embung pakel

download embung pakel

of 48

description

perencanaan embung pakel

Transcript of embung pakel

BAB 1

AEmbung Pakel Kabupaten Gunung Kidul

`EMBUNG PAKEL

KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Sebagai tanggapan terhadap usulan masyarakat Desa Karangsari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, pada Tahun Anggaran 2004 Proyek Irigasi Andalan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan pekerjaan survei, investigasi dan detail desain untuk membangun kembali Embung Pakel beserta jaringan irigasinya yang pernah dibangun di lokasi tersebut pada tahun 1982. Satu tahun setelah konstruksi, embung tersebut diterjang banjir dan hancur total. Sejak saat itu suplai air irigasi untuk DI Pakel berhenti sama sekali. Selama tiga tahun terakhir petani Desa Karangsari bahkan mengalami kegagalan panen akibat kekurangan air.Penelusuran jaringan irigasi yang dilakukan dalam menunjukkan Embung Pakel pada awalnya direncanakan untuk mengairi areal sawah seluas 59 Ha di Dusun Kweni dan Badongan, Desa Karangsari. Sisa-sisa jaringan irigasi lama sudah tidak dapat difungsikan kembali. Pengukuran topografi yang dilakukan berhasil mengidentifikasi rencana areal fungsional seluas 118,12 Ha dari seluruh areal potensial di Desa Karangsari seluas 254 Ha. Kendala topografi dan perkembangan pemukiman beserta prasarana fisiknya telah membatasi luasan areal fungsional tersebut. Inventarisasi jaringan irigasi menunjukkan perlunya desain baru secara menyeluruh terhadap bangunan utama (embung), saluran pembawa dan bangunan-bangunan pelengkap supaya jaringan irigasi Pakel dapat berfungsi secara optimal.Embung Pakel direncanakan untuk menampung air permukaan dari DAS Kali Pakel (atau Kali Plalar - nama setempat) seluas 4 km2. Kali Pakel adalah anak Kali Oyo, yang merupakan sungai utama di Kabupaten Gunung Kidul. Dari analisa ketersediaan air DAS Pakel diketahui bahwa besarnya curah hujan tahunan rerata adalah 1929 mm, hujan bulanan rerata tertinggi bulan Januari sebesar 357,2 mm, terendah bulan Juli sebesar 1,5 mm. Perhitungan debit andalan menunjukkan basflow yang kecil; debit aliran bulanan antara bulan Mei sampai Desember kurang dari 0,010 m3/detik. Potensi air permukaan yang dapat dimanfaatkan adalah sekitar 1 juta m3 dalam satu tahun. Pemilihan embung sebagai bangunan utama lebih tepat dibandingkan dengan bendung, mengingat baseflow dan volume tahunan yang kecil. Target perencanaan sistem adalah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan air pada musim tanam pertama dan kedua, dan cukup cadangan air darurat untuk musim tanam ketiga.Desain embung mengacu kepada pemenuhan kebutuhan air untuk areal fungsional seluas 118,12 Ha dengan pola tanam padi-padi-palawija. Dari optimasi tampungan embung, didapatkan volume tampungan kotor sebesar 127.752 m3 dan tampungan efektif sebesar 107.163 m3 dengan tinggi embung 15 m di atas dasar sungai. Tampungan mati direncanakan sebesar 20.589 m3 untuk usia guna waduk selama 30 tahun. Kondisi geologi batuan pondasi berupa breksi dengan pelapukan yang cukup tebal; sedangkan material konstruksi yang banyak tersedia di sekitar lokasi embung adalah lempung merah. Dari hasil investigasi geoteknik pondasi dan jenis material konstruksi yang tersedia maka dipilih konstruksi tipe urugan tanah homogen. Hasil analisa stabilitas lereng timbunan dengan program CAPSS menyimpulkan kemiringan lereng hulu sebesar 1 : 2,5 dan lereng hilir 1 : 3 aman terhadap bahaya longsoran. Puncan embung berada pada elevasi + 235 m dpl.Sistem pengelak aliran sungai selama tahap konstruksi direncanakan dengan cofferdam setinggi 6 meter dan diversion channel berupa box culvert berdimensi 1,60 m x 1,60 m sepanjang 110 m. Kapasitas saluran pengelak tersebut didisain berdasarkan debit banjir kala ulang 25 tahun sebesar 30.14 m3 . Puncak cofferdam direncanakan pada elevasi + 226 m dpl, inlet saluran pengelak ditempatkan pada elevasi + 220 m dpl, sedangkan outletnya pada elevasi + 219,75 m dpl.Bangunan pelimpah didisain tipe pelimpah frontal; mbang pelimpah tipe ogee tanpa pintu dengan lebar bersih 12 m, puncak pelimpah pada elevasi +232,50 m direncanakan mampu mengalirkan debit banjir kala ulang 1000 tahun sebesar 46,45 m3/dt. Tinggi jagaan di atas ambang pelimpah dikontrol dengan debit banjir PMF sebesar 88,80 m3/dt. Kecepatan datang aliran air di saluran pengarah adalah 2,37 m/det saat banjir Q1000, dan 3,26 m/det pada saat banjir QPMF.Elevasi muka air banjir yang terjadi adalah + 233,97 m pada saat banjir Q1000, dan + 234,77 m pada saat banjir QPMF. Saluran peluncur direncanakan berpenampang segiempat dengan dimensi lebar 4 m, terdiri dari dua ruas yaitu peluncur landai dan peluncur terjal; panjang masing-masing ruas 35 m dan 10 m, kemiringan dasar saluran masing-masing 0,086 m/m dan 0,300 m/m. Saluran transisi atas didisain penampang segiempat, dengan lebar hulu 12 m dan lebar hilir 4m, panjang 20m. Saluran transisi bawah pada ujung peluncur terjal didisain berpenampang segiempat, lebar hulu 4 m dan lebar hilir 6 m. Bangunan peredam energi direncanakan kolam olak USBR tipe III berpenampang segiempat, lebar 6 m dan panjangnya 12 m. Kolam olak mampu meredam aliran air dari saluran transisi bawah dengan kecepatan datang 12,96 m/dt dengan bilangan Froude 5,35 menjadi aliran keluar dengan kecepatan 1,82 m/dt dengan bilangan Froude 0,28. Elevasi dasar kolam olak direncanakan +220 m dpl, sedangkan ambang ujung + 220,78 m dpl. Konstruksi bangunan pengambilan terdiri dari bangunan intake dan saluran pembawa. Bangunan intake direncanakan tipe menara, inletnya berpenampang bujursangkar dan berdimensi 1 m x 1 m; dasar inlet ditempatkan pada elevasi +226 m dpl. Saluran pembawa berupa pipa beton berpenampang lingkaran berdiameter 40 cm, panjangnya 50 m, ditempatkan pada elevasi +226,00 m dpl. Kapasitas debit pengambilan 0,159 lt/det.

Desain jaringan irigasi terdiri dari jaringan pembawa dan sistem jaringan drainase. Saluran Primer Pakel akan membawa air irigasi untuk daerah layanan seluas 118,12 Ha dengan debit rencana 160 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat berdimensi 0,8 m x 0,8 m dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran primer adalah 120 m. Saluran Sekunder Pakel Kiri melayani DI Pakel Kiri seluas 49,64 Ha, dengan debit rencana 67,31 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat dengan dimensi 0,6 m x 0,6 m dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran dari bangunan bagi sampai sadap akhir 1958 m. Bangunan pengatur terdiri dari 2 buah bangunan sadap yang dilengkapi dengan alat ukur dan 3 buah corongan; bangunan pelengkap lainnya terdiri dari 7 buah talang pembawa, 7 buah pelimpah samping, 3 buah terjunan, dan 5 buah gotrong-gorong.

Saluran Sekunder Pakel Kanan melayani DI Pakel Kanan dengan luas areal layanan sebesar 68,48 Ha, dengan debit rencana 92,86 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat dengan dimensi 0,6 m x 0,6 m dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran adalah 2108 m. Bangunan pengatur terdiri dari 2 buah bangunan sadap yang dilengkapi dengan alat ukur dan 6 buah corongan; bangunan pelengkap lainnya terdiri dari 8 buah talang pembawa, 8 buah pelimpah samping, 4 buah terjunan, dan sebuah gotrong-gorong.Sistem Drainase yang dipilih adalah saluran drainase gendong yaitu saluran tanah yang ditempatkan sejajar dengan trase saluran pembawa, fungsinya untuk memotong aliran permukaan dari lereng bukit dan mengalirkannya menyamping secepat mungkin ke saluran-saluran alam. Hasil perhitungan drainage modul (Dm) diperoleh angka Dm = 5,59 lt/det/ha. Desain saluran drainase dibuat lebih besar dengan patokan Qd = 9,05 lt/det/ha.

Operasi Waduk. Mengingat volume tampungan Embung Pakel relatif kecil, maka pemberian air waduk untuk irigasi harus direncanakan secara teliti dengan menerapkan konsep supply-oriented water management. Pola operasi sebaiknya mengacu kepada rasio ketersediaan air terhadap kebutuhan air (Faktor K). Bilamana air tersedia berlebih, faktor K > 1, air waduk dilepaskan secara kontinyu; bila air berkurang, faktor K < 1, diterapkan cara pengaturan air tidak kontinyu dengan mengatur debit (Q), perioda (T) dan durasi (d).

Biaya Konstruksi. Total biaya konstruksi embung adalah 12,38 milyar rupiah dengan perincian biaya persiapan dan land clearing 0,52 milyar, relokasi jalan 0,43 milyar, konstruksi embung dan bangunan pelengkapnya 7,36 milyar, konstruksi jaringan irigasi 2,95 milyar, dan PPN 10% sebesar 1,12 milyar rupiah.

