enggarikur-323-1-enggari-8

82
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6 TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh: ENGGARI KURNIA NINGRUM NIM: B10 018 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

description

Anak

Transcript of enggarikur-323-1-enggari-8

  • TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6

    TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN

    ARANG BOYOLALI

    TAHUN 2013

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

    Pendidikan Diploma III Kebidanan

    Disusun oleh:

    ENGGARI KURNIA NINGRUM

    NIM: B10 018

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2013

  • TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6

    TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN

    ARANG BOYOLALI

    TAHUN 2013

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

    Pendidikan Diploma III Kebidanan

    Disusun oleh:

    ENGGARI KURNIA NINGRUM

    NIM: B10 018

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2013

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah

    TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6

    TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN

    ARANG BOYOLALI

    TAHUN 2013

    Diajukan Oleh:

    ENGGARI KURNIA NINGRUM

    NIM B10 018

    Telah diperiksa dan disetujui

    Pada tanggal 16 Mei 2013

    Pembimbing

    (DHENY ROHMATIKA, S.SiT)

    NIK. 200582015

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6

    TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN

    ARANG BOYOLALI

    TAHUN 2013

    Karya Tulis Ilmiah

    Disusun Oleh:

    ENGGARI KURNIA NINGRUM

    NIM B10 018

    Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

    Ujian Akhir Program D III Kebidanan

    Pada Tanggal 18 Juli 2013

    PENGUJI I PENGUJI II

    (HUTARI PUJI ASTUTI, S.SiT., M.Kes) (DHENY ROHMATIKA, S.SiT)

    NIK. 200580012 NIK. 200582015

    Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

    untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

    Mengetahui,

    Ka. Prodi DIII Kebidanan

    (DHENY ROHMATIKA, S.SiT)

    NIK. 200582015

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Hari Ke 1-6

    Tentang Senam Nifas Di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2013. Karya

    Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai

    salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

    pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

    itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

    Surakarta.

    2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan Kusuma

    Husada Surakarta dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu

    untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

    3. dr. Endang Widayati, selaku Direktur RSUD Pandan Arang Boyolali, yang

    telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.

    4. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada

    Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

    5. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

    menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

  • v

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,

    oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.

    Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

    Surakarta, 15 Mei 2013

    Penulis

  • vi

    Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Karya Tulis Ilmiah, Mei 2013

    Enggari Kurnia Ningrum

    B10 018

    TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS HARI KE 1-6

    TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD PANDAN

    ARANG BOYOLALI TAHUN 2013

    xvi + 63 halaman + 23 lampiran + 5 tabel + 14 gambar

    ABSTRAK

    Latar belakang: Senam nifas ini mempunyai manfaat yang berarti bagi ibu

    setelah melahirkan. Sebagian ibu sangat mengharapkan dapat mengembalikan

    penampilannya seperti semula. Senam ini berguna untuk mengembalikan kondisi

    kesehatan dan memperbaiki regangan otot-otot setelah kehamilan. Berdasarkan

    studi pendahuluan di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tanggal 5 November

    2012 terhadap 8 ibu nifas tentang senam nifas didapatkan hasil bahwa tingkat

    pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyoali masih

    kurang.

    Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang

    senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali.

    Metode penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Lokasi

    penelitian di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tanggal 11 Maret 1 April

    2013. Populasi dalam penelitian ini adalah 160 ibu nifas hari ke 1-6. Jumlah

    sampel yang diambil sebanyak 40 ibu nifas hari ke 1-6, dengan teknik

    pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Alat pengumpul data

    yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan

    reliabilitasnya, sedangkan untuk analisa data dilakukan dengan komputerisasi

    menggunakan program SPSS.

    Hasil penelitian: Dari pengolahan data didapatkan hasil penelitian menunjukkan

    pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas adalah baik sebanyak 8

    responden (20%), cukup sebanyak 26 responden(65%), dan kurang sebanyak 6

    responden (15%).

    Kesimpulan: Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

    pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang

    Boyolali sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 26 responden

    (65%) dari 40 responden. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh umur dan

    informasi.

    Kata kunci : Pengetahuan, Nifas, Senam Nifas

    Kepustakaan : 21 literatur (2006 s/d 2012)

  • vii

    MOTTO

    Mungkin hasil yang paling berharga dalam pendidikan adalah kemampuan

    kita untuk mengajarkan hal-hal yang harus kita kerjakan, tidak peduli kita

    suka atau tidak pekerjaan tersebut (Thomas Henry Hexluy).

    Jika kamu mengalami kegagalan janganlah berputus asa, tetapi gunakanlah

    pengalaman tersebut untuk menyalakan api semangat juangmu (Gufron Naba).

    Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles).

    Keberhasilan tidak datang secara tiba-tiba, tetapi karena usaha dan kerja keras.

    Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas

    kelengahan kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula.

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Dengan segala kerendahan hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan

    untuk:

    Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis

    dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan,

    kasih sayang dan perhatiannya kepadaku.

    Nenekku tercinta dan keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan

    semangatnya kepadaku.

    Sahabat-sahabatku tercinta Dyah, Riski, dan Inang yang selalu memberikan

    dukungan dan semangat bahwa aku bisa melewati segala sesuatu dengan baik

    dan tepat pada waktunya.

    Teman-teman STIKes Kusuma Husada Surakarta angkatan 2010 yang telah

    bersama-sama merasakan suka duka dalam meraih impian dan cita-cita.

    Almamater tercinta Program Studi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada

    Surakarta.

  • ix

    CURICULUM VITAE

    Nama : Enggari Kurnia Ningrum

    Tempat/tanggal lahir : Sukoharjo, 2 Agustus 1991

    Agama : Islam

    Jenis kelamin : Perempuan

    Alamat : Perum Kopassus RT 4 / RW 3 Wirogunan Kartasura

    Riwayat pendidikan :

    1. SD Negeri Pucangan IV Kartasura LULUS Tahun 2003

    2. SMP Negeri 3 Kartasura LULUS Tahun 2006

    3. SMA Negeri 2 Sukoharjo LULUS Tahun 2009

    4. Program Satu Tahun Bina Sarana Informatika

    Solo Jurusan Akuntansi Komputer LULUS Tahun 2010

    5. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada

    Surakarta Angkatan Tahun 2010

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL. i

    HALAMAN PERSETUJUAN.. ii

    HALAMAN PENGESAHAN... iii

    KATA PENGANTAR... iv

    ABSTRAK. vi

    MOTTO.. vii

    PERSEMBAHAN............................. viii

    CURICULUM VITAE.. ix

    DAFTAR ISI.. x

    DAFTAR TABEL.. xiii

    DAFTAR GAMBAR. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN. xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang...... 1

    B. Perumusan Masalah... 3

    C. Tujuan Penelitian.................. 3

    D. Manfaat Penelitian............ 4

    E. Keaslian Penelitian............ 5

    F. Sistematika Penulisan........... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori.... 8

    1. Pengetahuan. 8

    a. Pengertian pengetahuan.. 8

    b. Tingkat pengetahuan.. 8

    c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 10

    d. Cara memperoleh pengetahuan.. 12

    e. Kriteria tingkat pengetahuan.. 15

  • xi

    2. Nifas. 15

    a. Pengertian... 15

    b. Tahapan masa nifas 16

    c. Kunjungan masa nifas 16

    d. Perubahan fisiologis masa nifas. 18

    e. Perubahan psikologis pada masa nifas... 23

    f. Kebutuhan dasar ibu masa nifas. 24

    3. Senam nifas.. 27

    a. Pengertian... 27

    b. Tujuan senam nifas. 28

    c. Manfaat senam nifas... 29

    d. Macam-macam senam nifas... 29

    B. Kerangka Teori.. 42

    C. Kerangka Konsep.................. 43

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian. 44

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian................. 44

    C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel. 45

    D. Instrumen Penelitian.. 47

    E. Teknik Pengumpulan Data............ 50

    F. Variabel Penelitian. 51

    G. Definisi Operasional.. 51

    H. Metode Pengolahan dan Analisis Data.. 52

    I. Etika Penelitian.. 55

    J. Jadwal Kegiatan. 56

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.. 57

    B. Hasil Penelitian.. 57

    C. Pembahasan 58

    D. Keterbatasan.. 60

  • xii

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan. 62

    B. Saran... 62

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2,1 Kunjungan masa nifas........ 17

    Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner...... 48

    Tabel 3.2 Definisi operasional penelitian... 52

    Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi..... 57

    Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Hari Ke 1-6 Tentang

    Senam Nifas Di RSUD Pandan Arang Boyolali 58

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Senam kaki..... 30

    Gambar 2.2 Senam tranversus 32

    Gambar 2.3 Senam mengangkat panggul.. 34

    Gambar 2.4 Senam stabilitas batang tubuh.... 35

    Gambar 2.5 Senam stabilitas batang tubuh-menaikkan lutut.... 36

    Gambar 2.6 Abduksi paha dalam posisi miring. 36

    Gambar 2.7 Memutar lutut ke arah luar sambil mempertahankan tetap

    diam... 37

    Gambar 2.8 Mengencangkan satu kaki sambil mempertahankan

    panggul dan punggung diam.. 38

    Gambar 2.9 Posisi miring yang nyaman 39

    Gambar 2.10 Berbaring telungkup dengan bantal di bawah pinggang 39

    Gambar 2.11 Posisi penyokongan ketika batuk, pada pasca-seksio

    sesaria. 40

    Gambar 2.12 Dua senam yang tidak boleh dilakukan. 41

    Gambar 2.13 Kerangka teori.... 42

    Gambar 2.14 Kerangka konsep 43

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Jadwal Penyusunan KTI

    Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan Kepada Kesbangpol

    Lampiran 3 Surat Ijin Studi Pendahuluan Kepada RSUD Pandan Arang

    Boyolali

    Lampiran 4 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Dari Kesbangpol

    Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Dari RSUD Pandan Arang

    Boyolali

    Lampiran 6 Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Kepada RSUD Sukoharjo

    Lampiran 7 Surat Balasan Ijin Uji Validitas dan Reliabiltas Dari Bappeda

    Lampiran 8 Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Dari RSUD Sukoharjo

    Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada RSUD Pandan Arang

    Boyolali

    Lampiran 10 Surat Balasan Ijin Penelitian Dari RSUD Pandan Arang Boyolali

    Lampiran 11 Surat Permohonan Responden

    Lampiran 12 Lembar Persetujuan Responden

    Lampiran 13 Kuesioner Penelitian

    Lampiran 14 Kunci Jawanan Kuesioner Penelitian

    Lampiran 15 Tabulasi Data Validitas dan Reliabilitas

    Lampiran 16 Hasil Uji Validitas

    Lampiran 17 Hasil Uji Reliabilitas

    Lampiran 18 Tabulasi Data Hasil Penelitian

  • xvi

    Lampiran 19 Perhitungan Mean dan Standar Deviasi

    Lampiran 20 Perhitungan Skor Prosentase

    Lampiran 21 Tabel nilai r Product Moment

    Lampiran 22 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah

    Lampiran 23 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang

    terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Laporan Survei

    Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir memperkirakan Angka

    Kematian Ibu adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007.

    Bahkan WHO, UNICEF, UNFPA dan World Bank memperkirakan angka

    kematian ibu yang lebih tinggi, yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup

    (Prasetyawati, 2012 : 3). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia

    sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan.

    Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%)

    dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah Kurang

    Energi Kronik (KEK) pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan

    (40%) (Prasetyawati, 2012 : 21).

    Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

    alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

    berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara

    keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, 2010 : 1). Selama

    masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan,

    baik secara fisik maupun psikologis. Sebenarnya sebagian besar bersifat

    fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan

  • 2

    kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis

    (Sulistyawati, 2009 : 1).

    Pada umumnya, wanita yang setelah melahirkan seringkali mengeluh

    tentang bentuk tubuhnya yang bertambah lebar yang diakibatkan oleh

    membesarnya otot rahim karena pembesaran sel maupun pembesaran

    ukurannya selama hamil. Selain itu, otot perut juga menjadi memanjang sesuai

    dengan pertumbuhan kehamilan. Setelah melahirkan, otot-otot tersebut akan

    mengendur. Dan ketika proses melahirkan kondisi tubuh menjadi kurang

    prima akibat kelelahan, letih, tegang, dan peredaran darah serta pernapasan

    juga belum kembali normal (Widianti dan Proverawati, 2010 : 1).

    Oleh karena itu, untuk mengembalikan pada kondisi semula maka

    diperlukan suatu senam yang dikenal dengan nama senam nifas. Senam nifas

    memberikan latihan gerak secepat mungkin agar otot-otot yang mengalami

    pengendoran selama kehamilan dan persalinan kembali normal, seperti

    sebelum hamil sehingga terhindar dari segala perasaan yang kurang nyaman

    (Widianti dan Proverawati, 2010 : 1).

    Senam nifas ini mempunyai manfaat yang berarti bagi ibu setelah

    melahirkan. Sebagian ibu sangat mengharapkan dapat mengembalikan

    penampilannya seperti semula. Senam ini berguna untuk mengembalikan

    kondisi kesehatan dan memperbaiki regangan otot-otot setelah kehamilan

    (Widianti dan Proverawati, 2010 : 1).

    Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Pandan Arang Boyolali yang

    dilaksanakan pada tanggal 5 November 2012 didapatkan data jumlah ibu nifas

  • 3

    pada bulan Januari-September tahun 2012 terdapat sebanyak 1442 ibu nifas.

    Setelah penulis melakukan wawancara terhadap 8 ibu nifas tentang senam

    nifas didapatkan hasil bahwa 3 ibu nifas (37,5%) cukup mengetahui tentang

    senam nifas sedangkan 5 ibu nifas (62,5%) lainnya kurang mengetahui tentang

    senam nifas. Dari data yang diperoleh oleh peneliti, didapatkan tingkat

    pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang

    Boyolali masih kurang.

    Berdasarkan latar belakang di atas dan masih kurangnya pengetahuan ibu

    nifas tentang senam nifas serta perlunya peningkatan pemahaman ibu nifas

    tentang pentingnya senam nifas, maka penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas hari ke 1-6 Tentang

    Senam Nifas.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6

    tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam

    nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam

    nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tingkat baik.

  • 4

    b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam

    nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tingkat cukup.

    c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam

    nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tingkat kurang.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Ilmu Pengetahuan

    Dapat dijadikan bahan masukan untuk menambah teori atau ilmu

    pengetahuan dibidang kesehatan khususnya tentang senam nifas.

    2. Bagi Penulis

    Penelitian ini untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam bangku

    kuliah dan memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian.

    3. Bagi Insttitusi

    a. RSUD Pandan Arang Boyolali

    Memberi data bagi lembaga pendidikan mengenai aspek tingkat

    pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas sekaligus

    sebagai bahan masukan pentingnya senam nifas bagi ibu nifas.

    b. Pendidikan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam

    memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca secara

    keseluruhan dan penelitian selanjutnya.

  • 5

    E. Keaslian Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis mengambil keaslian dari:

    Novita Restiana Dewi (2011), dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas

    Tentang Senam Nifas Di BPS Supadmi Irianto Bulu Sukoharjo. Penelitian ini

    menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan menggunakan metode

    penelitian yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam

    penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di BPS Supadmi Irianto Bulu

    Sukoharjo pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011 yang berjumlah

    30 ibu nifas. Analisis data dengan analisis univariat, teknik sampling dengan

    total sampling, instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian

    ini didapatkan tingkat pengetahuan responden dalam kategori baik (40,0%),

    kategori cukup (50,0%) dan dalam kategori kurang (10,0%). Kesimpulan

    dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas

    tentang senam nifas di BPS Supadmi Irianto Bulu Sukoharjo dalam kategori

    cukup dengan prosentasi paling banyak.

    Persamaan keaslian dengan penelitian ini adalah jenis penelitiannya yaitu

    deskriptif kuantitatif dan analisa data dengan univariat, sedangkan perbedaan

    keaslian dengan penelitian ini adalah pada judul, lokasi, waktu, populasi,

    sampel dan teknik pengambilan sampel.

  • 6

    F. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah, terdiri dari 5

    (lima) Bab dengan sistematika sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian

    dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam bab ini menjelaskan tentang teori-teori dari masalah yang

    akan diteliti meliputi pengetahuan yang terdiri dari pengertian,

    tingkat pengetahuan, faktor-faktor yang mempengaruhi

    pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, kriteria pengetahuan.

