Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses...

100
Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-1 Bab 2. URAIAN MATERI POKOK 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai. Kerusakan garis pantai tersebut dikarenakan terganggunya keseimbangan alam daerah dipantai tersebut. Dan meski Abrasi dapat disebabkan oleh gejala alami tapi manusia lah yang dijadikan sebagai penyebab utama terjadinya abrasi. Abrasi ini dapat terjadi kerena beberapa faktor antara lain, faktor alam, faktor manusia, dan salah satu untuk mencegahnya tejadinya abrasi tersebut yakni melakukan penanaman hutan mangrove. Beberpa faktor alam yang dapat menyebabkan abrasi antara lain, angin yang bertiup di atas lautan sehingga menimbulkan gelombang serta arus laut yang mempunyai kekuatan untuk mengikis sutau daerah pantai. Akibat dari abrasi ini akan menyebabkan pantai menggetarkan batuan ataupun tanah dipinggir pantai sehingga lama-kelamaan akan berpisah dengan daratan dan akan mengalami abrasi pantai. Proses terjadi Abrasi yaitu pada saat angin yang bergerak dilaut menimbulkan arus serta gelombang mengarah ke pantai, sehingga apabila proses ini berlangsung lama akan mengikis pinggir pantai.Kekuatan gelombang terbesar dapat terjadi pada waktu badai dan badai inilah yang mempercepat terjadi proses pantai. Abrasi ini selain disebabkan faktor alam bisa juga disebabkan karena faktor manusia, seperti contoh melakukan penambangan pasir, dikatakan demikian karenapenambangan pasir begitu penting terhadap abrasi suatu pantai yang dapat menyebabkan terkurasnya pasir laut dan inilah sangat berpengaruhterhadap arah dan kecepatan arus laut karena akan menghantam pantai. Sedimentasi yang terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan bila terjadi di lokasi-lokasi yang terdapat aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-alur pelayaran, atau yang membutuhkan kondisi perairan yang jernih seperti tempat wisata, ekosistem terumbu karang atau padang lamun. Untuk daerah-daerah yang tidak terdapat kepentingan seperti itu, sedimentasi memberikan keuntungan, karena sedimentasi menghasilkan pertambahan lahan pesisir ke arah laut.

Transcript of Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses...

Page 1: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-1

Bab 2.

URAIAN MATERI POKOK

2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai

2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai

Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai. Kerusakan garis pantai tersebut

dikarenakan terganggunya keseimbangan alam daerah dipantai tersebut. Dan

meski Abrasi dapat disebabkan oleh gejala alami tapi manusia lah yang dijadikan

sebagai penyebab utama terjadinya abrasi. Abrasi ini dapat terjadi kerena

beberapa faktor antara lain, faktor alam, faktor manusia, dan salah satu untuk

mencegahnya tejadinya abrasi tersebut yakni melakukan penanaman hutan

mangrove. Beberpa faktor alam yang dapat menyebabkan abrasi antara lain,

angin yang bertiup di atas lautan sehingga menimbulkan gelombang serta arus

laut yang mempunyai kekuatan untuk mengikis sutau daerah pantai.

Akibat dari abrasi ini akan menyebabkan pantai menggetarkan batuan ataupun

tanah dipinggir pantai sehingga lama-kelamaan akan berpisah dengan daratan

dan akan mengalami abrasi pantai. Proses terjadi Abrasi yaitu pada saat angin

yang bergerak dilaut menimbulkan arus serta gelombang mengarah ke pantai,

sehingga apabila proses ini berlangsung lama akan mengikis pinggir

pantai.Kekuatan gelombang terbesar dapat terjadi pada waktu badai dan badai

inilah yang mempercepat terjadi proses pantai. Abrasi ini selain disebabkan faktor

alam bisa juga disebabkan karena faktor manusia, seperti contoh melakukan

penambangan pasir, dikatakan demikian karenapenambangan pasir begitu

penting terhadap abrasi suatu pantai yang dapat menyebabkan terkurasnya pasir

laut dan inilah sangat berpengaruhterhadap arah dan kecepatan arus laut karena

akan menghantam pantai.

Sedimentasi yang terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan bila terjadi di

lokasi-lokasi yang terdapat aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan

yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-alur pelayaran, atau yang membutuhkan

kondisi perairan yang jernih seperti tempat wisata, ekosistem terumbu karang atau

padang lamun. Untuk daerah-daerah yang tidak terdapat kepentingan seperti itu,

sedimentasi memberikan keuntungan, karena sedimentasi menghasilkan

pertambahan lahan pesisir ke arah laut.

Page 2: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-2

Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan

perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.

Sedimentasi yang terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan bila terjadi di

lokasi-lokasi yang terdapat aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan

yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-alur pelayaran, atau yang membutuhkan

kondisi perairan yang jernih seperti tempat wisata, ekosistem terumbu karang atau

padang lamun. Untuk daerah-daerah yang tidak terdapat kepentingan seperti itu,

sedimentasi memberikan keuntungan, karena sedimentasi menghasilkan

pertambahan lahan pesisir ke arah laut.

Ketika gelombang menghempas (swash) merupakan kekuatan pukulan untuk

memecahkan batuan yang ada di pantai. Butiran-butiran halus dari pecahan

batuan (material klastis), seperti kerikil atau pasir, kemudian diangkut sepanjang

pesisir (shore, zona pasang-surut), yaitu bagian yang terkadang kering dan

terkadang berair oleh gerak pasang-surut atau oleh arus terbimbing sepanjang

pesisir (long shore currents). Proses erosi dan pemindahan bahan-bahan

penyusun pantai (beach) yang terangkut disebut beachdrift, yaitu penggeseran-

penggeseran pasir atau kerikil oleh gelombang (swash dan backwash) sampai

diendapkan dan membentuk daratan baru, misalnya, endapan punggungan pasir

memanjang yang disebut off shore bars atau spit.

Adanya endapan seperti misalnya spit yang berbentuk memanjang di depan teluk

ataupun tombolo yang menghubungkan pulau dengan daratan utama,

menunjukkan adanya bagian laut yang tenang. Tenangnya gelombang karena

perlindungan tanjung dan merupakan medan pertemuan dua arah massa arus laut

yang saling melemahkan; yaitu arus dari kawasan laut luar yang memutar di

dalam teluk. Di bagian air yang tenang di situlah terjadi pengendapan (Hallaf,

2006).

Page 3: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-3

Gambar 1 Proses angkutan sedimen sejajar pantai.

Gambar 2 Proses terjadinya longshore current.

Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi terjadinya perubahan garis

pantai adalah :

1) Faktor Hidro-Oseanografi

Perubahan garis pantai berlangsung manakala proses geomorfologi yang terjadi

pada setiap bagian pantai melebihi proses yang biasanya terjadi. Proses

geomorfologi yang dimaksud antara lain adalah :

Page 4: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-4

a. Gelombang

Gelombang terjadi melalui proses pergerakan massa air yang dibentuk secara

umum oleh hembusan angin secara tegak lurus terhadap garis pantai (Open

University, 1993 ). Dahuri, et al. (2001) menyatakan bahwa gelombang yang

pecah di daerah pantai merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

proses erosi dan sedimentasi di pantai.

b. Arus

Hutabarat dan Evans (1985) menyatakan, arus merupakan salah satu faktor

yang berperan dalam pengangkutan sedimen di daerah pantai. Arus berfungsi

sebagai media transpor sedimen dan sebagai agen pengerosi yaitu arus yang

dipengaruhi oleh hempasan gelombang. Gelombang yang datang menuju

pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh

terhadap proses sedimentasi/ abrasi di pantai. Arus pantai ini ditentukan

terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang

dengan garis pantai. Jika gelombang datang membentuk sudut, maka akan

terbentuk arus susur pantai (longshore current) yaitu arus yang bergerak

sejajar dengan garis pantai akibat perbedaan tekanan hidrostatik

(Pethick,1997).

Gambar 3 Proses perubahan arah gelombang penyebab abrasi.

Page 5: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-5

Gambar 4 Skema keseimbangan sedimen yang terjadi di pantai.

c. Pasut

Menurut Nontji (2002) pasut adalah gerakan naik turunnya muka laut secara

berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Arus pasut ini

berperan terhadap proses-proses di pantai seperti penyebaran sedimen dan

abrasi pantai. Pasang naik akan menyebarkan sedimen ke dekat pantai,

sedangkan bila surut akan menyebabkan majunya sedimentasi ke arah laut

lepas. Arus pasut umumnya tidak terlalu kuat sehingga tidak dapat

mengangkut sedimen yang berukuran besar

2) Faktor Antropogenik

Proses anthropogenik adalah proses geomorfologi yang diakibatkan oleh aktivitas

manusia. Aktivitas manusia di pantai dapat mengganggu kestabilan lingkungan

pantai. Gangguan terhadap lingkungan pantai dapat dibedakan menjadi gangguan

yang disengaja dan gangguan yang tidak disengaja. Gangguan yang disengaja

bersifat protektif terhadap garis pantai dan lingkungan pantai, misalnya dengan

membangun jetti, Groin, pemecah gelombang atau reklamasi pantai. Aktivitas

manusia yang tidak disengaja menimbulkan gangguan negatif terhadap garis

pantai dan lingkungan pantai,

Page 6: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-6

Gambar 5 Kondisi pantai yang terkena abrasi.

Gambar 6 Kondisi pantai yang terkena pendangkalan akibat sedimentasi.

Page 7: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-7

2.1.2 Proses Litoral, Abrasi, dan Sedimentasi

Sorensen (1978) dalam Supriyatno (2003) menjelaskan bahwa proses litoral

merupakan proses yang terjadi di daerah pantai akibat interaksi dari angin,

gelombang, arus, pasang-surut, sedimen, dan lain-lain seperti aktivitas manusia.

Dinamika litoral yang berdampak pada morfologi daerah nearshore utamanya

disebabkan oleh litoral transport. Litoral transport merupakan gerakan sedimen di

daerah nearshore yang disebabkan oleh gelombang dan arus. Material atau

sedimen yang dimaksud disebut dengan litoral drift (Triatmodjo, 1999). Sorensen

(1978) mengklasifikasikan litoral transport menjadi dua jenis, yaitu :

1. Onshore-Offshore transport

2. Longshore transport

Gambar 7 Proses littoral transport di area nearshore.

Yuwono (2005) membedakan antara erosi pantai dengan abrasi pantai. Erosi

pantai diartikannya sebagai proses mundurnya garis pantai dari kedudukan

semula yang disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara pasokan dan

kapasitas angkutan sedimen..

Page 8: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-8

Gambar 8 Abrasi dan sedimentasi akibat longshore current.

2.1.3 Penyebab Abrasi Pantai

Secara detail kemungkinan penyebab abrasi dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penurunan Permukaan Tanah. (Land Subsidence)

Pemompaan Air tanah yang berlebihan untuk keperluan industri dan air minum di

wilayah pesisir akan menyebabkan penurunan tanah terutama jika komposisi

tanah pantai sebagian besar terdiri dari lempung/lumpur karena sifat-sifat fisik

lumpur /lempung yang mudah berubah akibat perubahan kadar air. Akibat

penurunan air tanah adalah berkurangnya tekanan air pori. Hal ini mengakibatkan

penggenangan dan pada gilirannya meningkatkan erosi dan abrasi pantai. Hal ini

menunjukkan bahwa potensi penurunan tanah cukup besar dan memberikan

kontribusi terhadap genangan (rob) pada saat air laut pasang.

2. Kerusakan Hutan Mangrove

Hutan Mangrove merupakan sumberdaya yang dapat pulih (sustaianable

resources) dan pembentuk ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting

di wilayah pesisir. Mangrove memiliki peran penting sebagai pelindung alami

pantai karena memiliki perakaran yang kokoh sehingga dapat meredam

gelombang dan menahan sedimen. Ini artinya dapat bertindak sebagai pembentuk

lahan (land cruiser).Sayangnya keberadaan hutan mangrove ini sekarang sudah

semakin punah karena keberadaan manusia yang memanfaatkan kayunya

sebagai bahan bakar dan bahan bangunan.

Page 9: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-9

3. Kerusakan akibat gaya-gaya hidrodinamika gelombang

Orientasi pantai yang relatif tegak lurus atau sejajar dengan puncak gelombang

dominan. Hal ini memberikan informasi bahwa pantai dalam kondisi seimbang

dinamik. Kondisi gelombang yang semula lurus akan membelok akibat proses

refraksi/difraksi dan shoaling. Pantai akan menanggai dengan mengorientasikan

dirinya sedemikian rupa sehingga tegak lurus arah gelombang atau dengan kata

lain terjadi erosi dan deposisi sedimen sampai terjadi keseimbangan dan proses

selanjutnya yang terjadi hanya angkutan tegak lurus pantai (cros shore transport)

4. Kerusakan akibat sebab alam lain

Perubahan iklim global dan kejadian ekstrim misal terjadi siklon tropis. Faktor lain

adalah kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global (efek rumah kaca)

yang mengakibatkan kenaikan tinggi gelombang

5. Kerusakan akibat kegiatan manusia yang lain

a. Penambangan Pasir di perairan pantai

b. Pembuatan Bangunan yang menjorok ke arah laut

c. Pembukaan tambak yang tidak memperhitungkan keadaan kondisi dan

lokasi

Berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab abrasi ada

dua faktor yakni faktor alam dan faktor manusia meskipun yang berpengaruh

paling dominan adalah faktor manusia. Penyebab terjadinya abrasi di pantai

sebagian besar (diperkirakan lebih dari 90%) diakibatkan oleh adanya campur

tangan manusia (A.Hakam,dkk, 2013). Faktor alam berjalan secara alami dan

tidak akan terlalu membuat banyak kerusakan jika saja tidak ada campur tangan

manusia dalam aktifitasnya. Manusia seringkali melakukan sesuatu yang

dianggapnya baik, namun ternyata tindakannya tersebut dapat berakibat pada

perubahan ekosistem pantai. Misalnya menebang mangrove untuk kebutuhan

bahan bakar dan bahan bangunan, menambang pasir, membuat sumur-sumur

dipesisir untuk keperluan industry secara berlebihan, dan lain-lain. Manusia terlalu

egois dalam memanfaatkan ekosistem pantai, hanya bisa mengambil tanpa bisa

memberi. Meninggalkan kerusakan-kerusakan tanpa mau memperbaikinya.

Manusia belum sadar bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh meraka akan

berdampak besar terhadap keberlangsungan hidup manusia itu sendiri, baik

sekarang maupun yang akan datang.

Page 10: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-10

Survey membuktikan setidaknya ada 5 penyebab abrasi yang disebabkan oleh

manusia, yaitu (Diposaptono, 2011):

a. Terperangkapnya angkutan sedimen sejajar pantai akibat bangunan buatan

seperti Groin, jetty, Breakwater pelabuhan dan reklamasi yang sejajar garis

pantai.

b. Timbulnya perubahan arus akibat adanya bangunan di pantai / maritime.

c. Berkurangnya suplai sedimen dari sungai akibat penambangan pasir,

dibangunnya dam disebelah hulu sungai dan sudetan (pemindahan arus

sungai).

d. Penambangan terumbu karang dan pasir pantai.

e. Penebangan dan Penggundulan hutan mangrove

2.1.4 Dampak dan Penanggulangan Abrasi Pantai

Abrasi pantai disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia, seperti

pengambilan batu dan pasir di pesisir pantai, atau penebangan pohon di sekitar

pantai, kurang diperhatikannya hutan mangrove. Manusia mengambil kayu dari

hutan mangrove dan hutan pantai untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk

kebutuhan bahan bakar dan bahan bangunan rumah. Apabila pengambilan kayu

dilakukan secara terus-menerus maka pohon-pohon di pesisir pantai akan

berkurang dan habis. Kerapatan pohon yang rendah pada pesisir pantai

memperbesar peluang terjadinya abrasi, karena akar mangrove yang berfungsi

menahan tanah agar tidak mudah terbawa gelombang sudah habis bersamaan

dengan penebangan pohonnya yang habis ditebang manusia.

