Estimasi Box Jenkins

66
ESTIMASI MAKSIMUM LIKELIHOOD PADA MODEL ARIMA (1,1,0) BOX-JENKINS SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Oleh: Nama : Jumroh Nim : 4150401016 Program Studi : Matematika SI Jurusan : Matematika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005 i

Transcript of Estimasi Box Jenkins

Page 1: Estimasi Box Jenkins

ESTIMASI MAKSIMUM LIKELIHOOD PADA MODEL ARIMA (1,1,0)

BOX-JENKINS

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains

Oleh:

Nama : Jumroh

Nim : 4150401016

Program Studi : Matematika SI

Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

i

Page 2: Estimasi Box Jenkins

ABSTRAK

Jumroh, 4150401016. Estimasi Maksimum Likelihood Model ARIMA(1,1,0) Box-Jenkins. Skripsi , Matematika SI, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Negeri Semarang

Runtun waktu adalah himpunan observasi berurutan dalam waktu (atau dalam satuan yang lain). Runtun waktu dibedakan menjadi 2 yaitu runtun waktu stasioner dan runtun waktu nonstasioner. Runtun waktu nonstasioner yang telah distasionerkan dengan metode pembeda (diferensi) disebut proses ARIMA. Salah satu model ARIMA adalah ARIMA (1, 1, 0). Langkah selanjutnya setelah ditentukan model adalah mengestimasikan parameternya.

Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana bentuk fungsi Likelihood ARIMA (1, 1, 0) dan menetukan estimator parameter-parameter yang ada pada model ARIMA (1, 1, 0). Tujuannya adalah mempelajari cara mengkontruksi fungsi Likelihood model ARIMA (1, 1, 0) Box – Jenkins, selanjutnya menentukan estimator parameter-parameter yang ada pada model tersebut dengan metode estimasi maksimum Likelihood (EML). Sedangkan manfaatnya adalah menambah pengetahuan tentang estimasi maksimum Likelihood pada model ARIMA(1,1,0).

Pada penelitian ini prosedur yang digunakan adalah identifikasi masalah, perumusan masalah, analisis data dan penarikan kesimpulan. Dari data yang ada setelah diidentifikasikan model maka ditentukan nilai parameter-parameternya atau mengestimasinya dengan pendekatan estimasi maksimum Likelihood.

Pengkontruksian fungsi Likelihood dari model ARIMA (1, 1, 0) Box – Jenkins dapat dilakukan dengan asumsi kenormalan dan independensi di sesatan at, sehingga jika data observasi diketahui maka fungsi Likelihood untuk parameter-parameternya adalah ( )W,L 2

aσφ . Penerapan estimasi maksimum Likelihood dilakukan dengan cara meminimumkan fungsi jumlah kuadrat s(Φ) dari log fungsi Likelihood model ARIMA (1, 1, 0) Box – Jenkins. Menentukan estimator untuk parameter dengan EML menjumpai kesulitan karena bentuk

( )

j

1j

j

Mln21

Mφ∂

⎭⎬⎫

⎩⎨⎧∂

= adalah fungsi dari Φ yang cukup rumit. Untuk mengatasi

kesulitan ini di gunakan metode estimasi kuadrat terkecil dan diperoleh : ( )n

ˆSˆ 2 φσ =a dan dDˆ 1p−=φ 12

111 DD −=

Skripsi ini hanya membahas model ARIMA (1, 1, 0), disarankan kepada penulis lain untuk mempelajari lebih lanjut dengan cakupan yang lebih luas dengan mengambil model ARIMA (p, d, 0), ARIMA (0, d, q) dan ARIMA (p, d, q) dengan p > 1, g > 0, d > 1

ii

Page 3: Estimasi Box Jenkins

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “ Estimasi Maksimum Likelihood Model ARIMA (1, 1, 0)

Box – Jenkins” telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian Skripsi FMIPA

UNNES pada

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S, M.S Drs. Supriyono, M. Si

NIP . 1300781011 NIP . 130815345

Pembimbing Utama Ketua Penguji

Drs. Supriyono, M.Si Drs. Khaerun, M.S

NIP . 130815345 NIP.131813671

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji I

Walid, S. Pd, M. Si Drs. Supriyono, M.Si

NIP . 132299121 NIP . 130815345

Anggota Penguji II

Walid, S. Pd, M. Si

NIP . 132299121

iii

Page 4: Estimasi Box Jenkins

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“ … Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu

pengetahuan diantara kamu akan beberapa derajat (Q.S.Al-

Mujadalah:11)”

“ … Dan bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika

kamu tidak mengetahui (Q.S. An-Nahl :42)”

Jalanilah kehidupan ini dengan keimanan, kesabaran dan ketekunan.

PERSEMBAHAN

Kedua Orang tua

Kakak dan adik tersayang

Seseorang yang aku sayangi

Sahabatku dan teman-teman Mat’01

iv

Page 5: Estimasi Box Jenkins

KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang patut penulis panjatkan kehadirat Allah SWT selain

Alhamdu

hwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak

dapat me

NES yang telah memberikan

2. g telah memberikan

3. tika FMIPA UNNES dan pembimbing

4. d, M. Si pembimbing pendamping yang telah memberikan petunjuk

5. ang telah memberikan saran

6. awan Tata Usaha FMIPA UNNES yang telah membantu

7. yang aku sayangi yang selalu memberikan

8. semangat dan

9. pencarian buku-buku pustaka

isan

sripsi ini

lil-lahi robbil’alamin, karena hanya rahmat dan karunianya skripsi yang

berjudul “Estimasi Maksimum Likelihood Model ARIMA (1, 1, 0) Box –

Jenkins” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika,

Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari ba

nyelesaikan sendiri tanpa bantuan oranglain, dalam kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. A. T Soegito, SH, MM, Rektor UN

kesempatan untuk meneruskan pendidikan ke jenjang S1.

Drs. Kasmadi Imam, S, MS Dekan FMIPA UNNES yan

ijin untuk mengadakan penelitian ini.

Drs. Supriyono, M. Si Kajur Matema

utama yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam menyelesaikan

sripsi ini.

Walid S. P

dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bapak/Ibu Dosen Matematika FMIPA UNNES y

dan dorongan.

Bapak/Ibu kary

dalam menyelesaikan administrasi.

Orang tua, kakak, adik dan seorang

motivasi dan dukungan kepada penulis dalam mengikuti studi.

Sahabatku Afit, Tuti, Fitri dan Supardi yang telah memberikan

membantu dalam menyelesaikan sripsi ini

Mba Tami yang telah membantu dan dalam

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penul

v

Page 6: Estimasi Box Jenkins

Penulis hanya dapat memohon, semoga Allah SWT memberikan balasan

kebaikan dan barokah kepada pihak-pihak tersebut. Penulis menyadari bahwa

sripsi ini

Semarang, Oktober 2005

Penulis

masih banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu masukan berupa

saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan sripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga sripsi ini dapat bermanfaat dan

menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi pembaca.

vi

Page 7: Estimasi Box Jenkins

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i

ABSTRAK ....................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI.................................................................................................... vii

ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ......................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Permasalahan ………………………………………………... ... 2

C. Tujuan Penelitian …………………………………………….... 3

D. Manfaat Penelitian....................................................................... 4

E. Sistematika Skripsi ...................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................ 7

A. Konsep Dasar Analisis Runtun Waktu ........................................ 7

1. Stasioner dan Takstasioner.................................................... 8

2. Fungsi Autokovariansi .......................................................... 10

3. Autokorelasi .......................................................................... 11

4. Autokorelasi Parsial .............................................................. 12

5. Metode Box-Jenkins ............................................................. 13

B. Model Runtun Waktu .................................................................. 16

vii

Page 8: Estimasi Box Jenkins

1. Model Runtun Waktu Stasioner ............................................ 17

2. Model Rntun Waktu Nonstasiomer....................................... 29

C.

AB III ME

B.

AB V

Tijauan Distribusi Normal Multivariate ...................................... 33

1. Fungsi Densitas Normal Multivariate Bersama .................... 33

2. Fungsi Likelihood dan Estimasi Maksimum Likelihood ..... 34

B TODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 38

A. Studi Pustaka ............................................................................... 38

B. Perumusan Masalah..................................................................... 38

C. Analisis dan Pemecahan Masalah................................................ 38

D. Penarikan Kesimpulan................................................................. 38

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 40

A. Inferensi Selisih Pertama Runtun Waktu..................................... 40

1. Menentukan Selisih Pertama Runtun WAktu ...................... 40

2. Fungsi Likelihood Model ARIMA(p,d,o)............................. 45

3. Fungsi Likelihood Model ARIMA (1,1,0)............................ 49

Estimasi Maksimum Likelihood pada Model ARIMA(1,1,0)..... 51

B SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 58

viii

Page 9: Estimasi Box Jenkins

ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

AR (p) : Autoregresif Orde p

q

R (p) dan MA (q)

verage process, yaitu model

ang independent

akukan differensi

ri fungsi P (.)

.) dengan bilangan pokok “e”

t dan Zt-k

kovariansi

)

MA (q) : Moving average orde

ARMA (p, q) : Campuran antara A

ARIMA (p, d, q) : Autoregresif Integrated Moving a

runtun waktu stasioner (p, d, q) setelah dilakukan deferensi tingkat

Zt = Runtun Waktu Stasioner

At : Garisan variabel random y

Wt = Zt . Zt-1 : runtun waktu stasioner setelah dil

P (.) : Fungsi densitas probabilitas

P (.I.) : dist bersama bersyaratan da

L (.I.) : fungsi Likelihood

I (.I.) : Logaritma dari L (.I

E (Zt) = μ : Nilai tengah dari runtun Zt

Τa2 : Variasi dari runtun Zt

Cov (Zt, Zt-k) : Kovariansi Z

Γk : Kovariansi dari runtun Zt

γk, k = 0, 1, ….) : fungsi auto

ρk : autokorelasi dari runtun Zt pada lag k

ρk, k = 0, 1, ….. fungsi autokorelasi (fak

ρ = rk = estimasi fungsi autokorelasi

kγ = Ck : estimasi fungsi autokovariansi

ix

Page 10: Estimasi Box Jenkins

Φk, k = 1, 2, ….. : fungsi autokorelasi parsial (fakp)

i

sformasikan dt ke tt

σ

BZt = Zt-1 : Operator backshift (B)

∇ Zt = Zt – Zt-1 : Operator diferens

ψ (B) : Operator Linier yang mentran

S (Φ) : fungsi jumlah kuadrat untuk Φ

φ :Estimator untuk parameter Φ

2a : estimator untuk parameter 2ˆ aσˆ

( )Bpφ : operator autoregresif sta nsio er tingkat p

λ(B) : Operator autoregresif berubah

x

Page 11: Estimasi Box Jenkins

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

adalah himpunan observasi beraturan dalam waktu

(atau da

ang sebagai suatu realisasi dari

proses s

,…,Zt+r mempunyai fkp bersama

p(Zt1,…

Suatu runtun waktu

lam dimensi apa saja yang lain). Jika pengalaman yang lalu, keadaan

yang akan datang dapat diramalkan secara pasti, maka runtun waktu itu

dinamakan deterministik, dan tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

Sebaliknya jika pengalaman yang lalu hanya bisa menunjukkan struktur

probabilitas keadaan yang akan datang suatu runtun waktu, maka runtun waktu

semacam ini dinamakan stokastik (statistik).

Runtun waktu statistik dapat dipand

tatistik (stokastik). Biasanya tidak mungkin diperoleh realisasi yang

lain suatu proses statistik, yaitu tidak dapat diulang kembali keadaan untuk

memperoleh himpunan observasi serupa seperti yang telah dikumpulkan.