Analisa Kelayakan Ekonomi Proyek. Dengan asumsi usia guna waduk 30 tahun, akan diperoleh kenaikan manfaat bersih dengan adanya proyek sebesar 2,75 milyar (harga finansial) dan 2,88 milyar rupiah (harga ekonomi). Tanpa memperhitungkan pembebasan lahan, nilai IRR finansial proyek adalah 11,37 % dengan BCR sebesar 0,95; nilai IRR ekonomi proyek adalah 13,53 % dan BCR sebesar 1,13. Dengan hasil analisa ini, maka dapat disimpulkan pembangunan Embung Pakel beserta jaringan irigasinya secara ekonomi layak (feasible) untuk dilaksanakan. Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Gunung Kidul terletak di bagian Timur Propinsi DI Yogyakarta, berjarak sekitar 42 km dari ibukota propinsi. Daerah pegunungan dan dataran tinggi ini terkenal sebagai daerah minus, dimana tanahnya berbatu-batu dan kurang menghasilkan komoditas tanaman pangan. Di sisi lain, sebagian wilayahnya sebenarnya berpotensi tinggi untuk pengembangan lahan pertanian. Masalahnya sistem irigasi di daerah ini belum sempurna. Salah satu potensi pengembangan irigasi berada di daerah Pakel, Desa Karangsari, Kecamatan Semin, dengan rencana luas potensial kurang lebih 245 Ha.Rencana pengembangan DI Pakel diprakarsai usulan masyarakat petani setempat untuk memperbaiki dan mengembalikan fungsi irigasi Embung Pakel yang pernah dibangun Dinas Kehutanan pada tahun 1982. Setahun sejak selesainya konstruksi, tubuh embung runtuh; bangunan utamanya patah, terguling dan tergeser dari kedudukan semula, sedangkan pelimpah dan sebagian tanggul di sandaran kanan masih tersisa. Sejak saat itu fungsi irigasinya sudah tidak berjalan. Pembangunan Embung Pakel diharapkan akan mengatasi kekeringan dan kegagalan panen yang terjadi selama tiga tahun berturut-turut.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud makalah Embung Pakel adalah : 1) Mengembalikan potensi tampungan air irigasi yang pernah ada melalui perencanaan Embung Pakel, dan 2) Meningkatkan fungsi irigasi tradisional menjadi irigasi teknis, sedapat mungkin tanpa mengubah sistem irigasi tradisional eksisting. Sedangkan tujuan pekerjaan makalah Embung Pakel adalah : 1) Melaksanakan Survai, Pengukuran, Sistem Planning dan Desain Rinci berikut BOQ, RAB dan Dokumen Lelang untuk Pelaksanaan Konstruksi pembangunan embung, serta menyiapkan petunjuk O & P embung, dan 2) Mendapatkan gambar perencanaan detail Embung Pakel beserta bangunan utama dan bangunan penunjang.1.3. Lokasi PerencanaanLokasi Embung Pakel berada di Padukuhan Nganjir, Desa Karangsari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi DIY. Untuk sampai ke lokasi proyek dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 atau roda 4 dengan waktu tempuh + 1,5 jam dari Kantor Proyek Irigasi Andalan DIY, melewati jalan propinsi dan jalan desa. Bab 2. Gambaran Wilayah2.1. Topografi

Kondisi topografi Desa Karangsari, yang merupakan lokasi pembangunan Embung Pakel adalah daerah berbukit dengan kemiringan curam dan termasuk kategori lereng Kelas III (kemiringan antara 16%-40%). Perbukitan ini termasuk bagian dari Pegunungan Panggung Massif yang merupakan daerah hulu dari DAS Sungai Oyo, sungai utama di Gunung Kidul. Dengan kondisi topografi yang curam maka perlu perencanaan yang matang untuk bangunan embung maupun jaringan irigasinya supaya dapat berfungsi secara baik dan tidak cepat rusak.Sungai utama di wilayah perencanaan dikenal dengan nama Kali Plalar oleh penduduk setempat, sedangkan pada peta topografi (peta RBI th. 2002) disebut sebagai Kali Patran. Istilah Embung Pakel mengacu pada lokasi as embung berada, yang disebut alas Pakel (hutan Pakel). Sungai utama mengalir dari selatan ke utara, sepanjang 6 km. Anak-anak sungainya mengalir relatif sejajar dengan sungai utama, membentuk daerah tangkapan air Embung Pakel berbentuk bulu burung memanjang ke utara, seluas 4 km2.

2.2. Geologi

Geologi Regional. Daerah perencanaan termasuk dalam Zona Pegunungan Panggung Massif, yang tersusun oleh batuan berumur Tersier dari Formasi Kebo-Butak dan Formasi Semilir. Jenis batuannya terdiri dari selang-seling batulempung, serpih dan batulanau berumur Miosen Bawah dan urutan breksi batuapung batupasir tufan batulanau tufan berumur Miosen Tengah. Struktur batuan terpotong oleh sesar-sesar dan kekar-kekar yang intensif. Tanah pelapukan yang terbentuk memiliki ketebalan tidak merata; beberapa zona batuan yang mengalami alterasi telah membentuk tanah pelapukan kaolinite yang memiliki ketebalan sapai lebih dari 5 meter; di bagian lain soil penutupnya sangat tipis.Geologi Daerah Aliran Sungai Pakel. Formasi Semilir mendominasi susunan batuan di wilayah DAS Pakel; menutupi Formasi Kebo-Butak yang tersingkap di bagian hilir. Jenis batuannya terdiri dari breksi batuapung, batupasir tufan dan batulanau tufan; sifat fisik kompak, agak keras, semi impermeable; tanah pelapukannya berupa lempung merah kecoklatan yang cukup tebal. Formasi Kebo Butak tersingkap hanya sedikit di dasar sungai bagian hilir; tersusun oleh batulanau dan serpih kompak dan keras; fragmentasi intensif dan sebagian besar batuan telah mengalami alterasi hidrotermal; tanah pelapukannya berwarna putih sampai kuning kecoklatan, ketebalannya bisa mencapai lebih dari 5 m.2.3. Iklim

Data iklim daerah perencanaan diperoleh dari Stasiun Klimatologi Playen (+ 200 m) data tahun 1993 2002. Secara umum termasuk daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan. Suhu udara rerata bulanan adalah 27,35%, tertinggi bulan Maret 28,88 C sedangkan terendah bulan Juli 25,78 C. Kelembaban relatif rerata bulanan adalah 91,52%, terendah 87,97% pada bulan Oktober dan tertinggi 94,19% bulan April. Kecepatan angin rerata bulanan di stasiun klimatologi Playen berkisar antara 21,69 61,17 km/hr, dengan rerata kecepatan 39,10 km/hr. Lama penyinaran matahari rerata bulanan berkisar antara 35,36% 79,64%, dengan nilai rerata 55,60%.Tabel 1. Data iklim daerah perencanaan JanFebMarAprMeiJunJulAguSepOktNovDesRerata

T (oC)25,8625,9928,8827,5428,3027,4025,7825,6827,2327,7128,8028,1127,35

RH (%)92,4392,8792,8094,1991,4192,2592,4790,5990,0387,9790,1091,0891,52

W (km/hr)28,1029,8225,4521,6921,7526,9238,9953,9470,1861,1750,0641,1539,10

Rad (%)43,0238,0346,1351,8961,0867,8365,7579,6477,2557,9143,3235,3655,60

Sumber : hasil analisa konsultan dari data iklim stasiun Playen 1993-2002

2.4. Hidrologi

Data Hujan. Data hujan untuk perancangan Embung Pakel diambil catatan hujan harian stasiun hujan terdekat yaitu Stasiun Semin, tahun 1970 sampai 2003.

Curah Hujan Rerata Daerah. Jumlah hujan rerata tahunan DTA Embung Pakel adalah 1929 mm, hujan bulanan rerata tertinggi bulan Januari sebesar 357,2 mm, terendah bulan Juli sebesar 1,5 mm.

Sumber : hasil analisa konsultan dari data hujan stasiun Semin 1970 2003Gambar 1. Curah hujan rerata DTA Embung Pakel

Curah Hujan Rancangan DTA Embung Pakel dihitung menggunakan metode distribusi Log Pearson Type III yang sudah diuji memenuhi parameter kesesuaian distribusi dengan uji Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi-Square.

Tabel 2. Curah hujan rancangan DTA Embung Pakel

Kala ulang (th)51025501005001000

CH desain (mm)128,86145,87166,43181,20195,55221,36242,14

Sumber : hasil analisa konsultan dari data hujan stasiun Semin 1970-2003

Curah Hujan Maksimum yang Mungkin Terjadi (PMP). Dari data set yang sama, dihitung curah hujan maksimum yang mungkin terjadi dengan hasil PMP = 422,73 mm.2.5. Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Semin berdasarkan data Tahun 2002 adalah sebanyak 54.938 jiwa, terdiri dari 27.083 pria dan 27.855 wanita dengan tingkat kepadatan penduduk 696 jiwa/km2 dan rata-rata anggota rumah tangga 5 jiwa/KK. Dengan angka pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,1 % maka pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk Kecamatan Semin sebanyak 56.029 jiwa.

Tabel 3. Curah hujan rancangan DTA Embung Pakel

No.DesaPriaWanitaTotal

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.Kalitekuk

Kemejing

Semin

Pundungsari

Karangsari

Rejosari

Bulurejo

Bendung

Sumberejo

Candirejo1889

1756

5033

1959

3344

2966

1721

1940

3070

34052012

1878

4792

2185

3306

3160

1770

1989

3114

36493901

3634

9825

4144

6650

6126

3491

3929

6184

7054

Total27.08327.85554.938

Sumber :Kecamatan Semin dalam Angka, 20022.6. Ekonomi

Kecamatan Semin memiliki lahan sawah seluas 1942,2 Ha; terluas dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Gunung Kidul. Sebanyak 80% penduduknya adalah petani, walaupun tingkat kepemilikan lahan rata-rata kurang dari 0,5 Ha. Dapat dikatakan sektor pertanian merupakan pondasi perekonomian di Kecamatan Semin. Namun karena lahan pertanian tidak bisa ditanami secara intensif, banyak petani yang memiliki pekerjaan sambilan di kota sebagai buruh kasar atau pedagang kecil-kecilan. Migrasi keluar desa bukan hal yang asing bagi penduduk Kecamatan Semin pada umumnya.

Kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian adalah perdagangan lokal, industri kerajianan rumah tangga berupa anyaman bambu peralatan rumah tangga, kerajinan dari bahan galian batu giring yang dibuat menjadi berbagai produk seperti ornamen tembok, lantai, dan souvenir seperti guci, patung, dan lain-lain, kerajinan anyaman tikar dari akar wangi (loro setu) yang mempunyai bau harum dan baunya tidak pernah hilang, usaha sektor pertambangan dari bahan galian batu paras dan batu blorok yang dijadikan sebagai bahan ornamen, dan penambangan bahan kaolin khusus di dusun Jetak Desa Karangsari.2.7. Sosial

Kondisi alam yang tidak bersahabat telah membentuk struktur sosial dan ekonomi Kecamatan Semin sulit berkembang, dan menjadikan sebagian besar penduduknya tergolong dalam keluarga miskin atau sangat miskin. Berdasarkan catatan BKKBN Kabupaten Gunung Kidul terdapat jumlah keluarga miskin dan sangat miskin 47 % dari jumlah keluarga yang ada. Untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik, banyak penduduk Kecamatan Semin yang melakukan migrasi keluar dari desa, baik migrasi menetap, musiman, atau nglaju.

2.8. Budaya

Kegiatan seni budaya di Kecamatan Semin tergolong dinamis, terbukti dengan banyaknya kelompok kesenian yang ada. Terdapat lebih dari 200 perkumpulan dan kegiatan seni budaya berupa ketoprak, wayang kulit, wayang orang, dalang; seni reyog, jathilan, doger, tayub, rodat, jluntur, karawitan, keroncong, angklung, rebana, kulintang, band, siteran, yang tersebar merata di seluruh desa. Di Desa Karangsari sendiri, grup kesenian yang ada terdiri dari 1 grup kethoprak, 1 kelompok musik, dan 5 grup tarian tradisional. Pembangunan Embung Pakel diharapkan juga sebagai tujuan lokasi pariwisata. Dengan bertambahnya sarana pariwisata, maka kegiatan seni dan budaya akan semakin berkembang seiring dengan datangnya para wisatawan.

2.9. Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan. Lahan di Kecamatan Semin kebanyakan dimanfaatkan untuk lahan pertanian, hutan, bangunan, sebagian lagi berupa tanah kering. Berikut ini data tentang penggunaan lahan di Kecamatan Semin.

Tabel 4. Penggunaan Lahan di Kecamatan Semin

No.DesaTanah SawahTanah KeringBangunanHutanLainnya

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.Kalitekuk

Kemejing

Semin

Pundungsari

Karangsari

Rejosari

Bulurejo

Bendung

Sumberejo

Candirejo40.4

61.3

397.3

216.1

220.5

235.0

86.7

76.8

343.6

264.5327.1

216.0

525.4

296.4

512.1

462.5

154.2

200.8

306.6

490.6207.2

145.1

256.8

119.9

176.0

207.4

160.3

189.8

173.9

324.6123.5

-

-

-

-

-

-

-

-

-24.3

17.3

22.3

95.6

29.0

46.9

9.6

29.1

66.6

32.4

Total1942.23491.81960.9123.5373.4

Sumber :Kecamatan Semin dalam Angka, 2002Potensi sawah irigasi. Sampai saat ini sawah yang terdapat di Desa Karangsari, di sekitar calon lokasi Embung Pakel masih berupa sawah tadah hujan. Lokasi sawah berada di Dukuh Jetak, Wates, Kweni, Badongan, Payaman, dan Karang.

Tabel 5. Luas areal potensial di Desa Karangsari

No.DukuhLuas lahan (Ha)

1.

2.

3.

4.

5.

6.Jetak

Wates

Kweni

Badongan

Payaman

Karang47,93

56,73

53,04

47,84

9,18

31,5

Jumlah areal sawah246,22

Sumber :Kecamatan Semin dalam Angka, 2002

Bab 3. Survei InvestigasiUntuk dapat merencanakan pembangunan Embung Pakel berikut jaringan irigasinya secara baik, telah dilakukan kegiatan survei investigasi yang meliputi : pengumpulan data hidrologi dan hidrometri, pengukuran topografi embung, daerah irigasi dan trase jaringan irigasi, investigasi geoteknik, survei sosial ekonomi dan sosialisasi kepada masyarakat Desa Karangsari. Hasil-hasil survei investigasi selanjutnya dianalisa sesuai lingkupnya.

3.1. Inventarisasi Daerah Irigasi Pakel

Penelusuran Jaringan Irigasi. Di Desa Karangsari semua sawah masih berupa sawah tadah hujan karena sampai saat ini belum ada jaringan irigasi yang permanen. Pada tahun 1981-1982 pernah dibangun Embung Pakel di Dusun Nganjir oleh Dinas Kehutanan yang membendung Sungai Plalar. Setahun kemudian tubuh embung ambrol akibat banjir yang datang secara tiba-tiba. Yang tersisa hanyalah bekas pelimpah dan saluran peluncur, serta bekas saluran irigasi yang sekarang sebagian besar menjadi tertimbun tanah, tertutup tumbuhan liar, menjadi lahan baru dan jalan setapak.- Bangunan utama:Rusak berat

- Saluran sekunder:Tertimbun tanah

- Bangunan irigasi:Tidak lengkap

Kondisi areal sawah yang berbukit-bukit mendorong penataan lahan sawah berbentuk terasiring. Sehingga dalam perencanaan saluran irigasi nanti perlu diperhitungkan faktor kemiringan dasar saluran yang cukup tajam supaya saluran tidak cepat rusak dan ambrol terkena aliran air yang cukup deras.

Foto 1. Reruntuhan bangunan Embung Pakel

Foto 2. Tapak Saluran Sekunder Pakel

Foto 3. Sisa bangunan intake Embung Pakel Jenis Tanaman dan Pola Tanam. Lahan sawah di Desa Karangsari pada Musim Tanam (MT-I) umumnya ditanami padi sawah, kemudian MT-II ditanami palawija berupa jagung dan kedelai atau kacang tanah; MT-III kebanyakan bero. Sedangkan pada lahan kering atau tegal pada Musim Tanam I petani menanam padi gogo atau jagung, kedelai, kacang tanah, ketela rambat, dan ubi kayu yang ditanam 2 musim dan dipanen saat musim kemarau untuk dibuat gaplek. Ubi kayu ditanam tumpang sari dengan kedelai atau kacang.

Foto 4. Sawah yang kekeringan pada MT-2.

Pada tanah tegalan, MT-1 ditanami padi gogo, kalau air masih mencukupi, biasanya menanam palawija MT-II; MT-III dibiarkan bero sambil menanti musim hujan.

Data Pendukung Operasi dan Pemeliharaan. Dari hasil wawancara dengan petani, jenis tanaman dan pola tanam eksisting untuk areal potensial DI Pakel adalah sebagai berikut: MT-1 : Padi, MT-2 : Padi / Palawija, MT-3 : Bero. Awal tanam padi pertama sekitar bulan November Desember, ditentukan dari perhitungan musim tradisional.

Areal Tanam. Data areal tanam yang diperoleh dari kelompok tani Dusun Kweni digambarkan dalam sketsa berikut.

Intensitas Tanam. Data intensitas tanam dari instansi pemerintah tidak tersedia, mengingat DI Pakel bukan lahan irigasi teknis. Dari hasil wawancara dengan petani setempat, diperoleh data intensitas tanam padi 3 tahun terakhir sbb.:

Tabel 6. Intensitas Tanam DI Pakel konsisi eksistingMusim TanamPadiPalawija

Rendeng (MT-1)70% - 95%0%

Gadu (MT-2)0% - 15%60% - 70%

Labuh (MT-3)0%0%

Rata-rata / tahun90%65%

Sumber :Wawancara dengan petani Desa Karangsari, 2004

Produktivitas Padi dan Palawija. Produksi padi sawah, padi ladang dan kacang tanah di Desa Karangsari lebih rendah daripada produksi rata-rata di Kecamatan Semin. Sedangkan untuk jagung dan kedelai produktivitasnya hampir sama.Tabel 7. Produksi Padi dan Palawija Desa Karangsari

Jenis tanamanDesa Karangsari

(ton/Ha)Rerata Kec. Semin

(ton/Ha)

padi sawah2,894,21

padi ladang3,043,45

Jagung1,881,81

kacang tanah0,580,92

Kedelai1,101,10

Sumber : Kecamatan Semin dalam Angka tahun 2003

Analisa Permasalahan. Berdasarkan uraian permasalahan di muka, dapat dirangkum bahwa daerah Irigasi Pakel memiliki tiga permasalahan pokok sebagai berikut:

1. Penggunaan sumber air yang belum optimal

Selama ini petani melakukan budidaya tanam hanya mengandalkan curah hujan padahal ada potensi sumberdaya air permukaan yang belum dimanfaatkan yaitu Sungai Plalar

2. Belum ada prasarana jaringan irigasi

Belum ada bangunan pengambilan dari sungai (bendung/waduk) dan jaringan irigasi pembawa untuk menyalurkan air dari sumber air Sungai Plalar ke petak-petak sawah.

3. Belum ada mekanisme O/P yang terencana

Oleh karena jaringan teknis belum dibangun, maka perencanaan O/P irigasi pun belum ada demikian pula dengan organisasi P3A belum terbentuk. Selama ini pengaturan pola tanam diatur oleh perangkat desa dan dusun.

4. Intensitas tanam yang rendah

Ketergantungan terhadap curah hujan menyebabkan seringnya padi mengalami gabug (bulirnya tidak berisi) atau mati kering. Dalam tiga tahun terakhir, padi musim tanam kedua selalu mengalami kegagalan panen sehingga intensitas tanam keseluruhan rendah dan petani banyak mengalami kerugian.

