ekstraksi kafein

6
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK RESUME EKSTRAKSI KAFEIN DAN PEMURNIANNYA DENGAN PROSES SUBLIMASI Oleh: Aisyah (131810401048) LABORATORIUM KIMIA ORGANIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

Organic Chemistry

Transcript of ekstraksi kafein

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIKRESUME EKSTRAKSI KAFEIN DAN PEMURNIANNYA DENGAN PROSES SUBLIMASI

Oleh:Aisyah(131810401048)

LABORATORIUM KIMIA ORGANIKJURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS JEMBER2014RESUME PRAKTIKUM EKSTRAKSI KAFEIN DAN PEMURNIANNYA DENGAN PROSES SUBLIMASI

Data dan PerhitunganBerat teh: 5 gramBerat kafein murni: 0,02 gram Titik leleh kafein: 138 0 CWarna kafein sebelum disublimasi: Coklat Warna kafein setelah disublimasi: Putih kecoklatanBentuksebelum di sublimasi: Serbuk kasarBentuk setelah di sublimasi: Serbuk halus seperti kristal

Perhitungan:Rendemen = Perhitungan Data setelah disublimasi:Rendemen = x 100 %( Kafein Murni ) = 0,4 %

PEMBAHASANPraktikum yang dilakukan ialah ekstraksi kafein dengan proses sublimasi. Sublimasi adalah proses perubahan dari zat padat menjadi gas tanpa adanya proses mencair terlebih dahulu. Proses mula-mula diawali dengan merendam lima buah teh celup dengan aquades dan natrium karbonat (Na2CO3) dalam gelas beaker, kemudian teh celup yang sudah direndam tersebut dipanaskan hingga mendidih di atas penangas. Tujuan dipanaskannya rendaman teh tersebut adalah untuk melakukan ekstraksi padat-cair pada teh, air yang panas akan membuka pori-pori dari kantung teh sehingga ekstrak dari teh dapat keluar dengan sempurna sehingga kelarutan kafein dalam air meningkat. Fungsi penambahan Na2CO3 pada campuran tersebut adalah untuk mengikat tannin dan senyawa lain yang ada di dalam ekstrak teh, sehingga isolasi terhadap kafein dapat berlangsung maksimal. Hasil pemanasan tersebut adalah ekstrak teh yang larut dengan warna larutan coklat tua, sedangkan Na2CO3 menjadi endapan putih di dasar larutan. Kedua zat tersebut tidak dapat menyatu karena Na2CO3 adalah senyawa organik sedangkan teh adalah senyawa anorganik.Proses selanjutnya ekstrak teh tersebut didekantasi ke dalam erlenmeyer, kemudian dilakukan ekstraksi kembali pada kantung teh dan hasil ekstraksi tersebut dimasukkan dalam erlenmeyer yang telah terisi hasil ekstraksi sebelumnya dan didinginkan sebentar. Pendinginan tersebut bertujuan agar pelarutan ekstrak teh dalam air benar-benar sempurna. Selanjutnya ekstrak teh dalam erlenmeyer tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah untuk dilakukan ekstraksi cair-cair. Proses ekstraksi cair-cair dilakukan dengan menambahkan diklorometana dan NaCl dalam ekstrak teh, diklorometana dipilih dalam ekstraksi cair-cair karena diklorometana merupakan senyawa mudah menguap yang bersifat nonpolar sehingga diklorometana dapat mengikat kafein yang bersifat nonpolar dan tidak dapat bercampur dengan air yang bersifat polar. Sebelum dilakukan penambahan diklorometana pada proses ekstraksi, NaCl dimasukkan ke dalam corong terlebih dahulu agar dapat mengendapkan garam tannin sehingga tannin dapat terpisah dari ekstrak teh. Ekstraksi dalam corong pisah dilakukan dengan pengocokan perlahan, pengocokan perlahan tersebut dilakukan agar tidak terbentuk emulsi pada larutan atau ekstrak, pada proses ektraksi dalam corong pisah sebaiknya tutup corong pisah sering dibuka-tutup agar gas dari senyawa volatile dalam corong pisah dapat keluar secara sempurna dan tidak menyebabkan ledakan dalam corong pisah. Setelah pengocokan, ekstrak didiamkan sebentar sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas mengandung campuran tannin, air dan senyawa lainnya, lapisan atas ini berwana gelap atau hitam, sedangkan pada lapisan bawah mengandung kafein dan diklorometana yang berwarna kuning bening. Warna kekuningan tersebut dihasilkan oleh diklorometana, sedangkan kafein tidak menghasilkan warna atau bening. Selanjutnya lapisan bawah yang mengandung larutan kafein dikeluarkan, kemudian lapisan atas yang masih ada di dalam corong ditambahkan diklorometana lagi agar kafein yang tertinggal dapat terpisah secara sempurna. Setelah larutan yang mengandung kafein terpisah secara sempurna, maka dilakukan dekantasi menggunakan MgSO4 yang memiliki fungsi untuk mengikat air dalam larutan ekstrak tersebut. Selanjutnya hasil dekantasi kafein tersebut didistilasi, distilasi ini berfungsi untuk memisahkan kafein dari diklorometana. Hasil distilasi akan menghasilkan kristal kafein berwarna coklat, yang menandakan kafein masih tercampur dengan senyawa lain. Selanjutnya kafein dimurnikan dengan proses sublimasi selama 10 menit sehingga dihasilkan kristal kafein murni. Berdasarkan percobaan dihasilkan kafein murni berwarna putih kecoklatan sebanyak 0,02 gr dan rendemennya sebanyak 0,4 %. Kafein murni tidak memiliki bau dan memiliki titik leleh 138oC. Hasil tersebut berbeda dengan literatur, pada literatur disebutkan bahwa pada umumnya teh mengandung 2-4% kafein murni, warna kafein murninya adalah putih mengkilap dan memiliki titik leleh antara 234-236C. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya kontak kafein dengan diklorometana saat diekstraksi dalam corong pisah, sehingga kafein yang terikat kurang maksimal, proses pemurnian kafein yang kurang sempurna hingga warnanya tidak putih mengkilap dan kesalahan praktikan dalam membaca skala titik leleh pada alat ukur.