ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam...

15
© 2004 Insun Sangadji Posted 10 June 2004 Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor June 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung jawab) Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto Dr Ir Hardjanto ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH IKATAN ASAM FITAT PADA BAHAN PAKAN Oleh : Insun Sangadji D061030141/PTK PENDAHULUAN Bahan makanan asal biji-bijian terdapat dalam jumlah yang banyak di permukaan bumi ini. Bahan-bahan ini merupakan sumber pakan bagi mahluk hidup yang tinggal di dalamnya. Hal yang perlu diperhatikan dari bahan-bahan pakan ini adalah kandungan asam fitat (mio-inositolheksakifosfat). Asam fitat dalam bentuk garam fitat, merupakan tempat penyimpanan fosfor, sekitar delapan puluh persen (80%) terdapat dalam legume dan cereal. Asam fitat disimpan dalam bentuk mio- inositol dan berperan sebagai faktor pertumbuhan. Asam fitat dan derifat mio-inositol serta derifat-derifat lainnya penting bagi proses fisiologi tumbuhan (Reddy et al.,1989). Fitat memiliki struktur kimia yang sangat stabil. Dalam bentuk fosfat organik memiliki kandungan fosfat yang tinggi. Dalam kondisi fisiologi normal asam fitat membentuk chelate dengan mineral-mineral essensial seperti kalsium. magnesium, besi dan seng. Asam fitat seringkali berikatan dengan asam-asam amino atau protein dan menghambat enzim-enzim pencernaan (Pallaup dan Rimback, 1996). Asam fitat

Transcript of ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam...

Page 1: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

© 2004 Insun Sangadji Posted 10 June 2004 Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor June 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung jawab) Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto Dr Ir Hardjanto

ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM

MEMECAH IKATAN ASAM FITAT PADA BAHAN PAKAN

Oleh :

Insun Sangadji D061030141/PTK

PENDAHULUAN

Bahan makanan asal biji-bijian terdapat dalam jumlah yang banyak di

permukaan bumi ini. Bahan-bahan ini merupakan sumber pakan bagi mahluk hidup

yang tinggal di dalamnya. Hal yang perlu diperhatikan dari bahan-bahan pakan ini

adalah kandungan asam fitat (mio-inositolheksakifosfat). Asam fitat dalam bentuk

garam fitat, merupakan tempat penyimpanan fosfor, sekitar delapan puluh persen

(80%) terdapat dalam legume dan cereal. Asam fitat disimpan dalam bentuk mio-

inositol dan berperan sebagai faktor pertumbuhan. Asam fitat dan derifat mio-inositol

serta derifat-derifat lainnya penting bagi proses fisiologi tumbuhan (Reddy et

al.,1989).

Fitat memiliki struktur kimia yang sangat stabil. Dalam bentuk fosfat organik

memiliki kandungan fosfat yang tinggi. Dalam kondisi fisiologi normal asam fitat

membentuk chelate dengan mineral-mineral essensial seperti kalsium. magnesium,

besi dan seng. Asam fitat seringkali berikatan dengan asam-asam amino atau protein

dan menghambat enzim-enzim pencernaan (Pallaup dan Rimback, 1996). Asam fitat

Page 2: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

dapat digolongkan sebagai komponen antinutrisi didalam pakan, sehingga diperlukan

enzim yang mampu menghidrolisis asam fitat.

Fosfat terdapat dalam berbagai macam katalis enzim yang dapat memecah

ikatan monofosfoester di dalam komponen fosfat organik. Enzim ini pada dasarnya

tidak mampu menghidrolisis ikatan monofosfat asam fosfat. Sedangkan hidrolisis

asam fitat sangat penting dan diperlukan enzim yang mampu memecah asam fitat.

Enzim tersebut dinamakan enzim fitase (mio-inositol heksakifosfat fosfohidrolase)

mampu melakukan hidrolisis asam fitat pada derifat mio-inositol (mio-inositol bebas)

dan melepaskan fosfat anorganik. Fitase dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan

mikroorganisme dan jaringan tubuh ternak. Fitase dapat juga dihasilkan dari proses

cloning dan dicirikan berasal dari fungi aspergillus ficum (Ullah, 1998a). Mekanisme

reaksi fitase asal E.Coli telah dipublikasikan oleh Ostanin. et al . (1992), dan

prosesnya seperti enzim fitase lainnya. Michell. et al. (1997), menyatakan bahwa

enzim ini merupakan subfamili dari histidin-asam fosfat. Efisiensi kerja enzim

terhadap substrat dalam berbagai kondisi perlu diteliti lebih jauh. Suplementasi fitase

akan mengurangi pengaruh negatif anti nutrisi dari asam fitat dan mengurangi biaya

pakan sebagai dampak tidak dilakukannya suplementasi mineral fosfat anorganik.

Karena fitase mampu menyediakan fosfor. Di Negara-negara Netherland, Jerman,

Korea dan Taiwan enzim fitase digunakan dalam mengatasi polusi fosfor yang

dihasilkan oleh peternakan unggas (Wodzinski dan Ullah, 1996).

Ruminansia apabila mengkonsumsi asam fitat, akan memproduksi enzim

fitase oleh bakteri dan fungi yang terdapat dalam rumen. Hewan-hewan monogastrik

seperti babi, unggas dan ikan apabila mengkonsumsi asam fitat maka ketersediaan

fosfor akan menjadi berkurang. Hal ini disebabkan karena enzim fitase dalam saluran

percernaan sedikit jumlahnya.

