ETABLOID10

16
Oktober | Tahun 2011 www.tabloidgalangkangin.com ; E-mail:[email protected] Edisi 10 Rp. 6.000,- Luar Bali Tambah Ongkos Kirim K etua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Bali, Dr. Ketut Budiartha, SE, MSi, AK, menegaskan, audit terhadap koperasi sebenarnya sangat diperlukan, terutama bagi koperasi simpan pinjam yang notabene melakukan pengerahan dana masyarakat atau anggotanya. “Walaupun selama ini sudah ada badan pengawas intern yang run melakukan pemeriksaan di masing-masing koperasi, menurut saya belum cukup efekf,” jelas ekonom dari Fakultas Ekonomi Universitas Udayana itu. Badan pengawas yang dimiliki koperasi, kata dia, umumnya belum bisa bekerja opmal untuk melakukan audit internal karena adanya unsur kedekatan dengan pengurus koperasi. Karenanya, ia pesimis badan pengawas dapat mengidenfikasi permasalahan-permasalahan yang ada secara independen. “Badan pengawas itu pun menurut saya dak sejeli akuntan publik dalam mengidenfikasi kalau ada permasalahan- permasalahan. Badan pengawas masih ada rasa ewuh pakewuh karena ada kedekatan dengan para pengurus koperasi. Kalau pihak akuntan publik kan dak. Mereka dak ada ikatan sama sekali, sehingga dalam mengungkapkan permasalahan, mereka gamblang-gamblang saja,” tegas pria yang juga menjadi Badan Pengawas di LPD Desa Adat Lambing Sibangkaja, Kabupaten Badung ini. Tanpa melakukan audit, tambah dia, penyelewengan dana sangat rentan terjadi pada koperasi. Hal itu pula yang menyebabkan belakangan ini kerap muncul kasus koperasi yang kolaps karena dananya diselewengkan oknum karyawan atau pengurusnya. Di antara berbagai bentuk koperasi, Budiartha menjelaskan, koperasi simpan pinjam paling rentan mengalami penyelewengan. “Karena simpan pinjam adalah bisnis yang sangat riskan. Mereka bergelut dengan uang anggota, yang sama dengan uang masyarakat,” jelas pimpinan Kantor Akuntan Publik Ketut Budiartha di Denpasar itu. halaman 7... halaman 8... halaman 11... halaman 12... AUDIT KOPERASI, Perlukah koperasi diaudit oleh akuntan publik? Sebagian besar orang mungkin beranggapan bahwa koperasi hanyalah badan usaha yang dibentuk oleh dan untuk anggotanya sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Asas kekeluargaan yang selalu dipegang koperasi, membuat para anggotanya seringkali menganggap proses audit terhadap laporan keuangan koperasi menjadi tidak begitu penting. Terlebih setiap koperasi sudah memiliki badan pengawas yang bertugas mengawasi seluruh proses penyelenggaraan koperasi, termasuk laporan keuangannya. Baca selengkapnya di halaman 4 PERLUKAH? TIDAK AKUNTABEL, BAGAIMANA MAU PROMOSI? Koppas Srinadi, Klungkung “MENGGURITA” DI BERBAGAI BIDANG MEMBUAT PUPUK ORGANIK SENDIRI

description

GALANGKANGIN

Transcript of ETABLOID10

Page 1: ETABLOID10

Oktober | Tahun 2011 www.tabloidgalangkangin.com ; E-mail:[email protected]

Edisi 10Rp. 6.000,-

Luar Bali TambahOngkos Kirim

Ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Bali, Dr. Ketut Budiartha, SE, MSi, AK, menegaskan, audit terhadap koperasi sebenarnya sangat diperlukan, terutama

bagi koperasi simpan pinjam yang notabene melakukan pengerahan dana masyarakat atau anggotanya. “Walaupun selama ini sudah ada badan pengawas intern yang rutin melakukan pemeriksaan di masing-masing koperasi, menurut saya belum cukup efektif,” jelas ekonom dari Fakultas Ekonomi Universitas Udayana itu.

Badan pengawas yang dimiliki koperasi, kata dia, umumnya belum bisa bekerja optimal untuk melakukan audit internal karena adanya unsur kedekatan dengan pengurus koperasi. Karenanya, ia pesimis badan pengawas dapat mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada secara independen. “Badan pengawas itu pun menurut saya tidak sejeli akuntan publik dalam mengidentifikasi kalau ada permasalahan-permasalahan. Badan pengawas masih ada rasa ewuh pakewuh karena ada kedekatan dengan para

pengurus koperasi. Kalau pihak akuntan publik kan tidak. Mereka tidak ada ikatan sama sekali, sehingga dalam mengungkapkan permasalahan, mereka gamblang-gamblang saja,” tegas pria yang juga menjadi Badan Pengawas di LPD Desa Adat Lambing Sibangkaja, Kabupaten Badung ini.

Tanpa melakukan audit, tambah dia, penyelewengan dana sangat rentan terjadi pada koperasi. Hal itu pula yang menyebabkan belakangan ini kerap muncul kasus koperasi yang kolaps karena dananya diselewengkan oknum karyawan atau pengurusnya.

Di antara berbagai bentuk koperasi, Budiartha menjelaskan, koperasi simpan pinjam paling rentan mengalami penyelewengan. “Karena simpan pinjam adalah bisnis yang sangat riskan. Mereka bergelut dengan uang anggota, yang sama dengan uang masyarakat,” jelas pimpinan Kantor Akuntan Publik Ketut Budiartha di Denpasar itu.

halaman 7...

halaman 8...

halaman 11...

halaman 12...

AUDIT KOPERASI,

Perlukah koperasi diaudit oleh akuntan publik? Sebagian besar orang mungkin beranggapan bahwa koperasi hanyalah badan usaha yang dibentuk oleh dan untuk anggotanya sebagai gerakan ekonomi rakyat

yang berdasar atas asas kekeluargaan. Asas kekeluargaan yang selalu dipegang koperasi, membuat para anggotanya seringkali menganggap proses audit terhadap laporan keuangan koperasi menjadi tidak begitu penting. Terlebih setiap koperasi sudah memiliki badan pengawas yang bertugas mengawasi seluruh proses

penyelenggaraan koperasi, termasuk laporan keuangannya.

Baca selengkapnya di halaman 4

PERLUKAH?

TIDAK AKUNTABEL,BAGAIMANA MAU

PROMOSI?

BERKAT INOVASI EKSIS DI PATUNG

RESIN

Koppas Srinadi, Klungkung

“MENGGURITA”DI BERBAGAI BIDANG

MEMBUATPUPUK ORGANIK

SENDIRI

Page 2: ETABLOID10

2 Galang Kangin

Edisi 10/OKTOBER 2011

EDITORIAL

Team Redaksi Galang KanginDiterbitkan oleh: KSU Kharisma Madani Badan Hukum No.36/BH/DISKOP.PKM/IV/2006 - Pembina : Prof. DR. I Ketut Rahyuda, SE, MSIE.

- Penasihat : Drh. Komang Suarsana, M.MA - Pimpinan Redaksi : I Gede Sumartana - Redaktur Pelaksana : I Gede Luhur Budiharta- Team Redaksi : Ni Komang Erviani, Kecuk Priambada, Nyoman Sarna, SE, Gusti Ayu M. Eka Putri

- Tata Letak : Galang Prayudhis - Photografi & dokumentasi : I Nyoman Sudarma, SE, Agus Gita Saputra - Administrasi Umum : Putu Sri Mulyani, SE - Sirkulasi & Distribusi : I Made Agus Antara, I Kadek Joni Artha, SE, I Gede Ardhi Saputra, SE,

I Made Surya Dharma, Agus Gita Saputra - Administrasi Sirkulasi : Agus Gita Saputra - Teknologi informasi : I Gede Dedy Wijaya, ST, Eka Yudi- Periklanan : KSU Kharisma Madani KCP Pakerisan Email : [email protected]

Alamat Redaksi: Jln. Bedugul No.1 Sidakarya - Denpasar Selatan Telp:(0361) 727734 Email: [email protected]

Kritik dan Saran yang bersifat membangun bisa dilayangkan ke alamat email kami

Galang Kangin

Banyak pertanyaan serta masukan dari para pengurus koperasi dan pembaca Galang Kangin yang harus kami jawab setelah di edisi lalu kami sajikan problema (KUR) Kredit Usaha Rakyat, sebagai sajian utama.

Masih sangat benderang, keluhan para pelaku usaha seputar sulitnya memperoleh kucuran dana untuk mengembangkan usahanya. Padahal, kalau mau kreatif, program KUR yang digulirkan pemerintah bukanlah satu-satunya jalur permodalan. Masih ada Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dari Kementerian Koperasi dan UKM yang bisa dilirik. Belum terhitung program bantuan dari departemen lain termasuk dari luar negeri yang bisa diakses.

Hanya saja, bagi para pelaku UMKM, sejauh ini peluang yang sejatinya bertebaran tersebut, masih bagaikan mimpi di siang bolong. Begitu manis didengar namun sulit didapat. Muncul paradigma bahwa program-program bantuan itu hanyalah pepesan kosong. Apa sesungguhnya yang terjadi?

Bisa jadi karena kurangnya pemahaman dari para pelaku usaha tentang persyaratan yang harus dipenuhi. Pihak pemberi dana tentunya mempunyai kriteria dalam menggelontor dananya. Salah satunya penilaian kelayakan dan kesehatan dari sebuah unit usaha. Aspek pembukuan, selain dari aspek manajemen yang mengacu pada standar sistem akuntansi nasional. Penilaian ini harus dilakukan secara objektif, sehingga sebuah usaha bisa dinyatakan bankable.

Di sinilah peran seorang akuntan publik yang memiliki kewenangan melakukan audit. Namun sayang, tidak semua pelaku usaha memahami hal ini. Audit dianggap sebagai pemborosan. Padahal, audit bagai pemeriksaan kesehatan tubuh. Dengan melakukan general check-up, gejala penyakit bisa dideteksi lebih awal. Demikian halnya dengan audit oleh akuntan publik, gejala penyimpangan dan adanya kebocoran bisa dideteksi lebih awal.

Karena itu pulalah, di edisi kali ini kami mengupas pentingnya audit oleh akuntan publik dalam pengembangan usaha. Mengapa itu penting dan keuntungan apa yang bisa diperoleh jika sebuah unit usaha diaudit oleh akuntan publik. Nara sumber yang dipilih pun dari orang-orang yang layak didengar pendapatnya. Pandangan Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi, Ak, selaku akademisi, I Gede Putra Sugiartawan sebagai praktisi, Afrizal Naim mewakili kreditor, serta Wayan Sudarta yang telah menjadikan KSP Citra Mandiri, Sanur, bankable, sehingga mampu mengakses berbagai sumber dana untuk membesarkan koperasi yang dipimpinnya.

Di samping itu, bagaimana kiprah Nyoman Suwirta, SPd, MM, membawa KSU Srinadi Klungkung, menjadi koperasi terbesar di Bali dengan aset yang berlimpah, yang layak untuk disimak. Masih banyak kisah dan fakta usaha menarik yang kami sajikan untuk menginspirasi para pelaku usaha ataupun pembaca yang berencana terjun ke dunia usaha. Tak lupa, bagaimanapun kita berusaha, budaya tetaplah menjadi pijakan. Tradisi mepandes kami sajikan di bagian akhir edisi ini.

“Bankable”

Editorial

18-21 November mendatang, sebuah hajatan besar di bidang tanaman hias bertajuk Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) dihelat di Bali, tempatnya di Pantai Matahari Terbit, Sanur, Denpasar. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kota Denpasar I Gede Ambara Putra menagatakan PF2N digelar bersamaan dengan Sanur Village Festival (SVF).

PF2N merupakan ajang dan peluang bagi para petani dan anggota kelompok tani untuk melakukan promosi efektif. Dalam ajang bursa tersebut sejumlah pembeli potensial dari dalam dan luar negeri akan hadir. “Ini merupakan momentum berharga agar komoditas pertanian kita bisa masuk pasar yang lebih luas,” kata Ambara dalam kesempatan koordinasi belum lama ini.

Menurut Ambara, PF2N yang bersamaan dengan Sanur Village Festival itu, akan diisi aneka acara seperti pameran, seminar, parade bunga, dan lomba-lomba. Pasca event ini, kata Ambara, Denpasar akan melanjutkan peran sebagai pusat pemasaran komoditas flora dan flori. Pemkot Denpasar akan menyiapkan perangkat agar bursa atau pasar lelang bagi bunga, sayur, buah, anggrek dan komoditas sejenis bisa dilakukan dari destinasi pariwisata utama ini.

Ambara menyatakan siap menjadi tuan rumah yang baik. Dia yakin melalui upaya berkesinambungan seperti itu pemasaran komoditas pertanian akan semakain meluas dan menggairahkan kegiatan budidaya serta aktivitas pertanian.

“Apalagi Bali masih perlu banyak pasokan bunga, buah dan sayur yang berkualitas untuk keperluan hotel dan restoran,” kata Ambara.

