ELEKTRODA BERBASIS KARBON …repository.unair.ac.id/25776/1/MPK 64 - 12 Her e.pdf · 2.1 Kualitas...
Transcript of ELEKTRODA BERBASIS KARBON …repository.unair.ac.id/25776/1/MPK 64 - 12 Her e.pdf · 2.1 Kualitas...
SKRIPSI
ELEKTRODA BERBASIS KARBON
NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER
SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI
FRUKTOSA DALAM MADU
AYU TIRANNY MARTHA HERDININGTYAS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY
IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI
FRUKTOSA DALAM MADU
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sains Bidang Kimia
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
Disetujui oleh:
Pembimbing I,
Dr. Muji Harsini, M.Si
NIP. 19640502 198903 2 002
Pembimbing II,
Dr. Ir. Suyanto, M.Si
NIP. 19520217 198203 1 001
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI
Judul : ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/
MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI
SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Penyusun : Ayu Tiranny Martha Herdiningtyas
NIM : 080810498
Tanggal Ujian : Selasa, 7 Agustus 2012
Disetujui oleh :
Pembimbing I,
Dr. Muji Harsini, M.Si
NIP. 19640502 198903 2 002
Pembimbing II,
Dr. Ir. Suyanto, M.Si
NIP. 19520217 198203 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA
NIP. 19671115 199102 2 001
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam
lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi
kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan
sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik
Universitas Airlangga.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan pujian kepada Allah SWT, atas limpahan karunia,
nikmat, dan segala kemudahan sehingga selesailah skripsi yang berjudul
”Elektroda Berbasis Karbon Nanopori/Molecularly Imprinted Polymer
sebagai Sensor Potensiometri Fruktosa dalam Madu”. Skripsi ini dibuat untuk
memenuhi persyaratan akademis pendidikan dalam bidang Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Airlangga.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun sampaikan kepada pihak-
pihak yang telah memberikan segenap bimbingan, petunjuk, dan motivasi, karena
tanpanya, skripsi ini tidak akan pernah terwujud. Terima kasih penulis sampaikan
kepada:
1. Dr. Muji Harsini, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
mencurahkan segenap perhatian, petunjuk, bimbingan, waktu dan tenaga
dalam penyusunan skripsi ini
2. Dr. Ir. Suyanto, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan ilmu dalam penyusunan skripsi ini
3. Dra. Aning Purwaningsih, M.Si selaku dosen wali, atas kesabaran, saran,
dukungan, serta motivasi kepada penulis,
4. Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA. selaku ketua Departemen Kimia yang
banyak memberikan kemudahan dalam pengumpulan naskah,
5. Prof. Ris. Dr. Gustan Pari, M.Si dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan, Bogor, atas bantuan penyediaan karbon nanopori, kawat
perak dan sebagian bahan penelitian,
6. Rekan sepenelitian Aya, Asri, dan Pipit, atas kerjasama, kepedulian dan
diskusi,
7. Mas Rohadi dan Pak Giman, untuk pinjaman alat dan saran-saran yang
membantu skripsi ini,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
8. Orangtua, keluarga dan teman-teman, untuk doa, dorongan semangat, dan
penghiburan, serta
9. Semua pihak yang tentunya tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu demi kesempurnaan skripsi ini, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat diharapkan.
Surabaya, Juli 2012
Ayu Tiranny M. H
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Herdiningtyas, Ayu Tiranny M., 2012, ELEKTRODA BERBASIS KARBON
NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI
SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU. Skripsi ini
dibawah bimbingan Dr. Muji Harsini., M.Si dan Dr. Ir. Suyanto, M.Si,
Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,
Surabaya
ABSTRAK
Telah dilakukan pembuatan dan karakterisasi elektroda selektif berbasis
karbon nanopori/molecularly imprinted polymer (MIP) untuk analisis fruktosa
dalam madu. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi optimum dan kinerja
elektroda selektif berbasis karbon nanopori/MIP untuk analisis fruktosa dalam
madu dan kinerja elektroda selektif berbasis karbon nanopori/MIP. Pembuatan
MIP dilakukan dengan mencampurkan 0,2 mmol (0,03603 gram) fruktosa sebagai
template, 0,8 mmol (0,0688 gram) asam metakrilat sebagai monomer, dan 2,4
mmol (0,4757 gram) etilen glikol dimetakrilat sebagai crosslinker serta 1 mmol
(0,2422 gram) benzoil peroksida sebagai inisiator. Elektroda dibuat dengan
mencampurkan karbon nanopori, MIP dan parafin dengan perbandingan berturut-
turut 45:20:35. Dari penelitian diperoleh pH optimum larutan fruktosa sebesar
5,0-6,0, faktor Nernst sebesar 27,78 mV/dekade, jangkauan pengukuran sebesar
10-7
M-10-1
M. Konsentrasi terkecil fruktosa yang dapat diukur oleh elektroda
sebesar 4,71 x 10-8
M. Koefisien selektivitas dari larutan glukosa dan sukrosa
sebesar 2,48 x 10-5
dan 2,98 x 10-5
yang berarti adanya larutan tersebut tidak
mengganggu pengukuran. Elektroda ini memiliki akurasi pengukuran sebesar
90,83% untuk konsentrasi 10-4
M dan sebesar 102,35% untuk konsentrasi 10-2
M,
presisi dinyatakan dengan koefisien variasi sebesar 1,3267% untuk konsentrasi 10-
2M dan 1,2920% untuk konsentrasi 10
-4M serta diperoleh kadar fruktosa dalam
madu sebesar 29,80% b/b.
Kata kunci : fruktosa, molecularly imprinted polymer, potensiometri, karbon
nanopori
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Herdiningtyas, Ayu Tiranny M., 2012, Electrode Based on Nanoporous
Carbon/Molecularly Imprinted Polymer as Potentiometric Sensor of
Fructose in Honey, This Bachelor Thesis is under guidance of Dr. Muji
Harsini., M.Si and Dr. Ir. Suyanto, M.Si, Departement of Chemistry, Faculty
of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya
ABSTRACT
Selective electrode based on nanoporous carbon/molecularly imprinted
polymer (MIP) has been synthesized and characterized to analyze fructose in
honey. The purposes of the research are determining the optimum condition of
electrodes based on nanoporous carbon/MIP and the performance of the electrode.
Molecularly imprinted polymer (MIP) is synthesized by mixing 0,2 mmol
(0,03603 gram) of fructose as template, 0,8 mmol (0,0688 gram) of methacrilic
acid as monomer, 2,4 mmol (0,4757 gram) of ethylene glycol dimethacrylate as
crosslinker and a mmol of benzoil peroxide as initiator. The electrode is made by
mixing nanoporus carbon, MIP and paraffin at rasio 45:20:35. As the results,
optimum pH of fructose solution is 5,0-6,0, Nersnt factor is 27,78 mV/decade,
concentration range of the measurement is from 10-7
M to 10-1
M. Limit detection
of the electrode is 4,71 x 10-8
M. Selectivity coefficient of glucose and sucrose
solution are 2,48 x 10-5
and 2,98 x 10-5
which means these solution do not interfere
fructose measurement. Accuration of the electrode for 10-2
M and 10-4
M of
fructose concentration are 102,35% and 90,83% respectively. Precision, which is
expressed as coefficient of variation, valued 1,3267% and 1,2920% for 10-2
M and
10-4
M of fructose concentration. Analysis of fructose in honey solution is valued
29,80% w/w.
Key word : fructose, molecularly imprinted polymer, potentiometry, nanoporous
carbon
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI .................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
2.1 Fruktosa ....................................................................................... 7
2.2 Madu ............................................................................................ 8
2.3 Polimer ......................................................................................... 11
2.4 Molecularly Imprinting Polymer ................................................. 13
2.5 Potensiometri ............................................................................... 14
2.5.1 Tinjauan umum potensiometri ........................................ 14
2.5.2 Elektroda kerja dan pembanding..................................... 16
2.6 Elektroda Selektif Ion ................................................................. 17
2.7 Kinerja Elektroda ........................................................................ 18
2.7.1 Faktor Nerst .................................................................... 18
2.7.2 Batas deteksi ................................................................... 19
2.7.3 Jangkauan pengukuran .................................................... 20
2.7.4 Akurasi dan presisi .......................................................... 20
2.7.5 Koefisien selektifitas ....................................................... 20
2.8 Karbon Nanopori ........................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 23
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 23
3.2 Bahan dan Alat Penelitian............................................................ 23
3.2.1 Bahan penelitian .............................................................. 23
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
3.2.2 Alat penelitian ................................................................. 23
3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................... 24
3.3.1 Diagram alir penelitian.................................................... 24
3.3.2 Pembuatan larutan induk fruktosa 10-1
M ....................... 25
3.3.3 Pembuatan larutan kerja fruktosa 10-2
-10-8
M ................ 25
3.3.4. Pembuatan larutan asam asetat 0,2 M ............................. 25
3.3.5 Pembuatan natrium asetat trihidrat 0,2 M ....................... 25
3.3.6 Pembuatan larutan buffer asetat ...................................... 26
3.3.7 Pembuatan larutan kalium hidrogen fosfat trihidrat
0,2 M.............................................................................. 26
3.3.8 Pembuatan larutan kalium dihidrogenfosfat 0,2 M ......... 27
3.3.9 Pembuatan larutan buffer fosfat ...................................... 27
3.4 Pembuatan larutan pengganggu .................................................. 28
3.4.1 Pembuatan larutan glukosa 10-3
M .................................. 28
3.4.2 Pembuatan larutan sukrosa 10-3
M .................................. 28
3.5 Pembuatan Molecularly Imprinted Polymer (MIP) ................... 28
3.6 Pembuatan/konstruksi badan elektroda pasta karbon
nanopori/MIP .............................................................................. 29
3.7 Optimasi elektroda ...................................................................... 30
3.7.1 Optimasi pH larutan fruktosa .......................................... 30
3.7.2 Optimasi komposisi elektroda ......................................... 31
3.7.3 Pembuatan kurva standar fruktosa .................................. 31
3.8 Penentuan parameter validasi...................................................... 32
3.8.1 Penentuan batas deteksi .................................................. 32
3.8.2 Faktor Nerst dan linearitas .............................................. 32
3.8.3 Penentuan koefisien variasi ............................................. 33
3.8.4 Penentuan persen recovery (% R) ................................... 34
3.8.5 Jangkauan pengukuran .................................................... 35
3.8.6 Penentuan koefisien selektifitas ...................................... 35
3.9 Jadwal dan Anggaran Penelitian .................................................. 36
3.9.1 Waktu penelitian ............................................................. 36
3.9.2 Anggaran dana penelitian................................................ 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 37
4.1 Hasil Pembuatan Molecularly Imprinted Polymer (MIP)............ 37
4.2 Hasil Pembuatan Polimer Kontrol ............................................... 40
4.3 Karakterisasi Molecularly Imprinted Polymer (MIP) dan
Polimer Kontrol .......................................................................... 40
4.4 Optimasi Elektroda ...................................................................... 44
4.4.1 Optimasi komposisi elektroda ......................................... 44
4.4.2 Optimasi pH .................................................................... 48
4.5 Kurva Kalibrasi Fruktosa ............................................................ 49
4.6 Uji kinerja Elektroda Karbon Nanopori/MIP.............................. 50
4.6.1 Jangkauan pengukuran .................................................... 50
4.6.2 Batas deteksi ................................................................... 51
4.6.3 Persen Recovery .............................................................. 51
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
4.6.4 Presisi .............................................................................. 52
4.6.5 Selektifitas Elektroda ...................................................... 53
4.7 Mekanisme Timbulnya Beda Potensial ...................................... 54
4.8 Hasil Pengukuran Kadar Fruktosa dalam Madu ......................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 56
5.2 Saran ........................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57
LAMPIRAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
2.1 Kualitas Madu menurut SNI-01-3545-2004 10
3.1 Volume CH3COOH 0,2 M dan CH3COONa 0,2 M pada
pembuatan buffer asetat
26
3.2 Komposisi volume K2HPO4 0,2 M dan KH2PO4 0,2 M
pada pembuatan buffer fosfat
27
3.3 Komposisi pasta karbon nanopori/MIP 31
4.1 Pengaruh komposisi karbon nanopori dan MIP terhadap
jangkauan pengukuran, faktor Nerst pada pengukuran
fruktosa secara potensiometri
45
4.2 Data pengukuran fruktosa menggunakan E6 pada pH 5-6 49
4.3 Jangkauan pengukuran E6 dan E7 50
4.4 Akurasi pengukuran 51
4.5 Koefisien variasi pengukuran 52
4.6 Koefisien selektifitas pengukuran 54
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
2.1 Struktur Fischer rantai terbuka fruktosa, fruktopiranosa
dan fruktofuranosa (Fessenden dan Fessenden, 1986)
8
2.2 Kurva penentuan batas deteksi (Bakker, 1997) 19
3.1 Konstruksi elektroda pasta karbon nanopori/MIP 30
4.1 Perkiraan pembentukan MIP oleh monomer asam
metakrilat, template fruktosa dan crosslinker EGDMA
38
4.2 Reaksi polimerisasi asam metakrilat (Munk dkk, 1994) 38
4.3 Hasil pembuatan MIP 38
4.4 Perkiraan cetakan MIP fruktosa yang template
fruktosanya telah diekstraksi
39
4.5 Hasil polimer kontrol 40
4.6 Spektrum inframerah (a) asam metakrilat; (b) MIP
sebelum dicuci; (c) MIP setelah dicuci; (d)Polimer kontrol
42
4.7 Elektroda karbon nanopori/MIP dengan kawat Ag 45
4.8 Perbandingan elektroda 46
4.9 Kurva optimasi pH pada pengukuran larutan fruktosa 10-3
M menggunakan elektroda E6 secara potensiometri
49
4.10 Kurva kalibrasi fruktosa 50
4.11 Kesetimbangan di dalam elektroda 54
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1 Pembuatan larutan induk dan larutan kerja fruktosa
2 Pembuatan larutan pengganggu
3 Pembuatan Molecularly Imprinted Polymer
4 Perhitungan faktor Nerst dan linearitas elektroda 1-7
5 Data optimasi pH
6 Penentuan koefisien variasi
7 Penentuan persen Recovery
8 Penentuan Koefisien Selektifitas
9 Penentuan kadar fruktosa dalam sampel madu
10 Spesifikasi karbon nanopori
11 Spektrum inframerah
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Madu adalah bahan makanan berbentuk cairan jernih keemasan yang manis
yang diproduksi oleh lebah madu dari nektar yang berasal dari bunga-bungaan
melalui proses regurgitasi, yaitu proses pemuntahan material oleh beberapa jenis
organisme melalui mulut, faring, dan esofagus yang biasanya ditandai dengan
adanya makanan yang belum tercerna dan darah (Nelson dan Couto, 2009). Madu
adalah pemanis yang unik, dapat digunakan oleh manusia secara langsung tanpa
proses apapun, mengandung nutrisi dan efek medisinal yang baik.
