Eksum

101
Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) I. Pendahuluan Berdasarkan pasal 16 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan pasal 82 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang disebutkan bahwa rencana tata ruang dapat ditinjau kembali. Sedangkan berdasarkan pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau ditetapkan dengan Undang-Undang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai instrumen dan matra spasial pembangunan nasional, keserasian antarwilayah dan antarsektor, serta perwujudan pertahanan dan keamanan Negara yang pelaksanaannya memiliki batas waktu selama 20 tahun. Selama batas waktu tersebut, RTRWN bersifat dinamis yang artinya bahwa RTRWN melihat kesesuaian antara rencana tata ruang yang termuat dengan kebutuhan pembangunan yang memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan dinamika internal yang terjadi untuk kemudian dilakukan proses peninjauan kembali. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menjadi acuan penyusunan rencana pembangunan daerah dan rencana tata Executive Summary 1

description

Review RTRWN

Transcript of Eksum

Page 1: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

I. Pendahuluan

Berdasarkan pasal 16 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang dan pasal 82 Peraturan Pemerintah Nomor 15

Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang disebutkan

bahwa rencana tata ruang dapat ditinjau kembali. Sedangkan

berdasarkan pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang bahwa dalam kondisi lingkungan strategis tertentu

yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan

dengan peraturan perundang-undangan dan/atau ditetapkan dengan

Undang-Undang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ditinjau

kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai instrumen dan matra

spasial pembangunan nasional, keserasian antarwilayah dan

antarsektor, serta perwujudan pertahanan dan keamanan Negara yang

pelaksanaannya memiliki batas waktu selama 20 tahun. Selama batas

waktu tersebut, RTRWN bersifat dinamis yang artinya bahwa RTRWN

melihat kesesuaian antara rencana tata ruang yang termuat dengan

kebutuhan pembangunan yang memperhatikan perkembangan

lingkungan strategis dan dinamika internal yang terjadi untuk

kemudian dilakukan proses peninjauan kembali.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menjadi acuan

penyusunan rencana pembangunan daerah dan rencana tata ruang

wilayah provinsi/kabupaten/kota masih berjalan pada tahap kesatu

perencanaan (5 tahun), sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali

untuk 5 tahun pertama. Proses peninjauan kembali merupakan proses

yang meliputi kajian, evaluasi dan penilaian yang dilakukan satu kali

dalam 5 (lima) tahun atau dapat kurang dalam 5 (lima) tahun apabila

terjadi perubahan lingkungan strategis seperti terjadi bencana alam

skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan,

Executive Summary 1

Page 2: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

perubahan dalam peraturaran perundang-undangan dan kebijakan

nasional yang yang mempengaruhi pemanfaatan ruang provinsi

dan/atau dinamika internal provinsi yang mengubah kebijakan dan

strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional.

Sejak RTRWN ditetapkan, telah terjadi banyak perubahan

kebijakan daerah dan berbagai dinamika dalam pembangunan di

daerah. Sejak tahun 2008 telah banyak peraturan perundang-

undangan yang dikeluarkan dan memberi dampak pada perubahan

arah kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional.

Selain itu juga telah terjadi berbagai fenomena bencana, diantaranya

seperti banjir, longsor dan kekeringan, gunung meletus, gelombang

tsunami, yang terjadi secara merata di berbagai wilayah di Indonesia

pada paling tidak 5 tahun belakangan ini. Hal ini pada dasarnya,

merupakan indikasi yang kuat terjadinya ketidakselarasan dalam

pemanfaatan ruang, antara manusia dengan alam maupun antara

kepentingan ekonomi dengan pelestarian lingkungan.

Pada Tahun 2012, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa

Timur telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 5

Tahun 2012 sehingga substansi yang berkaitan dengan aspek struktur

ruang, pola ruang, dan kawasan strategis perlu dilakukan penilaian

substansi yang dianggap strategis untuk dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional agar didapatkan masukan baru dan gagasan yang inovatif

untuk mempertegas peran dan fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional yang telah memperhatikan dinamika perkembangan wilayah

yang berada pada Provinsi Jawa Timur.

Mengingat penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah harus

disusun berdasar kantop down planning dan bottom up planning, maka

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional perlu memperhatikan Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah ProvinsiTahun 2011-2031 dan perkembangan

daerah di Jawa Timur agar berhasil guna bagi peninjauan kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional secara mendalam.

Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan kegiatan peninjauan

kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) diperlukan

Executive Summary 2

Page 3: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

perumusan substansi penataan ruang Jawa Timur mengenai aspek-

aspek yang terkait dengan adanya dinamika perkembangan penataan

ruang di Jawa Timur sehingga didapatkan berbagai gambaran

mengenai perubahan lingkungan strategis baik yang disebabkan oleh

berbagai isu terbaru maupun akibat ditetapkannya peraturan

perundang-undangan baru yang terkait dengan penataan ruang

terutama berkaitan dengan substansi kebijakan spasial pembangunan

kewilayahan dan sectoral yang mengikat dimana nantinya menjadi

rekomendasi bagi Pemerintah Pusat untuk mempertegas peran dan

fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai kebijakan spasial

pembangunan kewilayahan dan sektoral yang mengikat.

II. Analisa Substansi RTRW Nasional Dengan RTRW Provinsi

Jawa Timur

1.1. Metodologi Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan

Pendekatan yang digunakan dalam pekerjaan Perumusan

Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan

Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) meliputi:

1. Pendekatan diskusi.

2. Pendekatan Kebijakan Tata Ruang

Executive Summary 3

Page 4: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Gambar 1 KEDUDUKAN PERENCANAAN TATA RUANG

3. Pendekatan persandingan

1.2. METODE ANALISIS

1.2.1.Analisa Masukan Dinas-Dinas Terkait

Untuk pengolahan data masukan dari dinas-dinas di Jawa Timur

dalam Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam

Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN) digunakan analisa kuantitatif dengan analisa Deskriptif.

Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran

umum dan isu strategis dilihat dari tuap-tiap sektor yang ditangani

oleh dinas-dinas terkait guna memperkaya kajian dalam rangka

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka

Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).

Executive Summary 4

Page 5: Eksum

RTRW NASIONAL

RTRW PRPVINSI

PENYESUAIAN SUBSTANSI

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

1.2.2.Analisa Kebijakan dan Perumusan Substansi

Dalam analisis kesesuaian Rencana Tata Ruang yang bersifat

evaluatif, dilakukan kajian yang bersifat cross-sectional antara

dokumen Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Timur dengan Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional. Jenis analisis evaluatifnya adalah

Deskriptif Kualitatif dengan pembuatan Tabel Persandingan.

Deskriptif Kualitatif dengan pembuatan Tabel Persandingan yang

digunakan untuk evaluasi kesesuaian antara Rencana Tata Ruang

Provinsi Jawa Timur dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

sehinga diketahui ada tidaknya perbedaan antar keduanya serta perlu

ditambahkan ada tidaknya isu-isu strategis Provinsi yang berpengaruh

pada lingkup nasional.

Substansi kajian kebijakan berupa tabel persandingan yang

digunakan dapat dilihat pada Gambar 2. Bagan Alir Dan Tabel 1

berikut:

Gambar 2. BAGAN ALIR PERSANDINGAN SUBSTANSI

Executive Summary 5

Page 6: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Tabel 1. Persandingan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 23 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011—2031

Substansi sudah sesuai merujuk pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

Mengingat 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan- Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

4. Dst…………

Substansi sudah sesuai merujuk pada peraturan perundangn yang terkait dengan penyusunan Penataan Ruang

Menetapkan PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN 2011-2031

Substansi sudah sesuai

1.

BAB I KETENTUAN

BAB I KETENTUAN1. Rencana Tata Ruang Wilayah

BAB I KETENTUAN1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,

Substansi sudah sesuai

Executive Summary 6

Page 7: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

UMUM Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

3. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatanruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

4. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

5. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

6. Wilayah nasional adalah seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi

adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur.3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.4. Kabupaten/Kota adalah kabupaten/kota di Jawa Timur.5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang

laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk lain hidup melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.

6. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

7. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang

8. Struktur Ruang adalah susunan sistem pusat pelayanan dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

10. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya yang ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsiona.

11. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang

Executive Summary 7

Page 8: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

7. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

8. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

9. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi S D A , sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

10. Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budi daya, baik di ruang

yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.

11. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun

12. Dst……yangsebagailingkungan tempat tinggal

yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.

12. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

13. Dst……

Executive Summary 8

Page 9: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

BAB IIRUANG LINGKUP DAN FUNGSI RTRW PROVINSI JAWA TIMURRuang Lingkup

1. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur memuat:1.3. visi, misi, tujuan, kebijakan, dan strategi penataan

ruang wilayah provinsi;1.4. rencana struktur ruang wilayah provinsi;1.5. rencana pola ruang wilayah provinsi;1.6. penetapan kawasan strategis provinsi;1.7. arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan1.8. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

provinsi.2. Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa

Timur mencakup perencanaan seluruh wilayah administrasi Provinsi Jawa Timur, yang meliputi daratan seluas kurang lebih 4.779.975 Ha terdiri dari 38 Kabupaten/Kota, wilayah pesisir dan laut sejauh 12 mil dari garis pantai, ruang di dalam bumi serta wilayah udara,Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur sebagai pedoman:

a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;

b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah

Substansi dalam bab ini khusus untuk RTRW Provinsi Jawa Timur.

Executive Summary 9

Page 10: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

daerah;c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan

ruang wilayah provinsi;d. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan

keseimbangan perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor;

e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;f. penataan ruang kawasan strategis provinsi; dang. penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

2.

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONALPenataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

a. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

b. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

c. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

e. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan

BAB III VISI, MISI, TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANGVisi Penataan Ruang Provinsi adalah “terwujudnya ruang wilayah Provinsi berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan”.Misi penataan ruang adalah mewujudkan:

a. keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayah dan pertumbuhan ekonomi;

b. pengembangan pusat pertumbuhan wilayah dalam meningkatkan daya saing daerah dalam kancah Asia;

c. penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan berhierarki serta bernilai tambah tinggi;

d. pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan;

e. optimasi fungsi budi daya kawasan dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam persaingan global;

f. keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa komersial yang didukung seluruh pemangku

Substansi dalam bab ini adanya perbedaan, untuk RTRWN bab II, sedangkan RTRW Provinsi Jawa Timur bab III.

RTRW Provinsi Jawa Timur ada tambahan Visi dan Misi

Executive Summary 10

Page 11: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

dalamruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

f. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

g. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

h. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

i. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional

kepentingan; dang. kemudahan bagi pengembangan investasi daerah

serta peningkatan kerja sama regionalPenataan Ruang Wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah provinsi yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan melalui pengembangan sistem agropolitan dan sistem metropolitan

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi meliputi pengembangan:a. wilayah;b. struktur ruang;c. pola ruang; dan

d. kawasan strategis

3.

BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

BAB IIIRENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH NASIONAL

BAB IVRENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH PROVINSI

Substansi dalam bab ini adanya perbedaan untuk RTRWN bab III, RTRW Provinsi Jawa Timur bab IV.

Umum 1. Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:a. sistem perkotaan nasional;b. sistem jaringan transportasi

1. Rencana struktur ruang wilayah provinsi terdiri atas:a. sistem pusat pelayanan; danb. sistem jaringan prasarana wilayah provinsi.

2. Rencana struktur ruang wilayah provinsi digambarkan

Untuk muatan umum Rencana struktur ruang wilayah,

Executive Summary 11

Page 12: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

nasional;c. sistem jaringan energi nasional;d. sistem jaringan telekomunikasi

nasional;e. sistem jaringan sumber daya air.

2. Rencana struktur ruang wilayah nasional digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:1.000.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

dengan ketelitian peta skala 1:250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Sistem Perkotaan

PKN KawasanPerkotaan (Gerbangkertosusila) MalangPKW Probolinggo Tuban Kediri Madiun Banyuwangi Jember Blitar Pamekasan Bojonegoro Pacitan

a. PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto– Surabaya–Sidoarjo–Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;

b. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan;

c. PKWP : Pasuruan dan Batu;d. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung,

Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan

Sistem Perkotaan, khusus untuk PKN dan PKW suda sesuai, usulan PKWP : Pasuruan dan Batu RTRW Provinsi Jawa Timur

Sistem Jaringan Transportasi

Sistem Jaringan Transportasi Sistem Jaringan Transportasi Sudah sesuai substansi

Executive Summary 12

Page 13: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

- Sistem Jaringan Transportasi Darat

- Sistem Jaringan Transportasi Darat - Sistem Jaringan Transportasi Darat Sudah sesuai substansi

Jaringan Jalan

Jalan Bebas Hambatan Antar Kota Mantingan – Ngawi Ngawi – Kertosono Kertosono – Mojokerto Mojokerto – Surabaya Surabaya – Madura Gempol – Pandaan Pandaan – Malang Gempol – Pasuruan Pasuruan – Probolinggo Probolinggo – Banyuwangi Gresik-Tuban

Jalan Bebas Hambatan Dalam Kota

Surabaya – Gempol Surabaya – Gresik Waru (Aloha)–Wonokromo–Tanjung

Perak SS Waru – Bandara Juanda Bandara Juanda-Tanjung Perak

Jaringan jalan nasional terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan strategis nasional, dan jalan tol.

1. Jaringan jalan arteri primer

1. Jalan bebas hambatan yang sudah ada meliputi:a. jalan bebas hambatan antarkota, yaitu:

Jembatan Surabaya–Madura (Jembatan Suramadu).

b. jalan bebas hambatan dalam kota meliputi: Surabaya–Gempol; Surabaya–Gresik; dan Simpang Susun (SS) Waru–Bandara Juanda.