Hingga kemarin tercatat 62 Dinas Pertanian dari seluruh Indonesia dipastikan mengikuti PF2N dan 185 gerai (dari 350 booth yang disiapkan) telah dipesan peserta dari berbagai daerah. Kata Ambara masih terbuka luas kesempatan bagi para peminat yang ingin mendaftar menjadi peserta PF2N hingga 15 Oktober mendatang.

Redaksi Tabloid Galang Kangin

Menerima Sumbangan

Tulisan dalam bentuk berita dan

gambar. Tulisan bisa dikirim ke

Alamat Redaksi Jl. Bedugul no.1

Denpasar atau Email : redaksi@

tabloidgalangkangin.com

November,Bali Tuan Rumah PF2N

Page 3: ETABLOID10

Galang Kangin 3

Edisi 10/OKTOBER 2011

Geliat

15 September 2011, Kementerian Luar Negeri dan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali mengadakan seminar “Equitable Economic Development : Toward ASEAN Economic Community 2015” di Hotel Kuta Paradiso, Kuta, Bali. Seminar dibuka Kadis Koperasi dan UKM Provinsi Bali I Dewa Nyoman Patra. Dalam seminar yang menghadirkan keynote speech Edy Putra Irawady, Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan itu, juga disampaikan sambutan oleh Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Kemenlu, Rahmat Pramono.

Seminar diikuti oleh pelaku UKM, koperasi, mahasiswa dan kalangan akademisi ini terdiri dari sesi presentasi dengan narasumber dari kementerian KUKM, Kementerian Perdagangan dan Universitas Udayana. Seminar dilanjutkan dengan sesi pelatihan dengan narasumber dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia.

Seminar ini diadakan bertujuan untuk membekali para pelaku usaha dalam menyongsong pasar bersama masyarakat ekonomi ASEAN yang akan diterapkan di tahun 2015.

Songsong Pasar Bersama ASEAN

FESTIVAL PERTANIAN ORGANIK

FESTIVAL Pertanian Organik kerjasama Mitra Praja Utama, baru saja usai digelar di lantai dasar Gedung Ksirarnawa Art Center Denpasar. Festival diikuti oleh perwakilan pelaku pertanian organik dari semua kabupaten dan kota se-Bali. Juga turut ambil bagian perwakilan dari Provinsi DKI, Jatim, Lampung dan NTB.

Di festival ini dipamerkan segala hal yang berhubungan dengan pertanian organik mulai dari pupuk, cara pengolahan sampai ke hasil-hasil produk pertanian organic tersebut.

Festival yang dibuka oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika digelar 21-24 September 2011.

Festival dimaksudkan untuk memasyarakatkan pertanian organik yang sesuai dengan tujuan pembangunan pertanian Bali yaitu untuk dapat mewujudkan Bali sebagai Pulau Organik, Bali sebagai Green Province. Untuk mewujudkannya Pemprov Bali telah mengembangkan Program Sistem Pertanian Terintegrasi yang popular disebut Simantri.

Page 4: ETABLOID10

4 Galang Kangin

Edisi 10/OKTOBER 2011

Tak sekadar mencegah penyelewengan. Audit koperasi seharusnya juga menjadi kebutuhan koperasi, mengingat

laporan audit bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang memajukan koperasi itu sendiri. Laporan audit yang dilengkapi management letter, dapat menjadi pedoman untuk melakukan perbaikan-perbaikan manajemen operasional maupun keuangan koperasi. “Dengan begitu, kesalahan yang dilakukan manajemen di tahun yang lalu, tidak dilakukan lagi di tahun depan,” tegas Budiartha.

Bangun Kepercayaan AnggotaLaporan audit juga penting

untuk meningkatkan kepercayaan anggota terhadap kinerja pengurus koperasi. Laporan audit dari auditor independen biasanya digunakan pengurus untuk meyakinkan anggotanya dalam rapat anggota tahunan (RAT), forum tertinggi dalam koperasi, atas kinerja mereka. “Manajemen biasanya ingin menunjukkan bahwa kinerjanya bersih, melalui hasil auditor independen,” ungkap

Budiartha.Dalam hal terjadi gesekan

antara pengurus koperasi dengan anggotanya, proses audit juga sangat diperlukan. “Walaupun setelah diaudit tidak mungkin menemukan 100 persen kecurangan, namun laporan audit dapat memperjelas dimana duduk persoalan sebenarnya, menemukan benang merah dari permasalahan itu,” tambah dia.

Laporan audit menjadi dasar penilaian atas kinerja dan kesehatan koperasi. Itu sebabnya, laporan audit juga mutlak diperlukan oleh koperasi-

koperasi yang mengikuti lomba koperasi

berprestasi mewakili

wilayahnya.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Bali Dewa Nyoman Patra, juga mengakui hal yang sama. Kata Patra, audit sebenarnya perlu dilakukan pengurus koperasi untuk memberikan kepercayaan kepada anggotanya, kepada masyarakat. “Dengan laporan hasil audit dari akuntan publik, akan dilihat kredibilitas dan akuntabilitas pengurusnya. Dengan adanya laporan audit, masyarakat akan melihat, oh koperasi ini sudah diaudit oleh akuntan independen. Saya harus pecaya,” ungkapnya.

Laporan audit juga sangat penting bagi koperasi dalam kerjasama dengan pihak ketiga. Akses pinjaman lewat perbankan misalnya, umumnya menjadi lebih mudah bila koperasi telah mengantongi laporan audit. “Pinjaman-pinjaman bank, terutama ketika koperasi hendak bekerjasama dengan pihak ketiga, laporan audit menjadi salah satu parameter,” tegas Patra.

Pinjaman Minimal Rp 1 MKoperasi Wajib Audit

UNDANG-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi memang tidak mewajibkan adanya audit dari akuntan publik terhadap koperasi. Dalam pasal 40 undang-undang tersebut, hanya disebutkan bahwa koperasi dapat meminta jasa audit kepada akuntan

Sajian Utama

Bila dilihat dari pola kerja, koperasi simpan pinjam tidak jauh beda dengan bank. Baik koperasi simpan pinjam maupun bank sama-sama mengerahkan dan menghimpun dana masyarakat. “Koperasi simpan

pinjam juga mengerahkan dana masyarakat. Masyarakat menabung di koperasi, terus dananya disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Malahan ada beberapa koperasi, dana yang dikerahkan lebih besar dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Kalau pengelolaannya salah, sangat rawan sekali,” ujar

Dr. Ketut Budiartha, SE, MSi, AK, Ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Bali.

publik. Dalam pasal penjelasannya, disebutkan bahwa dalam rangka peningkatan efisiensi, pengelolaan yang bersifat terbuka, dan melindungi pihak yang berkepentingan, koperasi dapat meminta jasa audit kepada akuntan publik. Dengan ketentuan ini, pengurus dapat meminta jasa audit kepada akuntan publik, dan tidak menutup kemungkinan permintaan tersebut dilakukan oleh pengawas.

Namun sejak 2008, pemerintah mewajibkan audit terhadap koperasi simpan pinjam dengan volume pinjaman minimal Rp 1 miliar. Hal itu diatur dalam ayat 1 pasal 36 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI No. 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. “Neraca dan perhitungan hasil usaha tahunan KSP dan USP Koperasi yang telah mencapai volume pinjaman dalam 1 (satu) tahun paling sedikit Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) wajib diaudit oleh akuntan publik dan diumumkan kepada anggotanya,” demikian termuat dalam pasal tersebut.

Sesuai peraturan itu, jelas Kadis Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Bali Dewa Nyoman Patra, semua koperasi dengan volume pinjaman Rp 1 miliar ke atas harus diaudit. “Koperasi simpan pinjam dengan volume pinjaman di atas 1 miliar, mau tidak mau harus diaudit oleh lembaga independen, akuntan publik,” tegas dia.

“Koperasi dapat meminta jasa audit kepada akuntan publik,” Pasal 40 UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Koperasi.------“Neraca dan perhitungan hasil usaha tahunan Koperasi Simpan Pinjam dan Usaha Simpan Pinjam Koperasi yang telah mencapai volume pinjaman dalam 1 (satu) tahun paling sedikit Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) wajib diaudit oleh akuntan publik dan diumumkan kepada anggotanya,” Ayat 1 Pasal 36 Permeneg Koperasi dan UKM RI No: 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.

MENGAPA HARUS

AUDIT ?

Page 5: ETABLOID10

Galang Kangin 5

Edisi 10/OKTOBER 2011

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Bali mencatat hingga kini baru sekitar 60% dari total 4.206

koperasi di Bali yang telah diaudit oleh akuntan publik. Sisanya, sebanyak 40 persen, hingga kini masih menjalankan usahanya tanpa pernah diperiksa akuntan publik.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Bali, Dewa Nyoman Patra, menduga masalah biaya menjadi salah satu kendala koperasi melakukan audit. Pasalnya, untuk bisa diaudit, koperasi harus menyisihkan dana khusus.

“Karena pengauditan itu dilakukan oleh lembaga independen, itu kan juga memerlukan biaya-biaya. Biasanya koperasi itu berpikir panjang untuk melakukan audit. Kecuali koperasi simpan pinjam yang volume pinjamannya di atas 1 miliar rupiah, mau tidak mau harus dilakukan audit,” jelas Patra.

“Biaya audit itu sebenarnya tidak terlalu besar. Tetapi yang namanya pengeluaran, kan diperhitungkan sekali oleh pengurus. Kalau belum dirasa mendesak, mereka sayang mengeluarkan dana untuk audit,” tambah Patra.

Meski masih ada 40% koperasi belum diaudit, namun Patra memastikan kesadaran para pengurus maupun anggota koperasi untuk melakukan audit terhadap koperasinya sudah cukup meningkat. Hal itu ditunjukkan dari banyaknya koperasi non simpan pinjam maupun koperasi simpan pinjam dengan volume pinjaman di bawah Rp 1 miliar, sudah diaudit.

Pemeritah memang hanya mewajibkan audit terhadap koperasi simpan pinjam dengan volume pinjaman Rp 1 miliar ke atas. Hal itu diatur dalam ayat 1 pasal 36, Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI No. 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. “Neraca dan perhitungan hasil usaha tahunan KSP dan USP Koperasi yang telah mencapai volume pinjaman dalam 1 (satu) tahun paling sedikit Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) wajib diaudit oleh akuntan publik dan diumumkan kepada anggotanya,”

demikian isi pasal tersebut.“Walaupun tidak diwajibkan

oleh pemerintah, cukup banyak juga koperasi non simpan pinjam atau koperasi simpan pinjam dengan volume pinjaman di bawah Rp 1 miliar, menggunakan jasa akuntan publik untuk audit. Saya pikir itu kan kembali pada karakter pengurusnya. Kalau dia

ingin menunjukkan bahwa mereka benar menjalankan koperasinya,

mereka akan melakukan audit. Karena melalui audit itulah akan

dilihat akuntabilitas dan kredibilitas pengurus,”

tegas Patra.Terhadap

koperasi-koperasi yang hingga kini belum diaudit, ujar Patra, pihaknya

tengah melakukan upaya pembinaan guna meningkatkan kesadaran mereka atas pentingnya audit. Selain itu, pembinaan juga diarahkan pada peningkatan

40 PERSEN KOPERASI BELUM DIAUDITkemampuan badan pengawas untuk mengoptimalkan fungsi pengawasannya.

“Sepanjang koperasi itu masih melakukan rapat anggota tahunan (RAT), dan laporan pengurus diterima baik oleh anggotanya, artinya ada kepercayaan anggota kepada pengurus, maka kita biarkan dulu. Tetapi tetap pelan-pelan kita dorong koperasi-koperasi itu untuk menjalani audit dari akuntan publik,” tambahnya.

Di bagian lain, Ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Bali Sie Pendidikan, Ketut Budiartha, menyesalkan minimnya kesadaran pengurus maupun anggotanya atas pentingnya audit. Padahal banyak sekali koperasi di Bali yang diduga kerap melakukan kesalahan dalam pelaporan keuangan, sehingga dalam jangka panjang berpotensi membuat koperasi kolaps.

“Bali disebut dengan provinsi koperasi. Tapi masih bisa dihitung koperasi yang audit-minded. Mungkin karena selama ini mereka merasa belum ada masalah. Jadi dianggap biasa-biasa saja. Belum sadar dengan kesalahannya,” terang dosen Fakultas Ekonomi Universitas Udayana itu.

Menurut Budiartha, dalam beberapa kasus, audit baru disadari penting saat terjadi perselisihan antara pengurus dengan manajemen koperasi. “Kalau ada perselisihan antara pengurus dengan manajemen koperasi, biasanya dia akan mencari auditor untuk menemukan benang merahnya. Karena tak jarang ada oknum-oknum yang menggelapkan dana anggota,” jelasnya.

Selain itu, ada juga kecenderungan koperasi merasa perlu diaudit setelah koperasinya semakin besar. “Biasanya karena pihak manajemen menyadari koperasinya sudah besar, merasa dia mengelola dana yang banyak, kalau dia sendiri laporkan kepada anggota, kan tingkat kepercayaannya sudah kurang. Sebelum mereka mengadakan RAT, mereka biasanya menggunakan jasa audit dulu. Agar tidak muncul pertanyaan macam-macam dan tidak terjadi kecurigaan dari anggotanya.

