esember 2013 -...

BULETIN BIDANG URUSAN AGAMA KATOLIK

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA NTT

ISSN 2354-6158

Tahun I/Edisi 02

Juli - Desember

2013

2 Buletin Bidang Urusan Agama Katolik Kanwil Kementerian Agama NTT

small & inspiring

3 email: [email protected]

Sebuah Kaleidoskop

Dari Kami

Oleh: JB KledenPemred/Penanggungjawab

TANPA kita sadari, kita telah berada di penghujung tahun 2013. Sangat boleh jadi edisi 02 Inter Nos ini tiba di tangan pemb-aca pada awal tahun 2014. Tentu itu terjadi karena kondisi internal yang tidak disen-gajakan namun juga tidak bisa dihindari. Kendati demikian puji syukur tetap kita panjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menuntun setiap langkah dan usaha kita, sehingga edisi 02 ini dapat terbit.

Satu hal yang menggembirakan bahwa dalam terbitan edisi 02 ini Inter Nos sudah mengantongi ISSN – International Stan-dard Serial Number dengan nomor 2354-6158 dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai Pusat Nasional

Bidang Urakat tahun 2013. Kami men-yadari sepenuhnya sebagai orang dalam, membuat evaluasi mengenai diri sendiri bukan hal mudah. Unsur subyektifi tas tentu sangat berpengaruh. Buruk muka cermin dibelah. Tambahan lagi, kita sendi-ri belum memiliki alat ukur yang jelas dan baku.

Maka pilihan yang diambil bukanlah se-buah performance evaluation (evaluai kin-erja), apalagi yang namanya performance appraisal (penilaian kinerja) yang mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang baku. Yang ditampilkan dalam edisi ini hanyalah sebuah performance report (laporan kinerja) dalam bentuk kaleido-skop kegiatan selama tahun 2013 untuk sebuah kebutuhan dokumentasi dengan harapan dapat dijadikan sebagai titik to-lak dan sumber inspirasi bagi pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2014 agar lebih baik dari yang tercatat di sini.

AKHIRYA atas nama seluruh Dewan Re-daksi, kami menyampaikan Salam Natal 2013 dan Tahun Baru 2014 bagi seluruh pembaca Inter Nos di mana saja berada. (*)

ISSN untuk Indonesia yang berpusat di Paris. Dengan diperolehnya ISSN dari Pu-sat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI ini, Inter Nos dapat menjadi wahana yang diterima secara ilmiah bagi para Guru, Pen-gawas dan Penyuluh Agama Katolik untuk mempublikasikan karya tulis ilmiah bagi pengembangan profesi mereka.

SEBAGAI edisi akhir tahun, kami menja-dikan edisi ini sebagai kesempatan untuk mengevaluasi program kerja dan kegiatan


small & inspiring

Pengarah :

Penanggungjawab :

Pemimpin Redaksi :

Dewan Redaksi:

Tim Penyunting/Editor :

Sekretaris Redaksi:

Desain Grafi s/Layout :

Alamat Redaksi/Sirkulasi :

Kepala Kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Nusa Tenggara Timur (ex-offi cio)

Kepala Bidang Urusan Agama KatolikKantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Nusa Tenggara Timur (ex-offi cio)

JB Kleden

Drs. Mela Petrus, M.SiArnold Bria Sae, S.Ag, M.Si

Elisabet I. S. Ningthias, SEHerman Haki, S.AgYuliana Hun

Frans Salem, S.Ag

Vico Patty

Bidang Urusan Agama KatolikKantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Nusa Tenggara Timur Jl. Frans Seda – KupangTlp/Fax: 0380-8553995 email Buletin: [email protected] Bidang: [email protected]

PERCETAKAN :

Cikal Imaji - Kupang Isi di luar tanggungjawab percetakan

Redaksi menerima berita, opini, baik dari kalangan internal maupun dari penulis di luar lingkup Kanwil Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai dengan misi penerbitan majalah ini. Redaksi berhak melakukan editing tanpa mengubah isi dan struktur naskah. Naskah yang tidak dimuat tidak dikembalikan.

DITERBITKAN OLEH SEKSI INFORMASI BIDANG URUSAN AGAMA KATOLIK

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMAPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


Picture Disputatio

DARI ENDE

UNTUK

INDONESIA

MENTERI Agama, H. Suryadharma Ali dan

Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi

Potokota, Pr, bersama Kepala Sekolah dan

Guru MIN Ende foto ber-sama di halaman depan

Gedung MIN Ende usia peresmian gedung itu

oleh Menteri Agama, Minggu (08/12/2013).

“Saya belajar ker-ukunan dari Ende,” kata

Menag Suryadharma Ali. Beliau begitu

terkagum-kagum bahwa dalam acara itu, seorang Kepala

MIN bisa mendaulat seorang Uskup Katolik

untuk memberikan sambutan mewakili MIN

Ende kepada Menteri Agama. Bapak Menteri, Verba Movent, Exem-

pla Trahut, Kata-kata menggerakan, contoh

hidup menarik. Dari Ende, Nusa Bunga

untuk Nusantara. (teks

& foto: JB Kleden)


small & inspiring

Setahun Mewujudkan TusiBidang UrakatHalaman 8

Kaleidoskop Bidang Urakat 2013Halaman 15Dalam Tahun Anggaran 2013 Bidang Urakat menyelenggarakan tujuh (7) kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas iman umat Katolik, yakni: 1) Pembinaan Orang Muda Katolik (OMK); 2) Pembinaan para Pembina Bina Iman Anak; 3) Pembinaan Keluarga Sejahtera; 4) Pembinaan Penyuluh/Juru Penerang dan Tenaga Teknis Agama Katolik; 5) Lomba baca dan kuis Kitab Suci; 6) Pertemuan Pimpinan Lembaga Agama dan Pejabat Bimas Katolik; 7) Rakor pelaksanaan program dan anggaran. Biaya yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan ini sebesar Rp.2.462.053.000,-

“Meskipun realisasimencapai 100%, seseluruh program daterkait dengan tugajawab Bidang Urusadalam tahun 2013 dberhasil dan terlaksdirencanakan.”


Daftar Isi

Bagan Struktur

OrganisasiKanwil

Kementerian Agama

Provinsi NTTHalaman 40

Dari Kami 3

Picture Disputatio 5

Daftar Isi 6-7

Primus InterNOS I 8-14

Primus InterNOS II 15-39

Pertemuan Penyuluh Agama Katolik di Larantuka 16

Pembinaan Keluarga Sejahtera di Belu 20

Sinkronisasi dan Penyusunan Program 23

Pertemuan Pimpinan Lembaga Agama 25

Lomba Kitab Suci Antar Keuskukan se-NTT 28

lisasi anggaran tidak %, secara umum

am dan kegiatan yang n tugas dan tanggung-Urusan Agama Katolik

2013 dapat dikatakan erlaksana sebagaimana ”

Pembinaan para Pembina Bina Iman Anak 32

Pertemuan OMK Di Labuan Bajo 34

Domos 40-51

Sekenanya Saja 52


small & inspiring

SetahunMewujudkan

TusiBidangUrakat

“Meskipun realisasi

anggaran tidak men-

capai 100%, secara

umum seluruh program

dan kegiatan yang ter-

kait dengan tugas dan

tanggungjawab Bidang

Urusan Agama Katolik

dalam tahun 2013 dapat

dikatakan berhasil dan

terlaksana sebagaimana

direncanakan.”


