Embalming

download Embalming

of 17

description

embalming

Transcript of Embalming

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Semakin tingginya mobilitas dan penyebaran penduduk ke seluruh penjuru

    dunia, maka pada kematian salah seorang anggota keluarga ada kemungkinan

    perlunya dilakukan penundaan penguburan/kremasi untuk menunggu kerabat yang

    tinggal jauh di luar kota atau luar negeri. Kematian yang terjadi jauh dari tempat

    asalnya, terkadang perlu dilakukan pengangkutan jenazah dari satu tempat ke tempat

    lainnya. Kedua keadaan ini diperlukan pengawetan jenazah untuk mencegah

    pembusukan dan penyebaran kuman dari jenazah ke lingkungan.1

    Embalming (pengawetan jenazah) adalah suatu tindakan medis melakukan

    pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta

    menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.2

    Pengawetan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi pada

    kematian tidak wajar pengawetan jenazah baru boleh dilakukan setelah pemeriksaan

    jenazah atau autopsi selesai dilakukan.3

    Seiring dengan berkembangnya zaman dan adanya kebutuhan untuk

    mempertahankan keadaan jenazah tetap menyerupai keadaan sewaktu hidup

    diperlukan proses embalming. Proses embalming yang dilakukan disesuaikan dengan

    kebutuhan atau kewajiban keluarga terhadap jenazah, seperti tetap mempertahankan

    kesegaran jenazah, jenazah tidak berbau busuk, lentur dan tidak kaku.1,2 Untuk

    memenuhi kebutuhan tesebut diperlukan suatu proses embalming dengan metode

    tertentu yang menghilangkan hal-hal yang tidak diinginkan dan memberikan keadaan

    jenazah yang menyerupai keadaannya sewaktu hidup, metode tersebut dapat

    diperoleh dari embalming modern, untuk itu perlu dipahami tentang embalming

    modern.

  • 21.2. Batasan Masalah

    Referat ini akan membahas tentang embalming, khususnya embalming

    modern dipandang dalam berbagai macam aspek.

    1.3. Tujuan Penulisan

    1. Untuk memenuhi tugas refrat selama berada di kepaniteraan Klinik senior bagian

    ilmu kedokteran

    2. Menambah pengetahuan tentang embaling, khususnya embalming modern.

    1.4. Metode Penulisan

    Referat ini disusun dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang

    merujuk dari berbagai literatur.

  • 3BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Embalming

    Embalming adalah proses pengawetan mayat untuk mempertahankan

    penampilan mayat dalam, tetap dalam kondisi yang baik untuk jangka waktu lama.

    Beberapa hari setelah kematian, tubuh seseorang akan mulai membusuk, agar

    pembusukan tersebut tidak terjadi digunakan bahan pengawet kimia yang termasuk

    dalam proses embalming. Embalming diperlukan baik untuk tubuh normal maupun

    tubuh membusuk dan mayat yang akan diangkut untuk jarak jauh.4

    Orang yang melakukan tindakan embalming disebut embalmer. Embalmer

    adalah seorang individu yang memenuhi syarat untuk disinfeksi atau memelihara

    jenazah dengan suntikan atau aplikasi eksternal antiseptik, desinfektan atau cairan

    pengawet, mempersiapkan jenazah untuk transportasi dalam kasus dimana kematian

    disebabkan oleh penyakit menular atau infeksi.5,6

    2.2. Bahan Kimia Embalming

    2.2.1. Formaldehida

    Senyawa kimia formaldehida (metanal), merupakan aldehida berbentuk gas

    dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida dihasilkan dari pembakaran bahan yang

    mengandung karbon. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai

    metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. 7,8

    a. Sifat FormaldehidaDalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut

    dalam air (biasanya dijual dalam kadar 37% menggunakan merk dagang 'formalin'

    atau 'formol'). Formalin bersifat asam karena mengandung asam formiat akibat

    oksidasi formaldehida. Oleh sebab itu larutan formalin 10% harus dibuat netral atau

    sedikit alkalis dengan menggunakan larutan dapar fosfat dengan pH 7,2 sebagai

    pelarut, atau dengan menambahkan kalsium asetat. Formaldehida bisa membentuk

    trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena.7,8

  • 4b. Produksi

    Larutan dapar formalin yang sering digunakan adalah :8

    1. Formal Calcium

    2. Neutral Buffered Formalin

    3. Buffered Formalin Sucrose

    c. KegunaanFormaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,

    sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet.