Mio-inisitol fosfat terdapat juga didalam sel hewan. Fungsi utama komponen

ini di dalam sel hewan bukan sebagai tempat meyimpan fosfor tetapi berfungsi

sebagai pengatur utama dalam memberikan signal antar membrane dan mobilisasi

kalsium dari cadangan intraselluler. Mio-inositol fosfat dapat digunakan untuk

menginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, penghambat aktifitas

enzim dari pengaruh obat-obata n (Laumen dan Gerisalba, 1994). Produk enzim

secara kimia (sintetis) sangat sukar dilakukan, karena membutuhkan tahap proteksi

dan deproteksi (Billington, 1993). Fitase akan mengubah asam fitat menjadi mio-

inisitol fosfat, secara komersial dari derifat mio-inisitol fosfat.

Page 3: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

Penggunaan fitase secara optimal pada bidang industri belum banyak

dilakukan. Pada tulisan ini akan dibahas peranan enzim fitase dalam memecah ikatan

fitat yang terdapat dalam bahan pakan.

PENELUSURAN PUSTAKA

1. Asam Fitat

1. 1. Tinjauan Umum Asam Fitat.

Asam fitat adalah bentuk simpanan fosfor dalam biji-bijian. Merupakan

garam mio-inositol asam heksafosfat, mampu membentuk kompleks dengan

bermacam-macam kation atau protein dan mempengaruhi derajat kelarutan komponen

tersebut (Piliang, 1997). Asam fitat dalam bentuk fosforilase cincin mio-inositol

merupakan struktur yang kuat (Johnson, 1969). Satu molekul fosfat mengandung dua

belas proton dengan letak terpisah. Enam proton merupakan asam sangat kuat dengan

nilai pKa 5.7, 6.8 dan 7.6; dan sisanya asam sangat lemah dengan pKa lebih besar dari

10 (Costelo . et al. 1976).

Asam fitat adalah mio-inositol, mengikat fosfor pada enam hidroksil group.

Fitat membentuk garam asam fitat dengan kalsium dan magnesium (Irving, 1980).

Pada pH netral atau pH umum dalam makanan, asam fitat memiliki sifat negatif,

dimana dalam keadaan ini sangat aktif membentuk ikatan dengan kation atau protein.

Kation akan berikatan dengan satu atau lebih fosfat group dari molekul asam fitat,

akan tetapi interaksi antara protein dengan asam fitat tergantung pada pH (Scott. et al

.,1986).

Asam fitat disebut juga sebagai mio-inositol heksafosfat (C6H18O24P6 dan IP6).

Kandungan asam fitat sangat banyak terdapat dalam tumbuhan, sel mikroorganisme

dan ternak. Biji-bijian tumbuhan mengandung 60 – 90% fosfor terikat fitat dalam

bentuk garam asam fitat. Fitat dalam tumbuhan berperan pada fungsi biologis

penyimpanan fosfor dan kation yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bibit tanaman

(Williams, 1985). Barriento. et al . (1994) menyatakan bahwa asam fitat dalam sereal

bukan merupakan bentuk distribusi dalam biji, akan tetapi merupakan penghubung

dalam komponen morfologi spesifik dalam biji. Dalam biji-bijian dikotil, biji-bijian

yang mengandung minyak dan biji-bijian legume seperti pir, fitet tersebar didalam

seluruh biji termasuk di dalam sub selluler, dan membentuk ikatan dengan protein. Di

Page 4: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

dalam endosperma gandum dan padi, hampir tidak ditemukan fitat, akan tetapi di

dalam bagian aleuron biji yang tertutup sekam dan sekam mengandung fitat. Simell.

et al (1989), menyatakan bahwa aleuron terdapat dalam sekam, IP-6 ditemukan dalam

jumlah sangat banyak dalam bentuk seluruh tepung dibandingkan dengan tepung hasil

ekstraksi. Keadaan ini berpengaruh secara nyata terhadap mineral dalam biji. Biji-

bijian mengandung mineral tinggi dengan bioavailability yang rendah. Scott, J.J .

(1991) menyatakan bahwa biji jagung berbeda dengan biji-bijian lain dimana 90%

fitat terkonsentrasi di dalam bagian benih (Germ) dari biji. Fitat dalam kedelai

sangat unik walaupun berasosiasi dengan globoids, tidak memiliki letak posisi yang

spesifik (Ravindran. et al. 1995).

Richardson. et al., (1995), memaparkan beberapa kandungan asam fitat secara

luas didalam berbagai varietas tumbuhan dan bagian-bagian tumbuhan. Sereal

(jagung, barley, gandum) dan biji-bijian legume (field peas, chickpeas) sebagai bahan

penyusun ransum mengandung asam fitat yang sama, dimana dalam bentuk kering

mengandung asam fitat 0,25%. Secara keseluruhan tepung biji-bijian yang

mengandung minyak , mengandung fosfor terikat fitat (fitat-P) tinggi. Rata-rata

sekitar 70% total P didalam bahan pakan terdapat dalam bentuk fitat-P. dan fosfor

terikat fitat tersusun dari 10-25% dari total fosfor di dalam umbi-umbian.

1. 2. Pengaruh Asam Fitat terhadap Ketersediaan Mineral dan Protein.

Fosfor terikat fitat tidak dapat dimanfaatkan ternak dan terbuang dalam feses

sehingga akan meningkatkan kandungan fosfor dalam tanah dan air. Fitat merupakan

kation multivalent tidak larut pada pH netral. Bentuk kompleks ini resisten dalam

proses absorbsi dalam saluran pencernaan dan berpengaruh pada ketersediaan

mineral. Fitat keberadaannya perlu dipertimbangkan sebagai antinutrisi. Dalam

konsentrasi tinggi dapat menurunkan bioavailability mineral dan protein . Asam fitat

juga berpengaruh terhadap pemanfaatan kandungan nutrisi pakan.

