Esp

58
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04 JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP) Halaman : 1 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003 Manajemen Produksi Hulu PERENCANAAN DAN TROUBLESHOOTING POMPA SUBMERSIBLE (ESP) 1. TUJUAN Memilih ESP (menentukan jenis dan ukuran pompa, jumlah stages, jenis motor, kabel, transformator dan switch board) sesuai merek dagang terpilih, data produksi, konfigurasi sumur, dan karakteristik fluida produksi. Mencari gejala kerusakan pada ESP, sehingga dapat ditanggulangi sedini mungkin agar kerusakan lebih lanjut dapat dikurangi dan pompa dapat bekerja kembali secara lebih efisien. 2. METODE DAN PERSYARATAN 2. 1. METODE Metode yang digunakan adalah metode analitis dengan bantuan gambar dan tabel sesuai merek dagang terpilih. 2. 2. PERSYARATAN Perencanaan hanya berlaku untuk lubang sumur tegak, untuk sumur miring perlu dilakukan koreksi atas sudut kemiringannya dalam menghitung TDK. 3 LANGKAH KERJA 3.1 LANGKAH KERJA PERENCANAAN ESP 1. Isi data yang diperlukan (data sumur, reservoir, dan fluida) dalam “kolom-kolom data” pada Tabel 1. 2. Hitung berat jenis rata-rata dan gradien tekanan fluida produksi menurut: WOR SG WOR SG SG air yak rata rata + × + × = 1 1 min (1) Gradien Fluida (GF) = 0.433 × SG (2) Bila mengandung gas, kurangi GF sekitar 10%. 3. Tentukan kedudukan pompa (HPIP) kurang lebih 100 ft di atas lubang perforasi teratas. Jarak antara motor dan lubang perforasi teratas (HS) kurang lebih 50 ft. 4. Tentukan laju produksi diinginkan dengan cara memilih kemudian mencoba harga P wf untuk menghitung harga laju total menurut persamaan : Q TOT = (P s - P wf ) × PI (3)

description

hjfj

Transcript of Esp

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 1 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    PERENCANAAN DAN TROUBLESHOOTING POMPA SUBMERSIBLE (ESP)

    1. TUJUAN

    Memilih ESP (menentukan jenis dan ukuran pompa, jumlah stages, jenis motor, kabel,

    transformator dan switch board) sesuai merek dagang terpilih, data produksi, konfigurasi sumur,

    dan karakteristik fluida produksi.

    Mencari gejala kerusakan pada ESP, sehingga dapat ditanggulangi sedini mungkin agar kerusakan

    lebih lanjut dapat dikurangi dan pompa dapat bekerja kembali secara lebih efisien.

    2. METODE DAN PERSYARATAN

    2. 1. METODE

    Metode yang digunakan adalah metode analitis dengan bantuan gambar dan tabel sesuai merek

    dagang terpilih.

    2. 2. PERSYARATAN

    Perencanaan hanya berlaku untuk lubang sumur tegak, untuk sumur miring perlu dilakukan

    koreksi atas sudut kemiringannya dalam menghitung TDK.

    3 LANGKAH KERJA

    3.1 LANGKAH KERJA PERENCANAAN ESP

    1. Isi data yang diperlukan (data sumur, reservoir, dan fluida) dalam kolom-kolom data pada Tabel 1.

    2. Hitung berat jenis rata-rata dan gradien tekanan fluida produksi menurut:

    WORSGWORSG

    SG airyakratarata ++

    = 1 1 min (1)

    Gradien Fluida (GF) = 0.433 SG (2)

    Bila mengandung gas, kurangi GF sekitar 10%.

    3. Tentukan kedudukan pompa (HPIP) kurang lebih 100 ft di atas lubang perforasi teratas. Jarak antara

    motor dan lubang perforasi teratas (HS) kurang lebih 50 ft.

    4. Tentukan laju produksi diinginkan dengan cara memilih kemudian mencoba harga Pwf untuk

    menghitung harga laju total menurut persamaan :

    QTOT = (Ps - Pwf) PI (3)

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 2 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Hitung laju yang diinginkan (Qo) menurut persamaan:

    TOTo QWORQ

    +=

    11 (4)

    Apabila harga tersebut belum sesuai, ulangi memilih harga Pwf dengan penjajalan

    5. Hitung pump intake pressure (PIP) menurut persamaan :

    PIP = Pwf - GF (HS-HPIP) (5)

    Harga PIP harus lebih besar dari BPP (tekanan jenuh); bila tidak terpenuhi, ulangi langkah 4 dan 5

    dengan laju produksi yang lebih rendah

    6. Hitung aras cairan kerja (Zfl) menurut persamaan:

    GFP

    HSZ wffl = (6)

    7. Tentukan kehilangan tekanan sepanjang tubing (Hf) dengan menggunakan Gambar 14.

    8. Hitung total dynamic head (TDH) menurut persamaan:

    ffl HZGFTHPTDH ++= (7)

    9. Pilih jenis dan ukuran pompa dari katalog perusahaan pompa bersangkutan dan gambar yang

    menunjukkan efisiensl maksimum untuk laju produksi yang diperoleh di langkah 4. Baca harga head

    capacity (HC) dan daya kuda motor (HP motor) pada laju produksi tersebut.

