Ektima

13
Ektima Batasan dan uraian umum Ektima adalah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya, disebabkan infeksi oleh Streptococcus hemolyticus. Insidensnya cukup sering. Ektima dapat terjadi secara primer, pada kulit normal atau sekunder pada kulit yang telah ada penyakit kulit lain. Kelainan ini seringkali diawali dengan gigitan serangga atau trauma ininor. Manifestasi klinis Anamnesis dapat diawali dengan keluhan gatal, nyeri, dengan penyernbuhari yang lambaL Keadaan umum baik, gejala sistemik jarang ditemukan, tetapi dapat disertai demam dan adanya pembesaran kelenjar getah bening regional. Status dermatologikus Pada daerah bokong, paha, dan tungkai bawah ditemukan vesikel atau pustul di atas dasar eritematosa dan krusta tebal berwarna kuning. Jika krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus dangkal. Ulkus dapat bulat atau oval, berukuran 0,5-3,0 cm, nyeri, dan menyembuh setelah beberapa minggu, sering meninggalkan jaringan parut. Pemerksaan penunjang

description

vcfgdfg

Transcript of Ektima

Page 1: Ektima

Ektima

Batasan dan uraian umum

Ektima adalah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya, disebabkan infeksi

oleh Streptococcus hemolyticus. Insidensnya cukup sering. Ektima dapat terjadi

secara primer, pada kulit normal atau sekunder pada kulit yang telah ada penyakit

kulit lain. Kelainan ini seringkali diawali dengan gigitan serangga atau trauma ininor.

Manifestasi klinis

Anamnesis

dapat diawali dengan keluhan gatal, nyeri, dengan penyernbuhari yang lambaL

Keadaan umum baik, gejala sistemik jarang ditemukan, tetapi dapat disertai demam

dan adanya pembesaran kelenjar getah bening regional.

Status dermatologikus

Pada daerah bokong, paha, dan tungkai bawah ditemukan vesikel atau pustul di

atas dasar eritematosa dan krusta tebal berwarna kuning. Jika krusta diangkat ternyata

lekat dan tampak ulkus dangkal. Ulkus dapat bulat atau oval, berukuran 0,5-3,0 cm,

nyeri, dan menyembuh setelah beberapa minggu, sering meninggalkan jaringan parut.

Pemerksaan penunjang

Perneriksanaan sediaan langsung : menemukan kuman streptokokus dad bahan

pus atau kerokan dasar krusta yang diwarnai Gram.

Kultur dan resistensi : bila ektima berulang

Kriteria diagnosis

Diagnosis ditegakkan dan anamnesis, manifestasi klinis dan pemeriksaan

penunjang.

Tata laksana

Sistemik

Antibiotik → bila lesi cukup banyak dan ada pembesaran kelenjar getah bening.

Misalnya :

Page 2: Ektima

Penisilin resisten penisilinase : kloksasilin, dikloksasilin, fluokioksasilin,

Eritroinisin 30-50 mg/kg EB/hari dibagi 3 dosis, selama 5-7 hari.

Linkoinisin, klindainisin dan sefalosporin

Pengobatan simtomatik dapat diberikan bila diperlukan, misalnya analgetik

Topikal :

Jika lesi sedikit dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening regional,

krusta diangkat lalu diolesi dengan salap/krim antibiotik 2-3 kali sehari

Misalnya : salap/krim asam fusidat, mupirocin 2%, neoinisin, basitrasin, atau

poliiniksin ß dan basitrasin.

Jika krusta tebal, dapat diberikan kompres terbuka

Misalnya: larutan permanganas kalikus 1/10.000 s/d 1/5000, larutan rivanol 1

, povidon yodium 10%

Pencegahan dan pendidikan

Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain penyuluhan rnengenai higiene

perorangan dan lingkungan

Bila ada penyakit kulit yang lain segera diobati (misalnya gigitan serangga,

dermatitis)

Pemantauan

Dianjurkan kontrol 1 minggu kemudian, bila tidak ada lesi baru obat topikal dapat

dilanjutkan, bila masih ada lesi baru dipertimbangkan penggati antibiotik sistemik.

Bila di lingkungan anak ada yang menderita kelainan kulit serupa segera diobati

mengingat kumannya sangat infeksius dan dapat menjadi sumber penularan

Daftar pustaka

1. Darmstadt GL, Galen WK, Fischer G, Bacterial infections. Dalam: Schachner

LA, Haritea RC, editor Pediatric dermatology, edisi ke-3 Edinburg: Mosby;

2003 .h.990-1057.

2. Mei Kane KS, Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A. Ecthyrna.

Dalam: Mei Kane KS; Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A, Editor.

Page 3: Ektima

Color atlas & synopsis of pediatric dermatology, edisi kei. New York: Mc

0mw - Hill; 2002.h.458-9.

