erjalanan Filsafatku

download erjalanan Filsafatku

of 3

description

filsafat

Transcript of erjalanan Filsafatku

erjalanan Filsafatku. (sumber pokok pengetahuan)

Oleh: Candrawati Wijaya | 09 August 2011 | 05:37 WIB

Dalam filsafat, pengetahuan merupakan poin utama yang menentukan perkembangan pemikiran manusia mengenai alam semesta dan dunia. pengetahuan itu sendiri tentu memiliki sumber-sumber, nilai dan kriteria yang mengukuhkannya sebagai sebuah pengetahuan hakiki pada diri manusia. Sebelum berbicara lebih jauh mengenai sumber, nilai dan kriteria pengetahuan, maka yang perlu kita ketahui bahwa pengetahuan (persepsi) itu terbagi atas dua yaitu Tashawur (konsepsi/teori) dan Tashdiq (penilaian). Tashawur atau konsepsi dapat dicontohkan sebagai sesuatu yang tercerap dalam indera kita terhadap apa yang ada di alam yang menghasilkan sebuah gambaran di rasio kita. Tashawur dapat dikatakan sebagai pengetahuan sederhana, yang menangkap suatu objek tanpa menilai objek itu. Sedangkan Tashdiqi adalah sesuatu yang tercerap tadi kemudian diberikan penilaian. Misalnya di alam kita melihat bintang, lalu kita menilai bintang sebagai benda langit yang mengeluarkan cahaya.

Tashawur dan Sumber Pokoknya

Banyak perdebatan dalam persoalan sumber pokok pengetahuan dalam para pemikir, permasalahan ini memiliki sejarah penting dalam semua periode filsafat Yunani, Islam dan Eropa yang menghasilkan pemikiran yang terangkum dalam teori-teori berikut.

1. Teori Plato tentang Pengingatan Kembali

Plato mendasarkan sumber pengetahuan pada alam ide yang realitasnya terbebas dari materi, dan pengetahuan itu akan sirna ketika ia harus turun dari alam imaterialnya menuju ke alam materi. Untuk menemukannya kembali kita harus berhubungan dengan alam sebagai usaha untuk mengingat kembali pengetahuan tadi.

2. Teori Rasional

Teori ini merupakan teori para filosof Eropa seperti Descartes, Immanuel Kant, dan lain-lain. Menurut Descartes filosof Perancis, sumber bagi konsepsi adalah penginderaan (sensasi), sedangkan yang kedua adalah fitrah. Maksudnya bahwa akal manusia memiliki pengertian-pengertian dan konsepsi yang tidak muncul dari indera, melainkan ia sudah tetap atau ada dalam lubuk fitrah. Contoh konsepsi fitrah itu adalah ide Tuhan, JIwa, dan sebagainya. Pandangannya mengenai dualitas antara jiwa dan raga. Jiwa tak bergantung pada raga, ia dapat survive tanpa raga setelah terpisah dari raga. Sementara, Kant menganggap seluruh bidang pengetahuan manusia adalah fitri termasuk dua bentuk ruang dan waktu serta 12 kategorinya. Indera, adalah sumber pemahaman terhadap konsepsi dan gagasan sederhana, tetapi ia bukan satu-satunya sumber, ada juga fitrah yang mendorong munculnya sekumpulan konsepsi dalam akal.

3. Teori Empirikal

Teori ini mengatakan bahwa penginderaan adalah satu-satunya yang membekali akal manusia dengan konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan. Akal hanya mengelola konsepsi dan gagasan inderawi tadi. Seorang filosof Inggris yaitu John Locke menyerang gagasan Descartes dengan mengembalikan segala konsepsi dan ide kepada fenomena yang bersandar kepada indera. Ia mengingkari ide-ide fitri atau ide yang diperoleh sejak lahir. Menurutnya sumber segala ide adalah pengalaman yang terdiri atas sensasi dan refleksi. David Hume salah seorang tokoh empirisme lainnya, lebih akurat dalam menerapkan teori empirical. Ia mendefinisikan bahwa kausalitas tak mungkin diketahui oleh indera. Karenanya ia mengingkari prinsip kausalitas dan mengembalikannya kepada pengasosiasian ide-ide dimana ide berasosiasi dengan pengalaman dan membentuk ide konseptual. Fenomena-fenomena ketika dihubungkan akan menyebabkan yang satu mempengaruhi yang lainnya dan terjadilah kausalitas. Pengalaman itu sendiri terdiri atas kesan dan ide , dalam pengasosiasian ide ada 3 prinsip yang digunakan yaitu persamaan, hubungan, serta sebab akibat. Pengalaman menghasilkan kepada diri kita kebiasaan, yang bertanggung jawab menghubungkan dua peristiwa secara kausal.