    10. Hitung jumlah stages (tingkat):

    HCTDH

    = StagesJumlah (8)

    11. Hitung daya kuda yang diperlukan.

    HP = HP motor Jumlah stages (9)

    12. Tentukan Jenis motor pada Tabel 3 yang memenuhi HP tersebut.

    13. Untuk masing-masing jenis motor, hitung kecepatan aliran di anulus motor (FV)

    22sin )()(

    0119.0

    motorgca

    TOT

    ODIDQFV

    = (10)

    Jenis motor dan OD motor terkecil yang memberikan FV > l ft/detik adalah pasangan yang harus

    dipilih.

    14. Baca harga arus listrik (A) dan tegangan listrik (Vmotor) yang dibutuhkan untuk jenis motor yang ber-

    sangkutan.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 3 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    15. Dari harga arus listrik tersebut pilih jenis kabel pada Gambar 15 (dianjurkan memilih jenis kabel

    yang mempunyai kehilangan tegangan dibawah atau sekitar 30 volt tiap 1000 ft).

    Vkabel = (HS - 50) V/1000 ft (11)

    16. Memilih transformator dan switchboard :

    a. Hitung tegangan yang diperlukan motor dan kabel

    (VTOT) = Vmotor + Vkabel (12)

    b. Hitung KVA = 1.73 VTOT A/1000 (13)

    c. Dari Tabel 4 tentukan transformator yang memenuhi hasil hitungan 16.b

    Karena aliran 3 fasa maka transformator yang dipilih adalah sepertiga dari hasil hitungan 16.

    d. Dari Tabel 5 tentukan switchboard yang memenuhi

    17. Lakukan perhitungan total tegangan pada waktu start sebagai berikut :

    a. Kebutuhan tegangan untuk start = 20.35 voltage rating,

    b. Kehilangan tegangan selama start = 3 kehilangan tegangan biasa,

    16. Bandingkan apakah total tegangan pada waktu start tidak melebihi tegangan yang dikeluarkan oleh

    switchboard. Apabila tidak melebihi, berarti perencanaan sudah baik, apabila melebihi ulangi

    langkah 16.

    Catatan :

    1. ESP dapat dipakai untuk laju produksi 300 sampai 60000 BPD.

    2. Dapat dipakai untuk fluida viskositas tinggi.

    3. Dapat dipakai untuk sumur - sumur air atau sumur injeksi air pada proyek waterflood. Untuk sumur

    injeksi arah impeller harus dibalikkan.

    4. Untuk sumur kepasiran, ESP dapat dipakai sampai derajat kepasiran tertentu, yaitu dengan

    menggunakan impeller atau diffuser khusus yang terbuat dari Ni-Resist.

    5. Untuk sumur korosif perlu dipasang Ressistant Coning Hausing khusus, sumbu as pompa dari

    banan K-monel. Apabila terdapat H2S gunakan kabel Al atau kabel biasa dengan ditutup monel.

    6. ESP menghasilkan panas sehingga dapat menurunkan viskositas fluida produksi; hal mana akan

    membantu sumur dengan masalah parafin.

    7. Untuk sumur bersuhu tinggi (lebih 250F) perlu dipasang Epoxy untuk melindungi kabel, O-ring,

    dan seal (gasket).

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 4 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    8. Untuk sumur miring atau tidak lurus (crooked well) perlu dipasang centralizer agar kabel tidak

    terkelupas.

    3.2 LANGKAH KERJA TROUBLESHOOTINGESP

    3.2.1 METODE API RP 11S

    1. Lakukan pengamatan langsung kelakuan pompa sebagai berikut:

    a. Teliti apakah alat masih bekerja pada besarnya arus listrik yang didisain. (Cara yang umum

    adalah dengan melihat voltmeternya).

    b. Amati karat pada perangkat pompa di permukaan.

    c. Teliti apakah laju produksi nyata masih tercakup dalam "range" kemampuan laju produksi

    pompa.

    d. Teliti apakah alat masih bekerja pada kondisi kerja.

    e. Teliti apakah head discharge pompa bervariasi tidak lebih dari 5%, serta daya kuda

    bervariasi tidak lebih dari 15% .

    f. Lakukan shut-off head, yaitu pompa dijalankan dengan wing-valve ditutup sebentar,

    kemudian amati tekanan kepala sumur.

    g. Teliti apakah total dynamic head (TDH) dan laju produksi turun.