2. Rencana pengembangan jalan bebas hambatan meliputi:a. jalan bebas hambatan antarkota :

1) Mantingan–Ngawi;2) Ngawi–Kertosono;3) Kertosono–Mojokerto;4) Mojokerto–Surabaya;5) Gempol–Pandaan;6) Pandaan–Malang;7) Gempol–Pasuruan;8) Pasuruan–Probolinggo;9) Probolinggo–Banyuwangi;10) Gresik–Tuban;11) Demak–Tuban;12) Porong–Gempol; dan13) Surabaya-Suramadu-TanjungBulupandan

b. jalan bebas hambatan dalam kota meliputi:1) Waru (Aloha)–Wonokromo–Tanjung Perak; dan

Jalan bebas hambatan antar kota yang sudah ada dalam RTRWP adalah Jembatan Surabaya–Madura (Jembatan Suramadu).

Rencana pengembangan jalan bebas hambatan antarkota (RTRWP):

Gresik–Tuban; Demak–Tuban; Porong–Gempol; Surabaya-Suramadu-

Tanjung-Bulupandan

Kriteria jaringan jalan strategis nasional dan jaringan jalan tol ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, secara detail dibahas dalam

Executive Summary 13

Page 14: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

dikembangkan secara menerus dan berhierarki berdasarkan kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan:

a. antar-PKN;b. antara PKN dan PKW; dan/atauc. PKN dan/atau PKW dengan

bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional.

2. Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk menghubungkan antar-PKW dan antara PKW dan PKL.

3. Jaringan jalan strategis nasional dikembangkan untuk menghubungkan:a. antar-PKSN dalam satu kawasan

perbatasan negara;b. antara PKSN dan pusat kegiatan

lainnya; danc. PKN dan/atau PKW dengan

kawasan strategis nasional.4. Jalan tol dikembangkan untuk

mempercepat perwujudan jaringan jalan bebas hambatan sebagai bagian dari jaringan jalan nasional.Kriteria jaringan jalan strategis nasional dan jaringan jalan tol

2) Bandara Juanda–Tanjung Perak.

3. Jalan nasional arteri primer meliputi: Surabaya–Malang; Surabaya–Mojokerto–Jombang–Kertosono–Nganjuk–

Caruban–Ngawi–Mantingan; Surabaya–Lamongan–Widang–Tuban–Bulu (Batas

Jateng); Surabaya–Sidoarjo–Gempol–Pasuruan–Probolinggo–

Situbondo–Banyuwangi; dan Kamal–Bangkalan–Sampang–Pamekasan–Sumenep–

Kalianget4. Jalan nasional kolektor primer meliputi:

Gresik–Sadang–Tuban; Babat–Bojonegoro–Padangan–Ngawi; Ngawi–Maospati–Madiun–Caruban; Mojokerto–Mojosari–Gempol; Glonggong–Pacitan–Panggul–Durenan–Tulungagung–

Blitar–Kepanjen–Turen–Lumajang–Wonorejo–Jember– Gentengkulon–Jajag–Benculuk–Rogojampi– Banyuwangi;

Tulungagung–Kediri–Kertosono; Malang–Kepanjen; Wonorejo–Probolinggo; Srono–Muncar; dan Ploso–Pacitan–Hadiwarno.

5. Jalan strategis nasional rencana meliputi: Jalan Merr II-C (Surabaya); Jalan Lingkar Timur Sidoarjo (Sidoarjo);

RTRWP

Executive Summary 14

Page 15: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jalan Airlangga (Mojosari); Padangan–Batas Jawa Tengah (Cepu); Madiun–Batas Kabupaten Ponorogo; batas Kabupaten Madiun–Ponorogo; Ponorogo–Dengok; Jalan Diponegoro (Ponorogo); Jalan Alun-Alun Barat (Ponorogo); Jalan Gatot Subroto (Ponorogo); Dengok–Batas Kabupaten Trenggalek; Trenggalek–Batas Kabupaten Ponorogo; Jalan Soekarno Hatta (Trenggalek); Jalan Panglima Sudirman (Trenggalek); Jalan Yos Sudarso (Trenggalek); Jalan Mayjen Sungkono (Trenggalek); Panggul–Manjungan–Prigi; Durenan (Jalan Raya Tulungagung)–Prigi; Prigi–Ngrejo; Ngrejo–Batas Kabupaten Tulungagung/ Kabupaten

Blitar; Batas Kabupaten Tulungagung/Kabupaten Blitar–

Pantai Serang; Pantai Serang–Batas Kabupaten Malang; Batas Kabupaten Malang–Wonogoro; Wonogoro–Sendangbiru; Sendangbiru–Talok; Jarit–Batas Jember; Batas Jember–Puger; Puger–Sumberejo; Sumberejo–Tengkinol;

Executive Summary 15

Page 16: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Tengkinol–Glenmore; Situbondo–Garduatak; Garduatak–Silapak; Silapak–Paltuding; Paltuding–Banyuwangi; Bangkalan–Pelabuhan Tanjung Bumi; Krian By Pass–Legundi; Legundi–Pertigaan Bunder; Ponorogo–Biting; Jalan Trunojoyo (Ponorogo); Jalan Hayam Wuruk (Ponorogo); Bangkalan–Tanjung Bulupandan–Ketapang–Sotabar–

Sumenep; dan Kamal–Kwanyar–Modung–Sampang.

Jaringan Jalur Kereta Api

Jaringan jalur kereta api terdiri atas:a. jaringan jalur kereta api umum; danb. jaringan jalur kereta api khusus

Jaringan jalur kereta api antar kota dan perkotaan beserta prioritas pengembangannya ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perkeretaapian.

Jaringan jalur kereta api umum di Jawa Timur yang sedang dalam kondisi operasional saat ini adalah jalur-jalur sebagai berikut:

a. Jalur Utara : Surabaya (Pasar Turi)–Lamongan–Babat–Bojonegoro–Cepu

b. Jalur Tengah : Surabaya (Semut)–Surabaya (Gubeng)–Surabaya (Wonokromo)–Jombang–Kertosono–Nganjuk–Madiun–Solo

c. Jalur Timur : Surabaya (Semut)–Surabaya (Gubeng)–Surabaya (Wonokromo)–Sidoarjo–Bangil–Pasuruan–Probolinggo–Jember–Banyuwangi

Rencana pengembangan jalur perkeretaapian ganda ditujukan pada jalur-jalur perkeretaapian sebagai berikut:

a. Jalur Utara : Surabaya (Pasar Turi)–Lamongan–Babat–

Dalam RTRWN, Jaringan jalur kereta api antarkota dan perkotaan beserta prioritas pengembangannya ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perkeretaapian.

Executive Summary 16

Page 17: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Bojonegoro–Cepub. Jalur Tengah : Surabaya (Semut)–Surabaya (Gubeng)–

Surabaya (Wonokromo)–Jombang–Kertosono–Nganjuk–Madiun–Solo

c. Jalur Timur : Surabaya (Semut)–Surabaya (Gubeng)–Surabaya (Wonokromo)–Sidoarjo–Bangil–Pasuruan–Probolinggo–Jember–Banyuwangi

d. Jalur Lingkar : Surabaya (Semut)–Surabaya (Gubeng)–Surabaya (Wonokromo)–Sidoarjo–Bangil–Lawang–Malang–Blitar–Tulungagung–Kediri–Kertosono–Surabaya

e. Sidoarjo – Tulangan – Tarikf. Gubeng – Juanda.

Rencana konservasi jaringan jalur kereta api mati di Provinsi Jawa Timur ditujukan pada jalur kereta api mati potensial yaitu sebagai berikut:

a. Bojonegoro – Jatirogob. Madiun – Ponorogo – Slahungc. Mojokerto Mojosari – Porongd. Ploso – Mojokerto – Kriane. Malang – Turen – Dampitf. Malang – Pakis – Tumpangg. Babat – Jombangh. Babat – Tubani. Kamal – Bangkalan – Sampang – Pamekasan –

Sumenep j. Jati – Probolinggo – Paitonk. Klakah – Lumajang – Pasirianl. Lumajang – Gumukmas – Balung – Rambipujim. Panarukan – Situbondo – Bondowoso – Kalisat – Jember

Executive Summary 17

Page 18: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

n. Rogojampi-Benculuko. Perak – Wonokromo (bekas jalur Trem)

Jaringan Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan

1. Jaringan transportasi sungai dan danau:a. pelabuhan sungai dan pelabuhan

danau; danb. alur pelayaran untuk kegiatan

angkutan sungai dan alur pelayaran untuk kegiatan angkutan danau.

2. Pelabuhan dan alur pelayaran sungai dan danau beserta prioritas pengembangannya ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang transportasi sungai dan danau

Pelabuhan penyeberangan yang sudah ada di Provinsi Jawa Timur meliputi:

a. pelabuhan pelayanan penyeberangan dengan pelayanan antarprovinsi, meliputi: Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Surabaya

b. Pelabuhan pelayanan penyeberangan dengan pelayanan antar kabupaten/kota dalam provinsi, meliputi: Pelabuhan Ujung di Kota Surabaya Pelabuhan Kamal di Kabupaten Bangkalan Pelabuhan Jangkar di Kabupaten Situbondo Pelabuhan Kalianget di Kabupaten Sumenep

c. Pelabuhan pelayanan penyeberangan dengan pelayanan dalam wilayah kabupaten/kota, : Pelabuhan Kalianget, Pelabuhan Kangean dan

Pelabuhan Sapudi di Kabupaten Sumenep Pelabuhan Gresik dan Pelabuhan Bawean di Kabupaten

Gresikd. Rencana pengembangan pelabuhan untuk kepentingan

penyeberangan dengan pelayanan antar provinsi, meliputi : Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi Pelabuhan Paciran di Kabupaten Lamongan

Dalam RTRWN Pelabuhan dan alur pelayaran sungai dan danau beserta prioritas pengembangannya ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang transportasi sungai dan danau

Sistem Jaringan Transportasi Laut

Sistem Jaringan Transportasi Laut Sistem Jaringan Transportasi Laut Sudah sesuai substansi

Executive Summary 18

Page 19: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Tatanan Kepelabuhanan

Tatanan kepelabuhanan terdiri atas: a. pelabuhan umum; dan b. pelabuhan khusus

Pelabuhan Internasional, Tanjung Perak dalam satu sistem dengan Tanjung BumiPelabuhan Nasional Gresik

1) Pelabuhan laut yang sudah ada terdiri atas1. Pelabuhan utama meliputi:

a. Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Surabaya dalam satu sistem dengan rencana pengembangan pelabuhan di wilayah antara Teluk Lamong sampai Kabupaten Gresik, Pelabuhan Socah di Kabupaten Bangkalan, dan untuk jangka panjang diarahkan ke Pelabuhan Tanjung Bulupandan di Kabupaten Bangkalan

b. Pelabuhan Tanjung Wangi di Kabupaten Banyuwangi

2. Pelabuhan pengumpul meliputi:a. Pelabuhan Gelon di Kabupaten Pacitanb. Pelabuhan Sampang/Taddan di Kab Sampangc. Pelabuhan Sendang Biru di Kabupaten Malangd. Pelabuhan Prigi di Kabupaten Trenggaleke. Pelabuhan Pasuruan di Kota Pasuruan.

2) Rencana pengembangan pelabuhan laut meliputi:a. pelabuhan utama yang terdiri atas:

1. Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Surabaya dalam satu sistem dengan rencana pengembangan pelabuhan di wilayah antara Teluk Lamong sampai Kabupaten Gresik, Pelabuhan Socah di Kabupaten Bangkalan, dan untuk jangka panjang diarahkan ke Pelabuhan Tanjung Bulupandan di Kabupaten Bangkalan; dan

2. Pelabuhan Tanjung Wangi di Kabupaten Banyuwangi.

RTRWPRencana pengembangan pelabuhan laut meliputi:

a. pelabuhan utama yang terdiri atas: Pelabuhan Tanjung

Perak di Kota Surabaya dalam satu sistem dengan rencana pengembangan pelabuhan di wilayah antara Teluk Lamong sampai Kabupaten Gresik, Pelabuhan Socah di Kabupaten Bangkalan, dan untuk jangka panjang diarahkan ke Pelabuhan Tanjung Bulupandan di Kabupaten Bangkalan; dan

Pelabuhan Tanjung Wangi di Kabupaten Banyuwangi.

b. pelabuhan pengumpul

Executive Summary 19

Page 20: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

b. pelabuhan pengumpul meliputi:1. pelabuhan Gelon di Kabupaten Pacitan;2. Pelabuhan Sampang/Taddan di Kabupaten

Sampang;3. Pelabuhan Sendang Biru di Kabupaten Malang;4. Pelabuhan Prigi di Kabupaten Trenggalek; dan5. Pelabuhan Pasuruan di Kota Pasuruan.

c. pelabuhan pengumpan meliputi:1. Pelabuhan pengumpan regional berupa

Pelabuhan Tuban di Kabupaten Tuban; dan2. Pelabuhan pengumpan lokal berupa Pelabuhan

Dungkek, Pelabuhan Pagerungan dan Pelabuhan Nunggunung di Kabupaten Sumenep.

meliputi: pelabuhan Gelon di

Kabupaten Pacitan; Pelabuhan

Sampang/Taddan di Kabupaten Sampang;

Pelabuhan Sendang Biru di Kabupaten Malang;

Pelabuhan Prigi di Kabupaten Trenggalek; dan

Pelabuhan Pasuruan di Kota Pasuruan.