Selanjutnya, misalkan Z1,Z2,…,Zn adalah observasi yang telah

diidentifikasikan suatu model yang diperkirakan telah menghasilkan observasi

itu. Dengan demikian Zt dapat dipandang sebagai suatu realisasi dari suatu

variable random Zt yang mempunyai distribusi dengan fungsi densitas

probabilitas (fdp) tertentu, misalnya p(Zt).

Setiap himpunan Zt., misalnya Zt

,Ztr), jika suatu proses statistik mempunyai fkp bersama

p(Zt+n1,…,Zt+nm) yang independen dengan t, sebarang pilihan n1,n2,…,nm yang

mempunyai struktur probabilistik tidak berubah dengan berubahnya waktu.

xi

Page 12: Estimasi Box Jenkins

Proses seperti ini dinamakan stasioner, jika tidak demikian maka proses itu

dinamakan tak stasioner. Apabila definisi kondisi ini berlaku dengan

pembatasan m≥p, dengan p bilangan bulat positif, maka stasioneritas itu

dinamakan stasioner tingkat p.

Untuk proses Gaussian yang didefinisikan dengan sifat bahwa fkp

yang be

ijumpai

dalam p

akstasioneran, maka perlu

dilakuk

rkaitan dengan sebarang himpunan waktu adalah normal multivariate,

stasioneritasnya hanya memerlukan stasioneritas tingkat dua. Dengan demikian

biasanya cukup puas dengan stasioneritas tingkat dua, yang dinamakan

stasioneritas lemah dengan mengharapkan asumsi normalitas berlaku.

Runtun waktu yang stasioner pada umumnya jarang sekali d

raktek, namun stasioneritas merupakan asumsi yang sangat bermanfaat

dalam mengestimasi runtun waktu. Pada tahun 1970-an Box-Jenkins

membahas tentang model runtun waktu klasik, termasuk didalamnya model

autoregresif klasik. Dalam perkembangannya model autoregresif itu

mempunyai dua macam yakni model autoregresif yang stasioner dan model

autoregresif yang tidak stasioner(nonstasioner). Pada runtun waktu yang

stasioner biasanya bisa langsung dilakukan estimasi terhadap parameter-

parameter yang ada, tetapi untuk model runtun waktu yang tidak stasioner

perlu dilakukan langkah untuk menjadikan runtun waktu itu stasioner dulu,

kemudian mengestimasi parameter-parameternya.

Jika data asli menunjukan adanya ketid

an transformasi, apabila ragam runtun aslinya telah stasioner tetapi nilai

tengah runtun menunjukan keadaan yang tidak stasioner, maka untuk

xii

Page 13: Estimasi Box Jenkins

menghilangkan ketidakstasioneran itu digunakan metode pembeda (diferensi).

Cara ini akan membuat runtun waktu selisih (derajat tertentu) nilai-nilai yang

beurutan dari runtun aslinya Zt (ditulis Wt=Zt-Zt-1) menjadi stasioner, yang

dipandang bahwa Zt sebagai integrasi runtun waktu Wt yang dikenal sebagai

proses autoregresife integrated moving average (ARIMA), sehingga ketentuan

yang berlaku pada proses ARMA barlaku pula untuk proses ARIMA.

Proses ARIMA yang tidak mempunyai proses moving average disebut

ARI(p,d

un waktu yang tidak stasioner dikelompokan menjadi dua

yaitu m

) atau ARIMA (p,d,0). Model ini mempunyai beberapa macam model,

diantaranya model autoregresif atau ARIMA(1,d,0), (2,d,0), (1,1,0), (2,1,0),

(2,2,0) dan (p,d,0).

Model runt

odel runtun waktu tak stasioner (nonstasioner) homogen dan runtun

waktu tak stasioner (nonstasioner) tak homogen. Runtun waktu nonstasioner

yang homogen ditunjukkan oleh selisih (perubahan) nilai-nilai yang berurutan

adalah stasioner. Proses runtun waktu ARIMA (1,1,0) Box-Jenkins klasik

ditulis dalam bentuk:

( ) ta=μ

Z1, Z2 , …, Zn adalah sekumpulan observasi dan

telah d

tZBB −−−φ 1)1( 1

Selanjutnya misalkan

iidentifikasikan suatu model yang diperkirakan telah menghasilkan

observasi itu, dengan memandang observasi itu sebagai variabel random yang

diambil dari distribusi bersama ),,/( 21 aWp σμφ , dengan 1φ , μ dan

2σ adalah parameter-parameter y etahui, sed g a ang tidak dik an kan W

unjukan barisan atau vektor yang stasioner dan merupakan selis men ih

xiii

Page 14: Estimasi Box Jenkins

observasi di atas. Dari fungsi bersama tersebut dapat ditentukan estimasi

maksimum likelihoodnya.

Dari uraian di atas, penulis tertarik ingin mengadakan penelitian

tentang

B.

rkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji

dalam

C.

an penelitian ini adalah :

a. M uk fungsi likelihood dari model

b. r yang ada pada model

D. Manfaat Penelitian

iharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bag yang

2. t memberikan sumbangan pengetahuan dan

estimasi maksimum likelihood model ARIMA (1,1,0)

Permasalahan

Berdasa

penelitian ini adalah : Bagaimana cara menentukan nilai-nilai

parameter pada model ARIMA (1,1,0) yang homogen dengan

menggunakan metode maksimum likelihood ?

Tujuan Penelitian

Adapun tuju

empelajari cara mengkontruksi bent

aoutoregresif, khususnya model ARIMA (1,1,0)

Menentukan estimator untuk parameter-paramete

ARIMA (1,1,0) dengan menggunakan metode estimasi maksimum

likelihood

Penelitian ini d

i peneliti diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan

lebih luas terutama yang berkaitan dengan masalah estimasi model

ARIMA (1,1,0) Box-Jenkins.

Secara umum diharapkan dapa

gambaran tentang estimai model ARIMA (1,1,0) Box-Jenkins.

xiv

Page 15: Estimasi Box Jenkins

E. Sistematika Skripsi

Secara garis besar skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian

awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Bagian awal terdiri dari halaman judul, abstrak, halaman

pengesahan,halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar

tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

Bagian isi terdiri dari

BAB I : Pendahuluan

Mengemukakan tentang alasan pemilihan judul, permasalahan,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan

skripsi.

BAB II : Landasan Teori

Menguraikan tentang konsep dasar analisis runtun waktu dan

tinjauan distribusi normal multivariate serta fungsi likelihood.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian

yang meliputi studi pustaka, perumusan masalah, analisis dan

pemecahan masalah serta penarikan kesimpulan.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Membahas tentang penentuan selisih proses autoregresif tak

stasioner sehingga menjadi stasioner. Selanjutnya membahas

tentang fungsi likelihood untuk model ARIMA (1,1,0) dan

model-model autoregresif, serta estimasi maksimum likelihood

pada autoregresif (ARI) dan estimasi likelihood pada model

autoregresif Box-Jenkins yang homogen.

BAB V : Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab

sebelumnya dan saran-saran yang diberikan peneliti berdasarkan

simpulan yang diambil.

xv

Page 16: Estimasi Box Jenkins

Adapun bagian akhir dari skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-

lampiran yang mendukung skripsi.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Analisis Runtun Waktu

Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa definisi yang menyangkut

pengertian dan konsep dasar analisis runtun waktu.

Definisi 1

Runtun waktu adalah himpunan observasi terurut dalam waktu atau dalam dimensi lain. (Zanzawi, 1987 : 2.2).

Dalam pembahasan ini runtun waktu dinotasikan dengan Zt , jika t∈A, dengan A bilangan asli, maka Zt

adalah berupa runtun waktu diskrit, sedangkan jika t∈ℜ , dengan ℜ bilangan real, maka Zt adalah runtun waktu kontinu. Jika runtun waktu didasarkan terhadap sejarah nilai observasi itu diperoleh, maka runtun waktu dapat dibedakan antara runtun waktu deterministik dan stokastik.

Definisi 2

Runtun waktu deterministik adalah runtun waktu dengan nilai observasi yang akan datang dapat diramalkan secara pasti berdasarkan observasi lampau. (Zanzawi, 1987 : 2.2).

Definisi 3

xvi

Page 17: Estimasi Box Jenkins

Runtun waktu stokastik adalah runtun waktu dengan nilai observasi yang akan datang bersifat probabilistik, berdasarkan observasi yang lampau. (Zanzawi, 1987 : 2.2).

1. Stasioner dan Takstasioner

Himpunan obsevasi dari runtun waktu stokastik yang telah didapat tidak akan diperoleh kembali dengan mengadakan proses stokastik yang lain, sebab runtun waktu stokastik merupakan suatu realisa dari suatu proses statistik (stokastik), sehingga untuk sebarang Zt dapat dipandang sebagai suatu realisa dari suatu variabel random Zt yang mempunyai distribusi dengan densitas probabilitas (fdp) tertentu, sebut p(Zt ). Setiap himpunan Zt , misalnya Zt,Zt,....,Ztmempunyai fdp bersama pZt,Zt,....,Zt, sehingga dari uraian di atas dapat di turunkan definisi proses stasioner dan proses tak stasioner.

Definisi 4

Jika suatu proses stokastik yang mempunyai fkp bersama P(Zt + n1, Zt + n2, Zt + n3, . . ., Zt + nk) yang independen terhadap t, sebarang bilangan bulat k dan sebarang pilihan n1, n2, . . ., nk dengan sifat bahwa struktur probabilistiknya tidak berubah dengan berubahnya waktu, maka proses seperti ini dinamakan stasioner. Jika tidak demikian dinamakan tidak stasioner.(Zanzawi, 1987: 2.4)

Jika hal tersebut berlaku tetapi dengan pembatasan m ≤ p, dimana

p bilangan bulat positip, maka stasioneritas itu kita namakan stasioneritas

tingkat p. Selanjutnya jika runtun waktu Zt stasioner, maka nilai tengah

(mean), variansi, dan covarian runtun waktu tersebut tidak dipengaruhi

oleh berubahnya waktu pengamatan, sehingga:

Nilai tengah: ( ) ( )nttz ZEZE +==μ

Variansi : ( ) ( )222zntztz ZZE μμσ −=−= +

Covarians : ( )( )zktztk ZZE μμγ −−= +

= ( )( )zkmtzmt ZZE μμ −− +++

untuk t,m,ksebarang.

Dengan kata lain : jika Zt stasioner maka distribusi probabilitas

pada sebarang waktu t1,t2,...,tm harus memiliki distribusi yang sama pada

waktu t1+k,t2+k,...,tm+k , dengan k sebarang pergeseran sepanjang sumbu

waktu. Untuk m=1, maka p(Zt) = p(Zt+k), sehingga distribusi marginal

tidak bergantung waktu, yang menyebabkan E(Zt)=μ dan Var(Zt)= 0γ .

xvii

Page 18: Estimasi Box Jenkins

Untuk proses normal ( Gaussian) yang didefinisikan dengan sifat

bahwa fdp yang berkaitan dengan sebarang waktu adalah normal

multivariate, stasioneritasnya hanya memerlukan stasioner tingkat dua,

sehingga biasanya cukup puas dengan stasioner tingkat dua, yang disebut

dengan stasioner lemah, dengan mengharapkan asumsi normal berlaku.