Keinginan mendapat bantuan pinjaman dari pihak ketiga, seperti perbankan, kerap menjadi motivasi

Sajian Utama

Jangan pernah mengira kalau laporan hasil audit dari akuntan independen hanya menjadi arsip belaka. Sebaliknya, laporan audit

akan menjadi modal yang bisa membuka banyak peluang bagi kemajuan koperasi. Setidaknya, laporan hasil audit itu dapat menjadi “surat sakti” dalam mengakses tambahan modal dari pihak ketiga seperti perbankan.

Pemimpin Bank Bukopin Cabang Denpasar, Afrizal Naim, menegaskan ada 5 hal utama yang menjadi dasar pertimbangan pemberian kredit yang dikenal dengan 5C, yakni character (karakter), capacity (kemampuan), capital (modal), collateral (jaminan) dan condition of economy (kondisi ekonomi).

Laporan hasil audit menjadi salah

AUDIT,satu bahan pertimbangan penting yang digunakan perbankan dalam menilai kemampuan (capacity) perusahaan tersebut dalam memanage keuangannya. “Jadi bank akan lebih percaya kepada koperasi yang mengajukan kredit kalau diaudit. Walaupun tidak tertutup kemungkinan koperasi yang tidak diaudit juga mendapatkan kredit,” jelas Afrizal.

Setiap bank memang memiliki kebijakan tersendiri terkait persyaratan pengajuan kreditnya. Demikian halnya dengan Bank Bukopin yang sejak awal berdirinya dikenal dengan sebutan bank koperasi karena besarnya komitmen bank ini memberi pembiayaan kepada koperasi.

Salah satu kebijakan Bank Bukopin adalah mewajibkan audit akuntan publik

koperasi melakukan audit. “Biasanya setiap bank mempunyai kriteria sendiri, berapa batas pinjaman yang wajib audit atau tidak. Nah, banyak juga koperasi yang minta diaudit kepentingan pinjaman bank,” tambah Budiatha.

Selain atas permintaan pihak intern koperasi, tidak sedikit juga audit yang dilakukan terhadap koperasi atas permintaan pihak ketiga. Audit tersebut biasanya dilakukan untuk memantau dana-dana yang disalurkan pihak ketiga ke koperasi tersebut.

“Misalnya audit yang dilakukan pemerintah terhadap koperasi yang menerima dana bantuan pemerintah. Biasanya audit itu dilakukan untuk memantau dana-dana yang disalurkan ke koperasi itu, apakah sudah digunakan secara tepat atau tidak,” kata Budiartha.

Menyangkut biaya jasa audit akuntan publik yang kerap menjadi kendala koperasi, Budiartha mengakuinya. Namun menurutnya, manfaat yang didapat dari proses audit itu akan jauh lebih besar. “Auditor itu kan profesi yang meyakinkan orang. Kalau saya sebagai auditor berani mengatakan bahwa koperasi ini baik, maka orang lain akan bilang baik, karena yang bilang baik memang sudah orang yang profesional di bidang itu,” ungkapnya meyakinkan.

“Nah, untuk bisa saya katakan baik, saya harus melakukan banyak prosedur. Periksa kasnya, periksa semua dokumen, dan tidak bisa hanya dikerjakan satu orang. Minimal harus mengerahkan 3 orang,” ujar pria yang sudah mengaudit puluhan koperasi itu. Biaya jasa audit dari akuntan publik, menurutnya rata-rata minimal Rp 10 juta.

Menurut Budiartha, koperasi simpan pinjam perlu diwajibkan untuk audit. Sebagai alternatif, kata dia, juga ada koperasi jasa audit yang menawarkan jasa auditor independen khusus. “Audit penting, sebelum terlambat. Apalagi banyak koperasi yang mengabaikan audit, kemudiaan justru dananya digelapkan oleh oknum karyawannya,” tegasnya.

terhadap koperasi yang mengajukan kredit dengan plafon di atas Rp 5 miliar. “Kalau kredit yang diajukan masih di bawah 5 miliar, boleh nggak diaudit,” jelas Afrizal, sembari menyebut hal itu sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas tertinggi untuk mengawasi kinerja perbankan.

Terlepas dari besar kecilnya nilai kredit yang diajukan, Afrizal sepakat bahwa laporan keuangan koperasi sebaiknya diaudit. “Apabila

“SURAT SAKTI” KOPERASI

Page 6: ETABLOID10

6 Galang Kangin

Edisi 10/OKTOBER 2011

I Gede Putra Sugiartawan

Menjadi lembaga ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan, tidak menjadikan koperasi aman dari korupsi. Banyaknya koperasi yang beroperasi tanpa

sistem operasional yang memadai, membuat dana-dana masyarakat yang tersimpan di koperasi rentan dikorupsi.

Akuntan publik I Gede Putra Sugiartawan, mengaku cukup sering menemukan penyalahgunaan dana koperasi saat proses audit. Umumnya, koperasi bermasalah cenderung lebih sulit diperiksa, karena adanya oknum karyawan maupun pengurus yang secara sengaja menyembunyikan data-data penting.

“Kalau kita menemukan ada data-data yang disembunyikan, mengindikasikan bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres di dalamnya. Biasanya kita auditor akan makin bersemangat untuk mengungkap,” jelas Direktur Utama CV Trace Konsultama, konsultan keuangan dan manajemen.

Mengungkap korupsi di koperasi, kata dia, merupakan hal yang gampang-gampang susah. Tak jarang fakta penyelewengan itu terungkap dari perbincangan di warung kopi. “Di sebuah lembaga, pasti ada barisan sakit hati. Dari mereka biasanya terungkap penyelewengan-penyelewengan apa yang sudah terjadi. Biasanya terungkap dari perbincangan santai di kantin atau warung kopi,” ujar pria yang bekerja di bawah bendera Kantor Akuntan Publik Ketut Budiartha.

Koperasi yang tidak dilengkapi dengan standar operasional prosedur yang jelas, dan masih menggunakan metode pencatatan keuangan secara manual, lebih rentan dimanipulasi. Pasalnya, pencatatan secara manual seringkali mengabaikan keteraturan sehingga banyak laporan keuangan yang terputus.

Tidak adanya standar operasional yang jelas, membuat banyak pengurus koperasi yang seenaknya mengelola dana-dana anggotanya. Tidak jarang, jaminan yang disetor anggota ke koperasi, dijaminkan lagi ke perusahaan lain untuk mendapat tambahan dana. “Saya pernah periksa koperasi, ternyata BPKB kendaraan yang dijadikan jaminan oleh anggotanya, dijaminkan lagi oleh pengurus koperasi ke perusahaan lain. BKPB yang tersimpan di koperasi ternyata hanya fotocopynya. Ini kan bahaya sekali kalau sewaktu-waktu ada anggota yang mau melunasi utangnya dan mengambil jaminannya,” kata dia.

“Seringkali pengurus koperasi itu lupa kalau dana yang ada di koperasinya adalah milik anggota, bukan dana miliknya sendiri. Ini membuat mereka seenaknya menggunakan dana-dana itu,” tambahnya.

Selama 14 tahun menggeluti dunia auditing, Sugiartawan mengakui mengaudit koperasi merupakan salah satu yang cukup rumit. Apalagi sebagian besar koperasi yang pertama kali diaudit, ternyata bermasalah. “Malah pertama kali mengaudit koperasi, saya harus audit laporan tiga tahun sekaligus. Itu koperasi yang bermasalah. Setelah itu, saya tertarik lagi audit koperasi yang lain. Ternyata lumayan banyak juga koperasi yang bagus, yang dikelola dengan baik sesuai peraturan-peraturan,” kata Sugiartawan.

Peraturan-peraturan terkait audit koperasi yang jumlahnya sangat terbatas, membuat auditor harus mengadaptasi beberapa peraturan Bank Indonesia yang sebenarnya diperuntukkan bagi perbankan. Itu terutama untuk melakukan audit koperasi simpan pinjam yang memiliki ciri khas sama dengan bank, yakni mengerahkan dana masyarakat.

Motivasi para anggota maupun pengurus koperasi melakukan audit, jelas bapak dua anak itu, sangatlah beragam. Tidak sekadar untuk perbaikan dan pengembangan koperasi, ada juga karena ada kepentingan, membangun kerjasama dengan pihak ketiga.

Suka duka melakukan audit koperasi, tentu juga dialami Sugiartawan. “Dalam memeriksa saya lebih senang kalau pengurus maupun anggota koperasi lebih terbuka, minta dicek semua secara terbuka sesuai fakta.

Jadi terungkap semua. Kerja saya jadi lebih enak, tanpa beban tanpa intervensi,” ujarnya.

Namun kesulitan sering dihadapi kalau ada intervensi dari oknum pengurus atau anggota koperasi. Intervensi itu kadang datang dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan lain, di luar kepentingan perbaikan manajemen koperasi. “Kadang kalau ada intervensi saat saya bekerja, jelas menganggu sekali,” keluhnya.

Menurut Sugiartawan, hasil kerja auditing biasanya dipaparkan dalam dua bentuk yakni laporan audit independen dan management letter. Laporan audit independen mengungkap penilaian terkait laporan keuangan saja. Sedangkan management letter mengungkap secara lebih detil terkait kelemahan-kelemahan pengelolaan koperasi dan rekomendasi perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan.

“Di management letter itulah hasil kerja saya terlihat. Terkait dengan kelemhan-kelemahan terhadap pelaksanaan koperasi, pelanggaram standar operasional prosedurnya, atau pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Semua terangkum di situ. Maka, selain laporan auditor, manajemen letter yg paling penting. Bagus tidaknya pengelolaan koperasi, kelihatan di situ,” ungkap Sugiartawan.

Ia juga menyayangkan karena sebagian besar koperasi baru mau diaudit setelah ada masalah. Akibatnya,

seringkali ditemukan kekacauan dalam lapiran keuangannya. Padahal proses audit sangat disarankan dilakukan sejak awal.

Ia mengingatkan, lembaga keuangan mempunyai ciri yang berbeda dengan perusahaan dagang. “Kalau dagang, kita rugi duluan, untung kemudian. Tapi kalau lembaga keuangan, biasanya untung duluan, setelah itu baru merugi. Karena pada awal-awal, biasanya nasabah akan setia, tapi lama-lama mulai agak nakal. Jadi tidak

heran kalau koperasi yang baru terbentuk pasti kelihatan untung,” ia mengingatkan.

Karenanya ia menegaskan audit perlu sejak awal. “Tentu saja,

karakter pengurus juga lebih penting lagi. Audit cuma ungkap

temuan. Kalau pengurus tidak mempedulikan rekomendasi auditor, temuannya terus berulang-ulang tiap tahun, percuma juga,” tegasnya.

Sajian Utama

UNGKAP KORUPSI DARI WARUNG KOPI

diaudit, hasil informasi keuangan yang ditampilkan oleh mereka akan lebih layak untuk dipercaya oleh pihak perbankan. Laporan audit akan memperkuat keyakinan bank untuk bisa membiayai usaha yang diajukan koperasi tersebut,” Afrizal menambahkan.

Menjadi penilaian plus lagi bila hasil audit akuntan independen itu memberi penilaian wajar tanpa syarat kepada koperasi. “Kalau penilaiannya wajar tanpa syarat, itu artinya dia yang paling bagus. Kita tidak ragu lagi memberikan kredit,” jelas dia sembari menambahkan, tentu saja laporan keuangan hanya menjadi salah satu unsur penilaian. Unsur 5C

tetap menjadi pertimbangan utama.Melayani koperasi, diakui Afrizal, bukanlah hal

mudah. Koperasi memiliki keunikan dibandingkan UMKM. Kunci utama koperasi adalah pada pengurusnya yang dipilih langsung oleh anggota. Hal ini berisiko pada pergantian pengurus secara rutin setiap beberapa tahun sekali. “Masalahnya seringkali ganti pengurus, ganti kebijakan, ganti pola pengelolaannya. Ini kadang yang mempersulit kami dari perbankan. Karakter pengurus seringkali berubah-ubah, padahal karakter menjadi salah satu aspek penilaian kami untuk melihat apakah kredit yang kita berikan ke koperasi layak atau tidak,” keluh dia.

Sambungan dari halaman 5

“SURAT SAKTI” KOPERASI

Page 7: ETABLOID10

Galang Kangin 7

Edisi 10/OKTOBER 2011

TIDAK AKUNTABEL,

Sajian Utama

Bagi sebagian besar koperasi, proses audit mungkin merupakan hal baru, atau bahkan tabu. Tetapi tidak bagi Koperasi Simpan Pinjam Citra Mandiri,

sebuah koperasi berbasis masyarakat Banjar Panti, Sanur. Sejak resmi berdiri pada tahun 2000, koperasi yang berkantor di Jalan Danau Beratan 66A, Sanur, ini sudah sangat akrab dengan proses audit.

