ETIKA BISNIS

29
MAKALAH ETIKA BISNIS DAN KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS D I S U S U N Oleh : Arifin Lumban Tobing Devie Elseria Friska Syafrida Sinaga

Transcript of ETIKA BISNIS

Page 1: ETIKA BISNIS

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS

D

I

S

U

S

U

N

Oleh :

Arifin Lumban Tobing

Devie Elseria

Friska Syafrida Sinaga

Politeknik Negeri Medan

Jurusan Akuntansi

Prodi Perbankan dan Keuangan

Page 2: ETIKA BISNIS

ETIKA BISNIS

PENDAHULUAN

Sesuai dengan fungsinya baik secara mikro maupun makro, sebuah bisnis yang baik

harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Nantinya, jika sebuah perusahaan memiliki etika

dan tanggung jawab sosial yang baik, bukan hanya lingkungan makro dan mikronya saja yang

akan menikmati keuntungan, tetapi juga perusahaan itu sendiri

Kata ‘etika’ berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas yaitu,

tempat yang biasa ditinggali, kandang, padang rumput, kebiasaan, adapt, akhlak, watak, perasaan,

sikap dan cara berpikir. Bentuk jamak ethos adalah ta etha yang berarti adat kebiasaan. Arti

jamak inilah yang digunakan Aristoteles (384-322 SM) untuk menunjuk pada etika sebagai

filsafat moral. Kata ‘moral’ sendiri berasal dari kata latin mos (jamaknya mores) yang juga berarti

kebiasaan atau adat. Kata ‘moralitas’ dari kata Latin ‘moralis’ dan merupakan abstraksi dari kata

‘moral’ yang menunjuk kepada baik buruknya suatu perbuatan. Dari asal katanya bisa dikatakan

etika sebagai ilmu yang mempelajari tentang apa yang biasa dilakukan. Pendeknya, etika adalah

ilmu yang secara khusus menyoroti perilaku manusia dari segi moral, bukan dari fisik, etnis dan

sebagainya.

Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian yang

sama, yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang

memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial,

dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis

(Muslich,1998:4). Ada juga yang mendefinisikan etika bisnis sebagai batasan-batasan sosial,

ekonomi, dan hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral masyarakat yang harus

dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam setiap aktivitasnya (Amirullah & Imam

Hardjanto, 2005)

Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh perusahaan untuk

mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah

timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi

perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:

Page 3: ETIKA BISNIS

1. Prinsip otonomi

Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan

bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan

yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang

berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.

2. Prinsip kejujuran

Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan perusahaan.

Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika

prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan

kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.

3. Prinsip tidak berniat jahat

Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat

akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.

4. Prinsip keadilan

Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis. Contohnya,

upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada konsumen,

dan lain-lain

5. Prinsip hormat pada diri sendiri

Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat dan

prinsip keadilan.

Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam membantu

orang lain. Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk mengenalisis batas-batas

kompetisi seseorang, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan.

Kompetisi inilah yang harus memanas belakangan ini. Kata itu mengisyaratkan sebuah

konsep bahwa mereka yang berhasil adalah yang mahir menghancurkan musuh-

musuhnya. Banyak yang mengatakan kompetisi lambang ketamakan. Padahal,

Page 4: ETIKA BISNIS

perdagangan dunia yang lebih bebas dimasa mendatang justru mempromosikan kompetisi

yang juga lebih bebas.

Lewat ilmu kompetisi kita dapat merenungkan, membayangkan eksportir kita

yang ditantang untuk terjun ke arena baru yaitu pasar bebas dimasa mendatang.

Kemampuan berkompetisi seharusnya sama sekali tidak ditentukan oleh ukuran besar

kecilnya sebuah perusahaan. Inilah yang sering dikonsepkan berbeda oleh penguasa kita.

Jika kita ingin mencapai target ditahun 2000, sudah saatnya dunia bisnis kita mampu

menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat perjalanan yang

seiring dan saling membutuhkan antara golongan menengah kebawah dan pengusaha

golongan atas.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara

lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati

diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan tanggung

jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan

konsep pembangunan yang berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece,

Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu benar,

dll.

Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua pihak

untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu dapat dikurangi, serta kita optimis salah

satu kendala dalam menghadapi era globalisasi pada tahun 2000 an dapat diatasi.

MORAL DAN EKTIKA DALAM DUNIA BISNIS

Moral Dalam Dunia Bisnis

Sejalan dengan berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka Jepang

dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik ditahun 2000 menjadi

daerah perdagangan yang bebas sehingga baik kita batas dunia akan semakin "kabur"

(borderless) world. Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain

untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan keuntungan (profit). Kadang

kala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan tadi, memaksa orang untuk

menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak yang dirugikan atau tidak.

