Ensiklopedia Fiqih Haji dan Umrah Edisi Revisi · Ensiklopedia Fiqih Haji dan Umrah Edisi Revisi...
Transcript of Ensiklopedia Fiqih Haji dan Umrah Edisi Revisi · Ensiklopedia Fiqih Haji dan Umrah Edisi Revisi...
Kata Sambutan
i
ii
ENSIKLOPEDIA FIQIH HAJI & UMRAH
Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014tentang Hak Cipta
(1). Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
(4). Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah).
Ensiklopedia
Fiqih Haji & Umrah
Penerbit PT Elex Media Komputindo
GUS ARIFIN
Referensi Lengkap Seputar Ibadah di Tanah Suci
Ensiklopedia Fiqih Haji & Umrah Referensi Lengkap Seputar Ibadah di Tanah Suci
GUS ARIFINArt: Achmad Subandi Kareem
© 2014, PT Elex Media Komputindo, JakartaHak cipta dilindungi undang undang
Diterbitkan pertama kali olehPenerbit PT Elex Media Komputindo
Kompas - Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 2018
Referensi Islam
71810103ISBN: 978-602-04-7687-2
Cetakan ke-1: Januari 2014Cetakan ke-2 (Edisi Revisi): Juli 2018
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit, kecuali kutipan kecil dengan menyebutkan
sumbernya dengan layak.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab percetakan.
v
Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih .............................................................. vii
Kata Sambutan: Menteri Agama Republik Indonesia (Suryadharma Ali) ................................................................... ix
Kata Sambutan: Dari Asosiasi dan Praktisi Penyelenggara Haji Khusus dan Umrah (H. Muhammad Hasan) ...................xi
Kata Pengantar: Haji dan Umrah yang Mabrur dan Menye nangkan Moh. Mahfud MD .................................xv
A .............................................................................................. 1B ............................................................................................39C ............................................................................................ 81D ........................................................................................... 117E .......................................................................................... 138F ...........................................................................................141G .......................................................................................... 158H .......................................................................................... 165I ...........................................................................................221J ..........................................................................................282K .......................................................................................... 325L ..........................................................................................342M ..........................................................................................345N ......................................................................................... 399O .......................................................................................... 410P .......................................................................................... 412
1
A
EN
SIK
LO
PE
DIA
FIQ
IH H
AJI
& U
MR
AH
2
EnsiklopEdia Fiqih haji & Umrah
adzân (ذان (الآAdzân menurut bahasa adalah pemberi tahuan, per makluman,
menyeru atau memanggil, seperti dalam irman Allâh :
وىأىذىان منى ه وىرىسوله إلى الناس…. “Dan (inilah) suatu seruan dari Allâh dan Rasûl-Nya kepada umat
manusia …” (QS. At-Taubah [9]: 3).
ميق تنى من كل فىج عى امر يى لىى كل ضى الا وىعى توكى رجى وىأىذن ف الناس بلىج يىDan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, nis-
caya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus [i] yang datang dari segenap pen-
juru yang jauh. (QS Al-Hajj [22]: 27).
([i] Unta yang kurus menggambarkan jauh dan sulitnya jalan yang ditempuh oleh jemaah haji.)
Iqâmah (إقامة = mendirikan) adalah seruan dari muadzdzin ke
pada jemaah shalât agar segera bangkit berdiri mendirikan
shalât. Ia memiliki lafadz yang sama dengan lafadz adzân di
tambah kalimat (قد قامت الصاة).
Sebelum melaksanakan shalât berjemaah disunahkan untuk
adzân (الذان) dan iqâmah (القامة). Orang yang menyerukan
adzân disebut muadzdzin (الؤذن).
hukum adzân
Menurut ijma’ ulama bahwa adzân disyariatkan (masyrû’) un
tuk shalât lima waktu, tetapi tidak wajib.
3
A
لييؤىذن لىكم ة فيى رىت الصلى ضى ن مىالك بن الوىيرث قىالى قىالى رىسول ه إذىا حى عىدكم أىحى
Dari Mâlik bin AlHuwairits berkata, Rasûlullâh bersabda:
“Jika shalât telah tiba, maka hendaklah salah seorang dari ka
lian mengumandangkan adzân untuk kalian.” (Sahîh Bukhârî
no. 631 dan Muslim no.674)–dari hadis yang panjang– sahîh.