Madu mengandung 38% fruktosa, 31% glukosa, 7% maltosa, 1,3% sukrosa.
Nilai nutrisi dan rasa unik madu menyebabkan harga madu murni lebih tinggi
daripada pemanis yang lainnya, sehingga madu sangat rentan terhadap pemalsuan
yang dilakukan dengan menambahkan pemanis lainnya yang harganya lebih
murah, seperti fruktosa sintetis. Padahal, menurut European Union, Codex
Alimentarius of Food dan Agriculture Organization of the United Nation, madu
ditetapkan sebagai produk murni yang tidak diperbolehkan untuk ditambahi
dengan substansi lainnya (Xiangrong dkk, 2009).
Fruktosa, atau biasa disebut gula buah, adalah suatu monosakarida
polihidroksiketon dengan enam atom karbon dan bersifat sebagai gula pereduksi.
Fruktosa adalah gula yang memiliki rasa paling manis bila dibandingkan dengan
gula yang lainnya, seperti glukosa dan sukrosa (Hanover dan White, 1993). Gula
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
ini paling sering ditemukan pada buah-buahan, sayuran, termasuk tebu dan jagung
serta madu (Park dan Yetley, 1993). Fruktosa paling sering diekstrak dari jagung,
karena jagung lebih murah daripada sumber fruktosa yang lain. Terdapat dua jenis
fruktosa dari ekstraksi ini, yaitu sirup jagung kaya fruktosa yang mengandung 55
% fruktosa dan 45 % glukosa, dan kristal fruktosa, yang mengandung 98 %
fruktosa. Dalam bentuk padatnya, fruktosa berwarna putih, tidak beraroma,
berbentuk padatan kristal dan merupakan gula yang paling mudah larut dalam air
(Hyvonen dan Kuivistoinen, 1982).
Analisis fruktosa dalam campuran yang mengandung gula-gula lainnya seperti
madu menjadi sulit karena analisisnya diganggu oleh gula yang lain, yang secara
alami juga ada bersamaan dengan adanya fruktosa, seperti glukosa, maltosa dan
sukrosa. Maka dari itu perlu dikembangkan analisis fruktosa dalam campuran
gula yang lain tanpa harus diganggu oleh gula lainnya.
Weigel dkk (1996) menganalisis fruktosa dalam campuran berbagai macam
gula dengan menggunakan Flow Injection Analysis (FIA) yang digabung dengan
enzim terimobilisasi campuran dan menghasilkan kesalahan sebesar 3% - 6%.
Wahjudi dkk (2009) menganalisis fruktosa dengan menggunakan Kromatografi
Gas/Spektroskopi Massa (GC/MS) dan mendapatkan limit deteksi sebesar 46 µM.
Untuk menganalisis fruktosa dan glukosa, Campuzano dkk (2004) menggunakan
bienzim biosensor pada elektroda cakram emas untuk deteksi secara
amperometri dengan HPLC dan memperoleh recovery rata-rata sebesar 98%.
Sementara itu Bhand dkk (2010) menggunakan metode kalorimetri selektif dalam
FIA untuk menganalisis fruktosa dalam sampel sirup tanpa harus menghilangkan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
glukosa dan memperoleh limit deteksi sebesar 0,12 mM. Metode-metode ini
memang memberikan hasil yang sensitif dan selektif, tapi membutuhkan biaya
operasional yang tinggi, analisis yang rumit dan memerlukan penanganan yang
sangat cermat, sehingga perlu dikembangkan metode analisis fruktosa yang lebih
sederhana dan murah, tapi memiliki selektifitas dan sensitifitas yang minimal
sama baiknya, yaitu dengan menggunakan salah satu metode elektrokimia yang
disebut potensiometri.
Potensiometri adalah salah satu metode elektrokimia yang berdasarkan
pada penentuan potensial sel pada arus nol (Skoog dkk, 1992). Beda potensial
timbul karena adanya analit yang dapat dipertukarkan pada permukaan elektroda.
Permukaan elektroda merupakan sensor yang harus mengandung komponen yang
bereaksi secara kimia dan reversibel dengan analit (Cattral, 1997).
Dalam madu, fruktosa hadir bersama-sama dengan gula yang lainnya,
yaitu glukosa, maltosa dan sukrosa. Gula-gula ini mengganggu analisis karena
sama-sama dapat memberi respon potensiometri seperti juga fruktosa. Oleh
karena itu dibutuhkan metode untuk memperoleh elektroda yang selektif dan
sensitif. Metode yang dapat digunakan yaitu dengan memodifikasi elektroda pada
potensiometri. Salah satu modifikasi yang digunakan adalah molecular imprinted
polymer (MIP).
Terdapat berbagai penelitian yang menggunakan elektroda termodifikasi
untuk sensor potensiometri sebelumnya. Alizadeh dan Akhoundian (2009)
membuat sensor potensiometri berbasis MIP untuk menganalisis prometazin dan
memperoleh limit deteksi sebesar 1,0 x 10-7
M. Javanbakht dkk (2008)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
menganalisis hidroksizin pada tablet dan cairan biologis dengan sensor
potensiometri berbasis MIP dengan menggunakan asam metakrilat sebagai
monomer dan mendapatkan limit deteksi sebesar 7.0 x 10-7
M. Sedangkan
Sadeghi dkk (2006) menggunakan sensor potensiometri berbasis MIP untuk
menganalisis levamisol dan mendapatkan limit deteksi sebesar 1,0 µmolL-1
.
Molecularly imprinting polymer sangat menjanjikan untuk digunakan
dalam berbagai aplikasi, khususnya sebagai sensor kimia, karena polimer yang
disintesis memiliki kemampuan untuk mengenali molekul spesifik, bahkan
potensial untuk mengenali senyawa kiral (Tom dan Foster, 2010). Metode
pembuatannya cukup sederhana dan mudah, karena yang dibutuhkan hanyalah
monomer, template, pelarut dan crosslinker. Polimerisasi yang terjadi kemudian
diikuti oleh proses penghilangan template oleh pelarut yang tepat, kemudian
terbentuklah material yang spesifik terhadap template tersebut (Komiyama dkk,
2003).
Molecularly imprinting polymer pada penelitian ini digunakan untuk
memodifikasi elektroda potensiometri karbon nanopori sebagai sensor untuk
analisis fruktosa dalam madu. Karbon nanopori digunakan sebagai elektroda
karena bersifat inert dan memiliki konduktivitas yang tinggi (Pyun dan Lee,
2007). Molecularly imprinting polymer dalam penelitian ini dibuat dengan
menggunakan monomer asam metakrilat (MAA), crosslinker etilen glikol
dimetakrilat (EDMA), dan inisiator benzoil peroksida.
Sensor fruktosa secara potensiometri ini diharapkan memiliki sensitifitas
dan selektifitas yang lebih baik dalam analisisnya, serta memiliki keunggulan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
yang tidak dimiliki metode lain. Modifikasi elektroda potensiometri karbon
nanopori dengan MIP diharapkan dapat memberikan kinerja sensor potensiometri
fruktosa yang optimum meliputi faktor Nernst, jangkauan pengukuran, batas
deteksi, akurasi, dan presisi, sehingga akan diperoleh suatu metode alternatif
untuk pengukuran kadar fruktosa menggunakan sensor potensiometri yang
berbasis pada karbon nanopori dengan MIP dengan hasil yang akurat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kondisi optimum analisis fruktosa menggunakan sensor
potensiometri karbon nanopori dengan MIP?
2. Berapakah batas deteksi, faktor Nernst, jangkauan pengukuran, akurasi, presisi
dan koefisien selektivitas pada analisis fruktosa menggunakan sensor
potensiometri karbon nanopori dengan MIP?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. mengetahui kondisi optimum analisis fruktosa menggunakan sensor
potensiometri karbon nanopori dengan MIP
2. menentukan batas deteksi, faktor Nernst, jangkauan pengukuran, akurasi,
presisi dan koefisien selektivitas pada analisis fruktosa menggunakan sensor
potensiometri karbon nanopori dengan MIP.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
1.4 Manfaat Penelitian
Elektroda karbon nanopori dengan MIP dapat menghasilkan suatu sensor
yang sensitif dan selektif terhadap fruktosa sehingga diperoleh hasil yang akurat.
Dengan demikian metode ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif dalam
pengukuran fruktosa dengan cepat, tepat dan murah.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fruktosa
Fruktosa ditemukan oleh seorang kimiawan Perancis bernama Augustin-
Pierre Dubrunfaut pada tahun 1847 (Furton, 1972). Fruktosa adalah suatu
polihidroksi keton dan merupakan monosakarida yang memiliki enam atom
karbon dan gugus fungsi keton, sehingga sering disebut sebagai ketoheksulosa
(Fessenden dan Fessenden, 1986). Fruktosa juga disebut sebagai levulosa karena
memutar bidang polarisasi ke kiri. Fruktosa memiliki rumus molekul yang sama
dengan glukosa, yaitu C6H12O6, tetapi berbeda karena glukosa bergugus fungsi
aldehid.
Fruktosa dalam bentuk kristalnya adalah berupa siklik enam anggota (D-
fruktopiranosa) dimana struktur ini stabil karena terdapat suatu hemiketal dan
ikatan hidrogen internal. Hemiketal terbentuk melalui reaksi intramolekul antara
gugus keton dan gugus hidroksil dalam air. Selain D-fruktopiranosa, reaksi ini
juga menghasilkan siklik lima anggota D-fruktofuranosa. Dalam larutannya,
fruktosa berada dalam kesetimbangan campuran ketiga bentuknya, yaitu fruktosa
rantai terbuka, fruktofuranosa dan fruktopiranosa (Fessenden dan Fessenden,
1986). Gambar struktur fruktosa ditunjukkan oleh Gambar 2.1.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
CH2OH
C
HO H
H OH
H H
CH2OH
O
H O
OH
CH2OH
OHOH
HOH
H
H
H
HOH2C
OH
CH2OH
HOH H
H HOO
Gambar 2.1 Struktur Fischer rantai terbuka fruktosa, fruktopiranosa dan
fruktofuranosa
Fruktosa yang murni dan kering, memiliki rasa yang sangat manis,
berwarna putih, tak berbau, berbentuk padatan kristal dan merupakan gula yang
paling mudah larut dalam air (Hyvonen dan Koivistoinen, 1982). Fruktosa banyak
digunakan dalam minuman dan makanan kemasan karena fruktosa lebih manis
1,73 kali daripada sukrosa (Hanover dan White, 1993). Fruktosa paling sering
ditemukan pada buah-buahan, sayuran, termasuk tebu dan jagung serta madu
(Park dan Yetley, 1993). Berat molekulnya adalah 180,16 g/mol, titik lelehnya
1030 C, dan sangat mudah larut dalam air (Budavari, 1996).
Telah dilakukan berbagai macam metode untuk menganalisis fruktosa.
Beberapa diantaranya adalah dengan FIA (Weigel dkk, 1996), GC/MS (Wahjudi
dkk, 2009), HPLC-amperometri (Campuzano dkk, 2003), dan kalorimetri-FIA
(Bhand dkk, 2010).
2.2 Madu
Madu adalah bahan makanan berbentuk cairan jernih keemasan yang
manis yang diproduksi oleh lebah madu dari nektar yang berasal dari bunga-
bungaan melalui proses regurgitasi, yaitu proses pemuntahan material oleh
beberapa jenis organisme melalui mulut, faring, dan esofagus yang biasanya
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
ditandai dengan adanya makanan yang belum tercerna dan darah (Nelson dan
Couto, 2009). Madu adalah pemanis yang unik, dapat digunakan oleh manusia
secara langsung tanpa proses apapun, mengandung nutrisi dan efek medisinal
yang baik.
Beberapa sifat fisik madu bervariasi karena sangat tergantung pada
kandungan air, jenis bunga, suhu, dan komposisi gula yang terkandung di
dalamnya. Madu segar berbentuk cairan yang sangat jenuh, mengandung lebih
banyak air daripada madu pada temperatur kamar, dimana bentuknya adalah
cairan yang lebih kental dan glukosa di dalamnya terpresipitasi menjadi padatan
berbutir. Indeks glisemik madu adalah antara 31-78, tergantung pada varietasnya
(Arcot dan Brand-Miller, 2005), dan densitasnya sebesar 1,36 kg/l (Krell, 1996).
Madu mengandung 38% fruktosa, 31% glukosa, 7% maltosa, 1,3%
sukrosa, air rata-rata 17,2 %, gula yang lebih kompleks 1,5%, abu 0,2%, dan
senyawa lain yang tidak terdeteksi sebanyak 3,2% (White dan Doner, 1980).
Menurut USDA (United States Department of Agriculture, 2007), madu juga
mengandung sangat sedikit (trace amount) vitamin dan mineral. Dilaporkan
dalam 100 gram madu terdapat 0,3 g protein, 0,2 g serat, 0,038 mg vitamin B2,
0,121 mg vitamin B3, 0,068 mg vitamin B5, 2 µg vitamin B6, 6 mg vitamin C, 6
mg kalsium, 0,42 besi, 2 mg magnesium, 4 mg pospor, 52 mg kalium, 4 mg
natrium dan 0,22 mg zink. Madu juga mengandung sejumlah kecil senyawa yang
berfungsi sebagai antioksidan, seperti krisin, pinobaksin, katalase, dan
pinocembrin. Komposisi spesifik dari madu sangat tergantung pada jenis nektar
bunga (Martos dan Barberan, 2000; Gheldof dkk, 2002).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Kualitas madu menurut SNI-01-3545-2004 dijelaskan oleh Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Kualitas madu menurut SNI-01-3545-2004
Persyaratan mutu
madu No Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Aktifitas enzim diastase, min. DN 3
2 Hidroksimetilfurfural (HMF),
maks. mg/kg 50
3 Air, maks. % b/b 22
4
Gula pereduksi (dihitung sebagai
glukosa), min. % b/b
65
5 Sukrosa, maks. % b/b 5
6 Keasaman, maks.
ml
NaOH
1 N/kg
50
7 Padatan yang tak larut dalam air,
maks. % b/b 0,5
8 Abu, maks. % b/b 0,5
9
Cemaran logam
Timbal (Pb), maks
Tembaga (Cu), maks.
mg/kg
mg/kg
1,0
5,0
10 Cemaran arsen (As), maks. mg/kg 0,5
Sementara itu di Amerika Serikat, kualitas madu dibagi menjadi empat
kelas yang ditentukan oleh kandungan air, cacat dan kejernihannya. Semakin
sedikit kadar airnya, semakin murni dan segar aroma dan rasanya, semakin sedikit
cacat dan pengotornya, kualitas madu semakin baik (USDA, 2007).
