ENDAPAN LATERIT
-
Upload
chandra-lumbantoruan -
Category
Documents
-
view
219 -
download
1
Transcript of ENDAPAN LATERIT
ENDAPAN LATERIT
TUGAS MATA KULIAH PETROLOGI MINERAL BIJIH
OLEH :
KELOMPOK 4
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
ENDAPAN LATERIT
Pembentukan Laterit
Laterit merupakan produk dari pelapukan yang intens di daerah humid, intertropis, kaya akan
lempung kaolinit ion Fe- dan oksida Al/oksihidroksida. Laterit umumnya berlapis baik, sebagai
akibat meresapnya air hujan dan naiknya kelembapan pada regolith selama musim kering.
Pembentukan Bauksit
Bijih bauksit, dalam bentuk mineral gibsit/boehmit dan diaspor merupakan sumber utama dari
logam alumunium. Akumulasi dari residu yang kaya Al, berlawanan dengan pengayaan Fe di
zona atas dari profil laterit sebagai fungsi dari curah hujan tinggi, tapi temperatur rata-rata bawah
(22-28oC), dan kelembapan tinggi. Berikut urutan proses terbentuknya mineral gibsit.
Feldspar –> (kehilangan Si) –>kaolinit–>(kehilangan Si)–>gibsit (Al(OH)3)
Redistribusi Fe serta segregasi Al dan Fe merupakan proses yang dibutuhkan dalam
pembentukan bauksit karena mineral feruginus cenderung mengkontaminasi bijih. Bijih bauksit
yang berkualitas membutuhkan penghilangan Fe dan Si, tapi tidak dengan alumina, dimana
ferricrete dan lingkungan laterit dicirikan oleh kombinasi yang berbeda dalam pencucian unsur-
unsur. Hubungan saling mempengaruhi antara Eh dan pH merupakan faktor kritis dalam
pembentukan bauksit yang berkualitas tinggi, seperti dalam model Norton. Si akan tercuci oleh
hidrolisis dan semakin terlarut pada pH tinggi, sedangkan Al akan lebih terlarut pada pH sangat
rendah atau tinggi. Fe akan lebih mobile sebagai ion pada Eh dan pH rendah. Pada lingkungan
laterit dimana terjadi konsentrasi Fe dan Al merupakan kondisi khusus dimana kedua logam ini
tersegregasi dan membentuk bauksit berkualitas tinggi. Plotting Fe dan Al pada kontur
solubilitas memungkinkan terjadinya kurva isosolubilitas dimana Al dan Fe terlarut bersamaan.
Di atas kurva ini, pada Eh dan pH tinggi, mineral Al seperti gibsit akan lebih terlarut
dibandingkan di bawah kurva ini dimana mineral Fe seperti hematit atau goetit akan lebih
terlarut. Berdasarkan perbedaan ini, beberapa situasi dapat menjadi relevan dalam pembentukan
laterit.
Laterit Nikel
Laterit yang berkembang dari batuan ultramafik yang kaya akan olivine dan ortopiroksen,
mengandung Ni yang tinggi (0,1-0,3 %), biasanya konsentrasi meningkat dalam silikat atau
oksida Ni mencapai 10 kali lipat dari konsentrasi awal. Batuan ultramafik ini merupakan bagian
dari kompleks ofiolit obduksi atau intrusi mafik berlapis. Mineral-mineral ini terserpentinisasi
dengan cepat, pada beberapa kasus telah lebih dulu terlaterisasi akibat interaksi dengan air laut
atau selama metamorfisme derajat rendah atau alterasi. Alterasi dari olivine oleh hidrasi silica
amorf, serpentin, dan limonit dapat mengakomodasi lebih banyak Ni dibanding olivin asli.
Olivin terubah secara sempurna pada berbagai kondisi diikuti oleh ortopiroksen, serpentin, klorit,
dan talk. Berikut reaksinya:
Olivinàsmektit +goetit
Smektit, serpentin, dan talk yang hadir dalam regolith akan memiliki konsentrasi yang lebih
tinggi dengan penggantian kation, utamanya dengan ion Mg. Hasil dari pembentukan ini
menghasilkan pengayaan filosilikat Ni seperti mineral kerolit (Talk Ni), nepouit (serpentin Ni0,
dan pimelit (smektit Ni). Istilah yang digunakan untuk mineral bijih filosilikat Ni pada
lingkungan laterit adalah garnierit. Garnierit tertebal dengan konsentrasi paling tinggi dicirikan
oleh kekar berruang tertutup (closely spaced jointing) dimana terjadi sirkulasi maksimum air
bawah tanah dan interaksi fluida-batuan. Konsentrasi laterit Ni terbaik didukung oleh kontrol
topografi dan biasanya terjadi dibawah bukit, tepi plato, atau teras. Hal ini karena endapan ini
sangat sensitive terhadap erosi permukaan dan fluktuasi muka air tanah yang mengontrol
distribusi zona eluviasi dan iluviasi.