5. Produktivitas padi belum optimal

Ketergantungan terhadap curah hujan juga menyebabkan tingkat produksi padi sawah dan padi ladang lebih rendah jika dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki jaringan irigasi teknis, misalnya produksi padi sawah rata-rata Kecamatan Ponjong 6,57 ton/ha dan Karangmojo 5,39 ton/ha.

3.2. Pengukuran Topografi

Untuk dapat merencanakan bangunan embung da jaringan irigasi DI Pakel secara teliti dan tepat, telah dilakukan pengukuran topografi, dengan rincian: 1) pengukuran daerah genangan, skala 1 : 2000; 2) pengukuran site survey as embung, skala 1 : 500; 3) pengukuran situasi daerah irigasi, skala 1 : 5000; 4) pengukuran trase saluran irigasi, skala 1 : 2000; 5) pengukuran penampang memanjang dan melintang sungai; 6) pengukuran penampang memanjang dan melintang trase saluran irigasi. Sebagai titik tetap referensi geodetik adalah BM Bendung Payaman yang berjarak 600 m sebelah hilir lokasi embung.Dari hasil pegukuran situasi daerah irigasi, dapat diketahui luas areal fungsional yang dapat diairi secara gravitasi dari embung Pakel adalah 118,12 Ha.

3.3. Investigasi GeoteknikInvestigasi geoteknik yang telah dilakukan untuk pekerjaan Embung Pakel ini meliputi : 1) Penyelidikan geologi daerah tangkapan air skala 1 : 25.000, 2) Penyelidikan geologi daerah genangan embung skala 1 : 1000; 3) Pemetaan geologi lokasi as embung skala 1 : 500; 4) Pemboran geoteknik as embung dengan total kedalaman 100 m; 5) Pengujian SPT tanah pondasi; 6) Pengujian permeabilitas batuan pondasi; 7) Penyelidikan geoteknik material konstruksi; dan 8) Pengujian laboratorium material pondasi dan konstruksi. Hasil-hasil investigasi dilaporkan dalam buku Laporan Investigasi Geoteknik.

Geologi Daerah Genangan Embung. Daerah genangan Embung Pakel berbentuk memanjang pada arah utara-selatan, menempati areal seluas sekitar 7 ha. Topografinya tergolong terjal dengan kemiringan lereng umumnya > 25%, menempati elevasi antara 220 m sampai 235 meter. Susunan batuan penyusun terdiri dari dua formasi, yaitu Formasi Kebo Butak dan Formasi Semilir. Formasi Kebo Butak yang lebih tua, terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat, pada bagian bawah sedangkan bagian atas berupa perselingan batuapasir, batulempung dan lapisan tuf asam. Kondisi fisik batuannya keras dan kompak, memiliki sifat kedap air sebab tersusun oleh butiran-butiran yang sangat halus. Struktur geologi pada batuan ini adalah sesar geser berarah utara-selatan dan kekar-kekar atau retakan yang intensif. Formasi Semilir terdiri dari tuf, breksi batuapung dasitan, batupasir tufan dan serpih. Kondisi batuan kompak dan agak keras, tergolong batuan semi kedap air. Struktur batuan lebih sedikit mengandung retakan atau sesar dibandingkan Formasi Kebo Butak.

Geologi Lokasi Embung. Dari hasil-hasil penyelidikan geologi teknik, kondisi geologi di dasar palung sungai Plalar tersusun oleh breksi batuapung dan batulanau Formasi Kebo-Butak, bersifat kompak dan keras dengan nilai SPT N > 60. Batuan ini berbutir halus dan tersemen baik, sehingga kekedapannya tinggi dengan nilai koefisien rembesan 1,15 X 10-5 2,98 X 10-5 cm/detik. Namun pada kedua sisi sandarannya dijumpai lapisan tanah pelapukan yang cukup tebal dan memiliki nilai N yang bervariasi antara 10 - 48. Pada sisi sandaran kiri, embung akan bertumpu diatas lapisan breksi batuapung lapuk ringan dengan nilai SPT N = 48 dan koefisien permeabilitas 6 X 10-5 cm/detik.

Pada sandaran kanan dijumpai lapisan tanah pelapukan breksi dan tanah bekas timbunan embung lama dengan ketebalan berkisar antara 2 - 6 m. Lapisan tanah lunak ini perlu dikupas sampai elevasi batuan di bawahnya, yaitu lapisan breksi batuapung lapuk ringan, kompak dan cukup keras dengan nilai SPT pada elevasi rencana galian N = 36 39 dan koefisien permeabilitas 3,67 X 10-5 1,64 X 10-5 cm/detik.

Batuan dasar sungai terdiri dari breksi polimik yang bersifat kompak, keras dan kedap air (Foto 5). Susunan batuan di sebelah hilir dari as embung lama berupa batulanau, batulempung, serpih dan aglomerat dari Formasi Kebo Butak. Struktur batuannya tersayat kuat, terpotong oleh sesar dan retakan-retakan yang intensif (Foto 6).

Di sebelah hulu dari Embung Pakel lama, formasi batuan terdiri dari tuf, breksi batuapung dasitan, batupasir tufan dan serpih dari Formasi Semilir. Walaupun terpotong oleh sesar dan retakan-retakan, namun intensitas retakannya kurang rapat jika dibandingkan dengan batulempung Formasi Kebo-Butak (Foto 7 dan Foto 8).

Foto 5. Singkapan breksi polimik

Foto 6. Singkapan sesar pada batulempung

Foto 7. Singkapan serpih berlaminasi

Foto 8. Singkapan breksi terpotong sesar

Material Konstruksi. Penyelidikan material konstruksi dilakukan dengan pemetaan geologi permukaan, pembuatan test pit, pengambilan sampel tanah dan pengujian sifat fisik dan mekanika tanah di labotatorium.Bahan tanah kedap air Embung Pakel dapat diambilkan dari lokasi borrow area yang telah ditentukan. Kualitas maupun kuantitas endapan lanau pasiran dan lanau lempungan tufan pada borrow area tersebut memadai untuk konstruksi bahan inti.

Tabel 8. Sifat fisik dan mekanika tanah material konstruksi Embung Pakel

Bahan pasir dan kerikil harus didatangkan dari luar lokasi Embung Pakel, karena volume endapan pasir kerikil yang ada di sekitar lokasi embung tidak memenuhi kebutuhan konstruksi. Lokasi alternatif pengambilan adalah penambangan sirtu di Kali Woro, pada lereng tenggara Gunung Merapi.

Bahan batu sebaiknya diambilkan dari penggalian dua lokasi alternatif untuk quarry bahan batu, yaitu lokasi pengambilan sirtu di Kali Woro dan penambangan batu andesit di Dusun Watugajah.

Bab 4. System Planning4.1. Perhitungan Ketersediaan Air

Karakteristik Hidrologi DAS. Perhitungan ketersediaan air DAS Embung Pakel menggunakan metode transformasi data hujan menjadi limpasan permukaan, dengan metode FJ Mock modifikasi. Hal ini dilakukan karena tidak ada data pengukuran debit yang tersedia, baik data sekunder maupun data primer dari Dinas Pengairan Gunung Kidul. Parameter DAS yang digunakan dalam proses transformasi adalah sebagai berikut:

Kelengasan tanah (m) :30%Kapasitas kelembaban tanah (SMC):100 mm

Luas daerah tangkapan air (DTA):4 km2

Koefisien infiltrasi:0,10Faktor resesi aliran air tanah (k):0,97Penyimpanan awal (IS):58Faktor aliran hujan lebat (RF):30

Perhitungan Debit Andalan. Dari hasil analisa transformasi data hujan tersebut diperoleh besaran debit andalan metode basic month dan peluang keandalan 80%. Berdasarkan perhitungan tersebut, potensi sumber air sungai Plalar yang dapat diandalkan untuk pengembangan Embung Pakel adalah sekitar 1 juta m3 setahun.Tabel 9. Debit andalan bulanan Embung Pakel (Probabilitas terpenuhi 80%)

JanFebMarAprMeiJunJulAguSepOktNovDesSatuan

0,1210,1530,0460,0230,0100,0070,0050,0050,0040,0040,0060,007m3/det

120,5152,945,5822,789,886,945,375,064,183,646,436,95Liter/det

Sumber : hasil analisa data hujan sta Semin 1970 2003 dan data iklim stasiun Playen 1993-2002

Gambar 2. Debit andalan Embung Pakel

4.2. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi

Perhitungan kebutuhan air irigasi didasarkan pada beberapa faktor penting terutama klimatologi, jenis tanah, jenis tanaman dan pola tata tanam yang berlaku setempat. Hasil perhitungan evapotranspirasi DTA Embung Pakel dengan metode Pennman dari FAO dapat diringkasas di sini:

Tabel 10. Ringkasan Perhitungan Evapotranspirasi (Eto) DTA Embung Pakel

JanFebMarAprMeiJunJulAguSepOktNovDesSatuan

4,614,384,363,733,713,623,564,865,915,584,984,51mm/hr

143123135112115108110151177173149140mm/bln

Sumber : hasil analisa konsultan dari data iklim stasiun Playen 1993-2002Hasil perhitungan Eto tersebut digunakan untuk menghitung kebutuhan air di sawah untuk padi dan polowijo, menurut pola tanam yang biasa dilakukan masyarakat yaitu padi-padi-bero atau padi-polowijo-bero. Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi selengkapnya dapat dilihat pada Laporan Final System Planning, ringkasannya dalam Tabel 11.4.3. Neraca Air Irigasi EksistingKondisi eksisting daerah irigasi Pakel merupakan sawah tadah hujan dimana pemenuhan kebutuhan air tanaman sepenuhnya menggantungkan dari curah hujan. Oleh karena itu neraca air eksisting disusun dari perimbangan antara curah hujan dan kebutuhan air tanaman dalam satuan mm/hari.