Manajer KSP Citra Mandiri, I Wayan Sudarta mengungkapkan, proses audit dilakukan karena pihaknya memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan-perbaikan demi pengembangan diri. “Kita punya komitmen untuk melakukan perbaikan, melakukan penilaian, untuk membentuk opini-opini yang baik dan positif bagi usaha kami. Jadi kami sejak awal berdiri sampai saat ini, selalu diaudit,” tegas Sudarta.

Selain audit independen dari akuntan publik, KSP Citra Mandiri juga dirating oleh MICRA, sebuah lembaga swadaya masyarakat perpanjangan tangan Bank Dunia yang bergerak dalam pengembangan lembaga keuangan mikro di Indonesia. “Tidak banyak koperasi yang mau dirating. Dalam peratingan itu, semuanya dinilai. Sesuai atau tidak dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan,” ujarnya.

Hasil penilaian MICRA, juga menunjukkan tingkat kelayakan koperasi untuk dibiayai. “Jadi dengan membawa hasil audit dan penilaian MICRA, kami bisa mengakses lembaga-lembaga kreditur yang ada di dalam maupun luar negeri,” jelas Sudarta.

Demi Ketentuan?

KSP Citra Mandiri melakukan audit untuk menjawab ketentuan pemerintah yang mewajibkan audit bagi koperasi simpan pinjam dengan volume pinjaman di atas Rp 1 miliar. “Artinya apa yang kita lakukan, benar menurut apa yang sudah digariskan,” tegasnya.

Selain untuk memenuhi kewajiban, audit laporan keuangan juga dilakukan KSP Citra Mandiri sebagai modal untuk berpromosi. “Kita ingin mendapat promosi dengan laporan audit yang menyatakan laporan keuangan kita baik dan memenuhi kriteria. Bagaimana kita mau promosi kalau lembaga kita sendiri tidak akuntabel?” ia mengingatkan.

Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan jasa akuntan publik dalam proses audit, menurut Sudarta, bukanlah hal yang

memberatkan, mengingat besarnya manfaat dari hasil audit itu. Hasil audit membuka banyak peluang akses kerjasama maupun suntikan dana dari berbagai lembaga.

Sekali proses audit, jelas dia, diperlukan dana sekitar Rp 10 juta. “Uang itu tidak seberapa dibandingkan tanggung jawab yang besar untuk mempertanggungjawabkan aset kita yang mencapai Rp 40 miliar,” ucapnya yakin.

Sudarta menambahkan, hasil audit akuntan publik juga dapat meningkatkan kepercayaan anggota terhadap kinerja pengurus koperasi. Setidaknya, hal itu dapat menghindari munculnya kecurigaan anggota atas kemungkinan dananya disalahgunakan oleh pengurus.

Sudarta yang merupakan satu dari sedikit manajer koperasi bersertifikat di Bali menegaskan, audit menjadi salah satu dasar penting bagi pengurus dalam melakukan berbagai perbaikan dari tahun ke tahun. Hal itu pula yang membuat KSP Citra Mandiri merengkuh banyak prestasi. Setelah merengkuh juara II tingkat Kota Denpasar sebagai koperasi berprestasi tahun 2001, di tahun berikutnya KSP Citra Mandiri menjadi koperasi terbaik di Kota Denpasar untuk kategori Koperasi Simpan Pinjam. Di tahun 2003, KSP Citra Mandiri kembali mempersembahkan prestasi nasional. Pada tahun 2007, KSP Citra Mandiri dinyatakan sebagai KSP terbaik di Bali dan KSP berprestasi tingkat nasional.

Khusus pengelola koperasi berprestasi, pada tahun 2007 Sudarta dianugerahi bintang jasa Bhakti Koperasi oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM RI. Setahun kemudian, di 2008, Sudarta juga mendapat anugerah Satyalencana Wira Karya dari Presiden RI yang diserahkan di Jakarta, 12 Juli 2008, bertepatan dengan Hari Koperasi ke-61. “Satu bukti lagi bahwa kerja keras akan membuahkan hasil yang baik,” tandasnya.

BAGAIMANA MAU PROMOSI?

Page 8: ETABLOID10

8 Galang Kangin

Edisi 10/OKTOBER 2011

Cermin

Jika dikelola dengan baik dan profesional, bukan hal mustahil menjadikan koperasi tumbuh dan berkembang layaknya bentuk usaha

lain. Ini telah dibuktikan Koperasi Pasar (Koppas) Srinadi, di Klungkung. Koperasi yang awalnya hanya mengelola unit simpan pinjam, saat ini telah tumbuh dan menggurita dalam berbagai bidang usaha tanpa meninggalkan prinsip dasar koperasi.

Koppas Srinadi yang didirikan pada Januari 1985, awalnya hanya beranggotakan para pedagang. Seiring berjalannya waktu, jumlah nasabah terus bertambah hingga saat ini tersebar di hampir seluruh wilayah kabupaten Klungkung. Apa yang dicapai Koppas Srinadi kini, tentu bukanlah gampang. Perjuangan dan proses panjang nan berliku telah dilewati. Diperlukan ketangguhan untuk membangun koperasi di tengah persaingan dengan bbermacam bentuk usaha lain.

I Nyoman Suwirta, S.Pd, MM, Manager Koppas Srinadi Klungkung mengisahkan, di awal pendiriannya pada 1985, Koppas Srinadi hanya mengelola

unit simpan pinjam. Saat ini Koppas Srinadi telah memiliki 5 unit yang tersebar di hampir seluruh Klungkung dengan berbagai unit usahanya. “Dulu anggotanya hanya pedagang, kalau sekarang masyarakat umum dari berbagai lapisan,” terangnya.

Tak hanya sampai di sini. Pada tahun 2011 dan 2012 direncanakan dibentuk 4 unit baru. Pengembangan unit usaha baru disesuaikan dengan kebutuhan anggota yang notabene sebagai pedagang. Selain unit simpan pinjam, saat ini Koppas Srinadi juga mengelola unit grosir, unit swalayan, unit percetakan dan konveksi, serta unit toko swalayan bangunan.

Sentuh Kebutuhan RiilSuwirta menceritakan, Koppas

Srinadi bisa berkembang pesatseperti saat ini, karena pengembangannya selalu dilakukan dengan mempertimbakan keterkaitan langsung dengan bidang usaha anggota. Dengan demikian setiap unit usaha baru yang dikembangkan dengan cepat disambut dan mendapat tanggapan positif dari anggota. Setiap

pengembangan akan memberikan dampak positif karena menyentuh kebutuhan riil anggota dan masyarakat pada umumnya.

“Sebenarnya pengembangan yang dilakukan Koppas Srinadi sama saja dengan koperasi yang lain. Sekarang bagaimana caranya untuk menjual brand. Bagaimana agar usaha kita bisa diterima masyarakat secara luas dan memberikan dampak yang positif meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat,” terangnya.

Diperlukan strategi pemasaran yang berbeda untuk setiap unit usaha. Unit simpan pinjam menerapkan sistem jemput bola dengan pelayanan di tempat. Unit grosir selain memberikan pelayanan di tempat, juga melakukan pendekatan langsung melalui kanvas. Unit swalayan mini melakukan penjualan dengan sistem eceran dengan harga bersaing. Unit konveksi dan percetakan di samping melayani penjualan umum juga melayani keperluan koparasi sendiri baik untuk keperluan percetakan maupun administrasi.

Apa yang dilakukan selama ini telah membuat Koppas Srinadi berkembang dengan sangat pesat. Pada tahun 2010 anggotanya lebih dari 10 ribu orang dengan aset lebih dari Rp 120 milyar. Jika kebanyakan koperasi karyawannya tak lebih dari 10 orang, Koppas Srinadi mempekerjakan sampai 200 orang karyawan

Unit Usaha BaruPerkembangan pesat pada unit

simpan pinjam dan unit-unit lain, tak membuat pengelola Koppas Srinadi berpuas diri. Bahkan hal ini telah memacu keinginan untuk membentuk unit usaha yang lain. Dijelaskan pada tahun 2011 hingga 2012 akan dibentuk empat unit usaha baru. Dimulai dari Supermarket yang direncanakan akan menjadi supermarket terbesar di

Koppas Srinadi, Klungkung“MENGGURITA” DI BERBAGAI BIDANG

Tanya :

Kami dari alumni sebuah universitas di Denpasar bermaksud untuk membuat wadah untuk berkumpul dan saling membantu di antara kami dan kami sepakat untuk membentuk koperasi. Teman-teman kami tersebar di Bali dan luar Bali. Apa persyaratannya?

I.B. WirasmanaDenpasar

Saran :

Salam Sukses Slalu,Saudara I.B. Wirasmana, salut dan bangga kepada

teman-teman yang mempunyai gagasan cemerlang dan mulia untuk membentuk wadah berkumpul dan berbagi bersama dan sangat tepat jika teman-teman memilih koperasi sebagai wadah itu. Koperasi adalah wadah resmi yang berbadan hukum terdiri dari orang-orang sebagai anggota koperasi tersebut dan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi yang anggotanya terdiri dari orang seorang tersebut kita sebut sebagai Koperasi Primer. Jika sudah berkembang, koperasi-koperasi primer ini bisa berkumpul membentuk satu wadah yang lebih besar menjadi Koperasi Sekunder.

Kembali pada niat teman-teman alumni itu, sudah tepat untuk membentuk koperasi karena

mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama. Untuk diketahui bahwa dasar hukum koperasi itu sendiri mengacu pada UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, PP nomor 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, PERMEN No. 01 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

Jika dalam hal ini kondisi tempat tinggal teman-teman tersebar di Bali dan luar Bali, maka disarankan membentuk pra-koperasi dahulu dan jika mau memproses ke badan hukum koperasi maka jika terkondisi 20 orang atau lebih berdomisili dalam satu wilayah kabupaten, maka badan hukum prosesnya diajukan ke Kepala Dinas Koperasi dan UKM kabupaten/kota. Apabila teman-teman terkondisi berdomisili minimal di 3 (tiga) kabupaten/kota dengan masing-masing terdiri dari 20 orang maka pengajuan bisa dibentuk Koperasi NIVO provinsi dan diajukan ke Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali.

Langkah selanjutnya adalah penyuluhan tentang perkoperasian agar teman-teman mengerti mengenai perihal perkoperasian sehingga nantinya benar-benar memahami nilai dan prinsip koperasi serta hak dan kewajibannya sebagai anggota.

Setelah pembekalan maka teman-teman bisa melakukan Rapat Pembentukan Koperasi dan sekurang-kurangnya dihadiri oleh 20 orang. Dalam rapat ini dihadiri oleh Pejabat Dinas yang membidangi koperasi

Kirimkan pertanyaan Anda melalui email ke : [email protected]

di wilayah setempat dengan tujuan memberikan arahan, melihat proses pelaksanaan rapat, sebagai narasumber, untuk meneliti konsep anggaran dasar yang dibuat oleh para pendiri sebelum di “akta”kan oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi. Apabila memungkinkan pada saat rapat pembentukan koperasi juga dapat dihadiri oleh Notaris Pembuat Koperasi. Di dalam rapat ini pula dibahas mengenai Anggaran Dasar Koperasi yang memuat antara lain :

1. Nama dan tempat kedudukan, 2. Maksud dan Tujuan didirikan, 3. Bidang Usaha, 4. Keanggotaan, 5. Rapat Anggota, 6. Pengurus dan Pengawas7. Sisa Hasil Usaha.

Setelah Rapat Pembentukan Koperasi tersebut, selanjutnya dilakukan pembuatan dan penyusunan akta pendirian koperasi di hadapan dan atau oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi tersebut. Selanjutnya notaris atau kuasa pendiri mengajukan permohonan pengesahan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang. Untuk hal lain yang lebih detail silakan dipertimbangkan dan cepat terwujud dan banyak teman-teman yang disejahterakan. Untuk lebih detail lagi silakan datang ke kantor ada brosur dan buku-buku mengenai perkoperasian di perpustakaan mini Klinik KUMKM Provinsi Bali.

KLINIK KUKM BALI

Klungkung. Kolam renang dan wisata air, perbengkelan serta unit penyiaran. “Paling lambat awal tahun 2012 rencana ini bisa direalisasikan,” ungkap Suwirta.

Dijelaskan pengembangan koperasi tak bisa hanya berorientasi pada profit. Di samping harus tetap memegang prinsip dasar koperasi, pengembangannya harus memberikan dampak positif bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.

“Tujuan kami mengembangkan koperasi bukan hanya sebatas mencari untung. Koperasi dikembangkan untuk membantu program pemerintah mulai dari mengurangi pengangguran. Koperasi juga untuk meningkatkan pendapatan warga yang secara otomatis meningkatkan kesejahteraan, “ jelasnya.

Agar bisa berkembang dengan baik dan memberikan kesejahteraan yang maksimal bagi masyarakat koperasi semestinya mampu mengelola potensi yang ada di daerah. “Untuk Koppas Srinadi kami hanya berharap jangan sampai uang masyarakat yang ada di Klungkung sampai keluar. Bahkan sebaliknya kalau bisa yang dari luarlah yang masuk ke Klungkung,” tandasnya.