3. Djuanda A. Pioderma. Dalam; Djuanda A, Hamzah M, Aisah 5, editor. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelainin, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

1999.h.55-61.

Page 4: Ektima

Infeksi virus varisela

Batasan dan uraian umum

Penyakit ini menyebar di seluruh dunia, sangat menular, masa penularan 1-2

hari sebelum eksantema timbul sampai 4-5 hari setelah atau pada saat vesikel terakhir

menjadi krusta. Pada pasien imunokompromais, vesikel tumbuh terw sampai satu

minggu lebih, dan masa penularan lebih lama dan pasien dengan status imun normal.

Masa inkubasi rata-rata 14-15 hari. Penularan melalui pemapasan dan penyebaran

diduga dapat melalui kontak langsung. Biasanya penyakit ini sekali menyerang

memberi perlindungan jangka panjang, kecuali pada penderita imunokompromais

atau pada pasien dengan obat-ohat imunosupresif

Manifestasi klinis

Anamnesis

Pada anak jarang dijumpai gejala prodromal, keluhan diawali dengan tancla

dikulit. Pada saat ini dapat disertai malese dan demam. Pada anak besar atau dewasa

gejala prodromal timbul 2-3 hari sebelum tanda kulit. Prodromal berupa demam,

menggigil, malese, nyeri kepala, anoreksia, nyeri tulang, nyeri tenggorok, dan batuk

kening.

Pemeriksaan fisis

Status generalis : orang dewasa demam, tampak sakit sedang sampai berat.

Gejala prodrornal antara lain: malese, demam, dan nyeri kepala

Status dermatologikus

Erupsi kulit terutama di daerah badan perjalanan morfologik berurutan dan papul

eritematosa, vesikel seperti tetesan embun, pustul, diakhiri dengan krusta. Setiap lesi

memiliki perkembangan berlainan sehingga timbul gambaran polimorfik, kelainan

kulit berjalan sentrifugal (dan tengah ke perifer)

Komplikasi : bronkopneumonia, meningitis

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sediaan apus Tzanck ditemukan sel datia berinti banyak

Page 5: Ektima

Kriteria diagnosis

Berdasarkan pemeriksaan klinis

Tata laksana

Topikal

Usahakan agar vesikel tidak pecah dan cegah infeksi sekunder dengan :

Pemberian bedak salisil 2% untuk mengurangi gatal, dapat pula diberikan

losio kalainin, kamfora atau mentol 0,25% pada lesi yang belum pecah.

Harus tetap mandi bila sudah tidak demam. Dapat diberikan permanganas

kalikus 1/10000

Bila sudah stadium krustasi dapat diberikan salep/krim antibiotik

Bila timbul ulserasi dapat diberikan salap perangsang granulasi dan epitelisasi,

misalnya salap salisil 2% bersamaan dengan pemberian salap atau krim

antibiotik

Sistemik

Simtornatik untuk gejala prodromal

Bila erupsi kulit kurang dan 24 jam dapat diberikan asikiovir 5x800 mg/hari,

atau valasikiovir 3x1000 mg/hari atau famsikiovir 3 x 500mg/hari selama 7

hari.

Bila terjadi meningitis atau vireinia lainnya dapat diberikan asikiovir intravena

dengan dosis 10 mg/kgbb/hari, tiga kali sehari.

Awasi adanya infeksi bakteri, sehingga diperlukan antibiotik yang sesuai,

misalnya pada otitis media, selulitis, sepsis, meningitis, osteoinielitis dan

pneumonia

Kriteria penyembuhari

Erupsi kulit stadium krustasi selesai

Pencegahan dan pendidikan

Istirahat selama erupsi sampai fase krustasi selesai

Makanan lunak untuk lesi di daerah mulut dan kerongkongan

Daftar Pustaka

Page 6: Ektima

1. Straus SE, Oxrnan MN, Schmader KE. Varicella and herpes zoster. Dalam:

Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Pitzpatric TB (ed).Derrnatoiogy in General

Medicine, Edisi ke-6. New York : Mc Graw-Hill, 2003:2070-85.

Batasan dan Uraian Umum

Penyakit ini terjadi sporadic sepanjang tahun tanpa mengenal musim, dikenal

sebagai reaktivitas infeksi laten endogen virus verisela zoster. Insidens herpes zoster

ditentukan oleh factor hubungan hospes dan virus, antara lain usia, 2/3 kasus

dilaporkan usia > 50 tahun dari 10 % usia <20 tahun. Herpes zoster jarang dijumpai

pada usia dini, namun bila terjadi kemungkinan dihubungkan dengan terjadinya

verisela saat kehainilan. Penyakit ini menular, namun factor penularannya kecil

dibandingkan dengan verisela.

