Elektroless Plating
-
Upload
oktavia-parliyanti -
Category
Documents
-
view
46 -
download
10
description
Transcript of Elektroless Plating
Oktavia Parliyanti123.11.001
ELEKTROLESS PLATING
I. Definisi
Electroless merupakan proses plating yang tidak menggunakan listrik dalam
proses pelapisannya. Pelapisan yang terjadi karena adanya reaksi oksidasi dan reduksi
pada permukaan barang, sehingga terbentuk lapisan logam yang berasal dari garam
logam tersebut. Karena tidak menggunakan bantuan arus listrik dalam pertukaran
electron, proses pelapisan yang terjadi berjalan lebih lambat, sehingga untuk
mempercepat pelapisan, temperature proses harus tinggi, bisa mencapai 90oCelcius.
Reaksi redoks ini adalah reaksi yang biasa, hanya istimewanya terjadi antar 2
lapisan PCB (Printed Circuit Board) atas dan bawah. Hubungan antar satu circuit
dengan circuit lainnya yang berbeda lapisan (dihubungkan) oleh lubang(hole) yang
dilakukan dengan menggunakan proses yang namanya electroless (tanpa aliran
listrik). Jadi lapisan satu (atas) dan lapisan lainnya (bawah) dihubungkan oleh
penghantar (tembaga) dengan proses electroless tersebut. Biasanya menggunakan
katalis palladium.
Logam yang biasanya digunakan untuk electroless adalah nikel, tembaga, dan
emas. Salah satu keunggulan lapisan hasil elektroles bila dibandingkan dengan lapisan
hasil eleklroplating adalah lapisan elektroles memiliki ketebalan yang serba sama di
setiap bagian permukaan dengan bentuk dan geometri yang kompleks. Memiliki sifat-
sifat fisik mupun mekanik yang sangat baik antara lain ketahanan korosi yang tinggi,
ketahanan aus, kekerasan permukaan, sifat magnetik, dan tahanan listrik (electrical
resistivity).
II. Prinsip Kerja Elektroless
Secara skematis, benda yang diproses Elektroles plating dapat ditunjukkan seperti
gambar di bawah. Dalam gambar skematis tersebut, terlihat bahwa komponen
pendukung sistem bak elektroless plating terdiri atas bak dan larutan kimia.
Mekanisme pelapisannya terjadi dengan cara benda hanya direndam dalam larutan
tanpa ada koneksi listrik, kemudian terjadi reaksi pembentukan lapisan di permukaan
benda yang reaksinya ditandai dengan adanya gelembung gas di permukaan
bendanya.
Gambar 2.1. Letak benda pada proses Elektroless plating
III. Pretreatment Plating
Pretreatment plating adalah proses pendahuluan terhadap bahan sebelum
dilakukan plating. Tujuannya adalah untuk membersihkan dan membebaskan
permukaan benda kerja dari segala kotoran agar tidak menghambat proses plating.
Semua logam sebelum dilapisi harus dipersiapkan permukaannya, sehingga
kondisi part tersebut bersih dari hal-hal yang dapat mengurangi ketahanan hasil
pelapisan.
Jenis pengotor-pengotor yang harus dikurangi/dihilangkan:
Gram bekas bor
Lemak
Oli
Lapisan hitam pada baja
Lapisan korosi
Bekas tinta marking dan cat.
Dalam tahap pretreatment, pengotor-pengotor tersebut dapat dihilangkan dengan
beberapa alternatif cara sebagai berikut:
Sand blasting
Grinding & polishing
Solvent degreasing
Acid cleaning
Alkaline cleaning
Ultrasonic cleaning
Dalam proses pretreatment ada beberapa proses yang harus dilakukan yaitu :
a. Degreasing
Adalah proses pencucian part dengan menggunakan larutan Alkali. Tujuannya
sebagai berikut :
Membersihkan kotoran yang menempel pada part (senyawa organik atau
anorganik)
Mengontrol permukaan metal untuk mendapatkan susunan kristal yang baik
Bahan yang dipakai sebagai pembersih harus bersifat membersihkan
(detergency), fleksibel, tahan lama, mudah dibilas serta mempunyai pengontrol
terhadap busa.
b. Rinsing
Sebagai pembilas agar permukaan part bersih dari bahan kimia yang
menempel akibat dari proses sebelumnya, sehingga tidak terjadi kontaminasi antar
larutan kimia. Tujuannya adalah :
Membilas kelebihan pembersih yang menempel pada benda kerja
Menetralkan permukaan logam
c. Pickling (Acid Dipping)
Pada proses ini benda kerja dicelupkan dalam larutan asam. Supaya oksida
yang ada dipermukaan larut.