Empat imam madzhab sepakat bahwa tidak perlu adzân dan
iqâmah untuk shalât fardu kifayah (misal, shalât jenazah), tapi
cukup mengucapkan:
كم ه يت ييىرحى اىلصلىة عىلىى المىAshshalâtu ‘alal mayyiti yarhamukumullâh
Mari shalât atas mayit, semoga Allâh memberi rahmat kepada
Anda semua.
Juga dalam shalât dua Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha), dua
shalât gerhana dan shalât Istisqâ’, tetapi cukup menguman
dangkan:
امعىة« “اىلصلىة جىAsh-Shalâtu jâmi’ah
Mari kita shalât berjemaah.
Dalam Kitab Hâsyiyah Qalyubi juz 1 hal. 125
ة اعى ه ما تشرىع فيه اجىمى ييو كتوبىة دونى النافلىة وىييقىال ف العيد وىنى ان للمى وىإنىا يشرىعىن ف يخى امعىة لوروده ف الىديث الشى لىة جى رىاويح الصى الكسوف وىاإستسقىاء وىالتيى كى
الكسوف وىييقىاس به نىوه.
4
ENSIKLOPEDIA FIQIH HAJI & UMRAH
“Sesungguhnya adzân dan iqâmah itu disyariatkan untuk shalât
maktubah (wajib), dan tidak wajib untuk shalât sunah. Adapun
untuk shalât Id dan yang serupa dengannya dari shalât sunah
yang dilakukan dengan berjemaah, seperti shalât Kusûf, Istisqâ,
Tarâwîh cukup dibacakan ‘Ash-Shalâtu jâmi’ah’, sebagaimana
tertulis dalam hadis Bukhârî Muslim tentang shalât Kusûf (shalât
karena ada gerhana); adapun shalât sunah yang lain diqiyaskan
kepadanya.”
Hadis:
رى مىرة يي ليت مىعى اىلنب r العيدىين، غى ا قىالى: }صى همى ني رىة رىضيى اىه عى ابر بن سى وىعىن جىوىلى مىرتيىن، بغىي أىذىان وىلى إقىامىة { رىوىاه مسلم-887
Dari Jâbir bin Samurah ia berkata, “Aku pernah shalât Hari
Raya bersama Rasûlullâh , tidak sekali dua kali, tanpa adzân
maupun iqâmah.” (Sahîh Muslim no. 887).
Dan tidak ada perbedaan pendapat dalam hal masyrû’ (disya
riatkannya) adzân setelah imam/khâtib naik ke mimbar. (Al-
Mughnî Al- Mukharraq, 2/245).
Adzân dua kali akan kita jumpai selama di Mekah ataupun
di Madinah, yaitu sebelum shalât Jumat dan sebelum shalât
Shubuh.
Adzân dua kali di hari Jumat adalah itba’ (mengikuti) ‘Utsmân
bin Afân , dan bukan bid’ah yang buruk (bid’ah dhalalah),
karena memiliki landasan dalil:
انى أىوله حنى ومى اجمعىة كى قول إن الىذىانى ييى عت السائبى بنى يىزيدى ييى ن الزهري قىالى سى عىرى رىضيى هد رىسول ه وىأىب بىكر وىعمى بى ف عى لىى المني ومى اجمعىة عى يىلس اإمىام ييى
5
A
ومى ان ييى ثيروا أىمىرى عثمى نه وىكى فانى رىضيى اه عى انى بن عى فىة عثمى انى ف خلى لىما كى ا فيى همى ني اه عىلىى ذىلكى بىتى الىمر عى ثيى لىى الزورىاء فيى اجمعىة بلىذىان الثالث فىأذنى به عى
Diriwayatkan dari Zuhry, “Saya mendengar Saib bin Yazîd ber-
kata:” “Sesungguhya adzân hari Jumat itu awalnya ketika imam
telah duduk di atas mimbar, ini terjadi pada zaman Rasûlullâh,
Abû Bakar, dan Umar. Ketika zaman Khalifah Utsmân, mereka
memperbanyaknya atas perintah Utsmân bin Afân, bahwa di hari Jumat dilaksanakan adzân ketiga, kemudian dilaksanakan
adzân di Zaurâ’, ketetapan itu berlaku sampai sekarang.” (HR.
Bukhârî).
