebagai penulis, kepada setiap orang tua dimanapun anda
berada, didikan anda adalah kunci utama untuk memajukan bangsa ini, jangan
biarkan anak anda menjadi penghancur bangsa tapi didiklah mereka menjadi
pembangun bangsa. Bukan harta ataupun tahta yang mengakibatkan terjadinya
pelanggaran etika bisnis, melainkan lemahnya dasar tentang etika yang
dimiliki setiap orang. Jika semua orang memiliki etika yang baik, maka
bangsa ini akan mampu bersaing dengan Negara lain.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan pada pengujian etika pedagang muslim sebagai berikut.
1. Pemahaman pedagang dikawasan pondok pesantren Al Fatah tentang etika
bisnis Islam dalam aktifitas pandangannya masih sangat kurang. Hal ini
dilihat dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa mereka mengerti arti
lain dari etika seperti perilaku, sifat ataupun moral. Para pedagang di
kawasan pondok pesantren Al Fatah mengutamakan kejujuran apa lagi
dalam berdagang. Karena mereka semua beranggapan bahwa kejujuran
merupakan sebuah kunci dalam berdagang pula..
2. Penerapan atau pelaksanaan dalam etika bisnis di kalangan pedagang
belum sesuai dengan harapan, karena setelah penelitian melakukan
wawancara hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan tindakan yang
dilakukan ketika berdagang. Dalam hal ini pedagang mengurangi
timbangan, ada juga barang yang dijual tidak memenuhi kriteria (cacat),
serta sikap yang pedagannya yang sering acuh kepada konsumen (tidak
ramah).
3. Kendala yang dialami oleh pedagang rata-rata kurangnya modal, lahan
yang sempit, dan kurangnya promosi. Sedangkan dampaknya bagi
masyarakat yaitu tercemarnya udara karena tidak adanya pembuangan
limbah, dan solusi dalam pemahaman dan penerapannya harus sesuai serta
68
terciptanya pendidikan non-formal dari pondok pesantren tentang etika
bisnis Rasulullah Saw.
B. Saran-Saran
Berdasarkan permasalahan yang timbul dan dengan adanya kesempatan
dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba memberikan saran yang
kemungkinan ada gunanya bagi penulis maupun bagi para pembaca umumnya.
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut.
1. Pedagang yang tidak bisa memperoleh ilmu dari pendidikan formal, maka
hendaknya pedagang tersebut mencari ilmu dari pendidikan non formal,
contohnya kegiatan-kegiatan sosial yang berisi nilai-nilai agama Islam
seperti pengajian dan metode-metode lain seperti membaca buku yang
membahas tentang etika bisnis Islam.
2. Para pedagang hendaknya saling berbagi ilmu dan pengalaman tentang
bagaimana cara beretika bisnis secara syariah, serta kesadaran diri sendiri
juga sangat diperlukan para pedagang untuk berbisnis secara baik dan
benar dengan menerapkan ilmu etika bisnis Islam.
3. Kendala, dampak merupakan satu hal yang sering terjadi dalam
berdagang, akan tetapi solusi yang seharusnya adalah pedagang tetap harus
mengerti bagaimana etika bisnis berjalan sesuai dengan ajaran Rasulullah
(Siddiq. Amanah, Tabliqh, Fathanah).
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2007.
