etika

17
“FALSAFAH PRAGMATISME DALAM DUNIA KERJA” Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah Etika Profesi Tahun akademis 2014/2015 Disusun Oleh : FERRY (12.184.0029) Dosen Pembimbing Sanggam B Sihombing.S.T.,M.Si. JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

description

rqreq

Transcript of etika

FALSAFAH PRAGMATISME DALAM DUNIA KERJA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratanMata Kuliah Etika ProfesiTahun akademis 2014/2015

Disusun Oleh :FERRY(12.184.0029)

Dosen PembimbingSanggam B Sihombing.S.T.,M.Si.

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTURFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI T.D. PARDEDEMEDAN2015

BAB 1. LATAR BELAKANGPragmatisme ialah kegunaan, kepraktisan, getting things done. Menjadikan sesuatu dapat dikerjakan adalah kriteria bagi kebenaran. James berpendapat bahwa kebenaran itu tidak terletak di luar dirinya, tetapi manusialah yang menciptakan kebenaran. pragmatisme sering dikritik sebagai filsafat yang mendukung bisnis dan politik Amerika. Dengan adanya pragmatisme tidak ada sosialisme di Amerika. Abad ke-19 menghasilkan tokoh-tokoh pemikir, diantaranya ialah Karl Marx (1818-1883) di kontinen Eropa dan William James (1842-1910) di kontinen Amerika. Kedua pemikir itu mengklaim telah menemukan kebenaran. Marx, yang terpengaruh positivisme, melahirkan sosialisme dan James, seorang relativis, melahirkan pragmatisme. Baik sosialisme maupun pragmatisme dimaksudkan supaya kemanusiaan dapat menghadapi masalah besar, yaitu industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi.Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah manfaat bagi hidup praktis. Orang-orang menyebut kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, Rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatisme yaitu,1. Menolak segala intelektualisme ;2. Absolutisme ;3. Meremehkan logika formal.Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis

BAB 2. ISI2.1. Definisi PragmatismePragmatismeadalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis2.2 Pengertian PragmatismePragmatisme berasal dari katapragmayang artinya guna. Pragma berasal dari kata Yunani. Makna pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan. Dan aliran ini menekankan pada praktik dalam mengadakan pembuktian pembenaran dari sesuatu hal yang dapat dilihat dari tindakannya yang praktis atau dari segi kegunaan.2.3 Tokoh tokoh Pragmatisme1.Charles Sandre Peirce ( 1839 M )Dalam konsepnya ia menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan berpengaruh bila memang memuat hasil yang praktis. Pada kesempatan yang lain ia juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan suatu filsafat, bukan metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu teknik untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah (Ismaun, 2004:96). Dari kedua pernyataan itu tampaknya Pierce ingin menegaskan bahwa, pragmatisme tidak hanya sekedar ilmu yang bersifat teori dan dipelajari hanya untuk berfilsafat serta mencari kebenaran belaka, juga bukan metafisika karena tidak pernah memikirkan hakekat dibalik realitas, tetapi konsep pragmatisme lebih cenderung pada tataran ilmu praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia.