Mengingat definisi 4 di atas, maka runtun waktu dapat

dikelompokan menjadi dua yaitu : i) runtun waktu stasioner dan ii) runtun

waktu tak stasioner. Untuk runtun waktu tak stasioner dibedakan menjadi

dua yaitu runtun waktu tak stasioner homogen dan runtun atau tak

stasioner tak homogen. Berdasarkan uraian ini maka dapat diturunkan

definisi di bawah ini .

Definisi 5

Runtun waktu tak stasioner yang homogen adalah yang waktu yang

selisih (perubahan) nilai-nilai yang berurutan stasioner. (Zanzawi,

1987: 4.2)

Berdasarkan definisi 5, maka dapat dikatakan bahwa runtun waktu

tak stasioner homogen adalah runtun waktu yang mempunyai selisih

derajat tertentunya adalah stasioner. Dalam skripsi ini runtun waktu yang

homogen yang akan menjadi objek penelitian.

2. Fungsi Autokovariansi

xviii

Page 19: Estimasi Box Jenkins

Telah diperoleh bahwa dalam proses stasioner lemah mean proses

itu menyebabkan E[Zt]=μ , variansi proses itu V(Zt)= Oγ cov(Zt ,

Zt+k)= kγ , dengan μ dan kγ untuk semua k adalah konstan. Dalam hal ini

μ adalah mean proses itu dan kγ adalah autokovarian pada lag k. Pada

proses stasioner lemah variansinya adalah konstan, yaitu :

V(Zt)= =2zσ Oγ

Juga untuk semua bilangan bulat k k−γ = kγ , dan juga karena :

ktktktt ),Cov(Z),Cov(Z)Z, Z( Cov γ=== +++ ktt ZZ (2.1)

Sehingga yang perlu ditentukan adalah kγ untuk semua k≥0.

Definisi 6

Himpunan kγ :k=0,1,2,3,... disebut fungsi autokovariansi.

(Zanzawi ,1987:2.5)

Definisi 7

Autokorelasi pada lag k ditulis dengan :

( )( ) ( ) ( ) 0

k

21

0021

k-tt

k-ttk

,ZV,ZV

Z,Zcovγγ

γγ

γρ === k (2.3)

(Zanzawi, 1987: 2.5)

Definisi 8

Himpunan 0,1,2,...k :k =ρ dengan 0ρ =1 disebut fungsi

autokorelasi (fak)

3. Autokorelasi

xix

Page 20: Estimasi Box Jenkins

Dari suatu runtun waktu yang stasioner Z1,Z2,...,Zn, mean μ dan

fungsi autokovariansi kγ : k=0,1,2,...dapat diestimasi dengan

menggunakan statistik :

∑=

==n

1ttZ

n1 Z μ

( )( )ZZZZn1C ˆ k-t

n

1ttk −−== ∑

=

γ untuk k=0,1,2

Unrtuk mendapatkan harga estimasi yang cukup baik biasanya diperlukan

n>50, dan harga Ck yang dibutuhkan sekitar k<n/4. Nilai kρ diestimasi

dengan 0

kkk C

Crˆ ==ρ (2.2)

Untuk proses normal yang stasioner, rumus Bartlett menanyakan bahwa

dengan mengganggap kρ =0 untuk semua k>0 diperoleh :

∑+=

≈k

skis-i1-kk N

1)r,Cov(r ρρ i

dengan mengambil s=0, maka untuk k>K

( ) ∑−=

≈k

kiik N

rV 21 ρ (2.3)

Untuk N yang sangat besar jika 0=kρ maka rk mendekati distribusi

normal. Dalam prakteknya iρ dapat diganti dengan ri sehingga menjadi:

xx

Page 21: Estimasi Box Jenkins

( )2k

22

210kk-

21k-

2k-

2

k

-ki

2ik

r...rrr...rrN1 N1)V(r

+++++++=

=++

=∑ρ

dengan 1r0

000 ===

γγ

ρ , maka diperoleh

⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛+= ∑

=

k

1i

2ir21

N1

Jadi ( ) ⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛+≈ ∑

=

k

1i

2ik r21

N1rV (2.4)

Sedangkan akar positif adalah sesatan standar rk untuk lag besar, sehingga

( )kk rV)SE(r ≈

4. Autokorelasi Parsial

Fungsi Autokorelasi parsial (fakp) dinotasikan dengan

,...2,1: =kkk φ , yakni himpunan autokarelasi parsial untuk lag k

didefinisikan sebagai berikut :

k

kkk

−=

ρ

ρφ

*

(2.5)

dengan k−ρ : matriks autokorelasi kxk dan : matriks autokorelasi

dengan kolom terakhir diganti dengan

*kρ

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

3

2

1

.

.

.

ρ

ρρ

Nilai estimasi diperoleh dengan mengganti dengan rkkφ iρ i.

xxi

Page 22: Estimasi Box Jenkins

Untuk lag yang cukup besar dimana fakp menjadi sangat kecil nilainya

hingga mendekati nol ( 0=ir ) dari persamaan (2.3) maka diperoleh

persamaan :

Var ( )kkφN1

Untuk N besar dianggap mendekati distribusi normal. kkφ

5. Metode Box-Jenkins

Analisis runtun waktu Zt yang dikembangkan menurut metode

Box-Jenkins menggunakan dua operator, yaitu operator backshift B dan

operator differensi∇ . operator backshift B didefinisikan sebagai:

BZt = Zt – 1

Sedangkan operator differensi ∇ dideffinisikan sebagai:

Z∇ t = Zt – Zt – 1

sehingga kedua operator mempunyai hubungan:

∇ . Zt = Zt – Zt – 1

= Zt – BZt

= (1 – B) Zt, jadi ∇ = (1 – B)

Adapun model proses stokostik yang sering digunakan adalah bentuk:

ϕ (B) Zt = θ (B) at (2.6)

Dengan ϕ (B) dan θ (B) adalah polinomial dan at: t = 1,2,3.....

adalah barisan variabel random independen dan distribusi normal dan

dengan E[at] = 0, var [at] = E [at2] = σ2 serta Cov (at, at-k) = 0;

xxii

Page 23: Estimasi Box Jenkins

at:t=1,2,3,....... merupakan suatu runtun getaran yang dibangkitkan oleh

proses white noise (gerakan random).

Persamaan (2.6) dapat ditulis dengan bentuk:

Zt = taBB

)()(

φθ atau

Zt = taB)(Ψ

Dengan = taB)(Ψ taBB

)()(

φθ , dengan demikian Zt dapat dipandang sebagai

runtun yang dihasilkan dengan melewatkan proses white noise at

melalui kombinasi linear (filter linear) dengan fungsi transfer .

Kondisi ini menunjukkan operasi linear filter yang mempresentasikan

runtun waktu sebagai hasil dari linear filter jumlah tertimbang dari

observasi sebelumnya, yakni

)(BΨ

Zt = µ + at + Ψ 1at-1 + Ψ 2at-2 + Ψ 3at-3 + .........

Zt = µ + (B)aΨ 1 (2.7)

Dengan (B) = 1 + ZΨ t = Ψ 1 (B) + Ψ 2 (B) + Ψ 3 (B) + ........

adalah operator linear yang mentransformasikan at ke Zt merupakan

fungsi transfer atau filter.

Atau dapat ditulis dalam bentuk:

Zt - µ = at + Ψ 1at-1 + Ψ 2at-2 + Ψ 3at-3 + .........

tZ = (2.8) ∑∞

=−Ψ+

1jjtjt aa

dengan tZ μ−= tZ .

xxiii

Page 24: Estimasi Box Jenkins

Bentuk ini merupakan devisa proses itu dari titik referensi, atau

meannya jika proses itu stasioner. Barisan itu biasanya disebut proses white-

noise atau random shocks.

Selanjutnya dari persamaan tersebut diperoleh :

E(Zt) = µ

(2.9) ∑∞

=

Ψ=−==0

222)()(j

tto jZEZV σμγ

dengan menggunakan nilai E(at-i,at-j)

( )( )kttk ZZ −−= μγ (2.10)

( )( )

( )

∑∞

=+

+

−−−−−=−−−

ΨΨ=

+ΨΨ+Ψ=

+Ψ+Ψ+Ψ++Ψ+Ψ+=

0

2

212

111122111

........1

...........

jkjj

kk

ktktktkktktt aaaaaaaE

σ

σ

sehingga persamaan autokorelasi pada lag k dapat ditulis dalam bentuk :

0

0

2

0

γγ

ρ k

jj

jkjj

k =Ψ

ΨΨ=

∑∞

=

=+

(2.11)

jika jumlah bobot Ψ j tak hingga, maka diasumsikan bahwa bobot itu

konvergen secara absolute atau jΨ < ∞ . Sebagai contoh jika

01 =Ψ−=Ψ jdanφ untuk j>1. maka proses white-noise dapat ditulis

menjadi :

1−−=− ttt aaZ φμ (2.12)

xxiv

Page 25: Estimasi Box Jenkins

Secara umum untuk jj φ−=Ψ maka persamaan persamaan white-

noise menjadi :

...........22

1 +++=− −− tttt aaaZ φφμ

( )

( ) tt

tttt

aZ

aaaa

+−=

++++=

−−−

μφ

φφφ

1

22

21 .....

Model ini dalam runtun waktu dikenal dengan model autoregresif tingkat

(orde) satu, selanjutnya untuk memenuhi keadaan stasioner maka φ < 1 .

B. Model Runtun Waktu

Model Runtun waktu dapat dikelompokan menjadi dua yaitu (1)

kelompk runtun waktu stasioner, dan (2) kelompok runtun waktu tak

stasioner(nonstasioner). Kelompok runtun waktu pertama meliputi proses

autoregresif, untuk orde p ditulis AR(p), moving average untuk orde q ditulis

MA(q), dan model campuran autoregresif-moving average, jika masing-

masing berorde p dan q maka model ini ditulis ARMA (p,q).

Sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok runtun waktu yang

banyak dijumpai dalam praktek, dalam hal ini runtun waktu nonstasioner yang

mempunyai selisih (derajat tertentu) nilai-nilai yang berurutan dari runtun

aslinya Zt yaitu Zt-Zt-1=Wt adalah stasioner. Dalam proses ini Zt dipandang

sebagai integrasi runtun Wt , yang dikenal dengan autoregressive integrated

moving average proses (ARIMA), sehingga ketentuan yang berlaku pada

model ARMA berlaku pula pada model ARIMA. Suatu runtun waktu

xxv

Page 26: Estimasi Box Jenkins

nonstasioner setelah diambil selisih ke-d menjadi stasioner yang mempunyai

model AR(p) dan model MA(q) ditulis dengan ARIMA(p,d,q).

Kedua kelompok model runtun waktu tersebut, dapat dipandang

sebagai model ARIMA, dengan melihat nilai p,q dan tingkat selisih d: nilai

untuk d model stasioner adalah 0. Sehingga untuk model stasioner AR(p)

dapat ditulis ARIMA (p,0,0), model stasioner MA(q) dapat ditulis

ARIMA(0,0,q) dan model stasioner ARMA (p,q) dapat ditulis ARIMA(p,0,q)

uraian untuk masing-masing kelompok model runtun waktu dibahas pada

bagian berikut ini.