Nilai nutrisi dan rasa unik madu menyebabkan harga madu murni lebih
tinggi daripada pemanis yang lainnya, sehingga madu sangat rentan terhadap
pemalsuan yang dilakukan dengan menambahkan pemanis lainnya yang harganya
lebih murah, seperti fruktosa. Padahal, menurut European Union, Codex
Alimentarius of Food dan Agriculture Organization of the United Nation, madu
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
ditetapkan sebagai produk murni yang tidak diperbolehkan untuk ditambahi
dengan substansi lainnya (Xiangrong dkk, 2009).
2.3 Polimer
Polimer adalah molekul besar yang tersusun secara berulang dari unit
kimia yang kecil dan sederhana (mer). Reaksi penggabungan antara monomer-
monomer untuk membentuk sebuah molekul polimer disebut dengan reaksi
polimerisasi (Odian, 2004). Penyusunan itu dapat berupa susunan linier yang
terdiri dari mata rantai yang terbuka, rantai yang bercabang ataupun membentuk
jaringan tiga dimensi. Satuan penyusun (repeating unit) setara atau hampir setara
dengan monomer.
Reaksi polimerisasi ada dua macam, yaitu polimerisasi adisi dan
polimerisasi kondensasi. Pada polimerisasi kondensasi, pembentukan polimer
terjadi karena adanya kondensasi antara dua molekul polifungsional untuk
membentuk satu molekul polifungsional yang lebih besar. Polimerisasi ini
berlangsung dalam beberapa tahap dan membentuk intermediet yang beragam,
seperti dimer, trimer dan sebagainya, dalam keadaan yang stabil sampai tahap
reaksi yang selanjutnya. Biasanya dalam setiap tahap reaksi, proses ini
menghasilkan air.
Pada polimerisasi adisi, polimerisasinya ditandai digunakannya katalis,
dengan tidak terjadinya eliminasi, dan tidak adanya produk samping. Polimerisasi
ini terjadi melalui tiga tahapan, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap
inisiasi dibutuhkan inisiator untuk memulai reaksi. Inisiator dapat berupa radikal
bebas (R.), kation atau anion. Sedangkan tahap propagasi melibatkan reaksi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
pemanjangan rantai polimer akibat penambahan unit monomer secara berturut-
turut dan biasanya terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Sedangkan tahap
terminasi adalah tahap penghentian pembentukan rantai polimer (Odian, 2004).
Selama reaksi berlangsung, tak terdapat senyawa yang stabil sebab intermediet
yang berbentuk ion atau radikal berumur sangat pendek dan bereksi langsung.
Pembentukan rantai polimer pertama adalah single sweep dan yang kedua adalah
pembentukan fraksi. Polimerisasi pada senyawa rangkap adalah termasuk reaksi
ini (Suyanto, 2009).
Pada reaksi adisi tertentu, mula-mula terjadi pembukaan cincin senyawa
siklik kemudian terjadilah reaksi selanjutnya. Reaksi semacam ini tergolong
diantara polimerisasi adisi dan kondensasi. Salah satu bentuk polimerisasi adisi ini
adalah kopolimerisasi. Kopolimerisasi adalah polimer yang tersusun atas dua
macam atau lebih monomer yang berbeda yang tersusun secara acak atau
berselang-seling membentuk suatu rantai kopolimer tunggal ataupun suatu
jaringan.
Beberapa jenis baru kopolimer adalah kopolimer blok dan kopolimer graf.
Kopolimer blok satu jenis rangkaian polimer yang membentuk prepolimerisasi
dan kemudian bergabung dengan rangkaian prepolimerisasi yang lain. Sedangkan
kopolimer graf terdiri atas suatu rangkaian satu jenis monomer, dan serangkaian
monomer jenis lain merupakan cabangnya (Suyanto, 2009).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
2.4 Molecularly Imprinted Polymer (MIP)
Molecularly imprinted polymer sangat menjanjikan untuk digunakan
dalam berbagai aplikasi, khususnya sebagai sensor kimia, karena polimer yang
disintesis memiliki kemampuan untuk mengenali molekul spesifik, bahkan
potensial untuk mengenali senyawa kiral (Tom dan Foster, 2010). Metode
pembuatannya cukup sederhana dan mudah, karena yang dibutuhkan hanyalah
monomer, template, pelarut dan crosslinker. Monomer fungsional bertindak
sebagai pencetak, molekul target bertindak sebagai template melalui interaksi
kovalen atau non kovalen, dan crosslinker digunakan untuk membentuk struktur
polimer. Polimerisasi yang terjadi kemudian diikuti oleh proses penghilangan
template oleh pelarut yang tepat, kemudian terbentuklah material yang spesifik
terhadap template tersebut.
Terdapat dua metode yang dapat dilakukan untuk membuat MIP, yaitu
melalui pendekatan ikatan kovalen dan ikatan non kovalen. Pendekatan ikatan
kovalen monomer fungsional dan template terikat satu sama lain oleh ikatan
kovalen. Konjugat kovalen ini kemudian mengalami polimerisasi di bawah
kondisi normal. Setelah polimerisasi, ikatan kovalennya terpecah dan template
dihilangkan dari polimer, sehingga terbentuklah sisi yang dapat mengikat template
kembali. Keuntungan teknik ini adalah konjugat monomer-template stabil dan
stokiometris, dan dapat digunakan berbagai macam kondisi polimerisasi. Namun,
teknik ini mahal dan konjugatnya susah terbentuk, ikatan kovalen yang reversibel
jumlahnya terbatas, pelekatan dan pelepasan kembali dari gugus tamunya
memakan waktu yang lama.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Sementara pada teknik non-kovalen, dengan sendirinya template
berinteraksi dengan monomer fungsional melalui pendekatan ikatan Van der
Waals, interaksi elektrostatik, dan ikatan hidrogen. Kekurangan teknik ini adalah
konjugat monomer dan template-nya tidak stabil dan tidak stokiometris, kondisi
polimerisasinya harus dipilih dengan cermat, dan membutuhkan monomer yang
berlebih. Namun teknik ini merupakan teknik pencetakan yang cepat dan paling
umum digunakan karena sintesis monomer-template kovalennya tidak perlu
dilakukan, template sangat mudah dihilangkan dari polimer dan pelekatan dan
pelepasan kembali gugus tamunya sangat mudah (Komiyama dkk, 2003).
2.5 Potensiometri
2.5.1 Tinjauan umum potensiometri
Potensiometri adalah suatu teknik analitik dimana sejumlah analit dalam
sampel ditentukan kadarnya, baik dengan cara langsung maupun tidak langsung,
dari pengukuran electromotive force (emf) antara dua elektroda yang dicelupkan
ke dalam larutan sampel (Braun, 1987). Besarnya beda potensial bergantung pada
bagaimana sejumlah analit terdistribusi/menyebar melintasi antarmuka dan
berhubungan dengan aktivitas analit yang mengalami reaksi dalam sel (Skoog
dkk, 2007). Reaksi setengah sel dari oksidasi reduksi dapat ditulis secara umum.:
aOx + n e � b Red
Dengan keterangan Ox adalah bentuk teroksidasi, Red adalah bentuk tereduksi, n
adalah jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi, a adalah koefisien dari bentuk
teroksidasi pada kesetimbangan, b adalah koefisien dari bentuk tereduksi pada
kesetimbangan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Pada larutan yang encer, maka aktivitas zat dianggap sama dengan
konsentrasi zat dalam larutan sehingga besarnya potensial dapat dituliskan dalam
persamaan :
E = Eo + ln [ox]
a/[red]
b (1)
Potensial pembanding (Eo) merupakan potensial elektroda standar yang nilainya
konstan. Harga E dapat diukur dengan menggabungkan elektroda penunjuk dan
elektroda pembanding kemudian diukur emf (electromotive force) dari sel
terbentuk (Basset dkk, 1991)
Pada persamaan (1) faktor melibatkan tetapan-tetapan yang diketahui
dan jika dikonversikan ke dalam bentuk logaritma (2,303) maka faktor ini menjadi
0,0591 pada 25oC, sehingga persamaannya menjadi:
E = Eo + log [ox]
a/[red]
b (2)
Analisis menggunakan metode potensiometri semakin meluas sejak
ditemukannya elektroda selektif ion (Day and Underwood,1998). Terdapat dua
teknik pengukuran dengan menggunakan potensiometri. Pertama adalah
potensiometri langsung dimana pengukuran tunggal digunakan untuk menentukan
suatu aktifitas ion tertentu. Kedua adalah potensiometri tidak langsung dimana
pengukuran dilakukan dengan cara titrasi. Ion dititrasi dan diukur sebagai fungsi
volume titran.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
2.5.2 Elektroda Kerja dan Pembanding
Elektroda merupakan bagian dari komponen potensiometri yang berfungsi
sebagai sensor analit yang terdiri dari sebuah penghantar elektronik (misal logam)
dan sebuah penghantar ionik (larutan). Dalam pengukuran secara potensiometri
elektroda yang digunakan harus bersifat inert sehingga tidak dapat bereaksi
dengan analit, misalnya platina (Pt), emas (Au), dan karbon (C). Terdapat dua
jenis elektroda yang digunakan dalam pengukuran secara potensiometri, yaitu
elektroda kerja dan elektroda pembanding (Skoog dkk, 2007)
Elektroda kerja merupakan elektroda yang potensialnya bergantung pada
aktivitas analit. Dua jenis elektroda yang umum digunakan dalam pengukuran
secara potensiometri yaitu elektroda logam dan elektroda membran. Elektroda
logam dibagi menjadi dua yaitu elektroda jenis pertama dan elektroda jenis kedua.
Untuk elektroda jenis pertama, analit yang akan diukur terlibat langsung
dalam reaksi elektroda. Pada elektroda ini terjadi kesetimbangan langsung dengan
kation yang berasal dari elektroda logam, misalnya elektroda Cu, Ag, Hg, Cd, Zn,
dan Pb. Sedangkan untuk elektroda jenis kedua, pengukuran analit tidak langsung
berhubungan dalam reaksi elektroda. Misalnya elektroda perak-perak klorida yang
dibentuk dengan menyalut kawat perak dengan perak klorida. Elektroda tersebut
digunakan untuk mengukur konsentrasi ion klorida dalam larutan (Basset dkk,
1991). Elektroda membran atau umum disebut elektroda selektif ion (ESI)
merupakan elektroda yang memiliki sensor berupa membran pada permukaan
elektroda.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Elektroda pembanding adalah elektroda yang memiliki nilai potensial yang
telah diketahui, konstan, dan tidak bergantung pada besarnya konsentrasi analit.
Elektroda yang umum digunakan adalah elektroda kalomel (Hg/Hg2Cl2) dan
elektroda Ag/AgCl (Skoog dkk, 2004). Elektroda kalomel adalah elektroda yang
paling sering digunakan karena memiliki potensial yang konstan dan mudah
pembuatannya. Elektroda Ag/AgCl terdiri dari kawat perak atau kawat platinum
yang dilapis secara elektrolisis dengan lapisan tipis perak klorida, kawat ini
tercelup ke dalam larutan kalium klorida yang diketahui konsentrasinya (Basset
dkk, 1991). Berbeda dengan elektroda kalomel yang tidak dapat digunakan pada
temperatur di atas 60oC, elektroda Ag/AgCl masih dapat digunakan.
2.6 Elektroda Selektif Ion
Elektroda selektif ion (ESI) merupakan alat yang menggunakan membran
sebagai sensor kimia untuk menentukan analit secara kuantitatif, dengan potensial
yang berubah-ubah secara reversibel terhadap perubahan aktifitas analit yang
ditentukan. Analit yang dikenali oleh ESI biasanya berbentuk ion seperti Na+
ataupun K+, namun apabila spesies larutan yang akan dianalisis bukan sebuah ion
melainkan molekul, maka elektrodanya disebut sebagai molecule selective
electrode (Braun, 1987).
Membran yang digunakan untuk elektroda diklasifikasikan menjadi dua
tipe yaitu membran cair dan membran padat. Membran cair terdiri dari dua jenis
membran yaitu membran ionofor yang diamobilisasikan pada polimer dan
membran enzim yang diamobilisasikan pada gel atau terikat secara kimia.
Sedangkan membran padat terdiri pula atas dua jenis membran yaitu membran
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
gelas yang selektif untuk ion-ion seperti H+, Na
+, dan NH4
+, dan membran garam
anorganik yang terdiri dari kristal tunggal seperti LaF3 untuk penentuan F- atau
kristal campuran seperti Ag2S untuk penentuan S2-
dan Ag+
. Membran ESI yang
baik harus memiliki komposisi bahan-bahan aktif yang dapat berikatan dengan
analit pada permukaan membran dengan reaksi yang cepat, reversibel, dan selektif
(Skoog dkk, 2004).
2.7 Kinerja Elektroda
Terdapat beberapa parameter yang dapat menunjukkan kinerja suatu
elektroda diantaranya, faktor Nernst, batas deteksi, jangkauan pengukuran,
akurasi, dan presisi.
2.7.1 Faktor Nernst
Pada metode potensiometri, korelasi antara potensial elektroda yang
terukur dengan keaktifan analit dalam larutan dinyatakan oleh persamaan Nernst.
