Epidemiologi Klinis

6

Click here to load reader

Transcript of Epidemiologi Klinis

Page 1: Epidemiologi Klinis

U

UJJII DDIIAAGGNNOOSSTTIIKK DDAALLAAMM EEPPIIDDEEMMIIOOLLOOGGII KKLLIINNIIKK

XXpidemiologi Klinik adalah Penerapan prinsip – prinsip dan metode –

metode epidemiologi ke dalam praktek kedokteran klinik.

Epidemiologi klinik merupakan salah satu dari ilmu – ilmu kedokteran dasar

yang meliputi metode – metode yang digunakan oleh para klinisi didalam

melakukan audit terhadap proses – proses dan hasil – hasil dari pekerjaan

mereka.

Epidemiologi klinik masih merupakan sebuah istilah yang KKOONNTTRRAADDIIKKTTIIFF

yaitu Bahwa epidemiologi itu berurusan dengan populasi/komunitas,

sementara kedokteran klinik itu berurusan dengan individu.

Hal – hal yang dipelajari dalam epidemiologi klinik mencakup antara lain :

•• DDeeffiinniissii –– ddeeffiinniissii tteennttaanngg NNoorrmmaalliittaass ddaann AAbbnnoorrmmaalliittaass,,

•• AAkkuurraassii uujjii –– uujjii ddiiaaggnnoossttiicc,,

•• RRiiwwaayyaatt ppeennyyaakkiitt ddaann pprrooggnnoossiiss ppeennyyaakkiitt,,

•• EEffeekkttiiffiittaass ppeennggoobbaattaann,,

•• TTiinnddaakkaann ppeenncceeggaahhaann ddaallaamm pprraakktteekk kkeeddookktteerraann kklliinniiss..

Keabsahan dari disiplin ilmu kedokteran klinik adalah bahwa Pembuatan

keputusan klinik itu seyogyanya selalu didasarkan pada prinsip – prinsip ilmiah

dan memerlukan penelitian yang relevan dengan menggunakan dasar – dasar

epidemiologi yang kuat.

NNOORRMMAALLIITTAASS && AABBNNOORRMMAALLIITTAASS Setiap Konsultasi dalam praktek kedokteran klinik bertujuan untuk

menentukan apakah benar bahwa gejala – gejala dan tanda serta hasil uji

diagnostic yang dialami oleh para penderita itu normal atau tidak. Hal ini

perlu dipertimbangkan dan dilakukan sebelum melakukan tindakan –

tindakan lebih lanjut seperti Investigasi, pengobatan dan observasi.

Page 2: Epidemiologi Klinis

Beberapa Kriteria yang dapat digunakan untuk membantu para klinisi dalam menentukan batas –

batas normal dan abnormalitas adalah :

•• NNoorrmmaall aaddaallaahh ssuuaattuu kkeeaaddaaaann yyaanngg ppaaddaa uummuummnnyyaa tteerrjjaaddii ((NNoorrmmaall aaddaallaahh UUmmuumm))

Diasumsikan bahwa normal adalah segala sesuatu atau kedaan yang biasanya terjadi dan sering

terjadi sedangkan Abnormal adalah hal – hal yang tidak lazim dan tidak sering terjadi.

Kelemahan akan hal ini adalah tidak adanya dasar biologis untuk dignakan sebagai petunjuk

baku ke arah abnormalitas.

•• AAbbnnoorrmmaalliittaass bbeerraassssoossiiaassii ddeennggaann ppeennyyaakkiitt,,

Kriteria ini didasakan pada distribusi dari pengamatan – pengamatan yang dilakukan terhadap

orang – orang sehat maupun orang yang sakit.

Dalam hal ini erat kaitannya dengan Sensitivitas dan Spesifitas. Dimana Sensitivitas merupakan

proporsi dari orang – orang yang benar – benar sakit, yang kemudian dikategorikan sebagai

keadaan Abnormal berdasarkan uji atau tes. Sedangkan Spesifitas merupakan proporsi dari

orang – orang yang benar – benar sehat atau Normal.

•• AAbbnnoorrmmaall sseebbaaggaaii kkeeaaddaaaann yyaanngg ddaappaatt ddiioobbaattii..