Dampak abrasi tentu sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan

apabila tidak diatasi lama kelamaan daerah-daerah yang mempunyai

permukaannya rendah akan tenggelam. Lokasi wisata terutama pantai yang indah

dan menjadi tujuan wisata akan menjadi rusak. Pemukiman warga daerah pesisir

dan tambak akan tergerus akibat gelombang laut hingga menyatu menjadi laut.

Tidak sedikit warga di pesisir pantai yang telah direlokasi gara-gara abrasi pantai

ini. Banyak dilakukan reklamasi untuk menanggulangi abrasi namun tetap

berdampak pada daerah yang memiliki ketinggian rendah dalam bentuk banjir rob.

Abrasi pantai juga berpotensi menenggelamkan beberapa pulau kecil di sekitar

perairan Indonesia.

Secara alami pantai telah memiliki pelindung alami akan tetapi dalam

perkembangannya terdapat perubahan yang sangat signifikan dan berpengaruh

Page 11: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-11

pada garis pantai. Solusi untuk mengatasi abrasi tidak boleh sembarangan dan

harus memperhatikan kondisi sekitar agar solusi yang di ambil sesuai dan efektif.

Penanggunalang abrasi pada daerah pantai berbeda satu sama lain tergantung

dari kondisi fisik dan lingkungan social ekonomi pantai tersebut. Hal ini akan

dibahas lebih lanjut pada poin mitigasi abrasi.

Selanjutnya secara lebih spesifik dampak yang diakibatkan oleh abrasi antara lain

(Ramadhan, 2013) :

a. Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang

tinggal di pinggir pantai secara terus menerus.

b. Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang

didorong angin kencang begitu besar.

c. Rusaknya infrastruktur di sepanjang pantai, mis: Tiang Listrik, Jalan, Dermaga,

dan lain-lain.

d. Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena terkikisnya

hutan bakau

Daerah pantai yang mengalami abrasi sangat sulit untuk dipulihkan atau kembali

dalam keadaaan normal. Selain itu juga, kerusakan pantai akibat abrasi dapat

menggangu mata pencaharian penduduk disekitar, terutama yang berprofesi

sebagai nelayan. Pantai yang mengalami abrasi jika tidak di tanggulangi akan

berakibat kerusakan pantai yang semakin parah.

Sedia payung sebelum hujan. Setidaknya pepatah ini dapat kita gunakan utuk

meminimalisir terjadinya abrasi. Sebelum abrasi terjadi lebih parah, terdapat

tindakan pencegahan yang mungkin dapat kita lakukan baik secara perseorangan

atau berkelompok. Untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya abrasi pantai

yaitu (Ramadhan, 2013):

1. Pelestarian terumbu karang

Terumbu karang juga dapat berfungsi mengurangi kekuatan gelombang yang

sampai ke pantai. oleh karena itu perlu pelestarian terumbu karang dengan

membuat peraturan untuk melindungi habitatnya. ekosistem terumbu karang,

padang lamun, mangrove dan vegetasi pantai lainnya merupakan pertahanan

alami yang efektif mereduksi kecepatan dan energi gelombang laut sehingga

dapat mencegah terjadinya abrasi pantai. jika abrasi pantai terjadi pada pulau-

pulau kecil yang berada di laut terbuka, maka proses penenggelaman pulau

akan berlangsung lebih cepat.

Page 12: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-12

2. Melestarikan tanaman bakau/mangrove

Fungsi dari tanaman bakau yaitu untuk memecah gelombang yang menerjang

pantai dan memperkokoh daratan pantai, selain untuk mempertahnakan

pantai, mangrove juga berfungsi sebagai tempat berkembangbiakan ikan dan

kepiting.

3. Melarang penggalian pasir pantai

Pasir pantai yang terus menerus diambil akan mengurangi kekuatan pantai.

4. Sedangkan pada pantai yang telah atau akan mengalami abrasi, akan

dibuatkan pemecah ombak atau talud untuk mengurangi dampak dari

terjangan ombak, tindakan ini sering juga disebut tindakan pencegahan secara

teknis.

Secara teori untuk menanggulangi dampak abrasi ada dua cara yaitu:

1. Soft Solution

a. Penanaman tumbuhan pelindung pantai

Penanaman tumbuhan pelindung pantai (bakau, nipah dan pohon api-api)

dapat dilakukan terhadap pantai berlempung, karena pada pantai

berlempung pohon bakau dan pohon api api dapat tumbuh dengan baik

tanpa perlu perawatan yang rumit. Pohon bakau dan pohom api-api dapat

mengurangi energi gelombang yang mencapai pantai sehingga pantai

terlindung dari serangan gelombang

b. Pengisian pasir (sand nourishment)

Prinsip kerja sand nourishment yaitu dengan menambahkan suplai sedimen

ke daerah pantai yang potensial akan tererosi. Penambahan sedimen dapat

dilakukan dengan menggunakan bahan dari laut maupun dari darat,

tergantung ketersediaan material dan kemudahan transportasi. Suplai

sedimen berfungsi sebagai cadangan sedimen yang akan di bawa oleh

badai (gelombang yang besar) sehingga tidak mengganggu garis pantai.

Diusahakan kualitas pasir urugan harus lebih baik atau sama dengan

kualitas pasir yang akan diurug atau diameter pasir urugan diusahakan

lebih besar atau sama dengan diameter pasir asli (Triatmodjo, 1999).

2. Hard Solution

Salah satu metode penanggulangan erosi pantai adalah hard solution atau

penggunaan struktur pelindung pantai, dimana struktur tersebut berfungsi sebagai

Page 13: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-13

peredam energi gelombang pada lokasi tertentu. Namun banyak tulisan

sebelumnya bahwa struktur pelindung pantai dengan material batu alam yang

cenderung tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis lagi apabila dilaksanakan

pada daerah-daerah pantai yang mengalami kesulitan dalam memperoleh material

tersebut.

Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena

serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

melindungi pantai yaitu:

a. memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan

karena serangan gelombang

b. mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai

c. mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai

d. reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain

Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam tiga

kelompok yaitu:

a. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar garis pantai

b. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai

c. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kikra-kira sejajar garis pantai

2.1.5 Jenis-Jenis Bangunan Pengaman Pantai

A. Groin

Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif tegak lurus

terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton (pipa

beton), dan batu. Pemasangan Groins menginterupsi aliran arus pantai sehingga

pasir terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada “downcurrent side”

terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang berlanjut.

Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah Groin tidaklah efektif.

Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan

yang terdiri dari beberapa Groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu. Hal ini

dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu signifikan. Selain tipe lurus

seperti yang ada pada gambar ada juga Groin tipe L dan tipe T, yang kesemuanya

dibangun berdasarkan kebutuhan

Page 14: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-14

Gambar 9 Perlindungan pantai dengan Groin melengkung.

Gambar 10 Konfigurasi tipikal pantai yang dilindungi dengan sistem Groin.

Page 15: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-15

B. Breakwater

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan

yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai.

Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai

terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke

pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat

menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.

Gambar 11 Perlindungan pantai dengan sistem Breakwater.

Gambar 12 Konfigurasi tipikal pantai yang dilindungi dengan pemecah

gelombang.

Page 16: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-16

C. Revetment

Revetment adalah struktur di pantai dan dibangun searah pantai dengan fungsi

utama melindungi pantai yang tererosi. Struktur Revetment secara tipikal terdiri

dari lapisan luar terbuat dari batu, beton, atau aspal untuk melindungi profil pantai

dengan kemiringan alami. Dalam praktek, dibedakan antara Revetment dan

tembok pantai berdasarkan fungsinya dalam melindungi pantai, tetapi dalam

literatur teknik biasanya tidak ada perbedaan diantara keduanya.

Gambar 13 Perlindungan pantai dengan Revetment.

2.1.6 Contoh Kasus

A. Contoh Kasus Abrasi Pantai Pulau Wawoni Sulawesi Tenggara

Pulau dengan luas sekitar 1000 km2 ini terletak pada bagian tenggara Kota

Kendari. Pulau ini bisa dicapai dengan kapal ferry sekitar 4 jam dari Kota Kendari

yang tiap hari melayani Kendari – Langara PP. Bulan April – September

gelombang besar terjadi sehingga transportasi laut praktis tidak dapat dilakukan

terutama daerah Pantai Wawonii sebelah Timur. Pada bulan-bulan tersebut terjadi

gelombang arah Timur dari Laut Banda.

Page 17: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-17

Kec. Wawonii

Utara

Kec. Wawonii

Timur Laut

Kec. Wawonii

Timur

Kec. Wawonii

Tenggara

Gambar 14 Peta Google Earth Pulau Wawoni.

Gambar 15 Kondisi pantai Pulau Wawoni (1).

Page 18: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-18

Gambar 16 Kondisi pantai Pulau Wawoni (2).

KONDISI PANTAI LABISA KECAMATAN WAWONII UTARA

Tahun 1982 penduduk Desa Labisa pindah dari lokasi ini

karena adanya abrasi sehingga mengakibatkan rumah,

Sekolah Dasar dan areal pemakaman hilang, lokasi

Desa Labisa di sebelah Barat Sungai Sungai Lansilowo.

Gambar 17 Kondisi pantai Pulau Wawoni (3).

Page 19: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-19

Gambar 18 Kondisi pantai Pulau Wawoni (4).

Gambar 19 Kondisi pantai Pulau Wawoni (5).

Page 20: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-20

Kondisi pantai di Pulau Wawonii termasuk

dalam pantai curam, dimana pada jarak kurang

dari 100 m kedalaman mencapai lebih dari -40

m. Dari informasi masyarakat, lokasi-lokasi

yang mengalami abrasi terdapat di wilayah

Wawonii Utara, Wawonii Timur Laut, Wawonii

Timur dan Wawonii Tenggara. Abrasi yang

terjadi di lokasi-lokasi tersebut di atas

didominasi karena adanya gelombang tegak

lurus pantai, dengan kondisi pantai yang

curam, pasir yang dibawa gelombang terjebak

di perairan dalam sehingga tidak dapat

kembali lagi kearah pantai. Fenomena

gelombang tegak lurus pantai ini dapat dilihat

dari foto bangunan yang tegak lurus pantai

dimana di kanan dan kiri bangunan tidak

terdapat penumpukan sedimen

Distribusi Kecepatan dan Arah Angin Jam-jaman

1997-2006

Lokasi: Ambari

Jenis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.

Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Tidak Berangin = 28.87% Tidak Tercatat = 29.66%

Gambar 20 Identifikasi permasalahan pantai Pulau Wawoni.

Page 21: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-21

B. Contoh Kasus Abrasi Pantai Kasipute - Boepinang Sulawesi Tenggara

1. Lokasi pertama “SID Pantai Kasipute – Boepinang Kabupaten Bombana

propinsi Sulawesi Tenggara” berada di pantai kasipute kecamatan rumbia

berjarak 180 km dari kota kendari dengan waktu tempuh ± 3 jam

2. Pantai Kasipute termasuk kedalam wilayah administrasi kelurahan kasipute

dan kelurahan lampopala

3. Panjang garis pantai kasipute sekitar 7 km, dengan kondisi pantai mengalami

abrasi dan banyak pemukiman penduduk yang berada di pesisir pantai

kasipute

4. Pada tahun 2012-2013 sudah ada desain pengamanan pantai kasipute oleh

pihak balai wilayah sungai sulawesi IV sepanjang 750 m , dan sudah ada

realisasi pebangunan pada tahun 2014, yang diperuntukkan untuk

mengamankan fasilitas umum dan pemukiman

5. Sudah ada rencana pembangunan reklamasi, talud dan jalan dari pemda

setempat yang di peruntukkan untuk wilayah komersil atau ruang publik,

panjang rencana talud yang akan dibangun untuk ruang publik sekitar 1,5 km.

6. Angin dominan yang terjadi di pantai kasipute dari arah timur terjadi pada

bulan agustus sampai oktober

7. Terdapat 3 muara sungai yang bermuara di pantai kasipute

8. Lokasi kedua “SID Pantai Kasipute – Boepinang Kabupaten Bombana propinsi

Sulawesi Tenggara” berada di pantai Boepinang berjarak 85 km dari pantai

kasipute dengan waktu tempuh ± 2 jam perjalanan.

9. Pantai Boepinang masuk kedalam wilayah administrasi kelurahan Boepinang

yang terdiri dari dua dusun yaitu dusun bajo barat dan bajo timur.

10. Pemukiman penduduk di pantai boepinang berada di atas laut, dikarenakan

mayoritas penduduk yang tinggal di pantai boepinang adalah masyarakat bajo

11. Angin dominan yang terjadi di pantai boepinang dari arah barat terjadi pada

bulan desember sampai februari

Untuk lokasi Pantai Kasipute, berikut adalah berberapa masalah yang berhasil di

identifikasi, yaitu:

1. Ketika musim angin Timur, banyak lokasi pemukiman yang terletak di pinggir

pantai sudah mulai terancam karena pada saat itu gelombang cukup besar

Page 22: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-22

menghantam garis pantai. Di lokasi lain juga yang sudah mulai mengalami

kerusakan adalah tanggul jalan. Tanggul jalan ini sudah mulai mengalami

kerusakan pada kaki tanggul hal ini terjadi karena tanggul tersebut tidak di

desain untuk menahan gelombang.

2. Pada saat ini Pemerintah Kabupaten Bombana mempunyai rencana untuk

mengembangkan kawasan Pantai Kasipute sebagai area rekreasi dan ruang

publik terpadu dan pada saat ini pembangunannya sudah mulai dilaksanakan.

Namun dari segi teknis setiap perencanaan yang ada di kawasan pantai harus

mempunyai kajian teknis khususu karena setiap penambahan bangunan di

pantai akan merubah keseimbangan garis pantai yang ada. Namun untuk

kasus rencana masterplan ini Pemda Kabupaten Bombana belum mempunyai

kajian teknis terkait dengan pelaksanaan dari rencana tersebut

Sedangkan untuk lokasi Pantai Boepinang, berikut adalah berberapa masalah

yang berhasil di identifikasi, yaitu:

1. Pada saat ini lokasi pemukiman yang berada di pinggir pantai sudah mulai

terancam oleh gelombang terutama pada saat musim Barat. Ketika musim

Barat ini berlangsung banyak rumah penduduk yang mayoritas berupa rumah

panggung masyarakat Bajo, bergoyang dan posisi tiangnya mulai miring

akibat hantaman gelombang. Jika hal ini dibiarkan akan merusak pemukiman

yang jumlahnya cukup banyak di pinggir pantai.