Ikatan Chelat fitat meningkatkan kebutuhan mineral dalam pakan . Michell. et

al., (2001), menyatakan bahwa mekanisme dari persaingan chelation dapat

disebabkan oleh pengaruh chelators dalam mempengaruhi bioavailability mineral.

Bentuk chelat fitat mineral akan menurunkan ketersediaan mineral karena

terbentuknya fitat kompleks yang tidak larut. Kompleks mineral – chelat adalah

merupakan bentuk yang larut dan kerapkali diabsorbsi secara utuh atau dapat

melepaskan mineral dari ikatan fitat di dalam brush border pada epitel usus.

Page 5: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

Kelompok fosfor yang terikat fitat dapat membentuk ikatan elektrostatik

dengan asam-asam amino atau dengan asam amino bebas dari residu lisin dan arginin

yang terdapat pada molekul protein (Cheryan, 1980). Kompleks fitat-mineral-protein

dalam bentuk kation multivalent membuat jembatan antara kelompok fosfat pada

molekul fitat dan kelompok terminal karboksil pada protein atau kelompok karboksil

bebas dari residu aspartat dan glutamat dalam molekul protein (Cheryan, 1980).

Aktivitas enzim protease dalam saluran pencernaan akan rendah dengan adanya

protein terikat fitat. Fitat mengikat protein dan mineral di dalam digesta, sangat

potensial untuk menghambat aktivitas enzim-enzim pencernaan. Conrad. et al.,

(1996), menyatakan bahwa fitat menghambat aktivitas enzim tripsin. Metabolisme ini

melibatkan chelat mineral dan menghilangkan kofaktor serta membutuhkan aktivitas

enzim secara optimum akibat terbentuknya reaksi kompleks fitat-enzim.

Cosgrove, D. J. (1980), menyatakan bahwa asam fitat tidak mempengaruhi

kecernaan protein yang berasal dari pakan biji-bijian yang mengandung minyak dan

absorbsi asam amino. Penelitian lain menyatakan bahwa interaksi antara asam fitat

dan protein akan menurunkan bioavailability protein didalam legum (Davies,

N.T.(1982). Fitat memepengaruhi daya cerna protein dan asam amino pakan asal

tumbuhan dan status mineral ransum . Fitat dalam bentuk ikatan kompleks dengan

mineral yang tidak larut kurang aktif sebagai penghambat kecernaan protein.

Interaksi antara fitat , mineral dan protein dan pengaruhnya terhadap kecernaan

protein adalah merupakan persoalan kompleks, sehingga pantas untuk dilakukan

penelitian lebih jauh.

1. 3. Bioavailability Fitat-P Terhadap Unggas.

Fitat (IP6) di dalam tumbuhan sangat penting bagi fungsi fisiologis fosfor,

tempat penyimpanan energi, menghambat proses metabolisme dan sebagai regulator

kandungan fosfat anorganik (Irving, 1980). IP6 pada ransum unggas dan monogastrik

dalam bentuk kompleks merupakan bentuk yang tidak larut pada kondisi pH saluran

pencernaan, sehingga absorbsi mineral terhambat (Dvorakova, J., 1999). Secara

umum terdapat hubungan yang kuat antara kandungan fitat di dalam ransum dan daya

cerna dari kation multivalent. Fitat bersama kation multivalent dapat membentuk

ikatan kompleks pada pH netral. Ikatan ini resistant terhadap proses absorbsi di dalam

saluran percernaan sehingga ketersediaan mineral yang dapat digunakan akan

menurun (Bedford dan Partridge, 2001).

Page 6: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

Fosfor asal tumbuhan dapat diklasifikasikan kedalam available dan

unavailable. Tiga puluh persen fosfor asal tumbuhan merupakan fosfor available,

sedangkan tujuh puluh persen fosfor dalam bentuk unavailable. sehingga perlu

dilakukan suplementasi fosfor pada ransum. Nelson (1997), menyatakan bahwa

kecernaan P terikat fitat adalah nol persen (0%), apabila unggas diberi ransum jagung

8%. Ballam. et al., (1984), menyatakan bahwa hidrolisis fitat di dalam tubuh unggas

sekitar 3 - 4,2 % dan proses ini tergantung pada kandungan Ca ransum. Nilai retensi

fitat-P adalah 37 – 56 % untuk unggas dengan kandungan non-fitat P sub-optimal

(Edwards, 1983).

Harm.et al ., (1962) dan Wyss, M . et al.,(1998), menyatakan bahwa

keberadaan fitat-P dalam ransum akan mampu menyediakan kebutuhan fosfor,

membantu pertumbuhan dan mineralisasi tulang bagi unggas, sama seperti pengaruh

pemberian fosfor dalam bentuk dikalsium fosfat, apabila kedalam ransum tersebut

ditambahkan fosfor dalam bentuk asam atau garam sodium. P yang serupa dari

suplementasi kalsium fitat akan mendukung pertumbuhan dan mineralisasi tulang

pada tingkat diatas 0,2% konsumsi P dan perbandingan Ca : P = 0,8 : 1 (Wyss, M. et

al., 1998). Selanjutnya dinyatakan bahwa apabila perbandingan Ca : P ditingkatkan

menjadi 1,4 : 1 atau 2 : 1 maka terjadi penurunan ketersedian P dari kalsium fitat.