Page 5: ETIKA BISNIS

Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu dengan

waktu serta negara-negara lainnya agar terwujud suatu tatanan perekonomian yang saling

menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan apakah yang diharapkan oleh pemimpin

APEC tersebut dapat terwujud manakala masih ada bisnis kita khususnya dan

internasional umumnya dihinggapi kehendak saling "menindas" agar memperoleh tingkat

keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang merupakan tantangan bagi etika bisnis kita.

Jika kita ingin mencapai target pada tahun 2000 an, ada saatnya dunia bisnis kita mampu

menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat perjalanan yang

seiring dan saling membutuhkan antara golongan menengah kebawah dan pengusaha

golongan keatas. Apakah hal ini dapat diwujudkan ?

Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan

budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran

serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan

pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam kegiatan

mendapatkan keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu

yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Umpamanya,

dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua

belah pihak akan merasa puas dan memperoleh kepercayaan satu sama lain, yang pada

akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat saling menguntungkan.

Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-benar

menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen. Kenapa hal perlu ini

dibicarakan?

Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa diimbangi

dengan dunia bisnis yang ber "moral", dunia ini akan menjadi suatu rimba modern yang

di kuat menindas yang lemah sehingga apa yang diamanatkan UUD 1945, Pasal 33 dan

GBHN untuk menciptakan keadilan dan pemerataan tidak akan pernah terwujud.

Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan budaya.

Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang sehingga

dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki

moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam

berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan

Page 6: ETIKA BISNIS

oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan

ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Etika Dalam Dunia Bisnis

Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan

kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan

secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu

mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang

seimbang, selaras, dan serasi.

Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat

membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good

conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu

harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok

yang terkait lainnya. Mengapa ?

Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha dengan

pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam

hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan

antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar

jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak

kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui

dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan

bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika

didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain

tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang

tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain

ialah

Page 7: ETIKA BISNIS

Pengendalian diri

Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri

mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk

apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan

main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main

curang dan menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun

keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus

memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etis".

Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)

Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan

hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih

kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk

menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi

perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini

untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand

pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung

jawab terhadap masyarakat sekitarnya.

Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh

pesatnya perkembangan informasi dan teknologi

Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi

informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi

golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya

tranformasi informasi dan teknologi.

Page 8: ETIKA BISNIS

Menciptakan persaingan yang sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas,

tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat

jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga

dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap

perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-

kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.

Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang,

tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini

jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat

sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan

dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh

keuntungan besar.

Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak

akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk

permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama

bangsa dan negara.

Mampu menyatakan yang benar itu benar

Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit

(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan

"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah.

Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi"

kepada pihak yang terkait.

Page 9: ETIKA BISNIS

Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan

golongan pengusaha kebawah

Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya

(trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar

pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah

besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat,

saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk

berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.

Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana

apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa?

Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha

sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi

kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.

Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang

telah disepakati

Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu

ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang

dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan Hal

ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi"

terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika

saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan

semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan

etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin

jurang itu akan dapat diatasi, serta optimis salah satu kendala dalam menghadapi tahun

2000 dapat diatasi.

Page 10: ETIKA BISNIS

DUNIA BISNIS

Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar

tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh? Didalam

bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan

yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah

demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi

binatang ekonomi.

Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan

kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up,

ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber

daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabdian

para pengusaha terhadap etika bisnis.

Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak

mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari

etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis

sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya.

Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum

sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada

pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu

membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama

pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung

maupun tidak langsung.

Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa

prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif.

Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang

terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah.

Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis.

Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari

Page 11: ETIKA BISNIS

pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan

pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju

pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan

main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.

Salah satu contoh yang selanjutnya menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia

usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni menyebabkan

beberapa produk nasional terkena batasan di pasar internasional. Contoh lain adalah

produk-produk hasil hutan yang mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia

dinilai tidak memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga.

Page 12: ETIKA BISNIS

Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis

1. Manipulasi laporan keuangan PT KAI

Dalam kasus tersebut, terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini

merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan stakeholder lainnya.

Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi.