Prestasi gemilang memang telah diraih Koppas Srinadi sejak 1987. Tak hanya di tingkat lokal, bahkan di tingkat nasional koperasi yang kantor pusatnya ada di Pasar Galiran, Klungkung ini juga bisa unjuk gigi. Pada 2007 koperasi ini bukan hanya menjadi koperasi berprestasi tingkat nasional tetapi juga menerima award dari Menteri Koperasi dan UKM.

Tak hanya koperasi, pengurus serta manajer juga menerima berbagai penghargaan tingkat nasional baik dari kementerian koperasi dan juga presiden. “Sekarang koperasi kami selalu menjadi tempat studi banding. Kalau prestasi sih cukup banyak, bahkan saat ini kalau ada lomba kami sudah tidak diperkenankan lagi untuk ikut,” imbuh pria kelahiran Nusa Ceningan ini.

Page 9: ETABLOID10

Galang Kangin 9

Edisi 10/OKTOBER 2011

Cermin

syarat mutlak pengembangan koperasi. Tak hanya itu, menurut pria kelahiran 1 Desember 1967 ini, mereka yang mengelola koperasi wajib bekerja dengan ikhlas dan mengesampingkan ego.

Pria yang telah bekerja di Koppas Srinadi sejak 1987 ini mengungkapkan, mengelola koperasi bukanlah hal yang mudah. Bekerja di koperasi tak ubahnya ngayah. Karenanya keikhlasan mutlak diperlukan sehingga pengembangan bisa dilakukan dengan sepenuh hati.

“Mengelola koperasi perlu keikhlasan dari dalam hati. Apa saja yang dikerjakan sepenuhnya didedikasikan bagi perkembangan koperasi. Pun demikian dengan apa yang didapat koperasi sepenuhnya demi masyarakat,” ujar pria asal Nusa Ceningan ini.

Pengembangan koperasi akan berjalan maksimal apabila mendapat

dukungan penuh dari masyarakat. Masyarakat yang menjadi anggota

koperasi secara otomatis menjadi pemilik koperasi,

karenanya setiap peluang yang didapat koperasi seharunya digarap bersama

dengan masyarakat. Hanya saja ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Seringkali ada ego untuk menangkap peluang sendiri tanpa melakukan kerjasama. Padahal dengan kerjasama maka dampak yang diberikan akan menjadi lebih luas.

Perkembangan koperasi juga sangat

dipengaruhi kualitas SDM yang dimiliki.

Selain didukung tenaga yang professional, koperasi

harus mampu membangun rasa memiliki pada setiap

karyawannya. Dengan demikian mereka akan bekerja dengan sepenuh hati.

Suwirta menceritakan transparansi menjadi kunci utama

dalam

menumbuhkan rasa memiliki.

“Di sini setiap bulan kami tempel laporan keuangan di

semua unit. Dengan demikian semua staf akan mengetahui kinerja koperasi. Mereka tahu hasil kerja mereka serta perbandingannya dengan apa yang mereka dapatkan,” jelas suami Ni Nengah Rayu Astini ini.

Setelah lebih dari 20 tahun bekerja di koperasi, Suwirta meyakini semua koperasi berpeluang berkembang seperti Koppas Srinadi. Intinya adalah bagaimana menjaga loyalitas anggota sehingga tetap berminat memanfaatkan pelayanan koperasi.

“Dalam merangkul anggota harus dilakukan dengan benar. Yang tak kalah penting dalam mengolola usaha yakni pembagian sisa hasil usaha (SHU). SHU harus dibagi secara proporsional kepada seluruh anggota sesuai dengan kontribusi, sehingga timbul rasa keadilan,” tutur ayah tiga anak ini.

Terkait unit usaha simpan pinjam, untuk menjaga loyalitas anggota, Suwirta memberikan beberapa saran. Pertama, anggota yang memerlukan pinjaman agar bisa mendapat pinjaman dengan cepat dan mudah. Kedua, bagi anggota yang menyimpan dana merasa aman menyimpan uangnya. Dan ketiga, anggota baru yang masuk merasa nyaman saat menjadi anggota.

Setelah koperasi berkembang maka yang harus dilakukan adalah menunjukkan kepedulian kepada lingkungan. Selama ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan Koppas Srinadi yakni pemberian beasiswa pada siswa kurang mampu dan pemberian kursi roda bekerjasama dengan dinas sosial. Di samping itu tak jarang Koppas Srinadi menyelenggarakan turnamen bola voli sebagai bentuk kepedulian kepada generasi muda.

Perhatian pemerintah terhadap koperasi yang mulai meningkat belakangan ini memang sangat dihargai pria lulusan Magister Management STIE Triatma Mulia ini. Hanya saja pemerintah diminta bukan hanya mengejar kuantitas koperasi, akan tetapi lebih menekankan pada kualitas koperasi. Termasuk dalam pemberian dana, harus disertai dengan pengawasan dan pendampingan agar dana yang dikucurkan tepat sasaran.

KEIKHLASANKEMBANGKANKOPERASI

Tentu bukan perkara mudah mengembangkan sebuah koperasi hingga

menjadi besar. Koperasi Pasar Srinadi Klungkung, salah satu koperasi yang menjadi bukti bahwa koperasi memiliki potensi untuk berkembang dan menjadi besar. Di balik sukses yang diraih, tentu ada orang-orang yang bekerja keras.

I Nyoman Suwirta, S.Pd, M.M. salah satunya. Pria yang saat ini menjabat Manajer Koppas Srinadi

Klungkung ini menuturkan pengalamannya mengelola

koperasi. Di samping kerja keras, profesionalisme

menjadi

Page 10: ETABLOID10

10 Galang Kangin

Edisi 10/OKTOBER 2011

Peluang Usaha

Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat untuk menyiasati kebutuhan hidup yang makin meningkat. Warga Dusun

Nyebeh Desa Pengotan, Bangli, misalnya. Jika sebelumnya mereka hanya menggantungkan diri pada pertanian dan peternakan, saat ini masyarakat mulai menjadikan keahlian menganyam keranjang bambu sebagai salah satu mata pencaharian.

Meski hanya sebagai usaha sampingan yang dikerjakan selepas bertani dan mencari pakan sapi, pembuatan keranjang bambu cukup bisa diandalkan membantu ekonomi keluarga. Setelah bambu dibelah dan disiapkan para lelaki, pekerjaan menganyam keranjang bambu kebanyakan dikerjakan oleh perempuan, dibantu anak-anak sepulang sekolah.

Ni Wayan Darti (31) salah satunya. Ibu satu anak ini setiap hari membuat keranjang sehabis mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Semua proses menganyam keranjang dikerjakannya sendiri, hanya pada proses memulai menganyam yang disebut dengan istilah nasarin ia dibantu oleh putranya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Bukan hanya menganyam, tak jarang perempuan ini juga harus menebang sendiri bambu yang akan dipakai. Tentu bukan hal yang mudah

terlebih jika harus dilakukan oleh seorang perempuan. Hanya saja ini terpaksa dilakukannya demi jaminan kelangsungan produksi keranjangnya.

“Seringkali saya harus menebang sendiri bambu yang saya beli. Meski susah, tapi ini lebih menguntungkan. Harga bambunya lebih murah, saya juga bisa memilih dan membeli bambu yang layak untuk digunakan sebagai bahan keranjang. Jadi kemungkinan ruginya lebih kecil,” ungkapnya.

Sebatang bambu yang digunakan sebagai bahan keranjang dibeli seharga Rp 10 ribu. Sementara jika dibeli dari pengepul harganya mencapai Rp 15 ribu per batang. “Kalau membeli dari pengepul bambunya tidak boleh dipilih. Semua yang dibawa harus dibeli. Pernah saya rugi karena sebagian besar bambu tak layak dipakai keranjang,” tuturnya.

Setelah bambu ditebang selanjutnya dipotong-potong dengan panjang sekitar 2 meter untuk kemudian dibersihkan. Tahap selanjutnya bambu dibelah. Tahap ini memerlukan keahlian khusus sehingga bambu tetap memiliki ukuran yang sama dari ujung yang satu ke ujung yang lain. Setelah didapat ukuran yang sesuai, selanjutnya bagian dalam bambu dibersihkan untuk menghilangkan

KERANJANG-KERANJANG BAMBUDARI TANGAN PEREMPUAN

bagian-bagian ruas bambu atau yang dikenal juga dengan istilah basang kerokan. Setelah bersih bambu dibelah dengan ketebalan yang sesuai. Usai tahap ini bambu diangin-anginkan untuk kemudian mulai dianyam.

Dari sebatang bambu ukuran besar biasanya hanya didapat 4-5 buah keranjang ukuran besar. Keranjang yang sudah jadi akan dijual kepada pengepul seharga Rp 4 ribu per buah. Mengingat ia bekerja sendiri biasanya dalam satu hari Darti hanya mampu menghasilkan 1 lonjor (10 buah) keranjang. Keranjang hasil buatannya akan diambil pengepul secara rutin setiap 3 hari sekali.

Sebenarnya harga keranjang buatannya bisa dijual dengan lebih mahal jika dibuat hanya dari bagian kulit (punggung) bambu saja. Hanya saja meski harganya lebih mahal keranjang jenis ini sangat sulit dikerjakan sehingga ia kurang berminat untuk membuatnya.

“Membuat keranjang ini saya warisi turun-temurun. Hampir di setiap rumah di Desa Pengotan bisa ditemukan orang-orang yang menganyam keranjang dengan berbagai ukuran dan fungsinya. Hanya saja tak ada yang menjadikannya sebagai mata pencaharian utama,” tutur Darti.

Berkah Musim PanenModal masih tetap menjadi

masalah utama yang dihadapi Darti dan pengrajin keranjang bambu lainnya. Terlebih saat bambu semakin sulit didapat dan harganya juga semakin meroket. Sementara mereka masih tetap mengandalkan pengepul yang akan membeli hasil kerja mereka.

“Kami kerja tanpa modal, dalam sehari hasil bersih yang didapat kadang tak sampai Rp 10 ribu. Belum lagi kalau habis hari raya atau ada keperluan mendadak bisa jadi modal saya langsung habis dan untuk mulai membuat keranjang lagi semua harus dimulai dari awal.

Saat musim panen jeruk, mangga, tomat dan beberapa produk pertanian lainnya merupakan saat yang paling ditunggu perajin keranjang seperti Darti. Meski tak ada peningkatan pesanan, saat seperti inilah mereka memiliki kesempatan menjual keranjang dengan harga yang lebih baik.

“Kalau sudah panen yang ambil keranjang bukan cuma pengepul, tapi juga orang yang perlu wadah hasil panen. Kalau mereka kepepet mereka berani membeli keranjang dengan harga

lebih mahal. Jadi saya bisa lebih untung,”

imbuhnya.

Iklan Rupa-rupa

Page 11: ETABLOID10

Galang Kangin 11

Edisi 10/OKTOBER 2011

Perkembangan pariwisata di Bali telah memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah ini. Bukan hanya bagi

mereka yang secara langsung bekerja di sektor ini, para perajin yang membuat berbagai macam cenderamata juga turut menikmatinya.

Inovasipun dilakukan demi memenuhi keinginan pasar. Produk kerajinan yang dihasilkan juga tak lagi sebatas karya dengan rasa tradisional. Citarasa kontemporer dan modern dapat dirasakan pada karya-karya yang sebagian besar diproduksi di kawasan pedesaan.

Salah satunya patung-patung resin yang diproduksi di Dusun Pinjul, Desa Manuaba Kecamatan Tegalalang. Ni Komang Rai (30) salah satunya. Ibu dua anak ini mulai memproduksi patung-

BERKAT INOVASI EKSIS DI PATUNG RESIN

Potret

patung resin sejak 7 tahun silam. Semua hasil produksinya ia jual di tokonya yang berada di kawasan Desa Sapat, Tegalalang.

Sebelum membuat kerajinan resin, tutur Rai, ia dan juga masyarakat di sekitar tempat tinggalnya membuat kerajinan dari cengkeh. Kerajinan dari cengkeh ini sempat menjadi primadona dan sangat diminati oleh wisatawan. Hanya saja karena harga cengkeh melambung dan juga cengkeh sulit didapat, terpaksa produksi dihentikan sementara waktu.

“Kalau harga berapapun pasti akan dibayar karena kerajinan dari cengkeh ini termasuk unik. Tapi yang sekarang jadi masalah cengkeh sulit sekali didapat. Sudah dicari sampai

Buleleng, tetap saja tidak ada. Karena bahan tidak ada, maka

kalaupun ada pesanan kami tetap tidak bisa bekerja,”

ujarnya.Patung yang dibuat

saat ini kebanyakan bernuansa kontemporer. Bentuknya bermacam-macam seperti badan perempuan hingga bentuk abstrak yang

unik. Kombinasi kaca dan cermin yang ditempel

pada permukaan patung membuat kerajinan ini menjadi begitu menarik.