Kecernaan fitat sangat tergantung pada efisiensi hidrolisis fitat yang dikonsumsi

sebelumnya dan selama dalam saluran pencernaan.

Simell.et al.,(1989), meneliti mekanisme hidrolisis fitat dalam saluran

pencernaan ayam broiler dan babi. Penambahan fitase asal tumbuhan kedalam

ransum mampu menurunkan kekuatan fitat yang terdapat dalam saluran pencernaan

bagian atas (tembolok), pada kondisi pH 5.0. Degradasi dalam saluran pencernaan

adalah pemecahan ikatan ester fosfat dari IP6 pada proses 6 atau 4, kemudian 1 atau

3, selanjutnya di dalam pool terutama IP2 dan isomer IP3 (D/L-Lns (1,2,6) P3/D/L-

Lns

(1,4,5). Didalam duodenum broiler dan colon babi degradasi IP2-IP5 lebih tinggi jika

dibandingkan dengan IP6. Hal ini disebabkan karena rasio inositol fosfat dan fitat

rendah. Pada isomer yang sama inositol fosfat terbentuk di dalam saluran pencernaan

broiler dan babi, mekanisme yang serupa dengan hidrolisis enzimatik dari inositol

fosfat. Berbeda pada setiap ternak aktifitas hidrolisis tergantung pada asal fitase yang

dihasilkan (tumbuhan, hewan atau mikroba). Efisiensi dari proses hidrolisis

tergantung pada total aktifitas fitase dalam kombinasinya dengan faktor lain seperti

Page 7: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

bentuk dan lokasi fitase di dalam tumbuhan dan lingkungan tempat terjadinya reaksi

enzim.

2. Fitase.

2. 1. Tinjauan umum Fitase.

Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan aspergillus.

Shieh dan Ware (1968),menyatakan bahwa hasil penyaringan pada isolat tanah

terdapat lebih dari dua ribu (2000) mikroorganisme yang mampu menghasilkan enzim

fitase. Dari isolat tersebut kebanyakan memproduksi fitase intraselluler. Sedangkan

30 isolat adalah fitase ekstraselluler.

Fitase terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan, mikroorganisme dan jaringan

tubuh ternak. “The Enzym Nomenclature of The International Union of Biochemistry”

menggolongkan fitase ke dalam dua tipe. Klasifikasi tersebut adalah 6 – fitase (EC

3.1.3.26) dan fitase 3 – fitase (EC 3.1.3.8). Perbedaan khas berdasarkan tempat

hidrolisis pertama molekul fitat,. 6 – fitase diperoleh dari tumbuhan dan 3 – fitase

dari fungi (Dvorakova, 1998). Hidrolisis asam fitat terjadi secara berurutan mulai dari

ester fosfor mio-inositol yang lebih rendah, kemudian menurun sesuai dengan nomor

asam fosfat (IP5 – IP1). Enzim dalam bentuk tunggal tidak mampu melakukan

defosfolirase asam fitat secara penuh . Kombinasi fitase dan fosfatase non spesifik

akan meningkatkan aktivitas defosforilasi asam fitat (Maenz, 2001). Degradasi fitat

dalam saluran pencernaan unggas berhubungan dengan aksi fitase dari satu atau tiga

sumber enzim. Fitase dalam saluran pencernaan berasal dari : 1). Fitase usus yang

terdapat dalam saluran pencernaan, 2) fitase asal tumbuhan dan 3) fitase asal mikroba.

2. 2. Fitase Usus (fitase yang dihasilkan oleh saluran pencernaan ternak).

Monogastrik, seringkali diperkirakan tidak mampu menghidrolisis asam fitat.

Secara spesifik aktifitas fitase terdapat di dalam membran brush border pada usus

halus unggas(Maenz dan Classen, 1998). Penelitian terdahulu membuktikan bahwa

hidrolisis fitat terjadi di dalam usus halus Unggas (Davies. et al., 1982). Andil dari

fitase mukosa dalam hidrolisis fitat pada ternak belum diketahui, akan tetapi ternak

dapat menyediakan P dari P total terikat fitat apabila tidak disuplementasi fitase dalam

ransum (Maenz, 2001). Suplementasi 1,2,5- dihidroksikolekalsiferol dalam ransum

dapat memperbaiki kecernaan fitat-P pada unggas (Ravindran. et al., 1995). Unggas

Page 8: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

yang mendapat ransum difisien fosfor terlihat adanya peningkatan aktifitas fitase usus

(Davies. et al., 1982). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya indikasi dari

fitase usus dalam mendukung penggunaan fitat-P dan aktifitas enzim yang diatur oleh

status mineral dan vitamin pada ternak (Bedford dan Partridge, 2001). Ravindran. et

al .,(1995) menyatakan bahwa tidak ada data akan kehadiran aktifitas fitase di dalam

skeretin usus dan mukosa usus unggas.

2. 3. Fitase Alami (Fitase asal tumbuhan).

Tumbuh-tumbuhan mengandung fitase aktif, level fitase dan peran enzim

dalam menghidrolisis fitat dalam biji-bijian berbeda antar tumbuhan. Pada mulanya

fitase dibuat dari dedak (Suzuki. et al ., 1999). Selanjutnya penelitian fitase secara

intensif dilakukan pada dedak gandum, dilakukan evaluasi terhadap aktifitas fitase di

dalam 51 buah bahan pakan yang digunakan adalah Belgian feed mills dan

disimpulkan bahwa aktifitas fitase memiliki hubungan signifikan di dalam biji-bijian

seperti gandum, gandum dan barley akan tetapi di dalam bahan pakan lainnya seperti

tepung kedelai level fitase marginal.

