enzim
-
Upload
enung-warsita-dahlan -
Category
Documents
-
view
48 -
download
0
description
Transcript of enzim
Enzim merupakan salah satu komponen alami yang terdapat pada sayur maupun buah
yang mana didalamnya tersusun atas beberapa gugus polipeptida ( protein ). Gugus
polipeptida atau protein berfungsi sebagai katalisator atau senyawa yang mempercepat reaksi
kimia tanpa ikut bereaksi. Enzim bekerja pada suatu reaksi dengan cara menempel pada
permukaan molekul zat- zat yang akan bereaksi dan dengan demikian keberadaannya akan
mempercepat reaksi yang terjadi. Percepatan akan terjadi karena enzim menurunkan energy
pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Pada sebagian
enzim akan bekerja secara khas berganting pada reaksi dimana enzim tersebut berada. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan struktur kimia tiap enzim- enzim yang
bersifat tetap.
Kerja dari suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah substrat,
suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Suhu dan pH yang terlalu ekstrim ( diluar kondisi
optimum), enzim akan mengalami perubahan bentuk karena denaturasi. Hal tersebut akan
menyebabkan enzim kehilangan fungsinya.
Reaksi pencokelatan dapat dialami oleh buah-buahan dan sayur-sayuran yang tidak
berwarna. Reaksi ini disebut reaksi pencokelatan karena menyebabkan warna makanan
berubah menjadi cokelat. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya reaksi
pencokelatan, salah satunya adalah keberadaan enzim. Reaksi pencokelatan ini dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu reaksi pencokelatan enzimatis dan reaksi pencokelatan
non-enzimatis.
Reaksi pencokelatan enzimatis adalah proses kimia yang terjadi pada sayuran dan
buah-buahan oleh enzim polifenol oksidase yang menghasilkan pigmen warna cokelat
(melanin). Proses pencokelatan enzimatis memerlukan enzim polifenol oksidase dan oksigen
untuk berhubungan dengan substrat tersebut. Enzim-enzim yang dikenal yaitu fenol oksidase,
polifenol oksidase, fenolase/polifenolase, enzim-enzim ini bekerja secara spesifik untuk
substrat tertentu (Winarno, 1995). Reaksi ini dapat terjadi bila jaringan tanaman terpotong,
terkupas, dan karena kerusakan secara mekanis. Reaksi ini banyak terjadi pada buah-buahan
atau sayuran yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik seperti catechin dan
turunannya yaitu tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin.
Reaksi pencokelatan enzimatis pada bahan pangan ini memiliki dua macam dampak
yaitu dampak yang menguntungkan dan juga dampak yang merugikan. Dampak yang
menguntungkan misalnya saja pada teh hitam, teh oolong dan teh hijau. Reaksi pencokelatan
enzimatis bertanggung jawab pada warna dan flavor yang terbentuk.(Fennema, 1996). Begitu
juga yang terjadi pada produk pangan lain seperti misalnya kopi. Polifenol oksidase juga
bertanggung jawab pada karakteristik warna cokelat keemasan pada buah-buahan yang telah
dikeringkan seperti kismis, buah prem, dan buah ara.
Reaksi pencokelatan enzimatis ini juga memiliki kerugian yaitu hilangnya nilai gizi
pada produk pangan dan dapat merusak flavor dari bahan pangan itu sendiri. Dalam industri
pangan perlu dilakukan langkah-langkah untuk meminimalisasi adanya penurunan mutu
produk yaitu dengan mengendalikan reaksi pencokelatan enzimatis. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan yakni blansir, pendinginan, pembekuan, mengubah pH, dehidrasi, iradiasi,
HPP (High Pressure Processing), penambahan inhibitor, ultrafiltrasi, dan juga ultrasonikasi.
Selain dengan cara- cara tersebut, dapat dicegah pula terjadinya pencokelatan
enzimatis pada perlakuan- perlakuan bahan sebelum pengolahan. Pada praktikum kali ini,
akan dilakukan beberapa cara pencegahan sampel sayur dan buah sebelum sampel tersebut
diolah. Praktikum yang akan dilakukan meliputi pencegahan pencokelatan enzimatis dengan
mengurangi kontak dengan peralatan besi serta tembaga, mengurangi kontak dengan oksigen
dan menon- aktifkan kerja enzim polifenol oksidase. Sampel yang digunakan pada pengujian
ini adalah kentang, salak, pisang dan terong.