Primus Internos


small & inspiring


Primus Internos

Demikian penilaian Kepala Bidang Uru-san Agama Katolik, Kanwil Kementerian

Agama NTT, Yakobus Beda Kleden, terkait pelaksanaan tugas Bidang Urusan Agama Katolik Tahun 2013 dalam ra-pat evaluasi akhir tahun ber-sama seksi terkait, pada bulan Desember 2013.

Kabid Urakat JB Kleden men-jelaskan bahwa realisasi ang-garan Bidang Urusan Agama Katolik mencapai 84,26%. Kalau berpikir secara linear, maka orang akan menarik kesimpulan bahwa realisasi pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Urakat juga mencapai 84,26%. “Anggaran kita adalah anggaran berba-sis kinerja, bukan kinerja ber-basis anggaran. Kalau kinerja berbasis anggaran, otomatis anggaran 100% kinerja juga musti 100%. Jika kinerja tidak 100% bisa dipastikan ada ker-ugian negara. Tetapi karena anggaran kita berbasis kiner-ja, bisa saja terjadi realisasi an-ggaran tidak mencapai 1005 namun pelaksanaan pro-gram dan kegiatan mencapai 100%,” paparnya.

Ia menjelaskan 15,74% an-ggaran yang tidak bisa di-realisasikan itu karena ada kelebihan anggaran belanja gaji pegawai dan perjalanan


small & inspiring

kegiatan yang tidak bisa digunakan. Hal ini terjadi karena waktu penyusunan rencana anggaran untuk kegiatan Tahun 2013, ti-dak terdapat data yang pasti mengenai besaran kenaikan gaji dan harga tiket atau ongkos bus, karena itu dibuat perkiraan. Dengan demikian ketika terjadi kelebihan harus disetor kembali ke kas negara.

“Jika ditelisik per kegiatan, maka akan ditemukan bahwa semua program dan ke-giatan kita terlaksana sebagaimana telah direncanakan dalam Rencana Kerja Tahun 2013,” ujarnya.

Bukan hanya urus bantuan

Lebih lanjut Kabid Urakat, menuturkan bahwa selama ini Bidang Urakat lebih dikenal umat katolik karena memberikan bantuan bagi pembangunan gereja, lem-baga keagamaan dan penyuluh Agama non-PNS. Padahal tugas dan fungsi (Tusi) Bidang Urakat tidak hanya itu.

“Setidaknya ada 4 hal besar yang men-jadi tugas dan fungsi Bidang Urusan Ag-ama Katolik, yakni bimbingan, pelayanan, pemberdayaan dan pengembangan, den-gan subyek pelayanan kepada lembaga agama Katolik, penyuluh agama Katolik, keumatan, sistem informasi dan tata kelola pemerintahan yang baik,” jelas Kleden.

Terkait sorotan masyarakat pada soal pem-berian bantuan rehabilitasi gereja, dan tunjangan penyuluh non-pns, mantan Ka-subag Hukmas dan KUB Kanwil Kementeri-an Agama NTT tahun 2009-2012 ini, men-gatakan hal itu dapat dipahami karena rawan unsur subyektivitas dalam penentu-an lembaga atau person penerima bantu-

Sesuai PMA tersebut Bidang Urusan Agama Katolik Kanwil Kementerian Ag-ama NTT mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan, dan pembi-naan, serta pengelolaan sistem informasi di bidang urusan agama Katolik ber-dasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepa-la Kantor Wilayah Kement-erian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tugas dan fungsi ini kemudian dijabar-kan dalam serangkaian pro-gram dalam Rencana Kerja Tahunan yang dimasukkan ke dalam Konsep DIPA.


Primus Internos

an. “Selama kita berpikir bahwa masalahn-ya ada di luar sana, pemikiran itu sendiri merupakan sebuah masalah. Maka tugas kita bersama adalah melihat penilaian itu secara obyektif dan kritis agar ke depan stigma itu bisa kita hapus dengan bekerja secara benar sesuai aturan dan secara baik sesuai dengan hati nurani kita,” katanya.

Pahami Tusi dengan baik

Dikatakan untuk bisa menyusun dan melaksanakan program secara benar, kita harus mengenal tugas, fungsi (Tusi), or-ganisasi dan tata kerja (Ortaker) Bidang Urakat sebagaimana diatur dalam Pera-turan Menteri Agama RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja In-stansi Vertikal Kementerian Agama.

Sesuai PMA tersebut Bidang Urusan Ag-ama Katolik Kanwil Kementerian Agama NTT mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, bimbingan, dan pembinaan, serta pengelolaan sistem informasi di bidang urusan agama Katolik berdasar-kan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Ag-ama Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tugas dan fungsi ini kemudian dijabarkan da-lam serangkaian program dalam Rencana Kerja Tahunan yang dimasukkan ke dalam Konsep DIPA.

Sesuai dengan tugas dan fungsi tersebut, serta memperhatikan reksa pastoral gere-ja, dalam tahun anggaran 2013, di samping bantuan sosial dan layanan perkantoran, Bidang Urusan Agama Katolik menye-lenggaraan tujuh (7) kegiatan yang berke-naan dengan urusan keagamaan, yakni: 1) Pembinaan Orang Muda Katolik (OMK) di

Labuan Bajo; 2) Pembinaan para Pembina Bina Iman Anak di Bajawa; 3) Pembinaan Keluarga Sejahtera di Atambua; 4) Pembi-naan Penyuluh/Juru Penerang dan Tenaga Teknis Agama Katolik di Larantuka; 5) Lom-ba baca dan kuis Kitab Suci antar Keusk-upan di Kupang; 6) Pertemuan Pimpinan Lembaga Agama dan Pejabat Bimas Ka-tolik di Kupang; 7) Rakor Pelaksanaan Pro-gram dan Anggaran di Soe.

“Secara umum semua kegiatan ini berha-sil dilaksanakan sesuai rencana dan boleh dikatakan mencapai 100%. Pertanyaan kita apakah semua kegiatan tersebut men-capai outcome yakni meningkatnya kuali-tas pelayanan dan bimbingan masyarakat Katolik, perlu ada tolok ukur penilaian tersendiri dengan memperhatikan Indika-tor Kinerja Utama dan Indikator Kinerja Kegiatan serta Output yang dihasilkan dari kegiatan ini. Kita belum bisa lakukan pe-nilaian kinerja secara komprehensif untuk ini,” ujarnya. (frans salem).


small & inspiring

NoKode

KegiatanNama Kegiatan Anggaran Realisasi %

1. 2140Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama

Katolik 2,820,053,000 2,525,061,660 89.54

2140.001Institusi/Lembaga Keagamaan Katolik Yang

Terbina 1,620,733,000 1,417,165,897 87.44

2140.004 Lembaga Keagamaan Katolik Yang Terbantu 350,000,000 350,000,000 100.00

2140.006 Event Keagamaan 191,320,000 111,339,200 58.20

2140.007 Lembaga Keagamaan Katolik Yang Bermutu 300,000,000 300,000,000 100.00

2140.008 Tunjangan Penyuluh Non PNS 108,000,000 108,000,000 100.00

2140.995 Kendaraan Bermotor 240,000,000 238,556,563 99.40

2140.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 10,000,000 - 0

2. 2141Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya Bimas Katolik 694,534,000 548,770,810 79.01

2141.994 Layanan Perkantoran 694,534,000 548,770,810 79.01

TOTAL 3,514,587,000 3,073,832,470 84.26

Realisasi Pelaksanaan Anggaran

Bidang Urusan Agama Katolik Tahun 2013


Primus Internos II

Oleh Petrus Mela

Kaleidoskop Bidang Urakat

2013


small & inspiring

Dalam Tahun Anggaran 2013 Bidang Urakat menyeleng-garakan tujuh (7) kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas iman umat Katolik,

yakni: 1) Pembinaan Orang Muda Kato-lik (OMK); 2) Pembinaan para Pembina Bina Iman Anak; 3) Pembinaan Keluarga Sejahtera; 4) Pembinaan Penyuluh/Juru Penerang dan Tenaga Teknis Agama Ka-tolik; 5) Lomba baca dan kuis Kitab Suci; 6) Pertemuan Pimpinan Lembaga Agama dan Pejabat Bimas Katolik; 7) Rakor pelak-sanaan program dan anggaran. Biaya yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan ini sebesar Rp.2.462.053.000,- Berikut laporan selengkapnya.

