elektrokimia
-
Upload
aditya-meita-nugraha -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
description
Transcript of elektrokimia
I. Judul Praktikum : Sel Elektrokimia
II. Tujuan :
2.1 Menjelaskan fenomena sel elektrokimia
2.2 Mengukur potensial elektroda dengan elektroda pembanding
2.3 Mengukur potensial sel setelah kedua elektroda dihubungkan
2.4 Menuliskan reaksi yang terjadi pada sel elektrokimia
2.5 Menentukan katoda dan anoda berdasarkan percobaan
III. Dasar Teori
Reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi disebut reaksi reduksi-oksidasi.
Reduksi yaitu penurunan bilangan oksidasi atau penyerapan electron, sedangkan oksidasi yaitu
kenaikan bilangan oksidasi atau pelepasan electron. Reaksi redoks ada yang dapat berlangsung
spontan, ada juga yang tidak spontan. Reaksi redoks spontan dapat digunakan sebagai sumber
arus listrik, yaitu dalam sel volta seperti batu baterai dan aki. Sementara itu, reaksi redoks tak
spontan dapat dilangsungkan dengan menggunakan arus listrik, yaitu dalam reaksi elektrolisis.
Tempat berlangsungnya perubahan hubungan timbal balik reaksi redoks dengan arus listrik
disebut sel elektrokimia.
Ada dua jenis sel elektrokimia, yaitu sel volta dan sel elektrolisis.
a. Sel Volta
1. Reaksi redoks spontan
Reaksi redoks pontan ialah reaksi redoks yang berlagsung serta-merta. Contohnya
adalah reaksi antara logam zink dengan larutan tembaga(II) sulfat. Jika sepotong
logam zink dimasukkan ke dalam larutan tembaga(II) sulfat, segera terjadi reaksi
dimana logam zink sedikit demi sedikit melarut, sedangkan ion tambaga(II)
diendapkan. Reaksi ini bersifat eksoterm yang ditandai dengan naiknya suhu larutan.
Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut.
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+
(aq) + Cu(s)
Sementara itu reaksi kebalikannya, yaitu
Cu(s) + Zn2+(aq) Cu2+
(aq) + Zn(s)
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebalikan dari reaksi spontan adalah tidak
spontan.
2. Susunan Sel Volta
Telah disebutkan bahwa reaksi redoks spontan dapat digunakan sebagai sumber
listrik. Untuk memahami hal tersebut, marilah kita perhatikan reaksi redoks spontan
antara logan zink dan ion tembaga(II) yang telah dibahas di atas.
2e
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+
(aq) + Cu(s)
Perlu diingat bahwa arus listrik adalah aliran electron melalui kawat penghantar.
Jika zink dimasukkan ke dalam larutan ion tembaga(II), akan terjadi reaksi redoks
tetapi tidak ada arus listrik karena tidak ada aliran electron. Ion-ion Cu2+ dating ke
permukaan logam zink, mengambil dua electron, lalu mengendap. Dalam sel volta,
reduktor dan oksidatornya dipisahkan sehingga pemindahan electron tidak terjadi
secara langsung tetapi melalui kawat penghantar. Sebagai contoh susunan sel volta
dapat dilihat pada gambar 2.1, yaitu reaksi zink dengan ion Cu2+
A B
Gambar 2.1 Sel Volta mengubah energy dari suatu reaksi redoks spontan menjadi
energy listrik.
Pada rangkaian tersebut, logam zink dicelupkan dalam larutan yang mengandung
ion Zn2+ (larutan daram zink) sementara sepotong logam tembaga dicelupkan dalam
larutan ion Cu2+(larutan garam tembaga(II)). Logam zink akan larut sambil melepas
dua electron.
Elektron yang dibebaskan tidak memasuki larutan tetapi tertinggal pada logam
zink itu. Electron tersebut selanjutnya akan mengalir ke logam tembaga melalui
kawat penghantar. Ion Cu2+ akan mengambil electron dari logam tembaga kemudian
mengendap.
Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Dengan demikian, rangkain tersebut dapat menghasilkan aliran electron (listrik).
Akan tetapi bersamaan dengan melarutnya logam zink, larutan dalam labu A menjadi
bermuatan positif. Hal itu akan menghambat pelarutan logam zink selanjutnya.