    Sebagai disinfektan, formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan

    dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, pembersih kapal, gudang dan pakaian.8

    Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit,

    misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam

    embalming untuk mematikan bakteri serta untuk mengawetkan mayat.8 Formaldehida

    diabsorbsi di jaringan dengan baik, tetapi relatif lambat. Formalin adalah pengawet

    yang banyak digunakan dan tidak ada jaringan yang dirusaknya. Bau formalin yang

    menusuk hidung membuat formalin sangat dikenal oleh banyak pihak, sehingga

    cukup berhati-hati dalam menggunakannya.9

    d. Efek terhadap kesehatanPemaparan formaldehid dapat menyebabkan efek samping, dari gejala ringan

    sampai yang mengancam nyawa. Pemaparan yang akut memiliki efek samping jangka

    pendek dan biasanya mudah untuk diantisipasi. Pada manusia Beberapa efek samping

    akut paparan formaldehid adalah iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan. Ketika

    dipaparkan pada senyawa ini dengan jangka waktu yang cukup lama tenggorokan

    menjadi kering dan sakit. Pada beberapa penelitian ditemukan bukti bahwa paparan

    formaldehid yang konstan dapat meningkatkan resiko untuk menderita beberapa jenis

    kanker.10

  • 52.2.2. Etil Alkohol dan Polietilen Glikol (Kryofix)

    Alternatif formaldehida dalam embalming dikenalkan oleh Boon dkk. Kryofix

    dikembangkan di Belanda, merupakan gabungan antara etil alkohol dan polietilen

    glikol tanpa aldehid. Efek kryofix pada fiksasi jaringan telah dibandingkan dengan

    formaldehid di laboratorium patologi. Waktu fiksasi kryofix lebih pendek dan lebih

    baik dibandingkan formaldehid. Hal ini berhasil pada uji di laboratorium. Dengan

    demikian, penggunaan kryofix pada jaringan yang besar diperlukan untuk

    menentukan keberhasilan kryofix dalam proses embalming. Menurut definisi

    toksisitas OSHA, etil alkohol dan polietilen glikol tidak termasuk bahan kimia

    berbahaya.11

    2.2.3. Glutaraldehid

    Glutaraldehid dapat digunakan sebagai alternatif formaldehid sebagai cairan

    untuk embalming. Produk komersial glutaraldehid adalah 25% larut dalam air,

    memiliki bau ringan, dan berwarna terang. Glutaraldehida menyebabkan deformasi

    struktur heliks-alfa protein dan mengawetkan jaringan dengan sangat cepat.

    Glutaraldehid kosentrasi tinggi meningkatkan fiksasi protein dalam tubuh mayat.

    Konsentrasi optimum untuk embalming adalah 1-1,5% (cairan). Larutan glutaraldehid

    2% sering digunakan sebagai persiapan embalming.9,11 Ikatan protein dengan

    glutaraldehid lebih kuat dan menghasilkan protein aldehid yang stabil. Gabungan

    protein jaringan dengan glutaraldehid tidak disukai oleh bakteri. Glutaraldehid

    berdifusi menembus jaringan lebih merata dibandingkan formaldehid. Ketika

    dicampur dengan zat pewarna pada proses embalming akan menghasilkan warna yang

    lebih alami pada layanan pemakaman. Glutaraldehid merupakan disinfektan yang

    lebih efisien dan efektif dibandingkan formaldehid, namun harga glutaraldehid lebih

    mahal 4-5 kali lipat.12 Formaldehid dan glutaraldehid dapat mengiritasi kulit, mata

    dan pernapasan, tetapi iritasi kulit dan pernapasan yang disebabkan glutaraldehid

    lebih ringan. Glutaraldehid tidak memiliki bau seperti formaldehid. Sampai saat ini,

    belum ada data yang menyebutkan efek paparan kronis dari glutaraldehid pada

    manusia.

