etika bisnis

10
BAB 4 ETIKA DALAM BISNIS 4.1 Relevansi Etika dan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan dengan maksud memperoleh keuntungan. Fokus itu membuat perusahaan mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara agar bisa meraih keuntungan. Tidaklah mengherankan bila ada pandangan yang menyatakan bahwa bisnis itu immoral (tidak bermoral). Pandangan bahwa bisnis immoral kemudian mengalami perubahan menjadi lebih lunak, yaitu bahwa bisnis itu amoral, artinya moral dan bisnis merupakan dua dunia yang sangat berbeda, dan keduanya tidak dapat dicampuradukkan. Apakah benar bahwa keberhasilan bisnis hanya didasarkan semata – mata pada sikap menghalalkan segala cara, tipu – menipu, dan semacamnya? Bisnis yang baik (good business) bukan saja bisnis yang banyak mendatangkan keuntungan, tetapi juga bisnis yang baik secara moral, demikian pernyataan yang dikemukakan oleh tokoh etika Amerika Serikat, Richard T. De George (Ali dan Fanzi, 1998:21). Adapun alasan – alasan keberadaan etika dalam bisnis menurutnya adalah sebagai berikut : 1. Bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang dituntut keberanian mengambil resiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan bukan hanya uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan, seperti martabat atau nama baik pengusaha dengan keluarganya, nasib semua pegawai dan keluarganya dan bahkan seluruh hidup si pengusaha. 2. Bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktek bisnis mensyaratkan etika – disamping hukum positif – sebagai standar acuan dalam pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis.

description

etika dalam berbisnis

Transcript of etika bisnis

BAB 4ETIKA DALAM BISNIS4.1 Relevansi Etika dan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan dengan maksud memperoleh keuntungan. Fokus itu membuat perusahaan mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara agar bisa meraih keuntungan. Tidaklah mengherankan bila ada pandangan yang menyatakan bahwa bisnis itu immoral (tidak bermoral). Pandangan bahwa bisnis immoral kemudian mengalami perubahan menjadi lebih lunak, yaitu bahwa bisnis itu amoral, artinya moral dan bisnis merupakan dua dunia yang sangat berbeda, dan keduanya tidak dapat dicampuradukkan. Apakah benar bahwa keberhasilan bisnis hanya didasarkan semata mata pada sikap menghalalkan segala cara, tipu menipu, dan semacamnya? Bisnis yang baik (good business) bukan saja bisnis yang banyak mendatangkan keuntungan, tetapi juga bisnis yang baik secara moral, demikian pernyataan yang dikemukakan oleh tokoh etika Amerika Serikat, Richard T. De George (Ali dan Fanzi, 1998:21). Adapun alasan alasan keberadaan etika dalam bisnis menurutnya adalah sebagai berikut : 1. Bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang dituntut keberanian mengambil resiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan bukan hanya uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan, seperti martabat atau nama baik pengusaha dengan keluarganya, nasib semua pegawai dan keluarganya dan bahkan seluruh hidup si pengusaha. 2. Bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktek bisnis mensyaratkan etika disamping hukum positif sebagai standar acuan dalam pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis. 3. Dilihat dari sudut pandang bisnis, praktek bisnis yang berhasil adalah yang memperhatikan norma norma moral masyarakat, sehingga ia memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas produk atau jasa yang dijualnya. 4. Asas legalitas harus dibedakan dari asas moralitas. 5. Etika bukanlah ilmu pengetahuan empiris. Tindakan yang dilakukan oleh lebih banyak orang tidak otomatis berarti yang lebih baik. Sekalipun korupsi dan kolusi merajalela dimana mana, hal itu tidak dengan sendirinya dapat dibenarkan secara etis.

4.2 Keuntungan dan Etika Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa bisnis adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan. Adapun keuntungan tersebut sangat penting bagi perusahaan atau pebisnis karena : 1. Keuntungan memungkinkan suatu perusahaan bertahan dalam bisnisnya; 2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya, karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional; 3. Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan, melainkan juga dapat menghidupi pegawai pegawainya, bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang semakin baik.Disamping itu, ada beberapa argumen yang menunjukkan bahwa justru demi memperoleh keuntungan, etika sangat dibutuhkan dalam bisnis yaitu: 1. Dalam bisnis modern dewasa ini hanya orang profesional yang akan menang dan berhasil dalam bisnis yang penuh persaingan ketat. Kaum profesional memperlihatkan kinerja yang menjadi prasyarat keberhasilan bisnis yaitu komitmen moral, integritas moral, disiplin, loyalitas, kesatuan visi moral, pelayanan, sikap mengutamakan mutu, penghargaan terhadap hak dan kepentingan dengan pihak pihak terkait yang berkepentingan (stakeholders), dan sebagainya yang lama kelamaan akan berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam sebuah perusahaan. 2. Dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar benar raja. Oleh karena itu, hal yang paling pokok untuk bisa untung dan bertahan dalam pasar adalah sejauh mana perusahaan itu bisa merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen. 3. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral, para pelaku bisnis berusaha sebisa mungkin menghindari campur tangan pemerintah, yang baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya. 4. Perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa pegawai bukanlah tenaga untuk dieksploitasi namun dianggap sebagai subjek untuk menentukan berhasil tidaknya perusahaan.

