ETIKA BISNIS: Bab 4 - Liberalisme dan Sosialisme sebagai Perjuangan Moral

9
Bab 4 Liberalisme dan Sosialisme sebagai Perjuangan Moral Perjuanagan ideologis antara liberalisme dan sosialisme selama abad ke-19 dan ke -20 sebagian besar menghasilkan tatanan sosio-ekonomi dunia sekarang dan jelas memiliki aspek-aspek etis. Berikut adalah pandangan dari orang-orang yang meletakan dasar untuk teori liberalistis dan sosialistis tentang milik. 1. Tinjauan Historis 1. John Locke dan Milik Pribadi Menurut John Locke (1632-1704), seorang filsuf dari Inggris, manusia memiliki 3 hak kodrat (natural rights) : “life, freedom, and poperty”. Jadi, hak milik menyediakan pola untuk memahami kedua hak lain juga. Pemikiran itu diuraikan dalam buku Two Treatises of Goverment (1690). Locke bertolak dari semacam “komunisme” pada awal mula: Tuhan telah menyerahkan dunia kepada semua manusia bersama- sama. Pada waktu itu belum satu orang pun menyebut sesuatu sebagai miliknya. Menurut Locke, milik pribadi muncul karena pekerjaan yang merupakan legitimasi setiap milik. Tetapi ada batasan bagi cara menjadi pemilik itu. Dari bahan tidak bertuan orang hanya boleh mengambil sebanyak dapat dikonsumsi oleh orang itu sendiri (bersama keluarga dan kenalan)sehingga masih tertinggal cukup banyak dan sama baik mutunya untuk orang lain. Di sini Locke mengacu kepada imigran Inggris abad ke-17 yang menduduki tanah kosong di Amerika. “Thus in the beginning all the world was America and more so than that is now, for no such thing as money was anywhere known”.

description

ETIKA BISNISBAB 4 : Liberalisme dan Sosialisme sebagai Perjuangan MoralBertens

Transcript of ETIKA BISNIS: Bab 4 - Liberalisme dan Sosialisme sebagai Perjuangan Moral

Bab 4Liberalisme dan Sosialisme sebagai Perjuangan Moral Perjuanagan ideologis antara liberalisme dan sosialisme selama abad ke-19 dan ke -20 sebagian besar menghasilkan tatanan sosio-ekonomi dunia sekarang dan jelas memiliki aspek-aspek etis. Berikut adalah pandangan dari orang-orang yang meletakan dasar untuk teori liberalistis dan sosialistis tentang milik. 1. Tinjauan Historis1. John Locke dan Milik PribadiMenurut John Locke (1632-1704), seorang filsuf dari Inggris, manusia memiliki 3 hak kodrat (natural rights) : life, freedom, and poperty. Jadi, hak milik menyediakan pola untuk memahami kedua hak lain juga. Pemikiran itu diuraikan dalam buku Two Treatises of Goverment (1690).Locke bertolak dari semacam komunisme pada awal mula: Tuhan telah menyerahkan dunia kepada semua manusia bersama-sama. Pada waktu itu belum satu orang pun menyebut sesuatu sebagai miliknya. Menurut Locke, milik pribadi muncul karena pekerjaan yang merupakan legitimasi setiap milik. Tetapi ada batasan bagi cara menjadi pemilik itu. Dari bahan tidak bertuan orang hanya boleh mengambil sebanyak dapat dikonsumsi oleh orang itu sendiri (bersama keluarga dan kenalan)sehingga masih tertinggal cukup banyak dan sama baik mutunya untuk orang lain. Di sini Locke mengacu kepada imigran Inggris abad ke-17 yang menduduki tanah kosong di Amerika. Thus in the beginning all the world was America and more so than that is now, for no such thing as money was anywhere known.Kutipan terakhir itu sudah menunjukan bahwa dengan adanya uang keadaan pemilikan berubah / milik bisa diakumulasi. Dalam pandangan Locke, itu sudah tampak beberapa ciri kapitalisme liberal yang dengan tegas akan ditolak oleh Karl Marx. Pertama, Locke mengandaikan begitu saja bahwa pekejaan pun harus diukur atas dasar nilai tukarnya, artinya sebagai komoditas di pasaran. Marx, mengajukan