    2. Dari gejala yang telah dideteksi pada butir l klasifikasikan dan tentukan tindakan yang harus

    dilakukan menggunakan Tabel 6 dan 7.

    3.2.2. METODE GRAFIK

    1. Rekam arus dengan amperemeter.

    2. Lakukan analisa terhadap grafik tersebut sebagai berikut:

    a. Pompa berjalan normal.

    Grafik rata dan simetris, harga ampere lebih kurang sama dengan yang tertera di name-

    plate (contoh Gambar 19).

    b. Fluktuasi Daya Listrik (VA)

    Grafik menunjukkan seperti pada Gambar 20. Fluktuasi daya listrik dapat terjadi karena

    adanya pembebanan listrik pada pompa lain yang sedang distart. Gejala serupa juga

    dapat terjadi karena adanya petir.

    c. Gas Lock.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 5 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Keadaan gas lock ditandai olen adanya harga ampere yang rendah. Bila harga ampere

    merosot hingga di bawah underload (batas bawah harga ampere) maka pompa otomatis

    berhenti. Contoh pada Gambar 21.

    - Titik A merupakan saat start pompa, biasanya harga ampere naik 3-8 kali harga

    ampere pada keadaan pompa berjalan normal.

    - Titik B menunjukkan operasi normal.

    - Titik C memperlihatkan berkurangnya harga ampere dan terjadinya fluktuasi akibat

    masuknya gas ke dalam pompa.

    - Titik D menunjukkan kenaikan mendadak harga ampere, ini menandakan arus cairan

    masuk pompa. Selanjutnya terjadi gas lock yang diikuti oleh turunnya harga Ampere

    di E, pada saat ini tidak ada cairan yang diproduksikan.

    Penanggulangan hal ini adalah dengan cara:

    - Matikan pompa agak lama agar gas lock hilang.

    - Turunkan pompa sehingga lebih tenggelam. Bila pompa di rat hole gunakan jaket.

    - Turunkan produksi dengan mengecilkan choke, sepanjang memungkinkan.

    - Apabila dengan cara-cara tersebut di atas tetap tak tertanggulangi, maka pompa harus

    diganti dengan yang lebih kecil atau produksikan secara intermittent dengan

    menggunakan (cycle controller) meskipun cara ini sebenarnya dapat merusak pompa.

    d. Pompa mati karena terjadi interferensi gas atau air. Grafik pada Gambar 22 menandakan

    keadaan pompa mati (pump-off) dan interferensi gas atau air terjadi berkali-kali, hal ini

    terdeteksi karena adanya starter otomatis. Pada Gambar 23, titik A adalah saat start

    pompa, titik B pompa berjalan normal, titik C gas mulai masuk pompa, dan titik D arus

    cairan mendekati pompa dan selanjutnya diiringi dengan matinya pompa karena ampere

    terlalu rendah (under current shut-down).

    e. Pompa mati bukan karena interferensi gas atau air. Grafik pada Gambar 5 menunjukkan

    gejala pompa mati tetapi bukan karena tanpa interferensi gas. Sehingga pada grafik tak

    terlihat fluktuasi. Dalam hal ini kematian pompa adalah akibat tiadanya cairan

    terproduksi sehingga cara penanggulangannya seperti pada masalah gas locking.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 6 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    f. False Starts.

    Grafik pada Gambar 24 yaitu menunjukkan seolah-olah pump off dengan restart yang

    gagal. Kejadian ini adalah sebagai akibat panjang cycle waktu tak cukup untuk

    menghasilkan arus cairan yang cukup tinggi. Unit ini harus diganti dengan yang lebih

    kecil.

    g. Selang-seling start dan mati.

    Grafik pada Gambar 25, yaitu menunjukkan selang-seling kejadian start dan mati, yang

    berlangsung dalam waktu singkat. Kejadian ini adalah akibat ukuran pompa terlalu besar

    atau pompa bekerja dengan TDH (head) yang kurang besar. Cara penanggulangan

    adalah:

    - cek TDH dengan cara menutup wing-valve sesaat.

    - cek kemungkinan kebuntuan aliran di pipa atau tertutupnya katup dipermukaan.