    Nifas terdiri dari pengertian, tahapan masa nifas, kunjungan masa

    nifas perubahan fisiologis pada masa nifas, perubahan psikologis

    pada masa nifas, kebutuhan dasar ibu masa nifas. Senam nifas

    terdiri dari pengertian, tujuan senam nifas, manfaat senam nifas,

    macam-macam senam nifas. Dalam bab ini juga menjalaskan

    tentang kerangka teori dan kerangka konsep.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Dalam bab ini berisikan tentang jenis dan rancangan penelitian,

    lokasi penelitian, populasi dan sampel, alat penelitian, metode

    pengambilan data, jalannya pengolahan data dan analisa data.

  • 7

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian,

    hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. TINJAUAN TEORI

    1. Pengetahuan

    a. Pengertian

    Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

    pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

    rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

    mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 : 143).

    Pengetahuan juga merupakan sesuatu yang tertinggal dari hasil

    pengindraan manusia terhadap dunia luar. Selain itu, pengetahuan

    merupakan deskripsi arsip informasi konsep dan kenyataan tentang

    alam semesta, baik yang ada dalam memori perseorangan maupun

    tertulis (Mahmud, 2011 : 15).

    b. Tingkat Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2007 : 144-146), pengetahuan atau kognitif

    merupakan domain penting bagi terbentuknya perilaku seseorang.

    Pengetahuan yang mencakup domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

    yakni:

    1) Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah

  • 9

    mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

    seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

    Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

    paling rendah.

    2) Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

    secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

    menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

    telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

    terhadap objek yang dipelajari.

    3) Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

    Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

    hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

    konteks atau situasi yang lain.

    4) Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

    suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

    suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

    sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

  • 10

    kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),

    membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

    5) Sintesis (synthesis)

    Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

    atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

    keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

    kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

    formulasi yang ada.

    6) Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

    sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

    c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    Menurut Dewi dan Wawan (2010 : 16-18), yang dikutip dari

    Notoatmodjo (2003) dan Nursalam (2003), faktor-faktor yang

    mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

    1) Faktor internal

    a) Pendidikan

    Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

    terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

    tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

    kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

  • 11

    Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Pada

    umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

    menerima informasi.

    b) Pekerjaan

    Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

    untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

    Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

    merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

    dan banyak tantangan.

    c) Umur

    Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

    sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

    kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

    berfikir dan bekerja.

    2) Faktor eksternal

    a) Faktor lingkungan

    Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar

    manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

    perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

    b) Sosial budaya

    Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

    mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

  • 12

    d. Cara memperoleh pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2010 : 10-19), cara memperoleh kebenaran

    pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

    1) Cara memperoleh kebenaran nonilmiah

    a) Cara coba salah (Trial and Error)

    Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

    kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

    kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan

    yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah

    sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error

    (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba).

    b) Secara kebetulan

    Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

    disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh

    adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun 1926.

    c) Cara kekuasaan atau otoritas

    Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

    pemimpin masyarakat baik formal atau informal, para pemuka

    agama, pemegang pemerintah, dan sebagainya. Dengan kata

    lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada

    pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau

    kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

    agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

  • 13

    d) Berdasarkan pengalaman pribadi

    Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

    memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

    mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

    memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

    e) Cara akal sehat (common sense)

    Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

    menemukan teori atau kebenaran. Misalnya cara menghukum

    anak dengan dijewer telinganya atau dicubit sampai sekarang

    berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman

    adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik)

    bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman

    merupakakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk

    mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

    f) Kebenaran melalui wahyu

    Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

    diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini

    harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama

    yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut

    rasional atau tidak.

    g) Kebenaran secara intuitif

    Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

    melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses

  • 14

    penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui

    intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak

    menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.

    Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi

    atau suara hati atau bisikan hati saja.

    h) Melalui jalan pikiran

    Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

    berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

    mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

    pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

    kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

    pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

    i) Induksi

    Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

    pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat

    umum. Karena proses berpikir induksi itu beranjak dari hasil

    pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat

    dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret

    kepada hal-hal yang abstrak.

    j) Deduksi

    Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

    pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM)

    mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara

  • 15

    yang disebut silogisme. Silogisme ini merupakan suatu

    bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat

    mencapai kesimpulan yang lebih baik.

    2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

    Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

    dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut

    metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi

    penelitian (research methodology).

    e. Kriteria tingkat pengetahuan

    Menurut Riwidikdo (2010 : 17), pengetahuan seseorang dapat

    diketahui dalam 3 (tiga) kriteria, yaitu:

    1) Baik: Bila nilai (x) > mean + 1 SD

    2) Cukup: Bila nilai mean 1 SD x mean +1 SD

    3) Kurang: Bila nilai (x) < mean 1 SD

    2. Nifas

    a. Pengertian

    Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

    plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali

    organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6

    minggu (Saleha, 2009 : 4). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

    plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

    keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

    minggu (Ambarwati, 2010 : 1).

  • 16

    b. Tahapan masa nifas

    Menurut Wulandari dan Handayani (2011 : 3), nifas dibagi dalam 3

    periode yaitu:

    1) Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan

    berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama Islam dianggap telah

    bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

    2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

    genital yang lamanya 6-8 minggu.

    3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

    sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

    mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa

    berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau tahunan.

    c. Kunjungan masa nifas

    Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai

    status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan

    menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan dalam masa

    nifas antara lain:

  • 17

    Table 2.1 Kunjungan Masa Nifas

    Kunjungan Waktu Asuhan

    I 6-8 jam post

    partum

    1) Mencegah perdarahan masa nifas

    karena atonia uteri

    2) Mendeteksi dan merawat penyebab

    lain perdarahan, rujuk bila

    perdarahan berlanjut

    3) Memberi konseling pada ibu dan

    keluarga cara mencegah perdarahan

    masa nifas karena atonia uteri

    4) Pemberian ASI awal

    5) Mengajarkan cara mempererat

    hubungan antara ibu dan bayi baru

    lahir

    6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

    mencegah hipotermia

    7) Setelah bidan melakukan pertolongan

    persalinan, maka bidan harus

    menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam

    pertama setelah kelahiran atau

    sampai keadaan ibu dan bayi dalam

    keadaan baik

    II 6 hari post

    partum

    1) Memastikan involusi uterus berjalan

    normal, uterus berkontraksi, fundus

    di bawah umbilikus dan tidak ada

    perdarahan abnormal

    2) Menilai adanya tanda-tanda demam,

    infeksi dan perdarahan

    3) Memastikan ibu mendapat istirahat

    yang cukup

  • 18

    4) Memastikan ibu mendapat makanan

    yang bergizi dan cukup cairan

    5) Memastikan ibu menyusui dengan

    baik dan tidak memperlihatkan tanda-

    tanda penyulit

    6) Memberikan konseling tentan cara

    perawatan bayi baru lahir

    III 2 minggu

    post partum

    Asuhan pada 2 minggu post partum sama

    dengan asuhan yang diberikan pada

    kunjungan 6 hari post partum

    IV 6 minggu

    post partum

    1) Menanyakan penyulit-penyulit yang

    dialami ibu selama masa nifas

    2) Memberi konseling KB secara dini

    Sumber: Marmi (2012 : 13-14)

    d. Perubahan fisiologis masa nifas

    Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa nifas adalah sebagai

    berikut:

    1) Perubahan sistem reproduksi

    a) Involusi uterus

    Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

    dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat

    sekitar 60 gram (Anggraini, 2010 : 31).

  • 19

    b) Lokia

    Menurut Saleha (2009 : 56), lokia adalah sekret yang berasal

    dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Berikut ini

    adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada ibu dalam masa

    nifas:

    (1) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah

    segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks

    caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari

    pascapersalinan. Ini adalah lokia yang keluar selama dua

    sampai tiga hari postpartum.

    (2) Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah

    dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca

    persalinan.

    (3) Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi

    yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk

    serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi

    kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai

    hari ke-14 pascapersalinan.

    (4) Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke-

    14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali

    berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya.

    Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri

    atas leukosit dan sel-sel desidua.

  • 20

    c) Endometrium

    Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis,

    degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada

    hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai

    permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput

    janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada

    pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta

    (Saleha, 2009 : 56).

    d) Serviks

    Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.

    Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh

    pembuluh darah. Konsistensi lunak, kadang terdapat perlukaan

    kecil. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu

    persalinan menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan

    masih bisa masuk ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat

    dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke-6 post partum serviks

    menutup (Wulandari dan Handayani, 2011 : 101-102).

    e) Vulva, vagina dan perineum

    Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

    sangat besar selama proses melahirkan bayi. Setelah 3 minggu

    vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan

    rugae dalam vagina berangsur-angsur muncul kembali.

    Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat

  • 21

    perineum mengalami robekan. Pada hari ke-5 post partum,

    perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya

    sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum

    melahirkan (Marmi, 2012 : 90-91).

    2) Perubahan sistem pencernaan

    Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah melahirkan yang

    disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan

    mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,

    pengeluaran cairan berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya

    asupan cairan dan makanan serta kurangnya aktifitas tubuh

    (Sulistyawati, 2009 : 78).

    3) Perubahan sistem perkemihan

    Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan

    terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian

    ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis

    selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan

    dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta

    dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan

    mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan

    diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo

    6 minggu (Anggraini, 2010 : 42).

  • 22

    4) Perubahan sistem muskuloskeletal

    Ligamen-ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang

    sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali

    seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur,

    sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat

    genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan

    tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali

    secara perlahan-lahan (Saleha, 2009 : 59).

    5) Perubahan pada sistem endokrin

    Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL

    (Human Placental Lactogen), estrogen dan progesteron secara

    berangsur-angsur turun dan normal kembali setelah 7 hari post

    partum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari post

    partum. HPL tidak terdapat dalam plasma (Bahiyatun, 2009 : 61).

    6) Perubahan sistem kardiovaskular

    Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung

    sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan.

    Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama post partum dan

    akan kembali normal pada akhir minggu ke tiga post partum

    (Bahiyatun, 2009 : 61-62).

    7) Perubahan sistem hematologi

    Peningkatan sel darah putih pada awal masa nifas barsamaan

    dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan

  • 23

    volume sel darah merah. Pada 2-3 hari post partum , konsentrasi

    hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan darah

    pada saat persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml (200-500 ml

    hilang pada saat persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu

    pertama post partum, dan 500 ml hilang pada saat masa nifas

    (Bahiyatun, 2009 : 62).

    8) Perubahan tanda vital

    Tekanan darah harus dalam keadaan stabil. Suhu turun secara

    perlahan, dan stabil pada 24 jam post partum. Nadi menjadi normal

    setelah persalinan (Bahiyatun, 2009 : 62).

    e. Perubahan psikologis pada masa nifas

    Menurut Anggraini (2010 : 80-81), yang dikutip dari Rubin dalam

    Varney (2007), perubahan psikologis ibu pada masa nifas dibagi dalam

    3 periode, yaitu:

    1) Taking in (1-2 hari post partum)

    Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada

    dirinya, tubuhnya sendiri. Mengulang-ulang menceritakan

    pengalaman proses bersalin yang dialami. Wanita yang baru

    melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala

    kurang tidur dengan gejala lelah, cepat tersinggung, yang

    bercampur dengan proses pemulihan.

  • 24

    2) Taking hold (2-4 hari post partum)

    Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan

    khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya.

    Wanita post partum ini berpusat pada kemampuannya dalam

    mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai

    kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan

    menyusui, memberi minum, mengganti popok. Wanita pada masa

    ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya dan cepat tersinggung.

    3) Letting go

    Pada masa ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS. Ibu

    mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus

    menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi, begitu juga adanya

    grefing karena dirasakan sebagai mengurangi interaksi sosial

    tertentu. Depresi post partum sering terjadi pada masa ini.

    f. Kebutuhan dasar ibu masa nifas

    Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas,

    maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein,

    membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya. Kebutuhan-

    kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain:

    1) Nutrisi dan cairan

    Nitrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup

    kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ

    tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan

  • 25

    2.200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan

    wanita dewasa +700 kalori pada 6 bulan pertama kemudian +500

    kalori pada bulan selanjutnya. Selain nutrisi, yang tidak kalah

    penting untuk ibu nifas adalah cairan (air minum). Fungsi cairan

    sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh.

    Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi.

    Minum sedikitnya 3 liter setiap hari dan anjurkan ibu untuk minum

    setiap kali menyusui (Marmi, 2012 : 135-137).

    2) Ambulasi dini

    Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

    membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

    membimbingnya untuk berjalan (Sulistyawati, 2009 : 100).

    Mobilisasi perlu dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan akibat

    tersumbatnya pembuluh darah ibu. Pada persalinan normal,

    biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi atau pergi ke kamar

    mandi dengan dibantu, 1 atau 2 jam setelah melahirkan. Pasien

    section caesarea biasanya mulai ambulasi 24-36 jam sesudah

    melahirkan (Marmi, 2012 : 137-138).

    3) Eliminasi

    Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang

    air kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka

    dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, seperti

    infeksi. Dan dalam 24 jam pertama pasien sudah harus dapat buang

  • 26

    air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka

    akan semakin sulit bagi ibu untuk buang air besar secara lancar

    (Sulistyawati, 2009 : 101).

    4) Kebersihan diri

    Beberapa langkah penting pada perawatan kebersihan diri ibu post

    partum menurut Sulistyawati (2009 : 102), antara lain:

    (a) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan

    alergi pada kulit bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau

    debu dapat menyebabkan kulit bayi mengalami alergi melalui

    sentuhan kulit ibu dengan bayi.

    (b) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan

    bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih

    dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan

    daerah anus.

    (c) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau

    minimal 2 kali dalam sehari.

    (d) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai

    membersihkan daerah kemaluannya.

    (e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh

    daerah luka.

    5) Istirahat

    Hal-hal yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan istirahat

    dan tidur adalah menganjurkan ibu supaya istirahat cukup untuk

  • 27

    mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali

    pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur

    siang atau beristirahat selama bayi tidur. Kurang istirahat akan

    mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi

    jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri

    dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan deprsi dan

    ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

    (Ambarwati, 2010 : 107-108).

    6) Seksual

    Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu

    darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua

    jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri (Sulistyawati, 2009 : 102).

    7) Latihan/Senam nifas

    Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah

    persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam

    nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi

    tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis

    (Marmi, 2012 : 148).

    3. Senam Nifas

    a. Pengertian

    Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu

    setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali, dimana

    fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk

  • 28

    mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi,

    memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah

    kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul,

    dan perut (Widianti dan Proverawati, 2010 : 2-3).

    b. Tujuan senam nifas

    Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan menurut

    Wulandari dan Handayani (2011 : 134-135), adalah:

    1) Mengurangi rasa sakit pada otot-otot

    2) Memperbaiki peredaran darah

    3) Mengencangkan otot-otot perut dan perineum

    4) Melancarkan pengeluaran lokhea

    5) Mempercapat involusi

    6) Menghindari kelainan, misalnya emboli, thrombosis dan lain-lain

    7) Untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan

    meningkatkan otot-otot punggung, pelvis dan abdomen

    8) Kegel exercise: untuk membantu penyembuhan luka perineum

    9) Meredakan hemoroid dan varikositas vulva

    10) Meningkatkan pengendalian atas urine

    11) Membangkitkan kembali pengendalian atas otot-otot spinkter

    12) Memperbaiki respon seksual

  • 29

    c. Manfaat senam nifas

    Menurut Wulandari dan Handayani (2011 : 135), manfaat senam nifas

    antara lain:

    1) Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah

    2) Senam nifas membantu memperbaiki sikap tubuh dan punggung

    setelah melahirkan

    3) Memperbaiki tonus otot

    4) Memperbaiki pelvis dan peregangan otot abdomen

    5) Memperbaiki juga memperkuat otot panggul

    6) Membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan

    d. Macam-macam senam nifas

    1) Senam pascanatal setelah persalinan normal

    a) Senam sirkulasi

    Senam ini harus dilakukan sesering mungkin setelah

    persalinan. Senam ini bertujuan untuk mempertahankan

    dan/atau meningkatkan sirkulasi ibu pada masa pascapartus

    segera ketika ibu mungkin berisiko mengalami thrombosis

    vena atau komplikasi sirkulasi lain. Senam ini dapat dilakukan

    di tempat tidur beberapa kali setelah bangun tidur dan harus

    dilanjutkan sampai ibu mampu mobilisasi total dan tidak ada

    edema pergelangan kaki (Brayshaw, 2008 : 105).