kritik mendasar terhadap konsepsi tentang pekerjaan itu. Kedua, Locke mengandaikan juga bahwa hasil kerja karyawan menjadi milik sah dari pemilik tanah / pemilik sarana produksi lain. Marx, berpendapat bahwa buah hasil pekerjaan seseorang menjadi hak si pekerja itu sendiri, bukan majikannya.2. Adam Smith dan Pasar BebasAdam Smith (1723-1790) seorang Skotlandia dan profesor menjadi terkenal karena dengan gigih membela pasar bebas di bidang ekonomi. Dalam hal itu ia memerangi yang disebut merkantilisme yang menandai Inggris waktu itu : peraturan dan regulasi berlebihan tentang perdagangan yang banyak dikeluarkan oleh pemerintah Inggris. Dengan gaya liberalisme yang khas ia berbicara tentang the sacred rights of private property. Ia memandang pekerjaan sebagai sumber hak milik dengan melihat tenaga kerja sebagai milik yang paling suci dan tidak boleh diganggu gugat. Secara khusus juga manusia memiliki produktivitas dari pekerjaannya dan terutama produktivitas kerja itulah yang menghasilkan kemakmuran (the wealth of nations). Menurut Smith pentingnya ada pembagian kerja (division of labour) untuk membantu meningkatkan produktiitas kerja. Hubungannya dengan pasar bebas the division of labour is limited by the extent of the market. Artinya, secara ekonomis pembagian kerja hanya bisa dijalankan bila suatu produk dapat dipasarkan pada skala besar-besaran. Yang juga terkenal adalah analisisnya tentang produksi peniti. Diperkerikanan dalam hal itu Smith menjadi sumber inspirasi bagi Marx dikemudian hari tentang aliensi para pekerja dengan cara berproduksi dalam industri modern.Smith juga bertolak dari fakta bahwa setiap manusia didorong oleh the universal desire to better his own condition. Semua orang ingin bisa maju dalam kehidupannya, dan ambisi itu tidak pernah akan meninggalkan manusia seumur hidup. Menurutnya, kita harus membedakan self-interest / self-love di satu pihak selfisness di pihak lain. Selfishness adalah egoisme belaka yang tertuju pada kepentingan sendiri dan tidak peduli terhadap kepentingan orang lain. Selfishness adalah self-love yang melewati batas. Egoisme itu harus ditolak karena tidak etis dan merupakan suatu keburukan (vice). Lain halnya dengan self love. Cinta diri itu memeang tidak merupakan virtue tetapi bisa diterima sebagai motif yang sah untuk kelakuan kita. Dari sudut etika, cinta diri bersifat netral, asalkan tinggal dalam batasnya. Karena itu untuk membedakan cinta-diri dari egoisme semata-mata dibutuhkan aturan-aturan kebijaksanaan.Dalam kegiatan ekonomis, kepentingan diri dari 2 pihak melengkapi satu sama lain / terjadi hubungan timbal balik. Maka, sampailah pada prinsip dasar yang menjiwai lalu lintas ekonomis pada pasar bebas : give me that which i want, and you shall have this which you want.Lawan egoisme adalah alturisme. Alturisme adalah sikap suka memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingansendiri.Namundari ke dua itu masih ada kemungkinan ketiga yaitu Benevolence / sikap berbuat baik. Kalau kita melibatkan diri dalam kegiatan ekonomis, kita tidak mempraktekan egoisme apalagi keserakahan. Tetapi kita juga tidak berbuat baik kepada mitra dagang. Dua-duanya mencari kepentingan diri dan hal itu menguntungkan dua-duanya. Maka sikap etis yang penting dalam konteks ekonomi adalah recirprocity, coorperation dan keutamaan keadilan. Smith menyimpulkan bahwa dengan mengikuti sistem pasar akan tecipta kemakmuran yang paling besar dalam masyarakat karena led by an invisible hand.Dengan menerima pasar bebas, Smith menerima juga kompetisi sebagai cara yang