2. Melalui pengamatan visual, jenis tanah yang ada di lokasi adalah lumpur oleh

karena itu dalam aspek perencanaan pengamanan pantai harus

dipertimbangkan daya dukung struktur supaya tidak mengalami penurunan

Page 23: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-23

Gambar 21 Lokasi Pantai Kasipute dan Pantai Boepinang.

Gambar 22 Lokasi Pantai Kasipute berdasarkan peta Dishidros.

Page 24: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-24

Gambar 23 Lokasi Pantai Boepinang berdasarkan peta Dishidros.

Gambar 24 Sketsa lokasi Pantai Kasipute (1).

Page 25: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-25

Gambar 25 Sketsa lokasi Pantai Kasipute (2).

Distribusi Kecepatan dan Arah Angin Jam-jaman

2002-2012

Lokasi: Kendari

Jenis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.

Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Tidak Berangin = 6.50% Tidak Tercatat = 0.07%

Gambar 26 Data windrose.

Page 26: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-26

Gambar 27 Kondisi Pantai Kasipute (1).

Gambar 28 Kondisi Pantai Kasipute (2).

Page 27: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-27

Gambar 29 Kondisi Pantai Kasipute (3).

Gambar 30 Kondisi Pantai Kasipute (4).

Page 28: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-28

Pembangunan Talud

dari Pihak BWSS IV

Gambar 31 Masterplan Pantai Kasipute.

Gambar 32 Kondisi Pantai Kasipute (5).

Page 29: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-29

C. Contoh Kasus Abrasi Pantai Pulau Lembeh Sulawesi Utara

Lokasi pekerjaan berada di Pulau Lembeh, tepatnya di Kecamatan Lembeh Utara

dan Lembeh Selatan, Kota Bitung Propinsi Sulawesi Utara. Untuk mencapai Kota

Bitung dapat ditempuh dengan menggunakan jalur darat menggunakan mobil

dengan jarak tempuh kuran lebih 2 jam. Dari Kota Bitung menuju Pulau Lembeh

dapat menggunakan jalur laut dengan waktu tempuh kuran lebih 30 menit. Pulau

Lembeh sendiri terdiri dari 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Lembeh Selatan

dan Kecamatan Lembeh Utara. Berikut ini akan diuraikan hasil identifikasi

kerusakan pantai untuk masing-masing lokasi di Pulau Lembeh.

Kerusakan akibat abrasi yang terdapat di Kelurahan Pasir Panjang sudah

berlangsung cukup lama. Kerusakan akibat abrasi biasanya berlangsung pada

saat gelombang tinggi terjadi yaitu antara bulan Juli – Oktober dimana gelombang

yang datang adalah gelombang Selatan

Gambar 33 Peta lokasi pekerjaan di Pulau Lembeh.

Kec.Ranowulu Kec.Aertemb

aga

Kec.Maesa

Kec.Girian

Kec.Madidir

Kec.Matuari Kec.Lembeh

Selatan

Kec.Lembeh Utara

Page 30: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-30

Pulau Lembeh

Kota Bitung Kec.LembehUtara

Kec.Lembeh Selatan

Gambar 34 Peta lokasi pekerjaan di Pulau Lembeh dari Peta Dishidros.

Page 31: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-31

Gambar 35 Kondisi pantai di Pulau Lembeh.

Gambar 36 Kondisi pantai di Pulau Lembeh.

Page 32: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-32

Rekapitulasi Kondisi Pantai dan Kerusakan di Pulau Lembeh

Nama Propinsi : Sulawesi Utara

Nama Kabupaten / Kota : Bitung

Nama Kecamatan : Lembeh Selatan

Nama Desa : Pancuran

Mata Pencaharian : Nelayan

Kondisi Infrastruktur : Bangunan Pemukiman, SD dan SMP Mengalami kerusakan

Kondisi Sanitasi : Baik

Sumber Air Minum : Air permukaan

Jumlah KK : 20 KK

Lokasi Perumahan Terkait Dengan Lokasi Pantai : 20 m

Nama Sungai : -

Apakah Sudah Ada Jetty -

Kondisi Sedimentasi : -

Kejadian Banjir : -

Kerugian Akibat Banjir : -

Penyebab Banjir : -

Rentang Pasang Surut : 1.5 - 2.0 m

Tipe Pasang Surut : Semi Diurnal Dominant

Kondisi Gelombang Sehari-Hari : 0.5 - 0.75 m

Kejadian Gelombang Besar : Juli - Oktober

Kerusakan Akibat Gelombang Besar : Perumahan Penduduk Terkena Abrasi Gelombang dan Limpas Saat Pasang

Lokasi Gelombang Pecah : 150 m

Arah Gelombang Besar : Selatan

Fenomena Alam Yang Pernah Terjadi : -

Kedalaman Pantai : - 5 pada jarak 100 m

Tipe Morfologi Pantai : Teluk Landai

Jenis Kerusakan Pantai : Abrasi

Laju Kerusakan Garis Pantai Relatif Tetap Sejak ada Tanggul Pada Tahun 2000

Keberadaan Terumbu Karang : -

Keberadaan Tambak dan Pertanian : -

Material Dasar Bangunan : -

Jenis Tanah : Pasir

Keberadaan Hutan Mangrove : -

Kondisi Sekarang Hutan Mangrove : -

Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove : -

Apakah Sudah Ada Bangunan Perlindungan Pantai : Ada Berupa Tanggul Sederhana

Bagaimana Kondisi Bangunan Perlindungan Pantai : Saat Gelombang Tinggi dan Pasang Air Masih Bisa Masuk ke Pemukiman

Penyebab Kerusakan Bangunan : -

Umur Bangunan : -

Material Dasar Bangunan : Pasangan Batu

Apakah Ada Pelabuhan di Lokasi : Pelabuhan Rakyat

Jenis Pelabuhan : Dermaga Beton

Jenis Perlindungan Pelabuhan : -

5 Kondisi Fisik Pantai Deskripsi

6 Kondisi Infrastruktur Deskripsi

3 Hidrologi Deskripsi

4 Hidro-Oseanografi Deskripsi

1 Uraian Lokasi Deskripsi

2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Deskripsi

Page 33: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-33

2.2 Uraian Materi Tentang Muara Sungai

2.2.1 Definisi Muara Sungai

Pada Estuari atau muara sungai, Komponen penting yang mengatur dinamika dan

pertukaran antara dua masa air yang berbeda adalah pasut. Meskipun demikian,

di alam ada pula estuari yang berada di daerah non pasut, daerah ini sering

dinamai dengan laguna. Di laut yang non pasut ini, sungai secara alarni lebih

sering membentuk delta dari pada estuari.

Untuk keperluan penanggulangan kerusakan muara sungai, perlu diketahui secara

pasti penyebab dominan permasalahan yang terdapat di muara sungai. Dengan

mengetahui permasalahan tersebut, perencana akan lebih mudah mencari jalan

pemecahan masalah yang paling tepat dan yang sesuai dengan lingkungan

sekitar. Ada beberapa parameter dominan yang mempengaruhi kerusakan muara

sungai, lima di antaranya adalah:

1) debit sungai,

2) angkutan sedimen sungai,

3) gelombang dan arus menyusur pantai,

4) angkutan sedimen pantai,

5) pasang surut dan arus pasang surut.

Pengaruh kelima parameter tersebut dapat berubah-ubah, tergantung pada waktu.

Pada saat musim kemarau, debit sungai dan sedimen sungai cukup kecil

sehingga pengaruhnya terhadap pembentukan muara sungai relatif kecil,

sedangkan pada waktu musim penghujan debit sungai dan sedimen sungai

sangat dominan dalam pembentukan muara sungai. Demikian pula pengaruh

gelombang pada pembentukan muara sungai, sangat tergantung pada musimnya.

Di Indonesia terdapat beberapa musim di antaranya, ialah musim kemarau dan

musim penghujan dalam kaitannya dengan banjir, musim barat dan musim timur

dalam kaitannya dengan gelombang, serta pasang purnama dan perbani dalam

kaitannya dengan arus pasang surut. Untuk menganalisis permasalahan muara

sungai, perlu dikaji parameter-parameter tersebut dengan memasukkan faktor

musim yang terdapat di wilayah setempat, dalam hal ini musim yang terdapat di

Indonesia.

Page 34: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-34

2.2.2 Fungsi Muara Sungai

Ditinjau dari sudut perekonomian, muara memiliki posisi yang penting karena

berfungsi sebagai pintu penghubung antara laut dan daerah pedalaman. Hal ini

dijumpai terutama di Pulau-pulau yang memiliki sungai-sungai yang lebar dan

dalam seperti Sumatera (Sungai Musi di Palembang) dan Kalimantan (Sungai

Barito, Kapuas dan Sungai Mahakam). Pengaruh pasang surut menyebabkan

perubahan muka air secara periodik di muara sungai. Debit air yang besar dan

didukung dengan energi pasang surut yang cukup tinggi akan menjaga kondisi

dasar perairan di mulut sungai dan estuari cukup dalam untuk pelayaran sungai,

sehingga kondisi muara sungai yang demikian sangat cocok digunakan sebagai

lokasi pelabuhan.

Selain dari sisi ekonomi, muara juga berfungsi sebagai penyangga ekosistem baik

terhadap sungai itu sendiri maupun terhadap lingkungan pantai sekitarnya.

Lingkungan estuari merupakan kawasan yang sangat penting bagi berbagai

spesies hewan dan tumbuhan. Pada daerah-daerah beriklim tropis seperti di

Indonesia, lingkungan estuari umumnya ditumbuhi oleh tumbuhan khas yang di

sebut Mangrove. Tumbuhan mangrove mampu beradaptasi dengan genangan air

laut yang kisaran salinitasnya cukup lebar Hutan mangrove adalah salah satu

contoh tetumbuhan muara yang selain berfungsi ekologis, juga berguna sebagai

pengaman pantai terhadap erosi (pengamanan non struktural).

2.2.3 Karateristik Fisik Muara Sungai

1) Salinitas

Salinitas di muara berfluktuasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya dan berubah

sesuai dengan waktu. Jika air laut dengan salinitas rata-rata 35o/oo bercampur

dengan air tawar (salinitas 0o/oo), campuran air tersebut akan memiliki nilai

salinitas bervariasi di antaranya. Profil salinitas muara yang diidealkan diberikan

pada Gambar 37. Dalam kenyataan di lapangan, batas-batas salinitas tidak begitu

jelas seperti ditunjukkan pada Gambar 37.

Page 35: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-35

Gambar 37 Profil salinitias muara (Castro dan Huber, 2007).

2) Morfologi Muara

Proses penggerak utama dalam morfologi muara adalah progradasi (progradation)

dan transgresi (transgression). Proses-proses tersebut secara umum membentuk

pantai (termasuk muara) sesuai dengan pasokan sedimen terkait dengan

kenaikan permukaan air laut relatif. Jika kenaikan muka air laut akibat pasang

tinggi, dan/atau pasokan sedimen relatif rendah, yang terjadi adalah transgresi ke

laut. Sebaliknya jika kenaikan muka air laut rendah, yang disertai dengan pasokan

sedimen yang tinggi, proses yang terjadi adalah progradasi. Gambar 38

menunjukkan proses progradasi dan transgresi yang membentuk morfologi

sebuah muara.

Gambar 38 Proses progradasi dan transgresi pembentukan muara.

Bagian sisi kiri dari Gambar 38 menggambarkan proses progradasi, yang mana

daratan akan bertambah, salah satunya karena permukaan laut yang turun relatif

Page 36: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-36

terhadap daratan, atau akibat pasokan sedimen yang besar. Bagian sisi kanan

menggambarkan proses transgresif, salah satunya adalah akibat kenaikan

permukaan air laut, atau karena ketidakcukupan pasokan sedimen. Perlu

diperhatikan bahwa perubahan permukaan air laut adalah relatif, dalam arti

penurunan daratan dengan permukaan air laut konstan mempunyai pengaruh

yang sama jika elevasi daratan konstan dan permukaan air laut naik. Akibat

proses progradasi, deposisi sedimen sungai menyebabkan formasi delta. Jika

energi gelombang dan energi pasang surut rendah, sedimen sungai akan

terdeposisi di sepanjang kedua tepi sungai. Akibat gradien aliran sungai,

permukaan air pada suatu titik sepanjang sungai akan berangsur-angsur naik

karena titik tersebut terletak pada jarak yang lebih jauh dari mulut sungai. Pada

suatu saat, kemungkinan jika debit sungai tinggi, air sungai akan menggenangi

dan mengerosi tebing sungai dan terbentuk alur baru yang lebih pendek ke laut.

Proses yang sama berulang terus menerus, yang mana menyebabkan

terbentuknya formasi delta. Gelombang kuat dengan arus searah pantai akan

memperlebar formasi delta dalam arah sejajar pantai, sementara energi pasang

surut yang besar biasanya menghasilkan pola-pola tegaklurus garis pantai. Di luar

pengaruh aliran sungai dan sedimen fluvial, dataran pantai akan terbentuk jika

gaya gelombang dominan dan dataran pasang surut yang akan terbentuk jika

pengaruh pasang surut lebih dominan.

Pada proses transgresi, sebuah estuari adalah ekuivalen dari formasi delta dalam

proses progradasi, tetapi pada proses transgresi, pasokan sedimen tidak cukup

untuk mengatasi kenaikan relatif permukaan air laut. Pasokan sedimen tidak

hanya bersumber dari sungai (sedimen fluvial) tetapi juga berasal dari laut/pantai,

karena pasang naik atau gelombang memasok sedimen dari laut. Bahkan sebuah

laguna hanya mempunyai sumber pasokan sedimen dari laut, karena tidak ada

sungai yang mengalir ke dalamnya.

Bedasarkan berbagai proses geomorfologi yang terjadi, Gambar 16 memberikan

sebuah klasifikasi untuk proses progradasi dan transgresi pada pembentukan

muara sungai. Pengaruh energi yang berasal dari sungai digambarkan dalam

sumbu vertikal, sementara pengaruh pantai dalam sumbu horisontal, energi

gelombang ke kiri dan energi pasang surut ke kanan. Puncak segitiga

menggambarkan formasi delta; bagian dasar segitiga menggambarkan dataran

pantai dan dataran pasut; estuari terletak di antaranya. Laguna adalah bagian

paling akhir dari spektrum estuari. ”Kedalaman” pada gambar memberikan ide

Page 37: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-37

tentang evolusi terhadap waktu, relatif terhadap perubahan permukaan air laut

dan pasokan sedimen. Sesuai dengan kenaikan permukaan air laut, delta akan

berubah menjadi estuari atau sebaliknya. Dataran pantai dan dataran pasang

surut akan ”hilang” dan berubah menjadi perairan dangkal jika permukaan laut

naik.

Gambar 39 Diagram klasifikasi muara (Boyd dkk, 1992 dan Dalrymple dkk, 1992).

Menurut Boyd dkk (1992) dan Dalrymple dkk (1992), bentuk muara sungai dapat

dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok tergantung pada faktor-faktor dominan yang

mempengaruhinya, yaitu gelombang, sungai dan pasang surut.

Pada bagian-bagian berikut diuraikan tentang bentuk-bentuk muara sungai sesuai

dengan faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya serta masalah-masalah

yang mungkin terjadi.