  • 30

    (1) Senam kaki

    Duduk atau berbaring dengan posisi lutut lurus. Tekuk lalu

    regangkan secara perlahan sedikitnya 12 kali. Pertahankan

    posisi lutut dan paha, putar kedua pergelangan sebesar

    mungkin putarannya, sedikitnya 12 kali untuk satu arah

    (Brayshaw, 2008 : 106).

    Gambar 2.1 Senam kaki

    (2) Mengencangkan kaki

    Duduk atau berbaring dengan kaki lurus. Tarik kedua kaki

    ke atas pada pergelangan kaki dan tekankan bagian

    belakang lutut ke tempat tidur. Tahan posisi ini dalam

    hitungan lima, bernafaslah secara normal, lalu rileks.

    Ulangi gerakan sebanyak 10 kali (Brayshaw, 2008 : 106).

    (3) Napas dalam

    Pernapasan diafragma membantu mengembalikan aliran

    vena melalui kerja pemompaan diafragma pada vena kava

    inferior dan harus diulangi beberapa kali sehari sampai ibu

    dapat mobilisasi. Dalam posisi apapun, tarik nafas dalam

    sebanyak 3 atau 4 kali (tidak lebih) untuk memungkinkan

    ventilasi penuh paru-paru (Brayshaw, 2008 : 105).

  • 31

    b) Senam dasar panggul

    Senam dasar panggul menguatkan otot dasar panggul

    pascapartus, tujuannya mengembalikan fungsi penuhnya

    sesegera mungkin dan membantu mencegah masalah atau

    prolaps urine jangka panjang. Namun, kontraksi dan relaksasi

    otot-otot ini juga membantu meredakan ketidaknyamanan pada

    perineum, rasa ini mungkin timbul akibat persalinan, dan

    tujuan pemulihan dengan meningkatkan sirkulasi lokal dan

    mengurangi edema (Brayshaw, 2008 : 106).

    Menurut Brayshaw (2008 : 107), latihan senam dasar panggul

    dengan cara:

    (1) Mengencangkan anus seperti menahan defekasi, kerutkan

    uretra dan vagina juga seperti menahan berkemih,

    kemudian lepaskan ketiganya. Tahan dengan kuat selama

    mungkin sampai 10 detik, bernapas secara normal. Relaks

    dan istirahat selama tiga detik. Ulangi dengan perlahan

    sebanyak mungkin sampai maksimum 10 kali.

    (2) Ulangi senam dengan mengencangkan dan mengendurkan,

    gerakan lebih cepat sampai 10 kali tanpa menahan

    kontraksi. Jumlah pengulangan akan bertambah secara

    bertahap bila ibu hanya menyanggupi beberapa kali

    melakukan senam ini pada awalnya, namun ibu perlu diberi

    tahu hal ini normal.

  • 32

    c) Senam abdomen

    Selama kehamilan, otot abdomen mengalami peregangan

    mencapai kira-kira dua kali lipat dari panjang semula pada

    akhir minggu masa kehamilan. Seluruh otot abdomen

    memerlukan latihan untuk mencapai panjang dan kekuatan

    semula, namun otot yang terpenting karena perannya dalam

    menjaga kestabilan panggul ialah otot transversus. Latihan

    transversus dapat dimulai kapan pun ibu merasa mampu dan

    harus dilakukan sering sambil ibu melakukan aktivitasnya

    bersama bayi (Brayshaw, 2008 : 108).

    (1) Senam tranversus

    Berbaring dan kedua lutut ditekuk dan kaki datar menapak

    di tempat tidur. Letakkan kedua tangan di abdomen bawah

    di depan paha. Tarik nafas dan pada saat akhir hembuskan,

    kencangkan bagian bawah abdomen di bawah umbilikus

    dan tahan dalam hitungan 10, lanjutkan dengan bernafas

    normal. Ulangi sampai 10 kali (Brayshaw, 2008 : 108).

    Gambar 2.2 Senam tranversus

  • 33

    (2) Senam dasar pangul dan tranversus

    Kerja otot dasar panggul dan transversus akan bertambah

    dengan mengombinasikan kedua latihan tersebut. Aktivitas

    bersama ini terutama bermanfaat pada masa pascanatal,

    khusunya bila gerakan otot dasar panggul sulit dimulai.

    Caranya ibu dapat mengontraksikan transversus terlebih

    dahulu lalu otot dasar panggul atau sebaliknya. Penting

    untuk menggunakan kontraksi kombinasi ini secara

    fungsional selama melakukan aktivitas untuk melindungi

    sendi panggul dan tulang belakang. Seorang ibu baru

    melakukan banyak tugas yang melibatkan gerakan

    mengangkat, misalnya, ketika sedang mengganti popok

    bayi, meletakkan bayi ke tempat tidur, menyusui. Ibu juga

    perlu diingatkan untuk menggunakan otot dasar panggul

    dan transversus sebelum mulai melakukan tugas apa pun

    (Brayshaw, 2008 : 109).

    (3) Mengangkat panggul

    Senam mengangkat panggul dapat dilakukan pada awal

    pascapartum, dan khususnya bermanfaat bila ibu memiliki

    riwayat nyeri punggung postural. Senam ini dilakukan

    dengan cara berbaring telentang dan kedua lutut ditekuk

    dan kaki ditapakkan ke lantai, kencangkan otot-otot

    abdomen, kencangkan juga otot panggul dan tekan sedikit

  • 34

    area belakang lantai. Tahan posisi ini sampai hitungan

    kelima, lalu bernafas dengan irama normal, kemudian

    relaks seperti biasa. Ulangi gerakan ini gerakan ini 5 kali,

    tingkatkan hingga pengulangan mencapai hitungan 10 kali

    atau lebih pada minggu-minggu selanjutnya. Ulangi latihan

    ini dengan lebih berirama (pelvic rocking), untuk

    membantu meredakan kekakuan yang timbul akibat

    pengaruh postural atau nyeri punggung yang mungkin

    timbul setelah persalinan (Brayshaw, 2008 : 109-110).

    Gambar 2.3 Senam mengangkat panggul

    d) Senam stabilitas batang tubuh

    Menurut Brayshaw (2008 111-113), untuk memicu tranversus

    demi menstabilkan panggul sambil menggerakkan tungkai

    bawah, senam berikut mulai dapat dilakukan kira-kira 5-10 hari

    setelah persalinan normal bila tidak ada masalah

    muskuloskelatal panggul.

  • 35

    (1) Dengan posisi duduk dan kaki datar di atas lantai serta

    tangan di atas otot abdomen bawah, tarik otot dasar panggul

    dan tranversus serta naikkan satu lutut sehingga kaki

    beberapa inci di atas lantai. Tahan selama lima detik

    dengan bagian panggul dan tulang belakang tetap pada

    posisinya. Ulangi sebanyak lima kali gerakan untuk setiap

    kaki. Secara bertahap tingkatkan pengulangan, sehinga ibu

    mampu menahan gerakan tersebut di atas, sampai 10 detik

    dan ulangi sebanyak 10 kali.

    Gambar 2.4 Senam stabilitas batang tubuh

    (2) Dengan posisi berbaring miring, tekuk kedua lutut kearah

    atas-depan, tarik otot tranversus dan dasar panggul serta

    angkat lutut atas, dengan cara memutar paha ke arah luar

    sementara tumit saling berdekatan. Tahan selama 5 detik,

    pastikan bahwa posisi panggul dan tulang belakang tidak

    berotasi. Ulangi 5 kali untuk masing-masing kaki. Secara

  • 36

    bertahap tingkatkan penahanan gerakan tersebut sampai 10

    detik dan ulangi sebanyak 10 kali.

    Gambar 2.5 Senam stabilitas batang tubuh-menaikkan lutut

    (3) Dalam posisi berbaring miring dan lutut kaki yang bawah

    ditekuk ke arah belakang, tarik abdomen bagian bawah dan

    naikkan kaki yang atas ke arah atap sejajar dengan tubuh.

    Tahan gerakkan ini selama 5 detik, namun tetap pastikan

    agar posisi punggung dan panggul tidak berotasi. Ulangi

    selama 5 kali pada masing-masing kaki. Secara perlahan

    tingkatkan kemampuan menahan gerakan tersebut sampai

    10 detik dan ulangi gerakan sebanyak 10 kali.