2. Skandal Enron, Worldcom dan perusahaan-perusahaan besar di AS

Worldcom terlibat rekayasa laporan keuangan milyaran dollar AS. Dalam pembukuannya

Worldcom mengumumkan laba sebesar USD 3,8 milyar antara Januari 2001 dan Maret 2002. Hal

itu bisa terjadi karena rekayasa akuntansi. Penipuan ini telah menenggelamkan kepercayaan

investor terhadap korporasi AS dan menyebabkan harga saham dunia menurun serentak di akhir

Juni 2002. Dalam perkembangannya, Scott Sullifan (CFO) dituduh telah melakukan tindakan

kriminal di bidang keuangan dengan kemungkinan hukuman 10 tahun penjara. Pada saat itu, para

investor memilih untuk menghentikan atau mengurangi aktivitasnya di bursa saham.

3. Kasus Tylenol Johnson & Johnson

Kasus penarikan Tylenol oleh Johnson & Johnson dapat dilihat sebagai bagian dari etika

perusahaan yang menjunjung tinggi keselamatan konsumen di atas segalanga, termasuk

keuntungan perusahaan. Johnson & Johnson segera mengambil tindakan intuk mengatasi

masalahnya. Dengan bertindak cepat dan melindungi kepentingan konsumennya, berarti

perusahaan telah menjaga trust- nya.

4. Kasus obat anti nyamuk Hit

Pada kasus Hit, meskipun perusahaan telah meminta maaf dan berjanji untuk menarik produknya,

ada kesan permintaan maaf itu klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan

kanker tersebut terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih beredar

di pasaran.

5. Kasus Baterai laptop Dell

Dell akhirnya memutuskan untuk menarik dan mengganti baterai laptop yang bermasalah dengan

biaya USD 4,1 juta. Adanya video clip yang menggambarkan bagaimana sebuah note book Dell

meledak yang telah beredar di internet membuat perusahaan harus bergerak cepat mengatasi

masalah tersebut

Dari kelima kasus di atas, Hit merupakan contoh yang kurang baik dalam menangani

masalahnya. Paradigma yang benar yaitu seharusnya perusahaan memperhatikan adanya

hubungan sinergi antara etika dan laba. Di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan

Page 13: ETIKA BISNIS

sebuah competitive advantage yang harus dipertahankan. Dalam jangka panjang, apabila

perusahaan meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan perusahaan maka akan

berbuah keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.

6. Dugaan penggelapan pajak

IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun

buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran,

dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3 melakukan restitusi sebesar Rp 65,7 miliar.

750 penanam modal asing (PMA) terindikasi tidak membayar pajak dengan cara melaporkan rugi

selama lima tahun terakhir secara berturut-turut. Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak

manajemen berkonspirasi dengan para pejabat tinggi negara dan otoritas terkait dalam melakukan

penipuan akuntansi.Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari kantor akuntan

publik dalam melakukan manipulasi laba yang menguntungkan dirinya dan korporasi, sehingga

merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah terjadi mekanisme penyuapan

(bribery) dalam kasus tersebut.

Pihak pemerintah dan DPR perlu segera membentuk tim auditor independen yang kompeten dan

kredibel untuk melakukan audit investigatif atau audit forensik untuk membedah laporan

keuangan dari 750 PMA yang tidak membayar pajak. Korporasi multinasional yang secara

sengaja terbukti tidak memenuhi kewajiban ekonomi, hukum, dan sosialnya bisa dicabut izin

operasinya dan dilarang beroperasi di negara berkembang.

Etika terhadap komunitas masyarakat

Tindakan Kejahatan Korporasi PT. Lapindo Brantas (Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Hidup di Sidoarjo, Jawa Timur). Telah satu bulan lebih sejak terjadinya kebocoran gas di areal

eksplorasi gas PT. Lapindo Brantas (Lapindo) di Desa Ronokenongo, Kecamatan Porong,

Kabupaten Sidoarjo. Kebocoran gas tersebut berupa semburan asap putih dari rekahan tanah,

membumbung tinggi sekitar 10 meter.

Semburan gas tersebut disertai keluarnya cairan lumpur dan meluber ke lahan warga. tak kurang

10 pabrik harus tutup, 90 hektar sawah dan pemukiman penduduk tak bisa digunakan dan

ditempati lagi, demikian juga dengan tambak-tambak bandeng, belum lagi jalan tol Surabaya-

Gempol yang harus ditutup karena semua tergenang lumpur panas.

