Ektum DAS Cikijing

3
Nama : Gilang Muhamad Nur Iqbal NPM : 140410130085 DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARIK & ANAK SUNGAI CIKIJING Sungai Cikijing adalah sungai yang terletak di Desa Cikijing Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Awalnya merupakan rawa- rawa tempat populasi kerang, dalam bahasa sunda disebut kijing. Maka disebutlah nama Cikijing artinya kerang yang hidup di air rawa, selanjutnya kerang (Kijing) dijadikan lambang Desa Cikijing. Kemarau membuat debit aliran air empat sungai di wilayah timur Kab. Bandung dan wilayah barat Kab. Sumedang kian menyusut. Keempat sungai tersebut, yakni Citarik, Cimande, Cikijing dan Cikeruh. Termasuk induk sungai, Citarum juga mengalami penyusutan debit air.Sungai Cikijing dan Cikeruh kini hanya menyisakan aliran limbah cair pabrik. Penyusutan debit air terlihat juga di Sungai Citarik dan Cimande. Penyusutan lebih parah terpantau di Sungai Cikeruh. Sementara aliran air Sungai Cikijing terlihat hitam dan bau. Sungai Cikijing dan sungai Cimande yang dulu mengairi Desa Jelegong, Desa Suka Mulya, dan Desa Linggar kini dijadikan industri sebagai saluran buangan limbah dari kegiatan produksi. Pola hidup masyarakat yang kian konsumtif dan tidak toleran terhadap lingkungan menjadikan Sungai Cikijing dan Sungai Cimande kian menyempit dan dangkal. Selain menjadi sarana kontaminasi air bagi masyarkat di tiga desa disebut, juga menjadi penyebab banjir akibat tingginya volume air yang tidak tertampung oleh kedua sungai. Untuk menanggulanginya, sejumlah kelompok tani berusaha membendung Sungai Citarik, tempat bermuaranya Sungai Cimande dan

description

Daerah Aliran Sungai Cikijing

Transcript of Ektum DAS Cikijing

Page 1: Ektum DAS Cikijing

Nama : Gilang Muhamad Nur Iqbal

NPM : 140410130085

DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARIK & ANAK SUNGAI CIKIJING

Sungai Cikijing adalah sungai yang terletak di Desa Cikijing Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Awalnya merupakan rawa-rawa tempat populasi kerang, dalam bahasa sunda disebut kijing. Maka disebutlah nama Cikijing artinya kerang yang hidup di air rawa, selanjutnya kerang (Kijing) dijadikan lambang Desa Cikijing.

Kemarau membuat debit aliran air empat sungai di wilayah timur Kab. Bandung dan wilayah barat Kab. Sumedang kian menyusut. Keempat sungai tersebut, yakni Citarik, Cimande, Cikijing dan Cikeruh. Termasuk induk sungai, Citarum juga mengalami penyusutan debit air.Sungai Cikijing dan Cikeruh kini hanya menyisakan aliran limbah cair pabrik. Penyusutan debit air terlihat juga di Sungai Citarik dan Cimande. Penyusutan lebih parah terpantau di Sungai Cikeruh. Sementara aliran air Sungai Cikijing terlihat hitam dan bau.

Sungai Cikijing dan sungai Cimande yang dulu mengairi Desa Jelegong, Desa Suka Mulya, dan Desa Linggar kini dijadikan industri sebagai saluran buangan limbah dari kegiatanproduksi. Pola hidup masyarakat yang kian konsumtif dan tidak toleran terhadap lingkunganmenjadikan Sungai Cikijing dan Sungai Cimande kian menyempit dan dangkal. Selainmenjadi sarana kontaminasi air bagi masyarkat di tiga desa disebut, juga menjadi penyebabbanjir akibat tingginya volume air yang tidak tertampung oleh kedua sungai.

Untuk menanggulanginya, sejumlah kelompok tani berusaha membendung Sungai Citarik, tempat bermuaranya Sungai Cimande dan Cikijing di Bendungan Adimaja, perbatasan Kec. Rancaekek dan Kec. Solokanjeruk, Kab. Bandung.