Suhu optimal fitase asal sereal adalah antara 45oC samapai 57o C (Irving,

1980). Fitase asal tumbuhan memiliki pH optimum antara 4.8 – 5.6 9Turk, 1999).

Sebagai contoh dinyatakan bahwa degradasi fitat sangat efisien pada kacang kapri

(Pisum Sativum) yang diinkubasi dalam bentuk tepung pada pH 7.5 dan temperature

45o C. pH optimum untuk aktifitas fitase asal tumbuhan adalah sekitar 4.0 – 6.0

(Irving, 1980). Aktifitas fitase asal tumbuhan bervariasi dipengaruhi oleh cultivar,

umur dan kondisi penyimpanan (Liu, B.L. et al., 1998). Temperatur tinggi yaitu 70 –

80o C akan menyebabkan sebagian atau seluruh enzim tidak aktif (Pallauf, J dan

Rimbach, G., 1996). Sumber fitase lainnya dikenal dengan nama PhytaSeed. Enzim

ini diproduksi dari biji canola dimana identifikasi gen fitase sama dengan yang

terdapat pada aspergillus niger Wyss,M. et al ., 1998)menyatakan bahwa tidak ada

perbedaan kandungan enzim fitase dari kedua jenis tersebut.

2. 4. Fitase Asal Mikroba.

Mikroorganisme penghasil fitase berasal dari bakteri misalnya spesies

pseudomonas (Irving dan Cosgrove, 1971), Yeast seperti Saccharomyces cereviceae,

dan spesies aspergillus seperti aspergillus niger dan aspergillus ficuum. Dvorakova

(1998) mendaftarkan 29 spesies fungi, bakteri dan yeast yang memproduksi enzim

Page 9: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

fitase aktif. Dari 29 spesies yang terdaftar, 21 memproduksi fitase ekstraselluler

dengan aktifitas paling tinggi (Volfova. et al., 1994).

Nielsen. et al. (1997) menyatakan bahwa hidrolisis fitat pada induk sapi perah

dan anak terjadi di dalam saluran pencernaan. Keadaan ini memungkinkan fitase asal

mikroba akan aktif dalam saluran pencernaan monogastrik dengan kondisi tertentu,

walaupun di dalam unggas kelihatannya hidrolisis fitat kurang penting. Selanjutnya

dinyatakan bahwa fitase asal mikroba aktif di dalam saluran pencernaan. Mereka

mengadakan penelitian dengan memberikan penambahan alkali esceria coli cellular,

akibat perlakuan tersebut terjadi difisiensi fosfor di dalam usus halus, selanjutnya

menambahkan campuran tepung jagung dan kacang kedelei pada ransum dan terjadi

perbaikan pada pertumbuhan dan kalsifikasi unggas, respon ini mambuktikan akan

adanya fitase atau enzim yang serupa asal bakteri.

Enzim fitase ekstraselluler yang berasal dari mikroba stabil pada suhu tinggi.

Peningkatan suhu pada medium pereaksi dari suhu ruang menjadi 58oC, terjadi

peningkatan hidrolisis fitat oleh fitase asal aspergillus ficuum (Ullah. et al.,1991).

Peningkatan suhu dari suhu medium secara sinergis terjadi penurunan aktifitas enzim

dan tidak terdeteksi pada suhu 68o C (Ullah dan Dischinger, 1995). Suhu optimum

perlu diperhatikan untuk menjaga stabilitas enzim terutama pada saat proses

pembuatan ransum. Suhu optimum aktifitas enzim fitase asal bacillus DS 11 dan dari

aspergillus fumigatu telah diteliti. Enzim fitase asal A. fumigatus aktif pada kisaran

pH yang luas dan suhu ekstrim 100oC selama 20 menit atau 90oC selama 120 menit

(Pasamontes. et al., 1997). Fitase asal aspergillus fumigatus memiliki potensi untuk

dikembangkan secara komersial sebab pada lingkungan tersebut akan mampu

mempertahankan aktifitasnya dalam proses pelleting.

Enzim fitase yang diproduksi secara komersial adalah hasil encoding gen pada

aspergillus niger. Produksi enzim berasal dari aspergillus niger var. vacuum perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap aktifitasnya. Enzim fitase komersial asal

aspergillus niger itu sendiri sudah digunakan sebagai pakan aditif pada hewan

monogastrik di Eropa (Wodzinski dan Ullah, 1996)

3. Kerja Enzim

3. 1. Kinetika dan Hasil Akhir Degradasi Asam Fitat.

Page 10: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

Asam fitat memiliki sepuluh group fosfat yang dapat dilepaskan oleh fitase

pada kecepatan yang berbeda dan di dalam urutan yang berbeda pula. Wyss. et al.,

(1998) meneliti kinetika pelepasan fosfat dan kinetik dari penggabungan kembali

reaksi lanjutan, baik pada produk akhir dari degradasi asam fitat oleh berbagai macam

enzim fitase. Disimpulkan bahwa hasil penelitian seluruh enzim fitase yang

dihasilkan oleh fungi melepaskan lima dari sepuluh group fosfat, dan produk akhirnya

berupa mio-inositol 2- monofosfat. Keadaan ini menggambarkan bahwa enzim fitase

memiliki stereospesifik jelas dan preferensi yang kuat untuk equatorial group fosfat.