Alur Pelayaran

Alur pelayaran terdiri atas alur pelayaran internasional dan alur pelayaran nasional

Alur pelayaran nasional ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang transportasi laut

RTRWN

- Sistem Jaringan Transportasi Udara

Transportasi Udara Nasional Transportasi Udara Sudah sesuai substansi

Tatanan Kebandarudaraan

Tatanan Kebandarudaraan Pusat Penyebaran Primer Juanda Pusat Penyebaran Tersier Abdulrachman

Saleh

Bandar udara umum yang sudah ada meliputia. Pelabuhan pengumpul meliputi:

bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer, yaitu bandar udara Juanda di Kabupaten Sidoarjo untuk penggunaan internasional utama,

Sudah sesuai RTRWN

Executive Summary 20

Page 21: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

regional, dan haji.b. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan

tersier, yaitu bandar udara Abdulrachman Saleh di Kabupaten Malang.c. bandar udara pengumpan meliputi:

1. Bandar udara Blimbingsari di Kab. Banyuwangi;2. Bandar udara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep;3. Bandar udara Noto Hadinegoro di Kab. Jember; dan4. Bandar udara Bawean di Kabupaten Gresik.Rencana pengembangan bandar udara umum meliputi:

a. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer, yaitu:1. bandar udara Juanda di Kabupaten Sidoarjo;2. alternatif pembangunan bandar udara baru di

Kabupaten Lamongan;b. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan

tersier, yaitu peningkatan fungsi bandar udara Abdulrachman Saleh di Kabupaten Malang untuk penerbangan sipil;

Ruang Untuk Penerbangan

Ruang Untuk Penerbangan RTRWN

Sistem Jaringan Energi

Sistem jaringan energi nasionala. jaringan pipa minyak dan gas bumi;b. pembangkit tenaga listrik; danc. jaringan transmisi tenaga listrik.

Sistem jaringan energi RTRWN, Kriteria teknis jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik

Executive Summary 21

Page 22: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang energi.

- Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi

Sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang energi

Rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan gas meliputi:

o Beji–Gunung Gangsir–Pandaan panjang 5,37 km;o Wunut–R/S Porong dengan panjang 8,7 km;o Wunut–Taman dengan panjang 28,8 km;o R/S Porong–Kota Sidoarjo panjang 15,3 km;o Cerme–Legundi dengan panjang 20,67 km;o Manyar - Panceng dengan panjang 30,13 km;o Kota Pasuruan dengan panjang 11,08 km;o Pandaan sepanjang 5,6 km;o Jetis sepanjang 20,1 km;o Mojokerto–Jombang dengan panjang 50,09 km;o Panceng–Tuban dengan panjang 70,2 km;o Jombang–Nganjuk dengan panjang 40,1 km;o Kertosono–Kediri dengan panjang 40,3 km;o Bunder–Lamongan dengan panjang 30,08 km;o Lamongan–Babat dengan panjang 29,16 km;o Pandaan–Purwodadi dengan panjang 35,07 km;o Babat–Bojonegoro dengan panjang 35,16 km;o Purwodadi–Lawang dengan panjang 15,08 km;o Nganjuk–Madiun dengan panjang 50,07 km;o Kangean - R/S Porong (Kabupaten Sidoaarjo) -

Kecamatan Bungah (Kabupaten Gresik);

Sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang energi, Secara detai tertuang dalam RTRWP

Executive Summary 22

Page 23: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

o Jaringan gas ke arah utara menjangkau Kecamatano Bungah dan Pulau Bawean di Kabupaten Gresik;o jaringan gas ke arah selatan terbatas pada Kecamatan

Pandaan, Kabupaten Pasuruan;o Jaringan gas ke arah barat terbatas pada Kota

Mojokerto;o Jaringan gas ke arah timur menjangkau Kabupaten dan

Kota Probolinggo serta Leces;o jaringan pipa minyak, gas, dan bangunan lepas pantai

di Ujungpangkah, Poleng, Ojong, dan di sekitar perairan Pulau Kangean hingga ke provinsi Jawa Tengah dan Pulau Kalimantan.

- Pembangkit Tenaga Listrik

Pembangkit Tenaga Listrik Rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik meliputi:

a. Plant di Grindulu PS (4 x 250 MW);b. IPP on Going di PLTU Paiton 3-4 (800 MW);c. Percepatan di PLTU Tanjung Awar-Awar (2 x 350 MW);d. PLTU Jatim Selatan (2 x 315 MW);e. PLTU Paiton Baru (1 x 660 MW);f. Penanganan Krisis di Madura (2 x 100 MW);g. bumi di Ngebel (3 x 55 MW), dan Belawan Ijen (2 x 55

MW).

RTRWN, Kriteria teknis jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang energi.

- Jaringan Transmisi Tenaga Listrik

Kriteria teknis jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang energi.

Rencana pengembangan jaringan transmisi dilakukan dengan cara:a. pengembangan sistem transmisi 500 kV,:

Program penambahan trafo IBT 500 MVA 500/150 kV di Kediri dan Paiton;

Pembangunan GITET baru berikut transmisi terkait sistem Jawa–Bali di Surabaya Selatan, Ngimbang,

RTRWN, Kriteria teknis jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik

Executive Summary 23

Page 24: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

KebonAgung, dan Ngoro; Pembangunan transmisi 500 kV baru terkait dengan

proyek pembangkit Paiton–Grati sirkit 3; dan Pembangunan transmisi 500 kV Paiton–Kapal,

termasuk overhead line 500 kV menyeberangi selat Bali (Jawa–Bali Crossing) sebagai solusi jangka panjang pasokan listrik ke pulau Bali;

b. pengembangan sistem transmisi 150 kV melalui: pembangunan GI Baru dan program penambahan

trafo distribusi 150/20 kV dalam rangka memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik mengenai kapasitas keseimbangan gardu induk, sedangkan penambahan trafo distribusi 70/20 kV merupakan program relokasi trafo dari Jawa Barat ke Jawa Timur;

pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan proyek pembangkit PLTU percepatan, PLTU IPP, dan PLTP IPP; dan

perkuatan transmisi 150 kV eksisting dilokasi tersebar di sistem Jawa Bali dalam rangka memenuhi kriteria keandalan.

ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang energi.

Sistem Jaringan Telekomunikasi

Sistem jaringan telekomunikasi nasionalKriteria teknis jaringan terestrial dan jaringan satelit ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang telekomunikasi

Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi dan Informatika

RTRWN, Kriteria teknis jaringan terestrial dan jaringan satelit ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang telekomunikasi

- Jaringan - Jaringan Terstrial Rencana jaringan terestrial meliputi: Substansi secara

Executive Summary 24

Page 25: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Terstrial

a. Jaringan terestrial yang menggunakan sistem kabel yang diarahkan untuk melayani seluruh wilayah kabupaten/kota sampai wilayah terpencil; dan

b. Jaringan terestrial yang menggunakan sistem nirkabel atau base transceiver station (BTS) diarahkan untuk melayani seluruh wilayah kabupaten/kota.

detail di bahas dalam RTRWP

- Jaringan Satelit

- Jaringan Satelit Rencana sistem jaringan satelit dapat menggunakan tower ataupun nontower yang melayani wilayah terpencil

Substansi scara detail di bahas dalam RTRWP

Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Sistem Jaringan Sumber Daya Air Sistem Jaringan Sumber Daya Air Substans sudah sesuai

- Wilayah Sungai

Brantas dan Bengawan Solo Rencana pengembangan WS, yaitu:a. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;b. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; danc. WS Lintas Kabupaten/Kota dalam provinsi yang

meliputi:1) WS Welang–Rejoso;2) WS Pekalen–Sampean;3) WS Baru–Bajulmati;4) WS Bondoyudo–Bedadung; dan5) WS Kepulauan Madura.

Sudah sesuai, Rencana pengembangan WS, yaitu:

a. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;

b. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo;

- Cekungan Air Tanah

Cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah lintas negara dan lintas provinsi

RTRWN

4.

BAB IV RENCANA POLA RUANG

BAB IV RENCANA POLA RUANG NASIONAL

BAB V RENCANA POLA RUANG PROVINSI Substansi dalam bab ini adanya perbedaan untuk RTRWN bab IV, RTRW Provinsi Jawa

Executive Summary 25

Page 26: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Timur bab V. Umum Rencana pola ruang wilayah nasional

terdiri atas:a. kawasan lindung nasional; danb. kawasan budi daya yang memiliki nilai

strategis nasional.

Rencana pola ruang wilayah provinsi terdiri atas:a. rencana kawasan lindung;b. rencana kawasan budi daya; danc. rencana kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Substansi untuk RTRW Provinsi Jawa Timur ada bahasan rencana kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

Kawasan Lindung

Kawasan Lindung Kawasan Lindung

- Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya

- Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya

Rencana kawasan lindung provinsi terdiri atas:a. kawasan hutan lindung;b. kawasan perlindungan setempat;c. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar

budaya;d. kawasan rawan bencana alam;e. kawasan lindung geologi; danf. kawasan lindung lainnya.

Perberdaan Substansi RTRWN Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya

Kawasan Hutan Lindung

a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

b. b.kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen); atau

c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.

direncanakan untuk mempertahankan luasan kawasan hutan lindung eksisting sebagaimana yang telah ditetapkan berdasarkan SK Menhut 395/KPTS/2011 seluas 344.742,00 Ha atau 7,21 % dari luas Jawa Timur.

direncanakan untuk mempertahankan luasan kawasan hutan lindung eksisting sebagaimana yang telah ditetapkan berdasarkan SK Menhut 395/KPTS/2011

Kawasan Kawasan bergambut ditetapkan RTRWN

Executive Summary 26

Page 27: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Bergambut

dengan kriteria ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa

Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan

RTRWN

- Kawasan perlindungan setempat

Kawasan perlindungan setempat Kawasan perlindungan setempat meliputi:a. sempadan pantai;b. sempadan sungai;c. kawasan sekitar danau atau waduk;d. kawasan sekitar mata air; dane. kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal

Substansi sudah sesu

Sempadan Pantai

Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria:

a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau

b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai

1. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau

2. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.Sempadan pantai di wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi:a. Wilayah pesisir kepulauan Jawa Timurb. Sempadan pantai utara Jawa Timurc. Sempadan pantai timur Jawa Timurd. Sempadan pantai selatan Jawa Timur

Substansi sudah sesu

Sempadan Sungai

Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:

Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi:

Substansi sudah sesu

Executive Summary 27

Page 28: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan

c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

a. pembatasan dan pelarangan pengadaan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas sungai;

b. pembatasan dan pelarangan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai;

c. reorientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan pada kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan;

d. penetapan wilayah sungai sebagai salah satu bagian dari wisata perairan dan transportasi sesuai dengan karakter masing-masing

Kawasan Sekitar Danau atau Waduk

Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan dengan kriteria:

a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau

b. daratansepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk

Arahan pengelolaan kawasan sekitar danau atau waduk meliputi:

a. perlindungan sekitar danau atau waduk dari kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

b. pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;

c. pengembangan kegiatan pariwisata dan/atau kegiatan budi daya lainnya di sekitar lokasi danau atau waduk diizinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air; dan

d. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air.

Substansi sudah sesuai

Arahan pengelolaan kawasan sekitar mata air meliputi: RTRWP

Executive Summary 28

Page 29: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

a. penetapan perlindungan pada sekitar mata air minimum berjari-jari 200 meter dari sumber mata air jika di luar kawasan permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman;

b. perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

c. pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;

d. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;

e. pembatasan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air; dan

f. perlindungan sekitar mata air yang terletak pada kawasan lindung tidak dilakukan secara khusus sebab kawasan lindung tersebut sekaligus berfungsi sebagai pelindung terhadap lingkungan dan airKawasan lindung spiritual dan kearifan lokal meliputi:

a. kawasan permukiman budaya suku Samin diKabupaten Bojonegoro;

b. kawasan permukiman budaya suku Tengger di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang;

c. kawasan permukiman budaya suku Osing diKabupaten Banyuwangi; dan

d. kawasan permukiman budaya di Gunung Kawi.

RTRWP

Ruang Ruang terbuka hijau kota dengan RTRWN

Executive Summary 29

Page 30: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Terbuka Hijau Kota

kriteria:a. lahan dengan luas paling sedikit

2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi;

b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan didominasi komunitas tumbuhan.

- Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

Sesuai Substansi

Kawasan Suaka Alam

Kawasan Suaka Alam RTRWN

kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya

kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya

RTRWN

suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut

Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang

Suaka Margasatwa Pulau Bawean

Suaka margasatwa ditetapkan seluas kurang lebih 18.009 ha yang merupakan kawasan lindung nasional meliputi:

a. Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang terletak di Kecamatan Krucil, Sumber Malang, Panti, dan Sukorambi, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Jember ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 14.177 ha; dan

b. Suaka Margasatwa Pulau Bawean terletak di Kecamatan

Substansi sudah sesuai

Executive Summary 30

Page 31: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Sangkapura dan Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik ditetapkan dengan luas sekurang- kurangnya 3.832 ha

cagar alam dan cagar alam laut

Cagar Alam Pulau Nusa Barong Cagar Alam Kawah Ijen Merapi

Ungup- Ungup

Cagar alam ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 10.958 ha terdiri atas:

a. Besowo Gadungan di Kabupaten Kediri dengan luas sekurang-kurangnya 7 ha;

b. Cagar Alam Ceding di Kabupaten Bondowoso dengan luas sekurang-kurangnya 2 ha;

c. Cagar Alam Sungai Kolbu Iyang Plateu di Kabupaten Bondowoso dengan luas sekurang-kurangnya 19 ha;

d. Cagar Alam Watangan Puger I di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-kurangnya 2 ha;

e. Curah Manis I–VIII di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-kurangnya 17 ha;

f. Gunung Abang di Kabupaten Pasuruan dengan luas sekurang-kurangnya 50 ha;

g. Gunung Picis di Kabupaten Ponorogo dengan luas sekurang-kurangnya 28 ha;

h. Gunung Sigogor di Kabupaten Ponorogo dengan luas sekurang-kurangnya 190,50 ha;

i. Guwo Lowo/Nglirip di Kabupaten Tuban dengan luas sekurang-kurangnya 3 ha;

j. Kawah Ijen Merapi Unggup-Unggup di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-kurangnya 2.468 ha;

k. Manggis Gadungan di Kabupaten Kediri dengan luas sekurang-kurangnya 12 ha;

l. Nusa Barong di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-kurangnya 6.100 ha;

m. Pancuran Ijen I dan II di Kabupaten Bondowoso

Substansi untuk Cagar alam, dalam RTRWN ada 2, yaitu:

Cagar Alam Pulau Nusa Barong

Cagar Alam Kawah Ijen Merapi Ungup- Ungup

RTRWP, meliputi: Besowo Gadungan di

Kabupaten Kediri Cagar Alam Ceding di

Kabupaten Bondowoso Cagar Alam Sungai

Kolbu Iyang Plateu di Kabupaten Bondowoso

Cagar Alam Watangan Puger I di Kabupaten Jember

Curah Manis I–VIII di Kabupaten Jember

Gunung Abang di Kabupaten Pasuruan

Gunung Picis di Kabupaten Ponorogo

Gunung Sigogor di Kabupaten Ponorogo

Guwo Lowo/Nglirip di

Executive Summary 31

Page 32: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

dengan luas sekurang-kurangnya 9 ha;n. Pulau Bawean di Kabupaten Gresik dengan luas

sekurang-kurangnya 725 ha;o. Pulau Noko dan Pulau Nusa di Kabupaten Gresik

dengan luas sekurang-kurangnya 15 ha;p. Pulau Saobi di Kepulauan Kangean Kabupaten

Sumenep dengan luas sekurang-kurangnya 430 ha;q. Pulau Sempu di Kabupaten Malang dengan luas

sekurang-kurangnya 877 ha; danr. Janggangan Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi

dengan luas sekurang-kurangnya lebih 7,50 ha.