Dengan semakin meningkatnya teknologi kedokteran, semakin memberikan peluang untuk

dapat meneliti berbagai masalah kesehatan atau penyakit yang pada akhirnya bertujuan untuk

dapat menemukan obat yang mutakhir, sehingga hamper semua penyakit dapat diobati.

UUJJII DDIIAAGGNNOOSSTTIIKK Tujuan dari melakukan uji diagnostic adalah Untuk membantu memastikan diagnosis – diagnosis

yang paling memungkinkan. Dalam pengertian ini, maka seharusnya diagnosis itu merupakan

sebuah proses ilmiah. Oleh karena itu, dalam setiap uji diagnostic seharusnya dilakukan dengan

prosedur – prosedur ilmiah seperti layaknya sebuah penelitian. Namun hal ini tidak akan mungkin

dapat dilakukan pada kasus – kasus yang memang membutuhkan tindakan klinis segera. Berikut

digambarkan hubungan antara sebuah hasil uji diagnostic dengan keberadaan penyakit :

Page 3: Epidemiologi Klinis

PENYAKIT AAddaa TTiiddaakk aaddaa

Jumlah

PPoossiittiiff ( a )

Positf Sebenarnya (True Positif)

( b ) Positif Palsu (False Positif)

a + b HASIL UJI

DIAGNOSTIK NNeeggaattiivvee

( c ) Negatif Palsu (False negative)

( d ) Negatif Sebenarnya

(True Negatif) c + d

Jumlah a + c b + d a+b+c+d

• TTrruuee PPoossiittiiff ((aa)) : Menunjuk pada banyaknya kasus yang benar – benar menderita

penyakit dengan hasil test yang Positif.

• TTrruuee NNeeggaattiiff ((dd)) : Menunjuk pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan hasi test

yang Negatif.

• FFaallssee PPoossiittiiff (( )) : Menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak sakit tetapi b + d

test menunjukkan hasil yang positif.

b

• FFaallssee NNeeggaattiiff (( )) : Menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya menderita

penyakit tetapi hasil test Negatif.

c

a + c

• SSeennssiittiivviittaass (( )) : Probabilitas hasil Uji Positif pada Orang – orang yg MENDERITA

Penyakit.

a

a + c

• SSppeessiiffiissiittaass (( )) : Probabilitas hasil Uji Negatif pada Orang – orang yg TIDAK

MENDERITA Penyakit.

d

b + d

Page 4: Epidemiologi Klinis

RRIIWWAAYYAATT PPEENNYYAAKKIITT DDAANN PPRROOGGNNOOSSIISS Istilah riwayat penyakit itu menunjuk kepada tahap – tahap sebuah penyakit, yang meliputi :

• Mulai timbulnya patologi penyakit,

• Tahap presimtomatis dari timbulnya perubahan – perubahan patologis dengan munculnya

gejala – gejala atau tanda – tanda.

• Tahap sebuah Penyakit ; yang secara klinik benar – benar nyata dan mungkin dapat mengalami

perkembangan yang buruk bahkan menyebabkan kematian.

Prognosis : Merupakan prediksi tentang kelangsungan sebuah penyakit yang mencerminkan

sebagai probabilitas akan perkembangannya pada masa/tahap selanjutnya.

Prediksi – prediksi itu didasarkan kepada kelompok – kelompok penderita tertentu dan

hasilnya mungkin berbeda untuk penderita – penderita tersebut secara individual. Pengetahuan

tentang kecenderungan prognosis ini sangat membantu untuk menentukan pengobatan yang tepat.

Dalam hal ini, informasi epidemiologis sangat diperlukan untuk melakukan prediksi – prediksi

tentang prognosis dan akibat penyakit. Hal ini disebabkan pengalaman klinis yang hanya

mengandalkan pada sejumlah penderita yang terbatas saja dan follow -up yang tidak adekuat, tidak

cukup memadai untuk melakukan prediksi tentang prognosis penyakit.

Prognosis dalam pengertian Mortalitas diukur sebagai tingkat FFaattaalliittaass KKaassuuss ((CCaassee FFaattaalliittyy RRaattee))

atau PPrroobbaabbiilliittaass KKeellaannggssuunnggaann HHiidduupp. Sedangkan Metode yang digunakan untuk Mengukur

Prognosis adalah AAnnaalliissiiss SSuurrvviivvaall ((SSuurrvviivvaall AAnnaallyyssiiss))..