Persamaan Nernst:
Esel = Eo ± 2,303 log C (3)
Besarnya faktor Nernst dapat diperoleh dari kemiringan (slope) grafik potensial
(E) terhadap log konsentrasi analit. Dengan memasukkan harga R= tetapan gas
ideal (8,314 joule derajat mol), T= suhu dalam derajat Kelvin (273+25=293oK)
dan F= tetapan Faraday (96489 coulomb ekivalen), maka diperoleh harga:
Esel= Eo ± log C (4)
Dengan ketentuan Esel adalah potensial yang terukur (V), Eo adalah potensial
standar (V), n adalah muatan ion dan log C adalah konsentrasi dari analit (M).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Suatu ESI dikatakan telah memenuhi persamaan Nernst jika bernilai 0,0592/n (±
1-2 mV). Jika faktor Nernst yang diperoleh melebihi nilai tersebut maka disebut
Super-Nernstian, dan jika kurang disebut Sub-Nernstian (Cattral, 1997).
2.7.2 Batas deteksi
Batas deteksi adalah kadar terkecil dari analit dalam sampel yang masih
dapat terukur oleh alat. Setiap ESI memiliki batas pengukuran terendah (lower
detection limit) dan tertinggi (upper detection limit) yang merupakan respon
nernstian dari elektroda (Bakker, 1997). Penentuan batas deteksi dengan
menentukan titik potong ekstrapolasi kurva pada jangkauan pengukuran dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Kurva penentuan batas deteksi
E (mV)
log konsentrasi
Batas deteksi bawah
Batas deteksi atas
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
2.7.3 Jangkauan pengukuran
Jangkauan pengukuran suatu ESI merupakan range yang masih
memberikan garis lurus dan masih memenuhi persamaan Nernst pada kurva
potensial (E) terhadap log konsentrasi (Bakker, 1997).
2.7.4 Akurasi dan presisi
Akurasi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya, sedangkan presisi atau keterulangan
merupakan keseksamaan metode jika dilakukan oleh analis yang sama dan dalam
interval waktu yang pendek. Uji akurasi dan presisi dilakukan untuk menilai
ketepatan metode analisis dan ketelitiannya.
Tingkat akurasi dapat diketahui melalui nilai presentasi perolehan kembali
(recovery). Sedangkan tingkat presisi dapat dilihat melalui perolehan nilai standar
deviasi (SD) dan koefisien variasi (KV) pengukuran.
2.7.5 Koefisien selektivitas
Elektroda pada potensiometri memiliki karakter selektif untuk analit
tertentu. Tingkat selektivitas suatu elektroda ditentukan oleh nilai koefisien
selektivitas. Pada pengukuran secara potensiometri sebagian besar membran
sensor dari elektroda akan mensensor analit atau ion utama, tetapi ada juga
kontribusi dari ion lain yang dapat berinteraksi dengan membran sensor. Idealnya,
kontribusi yang diberikan sangat kecil atau dapat diabaikan. Pada umumnya,
pengukuran secara luas pengaruh ion lain pada respon sensor potensiometri
dirumuskan oleh Nicolsky pada persamaan berikut.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
E= konstan + RT/nF ln [ai + . ]…………………….(3.8)
n dan x berturut-turut adalah muatan ion utama dan ion pengganggu, ai adalah
aktifitas ion utama, aj adalah aktifitas ion asing/pengganggu dan adalah
koefisien selektivitas. Selanjutnya koefisien aktivitas ditambah jika ion
pengganggunya lebih dari satu (Cattral, 1997)
Untuk memperoleh perhitungan koefisien selektivitas, perlu menghitung
aktivitas kedua ion dalam satu larutan campuran. Kekuatan ion akan berbeda jika
ada dalam dua larutan secara terpisah. Koefisien selektivitas selanjutnya dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut.
= ai . 10(E2-E1)/s
- ai’ ……………………………….(3.9)
Dengan ketentuan ai adalah aktivitas ion utama, ai’ adalah aktivitas larutan
campuran, aj adalah aktivitas ion pengganggu dalam larutan campuran dan s
adalah kemiringan kurva kalibrasi ion utama (Cattral, 1997).
Jika nilai Ki,j=0 dan ai > . , maka ion asing tidak mengganggu.
Jika nilai Ki,j < 1, maka elektroda bersifat selektif terhadap ion i daripada ion j.
Untuk nilai Ki,j > 1, maka elektroda bersifat lebih selektif terhadap ion j daripada
ion I (Cattral, 1997).
2.8 Karbon Nanopori
Karbon nanopori merupakan hasil proses pemurnian lebih lanjut dari arang
aktif. Karbon nanopori dibuat dengan proses pirolisis pada suhu 900-3000oC
sambil dialirkan arus plasma pada tekanan tertentu. Pirolisis adalah dekomposisi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau
reagen lain dimana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia
menjadi fasa gas. Pirolisis bertujuan untuk membuang material non karbon
sehingga hanya meninggalkan karbon. Kandungan zat yang mudah menguap akan
hilang sehingga terbentuk pori (Jankowska dkk, 1991) Arang yang mengalami
proses pirolisis pada suhu 900oC dan 1300
oC menunjukkan adanya peningkatan
derajat kristalinitas dari 15,42% menjadi 72,04% dan 79,18%. Hal ini
menunjukkan adanya perubahan struktur dari atom karbon yang bersifat amorf
menjadi pola struktur yang teratur (Pari, 2010).
Karbon nanopori banyak digunakan dalam industri elektronik, komputer
dan mobil yang bahan baku utamanya atom karbon (Pari, 2010). Dalam bidang
kimia karbon nanopori dapat dimanfaatkan sebagai elektroda karena merupakan
material yang inert, memiliki luas permukaan yang besar dan memiliki
konduktivitas yang tinggi (Pyun dan Lee, 2007).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen
Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian
dimulai pada bulan Maret 2012 hingga bulan Juni 2012.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1 Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fruktosa, asam
metakrilat, kloroform, etilen glikol dimetakrilat (EGDMA), benzoil peroksida, air
Ultra High Pure (UHP), metanol, asam asetat, natrium asetat trihidrat, kalium
hidrogenfosfat trihidrat, kalium dihidrogenfosfat, glukosa, sukrosa, madu, kawat
Ag, karbon nanopori dan parafin padat. Semua bahan kimia berderajat kemurnian
pro analisis.
3.2.2 Alat penelitian
Penelitian ini menggunakan seperangkat alat potensiometri Cyberscan
510, pH-meter tipe 744, instrumen FTIR, hotplate magnetic stirrer, tube
mikropipet, serta alat-alat gelas yang umum digunakan di laboratorium.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Diagram alir penelitian
Asam metakrilat
+ etilen glikol dimetakrilat
+ benzoil peroksida
MIP Polimer kontrol
fruktosa
Karbon
nanopori
Elektroda
kerja
Elektroda
pembanding
Parafin
padat
Larutan fruktosa
Electro motive
force (EMF)
Optimasi
- pH larutan
- komposisi elektroda
Validasi metode:
- jangkauan pengukuran
- faktor Nernst
- batas deteksi
- presisi
- akurasi
- selektivitas
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
3.3.2 Pembuatan larutan induk fruktosa 10-1
M
Larutan induk fruktosa 10-1
M dibuat dengan menimbang fruktosa
sebanyak 1,8016 gram kemudian dilarutkan dalam 25 mL air UHP dalam gelas
piala hingga larut sempurna. Larutan fruktosa dipindahkan secara kuantitatif ke
dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan air UHP sampai tanda batas dan
dikocok hingga homogen.
3.3.3 Pembuatan larutan kerja fruktosa 10-2
M-10-8
M
Larutan kerja fruktosa 10-2
M dibuat dengan memipet 2,5 mL larutan
fruktosa 10-1
M dan memindahkannya secara kuantitatif ke dalam labu ukur 25
mL. Ke dalam labu ukur tersebut ditambahkan air UHP sampai tanda batas dan
dikocok hingga homogen. Prosedur yang sama dilakukan untuk pembuatan
larutan kerja fruktosa 10-3
M, 10-4
M, 10-5
M, 10-6
M, 10-7
M, dan 10-8
M dengan
volume larutan induk menyesuaikan.
3.3.4 Pembuatan larutan asam asetat 0,2 M
Larutan asam asetat 0,2 M dibuat dengan mengencerkan 1,18 mL larutan
asam asetat glasial 17 N dengan air UHP dalam labu ukur 100 mL. Larutan
tersebut diencerkan sampai tanda batas lalu dikocok sampai homogen.
3.3.5 Pembuatan larutan natrium asetat trihidrat 0,2 M
Ditimbang sebanyak 2,7216 gram natrium asetat trihidrat kemudian
dilarutkan dalam 25 mL air UHP dalam gelas piala. Kemudian larutan tersebut
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL lalu diencerkan dengan
air UHP sampai tanda batas dan dikocok sampai homogen.
3.3.6 Pembuatan larutan buffer asetat
Larutan buffer asetat pH 3,0; 3,5; 4,0; 4,5 dan 5,0 dibuat dengan
mencampurkan larutan asam asetat 0,2 M dan natrium asetat 0,2 M sesuai
komposisi volume seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Volume CH3COOH 0,2 M dan CH3COONa 0,2 M pada
pembuatan buffer asetat
Kemudian kedua larutan dicampurkan dalam gelas beker dan diencerkan
dengan air UHP sampai volume 100 mL. Selanjutnya pH larutan diukur dengan
pH meter. Apabila pH buffer terlalu asam maka ditambahkan ke dalamnya larutan
CH3COONa.3H2O 0,2 M tetes demi tetes hingga tercapai pH yang diinginkan.
Apabila pH buffer terlalu basa maka ditambahkan tetes demi tetes larutan
CH3COOH 0,2 M sampai pH yang diinginkan tercapai.
3.3.7 Pembuatan larutan kalium hidrogenfosfat trihidrat 0,2 M
Pembuatan larutan kalium hidrogenfosfat trihidrat 0,2 M dibuat dengan
melarutkan 4,5644 gram K2HPO4.3H2O dengan 50 mL air UHP dalam gelas piala
100 mL. Larutan tersebut dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100
pH Larutan Volume (mL)
CH3COOH 0,2 M CH3COONa 0,2 M
2,0 49,9 0,1
3,0 49,0 1,0
4,0 42,6 7,4
5,0 18,3 31,7
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
mL dan diencerkan dengan air UHP sampai tanda batas lalu dikocok sampai
homogen.
3.3.8 Pembuatan larutan kalium dihidrogenfosfat 0,2 M
Larutan kalium dihidrogenfosfat dibuat dengan menimbang 2,7217 gram
KH2PO4 dan melarutkannya dengan 25 mL akuades dalam gelas piala 50 mL.
Larutan tesebut dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL lalu
diencerkan dengan air UHP sampai tanda batas dan dikocok sampai homogen.
3.3.9 Pembuatan larutan buffer fosfat
Larutan buffer fosfat dengan pH 6,0, 7,0, dan 8,0 dibuat dengan
mencampurkan larutan kalium hidrogenfosfat 0,2 M dan kalium dihidrogenfosfat
0,2 M sesuai dengan komposisi volume yang disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Komposisi volume K2HPO4 0,2 M dan KH2PO4 0,2 M pada
pembuatan buffer fosfat
Kedua larutan dimasukkan ke dalam gelas beker dan diencerkan dengan
air UHP sampai volume 100 mL. Kemudian pH larutan diukur dengan pH meter.
Apabila pH terlalu asam, larutan ditambahkan dengan larutan kalium
hidrogenfosfat trihidrat 0,2 M tetes demi tetes hingga pH yang diinginkan
pH Larutan Volume (mL)
K2HPO4 0,2 M KH2PO4 0,2 M
6,0 2,9 47,1
7,0 19,1 30,9
8,0 43,1 6,9
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
tercapai. Apabila pH buffer terlalu basa maka ditambahkan larutan kalium
dihidrogenfosfat 0,2 M sampai diperoleh pH yang diinginkan.
3.4 Pembuatan larutan pengganggu
3.4.1 Pembuatan larutan glukosa 10-3
M
Larutan glukosa 10-3
M dibuat dengan mengencerkan larutan glukosa 10-2
M yang dibuat dengan melarutkan 0,1802 g glukosa secara kuantitatif dalam labu
ukur 100 ml. Diambil 10 ml larutan glukosa 10-2
M, kemudian larutan tersebut
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan
air UHP sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen.
3.4.2 Pembuatan larutan sukrosa 10-3
M
Larutan sukrosa 10-3
M dibuat dengan mengencerkan larutan sukrosa 10-2
M yang dibuat dengan melarutkan 0,3423 g sukrosa secara kuantitatif dalam labu
ukur 100 ml. Diambil 10 ml larutan sukrosa 10-2
M, kemudian larutan tersebut
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan
air UHP sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen.
3.5 Pembuatan Molecularly Imprinted Polymer (MIP)
Molecularly Imprinted Polymer (MIP) dibuat dengan mencampurkan 0,8
mmol (68,848 mg) monomer asam metakrilat dalam 5 mL kloroform dengan 0,2
mmol (36,032 mg) fruktosa sebagai template yang sudah dilarutkan dalam 2 mL
metanol yang kemudian dilarutkan lagi dalam 3 mL kloroform di dalam gelas
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
beker, selanjutnya campuran tersebut didiamkan selama 1 jam. Dalam gelas beker
yang berbeda disiapkan pula 2,4 mmol (475,728 mg) crosslinker etilen glikol
dimetakrilat (EGDMA) dan 1 mmol (242,23 mg) benzoil peroksida sebagai
inisiator yang telah dilarutkan dalam 1 ml kloroform. Selanjutnya crooslinker dan
inisiator ditambahkan ke dalam campuran asam metakrilat dan fruktosa, kemudian
dipanaskan di atas hotplate pada temperatur 60oC selama kurang lebih 2 jam tanpa
pengadukan. Padatan yang terbentuk dikeringkan di udara terbuka. Selanjutnya
padatan digerus dan diayak dengan ukuran 200 mesh sehingga diperoleh ukuran
partikel yang homogen. Kemudian MIP dicuci menggunakan asam asetat dan
metanol dengan perbandingan 2:8, selanjutnya dengan air 70oC (Liang dkk,
2009). Polimer yang telah diekstraksi inilah yang menjadi MIP. Sedangkan
polimer kontrol disintesis dengan cara yang sama tanpa penambahan fruktosa.
3.6 Pembuatan badan elektroda pasta karbon nanopori/MIP
Elektroda dibuat dengan membuat badan elektroda terlebih dahulu yaitu
dengan mengisi ¾ tube mikropipet 1 ml dengan parafin padat yang di dalamnya
telah dipasang kawat Ag. Kawat Ag digunakan sebagai penghubung antara
elektroda dengan alat potensiometer. Selanjutnya sisa tube yang belum terisi, diisi
dengan karbon nanopori yang telah dicampur dengan parafin padat dan MIP
dengan penekanan sehingga tube penuh terisi dengan pasta karbon nanopori/MIP.