Patung-patung yang ia jual tak hanya merupakan

produksinya sendiri. Sebagian besar digarap oleh para

pekerjanya

dengan sistem borongan. Rai menceritakan kebanyakan pekerjanya merupakan ibu-ibu dan anak-anak yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Hanya bagian mencetak patung saja yang dikerjakan oleh laki-laki. Untuk mengecat dan menempel kaca pada patung setiap pekerja akan dibayar Rp 3 ribu sampai Rp 10 ribu untuk setiap patung. “Yang menempel kaca sebagian besar anak-anak, mereka akan bekerja sepulang sekolah. Dalam sehari mereka bisa menyelesaikan dua sampai tiga patung berukuran sedang,” jelasnya.

Membuat patung resin jauh lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan membuat patung dan ukiran dari kayu. Patung resin dibuat dengan cara dicetak. Karena itu pula kualitas

produksi

lebih mudah

dikontrol dan risiko

kerugian bisa ditekan.

“Di toko patung saya jual satuan. Kebanyakan yang beli wisatawan asing. Terkadang juga ada yang order, tapi jumlahnya tak terlalu banyak. Paling besar senilai Rp 10 juta. Sekarang yang jualan seperti ini (patung resin-red) banyak. Jadi banyak saingan. Kebanyakan order datang dari Prancis dan Italia. Memang orang Eropa yang banyak meminati patung ini,” tutur istri dari Komang Tirtayasa ini.

Harga patung resin yang dijualnya bermacam-macam, berkisar dari Rp 45 ribu - Rp 300 ribu. Rai menceritakan belakangan omset penjualan mengalami penurunan. Jika tahun-tahun sebelumnya biasanya penjualannya naik pada Agustus dan Januari, tahun ini tak terjadi peningkatan yang berarti. Dalam sebulan omsetnya sekitar Rp 5 juta rupiah.

Dibandingkan dengan kerajinan patung dari kayu, patung resin memiliki pasar yang lebih luas khususnya untuk pasar ekspor. Ini dikarenakan tak ada negara yang melarang masuknya barang

berbahan resin. Berbeda dengan kerajinan kayu yang di banyak negara

dilarang masuk. Pun demikian bentuk patung berbahan resin bisa dibuat lebuh inovatif dibandingkan dengan kayu, karena resin jauh lebih mudah dibentuk.

Hanya saja sampai saat ini ia mengaku masih kesulitan modal. Terlebih saat harga bahan baku terus meningkat. Satu kilo resin sebagai bahan baku biasa dibeli seharga Rp 22 ribu, sementara kaca sebagai tambahan dibeli

dengan kisaran harga Rp 18-30 ribu per lembar.

Page 12: ETABLOID10

12 Galang Kangin

Edisi 10/OKTOBER 2011

MEMBUAT PUPUK ORGANIK SENDIRI

Agrobis

oleh Koperasi Kharisma Madani melalui koperasi atau kelompok tani setempat. “Kalau sudah memakai pupuk Agrodyke sejak tahap pengolahan lahan, selanjutnya pupuk tersebut diolah dengan kotoran dan kencing sapi, menjadi kompos dan bio-agro (perpaduan bio-urine dan pupuk Agrodyke),” jelas Wayan Sandi.

Pupuk Kocor dan Kompos

Selain di subak yeh (basah), pelatihan pembuatan pupuk juga dilakukan di subak abian (kering), meliputi pembuatan pupuk kocor dan pupuk kompos. Menurut Wayan Suarta, penggunaan pupuk kocor bagi petani horti di samping praktis dan biayanya murah, juga mampu memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil panen. Pupuk kocor dibuat dari campuran kotoran dan kencing sapi. Petani ternak cukup membuatkan bak penampungan di belakang kandang.

Langkah pembuatan pupuk kocor sangat sederhana, sebagai berikut :

1. Siapkan drum bekas atau ember besar.

2. Siapkan juga ember yang telah diisi air, untuk melarutkan 1 liter decomposer ditambah molase (gula tebu) atau 1 kg gula pasir.

3. Masukkan kotoran sapi yang masih basah (bercampur dengan kencingnya) ke dalam drum hingga sepertiga dari ukuran drum tersebut. Tambahkan air hingga mencapai tinggi kotoran tersebut. Jangan lupa diisi dolomit 10 kg, dan arang sekam 10 kg. Aduk secara perlahan hingga merata, dan tambahkan air hingga menjadi encer.

4. Larutkan 1 liter decomposer yang telah dicampur dan molase atau 1 kg gula pasir, lalu tuang ke dalam drum tadi. Tambahkan pupuk organik Agrodyke sebanyak seperempat kilogram.

5. Selanjutnya diaduk perlahan sambil ditambahkan air hingga penuh.

6. Setelah tercampur dengan merata, didiamkan selama 15 menit agar air tenang.

7. Bila keadaan air sudah tenang, tutup rapat dengan plastik guna menghindari masuknya udara luar.

8. Keesokan harinya, dibuka kembali dan diaduk sebanyak lima kali secara

perlahan. Lalu ditutup kembali. Lakukan hal yang sama setiap hari, sampai hari kelima.

9. Pada hari kedelapan pupuk kocor ini sudah dapat digunakan dengan takaran 1 : 10. Artinya, satu liter pupuk kocor dicampur dengan 10 liter air biasa.

Berikut tahapan pembuatan pupuk kompos :

1. Ratakan terlebih dulu kotoran sapi kering dengan ketebalan lebih kurang 5 cm.

2. Siapkan alat semprot ukuran 14 liter (1 tangki).

3. Siapkan pula ember yang sudah diisi air. Larutkan dua gelas aqua decomposer, ditambah sepuluh sendok makan pupuk Agrodyke, dan molase atau setengah kilogram gula pasir. Diaduk hingga rata. Selanjutnya, tuangkan ke dalam tangki penyemprotan, dan diisi air hingga penuh.

4. Setelah tercampur, semprotkan pada kotoran sapi kering tersebut.

5. Kemudian, taburkan dolomit, lalu abu dapur pada seluruh permukaan kotoran yang telah disemprot.

6. Diulangi kembali. Tambahkan lagi kotoran sapi di atasnya, semprot dan taburi kembali dolomite, lalu abu dapur.

7. Buat beberapa lapisan kotoran sapi, sesuaikan dengan kebutuhan luas lahan yang digarap.

8. Tutuplah dengan terpal hingga tidak terkena sinar matahari.

9. Seminggu kemudian lapisan tersebut diaduk/dibalik sambil menabur abu dapur/sekam agar unsur gas metan yang terkandung dalam kotoran terlepas. Kemudian ditutup kembali. Lakukan setiap minggu, sampai minggu ketiga.

10. Minggu ketiga, tutup dibuka, lalu disemprot dengan 10 sendok makan pupuk Agrodyke per tangki. Tujuannya, untuk mengikat unsur hara di dalam tanah yang sudah terbentuk, sehingga tidak mudah menguap dan liching, dan juga mempercepat penggemburan daripada tanah. Kemudian dikeringanginkand.

Setelah tiga minggu, kompos siap dikemas atau digunakan.

Limbah yang selama ini terabaikan, kini dapat dimanfaatkan kembali, seperti jerami, kotoran

dan kencing sapi. Keadaan ini mengingatkan kembali pada apa yang telah dilakukan petani sebelum revolusi hijau diberlakukan. Ya, mereka hanya memanfaatkan jerami dan kotoran sapi saat membajak sawah garapannya. Toh hasilnya lebih baik, dalam arti biaya produksi tidak terlalu tinggi, dan beras yang dikonsumsi sehat, karena belum terkontaminasi dengan bahan kimia. Kini, saatnya mengajak petani back to nature. Untuk itu diperlukan kesabaran, pembuktian dan kesungguhan kita semua.

“Lebih baik kami memakai pupuk organik buatan sendiri.” Seperti itulah ungkapan para petani disela-sela pelatihan pembuatan pupuk organik pada akhir bulan Agustus, di Subak Penge, Tabanan. Pelatihan pembuatan pupuk sendiri berbahan baku jerami, kotoran dan kencing sapi ini diadakan untuk mempersiapkan petani dalam mengantisipasi harga pupuk anorganik yang terus merambat naik, karena tidak disubsidi lagi. Selain itu, untuk mulai menumbuhkan kesadaran agar memanfaatkan potensi organik lokal di sekitarnya, sembari mengurangi pemakaian pupuk kimia yang sudah jelas-jelas merusak tanah dan lingkungan.

“Ide ini muncul ketika melihat sebagian besar petani bingung, karena dijejali berbagai bantuan pupuk organik bersubsidi,” ungkap Wayan Sandi, instruktur dari Unit Agro Kharisma Farm, salah satu unit usaha koperasi Kharisma Madani. Seperti sudah dikatakan sebelumnya, tujuannya, di samping untuk menambah wawasan, juga mendorong kesadaran petani memberdayakan limbah jerami, kotoran dan kencing sapi yang selama ini belum dimanfaatkan di lahan pertanian mereka. Pemberi pelatihan lainnya, Wayan Suarta mengungkapkan, membuat pupuk organik sendiri dapat dijamin kualitasnya. Selain dapat memperbaiki unsur hara tanah, secara bertahap bisa menurunkan biaya produksi, serta meningkatkan harga jual hasil panen.

Sebenarnya, pelatihan ini merupakan paket dari program Yarnen (bayar panen) Bali Madani yang dilakukan pada setiap subak yang selama ini sudah memakai pupuk Agrodyke. Gabahnya pun dibeli

PELARANGAN untuk membakar jerami sebenarnya ada dasarnya. Pada jerami terkandung unsur N sebagai pupuk pengganti urea. “Ada dua cara praktis yang bisa diterapkan petani,” terang Wayan Sandi. Cara pertama, saat akan mulai mengolah lahan, ratakan jerami yang tersisa pada waktu panen dengan batang pisang. Rebahkan batang pisang tersebut pada lahan, lalu ditarik, maka jerami tersebut akan rebah ke tanah. Selanjutnya, semprot dengan decomposer plus yang mampu mengurai jerami hingga menjadi lebih lunak saat ditraktor. Dengan cara itu jerami akan mudah diolah, dan tanah akan mendapat tambahan unsur N. Cara kedua. Untuk mengolah jerami yang tersisa saat gabah dipecah (dores), gunakan cara seperti mengolah kotoran sapi. Pertama, diratakan dulu, lalu disemprot. Kedua, tumpukkan dan semprot lagi. Setelah selesai, tumpukan jerami ditutup rapat. Selanjutnya perlakuannya sama dengan cara pengolahan kotoran sapi.

PUPUK KOMPOS DARI JERAMI

Page 13: ETABLOID10

Galang Kangin 13

Edisi 10/OKTOBER 2011

Di tengah kesibukan mensosialisasi program yarnen Bali

Madani di beberapa wilayah di Bali, ada informasi tentang rencana panen dari Wayan Suarma, salah satu korwil program yarnen Bali Madani untuk wilayah Desa Riang Gede, Tabanan. Sesuai kesepatakan di awal program, ada pertemuan dua minggu sebelum panen. Tujuannya, untuk menentukan harga gabah kering panen, biaya tenaga pemanen, cara bayar, dan beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan panen.

Hal yang berbeda ditawarkan dalam program ini. Di antaranya, padi petani akan dibeli pada saat panen dilaksanakan. “Ini berarti, pihak Koperasi Kharisma Madani akan membeli per kilogram gabah kering panen. Tidak dibeli sebelum masa panen, seperti praktik pengijon yang terjadi selama ini,” ungkap Wayan Suarma saat sosialisasi pertama Februari 2011. Pembentukan koordinator wilayah (korwil) disesuaikan dengan luas wilayah kerja. Dan yang menjadi korwil, biasanya yang memiliki hubungan dekat dengan pekaseh dan krama petani serta dinas pertanian di wilayah setempat.

Saat sosialisasi terungkap bahwa tidak mudah menawarkan program yarnen kepada petani khususnya di wilayah Riang Gde. Seperti dikatakan Wayan Parmita, Pekaseh Subak Riang Gde. “Sudah seringkali ada tawaran kerjasama, namun lebih banyak kandas di pertengahan jalan.”

Untuk tawaran program dari koperasi, kami mencoba dulu dengan beberapa pengurus, terutama untuk membuktikan pupuk organik Agrodyke. Nah, kalau memang terbukti, para petani biasanya akan membelinya. Selain itu, tawaran untuk membeli gabah saat panen memang belum lazim bagi petani di sini, tetapi kami akan mencoba untuk itu.”

Tanpa Pemutih dan PengawetTim Agro Kharisma Farm secara

intensif mengawal program yarnen Bali Madani, mulai dari pengolahan lahan, selama masa pemeliharaan, dan menjelang panen. “Kurang lebih enam bulan kami mondar-mandir ke Riang Gde, agar program perdana yarnen ini bisa berjalan lancer,” jelas Ajus Sucitrawan, anggota Tim Agro Kharisma Farm. Dari awal sudah terlihat antusias para peserta program yarnen ini saat mengikuti pelatihan pengolahan lahan

dengan pupuk Agrodyke, dan sortasi benih (pemilihan benih padi untuk bibit). Begitu pula pada waktu diadakan pelatihan membuat pupuk organik sendiri berbahan baku kotoran sapi, yang dipandu Wayan Sandi, instruktur dari Tim Agro.