Secara morfologi Muara sungai secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam,

sesuai dengan faktor dominan yang mempengaruhi muara. Ketiga macam tipe

muara tersebut adalah sebagai berikut

a. Muara yang didominasi gelombang laut (wave-dominated river mouth)

Tipe muara ini ditandai dengan angkutan sedimen menyusur pantai setiap tahun

cukup besar dan arus menyusur pantai cukup dominan dalam pembentukan

muara sungai. Pada tipe ini biasanya muara tertutup oleh lidah pasir dengan pola

sedimentasi, seperti terlihat pada Gambar 40. Pola sedimentasi yang terjadi di

muara tersebut sangat tergantung pada arah gelombang.

Jika arah gelombang dominan menyudut terhadap pantai, akan terjadi penutupan

muara dengan arah penutupan sesuai dengan arah gerakan pasir menyusur

laguna

dataran pasut dataran pantai

estuari didominasi gelombang

estuari didominasi

pasut

delta

GELOMBANG PASUT

SUNGAI

delta

dataran pantai

dataran pasut

daya gelombang/ pasut

kenaik

an d

aya f

luvia

l

TRANSGRESI

WAKTU R

ELA

TIF

PROG

RADASI

Marine source

Embayed mixed source

Prograding fluvial source

Page 38: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-38

pantai). Pada kondisi muara dengan arah gelombang dominan yang relatif tegak

lurus dengan pantai, pola sedimentasi akan terlihat, seperti pada Gambar 40.

Permasalahan utama pada sungai ini ialah saat awal musim hujan, yatu ketika

endapan pasir di muara cukup tinggi dan biasanya muara cukup sempit. Muara

tidak mampu menyalurkan air banjir diawal musim hujan. Jika sungai tersebut juga

digunakan untuk keperluan nelayan, nelayan tidak dapat atau sulit memasuki

muara sungai pada kondisi seperti itu.

Jika arah gelombang dominan menyudut, muara sungai akan sering berpindah

tempat sehingga dapat menyulitkan pengendalian banjir ataupun pengelolaan

daerah sekitar muara.

c) Potongan memanjang

d) Potongan melintang

TampakAtas

Alur

Tebing

Pantai

Bar

Alur

Puncak Bar

Endapan

Alur

Alur

Pantai

a) Arah gelombang tegak lurus pantai

Arah Gelombang

Arah

Gelombang

Lidah Pasir

b) Arah gelombang membentuk

sudut dengan garis pantai

Sumber : Pekerjaan Manual Perencanaan Teknis Pengamanan Pantai (2007)

Gambar 40 Tipe muara yang didominasi gelombang laut.

Page 39: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-39

Gambar 41 Contoh muara yang didominasi gelombang (arah laut).

Gambar 42 Contoh muara yang didominasi gelombang (arah darat).

Page 40: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-40

Gambar 43 Contoh muara yang didominasi gelombang laut.

b. Muara yang didominasi aliran sungai (river flow-dominated river mouth)

Tipe muara ini ditandai dengan debit sungai menyusur setiap tahunan cukup

besar sehingga debit tersebut merupakan parameter utama pembentukan muara

sungai. Pola sedimentasi pada muara tipe ini dapat dilihat pada Gambar 44.

Pendangkalan yang serius biasanya tidak terjadi pada tipe muara ini. Hal ini

disebabkan aliran air sungai yang terjadi cukup besar sehingga mampu

memelihara atau merawat kedalaman alur sungai. Jika aliran sungai cukup

banyak membawa material sedimen, garis pantai akan cepat maju dan

membentuk tanjungan.

Page 41: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-41

alur

tebing

tebing

ambang

puncak ambang

alur

Tampak Atas

Potongan Melintang

mulut

pasir halus

pasir kasar

lempung

campuran pasir dan lempung

Sumber : Pekerjaan Manual Perencanaan Teknis Pengamanan Pantai (2007)

Gambar 44 Tipe muara yang didominasi aliran sungai.

Gambar 45 Contoh muara yang didominasi sungai (delta Bengawan Solo).

Page 42: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-42

c. Muara yang didominasi pasang surut (tide-dominated river mouth)

Tipe muara ini ditandai dengan fluktuasi pasang surut yang cukup besar sehingga

arus yang terjadi akibat pasang surut ini cukup potensial untuk membentuk muara

sungai. Pada tipe ini terjadi angkutan sedimen dua arah (arah laut dan arah darat).

Muara biasanya berbentuk corong atau lonceng (bell shape) dengan beberapa

alur dan pendangkalan seperti terlihat pada Gambar 46.

Permasalahan utama pada tipe muara ini bukan penutupan muaranya, tetapi

pendangkalan yang terjadi di muara sungai dapat mengganggu pelayaran atau

navigasi.

Potongan Melintang A

Potongan Melintang B

Potongan Melintang C

B B

AA

Alur Endapan

Pasir

Tebing

Tebing

A

A

B

B

C

C

Pendangkalan

Sumber : Pekerjaan Manual Perencanaan Teknis Pengamanan Pantai (2007)

Gambar 46 Tipe muara yang didominasi pasang surut.

Karena sangat banyak muara sungai di Indonesia yang bermasalah, dalam usaha

memperbaiki kondisi muara tersebut haruslah dipilih muara sungai yang

mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Di bawah ini diberikan pedoman untuk

menentukan pemilihan proyek perbaikan muara sungai, yaitu dengan memberikan

urutan prioritas terhadap muara yang mempunyai kriteria sebagai berikut.

a. muara sungai yang bagian hulunya merupakan daerah yang nilainya cukup

tinggi dan perlu dilindungi dari ancaman banjir, misalnya daerah industri dan

daerah permukiman yang padat;

b. muara sungai yang dipergunakan untuk keperluan pelayaran, baik untuk

keperluan niaga maupun untuk keperluan perikanan;

Page 43: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-43

c. muara sungai yang bagian hulunya mempunyai potensi yang besar untuk

pertanian dan pertambakan sehingga diperlukan adanya kelancaran aliran air

di sungai tersebut;

d. muara sungai yang selalu berpindah-pindah dan merusak daerah sekitar yang

telah dikembangkan menjadi daerah pariwisata atau daerah industri.

Dalam menentukan langkah-langkah perbaikan muara sungai, perlu

dipertimbangkan cara yang paling tepat dan yang paling ekonomis. Dalam

kaitannya dengan desain bangunan jeti, yang sangat menentukan dalam

penentuan biaya adalah jenis konstruksi jeti dan panjang jeti. Oleh karena itu, agar

biaya pembuatan jeti dapat ditekan, perlu ditetapkan dengan jelas fungsi

bangunan jeti yang akan dibuat tersebut. Dengan demikian, panjang jeti dapat

disesuaikan dengan maksud tersebut. Sebagai contoh, untuk keperluan stabilisasi

muara sungai, tidak perlu dibangun jeti yang panjang. Pembuatan bangunan jeti

yang terlalu panjang justru dapat menimbulkan permasalahan di tempat yang lain

dan hal ini perlu dihindarkan. Di samping itu, perlu ditekankan bahwa ada jenis

konstruksi tertentu yang biaya pembangunannya murah, tetapi biaya

perawatannya tinggi sehingga perlu dipertimbangkan dalam desainnya.

3) Prisma Pasang Surut

Berkaitan dengan permasalahan di muara sungai perlu diketahui suatu parameter

yang dikenal dengan nama prisma pasang surut (tidal prism), P, yaitu volume air

laut yang mengalir masuk ke atau keluar dari sebuah sistem muara melalui mulut

sungai antara titik balik air surut (low water slack) dan titik balik air pasang (high

water slack) berikutnya atau sebaliknya. Apabila tidak ada aliran dari hulu sungai,

maka volume air yang masuk ke muara pada saat air pasang (flood tide) dan

volume yang keluar dari muara pada saat air surut (ebb tide) adalah sama. Prisma

pasang surut dapat dihitung secara matematis sebagai berikut

( )0

p sT atauT

P Q t dt= ………………………………………………………………………… (1)

di mana

P = prisma pasang surut

Tp = perioda air pasang

Ts = perioda air surut

Q(t) = debit yang melalui mulut sungai

Page 44: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-44

T = perioda pasang surut = Tp + Ts

Apabila bentuk kurva pasang surut dianggap berbentuk sinusoidal, prisma pasang

surut dapat didekati sebagai berikut

max

k

Q TP

C= ……………………………………………………………………………….…(2)

di mana

Qmax = debit maksimum

Ck = faktor koreksi, antara 0,811 – 0,999

Prisma pasang surut juga dapat dihitung secara analitis apabila distribusi

kecepatan arus pada vertikal di mulut sungai diketahui

1

1

mA a P= .....................................................................................................................(3)

di mana

A = luas penampang aliran pada muka air rata-rata untuk kondisi pasang

purnama (m2)

P = prisma pasang surut (m3)

Jarret (1976) telah menganalisis persamaan di atas berdasarkan sejumlah besar

data untuk mendapatkan nilai a1 dan m1, hasilnya adalah:

4 0.951.58 10A P−= .........................................................................................................(4)

2.2.4 Parameter Desain Muara

Sebelum melakukan upaya-upaya perbaikan muara melalui desain yang sesuai,

perlu diketahui lebih dahulu penyebab utama permasalahan yang menyebabkan

kerusakan. Dengan memahami masalah tersebut, seorang perencana akan lebih

mudah mencari solusi yang tepat sesuai dengan lingkungan sekitarnya.

Parameter-parameter yang berpengaruh terhadap permasalahan di muara adalah

1) Kecepatan arus atau debit sungai

2) Angkutan sedimen sungai (bed load dan suspended load)

3) Gelombang dan arus searah pantai

4) Angkutan sedimen pantai (bed load dan suspended load)

5) Energi pasang surut

Page 45: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-45

Pengaruh kelima parameter tersebut terhadap di atas bervariasi sesuai dengan

musim. Sebagai contoh, pada waktu musim kemarau debit sungai dan sedimen

sungai cukup kecil sehingga pengaruhnya terhadap pembentukan muara sungai

relatif kecil. Sementara pada saat musim hujan debit sungai dan sedimen sungai

cukup dominan dalam pembentukan muara sungai. Demikian pula pengaruh

gelombang pada pembentukan muara sungai, sangat tergantung pada musimnya.

Di Indonesia terdapat beberapa musim di antaranya, ialah musim kemarau dan

musim penghujan dalam kaitannya dengan banjir, musim barat dan musim timur

dalam kaitannya dengan gelombang, serta pasang purnama dan perbani dalam

kaitannya dengan arus pasang surut. Untuk menganalisis permasalahan muara

sungai, perlu dikaji parameter-parameter tersebut dengan memasukkan faktor

musim yang terdapat di wilayah setempat, dalam hal ini musim yang terdapat di

Indonesia.

2.2.5 Kriteria Penanganan Muara Sungai

Karena sangat banyak muara sungai di Indonesia yang bermasalah, dalam usaha

memperbaiki kondisi muara tersebut haruslah dipilih muara sungai yang

mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Di bawah ini diberikan pedoman untuk

menentukan pemilihan proyek perbaikan muara sungai, yaitu dengan memberikan

urutan prioritas terhadap muara yang mempunyai kriteria sebagai berikut.

1) muara sungai yang bagian hulunya merupakan daerah yang nilainya cukup

tinggi dan perlu dilindungi dari ancaman banjir, misalnya daerah industri dan

daerah permukiman yang padat;

2) muara sungai yang dipergunakan untuk keperluan pelayaran, baik untuk

keperluan niaga maupun untuk keperluan perikanan;

3) muara sungai yang bagian hulunya mempunyai potensi yang besar untuk

pertanian dan pertambakan sehingga diperlukan adanya kelancaran aliran air

di sungai tersebut;

4) muara sungai yang selalu berpindah-pindah dan merusak daerah sekitar yang

telah dikembangkan menjadi daerah pariwisata atau daerah industri.

Dalam menentukan langkah-langkah perbaikan muara sungai, perlu

dipertimbangkan cara yang paling tepat dan yang paling ekonomis. Dalam

kaitannya dengan desain bangunan jeti, yang sangat menentukan dalam

penentuan biaya adalah jenis konstruksi jeti dan panjang jeti. Oleh karena itu, agar

biaya pembuatan jeti dapat ditekan, perlu ditetapkan dengan jelas fungsi

Page 46: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-46

bangunan jeti yang akan dibuat tersebut. Dengan demikian, panjang jeti dapat

disesuaikan dengan maksud tersebut. Sebagai contoh, untuk keperluan stabilisasi

muara sungai, tidak perlu dibangun jeti yang panjang. Pembuatan bangunan jeti

yang terlalu panjang justru dapat menimbulkan permasalahan di tempat yang lain

dan hal ini perlu dihindarkan. Di samping itu, perlu ditekankan bahwa ada jenis

konstruksi tertentu yang biaya pembangunannya murah, tetapi biaya

perawatannya tinggi sehingga perlu dipertimbangkan dalam desainnya.

2.2.6 Kriteria stabilitas muara sungai

Stabilitas muara menurut Per Bruun merupakan refleksi dari perbandingan volume

prisma pasang surut (P) dibagi dengan volume angkutan sedimen menyusur

pantai (S). Nilai tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. P/S 150 : Kondisi muara baik, terdapat sedikit tumpukan pasir dan

penggelontoran baik.

2. 100 P/S < 150 : Kondisi muara kurang baik, formasi tumpukan pasir terlihat di

mulut sungai.

3. 50 P/S < 100 : Tumpukan pasir membesar, tetapi alur muara masih dapat

menerobos tumpukan pasir.

4. 20 P/S < 50 : Mulut muara sudah dipenuhi tumpukan pasir, tetapi muara

masih berfungsi karena adanya aliran air tawar dari sungai.

5. P/S < 20 : Mulut muara sudah tidak stabil sama sekali.

2.2.7 Strategi Penanganan muara sungai

Sebagai tempat pertemuan antara sungai dan laut, sifat-sifat muara dipengaruhi

oleh besaran-besaran seperti: arus sungai (debit sungai), arus laut, gelombang,

energi pasang surut, laju transpor sedimen (dari sungai dan laut), dan besaran-

besaran lain. Seluruh besaran tersebut saling berinteraksi sebagai sebuah sistem

yang melibatkan masukan dan keluaran sehingga menghasilkan suatu bentuk

morfologi yang spesifik. Permasalahan yang paling sering dijumpai di muara

adalah sedimentasi, terutama oleh sedimen pasir yang berasal dari laut, sehingga

menyebabkan pendangkalan/pentupan sebagian atau seluruh mulut sungai.

Pendangkalan tersebut menyebabkan dua masalah pokok sebagai berikut

1) Ketidaklancaran pembuangan debit sungai (terutama pada saat banjir) ke laut

sehingga terjadi luapan (banjir) di daerah hulu sungai.

Page 47: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-47

2) Gangguan terhadap kapal dan perahu yang memanfaatkan muara sungai

sebagai alur pelayaran.

Untuk menanggulangi masalah tersebut perlu dilakukan penanganan untuk

menghalangi sedimen masuk ke muara sungai.

Strategi penanganan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa

pertimbangan, di antaranya adalah

1) pemanfaatan muara sungai

2) biaya pekerjaan

3) dampak bangunan terhadap lingkungan

4) biaya operasi dan pemeliharaan

5) ketersediaan bahan bangunan

Ada dua pilihan dasar yang perlu ditinjau, yaitu apakah muara sungai harus selalu

terbuka, atau pada waktu-waktu tertentu boleh tertutup? Apabila muara sungai

digunakan untuk lalu-lintas perahu, maka muara sungai harus selalu terbuka.