Emas dalam Laterit
Emas terbentuk di bagian atas lapisan pedolitik dari zona pelapukan laterit. Emas ini membentuk
beberapa bentuk, berkisar dari ukuran besar, membundar seperti partikel nugget dan emas
dendrit pada retakan, sampai Kristal kecil di ruang pori.
Sumber primer dari emas pada lingkungan ini kaya akan perak (5-10%). Emas yang
terkonsentrasi di profil laterit telah termurnikan secara kimiawi. Hal ini membawa pada
perbedaan mbilitas dan membuat Au dan Ag menjadi fluida meteorik yang meresap ke zona
lapuk. Kejadian ini membutuhkan kondisi lingkungan yang relatif asam (pH<5), oksik, dan
salinitas rendah-sedang, akibat pengarh laut atau curah hujan.
Percobaan mengindikasikan bahwa pada pH rendah dan Eh tinggi, dan kehadiran ion Cl, emas di
lingkungan permukaan akan ikut dalam larutan sebagai komplek AuCl4-. Larutan Au hanya akan
terjadi pada Eh yang relative tinggi dimana ion Fe teroksidasi sepenuhnya pada kehadiran
oksigen bebas. Di lain pihak, perak akan masuk ke dalam larutan lebih dulu pada kondisi yang
lebih reduksi pada beberapa kompleks termasuk AgCl dan AgCl2- atau AgCl32-.
Campuran Au-Ag primer yang tidak berasosiasi dengan Fe atau oksihidroksi mangan cenderung
menunjukkan penipisan Ag dibagian tepid an membentuk emas yang lebih murni. Hal ini
merupakan produk dari difusi Ag dari margin luar partikel atau pelarutan sepenuhnya dari
campuran dan represipitasi emas secara in situ. Pada daerah tropis basah aktivitas ion klorida
terreduksi oleh tingginya curah hujan dan campuran lain seperti humus organik, dan asam fulvik,
yang berperan besar dalam pelarutan emas.
Berdasarkan hal di atas, perlu dicatat bahwa mikroorganisme memiliki peran penting dalam
konsentrasi emas di tanah laterit. Berdasarkan percobaan, Bacillus subtilis, bakteri yang biasa
ada di tanah, dapat mengumpulkan emas dengan cara difusi silang dinding sel dan presipitasi di
dalam sitoplasma. Diagenesis subsekuen dari sedimen yang mengandung emas yang kaya akan
mikroorganisme akan menghasilkan rekristalisasi dal coalescence emas membentuk nugget.
Golongan Platinum (PGE) yang Terkayakan pada Laterit
Bukti bahwa ada mobilisasi PGE pada zona pelapukan adalah adanya kristalin Pt-Fe atau
campuran Os-Ir-Ru di pedolit. Konsentrasi PGE dikontrol oleh solubilitas Pt dan Pd yang mirip
dengan Au dan Ag. Logam berharga ini lebih dulu masuk ke dalam larutan sebagai komplek
klorida pada lingkungan asam dan teroksidasi. Seperti halnya Au dan Ag, Pt dan Pd ter-
decoupling di lingkungan pelapukan dengan Pd masuk ke dalam larutan dan Pt terkonsentrasi di
tanah dan sedimen. Humate juga mendorong PGE tertransport sebagai suspense koloid dimana
debris organic solid bertanggung jawab pada presipitasi logam berharga.
Contoh kasus yang diambil adalah :
Genesa Endapan Bijih Nikel Sedimen ( Laterit ) di Pulau Gebe.
Endapan bijih nikel yang terdapat di Pulau Gebe adalah termasuk dalam jenis nikel
laterit yang terbentuk sebagai hasil, Residual Concentration yang merupakan konsentrasi residu
melalui proses pelapukan mekanis dan kimiawi yang bekerja pada batuan ultra basa seperti
peridotit yaitu batuan yang terdiri dari mineral utama seperti olivin dan piroksin yang
mengandung unsur nikel dalam prosentase yang kecil (PT. Aneka Tambang UBPN, 1992).
Proses pelapukan yang lebih dominan yaitu pelapukan kimiawi. Menurut Bolt, ( Bolt,
dalam PT. Aneka Tambang, 1992 ), kandungan nikel yang terdapat pada batuan periodotit adalah
seperti pada tabel 1. Adapun awal terbentuknya endapan dimulai dari batuan induk (Peridotie).