Kabupaten Tuban Manggis Gadungan di

Kabupaten Kediri Pancuran Ijen I dan II

di Kabupaten Bondowoso

Pulau Bawean di Kabupaten Gresik

Pulau Noko dan Pulau Nusa di Kabupaten Gresik

Pulau Saobi di Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep;

Pulau Sempu di Kabupaten Malang

Janggangan Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi

kawasan pantai berhutan bakau

kawasan pantai berhutan bakau Kawasan pantai berhutan bakau tersebar di sepanjang pantai utara, pantai timur, dan pantai selatan Jawa Timur serta wilayah pesisir kepulauan.

RTRWP, Kawasan pantai berhutan bakau tersebar di sepanjang pantai utara, pantai timur, dan pantai selatan Jawa Timur serta wilayah pesisir kepulauan

taman Taman Nasional Alas Purwo Taman Nasional ditetapkan dengan luas sekurang- RTRWP, Taman

Executive Summary 32

Page 33: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

nasional dan taman nasional laut

Taman Nasional Baluran Taman Nasional Bromo Tengger-

Semeru Taman Nasional Meru Betiri

kurangnya 180.202 ha yang terdiri atas:a. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan luas

sekurang-kurangnya 50.276 ha;b. Taman Nasional Baluran dengan luas sekurang-

kurangnya 25.000 ha;c. Taman Nasional Meru Betiri dengan luas sekurang-

kurangnya 58.000 ha;d. Taman Nasional Alas Purwo dengan luas sekurang-

kurangnya 43.420 ha; dane. Taman Nasional Perairan Baluran dengan luas

sekurang-kurangnya 3.506 ha.

Nasional Perairan Baluran

taman hutan raya

taman hutan raya Taman Hutan Raya (Tahura) yaitu Tahura R. Soeryo ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 27.868,30 ha, terletak di Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Jombang, dan Kota Batu

RTRWP, Taman Hutan Raya (Tahura) yaitu Tahura R. Soeryo

taman wisata alam dan taman wisata alam laut

taman wisata alam dan taman wisata alam laut

Taman Wisata Alam ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 298 ha yang terdiri atas:

a. Taman Wisata Alam Tretes di Kabupaten Pasuruan dengan luas sekurang-kurangnya 10 ha;

b. Taman Wisata Gunung Baung di Kabupaten Pasuruan dengan luas sekurang-kurangnya 195 ha;

c. Taman Wisata Alam Ijen Merapi Unggup-Unggup di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-kurangnya 92 ha.

Taman Wisata Alam skala lokal

kawasan cagar budaya dan ilmu

kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan nonbangunan terdiri atas:a. Monumen keganasan PKI di Kabupaten Madiun;b. Monumen Trisula di Kabupaten Blitar;

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan skala lokal

Executive Summary 33

Page 34: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

pengetahuan.

c. Petilasan Gunung Kawi di Kabupaten Malang;d. Petilasan Sri Aji Joyoboyo di Kabupaten Kediri; dan e. Situs Purbakala Trinil di Kabupaten Ngawi.Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan bangunan non-gedung terdiri atas:

a. Arca Totok Kerot di Kabupaten Kediri;b. Candi Cungkup, Makam Gayatri, dan Candi Dadi di

Kabupaten Tulungagung;c. Candi Jawi di Kabupaten Pasuruan;d. Candi Jolotundo di Kabupaten Mojokerto;e. Candi Penataran dan Candi Simping di Kabupaten

Blitar;f. Candi Singosari, Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi

Badut di Kabupaten Malang;g. Kawasan Trowulan di Kabupaten Mojokerto;h. Kompleks Makam K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wachid

Hasyim, Gus Dur, dan Sayyid Sulaiman di Kabupaten Jombang;

i. Makam Asta Tinggi di Kabupaten Sumenep;j. Makam Batoro Katong di Kabupaten Ponorogo;k. Makam Batu Ampar di Kabupaten Pameksan;l. Makam Maulana Malik Ibrahim, Makam Sunan Giri (Giri

Kedaton), Makam Fatimah Binti Maimun, Makam Kanjeng Sepuh, dan Kawasan Gunung Surowiti di Kabupaten Gresik;

m. Makam Sunan Bonang di Kabupaten Tuban;n. Makam Sunan Drajat di Kabupaten Lamongan;o. Makam Syaikona Kholil dan Pesarean Aer Mata Ebu di

Kabupaten Bangkalan;

Executive Summary 34

Page 35: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

p. Recolanang di Kabupaten Mojokerto;q. Situs Sarchopagus dan Megalith di Kabupaten

Bondowoso; danr. Makam Sunan Ampel dan Mbah Bungkul di Kota

Surabaya.- Kawasan

Rawan Bencana Alam

- Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan Rawan Bencana Alam Sesuai Substansi

kawasan rawan tanah longsor

kawasan rawan tanah longsor Arahan pengelolaan kawasan rawan tanah longsor meliputi:a. penataan ruang; danb. rekayasa teknologi

Sesuai Substansi

kawasan rawan gelombang pasang

kawasan rawan gelombang pasang Kawasan rawan gelombang pasang di kawasan pesisir sepanjang pantai adalah kawasan yang berbatasan dengan Laut Jawa, Selat Bali, Selat Madura, Samudera Hindia, atau dengan kawasan kepulauan

Kawasan rawan gelombang pasang di kawasan pesisir sepanjang pantai di Provinsi Jawa Timur

kawasan rawan banjir

kawasan rawan banjir Arahan pengelolaan kawasan rawan banjir meliputi:a. penataan ruang; dan b. mitigasi struktural.

Secara Detial pembahasan di RTRWP

- - Kawasan rawan bencana kebakaran hutan di Jawa Timur meliputi:a. kawasan di Gunung Arjuno;b. kawasan di Gunung Kawi;c. kawasan di Gunung Welirang;d. kawasan di Gunung Kelud; dane. kawasan Tahura R. SoeryoKawasan rawan bencana angin kencang dan puting

Kawasan rawan bencana kebakaran hutan tidak tertuang dalam RTRWN

Executive Summary 35

Page 36: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

beliung meliputi seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur- Kawasan Lindung Geologi

- Kawasan Lindung Geologi Kawasan Lindung Geologi RSudah sesuai

kawasan cagar alam geologi

kawasan cagar alam geologi Kawasan cagar alam geologi diri atas:a. kawasan keunikan bentang alam;b. kawasan keunikan batuan dan fosil; danc. kawasan keunikan proses geologi

Secara Detial pembahasan di RTRWP

kawasan rawan bencana alam geologi

kawasan rawan bencana alam geologi Kawasan rawan bencana alam geologi meliputi:a. kawasan rawan letusan gunung api;b. kawasan rawan gempa bumi;c. kawasan rawan tsunami; dand. kawasan rawan luapan lumpur.

Secara Detial pembahasan di RTRWP

kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

Kawasan imbuhan air tanah yaitu kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT), meliputi:

a. CAT Lintas Provinsi yaitu CAT Lasem, CAT Randublatung, dan CAT Ngawi-Ponorogo.

b. CAT Lintas Kabupaten/Kota yaitu CAT Surabaya- Lamongan, CAT Tuban, CAT Panceng, CAT Brantas, CAT Bulukawang, CAT Pasuruan, CAT Probolinggo, CAT Jember-Lumajang, CAT Besuki, CAT Bondowoso- Situbondo, CAT Wonorejo, CAT Ketapang, CAT Sampang-Pamekasan, dan CAT Sumenep.

c. CAT Kabupaten yaitu CAT Sumberbening, CAT Banyuwangi, CAT Blambangan, CAT Bangkalan, dan CAT Toranggo

Kawasan imbuhan air tanah yaitu kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT), skala local jatim

- Kawasan Lindung Lainnya

- Kawasan Lindung Lainnya Substansi RTRWN

cagar biosfer

cagar biosfer Substansi RTRWN

Executive Summary 36

Page 37: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

ramsar ramsar Substansi RTRWN taman buru

taman buru Substansi RTRWN

kawasan perlindungan plasma nutfah

kawasan perlindungan plasma nutfah Substansi RTRWN

kawasan pengungsian satwa

kawasan pengungsian satwa Substansi RTRWN

terumbu karang

terumbu karang Kawasan terumbu karang; dan b. Kawasan tanah timbul

Substansi RTRWN

kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi

kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi

Substansi RTRWN

Kawasan Budidaya

Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya Sudah ssuai

- kawasan peruntukan hutan produksi

Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan produksi terbatas, kawasan peruntukan hutan produksi tetap, dan kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kehutanan

Kawasan peruntukan hutan produksi berupa Hutan Produksi Tetap (HP) ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 782.772 ha

RTRWN, Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan produksi terbatas, kawasan peruntukan hutan produksi tetap, dan kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan

Executive Summary 37

Page 38: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kehutanan

- kawasan peruntukan hutan rakyat

Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kehutanan

Kawasan hutan rakyat ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 425.570,43 ha

RTRWN, Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kehutanan

- kawasan peruntukan pertanian

Kriteria teknis kawasan peruntukan pertanian ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pertanian

Kawasan peruntukan pertanian meliputi:a. pertanian lahan basah;b. pertanian lahan kering; danc. hortikultura

RTRWN, Kriteria teknis kawasan peruntukan pertanian ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pertanian

- Kawasan peruntukan perkebunan direncanakan dengan luas sekurang-kurangnya 398.036 ha

Substansi tdalam RTRWN tidak tertuang

- Kawasan peruntukan peternakan meliputi:a. sentra peternakan ternak besar;b. sentra peternakan ternak kecil; danc. sentra peternakan unggas dan lainnya

Substansi tdalam RTRWN tidak tertuang

- kawasan peruntukan perikanan

Kriteria teknis kawasan peruntukan perikanan ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya

Kawasan peruntukan perikanan merupakan kawasan minapolitan meliputi:a. peruntukan perikanan tangkap;

RTRWN, Kriteria teknis kawasan peruntukan

Executive Summary 38

Page 39: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

di bidang perikanan b. peruntukan perikanan budi daya; danc. pengolahan dan pemasaran hasil perikanan

perikanan ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perikanan

- kawasan peruntukan pertambangan

Kriteria teknis kawasan peruntukan pertambangan ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan meliputi:a. pertambangan mineral;b. pertambangan minyak dan gas bumi; danc. pertambangan panas bumi

RTRWN, Kriteria teknis kawasan peruntukan pertambangan ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pertambangan

- kawasan peruntukan industri

Kriteria teknis kawasan peruntukan industri ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang industri.

Kawasan peruntukan industri direncanakan dengan luas sekurang-kurangnya 69.288,52 Ha meliputi:

a. kawasan industri;b. kawasan peruntukan industri di luar kawasan

industri; danc. sentra industri.

RTRWN, Kriteria teknis kawasan peruntukan industri ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang industri

- kawasan peruntukan pariwisata

a. Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria:a. memiliki objek dengan daya tarik

wisata; dan/ataub. mendukung upaya pelestarian

budaya, keindahan alam, dan lingkungan.

Kawasan peruntukan pariwisata meliputi:a. daya tarik wisata alam;b. daya tarik wisata budaya; danc. daya tarik wisata hasil buatan ma

RTRWN, Kriteria teknis kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

Executive Summary 39

Page 40: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

b. Kriteria teknis kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pariwisata.

pariwisata

- kawasan peruntukan permukiman

1. Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:a. berada di luar kawasan yang

ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;

b. memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau

2. Kriteria teknis kawasan peruntukan permukiman ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perumahan dan permukiman

Kawasan peruntukan permukiman meliputi:a. permukiman perdesaan; danb. permukiman perkotaan

RTRWN, Kriteria teknis kawasan peruntukan permukiman ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perumahan dan permukiman

- kawasan peruntukan lainnya

Peruntukan kawasan budi daya lainnya, yaitu kawasan pertahanan dan keamanan terdiri atas:a. TNI AD meliputi:o Kodam V Brawijaya beserta Badan Pelaksananya

serta Satuan Jajaran Kodam;o Brigif – 16 Wirayudha di Mojoroto Kediri;o daerah latihan militer Rindam V/BRWJ: Blitar,

Lodoyo, dan Suruh Wadang;o daerah latihan militer Dodilatpur: Panarukan,

Situbondo, Bondowoso, Sumbergading, Asembagus, Tanjung Sumber Batok, Blawan, Bajulmati, Tamanan, Gunung Raung, Sumber Jati, Kalibaru,

Substansi kawasan peruntukan lainnya tidak teruang dalam RTRWN

Executive Summary 40

Page 41: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Gunung Merapi, P. Tabacan, Rogojampi, dan Banyuwangi;

o daerah latihan militer Dodik Secaba: Jember Utara, Jember Selatan, Sumber Jati, Tamanan, dan Durung;

b. TNI AL meliputi:o instalasi militer: Koarmatim dan Ujung di Kota

Surabaya;o instalasi militer: Lanmar di Kota Surabaya;o instalasi militer: Lanudal Juanda di Kabupaten

Sidoarjo;o instalasi militer: Fasharkan di Kota Surabaya;o dst…c. TNI AU meliputi:o Lanud Iswahyudi di Magetan beserta jajarannya;o Lanud Abdurrahman Saleh di Malang beserta

jajarannya;o instalasi militer Pangkalan Kecamatan Maospati

Kabupaten Magetan;o instalasi militer Pangkalan Desa Keldokan

Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan;o instalasi militer Pemancar Desa Karang Rejo

Kecamatan Karang Rejo Kabupaten Magetan;o instalasi militer Gudang Ammo 60 Desa Nitikan

Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan;o dst…

Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan andalan di Provinsi

Kawasan andalan darat meliputi:a. Kawasan Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya,

Sidoarjo, dan Lamongan (Gerbangkertosusila) dengan

Sudah seduai substansi kawasan andalan

Executive Summary 41

Page 42: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Jawa Timur1. Kawasan Gresik, Bangkalan,

Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo,

Lamongan (Gerbang kertosusila) sektor unggulan pertanian, perikanan, industri dan pariwisata.