Page 14: ETIKA BISNIS

Perusahaan terkesan lebih mengutamakan penyelamatan asset-asetnya daripada mengatasi soal

lingkungan dan social yang ditimbulkan. Namun Lapindo Brantas akhirnya sepakat untuk

membayarkan tuntutan ganti rugi kepada warga korban banjir Lumpur Porong, Sidoarjo. Lapindo

akan membayar Rp2,5 juta per meter persegi untuk tanah pekarangan beserta bangunan rumah,

dan Rp120.000 per meter persegi untuk sawah yang terendam lumpur.

Etika terhadap buruh dan pekerja

BenQ, Kasus Pailit Dalam Ekonomi Global

Merjer bisnis telepon genggam perusahaan BenQ dan Siemens menjadi BenQ-Mobile awalnya

bagai angin harapan, terutama bagi para pekerja pabrik di Jerman. Namun karena penjualan tidak

menunjang dan banyak produk yang dipulangkan oleh pembelinya karena bermasalah, akibatnya

dua pabrik BenQ, di Meksiko dan Taiwan, terpaksa ditutup. Karena itu BenQ melakukan

restrukturisasi dan mem-PHK sejumlah pekerja.Hal ini sangat merugikan pihak buruh dan

karyawan. Para pekerja merasa hanya dijadikan bahan mainan perusahaan yang tidak serius.]

Page 15: ETIKA BISNIS

Contoh Lainnya adalah :

A. Contoh Pelanggaran dalam Praktek

Sebuah perusahaan X karena kondisi perusahaan yang pailit akhirnya

memutuskan untuk melakukan PHK kepada karyawannya. Namun dalam melakukan

PHK itu, perusahaan sama sekali tidak memberikan pesongan sebagaimana yang diatur

dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam kasus ini perusahaan x dapat

dikatakan melanggar prinsip kepatuhan terhadap hukum.

B. Contoh Pelanggaran dalam Praktek

Sebuah Yayasan X menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun

ajaran baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp 500.000,- kepada setiap siswa baru.

Pungutan sekolah ini sama sekali tidak diinformasikan kepada mereka saat akan

mendaftar, sehingga setelah diterima mau tidak mau mereka harus membayar. Disamping

itu tidak ada informasi maupun penjelasan resmi tentang penggunaan uang itu kepada

wali murid. Setelah didesak oleh banyak pihak, Yayasan baru memberikan informasi

bahwa uang itu dipergunakan untuk pembelian seragama guru. Dalam kasus ini, pihak

Yayasan dan sekolah dapat dikategorikan melanggar prinsip transparansi

C. Contoh Pelanggaran dalam Praktek

Sebuah RS Swasta melalui pihak Pengurus mengumumkan kepada seluruh

karyawan yang akan mendaftar PNS secara otomotais dinyatakan mengundurkan diri. A

sebagai salah seorang karyawan di RS Swasta itu mengabaikan pengumuman dari pihak

pengurus karena menurut pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola dalam hal ini direktur,

sehingga segala hak dan kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola bukan Pengurus.

Pihak Pengelola sendiri tidak memberikan surat edaran resmi mengenai kebijakan

tersebut. Karena sikapnya itu, A akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini

RS Swasta itu dapat dikatakan melanggar prinsip akuntabilitas karena tidak ada kejelasan

Page 16: ETIKA BISNIS

fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus Rumah

Sakit

D. Contoh Pelanggaran dalam Praktek

Sebuah perusahaan PJTKI di Jogja melakukan rekrutmen untuk tenaga baby

sitter. Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji akan

mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dijanjikan akan dikirim ke

negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa segala biaya yang

dikeluarkan pelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke negara

tujuan. B yang tertarik dengan tawaran tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan

biaya sebanyak Rp 7 juta untuk ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor.

Namun setelah 2 bulan training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu tahun

tidak ada kejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada

penundaan, begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI

tersebut telah melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B

sebagai calon TKI yang seharusnya diberangnka ke negara tujuan untuk bekerja

E. Contoh Pelanggaran dalam Praktek

Sebuah perusahaan property ternama di Yogjakarta tidak memberikan surat ijin

membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavling

perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi

kewajibannya membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan biaya administrasi lainnya.