    Gambar 2.6 Abduksi paha dalam posisi miring

    (4) Dengan posisi berbaring telentang, tekuk kedua lutut ke

    atas dan kaki datar di atas lantai. Letakkan tangan di atas

    abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan biarkan

    lutut kanan sedikit ke arah luar dengan sedikit

  • 37

    mengendalikan untuk memastikan bahwa pelvis tetap pada

    posisinya dan punggung tetap datar. Secara perlahan

    kembalikan lutut pada posisi semula yakni posisi tegak

    lurus. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali pada lutut yang lain.

    Secara bertahap tingkatkan gerakan pengulangan tersebut

    sampai sebanyak 10 kali.

    Gambar 2.7 Memutar lutut ke arah luar sambil

    mempertahankan tetap diam

    (5) Dengan posisi berbaring telentang, tekuk kedua lutut ke

    atas dan kaki datar di atas lantai. Letakkan tangan di atas

    abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan secara

    perlahan luruskan tumit salah satu kaki dengan tetap

    mempertahankan punggung datar setinggi panggul.

    Hentikan bila panggul mulai bergerak. Secara perlahan

    kembalikan posisi lutut menekuk. Ulangi gerakan 5 kali

    tiap kali secara bergantian. Secara bertahap tingkatkan

    pengulangan hingga 10 kali.

  • 38

    Gambar 2.8 Mengencangkan satu kaki sambil

    mempertahankan panggul dan punggung tetap diam

    2) Senam pascapartus setelah persalinan dengan bantuan

    Ibu yang baru menjalani persalinan dengan forcep atau ekstraksi

    vakum akan mengalami penjahitan dan kemungkinan memar serta

    edema. Ibu ini akan ragu-ragu melakukan senam, namun harus

    dianjurkan untuk melakukan senam sirkulasi (khususnya bila

    mereka pernah mengalami anestesi epidural) dan senam dasar

    panggul ringan yang akan membantu penyembuhan perineum.

    Senam transversus harus diperkenalkan kapan pun ibu siap.

    Posisi istirahat yang nyaman adalah berbaring miring dengan

    bantal diletakkan di antara kedua kaki (Gambar 2.9) dan posisi

    berbaring telungkup (banyak ibu lupa bahwa ia sudah bisa

    telungkup lagi), dengan satu buah bantal diletakkan di bawah

    pinggang dan lainnya di bawah kepala dan bahu (Gambar 2.10).

    Menyusui akan lebih nyaman dengan posisi miring daripada duduk

    (Brayshaw, 2008 : 114).

  • 39

    Gambar 2.9 Posisi miring yang nyaman

    Gambar 2.10 Berbaring telungkup dengan bantal di bawah

    pinggang

    3) Senam pascanatal dan saran setelah seksio sesaria

    Ibu diajarkan bagaimana naik turun tempat tidur dengan menekuk

    kedua lutut terlebih dahulu, tarik otot abdomennya dan berguling

    ke depan, dengan dorongan tangan dan kaki. Ia akan mampu

    berpindah ke arah atas atau bawah. Ibu tidak diperkenankan

    langsung duduk dari posisi berbaring, namun tetap berguling ke

    samping. Gerakan ini juga cara termudah untuk bangun dari tempat

    tidur-kencangkan bagian transversus dan dorong ke posisi duduk di

    samping tempat tidur. Nafas dalam diikuti dengan huffing

    (ekspirasi paksa singkat), akan membantu mengeluarkan sekresi di

    paru-paru yang mungkin dapat terjadi setelah pemberian anestesi

    umum. Bila ibu perlu batuk, ia harus menekuk lututnya dan

    menahan lukanya dengan tekanan tangan atau bantal, sementara

  • 40

    ibu bersandar atau duduk di tepi tempat tidur (Gambar 2.11). Posisi

    ini mencegah regangan berlebihan pada sutura, meningkatkan rasa

    percaya diri, mengurangi rasa nyeri (Brayshaw, 2008 : 114-115).

    Gambar 2.11 Posisi penyokongan ketika batuk, pada pasca-seksio

    sesaria

    4) Senam pascanatal setelah pesalinan bayi lahir mati atau kematian

    neonatus

    Ibu yang baru mengalami kesedihan karena bayi lahir mati atau

    kematian neonatus, atau mereka yang bayinya menderita sakit

    parah, mungkin dirawat di ruang khusus dan cenderung tidak

    mengikuti senam pascanatal. Dukungan yang khusus perlu

    diberikan agar ibu mau melakukan senam ini serta saran tentang

    aktivitas normalnya sehari-hari. Mereka biasanya cenderung ingin

    mempraktekan dalam sesi tunggal. Sediakan leaflet yang tidak

    menyinggung tentang bayi, misalnya tentang menyusui, mengganti

    popok. Ibu biasanya kembali bekerja lebih awal dari perencanaan

  • 41

    semula dan memerlukan redukasi senam otot dasar panggul dan

    abdomen, khususnya ketika harus melakukan aktivitas fungsional.

    Mereka menginginkan pertemuan tindak lanjut dengan ahli

    fisioterapi setelah beberapa minggu kemudian, karena sangat tidak

    tepat baginya mengikuti kelas pascanatal (Brayshaw, 2008 : 116).

    5) Senam yang harus dihindari

    Dua latihan yang lazim senam abdomen, yaitu menaikkan kedua

    kaki bersamaan dan sit-up dengan kaki lurus. Latihan ini

    merupakan latihan yang berisiko tinggi untuk siapa pun dan

    mungkin dapat mengakibatkan cedera kompresi terhadap diskus

    vertebralis atau kerusakan otot dan ligament. Terdapat risiko

    tambahan bagi ibu pascanatal karena terdapat peregangan otot

    kelenturan ligamen (Brayshaw, 2008 : 119-120).

    Gambar 2.12 Dua senam yang tidak boleh dilakukan

  • 42

    B. Kerangka Teori

    Gambar 2.13 Kerangka Teori

    Sumber: Modifikasi oleh Notoatmodjo (2007), Dewi dan Wawan (2010)

    Tingkat pengetahuan:

    a. Tahu

    b. Memahami

    c. Aplikasi

    d. Analisis

    e. Sintesis

    f. Evaluasi

    Senam nifas:

    a. Pengertian senam

    nifas

    b. Tujuan senam

    nifas

    c. Manfaat senam

    nifas

    d. Macam-macam

    senam nifas Faktor-faktor yang

    mempengaruhi

    pengetahuan:

    a. Pendidikan

    b. Pekerjaan

    c. Umur

    d. Lingkungan

    e. Sosial budaya

    Pengetahuan

    Nifas:

    a. Pengertian nifas

    b. Tahapan masa

    nifas

    c. Kunjungan masa

    nifas

    d. Perubahan

    fisiologis pada

    masa nifas

    e. Perubahan

    psikologis pada

    masa nifas

    f. Kebutuhan dasar

    ibu masa nifas

  • 43

    C. Kerangka Konsep

    Keterangan:

    = Variabel yang diteliti

    = Variabel yang tidak diteliti

    Gambar 2.14 Kerangka Konsep

    Pengetahuan ibu nifas

    hari ke 1-6 tentang

    senam nifas

    Faktor-faktor yang

    mempengaruhi

    pengetahuan:

    a. Pendidikan

    b. Pekerjaan

    c. Umur

    d. Lingkungan

    e. Sosial budaya

    Kurang

    Baik

    Cukup

  • 44

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, jenis penelitian ini

    menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah

    penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal

    lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk

    laporan penelitian (Arikunto, 2010 : 3). Kuantitatif adalah data yang berbentuk

    angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2007 : 23).

    Penelitian ini mendeskripsikan tentang tingkat pengetahuan ibu nifas hari

    ke 1-6 tentang senam nifas.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    1. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian adalah rencana tentang tempat yang akan digunakan oleh

    peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2011 : 23).

    Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RSUD Pandan Arang Boyolali.

    2. Waktu penelitian

    Waktu penelitian adalah rencana tentang waktu yang akan dilakukan oleh

    peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2011 : 23).

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 1 April 2013.

  • 45

    C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

    (Notoatmodjo, 2010 : 115). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah seluruh ibu nifas hari ke 1-6 di RSUD Pandan Arang Boyolali

    dalam kurun waktu Januari-September 2012 yang berjumlah 1442.

    Populasi rata-rata ibu nifas hari ke 1-6 setiap bulannya berjumlah 160 ibu

    nifas.

    2. Sampel

    Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

    jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011 : 68).