Dalam perhitungan neraca air eksisting dikaji tiga kemungkinan awal musim tanam yaitu 1 Oktober, 1 November dan 1 Desember. Besarnya kebutuhan air diperhitungkan dari pola tanam padi-padi-palawija yang diinginkan oleh petani; padi dipilih varietas unggul Nedeco/Prosida sedangkan palawija dipilih jagung varietas unggul yang biasa ditanam oleh petani setempat. Besarnya ketersediaan air diambil dari tiga kondisi berbeda yaitu curah hujan tahun kering (R80), tahun normal (R50) dan tahun basah (R20).

Berdasarkan perhitungan neraca air eksisting tersebut, diperoleh gambaran pemenuhan kebutuhan air saat ini adalah sbb: 1) Dari semua kondisi awal musim tanam dan curah hujan yang dikaji, neraca air dalam satu tahun selalu menunjukkan defisit air; 2) Jika musim tanam diawali 1 Oktober, defisit air yang besar terjadi pada awal MT-1, akhir MT-2 dan keseluruhan MT-3; 3) Jika musim tanam diawali 1 November, defisit air cukup besar pada awal MT-1, akhir MT-2 dan separuh lebih MT-3; 4) Jika musim tanam diawali 1 Desember, MT-1 secara umum surplus air, defisit air dialami sepanjang MT-2 dan separuh MT-3. Gambar 3 menunjukkan gambaran neraca irigasi eksisting.

Tabel 11. Kebutuhan Air Irigasi D I Pakel pada berbagai awal musim tanam

Sumber : hasil analisa konsultan dari data iklim stasiun Playen 1993-2002

Sumber : hasil analisa konsultan Gambar 3. Neraca air irigasi DI Pakel, kondisi eksisting4.4. Konsep Pengembangan Irigasi

Pengembangan irigasi DI Pakel memiliki tujuan utama yaitu mengatasi defisit air pada areal fungsional rencana seluas 118,12 Ha dengan sasaran pola tata tanam Padi-Padi-Palawija. Konsep dasar pengembangan adalah menyediakan jaringan irigasi lengkap terdiri dari bangunan utama, saluran irigasi dan bangunan pelengkap untuk memenuhi kriteria:

Mampu menjamin kepastian awal musim tanam 1 (padi) tepat waktu dan menjamin kecukupan kebutuhan air sampai saat panen

Memperoleh luas tanam optimal dan cadangan air yang cukup untuk musim tanam 2 (padi)

Memiliki cadangan air cukup untuk palawija pada musim tanam 3.

Perencanaan kebutuhan air menggunakan jenis tanaman komoditas padi dan palawija varietas unggul

Perencanaan ketersediaan air menggunakan debit aliran permukaan dengan probabilitas terpenuhi 80%

Pola operasi jaringan irigasi mudah dilaksanakan oleh petani dan petugas pengairan di lapangan

4.5. Penentuan Jenis Bangunan Utama

Untuk memulihkan fungsi irigasi embung lama yang sudah rusak, telah dikaji dua kemungkinan jenis bangunan utama untuk menyadap air permukaan dari Kali Plalar, yaitu bendung dan embung. Sebagai acuan awal dipakai patokan elevasi bangunan pengambilan + 226 m, yaitu elevasi optimum dari hasil penelusuran jaringan irigasi eksisting. Pemilihan jenis bangunan utama untuk dilanjutkan dengan detail desain dilakukan dengan simulasi kemampuan masing-masing bangunan utama menyediakan air irigasi sepanjang tahun. Hasil simulasi menunjukkan bahwa:

Dengan bendung, intensitas tanam maksimum yang mungkin dicapai adalah 124,94% atau luas tanam total satu tahun 147,58 Ha; Dengan embung, intensitas tanam maksimum yang mungkin dicapai adalah 300% atau luas tanam total satu tahun 354,36 Ha.Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka dipilih bangunan utama jenis embung untuk dilanjutkan ke tahap detail desain.Pemilihan embung sebagai bangunan penangkap air permukaa dinilai sesuai dengan keadaan DAS K Plalar yang tidak terlalu luas, curah hujan sedang dan kondisi baseflow yang rendah. Embung dapat menyimpan kelebihan curah hujan pada musim penghujan untuk dimanfaatkan pada musim kemarau. Rencana pengaturan pemberian air pun harus dibuat ketat, dengan melakukan penjatahan air, atau pemberian air secara giliran. Dengan embung hal ini sangat mungkin dilakukan.4.6. Kapasitas Embung

Ada dua faktor pembatas untuk menentukan kapasitas embung yaitu topografi dan potensi hidrologi. Embung sendiri memiliki kriteria batasan yaitu tinggi maksimum 15 m dan volume maksimum 500.000 m3. Dari simulasi optimasi tampungan embung yang telah dilakukan, untuk tinggi embung maksimum 15 m di atas dasar sungai; volume tampungan kotor 127.752 m3, tampungan mati 20.589 m3 dan tampungan efektif 107.163 m3.

Sumber : hasil analisa konsultan Gambar 4. Kurva luas genangan dan volume tampungan Embung Pakel4.7. Sosialisasi

Sosialisasi pertama. Agenda sosialisasi tahap pertama adalah penyampaian rencana kegiatan Embung Pakel. Sosialisasi dihadiri oleh pihak konsultan, proyek diwakili oleh direksi pekerjaan, perwakilan masyarakat petani, pemerintah daerah diwakili oleh Kaurbang Kecamatan Semin dan Lurah Desa Karangsari dan dinas/instansi terkait diwakili oleh Bappeda Kabupaten Gunung Kidul dan Asisten Perencanaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gunung Kidul. Dalam pertemuan pertama ini ditampung masukan dari instansi daerah dan masyarakat setempat, untuk mendukung perencanaan yang akan menghasilkan manfaat optimal dan kendala seminimal mungkin.

Sosialisasi kedua. Dalam pertemuan yang kedua disampaikan konsep system planning hasil kajian konsultan setelah melakukan serangkaian pekerjaan survei investigasi dan pekerjaan analisa hidrologi, geologi, hidrolika, pertanian dan sosial ekonomi. Dalam pertemuan pertama dicapai kesepakatan bersama antara perencana dengan pengguna jasa, masyarakat dan instansi terkait mengenai gambaran perencanaan final meliputi seluruh aspek baik teknis maupun non teknis.

Bab 5. Detail DesainDesain Embung Pakel berikut jaringan irigasinya mengacu kepada hasil-hasil survei investigasi dan penyusunan system planning yang telah disepakati bersama-sama dengan direksi pekerjaan, instansi terkait dan masyarakat petani di lokasi perencanaan. 5.1. Perhitungan Debit Banjir

Curah Hujan Netto. Hujan netto merupakan hujan total yang menghasilkan limpasan langsung yang terdiri dari aliran permukaan dan interflow. Hujan netto bisa dinyatakan sebagai hasil perkalian antara koefisien pengaliran dengan intensitas curah hujan. Koefisien pengaliran DTA Embung Pakel diambil 0,75 mengacu karakteristik topografinya berupa daerah pegunungan. Untuk keperluan desain, diambil hujan netto kala ulang 25 tahun, 1000 tahun dan PMF, masing-masing sebesar 110,04 mm, 180,21 mm dan 351,54 mm.Hidrograf Satuan. Untuk menghitung ordinat satuan hidrograf satuan DTA Embung Pakel digunakan metode GAMA-1. Input perhitungan hidrograf satuan diambil dari karakter geometris DTA dari peta topografi skala 1 : 25.000. Hasil perhitungan hidrograf satuan selengkapnya dapat dilihat pada Laporan Desain Note. Debit Banjir Rancangan. Berdasarkan hidrograf satuan yang telah dihitung dengan dua metode tersebut, dapat dihitung besarnya debit banjir rancangan untuk DTA Embung Pakel:

Tabel 12. Debit banjir rancangan DTA Embung Pakel

Peride ulang (tahun)Debit puncak banjir Metode GAMA-1 (m3/det)

215,75

521,73

1025,52

2530,14

5033,49

10036,75

100047,45

Sumber : hasil analisa konsultan Penguunaan dalam desain. Debit banjir kala ulang 25 tahun digunakan untuk desain sistem pengelak, debit kala ulang 1000 tahun untuk perencanaan dimensi bangunan pelimpah. Sedangkan debit banjir PMF untuk mengontrol tinggi jagaan embung dan kapasitas pelimpah.

Gambar 5. Hidrograf banjir rancangan DTA Embung Pakel

5.2. Perhitungan Sedimentasi

Perkiraan besarnya sedimentasi Embung Pakel didekati dengan rumus perhitungan kehilangan tanah universal (USLE) yang memasukkan faktor curah hujan, kemiringan dan panjang lereng, crop factor, dan konservasi lahan yang dilakukan. Besarnya laju sedimentasi hasil perhitungan tersebut adalah 3995 m3 per tahun. Berdasarkan simulasi operasi waduk untuk memperkirakan jumlah sedimen yang mengendap di dalam waduk, diperlukan tampungan sedimen sebesar 20.589 m3 supaya embung dapat berfungsi selama 30 tahun. Tampungan mati berada pada elevasi + 226 m dpl atau 6 meter di atas dasar sungai. Elevasi ini diambil sebagai acuan rencana dasar bangunan pengambilan.