  • 62.2.4. Phenoxyethanol

    Phenoxyethanol merupakan pengawet nontoksik untuk mengurangi paparan

    formaldehid. Embalming menggunakan phenoxyethanol membutuhkan jumlah yang

    lebih rendah dan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan formaldehid. Teknik ini

    mengurangi resiko terhadap paparan formaldehid saat proses embalming.11

    2.3. Indikasi dan Kontraindikasi Embalming

    A. Indikasi Embalming

    Pengawetan jenazah perlu dilakukan pada keadaan:13

    Adanya penundaan penguburan atau kremasi lebih dari 24 jam: Hal ini penting

    karena di Indonesia yang beriklim tropis, dalam 24 jam mayat sudah mulai

    membusuk, mengeluarkan bau, dan cairan pembusukan yang dapat mencemari

    lingkungan sekitarnya.13

    Jenazah perlu dibawa ke tempat lain: Untuk dapat mengangkut jenazah dari suatu

    tempat ke tempat lain, harus dijamin bahwa jenazah tersebut aman, artinya tidak

    berbau, tidak menularkan bibit penyakit ke sekitarnya selama proses

    pengangkutan. Dalam hal ini perusahaan pengangkutan, demi reputasinya dan

    untuk mencegah adanya gugatan di belakang hari, harus mensyaratkan bahwa

    jenazah akan diangkut telah diawetkan secara baik, yang dibuktikan oleh suatu

    sertifikat pengawetan.13

    Jenazah meninggal akibat penyakit menular: Jenazah yang meninggal akibat

    penyakit menular akan lebih cepat membusuk dan potensial menulari petugas

    kamar jenazah, keluarga serta orang-orang di sekitarnya. Pada kasus semacam ini,

    walaupun penguburan atau kremasinya akan segera dilakukan, tetap dianjurkan

    dilakukan embalming untuk mencegah penularan kuman/ bibit penyakit ke

    sekitarnya.13

    B. Kontraindikasi

  • 7Embalming di Indonesia tidak dapat dilakukan pada kematian tidak wajar

    sebelum dilakukan autopsi, hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesulitan

    penyidikan karena adanya bukti-bukti tindak pidana yang hilang atau berubah dan

    karenanya dapat dikenakan sanksi pidana penghilangan benda bukti berdasarkan

    pasal 233 KUHP. Oleh karena itu setiap kematian tidak wajar menjadi kontra indikasi

    embalming.14,15

    Setiap kematian yang terjadi akibat kekerasan atau keracunan termasuk

    kematian yang tidak wajar. Cara kematian pada kematian tidak wajar adalah

    pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan. Pada kasus kematian tidak wajar, kasusnya

    hendaknya segera dilaporkan ke penyidik, sesuai dengan pasal 108 KUHAP. Adapun

    yang termasuk dalam kategori kasus yang harus dilaporkan ke penyidik adalah: 14,15

    1. Kematian yang terjadi di dalam tahanan atau penjara2. Kematian terjadi bukan karena penyakit dan bukan karena hukuman mati3. Adanya penemuan mayat dimana penyebab dan informasi mengenai kematiannya

    tidak ada

    4. Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa kemungkinan kematian akibat

    perbuatan melanggar hukum.

    5. Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi kematiannya mengindikasikan kematian akibat bunuh diri.

    6. Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter.7. Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak dapat memastikan penyebab