Pertemuan Penyuluh Agama Katolik di

Larantuka

JUMAT 13 Juni 2013. Hari masih pagi ke-tika rombongan penyuluh agama katolik se-daratan Timor, Alor dan Sumba, tiba di bandara Gewayang Tanah, Larantuka. Dengan taxi bandara, rombongan menuju Rumah Retret St. Maria milik Susteran PRR di Weri, Larantuka. Di sana sudah menung-gu peserta dari Larantuka sebagai tuan rumah. Sekitar pkl 16.00 Wita, rombongan terakhir dari ujung barat pulau Flores, La-buan Bajo tiba. Seluruh peserta berjum-lah 40 orang. Mereka datang dari semua kabupaten/kota se-NTT untuk mengikuti Pertemuan Pembinaan Penyuluh Agama selama tiga hari dari tanggal 13 s/d 16 Juni 2013. Kegiatan dengan alokasi dana sebesar Rp.198.225.000,- itu dibuka secara resmi oleh Kepala Bidang Urusan Agama Katolik, Yakobus Beda Kleden.


Primus Internos II


small & inspiring

Kepala Seksi Penyuluhan Bidang Urakat Kanwil Kemenag NTT, Arnoldus Bria Sae, selaku ketua panitia pelaksana, melapor-kan tujuan pelaksanaan kegiatan ini un-tuk meningkatkan kualitas pengetahuan, pemahaman dan kesadaran para Penyu-luh Agama Katolik akan iman Katolik dan nilai-nilai kebangsaan sehingga menjadi kader gereja dan bangsa yang berkualitas. “Juga untuk membangun komitmen ber-sama di antara para penyuluh agama agar juga semakin meningkat kinerja sebagai penyuluh dalam mewujudkan masyarakat Katolik NTT yang Beriman, Cerdas, Rukun, dan Sejahtera ( BERNAS),” papar Arnold Bria Sae dalam laporannya.

Kabid Urakat Kanwil Kemenag NTT, Yako-bus Beda Kleden, ketika membuka kegia-tan ini mengajak para Penyuluh Agama Ka-tolik untuk senantiasa mengaktualisasikan tugas dan tanggungjawab mereka baik da-lam penyuluhan agama maupun penyam-paian pesan-pesan pembangunan melalui bahasa agama. Dalam jaman yang sema-kin maju ini, menurut Kleden, seorang Penyuluh Agama Katolik, harus memiliki sedikitnya empat (4) kompetensi dasar, yakni Kompetensi Profesional, Pedagogik, Sosial dan Kepribadian.

“Kompetensi Profesional berkenaan den-gan pengetahuan yang memadai tentang pokok-pokok ajaran agama Katolik dan wawasan kebangsaan; Kompetensi Ped-

agogik berkenaan dengan kemampuan mengkomunikasikan bahan penyuluhan yang bersifat mendidik; Kompetensi So-

sial berkenaan dengan kemampuan men-jalin relasi dan jejaringan kerja dengan semua lapisan masyarakat; dan Kompe-

tensi kepribadian yaitu memiliki integri-

“Kompetensi Profesional berkenaan dengan pen-getahuan yang memadai tentang pokok-pokok ajaran agama Katolik dan wawasan kebangsaan; Kompeten-

si Pedagogik berkenaan dengan kemampuan mengkomunikasikan bahan penyuluhan yang bersifat mendidik; Kompetensi

Sosial berkenaan dengan kemampuan menjalin relasi dan jejaringan kerja dengan semua lapisan masyarakat; dan Kompetensi kepriba-

dian yaitu memiliki integri-tas iman dan moral,”


Primus Internos II

tas iman dan moral,”jelasnya.

Disamping Kabid Urakat yang memberi masukan mengenai kebijakan teknis, para Penyuluh juga dibekali dengan pemaha-man tentang Arah Pastoral Gereja dan Per-an Penyuluh dalam Masyarakat Dinamis oleh Ketua Komisi Kitab Suci Keuskupan Lanrantuka, Romo Eduardus Djebarus, Pr. “Seorang penyuluh agama katolik adalah pegawai pemerintah, namun ia melak-sanakan tugas penyuluhan mengenai agama Katolik, maka wajib baginya me-

mahami isi iman dan arah pastoral Gere-ja,” tandas Rm Edu, sambil menegaskan bahwa untuk itu seorang penyuluh agama seyogyanya selalu berada di Puspas Keu-skupan untuk mendalami reksa pastoral ketimbang berada di Kantor. “Selama ini yang terjadi penyuluh ada di Kantor dan tiba-tiba datang minta Pastor Paroki tanda tangani laporan, sementara Pastor Paroki sendiri tidak tahu apa yang ia wartakan dan kepada siapa ia mewartakan di Paroki,” ujarnya mengeritik.

Sementara Sekjen Keuskupan Larantuka, Rm. Fransiskus da Santo, Pr, dalam ma-terinya mengenai Spiritualitas Penyuluh Agama Katolik, menegaskan, seorang Pen-


small & inspiring

yuluh Agama harus senantiasa menggali kekayaan spiritual dalam Gereja. Kekuatan seorang petugas pastoral menurut Rm. Festo (demikian ia disapa) adalah pada doa dan membangun komunikasi yang intens dengan Tuhan. “Bagaimana mungkin kita memberikan pencerahan iman, sementa-ra kita sendiri tidak memiliki komunikasi yang baik dengan Yesus yang kita war-takan,” tanda Rm. Festo.

Kegiatan yang menjadi tanggungjawab Seksi Penyuluhan ini diakhiri dengan ori-entasi lapangan dalam bentuk ziarah ro-hani ke objek penyuluhan di Kapela “Tuan

Berdiri” Wure Adonara Barat, dan makam Mgr. Gabriel Manek, SVD pendiri tarekat Putri Renya Rosari (PRR).

Salah satu hasil penting dari kegiatan ini adalah kesepakatan para penyuluh untuk melaksanakan tugas dengan baik terma-suk membuat laporan pelaksanaan tugas. “Mengingat tugas penyuluhan cukup ban-yak dan kondisi medan yang amat luas, kami berharap Bapak Kabid bisa mem-perjuangkan tunjangan operasional bagi kami,” demikian harapan para pe nyuluh yang disampaikan Benyamin Raya me-wakili rekan-rekannya. Menanggapi hal ini Kabid Urakat berjanji akan memper-juangkan dalam DIPA 2014. Namun Kabid juga menegaskan tugas seorang penyuluh agama adalah di lapangan, di paroki bu-kan di kantor. “Dengan atau tanpa dana operasional wilayah kerja seorang penyu-luh agama adalah di di paroki, bukan di kantor. Namun permintaan ini akan tetap diperjuangkan untuk membantu kelancar-an pelaksanaan tugas penyuluhan di lapa-ngan,” tegas Kleden.