Sementara konsumen kedua masih mempunyai kewajiban membayar kelebihan

tanah, karena setiap kali akan membayar pihak developer selalu menolak dengan alasan

belum ada ijin dari pusat perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah di kawasan

kavling itu hanya dua orang ini yang belum mengantongi izin pembangunan rumah,

sementara 30 konsumen lainnya sudah diberi izin dan rumah mereka sudah dibangun

semuannya. Alasan yang dikemukakan perusahaan itu adalah ingin memberikan pelajaran

kepada dua konsumen tadi karena dua orang ini telah memprovokasi konsumen lainnya

untuk melakukan penuntutan segera pemberian izin pembangunan rumah. Dari kasus ini

Page 17: ETIKA BISNIS

perusahaan property tersebut telah melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidak

memenuhi hak-hak stakeholder (konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal

F. Contoh Pelanggaran dalam Praktek

Sebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat kesepakatan dengan sebuah

perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan. Sesuai dengan kesepakatan

pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada kontraktor. Namun dalam

pelaksanaannya, perusahaan kontraktor melakukan penurunan kualitas spesifikasi

bangunan tanpa sepengetahuan perusahaan pengembang. Selang beberapa bulan kondisi

bangunan sudah mengalami kerusakan serius. Dalam kasus ini pihak perusahaan

kontraktor dapat dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak memenuhi

spesifikasi bangunan yang telah disepakati bersama dengan perusahaan pengembang

G. Contoh Pelanggaran dalam Praktek

Seorang nasabah, sebut saja X, dari perusahaan pembiayaan terlambat membayar

angsuran mobil sesuai tanggal jatuh tempo karena anaknya sakit parah. X sudah

memberitahukan kepada pihak perusahaan tentang keterlambatannya membayar

angsuran, namun tidak mendapatkan respon dari perusahaan. Beberapa minggu setelah

jatuh tempo pihak perusahaan langsung mendatangi X untuk menagih angsuran dan

mengancam akan mengambil mobil yang masih diangsur itu. Pihak perusahaan menagih

dengan cara yang tidak sopan dan melakukan tekanan psikologis kepada nasabah. Dalam

kasus ini kita dapat mengakategorikan pihak perusahaan telah melakukan pelanggaran

prinsip empati pada nasabah karena sebenarnya pihak perusahaan dapat memberikan

peringatan kepada nasabah itu dengan cara yang bijak dan tepat.

H. Contoh Pelanggaran dalam Praktek

Sebuah perusahaan x akan mengikuti tender yang ditawarkan oleh pemerintah.

Perusahaan tersebut sudah memenuhi seluruh persyaratan yang ada dalam terder tersebut.

Selama menunggu tender di proses oleh panitia tender, pihak perusahaan x didatangi oleh

“oknum pemerintah”, yang menyatakan bahwa perusahaan X akan jadi pemenang tender

Page 18: ETIKA BISNIS

seandainya memberikan sejumlah prosentasi tertentu dari tender tersebut kepada panitia.

Dalam hal ini pihak perusahaan X yang kemudian “terpaksa” memberikan sejumlah

prosentase tertentu kepada panitia tender.

Page 19: ETIKA BISNIS

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas kita tahu bahwa petilaku etis dan kepercayaan (trust) dapat

mempengaruhi operasi perusahaan. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

1. Berkaca dari beberapa contoh kasus di atas, kita dapat melihat etika dan bisnis sebagai dua

hal yang berbeda. Memang, beretika dalam berbisnis tidak akan memberikan keuntungan

dengan segera, karena itu para pelaku bisnis harus belajar untuk melihat prospek jangka

panjang.

2. Kunci utama kesuksesan bisnis adalah reputasinya sebagai pengusaha yang memegang teguh

integritas dan kepercayaan pihak lain.

3. Kemajuan teknologi informasi khususnya internet telah menambah kompleksitas kegiatan

“public relation” dan “crisis management” perusahaan.

4. Product recall dapat dilihat sebagai bagian dari etika perusahaan yang menjunjung

tinggikeselamatan konsumen. Dalam jangka panjang, etika semacam itu justru akan

menguntungkan perusahaan.

5. Perilaku tidak etis khususnya yang berkaitan dengan skandal keuangan berimbas pada

menurunnya aktivitas dan kepercayaan investor terhadap bursa saham dunia yang

mengakibatkan jatuhnya harga-harga saham.

6. Sanksi hukuman di Indonesia masih lemah jika dibandingkan dengan sanksi hukuman di AS.

Di Amerika, pelaku tindakan criminal di bidang keuangan dikenai sanksi hukuman 10 tahun

penjara sedangkan di Indonesia hanya diberi sanksi teguran atau pencabutan izin praktek.

Page 20: ETIKA BISNIS

PENUTUP

Pelanggaran etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil industri dipasar

internasional. Ini bisa terjadi sikap para pengusaha kita.

Lebih parah lagi bila pengusaha Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang berlaku

secara umum dan tidak pengikat itu.

Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat keprihatinan

banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak saja buat

masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para

pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama mereka

sendiri dan negara.