Adzân untuk orang yang akan pergi hajiDi dalam kitab I’ânatut Thâlibîn 1/268:
ديث افر، لورود حى لفى امسى ا خى ن الىذىان وىاإقىامىة أىيضا افر( أىي وىيسى لفى امسى وله: وىخى )قيىفىرى مىعصيىة. إعانة بىغي أىن مىىل ذىلكى مىا مى يىكن سى ني ول: وىييى حيح فيه. قىالى ع ش: أىقي صى
الطالبن الول-268Kalimat ‘menjelang bepergian bagi musair’ maksudnya adalah disunahkan adzân dan iqâmah bagi seorang yang hendak beper-
gian berdasarkan hadis sahîh Abû Ya’lâ dalam Musnadnya. Abi
Syaibah berkata: “Sebaiknya tempat adzân yang dimaksud itu
dikerjakan selama bepergian dan (perginya itu) tidak untuk ber-
maksiat.” (I’ânatut Thâlibîn 1/268).
Juga ada keterangan dari kitab tersebut:
6
ENSIKLOPEDIA FIQIH HAJI & UMRAH
ى بىكى لى الشامى فيى رى حنى دىخى رى مىرة لعمى يي عدى النب )ص( غى د بيى ييؤىذن بلىل لىحى )فائدة( مىرى. ييؤىذن لعمى ، وى مى : إنه أىذنى لىب بىكر إلى أىن مىاتى ديداا. وىقيلى اءا شى الناس بكى
Sahabat Bilâl tidak pernah mengumandangkan adzân untuk
seseorang setelah wafatnya Nabi Muhammad kecuali sekali,
yaitu ketika Umar bin Khaththâb berkunjung ke negeri Syâm.
Saat itu orang-orang menangis terharu sejadi-jadinya.
Riwayat lain menceritakan bahwa: “Bilâl mengumandangkan
adzân pada waktu wafatnya Abû Bakar Ash-Shiddîq dan
tidak mengumandangkan adzân pada waktu wafatnya Umar
bin Khaththâb .” (I'ânatut Thâlibîn 1/267)
Doa sesudah Adzân
Selesai adzân dikumandangkan, baik muadzdzin mau pun yang
mendengarnya disunahkan membaca doa berikut:
لىةى لىةى وىالفىضيي يدنى مىمداا الوىسيي ة آت سى ذه الدعوىة التامة وىالصلىة القىائمى اىللهم رىب هىدتىه انكى لى تلف ا مىموداا الذى وىعى عىثه مىقىما عىةى وىابي ةى العىاليىةى الرفيي وىالشرىفى والدرىجى
عىاد. اميي“Wahai Tuhanku, Tuhan yang mempunyai seruan yang sempur-
na ini dan Tuhan yang kepada-Nya shalât ini segera didirikan,
berikanlah kepada Nabi Muhammad perantaraan (wasilah),
keutamaan, kemuliaan, dan pangkat (derajat) yang terpuji yang
telah Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau tidak pernah me-
nyalahi janji.” (Sahîh Bukhârî dan Ashâbus Sunan).
Referensi
5
55
Agus Ariin dan biasa dipanggil Gus Ariin, ber asal dari Jawa Timur tepatnya di desa
Perning, Kecamat an Jetis, Mojokerto, dan lahir pada 11 Agustus 1969. Lahir dan di-besarkan di daerah Basis Nahdlatul Ulama (NU). Gus Ariin yang asli Jatim menikah dengan gadis asal Banten, E. Sundus Wahi-dah.
Alhamdulillah, beliau sudah dikaruniai 5 orang putra yaitu: Alvin Gus Abdurrahman
Wahid, Audi Gus Imaduddin Jalil, Azka Gus Shalahuddin Khalil, Akmal Gus Aliyuddin Haidz, dan Aif Gus Musthafa Khatami.
Menempuh pendidikan formal di Madrasah Ibti daiyah (1981), Madrasah Tsanawiyah (1984), SMA (1987), Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya—Teknik Kimia (1992).
Dan selama masa kuliah di Surabaya (1987–1992), beliau ngaji ke
beberapa orang Kyai di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Tulung Agung, dengan cara “Nyantri Kalong” atau hanya datang/belajar di pondok kalau waktu malam saja.
Guru-Guru beliau antara lain: Kyai Abdul Djalil Mustaqim (almagh
furlah)—Pondok PETA Tulung Agung, Kyai Ahmad (Cak Mad) Sido-
sermo Wonokromo, KH. A. Thoyyib (Abah Thoyyib—almaghfurlah)
Lebani Gresik dan juga Kyai Najmuddin—Perning Jetis Mojokerto (yang tidak lain adalah Pakde beliau).
Selama masa kuliah dan “nyantri” itulah, be liau aktif di HMI dan pernah memimpin HMI (Himpunan Mahasiswa Islam—Koordinator 10 November ITS Surabaya, 1991–1992).
Tentang Penulis