    kematiannya.14,15

    2.4. Embalming Modern

    2.4.1 Definisi Embalming Modern

    Metode modern embalming didefinisikan sebagai desinfeksi dan pelestarian

    tubuh yang sudah mati. Proses embalming modern dirancang untuk menghambat

    dekomposisi jaringan untuk periode waktu yang diperlukan sebagaimana yang

    diinginkan oleh keluarga agar jenazah berada dalam kondisi yang baik. Embalming

    modern telah terbukti mampu menjaga tubuh utuh selama beberapa dekade.16

  • 8Embalming merupakan sebuah "fiksasi" kimia protein sel. Secara prinsip

    formaldehida pada dasarnya bereaksi dengan Albumin. Formal dehid larut dalam sel

    dan mengkonversinya menjadi untuk albuminoids atau gel, saat yang sama, bakteri

    dihancurkan, sehingga menghentikan atau setidaknya menunda dekomposisi pada

    jenazah. Setelah embalming selesai, tubuh hanya dapat diserang oleh udara yang

    membawa bakteri dan jamur yang pada akhirnya dapat menghancurkan tubuh dengan

    terpapar udara dan kelembaban yang cukup untuk mendukung hadir pertumbuhan

    bakteri dan jamur.16

    Embalming modern dilakukan dengan menggunakan cairan embalming yang

    bersifat disinfektan dan pengawet. Cairan embalming disuntikkan ke dalam sistem

    peredaran darah tubuh dengan pompa listrik, sementara darah dikeluarkan dari tubuh

    dan dibuang. Sehingga posisi darah di tubuh diganti dengan disinfektan dan cairan

    pengawet.16

    2.4.2 Tujuan Embalming

    Ada tiga alasan mengapa dilakukannya modern embalming,16 yaitu:

    1. Desinfeksi.

    Saat seseorang meninggal, beberapa patogen akan ikut mati, namun sebagian

    besar masih dapat bertahan hidup karena memiliki kemampuan untuk

    bertahan hidup dalam jangka waktu lama dalam jaringan mati. Orang yang

    datang dan kontak langsung dengan tubuh jenazah yang tidak embalming

    dapat terinfeksi serta ada kemungkinan menjadi lalat atau agen lain

    mentransfer patogen untuk manusia dan menginfeksi mereka.16

    2. PelestarianPelestarian, yaitu upaya pencegahan pembusukan dan dekomposisi jenazah,

    sehingga jenazah di dikuburkan, dikremasikan tanpa bau atau hal-hal yang

    tidak menyenangkan lainnya.16

    3. Restorasi

    Restorasi, yaitu upaya untuk mengembalikan keadaan tubuh jenazah kembali

    seperti masih hidup.16

  • 92.4.3 Proses pada embalming modern

    A. Arterial embalming

    Arterial embalming melibatkan injeksi bahan kimia ke dalam pembuluh darah,

    biasanya melalui arteri karotis dextra dan darah dikeluarkan dari vena jugularis.

    Bahan kimia disuntikkan melalui pompa mekanis atau dengan memanfaatkan gaya

    gravitasi. Pijatan embalmer pada mayat untuk memastikan distribusi yang tepat dari

    cairan embalming. Dalam kasus sirkulasi yang buruk, titik injeksi lain dapat

    digunakan, yaitu iliaka atau arteri femoralis, pembuluh subklavia atau aksila.4

    Gambar 1. Arterial embalming12

    B. Cavity embalming

    Hisap cairan rongga tubuh mayat dan injeksi bahan kimia ke dalam rongga

    tubuh, menggunakan aspirator dan trocar. Embalmer membuat sayatan kecil tepat di

    atas pusar dan mendorong trocar di rongga dada dan perut untuk menusuk organ

    berongga dan aspirasi cairannya. Kemudian rongga tubuh diisi dengan bahan kimia

    yang mengandung formaldehid terkonsentrasi.4

  • 10

    Gambar 2. Cavity embalming12

    C. Hypodermic embalming

    Hypodermic embalming merupakan metode tambahan dimana injeksi bahan

    kimia pengawet ke dalam jaringan dengan menggunakan jarum dan suntik

    hipodermik yang biasanya digunakan pada kasus dimana area yang tidak memiliki

    aliran arterial yang baik setelah dilakukan injeksi arteri.4

    D. Surface embalming

    Surface embalming merupakan metode tambahan yang menggunakan bahan

    kimia pengawet untuk mengawetkan area langsung pada permukaan kulit dan area

    superfisial lainnya dan juga area yang rusak, seperti pada kecelakaan lalu lintas,

    penbusukan, pertumbuhan kanker, atau donor kulit.2

    2.4.4. Kelebihan Embalming Modern

    Embalming modern memberikan beberapa keuntungan, antara lain:

    1. Jenazah Menjadi Lebih Wangi Untuk menghindari bau yang tidak menyenangkan pada jenazah dan juga

    untuk mendapatkan bau yang wangi, maka dibutuhkan campuran beberapa zat kimia,

    seperti campuran formaldehid dengan deodorant dan juga pemberian aroma terapi.17,18

    2. Tidak ditemukan rigor mortis pada jenazah

  • 11

    Rigor mortis terjadi karena serabut otot mengandung Actin dan Myosin yang

    mempunyai sifat untuk berkontraksi dan relaksi dengan adanya suatu konsentrasi dari

    ATP dan kalium chlorida. Kelenturan dapat dipertahankan karena adanya

    metabolisme sel yang menghasilkan energi. Energi ini untuk mengubah ADP menjadi

    ATP. Selama ATP masih ada serabut aktin dan miosin berkontraksi. Bila cadangan

    glikogen habis maka energi tidak terbentuk sehingga aktin dan miosin otot berubah

    menjadi massa seperti jeli yang kaku sehingga terjadi suatu rigiditas. Perubahan-

    perubahan kimia juga terjadi di dalam otot-otot pada waktu yang sama seperti

    meningkatnya asam laktat akibat proses glikogenolisis secara anaerob, perubahan pH

    jaringan dan lain-lain.19

    Rigor mortis biasanya terjadi 2-4 jam sesudah kematian dan berlangsung

    selama 36-72 jam. Rigor mortis akan mempengaruhi proses embalming. Oleh karena

    itu, rigor mortis harus dihilangkan terlebih dahulu dengan menetralkan pH atau

    merubah keadaannya menjadi alkali. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

    memberikan senyawa berupa amonia. Dengan pemberian amonia, asam laktat akan

    ternetralisir sehingga serat otot akan kembali dapat berkontraksi dan proses

    pembusukan segera dimulai. Pada kondisi seperti inilah proses embalming dapat

    dilakukan.2,19

    3. Hiperemis atau tidak pucat

    Untuk mendapatkan jenazah yang tidak pucat, maka dibutuhkan campuran

    formaldehid dengan lanolin atau humektan.16

    2. 5 Embalming ditinjau dari berbagai Aspek

    1. Embalming dari Sudut Medikolegal

    Dalam praktek sehari-hari seorang dokter mungkin diminta untuk melakukan

    embalming. Embalming pada umumnya dilakukan untuk menghambat pembusukan,

    membunuh kuman, serta mempertahankan bentuk mayat. Pada prinsipnya embalming

    hanya boleh dilakukan oleh dokter pada mayat yang meninggal secara wajar (natural

    death), sedangkan pada mayat yang meninggal tidak wajar (akibat pembunuhan,

    bunuh diri, serta kecelakaan) embalming baru boleh dilakukan setelah proses

  • 12

    pemeriksaan forensik selesai dilakukan. Embalming sebelum otopsi dapat

    menyebabkan perubahan serta hilangnya atau berubahnya beberapa fakta forensik.

    Dokter yang melakukan hal tersebut dapat diancam hukuman karena melakukan

    tindak pidana menghilangkan barang bukti berdasarkan pasal 233 KUHP. Bunyi pasal

    233 KUHP adalah Barang siapa dengan sengaja menghancurkan, merusak,

    membikin tak dapat dipakai, menghilangkan barang-barang yang digunakan untuk

    meyakinkan atau membuktikan sesuatu di muka penguasa yang berwenang, akta-akta,

    surat-surat atau daftar-daftar yang atas perintah penguasa umum, terus-menerus atau

    untuk sementara waktu disimpan, atau diserahkan kepada seorang pejabat, ataupun

    kepada orang lain untuk kepentingan umum, diancam dengan pidana penjara paling

    lama empat tahun.14,15,16

    Di Indonesia, embalming sebaiknya dilakukan oleh orang yang mempunyai

    keahlian dan kewenangan yaitu dokter spesialis forensik. Adapun alasannya adalah

    sebagai berikut :13

    1. Indonesia tidak menganut sistim koroner atau medical examiner yang bertugas memilah kasus kematian wajar dan tidak wajar.