    - hentikan pompa dan cek arus cairan.

    Pompa dengan grafik ampere demikian harus segera dihentikan karena kejadian

    tersebut akan sangat merusak pompa.

    h. Produksi dengan GOR tinggi.

    Cara penanggulangan GOR tinggi adalah dengan pengaturan tekanan selubung dan

    penggunaan separator gas. Grafik serupa juga dapat terjadi karena adanya emulsi,

    sehingga harga ampere biasanya menurun sesaat. Penanggulangannya adalah dengan

    penggunaan deemulsifier (pemecah emulsi). Lihat Gambar 26.

    i. Harga Ampere terlalu kecil.

    Grafik pada Gambar 27, yaitu menunjukkan pompa yang distart berkali-kali, tetapi tidak

    berhasil hidup. Hal ini biasanya terjadi karena harga ampere yang diberikan terlalu

    rendah, sehingga tidak cukup memberi tenaga ke motor untuk mengangkat fluida dengan

    berat jenis dan volume tertentu. Bila dari test terlihat adanya produksi, maka

    penanggulangan-nya adalah dengan melakukan penyetelan under-current (ampere

    rendah). Gambar 27 mungkin pula disebabkan oleh gagalnya relay ketika menghentikan

    batas ampere rendah dari kontrolnya, sewaktu pompa distart secara otomatis. Gambar 27

    juga bisa terjadi karena patahnya pompa.

    j. Beban Rendah.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 7 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Grafik pada Gambar 28, yaitu menunjukkan pompa dijalankan (distart) dengan normal

    tetapi diikuti dengan penurunan harga ampere secara bertahap, selanjutnya terjadi

    keadaan tanpa beban untuk beberapa saat dan akhirnya terjadi kerusakan pada unitnya

    dan pompa berhenti karena overload (beban berlebih). Grafik ini menandakan pompa

    yang salah disain (ukurannya), atau salah melakukan penyetelan pelindung beban

    rendahnya (underload protection relay), kesalahan tersebut mengakibatkan tertahannya

    fluida produksi, sehingga motor bekerja pada keadaan tanpa beban. Selanjutnya karena

    tidak ada aliran maka tidak terjadi pendinginan motor sehingga timbul panas dan ini

    menyebabkan overload (beban berlebih) dan akhirnya motor mati.

    k. Pengontrolan Pompa oleh tangki pengumpul.

    Grafik pada Gambar 29, yaitu menunjukkan harga ampere motor pompa (berhenti dan

    bekerjanya pompa) dikontrol oleh arus cairan tangki pengumpul. Gambar 29

    menunjukkan tenggang waktu (delay) antara saat pompa berhenti dan start kembali

    terlalu singkat. Bila pompa tak dilengkapi check valve (katup penahan aliran balik) yang

    baik, maka setiap pompa berhenti fluida akan turun kembali sehingga pompa akan

    berputar kearah sebaliknya. Menjalankan kembali pompa yang sedang berputar terbalik

    mengakibatkan kerusakan pompa. Biasanya as pompa terpuntir atau as patah. Tenggang

    waktu (delay) antara saat pompa berhenti dan start kembali adalah minimal kurang lebih

    30 menit, yaitu agar fluida dapat stabil kembali.

    l. Beban berlebih.

    Grafik pada Gambar 30. Titik A pada gambar adalah saat dijalankan; biasanya

    menunjukkan harga ampere yang meningkat, B adalah pada keadaan pompa bekerja

    normal, C menunjukkan kenaikan beban hingga mencapai batas tertinggi (overload) dan

    akhirnya pompa mati.

    Gejala peningkatan beban yang diikuti dengan matinya pompa tersebut disebabkan oleh

    hal-hal sebagai berikut :

    - Naiknya berat jenis fluida (misalnya karena terproduksinya lumpur atau fluida

    komplesi).

    - Terjadinya emulsi atau kenaikan viskositas.

    - Terjadinya problem mekanis atau listrik (misal motor panas atau terjadi keausan alat).

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 8 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    - Problem daya listrik.

    m. Beban karena kotoran padat.

    Grafik pada Gambar 31, yaitu mula-mula berfluktuasi tak teratur, selanjutnya normal.

    Gejala ini disebabkan terikutnya scale, pasir atau partikel lumpur waktu sumur mula-

    mula diproduksikan. Walaupun hal ini umum terjadi, sebaiknya dihindari dengan

    terlebih dahulu melakukan pembersihan sumur sebelum pompa distart. Untuk

    mematikan sumur sebaiknya digunakan fluida yang ringan atau hampir sama dengan

    fluida yang akan dipompa.