4. Teori Disposesi

Teori ini secara umum adalah teori para filosof Muslim. Dimana konsepsi mental terdiri atas dua bagian : konsepsi primer dan konsepsi sekunder. Konsepsi primer adalah dasar konseptual bagi akal manusia yang lahir dari persepsi inderawi . Kita mengkonsepsi rasa manis karena kita mempersepsinya dengan lidah kita, dan sebagainya. Persepsi inderawi itu merupakan sebab pengkonsepsiannya dan sebab adanya ide tentangnya di dalam akal manusia. Dari ide-ide itu terbentuk kaidah utama (primer) bagi konsepsi atau disebut R1. Dan berdasarkan kaidah itu, akal memunculkan konsepsi turunan (sekunder). Dengan demikian, mulailah daur penciptaan inovasi dan kontruksi yang diistilahkan dengan kata intiza (disposesi). Dari ide-ide primer, akal melahirkan ide baru yang berada di luar jangkauan indera, meskipun dikeluarkan dari ide yang diajukan oleh indera kepada akal dan pikiran. Berdasarkan teori ini kita dapat memahami bagaimana konsep sebab dan akibat, substansi dan aksiden, wujud dan unitas muncul dalam akal manusia. Semua itu adalah konsep terdisposesi yang diciptakan akal berdasarkan ide-ide terinderai.

Tashdiq dan Sumber Pokoknya

Untuk dapat sampai kepada pengetahuan yang objektif kita perlu menilai pengetahuan yang ada di alam apakah relevan dengan konsep (doktrin). Dalam hal ini ada dua bentuk aliran yaitu rasional dan empiric. Filsafat Islam dan system berpikir islami secara umum berdasarkan aliran rasional, sementara aliran empirical mendominasi beberapa paham dalam materialisme antara lain Marxisme.

1. Doktrin Rasional

Landasan pengetahuan adalah informasi primer, dan diatas informasi itulah berdiri informasi sekunder. Karena itu, setiap pengetahuan lahir dari pengetahuan sebelumnya dan begitu pula pengetahuan sebelumnya itu sehingga sampai pada pengetahuan rasional-primer yang bukan berdasarkan pengetahuan tertentu apapun. Pengetahuan primer disebut sebab pertama pengetahuan, sehingga bisa atau mampu tanpa bersandar pada pengalaman. Tashdiq bersandar pada prinsip nonkontradiksi . Perjalanan pikiran berasal dari proposisi umum ke proposisi yang lebih khusus, dari universal ke yang partikular.

2. Doktrin Empirikal

Pengalaman merupakan sumber pertama semua pengetahuan manusia. Karena itu, jika manusia tidak memiliki pengalaman dalam segala bentuknya, ia takkan mengetahui realitas apapun. Kaum empiris tidak mengakui adanya pengetahuan rasional yang mendahului pengalaman. Penilaian yang dikatakan doktrin rasional sebagai pengetahuan niscaya itu harus tunduk pada criteria empirical, dan harus dinilai menurut ketentuan pengalaman. Mereka bersandar pada metode induksi, sebab induksi adalah metode yang bergerak dari particular ke universal. Ia menolak prinsip silogistik.

Hubungan antara Tashawur dan Tashdiq

Tashawur dan tashdiq memiliki hubungan konsepsi dan penilaian. Hubungan ini adalah hubungan hakiki pada setiap manusia yang berpengetahuan. Konsepsi sendiri tidak memiliki nilai objektif, karena ia merupakan kehadiran sesuatu dalam usaha berpikir kita, dan jika terlepas dari tambahan-tambahan tidak akan menunjukkan eksistensi objektif sesuatu di luar pengetahuan. Satu-satunya yang memiliki kualitas untuk secara esensial mengungkapkan realitas objektif konsepsi adalah tashdiq. Dengan adanya bangunan konsep yang kukuh akan mengantarkan manusia pada penilaian yang menghasilkan pengetahuan objektif. Makin akurat pikiran menerapkan dan mengarahkan pengetahuan itu, makin jauh ia dari kesalahan. Selanjutnya nilai pengetahuan bergantung pada sejauh mana kadar bertumpunya pengetahuan pada prinsip-prinsip tersebut, dan sejauh mana ia menarik kesimpulan darinya.

Kausalitas pada Fenomena dan Ide

Hubungan sebab akibat yang muncul ketika dua fenomena didekatkan. Sensasi dari inderawi menyebabkan adanya konsepsi atas sesuatu sehingga muncul gagasan terhadap objek yang dicerap. Namun gagasan kausalitas itu sendiri adalah suatu hukum yang mandiri dalam ide yaitu hubungan itu sendiri.

Tashawur Rasional => Tashdiq Empiris

Sebagaimna yang diketahui sumber pokok pengetahuan rasional adalah indra dan fitrah. yang dimana mereka menyatakan bahwa suatu proposisi tertentu tanpa mencari dalil dan kebenarannya akal secara alami mesti mempercayainya tanpa bukti dan penetapan apapun, pernyataan ini adalah pernyataan yang kesannya fitrawi, oleh sebab itu sandaran akan pengetahuan yang bersifat tashdiq dari kaum rasional ini mau tidak mau harus kembali pada indrawi ( empiris ).

# Resume Kajian