Untuk itu perlu dibuat jetty panjang yang menjorok ke laut hingga di luar zona

gelombang pecah. Apabila muara sungai hanya digunakan untuk melewatkan

debit banjir untuk mencegah luapan air sungai di bagian hulu, ada beberapa

alternatif penanganan yang bisa dilakukan.

Gambar 47 menyajikan beberapa alternatif bangunan dalam rangka penanganan

muara sungai.

Page 48: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-48

Gambar 47 Diagram alir tahapan penanganan muara sungai.

Page 49: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-49

Gambar 48 Alternatif penanganan muara sungai.

1. Tanpa jetty – pengerukan dengan alat berat

T0 : Muara Sungai Terbuka

Qs Qs

T1 : Muara Membelok

Qs penggalian

laguna

T2 : Muara Tertutup

2. Perkuatan Tebing – pengerukan dengan alat berat

T0 : Muara Terbuka

Qs Qs

T1 : Proses Penutupan

Qs

T2 : Muara Tertutup

3. Muara Sungai – Stabilisasi dengan Jetty

T2 T1

T0

T2

T1

Endapan di ujung jetty setelah T2

Sedimentasi Erosi

T0

Page 50: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-50

2.2.8 Contoh Kasus

A. Contoh Kasus Muara Sungai Progo

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 49 Peta rupa bumi Sungai Progo.

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 50 Peta Google Earth Sungai Progo.

Page 51: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-51

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 51 Desain jetty Sungai Progo oleh BCEOM.

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 52 Desain jetty Sungai Progo oleh Arief Nuryanto & Nur Yuwono, 2002.

Page 52: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-52

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 53 Foto udara muara Progo 13 Januari 2001.

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 54 Foto udara muara Progo 7 April 2004.

Page 53: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-53

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 55 Konstruksi yang dilaksanakan tahun 2005.

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 56 Konstruksi yang dilaksanakan tahun 2005.

Page 54: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-54

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 57 Konstruksi rubble mound jetty sisi kanan dengan bobot batu 1-2 ton

pada tahun 2006.

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 58 Konstruksi jetty sisi kiri pada tahun 2006.

Page 55: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-55

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 59 Kondisi konstruksi jetty pada Maret 2006.

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 60 Kondisi konstruksi jetty pada Maret 2006.

Page 56: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-56

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 61 Kondisi muara makin menyempit pada Mei 2006.

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 62 Kondisi muara makin menyempit pada Mei 2006.

Page 57: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-57

Sumber : Dinamika Muara Sungai, Istiarto

Gambar 63 Perbandingan kondisi muara pada Maret dan Mei 2006.

B. Contoh Kasus Muara Sungai Opak

Gambar 64 Lokasi pekerjaan di Muara Sungai Opak.

Page 58: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-58

Secara geografis lokasi kegiatan Studi dan Review Desain Jetty dan Tanggul

Muara Sungai Opak berada di Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada

bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat,

serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif

membujur dari utara ke selatan.

Muara sungai merupakan tempat bertemunya arus pasang surut air laut dengan

air sungai yang saling berlawanan. Kondisi itu akan memberi pengaruh kuat pada

proses sedimentasi. Pada kasus Kali Opak, sedimentasi material tersebut

mengakibatkan terjadinya pembelokan aliran air ke arah barat atau kanan.

Fenomena tersebut bisa diketahui dari hasil rekaman citra satelit. Fenomena yang

sama tampak pula di Kali Progo di Kulon Progo, Kali Bogowonto di Purworejo, dan

Kali Serayu di Cilacap yang berada di bagian selatan Pulau Jawa dan berhadapan

dengan Samudra Hindia. Pembelokan hanya terjadi antara wilayah Bantul sampai

Cilacap. (sumber: www.technogetz.wordpress.com).

Muara Kali Opak terletak di Kecamatan Kretek dan sebagian kecil di Kecamatan

Sanden Kabupaten Bantul. Kondisi Muara Kali Opak dapat dilihat pada foto-foto

lapangan berikut ini.

Gambar 65 Lokasi foto pekerjaan di Muara Sungai Opak.

1 2 3

4 5 6

7

Page 59: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-59

Gambar 66 Foto-1: Muara Kali Opak ke arah Tenggara (Pantai Parangtritis).

Gambar 67 Foto-2: Muara Kali Opak ke arah Selatan (Samudera Hindia).

Page 60: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-60

Gambar 68 Foto-3: Muara Kali Opak ke arah Barat Daya (Pantai Samas).

Gambar 69 Foto-4: Laguna Muara Kali Opak ke arah Barat Daya (Pantai Samas).

Page 61: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-61

Gambar 70 Foto-5: Laguna Muara Kali Opak ke arah Utara.

Gambar 71 Foto-6: Laguna Muara Kali Opak ke arah Barat Daya (Pantai Samas).

Page 62: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-62

Identifikasi Masalah Muara Sungai Opak

Beberapa faktor beloknya Muara Sungai Opak antara lain angin, pantai,

gelombang, muara sungai, musim, dan arus sungai.

Angin

Angin yang dominan bertiup dari arah tenggara dan menyudut menghantam

muara. “Pada Desember hingga Februari angin itu mulai menurun. Bahkan, pada

Maret angin bertiup dari arah barat ke tenggara,”. Angin yang bertiup lebih kuat

dikatakan sangat memengaruhi pembelokan aliran sungai karena angin itu

mendorong gelombang laut (swash).

Gelombang

Gelombang laut yang menyudut dengan bibir pantai dan muara yang membujur

dari tenggara ke barat menimbulkan longshore drift atau gerakan zig-zag sedimen

di sepanjang pantai. Pada kasus Kali Opak gerakan zig-zag yang terjadi dari arah

tenggara dan barat laut serta dari arah barat laut menghasilkan sedimen yang

memanjang dari timur ke barat. Adapun gerakan zig-zag yang berasal dari

tenggara menghasilkan sedimen lebih banyak dibandingkan dengan gerakan zig-

zag yang berasal dari arah barat. Hal itu disebabkan gerakan zig-zag di bagian

tenggara lebih lama dibandingkan gerakan zig-zag di bagian arah barat. Di bagian

tenggara, gerakan tersebut terjadi sejak April hingga November dan didukung pula

oleh suplai sedimen yang kontinu di muara Kali Opak. Sementara longshore drift

dari barat hanya terjadi selama dua bulan, dari Januari hingga Maret dan tidak

banyak berpengaruh dalam mengembalikan arus muara Sungai Opak.

Arus Sungai

Arus air sungai yang membawa sedimen dari daratan terhalang oleh sedimen dan

berbelok ke kanan. Pembelokan itu membuat posisi muara Kali Opak menjadi

miring dengan bibir pantai. Sedimen dari arah pantai yang dihasilkan longshore

drift kemudian terakumulasi bersama dengan endapan dari Sungai opak. Melalui

metode granulometri sampel sedimen pada titik sedimen antara bibir pantai dan

Sungai Opak yang berbelok. Sampel sedimen Sungai Opak memiliki komposisi

pasir dan kerikil dalam ukuran yang tidak seragam dengan warna terang.

Sementara di sungai yang berada di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta, tidak

terjadi pembelokan karena sedimennya berupa batuan kapur berukuran besar.

(Sumber: Yan Restu Freski dan Darmadi dari Taman Pintar Science Club,

Yogyakarta Tahun 2010)

Page 63: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-63

Gambar 72 Identifikasi arah gelombang di Muara Sungai Opak.

Distribusi Kecepatan dan Arah Angin Jam-jaman

2003-2012

Lokasi: Jogja

Jenis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.

Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

U

S

B T

TGBD

TLBL

0%

10%

20%

30%

40%

Tidak Berangin = 1.61% Tidak Tercatat = 5.26%

Wilayah Banjir

Wilayah Banjir

Arah Aliran

Sedimentasi

Gambar 73 Identifikasi permasalahan di Muara Sungai Opak.

Page 64: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-64

2.3 Uraian Materi Tentang Aspek Monitoring dan Evaluasi

Untuk uraian monitoring dan evaluasi kerusakan bangunan pantai akibat bencana

akan dijabarkan berdasarkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No.

08/SE/M/2010 tanggal 17 Maret 2010 tentang Pemberlakuan Pedoman Penilaian

Kerusakan Pantai dan Prioritas Penanganannya.

2.3.1 Kriteria Penilaian Kerusakan Pantai

Untuk menilai kerusakan pantai dan menentukan prioritas penanganannya

digunakan langkah-langkah sebagai berikut (bagan alir penilaian kerusakan pantai

dapat dilihat pada gambar di bawah ini).

Mulai

Persiapan

Lokasi Pantai yang Dinilai

Penilaian Kerusakan Pantai

Diskripsi Lokasi Uraian Kerusakan

Lingkungan

Uraian Kerusakan Erosi/Abrasi dan

Kerusakan Bangunan

Uraian Kerusakan Sedimentasi

Pembobotan Tingkat Kerusakan

Penentuan Tingkat Kepentingan

Prioritas Penanganan

Lokasi Baru

Urutan Prioritas

Selesai

Ya

Tidak

Gambar 74 Bagan alir penilaian kerusakan pantai.

Penilaian kerusakan pantai ini akan dilakukan melalui suatu proses penilaian yang

sudah ditetapkan sebagai surat edaran menteri pekerjaan umum No.

08/SE/M/2010 tentang “Pemberlakuan Pedoman Penilaian Kerusakan Pantai dan

Prioritas Penanganannya”, dimana dalam menilai kerusakan pantai, pendekatan

yang digunakan ada 3 (tiga) macam yaitu:

Page 65: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-65

1) Kerusakan Lingkungan Pantai

Daerah pantai atau pesisir mempunyai sifat yang dinamis dan rentan terhadap

perubahan lingkungan baik karena proses alami maupun aktifitas manusia.

Manusia melakukan berbagai aktifitas untuk meningkatkan taraf hidupnya,

sehingga melakukan perubahan-perubahan terhadap ekosistem dan sumber daya

alam yang berpengaruh terhadap lingkungan di daerah pantai. Daerah pantai atau

pesisir setidaknya memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Terdapat keterkaitan ekologis baik antar ekosistem di dalam kawasan pesisir

maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas.

2) Dalam suatu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari dua macam

sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk

kepentingan pembangunan, misalnya untuk wisata dan perikanan;

permukiman dan pertambakan.

3) Dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari satu

kelompok yang memiliki keterampilan/keahlian dan kesenangan bekerja yang

berbeda. Hal ini mengakibatkan pemanfaatan berbagai sumberdaya yang ada.

4) Baik secara ekologis maupun ekonomis , pemanfaatan suatu kawasan pesisir

secara monokultural adalah sangat rentan terhadap perubahan internal

maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha.

5) Kawasan pesisir merupakan milik bersama (common property resources) yang

dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open acces). Setiap pengguna

sumberdaya berkeinginan untuk memaksimalkan keuntungan sehingga

menyebabkan terjadinya pencemaran, over-eksploitasi sumberdaya alam dan

konflik pemanfaatan ruang.

Pantai secara alami berfungsi sebagai pembatas antara darat dan laut, tempat

hidup biota pantai dan tempat sungai bermuara. Dalam perkembangannya fungsi

pantai mengalami perubahan sesuai kebutuhan manusia, antara lain sebagai

tempat saluran bermuara tambak, , tempat peralihan kegiatan hidup di darat dan

di laut (pelabuhan, pelayaran), tempat hunian nelayan, tempat wisata, tempat

usaha, tempat budidaya pantai (tambak, pertanian), sumber bahan bangunan

(pasir, batu karang), kawasan idustri (PLTU, pabrik dan lain-lain).

Daerah pantai di Indonesia memiliki potensi sumber daya alam berupa sumber

daya alam dapat diperbarui (hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun,

sumber daya perikanan dan bahan-bahan bioaktif), sumber daya alam tidak dapat

Page 66: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-66

diperbarui (meliputi seluruh mineral dan geologi) dan jasa-jasa lingkungan (fungsi

pantai sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan

komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan

keamanan, penampungan limbah, pengatur iklim (climate regulator), kawasan

perlindungan (konservasi dan preservasi) dan sistem penunjang kehidupan serta

fungsi ekologisnya.

Sumberdaya alam yang ada di daerah pantai, telah dimanfaatkan untuk

pemenuhan berbagai kebutuhan manusia, balk sebagai mats pencaharian,

sumber pangan, mineral, energi, devisa negara, dan lain-lain. Agar potensi

sumber daya alam ini dapat dimanfaatkan sepanjang mass dan berkelanjutan

dipedukan upaya pengelolaan yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan

dalam arti memperoleh manfaat yang optimal secara ekonomi akan tetapi juga

sesuai dengan daya dukung dan kelestarian lingkungan, sehingga upaya dalam

pengelolaannya tidak hanya untuk memanfaatkan akan tetapi juga memelihara

dan melestarikannya.

Kriteria kerusakan lingkungan pantai yang dipergunakan pada pedoman ini

meliputi jenis kerusakan pantai yang disebabkan oleh beberapa hal berikut ini.

1) Permukiman dan fasilitas umum yang terlalu dekat dengan garis pantai.

2) Areal pertanian terlalu dekat dengan garis pantai.

3) Penambangan pasir di kawasan pesisir/gumuk pasir.

4) Pencemaran lingkungan di perairan pantai.

5) Instrusi air laut.

6) Penebangan hutan/tanaman mangrove untuk dijadikan tambak.

7) Pengambilan/perusakan terumbu karang.

8) Banjir akibat rob air pasang.

1. Erosi atau abrasi dan kerusakan bangunan

Kriteria erosi dan abrasi yang dimaksudkan disini adalah erosi/abrasi yang terjadi

karena faktor alamiah maupun akibat aktivitas manusia. Beberapa faktor

penyebab yang sering mengakibatkan terjadinya erosi/abrasi pantai antara lain

1) Faktor Manusia

a. Pengaruh adanya bangunan pantai yang menjorok ke laut.

b. Penambangan material pantai dan sungai.

Page 67: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-67

c. Pencemaran perairan pantai yang dapat mematikan karang dan mangrove.

d. Pengaruh bangunan air di sungai, yang mempunyai kecenderungan

menyebabkan ketidakseimbangan transpor sedimen.

e. Budidaya pesisir

f. Pengambilan air tanah yang berlebihan

2) Faktor alam: perusakan oleh bencana alam seperti gelombang badai, tsunami

dan gempa

Kriteria kerusakan bangunan yang dimaksudkan disini adalah kerusakan yang

disebabkan oleh adanya gerusan pada fondasi bangunan atau rusaknya

bangunan tersebut akibat hempasan gelombang. Gerusan yang terjadi pada

fondasi bangunan dapat menyebabkan runtuhnya bangunan atau miringnya

bangunan sehingga bangunan tidak dapat berfungsi sesuai dengan yang

direncanakan.

Hempasan gelombang dapat merusakkan bangunan yang berada di pantai

sehingga bangunan tersebut tidak dapat berfungsi dengan balk. Kerusakan ini

dapat terjadi karena bangunan tidak mampu menahan gays gelombang atau

material bangunan terabrasi oleh pukulan gelombang.