Karbon nanopori dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan asam nitrat untuk
menghilangkan kandungan logamnya. Agar terbentuk pasta maka campuran
antara karbon nanopori, parafin padat dan MIP dipanaskan terlebih dahulu.
Selanjutnya permukaan elektroda digosokkan pada kertas HVS sehingga
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
permukaan elektroda menjadi halus. Konstruksi elektroda pasta karbon
nanopori/MIP ditunjukkan pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Konstruksi elektroda pasta karbon nanopori/MIP
3.7 Optimasi elektroda
3.7.1 Optimasi pH larutan fruktosa
Untuk optimasi ini, digunakan larutan fruktosa 10-3
M yang didapatkan
dengan mengencerkan 1 ml larutan induk fruktosa 10-1
M di dalam labu ukur 25
ml. Pengencerannya dilakukan dengan larutan buffer dengan tujuh pH yang
berbeda, yaitu, pH 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8, yang ditambahkan ke dalam labu ukur
sampai tanda batas, dan dikocok hingga homogen. Selanjutnya larutan ini
dimasukkan ke dalam wadah sampel dan dianalisis menggunakan elektroda kerja
pasta karbon nanopori/MIP dan elektroda pembanding Ag/AgCl. pH optimum
merupakan pH dimana potensial menunjukkan harga yang relatif konstan.
Kawat Ag
Parafin padat
Pasta karbon nanopori/MIP
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
3.7.2 Optimasi komposisi elektroda
Optimasi komposisi antara pasta karbon nanopori dan MIP dalam
pembuatan elektroda perlu dilakukan untuk mendapatkan elektroda yang mampu
bekerja secara optimum. Dari komposisi yang berbeda-beda tersebut akan diamati
faktor Nernst, linieritas dan batas deteksi. Total keseluruhan dari campuran
karbon nanopori, MIP dan parafin adalah 0,3 gram. Komposisi antara karbon
nanopori dan MIP dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Komposisi pasta karbon nanopori/MIP
*) Polimer kontrol 15%
3.7.3 Pembuatan kurva standar fruktosa
Larutan fruktosa dengan konsentrasi 10-1
M sampai 10-8
M yang telah
dibuat pada pH optimum seperti prosedur 3.3.8.1 selanjutnya diukur potensialnya
menggunakan sensor potensiometri pasta karbon nanopori/MIP yang sudah
dioptimasi. Beda potensial yang dihasilkan selanjutnya dibuat kurva hubungan
antara potensial dan log konsentrasi fruktosa. Kurva yang memberikan garis lurus
adalah kurva standar fruktosa.
Karbon nanopori (%wt) MIP (%wt) Parafin (%wt)
65 0* 35
60 5 35
58 7 35
55 10 35
50 15 35
45 20 35
40 25 35
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
3.8 Penentuan parameter validasi
3.8.1 Penentuan batas deteksi
Batas deteksi menyatakan besarnya kadar analit terkecil dalam sampel
yang masih dapat diukur atau dideteksi dengan baik oleh suatu metode. Sebelum
melakukan perhitungan batas deteksi harus ditentukan terlebih dahulu persamaan
garis linier dari kurva antara potensial dan log konsentrasi fruktosa seperti pada
persamaan 3.1.
y= bx+a………………………………………………………(3.1)
dengan y merupakan potensial larutan, x merupakan nilai log konsentrasi analit, b
adalah slope, dan a adalah intersep. Selanjutnya menentukan persamaan garis non
linier pada kurva potensial (mV) terhadap log [fruktosa]. Kedua persamaan garis
tersebut kemudian ditentukan titik potongnya. Jika titik potong kedua garis
tersebut diekstrapolasi ke absis, maka akan diperoleh log konsentrasi fruktosa
batas deteksi dari elektroda.
3.8.2 Faktor Nernst dan linieritas
Faktor Nernst dapat ditentukan dari hasil pengukuran larutan kerja
fruktosa menggunakan elektroda hasil optimasi yang dibuat kurva antara potensial
(mV) terhadap log [fruktosa] sehingga diperoleh persamaan garis seperti pada
persamaan 3.1. Kemiringan kurva (b) merupakan harga faktor Nernst.
22 xxn
yxxynb
....................................................................... (3.2)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
n
xbya
................................................................................ (3.3)
dengan y merupakan potensial larutan, x merupakan nilai log konsentrasi analit, n
adalah jumlah larutan yang diukur, b adalah slope, dan a adalah intersep.
Secara kuantitatif, linieritas kurva kalibrasi dinyatakan dengan koefisien
korelasi (r) Pearson dengan persamaan 4.
2
12
i
2
i
ii
yyxx
yyxxr
...................................................... (3.4)
dengan xi dan x berturut-turut adalah konsentrasi ke-i dan rata-rata fruktosa, yi
dan y adalah potensial ke-i dan rata-rata fruktosa. Nilai r berada pada rentang
antara -1 ≤ r ≤ 1 (Miller, 1991).
3.8.3 Penentuan koefisien variasi (presisi)
Presisi atau ketelitian menyatakan derajat keterulangan (reproducibility)
yaitu besarnya kesesuaian atau penyimpangan dari setiap hasil pengukuran yang
telah dilakukan berulang-ulang pada sampel yang sama. Larutan fruktosa dengan
konsentrasi 10-2
M dan 10-4
M diukur menggunakan elektroda optimum pada pH
optimum sebanyak 3 kali.
Presisi dapat ditentukan dengan menghitung nilai simpangan baku (standar
deviasi=SD) dan koefisien variasi (KV). Harga SD dan KV dapat ditentukan dari
persamaan berikut (Miller dan Miller, 1998).
SD =
2
1
( )
1
n
i
i
X X
n
……......................................................(3.5)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
KV = SD
XX 100 % ……………..........................................(3.6)
Dengan ketentuan iX adalah nilai setiap pengukuran, X adalah nilai rata-rata
pengukuran, dan n adalah jumlah pengukuran.
3.8.4 Penentuan persen recovery (% R)
Persen recovery merupakan nilai suatu ketepatan yang merupakan
kedekatan setiap konsentrasi larutan standar yang diperoleh kembali dengan
konsentrasi larutan standar sebenarnya. Persen recovery dinyatakan dengan
besarnya nilai perbandingan antara konsentrasi larutan standar yang diperoleh
kembali dengan konsentrasi larutan standar yang sebenarnya. Untuk mendapatkan
% recovery, larutan fruktosa dengan konsentrasi 10-2
M dan 10-4
M diukur
menggunakan elektroda optimum pada pH optimum sehingga diperoleh nilai
potensial masing-masing larutan. Dengan menganalogkan y sebagai potensial sel
larutan fruktosa, hasil pengulangan pengukuran selanjutnya disubstitusi ke dalam
persamaan regresi linier yang diperoleh. Sehingga didapatkan nilai konsentrasi
fruktosa terukur. Dengan menganggap konsentrasi 10-2
M dan 10-4
M sebagai
konsentrasi sesungguhnya dari larutan fruktosa, maka harga % recovery dihitung
dengan persamaan berikut (Miller dan Milller, 1998).
R = s
sp
K
C x 100%......................................................................(3.7)
Dengan ketentuan Csp adalah konsentrasi standar fruktosa hasil analisis, Ks
adalah konsentrasi standar fruktosa sebenarnya, dan R adalah persen recovery.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
3.8.5 Jangkauan pengukuran
Jangkauan pengukuran dilakukan dengan mengukur potensial larutan
fruktosa dengan menggunakan elektroda hasil optimasi pada konsentrasi larutan
fruktosa 10-8
– 10-1
M. Dari hasil pengukuran dibuat kurva standar potensial (mV)
terhadap log konsentrasi fruktosa dan ditentukan persamaan garis regresi linier
untuk mendapatkan nilai kemiringannya (faktor Nernst). Range yang masih
memberikan garis lurus dan masih memenuhi persamaan Nernst pada kurva
merupakan jangkauan pengukuran.
3.8.6 Penentuan koefisien selektivitas
Selektivitas elektroda dihitung dengan mengukur potensial dari larutan
pengganggu yaitu glukosa dan sukrosa pada konsentrasi 10-3
M (konsentrasi
larutan pengganggu sesungguhnya) dengan elektroda pasta karbon nanopori/MIP
hasil optimasi. Selanjutnya dengan memasukkan nilai potensial (y) dari larutan
pengganggu pada persamaan regresi linier fruktosa sehingga diperoleh konsentrasi
(x). Kemudian dengan menggunakan persamaan:
= …...........(3.8)
maka diperoleh koefisien selektivitas dari elektroda karbon nanopori/MIP.
3.9 Pengukuran Kadar Fruktosa dalam Madu
Pengukuran kadar fruktosa dalam madu dilakukan dengan menimbang 2
gram madu kemudian melarutkannya dalam 100 mL lair UHP. Dari larutan
tersebut, diambil 10 mL larutan dan diukur potensialnya dengan menggunakan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
elektroda dan pH optimal. Hasil pengukuran potensial dimasukkan dalam
persamaan regresi linear elektroda optimal untuk mendapatkan konsentrasi
fruktosa dalam sampel madu.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Molecularly Imprinted Polymer (MIP)
Pembuatan MIP dilakukan dengan mencampurkan 0,2 mmol (0,03603
gram) fruktosa sebagai template, 0,8 mmol (0,0688 gram) asam metakrilat sebagai
monomer, dan 2,4 mmol (0,4757 gram) etilen glikol dimetakrilat sebagai
crosslinker serta 1 mmol (0,2422 gram) benzoil peroksida sebagai inisiator (Liang
dkk, 2009). Penambahan Molecularly Imprinted Polymer (MIP) dalam pasta
karbon nanopori pada penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan selektifitas
dan sensitifitas elektroda terhadap larutan yang akan dianalisis, yaitu fruktosa.
Tahap pertama terjadinya MIP adalah terbentuknya konjugat non-kovalen
antara fruktosa dan asam metakrilat. Untuk mendukung terjadinya tahap pertama
ini, fruktosa dan asam metakrilat dicampurkan terlebih dahulu dan didiamkan
selama 1 jam. Tahap kedua terjadi ketika campuran fruktosa dan asam metakrilat
direaksikan dengan campuran crosslinker dan inisiator, seperti yang ditunjukkan
Gambar 4.1. Pada tahap ini konjugat fruktosa dan asam metakrilat terperangkap
dalam jaring-jaring tiga dimensi dari polimer (Komiyama dkk, 2003). Proses
polimerisasi yang terjadi adalah polimerisasi adisi, dimana air tidak dihasilkan
sebagai produk samping seperti pada polimerisasi kondensasi. Dalam polimerisasi
adisi, diperlukan suatu inisiator yaitu benzoil peroksida untuk menginisiasi asam
metakrilat sehingga menghasilkan suatu radikal yang diperlukan dalam tahap
propagasi untuk pemanjangan rantai, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Setelah tahap propagasi, terjadi tahap terminasi, yaitu tahap dimana polimerisasi
akan berhenti (Billmeyer, 1984).
H2C
OO H
O
OO
O
H
OH
H
CH2
OO
H
H2C
O O
H
OH
H
OH
O
O CH2OH
OHHO
HOH2C
OH
+
OO
O
O
EGDMA
asam metakrilat
fruktosa
+
Gambar 4.1 Perkiraan pembentukan MIP oleh monomer asam
metakrilat, template fruktosa dan crosslinker EGDMA
OH
O
OH
OCO2H
CO2HCO2H
n
Gambar 4.2 Reaksi polimerisasi asam metakrilat (Munk dkk, 1994)
Gambar 4.3 Hasil pembuatan MIP
Asam metakrilat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Dalam percobaan, proses polimerisasi dilakukan selama 2 jam hingga
porogen kloroform habis menguap dan menghasikan suatu material padat
berwarna putih kekuningan seperti yang ditunjukkan Gambar 4.3. Penghilangan
monomer yang tidak bereaksi dilakukan dengan mencuci MIP dengan
metanol/asam asetat 8:2 v/v. Sementara itu, template fruktosa dihilangkan dengan
menggunakan air panas (Liang dkk, 2009). MIP yang template fruktosanya telah
diekstraksi ditunjukkan oleh Gambar 4.4.
HO
O
O
O
O
O
OO
O
O
O
O
H
OH
O
O
O
O
O
O
O
H
n
n
O
O
n
HO
O
OH
O
O
O
O
O
OO
Gambar 4.4 Perkiraan cetakan MIP fruktosa yang template fruktosanya
telah diekstraksi
Berdasarkan interaksi antara template dan monomernya, MIP yang dibuat
pada penelitian ini termasuk dalam teknik ikatan non-kovalen. Fruktosa dan asam
metakrilat melakukan interaksi non-kovalen yaitu ikatan hidrogen. Teknik ini
membutuhkan monomer berlebih agar dapat melingkupi seluruh template
sehingga cetakan dapat terbentuk dengan sempurna. Teknik ini juga merupakan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
teknik pencetakan yang tercepat dan paling umum digunakan karena pembuatan
monomer-template kovalennya tidak perlu dilakukan, dan template sangat mudah
dihilangkan dari polimer (Komiyama dkk, 2003).
4.2 Hasil Pembuatan Polimer Kontrol
Pembuatan polimer kontrol dilakukan serupa dengan pembuatan MIP,
hanya saja template tidak disertakan dalam reaksi sehingga padatan putih yang
terbentuk tidak memiliki sisi pengenalan aktif seperti MIP. Polimerisasi yang
terjadi terhadap polimer kontrol adalah polimerisasi adisi, sama dengan MIP.
Polimer kontrol yang terbentuk kemudian dicuci dengan metanol/asam asetat 8:2
v/v dan dengan air panas. Hasil pembuatan polimer kontrol yang berupa padatan
putih dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Hasil polimer kontrol
4.3 Karakterisasi Molecularly Imprinted Polymer (MIP) dan Polimer
Kontrol
Karakterisasi MIP dan polimer kontrol dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui keberhasilan terbentuknya polimer dan ekstraksi template dari
polimer baik untuk MIP maupun polimer kontrol. Untuk itu, karakterisasi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
dilakukan dengan menggunakan FTIR sehingga diperoleh data seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 4.6. Untuk mengetahui apakah polimerisasi berhasil
terjadi, perlu dibandingan spektrum antara asam metakrilat dan spektrum MIP.