Kualitas Air DAS CikijingPerkembangan industri tekstil di sepanjang jalan Rancaekek-Cicalengka telah membawa

pengaruh terhadap kualitas air dan sedimen di air permukaan sekitarnya, salah satunya adalah industri tekstil PT X yang mengalirkan limbah cairnya ke Sungai Cikijing. Dalam proses produksi tekstil, logam berat khususnya tembaga (Cu), krom (Cr), dan seng (Zn) digunakan dalam proses pewarnaan dan pencetakan.Di Sub-DAS Citarik tersebut, PT X adalah industri tekstil terbesar di kawasan tersebut yangmengalirkan limbah cairnya ke Sungai Cikijing yang merupakan anak Sungai Citarik dan padaakhirnya bermuara ke Sungai Citarum. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 39 tahun 2000 tentang Peruntukan Air pada Sungai Citarum dan anak-anak sungainya di Jawa Barat, Sungai Cikijing dipergunakan sebagai air irigasi, yaitu peruntukan air kelas empat (golongan D).Namun, menurut BPLHD Jawa Barat (2008), Sungai Cikijing termasuk sungai tercemar beratberdasarkan metode Storet.

Page 2: Ektum DAS Cikijing

Tingginya temperatur, konsentrasi oksigen, pH, dan kesadahan dari air sungai dapat meningkatkan toksisitas logam berat. (Begum dkk, 2009b). Hasil pengukuran temperatur air berada pada kisaran 23°C sampai 32°C, dengan temperatur rata-rata sebesar 26,73oC. pH yang dimiliki oleh Sungai Cikijing cenderung basa dengan kisaran 7,9 sampai 10, dengan rata-rata9,04. Nilai pH yang diperoleh ini berada di atas pH normal yang dimiliki oleh air permukaan, yaitu 7,0. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kandungan karbonat dan bikarbonat terlarut yang tinggi, yang merupakan faktor penentu pH di air permukaan (Akoto, dkk., 2008).Nilai oksigen terlarut berkisar antara 1,2 mg/L sampai 3,8 mg/L dengan rata-rata 2,45 mg/L. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, baku mutu untuk perairan kelas 4 kadar minimum oksigen terlarut adalah 0, sehingga seluruh lokasi pengambilan sampel di badan air masih memenuhi baku mutu tersebut.

konsentrasi logam di sedimen jauh lebih besar daripada di air. Presipitasi Cu, Zn, and Cr dapat disebabkan oleh pH basa sehingga terbentuk hidroksida, oksida, dan karbonat yang tidak larut. Begum, dkk., (2009b) menyatakan bahwa logam, seperti Cr, Cu, dan Zn dapat juga berinteraksi dengan materi organik dalam fasa larut dan kemudian mengendap, sehingga menimbulkan konsentrasi yang tinggi di sedimen. Apabila kecepatan air rendah, sedimen semakin mudah terdeposit dalam sedimen, terutama pada clay dan silt (Johnson, dkk., 2005). BPLHD Jawa Barat (2008) menyatakan bahwa debit Sungai Cikijing relatif lambat (hanya mencapai 4,6 m3/s). Apabila ditinjau secara keseluruhan, konsentrasi logam berat dalam sedimen tersebut masih memenuhi baku mutu USEPA (2004). Namun demikian, logam berat tersebut dapat terakumulasi dalam sedimen badan air sehingga konsentrasinya akan terus meningkat (Begum, dkk., 2009a).

Sementara pada air, logam berat cenderung mengikuti aliran air dan pengaruh pengenceran ketika ada air masuk, seperti air hujan, turut mengakibatkan menurunnya konsentrasi logam berat pada air. Konsentrasi logam berat pada air akan turut mempengaruhi konsentrasi logam berat yang ada pada sedimen. Kecenderungan peningkatan konsentrasi logam berat di sedimen diakibatkan oleh tingginya konsentrasi logam berat tersebut di air. Selain itu, terdapat parameter-parameter lain yang berpengaruh dalam kesetimbangan reaksi di sistem perairan, seperti pH, konsentrasi logam dan tipe senyawanya, kondisi reduksi-oksidasi perairan, dan bilangan oksidasi dari logam tersebut (Singh, dkk., 2005).

Sumber:

http://www.jatinangorku.com/cikijing-sisakan-limbah-air-sungai-kian-menyusut.html

Andarani, P., Roosmini, D.2010. Profil Pencemaran Logam Berat (Cu, Cr, Dan Zn) Pada Air Permukaan Dan Sedimen Di Sekitar Industri Tekstil Pt X(Sungai Cikijing). Program Studi Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.