1. Model Runtun Waktu Stasioner

a. Proses-proses Autoregresif

1) Proses auotoregresif Orde 1[AR(1)]

Model AR(1) telah dikemukakan pada bagian (2.7), oleh karena itu

pembahasan pada bagian ini mengacu model (2.12) yang dapat ditulis

dalam bentuk

( ) t1-tt aZ~Z~ =−φ dengan μ−= tt ZZ~ (2.13)

Jika operator Backshift B diterapkan pada model (2.13) maka dapat ditulis

menjadi :

ttt aZZ += −1φ (2.14)

( )

( )

Μtttt

tttt

ttt

ttt

aaZ

aaaZ

aaaZ

aaZ

+++=

+++=

++=

++=

−−−

−−−

−−

−−

122

33

1232

122

12

~

~

~

~

φφφ

φφφ

φφ

φφ

xxvi

Page 27: Estimasi Box Jenkins

Sehingga diperoleh bentuk

...~4433221 +++++= −−−− tttttt aaaaaZ φφφφ (2.15)

Jika operator B diterapkan pada persamaan (2.15) maka diperoleh bentuk

tttttt aaaaaZ ...)BBBB1(~4

443

332

2211 +++++= −−−− φφφφ

( ) ta1B1 −−= φ

dengan ( ) ( )...BBB1B1 33

22

1 ++++=− − φφφφ

Dalam pernyataan ini harus dicatat bahwa 1<φ yang merupakan

syarat stasioner. Selanjutnya untuk memudahkan penulisan diambil 0=μ

sehingga tt ZZ =~ dan 11~

−− = tt ZZ , dengan demikian persamaan (2.14)

dapat ditulis menjadi

ttt aZZ += −1φ (2.16)

2) Proses Autoregresif Order 2[AR(2)]

Model AR(2) dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan

model AR(1) dari persmaan (2.9), sehingga diperoleh :

(2.17) ttt aaaZ ++= −− 221 φφ

dengan menggunakan operator backshift B. Bentuk persamaan (2.17)

dapat ditulis bentuk :

tt aZ =−− )BB1( 221 φφ (2.18)

3) Proses Autoregresif Order p[AR(p)]

Bentuk AR(p) diperoleh cara yang sama pada AR(1) dan AR(2),

sehingga model autoregresif tingkat p adalah :

xxvii

Page 28: Estimasi Box Jenkins

tptpttt aaZZZ ++++= −−− φφφ ...2211

Terlihat bahwa model AR(p) dapat dipandang sebagai data Zt yang

diregresikan pada p nilai Zt yang lalu, dalam hal ini pengamatan yang

lalu yaitu Z1,Z2,...,Zt-p.

Jika operator backshift B diterapkan pada proses ini maka model (2.18)

dapat ditulis dalam bentuk :

ttp

p aZ =−−−− )B...BB1( 221 φφφ

atau ( ) tt aZB =φ

dengan ( ) ppB...B1B 2

21 φφφφ −−−−=

b. Autokorelasi Proses-proses Autoregresif

1) Autokorelasi Proses-proses AR(1)

Dalam penelitian ini akan dibahas dua cara untuk mencari

autokorelai dengan menggunakan pendekatan yang berbeda .

Cara pertama adalah cara penggunaan langsung (2.9) dan (2.10)

dengan sehingga diperoleh ji φψ =

∑∞

=

=0

220

ijψσγ

( )

2

2

22

422

2

0

2

1

11

...1

φσ

φσ

φφσ

φσ

−=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

=

+++=

= ∑∞

=

j

j

xxviii

Page 29: Estimasi Box Jenkins

dengan 1<φ

kji

jk +

=∑= ψψσγ

0

22

k=0,1,2,3,.... ∑∞

=

+=0

2

j

kjjφφσ

( )

2

2

422

1

...1

φφσ

φφφσ

−=

+++=k

k

dengan 1<φ

sehingga fungsi autokorelasinya adalah :

( )2

2

2

2

0

11 σ

φφφσ

γγ

ρ −⋅

−==

kk

k

dengan k=0,1,2,3,... kφ=

Cara kedua merupakan cara dengan pendekatan yang dapat

digunakan secara umum untuk proses yang lain. Cara ini diperoleh dari

persamaan (2.16) ttt aZZ += −1φ

yaitu dengan mengganti Zt-k pada persamaan (2.16) kemudian

mengambil harga harapannya (Box-Jenkins :1976), maka diperoleh:

E(Zt,Zt-k)=φ E(Zt-1,Zt-k) + E(at Zt-k)

( )kttkk ZaE −− += 1φγγ

dengan ( ) ( ) ⋅⋅⋅+++= −−− 22

1 ttttktt aaaaEZaE φφ

karena untuk nilai

k=0 ( ) ( ) ⋅⋅⋅+++= −−− 22

1 ttttktt aaaaEZaE φφ = dan 2σ

xxix

Page 30: Estimasi Box Jenkins

k>0 ( ) ( ) ⋅⋅⋅+++= −−− 22

1 ttttktt aaaaEZaE φφ =0

maka diperoleh

21

210 σφγςφγγ +=+= −k

1−= kk φγγ dengan k=1,2,3,... (2.19)

subsitusikan 01 φγγ = ke persamaan (2.19) diperoleh :

2

2

0 1 φφσγ

−= dan 2

2

1 1 φφσγ

−= (2.19a)

pembagian (2.19) yaitu

10

1

0

1

0−

−− ==== kkkk

k φργγ

φγφγ

γγ

ρ

jadi 1−= kk φρρ untuk k=1,2,3,...

2) Autokorelasi Proses AR(2)

Autokorelasi pada proses AR(2) diperoleh dengan menggunakan

pendekatan cara kedua pada AR(1), yaitu :

Persamaan pada (2.17) dikalikan dengan Zt-k kemudian diambil harga

harapannya, sehingga diperoleh :

( ) ( ) ( ) ( )kttkttkttktt ZaEZZEZZEZaE −−−−−− ++= 2211 φφ

atau ( )kttkkk ZaE −−− ++= 2211 γφγφγ

dengan Zt-k bergantung terhadap at-k,at-k-1,...

sehingga diperoleh

( )⎩⎨⎧

==

=− ,.....2,1....,00........,2

kuntukkuntuk

zaE kttσ

untuk k=0 22211

222110 σγφγφσγφγφγ ++=++= −−k

xxx

Page 31: Estimasi Box Jenkins

2211 −− += kkk γφγφγ untuk k>0 (2.20)

dan autokorelasinya adalah

0

22

0

11

0

2211

0 γγ

φγγ

φγ

γφγφγγ

ρ −−−− +=+

== kkkkkk

(2.21) 2211 −− += kk ρφρφ

Bentuk persamaan diferensinya dari persamaan (2.21) adalah

0)1( 221 =−− kBB ρφφ

untuk k=1, bentuk (2.21) menjadi 12`112011 ρφφρφρφρ +=+= −

sehingga `1121 φρφρ =− −

`121 )1( φφρ =− maka 2

11 1 φ

φρ

−= untuk k=2, persamaan (2.21) menjadi

21`1021012 φρφρφρφρ +=+= −

22

21

22

11

1

1

φφ

φ

φφ

φφ

+−

=

+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

=

Untuk lag k yang lain, digunakan persamaan (2.20) dalam menghitung

kρ secara rekursif (berulang), dengan langkah sebagai berikut :

2

0

202

0

1010 σ

γγ

γφγγ

γφγ ++=

222110 )1( σρφρφγ =−− (2.22)

xxxi

Page 32: Estimasi Box Jenkins

dengan subsitusi 1ρ dan 2ρ pada persamaan (2.22), maka diperoleh

variansi untuk Zt sebagai berikut :

22

2

21

21

110 ))

1(

11( σφ

φφ

φφφ

φγ =+−

−−

222

2

212

1

12

0 )11

1( σφφφφ

φφγ =+

−−

−−

( ) 2

2

222

212

212

0 111

σφ

φφφφφφγ =⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

−−−−−

( )( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

−−+−

==2

12

21

221

02

11)1(

φφφσφ

γσ z

supaya setiap faktor dalam penyebut positif haruslah :

1;1;1 21212 <+−<+<− φφφφφ

yang memberikan daeerah stasioner, ini berarti 12 <φ

3) Autokorelasi Proses AR(p)

Autokorelasi untuk AR(p) sejalan dengan proses AR sederhana

dengan cara kedua, yaitu dengan mengalikan persamaan (2.18) dengan

Zt-k dan selanjutnya harga harapannya, maka diperoleh :

( ) ( ) ( ) ( ) ( )kttktptpkttkttktt ZaEZZEZZEZZEZZE −−−−−−−− ++++= φφφ ..2211

( )kttpkpkkk ZaE −−−− ++++= γφγφγφγ ...2211

karena untuk k=0 nilai E(at Zt-k)= , k>0 nilai E(a2σ t Zt-k)=0, maka

diperoleh

xxxii

Page 33: Estimasi Box Jenkins

22211 ...

0σγφγφγφγ ++++= pp

pkpkkk −−− +++= γφγφγφγ ...2211 (2.23)

dari persamaan pertama (2.23) dengan cara yang sama pada proses

autoregresif tingkat dua, maka diperoleh :

ppρφρφρφσγ

−⋅⋅⋅−−−=

2211

2

0 1

Autokorelasi diperoleh dari kedua persamaan (2.23) yaitu :

pkpkkkk

−−− +⋅⋅⋅++== ρφρφρφργγ

22110

untuk k>0 (2.24)

Dengan p persamaan pertama dari persamaan (2.24) dikenal sebagai

persamaan Yule Walker yaitu :

ppk φρφρφρ 12211:1 −+⋅⋅⋅++==

ppk φρφφρρ 22112:2 −+⋅⋅⋅++== (2.25)

Μ

pkpppk φφρφρρ +⋅⋅⋅++== −− 2211:

Bentuk matriks dari persamaan (2.25) adalah : φρ P= dengan

( )pρρρρ ,...,, 21= ( )pφφφφ ,...,, 21=

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

=

−−−

1

11

322

211

121

ppp

p

p

P

ρρρ

ρρρρρρ

ΜΜΜΜ

Λ

Parameter autoregresif φ dapat dinyatakan sebagai fungsi p autokorelasi

dengan menyelesaikan sistem persamaan (2.25) yaitu

xxxiii

Page 34: Estimasi Box Jenkins

ρφ 1−= P

Untuk model AR(1) persamaan Yule Walker diberikan dengan

φρ =1

sedangkan untuk model AR(2) persamaan Yule Walker diberikan

dengan

2112

2111

φφρρφρφρ

+=+=

yang dapat dinyatakan dalam benuk matriks sebagai berikut :

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡=⎥

⎤⎢⎣

2

1

1

1

2

1

11

φφ

ρρ

ρρ

dari bentuk matriks ini diperoleh

( )1

211 1

1ρρρ

φ−−

= dan 21

212

2 1 ρρρ

φ−

−=

dengan 11 r=ρ dan 22 r=ρ diperoleh harga estimasi awal untuk

, sedangkan untuk menentukan jenis model diantara model

yang berbeda, diperlukan pembahasan tentang fungsi autokorelasi

parsial.

21ˆdan ˆ φφ

c. Autokorelasi Parsial Proses Autoregresif

Auokorelasi parsial pada lag k dapat dipandang sebagai koefesien

regresi kkφ dalam bentuk kktkktktkk aZZZZ ++++= −−− φφφ ....2211 . Bentuk

ini mengukur korelasi anatara Zkdan Zt-k sesudah penyesuaian dibuat untuk

variabel tengah Zt-1 Zt-2,...,Zt-k+1. Autokorelasi parsial pada lag 1 diberikan

oleh koefisien regresi parsial dalam bentuk :

xxxiv

Page 35: Estimasi Box Jenkins

ttt aZZ += −111φ

Persamaan Yule Walker Untuk model AR(1), memberikan

111 ρφ = , hal ini karena tidak variabel tengah antara Zt-1 dan Zt

Autokorelasi parsial pada lag 2 diberikan oleh koefesien regresi

parsial 22φ dalam bentuk :

tttt aZZZ ++= −− 222111 φφ

Dari persamaan Yule Walker untuk model AR(2) diperoleh:

221112

221111

φφρρφρφρ

+=+=

koefesien 22φ dapat dinyatakan sebagai :

( )( )2

1

212

22 1 ρρρ

φ−−

=

secara umum,autokorelasi parsial lag k ( kkφ ) diperoleh dari persamaan

Yule Walker, yang dalam notasi matriks adalah sebagao berikut:

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

=

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

−−−

kppp

p

p

k φ

φφ

ρρρ

ρρρρρ

ρ

ρρ

ΜΜΜΜΜ

Λ

Μ2

1

321

21

121

2

1

1

111

Autokorelasi parsial kkφ sebagai fungsi autokorelasi parsial.

