etika

18
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan mengharapkan ridha yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjul Kode Etik untuk Profesi Farmasi . Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas undang- undang dan etika farmasi. Salawat dan salam disampaikan kepada junjungan alam nabi muhammad SAW. Makalah ini ditulis sebagai upaya untuk memberi pengetahuan kepada pembaca tentang kode etik di profesi farmasi yang meliputi Kode Etik dibagi menjadi lima bagian, yaitu: hubungan dengan pasien dan masyarakat, tanggung jawab terhadap profesi, inter-dan intra- profesional hubungan, hubungan dengan peraturan danotoritas administratif, serta promosi dan iklan. Penulis menyadari sepenuhnya , bahwa dalam penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dr . delina, selaku dosen Etika dan Perundang-undangan dibidang Farmasi, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan dan penulisan makalah ini. 1

description

etika

Transcript of etika

Page 1: etika

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan mengharapkan

ridha yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjul Kode Etik untuk Profesi Farmasi . Makalah ini disusun

bertujuan untuk memenuhi tugas undang-undang dan etika farmasi. Salawat dan

salam disampaikan kepada junjungan alam nabi muhammad SAW.

Makalah ini ditulis sebagai upaya untuk memberi pengetahuan kepada pembaca

tentang kode etik di profesi farmasi yang meliputi Kode Etik dibagi menjadi lima

bagian, yaitu: hubungan dengan pasien dan masyarakat, tanggung jawab

terhadap profesi, inter-dan intra-profesional hubungan, hubungan dengan

peraturan danotoritas administratif, serta promosi dan iklan.

Penulis menyadari sepenuhnya , bahwa dalam penyelesaian makalah ini tidak

terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dr . delina, selaku dosen

Etika dan Perundang-undangan dibidang Farmasi, yang telah memberikan

kesempatan serta arahan selama pendidikan dan penulisan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapatmemberi pengetahuan tentang kode

etik pada farmasi menjadi pedoman bagi apoteker serta teknisi farmasi dalam

berperilaku atau beretika.

Tangerang, Oktober 2013

1

Page 2: etika

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................

1.1 Latar Belakang .......................................................................................

I.3 Perumusan Masalah .................................................................................

I.4 Tujuan ......................................................................................................

I.5 Manfaat ....................................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

BAB IV METODELOGI HASIL DAN PEMBAHASAN....................................

LAMPIRAN –LAMPIRAN ....................................................................................

2

Page 3: etika

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kode Etik profesi farmasi menetapkan prinsip-prinsip wajib bagi apoteker dan

teknisi farmasi untuk berperilaku dalam menjalankan profesinya.

Kode Etik diterbitkan oleh Dewan Farmasi sesuai dengan ketentuan yang

dibuat berdasarkan Pasal 16 (d) Health Care Professions Act, 2003 yang

menyatakan bahwa salah satu fungsi dari Dewan Farmasi harus profesional

dalam menentukan dan menegakkan standar etika bagi apoteker dan teknisi

farmasi yang mulai berlaku pada tanggal 21 November 2003.

Prinsip-prinsip tersebut menyatakan tanggung jawab dan nilai-nilai

professional yang fundamental dan melekat pada profesi farmasi. Prinsip

terebut mengreflekasikan dan mendukung perkembangan praktek yang

berpusat pada pasien dan mempertimbangkan hak-hak dan tanggung jawab

pasien.

Prinsip tersebut bertujuan untuk membimbing apoteker , teknisi farmasi

dalam hubungan mereka dengan pasien, kolega, peraturan dan otoritas

administratif dan masyarakat.

Prinsip tersebut merupakan pedoman untuk memberikan layanan berkualitas

tinggi secara konsisten, dimana pelayanan tersebut melindungi dan

memajukan kesejahteraan pasien dan masyarakat dan memelihara kepercayaan

3

Page 4: etika

masyarakat terhadap profesi farmasi. Prinsip tersebut juga memberi

informasi pasien dan masyarakat standar perilaku yang harus dimiliki dari

apoteker.