    Dalam hal tertentu perlu pemberian tekanan balik (menggunakan jepitan), guna

    menahan naiknya harga ampere secara berlebihan. Untuk sumur yang menjumpai

    problem pasir, start harus lambat dengan laju produksi kecil (jepitan dipermukaan

    diperkecil).

    n. Start berulang-ulang.

    Grafik pada Gambar 32, yaitu menunjukkan start normal yang lalu mati karena beban

    berlebinan. Garis-garis naik setelah itu menunjukkan usaha menstart kembali berkali-

    kali. Usaha ini bisa merusak pompa. Dianjurkan pompa di tes terlebih dahulu sebelum

    menstart kembali.

    o. Beban berfluktuasi tak beraturan.

    Grafik pada Gambar 33 harga ampere yang turun naik tak beraturan. Umumnya

    disebabkan adanya fluktuasi pada berat jenis fluida atau adanya variasi tekanan

    permukaan. Akhirannya dapat berakibat pompa mati karena beban berlebihan

    (overload). Grafik serupa bisa juga disebabkan karena pompa tersumbat, motor atau

    kabel terbakar atau sekering putus ( primer atau sekunder).

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 9 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    4. DAFTAR PUSTAKA

    1. ARCO, Pump Course, Super School, Dallas, Jan. 1982,

    2. Beavers, J., Application of Electric Submersible Pumps in Hostile Environments, Pet. Eng.

    International, March 15, 1983,

    3. Brown, K.E., Ed., The Technology of Artificial Lift Methods, Vol 2b, The Petroleum

    Publishing, Co., Okla, 1980.

    4. Centrilift, Submersible Pump Handbook, 3rd Ed, 1981

    5. Devine, D. L.: Variable Speed Submersible Pumps Find Winder Application, OGJ, June 11,

    1979.

    6. Langitan, F. B.: High Volume Submersible Electric Pumps Design Consideration And

    Operation, PT Caltex, June 1974.

    7. Legg, L. V.: Submersible Pump, part 1, 2, 3, 4, OGJ, July 9, July 23, Aug. 27, 1979.

    8. Reda Submersible Pump Catalog, Bartlesville, 1982.

    9. Sam Meek, Personal Communication, Centrilift, PT Inti Jatampura, Jakarta

    10. Winkler, H. M.: Design of Artificial Lift Systems Course for ARCO, Jakarta, Indonesia, 1960.

    11. API Recommended Practice 11 S (RP1lS). 2nd. ED., May 30, 1986.

    12. Centrilift Submersible Pump Handbook, 3rd Ed., 1981.

    13. Design, Specification & Application of Baker Lift Systems Electric Submersible Pumping

    Systems, 1984.

    14. Reda Submersible Pump Catalog, 1984.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 10 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    5. DAFTAR SIMBOL

    A = harga arus listrik, ampere

    BHT = temperatur dasar sumur, F

    BFF = tekanan jenuh, psi

    FV = kecepatan alir dasar snulus motor, ft/detik

    GF = gradien tekanan fluida dengan adanya gas, psi/ft

    GOR = perbandingan gas minyak, SCF/STB

    GS = gradien statik fluida, psi/ft

    HC = head capacity , ft/tingkat

    HF = kehilangan tekanan karena gesekan dinyatakan sebagai ketinggian ft

    HP motor = daya kuda motor, dk

    HPIP = kedalaman letak lubang masuk pompa dari permukaan, ft

    HS = kedalaman lubang perforasi teratas, ft

    ID = diameter dalam pompa, in .

    KA = kadar air, %

    KVA = kilo volt ampere, daya 3 fase

    OD = diameter-luar, in

    PI = indeks produktivitas, b/d/psi

    PIP = tekanan-isap pompa, psi

    PS = tekanan-statik, psi

    PVT = analisa tekanan volume dan suhu cairan

    Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi

    Rs = kelarutan gas dalam minyak, SCF/bbl

    Qo = laju produksi minyak, STB/hari

    QTOT = total produksi cairan, STB/hari

    THP = tekanan kepala sumur, ft

    V motor = tegangan listrik di motor, volt

    VTOT = total tegangan listrik , volt

    V Kabel = kehilangan tegangan listrik di kabel, volt/1000 ft

    WOR = perbandingan laju produksi air terhadap minyak

    Zfl = aras cairan kerja, ft

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 11 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    6. LAMPIRAN

    6.1. LATAR BELAKANG

    Pertama kali ESP (Gambar 1 dan 2) dilakukan di Indonesia oleh Caltex sekitar tahun 1960; kemudian

    sejak tahun 1969. ESP banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan minyak asing maupun

    Pertamina. Dewasa ini ada 4 pabrik ESP yang besar yaitu: Reda, Centrilift, Baker, dan ODI.

