Eritroderma Lulu
Click here to load reader
description
Transcript of Eritroderma Lulu
ERITRODERMA
A. Definisi
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritrema di
seluruh tubuh atau hampir seluruh tubuh, biasanya disertai skuama. Pada
definisi tersebut yang mutlak harus ada adalah eritrema, sedangkan skuama
tidak selalu terdapat, misalnya karena eritroderma karena alergi obat secara
sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium
penyembuhan timbul skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritrema tidak
begitu jelas, karena bercampur dengan hiperpigmentasi. Dermatitis
eksfoliativa dianggap sinonim dengan eritroderma, meskipun sebenarnya
mempunyai pengertian yang agak berbeda. Pada dermatitis eksfoliativa
skuamanya berlapis-lapis.
B. Etiologi dan Klasifikasi
Seperti kita ketahui kulit merupakan pencerminan adanya kelainan alat dalam,
jadi eritroderma dapat disebabkan penyakit atau kelainan alat dalam.
Berdasarkan penyebabnya, eritroderma dibagi menjadi 3 golongan :
I. Akibat alergi obat biasanya secara sistemik.
II. Akibat perluasan penyakit kulit, misalnya : psoriasis, pemfigus foliaseus,
dermatitis atopik, pitiriasis rubra piliaris, dan liken planus.
III. Akibat penyakit sistemik termasuk keganasan.
Ada pula golongan lain yang tidak diketahui penyebabnya (5-10%), meskipun
telah dicari. Sebagian para penderita eritroderma yang mula-mula tidak
diketahui penyebabnya, kemudian berkembang menjadi sindrome Sezary.
C. Patofisiologi
Eritrema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya
penderita merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi
gagal jantung. Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit.
Penguapan cairan yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila
suhu badan meningkat, kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu
terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar
dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi
meningkat sebanding dengan laju metabolisme basal.
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih
sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinnemia dengan
berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin terutama gamma
globulin merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan
disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang ekstravaskuler.
Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku
berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang
telah berlangsung berbulan-bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum
yang progresif.
D. Gejala Klinis
I. Eritroderma akibat alergi obat biasanya sistemik
Untuk menentukan diperlukannya anamnesis yang teliti, yang dimaksud alergi
obat secara sistemik adalah masuknya obat kedalam badan dengan cara apa saja,
misalnya melalui mulut, melelui hidung, dengan cara suntikan/infus, melalui
rektum atau vagina. Selain itu alergi dapat juga karena obat mata, obat kumur,
tapal gigi, dan melalui kulit sebagai obat luar.
Banyak obat yang dapat menyebabkan alergi, misalnya penisilin dan derivatnya
(ampisilin, amoksisilin, kloksasilin), sulfonamid, golongan analgetik /antipiretik
(misalnya: asam salisil, metamisol, metampiron, parasetamol, fenilbutason,
piramidon, dan tetrasiklin). Termasuk dalam pengertian obat ini adalah jamu.
Pada umumnya alergi ini timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Seperti telah
disebutkan, pada mulanya kelainan kulitnya hanya berupa eritrema yang
universal tampa disertai skuama, pada waktu penyembuhan baru timbul skuama.
II. Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit
Yang sering terjadi adalah akibat psoriasis dan dermatitis seboroika pada bayi
(penyakit Leiner), oleh karena itu hanya kedua penyakit ini yang diuraikan.
a. Eritroderma karena psoriasis
Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena 2 hal : disebabkan oleh karena
penyakitnya sendiri atau pengobatan yang terlalu kuat, misalnya pengobatan
topikal dengan ter dengan konsentrasi yang terlalu tinggi. Pada anamnesis
hendaknya ditanyakan, apakah pernah menderita psoriasis. Penyakit tersebut
bersifat menahun dan residif, kelainan kulit berupa skuama yang berlapis-
lapis dan kasar di atas kulit yang eritematosa, berbatas tegas.
Umumnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi
psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak
meninggi dari pada disekitarnya dan skuama di tempat itu lebih tebal. Kuku
juga perlu dilihat, dicari apakah ada pitting nail berupa lekukan miliar, tanda
ini hanya menyokong dan tidak patognomonis untuk psoriasis. Jika ragu-
ragu, pada tempat yang meninggi tersebut dilakukan biopsi untuk
pemeriksaan histopatologik. Kadang-kadang biopsi sekali tidak cukup dan
harus dilakukan beberapa kali.