4.3 Pengertian Etika Bisnis Menurut Weiss dalam Keraf (1993:66), etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsip prinsip etika untuk mengkaji dan memecahkan masalah masalah moral yang kompleks. Laura Nash (1990) mendefinisikan etika bisnis sebagai studi mengenai bagaimana norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan perusahaan. Sekalipun tidak ada definisi terbaik, namun terdapat konsensus bahwa etika bisnis adalah studi yang mensyaratkan penalaran dan penilaian, baik yang didasarkan atas prinsip prinsip maupun kepercayaan dalam mengambil keputusan guna menyeimbangkan kepentingan ekonomi diri sendiri terhadap tuntutan sosial dan kesejahteraan.4.4 Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis Terdapat 3 (tiga) sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis (Keraf, 1998:69), yaitu:1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dalam hal ini, para pelaku bisnis dihimbau untuk berbinis secara baik dan etis karena menunjang keberhasilan bisnisnya dalam jangka panjang. 2. Etika bisnis berfungsi menggugah masyarakat agar menuntut para pelaku bisnis agar berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat. 3. Etika bisnis membahas mengenai etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, berbicara mengenai monopoli, oligopoly, monopsoni, kolusi, dan praktek praktek semacamnya yang akan sangat mempengaruhi sehat dan baiknya praktek bisnis dalam sebuah negara. 4.5 Tingkatan Etika Bisnis Etika bisnis menyangkut semua pihak yang berkepentingan, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Berkaitan dengan hal ini terdapat 5 tingkatan etika bisnis, yaitu:1. Individual 2. Organisasional 3. Asosiasi 4. Masyarakat 5. Internasional

4.6 Prinsip Prinsip Etika Bisnis Menurut Keraf (1998:73) prinsip prinsip etika yang berlaku dalam bisnis adalah : Prinsip Otonomi Dalam hal ini adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan Prinsip Kejujuran Dalam hal ini berkaitan dengan pemenuhan syarat syarat kontrak atau perjanjian, penawaran barang dan jasa yang meliputi mutu dan harga yang sebanding, serta hubungan kerja internal Prinsip Keadilan Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara adil sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan Prinsip Saling Menguntungkan Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan untuk menguntungkan semua pihak Prinsip Integritas Moral Prinsip ini sebagai tuntutan moral dalam diri pelaku bisnis agar dalam menjalankan bisnisnya senantiasa menjaga nama baik dirinya dan perusahaannya.

4.7 Relativitas Moral Dalam Bisnis Dalam persaingan global, semua perusahaan harus bersaing berdasarkan prinsip prinsip etika. Persoalannya adalah etika siapa yang diikuti mengingat bisnis global tidak mengenal batas negara. Beberapa pandangan yang ada pada masyarakat bahwa norma etis berbeda di satu tempat dengan tempat yang lain dan norma pada negara sendirilah yang paling tepat menunjukkan bahwa norma atau moral bersifat relatif dan tidak universal. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Tindakan mencuri, berbohong, dan menipu dimana pun pasti dikecam karena tidak etis. Sehingga yang lebih tepat adalah apabila perusahaan tunduk pada hukum yang berlaku di negara tempat perusahaan tersebut beroperasi.