IV. Lapisan Pada Elektroless
Karakteristik Lapisan
Keunggulan dari proses elektroles plating dibandingkan dengan proses
elektroplating adalah bahwa lapisan logam yang dihasilkan melalui proses
elektroles plating merata di setiap permukaan benda. Untuk meningkatkan ketebalan
lapisannya dilakukan dengan menambah waktu platingnya.
Dengan memiliki karakteristik lapisan yang merata di setiap permukaan tersebut,
proses elektroles plating banyak diterapkan untuk melapisi benda dengan bentuk
permukaan yang sangat kompleks.
V. Striping Lapisan
Tujuan dilakukannya stripping lapisan adalah untuk menghilangkan lapisan jika
lapisan yang dihasilkan mengalami kegagalan.
Larutan yang digunakan untuk proses stripping berbeda-beda tergantung pada
jenis lapisan yang ingin distripping dan jenis logam substratnya.
Metoda yang digunakan untuk stripping dapat dilakukan dengan cara:
1. Direndam.
Pelaksanaan stripping dengan cara direndam merupakan cara stripping yang
paling mudah namun membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, jika semakin
sering larutannya digunakan untuk stripping maka waktu yang dibutuhkan untuk
stripping berikutnya akan semakin lama karena konsentrasi larutannya telah
berkurang. Untuk mempercepat kembali laju strippingnya, disarankan untuk
menggunakan larutan stripping baru.
2. Anodic treatment.
Pelaksanaan stripping dengan cara anodic treatment merupakan kebalikan dari
sistem elektroplating dimana pada stripping dengan cara anodic treatment, benda
kerja diposisikan sebagai anoda dan dihubungkan ke kutub positif dari rectifier.
Sedangkan sebagai katodanya dapat menggunakan logam baja, kuningan, stainless
steel atau logam lain yang disyaratkan.
Skema bak stripping dengan metoda anodic treatment
dapat dilihat dalam gambar disamping. Stripping dengan cara
anodic treatment membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat
dibandingkan jika melakukan stripping dengan cara direndam.
Secara umum, stripping dapat dilakukan dengan prosedur sbb.:
1. Cleaning
2. Bilas dengan air
3. Rendam dalam larutan stripping
4. Bilas dengan air
5. Keringkan
Stripping yang dilakukan terkadang:
1. Masih ada lapisan yang belum terstripping meskipun waktu strippingnya sudah
cukup lama. Untuk mengatasi hal tersebut:
- Sikat/lap permukaan benda tersebut sambil dibilas dengan air hingga semua
lapisan hilang
2. Terjadi over stripping dimana larutan stripping telah bereaksi dengan logam
dasarnya karena waktu strippingnya terlalu lama. Untuk mengatasi hal tersebut:
- Lakukan pengamatan secara berkala terhadap benda yang distripping dengan
cara diangkat pada selang waktu tertentu.
- Jika mayoritas lapisan telah tampak ter-stripping, sikat/lap permukaan benda
tersebut sambil dibilas dengan air hingga semua lapisan hilang.
VI. Perhitungan Dalam Elektroles Plating
Perhitungan dalam elektroles plating diperlukan untuk menentukan parameter kondisi
operasi sebagai berikut:
a. Lama proses elektroles plating untuk menghasilkan ketebalan yang diinginkan.
b. Berat lapisan elektroles plating.
c. Tebal lapisan elektroles plating.
Penentuan lama proses elektroles plating untuk menghasilkan ketebalan yang
diinginkan.
Waktu plating (menit )=Tebal Lapisan (micron ) x 60
Laju Pelapisan (micron
jam)
Penentuan perkiraan berat lapisan elektroles plating.