3. Kriteria Sedimentasi

Kriteria sedimentasi yang dimaksudkan disini adalah sedimentasi yang

menyebabkan banjir muara atau gangguan terhadap pelayaran yang

memanfaatkan muara sungai. Permasalahan sedimentasi di muara sungai ada

dua macam yaitu penutupan dan pendangkalan muara.

a. Penutupan muara sungai terjadi tepat di mulut muara sungai pada pantai yang

berpasir atau berlumpur yang dapat mengakibatkan terjadinya formasi ambang

(bar) atau lidah pasir (sand spit) di muara. Mulut muara adalah bagian dari

muara dimana ambang terbentuk. Proses ini terjadi akibat transpor sedimen

menyusur pantai yang cukup besar dan debit sungai yang relatif kecil sehingga

tidak mempunyai kemampuan untuk menggelontor lidah pasir yang terjadi

(terbentuk) di muara sungai. Gambar C menunjukkan mekanisme penutupan

muara sungai. Peristiwa ini menyebabkan muara sungai tidak stabil dan dapat

berpindah-pindah.

b. Pendangkalan muara sungai dapat terjadi mulai dari muara ke hulu sampai

pada suatu lokasi di sungai yang masih terpengaruh oleh intrusi air laut

Page 68: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-68

(pasang surut dan kegaraman). Proses pendangkalan muara sungai

disebabkan oleh terjadinya pengendapan sedimen terutama yang berasal dari

hulu sungai. Hal ini dapat terjadi karena aliran sungai tidak mampu

mengangkut sedimen tersebut ke laut.

2.3.2 Tolok Ukur Kerusakan Pantai

Dalam menilai kerusakan pantai, pendekatan yang digunakan ada 3 (tiga) macam

yaitu:

1. kerusakan lingkungan pantai,

2. erosi atau abrasi, dan kerusakan bangunan, serta

3. permasalahan yang timbul akibat adanya sedimentasi.

Dalam mengkaji kerusakan lingkungan akan ditinjau kerusakan lingkungan yang

diakibatkan oleh:

a. Keberadaan permukiman dan fasilitas umum yang berada terlalu dekat dengan

garis pantai, sehingga permukiman/fasilitas tersebut mudah terjangkau oleh

hempasan gelombang.

b. Areal pertanian (persawahan, perkebunan dan pertambakan) yang berada

terlalu dekat dengan garis pantai sehingga areal pertanian tersebut mudah

terjangkau oleh hempasan gelombang.

c. Keberadaan penambangan pasir di kawasan pesisir sehingga dapat

berdampak terhadap hilangnya perlindungan alami wilayah pesisir.

d. Pencemaran perairan pantai.

e. Intrusi air laut ke air tanah (ground water) atau sungai sehingga dapat

mengganggu cumber air bersih (air minum) bagi masyarakat pesisir maupun

industri.

f. Penebangan hutan mangrove di kawasan pesisir sehingga dapat berdampak

terhadap hilangnya perlindungan alami wilayah pesisir.

g. Penambangan atau rusaknya terumbu karang di kawasan pesisir sehingga

dapat berdampak terhadap hilangnya perlindungan alami wilayah pesisir.

h. Kenaikan muka air laut (sea level rise) dan penurunan muka tanah (land

subsidence) yang dapat mengakibatkan banjir rob.

Untuk mengkaji kerusakan pantai akibat adanya erosi/abrasi atau gerusan dan

rusaknya bangunan pantai akan ditinjau dua hal saja, yaitu:

Page 69: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-69

a. Erosi/abrasi yang dapat menyebabkan perubahan posisi garis pantai, dan

b. Erosi/abrasi yang menyebabkan gerusan pada fondasi bangunan atau abrasi

pada bangunan itu sendiri (kerusakan bangunan).

Sedangkan dalam mengkaji permasalahan sedimentasi akan ditinjau dua hal,

yaitu:

a. Sedimentasi pada muara sungai yang tidak untuk keperluan pelayaran, dan

b. Sedimentasi pada muara sungai yang digunakan untuk keperluan pelayaran.

Untuk tolok ukur kerusakan lingkungan pantai akan dibagi menjadi beberapa jenis

yaitu:

1) Kerusakan pemukiman dan fasilitas umum

Pemukiman dan fasilitas umum yang terlalu dekat dengan pantai (berada di

daerah sempadan pantai) akan menyebabkan bangunan dapat terkena hempasan

gelombang sehingga bangunan dapat mengalami kerusakan dan menganggu

aktivitas masyarakat. Tolok ukur kerusakan lingkungan pantai akibat letak

pemukiman adalah jumlah rumah yang terkena dampak dan keberadaan

bangunan di sempadan pantai. Berikut ini adalah tolok ukur kerusakan pantai

untuk permukiman (luas kawasan yang ditinjau adalah satu dusun) (Tabel 1).

Ringan : 1 rumah sampai dengan 5 rumah berada di sempadan

pantai, tidak terjangkau gelombang badai.

Sedang : 6 rumah sampai dengan 10 rumah berada di sempadan

pantai, tidak terjangkau gelombang badai.

Berat : 1 rumah sampai dengan 5 rumah berada di sempadan pantai

dalam jangkauan gelombang badai.

Amat Berat : 6 rumah sampai dengan 10 rumah berada di sempadan

pantai dalam jangkauan gelombang badai.

Amat Sangat Berat : >10 rumah berada di sempadan pantai dalam jangkauan

gelombang badai.

Page 70: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-70

Tabel 1 Penilaian Kerusakan Pantai pada Permukiman dan Fasilitas Umum

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

I

L-1 Kerusakan pada

permukiman dan

Fasilitas Umum

Permukiman

nelayan (fasilitas

umum) terlalu

dekat dengan

pantai

Bangunan terkena

hempasan gelombang.

Bangunan dapat rusak,

aktifitas terganggu

Jumlah rumah

(fasilitas umum) yang

terkena dampak.

Keberadaan bangunan

di sempadan pantai

pada satu dusun.

50 1 rumah sampai

dengan 5 rumah

berada di sempadan

pantai, tidak

terjangkau gelombang

badai

1)Penataan permukiman/fasilitas

umum dan kawasan

Fasilitas umum

ditinjau dari

ukurannya dapat

disetarakan dengan:

100 6 rumah sampai

dengan 10 rumah

berada di sempadan

pantai, tidak

terjangkau gelombang

badai

1)Penataan permukiman/fasilitas

umum dan kawasan

1)Kecil, setara 1 rumah

sampai dengan 5

rumah ; Daerah

layanan lokal

150 1 rumah sampai

dengan 5 rumah

berada di sempadan

pantai, dalam

jangkauan gelombang

badai

1)Penataan permukiman/fasilitas

umum dan kawasan

2)Pembangunan bangunan

pengamanan pantai

2)Sedang, setara

dengan 6 rumah

sampai dengan 10

rumah; Daerah

layanan skala sedang

200 6 rumah sampai

dengan 10 rumah

berada di sempadan

pantai, dalam

jangkauan gelombang

badai

1)Penataan permukiman/fasilitas

umum dan kawasan

2)Pembangunan bangunan

pengamanan pantai

3)Besar, setara dengan

> 10 rumah; Daerah

layanan luas

250 >10 rumah berada di

sempadan pantai,

dalam jangkauan

gelombang badai

1)Penataan permukiman/fasilitas

umum dan kawasan

2)Pembangunan bangunan

pengamanan pantai

Lingkungan

Page 71: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-71

Sedangkan tolok ukur untuk fasilitas umum yang terlalu dekat dengan pantai

(berada di daerah sempadan pantai) adalah tingkat kepentingan dan cakupan

daerah layanan fasilitas umum yang terkena dampak serta keberadaannya di

sempadan pantai. Apabila ditinjau dari ukuran fasilitas umumnya, maka tolok ukur

kerusakannya adalah:

a. Kecil, setara dengan 1 rumah sampai dengan 5 rumah, daerah layanan lokal.

b. Sedang, setara dengan 6 rumah sampai dengan 10 rumah, daerah layanan

Skala Sedang.

c. Besar, setara dengan > 10 rumah, daerah layanan luas.

2) Areal Pertanian

Areal pertanian yang terlalu dekat dengan pantai (berada di daerah sempadan

pantai) dapat terancam keberadaannya akibat limpasan gelombang. Tolok ukur

penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat letak areal pertanian adalah

keberadaannya di sempadan pantai dan kerentanan pantai terhadap erosi.

Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk areal pertanian:

o Ringan

Areal pertanian berada pada pantai yang tidak mudah tererosi, lokasi 0 m

sampaidengan 100 m.

o Sedang

Areal pertanian berada pada pantai yang mudah tererosi, lokasi 0 m sampai

dengan 100 m.

o Berat

Areal pertanian mengalami kerusakan ringan akibat hempasan gelombang.

o Amat Berat

Areal pertanian mengalami kerusakan sedang akibat hempasan gelombang.

o Amat Sangat Berat

Areal pertanian mengalami kerusakan berat akibat hempasan gelombang.

Page 72: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-72

Tabel 2 Penilaian Kerusakan Pantai pada Areal Pertanian

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

I

L-2 Kerusakan pada

areal pertanian

(perkebunan,

persawahan dan

pertambangan)

Areal pertanian

terlalu dekat

dengan pantai

Areal pertanian terlalu

dekat dengan pantai

Keberadaan areal

pertanian di

sempadan pantai dan

kerusakan yang terjadi

50 Areal berada pada

pantai yang tidak

mudah tererosi, lokasi

0 m sampai dengan

100 m

1)Perlu penataan kawasan

pertanian

100 Areal berada pada

pantai yang mudah

tererosi, lokasi 0 m

sampai dengan 100 m

1)Perlu penataan kawasan

pertanian

150 Areal pertanian

mengalami kerusakan

ringan akibat

hempasan gelombang

2)Perlu dibuatkan bangunan

pantai sebagai pelindung

200 Areal pertanian

mengalami kerusakan

sedang akibat

hempasan gelombang

250 Areal pertanian

mengalami kerusakan

berat akibat

hempasan gelombang

Lingkungan

Page 73: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-73

3) Kawasan Gumuk Pasir

Penambangan pasir yang dilakukan pada gumuk pasir dapat berdampak pada

hilangnya perlindungan alami pantai. Penambangan pasir akan mengakibatkan

hilangnya bukit-bukit pasir yang berada di sepanjang pantai yang berfungsi

sebagai tembok/tanggul laut dan sebagai sumber sedimen yang bekerja sebagai

pemasok pasir pada saat terjadi badai. Oleh karena itu penambangan pasir dapat

menyebabkan lemahnya perlindungan pantai.

Tolok ukur kerusakan lingkungan pantai akibat penambangan pasir di kawasan

pesisir adalah letak lokasi penambangan pasir terhadap garis pantai dan peralatan

yang cligunakan untuk menambang.

Berikut ini adalah tolok ukur kerusakan pantai untuk penambangan pasir di

kawasan pesisir:

o Ringan

Lokasi penambangan berada pada jarak antara 200 m sampai dengan 500 m

dari garis pantai, dilakukan dengan alat berat (mekanik).

o Sedang

Lokasi penambangan pada jarak 100 m sampai dengan 200 m dari garis

pantai, dilakukan dengan alat tradisional.

o Berat

Lokasi penambangan pada jarak 100 m sampai dengan 200 m dari garis

pantai, dilakukan dengan alat berat (mekanik).

o Amat Berat

Lokasi penambangan pada jarak kurang dari 100 m dari garis pantai, dengan

alat tradisional.

o Amat Sangat Berat

Lokasi penambangan pada jarak kurang dari 100 m dari garis pantai, dengan

alat berat (mekanik).

Page 74: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-74

Tabel 3 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Menurunnya Kualitas Perlindungan Alami Kawasan Gumuk Pasir

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

L-3 Menurunnya

kualitas

perlindungan

alami kawasan

gumuk pasir

Penambangan

pasir

Menurunnya kualitas

perlindungan alami

pantai

Lokasi

penambanganpasir

diukur dari garis

pantai dan peralatan

yang digunakan untuk

penambangan

50 Lokasi penambangan

berada pada jarak

antara 200 m sampai

500 m, dilakukan

dengan alat berat

(makanik)

1)Pengaturan secara ketat

panambangan pasir, baik

kuantitas dan lokasinya

100 Lokasi penambangan

berada pada jarak

antara 100 m sampai

200 m, dilakukan

dengan alat

tradisional

1)Penambangan secara bertahap

dihentikan

150 Lokasi penambangan

berada pada jarak

antara 100 m sampai

200 m, dilakukan

dengan alat berat

(makanik)

1)Penambangan harus segera

dihentikan

200 Lokasi penambangan

berada pada jarak

<100, dilakukan

dengan alat

tradisional

1)Penambangan harus segera

dihentikan

250 Lokasi penambangan

berada pada jarak

<100, dilakukan

dengan alat berat

(makanik)

1)Penambangan harus segera

dihentikan

Page 75: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-75

4) Perairan Pantai

Pencemaran lingkungan perairan pantai yang akan dikaji adalah pencemaran

yang disebabkan oleh tumpahan minyak, pembuangan limbah perkotaan dan

kandungan material halus di perairan tersebut. Pencemaran lingkungan perairan

pantai ini dapat berdampak buruk terhadap kehidupan biota pantai dan

masyarakat yang bermukim di sekitar pantai tersebut.

Tolok ukur penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat pencemaran limbah

perkotaan dan minyak adalah dilihat dari tingkat kandungan limbah yang

ditunjukkan oleh warns, kandungan sampah dan bau limbah tersebut. Dengan

demikian pencemaran perairan yang ditinjau hanya merupakan indikasi awal

pencemaran lingkungan yang harus ditindaklanjuti dengan survei berikutnya untuk

mendapatkan informasi yang lebih detail.

Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk pencemaran

lingkungan perairan panta:

o Ringan

Perairan pantai terlihat keruh, sedikit sampah, dan tidak ada bau.

o Sedang

Perairan terlihat keruh, kandungan sampah/minyak sedang, dan tidak berbau.

o Berat

Perairan pantai yang terlihat coklat, kandungan sampah/minyak sedang, dan

berbau namun belum mengganggu.

o Amat Berat

Perairan pantai terlihat hitam, kandungan sampah/minyak sedang dan bau

cukup mengganggu.

o Amat Sangat Berat

Perairan pantai terlihat hitam pekat, banyak sampah/minyak dan bau

menyengat.

Page 76: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-76

Tabel 4 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Pencemaran Kerusakan Pantai

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

L-4 Menurunnya

kualitas perairan

pantai

Pencemaran

lingkungan

perairan pantai

oleh limbah

perkotaan dan

idustri

Kerusakan biota

pantai dan

membahayakan

kehidupan manusia

Tingkat kekeruhan,

keberadaan sampah

dan bau

50 Perairan pantai

terlihat keruh, sedikit

sampah dan tidak bau

1)Instrumen AMDAL, UKL, UPL

2)Program kali bersih

3)Program pantai lestari

100 Perairan terlihat

keruh, kandungan

sampah/minyak

sedang dan tidak

berbau

1)Instrumen AMDAL, UKL, UPL

2)Program kali bersih

3)Program pantai lestari

150 Perairan terlihat

coklat, kandungan

sampah/minyak

sedang dan tidak

berbau

1)Instrumen AMDAL, UKL, UPL

2)Program kali bersih

3)Program pantai lestari

200 Perairan terlihat

hitam, kandungan

sampah/minyak

sedang dan bau cukup

mengganggu

1)Instrumen AMDAL, UKL, UPL

2)Program kali bersih

3)Program pantai lestari

250 Perairan terlihat hitam

pekat, kandungan

sampah/minyak

banyak dan bau

menyengat

1)Instrumen AMDAL, UKL, UPL

2)Program kali bersih

3)Program pantai lestari

Page 77: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-77

5) Air Tanah

Pencemaran air tanah akibat intrusi air laut terhadap sumur-sumur penduduk dan

sumber pengambilan air baku di sekitar pantai dapat menimbulkan gangguan

terhadap penyediaan air baku dan air bersih di wilayah tersebut. Dan pada tingkat

pencemaran yang tinggi dapat membahayakan kehidupan manusia.