Sementara itu, larutan dalam labu B akan bermuatan negative seiring dengan
mengendapnya ion Cu2+. Hal ini akan menahan pengendapan ion Cu2+. Jadi aliran
electron yang disebutkan di atas tidak akan berkelanjutan. Untuk menetralkan
muatan listriknya, kedua larutan dihubungkan dengan suatu jembatan garam, yaitu
larutan garam (seperti NaCl atau KNO3) dalam agar-agar. Ion-ion negative dari
jembatan garam akan bergerak ke labu A untuk menetralkan kelebihan ion Zn2+,
sedangkan ion-ion positif akan bergerak kr labu B untuk menetralkan kelebihan ion
SO42-. Pada kenyataannya, tidak ada arus listrik yang dapt diukur tanpa kehadiran
jembatan garam tersebut. Jembatan garam melengkapi raangkaian tersebut sehingga
menjadi suatu rangkaian tertutup.
Logam zink dan tembaga yang menjadi kutub-kutub listrik pada rangkaian sel
volta diatas disebut electrode/ secara definisi, electrode tempat terjadinya oksidasi
disebut anode, sedangkan electrode tempat terjadinya reduksi disebut katode. Oleh
karena oksidasi adalah pelepaan electron, maka anode adalah kutub negative,
sedangkan katode merupakan kutub positif.
3. Notasi Sel Volta
Susunan suatu sel volta dinyatakan dengan suatu notasi singkat yang disebut
diagram sel. Untuk contoh di ata (Gambar 2.1), diagram selnya dinyatakan sebagai
berikut
Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
Anode biasanya digambarkan di sebelah kiri, sedangkan katode di sebelah kanan.
Notasi tersebut menyatakan bahwa pada anode terjadi oksidasi Zn menjadi Zn2+,
sedangkan di katode terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu. Dua gris sejajar (||) yang
memisahkan anode dan katode menyatakan jembatan garam, sedangkan garis tunggal
menyatakan batas antarfase.
4. Potensial Elektroda Standar
Perhatikan kembali gambar 2.1. pada rangkaian itu electron mengalir dari
electrode Zn ke electrode Cu, dan tidak sebaliknya. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa Zn lebih mudah teroksidasi daripada Cu, sebaliknya Cu2+ lebih mudah
tereduksi. Daripada ion Zn2+.
Perbedan kecenderungan teroksidasi menghasilkan perbedaan rapatan muatan
antara electrode Zn dan electrode Cu. Perbedaan rapatan muatan itu menyebabkan
beda potensial listrik antara Zn dan Cu yang mendorong electron mengalir. Selisih
potensial itu disebut potensial sel dan diberi lambang Esel.
5. Deret keaktifan Logam ( deret volta )
Susunan unsure unsur logam berdasarkan potensial electrode standarnya disebut
deret elektrokimia atau deret volta. Deret volta dapat dililhat dalam table 2.2
semakin kiri kedudukan suatu logam dalam deret volta :
Logam semakin reaktif ( semakin mudah melepaskan electron)
Logam merupakan reduktor yang semakin kuat
Sebaliknya , semakin kanan kedudukan logam dalam deret volta ,
Logam kurang reaktif ( semakin sukar melepaskan electron)
Kationnya merupakan oksidator yang semakin kuat
Table 2.2 Deret volta
logam Li K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag Au
Eº(V) -3.04 -2.92 -2.90 -2.87 -2.71 -2.37 -1.66 -1.18 -0.76 -0.74 -0.44 -0.28 -0.28 -0.14 -0.13 0.00 +0.34 +0.79 +0.80 +1.52
Jadi, logam yang terletak lebih kiri lebih reaktif daripada logam logam yang di
kanannya. Oleh karena itu, logam yang terletak lebih kiri dapat mendesak logam yang
lebih kanan dari senyawanya .
6. Persamaan Nernst (pengayaan)
Pada bagian sebelumnya , perhitungan potensial sel didasarkan pada potensial
electrode dalam keadaan standar ( Eº) yang didapat dari table potensial electrode
standar yang ditentukan pada tekanan 1 atm, suhu 298 K, dan konsentrasi satu mol.
Jika konsentrasi larutan tidak dalam keadaan standar (bukan 1 molar, maka
perhitungan potensial sel dihitung dengan menggunakan persamaan Nernst.