Pembinaan Keluarga Sejahtera di Belu

KEGIATAN kedua yang dilaksanakan ada-lah Pembinaan Keluarga Sejahtera Katolik dari tanggal 25 s/d 28 Juni 2013 bertem-pat di Hotel King Star –Atambua-Belu. Kegiatan yang melibatkan 20 pasangan


Primus Internos II

suami-istri Katolik dari 19 Kabupaten/Kota se Prov.NTT ini dilaksanakan oleh Seksi Pemberdayan Umat. Menurut Kepa-la Seksi Pemberdayaan Umat, Elisabet I.S. Ningtias, selaku Ketua Panitia, kegiatan ini lahir dari kesadaran bahwa institusi per-tama yang didirikan Allah, bukan gereja

dan bukan pula sekolah tetapi keluarga, karena itu keluarga sebagai sel gereja dan masyarakat perlu diberdayakan secara berkesinambungan.

“Karena itu para pasutri yang usia per-kawinannya di atas 5 tahun kita hadirkan


small & inspiring

sebagai peserta pertemuan agar mereka bisa memperkuat komit-men janji nikah mereka. Jika kelu-arga-keluarga Katolik kuat, maka Gereja dan Masyarakat juga akan kuat,” paparnya. Untuk mencapai maksud itu, maka seluruh kegiatan dipandu oleh Komisi Keluarga Keu-skupan Atambua, Rm. Leonardus Edel Asuk, dan Rm. Maxi Alo Bria, Pr, Pastor Paroki Atapupu, jelas Ketua Panitia dalam laporan pembukaan kegiatan.

KabidUrakat yang membuka ke-giatan ini antara lain menegaskan bahwa kehidupan keluarga Katolik bukanlah sesuatu yang suci mur-ni dan mantap dalam keabadian. Masih terdapat banyak persoalan yang dapat mengurangi kualitas hidup berkeluarga, seperti KDRT,

perceraian dan narkoba. “Untuk itu diperlukan pembinaan keluarga termasuk pembinaan kepribadian, moral dan keagamaan, sebagai up-aya terwujudnya Keluarga Katolik yang bahagia dan sejahtera. Saya berharap para pasutri yang hadir sebagai peserta sungguh-sungguh terlibat dalam seluruh rangkaian proses kegiatan ini sehingga meng-hasilkan sesuatu yang berguna bagi pembinaan keluarga katolik,” ujar Kabid Urakat, JB Kleden.

Pertemuan ini merekomendasikan pentingnya pembinaan iman anak dalam keluarga dan pembinaan Pasutri setelah nikah, bukan hanya


Primus Internos II

pra-nikah dalam bentuk kursus persiapan perkawinan. Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya gugatan terha-dap belis. Kendati belis memiliki arti pent-ing sebagai bentuk penghargaan terhadap kaum perempuan, jangan sampai meng-hambat pemberkatan nikah, karena ada pasangan yang tidak diijinkan keluarga menerima sakramen pernikahan sebelum urusan belis diselesaikan.

Sinkronisasi dan Penyusunan Program

DARI Atambua kita menuju SoE, Kabupa-ten Timor Tengah Selatan. Di kota dingin ini dalam selimut hawa bulan Juli para Kepala Seksi Urusan dan Bimas Katolik se-NTT berkumpul untuk Rapat Koordinasi,

Evaluasi dan Sinkronisasi Program Bidang Urakat. Kegiatan yang berlangsung di Ho-tel Gajah Mada-Soe selama tiga hari dari tanggal 16 s/d 19 Juli 2013 dengan alokasi dana sebesar Rp.180.420.000,- ini menjadi bagian integral dari tugas Seksi Informasi Keagamaan Katolik.

Kepala Seksi Informasi Urusan Agama Ka-tolik, Petrus Mela yang mengkomandani penyusunan program ini menjelaskan maksud pertemuan ini adalah untuk men-yamakan persepsi mengenai pelaksanaan program Bimbingan Masyarakat Katolik di NTT agar tidak tumpang tindih antara ke-giatan pusat, kanwil dan kabupaten kota.

Kakanwil Kemenag NTT, Drs. Eusabius Bin-


small & inspiring

sasi, ketika membuka kegiatan ini mene-gaskan bahwa tugas Kementerian Agama ke depan tidaklah semakin mudah. Seiring dengan peningkatan anggaran Kement-erian Agama, masyarakat juga menuntut pelayanan yang lebih baik dari aparatur Kementerian Agama, karena itu disamp-ing membahas program dan anggaran, penting juga para kepala seksi membic-arakan langkah-langkah yang harus diker-jakan bersama untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan benar. “Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan benar, tidak hanya mem-butuhkan komitmen pribadi tetapi juga kebersamaan tindakan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambun-gan,” kata Kakanwil Eusabius Binsasi.

Disamping, Kepala Kanwil, peserta juga

mendapatkan gambaran mengenai Pro-gram Strategis Bidang Urakat dari Kabid Urakat; Mekanisme Penyusunan Program dan Pelaksanaan Anggaran oleh Donny Kurniawan & Amris, dari KPPN Kupang; dan Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Kementerian Agama oleh Reginaldus Selly


Primus Internos II

Serang, Kasubag Perencanaan dan Keuan-gan Kanwil Kemenag NTT.

Pertemuan Pimpinan Lembaga Agama

SALAH satu bentuk kongkrit upaya pem-berdayaan lembagaan agama Katolik adalah melalui pemberian bantuan sosial. Agar pemberian bantuan sosial ini sung-guh tepat sasar sesuai dengan maksud peruntukkan oleh negara, Seksi Kelem-bagan memandang perlu mengadakan pertemuan para Pejabat Bimas Katolik dan Pimpinan Lembaga Keagamaan. Per-temuan yang digelar dari tanggal 31 Juli s/d 03 Agustus 2013 di Hotel Cahaya Bapa Jl. Herewila Naikoten II Kupang dengan dana sebesar Rp.203.025.000, membahas mengenai mekanisme pemberian bantu-an sosial di lingkungan KementerianAg-ama.

Dengan mengusung tema: Meningkatkan Kerjasama dan Sinkronisasi Pelayanan Bantuan Sosial keagamaan demi Pening-katan Mutu Lembaga Keagamaan Katolik, menurut ketua Panitia Pelaksana, Elisabeth I.S Ningtias, kegiatan ini bertujuan untuk membina kerjasama Bimas Katolik dan Lembaga Keagamaan Katolik se-NTT, juga untuk menyamakan pemahaman men-genai hal-hal teknis berkenaan dengan pemberian bantuan sosial di lingkungan Kementerian Agama.

Pertemuan ini yang dibuka oleh Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Prov. NTT, Hassan Manuk, M.Pd., menghadirkan empat orang Narasum-ber yakni Dirjen Bimas Katolik, Antonius Semara Duran, Uskup Agung Kupang, Mgr.

Saya sangat men-

dukung kegiatan ini

karena melalui forum

semacam inilah kita

bangun pemahaman

yang sama mengenai

prosedur dan me-

kanisme berkenaan

dengan pemberian

bansos ini

Drs. Eusabius Binsasi


small & inspiring

Petrus Turang, Kakanwil Kemenag NTT, Drs. Eusabius Binsasi dan Kabid Urakat, JB Kleden.