Berdasarkan Gambar 4.6 (b), yaitu spektrum MIP sebelum dicuci, tampak bahwa
polimerisasi telah terjadi, karena pita serapan C=O dari gugus karboksil yang
terkonjugasi dengan C=C dalam senyawa asam metakrilat (Gambar 4.6 (a)) pada
bilangan gelombang 1697 cm-1
bergeser menjadi 1720,50 cm-1
akibat adanya
perubahan ikatan rangkap C=C menjadi ikatan tunggal C-C.
Ekstraksi template fruktosa dari MIP dapat diamati pada Gambar 4.6 (b)
dan (c). Pada spektrum (b) yaitu MIP yang belum dicuci, terdapat pita serapan –
OH dari gugus karboksil asam metakrilat yang muncul pada panjang gelombang
3417,86 cm-1
dan 3487,30 cm-1
. Sedangkan pada spektrum (c) yaitu MIP yang
sudah dicuci, tidak terlihat banyaknya perbedaan. Hal ini sangat mungkin
disebabkan oleh tidak sempurnanya proses ekstraksi fruktosa dari MIP.
Pada Gambar 4.6 (d), yaitu spektrum polimer kontrol, tampak bahwa
polimerisasi telah terjadi, karena pita serapan C=O dari gugus karboksil yang
terkonjugasi dengan C=C dalam senyawa asam metakrilat (Gambar 4.6 (a)) pada
bilangan gelombang 1697 cm-1
bergeser menjadi 1720,50 cm-1
akibat adanya
perubahan ikatan rangkap C=C menjadi ikatan tunggal C-C. Gugus –OH dari
asam metakrilat muncul pada bilangan gelombang 3425,58 cm-1
.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
c.MIP sesudah dicuci
b.MIP sebelum dicuci
a.Asam metarilat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Gambar 4.6 Spektrum inframerah (a) asam metakrilat; (b) MIP sebelum
dicuci; (c) MIP setelah dicuci; (d)Polimer kontrol
d. P. kontrol
asam metakrilat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
4.4 Optimasi Elektroda
Elektroda kerja adalah bagian dari potensiometer yang berfungsi sebagai
sensor dari analit yang akan dianalisis. Kemampuan elektroda untuk mengenali
analit dan selektif terhadap pengganggu akan mempengaruhi akurasi hasil
penelitian. Untuk memaksimalkan kinerja elektroda, dilakukan optimasi
komposisi pasta karbon dan pH larutan.
4.4.1 Optimasi komposisi elektroda
Dalam pengukuran secara potensiometri, material pendukung elektroda
yang digunakan harus bersifat inert sehingga tidak dapat bereaksi dengan analit,
misalnya karbon (C) (Skoog dkk, 2007). Karbon telah dikenal sebagai material
yang inert, memiliki luas permukaan yang besar dan memiliki konduktivitas yang
tinggi (Pyun dan Lee, 2007). Penambahan MIP dalam pasta karbon bertujuan
untuk meningkatkan selektifitas elektroda karena adanya sisi pengenalan aktif
yang dapat mengenali senyawa yang diinginkan, dalam hal ini fruktosa.
Pembuatan pasta karbon dilakukan dengan mencampurkan MIP sebagai
sensor fruktosa, karbon nanopori dan parafin. Penambahan parafin dilakukan agar
campuran karbon dan MIP dapat tercampur sempurna dan dapat memadat saat
dimasukkan ke dalam tube mikropipet, sehingga sensor elektroda menjadi solid.
Elektroda yang telah berhasil dibuat ditunjukkan oleh Gambar 4.7. Variasi
dilakukan dengan perbandingan massa MIP dan karbon nanopori, sementara
massa parafin dibuat tetap, seperti yang ditunjukkan Tabel 4.1.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Gambar 4.7 Elektroda karbon nanopori/MIP dengan kawat Ag
Delapan variasi komposisi elektroda yang telah dibuat digunakan untuk
mengukur potensial delapan seri konsentrasi larutan standar fruktosa, yaitu 10-8
,
10-7
, 10-6
, 10-5
, 10-4
, 10-3
, 10-2
, dan 10-1
M. Perhitungan pembuatan larutan standar
fruktosa tersedia dalam Lampiran 1. Setelah percobaan dilakukan, terlihat bahwa
masing-masing elektroda memiliki faktor Nernst, linearitas dan jangkauan
pengukuran yang berbeda, seperti yang ditunjukkan Tabel 4.1, dengan
perhitungan pada Lampiran 4. Kurva masing-masing elektroda tersedia pada
Gambar 4.8.
Tabel 4.1 Pengaruh komposisi karbon nanopori dan MIP terhadap
jangkauan pengukuran, faktor Nernst pada pengukuran
fruktosa secara potensiometri
*polimer kontrol 15 %wt
Elektroda
Karbon
nanopori
(%wt)
MIP
(%wt)
Parafin
(%wt)
Faktor
Nernst
(mV/dekade)
Jangkauan
pengukuran
(M)
R
E1 50 pk* 35 15.9 10-7
-10-4
0,995014
E2 60 5 35 18,7 10-8
-10-4
0,999157
E3 58 7 35 19,8 10-8
-10-4
0,994335
E4 55 10 35 22,7 10-5
-10-2
0,998780
E5 50 15 35 22,9 10-8
-10-5
0,999867
E6 45 20 35 27,53 10-7
-10-1
0,999964
E7 40 25 35 27,97 10-6
-10-1
0,999824
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Faktor Nernst pada metode potensiometri menyatakan korelasi antara
potensial elektroda yang terukur dengan keaktifan analit dalam larutan sehingga
faktor Nernst juga merupakan indikasi kesensitifan dan keselektifan elektroda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fruktosa merupakan molekul divalen.
Berdasarkan persamaan Nernst molekul divalen memiliki faktor Nernst sebesar 59
mV/2 atau sebesar 29,5 mV/dekade. Hasil percobaan menunjukkan bahwa E6 dan
E7 memiliki faktor Nernst yang paling mendekati 29,5 mV/dekade yaitu 27,78
mV/dekade untuk E6 dan 27,94 mV/dekade untuk E7. Data hasil pengukuran
potensial larutan standar fruktosa masing-masing elektroda beserta faktor Nernst,
linearitas dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar 4.8 Perbandingan elektroda
Selektifitas suatu elektroda ditunjukkan oleh linearitasnya. Semakin linear
suatu fungsi semakin signifikan respon potensial suatu elektroda dengan
penambahan sedikit konsentrasi. Dalam perhitungan linearitas ditunjukkan oleh
besar koefisien korelasi (r). Hasil percobaan menunjukkan bahwa E6 memiliki
koefisien korelasi yang paling mendekati 1 daripada E7.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Komposisi elektroda yang optimum ditentukan oleh jangkauan
pengukuran dari elektroda yang digunakan dimana jangkauan pengukuran yang
didapatkan adalah seluas mungkin. Jangkauan pengukuran menunjukkan luasnya
area kerja suatu elektroda sehingga semakin luas semakin besar juga area
kerjanya. Jangkauan pengukuran ditunjukkan oleh kurva yang masih memberikan
garis lurus terhadap perubahan konsentrasi. Percobaan menunjukkan jangkauan
pengukuran elektroda 6 (E6) lebih luas daripada elektroda 7 (E7).
Berdasarkan faktor Nernst, linearitas dan jangkauan pengukuran masing-
masing elektroda, komposisi karbon nanopori dan MIP yang optimum adalah
sebesar 45:20 yaitu pada elektroda 6 (E6). Elektroda 6 (E6) memiliki faktor
Nernst 27,78 mV/dekade, faktor korelasi 0,9999 dan jangkauan pengukuran 10-7
-
10-1
M.
Komposisi elektroda yang optimum akan sangat berpengaruh pada respon
potensial dalam pengukuran. MIP akan bertindak sebagai sensor analit melalui
sisi aktif spesifiknya, kemudian karbon nanopori akan menyampaikan respon
tersebut ke kawat perak, untuk diteruskan kepada potensiometer. Semakin banyak
MIP yang ditambahkan, semakin banyak pula sisi aktif atau cetakan yang tersedia
untuk mengenali analit. Namun penambahan MIP lebih dari 20% tidak
menunjukkan respon yang baik, karena membran menjadi kaku, kurang lentur
sehingga memberikan respon yang lemah (Liang dkk, 2009).
Adanya MIP dalam campuran pasta karbon elektroda memberikan respon
yang lebih bagus daripada elektroda dengan campuran pasta karbon tanpa MIP
ataupun dengan polimer kontrol karena faktor Nernst yang dihasilkan lebih
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
nernstian, jangkauan pengukurannya lebih lebar, dan memberikan linearitas yang
lebih baik. Elektroda dengan polimer kontrol kurang mampu merespon analit
karena tidak memiliki sisi pengenalan yang aktif dan spesifik terhadap analit,
sementara elektroda tanpa MIP memberikan hasil yang tidak selektif terhadap
senyawa.
4.4.2 Optimasi pH
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengukuran suatu analit
adalah kondisi analit saat analit itu diukur, seperti temperatur dan pH larutannya.
Kemungkinan mendapatkan hasil pengukuran yang berbeda saat pH dan
temperaturnya berubah sangatlah mungkin, karena itulah dalam penelitian ini
optimasi pH perlu dilakukan untuk menyelidiki pengaruh pH pada respon yang
dihasilkan potensiometer. Telah disiapkan 7 pH berbeda, yaitu pH 2 sampai pH 8
sehingga respon yang dihasilkan saat larutan fruktosa dalam keadaan asam, netral
atau basa dapat diamati.
Tujuh larutan fruktosa 10-3
M dengan pH 2 sampai pH 8 diukur
potensialnya dengan hasil seperti yang tersedia pada Lampiran 5, sedangkan
kurva optimasi pH ditunjukkan oleh Gambar 4.9. Kurva optimasi pH
menunjukkan terjadinya penurunan potensial dengan kenaikan pH. Namun, pada
pH 5-6 potensial elekroda relatif konstan, sehingga pH 5-6 ini merupakan pH
optimum pengukuran. Pada kondisi netral atau asam, fruktosa mengalami
protonasi dengan cepat pada atom oksigen dalam cincin, sedangkan pada kondisi
basa, reaksinya diinisiasi oleh transfer proton anomerik ke basa (El Khadem,
1988).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Gambar 4.9 Kurva optimasi pH pada pengukuran larutan fruktosa 10-3
M
menggunakan elektroda E6 secara potensiometri
4.5 Kurva Kalibrasi Fruktosa
Kurva kalibrasi fruktosa diperoleh dari hasil pengukuran larutan standar
fruktosa konsentrasi 10-8
, 10-7
, 10-6
, 10-5
, 10-4
, 10-3
, 10-2
dan 10-1
M menggunakan
elektroda dengan komposisi MIP dan karbon nanopori yang optimum, yaitu E6.
Pengukuran ini juga dilakukan pada pH optimum, yaitu pH 5-6. Berdasarkan
potensial yang diperoleh, dibuat kurva kalibrasi dengan log konsentrasi fruktosa
sebagai sumbu x dan potensial (mV) sebagai sumbu y. Dari kurva tersebut,
diambil serangkaian titik berurutan yang memiliki linearitas paling mendekati 1.
Data pengukuran fruktosa dengan E6 dan pH 5-6 dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan
kurva kalibrasi fruktosa dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Tabel 4.2 Data pengukuran fruktosa menggunakan E6 pada pH 5-6
Konsentrasi fruktosa (M) Potensial (mV)
10-8
280
10-7
304
10-6
333
10-5
361
10-4
388
10-3
416
10-2
444
10-1
471
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Gambar 4.10 Kurva kalibrasi fruktosa
4.6 Uji Kinerja Elektroda Karbon Nanopori/MIP
4.6.1 Jangkauan pengukuran
Baik tidaknya suatu elektroda dapat ditentukan dari seberapa lebar
jangkauan pengukurannya. Semakin lebar, maka semakin baik elektroda tersebut.
Penentuan jangkauan pengukuran dilakukan pada E6 dan E7 dengan
membandingkan faktor Nernst, koefisien korelasi, dan jangkauan pengukuran
pada range konsentrasi yang berbeda-beda.
Hasil perhitungan menunjukkan jangkauan pengukuran yang baik dari E6
yaitu 10-7
-10-1
M dengan faktor Nernst 27,78 mV/dekade. Data selengkapnya
tersedia dalam Tabel 4.3 dan analisis perhitungan pada Lampiran 4.
Tabel 4.3 Jangkauan pengukuran E6 dan E7
Elektroda Konsentrasi (M) Regresi Faktor Nernst R
E6
10-8
-10-1
y = 27,53x +498,5 27,53 0,999
10-7
-10-1
y = 27,78x + 499,2 27,78 0,999
E7 10
-8-10
-1 y = 23,94x + 437,6 23,94 0.977
10-6
-10-1
y = 27,97x + 449 27,97 0.999
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
4.6.2 Batas deteksi
Batas deteksi adalah kadar terkecil dari analit dalam sampel yang masih
dapat terukur oleh alat. Setiap elektroda selektif memiliki batas pengukuran
terendah dan tertinggi yang merupakan respon nernstian dari elektroda (Bakker,
1997). Penentuan batas deteksi dapat dilakukan dengan menentukan titik potong
ekstrapolasi kurva standar fruktosa pada jangkauan pengukuran. Pada penelitian
ini diperoleh batas deteksi bawah sebesar 4,71 x 10-8
M. Hal ini menunjukkan
bahwa elektroda E6 memiliki kinerja yang sangat baik dan sangat sensitif, dimana
elektroda ini mampu mendeteksi konsentrasi yang sangat kecil. Analisis
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.6.3 Persen Recovery
Persen recovery dinyatakan dengan besarnya nilai perbandingan antara
konsentrasi larutan standar yang diperoleh kembali dengan konsentrasi larutan
standar yang sebenarnya. Persen recovery ini menunjukkan tingkat akurasi suatu
pengukuran. Penentuan akurasi pengukuran fruktosa dilakukan dengan
menggunakan dua konsentrasi, yaitu 10-4
M dan 10-2
M. Dari hasil perhitungan
nilai persen recovery untuk 10-4
M adalah 90,83% dan 102,35% untuk 10-2
M.