    Alat ESP terdiri atas pompa sentrifugal bertingkat banyak (Gambar l dan 2) berputar 3475-3500 rpm,

    60 HZ (atau 2900-2915.50 HZ) dengan motor listrik induksi sinkron kutub, 3 fasa, berbentuk

    sangkar. Antara motor dan pompa terdapat protector atau equilizer, untuk menyamakan tekanan di

    dalam motor dengan sekelilingnya. Motor disini dengan minyak mineral agar tidak mengalirkan

    listrik dan memberi efek lubrikasi serta pendinginan. Pendinginan terutama didapat dari aliran cairan

    produksi. Selain protector di atas kadang-kadang dapat dipakai gas separator untuk sumur yang

    menghasilkan banyak gas.

    ESP biasanya dipakai untuk laju produksi 200-2500 STB/hari, walaupun dapat digunakan untuk

    produksi sampai 95.000 STB/hari. Umumnya dipakai di sumur miring di daerah lepas pantai. Di

    daratan hanya dipakai untuk laju produksi tinggi yaitu di atas 2000 STB/hari. Karena pompa angguk

    akan lebih ekonomis untuk sumur dengan laju produksi rendah.

    Laju produksi sangat menentukan jenis ESP yang dipilih, karena ESP sangat sensitif terhadap laju

    aliran. Hanya kisaran laju produksi tertentu yang dapat diatasi oleh suatu jenis ESP. Laju produksi

    terlalu besar dari kemampuan ESP akan menyebabkan up thrust kerusakan terjadi pada bantalan

    (washer) atas. Sedangkan laju terlalu kecil dari kapasitas ESP akan menyebabkan down thrust yang

    akan merusak bantalan bawah. Perhatikan Gambar 3.

    6.2 CONTOH SOAL

    Penyelesaian

    Data :

    Selubung = 7 inchi, 26 #, 6000 TD (ID : 6.276 inchi)

    Tubing = 3.5 inchi OD

    Listrik = 60 cycle

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 12 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Perforasi = 5800 5850 ft

    PI = 5 STB/hari/psi

    Ps = 1800 @5800 feet

    WOR = 50 %

    THP = 100 psi

    BHT = 160 oF

    GOR = 100 SCF/STB

    SG minyak = 0.86

    SG air = 1.02

    BPP = 600 psi

    Penyelesaian :

    1. Isi Kolom Data.

    2.51

    501 min.

    SG . SG SG airyak rata-rata

    += 9130

    51021508601 .

    .. . . =+=

    Gradien fluida (GF) = 0.433 Sg rata-rata = 0.433 0.913 = 0.395 psi/ft

    Karena terdapat gas maka GF di turunkan sekitar 10%, sehingga harga GF menjadi = 0.35 psi/ft

    (kalau tidak ada gas, gunakan gradien statik 0.395 psi di atas)

    3. Tentukan kedalaman pompa, misalnya 5700 feet, yang berarti jarak motor dengan perforasi 50 ft

    atau jarak perforasi dengan pompa: 100 ft

    4. Ambil Pwf = 700 psi, dengan mempertimbangkan BPP = 600 psi dan besar Qo yang dinginkan.

    QTOT =(Ps-Pwf) PI = (1800 - 700)5 = 5500 STB/hari

    STB/hari 367055005.01

    11

    1=

    +=

    += TOTo QWOR

    Q

    Atur kembali Pwf, bila Qo yang dihasilkan kurang sesuai dengan yang diharapkan.

    5. Hitung pump intake pressure (PIP)

    PIP = Pwf - GF (HS - HPIP)

    = 700 0.35 (5800 - 5700) = 665 psi.

    Ternyata 665 psi lebih besar dari BPP(600 psi), berbagai syarat terpenuhi.

    6. Hitung aras kerja cairan

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 13 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GFP

    HSZ wffl =

    ft 380035.0

    7005800 ==flZ

    7. Tentukan hilang tekanan sepanjang tubing. Dengan menggunakan Gambar 14, pada QTOT = 5500

    BPD dan ukuran tubing = 3.5 inci dengan kondisi tubing bekas, diperoleh hilang tekanan 85

    ft/1000 ft, sehingga:

    ft5.4855700 1000

    85 tubingpanjang ft 1000/feet 85 ===fH

    8. Hitung total dynamic head (TDH)

    ft 45725.485380035.0

    100=++=++= ffl HZGF

    THPTDH

    9. Pilih jenis dan ukuran pompa dengan menggunakan Gambar 4 s.d 13 (hanya sebagian dari gambar

    yang tersedia dari katalog pabrik). Ambil gambar yang dapat memberikan efisiensi maksimum

    untuk laju produksi yang ditentukan pada langkah 4. Dalam seal ini untuk QTOT = 5500 BPD,

    maka gambar yang memberikan efisiensi maksimum adalah Gambar 4. (Tabel 2 dapat digunakan

    untuk memilih jenis pompanya). Tentukan dari Gambar 4 tersebut:

    a. Head capacity (HC) = 2950 ft untuk tiap 100 stages

    b. Horse power motor, HPmotor = 184 HP untuk tiap 100 stages.