5.3. Desain Sistem PengelakKonstruksi bangunan pengelak terdiri dari bendungan pengelak (cofferdam) dan saluran pengelak (diversion channel). Bendungan pengelak nantinya akan menjadi satu kesatuan dengan tubuh embung.

a. Cofferdam

a) Tipe konstruksi:Urugan tanah homogen

b) Tinggi:6 m

c) Lebar puncak:3 m

b. Diversion channel

a) Tipe konstruksi:box culvert beton

b) Elevasi inlet:+ 220,00 m dpl

c) Elevasi outlet:+ 219,75 m dpl

d) Dimensi inlet:1,60 m X 1,60 m

e) Kapasitas saluran:30,14 m3 (Q25)

f) Panjang saluran pengelak:110 m

g) Kemiringan dasar saluran:0,00273 m/m

5.4. Desain Tubuh Embung

Data pokok desain bangunan utama tubuh Embung Pakel adalah sebagai berikut:

a. Bendungan Utamab. Tipe embung:Urugan tanah homogen

c. Elevasi puncak:+ 235,00 m dpl

d. Elevasi dasar sungai:+ 220,12 m dpl

e. Elevasi dasar galian pondasi:+ 218,00 m dpl

f. Tinggi di atas dasar sungai:14,88 m

g. Tinggi di atas galian :17,00 m

h. Lebar puncak :6 m

i. Panjang puncak:96 m

j. Volume tubuh embung:33.275,99 m3

b. Genangan Waduka. Elevasi muka air banjir:+ 234,05 m dpl

b. Elevasi muka air normal:+ 232,50 m dpl

c. Elevasi muka air rendah:+ 226,00 m dpl

d. Luas genangan (MAB):3,04 Ha

c. Volume Tampungan Waduka. Muka air banjir (El. 234,05):181.073 m3

b. Muka air normal (El. 232,50):127.751 m3c. Muka air rendah (El. 226,00): 20.589 m3d. Tampungan efektif:107.163 m35.5. Desain Bangunan Pelimpah

Konstruksi bangunan pelimpah terdiri dari saluran pengarah, lantai hulu, bangunan pengatur (ambang pelimpah), saluran transisi, saluran peluncur dan bangunan peredam energi. Panjang bangunan keseluruhan adalah 107,70 meter mulai dari lantai hulu (apron) sampai ujung hilir peredam energi. Garis besar perencanaan konstruksi sebagai berikut:

a. Saluran pengarah dan lantai hulu (apron)

a) Elevasi saluran pengarah :+ 231,00 m dpl

b) Lebar saluran pengarah:12 m

c) Elevasi apron:+ 230,00 m dpl

d) Tipe konstruksi:pasangan batu lantai beton

e) Lebar apron:12 m

f) Panjang lantai apron :10,59 mb. Bangunan pengatur

a) Tipe pelimpah:Ogee tanpa pintu

b) Kapasitas pelimpah :46,45 m3/dt, banjir desain Q1000

88,80 m3/dt, banjir desain QPMFc) Tipe konstruksi:pasangan batu lantai beton

d) Elevasi puncak pelimpah:+ 232,50 m dpl

e) Lebar pelimpah:12 m

f) Kemiringan lereng hilir:1 : 1,40g) Elevasi lantai hilir:+ 230,00 m dpl, datar

h) Lebar lantai hilir:12 m

i) Panjang lantai hilir:6 m

j) Jembatan pelayanan:beton bertulang

k) Lebar jembatan:6 m

c. Saluran transisi hulua) Elevasi hulu saluran:+ 230,00 m dpl

b) Elevasi hilir saluran:+ 229,00 m dpl

c) Panjang saluran:20 m

d) Kemiringan dasar saluran:0,050 m/m ( 1 : 20 )

e) Lebar hulu saluran:12 m

f) Lebar hilir saluran:4 m

g) Bentuk penampang:segiempat

h) Tipe konstruksi:pasangan batu lantai beton

d. Saluran peluncur landai

a) Elevasi hulu saluran:+ 229,00 m dpl

b) Elevasi hilir saluran:+ 226,00 m dpl

c) Panjang saluran:35 m

d) Kemiringan dasar saluran:0,086 m/m (1 : 11,66)

e) Lebar hulu saluran:4 m

f) Lebar hilir saluran:4 m

g) Bentuk penampang:segiempat

h) Tipe konstruksi:pasangan batu lantai beton

e. Saluran peluncur terjal

a) Elevasi hulu saluran:+ 226,00 m dpl

b) Elevasi hilir saluran:+ 223,00 m dpl

c) Panjang saluran:10 m

d) Kemiringan dasar saluran:0,300 m/m (1 : 3,33)

e) Lebar hulu saluran:4 m

f) Lebar hilir saluran:4 m

g) Bentuk penampang:segiempat

h) Tipe konstruksi:pasangan batu lantai betonf. Saluran transisi hilir

a) Elevasi hulu saluran:+ 223,00 m dpl

b) Elevasi hilir saluran:+ 220,00 m dpl

c) Panjang saluran:10 m

d) Kemiringan dasar saluran:0,300 m/m (1 : 3,33)

e) Lebar hulu saluran:4 m

f) Lebar hilir saluran:6 m

g) Bentuk penampang:segiempat

h) Tipe konstruksi:pasangan batu

g. Bangunan peredam energi

a) Tipe peredam energi:kolam olak USBR type III

b) Tipe konstruksi:pasangan batu

c) Elevasi dasar kolam olak:+ 220,00 m dpl

d) Kecepatan air masuk:12,96 m/dt, Fr = 5,35e) Kecepatan air keluar: 1,83 m/dt, Fr = 0,28f) Panjang kolam olak:12 m

g) Lebar kolam olak:6 m

h) Tinggi dinding kolam olak:5 m, termasuk tinggi jagaan 0,77 m

i) Bentuk penampang kolam:segiempat

j) Tinggi gigi pemencar (hulu):0,60 m; jumlah 5 buah

k) Tinggi gigi halang (tengah):0,93 m; jumlah 4 buah

l) Tinggi ambang ujung (hilir):0,78 m

5.6. Desain Bangunan PengambilanKonstruksi bangunan pengambilan terdiri dari bangunan intake dan saluran pembawa. Panjang konstruksi keseluruhan adalah 50,00 meter mulai dari intake sampai outlet. Perencanaan konstruksi masing-masing bagian secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Bangunan intake

a) Tipe bangunan intake:Menara

b) Tipe konstruksi:Beton bertulang

c) Dimensi inlet:bujursangkar 1 m X 1 m

d) Elevasi dasar inlet:+ 226,00 m dpl

e) Dimensi pintu intake:1 m X 1 m

f) Jembatan pelayanan:rangka baja, L = 9,50 mb. Saluran Pembawa

a) Tipe:pipa di bawah timbunan

b) Konstruksi:beton bertulang

c) Bentuk, dimensi:lingkaran, 40 cm

d) Panjang saluran:50 m

e) Elevasi dasar inlet:+ 226,00 m dpl

f) Elevasi dasar outlet:+ 226,00 m dpl

g) Kapasitas rencana :0,159 m3/dt

5.7. Desain Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi DI Pakel terdiri dari jaringan pembawa dan jaringan drainase. Jaringan pembawa berfungsi mengalirkan air irigasi dari outlet embung ke petakpetak tersier; terdiri dari sebuah saluran primer yang kemudian dibagi menjadi dua saluran sekunder. Jaringan drainase berfungsi mengalirkan aliran air permukaan ke arah saluran-saluran pembuangan alamiah supaya tidak masuk ke dalam jaringan pembawa pada saat hujan deras; jaringan ini terdiri dari saluran gendong yang diletakkan sejajar dengan trase saluran pembawa. Desain jaringan irigasi DI Pakel secara garis besar adalah sebagai berikut:

Saluran Primer Pakel. Saluran Primer Pakel adalah saluran irigasi yang bermula dari bangunan outlet pengambilan Embung Pakel sampai ke bangunan bagi. Saluran primer Pakel akan membawa air irigasi untuk daerah layanan seluas 118,12 Ha dengan debit rencana 160 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat berdimensi 0,8 m x 0,8 m dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran primer adalah 120 m.Saluran Sekunder Pakel Kiri. Melayani DI Pakel Kiri seluas 49,64 Ha, dengan debit rencana 67,31 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat dengan dimensi 0,6 m x 0,6 m dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran dari bangunan bagi sampai ke sadap terakhir 1958 m. Bangunan pengatur terdiri dari 2 buah bangunan sadap yang dilengkapi dengan alat ukur dan 3 buah corongan; bangunan pelengkap lainnya terdiri dari 7 buah talang pembawa, 7 buah pelimpah samping, 3 buah terjunan, dan 5 buah gotrong-gorong. Saluran Sekunder Pakel Kanan. Daerah Irigasi Pakel Kanan dengan luas areal layanan sebesar 68,48 Ha, dengan debit rencana 92,86 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat dengan dimensi 0,6 m x 0,6 m dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran dari bangunan bagi sampai ke sadap terakhir 2108 m. Bangunan pengatur terdiri dari 2 buah bangunan sadap yang dilengkapi dengan alat ukur dan 6 buah corongan; bangunan pelengkap lainnya terdiri dari 8 buah talang pembawa, 8 buah pelimpah samping, 4 buah terjunan, dan sebuah gorong-gorong. Sistem Drainase. Saluran pembawa direncanakan dengan dimensi seperlunya saja untuk mengalirkan debit air sesuai kebutuhan maksimum dari daerah layanan ditambah dengan tinggi jagaan. Selama musim hujan, dimungkinkan terjadi penambahan debit air ke dalam saluran yang berasal dari air hujan dan surface runoff. Tambahan air dalam jumlah secukupnya akan sangat menguntungkan, namun jika jumlahnya terlalu besar - sehingga melebihi kapasitas saluran pembawa - dapat menyebabkan kerusakan tanggul dan mendatangkan masalah sedimentasi pada saluran pembawa.