Data potensial dan akurasi pengukuran ditunjukkan Tabel 4.4, sementara
perhitungan selengkapnya terdapat dalam Lampiran 7.
Tabel 4.4 Akurasi pengukuran
Konsentrasi (M) Potensial (mV) Akurasi (%)
10-4
387 90,83
10-2
444 102,35
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Hasil menunjukkan bahwa elektroda karbon nanopori/MIP memiliki
akurasi yang baik untuk kedua konsentrasi karena masih masuk dalam range yang
ditolerir, yaitu 90-107% (Harmita, 2004). Hasil di atas juga menunjukkan bahwa
akurasi yang lebih baik didapatkan ketika melakukan pengukuran konsenstasi
fruktosa yang lebih besar. Cukup jelas bahwa elekroda berdasarkan karbon
nanopori/MIP baik untuk mengukur larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi,
daripada konsentrasi yang lebih kecil.
4.6.4 Presisi
Presisi atau keterulangan merupakan keseksamaan metode jika dilakukan
oleh analis yang sama dan dalam interval waktu yang pendek. Tingkat presisi
dapat dilihat melalui perolehan nilai standar deviasi (SD) dan koefisien variasi
(KV) pengukuran. Untuk itu, larutan fruktosa 10-4
M dan 10-2
M diukur
potensialnya sebanyak 3 kali. Untuk metode potensiometri, presisi dikatakan baik
jika harga KV-nya adalah antara 1-3% (Taylor, 1994). Nilai presisi yang lebih
baik adalah yang nilai KV-nya lebih kecil. Berdasarkan percobaan dan hasil
perhitungan, nilai KV untuk larutan fruktosa konsentrasi 10-4
M adalah sebesar
1,2920 % dan untuk 10-2
M adalah sebesar 1,3267 %. Data selengkapnya tersedia
dalam Lampiran 6 dan hasil pengukuran tersedia dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Koefisien variasi pengukuran
Konsentrasi
(M)
Potensial (mV) KV (%)
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
10-4
392 382 387 1,2920
10-2
435 446 444 1,3267
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
4.6.5 Selektifitas elektroda
Elektroda pada potensiometri memiliki karakter selektif untuk analit
tertentu. Tingkat selektivitas suatu elektroda ditentukan oleh nilai koefisien
selektivitas. Pada pengukuran secara potensiometri, sebagian besar sensor
elektroda akan mensensor analit, tetapi ada juga kontribusi dari ion lain yang
dapat berinteraksi dengan sensor. Idealnya, kontribusi yang diberikan sangat kecil
atau dapat diabaikan. Selektifitas elektroda sangat penting untuk dilakukan
mengingat tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kadar fruktosa dalam
matriks madu yang mengandung gula lain dengan struktur yang mirip dengan
fruktosa.
Penentuan koefisien selektifitas dilakukan dengan mengukur potensial
larutan pengganggu sukrosa dan glukosa konsentrasi 10-3
M dengan perhitungan
pembuatannya pada Lampiran 8. Besarnya koefisien selektivitas mengikuti
ketentuan berikut. Jika nilai Ki,j < 1, maka elektroda bersifat selektif terhadap ion i
daripada ion j. Untuk nilai Ki,j > 1, maka elektroda bersifat lebih selektif terhadap
ion j daripada ion i dengan ketentuan ion i adalah ion utama dan ion j adalah ion
pengganggu (Cattral, 1997).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien selektifitas larutan
sukrosa adalah sebesar 2,98 x 10-5
sedangkan untuk glukosa adalah sebesar 2,48 x
10-5
. Data hasil potensial dan perhitungan dapat dilihat selengkapnya pada
Lampiran 8. Koefisien selektifitas ini menunjukkan bahwa elektroda berbasis
karbon nanopori/MIP memiliki selektifitas yang sangat baik, dimana jika terdapat
105 pengganggu dan hanya terdapat 1 analit, analit tersebut masih dapat terukur
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
oleh elektroda. Koefisien selektifitas yang nilainya kurang dari 10-3
menunjukkan
bahwa elektroda sangat selektif terhadap fruktosa, lebih daripada sukrosa dan
glukosa.
Tabel 4.6 Koefisien selektifitas pengukuran
Pengganggu Koefisien selektifitas
Sukrosa 2,98 x 10-5
glukosa 2,48 x 10-5
4.7 Mekanisme Timbulnya Beda Potensial
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang maksimal, sebelum digunakan
elektroda karbon nanopori harus dijenuhkan dengan lautan fruktosa terlebih
dahulu. Penjenuhan dilakukan dengan merendam elektroda dalam larutan fruktosa
selama 24 jam. Setelah direndam, di dalam elektroda terjadi kesetimbangan antara
fruktosa dengan fruktosa/MIP sehingga potensial yang terukur merupakan beda
potensial yang diakibatkan karena adanya gangguan kesetimbangan fruktosa di
dalam larutan sampel melalui antarmuka larutan-membran elektroda. Gambar
4.11 menunjukkan elektroda yang telah jenuh dengan fruktosa.
Larutan sampel fruktosa
C6H12O6
Elektroda karbon nanopori/MIP yang
telah dijenuhkan dengan fruktosa
C6H12O6/MIP
Antarmuka
Gambar 4.11 Kesetimbangan di dalam elektroda
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
4.8 Hasil Pengukuran Kadar Fruktosa dalam Madu
Pengukuran kadar fruktosa dalam madu dilakukan dengan menimbang 2
gram madu yang diperoleh dari peternakan lebah madu di desa Banyuanyar,
Gurah, Kediri, lalu melarutkannya dalam 100 mL air UHP. Pengukuran potensial
dilakukan dengan elektroda dan pH optimal. Data dan perhitungan menunjukkan
bahwa kadar fruktosa dalam madu adalah sebesar 29,80 % b/b, sementara
menurut literatur kadar fruktosa dalam madu adalah sebesar 38% (White dan
Doner, 1980). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Besarnya
ketidaksesuaian ini sangat mungkin disebabkan oleh berbedanya jenis madu yang
dianalisis.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan disimpulkan sebagai berikut:
1. Telah berhasil dibuat elektroda potensiometri berbasis karbon
nanopori/MIP sebagai sensor fruktosa dalam madu. Elektroda ini
mempunyai komposisi optimum karbon nanopori, MIP dan parafin
dengan perbandingaan berturut-turut 45:20:15 dengan pengukuran
terbaik pada pH larutan 5,0-6,0.
2. Elektroda ini mempunyai faktor Nernst, jangkauan pengukuran dan
batas deteksi berturut-turut 27,78 mV/dekade, 10-7
-10-1
M, dan 4,71 x
10-8
M. Akurasi pengukuran untuk konsentrasi 10-4
M dan 10-2
M
adalah 90,83% dan 102,35%. Presisi yang dinyatakan dengan koefisien
variasi untuk konsentrasi 10-4
M dan 10-2
M adalah 1,2920% dan
1,3267%. Sedangkan koefisien selektifitas untuk larutan glukosa dan
sukrosa masing-masing adalah 2,48 x 10-5
dan 2,98 x 10-5
, dan kadar
fruktosa dalam madu adalah 29,80% b/b.
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui waktu respon dan
masa kerja (lifetime) elektroda karbon nanopori/MIP
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk aplikasi elektroda karbon
nanopori/MIP untuk analisis fruktosa dalam madu.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
DAFTAR PUSTAKA
Alizadeh, T. dan Akhoundian, M., 2010, A novel potentiometric sensor for
promethazine based on a molecularly imprinted polymer (MIP): The
role of MIP structure on the sensor performance, Journal of
Electrochimica Acta 55: 3477-3485
Arcot, J. dan Brand-Miller, J., 2005, A Preeliminary Assesment of the Glicemic
Index of Honey, Australia Government, Rural Industries Research and
Developing Corporation
Bakker, E., 1997, Carier-Based Ion-Selective Elektrodes and Bulk Optodes”,
1 General characteristic, J. of American Chemical society, USA
Basset, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., Mendham, J., 1991, Buku Ajar Vogel:
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Alih Bahasa: A. Hadyana P dan Ir.
L. Setiono, Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Bhand, S. G., Soundararajan, S., Surugiu-Warnmark, I., Milea, J. S., Dey, E. S.,
Yokovleva, M., Danielsson, B., 2010, Fructose-selective calorimetric
biosensor in flow injection analysis, J. of Chimica Acta 668:13-18
Billmeyer, F.W., 1984, Textbook of Polymer Science, 3rd
edition, John Wiley and
Sons Inc, Canada
Birch, G. G., dan Parker, K. J., Nutritive Sweeteners, Applied Science Publishers,
London & New Jersey
Braun, R. D., 1987, Introduction to Instrumental Analysis, McGraw-Hill,
Singapore, 697
Budavari, S. (ed.), 1996, The Merck Index - An Encyclopedia of Chemicals,
Drugs, and Biologicals, Whitehouse Station NJ, Merck and Co., Inc.,724
Campuzano, S., Loaiz, O. A., Pedrero, M., de Villena, F. J. M., Pingarron, J. M.,
2004, An Intregated Bienzyme Glucose oxidase-fructose
Dehydrogenase-Tetrathiavulvalene-3-mercaptopropionic acid-Gold
Electrode for the Simultaneous Determination of Glucose and
Fructose, Journal of Bioelectrochemistry 63: 199-206
Cattral, R.W., 1997, Chemical Sensors, Oxford University Press, New York
Day, J.R., dan Underwood, A.L., 1991, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi kelima,
Penerjemah Aloysius Hadyana Pujaatmaka, Ph.d., Prentice Hall, Erlangga,
Jakarta
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
El Khadem, Hassan S., 1988, Carbohydrat Chemistry: Monosaccharides and
Their Oligomers,Academic Press, Inc., Washington D.C, 102
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S., 1986, Organic Chemistry, Third Edition,
Wadsworth, Inc., USA
Fruton, J.S., 1972, Molecules of Life, Wiley-Interscience
Gheldof, N., Wang, X., Engeseth, N., 2002, Identification and quantification
of antioxidant components of honeys from various floral sources, J
Agric Food Chem 50 (21): 5870–7.
Hanover, L. M., White, J.S., 1993, Manufacturing, composition, and application
of fructose, Journal of Clinical Nutrition 58: 724s-732
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No. 3, 117-135
Hyvonen, L., and Koivistoinen, P., 1982, Fructose in Food Systems, Applied
Science Publishers, London & New Jersey
Jankowska, H., Swatkowski, A. and Choma, J., 1991, Active Carbon, Ellis
Horwood, New York.
Javanbakhta, M., Fardb, S. E., Mohammadic, A., Abdoussa, M., Ganjalie, M. R.,
Norouzie, P., Safaraliee, L., 2008, Molecularly imprinted polymer
based potentiometric sensor for the determination of hydroxyzine in
tablets and biological fluids, J. of analytica chimica acta 612: 65–74
Komiyama, M., Takeuchi, T., Mukawa, T., Asanuma, H., 2003, Molecular
Imprinting, Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA
Krell, Rainer., 1996, Value-Added Products from Beekeeping, Fao Agricultural
Services Bulletin, Food & Agriculture Organization of the UN
Liang, R., Zhang, R., Qin, W., 2009, Potentiometric Sensor Based on
Molecularly Imprinted Polymer for Determination of Melamine in
Milk, J. of Sensors and Actuators B 141:544-550
Martos, I., Ferreres, F., Tomás-Barberán, F., 2000, Identification of flavonoid
markers for the botanical origin of Eucalyptus honey, J Agric Food
Chem 48 (5): 1498–502
Miller, J.C., dan Miller, J.N., 1998, Statistics for Analytical Chemistry, Second
Edition, John Wiley & Sons, New York
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Munk, P., Qin, A., Tian, M., Ramireddy, Webber, S.E., 1994, Polystyrene-Poly
(methacrylic acid) Block Copolymer Micelles, Macromolecules, 27:
120-126
Nelson, R.W. dan C. G. Couto, 2009, Small Animal Internal Medicine, 4th ed.