    10. Hitung jumlah stages pompa.

    stages 154100/2980

    4572 StagesJumlah ===HC

    TDH

    11. Hitung horse-power motor yang diperlukan:

    HHP = HP motor stages = (184/100) 154 = 284 HP

    12. Pilih jenis motor dari Tabel 3, misalnya type 540 series (5.43 inci OD), maka didapat jenis motor

    300 HP, 1S50 Volts, 87A.

    13. Hitung kecepatan alir di anulus motor (FV)

    ikftODIDQFV

    motorgca

    TOT det/6.6)43.5()276.6(

    55000119.0)()(

    0119.02222

    sin

    =

    =

    =

    Ternyata memunuhi FV > 1 feet/detik

    14. Memilih kabel:

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 14 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    Pilih jenis kabel dari Gambar 15 sedemikian sehingga pada arus yang dipakai (87A) memberikan

    kehilangan tegangan sekitar 30 volt per 1000 ft (umumnya setengah dari maksimum). Dalam hal

    ini didapat jenis kabel # 1/0 AL dengan kehilangan tegangan 27 volt per 1000 ft. Kehilangan

    tegangan di kabel = (5750 27/1000 = 155 volt.

    15. Pilih transformator dan switch board

    a. Total tegangan yang diperlukan = 2150 + 155 = 2305 volt.

    b. 3471000

    87230573.11000

    a total tegangan 73.1=

    =

    =KVA

    c. Tentukan ukuran transformator. Dengan menggunakan Tabel 4 didapat 3150 KVA, yaitu

    dipilih ukuran yang lebih besar dari total KVA diperlukan (347 KVA).

    d. Tentukan switchboard. Dengan menggunakan Tabel 5 dipilih RPR-2, yaitu 2400 volt, 700 HP,

    360 A. Switchboard yang dipilih harus mempunyai kapasitas lebih besar dari kebutuhan (2306

    volt, 285 HP, 87A).

    16. Lakukan perhitungan untuk membuktikan bahwa motor dapat dihidupkan (distart) dengan

    transformator, kabel, switch board yang dipilih.

    o Kebutuhan tegangan untuk start = 0.35 voltage rating ! = 0.35 2150

    ! = 752.5 Volt.

    o Kehilangan tegangan selama start = 3 156 volt = 468 volt Ternyata tegangan yang tersedia 2400 > (752 + 468). Kesimpulan semua peralatan yang telah

    dipilih dapat berjalan.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 15 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    6.3 GAMBAR DAN TABEL YANG DIGUNAKAN

    GAMBAR 1 SUBMERSIBLE CENTRIFUGAL PUMPING UNIT

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 16 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 2 POMPA ESP

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 17 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 3 KEMUNGKINAN POSISI IMPELLER

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 18 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 4 REDA PUMP PERFORMANCE CURVE 100 STAGES G180-60 Hz-

    540 SERIES 3500 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 19 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 5 REDA PUMP PERFORMANCE CURVE 100 STAGES G110-60 Hz-

    540 SERIES 3500 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 20 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 6 REDA PUMP PERFORMANCE CURVE 100 STAGES E35-60 Hz-

    450 SERIES 3500 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 21 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 7 REDA PUMP PERFORMANCE CURVE 100 STAGES GN2000-50 Hz-

    540 SERIES 2917 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 22 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 8 REDA PUMP PERFORMANCE CURVE 100 STAGES GN2000-60 Hz-

    400 SERIES 3500 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 23 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 9 REDA PUMP PERFORMANCE CURVE 100 STAGES DN1750-60 Hz-

    400 SERIES 3500 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 24 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 10 REDA PUMP PERFORMANCE CURVE 100 STAGES DN1000-60 Hz-

    400 SERIES - 2917RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 25 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 11 REDA PUMP PERFORMANCE CURVE 100 STAGES DN1000-60 Hz-

    400 SERIES-3500 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 26 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 12 REDA PUMP PERFORMANCE CURVE 100 STAGES DN750-60 Hz-