“Banyak pengetahuan yang kami peroleh selama masa pemeliharaan,” ungkap Dewa Wirasana, koordinator kelompok Agro yang ada di Desa Riang Gde. Ia menyebut saat padi mulai terkena gejala serangan merah (tungro), biasanya disemprot dengan insektisida berbahan kimia. Namun kali ini, dicoba memakai bio-agro yang merupakan kombinasi bio urine dari kencing sapi yang dipadukan dengan pupuk Agrodyke.

“Dari hasil percobaan yang sudah dilakukan, ternyata bio-agro cukup epektif, dapat menghentikan laju penyebaran serangan tungro, kresek, tikus, dan walang sangit,” jelas Wayan Sandi, instruktur dan formulator bio-agro. Kunci keberhasilan menerapkan teknologi pupuk Agrodyke dan bio-agro adalah rajin mengamati perkembangan tanaman padi. Sedikit saja ada gejala, segera disemprot agar daun, batang dan buah padi terlindungi. Diterangkan, pupuk Agrodyke berbahan dasar rumput laut, yang memiliki sifat gel (baca : jel). Sifat gel ini menyebabkan batang padi menjadi kenyal, sehingga kurang diminati oleh tikus, dan hama lain.

Beberapa minggu menjelang panen, petani peserta program yarnen Bali Madani mulai resah, karena para pengijon sudah turun ke lapangan dan menawar padi yang telah siap untuk dipanen. Demikian informasi yang disampaikan Wayan Suarma kepada Tim Agro Kharisma Farm. Mereka gelisah, karena pihak koperasi belum memberikan kepastian harga beli gabah. Sedangkan dari pihak koperasi tetap mengacu pada perjanjian, akan membeli gabah pada saat panen, bukannya membeli padi yang belum siap dipanen. Kenyataan ini sebenarnya sudah diingatkan sebelumnya oleh para penyuluh dari dinas pertanian di beberapa wilayah kerja Bali Madani. “Walaupun sudah ada kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian kerja, hal tersebut belum menjamin akan bisa terlaksana sepenuhnya,” ungkap

beberapa penyuluh

pertanian lapangan. Kondisi lapangan

memang tak jauh berbeda. Petani umumnya menginginkan

pembelian padinya dengan system pajeg (taksiran), seperti kebiasaan selama ini. Menyikapi keadaan demikian, pihak koperasi mencoba untuk mengikuti kemauan petani, dengan catatan akan diadakan evaluasi bersama untuk kerja sama pada masa tanam selanjutnya.

Banyak petani yang belum ikut program ini sangat antusias melihat perkembangan tanaman padi. “Mereka jelas dapat melihat perbedaan padi yang

Agrobis

memakai pupuk Agrodyke dan bio-agro dengan yang tanpa perlakuan. Dan pada saat panen ternyata kami mendapat gabah satu kampil dengan berat 75 kilogram. Sebelumnya, paling banyak memperoleh 60 – 65 kilogram. Dan saya sebagai pelaku yang secara intensif mengikuti petunjuk yang diberikan, telah membuktikan dan puas dengan perlakuan pupuk Agrodyke dan bio-agro ini. Baru kali ini saya melihat buah padi penuh dan padat. Sedikit sekali yang hampa,” jelas Dewa Wirasana.

Koperasi sebagai penyelenggara program ini, melihat kenyataan yang terjadi di lapangan merupakan bahan evaluasi guna pelaksanaan yang lebih baik pada masa tanam berikutnya. “Menyikapi adanya penambahan peserta, sebaiknya kami akan berdiskusi terlebih dulu dengan mereka agar semuanya transparan,” ungkap Kadek Joniarta, pengurus koperasi yang membidangi unit Agro Kharisma Farm

Masa tanam berikutnya diharapkan mencapai luasan 50 hektar, sehingga persediaan beras untuk memenuhi permintaan konsumen selalu tersdia. “Beras Sehat Bali Madani sudah mulai dikenal konsumen. Beras kami tidak memakai pemutih, karena langsung dikemas setelah digiling. Kami menjaga mutu beras mulai dari pemakaian pupuk sampai pengawasan pemeliharaan tanaman.

DI SUBAK RIANG GEDE, TABANANPANEN PERDANA YARNEN BALI MADANI

Page 14: ETABLOID10

14 Galang Kangin

Edisi 10/OKTOBER 2011

Pakar Bicara

Program wirausaha terutama wirausaha muda yang dicanangkan kembali oleh Presiden melalui

Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) awal Februari lalu, terus menggelinding. Tiap departemen terkait pemerintahan melalukan gerakan-gerakan yang mendukung kegiatan GKN ini. Tak hanya dimotori oleh pemerintah, banyak pengusaha dan badan usaha milik swasta melakukan short course (kursus-kursus singkat) maupun seminar motivasi untuk men-support moral para calon wirausaha maupun wirausaha muda pemula agar memiliki semangat pantang menyerah dalam menjalankan usahanya.

Usaha mikro dan kecil kita hingga saat ini masih menghadapi permasalahan klasik seputar pemasaran, permodalan dan peningkatan SDM. Mereka umumnya punya keberanian dan ide serta peluang, tetapi tidak memiliki kemampuan keuangan yang memadai. Mungkin, mereka sudah pernah menerima bantuan permodalan namun tetap masih merasa kurang, karena cash flow operasional tidak mencukupi untuk memenuhi pesanan. Bahkan banyak kasus tragis UMKM yang telah menikmati Kredit Tanpa Agunan (KTA) justru melakukan “KTA” alias Kredit Tanpa Angsuran. Kasus seperti ini cukup dilematis bagi pemberi modal dan UMKM itu sendiri. Pasalnya UMKM lain yang sudah dengan baik melakukan kewajibannya, juga terkena getahnya, kembali mendapatkan kesulitan.

Dimana sebenarnya letak permasalahannya sehingga KTA menjadi “KTA”? Selama inti permasalahannya tidak dicarikan solusinya, maka kendala klasik tersebut tak akan pernah habisnya. Banyak UMKM yang belum mengerti dan paham, apalagi menemukan solusinya sendiri

kenapa hal itu bisa mereka alami, sementara di sisi lain mereka ingin usaha mereka berkembang dan maju. Yang terjadi justru gali lubang yang satu dan menutup lubang lain. Demikian seterusnya hingga waktu mereka habis untuk melakukan proses tersebut, dan terhentak ketika menyadari bahwa waktu yang terlewati tidak mungkin akan diperoleh lagi.

Transaksi KeuanganPermasalahan yang sering dihadapi, salah

satunya adalah pengelolaan keuangan yang masih belum professional. Contoh sederhana yang banyak ditemui, karena kurang disiplinnya pengusaha mikro dan kecil tersebut mencatat setiap transaksi keuangan yang mereka punya. Juga belum terpisahnya pencatatan tersebut dengan pengeluaran pribadi mereka sendiri. Mereka menganggap hal itu belum perlu dan masih bisa ditangani sendiri. Bahkan masih memandang bahwa catatan itu adalah sesuatu yang ribet, tidak praktis, buang-buang waktu dan biaya. Mereka ada yang berpandangan bahwa tanpa membuat itu semua, mereka sudah bisa maju dan berkembang. Yang penting bagi mereka adalah jualan, jualan dan jualan dengan adanya penjualan sudah dapat uang dan bisa bayar bahan baku berarti sudah untung. Permasalahan kembali akan terjadi jika secara tiba-tiba terjadi order yang tiba-tiba melebihi kapasitas yang biasa disediakan. Mereka perlu tambahan suntikan dana untuk membeli bahan baku dan lain sebagainya dan mereka harus meminjam dari pihak ketiga.

Proses peminjaman dana dari pihak ketiga tidaklah semudah yang dibayangkan dan hampir semua pemberi pinjaman menuntut laporan keuangan. Saat itulah kebanyakan dari mereka merasa terbebani dan kelimpungan. Banyak yang merasa penjualan sudah bagus, tetapi kenapa keuangan mereka selalu kurang. Kenapa tidak ada uang kas yang mencukupi untuk operasional? Padahal sudah lebih dari 5 tahun berusaha, tetapi kok suasana masih sama seperti ketika mereka memulai usaha. Adapula yang melejit sukses hingga membuka beberapa cabang usaha dengan pesatnya, namun tak lebih dari 10 tahun berjalan, usahanya mengalami kesulitan, bahkan tak bisa dipertahankan. Tak hanya sampai di situ. Karena sesuatu hal banyak yang terpaksa harus menjual usaha beserta aset yang dimiliki, sementara tidak memiliki harga yang akurat berapa mereka harus menjual perusahaannya.

Intinya, betapa pentingnya pencatatan transaksi keuangan hingga menjadi sebuah laporan keuangan. Jika usaha diibaratkan manusia, maka akuntansi sebagai proses pencatatan transaksi keuangan hingga terbentuknya laporan keuangan bahkan hasil analisa dari laporan keuangan tersebut sebagai rangka manusia. Rangka manusia ada di setiap komponen badan manusia. Ada di dalam kepala, tangan, badan dan kaki. Jika kepala manusia diibaratkan para komisaris dan top manajemen perusahaan, tangan sebagai bagian sales & marketing, kaki sebagai bagian operasional perusahaan dan badan manusia bagian HRD serta department keuangan dan akuntansi dalam perusahaan, maka boleh dikatakan bahwa proses transaksi keuangan tersebut ada dimana-mana. Jika ini tidak dikelola dengan baik, maka badan manusia ini tidak akan dapat melakukan fungsinya secara baik dan sempurna sehingga apa yang menjadi tujuan yang dimaksud masing-masing tidak dapat tercapai.

Proses pencatatan transaksi sehari-hari bagi perusahaan mikro dan kecil khususnya tidaklah terlalu sulit dilakukan. Pembukuan sederhana bisa dilakukan untuk mendukung

proses tersebut. Catatan minimal yang dipunyai berupa buku kas dan bank, buku persediaan, buku catatan piutang dan hutang jika masih melakukan pembukuan yang manual. Dengan semakin majunya teknologi dan terjangkaunya alat-alat teknologi, proses manual tersebut bisa dimudahkan dengan computer. Bahkan usaha kecil yang sudah berkembang, bisa memanfaatkan komputer sistem. Proses komputerisasi sudah sangat diperlukan di era Informasi Teknologi dewasa ini dan sudah menjadi kebutuhan pokok jika UMKM mau bertahan dan memenangkan kompetisi.

Dengan mulai berbenah dalam pengelolaan keuangan, UMKM bisa lebih mengontrol penggunaan dana secara efektif dan efisien sehingga kebutuhan akan permodalan benar-benar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan dan kemajuan perusahaan, serta kesempatan dan peluang perusahaan untuk berkembang baik secara kualitas maupun kuantitas bisa dicapai. Catatan laporan keuangan selain bermanfaat bagi pihak ketiga, bermanfaat juga bagi pemilik usaha sebagai bahan evaluasi untuk usaha mereka ke depan.

Apakah perlu efisiensi? Biaya apa saja yang bisa diefisienkan? Apakah perlu peningkatan produksi? Berapa besar kapasistas produksi yang bisa sanggup dikerjakan? Berapa besar persediaan bahan baku yang mestinya tersimpan begitu juga apakah persediaan barang jadi terlalu banyak menumpuk sehingga perputaran arus kas jadi terganggu dan sebagainya. Laporan Keuangan berupa laporan neraca, laporan laba rugi usaha akan memberikan gambaran umum perusahaan. Jika diibaratkan kita berada di tengah hutan belantara, maka dengan laporan keuangan akan memudahkan kita menuju jalan mana yang akan kita tempuh untuk melewati, sehingga kita bisa mencapai sasaran usaha yang dituju. Dengan terstrukturnya pengelolaan keuangan perusahaan, akan semakin mudah pula bagi pihak ketiga yang terkait dengan permodalan maupun berinvestasi.

TIPS Pengelolaan Keuangan Sederhana bagi UMKM :

1. Pisahkan penggunaan keuangan perusahaan dengan penggunaan keuangan pribadi.

2. Buatlah catatan setiap transaksi keuangan yang berhubungan dengan usaha dalam sebuah BUKU KAS untuk transaksi bukan kredit.

3. Buatlah catatan setiap transaksi keuangan yang berhubungan dengan tagihan dalam BUKU PIUTANG untuk tagihan yang belum tertagih.

4. Buatlah catatan setiap transaksi keuangan yang berhubungan dengan pembelian secara kredit dalam BUKU HUTANG

5. Buatlah catatan atas PERSEDIAAN baik bahan baku, barang proses maupun barang jadi siap jual untuk menghindari kelebihan persediaan, yang dapat mengganggu arus perputaran kas untuk operasional.