Selanjutnya enzim tersebut sebenarnya tidak dapat memecah axial group fosfat. Pada

beberapa kasus mio-inositol bebas atau mio-inositol 1- monofosfat dapat terdeteksi.

Enzim fitase asal aspergillus fumigatus mampu mendegradasi asam fitat dalam

bentuk mio-inositol 2 – monofosfat dan yang lainnya mio-inositol bifosfat

(stereoisomernya tidak diketahui) dan terakumulasi pada beberapa keadaan. Secara

nyata enzim fitase asal A.niger dan A.terrus pada awalnya menggunakan aktifitas

tinggi dalam menerima pesanan untuk menghasilkan degradasi mio-inositol 2-

monofosfat dan mio-inositol trifosfat yang terakumulasikan selama proses degradasi

jumlahnya sangat banyak.

Apabila fitase asal E.Coli digunakan pada aktifitas pertama tetap tinggi, akan

terjadi penimbunan secara nyata dari mio-inositol tetrakifosfat selama degradasi asam

fitat. Mio-inositol bi dan trifosfat lebih banyak 90% dibandingkan dengan hasil

produk akhir inkubasi selama 90 menit (ekses enzim) dan tidak selalu mio-inositol

monofosfat saja yang terdeteksi. Mio-inositol fosfat dengan kekuatan rendah

kelihatannya kurang sesuai dengan substrat yang biasa digunakan untuk A.niger dan

A.terrus dan lainnya E.coli fitases dibanding dengan asam fitat. Bentuk stereoisomer

dari hasil reaksi intermediate dan jalur degradasi belum banyak diketahui pada enzim

tersebut.

Merupakan suatu kenyataan bahwa hasil akhir dari hidrolisis asam fitat untuk

kebanyakan fitase adalah sama dan tidak merupakan suatu keharusan yang berarti

bahwa jalur degradasi untuk asam fitat adalah sama. 3 – fitase memulai hidrolisis dari

ester fosfat pada posisi D-3 menyumbangkan reaksi kepada D-ins (1,2,4,5,6)P5 seperti

intermediate pertama (Cosgrove, 1980; Greiner. et al. 1997). 6 – fitase memulai

hidrolisis pada L – 6 (atau D-4), hasil produksi yang dihasilkan dan reaksi

intermediate adalah L – Ins (1,2,3,4,5)P5. Alkalin fitase dari Lily Pollen (Scoot dan

Loewua, 1986) hidrolisis asam fitat dimulai pada posisi D-5 pada dua sub-rangkaian

Page 11: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

tahap pelepasan fosfor untuk menghasilkan hasil produksi Ins(1,2,3)P3 (Barrientos. et

al., 1994). Inositol trifosfat selalu dihasilkan dari hidrolisis asam fitat oleh fitase yang

berasal dari typha latifolia pollen (Hara. et al., 1985). Multiple inositol polyphosphate

phosphatase (MIPP) yang dihasilkan oleh hati tikus mengkatalisis inositol

heksakifosfat dengan tidak spesifik terhadap partikel group fosfat . Akan tetapi,

MIPP ini menghidrolisis Ins (1,3,4,5,6)P5 lewat Ins (1,4,5,6) untuk menjadi

Ins(1,4,5)P3 oleh aktifitas consecutive 3- dan 6-fitase (Craxton .et al., 1997). Secara

detil karakteristik dari fitase asal protozoa paramecium Feund. et al, (1982)

menyatakan bahwa enzim merombak asam fitat dengan langkah defosforilasi lewat

D/L-Ins(1,2,3,4,5)P5, D/L-Ins (1,2,3,4)P4 dan Ins (1,2,3)P3 dan yang terakhir adalah

D/L-Ins(1,2)P2. Ternyata bahwa D/L-Ins (1,2,3,4)P4 membersihkan Ins(1,2,3)P3.

Rendahnya nilai konversi inositol trifosfat menjadi inositol bifosfat mengambarkan

bahwa Ins(1,2,3)P3 adalah merupakan produk antara. Powar dan Jagannathan (1982),

menyatakan bahwa mio-inositol monofosfat (posisi fosfat tidak diketahui) adalah

merupakan produk akhir dari enzim fitase asal B.Subtilis. Kinetika reaksi

intermediate dan jalur degradasi dari degradasi asam fitat pada fitase asal bacillus,

hampir sama dengan fitase lainnya dan merupakan enzim 3-fitase. Equatorial group

fosfat memiliki kekuatan yang sangat spesifik pada bagian axial fosfat seperti

kebanyakan fitase lainnya. Keadaan ini mengambarkan bahwa hanya fosfat group

equatorial dari cincin inositol yang dapat dikatalisasi oleh enzim.

3. 2. Mekanisme Reaksi.