    400 SERIES-3500 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 27 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 13 REDA PUMP PERFORMANCE CURVE 100 STAGES A400-60 Hz-

    338 SERIES-3500 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 28 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 14 KEHILANGAN TEKANAN DALAM PIPA

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 29 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 15 CHART HILANG TEGANGAN

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 30 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 16 VISKOSITAS MINYAK TANPA GAS PADA SUHU RESERVOIR

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 31 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 17 MERUBAH CP KE SSU

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 32 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 18 VISKOSITAS MINYAK JENUH GAS PADA P DAN T RESERVOIR

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 33 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 1

    KOLOM DATA UNTUK PERHITUNGAN ESP

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 34 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 35 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 2

    POMPA 60 Hz 3500 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 36 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 2 (LANJUTAN)

    POMPA 60 Hz 3500 RPM

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 37 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 3

    MOTOR 60 Hz

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 38 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 39 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 40 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 4

    TRANSFORMATOR FASA TUNGGAL

    60 Hz, UNTUK KENAIKAN SUHU 56 oC

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 41 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL 5

    DATA UMUM SWITCHBOARD

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 42 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    TABEL-6

    Analisa Gejala Kerusakan Pompa dan Penanggulangannya Pompa Sedang Bekerja.

    Gejala Penyebab Tindakan 1. Produksi diatas kapasitas

    pompa 2. Tak berproduksi atau

    produksi dibawah kapasitas pompa.

    - Teliti aras cairan dan tekanan alir dasar sumur Pwf. Bila aras cairan cukup, perkecil jepitan agar tekanan kepala sumur naik dan laju produksi sesuai dengan kapasitas pompa.

    - Atau ganti pompa dengan

    ukuran yang lebih besar. - Lihat tindakan pada 1.a - Teliti desain TDH nya. - Pertukaran kedudukan 2 kabel

    di switchboard agar arah perputaran pompa benar. (Lakukan tindakan ini setelah pompa berhenti berputar terbalik atau fluida di sumur telah kembali stabil.

    - Lakukan kebocoran tubing.

    Apabila tubing terbukti bocor, ganti tubing.

    - Kadang-kadang dari tinggi

    atau rendahnya ampere bisa dihitung bocornya aras fluida dan ukuran pompa (dibandingkan desainnya)

    - Teliti plug bila dipakai -tool. - Teliti tekanan di pipa

    permukaan dan kepala sumur. Apabila terlalu tinggi, cari dan tanggulangi penyebabnya agar tekanan turun.

    - Bersihkan sumur.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 43 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    - Kotoran yang menyumbat

    lubang masuk pompa kadang-kadang dapat dibersihkan dengan aliran pompa balik (berputar terbalik) yaitu apabila tidak dipakai check valve.

    - Ganti, betulkan as/pompa. - Bila saja relay arus rendah

    dipakai hal ini dapat menghentikan pompa karena rendahnya arus.

    - Tentukan arus fluida dan Pwf

    serta teliti tekanan pompa (discharge pressure) dengan jalan menutup tubing. Apabila menunjukkan turunnya head atau kapasitas pompa, ganti pompa.

    - Teliti dan ganti bila bocor. - Teliti dan perbaiki. - Teliti TDH dan aras fluida,

    sesuaikan tekanan kepala sumur (rubah jepitan)

    - lihat Tabel 7.1 b.

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 44 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 19. POMPA BERJALAN NORMAL

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 45 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 20. FLUKTUASI DAYA LISTRIK

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 46 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 21. GAS LOCK

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 47 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 22. POMPA MATI DAN TERJADI INTERFERENSI GAS ATAU AIR

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 48 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 23. POMPA MATI TANPA INTERFERENSI GAS ATAU AIR

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 49 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 24. FALSE START

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 50 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 25. SELANG - SELING ANTARA KEJADIAN START DAN MATI

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 51 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 26. PRODUKSI DENGAN GOR TINGGI

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 52 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 27. AMPERE TERLALU RENDAH

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 53 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 28. BEBAN RENDAH

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 54 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 29. EFEK PENGONTROLAN POMPA OLEH TANGKI PENGUMPUL

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 55 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 30. BEBAN BERLEBIH

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 56 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 31. BEBAN KOTORAN PADAT

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 57 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 32. START BERULANG ULANG

  • TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.04

    JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN

    SUB JUDUL : Perencanaan dan Troubleshooting (ESP)

    Halaman : 58 / 58 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

    Manajemen Produksi Hulu

    GAMBAR 33. BEBAN BERFLUKTUASI TAK BERATURAN