2. Kawasan Malang dan Sekitarnya sektor unggulan pertanian, perikanan, industri, perkebunan dan pariwisata.

3. Kawasan Probolinggo-Pasuruan- Lumajang sektor unggulan pertanian, industri, pertambangan, perkebunan, pariwisata dan perikanan.

4. Kawasan Tuban-Bojonegoro sektor unggulan pariwisata, pertanian, perikanan, industri, perkebunan dan pertambangan.

5. Kawasan Kediri-Tulung Agung-Blitar sektor unggulan pertanian, perikanan, industri, perkebunan dan pariwisata.

6. Kawasan Situbondo-Bondowoso- Jember sektor unggulan pertanian, perikanan laut, industri, perkebunan dan pariwisata.

7. Kawasan Madiun dan Sekitarnya sektor unggulan pertanian, perikanan, industri, perkebunan dan pariwisata

8. Kawasan Banyuwangi dan Sekitarnya sektor unggulan pertanian, perikanan.

sektor unggulan pertanian, perikanan, industri, dan pariwisata;

b. Kawasan Malang dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian, perikanan, industri, perkebunan, dan pariwisata;

c. Kawasan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang dengan sektor unggulan pertanian, industri, pertambangan, perkebunan, pariwisata, dan perikanan;

d. Kawasan Tuban-Bojonegoro dengan sektor unggulan pariwisata, industri, perkebunan, pertanian, perikanan, dan pertambangan;

e. Kawasan Kediri-Tulungagung-Blitar dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, industri, perikanan, dan pariwisata;

f. Kawasan Situbondo-Bondowoso-Jember dengan sektor unggulan perkebunan, pertanian, industri, pariwisata, dan perikanan laut;

g. Kawasan Madiun dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian, industri, perikanan, perkebunan, dan pariwisata;

h. Kawasan Banyuwangi dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan dan pertanian; dan

i. Kawasan Madura dan Kepulauan dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, industri, pariwisata,dan perikanan.

Kawasan andalan laut di Madura dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan, dan pariwisata

Executive Summary 42

Page 43: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

9. Kawasan Madura dan Kepulauan sektor unggulan pertanian, perikanan, industri, perkebunan dan pariwisata

10. Kawasan Andalan Laut Madura dan Sekitarnya sektor unggulan pariwisata, perikanan, dan pertambangan

Rencana Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil1. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil berupa

kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di seluruh wilayah Jawa Timur.

2. Arahan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan dengan:a. membatasi pengembangan kawasan terbangun

pada kawasan perlindungan ekosistem; danb. mengembangkan kegiatan budi daya yang

bersinergi dengan potensi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

3. Perencanaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil diatur dalam peraturan daerah tersendiri.

Rencana Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, tidak diatur dalam RTRWN

5.

BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

BAB VI PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI JWA TIMUR

Substansi dalam bab ini adanya perbedaan untuk RTRWN bab V, RTRW Provinsi Jawa Timur bab VI.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan di Provinsi Jawa Timur:

Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara

Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan yaitu rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat sebagai KSN,

Sudah sesuai Substansi

Executive Summary 43

Page 44: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

pertahanan dan keamanan

Watukosek Kawasan Perbatasan Negara pulau kecil

terluar pulau Barung, Sekel, Panehan

berupa kawasan perbatasan negara pulau kecil terluar yang berhadapan dengan laut lepas meliputi:

o Pulau Barung di Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember dengan luas sekurang-kurangnya 8.008,83 Ha;

o Pulau Panehan di Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan luas sekurang-kurangnya 15,55 Ha; dan

o Pulau Sekel di Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan luas sekurang-kurangnya 14,11 Ha.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi

Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo– Lamongan (Gerbangkertosusila)

a. rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat yaitu kawasan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) sebagai KSN.

b. rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP meliputi:1. kawasan industri berteknologi tinggi Surabaya

Industrial Estate Rungkut (SIER) di Kota Surabaya dan Berbek di Kabupaten Sidoarjo;

2. kawasan ekonomi unggulan terdiri atas LIS (Lamongan Integrated Shorebase) dan sekitarnya di Kabupaten Lamongan, Pelabuhan Tanjung Bulupandan dan sekitarnya di Kabupaten Bangkalan, Pelabuhan Sendang Biru dan sekitarnya di Kabupaten Malang, Pelabuhan Teluk Lamong dan sekitarnya di Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya, dan Industri Perhiasan Gemopolis di Kabupaten Sidoarjo;

3. kawasan agropolitan regional yang terdiri atas

Sudah sesuai Substansi rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat yaitu kawasan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) sebagai KSN

Executive Summary 44

Page 45: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Sistem Agropolitan Wilis (meliputi Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, dan Kota Madiun), Sistem Agropolitan Bromo-Tengger-Semeru (meliputi Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Sidoarjo), Sistem Agropolitan Ijen (meliputi Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Situbondo), dan Sistem Agropolitan Kepulauan Madura (meliputi Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep);

4. kawasan agroindustri, yaitu Agroindustri Gelang (Gresik dan Lamongan) Utara;

5. kawasan koridor metropolitan meliputi Kawasan Kaki Jembatan Suramadu di Kabupaten Bangkalan, Kawasan Kaki Jembatan Suramadu di Kota Surabaya, kawasan pusat bisnis Kota Surabaya, kawasan industri berteknologi tinggi di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, Kawasan Industri Gempol di Kabupaten Pasuruan, Kawasan Komersial Lawang di Kabupaten Malang dan perkotaan Malang, kawasan pusat bisnis Kota Malang, dan pusat pariwisata di Kota Batu;

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria:

a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau

Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya yang berada dalam lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP meliputi:

Lingkup Provinsi Jawa Timur, Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut

Executive Summary 45

Page 46: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

budaya budaya nasional;b.merupakan prioritas peningkatan

kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa;

c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan

a. Majapahit Park di Kabupaten Mojokerto; danb. Bromo-Tengger-Semeru beserta pemukiman adat

suku Tengger di Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Probolin

kepentingan sosial dan budaya :

a. Majapahit Park di Kabupaten Mojokerto; dan

b. Bromo-Tengger-Semeru beserta pemukiman adat suku Tengger di Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Probolin

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembanganserta tenaga atom dan nuklir;

b. memiliki sumber daya alam strategis nasional;

Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau kepentingan teknologi tinggi meliputi:

a. rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat, yaitu kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek di Kabupaten Pasuruan sebagai KSN;

b. rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP, terdiri atas:a. kawasan pertambangan minyak dan gas bumi

meliputi Bangkalan dan sekitarnya, Bojonegoro dan sekitarnya, Gresik dan sekitarnya, Sidoarjo dan sekitarnya, Sumenep dan sekitarnya, serta Tuban dan sekitarnya;

b. kawasan Pembangkit PLTG, PLTU, dan PLTD

rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat, yaitu kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek di Kabupaten Pasuruan sebagai KSN;

Executive Summary 46

Page 47: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

meliputi Lekok di Kabupaten Pasuruan, Ngadirojo di Kabupaten Pacitan, Paiton di Kabupaten Probolinggo, Singosari di Kabupaten Gresik, dan Tanjung Awar-awar di Kabupaten Tuban; dan

c. kawasan pengembangan potensial panas bumi, meliputi Argopuro di Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Situbondo; Belawan-Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo; Cangar di Kota Batu; Gunung Arjuno Welirang di Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Pasuruan; Telaga Ngebel di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo; dan Tiris (Gunung Lamongan) di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;

Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP, yakni WS Bengawan Solo dan WS Brantas

RTRWN, masuk WS Bengawan Solo dan WS Brantas

6 BAB VI ARAHAN BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN BAB VII ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH Substansi dalam bab

Executive Summary 47

Page 48: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

. PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

RUANG WILAYAH NASIONAL1. Pemanfaatan ruangwilayah nasional

berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang.

2. Pemanfaatan ruang wilayah nasional dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.

3. Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PROVINSI1. Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan

program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya.2. Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang

yang ditetapkan dalam rencana tata ruang yang dilaksanakan dengan menyelenggarakan penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lainnya.

3. Program pemanfaatan ruang dapat didukung melalui penyelenggaraan pencadangan lahan.

ini adanya perbedaan untuk RTRWN bab VI, RTRW Provinsi Jawa Timur bab VII.Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7.

BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

1. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.

2. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas: a. indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional; b. arahan perizinan; c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan d.arahan sanksi.

BAB VIII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANGPengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui penetapan indikasi:a. arahan peraturan zonasi;b. arahan perizinan;c. arahan insentif dan disinsentif; dand. arahan pengenaan sanksi.

Substansi dalam bab ini adanya perbedaan untuk RTRWN bab VII, RTRW Provinsi Jawa Timur bab VIII.

indikasi arahan

Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional meliputi indikasi

1. Indikasi arahan peraturan zonasi disusun sebagai dasar pelaksanaan pemanfaatan ruang, menyeragamkan

Substansi sudah sesuai

Executive Summary 48

Page 49: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

peraturan zonasi

arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang

zonasisistempedomanpemerintahdaerah kabupaten/ kota dIndikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional meliputi indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri atas:

1. sistem perkotaan nasional;2. sistem jaringan transportasi nasional;3. sistem jaringan energi nasional;4. sistem jaringan telekomunikasi

nasional;5. sistem jaringan sumber daya air;6. kawasan lindung nasional; dan7. kawasan budi daya.

arahan peraturan zonasi di seluruh wilayah provinsi untuk peruntukan ruang yang sama, dan sebagai arahan peruntukan fungsi ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan dilarang, serta intensitas pemanfaatan ruang.

2. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem Provinsi meliputi:a. indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem

jaringan prasarana wilayah provinsi; danb. indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola ruang

wilayah provinsi.3. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan

prasarana wilayah provinsi memuat:a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan di

sekitar jaringan prasarana; danb. ketentuan prasarana dan sarana minimum.

4. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola ruang memuat antara lain:a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;c. ketentuan khusus jika diperlukan.

arahan perizinan

1. Arahan perizinan merupakan acuan bagi pejabat berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

2. Pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai

1. Arahan perizinan ditujukan pada perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

2. Untuk pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkan sebelum penetapan rencana tata ruang dan dapat dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar, kepada pemegang izin diberikan

Substansi sudah ses

Executive Summary 49

Page 50: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

dengan kewenangannya.3. Pemberian izin pemanfaatan ruang

dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

4. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang berdampak besar dan penting dikoordinasikan oleh Menteri.

penggantian yang layak.3. Dalam memberikan pertimbangan secara substansi,

pemberi izin melakukan kajian dan evaluasi teknis dan yuridis antara lain berdasarkan pada:a. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayahb. Provinsi;c. kesesuaian dengan peraturan zonasi;d. kesesuaian dengan peraturan perundang-

undangan bidang teknis lainnya;e. kesesuaian rencana penggunaan tanah dengan

jenis hak atas tanahnya; danf. kelayakan desain dan lokasi lahan.

4. Arahan perizinan berfungsi sebagai:a. dasar pemerintah daerah kabupaten/kota dalam

menyusun ketentuan perizinan;b. alat pengendali pengembangan kawasan;c. penjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan

rencana tata ruang, peraturan zonasi, standar pelayanan minimal, dan kualitas minimum yang ditetapkan;

d. alat untuk menghindari dampak negatif; dan e. pelindung kepentingan umum.

5. Arahan perizinan wilayah provinsi terdiri atas:a. bentuk izin pemanfaatan ruang yang mengacu

pada RTRW yang menjadi kewenangan provinsi dan rekomendasi bagi pemerintah kabupaten/kota;

b. mekanisme perizinan pemanfaatan ruang yang menjadi wewenang Pemerintah Daerah Provinsi; dan

Executive Summary 50

Page 51: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

c. aturan lain mengenai keterlibatan lembaga pengambil keputusan dalam mekanisme perizinan.

arahan pemberian insentif dan disinsentif

1. Arahan p e m b e r i a n insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi pemerintah dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.

2. Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

1. Arahan insentif dan disinsentif yaitu bahwa insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, sedangkan disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

2. Arahan insentif dan disinsentif disusun berdasarkan:a. struktur ruang, pola ruang, dan KSP;b. indikasi arahan peraturan zonasi; danc. peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

3. Arahan insentif diberikan dalam bentuk:a. arahan insentif fiskal yang berupa keringanan

atau pembebasan pajak atau retribusi daerah; danb. arahan insentif nonfiskal .