Manifestai klinis

Anambesis

Gejala hepers zoster biasanya ditandai dengan nyeri, parestesia sepanjang

dermatom, gatal, rasa terbakar mulai dari ringan sampau berat. Nyeri dapat

menyerupai pleuritis, infrak jangtung, nyeri duodenum, kolesistitis, kolik ginjal atau

empedu, apendisitis bergantung pada derah yang terkena. Gejala konsitusi juga dapat

dijumpai, misalnya, nyeri kepala, malese, dan demam. Gejala prodromal dapat

berlangsung selama beberapa hari sampai dengan saru minggu.

Pemeriksaan Fisis

Status Generalis

Keadaan umum dapat bervariasi dari ringan sampai berat, pasien dapat tampak

sakit berat bila kelainannya menyerang daerah muka.

Status Dermatoloikus

o Gejala prodromal : local nyeri otot, tulang, pegal, gatal hiperestesia dan lain-

lain sistemik malese, demam, pusing

o Erupsi kulit berkembang berurutab kulit eritematosa kemudian timbul papul

dan vesikel berkelompok. Kemudian vestikel jernih menjadi keruh dan

mengalami stadium krustasi

o Infeksi lanjut : herpes zoster oftalinika, sindrom ramsay hunt dan diseininata

o Komplikasi : neuralgia pasca heroetik ( NPH)

Page 7: Ektima

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sediaan apus tzanck ditemukan sel datia berinti banyak

Criteria Diagnosis

Berdasarkan manifestasi klinis

Tata Laksana

Topikal

Usahakan agar vesikel tidak pecah dan cegah infeksi sekunder dengan :

Pemberian bedak salisil 2 %

Bila vesikel sudah pecah atau krustasi dapat diberikan salap/krim

antibiotic

Bila timbul ulserasi dapat diberikan salap oerangsang gralunasi dan

epitelisasi contoh salep selsil 2 % selain pemberian salam krim antibiotic

Sistemik

Simtomatik untuk gejala prodromal

Bila erupsi kulit kurang dari 72 jam dapat diberiklan siklovir 5 x 800

mg/hari atau valasiklovir 3 x 1000 mg/hari atau famsiklovir 3x500 mg/hari

selama 7 hari.

Bila terjadi meningitis atau vireinia lainnya dapat diberikan asiklovir

intravena dengan dosis 10 mg/kg BB/hari, tiga kali sehari.

Bila erupsi timbul diarea oftalinik, konsulkan ke departemen mata

Bila terjadi gangguan keseimbangan dan vertigo, tinnitus, nistagmus,

gangguan pendengaran, konsulkan kedepartemen THT

Bila pasien dengan predusposisi NPH dapat segera diberi ainitriptilin 10 –

12.5mg/1x perhari atau gabapentin 100 – 300mg/1x perhari sebagai

analgenetiknya.

Asiklovir dapat diberikan pula pada keadaan :

o Usia 50 tahun dengan lesi lebih dari tiga hari

o Komplikasi mata

o Sindroma ramsay hunt

o Penderita dengan imunokompromasis

Page 8: Ektima

o Masih timbul lesi bari walaupun erupsi sudah lebih dari 3 hari.

Neuralgia pasca herpetic merupakan komplikasi yang sering muncul pada

pasien berumur 60 tahun yang ditandai dengan nyeri spotan/alodinia

kostan/interinitten, rasa terbakar/tertusuk, dan lain sebagainya.

Pengobatan Neuralgia Pasca Herpetik

Analgetik :

o Ainitriptilin 12.5 – 25 mg/hari, bila tidak teratasi dosis dititrasi setiap

3-5 hari sampai dosis maksimal 75 mg. kalau tidak ada perubahan

konsul neurologi.

o Atau gabapetin 100-300mg/hari, bila tidak ada respons dosis

ditingkatkan pada hari ke 3 dan seterusnya sampai dosis makasimal

1800-3600mg/hari

Topikal kapsaisin krim 0,025-0,075% lidokain patch 5 %

Kriteria penyembuhari

Erupsi kulit stadium krustasi selesai.

Pencegahan dan Pendidikan

Istirahat selama ada erupsi sampai stadium krustasi

Tidak menggaruk lesi

Daftar Pustaka

1. Straus SE, Ox man MN, Schmader KE. Varicella and herpes zoster. Dalam:

Frcedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Fitzpatric TB (ed).Dermatology in General

Medicine, Edisi ke-6. New York: Mc Graw-Hill, 2003:2070-85.

2. Herpes zoster and postherpetic neuralgia: prevention and management. Mounsey

AL, Matthew LG, Slawson DC. Am Fam Physician 2005 :72: 1075-80.

Page 9: Ektima