Apoteker dan teknisi farmasi harus menjadi prinsip-prinsip ini sebagai

pedoman dalam menjalakan profesi mereka dan dalam berperilaku. Mereka

harus menghindari setiap tindakan atau kelalaian, dalam ruang lingkup yang

menjadi tanggung jawabnya, yang akan merugikan penyediaan jasa layanan

farmasi, atau menyebabkan kerugian bagi pasien atau masyarakat, atau

merusak kepercayaan dan kehormatan profesi.

Kode ini harus dibaca bersama dengan undang-undang tentang profesi

farmasi yang berlaku saat ini baik secara langsung maupun tidak langsung dan

pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Farmasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan antara apoteker dengan masyarakat dan pasien;

intra dan inter- profesional; serta dengan pihak berwenang dan

administrasi?

2. Apa Saja Yang Menjadi Tanggung Jawab Farmasi?

3. Bagaimana aturan dalam promosi dan periklanan dibidang faramasi?

4

Page 5: etika

1.3 Tujuan

1 Apoteker dan pelajar dibidang farmasi dapat mengetahui dan memahami

hubungan antara apoteker dengan masyarakat dan pasien; intra dan inter-

profesional; serta dengan pihak berwenang dan administrasi.

2 Apoteker dan pelajar dibidang farmasi dapat mengetahui perkembangan

etika profesi.

3 Apoteker dan pelajar dibidang farmasi Dapat mengetahui dan. memahami

aturan dalam promosi dan periklanan dibidang farmasi.

1.4 Metodelogi

Subkomite yang bertanggung jawab atas penyusunan Kode Etik baru untuk

profesi farmasi membahas masalah secara transparan dan inklusif serta

melibatkan profesi dan masyarakat selama proses berlangsung. Draft pertama

dari Kode etik dikirim ke stakeholder, semua apoteker yang terdaftar dan

teknisi farmasi dan sejumlah organisasi pasien untuk menyatakan komentar

mereka. Selanjutnya, masyarakat umum, melalui siaran pers juga diberitahu

tentang rancangan kode dan diminta untuk berkomentar. Pada bulan

November 2007, Dewan menyetujui bahwa pertemuan dengan stakeholder

untuk membahas draft terbaru dari Kode Etik. Rancangan Kode itu

ditempatkan di situs Apotek Dewan dan menjadikannya perhatian semua

apoteker dan farmasi teknisi. Hal ini dilakukan untuk mendorong

terselenggaranya dialog terbuka.

Selama proses penanggapan, konsultasi dan anggota individu bersikap positif

dan memberi kontribusi untuk membentuk kode etik baru

Dalam menyusunan Kode etik tersebut, sub – komite memiliki beberapa

pertimbangan yaitu sebagi berikut:

5

Page 6: etika

• FIP Pernyataan Standar Profesional tentang Kode Etik Apoteker , 2004;

• Oviedo Convention , Dewan Eropa ;

• Piagam Manusia Fundamental Hak Uni Eropa . Desember 2000 ;

• Nilai umum Profesi Liberal di Uni Eropa , CEPLIS Jul 2007;

• Vottero LD . Kode Etik Apoteker . Am J Kesehatan – Syst Pharm 1995;

• Ciappara MA . Apoteker –pasien Hubungan : Isu Etis . MPhil dis , 1999;

• Kode Etik , Dewan Farmasi Selandia Baru , 2004;

• Kode Etik Apoteker dan Teknisi Farmasi , Kerajaan Pharmaceutical Society

of Great Britain , Agustus 2007 ;

• Kode Etik Profesional , Pharmaceutical Society of Australia , 1998;

• Pedoman Etika Apoteker , The Pharmaceutical Swedia Association, 1995;

• Kode Etik Apoteker , Amerika Asosiasi Farmasi , 1994;

• Codice Deontologico , Federazione Ordini Farmacisti Italiani ;

• Kode de Deontologie des Pharmaciens , Ordre National des Pharmaciens ,

1995;

• Kode Etik , Alberta Farmasi Asosiasi ;

• Kode Etik berbagai profesi di Malta ;

• Etika dan Profesi Farmasi , Dewan Farmasi , 1974;