Untuk mendapatkan kkφ , maka

xxxv

Page 36: Estimasi Box Jenkins

1

11

11

121

231

121

121

231

121

ρρρ

ρρρρρρρρρρ

ρρρρρρ

φ

−−

−−

−−

−−

=

kk

kk

kk

kkk

k

k

kk

ΜΜΜΜΛΛΛ

ΜΜΜΜΛΛ

Berberapa bentuk fungsi autokorelasi parsial proses autoregersif adalah

sebagai berikut

AR(1): 111 ρφ = ; kkφ =0, untuk k>1

AR(2): 111 ρφ = ; ( )( )2

1

212

22 1 ρρρ

φ−−

= ; kkφ =0, untuk k>2

AR(p): pkuntuk ,0dan ; untuk 0;0 kkkkpp11 >=≤≠≠ φφφφ p

Sifat-sifat fungsi autokorelasi dan fungsi autokorelasi parsial dapat

digunakan untuk menetukan jenis proses autoregresif.

d. Proses Moving Average Order q[MA(q)]

Proses moving average tingkat q dikontruksikan dari model (2.9)

dengan jj θψ = dan 0=jψ untuk j>q, sehingga model MA(q) adalah :

tqtqttt aaaaZ +++++= −−− θθθμ ....2211 (2.26)

dengan ( )22,0~ σNat

Apabila operator backshift diterapkan pada persamaan (2.26), maka

diperoleh :

tqtqttt aaaaZ +++++= −−− θθθμ ....2211

tt aBaZ )(θμ +=

xxxvi

Page 37: Estimasi Box Jenkins

dengan ( ) )...1( 221

qq BBBB θθθθ ++++=

Fungsi autokorelasi MA(q) diperoleh dengan menggunakan cara

kedua seperti pada proses autoregresif order p, yaitu dengan mengalikan

kedua sisi persamaan(2.26) dengan Zt-k, kemudian mengambil nilai

harapannya. Sehingga diperoleh fungsi autokovariansinya sebagai berikut:

( ) 22211 ... σθθθθθθθγ

qkqkkkk −++ ++++−= (2.27)

untuk k=0 maka

( ) 2222

210 ...1 σθθθγ q++++=

⎪⎩

⎪⎨⎧

>

≤≤++++

++++−==

−++

qk

qkq

q

qkqkkkk

k

;0

1;...1

...22

22

1

2211

0θθθ

θθθθθθθ

γγ

ρ (2.28)

Estimasi awal dari parameter-parameter diperoleh dengan

mensubsitusikan nilai autokorelasi empirik rk untuk kρ pada persamaan

(2.28) dan menyelesaikannya. Fungsi autokorelasi untuk model MA(1)

diperoleh dari persamaan (2.28), dengan q=1, sehingga diperoleh :

⎪⎩

⎪⎨⎧

=+=

2;0

1;1 2

1

1

1

k

kθθ

ρ (2.29)

Estimasi awal dari 1θ diperoleh dengan cara mengganti 1ρ dan r1 pada

persamaan (2.29) dan menyelesaikannya, dengan syarat 11 <θ .

Fungsi autokorelasi untuk model MA(2) diperoleh dari persamaan

(2.28), dengan q=2 sehingg a diperoleh

xxxvii

Page 38: Estimasi Box Jenkins

22

21

211 1

)1(θθθθ

ρ++−−

= (2.30)

22

21

22 1 θθ

θρ

++−

=

kρ =0;k≥3

Estimasi awal dari 1θ dan 2θ diperoleh dengan cara mengganti 1ρ dan 2ρ

berturut-turut dengan r1dan r2 pada persamaan (2.30).

II. Model Runtun Waktu Nonstasioner

Pembentukan model yang tepat dalam runtun waktu, pada

umumnya menggunakan asumsi kestasioneran, sehingga jika terdapat

kasus ketidakstasioneran, maka data tersebut harus distasionerkan terlebih

dahulu sebelum melangkah lebih lanjut pada pembentukan model runtun

waktu.

Bentuk visual dari plot runtun waktu seringkali cukup

menyakinkan bahwa suatu runtun waktu stasioner atau tidak stasioner,

akan tetapi akan lebih menyakinkan lagi dengan membuat plot nilai-nilai

autokorelasi tersebut turun sampai nol dengan cepat, sesudah lag kedua

atau ketiga, maka data tersebut dapat dikatakan stasioner. Sedangkan jika

nilai-nilai autokorelasinya turun sampai nol dengan lambat atau berbeda

secara signifikan dari nol, maka data tersebut tidak stasioner.

Menurut Box-Jenkins (1976), bahwa runtun waktu yang tidak

stasioner dapat diubah menjadi runtun waktu yang stasioner dengan

melakukan deferensi berturut-turut, yaitu dengan melihat barisan ∆Zt,

xxxviii

Page 39: Estimasi Box Jenkins

∇Zt, ....... dengan ∇ adalah operator diferensi, yang mempunyai nilai

(1 – B) atau (∇= - B).

a. Proses Autoregressive Integrated Moving Average (Model

ARIMA)

Berdasarkan uraian di depan telah dikemukakan bahwa runtun

waktu Zt yang takstasioner, dapat diubah menadi stasioner dengan

melakukan differensi Wt = ∇Zt = (1 – B) Zt. Karena Wt merupakan

runtun yang stasioner, maka dapat menggunakan model ARMA untuk

menggambarkan Wt.

Selanjutnya jika didefinisikan :

Wt = Zt – Zt - 1

Maka proses umum model ARMA (p,q) dapat ditulis dalam bentuk:

tptptptpttt aaaWWWW +++++++= −−−−− θθφφφ ............ 112211

Dengan substitusi dua persamaan tersebut, setelah dijabarkan akhirnya

diperoleh:

........21 +++= −− tttt WWWZ

Ini berarti bahwa Zt dapat dipandang sebagai integrasi runtun

waktu Wt, sehingga proses ARMA (p,q) dipandang sebagai integrated

autoregressive-moving average proses disingkat ARIMA. Dengan

demikian proses Arima (p, d, q) untuk Zmerupakan proses ARIMA

(p, q) untuk Wt, ini maka teori runtun waktu stasioner berlaku pula

untuk Wt.

xxxix

Page 40: Estimasi Box Jenkins

Selanjutnya proses ARIMA yang tidak mempunyai bagian

autoregresif (AR) ditulis sebagai integrated moving average ditulis

sebagai ARIMA (0, d, q). Sedangkan proses ARIMA yang tidak

mempunyai bagian moving average ditulis ARIMA (p, d, 0) atau

autoregresif integrated [ARI(p, d, 0)].

b. Proses ARIMA (p, d, 0)

Bentuk umum proses ARIMA (p, d, 0) adalah :

( ) ttd aZBB =−−Φ μ1)( dengan d ≥ 0

dengan at (t = .....,-1,0,1,2......) variabel random independen terhadap N

(0, σ2a), B menyatakan operator Backshift sehingga BZt = Zt-1,

( ) ( )....1 221

ppBBBB φφφφ −−−−= Pada model ARIMA (p,d,0) diatas

apabila d=0 maka akan diperoleh suatu runtun waktu yang stasioner,

akan tetapi jika d>0 maka akan diperoleh sutu runtun waktu yang tak

stasioner (nonstasioner). Kedua bentuk ini akan dibahas secara detail

pada bagian berikut ini.

1) Model ARIMA (p, d, 0) jika d=0

Model ARIMA (p, d, 0) untuk d = 0 sebagai berikut:

( ) tt aZB =−μφ

atau

( ) tt aZB =φ dengan μ−= tt ZZ

Seperti pada proses AR (1) pada pembahasan sebelumnya, untuk

memudahkan peulisan diambil µ = 0 sehingga diperoleh bentuk :

xl

Page 41: Estimasi Box Jenkins

( ) tt aZB =φ atau

tptpttt

tptptt

aZZZZ

aZZZZ

=+++=

=−−−−

−−−

−−−

φφφ

φφφ

...

....

2211

22111

Terlihat bahwa bentuk tersebut merupakan proses autogresif order p

[AR(p)].

2) Model ARIMA (p, d, 0) jika d>0

Bentuk ARIMA (p, d, 0) untuk d>0 merupakan proses

nonstasioner, menurut uraian di depan telah dikemukakan bahwa

runtun waktu Zt yang nonstasioner dapat dibuat menjadi runtun

waktu yang stasioner dengan jalan melakukan differensi Wt = ∆dZt =

(1 - B)dZt dan substitusi Wt pada model ARIMA (p,d,0), maka

diperoleh bentuk:

( ) tt aWB =−μφ

Menurut Box-Jenkins (1976), untuk d>0 akan cocok jika diambil µ =

0, sehingga diperoleh bentuk:

( ) tt aWB =φ atau

tptptttt aWWWW =−−−− −−− φφφ ....221

Terlihat bahwa Wt merupakan runtun yang stasioner dan merupakan

proses autogresif order p [AR(p)], dengan demikian maka dapat

menggunakan model ARMA untuk menggambarkan Wt.

Selanjutnya jika didefinisikan :

Wt = Zt – Zt-1

Maka proses umum model ARMA (p, q) dapat ditulis sebagai:

xli

Page 42: Estimasi Box Jenkins

tqtqttptpttt aaaaWWWW ++++++++= −−−−−− θθθφφφ ....... 22112211

Sehingga diperoleh persamaan sebagai beriktu:

.....321 ++++= −−− ttttt WWWWZ (2.40)

bentuk ini menunjukan bahwa Zt dapat dipandang sebagai integrasi

runtun waktu Wt, sehingga proses ARMA (p, q) dipandang sebagai

integrated autoregressive-moving average process disingkat

ARIMA. Dengan demikian proses ARIMA (p, d, q) untuk Zt

merupakan proses ARMA (p,q) untuk Wt, ini berarti teori runtun

waktu stasioner berlaku pula untuk Wt.

C. Tinjauan Distribusi Normal Multivariate

I. Fungsi Densitas Normal Multivariate Bersama, distribusi Marinal dan

Distribusi Bersyarat

Mialkan X varibel random berdistribusi normal (univariate) dengan

mean μ dan variansi biasanya dinyatakan dengan X~(2σ μ , ). 2σ

Fungsi densitas dari X adalah :

( ) ∞<<∞∞<<∞⎪⎭

⎪⎬⎫

⎪⎩

⎪⎨⎧

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

−= μσμ

πσ,,

21exp

21 2

xxxf

dan 0>σ (2.41)

jika X1,X2,...,Xp adalah variabel random berdistribusi independent

N(μ , ), maka vektor random 2σ X =( X1,X2,...,Xp) mempunyai fungsi

densitas bersama:

( ) ( ) ( ) ( )pxfxfxfxf ....21=

xlii

Page 43: Estimasi Box Jenkins

( )( )

∞<<−∞∞<<−∞⎪⎭

⎪⎬⎫

⎪⎩

⎪⎨⎧ −−= ∑

=ii

p

i i

ii

p

p xx

μσμ

σσσπ,,

21exp

...2

11

2

212

dan 0>iσ ;i-1,2,3,.... (2.42)

II. Fungsi Likelihood dan Estimasi Maksimum Likelihood

Setelah satu atau beberapa model sementara untuk suatu model

sementara suatu runtun waktu kita identifikasikan, langkah selanjutnya

adalah mencari estimasi terbaik atau paling efisien untuk paramter-

parameter dalam model tersebut.