    2. Embalmer di Indonesia, yang secara sengaja maupun tidak sengaja melakukan embalming pada kasus kematian tidak wajar sebelum dilakukan otopsi, dapat

    menyebabkan terjadinya kesulitan penyidikan karena adanya bukti-bukti tindak

    pidana yang hilang atau berubah dan karenanya dapat dikenakan sanksi pidana

    penghilangan benda bukti berdasarkan pasal 233 KUHP. Jika pada kasus ini

    dilakukan juga gugatan perdata, maka pihak rumah duka pun dapat saja ikut

    dilibatkan sebagai pihak tergugat.

    3. Kewenangan dan keahlian untuk melakukan embalming ada pada dokter spesialis forensik, berdasarkan pendidikannya.

    Dalam hal telah dilakukan embalming tanpa sertifikat dan hasilnya jelek dan

    merugikan keluarga, maka pihak rumah duka sebagai pihak yang memfasilitasi

    embalming tersebut dapat turut digugat secara perdata berdasarkan pasal 1365

    KUHPer. Pasal 1365 KUHPer berbunyi Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan

  • 13

    membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan

    kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.20

    2. Embalming untuk pendidikan anatomi

    Pengawetan yang dilakukan untuk pendidikan kedokteran sedikit berbeda

    dengan pengawetan jenazah untuk keperluan lain. Prioritas pertama adalah untuk

    pelestarian jangka panjang bukan untuk presentasi atau tampilan. Pengawetan medis

    menggunakan cairan yang mengandung formaldehid pengawetan dengan

    terkonsentrasi (37-40%, yang dikenal sebagai formalin) atau gluteraldehyde serta

    fenol dan dibuat tanpa pewarna atau parfum. Banyak perusahaan kimia pengawetan

    membuat cairan khusus pengawetan anatomi.21

    Anatomi pengawetan dilakukan ke dalam sistem peredaran darah tertutup.

    Cairan biasanya disuntikkan dengan mesin pengawetan ke arteri di bawah tekanan

    tinggi untuk menjenuhkan jaringan. Setelah jenazah dibiarkan selama beberapa jam,

    sistem vena umumnya dibuka dan cairan diperbolehkan untuk mengalir keluar,

    meskipun pengawetan anatomi banyak yang tidak menggunakan teknik drainase.

    Pengawetan anatomis dapat menggunakan gravitasi-pakan pengawetan, di mana

    wadah mengeluarkan cairan pengawetan yang ditinggikan di atas permukaan tubuh

    dan cairan dimasukkan secara perlahan selama beberapa jam, kadang-kadang selama

    beberapa hari. Berbeda dengan pengawetan arteri standar, drainase tidak terjadi dan

    tubuh mengalami distensi ekstensif dengan cairan. Akhirnya mengurangi distensi,

    seringkali dilakukan sampai enam bulan pendinginan, sehingga didapatkan

    penampilan cukup normal. Tidak ada rongga perawatan terpisah dari organ internal.

    Mayat anatomis diawetkan memiliki pewarnaan abu-abu, akibat konsentrasi

    formaldehida yang tinggi bercampur dengan darah dan kurangnya agen pewarnaan

    merah biasanya ditambahkan ke standar, non-medis, cairan pengawetan.

    Formaldehida dicampur dengan darah menyebabkan perubahan warna abu-abu juga

    dikenal sebagai "abu-abu formaldehida" atau "embalmer abu-abu".21

    3. Embalming dari sudut pandang agama

  • 14

    Ada banyak perbedaan pendapat diantara agama yang berbeda mengenai

    kebolehan pengawetan , yaitu :