Pada praktikum pencegahan pencokelatan enzmatis dengan mengurangi kontak dengan
peralatan besi serta tembaga. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencuci sampel
( salak, terung dan kentang) dengan menggunakan air bersih. Setelah dicuci, pisahkan bagian
kulit dari buah atau sayur kemudian iris dengan menggunakan pisau stainless steel dan pisau
besi. Ditunggu selama 15 menit lalu amati dan bandingkan warnanya. Larutan
gula dan larutan garam merupakan salah satu larutan yang mampu membentuk lapisan
pelindung bagi jaringan sayur atau buah yang telah mengalami kerusakan seperti sayur dan
buah yang telah dipotong atau diiris. Selain itu , larutan gula dapat menurunkan pH
lingkungan sehingga enzim PPO ini menjadi inaktif. Semakin tinggi konsistensi pemanis
dalam suatu larutan menyebabkan pH menurun, hal ini disebabkan karena gula mempunyai
sifat coolingeffect (Winarno, 1997).
Berdasarkan data tabel 2, didapatkan bahwa sampel yang direndam dalam akuades
memiliki intensitas warna cokelat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol ( sampel
yang diletakkan pada mangkok kosong ). Padahal seharusnya warna cokelat kontrol lebih
pekat dibandingkan dengan sampel yang direndam air karena akuades menghambat
terjadinya interaksi langsung antara jaringan sampel yang rusak dengan oksigen dari
lingkungan. Pada sampel yang direndam dengan larutan gula dan garam, interaksi antara
oksigen dengan permukaan sampel yang luka telah terbatasi secara sempurna. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perendaman sayur dan buah kedalam larutan gula dan garam lebih efektif
menghambat pencokelatan enzimatis karena oksigen dibandingkan dengan perendaman
menggunakan air.
Pada praktikum pencegahan pencokelatan enzimatis dengan cara menon-
aktifkan enzim polifenol oksidase pada sayur dan buah, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menyediakan empat mangkok yang tiga diantaranya berisi larutan berupa
larutan asam sitrat 2%, larutan Na- bisulfit 2% dan asam askorbat 2%. Sedangkan mangkok
yang tersisa dibiarkan kosong untuk kontrol sampel. Sampel yang telah dicuci, dikupas dan
diiris kemudian diblansing ( blansing rebus selama 3 menit untuk sampel sayur dan blansing
kukus selama 2 menit untuk sampel buah- buahan ). Setelah itu, sampel dimasukkan kedalam
air es selama 3 menit untuk mempertahankan warna sampel. Rendam sampel kedalam
masing- masing mangkok lalu tunggu selama 15 menit. Amati warna dan tekstur yang
terbentuk lalu bandingkan dengan kontrolnya. Pada praktikum ini, asam askorbat berfungsi
sebagai senyawa pereduksi kuat yang bersifat asam di alam, membentuk garam netral dengan
basa, dan memiliki kelarutan air yang tinggi (Martin, 1994). Asam askorbat dan garam-garam
netral serta turunannya merupakan antioksidan yang digunakan pada buah-buahan dan
sayuran dan juga pada jus buah untuk pencokelatan dan reaksi oksidatif lainnya. Asam
askorbat bertindak sebagai antioksidan karena oksigen akan mengoksidasi askorbat bukan
senyawa fenolik sehingga dapat menghambat atau menurunkan selama terjadinya reaksi
pencokelatan enzimatis.
Asam sitrat merupakan senyawa intermediet dari asam organik yang berbentuk kristal
atau serbuk putih. Asam sitrat memiliki sifat mudah larut dalam air, spiritus, dan ethanol,
tidak berbau, rasanya sangat asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang
selanjutnya terbakar sampai menjadi arang. Asam sitrat merupakan agen pengkelat yang
dapat menghambat terjadinya pencokelatan karena dapat mengkompleks ion tembaga yang
dalam hal ini berperan sebagai katalis dalam reaksi pencokelatan. Selain itu, asam sitrat juga
dapat menghambat pencokelatan dengan cara menurunkan pH sehingga enzim PPO menjadi
inaktif (Winarno, 1997).
Penambahan larutan Na- bisulfit sebagai senyawa antibrowning bekerja dengan cara
membentuk ikatan disufida dengan enzim PPO sehingga menghambat pengikatan dengan
oksigen. Selain itu sulfit juga dapat bereaksi dengan quinone yang dihasilkan dari oksidasi
senyawa fenolik sehingga menghambat polimerisasi quinon membentuk pigmen melanin
(cokelat). Adanya Na- bisulfit pada sayur dan buah akan menyebabkan sayur dan buah
tampak lebih segar, cerah dan lambat dalam mengalami pencokelatan (Margono, 1993).
Berdasarkan tabel 3, didapatkan bahwa enzim polifenol oksidase pada sampel salak
dan pisang mampu dihambat dengan baik pada perlakuan blansing dan larutan Na- bisulfit.
Namun metode blansing akan memperburuk tekstur salak dan pisang yang berubah menjadi
lunak. Sedangkan pada sampel kentang dan terong, enzim polifenol oksidase dapat dihambat
dengan menggunakan penambahan larutan Na- bisulfit tanpa merusak teksturnya. Oleh
karenanya, metode penghambatan terbaik untuk keempat sampel adalah dengan
menggunakan pelarut Na- bisulfit.