efisien untuk mewujudkan kebebasan di bidang ekonomi. Tetapi supaya betul-betul mewujudkan kebebasan itu kompetisi itu perlu ditandai dengan persamaan (equality) artinya semua peserta berangkat dari posisi yang sama. Maka, menurutnya kaum miskin menjadi tugas penting negara untuk diberikan pendidikan. Dalam hal itu, Smith jauh lebih realistis dari banyak politis liberal di kemudian hari.3. Marxisme dan Kritiknya atas Milik PribadiMarxisme adalah pemikiran Karl Marx (1818-1882) bersama temannya Friedrich Engels (1820-1895). Marxisme merupakan ajaran sosial-ekonomis-politik yang sangat kompleks dan tidak mudah untuk disingkatkan tanpa mengorbankan cukup banyak unsur yang sebenarnya hakiki juga. Untuk itu kita hanya menyoroti marxisme sebagai kritik atas teori liberalistis tentang milik yang serentak juga merupakan usaha untuk menyajikan suatu alternatif. Usaha itu meliputi aspek ilmiah dan aspek etis. Menurut mereka hukum ilmiah yang dirumuskan adalah hukum-hukum sejarah untuk memprediksi perkembangan masyarakat dimasa mendatang. Dengan mempelajari asal-usul serta perkembangan kapitalisme, mereka ingin memperlihatkan bahwa sistem kemasyarakatan kapitalisme mengandung kontradiksi-kontradiksi internal dan akan digantikan oleh komunisme.Dilihat dari segi etis, kapitalisme tidak saja adalah suatu sistem yang terbukti akan sirna, tetapi juga merupakan sistem yang harus ditolak karena tidak manusiawi. Itu dikarenakan mengeksploitasi dan memperbudak manusia. Kritik itu ditempatkan dalam suatu perspektif etis dan akibatnya konsepsi sosialisis tentang milik didasarkan juga motif-motif etis.Inti kritik itu adalah paham aliensi / keterasingan. Menurut marxisme manusia pada kodratnya adalah makhluk yang bekerja. Meliputi menjadi manusia yang bersungguh-sungguh dengan bekerja dan dihumanisasikan dengan mengolah alam melalui pekerjaannya dan membuat alam bersahabat dengan manusia.Dalam suatu teks terkenal Manifesto Komunis (1848), Karl dan Engels menegaskan bahwa penghapusan milik pribadi merupakan ajaran komunis : the theory of the communists may be summed up in the single sentence : abolition of private property. Tujuannya bukan menghapuskan milik pribadi pada umumnya tetapi milik pribadi borjuis. Maksud borjuis adalah kelas kapitalis modern, pemilik dari sarana-sarana produksi sosial dan majikan dalam sistem pekerjaan upahan.Manifesto komunis menegaskan juga : capital is not a personal, it is a social power. Kapital menurut kodratnya sendiri berkaitan dengan kepentingan seluruh masyarakat dan karena itu harus menjadi milik umum. Komunisme tidak mencabut dari siapa pun kuasa untuk menjadi pemilik produk-produk masyarakat melainkan hanya mencabut dari orang kuasa untuk menaklukan pekerjaan orasng lain dengan cara menjadi pemilik semacam itu. Jelas komunisme secara radikal menentang penindasan/eksploitasi yang berasal dari pemilikan ekslusif atas sarana-sarana produksi sehingga cara pemilikan itu harus diganti dengan sistem milik kolektif.2. Pertentangan dan Perdamaian antara Liberalisme dan SosialismeLiberalisme dan sosialisme sebagai dua ideologi yang untuk sebagian besar menentukan keadaan di bidang ekonomi-politik selama abad ke-19 dan ke -20, pada kenyataannya di pelbagai negara liberalisme dan sosialisme mempunyai sejarahnya sendiri yang tidak selalu melintasi pola-pola yang sama. LiberalismeInti pemikiran liberalisme adalah tekananya pada kebebasan individual. Di bidang politik, peranan negara harus seminimal mungkin supaya diberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada kebebasan para warga negara. Tugas