    Sudut pandang agama Islam

    Di masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Islam ada

    larangan dilakukannya pengawetan karena agama Islam mewajibkan

    jenazah untuk dikuburkan dalam waktu 24 jam dari kematian. Seorang

    muslim percaya bahwa roh akan tetap berada di tubuhnya dari mulai

    kematian sampai setelah pemakaman. Tetapi untuk kasus tertentu seperti

    pendidikan, hukum embalming ini dapat menjadi mubah, dengan syarat

    segera dikuburkan setelah urusan terhadap jenazah selesai.22

    Sudut pandang agama Kristen

    Sebagian besar tokoh agama Kristen mengatakan bahwa pengawetan

    dapat dilakukan. Beberapa badan dalam Ortodoksi Timur mengatakan

    untuk dilakukan pengawetan kecuali jika diwajibkan oleh hukum atau

    keharusan lainnya, sedangkan yang lain mungkin mencegah, tetapi tidak

    melarang juga untuk dilakukan untuk dilakukan pengawetan. Secara

    umum keputusan untuk dilakukan pengawetan adalah salah satu yang

    ditentukan oleh keluarga jenazah dan kebijakan gereja tertentu.23

    Sudut pandang Agama Hindu

    Banyak pihak berwenang berpendapat bahwa Hinduisme tidak menerima

    pengawetan. Dalam prakteknya, agama hindu tidak melarang keras untuk

    dilakukan pengawetan, seperti pengawetan yang pernah terjadi pada

    tokoh agama Hindu yang sangat dihormati, umumnya pengawetan ini

    dilakukan untuk pemulangan ke India untuk dilakukan ritual keagamaan

    dan keagamaan di rumah keluarganya sebelum kremasi akhir. Secara

    tradisional, tubuh yang mati harus dikremasi sebelum matahari terbenam,

    sehingga pengawetan bukanlah sesuatu yang umum atau luasuntuk

    dilakukan.21

    BAB III

  • 15

    SIMPULAN DAN SARAN

    3.1 Simpulan

    Embalming adalah proses pengawetan mayat untuk mempertahankan

    penampilan mayat dalam, tetap dalam kondisi yang baik untuk jangka waktu

    lama.

    Embalming hanya boleh dilakukan oleh dokter pada mayat yang meninggal

    secara wajar (natural death), sedangkan pada mayat yang meninggal tidak

    wajar (akibat pembunuhan, bunuh diri, serta kecelakaan) embalming baru

    boleh dilakukan setelah proses pemeriksaan forensik selesai dilakukan.

    Modern embalming didefinisikan sebagai desinfeksi, pelestarian tubuh dan

    mengembalikan keadan jenazah menyerupai keadaannya sewaktu hidup.

    Proses embalming terdiri dari arterial embalming, cavity embalming,

    hypodermic embalming(jika dibutuhkan) dan surface embalmin.

    Modern embalming memberikan beberapa kelebihan, yaitu berupa: jenazah

    menjadi lebih wangi, tidak ditemukan rigor mortis, wajah kemerahan dan kulit

    tidak pucat.

    3.2 Saran

    Di Indonesia, sampai saat ini tidak ada institusi pendidikan yang khusus

    mendidik seseorang untuk menjadi embalmer. Dalam pendidikan S2, spesialisasi

    kedokteran forensik adalah satu-satunya program pendidikan yang mencantumkan

    pelajaran mengenai embalming dalam kurikulumnya. Atas dasar itulah, maka dalam

    konteks hukum di Indonesia, embalming sebaiknya dilakukan oleh orang yang

    mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu, yaitu dokter spesialis forensik.