Menurut Kakanwil, Eusabius Binsasi, salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Agama dalam pemberdayaan lembaga sosial keagamaan adalah melalui pembe-rian bantuan sosial. Dikatakan terdapat dua jenis bansos yakni bantuan rehab ru-mah ibadat dan bantuan kepada lembaga keagamaan dalam rangka pemberdayaan. Namun prosedur pemberian bansos ini gampang-gampang susah. “Saya sangat mendukung kegiatan ini karena melalui fo-

rum semacam inilah kita bangun pemaha-man yang sama mengenai prosedur dan mekanisme berkenaan dengan pemberian bansos ini,” ujarnya.

YM Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, mengupas tentang kerja sama Ge-reja Katolik dan Pemerintah dalam menye-jahterakan masyarakat. Bidang Urusan Ag-ama Katolik menurut Mgr. Petrus Turang mengemban tugas negara memajukan dan menyejahterakan umat Katolik. Kare-na itu sudah tepat Bidang Urusan Agama Katolik mensharekan program kerjanya dengan pimpinan lembaga Gereja. “Ini ti-dak mutlak dan bukan suatu keharusan.


Primus Internos II

Namun kegiatan semacam ini perlu agar Gereja Katolik juga tahu program apa saja yang dilakukan pemerintah bagi umat Ka-tolik di NTT. Jika terdapat kesamaan tidak ada salahnya kita saling mendukung. Ge-reja dan Negara adalah dua institusi yang berbeda, namun bukan berseberangan,” jelas Mgr. Turang.

Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Semara Duran Antonius, juga menilai positif pertemuan yang menurutnya san-gat bermanfaat dalam menselaraskan program kerja Bimas Katolik di NTT, den-gan kebutuhan gereja lokal. “Sebagai per-

panjangan tangan dari pemerintah dalam pembangunan bidang agama dan keag-amaan Katolik, kita seyogyanya senantiasa bekerjasama dengan Gereja Katolik beser-ta unsur-unsurnya di NTT dengan pola ke-mitraan. Dalam pola kemitraan ini kerjasa-ma kita bersifat saling mendukung dengan menghormati otonomi masing-masing,” jelas Dirjen, Semara Duran Antonius.

Secara teknis, Kabid Urakat, JB Kleden menjelaskan Pemberian Bantuan sosial Keagamaan di Likungkan Kanwil Kemente-rian Agama Provinsi NTT. Menurut Kleden, pemberian bantuan sosial di lingkungan Kanwil Kementerian Agama NTT, sedikitn-ya harus memenuhi unsur “6 Tepat” yaitu: tepat persyaratan, tepat sasaran, tepat waktu, tepat nilai, tepat mutu dan tepat data. (1) Tepat persyaratan artinya setiap bantuan yang diberi harus sesuai dengan panduan / juknis operasional yang ber-laku; (2) Tepat Sasasran artinya setiap pemberian bantuan harus benar-benar sampai dan sesuai sasaran, bukan kare-na unsur/pertimbangan kedekatan dan semacamnya; (3) Tepat waktu artinya se-tiap pemberian bantuan harus disalurkan pada waktunya dan juga menerima lapo-ran tepat pada waktunya; (4) Tepat nilai

artinya setiap bantuan yang diberikan harus sesuai nilai nominal yang sudah di-alokasikan dari pemerintah, dalam hal ini Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI; (5) Tepat mutu artinya dalam melak-sanakan baik itu berupa pembangunan/rehab rumah ibadat atau pengadaan sara-na ibadat bahkan kegiatan sekalipun ha-rus benar-benar bermutu, bukan sekedar menyelesaikan bantuan yang diberikan/yang ada dalam program; dan (6) Tepat

data artinya penerima bantuan adalah


small & inspiring

benar-benar lembaga/oraganisasi sosial keagamaan yang terdata dalam struktur lembaga keagamaan katolik yang ada.

Lomba Kitab Suci Antar Keuskukan se-

NTT

TEROBOSAN baru yang dilaksanakan Bidang Urusan Agama Katolik dan mun-gkin juga pertama kali dalam program Bi-mas Katolik adalah Lomba Baca dan Quis

Kitab Suci antar Keuskupan se-NTT. Kegia-tan ini boleh dibilang spektakuler karena dibuka oleh Ketua Lembaga Biblika Indo-nesia, P. Yoseph Masan Toron, SVD, ditutup oleh Ketua Delegatus Nasional Kitab Suci dari Konferensi Wali Gereja Indonesia, Mgr. Vincentius Poto Kota, sementara pelaksa-naan kegiatan oleh Delegatus Kitab Suci Regio Nusa Tenggara (NTT, NTB dan Bali), Rm. Sipri Senda, Pr bersama para Frater Seminari Tinggi St.Mikhael Penfui.


Primus Internos II

Yang menarik dan mengesankan dari ke-giatan yang dilaksanakan di Gereja Paro-ki St Yoseph Pekerja Penfui, Kupang dari tanggal 24 s/d 27 September 2013 den-gan total anggaran Rp.191.320.000 ada-lah pesertanya yang terdiri dari keluarga inti: Bapa, Mama dan seorang anak yang secara bergantian membawakan bacaan pertama, mazmur tanggapan dan bacaan kedua, lalu menjadi satu tim dalam lomba Quis. “Lomba ini sungguh mengesank-an. Selama ini di setiap Paroki memang selalu ada lomba baca Kitab Suci pada Bulan Kitab Suci Nasional, namun peser-tanya adalah OMK atau SEKAMI. Kegiatan yang diselenggarakan Bidang Urakat ini sungguh suatu terobosan luar biasa un-tuk menghidupkan Kitab Suci yang kami sendiri tidak pernah membayangkan se-belumnya,” ujar Ketua Lembaga Biblika In-donesia, P. Yosef Masang Toron, SVD dalam sambutannya pada pembukaan kegiatan.

Selain lomba peserta juga dilengkapi den-gan pengetahuan dan penghayatan terha-dap Firman Allah, melalui penyajian materi tentang Kitab Suci oleh P. Yosef Masang Toron, SVD selaku Ketua Lembaga Biblika Indonesia (LBI) Jakarta, dan kunjungan ke Biara Benedictin di Belo untuk mendalami apa yang disebut Lectio Divina. Kegiatan yang berlangsung selama empat hari ini di-tutup dengan Misa yang dipimpin langsung oleh Delegatus Nasional Kitab Suci dari Konferensi Waligereja Indonesia, YM. Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Poto Kota, Pr dihadiri oleh selain peserta juga umat kato-lik Kota Kupang dan sekitarnya.

Kabid Urakat, dalam sambutan sekaligus laporan kepada Delegatus Nasional Kitab Suci Konferensi Wali Gereja Indonesia tidak

Terus terang saja waktu

merencanakan kegiatan ini

kami hanya mencoba meniru

lomba MTQ yang diseleng-

garakan teman-teman di

Bidang Islam dengan harap-

harap cemas mudah-muda-

han disetujui...

... waktu fi nalisasi ren-

cana, tiba-tiba saja muncul

pemikiran agar peserta

kegiatan ini adalah kelu-

arga, anehnya tidak ada

satupun dari tim kerja yang

berkeberatan padahal surat

undangan peserta kepada

OMK sudah ditandatangi.