4.8 Tanggung Jawab Moral Bisnis Bisnis juga mempunyai tanggung jawab moral. CEO, manajer puncak, dan dewan direksi mempunyai tanggung jawab moral untuk menyampaikan secara jujur kemajuan dan kondisi ekonomi finansial korporasi kepada pemegang saham, bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat atau negara dimana korporasi beroperasi, berkewajiban moral untuk menyediakan kondisi dan lingkungan kerja yang sehat dan aman, memberikan upah yang adil kepada pegawai, dan menginformasikan dengan benar kepada konsumen atau pemakai jasa mengenai produk yang dihasilkannya serta jasa jasa pelayanan yang diberikan. 4.9 Tanggung Jawab Sosial Bisnis Tanggung jawab sosial bisnis (Corporate Social Responsibillity atau disingkat CSR) adalah memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai laba dengan cara cara yang sesuai dengan aturan permainan dalam persaingan bebas tanpa penipuan dan kecurangan. Terdapat tiga alasan penting dan manfaat yang diperoleh perusahaan jika menerapkan tanggung jawab sosial bisnis yaitu karena perusahaan adalah bagian dari masyarakat yang turut memperhatikan kepentingan masyarakat, perusahaan dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme (saling mengisi dan menguntungkan), dan sebagai salah satu cara untuk mengeliminasi berbagai potensi mobilisasi massa (penduduk) untuk melakukan hal hal yang tidak diinginkan seperti eksploitasi sumber daya alam oleh perusahaan tanpa memberikan kesempatan kepada masyarakat di sekitar wilayah tersebut. Secara singkat isi tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebagai berikut :1. Terhadap relasi primer; misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan dengan perusahaan lain, membayar hutang, memberi pelayanan kepada konsumen dan pelanggan dengan baik, memperhatikan hak pegawai, dan sebagainya.2. Terhadap relasi sekunder; bertanggung jawab atas operasi dan dampak bisnis terhadap masyarakat atas masalah masalah sosial seperti lapangan kerja, pendidikan, prasarana sosial, pajak, dan lain sebagainya. 4.10 Kode Etik PerusahaanKode etik menyangkut apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam pelaksanaan suatu profesi. Kode etik berisi tuntutan keahlian, komitmen moral, dan perilaku yang diinginkan dari orang yang melakukan profesi tersebut. Kode etik khusus untuk perusahaan mencuat pada tahun 1970-an akibat terjadinya berbagai skandal korupsi di kalangan pebisnis. Kode etik perusahaan oleh Patrict Murphy disebut ethic statement dibedakan dalam tiga macam (Baterns, 2000:381): Value Statement (Pernyataan Nilai), yaitu melukiskan apa yang dilihat oleh perusahaan sebagai misinya dan mengandung nilai nilai yang dijunjung tinggi perusahaan, misalnya pentingnya integritas, kerja tim, kredibilitas, dan keterbukaan dalam komunikasi. Corporate Credo (Kredo Perusahaan), yaitu tanggungjawab perusahaan terhadap para stakeholder. Code of Conduct/Code of Ethical Conduct (Kode Etik), yaitu menyangkut kesulitan yang bisa timbul seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, sumbangan kepada pihak lain, dan sebagainya. Adapun manfaat kode etik bagi perusahaan dapat disebutkan sebagai berikut (Bertens, 2000:382): Kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan. Dengan adanya kode etik, secara intern pegawai terikat dengan standar etis yang sama dan secara ekstern para pihak yang berkepentingan akan memaklumi apa yang bisa diharapkan dari perusahaan tersebut. Kode etik dapat membantu menghilangkan kawasan abu abu di bidang etika. Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya. Kode etik menyediakan regulasi sendiri (self regulation) dan dalam batas tertentu tidak perlu campur tangan pemerintah dalam mengatasi berbagai persoalan bisnis. Namun disamping itu, ada juga kritik yang disampaikan terkait kode etik perusahaan, yaitu:1. Kode etik sering hanya menjadi slogan belaka untuk membuat pihak luar kagum, padahal belum tentu dijalankan dengan baik. 2. Kode etik dirumuskan terlalu umum dan tetap memerlukan keputusan pimpinan dalam berbagai persoalan etis. 3. Jarang ada penegakan kode etis dengan memberi sanksi untuk pelanggaran.Untuk mengatasi kekurangan tersebut, suatu kode etik hendaknya:1. Dirumuskan berdasarkan kesepakatan semua pihak dalam organisasi 2. Tidak memuat hal hal yang kurang berguna dan tidak mempunyai dampak nyata 3. Direvisi sewaktu waktu agar sesuai dengan perkembangan jaman 4. Ditegakkan dengan seperangkat sanksi agar setiap permasalahan terselesaikan dengan baik. 4. 11 Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Terhadap Etika Leonard Brooks menyebut 6 (enam) alasan mengapa dunia bisnis makin meningkatkan perhatian terhadap etika bisnis (Rindjin, 2004:91), yaitu:1. Krisis publik tentang kepercayaan, yang diakibatkan oleh banyaknya skandal yang terjadi di perusahaan. 2. Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja, yang diakibatkan oleh meningkatnya nilai nilai masyarakat pada mutu kehidupan kerja seperti fleksibilitas waktu kerja, kebugaran dan kesehatan, pengasuhan anak di perusahaan, dan lain lain . 3. Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis, dimana akan dikenakan pada perusahaan perusahaan yang melakukan tindakan ilegal, seperti diskriminasi pekerjaan, pelanggaran standar polusi, keamanan dan kesehatan kondisi kerja, dan lain lain. 4. Kekuatan kelompok pemerhati khusus (Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM) yang bisa menyampaikan kritik di media massa dimana bisa memberikan dampak negatif pada kepercayaan konsumen apabila ditemukan penyimpangan yang dilakukan korporasi. 5. Peran media dan publisitas yang sangat berpengaruh dalam membentuk opini publik tentang korporasi. 6. Mengubah format organisasi dan etika perusahaan yang dilakukan karena adanya aliansi, mitra usaha, dan pusat keuntungan yang independen.4.12 Kendala Kendala Pelaksanaan Etika Bisnis Pelaksanaan prinsip prinsip etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah dan kedala, yaitu: 1. Standar moral para pelaku bisnis masih lemah 2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan 3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil 4. Lemahnya penegakan hukum 5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen yang khusus menangani masalah penegakan kode etik bisnis dan manajemen.