Contoh :

Dipunyai data runtun waktu sebagai berikut

15,5 15,7 15,6 16,7 18,0 17,4 17,9 18,8 17,6 17,0

16,1 15,7 15,9 17,9 20,3 20,4 20,2 20,5 10,9 20,9

21,1 21,4 18,2 20,1 21,4 21,3 21,9 21,3 20,4 20,4

20,7 20,7 20,9 23,0 24,9 26,5 25,6 26,1 27,0 27,2

28,1 28,0 29,1 28,3 25,7 24,5 24,4 25,5 27,0 28,7

29,1 29,0 29,6 31,2 30,6 29,8 27,6 27,7 29,0 30,3

31,0 32,1 33,5 33,2 33,2 33,8 35,5 36,6 36,9 39,0

41,0 41,6 43,7 44,4 46,6 48,3 50,2 52,1 54,0 56,0

Dari data asli setelah dilakukan perhitungan komputer diperoleh

fak dan fakp sebagai berikut:

k 1 2 3 4 5 6 7 8 9

xliii

Page 44: Estimasi Box Jenkins

rk

kkφ

0,93

0,93

0,86

-0,03

0,79

-0,02

0,73

-0,01

0,67

0,02

0,62

-0,01

0,58

0,02

0,53

-0,02

0,49

0,01

k 10 11 12 13 14 15 16 17 18

rk

kkφ

0,45

-0,03

0,41

-0,01

0,38

0,02

0,43 0,31 0,29 0,26 0,24 0,22

Telah dihitung W =0,51 45,27=S 23,942 =zS 25,12 =wS,

Dari fak dan fakp ditentukan model AR(1) : t-`tt a)W-(W)W-(W += φ

dengan Wt =Zt – Zt-1.

Diperoleh estimasi parameter φ adalah =rφ 1=0,36 dan

( ) 09,1)36,01(25,11 221

22 =−=−= φσ wa S maka model runtun waktu tersebut

adalah: t-`tt a0,51)-(W36,00,51)-(W += dimana nilai at~N(0, ). 2aσ

Metode untuk mengestimasikan harga parameter dari model suatu

runtun waktu dengan menggunakan metode maksimum likelihood.

Menurut Bain dan Engelhardt (1992), metode maksimum

likelihood menggunakan nilai dalam ruang parameter Ω yang bersesuai

dengan harga kemungkinan maksimum dari data observasi sebagai

estimasi dari parameter yang tidak diketahui.

Dalam aplikasi L(θ) menunjukan fungsi densitas probabilitas

bersama dari sample random. Jika Ω ruang parameter yang merupakan

interval terbuka dan L(θ) merupakan fungsi yang dapat diturunkan serta

diasumsikan maksimum pada Ω maka persamaan maksimum

likelihoodnya adalah.

xliv

Page 45: Estimasi Box Jenkins

( ) ( ) 0=∂∂ θθ

L

Jika penyelesaian dari persamaan tersebut ada, maka maksimum

dari L(θ) dapat terpenuhi. Apabila tak terpenuhi maka fungsi L(θ) dapat

dibuat logaritma naturnya, dengan ketentuan jika ln L(θ) maksimum maka

L(θ) juga maksimum, sehingga persamaan logaritma natural likelihoodnya

adalah

( ) 0=∂∂ θθ

InL

Definisi 9

Fungsi densitas probabilitas bersama dari n variable random

yang observasi pada dinotasikan

dengan

nXXX .......,,, 21 nxxx ,......,, 21

( )θ,,......, 21 nxxxf . Untuk menentukan fungsi likelihood

dari yang merupakan θ dan dinotasikan dengan L(θ),

dengan adalah sampel random dari fungsi

densitasprobabilitas

nxxx ,......,, 21

nXXX .......,,, 21

( )θ;xf yang fungsi likelihoodnya adalah

( ) ( ) ( ) ( ) ( )∏=

==n

jjn xfxfxfxfL

121 ;;......;; θθθθθ

(Bain dan Engelhardt, 1992 : 290)

Definisi 10

Misalkan

yang merupakan fungsi densitas probabilitas bersama

. Bila diberikan himpunan dari observasi

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Ω∈== ∏=

θθθθθθ ,;;......;;1

21

n

jjn xfxfxfxfL

nXXX .......,,, 21

xlv

Page 46: Estimasi Box Jenkins

nxxx ,......,, 21 , nilai θ dalam Ω merupakan maksimum dari L(θ)

disebut penduga maksimum likelihood dari θ. Dalam hal ini θ

merupakan nilai dari θ yang memenuhi.

Penduga maksimum likelihood θ dapat dengan menyelesaikan

persamaan ( 0,......,2,1 =∂

)∂kInL θθθ

θ misalkan k parameter yang

tidak diketahui, maka pendugaan parameter likelihood Dari θi

didapat dengan menyelesaikan

( 0,......,2,1 =∂∂

kInL θθθ )θ

, dengan I = 1,2,……,k

(Bain dan Engelhardt, 1992 : 290)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini metode atau langkah-langkah yang digunakan adalah

sebagai berikut :

xlvi

Page 47: Estimasi Box Jenkins

A. Studi Pustaka

Pada tahap ini dilakukan penelahan sumber-sumber pustaka yang relevan

mengenai estimasi maksimum likelihood model ARIMA(1,1,0) Box-Jenkins

sehingga muncul ide atau gagasan yang akhirnya dapat dijadikan landasan

dalam melakukan penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan ide atau gagasan yang diperoleh pada tahap sebelumnya,

dirumuskan permasalahan yang berkaitan dengan menentukan nilai-nilai

parameter pada model ARIMA (1,1,0) yang homogen dengan menggunakan

metode maksimum likelihood .

C. Analisis dan Pemecahan Masalah

Dalam tahap ini dilakukan pengkajian dan pemecahan masalah tentang

penentuan selisih proses autoregresif tak stasioner sehingga menjadi stasioner.

Selanjutnya membahas tentang fungsi likelihood untuk model ARIMA

(1,1,0) dan model-model autoregresif, serta estimasi aksimum likelihood pada

autoregresif (ARI) dan estimasi likelihood pada model ARIMA(1,1,0) Box-

Jenkins yang homogen.

D. Penarikan Simpulan

Sebagai tahap akhir dari penelitian, dilakukan penarikan kesimpulan dari

permasalahan yang dirumuskan berdasarkan pada kajian teori dan penerapan

pada permasalahan yang berhubungan dengan penentuan selisih proses

autoregresif tak stasioner sehingga menjadi stasioner. Selanjutnya membahas

tentang fungsi likelihood untuk model ARIMA (1,1,0) dan model-model

xlvii

Page 48: Estimasi Box Jenkins

autoregresif, serta estimasi aksimum likelihood pada autoregresif (ARI) dan

estimasi likelihood pada model ARIMA(1,1,0) Box-Jenkins yang homogen.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Inferensi Proses Autogresif Klasik Box-Jenkins

Bentuk umum proses ARIMA (1,1,0) klasik Box-Jenkins adalah

( ) ( ) tt aZBB =−−Φ μ1 (4.1)

xlviii

Page 49: Estimasi Box Jenkins

dengan ( ) ( ) ( )....,2,1,0,1......,,1 1 −=−= taBB tφφ variabel yang independen N

(0,σa2). B menyatakan operator backshift sehingga BZt = Zt – 1 .

Inferensi model ARIMA (1,1,0) Box-Jenkins biasanya dikerjakan

dalam dua tahap, yaitu:

1. Pada langkah pertama melakukan satu kali proses diferensi untuk suatu

time series (runtun waktu).

2. Langkah kedua mengestimasi parameter-parameter yang ada pada

model ARIMA (1,1,0) Box-Jenkins. Pada langkah kedua ini digunakan

estimasi maksimum likelihood dan estimasi kuadrat terkecil.

Selanjutnya masing-masing langkah tersebut akan dibahas sebagai

berikut.

1. Menentukan selisih (diferensi) pertama runtun waktu

Misalkan Zt didefinisikan seperti pada persamaan (4.1), untuk

sederhananya diambil μ diketahui sama dengan nol. Jika struktur

probabilistik tidak berubah dengan berubahnya waktu, proses ini

dinamakan stasioner. Untuk proses Gaussian yang didefinisikan dengan

sifat bahwa fungsi kepadatan peluang (fkp) yang berkaitan dengan

sembarang himpunan waktu adalah normal multivariate.

Motivasi untuk memusatkan perhatian pada pengambilan selisih

nilai yang berurutan runtun waktu nonstasioner homogen sebagai cara

untuk membuatnya stasioner. Hal ini akan menjadi jelas dengan

memandang contoh proses autoregresif (AR) tingkat pertama.

Zt = ΦZt – 1 + at

xlix

Page 50: Estimasi Box Jenkins

Dan nilai-nilai yang mungkin dijalani oleh parameter Φ. Jika nilai mutlak

Φ kurang dari 1, maka proses itu stasioner dan jika lebih besar dari satu

maka tingkat gerak runtun waktu itu menjadi eksplosif. Artinya jika mulai

gerak proses itu dari 0 misalnya maka suku gangguan (sesatan) menjadi

penting dalam menentukan beberapa nilai pertama runtun waktu tersebut.

Namun demikian setelah beberapa saat waktu akan tinggal

landasan dan berkembangan secara eksponensial. Suku gangguan (sesatan)

menjadi kecil dan dapat diabaikan relatif terhadap tingkat runtun waktu

itu, sehingga runtun waktu menjadi deterministik (pada dasarnya) dalam

perkembangannya. Kondisi ini merupakan runtun waktu nonstasioner yang

homogen, karena distribusi selisih dalam proses itu tidak berubah.

Dengan demikian runtun waktu selisih adalah stasioner karena selisih-

selisih itu adalah Zt – Zt – 1 = at (4.2)

Dengan distribusi at tertentu (tetap). Secara generalisasi dari proses

random walk ini adalah untuk memandang AR (P) yang stasioner sebagai

mekanisme pembentukan yang penting proses selisih suatu runtun waktu

nonstasioner. Untuk ini didefinisikan Wt sebagai barisan selisih

Wt = Zt – Zt – 1 = at (4.3)

Maka proses umum autoregresif dapat menjadi

Wt = Φ1Wt – 1 + ………..+ ΦpWt – p + at (4.4)

Jika Wt diganti dengan (Zt – Zt-1), maka runtun waktu Zt dapat ditulis

sebagai

Zt = Zt-1 + Φ(Zt-1 – Zt-2) + ….. + Φp (Zt-p – Zt-p-1) + at (4.5)

l

Page 51: Estimasi Box Jenkins

Dari persamaan (4.3), Zt dapat ditulis menjadi;

Zt = Zt-1 + Wt dan selanjutnya

Zt-1 = Zt-2 + Wt-1

Zt-2 = Zt-3 + Wt-2

Sehingga diperoleh Zt = Wt + Wt-1 + Wt-2 + ……. (4.6)

Hal ini berarti Zt dapat dipandang sebagai integrasi runtun waktu Wt dan

proses (4.4) dipandang sebagai autoregressive integrated (ARI).