Kami yakin ini semua terjadi

karena campur tangan Tu-

han dan dukungan dari YM

para Uskup se-NTT

JB Kleden


small & inspiring

menampik kalau kegiatan ini merupakan hsil kerja bersama banyak pihak. Karen itu den-gan tulus beliau menyatakan kegembiraan dan terima atas apresiasi dan dukungan yang tulus dari Lembaga Biblika In-donesia, Delegatus Nasional Kitab Suci KWI, Delegatus Ki-tab Suci Regio Nusa Tenggara, para Uskup dan Ketua Komisi Kitab Suci dari ketujuh keu-skupan se-NTT yang dengan tekun mendampingi para pe-serta. Kepada Delegatus Nasi-onal Kitab Suci, KWI.

“Terus terang saja waktu merencanakan kegiatan ini kami hanya mencoba meniru lomba MTQ yang diselenggarakan teman-teman di Bidang Islam dengan harap-harap cemas mudah-mudahan disetujui. Ternya-ta usulan kami disetujui. Dalam perencanaan kegiatan ini diperuntukkan bagi Orang Muda Katolik (OMK), na-mun waktu fi nalisasi rencana, tiba-tiba saja muncul pe-mikiran agar peserta kegiatan ini adalah keluarga. Dan anehnya tidak ada satupun dari tim kerja yang berke-beratan padahal surat undangan peserta kepada OMK sudah ditandatangi. Kami yakin ini semua terjadi karena campur tangan Tuhan dan dukungan dari YM para Usk-up se-NTT, ” ungkap JB Kleden.

Dalam sambutannya, Delegatus Nasional Kitab Suci KWI, Mgr. Vinsetius Poto Kota Pr, menegaskan pihaknya menyambut positif kegiatan ini dan berjanji akan men-


Primus Internos II

yampaikan dalam rapat tahunan Konferensi Walig-ereja Indonesia untuk dipertimbangkan menjadi lomba tingkat nasional. “Saya memberikan apresiasi yang tinggi atas terobosan yang dilakukan Bidang Urakat Kanwil Agama NTT ini dan berjanji akan men-yampaikan ini dalam Sidang Tahunan KWI di Jakar-ta. Namun saya tegaskan di sini bahwa kegiatan ini harus dilaksanakan dengan niat yang tulus untuk mengembangkan dan meningkatkan kesadaran umat akan Firman Allah, bukan sekadar mengekor kegiatan yang telah dilaksanakan umat beragama lain di tingkat nasional.” paparnya.

Diakhir perayaan ekaristi, Mgr. Vinsetius Poto Kota Pr, berkenan menyerahkan hadiah kepada para pe-serta. Juara pertama diraih peserta dari Keuskupan Larantuka dengan hadiah uang tunai Rp.6.000.000;

juara dua Keuskupan Agung Ende Rp.5.250.000; juara tiga Keu-skupan Atambua Rp.4.500.000; juara harapan I Keuskupan Ruteng Rp. 3.750.000; juara harapan II Keuskupan Agung Kupang Rp. 3.500.000; juara harapan III Keu-skupan Weetebula Rp. 3.250.000 dan Juara Harapan IV Keuskupan Sikka Rp.3000.000. Di samping hadiah uang tunai, setiap peserta mendapatkan sebuah Kitab Suci, sertifi kat penghargaan, juga pe-layanan akomodasi, konsumsi, uang harian dan transportasi PP.


small & inspiring

Pembinaan para Pembina Bina Iman

Anak

PEMBINAAN iman anak juga mendapat-kan perhatian dari Program Bimas Katolik. Para Pembina Bina Iman Anak memainkan peran penting dalam proses pertumbu-han iman anak. Dengan latar belakang ini Bidang Urusan Agama Katolik melalui Seksi Penyuluhan menyelenggarakan kegiatan Pembinaan para Pembina Bina Iman Anak Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur di Bajawa tanggal 17 – 20 Oktober 2013 yang diikuti 40 orang peserta dengan

dana sebesar 198.445.000

Kegiatan dibuka dengan Misa Pembukaan yang dipimpin oleh Pater Gregorius OFM. Cap, pada tanggal 17 Oktober 2013 kemu-dian dilanjutkan dengan pembukaan se-cara instansional oleh Kepala Tata Usaha, Fransiskus Sedu Luna mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ngada.

Kepala Seksi Penyuluhan Bidang Urusan Agama Katolik Kanwil Kementerian Ag-ama NTT, Arnoldus Bria Sae, selaku Ketua


Primus Internos II

Panitia Pelaksana menjelaskan bahwa melalui Kegiatan Pembinaan para Pembi-na Bina Iman Anak ini kita bersinergi untuk meningkatkan iman anak menuju mas-yarakat Katolik NTT yang BERNAS: Beri-man, Cerdas, Rukun dan Sejahtera. “Kita berharap agar melalui kegiatan ini mutu dan kualitas pembinaan iman anak dapat semakin ditingkatkan, karena anak-anak adalah aset dan masa depan Gereja, juga bangsa dan negara,” ujarnya.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ngada, Fransiskus Sedu Luna dalam sambutannya menegaskan dewasa ini pembinaan iman anak dalam keluarga modern hampir ter-abaikan karena kesibukan orangtua. “Ba-pa-mama keduanya bekerja di luar rumah

sampai jam empat, pulang rumah sudah capai langsung istirahat, sehingga praktis perhatian terhadap anak berkurang, apala-gi yang namanya pembinaan iman. Kuran-gnya perhatian orang tua ini mengakibat-kan anak- anak mencari kesenangannya sendiri seperti nongkrong di warnet sam-pai tengah malam, main game, chatting di FB, BBM dan sebagainya. Kiranya hal ini hendaknya mendapat perhatian dari para Pembina Bina Iman Anak,” ujarnya.

Hadir sebagai narasumber, Drs. Mella Petrus, M. Si, yang membawakan materi tentang “Kebijakan Teknis Bidang Urusan Agama Katolik”; Romo Arnoldus Y. Triyo-no, Pr tentang ”Spiritualitas Pembina Bina Iman Anak (BIA ) dalam terang Kitab Suci dan Tradisi Gereja Katolik”; Ibu Gabriela


small & inspiring

Nio, S. Pd mengajarkan “Teknik Pembelaja-ran Bina Iman Anak (BIA) dan Drs. Yakobus Beda Kleden, MM membawakan materi mengenai Pengaruh Media Massa Terha-dap Perkembangan Iman dan Moral Anak,” sambil mempertimbangkan Program Bimbingan Masyarakat Katolik terkait bina iman anak.

Pertemuan OMK Di Labuan Bajo

DISAMPING anak-anak, Orang Muda Ka-tolik yang lasim dikenal dengan OMK juga mendapat perhatian serius karena mereka adalah masa depan Gereja dan Umat Kato-lik di Indonesia. “Penyelenggaraan kegia-tan OMK di ujung barat pulau Flores ini, untuk menyadarkan orang-orang muda Katolik akan peran mereka yang monu-mental dalam pembangunan gereja, umat, masyarakat, negara dan bangsa,” demikian Kepala Seksi Pemberdayaan Umat Bidang Urusan Agama Katolik Kanwil Kementerian Agama NTT, Elisabeth IS Ningtias selaku Ketua Panitia Penyelenggara dalam lapo-ran pembukaan kegiatan.