Sebagian penderita tidak menunjukkan kelainan semacam itu, jadi yang
terlihat hanya eritema yang menyeluruh dan skuama. Pada penderita
demikian baru diketahui penyebabnya psoriasis setelah diberi terapi
kortikosteroid. Pada saat eritrodermanya berkurang, maka mulailah tampak
gejala psoriasis.
b. Penyakit Leiner
Sinonim penyakit ini adalah eritroderma deskuamativum. Etiologinya belum
diketahui dengan pasti, tetapi menurut penulis penyebabnya adalah
dermatitis seboroika yang meluas, karena pada para penderita penyakit ini
hampir selalu terdapat kelainan yang khas untuk dermatitis seboroika. Usia
penderita antara 4 minggu sampai 20 minggu. Keadaan umum penderita
baik, biasanya tampa keluhan. Kelainan kulit berupa eritema universal
disertai skuama yang kasar.
III. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam dapat menyebabkan kelainan kulit
berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak masuk golongan
1 dan 2 harus dicari penyebabnya, yang berarti harus diperiksa menyeluruh,
apakah ada penyakit alat dalam dan harus dicari pula apakah ada infeksi dalam
dan infeksi fokal. Termasuk dalam golongan ini adalah sindrome Sezary yang
akan dibicarakan berikut ini.
Sindroma Sezary
Penyakit ini termasuk limfoma, ada yang berpendapat merupakan stadium dini
mikosis fungoides. Penyebabnya belum diketahui, diduga berhubungan
dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan dalam CTCL (Cutaneous T-
Cell Lymphoma).
Yang diserang adalah orang dewasa, mulainya penyakit pada pria rata-rata
berumur 64 tahun, sedangkan pada wanita 53 tahun. Sindromaini ditandai
dengan eritrema berwarna merah membara yang universal disertai skuama dan
rasa sangan gatal. Selain itu terdapat juga infiltrasi pada kulit dan edema. Pada
sepertiga sampai setengah penderita didapati splenomegali, limfadenopati
superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris dan plantaris,
serta kuku yang distrofik.
Pada pemeriksaan laboratorium sebagian besar kasus menunjukkan
leukositosis (rata-rata 20.000/mm), 19% dengan eosinofilia dan limfositosis.
Selain itu terdapat pula limfosit atipik yang disebut sel Sezary. Sel ini
besarnya 10-20 μ, mempunyai sifat yang khas, diantaranya intinya homogen,
lobular, dan tak teratur. Selain tyerdapat dalam darah, sel tersebut juga
terdapat dalam kelenjar getah bening dan kulit. Untuk menentukannya
diperlukan keahlian khusus. Biopsi kulit juga memberikan kelainan yang agak
khas, yakni terdapat infiltrat pada dermis bagian atas dan terdapat sel Sezary.
Disebut sindrom Sezary, jika jumlah sel sezary yang beredar 1000/mm3 atau
lebih. Bila jumlah sel Sezary kurang dari 1000/mm3 dinamai sindrom pre
Sezary.
E. Pengobatan
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I,
yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3x10mg -
4x15mg. penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari-
beberapa minggu.
Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid.
Dosis mula prednison 4x10mg – 4x15mg sehari. Jika setelah beberapa hari
tidak tampak perbaikan dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan,
dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan
dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan. Eritroderma
akibat psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat (lihat pengobatan sisitemik
psoriasis). Lama penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu
sampai beberapa bulan, jadi tidak secepat golongan I.
Pengobatan penyakit leiner dengan kortikosteroid memeberikan hasil yang
baik. Dosis prednoson 3x 1-2 mg sehari. Pada sindrom Sezary pengobatan
terdiri atas kortikosteroid (prednison 30mg sehari) dan sitostatik, biasanya
digunakan klorambusil dengan dosis 2 – 6 mg sehari.
Pada eritroderma yang lama diberikan pula diet tinggi protein, karena
terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu
juga diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh
eritema, misalnya dengan salep lanolin 10%.
F. Prognosis
Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi secara sitemik,
prognosanya baik. Penyembuhan golongan ini adalah yang tercepat
dibandingkan dengan golongan yang lain.
Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan
kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, penderita akan mengalami
ketergantungan kortikosteroid (corticosteroid dependence).
Sindrom Sezary prognosanya buruk, penderita pria umumnya meninggal
setelah 5 tahun, sedangkan penderita wanita setelah 10 tahun. Kamatian
disebabkan oleh infeksi atau penyakit berkembang menjadi mikosis fungoides.