• Karta tad - Drittijiet u tar - Responsabilitajiet tal - Pazjent , St Luke Rumah

Sakit , September 2001

6

Page 7: etika

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Defisi etika dan farmasi

Etika berasal dari bahasa yunani kuno. Kata yunani ethos dalam bentuk

mepunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang;

kebiasaan, adat; akhlak; watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk

jamak artinya adalah adat kebiasaan. Sehingga etika berarti: ilmu tentang apa

yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. (Bertens,1993)

Apoteker adalah praktisi kesehatan yang merupakan bagian dari sistem

rujukan profesional. ( charles,2003 )

Farmasi (bidang kefarmasian) adalah suatu profesi yang concerns, commits,

dan competents tentang obat. Dari definisi tersebut muncul istilah profesi,

yaitu suatu pekerjaan (occupation) yang menunjukkan karakter specialised

knowledge dan diperoleh melalui academic preparation. (Wertheimer dan

Smith, 1989)

Pengertian profesi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu (Wertheimer dan

Smith, 1989):

Pertama, statutory profession, berdasarkan legislative act, profesi yang

didasarkan atas undang-undang.

Kedua, learned profession, merupakan out-put suatu pendidikan tinggi dengan

proses belajar-mengajar yang membutuhkan waktu relatif panjang,

berkesinambungan, dan karakteristik.

Tanggung jawab apoteker dalam pelayanan farmasi

7

Page 8: etika

Untuk melaksanakan tanggung jawab profesional apoteker dalam pelayanan

farmasi pada umumnya dan di rumah sakit pada khususnya, apoteker wajib

menerapkan empat unsur utama dari pelayanan farmasi, yaitu: (charles, 2003)

1) Pelayanan farmasi yang baik

2) Pelayanan profesi apoteker dalam proses penggunaan obat

3) Praktik dispending yang baik

4) Pelayanan profesional apoteker yang proaktif dalam berbagai kegiatan

dan kepanitiaan yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan

kepada penderita.

Pelayanan farmasi yang luas mencangkup keterlibatan dalam berbagai

kegiatan untuk memastikan kesehatan yang baik dan menghindari kesakitan

dalam populasi. Apabila pengobatan kesehatan yang sakit diperlukan , mutu

dari tiap proses penggunaan obat penderita harus dipastikan untuk mencapai

manfaat terapi maksimal dan menghindari efek samping yang tak

menguntungkan. Hal ini mensyaratkan apoteker menerima tanggungjawab

bersama dengan profesional lain dan dengan penderita untk hasil terapi.

(Charles, 2003)

Istilah pharmaceutical care telah ditetapkan sebagai suatu filosofi praktik,

dengan penderita dan masyarakat sebagai pewaris utama dari kepedulian

apoteker. Ole karena konsep dasar pharmaceutical care dan praktif farmasi

yang baik sebagian besar adalah identik, dapat dikatakan bahwa praktik

farmasi yang baik adalah cara untuk menerapkan pharmaceutical care.

(Charles, 2003)

Beberapa persyaratan pelayanan farmasi yang baik (PFB) yang dirumuskan

oleh WHO sebagai berikut. (World health organization, 1996)

1. PFB mensyaratkan bahwa perhatian pertama dari seorang apoteker

haruslah kesejahteraan/keselamatan penderita di rumah sakit.

8

Page 9: etika

2. PFB mensyaratkan bahwa inti dari kegiatan IFRS adalah penyediaan

obata-obatan dan produk perawatan kesehatan lainnya dengan mutu

terjamin, informasi, dan nasehat yang tepat bagi penderita dan

pemantauan efek dari penggunaannya.

3. PFB mensyratkan bahwa suatu bagian terpadu dari kontribusi apoteker

adalah penyempurnaan penulisan order/resep yang rasional dan

ekonomis serta ketetapan penggunaan obat

4. PFB mensyratkan bahwa tujuan tiap unsur drai pelayanan farmasi adalah

relevan dengan individu, secara jelas ditetapkan dan secra efektif

dikomunikasikan kepada semua yang terlibat

Kode Etik Apoteker Terhadap Pasien

Kode etik apoteker Indonesia pasal 9 menyatakan “ seorang apoteker dalam

melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat.

Menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insane.

Implementasi-jabaran kode etik ini adalah: (anonim,2010)

1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari

seorang apoteker.

2. Setiap tindakan dan keputusan professional dari apoteker harus bepihak

kepada kepentingan pasien dan masyarakat

3. Seorang apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam

keputusan pengobatan mereka

4. Seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga

kesehatan pasien khususnya janin, bayi anak-anak serta orang yang dalam

kondisi lemah.

5. Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien

adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan cara pakai

obat yang tepat

6. Seorang apoteker harus menjaga kerahasian pasien, rahasia kefarmasian,

dan rahasia kedokteran dengan baik.

9

Page 10: etika

7. Seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah

ditetapkan oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya.

8. Dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda

dengan permintaan seorang dokter, maka apoteker harus melakukan

komunikasi denga dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan

membolehkan apoteker mengambil keputusan demi kepentingan pasien.

Pemasaran Dan Periklanan Di Industri Farmasi

Pemasaran sangat penting untuk kesuksesan semua perusahaan. Di industri

farmasi, bentuk pemasaran dapat disebutkan sebagai berikut. (James, 2010)

1. Tim penjualan (detailers)

2. Pengiriman lewat pos (direct mail)

3. Sampel yang diberikan kepada para dokter (samples)

4. Iklan dalam jurnal kedokteran (advertisements)

5. Menjadi sponsor kegiatan kependidikan lanjutan para dokter (continuing

education programs).

6. Iklan dalam media massa (public media advertising).

Di Indonesia banyak kecurigaan tentang kemungkinan kerja sama antara

dokter dan perusahaan farmasi. Untuk meperbaiki citra professional dari

dokter medis Indonesia, indonesi doctors association (IDI) menandatangani

persetujuan dengan Indonesian assosiaciation of pharmaceutical

manufacturers (GP farmasi) pada tahun 2007. Kedua pihak akan menghormati

kode-kode etika yang berlaku dibidang masing-masing. Para dokter tidak

boleh mengarahkan pasien ke produk-produk tertentu. Pada maret 2007 IPMG

merevisi kode etika untuk pemasaran. Revisi tersebut bukan hanya bereaksi

pada tingkah laku kolusi antara para dokter dan sales rep. pada dasarnya revisi

meyakinkan kesejahteraan pasien. Kode etika IPMG jauh lebih ketat daripada

kode etika yang lama. Kode etika IPMG baru menekankan penjelasan-

penjelasan yang ketat dan lebih jelas dari bahan-bahan promosi serta

10

Page 11: etika

pertanggungjawaban (accountability) dari perusahaan perusahaan farmasi. Hal

penting lain termasuk keterbatasan-keterbatasan dalam pemberian kepada para

dokter contoh-contoh obat baru (free samples), perjalanan-perjalanan, hadiah-

hadiah atau penanggung jawab untuk pertemuaan ilmiah. (James, 2010)

Advertising adalah semua usaha untuk mempromosikan produk obat dan

disponsori atau dibayar oleh produsen obat. (James, 2010)

Pada tahun 1981, FDA menetapkan peraturan bahwa periklanan untuk obat

harus mencakup pernyataan yang benar mengenai efek samping, kontra

indicator, dan keefektifan obat tersebut. Yang dilarang adalah iklan

palsu,kurang seimbang (lacking in fair balance), atau menipu.(James, 2010)

Dapus

1. Anonim. 2010. Kode Etik Apoteker Indonesia Dan Implementasi-Jabaran

Kode Etik. Ikatanan Apoteker Indonesia

2. Bertens,k. 1993. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

3. Charles. 2003. Famasi Rumah Sakit. Jakarta: EGC

4. Spilane, James J. 2009. Ekonomi Farmasi. Jakarta: Grasindo

5. Anonim. 1996. Good Pharmacy Practice (GPP) In Community And

Hospital Pharmacy Settings : World Health Organization

11