Masuknya air permukaan secara berlebih ke dalam saluran pembawa perlu dicegah dengan cara membuat sistem drainase. Sistem drainase yang dipilih adalah saluran drainase gendong yaitu saluran-saluran tanah yang ditempatkan sejajar dengan trase saluran pembawa. Fungsi saluran untuk memotong aliran permukaan dari lereng bukit dan mengalirkannya menyamping secepat mungkin ke arah saluran-saluran alam. Dari hasil perhitungan drainage modul (Dm) diperoleh angka Dm = 5,59 lt/det/ha. Desain saluran drainase dibuat lebih besar dengan patokan Qd = 9,05 lt/det/ha. Saluran drainase didisain berupa saluran tanah berbentuk trapesium dengan lebar dasar 0,50 m. Selain dari masalah tersebut, hujan lebat juga dapat menyebabkan sawah mengalami penggenangan melebihi kebutuhan. Air ini juga harus dibuang secepat mungkin ke arah saluran-saluran alam terdekat. Daerah irigasi Pakel yang memiliki bentuk topografi berbukit-bukit dan sistem penataan sawah berteras-teras. Kondisi topografi ini memudahkan untuk membuang kelebihan air di sawah secara gravitasi, sehingga tidak memerlukan desain saluran pembuang secara khusus.Bab 6. Pedoman Operasi dan PemeliharaanKeberhasilan sistem irigasi yang sudah didisain tergantung dari tiga hal, yaitu: kualitas konstruksi, cara pengoperasian dan pemeliharaan yang benar, dan dukungan sumberdaya manusia yang memadai. Berikut disampaikan beberapa pedoman pokok mengenai operasi dan pemeliharaan Embung Pakel dan jaringan irigasinya.6.1. Pedoman OperasiProsedur Operasi. Agar dapat berjalan dengan baik, pengelolaan waduk dan jaringan irigasi menuntut keterlibatan, kerjasama dan koordinasi berbagai pihak mulai dari petani melalui P3A dan Gabungan P3A; Mantri Pengairan, Ranting / Cabang Dinas Pengairan, dan Panitia Irigasi tingkat Kabupaten. Kegiatan-kegiatan perencanaan operasi harus disepakati pada awal musim tanam, meliputi: 1) Memperkirakan debit tersedia, 2) Menghitung kebutuhan air total, dan 3) Mencocokkan usulan kelompok tani / P3A dengan debit tersedia dan pengaturan pemberian air. Struktur organisasi, prosedur perencanaan operasi dan pedoman pelaksanaan dapat dilihat dalam buku Laporan Pedoman Operasi dan Pemeliharaan. Contoh rencana tata tanam diberikan di sini untuk sistem 2 golongan (Tabel 13).Operasi Waduk. Mengingat volume tampungan Embung Pakel relatif kecil, maka pemberian air waduk untuk irigasi harus direncanakan secara teliti. Setiap kali akan memulai musim tanam, perlu direncanakan pola tata tanam selama satu tahun dan dihitung besarnya kebutuhan air irigasi dari waktu ke waktu. Berikut disampaikan pedoman umum operasi waduk selama satu tahun untuk pola tata tanam padi-padi-palawija sistem dua golongan, waktu tanam diawali tanggal 1 November / 15 November (Tabel 14 dan Gambar 6).Operasi Jaringan Irigasi. Setelah jadwal pemberian air irigasi dari waduk ditetapkan, selanjutnya perlu direncanakan pengaturan pemberian air ke petak-petak tersier melalui saluran sekunder dan bangunan-bangunan pengaturnya. Sebagai contoh pedoman operasi jaringan disampaikan di sini untuk kondisi debit kering, Q 80 (Tabel 15).

Pedoman Pemberian Air. Pedoman pemberian air di tingkat petak tersier didasarkan atas besarnya Faktor K yaitu perbandingan antara besarnya debit yang tersedia terhadap debit yang dibutuhkan. ian di lapangan akan menjumpai hal-hal seperti berikut : 1) Untuk kondisi K1, berarti ketersediaan air cukup, 2) Untuk kondisi K 0,70; 2) pemberian secara giliran jika K< 0,70. Pemberian air secara giliran dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu : 1) giliran di dalam petak tersier (K = 0,50 0,70), 2) giliran antar petak tersier (K = 0,25 0,50) dan giliran antar blok petak tersier (K < 0,25).

Tabel 13. Rencana Tata Tanam DI Pakel Terpilih (Alternatif 1 : tata tanam 2 golongan)Pola tanam : Padi-Padi-PalawijaJadual tanam:1 November - 16 NovemberTata tanam:2 golongan

Tabel 14. Pedoman Pengoperasian Embung Pakel

Gambar 6. Rule Curve (Kurva Pengaturan) Operasi Embung Pakel

Tabel 15. Pengaturan Pemberian Air Jaringan Irigasi DI Pakel berdasarkan debit inflow Q-80 (Operasi Waduk Zona-1)Pola tanam : Padi-Padi-PalawijaJadual mulai tanam:1 Nov - 16 NovTata tanam:2 golonganDebit:Debit Q-80

6.2. Pedoman Pemeliharaan

Pemeliharaan Rutin. Pemeliharaan sehari-hari terhadap jaringan irigasi dan drainase disebut pemeliharaan rutin. Pekerjaan semacam ini cukup dikerjakan oleh petugas setempat, seperti perbaikan kecil saluran dan bangunan, membersihkan peralatan ukur, membuang sampah terapung pada saluran dan memberikan pelumas pada pintu.

Pemeliharaan berkala. Pemeliharaan berkala dimaksudkan pemeliharaan terhadap jaringan yang tidak menyebabkan jaringan tidak berfungsi. Pekerjaan pemeliharaan seperti itu misalnya, perkuatan tanggul dan atau bangunan, penggalian endapan di saluran, pemotongan rumput dan pengecatan. Pekerjaan seperti ini dapat dikerjakan dengan swakelola atau dikontrakkan. Pemeliharaan seperti ini dimaksud untuk mengembalikan fungsi saluran atau bangunan sesuai perencanaan.

Pemeliharaan khusus. Pekerjaan pemeliharaan yang dimaksud ialah pekerjaan perbaikan terhadap kerusakan besar akibat banjir atau gempa bumi. Kerusakan semacam ini tidak dapat diduga, meskipun demikian untuk menghindarinya dapat dilakukan tindakan perlindungan seperti tanggul banjir atau perencanaan yang memperhitungkan kekuatan gempa. Di lokasi demikian perlu disediakan anggaran bencana alam yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Pekerjaan pemeliharaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Embung, 2) Jaringan Irigasi, 3) Jalan Inspeksi, 4) Sistem Drainase, dan 5) Bangunan Pelengkap.Peralatan Monitoring. Perencanaan dan pemantauan peralatan bendungan urugan tanah, mendapat perhatian besar pada bagian penurunan pondasi, seepage dan tekanan pori. Pemantauan dan pencatatan data menjadi wewenang Dinas Pengairan Propinsi, untuk dilaporkan ke Dinas Pengairan Propinsi yang akan melakukan evaluasi. Peralatan yang diperlukan sebagai berikut : 1) Peralatan cross arm settlement untuk memonitor daya dukung tanggul; 2) Peralatan Hydraulic leveling, untuk mengukur penurunan tanggul, 3) Inclinometer,untuk mengukur penurunan dan gerakan horisontal, 4) Linier extensometer, untuk mengukur gerakan yang sederhana dan hasilnya dapat diandalkan, 5) Standpipe Piezometer, untuk mengukur tekanan air pori yang ditempatkan menyebar di dalam tubuh bendungan urugan, 6) Sumur Pengamat, untuk mengukur kedalaman muka airtanah di hilir embung, untuk mendeteksi adanya rembesan. Sebagai catatan, pabrik peralatan memberi buku petunjuk tentang bagaimana memakai dan merawat alat tersebut dan petunjuk yang ada harus diikuti.

Bab 7. Analisa Ekonomi7.1. Asumsi DasarAsumsi dasar yang digunakan dalam Analisa Ekonomi adalah sebagai berikut: 1) Umur ekonomis embung 30 tahun, 2) Tingkat suku bunga 12%, 3) Harga ekonomi didasarkan atas harga konstan yang berlaku tahun 2004, 4) Analisis perhitungan didasarkan atas nilai rupiah murni, 5) Nilai tukar valuta asing 1 US$ = Rp. 9.250,- 6) Manfaat irigasi dimulai pada tahun ke-4, sedangkan full development (pengembangan penuh) pada tahun ke-8; 7) Manfaat perikanan dimulai pada tahun ke-5, mulai berproduksi tahun ke-6, dan full development pada tahun ke-10; 8) Luas perikanan karamba 0,26 Ha, dengan asumsi produksi 1.359.594,00 Kg/Ha/Th; dan 9) Biaya OP untuk embung/ dam pada tahun ke-10 dan ke-20 akan naik menjadi 500%.

7.2. Biaya ProyekBiaya Konstruksi. Total biaya konstruksi embung termasuk PPn 10% adalah 12,38 milyar rupiah dengan perincian biaya persiapan dan land clearing 0,52 milyar, relokasi jalan 0,43 milyar, konstruksi embung dan bangunan pelengkapnya 7,36 milyar, konstruksi jaringan irigasi 2,95 milyar, dan PPN 10% sebesar 1,12 milyar rupiah. Biaya Finansial. Total biaya finansial embung termasuk biaya administrasi, jasa dan kontingensi harga adalah 15,38 milyar rupiah dengan penjadwalan alokasi tahun pertama 3,64 milyar, tahun kedua 7,62 milyar dan tahun ketiga 4,11 milyar. Total biaya pembebasan tanah sebesar 1,98 milyar rupiah. Total biaya O & M untuk embung dan jaringan irigasi sebesar 82,80 juta rupiah per tahun.

Biaya Ekonomi. Total biaya ekonomi embung termasuk biaya administrasi, jasa dan kontingensi harga adalah 13,41 milyar rupiah; dengan penjadwalan alokasi dana pada tahun pertama 3,17 milyar; tahun kedua 6,65 milyar dan tahun ketiga 3,59 milyar rupiah. Total biaya pembebasan tanah sebesar 1,98 milyar rupiah. Total biaya O & M untuk embung dan jaringan irigasi sebesar 72,04 juta rupiah per tahun.