EEFFEEKKTTIIFFIITTAASS PPEENNGGOOBBAATTAANN Beberapa pengobatan benar – benar menunjukkan kelebihan – kelebihan, sehingga tidak

membutuhkan penilaian secara formal. Tetapi hal ini jarang terjadi dalam dunia kedokteran klinis.

Biasanya efek – efek yang timbul dari pengobatan dan perlakuan – perlakuan yangdiberkan atau

intervensi membutuhkan penelitian untuk memastikan kegunaannya.

Dalam penelitian – penelitian tentang Efikasi atau Kemanjuran, maka sangat menguntungkan bila

menggunakan para penderita yang mempunyai kecenderungan untuk patuh dan taat.

Page 5: Epidemiologi Klinis

KKEEPPAATTUUHHAANN && KKEETTAAAATTAANN adalah : Suatu kedaan sejauh mana penderita itu menjalankan

nasehat – nasehat medis secara baik.

Metode yang paling sesuai untuk mengetahui Efikasi dan Efektifitas adalah UUjjii CCoobbaa KKlliinniikk AAccaakk

TTeerrkkeennddaallii ((RRaannddoommiizzeedd CCoonnttrroolllleedd TTrriiaall))

PPEENNCCEEGGAAHHAANN DDII DDAALLAAMM PPRRAAKKTTEEKK KKLLIINNIIKK Pengetahuan – pengetahuan dibidang epidemiologi mendorong dilakukannya praktek –

praktek pencegahan di dalam konteks praktek klinik sehari – hari. Hampir semua pencegahan –

pencegahan itu dilakukan dalam tahap sekunder dan tersier, tetapi pencegahan di tingkat primer

juga dapat diterapkan dalam praktek sehari – hari. Misalnya : Imunisasi, Screening pada anak -

anak, penimbangan berat badan pada anak – anak, penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS),

perawatan antenatal.

EMPAT TINGKAT PENCEGAHAN dalam Epidemiologi yang disesuaikan denga fase –

fase yang berbeda – beda dari perkembangan penyakit dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

11.. PPeenncceeggaahhaann PPrriimmoorrddiiaall

Menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok itu merupakan status kebiasaan

yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap positif untuk tidak merokok.

22.. PPeenncceeggaahhaann PPrriimmeerr

• Promosi Kesehatan Masyarakat :

• Pencegahan Khusus :

33.. PPeenncceeggaahhaann SSeekkuunnddeerr

• Diagnosis Dini : Screening.

• Pengobatan : Kemotherapi / Pembedahan.

44.. PPeenncceeggaahhaann TTeerrssiieerr..

• Rehabilitasi

Semua tingkat pencegahan tersebut diatas adalah penting dan saling melengkapi, meskipun

tindakan pencegahan primordial dan primer itu mempunyai kontribusi terbesar bagi kesehatan

dari populasi secara keseluruhan.

Page 6: Epidemiologi Klinis

TTiinnggkkaatt PPeenncceeggaahhaann FFaassee PPeennyyaakkiitt SSaassaarraann

PPRRIIMMOORRDDIIAALL Kondisi yang mengarah pada

penyebab penyakit.

Populasi Total dan Kelompok

– kelompok terseleksi.

PPRRIIMMEERR Factor – factor penyebab yang

Spesifik.

Populasi Total, Kelompok –

kelompok yang terseleksi &

Individu – individu yg Sehat.

SSEEKKUUNNDDEERR Penyakit dalam Tahap Dini Penderita – penderita.

TTEERRSSIIEERR Penyakit dalam tahap Akhir

(Pengobatan ; Rehabilitasi).

Penderita – Penderita.

---------------- oo0oo ----------------

SSuummbbeerr PPuussttaakkaa :: 1. Azrul Aswar (1999). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Akasara.

2. Bambang Sutrisna (1994). Pengantar Metoda Epidemiologi, Jakarta, Dian Rakyat.

3. Beaglehole, Bonita (1997). Dasar – dasar Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada

University Press.

4. Bhisma Murti (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada

University Press.

5. Bustan MN (2002). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.

6. Eko Budiarto (2003). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC.

7. Noor Nasri Noor (2000). Dasar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.