Tolok ukur penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat intrusi air laut terhadap

air tanah adalah besaran kadar garam pada sumur-sumur penduduk dan sumber

pengambilan air baku di luar sempadan pantai. Dengan demikian pencemaran air

tanah yang ditinjau hanya merupakan indikasi awal pencemaran lingkungan yang

harus ditindaklanjuti dengan survei berikutnya untuk mendapatkan informasi yang

lebih detail. Cara menentukan kadar garam yang terkandung di air sumur

dilakukan sesuai dengan SNI 06-2412-1991, tentang metode pengambilan contoh

uji kualitas air.

Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk instrusi air laut:

o Ringan

Kadar garam 0,5 g/I sampai dengan 2,5 g/l terdeteksi pada 1 sumur sampai

dengan 5 sumur.

o Sedang

Kadar garam 0,5 g/I sampai dengan 2,5 g/I terdeteksi pada 6 sumur atau lebih.

o Berat

Kadar garam 2,5 g/I sampai dengan 5 g/I terdeteksi pada 1 sumur sampai

dengan 5 sumur.

o Amat Berat

Kadar garam 2,5 g/I sampai dengan 5 g/I terdeteksi pada 6 sumur atau lebih.

o Amat Sangat Berat

Kadar garam > 5 g/I terdeteksi pada 6 sumur atau lebih.

Page 78: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-78

Tabel 5 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Menurunnya Kualitas Air Tanah akibat Intrusi Air Laut

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

L-5 Menurunnya

kualitas air tanah

Intrusi air laut Gangguan terhadap

sumur warga, sumber

air baku

Kadar garam di sumur-

sumur penduduk dan

tempat pengambilan

air baku yang berada

di luar sempadan

pantai

50 Kadar garam 0,5gr/l

sampai dengan 2,5gr/l

terdeteksi pada 1

sumur sampai dengan

5 sumur

1)Penyediaan air bersih

100 Kadar garam 0,5gr/l

sampai dengan 2,5gr/l

terdeteksi pada 6

sumur atau lebih

2)Pembatasan pembuatan sumur

dalam

150 Kadar garam 2,5gr/l

sampai dengan 5,0gr/l

terdeteksi pada 1

sumur sampai dengan

5 sumur

1)Penyediaan air bersih

200 Kadar garam 2,5gr/l

sampai dengan 5,0gr/l

terdeteksi pada 6

sumur atau lebih

250 Kadar garam >5,0gr/l

terdeteksi pada 6

sumur atau lebih

1)Pelarangan pembuatan sumur

dalam di kawasan pantai

Page 79: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-79

6) Hutan Tanaman Mangrove

Pengurangan/hilangnya mangrove pada kawasan pantai akibat penebangan dapat

mengakibatkan melemahnya perlindungan alami pantai dan kerusakan biota

pantai. Tolok ukur penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat penebangan

tersebut adalah ketebalan dan kerapatan hutan mangrove yang tersisa.

Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk hutan mangrove:

o Ringan

Ketebalan hutan (tanaman) mangrove masih 30 m sampai dengan 50 m

kondisi tanaman jarang.

o Sedang

Ketebalan hutan (tanaman) mangrove 10 m sampai dengan 30 m, kondisi

tanamari rapat.

o Berat

Ketebalan hutan (tanaman) mangrove 10 m sampai dengan. 30 m, kondisi

tanaman jarang.

o Amat Berat

Ketebalan hutan (tanaman) mangrove < 10 m, kondisi tanaman rapat.

o Amat Sangat Berat

Ketebalan hutan (tanaman) mangrove < 10 m, kondisi tanaman jarang.

Page 80: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-80

Tabel 6 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Penebangan Hutan (Tanaman) Mangrove

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

L-6 Menurunnya

kualitas

hutan/tanaman

mangrove

Penebangan

hutan/tanaman

mangrove

Tererosinya pantai

dan rusaknya biota

laut

Ketebalan dan

kerapatan

hutan/tanaman

mangrove yang tersisa

50 Ketebalan

hutan/tanaman

mangrove masih 30 m

sampai dengan 50 m,

kondisi tanaman

jarang

100 Ketebalan

hutan/tanaman

mangrove masih 10 m

sampai dengan 30 m,

kondisi tanaman rapat

150 Ketebalan

hutan/tanaman

mangrove masih 10 m

sampai dengan 30 m,

kondisi tanaman

jarang

200 Ketebalan

hutan/tanaman

mangrove <10 m,

kondisi tanaman rapat

250 Ketebalan

hutan/tanaman

mangrove <10 m,

kondisi tanaman

jarang

1)Penyuluhan tentang manfaat

hutan mangrove terhadap

pengamanan pantai

2)Rehabilitasi hutan mangrove

menjadi tebal minimal 30 m

1)Penyuluhan tentang manfaat

hutan mangrove terhadap

pengamanan pantai

2)Konservasi dan rehabilitasi

hutan mangrove

Page 81: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-81

7) Terumbu Karang

Kerusakan terumbu karang pada perairan pantai akibat perusakan/pengambilan

terumbu karang dapat memberikan ancaman berupa melemahnya perlindungan

alami pantai dan kerusakan biota pantai. Tolok ukur penilaian kerusakan

lingkungan pantai akibat kerusakan terumbu karang adalah luasan terumbu

karang yang rusak karena ditambang.

Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk terumbu karang:

o Ringan

Kerusakan akibat penambangan di bawah 10% luas kawasan.

o Sedang

Kerusakan akibat penambangan berkisar antara 10% sampai dengan 20%

luas kawasan.

o Berat

Kerusakan akibat penambangan berkisar antara 20% sampai dengan 30%

luas kawasan.

o Amat Berat

Kerusakan akibat penambangan berkisar antara 30% sampai dengan 40%

luas kawasan.

o Amat Sangat Berat

Kerusakan > 40% luas kawasan.

Page 82: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-82

Tabel 7 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Penambangan Terumbu Karang

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

L-7 Menurunnya

kualitas terumbu

karang

Penambangan

terumbu karang

Tererosinya pantai

dan kerusakan biota

laut

Luasan terumbu

karang yang rusak

akibat ditambang

50 Kerusakan di bawah

10% luas kawasan

100 Kerusakan berkisar

10% sampai dengan

20% luas kawasan

150 Kerusakan berkisar

20% sampai dengan

30% luas kawasan

200 Kerusakan berkisar

30% sampai dengan

40% luas kawasan

250 Kerusakan lebih dari

40% luas kawasan

1)Penyuluhan masyarakat pantai

mengenai pentingnya terumbu

karang

2)Konservasi dan rehabilitasi

terumbu karang yang ada

1)Penyuluhan masyarakat pantai

mengenai pentingnya terumbu

karang

2)Konservasi dan rehabilitasi

terumbu karang yang ada

Page 83: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-83

8) Rob Kawasan Pesisir

Rob kawasan pesisir terutama disebabkan karena penurunan tanah dan kenaikan

muka air laut. Hal ini mengakibatkan sistem drainasi menjadi tidak berfungsi,

terganggunya aktivitas penduduk, dan terganggunya perekonomian kota. Tolok

ukur penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat rob adalah tinggi genangan dan

luas daerah yang tergenang.

Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk rob kawasan pesisir:

o Ringan

Saluran drainasi lokal penuh saat terjadi rob.

o Sedang

Saluran drainasi lokal meluap pada tempat¬tempat tertentu pada saat terjadi

rob.

o Berat

Tinggi genangan di jalan antara 0 cm sampai dengan 20 cm pada skala

Sedang (paling tidak satu jalur jalan utama tergenang).

o Amat Berat

Tinggi genangan di jalan antara 0 cm sampai dengan 20 cm pada skala luas

(paling tidak dua jalur jalan utama tergenang).

o Amat Sangat Berat

Tinggi genangan > 20 cm pada skala luas.

Page 84: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-84

Tabel 8 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Rob pada Kawasan Pesisir

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

L-8 Rob pada

kawasan pesisir

Rob yang

terutama

disebabkan

penurunan

tanah dan

kenaikan muka

air laut

Sistem drainase tidak

berfungsi,

terganggunya aktifitas

penduduk dan

perkonomian kota

Tinggi genangan dan

luas daerah yang

tergenang

50 Saluran drainase lokal

penuh saat terjadi rob

100 Saluran drainase lokal

pada tempat-tempat

tertentu meluap pada

saat terjadi rob

150 Tinggi genangan di

jalan antara 0 cm

sampai dengan 20 cm

pada skala sedang

(paling tidak satu jalur

jalan utama

tergenang)

200 Tinggi genangan di

jalan antara 0 cm

sampai dengan 20 cm

pada skala sedang

(paling tidak dua jalur

jalan utama

tergenang)

250 Tinggi genangan >20

cm pada skala luas

1)Penyediaan air bersih

2)Pembatasan pembuatan sumur

dalam

3)Perbaikan sistem drainase

1)Penyediaan air bersih

2)Pembatasan pembuatan sumur

dalam

3)Perbaikan sistem drainase

dengan sistem polder

Page 85: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-85

Untuk tolok ukur Erosi/abrasi dan Kerusakan Bangunan akan dibagi menjadi

beberapa jenis yaitu:

9) Perubahan Garis Pantai

Terjadinya perubahan terhadap garis pantai dapat disebabkan oleh gangguan

terhadap angkutan sedimen menyusur pantai, pasokan sedimen berkurang,

adanya gangguan bangunan, dan kondisi tebing yang lemah sehingga tidak tahan

terhadap hempasan gelornbang. Perubahan terhadap garis pantai ini berdampak

pada mundurnya garis pantai dan terancamnya fasilitas yang ada di kawasan

pantai. Tolok ukurnya adalah laju mundurnya pantai.

Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk perubahan garis

pantai:

o Ringan

Garis pantai maju mundur, tetapi masih stabil dinamis.

o Sedang

Pantai mundur < 1 m/tahun.

o Berat

Pantai mundur 1 m/tahun sampai dengan 2 m/tahun.

o Amat Berat

Pantai mundur 2 m/tahun sampai dengan 3 m/tahun.

o Amat Sangat Berat

Pantai mundur > 3 m/tahun.

Page 86: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-86

Tabel 9 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Perubahan Garis Pantai

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

II

EA-1 Perubahan garis

pantai

Mundurnya garis

pantai (berkurangnya

areal daratan/kawasan

pantai) dan

teracamnya fasilitas

yang ada di kawasan

Laju mundurnya

pantai

50 Garis pantai maju

mundur tetapi masih

stabil dinamis

1)Penataan kawasan pantai

2)Do Nothing

100 Pantai mundur

<1m/tahun

150 Pantai mundur

<1m/tahun sampai

dengan 2m/tahun

200 Pantai mundur

2m/tahun sampai

dengan 3m/tahun

250 Pantai mundur

>3m/tahun

Erosi/Abrasi dan Kerusakan Bangunan

Gangguan

terhadap

sedimen

menyusur

pantai, pasokan

sedimen

berkurang,

adanya

gangguan

bangunan,

tebing lemah

tidak tahan

gempuran

gelombang

1)Penataan kawasan pantai

2)Pembangunan bangunan

penghambat laju erosi

disesuaikan dengan

penyebabnya; groin, tembok laut,

konservasi pasokan sedimen dari

daratan, redisain bangunan

pengganggu

Page 87: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-87

10) Kerusakan Bangunan

Pada kawasan pantai sering dijumpai infrastruktur buatan manusia yang dibuat

dengan tujuan tertentu, misainya tujuan ekonomi dan transportasi, pertahanan

keamanan maupun perlindungan garis pantai. Infrastruktur buatan manusia

tersebut dapat berupa bangunan pengaman pantai, jalan, rumah, tempat ibadah

dan lainnya.

Bangunan yang dibangun pada material mudah tererosi seperti pasir atau jenis

tanah lainnya kemungkinan besar sangat rentan terhadap bahaya kerusakan

akibat gerusan. Gerusan yang terjadi pada struktur bangunan pantai diakibatkan

oleh gelombang dan arus atau kombinasi keduanya. Pada umumnya gerusan

terjadi pada bagian-bagian tertentu yang diakibatkan keberadaan struktur, terjadi

konsentrasi gelombang dan arus, yang akan memperbesar tegangan geser dasar

di bagian tersebut. Akibat gerusan adalah penurunan kestabilan dan penurunan

bangunan yang lambat faun akan mengakibatkan keruntuhan sebagian atau

bahkan seluruh struktur. Gerusan yang terjadi Pada fondasi bangunan dan

kerusakan bangunan akibat gempuran gelombang menyebabkan bangunan tidak

efektif dan membahayakan lingkungan atau masyarakat sekitar.

Tolok ukur penilaian kerusakan pantai akibat gerusan dan kerusakan bangunan

dapat dilihat dan kenampakan bangunan itu sendiri seperti keruntuhan bangunan,

abrasi bangunan, kemiringan bangunan, dan fungsi bangunan.

Berikut ini adalah tolok ukur penilaian kerusakan pantai untuk gerusan dan

kerusakan bangunan:

o Ringan

Bangunan masih dapat berfungsi balk di atas 75%

o Sedang

Bangunan masih berfungsi 50% sampai dengan 75%.

o Berat

Bangunan berfungsi tinggal 25% sampai dengan 50% tetapi tidak

membahayakan lingkungan.

o Amat Berat

Bangunan berfungsi tinggal 25% sampai dengan 50% dan membahayakan

lingkungan.

o Amat Sangat Berat

Bangunan sudah rusak parah dan memba hayakan lingkungan.

Page 88: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-88

Tabel 10 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Kerusakan Bangunan

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

II

EA-2 50 Bangunan masih

berfungsi baik di atas

75%

100 Bangunan masih

berfungsi 50% sampai

dengan 75%

150 Bangunan berfungsi

tinggal 25% sampai

dengan 50% tetapi

tidak membahayakan

lingkungan

200 Bangunan berfungsi

tinggal 25% sampai

dengan 50% dan

membahayakan

lingkungan

250 Bangunan sudah rusak

parah dan

membahayakan

lingkungan

Erosi/Abrasi dan Kerusakan Bangunan

Terjadinya

gerusan pada

pondasi

bangunan dan

gempuran pada

bangunan

Kenampakan

bangunan seperti

keruntuhan bangunan,

abrasi bangunan,

bangunan miring,

fungsi bangunan

Bangunan tidak efektif

dan mambahayakan

lingkungan serta

masyrakat sekitar

Kerusakan

bangunan

(bangunan dapat

berupa rumah,

jalan dsb)

1)Dilakukan kegiatan perawatan

dan monitoring

2)Dibiarkan (Do Nothing )

1)Dilakukan kegiatan rehabilitasi

dan perbaikan bangunan

2)Dilakukan redesainkembali

(bangunan lama dibongkar)

3)Pembangunan konstruksi

pelindung

Page 89: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-89

Sedimentasi di muara sungai terdiri atas dua proses yaitu penutupan dan

pendangkalan muara. Penutupan muara sungai terjadi tepat di mulut muara

sungai pada pantai yang berpasir atau berlumpur yang mengakibatkan terjadinya

formasi ambang (bar) atau lidah pasir di muara. Proses ini terjadi karena kecilnya

debit sungai terutama di musim kemarau, sehingga tidak mampu membilas

endapan sedimen di mulut muara. Pendangkalan muara sungai dapat terjadi mulai

dari muara ke hula sampai pada suatu lokasi di sungai yang masih terpengaruh

oleh intrusi air laut (pasang surut dan kegaraman). Proses pendangkalan muara

sungai disebabkan oleh terjadinya pengendapan sedimen dari daerah tangkapan

air yang tidak mampu terbilas oleh aliran sungai sehingga menyebabkan banjir

muara.