2.William James (1842-1910 M)William James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Henry James, Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi, pemikir yang kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya. Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama. Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi dengan usaha kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.Karya-karyanya antara lain,The Principles of Psychology(1890),The Will to Believe(1897),The Varietes of Religious Experience(1902) danPragmatism(1907). Di dalam bukunya The Meaning of Truth, Arti Kebenaran, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam bentuk jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya, kepada kerjanya artinya tergantung keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya, jika memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.Di dalam bukunya, The Varietes of Religious Experience atau keanekaragaman pengalaman keagamaan, James mengemukakan bahwa gejala keagamaan itu berasal dari kebutuhan-kebutuhan perorangan yang tidak disadari, yang mengungkapkan diri di dalam kesadaran dengan cara yang berlainan. Barangkali di dalam bawah sadar kita, kita menjumpai suatu relitas cosmis yang lebih tinggi tetapi hanya sebuah kemungkinan saja. Sebab tiada sesuatu yang dapat meneguhkan hal itu secara mutlak. Bagi orang perorangan, kepercayaan terhadap suatu realitas cosmis yang lebih tinggi merupakan nilai subjektif yang relatif, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepercayaan penghiburan rohani, penguatan keberanian hidup, perasaan damain keamanan dan kasih kepada sesama dan lain-lain.James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekkannya dalam pendidikan. Pendidikan menghasilkan orang Amerika sekarang. Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey. Apa yang paling merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri.3.John Dewey (1859-1952 M)Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William James, namun menghasilkan pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan James. Dewey adalah seorang yang pragmatis. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai.Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dala penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme. Pertama, kata temporalisme yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu. Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita.2.4 Analisis Kritis atas Kekuatan dan Kelemahan Pragmatismekekuatan Pragmatismea. kemunculan pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer, khususnya di Amerika Serikat, telah membawa kemajuan-kemnjuan yang pesat bagi ilmu pengetahuan maupun teknologi.Pragmatisme telah berhasil membumikan filsafat dari corak sifat yang Tender Minded yang cenderung berfikir metafisis, idealis, abstrak, intelektualis, dan cenderung berfikir hal-hal yang memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan dunia, bukan nnati di akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme mengarahkan aktivitas manusia untuk hanya sekedar mempercayai (belief) pada hal yang sifatnya riil, indriawi, dan yang memanfaatnya bisa di nikmati secara praktis-pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.b. Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu menyangsikan segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis tersebut, pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen sehingga munculllah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.c. Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada kepercayaan yang mapan. Suatu kepercyaan yang diterim apabila terbukti kebenarannya lewat pembuktian yang praktis sehingga pragmatisme tidak mengakui adanya sesuatu yang sakral dan mitos, Dengan coraknya yang terbuka, kebanyakan kelompok pragmatisme merupakan pendukung terciptanya demokratisasi, kebebasan manusia dan gerakan-gerakan progresif dalam masyarakat modern.2.Kelemahan Pragmatismea. Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran absolute (kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabila terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transcendental (bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat mendewakan kemepuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.b. Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.c. Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya manusipa hidup semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanisme.