pokok negara secara klasik dilukiskan sebagai nightwatch state (negara jaga malam) karena negara harus membatasi diri pada perlindungan dan pengamanan para warga negara.Di bidang ekonomi pun liberalisme mengagungkan kebebasan pribadi. Semboyan klasiknya laissez faire Kata Prancis itu berarti biar saja berjalan atau dirumuskan secara negatif jangan campur tangan. Mereka menolak segala intervensi negara dalam urusan ekonomi. Pasar bebas adalah pengetian pokok bagi pemikiran liberalistis di bidang ekonomi. Relasi ekonominya harus berjalan menurut hukum penawaran dan permintaan dan akan tercapai baik jika mekanisme pasar bisa menentukan segala-galanya.Pada kenyataannya negara selalu ikut campur dalam urusan ekonomi dengan peraturan pajak, regulasi impor ekspor dan lain-lain. Ahli ekonomi Inggris yang besar, John Maynard Keynes (1883-1946) menari jalan keluar dari krisis ekonomi paling dahsayat tahun 1930-an. Ia berpendapat bahwa permintaan dipasaran harus diestimulasi untuk memerangi pengangguran. Keynes, yang sebenarnya menganut aliran liberalisme, kurang percaya pada koreksi-diri dari pasar dan daya pasar justru harus didorong / dikoreksi oleh pemerintah. SosialismeSosialisme dilihat sebagai reaksi atas ketidakberesan dalam masyarakat akibat liberalisme. Liberalisme menempatkan individu di atas masyarakat sedangkan sosialisme menempatkan masyarakat di atas individu. Sosialisme berasal dari kata Latin socius yang berarti teman atau kawan. Sosialisme memandang manusia sebagai makhuk sosial atau sebagai ssesama yang hidup bersama orang lain. Dirumuskan dengan cara ekstrim, sosialisme menyetujui perkataan filsuf Prancis Pierre Joseph Proudhon (1809-1865) bahwa milik adalh pencurian. Artinya, mereka berpendapat bahwa masyarakat pada waktu itu diatur dengan tidak adil. Keadilan sosial adalh gagasan yang bersal dari alam pikiran sosialisme.Berikut adalah pembahasan 2 bentuk sosialisme sebagai suatu alternatif mengatur masyarakat dengan lebih baik, khususnya lembaga milik. Kekuatan dan KelemahanKekuatan liberalisme adalah bahwa milik pribadi diakui sebagai cara penting untuk mewujudkan kebebasan pribadi. Kelemahannya adalah mereka kurang memperhatikan nasib kaum miskin dan orang yang kurang beruntung dalam perjuangan hidup, seperti kaum buruh dalam masyarakat berindustri.Kekuatan sosialisme adalah mereka menemukan dimensi transindividual dari milik. Milik sealalu mempunyai suatu fungsi sosial dan tidak pernah boleh dibatasi pada kepentingan pribadi saja. Sedangkan kelemahannya adalah terasa besar bahkan fatal untuk sistem pemerintahan sosialistis yang sifatnya bisa psikologis dan terhadap realitas ekonomi-politik. Jika barang dimiliki bersama, tanggung jawab kurang dirasakan. Menuju PerdamaianLiberalisme dan Sosialisme dapat dilihat sebagai 2 ideologi antagonis yang berjuang merebut hegemoni di panggung politik-ekonomi selama kira-kira satu setengah abad. Saat pergantian abad sekarang kita menyaksikan suatu sistem paradoksial : liberalisme dan sosialisme dua-duanya gagal dan serentak juga berhasil, dua-duanya kalah dan serentak juga menang. Berikut adalah situasi paradoksial pada awal abad ke 21 : Sosialisme berhasil menuju welfare state tetapi gagal menuju sistem ekonomi pasar bebas sedangkan liberalisme berhasil menuju sistem ekonomi pasar bebas tetapi gagal menuju welfare state.Negara-negara baru yang mulai mengembangkan industrinya dalam paro terakhir abad ke-20 mau tidak mau tersimpul juga dalam proses ini, termasuk Indonesia. Bagi mereka menjadi tantangan besar untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan negara industri di masa lampau, tetapi ikut mewujudkan perdamaian yang tercapai antara liberalisme dan sosialisme. Mereka seudah menerima sistem ekonomi pasar bebas sekurang-kurangnya secara teoritis. Bukti terpenting adalah kesepakatan yang telah tercapai tentang WTO, AFTA, APEC dll. Dalam praktek, untuk membangun suatu sistem jaminan sosial, selain memiliki kesempatan untuk mengumpulkan dana besar, suatu negara harus memiliki juga kemampuan manajemen kenegaraan yang tinggi dan harus bebas dari budaya korupsi.3. Kapitalisme dan DemokatisasiPada akhir tahun 1980-an bukan saja kapitalisme menag dengan sistem ekonomi pasar bebasnya. Yang ikut menang adalah demokrasi sebagai sistem politik yang melatarbelakangi ekonomi pasar bebas. Banyak orang berpendapat bahwa hubungan kapitalisme dan demokrasi tidak kebetulan. Dengan runtuhnya sistem ekonomi komunistis, negara-negara bekas Uni Soviet langsung memeluk sistem politik demokrasi yang tentunya masih disertai aneka macam kesulitan. Tetapi, jika mempelajari keberhasilan negara-negara industri barat, sulit disangkal bahwa demokrasi dapat berfungsi sebagai koreksian atas segi-segi negatif dari kuasa ekonomis yang terwujud dalam kapitalisme. Kapotalisme mengakibatkan ketidaksamaan sedangkan demokrasi cenderung memajukan persamaan. Dalam konteks demokratis, semua warga negara dianggap sederajat dan orang terkaya pun diberi satu suara (one person one vote). Keputusan demokratis adalah keputusan rata-rata semua warga negara.Demokratisasi dalam ekonomi yang dijalankan secara kapitalistis di negara-negara industri barat merupakan fenomena yang menarik. Contohnya : pertama, sistem pemerintahan demokratis berhasil mengoreksi beberapa ekses kapitalisme. Kedua, antagonisme antara kelas-kelas seperti dimengerti oleh marxisme, dengan sistem demokratis cukup teratasi dan ketiga, pemilikan sarana produksi yang semakin merata. Rupanya di di negara-negara barat juga di Amerika Serikat, demokrasi merupakan jalan terbaik untuk mewujudkan pemerataan pendapatan dan kekayaan, khususnya demokrasi dimana sosialisme demokratis memegang pengaruh penting ebab demokrasi belum terwujud dengan baik bila prinsip suara terbanyak berjalan dengan konsekuen begitupun dengan solidaritas. 4. Etika Pasar BebasDavid Gauther pernah mengemukakan pendapat bahwa pasar yang sempurna tidak membutuhkan moralitas. Dengan kata lain pasar dimana kompetisi berjalan dengan sempurna. Namun pada kenyataannya kompetisi dalam pasar tidak pernah sempurna karena aneka macam alasan. Salah satu alasan yang penting bahwa dalam bidang ekonomi selalu bisa ditemukan apa yang oleh para ekonom disebut externalities: faktor-faktor yang mempunyai makna ekonomis juga, tetapi tidak diikutsertakan dalam perhitungannya. Alasan lainnya adalah bahwa tidak semua orang menduduki tingkatan yang sama agar dapat memainkan perananya masing-masing di pasaran. Pada kenyataannya, proses-proses di pasaran selalu disertai macam-macam kegagalan dan kekurangan tetapi sistem pasar bebas yang dijalankan itu masih menjadi yang paling unggul. Hal itu karena menjamin efisiensi ekonomi dengan cara paling memuaskan. Maksudnya adalah kemampuan untuk menghasilkan barang/jasa yang terbanyak dan berkualitas terbaik atas biaya terendah.Pentingnya etika dalam semuanya ini terutama tampak dari 2 segi. Pertama, dari segi keadilan sosial supaya semua peserta dalam kompetisi di pasar diberikan kesempatan yang sama. Kedua, sebagai jaminan agar kompetisi berjalan dengan baik dari sudut moral. Yaitu secara fair dan tidak merugikan orang lain.