Kandungan Unsur Ni Dalam Batuan Ultra Basa Sampai Asam
Batuan Nikel (%) Besi Oksida +
Magnesium (%)
Silikat +
Alumina (%)
Peridotit 0,2000 43,3 45,9
Gabro 0,0160 16,6 66,1
Diorit 0,0040 11,7 73,4
Granit 0,0002 4,4 78,7
Sumber : PT. Aneka Tambang UBPN Operasi Gebe
Proses serpentinasi dimana akibat pengaruh larutan hidrotermal yang pada akhir
pembekuan magma, telah mengubah batuan serpentin atau peridotit yang terserpentinasi. Proses
yang dialami batuan tersebut sebagai awal terbentuknya suatu endapan residu bijih nikel dan
batuan yang berasal dari laterit dengan derajat serpentinasi akan mempengaruhi zone. Saprolit
yang relatif homogen dengan sedikit kuarsa dengan gernerit air permukaan yang mengandung
CO2 dari atmosfir dan terkayakan kembali olehmaterial organis dipermukaan meresap kebawah
sampai zone perlindihan dimana fluktuasi air berlangsung.
Yang kaya CO2 akan kontak dengan zone saprolit yang masih mengandung batuan
asal. Dan mineral-mineral tidak stabil seperti olivine, serpentin, dan piroksin.
Magnesium, silika dan juga nikel atau larut terbawah sesuai dengan pola aliran tanah,
kemudian sebagian magnesium akan terendapkan misalnya magnesit yang dikenal dengan alur
pelapukan (Zone Of Weathering).
Pada zone saprolit dijumpai rekahan-rekahan antara lain garnerit, kuarsa, chrysopros
sebagai hasil pengendapan hidrosilikat dari Mg, Si, dan Ni. Unsur-unsur mineral lainnya yang
tertinggal adalah besi, aluminium, mangan, kobal, crom, serta nikel zone limonit terikat sebagai
mineral oksida atau hidroksida seperti hemamit, magnesium, dan mineral lainnya.
Selain dari itu terdapat juga mineral relik, spinel chrom serta yang akibat termigrasinya
unsur-unsur magnesium (Mg dan Si) serta karena sifatnya resisiten pelapukan relatif terkayakan.
Jika spinel chrom serta yang tidak berubah proses pelapukan ini dijadikan standar untuk semua
unsur selama proses pelapukan ini dijadikan standar untuk melihat semua unsur-unsur selama
proses pelapukan pada suatu profil laterit nikel, maka dapat dibuat suatu model keseimbangan
unsur.
Hasil analisa kimia menunjukkan bahwa zone tengah yang paling banyak mengandung
nikel, sedangkan unsur Ca, Mg, karbonat, akan terus mengalir kebawah pada tempat yang tidak
dapat mengalir lagi dan terendapkan sebagai unsur-unsur dolomit dan magnesit yang mengisi
rekahan-rekahan pada batuan asal sebagai gambaran umum dari pada penampang endapan bijih
nikel laterit. Pulau Gebe (Sumber PT. Aneka Tambang UBPN Operasi Gebe) adalah sebagai
berikut:
1. Pada lapisan yang paling atas merupakan lempengan oksida besi yang kadar Fe-nya tinggi
kurang lebih 50%. Lapisan bawah intinya hitam ditemukan soil yang berwarna coklat kemera-
merahan sampai dengan keras porous (mineral hematit dan gutit) dengan kadar Fe-nya cukup
tinggi yaitu 25% - 505 sedangkan Ni dibawah 1%.
2. Pada lapisan yang kedua diantara kedalaman pertama sampai ketiga laterit nikel ore kadar Fe-nya
masih cukup tinggi yaitu kurang lebih 29% sedangkan kandungan Ni sekitar 2% lapisan
berikutnya 1% menjadi 3% sedangkan kadar Fe berkurang menjadi 10 % sampai 15%.
3. Lapisan ketiga merupakan zone konsentrasi bijih nikel, pada zone kandungan Ni semakin tinggi,
Fe-nya semakin menurun. Umumnya lapisan ini merupakan jebakan yang kaya akan endapan
bijih nikel laterit.
4. Pada lapisan keempat merupakan lapisan paling bawah dengan kadar Ni kurang lebih 25% dan
kandungan Fe dibawah 10%.
DAFTAR PUSTAKA
http://genesanikellateritpulaugebe.blogspot.com/
http://geologistwannabe.wordpress.com/tag/laterit/
http://www.scribd.com/doc/172805883/genesa-bahan-galian-bijih-nikel-laterit-docx
http://mandeleyev-rapuan.blogspot.com/2012/06/nikel-laterit.html