    Besarnya sampel yang harus diambil, apabila subjek penelitian kurang dari

    100 lebih baik diambil semua, sehinga penelitiannya merupakan penelitian

    populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya lebih dari 100 bisa 10%-15% atau

    20%-25% atau lebih (Arikunto, 2006 : 134). Karena jumlah populasi

    dalam penelitian ini sebanyak 160 ibu nifas, maka penelitian mengambil

    sampel 25% yaitu sebanyak 40 ibu nifas.

    3. Teknik pengambilan sampel

    Teknik pengambilan sampel adalah proses seleksi sampel yang digunakan

    dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

    mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2011 : 81).

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

    Non Random Sampling dengan metode Accidental Sampling. Pengambilan

  • 46

    sampel secara accidental sampling ini dilakukan dengan mengambil kasus

    atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai

    dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010 : 125).

    Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka

    sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi

    maupun ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu

    dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.

    Sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak

    dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010 : 130). Dalam

    pengambilan sampel ini peneliti menetapkan beberapa kriteria, antara lain:

    a. Kriteria inklusi

    1) Ibu nifas hari ke 1-6 yang ada di RSUD Pandan Arang Boyolali

    2) Ibu nifas hari ke 1-6 yang mempunyai resiko thromboplebitis,

    mempunyai riwayat nyeri punggung dan varises

    3) Ibu nifas hari ke 1-6 yang bersedia menjadi responden

    b. Kriteria ekslusi

    1) Ibu nifas yang kurang dari 1 hari atau lebih dari 6 hari yang ada di

    RSUD Pandan Arang Boyolali

    2) Ibu nifas hari ke 1-6 yang mengalami oedema pergelangan kaki,

    mempunyai riwayat penyakit jantung dan paru-paru.

    3) Ibu nifas hari ke 1-6 yang tidak bersedia menjadi responden

  • 47

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

    mengumpulkan data. Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data

    penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau

    pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, di mana

    responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda

    tertentu (Notoadmodjo, 2010 : 152).

    Dalam penelitian ini, kuesioner yang akan digunakan untuk mengetahui

    pengetahuan ibu adalah kuesioner tertutup atau berstruktur dengan jawaban

    benar dan salah di mana kuesioner tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga

    responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah

    ada (Hidayat, 2011 : 98). Skala pengukuran yang digunakan dalam

    pengukuran ini adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan

    konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari

    pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan

    salah (Hidayat, 2011 : 103). Kuisioner dalam penelitian ini terdapat 2

    pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Jika jawaban benar dengan

    pernyataan positif (favorable) dan jawaban salah jika pernyataan negatif

    (unfavorable) mendapat nilai 1. Jika jawaban yang salah dengan pernyataan

    positif (favorable) dan jawaban benar dengan pernyataan negatif

    (unfavorable) mendapat nilai 0. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi

    tanda centang () pada jawaban yang dianggap benar. Dalam instrumen ini

    terdapat 25 pernyataan.

  • 48

    Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner

    Variabel

    penelitian

    Indikator Nomor

    pernyataan

    favorable

    Nomor

    pernyataan

    unfavorable

    Jumlah

    soal

    Tingkat

    pengetahuan ibu

    nifas hari ke 1-6

    tentang senam

    nifas

    1. Pengertian senam nifas

    2. Tujuan senam nifas

    3. Manfaat senam nifas

    4. Macam-macam senam

    nifas

    1,3,4,5,6

    7,9,10

    11,13

    14,15,16,17,

    18,20,22,24

    Jumlah

    2

    8

    12

    19,21,23,25

    6

    4

    3

    12

    25

    Untuk mengetahui kuesioner dalam penelitian ini berkualitas, terlebih

    dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Instrumen penelitian ini telah

    diuji validitas dan reliabilitas di RSUD Sukoharjo kepada 30 ibu nifas,

    kemudian diolah dan dianalisa dengan bantuan program SPSS (Statistical

    Product and Service Solution).

    1. Uji validitas

    Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

    mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010 : 164). Suatu instrumen

    penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

    atau dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat

    (Arikunto, 2010 : 211).

    Untuk mengukur instrumen yang telah dibuat, digunakan rumus pearson

    product moment. Pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel

    dimana nilai rtabel untuk n=30 dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,361

    (Riwidikdo, 2012 : 155-156).

  • 49

    Rumus Pearson Product Moment adalah:

    Keterangan:

    rxy : Koefisien korelasi setiap item dengan skor total

    N : Jumlah responden

    X : Skor pernyataan

    Y : Skor total

    XY : Skor pernyataan dikalikan skor total

    Dari uji validitas yang telah dilakukan di RSUD Sukoharjo terhadap 30

    responden dan jumlah kuesioner 30 soal diperoleh 25 pernyataan valid dan

    5 pernyataan tidak valid yaitu nomor 1, 9, 21, 22, 26. Dan kemudian soal

    yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian.

    2. Uji reliabilitas

    Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur

    dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh

    mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila

    dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,

    dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010 : 168).

    Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Alpha

    Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for windows. Angket

    ( ) ( ) }Y - Y {N }X X {YX. - XY . N

    222 2 SSS-S

    SSS=

    Nrxy

  • 50

    atau kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7

    (Riwidikdo, 2010 : 155).

    Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

    S-

    -=

    2

    2

    11

    t

    ii

    s

    s

    k

    kr

    Keterangan:

    ri : Reliabilitas instrumen

    k : Banyaknya butir peryataan

    : Jumlah varian butir 2

    ts : Varian total

    Dari hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan di RSUD Sukoharjo

    didapatkan hasil nilai Alpha Chronbach 0,773 > 0,7 sehingga instrument

    penelitian ini dikatakan reliabel.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar

    penyataan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket kepada ibu

    nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali, kemudian menjelaskan tentang cara

    pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner sampai dengan selesai

    dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti.

  • 51

    Data berdasarkan cara memperolehnya menurut Riwidikdo (2012 : 12),

    terdiri dari:

    1. Data primer

    Data primer adalah secara langsung diambil dari objek penelitian oleh

    peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer dalam penelitian ini

    diperoleh dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian

    kuesioner oleh responden tentang senam nifas.

    2. Data sekunder

    Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara langsung dari

    objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari

    RSUD Pandan Arang Boyolali yang dapat menunjang pelaksanaan

    penelitian ini, berupa jumlah ibu nifas dalam kurun waktu Januari-

    September 2012 yang berjumlah 1442 ibu nifas, serta data karakteristik

    responden menurut umur dan pendidikan.

    F. Variabel Penelitian

    Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

    yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

    pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010 : 103). Variabel dalam penelitian ini

    menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6

    tentang senam nifas.

    G. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

    berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk

  • 52

    melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

    fenomena (Hidayat, 2011 : 87).

    Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian

    Variabel Definisi

    operasional

    Skala Alat ukur Kategori

    Tingkat

    pengetahuan

    ibu nifas hari

    ke 1-6 tentang

    senam nifas

    Segala sesuatu

    yang diketahui

    ibu nifas tentang

    pengertian,

    tujuan, manfaat,

    macam-macam

    senam nifas

    Ordinal Kuesioner 1. Baik: Bila nilai (x) >

    mean + 1 SD

    2. Cukup: Bila nilai mean

    1 SD x mean +1 SD

    3. Kurang: Bila nilai (x) <

    mean 1 SD

    (Riwidikdo, 2010 : 17)

    H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

    1. Pengolahan data

    Setelah semua data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

    adalah pengolahan data. Langkah-langkah pengolahan data menurut

    Notoatmodjo (2010 : 176-178), adalah sebagai berikut:

    a. Editing

    Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

    formulir atau kuesioner. Apabila ada jawaban yang belum lengkap,

    kalau memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk

    melengkapi jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan,

    maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak

    dimasukkan dalam pengolahan data.

  • 53

    b. Coding

    Pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau

    huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pembetian kode

    ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

    c. Memasukkan data (Data entry) atau processing

    Data entry yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

    dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

    atau software komputer.

    d. Tabulasi

    Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

    penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

    e. Pembersihan data (cleansing)

    Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

    dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

    kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,

    dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

    2. Analisis data

    Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariate.

    Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

    karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate

    tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean

    atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis

  • 54

    ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap

    variabel (Notoatmodjo, 2010 : 182).