Odian, G., 1991, Principles of Polymeryzation, third edition, The City of
University of New York, Staten Island, New York
Pari, G., 2010, Peran dan Masa Depan Arang yang Porspektif umtuk Indonesia,
LIPI, Jakarta
Park, K.Y., Yetley, A. E., 1993, Intakes and food sources of fructose in the
United States, American Journal of Clinical Nutrition 58 (5 Suppl)
Pyun, Su-I dan Lee, Gyoung-Ja, 2007, Synthesis and Characterization of
Nanoporous Carbon and Its Electrochemical Application to Electrode
Material for Supercapasitors, J. of Modern Aspect of Electrochemistry,
No 41, Springer, New York
Sadeghi, S., Fathi, F., Abbasifar, J., 2007, Potentiometric sensing of levamisole
hydrochloride based on molecularly imprinted polymer, J. of Sensors
and Actuators B 122:158–164
Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J, 1992, Fundamentals of Analytical
Chemistry, 6th
Edition, Saunders College Publishing, USA, 399-432
Suyanto, 2009, Kimia Polimer, Departemen Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Airlangga, Surabaya
Tom, L. N, dan Foster, N., 2010, Development of a Molecularly Imprinted
Polymer for the Analysis of Avermectin, J. of Analytica Chimica Acta
680:79-85
USDA Nutrient Data Laboratory Honey, 2007, Last accessed August 24,
http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/search/
Wahjudi, P. N., Patterson, M. E., Lim, S., Yee., J. K., Mao, C.S., Lee, W. N. P.,
2009, Measurement of Glucose and Fructose in Clinical Samples
Using Gas Chromatography/Mass Spectrometry, J. of Clinical
Biochem. 43:198-207
Weigel, B., Hitzmann, B., Kretzmer, G., Schiigerl, K., Huwigb, A., Giffhornb,
F.,1996, Analysis of various sugars by means of immobilized enzyme
coupled flow injection analysis, Journal of Biotechnology 50:93-106
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
White, J. W., dan Doner, L. W., 1980, Beekeping in the USA Agriculture
Handbook Number 335, Eastern Regional Center, Philadelphia 82-91
Zhu, X., Li, S., Shan, Y., Zhang, Z., Li, G., Su, D., Liu, F., 2010, Detection of
adulterants such as sweeteners materials in honey using near-
infraredspectroscopy and chemometrics, J. of Food Engineering
101:92-97
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 1 Pembuatan larutan induk dan larutan kerja fruktosa
1. Pembuatan larutan induk fruktosa M
Massa = 1,8016 g
2. Pembuatan larutan kerja M - M
a. Konsentrasi M
V1M1 = V2M2
25.10-2
= V2.10-1
V2 = 2,5 mL
b. Konsentrasi M
V1M1 = V2M2
25.10-3
= V2.10-2
V2 = 2,5 mL
c. Konsentrasi M
V1M1 = V2M2
25.10-4
= V2.10-3
V2 = 2,5 mL
d. Konsentrasi M
V1M1 = V2M2
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
25.10-5
= V2.10-4
V2 = 2,5 mL
e. Konsentrasi M
V1M1 = V2M2
25.10-6
= V2.10-5
V2 = 2,5 mL
f. Konsentrasi M
V1M1 = V2M2
25.10-7
= V2.10-6
V2 = 2,5 mL
g. Konsentrasi M
V1M1 = V2M2
25.10-8
= V2.10-7
V2 = 2,5 mL
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 2 Pembuatan larutan pengganggu
a. Glukosa 10-3
M
Massa = 0,1802 gram
V1M1 = V2M2
100.10-3
= V2. 10-2
V2 = 10 mL
b. Sukrosa 10-3
M
Massa = 0,3423 gram
V1M1 = V2M2
100. 10-3
= V2. 10-2
V2 = 10 mL
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 3 Pembuatan Molecularly Imprinted Polymer
a. Asam metakrilat 0,8 mmol
= 0,8 mmol . 86,06
= 68,848 mgram
= 0,0688 gram
b. Fruktosa 0,2 mmol
= 0,2 mmol . 180,16
= 36,032 mgram
= 0,0360 gram
c. Etilen glikol dimetakrilat 2,4 mmol
= 2,4 mmol . 198,22
= 475,728 mgram
= 0,4757 gram
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
d. Benzoil peroksida 1 mmol
= 1 mmol . 242,23
= 242,23 mgram
= 0,2422 gram
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 4 Perhitungan faktor Nerst dan linearitas elektroda 1-7
1. Elektroda 1
a. Tabel konsentrasi larutan standar fruktosa dan potensial
Konsentrasi fruktosa (M) Potensial (mV)
10-8
204
10-7
211
10-6
231
10-5
246
10-4
259
10-3
269
10-2
250
10-1
255
b. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-8
-10-1
terhadap potensial
elektroda 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
c. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-7
-10-4
terhadap potensial
elektroda 1
d. Analisis Faktor Nerst
Regresi linear:
y = bx + a
y = 15,9 x + 324,2
Faktor Nerst = b = 15,9
X Y XY X2 X- X Y- Y
(X- X ) (Y-
Y ) (X- X )
2 (Y-Y )
2
-7 211 -1477 49 -1,5 -25,75 38,625 2,25 663,0625
-6 231 -1386 36 -0,5 -5,75 2,875 0,25 33,0625
-5 246 -1230 25 0,5 9,25 4,625 0,25 85,5625
-4 259 -1036 16 1,5 22,25 33,375 2,25 495,0625
X = -5,5 Y = 236,75
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Faktor Korelasi:
2. Elektroda 2
a. Tabel konsentrasi larutan standar fruktosa dan potensial
Konsentrasi fruktosa (M) Potensial (mV)
10-8
203
10-7
222
10-6
240
10-5
257
10-4
279
10-3
302
10-2
315
10-1
304
b. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-8
-10-1
terhadap potensial
elektroda 2
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
c. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-8
-10-4
terhadap potensial
elektroda 2
d. Analisis Faktor Nerst
Regresi linear:
y = bx + a
y = 18,7 x + 352,4
Faktor Nerst = b = 18,7
X Y XY X2 X- X Y- Y
(X- X ) (Y-
Y ) (X- X )
2 (Y-Y )
2
-8 203 -1624 64 -2 -37,2 74,4 4 1383,84
-7 222 -1554 49 -1 -18,2 18,2 1 331,24
-6 240 -1440 36 0 -0,2 0 0 0,04
-5 257 -1285 25 1 16,8 16,8 1 282,24
-4 279 -1116 16 2 38,8 77,6 4 1505,44
X = -6 Y = 240,2
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Faktor Korelasi:
3. Elektroda 3
a. Tabel konsentrasi larutan standar fruktosa dan potensial
Konsentrasi fruktosa (M) Potensial (mV)
10-8
266
10-7
281
10-6
300
10-5
319
10-4
346
10-3
360
10-2
382
10-1
394
b. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-8
-10-1
terhadap potensial
elektroda 3
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
c. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-8
-10-4
terhadap potensial
elektroda 1
d. Analisis Faktor Nerst
Regresi linear:
y = bx + a
y = 19,8 x + 421,2
Faktor Nerst = b = 19,8
X Y XY X2 X- X Y- Y
(X- X ) (Y-
Y ) (X- X )
2 (Y-Y )
2
-8 266 -2128 64 -2 -36,4 72,8 4 1324,96
-7 281 -1967 49 -1 -21,4 21,4 1 457,96
-6 300 -1800 36 0 -2,4 0 0 5,76
-5 319 -1595 25 1 16,6 16,6 1 275,56
-4 346 -1384 16 2 43,6 87,2 4 1900,96
X = -6 Y = 302,4
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Faktor Korelasi:
4. Elektroda 4
a. Tabel konsentrasi larutan standar fruktosa dan potensial
Konsentrasi fruktosa (M) Potensial (mV)
10-8
218
10-7
235
10-6
260
10-5
270
10-4
296
10-3
316
10-2
339
10-1
345
b. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-8
-10-1
terhadap potensial
elektroda 4
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
c. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-5
-10-2
terhadap potensial
elektroda 4
d. Analisis Faktor Nerst
Regresi linear:
y = bx + a
y = 22,7 x + 384,7
Faktor Nerst = b = 22,7
X Y XY X2 X- X Y- Y
(X- X ) (Y-
Y ) (X- X )
2 (Y-Y )
2
-5 270 -1350 25 -1,5 -35,25 52,875 2,25 1242,563
-4 296 -1184 16 -0,5 -9,25 4,625 0,25 85,5625
-3 316 -948 9 0,5 10,75 5,375 0,25 115,5625
-2 339 -678 4 1,5 33,75 50,625 2,25 1139,063
X = -3,5 Y = 305,25
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Faktor Korelasi:
5. Elektroda 5
a. Tabel konsentrasi larutan standar fruktosa dan potensial
Konsentrasi fruktosa (M) Potensial (mV)
10-8
235
10-7
259
10-6
281
10-5
304
10-4
319
10-3
326
10-2
324
10-1
310
b. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-8
-10-1
terhadap potensial
elektroda 5
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
c. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-5
-10-2
terhadap potensial
elektroda 5
d. Analisis Faktor Nerst
Regresi linear:
y = bx + a
y = 22,9 x + 418,6
Faktor Nerst = b = 22,9
X Y XY X2 X- X Y- Y
(X- X ) (Y-
Y ) (X- X )
2 (Y-Y )
2
-8 235 -1880 64 -1,5 -34,75 52,125 2,25 1207,563
-7 259 -1813 49 -0,5 -10,75 5,375 0,25 115,5625
-6 281 -1686 36 0,5 11,25 5,625 0,25 126,5625
-5 304 -1520 25 1,5 34,25 51,375 2,25 1173,063
X = -6,5 Y = 269,75
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Faktor Korelasi:
6. Elektroda 6
a. Tabel konsentrasi larutan standar fruktosa dan potensial
Konsentrasi fruktosa (M) Potensial (mV)
10-8
280
10-7
304
10-6
333
10-5
361
10-4
388
10-3
416
10-2
444
10-1
471
b. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-8
-10-1
terhadap potensial
elektroda 6
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
c. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-7
-10-1
terhadap potensial
elektroda 6
d. Analisis Faktor Nerst
Regresi linear:
y = bx + a
y = 27,78 x + 499,28
X Y XY X2 X- X Y- Y
(X- X ) (Y-
Y ) (X- X )
2 (Y-Y )
2
-7 304 -2128 49 -3 -84,1429 252,4285714 9 7080,02
-6 333 -1998 36 -2 -55,1429 110,2857143 4 3040,735
-5 361 -1805 25 -1 -27,1429 27,14285714 1 736,7347
-4 388 -1552 16 0 -0,14286 0 0 0,020408
-3 416 -1248 9 1 27,85714 27,85714286 1 776,0204
-2 444 -888 4 2 55,85714 111,7142857 4 3120,02
-1 471 -471 1 3 82,85714 248,5714286 9 6865,306
X = -4 Y = 388,14
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Faktor Nerst = b = 27,78
Faktor Korelasi:
Jangkauan pengukuran elektroda 6 adalah 10-7
-10-1
M.
e. Analisis batas deteksi
No Log C (x) Potensial (y) C x3 x
4 xy x
2y
1 -8 280 64 -512 4096 -2240 17920
2 -7 304 49 -343 2401 -2128 14896
3 -6 333 36 -216 1296 -1998 11988
∑ -21 917 149 -1071 7793 -6366 44804
1. Nb0 + b1∑x + b2∑x2
= ∑y
3b0 – 21b1 + 149b2 = 917..............................……………………..(1)
2. b0∑x + b1∑x2 + b2∑x
3 = ∑xy
-21b0 + 149b1 – 1071b2 = -6366....................…………………..…(2)
3. b0∑x2 + b1∑x
3 + b2∑x
4 = ∑x
2y
149b0 – 1071b1 + 7793b2 = 44804................……………….…….(3)
Dengan cara eliminasi ketiga persamaan tersebut maka diperoleh
b0 = 612
b1 = 61,5
b2 = 2,5
sehingga diperoleh persamaan garis nonlinier (y1)
y1 = 2,5x2
+ 61,5x + 612
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
persamaan garis linier (y2)
y2 = 27,78x + 499,28
Limit deteksi dihitung dengan cara:
y1 = y2
2,5x2
+ 61,5x + 612 = 27,78x + 499,28
2,5x2 + 33,72x + 112,72 = 0
x1 = log C
C = [fruktosa] = 7,66 x 10-7
M
x2 = log C
C = [fruktosa] = 4,71 x 10-8
M
Jadi diperoleh limit deteksi sebesar 7,66 x 10-7
M dan 4,71 x 10-8
M.
7. Elektroda 7
a. Tabel konsentrasi larutan standar fruktosa dan potensial
Konsentrasi fruktosa (M) Potensial (mV)
10-8
261
10-7
271
10-6
280
10-5
310
10-4
338
10-3
365
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
10-2
394
10-1
420
b. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-8
-10-1
terhadap potensial
elektroda 1
c. Kurva hubungan log konsentrasi fruktosa 10-6
-10-1
terhadap potensial
elektroda 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
d. Analisis Faktor Nerst
Regresi linear:
y = bx + a
y = 27,97 x + 449,067
Faktor Nerst = b = 27,97
Faktor Korelasi:
X Y XY X2 X- X Y- Y
(X- X ) (Y-
Y ) (X- X )
2 (Y-Y )
2
-6 280 -1680 36 -2,5 -71,1667 177,9166667 6,25 5064,694
-5 310 -1550 25 -1,5 -41,1667 61,75 2,25 1694,694
-4 338 -1352 16 -0,5 -13,1667 6,583333333 0,25 173,3611
-3 365 -1095 9 0,5 13,83333 6,916666667 0,25 191,3611
-2 394 -788 4 1,5 42,83333 64,25 2,25 1834,694
-1 420 -420 1 2,5 68,83333 172,0833333 6,25 4738,028
X = -3,5 Y = 351,1667
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 5 Data optimasi pH
pH Potensial (mV)
2 592
3 577
4 540
5 524
6 525
7 496
8 468
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 6 Penentuan Koefisien Variasi
Konsentrasi (M)
10-4
392 5 25
382 -5 25
387 0 0
� =50
10-2
435 -6,67 44,44
446 4,33 18,78
444 2,33 5,44
� =68,67
Untuk konsentrasi 10-4
:
Untuk konsentrasi 10-2
:
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 7 Penentuan persen Recovery
Persamaan regresi linear dari kurva standar fruktosa y = 27,78 x + 499,28
Untuk konsentrasi fruktosa 10-4
M :
y = 27,78 x + 499,28
387 = 27,78 x + 499,28
387 - 499,28 = 27,78 x
x = - 4,04 = log C
C = [fruktosa] = 9,0833 x 10-5
M
Untuk konsentrasi fruktosa 10-2
M :
y = 27,78 x + 499,28
444 = 27,78 x + 499,28
444 - 499,28 = 27,78 x
x = - 1,99 = log C
C = [fruktosa] = 1,0235 x 10-2
M
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 8 Penentuan Koefisien Selektifitas
a. Larutan glukosa 10-3
M
y = 27,78 x + 499,28
288 = 27,78 x + 499,28
288 - 499,28 = 27,78 x
x = - 7,61 = log C
C = [glukosa] = 2,48 x 10-8
M
b. Larutan sukrosa 10-3
M
y = 27,78 x + 499,28
290 = 27,78 x + 499,28
290 - 499,28 = 27,78 x
x = - 7,53 = log C
C = [sukrosa] = 2,93 x 10-8
M
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 9 Penentuan kadar fruktosa dalam sampel madu
Konsentrasi fruktosa (M) Potensial (mV)
10-8
273
10-7
300
10-6
328
10-5
354
10-4
382
10-3
410
10-2
438
10-1
466
y = 27,56 x + 492,8
452 = 27,56 x + 492,8
452 - 492,8 = 27,56 x
x = -1,48 = log C
C = [fruktosa dalam sampel madu] = 0,0331 M
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 10 Spesifikasi karbon nanopori
Material : batang bambu
1. Suhu aktivasi : 860oC
2. Steam : 90oC
3. KOH : 20 %
4. massa : 6,005 gram
5. Doping : Cu (1:4)
Keterangan : dilakukan perlakuan terhadap karbon nanopori yaitu dicuci
menggunakan asam nitrat untuk menghilangkan logam yang ada didalamnya.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
Lampiran 11 Spektrum inframerah
a. Asam metakrilat
b. MIP sebelum dicuci
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas
c. MIP sesudah dicuci
d. Polimer kontrol
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi ELEKTRODA BERBASIS KARBON NANOPORI/MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER SEBAGAI SENSOR POTENSIOMETRI FRUKTOSA DALAM MADU
Ayu Tiranny M. Herdiningtyas