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami
Untuk Dunia Usaha, Al Fabeta, Bandung: November 2013
Abdul Ghofur, Pengantar Ekonomi Syariah, Cet. Ke- 1, Ed. 1, Depok,
Rajawali Pers, 2017
Abdullah Taufik, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi,
Peberbit LP3ES, Jakarta:Anggota IKAPI
Aedy Hasan, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, Cet. Ke- 1, Bandung:
Alfabeta, 2011
Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis, Cet. Ke-3, Bandung: CV
Alfabeta, 2003
Depaq RI Ar-Rifa’I Muhammad Nasib, Al- Qur‟an dan Terjemah cet:
Jakarta Gema Insani Press 1999
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta: April 2007
Husen Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cet. Ke-
13, Ed. 2, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2014
Muhammad, dkk, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi
Islam, Cet. Ke- 1, Yogyakarta: BPFE, 2004, No. 003
Raffik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, Pustaka Pelajar Yogyakarta:
November 2004
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Cet. K-1, Edisi Revisi, Muara
Bulian: Fakultas Syariah IAIN STS Jambi dan Syariah Pers, 2012
Sirman Dahwal, Etika Bisnis Menurut Hukum Islam (Suatu Kajian
Normatif.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. Ke-23
Bandung: Alfabeta, 2016
Syamsul anwar, Hukum Perjanjian Syariah, jakarta: PT. RajaGrafindo,
2007
Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi, Cet. Ke-2, Ed.2, (Jakarta: Rajawali
Pers 2016
B. Sumber Lain
Al-Bara, Analisis Pengaruh Perilaku Pedagang Terhadap Inflasi,
Analytica Islamica, Vol.5.No. 2, 2016
Amri Kumara, Tiga Faktor Penghambat Pengembangan Bisnis Pada
Pedagang Muslim Di Pasar Ikan Hias Gunungsari Surabaya,
ESTT, Vol.2.No. 4, April 2015
Andriyani Hapsari, Praktek Komersialisasi Lembaga Keuangan
MikroSyariah Dalam Pandangan Etika Bisnis Islam, JIMF (Jurnal
Ilmiah Manajemen Forkamma), Vol.1.No. 4, Agustus 2018
Biki Zulfikri Rahmat, Corporate Social Responsibility Dalam Perspektif
Etika Bisnis Islam, Amwaluna, Vol. 1 No. 1 Januari, 2017
Cecep Moch, dkk, Etika Bisnis Islam Di Kalangan Pedagang Di
Pasar Manaqib Pondok Pesantren Suryalaya, Jurnal Hukum
Islam, Vol.2.No. 1, Juni 2018
Choirul Huda, Ekonomi Islam Dan Kapitalisme Merunut Benih
Kapitalisme Dalam Ekonomi Islam, Conomica, Vol, Vii. Edisi 1,
Mei 2016
Dahlia K S P, dkk, Implementasi Etika Bisnis Islam Pada Reseller Anna
Collection di Pagesangan Surabaya, Jurnal Ekonomi Islam, Vol.2.
No. 1, 2019
Erly Juliyani, Etika Bisnis Dalam Persepektif Islam, Jurnal Ummul, Qura
Vol. VII, No.1 Maret: 2016
Fitri amalia, implementasi etika bisnis islam pada pedagang di bazar
madinah depok, jurnal ekonomi islam
Fitri Amalia, Etika Bisnis Islam: Konsep dan Implementasi Pada Pelaku
Usaha Kecil, Al-Iqtishad, Vol.VI.No. 1, Januari 2014
Hafiz juliansyah, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etika Bisnis Islam
Pedagang Ciputat,
Imron Mawardi, dkk, Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang
Muslim Pasar Wonokromo Surabaya, JESTT, Vol.1.No. 4, April
2014.
Irna Sari, Penerapan Etika Bisnis Bagi Pedagang Muslim Dalam
Persaingan Usaha (Studi Pada Pasar Butung Makassar), Skripsi,
2017
Moh Nasuka, Eika Penjualan dalam Perspektif Islam, Jurnal Muqtasid,
Vol.3 No. 1, Juli 2012
Roni Muhammad dan mustofa, pengaruh tingkat pemahaman agama
terhadap perilaku bisnis gorontalo, dalam jurnal ekonomi islam,
2014
Restin Meilina, Faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika Bisnis,
Akademika, Vol.14.No. 2, Agustus 2016.
Sampurno, Penerapan Etika Bisnis Islam Dan Dampaknya Terhadap
Kemajuan Bisnis Industri Rumah Tangga, Journal of Islamic
Economics Lariba 2016. vol. 2, issue 1
Siti Nur Azizaturrahmah dan Imron Mawardi, Pemahaman Etika
Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar Wonokromo Surabaya
(Studi Kasus Pedagang Buah), JESTT, Vol. 1, No. 4 April 2014
Wahyu Mijil Sampurno, Dampak Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap
Kemajuan Bisnis Home Industry Pada Perusahaan Bandeng
Montok Ummuqoni Pemalang Jawa Tengah,
httprepository.uinjkt.ac.iddspacebitstream12345678928181hafiz%20julian
syah-fsh.pdf
https://jagokata.com/arti-kata/kawasan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Singkut,_Sarolangun
https://www.google.com/search?q=peta+kecamatan+singkut+sarolangun+
2018
https://www.tongkronganislami.net/etika-bisnis-dalam-islam/
https://www.dutadakwah.co.id/pengertian-jual-beli-hukum-syarat-dan-
rukunnya-lengkap/
https://d1203.wordpress.com/2011/11/04/fungsi-dasar-bisnis
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pertanyaan Kepada KepalaDesa:
1. Dari pengamatan anda, bagaimana tingkat pemahaman pedagang
dikawasan Pondok Pesantren Al Fatah tentang Etika Pedagang Muslim?