4. Arahan disinsentif berfungsi untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

5. Arahan disinsentif diberikan dalam bentuk:a. arahan disinsentif fiskal berupa arahan

pengenaan pajak/retribusi daerah yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang, dan

b. arahan disinsentif nonfiskal berupa arahan untuk pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, pemberian penalti, pengurangan dana alokasi khusus, persyaratan khusus dalam

Substansi sudah ses

Executive Summary 51

Page 52: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

perizinan, dan/atau pemberian status tertentu dari pemerintah atau Pemerintah Daerah Provinsi.

arahan sanksi

Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap:

a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional;

b. Pelanggaran ketentuan arahan peratuan zonasi sistem nasional;

c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWN;

d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWN;

e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWN;

f. pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan.

Arahan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.

a. Apabila terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang, pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

b. Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Substansi sudah ses

BAB IX KELEMBAGAANa. Dalam rangka mengoordinasikan penyelenggaraan

penataan ruang dan kerja sama antarsektor dan antardaerah bidang penataan ruang dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD), yang bersifat ad hoc.

b. Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan

Substansi khusus RTRW Provinsi Jawa Timur

Executive Summary 52

Page 53: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Gubernur.

BAB XHAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

Substansi khusus RTRW Provinsi Jawa Timur

BAB XISANKSI ADMINISTRATIF

Substansi khusus RTRW Provinsi Jawa Timur

BAB XIIKETENTUAN PENYIDIKAN

Substansi khusus RTRW Provinsi Jawa Timur

BAB XIIIKETENTUAN PIDANA

Substansi khusus RTRW Provinsi Jawa Timur

8.

BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN

BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAINUntuk operasionalisasi RTRWN, disusun rencana rinci tata ruang yang meliputi:a. rencana tata ruang

pulau/kepulauan; dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional.

b. Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden

BAB XIV KETENTUAN LAIN-LAIN1. RTRW Provinsi memiliki jangka waktu 20 (dua puluh)

tahun ditetapkan dalam Peraturan Daerah dan dapat dilakukan peninjauan kembali minimum 5 (lima) tahun sekali.

2. Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah provinsi yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan,RTRW Provinsi dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

3. Peninjauan kembali juga dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang provinsi dan/atau

Substansi dalam bab ini adanya perbedaan untuk RTRWN bab VIII, RTRW Provinsi Jawa Timur bab XIV.

Executive Summary 53

Page 54: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

dinamika internal provinsi.9.

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

BAB IX KETENTUAN PERALIHANPada saat mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan penataan ruang nasional tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

BAB XV KETENTUAN PERALIHAN1. Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka

pelaksanaan peraturan daerah yang berkaitan dengan Penataan Ruang Daerah yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah ini.

2. Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan

telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;

b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:1) untuk yang belum dilaksanakan

pembangunannya, izin tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;

2) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan

3) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat

Substansi dalam bab ini adanya perbedaan untuk RTRWN bab IX, RTRW Provinsi Jawa Timur bab XV.

Executive Summary 54

Page 55: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No.

MuatanRencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur

Penyesuaian Substansi Penataan Ruang Jawa Timur

pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak.

10.

BAB IX KETENTUAN PENUTUP

BAB IX KETENTUAN PENUTUP1. RTRWN ini berlaku selama 20

(duapuluh) tahun2. Pada saat berlakunya Peraturan

Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

BAB XVI KETENTUAN PENUTUPPada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 Nomor 2 Seri E), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

1. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur.

2. (2) Peraturan Gubernur ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak diundangkannya peraturan daerah ini.Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur.

Substansi dalam bab ini adanya perbedaan untuk RTRWN bab IX, RTRW Provinsi Jawa Timur bab XVI.

Executive Summary 55

Page 56: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

2.2.3. Analisis Kebijakan Tata Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan sumber dari

berbagai Rencana Tata Ruang yang ada. Sejak RTRWN ditetapkan,

telah terjadi banyak perubahan kebijakan daerah dan berbagai

dinamika dalam pembangunan di daerah. Sejak tahun 2008 telah

banyak peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan dan

memberi dampak pada perubahan arah kebijakan dan strategi

pemanfaatan ruang wilayah nasional.

Selain itu, mengingat penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah

harus disusun berdasarkan top down planning dan bottom up planning,

maka Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional perlu memperhatikan

Peraturan Daerah Provinsi JawaTimur Nomor 5 Tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031 dan

perkembangan daerah di JawaTimur agar berhasil guna bagi

peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional secara

mendalam.

III. KESIMPULAN

Secara garis besar kesimpulan dari tabel Persandingan

yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian antara Rencana Tata

Ruang Provinsi Jawa Timur dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional sehinga diketahui ada tidaknya perbedaan antar

keduanya serta perlu ditambahkan ada tidaknya isu-isu strategis

Provinsi yang berpengaruh pada lingkup nasional, adalah sebagai

berikut:

1. Menimbang, Substansi sudah sesuai merujuk pada Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007, untuk RTRWN melaksanakan

ketentuan Pasal 20 ayat (6), sedangkan RTRWP ketentuan

dalam Pasal 23 ayat (6).

2. Mengingat, Substansi sudah sesuai merujuk pada peraturan

perundangan yang terkait dengan penyusunan Penataan

Ruang.

Executive Summary 56

Page 57: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),

landasan hukum yang dipakai ada 2 yaitu:

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

Sedangkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)

Jawa Timur, landasan hukum yang terkait dengan penyusunan

yaitu:

5. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Propinsi Jawa Timur (Himpunan Peraturan-

Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang

Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950

(Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950);

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

8. Dst…………

3. Menetapkan, Untuk RTRWN tentang PERATURAN PEMERINTAH

TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL dan

untuk RTRWP Jawa Timur tentang PERATURAN PEMERINTAH

TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN

2011-2031.

4. BAB I KETENTUAN UMUM, sudah sesuai hanya ada tambahan

dalam RTRWP Jawa Timur, yaitu:

Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah

Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

Executive Summary 57

Page 58: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur.

Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

Kabupaten/Kota adalah kabupaten/kota di Jawa Timur

5. BAB II RUANG LINGKUP DAN FUNGSI RTRW PROVINSI JAWA

TIMUR, khusus RTRWP Jawa Timur

6. BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

WILAYAH NASIONAL, disandingkan dengan RTRWP Jawa Timur

pada BAB III VISI, MISI, TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI

PENATAAN RUANG Substansi dalam bab ini adanya perbedaan

untuk RTRWN bab II, RTRW Provinsi Jawa Timur bab III

7. BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH NASIONAL

diandingkan BAB IV RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

PROVINSI Substansi dalam bab ini adanya perbedaan untuk

RTRWN bab III, RTRW Provinsi Jawa Timur bab IV.

Sistem Perkotaan khusus untuk PKN dan PKW suda sesuai,

usulan PKWP : Pasuruan dan Batu pada RTRW Provinsi

Jawa Timur

Jalan bebas hambatan antar kota yang sudah ada dalam

RTRWP adalah Jembatan Surabaya–Madura (Jembatan

Suramadu).

Rencana pengembangan jalan bebas hambatan antarkota

(RTRWP):

o Gresik–Tuban;

o Demak–Tuban;

o Porong–Gempol;

o Surabaya-Suramadu-Tanjung-Bulupandan

Jalan nasional arteri primer meliputi:

o Surabaya–Malang;

Executive Summary 58

Page 59: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

o Surabaya–Mojokerto–Jombang–Kertosono–Nganjuk–

Caruban–Ngawi–Mantingan;

o Surabaya–Lamongan–Widang–Tuban–Bulu (Batas

Jateng);

o Surabaya–Sidoarjo–Gempol–Pasuruan–Probolinggo–

Situbondo–Banyuwangi; dan

o Kamal–Bangkalan–Sampang–Pamekasan–Sumenep–

Kalianget

Jalan nasional kolektor primer meliputi:

o Gresik–Sadang–Tuban;

o Babat–Bojonegoro–Padangan–Ngawi;

o Ngawi–Maospati–Madiun–Caruban;

o Mojokerto–Mojosari–Gempol;

o Glonggong–Pacitan–Panggul–Durenan–Tulungagung–

o Blitar–Kepanjen–Turen–Lumajang–Wonorejo–Jember–

Gentengkulon–Jajag–Benculuk–Rogojampi– Banyuwangi;

o Tulungagung–Kediri–Kertosono;

o Malang–Kepanjen;

o Wonorejo–Probolinggo;

o Srono–Muncar; dan

o Ploso–Pacitan–Hadiwarno.

Jalan strategis nasional rencana meliputi:

o Jalan Merr II-C (Surabaya);

o Jalan Lingkar Timur Sidoarjo (Sidoarjo);

o Jalan Airlangga (Mojosari);

o Padangan–Batas Jawa Tengah (Cepu);

o Madiun–Batas Kabupaten Ponorogo;

o batas Kabupaten Madiun–Ponorogo;

o Ponorogo–Dengok;

o Jalan Diponegoro (Ponorogo);

o Jalan Alun-Alun Barat (Ponorogo);

Executive Summary 59

Page 60: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

o Jalan Gatot Subroto (Ponorogo);

o Dengok–Batas Kabupaten Trenggalek;

o Trenggalek–Batas Kabupaten Ponorogo;

o Jalan Soekarno Hatta (Trenggalek);

o Jalan Panglima Sudirman (Trenggalek);

o Jalan Yos Sudarso (Trenggalek);

o Jalan Mayjen Sungkono (Trenggalek);

o Panggul–Manjungan–Prigi;

o Durenan (Jalan Raya Tulungagung)–Prigi;

o Prigi–Ngrejo;

o Ngrejo–Batas Kabupaten Tulungagung/ Kabupaten

Blitar;

o Batas Kabupaten Tulungagung/ Kabupaten Blitar–Pantai

Serang;

o Pantai Serang–Batas Kabupaten Malang;

o Batas Kabupaten Malang–Wonogoro;

o Wonogoro–Sendangbiru;

o Sendangbiru–Talok;

o Jarit–Batas Jember;

o Batas Jember–Puger;

o Puger–Sumberejo;

o Sumberejo–Tengkinol;

o Tengkinol–Glenmore;

o Situbondo–Garduatak;

o Garduatak–Silapak;

o Silapak–Paltuding;

o Paltuding–Banyuwangi;

o Bangkalan–Pelabuhan Tanjung Bumi;

o Krian By Pass–Legundi;

o Legundi–Pertigaan Bunder;

Executive Summary 60

Page 61: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

o Ponorogo–Biting;

o Jalan Trunojoyo (Ponorogo);

o Jalan Hayam Wuruk (Ponorogo);

o Bangkalan–Tanjung Bulupandan–Ketapang–Sotabar–

Sumenep;

o Kamal–Kwanyar–Modung–Sampang.

Dalam RTRWN, Jaringan jalur kereta api antarkota dan

perkotaan beserta prioritas pengembangannya

ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung

jawabnya di bidang perkeretaapian, untuk RTRWP Jawa

Timur Jaringan jalur kereta api umum di Jawa Timur yang

sedang dalam kondisi operasional saat ini adalah jalur-jalur

sebagai berikut:

a. Jalur Utara: Surabaya (Pasar Turi) – Lamongan –

Babat – Bojonegoro – Cepu

b. Jalur Tengah: Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng)–

Surabaya (Wonokromo) – Jombang – Kertosono –

Nganjuk – Madiun – Solo

c. Jalur Timur: Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng)–

Surabaya (Wonokromo) – Sidoarjo– Bangil – Pasuruan –

Probolinggo – Jember – Banyuwangi

Rencana pengembangan jalur perkeretaapian ganda

ditujukan pada jalur-jalur perkeretaapian sebagai berikut:

a. Jalur Utara : Surabaya (Pasar Turi) – Lamongan –

Babat – Bojonegoro – Cepu

b. Jalur Tengah : Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng)–

Surabaya (Wonokromo) – Jombang – Kertosono –

Nganjuk – Madiun – Solo

c. Jalur Timur : Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng)–

Surabaya (Wonokromo) – Sidoarjo– Bangil –

Pasuruan – Probolinggo – Jember – Banyuwangi

d. Jalur Lingkar: Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng)–

Executive Summary 61

Page 62: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Surabaya (Wonokromo) – Sidoarjo– Bangil – Lawang

– Malang – Blitar– Tulungagung – Kediri – Kertosono –

Surabaya

e. Sidoarjo – Tulangan – Tarik

f. Gubeng – Juanda.

Rencana konservasi jaringan jalur kereta api mati di

Provinsi Jawa Timur ditujukan pada jalur kereta api mati

potensial yaitu sebagai berikut:

a. Bojonegoro – Jatirogo

b. Madiun – Ponorogo – Slahung

c. Mojokerto Mojosari – Porong

d. Ploso – Mojokerto – Krian

e. Malang – Turen – Dampit

f. Malang – Pakis – Tumpang

g. Babat – Jombang

h. Babat – Tuban

i. Kamal – Bangkalan – Sampang – Pamekasan –

Sumenep

j. Jati – Probolinggo –Paiton

k. Klakah – Lumajang – Pasirian

l. Lumajang – Gumukmas – Balung – Rambipuji

m. Panarukan – Situbondo – Bondowoso – Kalisat – Jember

n. Rogojampi-Benculuk

o. Perak – Wonokromo (bekas jalur Trem)

Dalam RTRWN Pelabuhan dan alur pelayaran sungai dan

danau beserta prioritas pengembangannya ditetapkan

oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di

bidang transportasi sungai dan danau, RTRWP Provinsi

Jawa Timur yang sudah ada meliputi:

pelabuhan pelayanan penyeberangan dengan pelayanan

antarprovinsi, meliputi:

Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi

Executive Summary 62

Page 63: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Surabaya

Rencana pengembangan pelabuhan untuk kepentingan

penyeberangan dengan pelayanan antarprovinsi, meliputi:

o Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi

o Pelabuhan Paciran di Kabupaten Lamongan

RTRWP Rencana pengembangan pelabuhan laut meliputi:

c.Pelabuhan utama yang terdiri atas:

Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Surabaya dalam satu

sistem dengan rencana pengembangan pelabuhan di

wilayah antara Teluk Lamong sampai Kabupaten Gresik,

Pelabuhan Socah di Kabupaten Bangkalan, dan untuk

jangka panjang diarahkan ke Pelabuhan Tanjung

Bulupandan di Kabupaten Bangkalan; Pelabuhan Tanjung

Wangi di Kabupaten Banyuwangi.

d. Pelabuhan pengumpul meliputi:

o pelabuhan Gelon di Kabupaten Pacitan;

o Pelabuhan Sampang/Taddan di Kabupaten Sampang;

o Pelabuhan Sendang Biru di Kabupaten Malang;

o Pelabuhan Prigi d Kabupaten Trenggalek; dan

o Pelabuhan Pasuruan di Kota Pasuruan.