Berat Lapisan (Gram )=Berat jennis ( gramcm
3)xLuas Permukaan(cm¿¿2)x Tebal Lapisan(micron)
10000¿
Penentuan perkiraan tebal lapisan elektroles plating
Tebal Lapisan(micron)=Laju Pelapisan(micron
jam )x Waktu Plating(menit)
60
VII. Kontrol Proses
Faktor-faktor yang harus di control pada proses elektroles plating :
Temperature
pH
Konsentrasi Larutan
Laju Plating
Kebersihan larutan
VIII. Heat Treatment
Heat Treatment mungkin diperlukan untuk :
Meningkatkan adhesi (pada aluminium, stainless steel dll)
Untuk baja dapat di heat treatment pada temperature 175 oC selama 3 jam
Untuk aluminium dan paduan dapat di heat treatment pada temperature 140
oC selama 1 jam
Untuk nikel dan paduan dapat di heat treatment pada temperature 201 oC
selama 6 jam
Meminimalkan atau mencegah adanya hidrogen embrittlement pada baja
Baja dengan kekutan tarik 1000-1800 MN/m2 dapat di heat treatment dengan
temperature 210 ± 20 oC selama 6 jam
Baja dengan kekuatan tarik yang lebih tinggi dapat di heat treatment dengan
temperature 210 ± 20 oC selama 18 jam
Baja dengan kekuatan tarik yang lebih rendah dari 1000 MN/m2 tidak perlu di
lakukan heat treatment
Meningkatkan kekerasan lapisan pada part-part yang terbuat dari baja
Sebelum di heat treatment lapisan memiliki kekerasan 48-50 RC
Setelah Heat Treatment (400 ° C, 1 jam) 62-63 RC
Heat Treatment juga dapat digunakan untuk memberikan keuletan yang maksimum
Setelah di lakukan proses elektroles plating, dilanjutkan proses heat treatment
pada suhu pada suhu 190±15°C selama minimum 2-4 jam.
IX. Uji Kekerasan (Hardness)
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui
khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan
(frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan
dari suatu material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro
dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material
tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi
atau penetrasi (penekanan).
Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan pengujian dengan dua
pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu material baru dan
melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki spesifikasi kualitas
tertentu.
Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam
metode pengujian kekerasan, yakni :
1. Brinnel (HB / BHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya,
pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar
dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah
dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten.
2. Rockwell (HR / RHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan
kekerasan suatu materiall dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa
bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji
tersebut.
Untuk mencari besarnya nilai kekerasan dengan menggunakan metode
Rockwell dijelaskan pada gambar 4, yaitu pada langkah 1 benda uji ditekan oleh
indentor dengan beban minor (Minor Load F0) setelah itu ditekan dengan beban
mayor (major Load F1) pada langkah 2, dan pada langkah 3 beban mayor diambil
sehingga yang tersisa adalah minor load dimana pada kondisi 3 ini indentor ditahan
seperti kondisi pada saat total load F.
Besarnya minor load maupun major load tergantung dari jenis material yang
akan di uji, jenis-jenisnya.
Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya
kekerasan dengan metode Rockwell.
HR = E - e
Dimana :
F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf)
F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf)
F = Total beban (kgf)
e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mm
E = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang
untuk tiap jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1
HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness
Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwell skala dan
range uji dalam skala Rockwell.