Untuk reaksi :
aAn+ + ne bBm+
potensial electrode (E) dirumuskan oleh Nernst dengan persamaan sebagai berikut :
E = Eº - RTnF
log¿¿
Dimana :
Eº = potensial elektroda standar
R = konstanta gas (8,314 kj/mol )
T = temperature (K)
F = konstanta faraday 96.500 Coloumd
n = banyaknya electron yang ditransfer
jika nilai R, F, dan suhu 25ºC dimasukan dalam rumusan tersebut, maka persamaan
menjadi :
E = Eº - 0.0592n
log¿¿
Jika persamaan ini dibuat umum, menjadi :
E = Eº - RTnF
log Qc
Qc adalah kuosien reaksi . persamaan Nernst ini memberikan gambaran bahwa
potensial sel elektro kimia sangan dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit yang terlibat
dalam rekasi sel. Oleh karena itu, jika konsentrasi elektrolit dalam sel baterai kering,
aki mobil, dan baterai telepon seluler berkurang atau sangat kecil, maka daya listrik
dalam baterai pun juga kecil atau dikatakan beterainya rusak.
b. Elektrolisis
Dalam sel volta, reaksi redoks spontan digunakan sebagai sumber listrik. Sel
elektrolisis merupakan kebalikam dari sel volta. Dalam sel elektrolisis, listrik digunakan
untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan.
1. Susunan sel elektrolisis
Gambar 2.6 Susunan sel elektrolisis
Electron ( listrik) memasuki sel elektrolisis melalui kutub negative (katode). Spesi
tertentu dalam larutan menyerap electron dari katode dan mengalami reduksi.
Sementara itu, spesi lain melepas electron di anode dan mengalami oksidasi. Jadi,
sama seperti sel volta, reaksi di katode adalah reaksi reduksi, sedangkan reaksi di
anode adalah oksidasi, akan tetapi, muatan elektrodenya berbeda. Pada sel volta,
katode bermjuatan positif, sedangkan anode bermuatan negative. Pada sel elektrolisis,
katode bermuatan negative, sedangkan anode bermuatan positif.
2. Reaksi reaksi elektrolisis
Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katode, yaitu reduksi, dan reaksi anode , yaitu
oksidasi. Spesi apa yang terlibat dalam reaksi katode dan anode bergantung pada
potensial electrode dari spesi tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut :
Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah spesi yang potensial
reduksinya paling besar.
Spesi yang mengalami oksidasi di anode adalah spesi yang potensial
oksidasinya paling besar.
Berdasarkan ketentuan tersebut, kita dapat meramalkan reaksi rekasi elektrolisis.
Namun demikian, perlu juga dipahami bahwa potensial electrode juga dipengaruhi
konsentrasi dan jenis elektrodenya.
Sel elektrolisis :
Katode :
Tempat terjadi reduksi
Bermuatan (-)
Anode :
Tempat terjadi oksidasi
Bermuatan (+)
a. Reaksi – reaksi di katode ( reduksi )\
Rekasi di katode bergantung pada jenis kation dalam larutan. Jika kation berasal
dari logam logam aktif ( logam golongan IA,IIA,Al atau Mn), yaitu logam logam
yang potensial standar reduksinya lebih kecil ( lebih negative daripada air) maka
air yang tereduksi. Sebaliknya, kation selain yang disebutkan diatas akan
tereduksi.
Contoh :
Pada elektrolisis larutan CuSO4 (kation Cu2+), ion Cu2+ yang tereduksi, bukannya
ion Na+.
Pada elektrolisis larutan CuSO4 ( kation Cu2+ ), ion Cu2+ yang tereduksi.
b. Reaksi reaksi di anode (Oksidasi )
Electrode negative ( katode) tidak mungkin ikut bereaksi selama elektrolisis
karena logam tidak ada kecenderungan menyerap electron membentuk ion
negative. Akan tetapi, elektode positif (anode) mungkin saja ikut bereaski,
melepas electron dan mengalami oksidasi. Kecuali Pt dan Au, pada umumnya
logam mempunyai potensial oksidasi lebih besar daripada air atau anion sisa
asam. Oleh karena itu, jika anode tidak terbuat dari Pt, Au, grafit, maka anode itu
akan teroksidasi.
L(s) Lx+ (aq) + xe
Electrode Pt, Au, dan grafit (C) digolongkan sebagai elektode inert ( sukar
bereaksi ). Jika anode terbuat dari electrode inert, maka reaksi anode bergantung
pada jenis anion dalam larutan. Anion sisa asam oksi seperti SO42- , NO3
-, PO43- ,
dan F , mempunyai potensial oksidasi lebih negative daripada air. Anion anion
seperti itu sukar dioksidasi sehingga air yang teroksidasi .
2H2O (l) 4H+ (aq) + O2 (g) + 4e
Jika anion lebih mudah teroksidasi daripada air, seperti Br- , dan I-, maka anion itu
yang teroksidasi .