RTRWN, Kriteria teknis jaringan pipa minyak dan gas

bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi

tenaga listrik ditetapkan oleh menteri yang tugas dan

tanggung jawabnya di bidang energi.rtrwp Jawa Timur

Rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan gas

meliputi:

o Beji–Gunung Gangsir–Pandaan panjang 5,37 km;

o Wunut–R/S Porong dengan panjang 8,7 km;

o Wunut–Taman dengan panjang 28,8 km;

o R/S Porong–Kota Sidoarjo panjang 15,3 km;

o Cerme–Legundi dengan panjang 20,67 km;

Executive Summary 63

Page 64: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

o Manyar - Panceng dengan panjang 30,13 km;

o Kota Pasuruan dengan panjang 11,08 km;

o Pandaan sepanjang 5,6 km;

o Jetis sepanjang 20,1 km;

o Mojokerto–Jombang dengan panjang 50,09 km;

o Panceng–Tuban dengan panjang 70,2 km;

o Jombang–Nganjuk dengan panjang 40,1 km;

o Kertosono–Kediri dengan panjang 40,3 km;

o Bunder–Lamongan dengan panjang 30,08 km;

o Lamongan–Babat dengan panjang 29,16 km;

o Pandaan–Purwodadi dengan panjang 35,07 km;

o Babat–Bojonegoro dengan panjang 35,16 km;

o Purwodadi–Lawang dengan panjang 15,08 km;

o Nganjuk–Madiun dengan panjang 50,07 km;

o Kangean - R/S Porong (Kabupaten Sidoaarjo) -

Kecamatan Bungah (Kabupaten Gresik);

o Jaringan gas ke arah utara menjangkau Kecamatan

o Bungah dan Pulau Bawean di Kabupaten Gresik;

o jaringan gas ke arah selatan terbatas pada Kecamatan

o Pandaan, Kabupaten Pasuruan;

o jaringan gas ke arah barat terbatas pada Kota

Mojokerto;

o jaringan gas ke arah timur menjangkau Kabupaten dan

Kota Probolinggo serta Leces;

o jaringan pipa minyak, gas, dan bangunan lepas pantai di

Ujungpangkah, Poleng, Ojong, dan di sekitar perairan

Pulau Kangean hingga ke provinsi Jawa Tengah dan

Pulau Kalimantan.

Rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik

meliputi:

h. Plant di Grindulu PS (4 x 250 MW);

Executive Summary 64

Page 65: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

i. IPP on Going di PLTU Paiton 3-4 (800 MW);

j. Percepatan di PLTU Tanjung Awar-Awar (2 x 350 MW);

k. PLTU Jatim Selatan (2 x 315 MW);

l. PLTU Paiton Baru (1 x 660 MW);

m. Penanganan Krisis di Madura (2 x 100 MW);

n. bumi di Ngebel (3 x 55 MW), dan Belawan Ijen (2 x 55

MW).

Rencana pengembangan jaringan transmisi dilakukan

dengan cara:

a. pengembangan sistem transmisi 500 kV,:

o Program penambahan trafo IBT 500 MVA 500/150 kV

di Kediri dan Paiton;

o Pembangunan GITET baru berikut transmisi terkait

sistem Jawa–Bali di Surabaya Selatan, Ngimbang,

KebonAgung, dan Ngoro;

o Pembangunan transmisi 500 kV baru terkait dengan

proyek pembangkit Paiton–Grati sirkit 3; dan

o Pembangunan transmisi 500 kV Paiton–Kapal,

termasuk overhead line 500 kV menyeberangi selat

Bali (Jawa–Bali Crossing) sebagai solusi jangka

panjang pasokan listrik ke pulau Bali;

. pengembangan sistem transmisi 150 kV melalui:

o pembangunan GI Baru dan program penambahan trafo

distribusi 150/20 kV dalam rangka memenuhi

pertumbuhan kebutuhan listrik mengenai kapasitas

keseimbangan gardu induk, sedangkan penambahan

trafo distribusi 70/20 kV merupakan program relokasi

trafo dari Jawa Barat ke Jawa Timur;

o pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan

proyek pembangkit PLTU percepatan, PLTU IPP, dan

PLTP IPP; dan

Executive Summary 65

Page 66: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

o perkuatan transmisi 150 kV eksisting dilokasi tersebar

di sistem Jawa Bali dalam rangka memenuhi kriteria

keandalan

RTRWN, Jaringan Telekomunikasi Kriteria teknis jaringan

terestrialdan jaringan satelit ditetapkan oleh menteri yang

tugas dan tanggung jawabnya di bidang telekomunikasi

Rencana jaringan terestrial meliputi:

c. jaringan terestrial yang menggunakan sistem kabel

yang diarahkan untuk melayani seluruh wilayah

kabupaten/kota sampai wilayah terpencil; dan

d. jaringan terestrial yang menggunakan sistem nirkabel

atau base transceiver station (BTS) diarahkan untuk

melayani seluruh wilayah kabupaten/kota.

Sistem Jaringan Sumber Daya Air, Sudah sesuai, Rencana

pengembangan WS, yaitu:

c. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;

d. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo;

8. BAB IV RENCANA POLA RUANG NASIONAL diandingkan BAB V

RENCANA POLA RUANG PROVINSI Substansi dalam bab ini

adanya perbedaan untuk RTRWN bab IV, RTRW Provinsi Jawa

Timur bab V.

Substansi untuk RTRW Provinsi Jawa Timur ada bahasan

rencana kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil tidak

tertuang dalam RTRWN

Perberdaan Substansi RTRWN kawasan lindung, berikutnya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

kawasan bawahnya dengan RTRWP kawasan lindung

berikutnya kawasan hutan lindung, kawasan perlindungan

setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan

cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan

lindung geologi dan kawasan lindung lainnya.

Substansi untuk Cagar alam, dalam RTRWN ada 2, yaitu:

Executive Summary 66

Page 67: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Cagar Alam Pulau Nusa Barong

Cagar Alam Kawah Ijen Merapi Ungup- Ungup

RTRWP, meliputi:

Besowo Gadungan di Kabupaten Kediri

Cagar Alam Ceding di Kabupaten Bondowoso

Cagar Alam Sungai Kolbu Iyang Plateu di Kabupaten

Bondowoso

Cagar Alam Watangan Puger I di Kabupaten Jember

Curah Manis I–VIII di Kabupaten Jember

Gunung Abang di Kabupaten Pasuruan

Gunung Picis di Kabupaten Ponorogo

Gunung Sigogor di Kabupaten Ponorogo

Guwo Lowo/Nglirip di Kabupaten Tuban

Manggis Gadungan di Kabupaten Kediri

Pancuran Ijen I dan II di Kabupaten Bondowoso

Pulau Bawean di Kabupaten Gresik

Pulau Noko dan Pulau Nusa di Kabupaten Gresik

Pulau Saobi di Kepulauan Kangean Kabupaten

Sumenep;

Pulau Sempu di Kabupaten Malang

Janggangan Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi

RTRWP Taman Hutan Raya (Tahura) yaitu Tahura R. Soeryo

ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 27.868,30 ha,

terletak di Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan,

Kabupaten Malang, Kabupaten Jombang, dan Kota Batu

RTRWP Kawasan rawan gelombang pasang di kawasan

pesisir sepanjang pantai adalah kawasan yang berbatasan

dengan Laut Jawa, Selat Bali, Selat Madura, Samudera

Hindia, atau dengan kawasan kepulauan

Kawwasan Budidaya, RTRWN Kriteria teknis kawasan

peruntukan ditetapkan oleh menteri yang tugas dan

tanggung jawabnya di bidangnya (pertanian, kehutanan,

Executive Summary 67

Page 68: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

perikanan, perindustrian, pariwisata, pertambangan,

permukiman)

9. BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

NASIONALdisandingkan dengan BAB VI PENETAPAN KAWASAN

STRATEGIS PROVINSI JWA TIMUR Substansi dalam bab ini

adanya perbedaan untuk RTRWN bab V, RTRW Provinsi Jawa

Timur bab VI

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan

ekonomi, Sudah sesuai Substansi rencana kawasan

strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan

pemerintah pusat yaitu kawasan Gerbangkertosusila

(Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo,

Lamongan) sebagai KSN

Lingkup Provinsi Jawa Timur, Rencana pengembangan

kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan

budaya :

c. Majapahit Park di Kabupaten Mojokerto; dan

d. Bromo-Tengger-Semeru beserta pemukiman adat suku

Tengger di Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang,

Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Probolin

rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup

pengelolaan pemerintah pusat, yaitu kawasan Stasiun

Pengamat Dirgantara Watukosek di Kabupaten Pasuruan

sebagai KSN;

10. BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH NASIONAL

disandingkan dengan BAB VII ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

WILAYAH PROVINSI Substansi dalam bab ini adanya

perbedaan untuk RTRWN bab VI, RTRW Provinsi Jawa Timur

bab VII

11. BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

disandingkan dengan BAB VIII ARAHAN PENGENDALIAN

PEMANFAATAN RUANG, Substansi dalam bab ini adanya

Executive Summary 68

Page 69: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

perbedaan untuk RTRWN bab VII, RTRW Provinsi Jawa Timur

bab VIII

12. BAB IX KELEMBAGAAN khusus RTRWP Jawa Timur

c. Dalam rangka mengoordinasikan penyelenggaraan

penataan ruang dan kerja sama antarsektor dan antar

daerah bidang penataan ruang dibentuk Badan Koordinasi

Penataan Ruang Daerah (BKPRD), yang bersifat ad hoc.

d. Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi

Penataan Ruang Daerah (BKPRD) sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Gubernur.

13. BAB X HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT DALAM

PENATAAN RUANG, BAB XI SANKSI ADMINISTRATIF, BAB XII

KETENTUAN PENYIDIKAN BAB XIII KETENTUAN PIDANA khusus

RTRWP Jawa Timur

14. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Nasional disandingkan

dengan BAB XV KETENTUAN PERALIHAN Provinsi, Substansi

dalam bab ini adanya perbedaan untuk RTRWN bab IX, RTRW

Provinsi Jawa Timur bab XV.

15. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Nasional disandingkan

dengan BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Provinsi Substansi

dalam bab ini adanya perbedaan untuk RTRWN bab IX, RTRW

Provinsi Jawa Timur bab XVI.

IV. REKOMENDASI

Rekomendasi dari rangkaian kegiatan perumusan

substansi penataan ruang Jawa Timur dalam rangka peninjauan

kembali RTRWN, bahwa usulan yang ada dalam RTRWP Jawa

Timur yang belum tertuang dlam RTRWN dapat di masuk dalam

peninjauan kembali RTRWN, secara garis besar adalah sebgai

berikut:

1. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH.

Executive Summary 69

Page 70: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Sistem Perkotaan khusus untuk PKN dan PKW suda sesuai,

usulan PKWP : Pasuruan dan Batu pada RTRW Provinsi

Jawa Timur

Jalan bebas hambatan antar kota yang sudah ada dalam

RTRWP adalah Jembatan Surabaya–Madura (Jembatan

Suramadu).

Rencana pengembangan jalan bebas hambatan antarkota

(RTRWP):

o Gresik–Tuban;

o Demak–Tuban;

o Porong–Gempol;

o Surabaya-Suramadu-Tanjung-Bulupandan

Jalan nasional arteri primer meliputi:

o Surabaya–Malang;

o Surabaya–Mojokerto–Jombang–Kertosono–Nganjuk–

Caruban–Ngawi–Mantingan;

o Surabaya–Lamongan–Widang–Tuban–Bulu (Batas

Jateng);

o Surabaya–Sidoarjo–Gempol–Pasuruan–Probolinggo–

Situbondo–Banyuwangi; dan

o Kamal–Bangkalan–Sampang–Pamekasan–Sumenep–

Kalianget

Jalan nasional kolektor primer meliputi:

o Gresik–Sadang–Tuban;

o Babat–Bojonegoro–Padangan–Ngawi;

o Ngawi–Maospati–Madiun–Caruban; d. Mojokerto–

Mojosari–Gempol;

o Glonggong–Pacitan–Panggul–Durenan–Tulungagung–

Blitar–Kepanjen–Turen–Lumajang–Wonorejo–Jember–

Gentengkulon–Jajag–Benculuk–Rogojampi– Banyuwangi;

Executive Summary 70

Page 71: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

o Tulungagung–Kediri–Kertosono;

o Malang–Kepanjen;

o Wonorejo–Probolinggo;

o Srono–Muncar; dan

o Ploso–Pacitan–Hadiwarno.