Fitase adalah merupakan heterologous group dari enzim, memiliki

kemampuan untuk menghidrolisis ester fosfat dan optimal pada pH rendah. Urutan

dari fitase dari prokaryotes dan eukaryotes, bersama-sama terdapat pada dua bagian

dari rangkaian yang sama, semuanya melindungi residu histidin (di dalam darah) (Van

Etten. et al.,1991). Berdasarkan kesepakatan para ahli pola dari kedua bagian yang

dilaporkan oleh SWISS-PROT berdasarkan data dasar memiliki pola ([LIVM]-X(2)-

[LIVMA]-X(2)-[LIVM]-X-R-H-[GN]-X-R-X-[PAS] dan [LIVMF]-X-[LIVMFFAG]-

X-(2)-[STAGI]-H-D-[STANQ]-X-[LIVM]-X(2)-[LIVMFY]-X-(2)-[STA]. Rantai

gen yang berbaris dari pho3 dan pho5 diproduksi oleh yeast, prostatic manusia dan

lymosol asam fosfat, dan Phy A dan Phy B dari A. niger NRRL 3151 tampak

melindungi heptapeptida dari RHGXRXP dekat terminal N (disamakan dengan pola

yang telah ada). Asam fosfatase atau fitase mengandung tangan aktif yang

Page 12: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

merupakan group histidin asam fosfatase. Semua tangan aktif ini seluruhnya

dilindungi didalam fitase asal fungi dan selalu ada didalam fitase asal coli. Rantai

aligment dari fungi dan fitase E. Coli tampak dilindungi oleh motif HD dekat terminal

C (mengikuti kesepakatan terdahulu). Data dasar protein dapat diketahui dari motif

rantai RHG dan HD di dalam urutan nomor asam fosfatase. Secara umum, terdapat

dua kelas asam fosfatase yang dapat diidentifikasikan di dalam massa molekul.

Molekul dengan berat molekul rendah merupakan bentuk yang paling rendah dari

kedua motif. Molekul dengan berat molekul tinggi yang dibagi ke dalam dua subklas.

Yang pertama adalah menghambat salah satu motif RHG atau motif HD, yang kedua

adalah menghambat kedua-duanya (Ullah dan Dischinger, 1995). Fitase model ini

dikatakan sebagai fitase sub-famili dari berat molekul tinggi histidin asam fosfatase

(Mitchell.et al .,1997).

Ullah dan rekan kerjanya menggunakan residu asam amino spesifik yang

merupakan reagent hasil modifikasi untuk menyelidiki tangan aktif pada fitase asal

fungi (Ullah. et al., 1991; Ullah dan Dischinger, 1992). Mereka menyimpulkan

bahwa tampak secara nyata bahwa perputaran dari residu histidin dan arginin sangat

penting untuk aktifitas fitase. Ullah dan Dischinger (1995) menyatakan bahwa

kebanyakan residu triptofan seringkali meningkat di dalam fosfohidrolitik memecah

ikatan asam fitat.

Kesimpulan Ullah dan rekan kerjanya menyatakan bahwa terdapat hubungan

dengan penelitian tempat mutagenesis secara langsung pada fitase asal E.Coli

(Ostanin. et al., 1992; Ostanin dan Van Etten, 1993). Kesimpulan mendasar dari

penelitian ini adalah dengan mengikuti dua tahap mekanisme reaksi histidin asam

fosfatase yang memiliki berat molekul tinggi: Perintah positif dari Guainido group

dari residu arginin di dalam tripeptida : RHG berinteraksi secara langsung dengan

fosfat group yang terdapat di dalam substrat, membuat nukleofilik rentan terhadap

pemecahan, walaupun cadangan residu histidine dalam bentuk nukleofil di dalam

bentuk ikatan kovalent intermediat fosfohistidin ; residu asam aspatik (Dari terminal

C motif HD) membentuk proton group meninggalkan substrat. Residu Histidin di

dalam motif HD memiliki perputaran yang rentan di dalam aktifitas enzim.

Seharusnya eksistensi dari motif di dalam fitase asal fungi dan di dalam fitase asal E.

Coli, dianjurkan mekanisme reaksinya menyerupai karakteristik dari anggota fitase

sub-famili pada histidin asam fosfatase.

Page 13: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

K E S I M P U L A N

1. Enzim fitase hanya bisa memecah ikatan fitat pada fosfat group equatorial dari

cincin mio-inositol.

2. Hasil akhir hidrolisis asam fitat untuk kebanyakan fitase adalah sama dan tidak

berarti bahwa jalur degradasinya harus sama.

DAFTAR PUSTAKA Barrientos, L., Scott, J. J. and Murty, P. P. (1994) Specificity of hydrolysis of phytic

acid by alkaline phytase from lily pollen. Plant Physiol. 106, 1489 – 1495.

Billington, D. C. (1993) The Inositol Phosphatase. Chemical Synthesis and Biological Significance. Verlag Chemie, Weinheim.

Cheryan, M (1980) Phytic acid interaction in food systems. CRC crit. Rev. Food Sci.Nutr. 13, 297-335.

Conrad, B., Savchenko, R.S., Breves, R. and Hofeweister, J. (1996) A T7 promoter-specific, inducible protein expression system for Bacillus subtilis. Mol. Gen. Genet. 250, 230-236.

Costello, A. J. R., Glonek, T. and Myers, T.C. (1976) Phosphorus-31 nuclear magnetic resonance – pH titration of hexaphosphate (phytic acid). Carbohydr. Res. 46, 156-171.

Cosgrove, D. J. (1980) Inositol Phosphates: Their Chemistry, Biochemistry and Physiology. Elsevier, New York.

Craxton, A., Caffrey, J J., Burkhart, W., Safrany, S. T. and Shears, S. B. (1997) Moleculer cloning and expression of a rat hepatic multiple inositol polyphosphate phosphatase, Biochem. J. 328, 75-81.

Davies, N. T. (1982) Effects of phytic acid on mineral availability. In Dietary Fiber in Health and Disease. Vahoung, G. V. and Kritchevsky, D., Eds., Plenum Press, New York.

Dvorakova, J., Volfova, O. and Kopecky, J. (1997) Characteriation of phytase produced by Aspergillus niger. Folia Microbiol. 42, 349-352.