Tabel 1 Rockwell Hardness Scales
Scale Indentor F0 (kgf) F1 (kgf) F (kgf) EJenis Material Uji
A Diamond
cone
10 50 60 100 Exremely hard materials,
tugsen carbides, dll
B 1/16" steel
ball
10 90 100 130 Medium hard materials, low
dan medium carbon steels,
kuningan, perunggu, dll
C Diamond
cone
10 140 150 100 Hardened steels, hardened
and tempered alloys
D Diamond
cone
10 90 100 100 Annealed kuningan dan
tembaga
E 1/8" steel
ball
10 90 100 130 Berrylium copper,phosphor
bronze, dll
F 1/16" steel
ball
10 50 60 130 Alumunium sheet
G 1/16" steel
ball
10 140 150 130 Cast iron, alumunium alloys
H 1/8" steel
ball
10 50 60 130 Plastik dan soft metals
seperti timah
K 1/8" steel
ball
10 140 150 130 Sama dengan H scale
L 1/4" steel
ball
10 50 60 130 Sama dengan H scale
M 1/4" steel
ball
10 90 100 130 Sama dengan H scale
P 1/4" steel
ball
10 140 150 130 Sama dengan H scale
R 1/2" steel
ball
10 50 60 130 Sama dengan H scale
S 1/2" steel
ball
10 90 100 130 Sama dengan H scale
V 1/2" steel 10 140 150 130 Sama dengan H scale
ball
3. Vikers (HV / VHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan
suatu material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor intan yang cukup
kecil dan mempunyai bentuk geometri berbentuk piramid seperti ditunjukkan pada
gambar 3. Beban yang dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding dengan pengujian
rockwell dan brinel yaitu antara 1 sampai 1000 gram.
Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien)
dari beban uji (F) dengan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) dari indentor
(diagonalnya) (A) yang dikalikan dengan sin (136°/2).
4. Micro Hardness (knoop hardness)
Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness testing
merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai kekerasannya
rendah. Knoop biasanya digunakan untuk mengukur material yang getas seperti
keramik.
Beberapa hal untuk menentukan metode uji kekerasan yang digunakan
a. Permukaan material
b. Jenis dan dimensi material
c. Jenis data yang diinginkan
d. Ketersedian alat uji
Menyiapkan Specimen:
Baja
Besi Cor
Tembaga
AlumuniumMenggrinda
Mengampelas
Pengujian kekerasan
(Masing-masing dari tiga metode)
Pengambilan Data
Memotong Specimen:
Ukuran : 5 s/d 8 mm
Harus rata
X. Salt Spray Test
Salt spray test adalah pengujian ketahanan karat/korosi suatu benda platingan
atau sejenisnya seperti coating,chromating, painting dan lain sebagainya dengan
cara menggunakan metode semburan air garam,seperti namanya salt spray test
(test semprotan air garam). Salt spray test biasanya banyak digunakan di pabrik -
pabrik yang memerlukan perlakuan terhadap benda atau part yang mengalami
proses plating,coating,chromating dan sebagainya.
Didalam pengujian salt spray test terdapat bahan-bahan yang diperlukan antara
lain :
1.Aquadest
Aquadest adalah bahan utama dalam pengujian SST, takaran aquadest yaitu 95%
dari keseluran takaran yang digunakan untuk pengujian.
2.NaCl (Sodium chloride)
NaCl atau garam ini merupakan bahan kedua yang digunakan dalam pengujian
SST, takaranya 5% dari keseluruhan takaran atau 50gram/liter plus minus 0.5
gram.refer to Jis Z2371.
3.Mesin SST
Mesin SST merupakan hal yang paling penting tentunya,banyak sekali jenis
jenis mesin SST,anda tinggal pilih yang mana yang menurut kriteria anda.
4.Ph meter
Alat ini merupakan alat untuk menguji keasaman larutan yang ada dalam
chamber,Standar Ph larutan yang ada dalam chamber yaitu 6.5~7.2 sedangkan
conductivity nya yaitu 20micro S/cm.penjelasan lebih lengkapnya ada dalam Jis
H8502)
5.Thickness platting
Alat ini digunakan untuk mengukur ketebalan thicknes permukaan platting
sebelum benda dimasukan kedalam mesin SST sebagai data pelengkap untuk form
hasil pengujian SST tersebut.Standar thickness platting yaitu > 8micrometer.
Ada berbagai macam kriteria platingan yang digunakan seperti plating
hexavalent, plating trivalent, baking plating dan sebagainya. Setiap platingan tersebut
memiliki standar durasi pengujian tersendiri.
Dalam pengujian SST ini juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan
seperti suhu ruangan dan kelembaban ruangan SST, selain itu mesin SST harus dijaga
kebersihannya karena ada beberapa bagian vital yang ada dalam mesin SST yang
harus dilakukan prepentive maintenance (perawatan secara berkala) antara lain filter
pada bak salt solution,pipa atomizing device yang ukuran lubangnya hanya sekitar
berdiameter 0.3mm dan lain sebagainya.