Dalam bentuk kasus selisih pertama suatu runtun waktu sudah

stasioner. Selanjutnya dengan menuliskan derajat selisih 1, maka suatu

proses ARIMA dapat dipandang dengan dimensi p, 1 dan q. Dengan

demikian proses ARIMA (p,1,q) berarti suatu runtun waktu nonstasioner

yang setelah diambil selisih ke 1 menjadi stasioner yang mempunyai

model autoregresif derajat p dan moving average q.

Selanjutnya proses ARIMA yang tidak mempunyai bagian moving

average ditulis sebagai ARI (p,d) atau ARIMA (p,d,0). Untuk melihat

proses ARIMA (p,d,0) menunjukan tingkat gerak yang homogen, yakni

tingkah gerak yang independen dengan tingkat Zt. Langkah ini dapat

dilihat bagaimana akibat pemindahan seluruh runtun waktu dengan

kuantitas sebarang c sampai waktu t-1. Melalui cara pemindahan runtun

waktu itu Zt menjadi:

Zt = (Zt-1 + c)+ Φ[(Zt-1 – c) – (Zt-2 + c)]+ …..+ Φp

[(Zt-p + c) – (Zt-p-1+ c)]+at (4.7)

li

Page 52: Estimasi Box Jenkins

yang tidak lain adalah nilai Zt sebelum pemindahan ditambah kuanittas c.

Ini berarti pemindahan tidak mengubah tingkah gerak runtun waktu itu,

melainkan hanya menggeser tingkatnya saja.

Selisih nilai runtun waktu dapat ditulis dalam bentuk ∇Zt=Zt– Zt-1.

Dengan bentuk ini akan ditulis selisih derajat d dengan ∇ dZ sehingga t,

∇Zt = Zt + Zt-1

∇ 2Z = Z – 2 Z + Zt t t-1 t-2

∇ 3Z = Z – 3 Z + 3Z – Z t t t-1 t-2 t-3,

dan seterusnya.

Jika ditulis ∇ dZt = Wt, maka proses ARI (p,d) untuk Wt, sehingga teori

untuk runtun waktu stasioner berlaku pula untuk runtun waktu Wt. Jika

E(wt) ≠0, digunakan Wt = Wt – W, sehingga E(Wt) = 0.

Bentuk runtun waktu yang ditulis dalam persamaan (4.5) dapat

ditulis kembali menjadi:

Zt = (1 + Φ1) Zt-1 + (Φ2 – Φ1) Zt-2 + …… +

(Φp – Φp-1) Zt-p – ΦpZt-p-1 + at (4.8)

atau

Zt – (1 + Φ1) Zt-1 + …… + ΦpZt-p = at

atau

Φ(B) Zt = at (4.9)

Dengan Φ(B) operator autoregresif berubah dan merupakan polinomial

derajat p+1 untuk selisih derajat d, yakni Wt = ∇ dZ maka Φ(B) t,

lii

Page 53: Estimasi Box Jenkins

merupakan polinomial derajat (p+d) dengan d nilai nola sama dengan 1

dan nilai nol yang lain di luar lingkaran satuan.

Jadi Φ(B) = Φp(B) (1-B)d

= Φp(B) d∇ (4.10)

dengan Φ(B) adalah operator autoregresif stasioner tingkat p.

Pandang suatu proses yang akan stasioner kecuali adanya

pergeseran tingkat yang terjadi secara random. Ini memerlukan model

yang tingkat geraknya tidak dipengaruhi oleh tingkat proses yang

sekarang, dengan demikian jika M sebarang konstanta, maka

Φ(B) (Zt + M) = Φ(B) Zt

atau

Φ(B) M = 0

Ini berarti jika Φ(1) = 0 maka Φ(B) mempunyai satu faktor (1 – B) dan

Φ(B) mempunyai bentuk:

Φ(B) = Φ(B) (1-B) = Φ(B) (1 – B) = Φ(B) ∇

Jika Φ(B) hanya mempunyai satu faktor semacam itu, maka selisih derajat

1 cukup untuk menghasilkan runtun waktu yang stasioner.

Prosedur atau cara umum untuk mengenali runtun waktu

nonstasioner adalah dengan memeriksa grafik runtun waktu dan kemudian

menghilangkan nonstasioneritasnya dengan menghitung selisih derajat

tertentu yang diperlukan, sehingga runtun waktu mencapai stasioner.

Sebelum membahas estimasi maksimum likelihood pada model

ARIMA (1,1,0) klasik Box-Jenkins, terlebih dahulu akan dibahas

liii

Page 54: Estimasi Box Jenkins

mengetahui fungsi likelihood untuk model ARIMA (1,1,0) dan fungsi

likelihood untuk model sebagai berikut.

2. Fungsi Likelihood Model ARIMA (p,d,0)

Dengan melakukan diferensi Wt = ∇ dZt = (1 – B)dZt dan

mengambil nilai μ = 0 ternyata menghasilkan bentuk autoregresif

orde p yang stasioner.

Model autoregresif order p [AR(p)] sebagaimana pada (2.18)

dapat dinyatakan dalam bentuk:

at = Wt – Φ1Wt-1 - ….. – ΦpWt-p (4.11)

Densitas probabilitas dari (4.11) adalah:

P(W / θ, Φ, μ, σa2) = (2μσ2)-n/2

2/1)0,( pnM exp ⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛2

)0,(

2 a

np

na WMWσ

(4.12)

Dengan Mn(p,0) adalah matriks simetri berukuran nxn dari elemen-

elemen diagonal utama. Bentuk (4.12) pengkontruksinya adalah

sebagai berikut:

P(W / θ, Φ, μ, σa2) dapat dinyatakan sebagai

P(W / θ, Φ, μ, σa2)= p(Wp+1, Wp+2, ….., Wn | Wp, Φ, σa

2).

P(Wp | θ, Φ,μ,σa2) (4.13)

Dengan Wp = (W1, W2,….., Wp) faktor pertama ruas kanan dari

(4.13), diperoleh bentuk:

P(ap+1, ap+2, ……, an) = ( ) ( ) 2/22 pn−−μσ exp ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛− ∑

+=

n

ptt

a

a1

222

(4.14)

Untuk suatu Wp, (ap+1, ap+2, ….. , an), dan (Wp+1, Wp+2, …., Wn) tertentu,

ketiganya dihubungkan oleh suatu transformasi:

ap+1 = Wp+1 + Φ1Wp + ….. + ΦpW1

ap+2 = Wp+2 + Φ1Wp+1 + ….. + ΦpW

Μ

an = Wn + Φ1Wn-1 + ….. + ΦpWn-p

liv

Page 55: Estimasi Box Jenkins

yang mempunyai Jacobian satu (unit), sehingga diperoleh:

p(Wp+1, Wp+2, ….., Wn | Wp, Φ, σa2) = ( ) 2/22 p−μσ exp ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛− ∑

+=

n

ptt

a

a1

222

Sedangkan faktor keduanya adalah:

P(W / θ, Φ, μ, σa2) = (2μσ2)-p/2

2/1)0,( pnM exp ⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛2

)0,(

2 a

np

na WMWσ

Sehingga (4.13) menjadi

P(Wn / θ, Φ, μ, σa2) = (2μσ2)-p/2

2/1)0,( pnM exp ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛22)(

a

Sσφ

(4.15)

dengan (4.16) ( )∑∑∑+=

−−= =

++++=n

ptptptji

p

i

p

j

pij WWWwwmS

1111

1 1

)( ......)( φφφ

Juga Mp(p,0) =mij

(p)=

1

02-p1p

2-p01

1-p10

2a

1j-i

⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢

=

γγγ

γγγγγγ

σγ

ΛΜΜ

ΛΛ

2aσ

dengan 110 ,...,, −pγγγ adalah autokovariansi teori dari proses itu dan

)0,( ppM = )0,( p

nM

Selanjutnya misalkan n=p+1, maka :

Wp+1 Mp(p,0) Wp+1

( )∑∑= =

++=p

i

p

j1 1

21p1-p2p11pji

pij )W-...-W-W-(Wwwm φφφ

Sehingga diperoleh

( )( )

⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢

−−

−−

+

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

=

+

1000

0M0

M

1

11-p1-p

1p2

p0,1p

ΜΛΛΜΛΛΛΜΜΛΜΜ

ΜΛΜΛ

ΜΜΜΛΛ

ΜΜ

pp

pp

ppp

pp

φφ

φφφφφφφφ

elemen dari Mp(p,0)=Mp

(p,0) dapat diperoleh secara dedukatif dari dua

matriks simetri Mp(p,0) dan Mp+1

(p) sebagai contoh

lv

Page 56: Estimasi Box Jenkins

( )

( )

( )( )

( ) ⎥⎦

⎤⎢⎣

+−−+

=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

−+

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=

21

1111

12

11

1112

1

12

111

112

mm

M

100

-MM

φφφφ

φ

φφφ

ΜΛΜΛ

Μ

ΜΛΜΛ

Μ

dengan menyamakan elemen kedua matriks tersebut diperoleh ( ) ( ) 2

11

12

11

1 1M sehingga 1M φφ −==+ dan ( ) ( ) 21

111

11 1mM φ−==

Selanjutnya untuk proses orde 1 dan 2 ditentukan oleh: ( ) 2

11

1 1 φ−=M dan ( ) 21

11 1 φ−=M

( )

( )

⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢

−−

−−−

+⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=

100

0

11

12

112

1122

121

22

ΛΜΜΜ

ΛΛ

ΜΛΜΛ

Μ

φφ

φφφφφφφφ

MM

= ( )

( ) ( ) ⎥⎦

⎤⎢⎣

−−−−−−

2221

222

1111φφφφφφ

dan ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 21

22

22

2

22

12

2 1111 φφφφφφ −−+=−−+=M

Berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa S )(φ =Wn Mn(p) Wn

adalah bentuk kuadrat dalam runtun W, juga merupakan bentuk

kuadrat dalam parameter φ .