2.5 Etos kerja, Iman ( Ajaran Agama ) dan PragmatismeDalam komunikasikebiasaan mengkritik dan dikritik, ternyata cukup berpengaruh terhadap respon informasi yang kita terima. Kemudian membentuk pola pikir kita, paradigma dan cara pandang dan lain lain kemudian akan menentukan etos kerja kita. Ini sudah seperti 'hukum alam.'Kita 'dibentuk' oleh informasi yang kita terima.Salah satu sumber informasi terpenting yang membentuk pola pikir adalah keyakinan.Sebut saja agama.Apakah informasi itu diterima berupa khotbah, nasihat atau dalam bentuk teks- ini menjadi 'bahan baku' untuk pola pikir. Prinsip-prinsip terhadap etos (etika) kerja, pekerjaan, uang, waktu, keluarga, dan berbagai hal lainnya 'didikte' oleh informasi yang diterima dari para elit agama dan semakin sering informasi itu kita terima semakin kuat pola pikir demikian di dalam diri kita.Namun, belum ada formula yang konstan yang mengungkap relasi antara ajaran agama dan etika kerja.Tidak selalu masyarakat yang beragama memiliki etos kerja yang baik.Sebagian besar penduduk negara-negara di Timur memeluk agama, tapi etika kerjanya kalah jauh dari negara-negara Barat yang presentase penduduk yang beragama lebih kecil dari negara-negara di Timur. India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, negara-negara Arab yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dan Phillipina yang mayoritas penduduknya beragama Katolik- etika kerja masyarakat di negara-negara ini masih ketinggalan dari negara-negara Barat. Begitu juga etika kerja penduduk dari negara-negara di Amerika Selatan masih kalah jauh dari penduduk dari negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara.Namun, ada juga negara yang mayoritas penduduknya beragama memiliki etika kerja yang unggul.jepang yang mayoritas penduduknya beragama shinto memiliki etika kerja yang baik. bahkan dalam beberapa aspek etika kerja jepang melebihi etika kerja penduduk di negara-negara barat. sebaliknya, etika kerja masyarakat di eropa barat dan amerika utara jauh lebih baik dari bangsa-bangsa lain sekalipun mayoritas penduduknya lagi percaya kepada undefined atau tidak beragama. jadi, tidak ada relasi yang konsisten antara agama dan etos kerja.Mengapa bangsa-bangsa tertentu lebih maju dari bangsa lain- ini merupakan pertanyaan menarik.Apakah agama merupakan kunci terpenting terhadap kemajuan?Sekalipun fakta-fakta di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda, tidak dapat dipungkiri bahwa agama merupakan sumber benih yang bagus untuk menghadirkan etika kerja yang bagus.Memiliki benih yang bagus tidak cukup.Benih yang bagus membutuhkan lahan yang bagus.Tetapi, benih dan lahan yang bagus pun juga tidak cukup; dibutuhkan pertumbuhan.Demikian juga untuk memunculkan etos kerja unggul.Beragama dan memiliki lingkungan yang bagus saja tidak cukup.Dua-duanya dibutuhkan, tetapi yang paling penting adalah pertumbuhan.Ketiga-tiganya harus ada.Benih yang bagus, lahan yang bagus dan pertumbuhan harus ada secara bersama-sama.Dalam hal ini, agama hanyalah salah satu elemen untuk menghadirkan etos (etika) kerja unggul.

2. Dominasi Pragmatisme dalam Dunia KerjaPotret Dunia Kerja: Pragmatisme. Bila diperhatikan, sebagian nilai dan praksis agama masih ditemukan dalam dunia kerja.Di perusahaan-perusahaan yang relatif besar, masih ada ruangan untuk sembahyang; masih ada mushola.Menejemen perusahaan masih mengijinkan ruangan dipakai untuk acara kebaktian.Ada anggaran untuk membiayai kegiatan agama.Masih ada tunjangan Hari Raya Keagamaan.Namun, fakta-fakta ini bukanlah menunjukkan bahwa nilai-nilai agama dominan dalam dunia kerja.Sikap ini hanya merupakan bentuk kompromi dan toleransi terhadap agama.Yang dominan adalah falsafah pragmatis.Pragmatisme adalah satu pikiran yang menghubungkan teori dan praktek; falsafah yang menekankan makna tindakan manusia dalam dunia pengetahuan dan pengalaman hidup sehari-hari. Dalam perkembangannya, kebenaran akan disebut kebenaran bila itu dapat dibuktikan. Kebenaran bukan lagi sesuatu yang mutlak, tetapi yang relatif.Kebenaran bergantung pada ruang dan waktu.Berbeda dengan pengikut agama yang menganggap bahwa kebenaran adalah mutlak, kaum pragmatis tidak melihatnya demikian.Kalaupun ada yang disebut kebenaran, yang menjadi ukuran adalah keuntungan. Bila keyakinan memberikan faedah kepada perusahaan dan pengikutnya, keyakinan itu akan disebut kebenaran. Bila tidak, keyakinan itu bukanlah kebenaran.Menyedihkan, tapi itulah realita dunia kerja di republik ini, yang hampir semua penduduknya percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.Rajin sembahyang, membaca Kitab Suci, berdoa, berpuasa, dan melakukan berbagai ritual agama lainnya hanya tindakan figuran untuk memuaskan tuntutan sosial sebagai orang yang beragama.Etika-etika universal tergusur.Apa yang disebut kejujuran, menghargai milik orang lain, dan mengatakan yang benar semakin tersisih.Etika-etika tidak perlu sepanjang keuntungan didapat.Dunia kerja seperti ini membuat manusia bekerja hanya untuk mengejar keuntungan. Menipu, mengambil milik orang lain, berbohong atau 'memberikan' loyalitas palsu dan memaksa karyawan untuk loyal dan total tanpa di imbangi dengan pemberian kompensasi yang seimbang bukan lagi tindakan yang salah. Yang paling penting adalah bagaimana mendapat keuntungan.Hasil diutamakan, bukan proses. Demikianlah anjuran falsafah pragmatis ini.Ini tidak lepas dari pengaruh tokoh-tokoh pragmatisme seperti Peirce, William James dan Dewey.mereka berusaha memisahkan manusia dari Tuhan Yang Maha Esa. mereka menggusur nilai-nilai agama dan berusaha agar relasi manusia dan undefined terputus dalam dunia kerja. akibatnya, muncul konflik; yang pro dan kontra nilai-nilai agama saling 'menyikut' dan yang menyedihkan, pengikut falsafah peirce, james dan dewey ini sering berhasil dan menduduki jabatan-jabatan strategis di kantor. yang memegang nilai-nilai agama pun semakin tersudut. dengan membludaknya pendukung falsafah 'yang-penting-untung'di lingkaran pemegang saham- ini membuat Pragmatisme semakin merajalela dalam dunia kerja.Pragmatisme dapat dikatakan juga diartikan sebagai satu pikiran yang menghubungkan teori dan praktek; falsafah yang menekankan makna tindakan manusia dalam dunia pengetahuan dan pengalaman hidup sehari-hari.

