Erosi Dan Sedimentasi

19
Sedimentasi Sebagai Indikator Kekritisan Daerah Aliran Sungai Teknik Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pertemuan ke 9

description

penjenjelasan tentang apa yang disebut oleh erosi dan sedimentasi lebih dalam lagi khusus untuk yang ingin tahu apa saja penyebab erosi dan sedimentasi serta jenis jenis nya

Transcript of Erosi Dan Sedimentasi

Erosi dan Sedimentasi Sebagai Indikator Kekritisan Daerah Aliran Sungai

Erosi dan Sedimentasi Sebagai Indikator Kekritisan Daerah Aliran SungaiTeknik Pengelolaan Daerah Aliran SungaiPertemuan ke 9Tujuan pembelajaran khususSetelah mengikuti bahasan ini mahasiswa mampu menjelaskan mengenai proses dan mekanisme erosi dan sedimentasiBentuk bentuk erosi dan penyebabnyaPengukuran dan prediksi besar erosi dan sedimentasiSerta erosi sebagai indikator keterkaitan antara daerah hulu dan hilir

ErosiPengertianDampak yang ditimbulkan (onsite - offsite)Proses Erosi (tiga tahapan berurutan)Bentuk bentuk ErosiSedimentasi = ErosiSedimen adalah hasil dari proses erosiSedimen yield : besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentuPengukuran dilakukan dgn sediment terlarut dalam sungai (suspended sedimen) atau pengukuran didalam wadukSedimentasiSedimentasi adalah jumlah material tanah berupa kadar lumpur dalam air oleh aliran air sungai yang berasal dari hasil proses erosi di hulu, yang diendapkan pada suatu tempat di hilir dimana kecepatan pengendapan butir-butir material suspensi telah lebih kecil dari kecepatan angkutannya. Dari proses sedimentasi, hanya sebagian material aliran sedimen di sungai yang diangkut keluar dari DAS, sedang yang lain mengendap di lokasi tertentu di sungai selama menempuh perjalanannya. Indikator terjadinya sedimentasi dapat dilihat dari besarnya kadar lumpur dalam air yang terangkut oleh aliran air sungai, atau banyaknya endapan sedimen pada badan-badan air dan atau waduk. Makin besar kadar sedimen yang terbawa oleh aliran berarti makin tidak sehat kondisi DAS.

Dampak pada bagian hilirBerkurangnya daya tampung sungai, saluran, wadukDaerah baru dan delta sungai, kesuburan tanah baik

Identifikasi Permasalahan

Sumber : SK Menhut 52 Kpts-II 2001Tingkat Bahaya ErosiPeta tingkat bahaya erosi dibuat berdasarkan kelas tingkat bahaya erosi (TBE). Teknik pelaksanaan pemetaan TBE dengan cara menumpang tindihkan peta bahaya erosi (USLE) dan peta kedalaman solum tanah ataupun langsung mencantumkan TBE pada setiap satuan lahan yang TBE-nya telah dievaluasi.

Sumber : Amaru dkk, 2011Tahapan Penentuan Tingkat Bahaya Erosi

Peta RupabumiData Stasiun dan curah HujanPeta Jenis TanahPeta KemiringanPeta Tutupan LahanDeliniasiSub DasPeta Erosivitas HujanPeta Indeks CPPeta Indeks LSPeta ErodibilitasPeta Laju ErosiSub DAS CikeruhPeta Solum TanahOverlayOverlayPeta Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS CikeruhSumber : Amaru dkk, 2011Kekritisan LahanLahan yang tidak mampu secara efektif digunakan untuk lahan pertanian sebagai media pengatur tata air, maupun sebagai pelindung alam lingkungan.

Lahan yang tidak sesuai antara kemampuan tanah dan penggunaannya, akibat kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis sehingga membahayakan fungsi hidrologis, sosial-ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi pemukiman. Hal ini dapat menimbulkan erosi dan longsor di daerah hulu serta terjadi sedimentasi dan banjir di daerah hilir (Zain,1998).

Sumber : di dalam Amaru dkk, 2011Pengumpulan datauntuk mendapatkan data dan fakta tentang gambaran kondisi tata air DAS sesuai indikator-indikator yang ada pada SK Menteri Kehutanan No 52 /Kpts-II/2001 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan DAS, yaitu: a. Kuantitas air - debit aliran air sungai (Q, KRS=Qmaks/Qmin, IPA, dan koefisien limpasan C) b. Kontinuitas air (nilai CV) c. Kualitas air - kandungan sedimen, SDR dan kandungan pencemar (fisik: warna, TDS/total dissolved solid, kekeruhan; kimia: pH, DHL/daya hantar listrik, nitrat, sulfat, phospat, potasium, natrium, calsium; dan biologi: BOD/biological oxygen demand, COD/chemical oxygen demand).

Data tata air DAS/Sub DASdiperoleh dari stasiun pengamatan hujan (SPH) dan stasiun pengamatan arus sungai (SPAS) yang dipantau secara rutin-kontinyu (harian) untuk selama setahun pengamatan (umumnya pengamatan jangka panjang selama 5-10 tahun) untuk melihat pengaruh perlakukan/kegiatan yang diterapkan di DAS/Sub DAS yang menjadi sasaran kegiatan. Pengumpulan data hujan (P) pada SPH, data tinggi muka air (TMA), debit (Q) dan debit suspensi (Qs) pada SPASStasiunStasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) adalah alat pemantauoutput(hasil air), yaitu besarnya aliran air/debit air(kuantitas),besarnya muatan sedimen dan polutan yang terbawa aliran air(kualitas),dan distribusi aliran air/debit air tahunannya(kontinuitas).Stasiun penakar hujan (unit penakar hujan tipe manual/ombrometer dan otomatis/Automatic Rainfall Recorder=ARR)

1. http://www.monevdas.org/stasiun-pengamat-arus-sunga.html 2. Dirjen REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR : P.04/V-SET/2009

Suspended sampler (pengambil contoh air untuk pengukuran muatan sediment dan kualitas air)

Currentmeter (alat pengukur kecepatan aliran sungai)

http://bpk-solo.litbang.dephut.go.id/kegiatan/film/7/stasiun-pengamat-arus-sungai Kriteria Indikator kinerja DAS

Kerangka logika kinerja pengelolaan DAS didasarkan prinsip, kriteria, dan indikator kinerja DAS

KISS : (koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi). PustakaPERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI DAERAH ALIRAN SUNGAI NOMOR : P.04/V-SET/2009 TANGGAL : 05 Maret 2009 Dwiratna; Sophia dan Chay Asdak, 2011, Buku Ajar Teknik Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian UNPAD