2. Selaku kepala desa, apakah ada struktur khusus kepada para pedagang
muslim?
B. Pertanyaan Kepada Pedagang:
1. Pemahaman etika bisnis islam
1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui etika bisnis islam?
2) Menurut Bapak/Ibu seberapa pentingkah Agama Islam dalam
mengatur perdagangan? Kenapa alasanya?
3) Mengapa dalam perdagangan/jual beli harus menerapkan sifat jujur
dan keadilan?
4) Menurut Bapak/Ibu seberapa pentingkah kejujuran/kepercayaan dalam
menjalankan bisnis/dagang? Kenapa?
5) Apakah Bapak/Ibu percaya bahwa rizki telah diatur oleh Allah SWT?
6) Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang etika bisnis Rasulullah Saw?
7) Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa berdagang adalah merupakan
ibadah?
8) Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa menerapkan etika bisnis dalam
berdagang dapat mendatangkan keuntungan yang besar?
2. Menerapkan etika bisnis islam
1) Jika sedang melakukan aktivitas dagang dan ramai, kemudian tiba
waktu shalat, bagaimana sikap Bapak/Ibu?
2) Apa tindakan Bapak/Ibu jika barang dagangan yang Bapak/Ibu
tawarkan ada yang cacat?
3) Bagaimana Bapak/Ibu dalam menakar atau menimbang barang
dagangan?
4) Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika pembeli tidak mau membeli
walaupun sudah mempromosikan barang semaksimal mungkin?
5) Apakah Bapak/Ibu memberikan tawaran harga yang lebih rendah dari
harga pedagang lainnya untuk menarik pembeli?
6) Bagaimana sikap Bapak/Ibu jika ada pembeli yang membeli barang
dagangan dalam jumlah yang besar?
7) Bagaimana bentuk tanggung jawab Bapak/Ibu ketika ada barang
dagangan yang dibeli ada yang cacat/rusak?
8) Bagaimana sikap Bapak/Ibu dalam melayani pembeli?
9) Bagaimana sikap Bapak/Ibu ketika ada pembeli yang suka marah atau
membanding-bandingkan harga dan rasa?
10) Bagaimana sikap Bapak/Ibu jika ada pedagang atau pembeli yang
beragama non muslim?
11) Apakah Bapak/Ibu memberikan tenggang waktu pembayaran kepada
pembeli jika tidak bisa membayar jika tidak bisa membayar secara
tunai? Kenapa?
12) Kendala, dampak dan Solusi apa yang terjadi dan yang diberikan?
LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI
LAMPIRAN 3
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan
Tahun 2019
Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajual
judul
2 Pembuatan
proposal
X x x x
3 Perbaikan
proposal dan
seminar
x x x x
4 Surat izin
Riset
x x x x
5 Pengumpulan
data
x x x x
JADWAL PENELITIAN (Lanjutan)
No Kegiatan
Tahun 2019
Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan
data
x x x X
2 Pengelolaan
data
x x x x
3 Pembuatan
laporan
X x x x
4 Bimbingan
perbaikan
x x x x
5 Agenda ujian
skripsi
6 Penjilidan
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Wiwin Fauziah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tgl.Lahir : Kranijaya, 31-08-1997
Email : [email protected]
No Telp/Hp : 0812-7828-5552
Alamat
1. Alamat Asli : Dusun II Blok B.0 Rt.05 Desa
Kranijaya Kec.
Nibung Kab. Muratara Prov. Sumatera Selatan
2. Alamat Sekarang : Jln Kapten A Hasan Lrg. Gelincing Rt 22/08 No.
42 Kel. Simpang 4 Sipin Kec. Telanaipura Kota
Jambi
Nama Ayah : Sadir (Alm)
Nama Ibu : Umyanah
B. Riwayat Pendidikan
1. SD/MI, tahun lulus : SDN Kranijaya, 2003-2009
2. SMP/MTS, tahun lulus : MTS Salafiyyah Syafi’iyah, 2009-2012
3. SMA/MA, tahun lulus : MAS Salafiyyah Syafi’iyah, 2012-2015
4. S1 Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi : 2015-2019
C. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN STS Jambi
2. Anggota Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Al-Fath UIN STS Jambi
3. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia UIN STS Jambi
Motto : “Bersabarlah kamu dan kuatkkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu menang”.
Jambi, Oktober 2019
Wiwin Fauziah
EES.150903