Kegiatan yang menghadirkan 40 peserta utusan OMK dari keuskupan/paroki ka-bupaten/kota se-NTT yang berlangsung dari tanggal 28 s/d 30 Oktober 2013 di hotel Centro Bajo dengan dana sebesar Rp.203.200.000 tersebut dibuka secara resmi oleh Kepala Bidang Urusan Agama Katolik, JB Kleden, bertepatan dengan per-ingatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2013.

“Kita suka kepada anak-anak karena ke-sederhanaannya, orang tua karena ke-bijaksanaannya dan orang muda karena semangatnya. Dengan mengambil mo-


Primus Internos II


small & inspiring

mentum Hari Sumpah Pemuda kita ingin merefl eksikan dan mengaktualisasikan peran angkatan yang monumental dalam mewujudkan Indonesia Merdeka. Melalui kegiatan ini diharapkan kita dapat mem-peroleh inspirasi dan keberanian untuk menjalani ajaran Kristus dalam hidup se-hari-hari sebagai warga bangsa,” tegasnya.

Kepala Kanwil Kementerian Agama Provin-si NTT, Drs. Eusabius Binsasi dalam mater-inya mengenai Kebijakan Tekhnis Kanwil Kementerian Agama Prov. NTT, menegas-kan bahwa pembinaan OMK merupakan bagian integral dari program dan kebija-kan Kantor Wilayah Kementerian Agama

NTT dalam kaitan dengan peningkatan pe-mahaman, penghayatan dan pengamalan iman. Menurut Kakanwil Eusabius Binsasi hingga kini, terbangunnya habitus baru demi terbentuknya keadaban publik se-bagaimana diamanatkan Konferensi Wali Gereja Indonesia masih perlu terus diper-juangkan. OMK Indonesia, sebagai bagian dari Gereja Katolik Indonesia, diharapkan mampu menjadi agen-agen transformasi nilai menuju keadaban publik.

“OMK merupakan kekuatan pendorong (driving force) pada masa sekarang mau-pun masa datang bagi Gereja dan mas-yarakat yang memerlukan wawasan nasi-


Primus Internos II

onal. Pertemuan ini memiliki arti penting sebagai peluang untuk membuka perspek-tif OMK agar menjadi lebih luas daripada lingkup paroki dan keuskupan. Karena itu penting bagi semua OMK untuk memaha-mi juga program dan kegiatan pemerintah di bidang pembangunan agama dan keag-amaan. Dengan pertemuan ini diharapkan mempertebal solidaritas, jejaring, & kesat-uan iman Katolik bagi OMK se-NTT,” papar Kakanwil Eusabius Binsasi.

Kepala Bidang Urusan Agama Katolik NTT, JB Kleden, yang secara khusus menyoroti peran OMK dalam membangun kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia mengatakan kerukunan hidup antar umat beragama bukanlah sesuatu yang taken for granted. Kerukunan adalah sebuah condi-tio sine qua non yang perlu terus menerus dipupuk dan dipelihara. Dalam perspektif ajaran Gereja, Gereja Katolik senantiasa menghormati dan memberi respect yang positif terhadap agama-agama lain. Karena itu OMK berkewajiban untuk membangun kerjasama dan dialog antar agama dengan tetap berpedoman pada iman Gereja Ka-tolik.

P. Bernard Bala Ile yang menyoroti motivasi dan spiritualitas OMK mengatakan Gereja menyiapkan orang muda bagi kesanggu-pan-kesanggupan yang penting dalam kehidupan orang dewasa. Saatnya Injil disajikan kepada OMK, agar dimengerti dan diterima sebagai pemberi makna ke-hidupan. Tanpa Injil Kristus, sikap-sikap mental tertentu tak bisa dijelaskan secara mendalam kepada OMK, misalnya sikap lepas bebas, sikap keadilan, sikap menah-an diri, komitmen, perdamaian, kepekaan terhadap Allah. “Karena itu, mutlak ke-

OMK merupakan

kekuatan pendorong

(driving force) pada

masa sekarang mau-

pun masa datang

bagi Gereja dan

masyarakat yang

memerlukan wawasan

nasional

Drs. Eusabius Binsasi


small & inspiring

pada OMK yang memiliki bahasa tertentu itu, diberikan pengajaran iman yang khas dan menjadi ger-akan bersama serentak di semua keuskupan,” paparnya.

Rm. Benediktus Bensi, Pr dengan materi Arah Pastoral, Misi Gereja dan Tantangan Aktual Pembinaan OMK, mengatakan bahwa Gere-ja mengharapkan OMK semakin berperan bagi masa depan Gereja

OMK dikondisikan untuk

dapat melakukan shar-

ing iman & meneguhkan.

Karena itu Gereja men-

yambut positif kegiatan

Pertemuan OMK sema-

cam ini dan berharap

agar OMK tetap menjadi

salah satu prioritas

dalam program kerja

Bidang Urusan Agama

Katolik karena sejalan

dengan arah pastoral

Gereja se-Indonesia

Rm. Benediktus Bensi, Pr


Primus Internos II

dan bangsa Indonesia. Karena itu Gereja sungguh memperhatikan bagaimana ber-katekese (memberi pengajaran dan pen-dampingan iman) bagi OMK antara lain melalui perjumpaan OMK yang dikenal dengan World Youth Dayu, sedangkan di tingkat regional dilaksanakan Asian Youth Day. “Dalam perjumpaan tersebut, OMK dikondisikan untuk dapat melakukan shar-ing iman & meneguhkan. Karena itu Gereja menyambut positif kegiatan Pertemuan OMK semacam ini dan berharap agar OMK tetap menjadi salah satu prioritas dalam program kerja Bidang Urusan Agama Ka-tolik karena sejalan dengan arah pastoral Gereja se-Indonesia,” ujarnya.

Salah satu hasil penting dari pertemuan ini adalah para OMK berkomitmen untuk membangun kerjasama di antara mereka dengan membentuk jejaringan kerja. Un-tuk membangun komunikasi antar OMK se-NTT mereka membentuk group di jeja-ringan sosial Facebook dengan nama [email protected]. (*)


small & inspiring

Bagan Struktur OrganisasiKanwil Kementerian Agama

Provinsi NTTsesuai

PERATURAN MENTERI AGAMAREPUBLIK INDONESIA

NOMOR 13 TAHUN 2012

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJAINSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA


Domos


small & inspiring


Domos


small & inspiringnspiring


Domos


small & inspiring


Domos


small & inspiring


Domos


small & inspiring


Domos


small & inspiring

MisteriNatal

Oleh JB Kleden

Inspiring

DALAM tradisi religius setiap umat memi-liki hari raya yang disebut hari raya keag-amaan. Hari raya keagamaan ini menjadi semacam pembebasan. Yang profan di-patahkan, yang kodian dihentikan, dan orang dengan semangat khusyuk mema-suki suatu waktu yang kudus dan daerah yang sakral.

Ada perbedaan yang khas antara waktu profan dan waktu sakral. Waktu profan ber-sifat historis dan eksistensial. Waktu adalah bahan bagi manusia untuk membentuk dan membangun dirinya. Kita berkata: waktu adalah uang. Barang siapa mengab-aikan waktu ia menyia-nyiakan modalnya.

Dalam kesadaran profan waktu akan habis dan manusia memaksakan diri sebelum waktu itu tamat. Waktu di sini bergerak linear, seperti gerak lurus di atas sebuah penggaris. Seumpama jumlah titik pada sebuah penggaris, maka siapa yang tak memanfaatkan setiap titik waktu pada penggaris itu akan tiba diujungnya den-gan rasa kecewa. Karena itu orang Latin

bilang, Carpe diem. Tangkaplah hari!