    Daftar Pustaka

  • 16

    1. Mayer RG. An introduction to the American society of embalmers. [Accessed on 2 Desember 2011] Available from: http://www.amsocembalmers.org/html/intro.html.2. Kathy hawkins. What is embalming?. 2011 [Accessed on 3 Desember 2011] http://www. wisegeek.com/what-is-embalming.htm.3. Atmadja DS. Pengawetan jenazah dan aspek medikolegalnya. Majalah kedokteran Indonesia. 2002; 52(8): 293-7. [diakses pad 3 Desember 2011] diunduh dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id4. Ezugworie J, Anibeze C, Ozoemena F. Trends in the development of embalming methods. The internet journal of alternative medicine. 2009; 7(2). [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_ alternativ e_medicine/volume_7_number_2_21/article/trends-in-the-development-of-embal ming-methods.html.5. Employment development department. California occupational guide : embalmers. 2005. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.calmis.ca.gov/file/occ guide /embalmer.pdf.6. Edmund G, Brown JR. Information and instructions for embalmer licensure. 2011. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.cfb.ca.gov.7. Bedino JH. Embalming chemistry : glutaraldehyde versus formaldehyde. Expanding encyclopedia of mortuary practices. 2003; 649. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from:http://www.champion-newera.com/CHAMP.PDFS/encyclo649.pdf.8. Departement of health and ageing NICNAS. Formaldehyde. Australia: Commonwealth of Australia. 2006. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from:http://www.nicnas.gov.au/publication/car/pec/pec28/pec_28_full_report_pdf.pdf.9. Zulham. Penuntun praktikum histoteknik. Medan: Departemen histologi FKUSU. 2009. 1-32.10.Tatum M. What are the effect of formaldehyde exposure. 2001. [Accessed on 3 desember 2011] Available from: http://www.wisegeek.com/what-are-the-effects-of-formaldehyde-exposure.htm.11.Mao C, Woskie S. Formaldehyde use reduction in mortuaries. University of Massachusetts Lowell. 1994. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.turi.org.12.Paak funeral. Shipment & embalming. 2011. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: https://paakfuneral.com/body-shipping.13.Atmadja DS. Tatacara dan pelayanan pemeriksaan serta pengawetan jenazah pada kematian wajar. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI / RSUPN Cipto Mangunkosumo. 2002. [diakses pada 3 Desember 2011] diunduh dari: http://www.tatacaraembalming.com.

  • 17

    14.Atmadja DS. Pengawetan jenazah dan aspek medikolegalnya. Majalah kedokteran Indonesia. 2002; 52(8): 293-7. [diakses 3 Desemeber 2011] diunduh dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id. 15. Tim Permata Press. Kitab undang-undang hukum pidana dan Kitab undang-undang hukum acara pidana. Jakarta: Permata Press. 200816.Wyoming Funeral Directors Association. Embalming history. [Accessed on 2 Desember 2011] Available from: http://www.wyfda.org/basics_3.html17.Chew JA, Laframboise R. Applied embalming. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.embalmers.com/applied.html18.Bedino JH, Chemist. A failure to evolve: formaldehyde-driven archaism and obsolescence in embalming. [Accessed on 3 Desember 2011] Available from: http://www.themodernembalmer.com/archaicformaldehyde.html19. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997.20.Kitab undang-undang hukum perdata. Buku kesatu. [diakses 2 Desember 2011]. Diunduh dari: http://hukum.unsrat.ac.id/uu/kolonial_kuh_perdata.pdf.21.Wikipedia. Embalming.2011. [Assecced on 3 Desember 2011] Available from: http://www.wikipedia.com22. Rumililawati. Pegawetan mayat guna penelitian ilmiah menurut hukum islam. Jambi: Badan Pengembangan dan Penelitian Daerah Provinsi Jambi. 2002. ISBN 979-9203-28-7.23.Lawler P. is embalming a big, anti cristian deal?. 2011. [Accessed on 3 Desember 2011]. Available from: http://www.firstthings.com/postmodernconservative/2011/01/15/is-embalming-a-big-anti-christian-deal/

    3.Embalming dari sudut pandang agamaAda banyak perbedaan pendapat diantara agama yang berbeda mengenai kebolehan pengawetan , yaitu :Sudut pandang agama IslamSudut pandang agama KristenSudut pandang Agama HinduBanyak pihak berwenang berpendapat bahwa Hinduisme tidak menerima pengawetan. Dalam prakteknya, agama hindu tidak melarang keras untuk dilakukan pengawetan, seperti pengawetan yang pernah terjadi pada tokoh agama Hindu yang sangat dihormati, umumnya pengawetan ini dilakukan untuk pemulangan ke India untuk dilakukan ritual keagamaan dan keagamaan di rumah keluarganya sebelum kremasi akhir. Secara tradisional, tubuh yang mati harus dikremasi sebelum matahari terbenam, sehingga pengawetan bukanlah sesuatu yang umum atau luasuntuk dilakukan.21