Jalan strategis nasional rencana meliputi:

o Jalan Merr II-C (Surabaya);

o Jalan Lingkar Timur Sidoarjo (Sidoarjo);

o Jalan Airlangga (Mojosari);

o Padangan–Batas Jawa Tengah (Cepu);

o Madiun–Batas Kabupaten Ponorogo;

o batas Kabupaten Madiun–Ponorogo;

o Ponorogo–Dengok;

o Jalan Diponegoro (Ponorogo);

o Jalan Alun-Alun Barat (Ponorogo);

o Jalan Gatot Subroto (Ponorogo);

o Dengok–Batas Kabupaten Trenggalek;

o Trenggalek–Batas Kabupaten Ponorogo;

o Jalan Soekarno Hatta (Trenggalek);

o Jalan Panglima Sudirman (Trenggalek);

o Jalan Yos Sudarso (Trenggalek);

o Jalan Mayjen Sungkono (Trenggalek);

o Panggul–Manjungan–Prigi;

o Durenan (Jalan Raya Tulungagung)–Prigi;

o Prigi–Ngrejo;

o Ngrejo–Batas Kabupaten Tulungagung/ Kabupaten

Blitar;

o Batas Kabupaten Tulungagung/ Kabupaten Blitar–Pantai

Serang;

o Pantai Serang–Batas Kabupaten Malang;

Executive Summary 71

Page 72: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

o Batas Kabupaten Malang–Wonogoro;

o Wonogoro–Sendangbiru;

o Sendangbiru–Talok;

o Jarit–Batas Jember;

o Batas Jember–Puger;

o Puger–Sumberejo;

o Sumberejo–Tengkinol;

o Tengkinol–Glenmore;

o Situbondo–Garduatak;

o Garduatak–Silapak;

o Silapak–Paltuding;

o Paltuding–Banyuwangi;

o Bangkalan–Pelabuhan Tanjung Bumi;

o Krian By Pass–Legundi;

o Legundi–Pertigaan Bunder;

o Ponorogo–Biting;

o Jalan Trunojoyo (Ponorogo);

o Jalan Hayam Wuruk (Ponorogo);

o Bangkalan–Tanjung Bulupandan–Ketapang–Sotabar–

Sumenep;

o Kamal–Kwanyar–Modung–Sampang.

Dalam RTRWN, Jaringan jalur kereta api antarkota dan

perkotaan beserta prioritas pengembangannya ditetapkan

oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

perkeretaapian, untuk RTRWP Jawa Timur Jaringan jalur

kereta api umum di Jawa Timur yang sedang dalam

kondisi operasional saat ini adalah jalur-jalur sebagai

berikut:

a. Jalur Utara: Surabaya (Pasar Turi) – Lamongan –

Babat – Bojonegoro – Cepu

b. Jalur Tengah: Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng)–

Executive Summary 72

Page 73: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Surabaya (Wonokromo) – Jombang – Kertosono –

Nganjuk – Madiun – Solo

c. Jalur Timur: Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng)–

Surabaya (Wonokromo) – Sidoarjo– Bangil – Pasuruan –

Probolinggo – Jember – Banyuwangi

Rencana pengembangan jalur perkeretaapian ganda

ditujukan pada jalur-jalur perkeretaapian sebagai berikut:

a. Jalur Utara : Surabaya (Pasar Turi) – Lamongan –

Babat – Bojonegoro – Cepu

b. Jalur Tengah : Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng)–

Surabaya (Wonokromo) – Jombang – Kertosono –

Nganjuk – Madiun – Solo

c. Jalur Timur : Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng)–

Surabaya (Wonokromo) – Sidoarjo – Bangil – Pasuruan

– Probolinggo – Jember – Banyuwangi

d. Jalur Lingkar: Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng)–

Surabaya (Wonokromo) – Sidoarjo– Bangil – Lawang

– Malang – Blitar– Tulungagung – Kediri – Kertosono –

Surabaya

e. Sidoarjo – Tulangan – Tarik

f. Gubeng – Juanda.

Rencana konservasi jaringan jalur kereta api mati di

Provinsi Jawa Timur ditujukan pada jalur kereta api mati

potensial yaitu sebagai berikut:

a. Bojonegoro – Jatirogo

b. Madiun – Ponorogo – Slahung

c. Mojokerto Mojosari – Porong

d. Ploso – Mojokerto – Krian

e. Malang – Turen – Dampit

f. Malang – Pakis – Tumpang

g. Babat – Jombang

h. Babat – Tuban

Executive Summary 73

Page 74: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

i. Kamal – Bangkalan – Sampang – Pamekasan –

Sumenep

j. Jati – Probolinggo –Paiton

k. Klakah – Lumajang – Pasirian

l. Lumajang – Gumukmas – Balung – Rambipuji

m. Panarukan – Situbondo – Bondowoso – Kalisat – Jember

n. Rogojampi-Benculuk

o. Perak – Wonokromo (bekas jalur Trem)

Dalam RTRWN Pelabuhan dan alur pelayaran sungai dan

danau beserta prioritas pengembangannya ditetapkan

oleh menteri yang tugas dan tanggun jawabnya di bidang

transportasi sungai dan danau, RTRWP Provinsi Jawa Timur

yang sudah ada meliputi:

pelabuhan pelayanan penyeberangan dengan pelayanan

antarprovinsi, meliputi:

Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi

Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Surabaya

Rencana pengembangan pelabuhan untuk kepentingan

penyeberangan dengan pelayanan antarprovinsi, meliputi:

o Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi

o Pelabuhan Paciran di Kabupaten Lamongan

RTRWP Rencana pengembangan pelabuhan laut

meliputi:

e.Pelabuhan utama yang terdiri atas:

Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Surabaya dalam satu

sistem dengan rencana pengembangan pelabuhan di

wilayah antara Teluk Lamong sampai Kabupaten Gresik,

Pelabuhan Socah di Kabupaten Bangkalan, dan untuk

jangka panjang diarahkan ke Pelabuhan Tanjung

Bulupandan di Kabupaten Bangkalan; Pelabuhan Tanjung

Wangi di Kabupaten Banyuwangi.

f. Pelabuhan pengumpul meliputi:

Executive Summary 74

Page 75: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

o pelabuhan Gelon di Kabupaten Pacitan;

o Pelabuhan Sampang/Taddan di Kabupaten Sampang;

o Pelabuhan Sendang Biru di Kabupaten Malang;

o Pelabuhan Prigi d Kabupaten Trenggalek; dan

o Pelabuhan Pasuruan di Kota Pasuruan.

RTRWN, Kriteria teknis jaringan pipa minyak dan gas

bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi

tenaga listrik ditetapkan oleh menteri yang tugas dan

tanggung jawabnya di bidang energi. rtrwp Jawa Timur

Rencana pengembangan jaringan pipa minyak dan gas

meliputi:

o Beji–Gunung Gangsir–Pandaan panjang 5,37 km;

o Wunut–R/S Porong dengan panjang 8,7 km;

o Wunut–Taman dengan panjang 28,8 km;

o R/S Porong–Kota Sidoarjo panjang 15,3 km;

o Cerme–Legundi dengan panjang 20,67 km;

o Manyar - Panceng dengan panjang 30,13 km;

o Kota Pasuruan dengan panjang 11,08 km;

o Pandaan sepanjang 5,6 km;

o Jetis sepanjang 20,1 km;

o Mojokerto–Jombang dengan panjang 50,09 km;

o Panceng–Tuban dengan panjang 70,2 km;

o Jombang–Nganjuk dengan panjang 40,1 km;

o Kertosono–Kediri dengan panjang 40,3 km;

o Bunder–Lamongan dengan panjang 30,08 km;

o Lamongan–Babat dengan panjang 29,16 km;

o Pandaan–Purwodadi dengan panjang 35,07 km;

o Babat–Bojonegoro dengan panjang 35,16 km;

o Purwodadi–Lawang dengan panjang 15,08 km;

o Nganjuk–Madiun dengan panjang 50,07 km;

Executive Summary 75

Page 76: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

o Kangean - R/S Porong (Kabupaten Sidoarjo) - Kecamatan

Bungah (Kabupaten Gresik);

o Jaringan gas ke arah utara menjangkau Kecamatan

o Bungah dan Pulau Bawean di Kabupaten Gresik;

o jaringan gas ke arah selatan terbatas pada Kecamatan

o Pandaan, Kabupaten Pasuruan;

o jaringan gas ke arah barat terbatas pada Kota

Mojokerto;

o jaringan gas ke arah timur menjangkau Kabupaten dan

Kota Probolinggo serta Leces;

o jaringan pipa minyak, gas, dan bangunan lepas pantai di

Ujungpangkah, Poleng, Ojong, dan di sekitar perairan

Pulau Kangean hingga ke provinsi Jawa Tengah dan

Pulau Kalimantan.

Rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik

meliputi:

o. Plant di Grindulu PS (4 x 250 MW);

p. IPP on Going di PLTU Paiton 3-4 (800 MW);

q. Percepatan di PLTU Tanjung Awar-Awar (2 x 350 MW);

r. PLTU Jatim Selatan (2 x 315 MW);

s. PLTU Paiton Baru (1 x 660 MW);

t. Penanganan Krisis di Madura (2 x 100 MW);

u. bumi di Ngebel (3 x 55 MW), dan Belawan Ijen (2 x 55

MW).

Rencana pengembangan jaringan transmisi dilakukan

dengan cara:

a. pengembangan sistem transmisi 500 kV,:

o Program penambahan trafo IBT 500 MVA 500/150 kV

di Kediri dan Paiton;

Executive Summary 76

Page 77: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

o Pembangunan GITET baru berikut transmisi terkait

sistem Jawa–Bali di Surabaya Selatan, Ngimbang,

KebonAgung, dan Ngoro;

o Pembangunan transmisi 500 kV baru terkait dengan

proyek pembangkit Paiton–Grati sirkit 3; dan

o Pembangunan transmisi 500 kV Paiton–Kapal,

termasuk overhead line 500 kV menyeberangi selat

Bali (Jawa–Bali Crossing) sebagai solusi jangka

panjang pasokan listrik ke pulau Bali;

. pengembangan sistem transmisi 150 kV melalui:

o pembangunan GI Baru dan program penambahan trafo

distribusi 150/20 kV dalam rangka memenuhi

pertumbuhan kebutuhan listrik mengenai kapasitas

keseimbangan gardu induk, sedangkan penambahan

trafo distribusi 70/20 kV merupakan program relokasi

trafo dari Jawa Barat ke Jawa Timur;

o pembangunan transmisi baru 150 kV terkait dengan

proyek pembangkit PLTU percepatan, PLTU IPP, dan

PLTP IPP; dan

o perkuatan transmisi 150 kV eksisting dilokasi tersebar

di sistem Jawa Bali dalam rangka memenuhi kriteria

keandalan

RTRWN, Jaringan Telekomunikasi Kriteria teknis jaringan

terestrial dan jaringan satelit ditetapkan oleh menteri yang

tugas dan tanggung jawabnya di bidang telekomunikasi

Rencana jaringan terestrial meliputi:

e. jaringan terestrial yang menggunakan sistem kabel

yang diarahkan untuk melayani seluruh wilayah

kabupaten/kota sampai wilayah terpencil; dan

f. jaringan terestrialyang menggunakan sistem nirkabel

atau base transceiver station (BTS) diarahkan untuk

melayani seluruh wilayah kabupaten/kota.

Executive Summary 77

Page 78: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Sistem Jaringan Sumber Daya Air, Sudah sesuai, Rencana

pengembangan WS, yaitu:

e. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;

f. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo;

2. RENCANA POLA RUANG.

Substansi untuk RTRW Provinsi Jawa Timur ada bahasan

rencana kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil tidak

tertuang dalam RTRWN

Perberdaan Substansi RTRWN kawasan lindung, berikutnya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

kawasan bawahnya dengan RTRWP kawasan lindung

berikutnya kawasan hutan lindung, kawasan perlindungan

setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan

cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan

lindung geologi dan kawasan lindung lainnya.

Substansi untuk Cagar alam, dalam RTRWN ada 2, yaitu:

Cagar Alam Pulau Nusa Barong

Cagar Alam Kawah Ijen Merapi Ungup- Ungup

RTRWP, meliputi:

Besowo Gadungan di Kabupaten Kediri

Cagar Alam Ceding di Kabupaten Bondowoso

Cagar Alam Sungai Kolbu Iyang Plateu di Kabupaten

Bondowoso

Cagar Alam Watangan Puger I di Kabupaten Jember

Curah Manis I–VIII di Kabupaten Jember

Gunung Abang di Kabupaten Pasuruan

Gunung Picis di Kabupaten Ponorogo

Gunung Sigogor di Kabupaten Ponorogo

Guwo Lowo/Nglirip di Kabupaten Tuban

Manggis Gadungan di Kabupaten Kediri

Pancuran Ijen I dan II di Kabupaten Bondowoso

Pulau Bawean di Kabupaten Gresik

Executive Summary 78

Page 79: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Pulau Noko dan Pulau Nusa di Kabupaten Gresik

Pulau Saobi di Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep;

Pulau Sempu di Kabupaten Malang

Janggangan Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi

RTRWP Taman Hutan Raya (Tahura) yaitu Tahura R. Soeryo

ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 27.868,30 ha,

terletak di Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan,

Kabupaten Malang, Kabupaten Jombang, dan Kota Batu

RTRWP Kawasan rawan gelombang pasang di kawasan

pesisir sepanjang pantai adalah kawasan yang berbatasan

dengan Laut Jawa, Selat Bali, Selat Madura, Samudera

Hindia, atau dengan kawasan kepulauan

Kawwasan Budidaya, RTRWN Kriteria teknis kawasan

peruntukan ditetapkan oleh menteri yang tugas dan

tanggung jawabnya di bidangnya (pertanian, kehutanan,

perikanan, perindustrian, pariwisata, pertambangan,

permukiman)

3. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan

ekonomi, Sudah sesuai Substansi rencana kawasan

strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan

pemerintah pusat yaitu kawasan Gerbangkertosusila

(Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo,

Lamongan) sebagai KSN

Lingkup Provinsi Jawa Timur, Rencana pengembangan

kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan

budaya :

e. Majapahit Park di Kabupaten Mojokerto; dan

f. Bromo-Tengger-Semeru beserta pemukiman adat suku

Tengger di Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang,

Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Probolin

rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup

Executive Summary 79

Page 80: Eksum

Perumusan Substansi Penataan Ruang Jawa Timur Dalam Rangka Peninjauan Kembali

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

pengelolaan pemerintah pusat, yaitu kawasan Stasiun

Pengamat Dirgantara Watukosek di Kabupaten Pasuruan

sebagai KSN;

Executive Summary 80