Hal-hal falsafah pragmatis yang dapat kita temukan didunia kerja yaitu:1. Kegiatan yang hanya mendahulukan keuntungan, misalnya di bidang arsitektur desain itu tidak diperhatikan lagi nilai estetika desainnya tetapi hanya kepada keuntungannya.2. Pekerjaan yang apabila memerlukan tender, maka kontraktor yang memberikan keuntungan yang paling besar kepada pihak/ oknum tersebut dapat mengambil pekerjaan tersebut.3. Orang-orang yang berebutan kursi pemerintahan, dapat memperoleh kedudukan di pemerintahan apabila dapat memberikan keuntungan pada oknum tertentu.4. Tidak ada rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan.5. Penggunaan jasa arsitek pada suatu perusahaan tanpa harus adanya kehadiran si arsitek itu sendiri pada perusahaan tersebut.6. Konstruksi struktur yang tidak sesuai dengan standart yang ditentukan.

Saya menyikapi falsafah pragmatis ini kurang baik jika diterapkan secara terus menerus, dikarenakan orang-orang akan belajar hanya mengutamakan keuntungan saja tanpa memikirkan hal lain. Selain itu, etika didalam diri kita sendiri itu dapat berkurang dengan sendirinya akibat mengikuti falsafah pragmatis ini.

Hal positif yang bisa saya ambil dari falsafah pragmatis ini yaitu mempelajari bagaimana cara menghubungkan kegiatan pragmatis dengan kegiatan agama. Memang dari diri kita masing-masing juga berharap kepada keuntungan, namun keuntungan itu harus diperoleh dengancara yang sesuai dengan keagaamaan dan sesuai dengan sila pertama pancasila. Jadi tidak hanya menguntungkan diri sendiri saja tanpa memikirkan hal-hal penting lainnya.BAB 3. PENUTUP3.1 KESIMPULAN1Secara umum Pragmatisme berarti hanya idea (pemikiran, pendapat, teori) yang dapat dipraktekkanlah yang benar dan berguna,yang ada ialah apa yang ada (real), adanya ide karena,i. Ide itu dibuat melalui proses abstrakii. Ide itu beroperasi dalam kehidupan

3.2 SaranAgar mahasiswa mampu mengetahui dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan juga dapat bermanfaat bagi kita dan para pembaca dan pendengar.