Dvorakova, J. (198) Phytase : Sources, Preparation and Exploitation. Folia Microbiol. 43, 323-338.

Hara, A., Manabe, S., Kondo, A. and Funaguma, T. (1985) A new type of phytase from pollen of typha latifolia L. Agric. Biol. Chem. 49, 3539-3544.

Irving, G. C. J. (1980) In Inositol Phosphatas : Their Chemistry, Biochemistry and Physiology. Ed., Cosgrove, D. J. Elsevier, Amsterdam.

Irving, G. C. J. and Cosgrove, D,J, (1971) Inositol phosphate phosphatase of microbial origin. Observations on the nature of the active center of a bacterial (Pseudomonas sp.) phytase. Austral. J. Biol. Sci. 24, 1559-1564.

Page 14: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

Johnson, L. and Tate , M. (1969) the structure of myo-inositol pentaphosphates. Ann. A. N. Acad. Sci. 165, 526-535.

Laumen, K. and Ghisalba, O. (1994). Preparative scale chemo-enzymatic synthesis of optically pure D-myo-inositol 1-phosphate. Biosci. Biotech. Biochem. 58, 2046-2049.

Liu, B. L., Raviq, A., Tzeng, Y.M. and Rob, A. (1998) The induction and characterization of phytase and beyond. Enzyme Microbiol. Technol. 22, 415-424.

Michell, d. B., Vogel, K., Weimann, B.J., Pasamontes, L. and van Loon, A. P. (1997) The phytase subfamyli of histide acis phosphatases: isolation of two genes for two novel phytases from the fungi Aspergillus terrus and Myceoliophthora thermophila. Microbiology 143, 245-252.

Nielsen, H., Engelbrecht, J., Brunak, S. and von Heijne, G. (1997) Identification of prokaryotic and eukaryotic signal peptides and prediction of their cleavage sites. Protein Eng. 10, 1-6.

Ostanin, K., Harms, E. H., Stevis, P.E., Kuciel, R., Zhou, M. M. van Etten R. L. (1992) Overexpression, site-directed mutagenesis, and mechanism of Escherichia coli acid phosphates. J. Biol. Chem. 267, 22830-22836.

Pallauf, J. and Rimbach, G. (1996) Nutritional significance of phytic acid and phytase, Arch. Anim. Nutr. 50, 301-319.

Powar, V. K. and Jagannathan, V. (1982) Purification and properties of phytate-specific phosphatase from Bacillus subtilis. J. Bacteriol. 151, 1102-1108.

Reddy, N. R., Pierson, M.D., Sathe, S. K. and Salunkhe, D. K. (1989) Phytates is cereals and legumes. CRC Press, Inc., Boca Raton, Fla.

Richardson, N. L., Higgs, D. A., Beames, R. M. and McBride, J. R. (1995) Influence of dietary calcium, phosphorus, zinc and sodium phytate level on cataract incidence, growth and histophatology in juvenile Chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha). J. Nutr. 115, 553-567.

Scoot, J. J. and Loewus, F. A. (1986) A calcium activated phytase from pollen of Lilium longiflorum. Plant Physiol. 82, 333-335.

Scoot, J. J. (1991) Alkaline phytase activity in nonionic detergent extracts of legume seeds. Plant Physiol. 95, 1298-1301. 65.

Shieh, T. R. and Ware, J. H. (1968) Survey of microorganisms for the production of extracelluler phytase. Appl. Microbiol. 16, 1348-1351.

Simell, M., Turunen, M.., Piironen, J. and Vaara, T. Feed and food applications of phytase. Lecture at 3 rd Meet. Industrial Applications of Enzymes, Barcelona, Spain. 1989.

Ullah, A. H. J. (1988a) Aspergillus ficuum phytase: partial primary structure, substrate selectivity, and kinetic characterization. Prep.Biochem. 18, 459-471.

Ullah, A. H. J., Cummins, B. J., Dischinger, H. C. Jr. (1991) Cyclohexanedione modification of arginine at the active site of Aspergillus ficuum phytase. Biochem. Biophys. Res. Commun. 178, 45-53. 66

Page 15: ENZIM FITASE DAN PERANANNYA DALAM MEMECAH · PDF filemenginvestigasi substrat enzim dalam proses metabolisme, ... Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan

Ullah, A. H.J. and Dischinger, H. C. Jr. (1995) Aspergillus ficuum phytase active site: involvement of Arg and Trp residues. Ann. N.Y. Acad. Sci. 750, 51-57

Van Etten, R. L., Davidson, R., Srevies, P. E., MacArthur, H. and Moore, D. L. (1991) Covalent structure, disulfide bonding, and identification of reactive surface and active site residues of humen prostatic acid phosphatase. J. Biol. Chem. 266, 2313-2319.

William, P. J. and Taylor, T. G. (1985) A comparative study of phytate hydrolysis in the gastrointestinal track of the golden hamster (Mesocricetus auratus) and the laboratory rat. Br. J. Nutr. 54, 429-435.

Wodinski, R. J. and Ullah, A. H. J. (1996). Phytase. Adv. Appl. Microbiol. 42, 263-302.

Wyss, M., Pasamontes. L., Remy, R., Kohler, J., Kusznir, E., Gadient, M., Muller, F. and van Loon, A. P. G. M. (1998) Comparison of the thermostability properties of three acid phosphatase from molds: Aspergillus fumigatus phytase, A. niger phytase, and A. niger pH 2,5 acid phosphatase. Appl. Environ. Microbiol. 64, 4446-4451.