7.3. Manfaat Proyek

Manfaat Finansial. Tanpa adanya Embung Pakel, total manfaat finansial tanpa proyek per tahun adalah 427,89 juta rupiah dari sektor pertanian; dengan adanya proyek total manfaat menjadi 3,17 milyar rupiah per tahun, yang berasal dari sektor pertanian (2,11 milyar rupiah) dan sektor perikanan (1,06 milyar rupiah). Dengan demikian terdapat kenaikan manfaat finansial dari proyek Embung Pakel sebesar 2,75 milyar rupiah per tahun.Manfaat Ekonomi. Manfaat ekonomi tanpa embung total per tahun adalah 250,81 juta rupiah dari sektor pertanian; dengan adanya proyek total manfaat meningkat menjadi 3,13 milyar rupiah yang berasal dari sektor pertanian 2,07 milyar dan sektor perikanan 1,06 milyar per tahun. Dengan demikian diperoleh kenaikan manfaat ekonomi bersih dari proyek Embung Pakel sebesar 2,88 milyar rupiah per tahun.7.4. Analisa Kelayakan ProyekBertolak pada asumsi-asumsi diatas, berikut disampaikan rekapitulasi hasil analisa kelayakan proyek untuk setiap kondisi yang ditinjau. Perhitungan secara lengkap disajikan dalam buku Laporan Analisa Ekonomi. Adapun keadaan yang ditinjau adalah sebagai berikut: Keadaan 1:Normal

Keadaan 2:Biaya proyek naik 10%, manfaat normal

Keadaan 3:Biaya proyek normal, manfaat turun 10%

Keadaan 4:Biaya proyek naik 10%, manfaat turun 10%

Keadaan 5:Pelaksanaan Konstruksi mundur 2 Tahun

Keadaan 6:Biaya proyek normal, manfaat naik 10%

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Analisa Kelatakan Finansial Proyek Embung PakelAnalisa finansial tanpa pembebasan lahan

KEADAANTOTAL INVESTASI ( Juta Rp. )IRRBCRNPV ( Juta Rp. )

124.415,8911,37%0,95-688,56

225.953,9210,36%0,87-1.914,37

324.415,8910,13%0,85-1.969,06

425.953,929,17%0,78-3.194,87

524.250,299,91%0,82-2.140,66

624.415,8912,53%1,04591,94

Analisa finansial dengan pembebasan lahan

KEADAANTOTAL INVESTASI ( Juta Rp. )IRRBCRNPV ( Juta Rp. )

122.078,9310,09%0,84-1.906,10

223.814,858,59%0,73-3.530,14

322.078,938,98%0,76-2.911,41

423.814,858,07%0,69-4.055,85

521.913,338,74%0,72-3.088,01

622.078,9311,12%0,92-900,78

Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Analisa Kelatakan Ekonomi Proyek Embung PakelAnalisa finansial tanpa pembebasan lahan

KEADAANTOTAL INVESTASI ( Juta Rp. )IRRBCRNPV ( Juta Rp. )

121.181,6413,53%1,131.506,64

222.522,5112,41%1,03437,96

321.181,6412,17%1,01165,91

422.522,5111,12%0,93-902,77

521.037,5711,73%0,98-257,78

621.181,6414,80%1,242.847,37

Analisa finansial dengan pembebasan lahan

KEADAANTOTAL INVESTASI ( Juta Rp. )IRRBCRNPV ( Juta Rp. )

119.493,7911,96%1,00-37,35

221.032,5610,95%0,91-1.056,52

319.493,7910,79%0,90-1.097,58

421.032,569,82%0,82-2.116,75

519.349,7210,46%0,86-1.389,49

619.493,7913,06%1,101.022,88

7.5. KesimpulanRekapitulasi hasil analisa kelayakan proyek dalam keadaan normal adalah sbb:

NoAnalisaUsia Guna (Tahun)Investasi (Juta Rp)IRR (%)BCRNPV (Juta Rp)

1Finansial tanpa lahan3024.415,8911,370,95-688,56

2Finansial dengan lahan3022.078,9310,090,84-1.906,10

3Ekonomi tanpa lahan3021.181,6413,531,131.506,64

4Ekonomi dengan lahan3019.493,7911,961,00-37,35

Dari harga IRR, BCR, NPV (kondisi normal) di atas, maka dapat disimpulkan Embung Pakel di Kabupaten Gunung Kidul secara ekonomi layak (FEASIBLE) untuk dilaksanakan.

7.6. SaranAgar pembangunan Embung Pakel dapat memberikan manfaat secara ekonomi maka disarankan:

1. Pembangunan Embung Pakel dilaksanakan sesuai jadwal (tepat waktu).

2. Daerah Irigasi Pakel harus dikelola dengan baik

3. Untuk memperpanjang usia guna embung perlu adanya pengendalian erosi di daerah tangkapan air dengan cara Konservasi lahan yaitu menggalakkan penghijauan, pembuatan cek dam di anak sungai dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

DAFTAR ISI

Kata Pengantari

Daftar Isi

ii

Daftar Gambariv

Daftar Tabelv

Daftar LampiranviABab 1.Pendahuluan

1.1.Latar Belakang11.2.Maksud dan Tujuan11.3.Lokasi Perencanaan1Bab 2.Gambaran Wilayah22.1.Topografi22.2.Geologi22.3.Iklim32.4.Hidrologi32.5.Demografi42.6.Ekonomi52.7.Sosial52.8.Budaya52.9.Penggunaan Lahan6Bab 3.Survei Investigasi73.1.Inventarisasi Daerah Irigasi Pakel73.2.Pengukuran Topografi103.3.Investigasi Geoteknik10Bab 4.System Planning134.1.Perhitungan Ketersediaan Air134.2.Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi144.3.Neraca Air Irigasi Eksisting144.4.Konsep Pengembangan Irigasi174.5.Penentuan Jenis Bangunan Utama174.6.Penentuan Kapasitas Embung184.7.Sosialisasi18Bab 5.Detail Desain195.1.Perhitungan Debit Banjir195.2.Perhitungan Sedimentasi205.3.Desain Sistem Pengelak205.4.Desain Tubuh Embung215.5.Desain Bangunan Pelimpah225.6.Desain Bangunan Pengambilan245.7.Desain Jaringan Irigasi24Bab 6.Pedoman Operasi dan Pemeliharaan266.1.Pedoman Operasi266.2.Pedoman Pemeliharaan31Bab 7.Analisa Ekonomi327.1.Asumsi Dasar327.2.Biaya Proyek327.3.Manfaat Proyek327.4.Analisa Kelayakan Proyek337.5.Kesimpulan347.6.Saran35

DAFTAR GAMBAR3Gambar 1.Curah hujan rerata DTA Embung Pakel

Gambar 2.Debit andalan Embung Pakel13Gambar 3.Neraca air irigasi DI Pakel, kondisi eksisting16Gambar 4.Kurva luas genangan dan volume tampungan Embung Pakel18Gambar 5.Hidrograf banjir rancangan DTA Embung Pakel20Gambar 6.Rule Curve (Kurva Pengaturan) Operasi Embung Pakel29

DAFTAR TABEL3Tabel 1.Data iklim daerah perencanaan

Tabel 2.Curah hujan rancangan DTA Embung Pakel4Tabel 3.Curah hujan rancangan DTA Embung Pakel4Tabel 4.Penggunaan Lahan di Kecamatan Semin6Tabel 5.Luas areal potensial di Desa Karangsari6Tabel 6.Intensitas Tanam DI Pakel konsisi eksisting8Tabel 7.Produksi Padi dan Palawija Desa Karangsari9Tabel 8.Sifat fisik dan mekanika tanah material konstruksi Embung Pakel12Tabel 9.Debit andalan bulanan Embung Pakel (Probabilitas terpenuhi 80%)13Tabel 10.Ringkasan Perhitungan Evapotranspirasi (Eto) DTA Embung Pakel14Tabel 11.Kebutuhan Air Irigasi D I Pakel pada berbagai awal musim tanam15Tabel 12.Debit banjir rancangan DTA Embung Pakel19Tabel 13.Rencana Tata Tanam DI Pakel Terpilih27Tabel 14.Pedoman Pengoperasian Embung Pakel28Tabel 15.Pengaturan Pemberian Air Jaringan Irigasi DI Pakel berdasarkan Q-8030Tabel 16.Rekapitulasi Hasil Analisa Kelatakan Finansial Proyek Embung Pakel33Tabel 17.Rekapitulasi Hasil Analisa Kelatakan Ekonomi Proyek Embung Pakel34

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Peta Lokasi PekerjaanLampiran 2. Gambar Desain : Tata Letak EmbungLampiran 3. Gambar Desain : Potongan Memanjang, Melintang dan Detail EmbungLampiran 4. Gambar Desain : Denah dan Potongan Bangunan PengelakLampiran 5. Gambar Desain : Denah dan Potongan Bangunan PelimpahLampiran 6. Gambar Desain : Denah dan Potongan Bangunan PengambilanLampiran 7. Gambar Desain : Peta InstrumentasiLampiran 8. Gambar Desain : Peta Daerah IrigasiLampiran 9. Gambar Desain : Skema Bangunan dan Jaringan Irigasi Rencana

Lampiran 10. Pedoman Operasi Jaringan Irigasi

KATA PENGANTAR

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan kewajiban sebagai persyaratan Sertifikat Keahliah Sumber Daya Air.

Makalah ini menyajikan gambaran ringkas mengenai keseluruhan survey investigasi dan desain Embung Pakel . Isi Makalah secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB 1.PENDAHULUAN

BAB 2.GAMBARAN UMUM WiLAYAH BAB 3. SURVEI DAN INVESTIGASIBAB 4. SYSTEM PLANNINGBAB 5.DETAIL DESAIN

BAB 6. PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB 7. ANALISA EKONOMI

Akhir kata Penulis berharap Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Embung Pakel

Saluran sekunder

1300 m

Kweni

31 Ha

Badongan

28 Ha

S. Plalar

PT. Rancang Semesta Nusantara

engineering consultant