Selanjutnya sebut ( )pK φφφφ ,...,,,1 21= untuk suatu matriks D

dengan ukuran (p+1)x(p+1) akan menjadi jelas dan benar bahwa

fungsi kuadrat dari runtun W adalah : ( )

KKnp

nn DWMW φφ=

dengan D=

⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢

+++++

+

=+

11pp13.p12.p11.p

12.p231212

11.p131211

DDD-D-

DDDD-D-D-D-D

ΛΜΜΜΜ

ΛΛ

elemen dari Dij adalah symetris jumlah kuadrat dari perkaliaan

langkah yang didefinisikan sebagai :

lvi

Page 57: Estimasi Box Jenkins

Dij=Dji=WiWj+Wi+1Wj+1+…+Wn+1-jWn+1-I

dimana Dij memuat n-(i-1)-(j-1) suku (term)

Sehingga dapat disimpulkan barhwa fungsi densitas

probabilitas eksak dapat ditulis seperti bentuk (4.15) fungsi likelihood

eksaknya yaitu:

( ) ( )n2a

2 W,L,Wp σφσφ =a

= ( ) ( ) ( )⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

2a

21

pp

2n

2

2SexpM2σφπσ a (4.17)

dengan ( ) ( )∑+=

−− ++++=n

ptptpt WWWS

1

2111p

ppop ......WMW)( φφφ

= kk Dφφ

dan log bilangan pokoknya “e” dari fungsi likelihoodnya adalah :

( ) ( )n2a

2 W,l,Lln σφσφ =na W

= ( ) ( )2a

2

2Sln2ln

2 σφσ −+− p

pa Mn (4.18)

3. Fungsi Likelihood ARIMA(1,1,0) atau ARI (1,1)

Bentuk proses ARIMA (1,1,0) adalah

( ) t2-t1-`t1t aZZ1Z +−+= φφ atau t1-t1t aWW += φ (4.19)

Fungsi likelihood proses ARIMA(1,1,0) merupakan bentuk yang

paling sederhana dari proses ARIMA(p,d,0), sehingga pengkontruksian

fungsi likelihood model ARIMA(1,1,0) sejalan dengan model

ARIMA(p,d,0). Selanjutnya dari (4.17) dapat dinyatakan dalam bentuk:

1-tttt W-Wa φ= ; t=1,2,3,…,N (4.20)

W(W1,W2,…,Wn) adalah runtun waktu stasioner, dengan asumsi

( )2at 0,N~a σ , oleh karena ( )Σ,N~Wt μ , sehingga fungsi densitas

bersama dapat dinyatakan dalam bentuk :

lvii

Page 58: Estimasi Box Jenkins

( )=2,Wp aσφ ( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

2a

n12n2

111

2n

2

2WMW

expM2σ

πσ a (4.21)

bentuk (4.21) dapat dinyatakan sebagai :

( ) ( ) ( )22132

2 ,,,,,...,,, aaNa WpWWWWpWp σμφσφσφ = (4.22)

faktor pada ruas kanan dari (4.22) kontruksi distribusinya diperoleh

dari :

( ) ( ) )a2

1exp(-2,a,...,a,ap2

2t2

a

2)1(

22n32 ∑

=

−−

=n

t

n

aa σπσσφ (4.23)

untuk suku W1,(a2,a3,…,an) dan (W2,W3,…,Wn) tertentu, ketiganya

dihubungkan oleh suatu transformasi :

1122 WWa φ+=

2133 WWa φ+=

Μ

1-N1NNt WWa φ+=

yang mempunyai Jacobian satu unit, sehingga dipeoleh :

( ) =2132 ,,,...,, aN WWWWp σφ ( ) ))W-(W

21exp(-2

2

21-tt2

a

2)1(

2 ∑=

−− n

t

n

a φσ

πσ

Sedangkan faktor keduanya adalah:

( )=2,Wp aσφ ( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

2a

n12n2

111

2n

2

2WMW-expM2

σπσ a (4.24)

dengan ( ) ( )∑+=

−−+=n

pttt WWS

1

211

21

21 W-1)( φφφ (4.25)

fungsi likelihood eksaknya adalah :

( )n2a

2 W,L,Wp σφσθ =⎟⎠⎞⎜

⎝⎛

a

dan log bilangan pokoknya “e” dari fungsi likelihoodnya adalah

lviii

Page 59: Estimasi Box Jenkins

( ) ( )n2a

2 W,l,Lln σφσφ =na W

= ( ) ( )2a

11

2

2Sln2ln

2 σφσ −+− Mn

a (4.26)

dengan ( ) 2111 1 φ−=M dan M1

(1)= 21 φ−

B. Estimasi Maksimum Likelihood pada Model ARIMA (1,1,0)

Metode maksimum yang digunakan untuk mengestimasi model

ARIMA (1,1,0) klasik Box-Jenkins disini adalah estimasi maksimum

likelihood (EML) atau estimasi kemungkinan maksimum (EKM).Metode

estimasi perhitungan yang akan menemukan estimasi-estimasi untuk

setiap model ARIMA yang mungkin ditentukan bagaimanapun datanya

atau nilai-nilai p,q. Apabila banyaknya observasi cukup besar , estimasi

yang memaksimumkan fungsi likelihood adalah estimasi yang efisien.

Estimasi maksimum likelihood untuk parameter-parameter pada

model autoregresif klasik Box-Jenkins dengan memaksimumkan fungsi

likelihoodnya, dengan cara mendiferensialkan ( )n2a W,I σφ terhadap

parameter-parameternya dan menyamakannya dengan nol,sehingga diperoleh:

( ) 0Snla

3aˆa

=+−=∂∂

=σφ

σσσσ aa

(4.27)

dari (4.27) diperoleh ( )n

ˆSˆ 2 φσ =a dengan estimator φ φ

11.jpp12.j111.j2

jj

D-...-D-DMl++++

−+=∂∂ φφσφ a (4.28)

dengan j

pp

j

Mln21

Mφ∂

⎭⎬⎫

⎩⎨⎧∂

=

lix

Page 60: Estimasi Box Jenkins

Kuantitas Mj (j=1,2,…,p) adalah fungsi dari φ yang cukup rumit

(complicated), sehingga untuk menentukan estimator untuk φ merupakan

masalah yang tidak mudah. Menurut Box-Jenkins ada tiga alternatif metode

pendekatan yang dapat digunakan untuk menetukan estimator dari φ , yaitu: 1.

Metode estimasi kuadrat terkecil, 2. Pendekatan estimasi maksimum

likelihood dan 3.Estimasi Yule-Walker. Pada skripsi ini dibahas metode

kuadrat terkecil untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan estimator φ ,

metode estimasi ikuadrat terkecil pembahasannya sebagai berikut :

Metode Estimasi Kuadrat Terkecil

Bentuk (4.17) didominasi oleh term(suku) S(φ ), sedangkan nilai

dari ( )11Mln sangat kecil untuk ukuran sampel sedang atau besar

(N>30),sehingga dapat diabaiakan,akibatnya bentuk (4.17) menjadi :

( )n2a W,I σφ ( )

2a

2a 2

Sln2n

σφσ −−≈ (4.29)

Estimator untukφ φ dengan memaksimumkan (4.29). Penggunaan

metode estimasi kuadrat terkecil dalam bentuk ini, adalah dengan

meminimumkan S(φ )=φ kDφ k ; dengan D adalah matriks simetri

berukuran (p+1)x(p+1),sehingga diperoleh :

1.1p13.p21.2111.p

23.p33223213

12.pp23222212

ˆ...ˆˆD

Dˆ...DˆDˆD

D...DˆDˆD

+++++

+

+

+++=

+++=

+++=

ppp DDD φφφ

φφφ

φφφ

Μ (4.30)

atau d=D1φ dan

lx

Page 61: Estimasi Box Jenkins

jika dinyatakan dalam bentuk matriks (4.30) menjadi :

⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜

=

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

=

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

=

++++

+

+

+ p

2

1

11.pp13.p12p

13.p3.32.3

12.p2.32.2

11.p

13

12

ˆ

ˆ

ˆ

ˆ ;

DDD

DDDDDD

D ;

D

DD

d

φ

φ

φ

φΜ

ΛΜΜ

ΛΛ

Μ

sehingga dDˆ 1p−=φ 12

111 DD −=

=

=+

= n

2i

2i

n

1ii1i

W

WW

Jika p=2 maka 131

23 DDˆ −=φ

=

=+

= n

2i

2i

n

1ii2i

W

WW

Contoh :

Dipunyai model ARIMA(1,1,0): ( ) tt aZ =− B1 φ atau dari hasil perhitungan

diperoleh nilai fak dan fakp sebagai berikut :

K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 rk 0,68 0,54 0,2 0,35 0,09 0,25 -0,02 0,03 0,04

lxi

Page 62: Estimasi Box Jenkins

dengan N=55, Z =0,135 dan Sz2=1,267

kkφ 0,68 0,14 0,52 -0,2 0,29 -0,02 -0,16 -0,21 0,11

Tentukan estimasi awal parameternya !

Penyelesaian :

68,054,0ˆ

1

20 ==

rr

φ =0,794

24ˆ

2

0−±

=bbθ dengan

( ) ( )( )

( ) 83,4114,0

550463,0114,0

630436,008,11)794,0(68,0

794,054,021ˆ

21 2

01

202 −=

−=

−+−

=−

+−=

+−=

xr

rb

φφ

sehingga

( ) ( ) 216,02433,0

2396,483,4

2

483,483,4ˆ

2

0 −=−

=+−

=⎟⎠⎞⎜

⎝⎛ −−+−

( ) zES σ= = 21

1

12

11

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+

rr

NSz

= ( ) 0043,01904,055267,1

68,0168,01

55267,1 2

1

==⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛+−

( )20

22 ˆ1 φσ −= za S

= (1,267(1-(-0,216))

= 1,540672

Sehingga model tersebut adalah Zt=-0,47Zt-1 + at dimana at~N(0;1,540672)

lxii

Page 63: Estimasi Box Jenkins

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

lxiii

Page 64: Estimasi Box Jenkins

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat

diambil kesimpulan :

1. Fungsi Likelihood untuk model ARIMA(1,1,0) Box-Jenkins dapat

dikontruksikan melalui asumsi kenormalan dan independensi dari sesatan

at dengan distribusai probabilitas bersamanya p(a1,a2,…,at2a,σφ ),dan

fungsi densitas bersama Wn adalah p(Wn2a,σφ ) dan fungsi likelihood

untuk parameter-parameternya jika data observasi diketahui adalah :

( ) ( ) ( ) ( )⎭⎬⎫

⎩⎨⎧

=−

2a

21

1,0n

2n

2an

2a 2

S-expM2W,Lσφ

πσσφ

2. Dalam proses maksimum likelihood, bentuk (1,0)nM untuk ukuran sampel

kecil atau sedang dapat diabaikan,hal ini karena tidak berpengaruh

terhadap hasil yang diperoleh. Sedangkan parameter-parameter yang

diestimasi masuk pada bentuk jumlah kuadrat S(φ ) dan mendominasi log

fungsi likelihood, sehingga langkah untuk memperoleh estimatornya,

diperoleh dengan cara meminimumkan S(φ ) dengan metode kuadrat

terkecil diperoleh

dDˆ 11−=φ

121

11 DDˆ −=φ∑

=

=+

= n

2i

2i

n

1ii1i

W

WW dan ( )

nSˆ 2

aφσ =

Skripsi ini hanya membahas model ARIMA (1,1,0) disarankan kepada

penulis lain untuk mengkaji lebih lanjut dengan cakupan yang lebih luas,dengan

lxiv

Page 65: Estimasi Box Jenkins

mengambil model ARIMA(0,p,d) ataupun bentuk ARIMA (p,d,q) dengan

p>1,q>0 dan d>1.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O. D. 1977. Time Series Analysis and Forecasting – The Box-Jenkins Approach. London : Butterworths.

Bain, Lee J dan Engelhardt, Max. 1992. Introduction Probalbility and

Mathematical Statistic. California : Belmont.

lxv

Page 66: Estimasi Box Jenkins

Chatfield, C . 1975. The Analysis of Time Series : Theory and Practise. London : Chapman and Hall.

Kharis, M. 2004. Peramalan Jumlah Produksi Gondorukem Pada Pabrik

Gondorukem dan Terpentin (PGT) diBawah Perum PERHUTANI Unit I Jawa Tengah dengan Metode Analisis Runtun Waktu dan Aplikasi MINITAB. FMIPA UNNES

Linda. 2003. Peramalan dengan Model Analisis Runtun Waktu pada Indeks

Harga The di Pasar Dunia. Lerbin R, Aritonang R. 2002. Peramalan Bisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia Makridakis; Wheelwright & McGee.1993. Metode Peramalan. Jakarta:

Erlangga

Makridakis; Wheelwright & McGee. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: Binarupa Aksara

Soejoeti Zanzawi.1987. Materi Pokok Analisis Runtun Waktu. Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka

Sugiarti, Harijono.2000. Peramalan Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama

Swastha, Basu, dkk. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty

lxvi