11) Sedimentasi Muara Sungai Tidak untuk Pelayaran

Tolok ukur penilaian kerusakan pantai karena sedimentasi dan pendangkalan

muara sungai yang tidak digunakan untuk pelayaran didasarkan pada stabilitas

muara dan persentase penutupan (Tabel 3.11)

o Ringan

Muara sungai relatif stabil dan alur muara tinggal 50% sampai dengan 75%.

o Sedang

Muara sungai tidak stabil dan alur muara tinggal 50% sampai dengan 75%.

o Berat

Muara sungai tidak stabil dan alur muara tinggal 25% sampai dengan 50%.

o Amat Berat

Muara sungai tidak stabil dan kadang kadang tertutup.

o Amat Sangat Berat

Muara sungai tidak stabil dan setiap tahun tertutup.

Page 90: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-90

Tabel 11 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Sedimentasi pada Muara Sungai

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

III

SP-1 50 Muara sungai relatif

stabil dan alur muara

tinggal 50% sampai

dengan 75%

1)Penataan kawasan pantai

2)Dibiarkan (Do Nothing )

100 Muara sungai tidak

stabil dan alur muara

tinggal 50% sampai

dengan 75%

150 Muara sungai tidak

stabil dan alur muara

tinggal 25% sampai

dengan 50%

200 Muara sungai tidak

stabil dan kadang-

kadang menutup

250 Muara sungai tidak

stabil dan setiap tahun

tertutup

Sedimentasi

Sedimentasi

muara sungai,

muara sungai

tidak stabil

(berpindah-

pindah), muara

sungai tidak

untuk pelayaran

Muara sungai

tertutup lidah

pasir, material

dari hulu sangat

banyak

Banjir muara sungai

pada saat muara

sungai tertutup,

muara sungai

berpindah-pindah

Stabilitas muara

sungai, proses

penutupan muara

sungai, lama

penutupan dan

dampaknya ke

kawasan pantai

1)Penataan kawasan pantai

2)Pembangunan bangunan

penghambat untuk stabilisasi

muara sungai seperti jetty

Page 91: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-91

12) Sedimentasi muara sungai untuk pelayaran

Tolok ukur kerusakan pantai karena sedimentasi dan pendangkalan muara sungai

tidak stabil/berpindah-pindah dan muara sungai untuk pelayaran (Tabel 5.12)

o Ringan

Muara sungai stabil, alur menyempit dan perahu masih dapat masuk.

o Sedang

Muara sungai tidak stabil, alur menyempit tetapi perahu masih dapat masuk.

o Berat

Muara sungai tidak stabil, alur menyempit tetapi perahu sulit masuk.

o Amat Berat

Muara sungai tidak stabil, perahu hanya dapat masuk pada saat pasang.

o Amat Sangat Berat

Perahu tidak dapat masuk karena terjadi penutupan muara.

Page 92: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-92

Tabel 12 Penilaian Kerusakan Pantai Karena Sedimentasi Muara Sungai

Kode Jenis Kerusakan Penyebab Ancaman Parameter Penilaian Bobot Kerusakan Uraian Kerusakan Alternatif Pemecahan Masalah

SP-2 50 Muara sungai stabil

dan alur menyempit

dan perahu masih

dapat masuk

100 Muara sungai tidak

stabil dan alur

menyempit dan

perahu masih dapat

masuk150 Muara sungai tidak

stabil dan alur

menyempit dan

perahu sulit masuk

200 Muara sungai tidak

stabil dan alur

menyempit dan

perahu dapat masuk

hanya pada saat

pasang

250 Perahu tidak dapat

masuk karena terjadi

penutupan muara

sungai

Sedimentasi

muara sungai,

muara sungai

tidak stabil

(berpindah-

pindah), muara

sungai untuk

pelayaran

Muara sungai

tertutup lidah

pasir, material

dari hulu sangat

banyak

Banjir muara sungai

pada saat muara

sungai tertutup,

muara sungai

berpindah-pindah

Stabilitas muara

sungai, proses

penutupan muara

sungai, lama

penutupan dan

dampaknya ke

kawasan pantai

1)Dilakukan kegiatan perawatan

alur

2)Dibiarkan (Do Nothing )

1)Dilakukan kegiatan pengerukan

rutin

2)Dilakukan pembangunan

training jetty

Page 93: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-93

Penentuan urutan prioritas penanganan kerusakan pantai tidak hanya dilihat pada

bobot kerusakan pantai, tetapi jugs didasarkan pada pembobotan tingkat

kepentingan pantai tersebut. Pembobotan tingkat kepentingan disajikan dalam

label berupa koefisien bobot tingkat kepentingan, seperti terlihat pada Tabel

berikut ini.

Tabel 13 Koefisien Bobot Tiap Kepentingan

No. Jenis Pemanfaatan Ruang Skala KepentinganKoefisien Bobot

Tiap Kepentingan

1 Konservasi warisan dunia (seperti Pura Tanah

Lot)

Internasional 2,00

2 Pariwisata yang mendatangkan devisa, tempat

ibadah, tempat usaha, industri, fasilitas

pertahanan dan keamanan, daerah perkotaan,

jalan negara, bandar udara, pelabuhan, pulau-

pulau terluar

Kepentingan Negara 1,75

3 Pariwisata domestik, tempat ibadah, tempat

usaha, industri, fasilitas pertahanan dan

keamanan, daerah perkotaan, jalan provinsi,

bandar udara, pelabuhan

Kepentingan Propinsi 1,50

4 Pariwisata domestik, tempat ibadah, tempat

usaha, industri, fasilitas pertahanan dan

keamanan, daerah perkotaan, jalan provinsi,

bandar udara, pelabuhan

Kepentingan Kabupaten/Kota 1,25

5 Permukiman, pasar desa, jalan desa, tempat

ibadah

Kepentingan lokal terkait

dengan penduduk dan

kegiatan perekonomian

1,00

6 Lahan pertanian (pertanian, perkebunan dan

pertambakan) rakyat

Kepentingan lokal terkait

dengan pertanian

0,75

7 Lahan tidak dimanfaatkan dan tidak

berdampak ekonomis dan lingkungan

Tidak ada kepentingan

tertentu dan tidak berdampak

0,50

Page 94: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-94

2.3.3 Pembobotan dan Prioritas Penanganan

Penilaian kerusakan pantai dilakukan dengan menilai tingkat kerusakan pada

suatu lokasi pantai terpilih terkait dengan masalah erosi/abrasi, kerusakan

lingkungan, dan sedimentasi yang ada. Kemudian nilai bobot tersebut dikalikan

dengan koefisien pengali berdasar tingkat kepentingan kawasan tersebut. Bobot

akhor adalah hasil pengalian antara bobot tingkat kerusakan pantai dengan

koefisien bobot tingkat kepentingan. Agar prosedur pembobotan dan dan

penentuan urutan prioritas menjadi lebih sederhana maka digunakan cara

tabulasi.

Pembobotan tingkat kerusakan pantai dilakukan dengan skala 50 sampai dengan

250 dengan perincian seperti tabel berikut ini.

Tabel 14 Bobot Tiap Kerusakan

Lingkungan

Erosi/abrasi dan

Kerusakan

Bangunan

Sedimentasi

1 Ringan (R) 50 50 50

2 Sedang (S) 100 100 100

3 Berat (B) 150 150 150

4 Amat Berat (AB) 200 200 200

5 Amat Berat Sekali (ABS) 250 250 250

No. Tingkat Kerusakan

Jenis Kerusakan

Berikut ini adalah prosedur penilaian kerusakan pantai:

1. Penilaian kerusakan pantai dilakukan pada lokasi (kawasan) terjadinya

kerusakan.

2. Penilaian kerusakan pada satu lokasi dilakukan secara terpisah dengan lokasi

yang lain. Apabila satu lokasi terjadi beberapa jenis kerusakan maka penilaian

dilakukan pada kasusu kerusakan pantai terberat yang terjadi di lokasi

tersebut.

3. Khusus untuk penilaian kerusakan lingkungan harus dilakukan dengan sangat

hati-hati terutama terkait keberadaan bangunan atau fasilitas di sempadan

pantai, karena persepsi masyarakat sangat beragam (contoh: tempat ibdah

berada di sempadan pantai, hotel di sempadan pantai, lokasi rekreasi di

sempadan pantai).

4. Penilaian kerusakan pada suatu kawasan pantai yang cukup luas dapat

dilakukan dengan membagi kawasan tersebut menjadi beberapa lokasi sesuai

keperluan.

Page 95: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-95

Berdasarkan data dari peninjauan lapangan dan analisis sensitifitas, maka

prioritas penanganan pantai dapat dikelompokkan menjadi:

1) Prioritas A (amat sangat diutamakan – darurat) : bobot > 300

2) Prioritas B (sangat diutamakan) : bobot 226 s/d 300

3) Prioritas C (diutamakan) : bobot 151 s/d 225

4) Prioritas D (kurang diutamakan) : bobot 75 s/d 150

5) Prioritas E (tidak diutamakan) : bobot < 75

Page 96: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-96

Contoh Kasus Penilaian Kerusakan Pantai Kasipute Sulawesi Tenggara

L-1 L-2 L-3 L-4 L-5 L-6 L-7 L-8 EA-1 EA-2 SP-1 SP-2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Propinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Bombana

1 Pantai Kasipute Kecamatan Rumbia - - - - - - - - - 200 - - 1.25

2 Pantai Boepinang Kecamatan Poleang - - - - - - - - - 200 - - 1.00

Koofisien

T ingkat

Kepentingan (f)

Lingkungan Erosi / Abrasi Sedimentasi

Bobot T ingkat Kerusakan

No. Lokasi

Page 97: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-97

Bobot Akhir Prioritas Bobot Akhir Prioritas Bobot Akhir Prioritas

Bobot Kode Bobot Kode Bobot Kode (3 x 9) (5 x 9) (7 x 9)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Propinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Bombana

1 Pantai Kasipute Kecamatan Rumbia - - 200 EA-2 - - 1.25 - - 250 B - -

2 Pantai Boepinang Kecamatan Poleang - - 200 EA-2 - - 1.00 - - 200 C - -

*) Prioritas A (amat sangat diutamakan) : Bobot > 300

*) Prioritas B (sangat diutamakan) : Bobot 226 - 300

*) Prioritas C (diutamakan) : Bobot 151 - 225

*) Prioritas D (kurang diutamakan) : Bobot 75 - 150

*) Prioritas E (tidak diutamakan) : Bobot < 75

Berdasarkan Kerusakan

Lingkungan dan T ingkat

Kepentingannya

Berdasarkan Kerusakan

Erosi/Abrasi dan T ingkat

Kepentingannya

Berdasarkan Kerusakan

Sedimentasi dan T ingkat

KepentingannyaNo. Lokasi

Bobot T ingkat Kerusakan Pantai

Lingkungan Erosi / Abrasi Sedimentasi

Koofisien

Bobot T ingkat

Kepentingan

Page 98: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-98

L-1 L-2 L-3 L-4 L-5 L-6 L-7 L-8 EA-1 EA-2 SP-1 SP-2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Pasir Panjang

1 RT 3 Pantai Kahona - - - - - - - - 200 50 - - 1.00

2 RT 4 Pamurutan - - - - - - - - 200 50 - - 1.00

1 Pantai Nusu - - - - - - - - 150 50 - - 1.00

2 Pantai Bobo Besar - - - - - - - - 150 50 - - 1.00

3 Pantai Door - - - - - - - - 150 50 - - 1.00

1 Pantai Lingkungan I - - - - - - - - 50 200 - - 1.00

1 Pantai Mawali Besar - - - - - - - - 50 50 - - 1.00

2 Pantai Mawali Kecil - - - - - - - - 50 50 - - 1.00

1 Pantai Pintu Kota - - - - - - - - 50 50 - - 1.00

Lokasi

Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Doorbolaang

Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Pancuran

Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Utara Kelurahan Mawali

Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Utara Kelurahan Pintu Kota

Koofisien

T ingkat

Kepentingan (f)

Lingkungan Erosi / Abrasi Sedimentasi

Bobot T ingkat Kerusakan

No.

Contoh Kasus Penilaian Kerusakan Pantai Pulau Lembeh

Page 99: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-99

Bobot Akhir Prioritas Bobot Akhir Prioritas Bobot Akhir Prioritas

Bobot Kode Bobot Kode Bobot Kode (3 x 9) (5 x 9) (7 x 9)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Pasir Panjang

1 RT 3 Pantai Kahona - - 200 EA-1 - - 1.00 - - 200 C - -

2 RT 4 Pamurutan - - 200 EA-1 - - 1.00 - - 200 C - -

1 Pantai Nusu - - 150 EA-1 - - 1.00 - - 150 C - -

2 Pantai Bobo Besar - - 150 EA-1 - - 1.00 - - 150 C - -

3 Pantai Door - - 150 EA-1 - - 1.00 - - 150 C - -

1 Pantai Lingkungan I 200 EA-2 - - 1.00 - - 200 C - -

1 Pantai Mawali Besar - - 50 EA-1 - - 1.00 - - 50 E - -

2 Pantai Mawali Kecil - - 50 EA-1 - - 1.00 - - 50 E - -

1 Pantai Pintu Kota - - 50 EA-1 - - 1.00 - - 50 E - -

*) Prioritas A (amat sangat diutamakan) : Bobot > 300

*) Prioritas B (sangat diutamakan) : Bobot 226 - 300

*) Prioritas C (diutamakan) : Bobot 151 - 225

*) Prioritas D (kurang diutamakan) : Bobot 75 - 150

*) Prioritas E (tidak diutamakan) : Bobot < 75

Lingkungan Erosi / Abrasi Sedimentasi

Koofisien

Bobot T ingkat

Kepentingan

Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Doorbolaang

Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Selatan Kelurahan Pancuran

Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Utara Kelurahan Mawali

Propinsi Sulawesi Utara Kota Bitung Kecamatan Lembeh Utara Kelurahan Pintu Kota

Berdasarkan Kerusakan

Lingkungan dan T ingkat

Kepentingannya

Berdasarkan Kerusakan

Erosi/Abrasi dan T ingkat

Kepentingannya

Berdasarkan Kerusakan

Sedimentasi dan T ingkat

KepentingannyaNo. Lokasi

Bobot T ingkat Kerusakan Pantai

Page 100: Bab 2. URAIAN MATERI POKOK · 2.1 Uraian Materi Tentang Abrasi dan Sedimentasi Pantai 2.1.1 Proses Abrasi dan Sedimentasi Pantai Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai.

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Modul MS 4 Permasalahan Kerusakan Pantai II-100