Kalau waktu profan bersifat historis dan ek-sistensial, maka waktu sakral bersifat mitis, dan setiap hari raya keagamaan berusaha memasukan kembali waktu mitis ke ten-gah waktu profan. Kalau waktu profan akan habis, waktu sakral justeru tak akan pernah habis-habisnya. Karena waktu sakral sebe-tulnya mencerminkan dan menghadirkan kembali in illo tempore, suatu masa dahulu kala sebelum sejarah. Sejarah adalah pe-rubahan dan waktu historis menghasilkan perubahan. Tetapi mitos adalah ketabe-rubahan yang eksemplaris. Maka waktu sakral menghadirkan keabadian yang sem-purna dan kesempurnaan yang abadi da-lam kekinian waktu profan.

Kalau waktu profan diberikan menjadi mi-lik manusia untuk membangun dirinya dan di dalamnya dunia kita berputar. Waktu mi-tis, tetap milik Sang Ilahi dan dari dalamnya dunia kita muncul dan semesta diciptakan. Waktu sakral adalah milik Sang Pencipta di dalamnya Ia berfi rman, “jadilah” maka


Sekenanya Saja

...gerimis adalah air

mata dewi khayangan

yang meratapi put-

era-puterinya di bumi

pedat ini dan pelangi

adalah tapak kaki

bidadari cantik yang

minggat dari khayan-

gan. Daya pikat mitos

pastilah bukan lan-

taran isinya yang begi-

tu hebat yang mem-

buat kita menganga

terheran-heran, tetapi

seperti dikatakan oleh

Santayana: the poetry

of it helps men to bear

the prose of life.

segalanya pun terjadi. Kalau waktu profan ada-lah adalah waktu saat manusia bekerja sebagai pihak yang tergantung (co-creator), maka waktu sakral adalah saat Yang Kudus menampakkan diri dan menghadirkan kemutlakkanNya: Ergo Sum Qui Sum. Aku adalah Aku fi rmanNya dari dalam semak bernyala kepada Musa. Kesadaran profan berkata: kemampuan manusia dasyat. Kesadaran sakral berbisik : ketakberdayaan manusia merupakan rahmat. Dalam kesadaran sakral inilah, intuisi umat Hindu penuh bhak-ti berkata “ Ohm .. Shanti … Shanti … Shanti .. Ohm…” umat Islam memekikkan keyakinannya membahana membela angkasa, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar” , dan umat Kristiani memadahkan mazmur puja, “Ya Tuhan dan Allah kami, betapa mulia namaMu du seluruh bumi.”

***

HUBUNGAN antara yang sakral dan yang pro-fan adalah hubungan yang saling meniadakan, tetapi bukannya tak dapat dipersatukan.Sema-kin suatu hari raya keagamaan dijadikan bagian dari waktu profan semakin sedikit pula nilai sakralnya. Dan semakin banyak dipertahankan nilai sakralnya, semakin sedikit pula dia mem-pengaruhi sejarah manusia. Namun tak ada yang aneh pada dasarnya. Yang Sakral dan yang profan, Mitos dan sejarah, puisi dan prosa tetap menjadi kebutuhan dasar kita seperti halnya makanan dan pakaian. Mitos tetap dibutuhkan supaya kehidupan kita tidak menjadi datar da-lam arus rutinitas, karena manusia pada dasarn-ya adalah an incorigible animist (animis yang tak dapat diperbaiki).

Dengan seluruh pengetahuan fi sika modern-nya yang mampu menembus angkasa raya maha luas, tokh ia tetap membayangkan bah-wa gerimis adalah air mata dewi khayangan yang meratapi putera-puterinya di bumi pedat


small & inspiringSekenanya Saja

ini dan pelangi adalah tapak kaki bidadari cantik yang minggat dari khayangan. Daya pikat mitos pas-tilah bukan lantaran isinya yang begitu hebat yang membuat kita menganga terheran-heran, tetapi seperti dikatakan oleh Santayana: the poetry of it helps men to bear the prose of life.

***

NATAL adalah sebuah hari raya keagamaan. Dalam bentuknya yang modern, Natal tak selalu bisa menghindar untuk terseret juga dalam arus profanisasi. Wak-tunya yang dekat dengan akhir tahun, sentimenatilas suasananya yang demikian ditonjolkan, serta parafernalia pesta itu yang sangat mudah dijual, semua itu mem-buatnya semakin dekat dengan waktu profan dan semakin jauh dari waktu sakral.

Natal dengan segala ritus, bung-skus dan lagu-lagunya yang kaya maka memang mampu memban-gkitkan keharuan manusia. Siapa-kah yang tidak terharu menden-gar lagu The Little Drummer Boy yang menyanyikan Tuhan yang mau tersenyum kepada manusia? Dan hati siapakah yang tak terge-tar mendengar lagu Malam Kudus yang syahdu itu?

Natal memang mengharukan! Tetapi karena orang cenderung terpukau pada keharuan yang tiap tahun terjadi, lama-lama orang

tak tahu lagi makna keharuan tersebut. Dan akh-irnya orang menjadi jenuh, lalu dengan acuh tak acuh bertanya: apakah hubungan keharuan Natal dengan kehidupan sehari-hari? Lagi pula Natal kini bukan lagi merupakan pesta umat Kristiani? Jauh-jauh hari sebelum umat Kristiani datang ke misa malam natal, semua orang telah berusaha meraup sebanyak mungkin dari waktu Natal yang singkat itu. Iklan dan diskon menyala di seantere jagat. Para politisi memasang papan reklame “Marry Christ-mas”, meski pimpinan agamanya melarang mem-beri salam.

Tetapi paradoks Natal terletak di situ juga. Kalau ke-percayaan Kristen mengatakan bahwa Tuhan lahir ke dunia, maka itu berarti Yang Ilahi menjadikan di-rinya bagian dari sejarah manusia, Yang Ilahi masuk ke dalam sejarah profan untuk menjadikannya Seja-rah Keselamatan. Yang Sakral masuk ke dalam yang profan untuk menguduskannya, tetapi sekaligus tersembunyi di dalamnya. Sangat susah menga-takan apakah kelahiran dalam sebuah palungan di kandang hewan, adalah sebuah penampakan atau persembunyian dari Yang Ilahi?

Natal adalah simbol yang sempurna untuk misteri iman ini: Tuhan yang menampakkan diri tetaplah Tuhan yang tersembunyi. Dalam bentuknya yang terus berubah, misteri itu tetap berlaku. Damai Tu-han tetap tersembunyi di tengah hingar bingar te-knologi digital. Dan akhirnya kesahajaan dan keku-dusan Tuhan pun tetap tersembunyi dari perasaan, kesadaran dan barangkali hati kita sendiri.

Dan karena misteri inilah, berabad-abad lamanya, terus menerus orang pergi ke kandang Natal berlu-tut di hadapan pohon terang, dan bayi Kudus. Dan ke sanalah manusia akan selalu pergi untuk men-gungsi, mencari penyelesaian bagi penderitaaan hidupnya. Kendati ragu dan putus asa, orang tetap berharap dari Pohon Natal itulah keselamatan akan datang. (*)

DITERBITKAN OLEH BIDANG URUSAN AGAMA KATOLIK

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMAPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

esember 2013 -...

Documents

Transcript of esember 2013 -...