6. Pencatatan menggunakan komputer akan lebih memudahkan apalagi menggunakan Microsoft Excel

7. Manfaatkan pemrograman dengan sistem komputer yang sederhana untuk menghasilkan laporan keuangan.

8. Ikuti seminar/kursus-kursus singkat yang ada untuk lebih memahami laporan keuangan usaha.

TAK CUKUP HANYA JUALAN,JUALAN DAN JUALAN

Tjok Istri Agung Widyawati, SE

Page 15: ETABLOID10

Galang Kangin 15

Edisi 10/OKTOBER 2011

Bale Bengong

Sambil menikmati segelas kopi panas dan sepiring pisang goreng yang masih berasap, Pekak Putu asyik berandai-andai di bale bengong. Andai saja semua orang pintar di negeri ini, mau jujur berbagi ilmu dan

bukannya memperbodoh masyarakat awam. Andai saja setiap kelompok profesi bersikap professional. Andai saja para pejabat pemerintah tidak sibuk mengamankan jabatannya dan mau menengok keluar jendela mobil dinasnya. Andai saja….ya andai saja setiap program baik pemerintah, dilaksanakan dengan niat baik tanpa dipolitisir. Akankah negeri ini benar-benar menjadi negeri yang “gemah ripah loh jinawi”?

Masih berkutat di seputaran KUR. Artinya tidak lepas dari lingkaran UKM, perusahaan “versi rakyat menengah ke bawah”. Perusahaan yang sangat memerlukan suntikan dana untuk bisa berkembang lebih maju. Perusahaan yang sebenarnya mampu meringankan beban pemerintah karena menyediakan peluang kerja.

Sudah tandas 3 potong pisang goreng, Pekak Putu masih ‘setengah membumi’, ketika Bli Nyoman Coblong tiba-tiba sudah mengunyah sepotong pisang goreng dan duduk di sebelahnya. “Pekak, masih pagi…..udah melamun aja,” kata Bli Nyoman Coblong sambil mencomot satu pisang goreng lagi. “Yeee…Nyoman jeg sube nyemak godoh dogen. Mecapatan anake malu,” Pekak Putu setengah menggerutu, tercerabut dari lamunan setengah dewanya.

“Nak nu berpikir soal KUR ne. Kalau sebegitu ‘njelimet’ persyaratan administrasinya. Harus akuntabel pula. Apa bisa ya para pemilik UKM itu menggaji akuntan publik?” “Akuntan publik bukannya cuma ngurusin pajaknya perusahaan gede aja, Pekak?”

“Nah, justru kesan itu yang kuat di masyarakat. Mare ningeh akuntabel gen, UKM be angkih-angkih mikirang harus nyewa akuntan. Akuntan publik itu kan profesi, seperti dokter, apoteker, dan pengacara. Harusnya ya bisa mengedepankan profesionalisme dibandingkan pendapatan. Sing keto asane?”

Bli Nyoman Coblong manggut-manggut sambil mengelus dagu. “Seharusnya ya begitu, Pekak. Untuk pengusaha kelas UKM, ya… disediakan layanan gratis konsultasi keuangan dan sejenis itulah ya? Jadi semuanya bisa berjalan selaras.”

“Tapi kalau kita mau jujur, banyak juga perusahaan besar yang manajemen keuangannya tambal-sulam, karena merasa itu miliknya pribadi. Semaunya sendiri mengelola uang perusahaan, apalagi kalau kekayaannya itu ‘congenital’, bawaan dari lahir,” Pekak Putu menggumam pelan.

“Kalau perusahaan seperti itu, apa bisa disebut akuntabel ya? Tapi kenapa bank rela segera mengucurkan dana ber-MM (baca : miliar-miliar) untuk yang model begitu? Tapi kalau dana KUR yang besarnya tidak ‘seberapa’, kenapa jadi terlalu banyak persyaratan?” Pekak Putu menghela nafas dalam.

Bli Nyoman Coblong sekali lagi cuma manggut-manggut sambil mengelus dagu. “Kalau dipikir-pikir, Pekak, sebenarnya siapa yang mengatur siapa ya? Pemerintah seperti tidak percaya pada rakyatnya sendiri. Atau para pejabat di atas sana, sudah terlalu jauh di atas, sehingga walaupun menengok ke bawah, keadaan masyarakat yang asli, tetap tak terlihat,” Pekak Putu nyengir sambil menyahut ringan, ”Makanya kalaupun ada di langit, jangan lupa menjejakkan kaki di bumi. Sekarang aku tahu nikmatnya menjejak bumi.”

Bli Nyoman Coblong segera menoleh tak mengerti. “Maksud Pekak??”

“Ya…dari tadi aku melamun sambil duduk bersila dan menatap langit. Kakiku terasa kaku. Dan ketika aku selonjorkan kakiku, dan menapakkannya di lantai, aku merasa nyaman,” Pekak Putu tersenyum pada Bli Nyoman Coblong dengan wajah lega. “Masih ga ngerti juga?”

Bli Nyoman Coblong menggeleng. “Menurutku, pemerintah harusnya membuat program yang tidak hanya angan-angan dan hitungan di atas kertas, tapi perlu dipikirkan reliabilitas dan feasibilitasnya untuk bisa diaplikasikan dengan mudah. Keto Nyoman…”

Bli Nyoman Coblong kembali manggut-manggut. Kali ini tidak mengelus dagu, tapi mengusap muka. Berusaha tidak memandang ke langit terlalu tinggi dan menikmati nyamannya menapakkan kaki di bumi. Akuntan publik diperlukan, tapi yang berpihak pada pengusaha kalangan menengah ke bawah. Begitu mungkin yang lebih adil untuk mewujudkan negara yang gemah ripah loh jinawi.

JEJAKKAN KAKI DI BUMI

PotensiMENGATASI STRESS

DALAM BEKERJAOleh : LK Budi Martini, SE.,MM.

Banyak orang akan mengalami stresS saat

mereka mendapatkan keadaan yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Banyaknya tugas dalam bekerja yang tidak diimbangi dengan keahlian atau kompetensi yang dimiliki serta kondisi fisik yang kurang bagus, menjadi salah satu faktor penyebab munculnya stress dalam bekerja. Kondisi ini jika dibiarkan berlarut-larut akan mengakibatkan ketegangan emosi serta menurunnya motivasi kerja dan kemampuan berfikir pada seseorang.

Munculnya stress kerja dipengaruhi oleh dua faktor

menyenangkan dengan rekan kerja, maupun menciptakan kondisi menyenangkan di lingkungan ruangan kerja. Berusaha ciptakan ruangan kerja yang sirkulasi udaranya mencukupi, cahaya yang cukup terang, dan bebas dari kebisingan yang dapat mempengaruhi kenyamanan kerja.

• Tanyakan kepada pimpinan maupun rekan kerja, jika kita tidak mengerti dengan tugas yang kita peroleh. Hal ini untuk mengurangi turunnya motivasi kerja yang sering muncul ketika seseorang menemukan jalan buntu karena tidak mengerti tugas kerja yang diperoleh.

• Lakukan kegiatan kecil untuk menyegarkan pikiran kita. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan sekadar berdiri atau berjalan sebentar ke luar ruangan, untuk menyegarkan pikiran yang sudah mulai lelah dengan pekerjaan.

• Sisihkan waktu untuk menyempatkan diri dengan berolah raga, karena kegiatan tersebut dapat meningkatkan kekuatan fisik kita, serta memperlancar aliran darah pada tubuh. Kesehatan fisik berpengaruh besar terhadap kesehatan jiwa kita.

• Dalam satu minggu sisakan satu hari libur. Hari libur sebaiknya jangan diisi dengan bekerja. Lebih baik gunakan untuk melakukan kegiatan yang kita senangi. Misalnya rekreasi, berwisata kuliner, pergi ke desa melihat pemandangan, melakukan perjalanan suci (tita yatra), pergi ke pantai, atau sekadar piknik kecil di mall terdekat bersama keluarga. Kegiatan ini dapat mengurangi tekanan serta beban pikiran yang dapat menyebabkan stress kerja.

• Lakukan kegiatan sosial atau kegiatan keagamaan di luar lingkungan kantor, sehingga kita dapat berinteraksi dengan rekan baru dan lingkungan yang baru pula. Hal ini untuk mengurangi rasa jenuh pada lingkungan kerja.

Dari beberapa cara yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa stress kerja dapat kita atasi dengan menciptakan lingkungan kerja senyaman mungkin, karena ketika kita sudah merasa nyaman, maka beban kerja akan dapat terasa lebih ringan.

LK Budi Martini, SE.MMDosen Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaras-wati Denpasar dan juga

seorang Instruktur Keprib-adian, Service Excellent, Komunikasi serta Etika

dan Kepribadiaan

Oleh : Geg Aniek

penting, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor kepribadian diri yang bersangkutan (personal). Faktor lingkungan kerja yang mengakibatkan stress biasanya dikarenakan hubungan antarrekan kerja yang tidak harmonis, komplain pedas dari para konsumen/nasabah/pelanggan, banyaknya tugas yang belum terselesaikan atau bisa juga dikarenakan kurangnya perencanaan kerja. Sedangkan faktor kepribadian diri yang dapat menimbulkan stress kerja antara lain pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan, atau bisa juga keadaan keluarga yang sedang tidak baik akan menjadi beban pikiran dalam menjalankan pekerjaan. Akibatnya jika kedua faktor tersebut menumpuk, dapat menimbulkan stress atau tekanan pada diri seseorang.

Sekecil apapun stress kerja yang dialami, akan mempengaruhi kualitas hasil kerja. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mencegah maupun mengatasi stress kerja yang sedang kita alami. Agar kualitas kerja yang dihasilkan juga tidak menurun, berikut beberapa tips sukses mengatasi stress kerja, yang dapat kita coba :• Atur dengan baik rencana kerja. Apa target kerja kita hari ini,

kapan waktu pengerjaannya, siapa saja yang bertanggung jawab dengan tugas tersebut, harus diatur sebelum kita memulai kerja, sehingga tugas menjadi jelas dan dapat terselesaikan tepat waktu tanpa tertunda dan menumpuk.

• Berusaha mencari solusi untuk setiap masalah kerja yang dihadapi, sehingga setiap masalah memiliki pemecahan. Tidak menumpuk menjadi beban besar dalam diri kita.

• Bangun suasana kerja yang menyenangkan.

Hubungan yang

Page 16: ETABLOID10

16 Galang Kangin

Edisi 10/OKTOBER 2011

Dalam tahap kehidupan manusia, upacara mepandes memiliki makna yang sangat dalam. Pada upacara mepandes ini,

gigi dikikir dan diratakan. Gigi yang dikikir yakni empat gigi seri dan dua gigi taring atas. Idealnya upacara potong gigi ini dilaksanakan sebelum seorang anak menikah, karena itu upacara ini juga sering disamakan sebagai proses memasuki usia dewasa.

Pemotongan enam gigi ini melambangkan simbol pengendalian terhadap Sad Ripu (enam musuh dalam diri manusia), meliputi kama (hawa nafsu), loba (rakus), krodha (marah), mada (mabuk), moha (bingung), dan matsarya (iri hati). Sad Ripu yang tidak terkendali akan membahayakan kehidupan manusia. Karenanya kewajiban setiap orangtua untuk menasehati anak-anaknya serta memohon kepada Hyang Widhi Wasa agar terhindar dari pengaruh Sad Ripu.

Sumber sastra mengenai upacara potong gigi adalah lontar Kala Pati, Kala Tattwa, Semaradhana, dan sang Hyang Yama. Dalam lontar Kala Pati

MEPANDES,MENUJU MANUSIA SEJATI

disebutkan bahwa potong gigi sebagai tanda perubahan status seseorang menjadi manusia sejati, yakni manusia yang berbudi dan suci sehingga kelak di kemudian hari bila meniggal dunia sang roh dapat bertemu dengan para leluhur di sorga Loka.

Lontar Kala Tattwa menyebutkan bahwa Bathara Kala sebagai putra Dewa Siwa dengan Dewi Uma tidak bisa bertemu dengan ayahnya di sorga sebelum taringnya dipotong. Oleh karena itu, manusia hendaknya menuruti jejak Bathara Kala agar rohnya dapat bertemu dengan roh leluhur di sorga.

Sementara dalam lontar Semaradhana disebutkan bahwa Bethara Gana sebagai putra Dewa Siwa yang lain dapat mengalahkan raksasa Nilarudraka yang menyerang sorgaloka dengan menggunakan potongan taringnya. Selain itu disebutkan bahwa Bethara Gana lahir dari Dewi Uma setelah Dewa Siwa dibangunkan dari tapa semadhinya oleh Dewa Semara (Asmara) namun kemudian Dewa Siwa menghukum Dewa Semara dengan membakarnya hingga menjadi abu.

Seni Budaya

Manusia selalu menginginkan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Berbagai cara dilakukan, mulai dari pendidikan

hingga seperti yang dilakukan masyarakat Hindu melalui berbagai upacara terutama manusa yadnya. Salah satu upacara manusa yadnya yang dilakukan yakni mepandes atau yang dikenal juga dengan istilah

metatah (potong gigi).

Alamat : Lingkungan Komplek Perumahan RSUP Dalung Permai Jln. Bhuana Graha I No. 5Br. Kedawas, Dalung

Hubungi : 081-339-584-422 ( Ibu Komang )

2 Kamar TidurRuang Keluarga

Ruang TamuDapur

Ruang MakanListrik 2200 W

Sumur Bor