    Selanjutnya menurut Riwidikdo (2010 : 17), untuk mengetahui hasil

    tingkat pengetahuan ibu nifas ditunjukkan dengan prosentase dengan

    keterangan sebagai berikut:

    a. Pengetahuan baik: Bila nilai (x) > mean + 1 SD

    b. Pengetahuan cukup: Bila nilai mean 1 SD x mean +1 SD

    c. Pengetahuan kurang: Bila nilai (x) < mean 1 SD

    Untuk mencari nilai rata-rata (mean) diperoleh dengan rumus:

    n

    x

    x

    n

    i

    i= 1:

    Keterangan:

    x : Rata-rata (mean)

    ix : Besaran/nilai dari data

    n : Jumlah data

    Sedangkan untuk mencari SD (standar deviasi) yaitu dengan rumus:

    ( )

    1

    2

    1

    1

    1

    2

    -

    -=

    ==

    n

    n

    x

    x

    SD

    n

    in

    i

    i

  • 55

    Keterangan:

    SD : Simpangan baku

    ix : Besaran/nilai dari data

    n : Jumlah data

    Rumus untuk memperoleh skor prosentase menurut Riwidikdo (2010 : 19),

    adalah:

    %100=diperolehseharusnyayangmaksimumskortotal

    respondendiperolehyangskor

    prosentase

    skor

    I. Etika Penelitian

    Menurut Hidayat (2011 : 93-95), masalah etika penelitian yang harus

    diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

    1. Informed Concent

    Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

    responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

    consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

    memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

    informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

    penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka mereka

    harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

    maka peneliti harus menghormati hak pasien.

    2. Anonymity (tanpa nama)

    Masalah etika kebidanan adalah merupakan masalah yang memberikan

    jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

  • 56

    memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

    dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

    penelitian yang akan disajikan.

    3. Kerahasiaan (confidentiality)

    Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

    kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

    lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

    oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

    hasil riset.

    J. Jadwal Kegiatan

    Jadwal kegiatan merupakan uraian langkah-langkah kegiatan dari mulai

    menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,

    beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut

    (Notoatmodjo, 2010 : 88). Jadwal kegiatan penelitian ini terlampir.

  • 57

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di ruang Dahlia RSUD Pandan Arang Boyolali

    yang beralamat di Jalan Kantil nomor 14 Boyolali. Secara umum jenis

    pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan masalah kesehatan meliputi

    ruang poli kandungan, penyakit umum, gigi, mata, penyakit dalam, ruang

    bersalin, ruang nifas dan rawat inap penyakit umum.

    Fasilitas untuk mendukung pelayanan rawat inap khususnya persalinan

    sudah cukup memadai yaitu 1 ruang bersalin dengan 4 tempat tidur, 1 ruang

    periksa, ruang nifas yang terdiri dari 8 kamar yaitu kelas 1 terdiri dari 4 kamar

    (4 tempat tidur), kelas 2 terdiri dari 1 kamar (4 tempat tidur) dan kelas 3 terdiri

    dari 3 kamar (masing-masing 5 tempat tidur).

    B. Hasil Penelitian

    Setelah dilakukan analisa data terhadap tingkat pengetahuan ibu nifas hari

    ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali didapatkan hasil:

    a. Mean dan Standar Deviasi

    Tabel 4.1

    Mean dan Standar Deviasi

    Variabel Mean Standar Deviasi

    Pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6

    tentang senam nifas di RSUD Pandan

    Arang Boyolali.

    17,575 2,24

    Sumber: Data Primer, Maret 2013

  • 58

    b. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Hari Ke 1-6 Tentang Senam Nifas Di

    RSUD Pandan Arang Boyolali

    Tabel 4.2

    Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Hari Ke 1-6 Tentang Senam Nifas Di

    RSUD Pandan Arang Boyolali

    No. Tingkat Pengetahuan Jumlah Responden Prosentase (%)

    1. Baik 8 20

    2. Cukup 26 65

    3. Kurang 6 15

    Total 40 100

    Sumber: Data Primer, Maret 2013

    Berdasarkan tabel 4.2 dari 40 responden dapat diketahui responden

    dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 responden (20%), responden

    dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (65%) dan

    responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 orang (15%).

    Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas

    hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali adalah

    dalam kategori cukup yaitu sebanyak 26 responden (65%).

    C. Pembahasan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 40 responden

    menunjukkan hasil tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam

    nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun 2013 terdapat 8 responden

    (20%) dengan pengetahuan baik, 26 responden (65%) dengan pengetahuan

    cukup dan 6 orang (15%) dengan pengetahuan kurang.

    Menurut Notoatmodjo (2007 : 143), pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini

    terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

  • 59

    Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan,

    pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

    diperoleh melalui mata dan telinga.

    Menurut Dewi dan Wawan (2010 : 16-18), faktor yang mempengaruhi

    pengetahuan antara lain pendidikan karena pendidikan diperlukan untuk

    mendapatkan informasi. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

    menerima informasi. Bila seseorang memperoleh banyak informasi maka ia

    cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Umur mempengaruhi

    cara berfikir dan bekerja. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

    kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Lingkungan

    dan sosial budaya juga mempengaruhi perkembangan, perilaku dan sikap

    seseorang atau kelompok dalam menerima informasi.

    Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,

    serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan

    seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu atau 42 hari

    (Saleha, 2009 : 4).

    Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah

    melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali, dimana fungsinya adalah

    untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan,

    mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan

    pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung,

    dasar panggul, dan perut (Widianti dan Proverawati, 2010 : 2-3).

  • 60

    Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu

    nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali tahun

    2013 adalah dalam kategori cukup. Hal ini dikarenakan masih banyak ibu

    nifas yang menjawab salah pada pernyataan di dalam kuesioner mengenai

    pengertian dan macam-macam senam nifas. Menurut peneliti hal ini

    kemungkinan dipengaruhi oleh umur, semakin cukup umur tingkat

    kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

    bekerja. Serta informasi, semakin banyak memperoleh informasi maka

    seseorang cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Masih

    kurangnya informasi yang didapatkan responden kemungkinan berasal dari

    masih kurangnya penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang senam nifas atau

    kurangnya responden dalam memanfaatkan media yang ada untuk

    mendapatkan informasi seperti buku, majalah, internet, dan lain-lain sehingga

    pengetahuan responden menjadi kurang.

    D. Keterbatasan Penelitian

    1. Kendala

    Lokasi penelitian yang cukup jauh, sehingga memerlukan lebih banyak

    waktu oleh karena itu penelitian tidak dapat dilakukan setiap saat.

    2. Kelemahan

    a. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

    tertutup dimana responden hanya bisa menjawab benar atau salah

    sehingga belum bisa untuk menggali pengetahuan responden secara

    mendalam.

  • 61

    b. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil

    penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6

    tentang senam nifas saja sedangkan faktor-faktor yang

    mempengaruhinya tidak diteliti. Penelitian ini akan berbeda hasil jika

    faktor yang mempengaruhinya diteliti.

  • 62

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam

    nifas di RSUD Pandan Arang Boyolali dapat dikategorikan sebagai berikut:

    1. Tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD

    Pandan Arang Boyolali dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8

    responden (20%).

    2. Tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD

    Pandan Arang Boyolali dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26

    responden (65%).

    3. Tingkat pengetahuan ibu nifas hari ke 1-6 tentang senam nifas di RSUD

    Pandan Arang Boyolali dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6

    responden (15%).

    B. Saran

    1. Bagi responden

    Diharapkan responden dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang

    senam nifas dengan cara mencari informasi melalui buku, internet, majalah

    atau dengan berkonsultasi ke bidan atau tenaga kesehatan lainnya untuk

    mendapat informasi yang lengkap tentang senam nifas.

    2. Bagi tenaga kesehatan

    Diharapkan dapat lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pentingnya

    senam nifas bagi ibu nifas.

  • 63

    3. Bagi institusi

    a. RSUD Pandan Arang Boyolali

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan

    mengenai pentingnya senam nifas bagi ibu nifas sehingga dapat lebih

    meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu nifas dengan memberikan

    pendidikan kesehatan tentang senam nifas.

    b. STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam

    memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca secara

    keseluruhan dan penelitian selanjutnya.

    4. Bagi peneliti selanjutnya

    Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor .lain dan

    menambah variabel-variabel penelitian yang berhubungan dengan senam

    nifas sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih baik.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ambarwati, E.R, Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha

    Medika.

    Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka

    Rihama.

    Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

    Rineka Cipta.

    _______, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pr