EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI KOLAGEN DARI KULIT … · pada wajah, menghilangkan bekas jerawat, dan...
Transcript of EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI KOLAGEN DARI KULIT … · pada wajah, menghilangkan bekas jerawat, dan...
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI KOLAGEN DARI
KULIT IKAN COBIA (Rachycentron canadum)
CHRISTY ARIESTA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI KOLAGEN DARI KULIT
IKAN COBIA (Rachycentron canadum)
CHRISTY ARIESTA
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Ekstraksi dan
karakterisasi kolagen dari kulit ikan cobia (Rachycentron canadum)” adalah karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Christy Ariesta
NIM C34090028
ABSTRAK
CHRISTY ARIESTA. Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen dari Kulit Ikan Cobia
(Rachycentron canadum). Dibimbing oleh TATI NURHAYATI dan PIPIH
SUPTIJAH.
Ikan cobia (Ranchycentron canadum) digunakan untuk tujuan konsumsi,
sebagian kulit merupakan limbah. Konversi dalam bentuk produk nilai tambah
berupa kolagen baik untuk manajemen pasca panen. Isolasi kolagen dari kulit ikan
cobia (Rachycentron canadum) telah berhasil dilakukan dengan tiga tahap yaitu
pertama perendaman dalam 0,05 M NaOH dengan rasio sampel/larutan 1:10 (b/v)
selama 6 jam, tahap kedua perendaman dalam 0,1 M asam asetat dengan rasio
sampel/larutan 1:6 (b/v) selama 2 jam, dan tahap ketiga yaitu ekstraksi dengan air
destilasi pada suhu 40 ºC selama 3 jam. Rendemen kolagen yang diperoleh
10,508%. Kolagen memiliki pH 7,08; memiliki kandungan protein 86,46%; kadar
air 11,08%; lemak 0,26%; dan abu 0,19%. Analisis asam amino menunjukkan
bahwa kolagen memiliki prolin dan glisin yang tinggi. Analisis spektra FTIR
menunjukkan bahwa molekul kolagen memiliki struktur heliks tiga yang kompak
stabil oleh ikatan hidrogen. Spektroskopi FTIR menunjukkan wilayah penyerapan
utama amida A, B, I, II, dan III masing-masing pada 3310 , 2932 , 1651 , 1543
dan 1242 cm-1
.
Kata kunci: kolagen, cobia (Rachycentron canadum), ekstraksi air, FTIR
ABSTRACT
CHRISTY ARIESTA. Extraction and Characterization of cCollagen from the
Skin of Cobia Fish (Rachycentron canadum). Supervised by TATI NURHAYATI
and PIPIH SUPTIJAH.
Cobia fish (Ranchycentron canadum) was used for a culinary purpose, but
their skin was waste part. Convert in a value added product like collagen was a
good practice of post harvest management. Isolation of collagen from the skin of
cobia fish (Rachycentron canadum) has been successfully conducted with three
stages: first soaked in 0,05 M NaOH with a sample/solution ratio of 1:10 (w/v) for
6 hour, second soaked in 0,1 M acetic acid with a sample/solution ratio of 1:6
(w/v) for 2 hour, and third extraction with destilated water at temperature 40 ºC
for 3 hour. The yield of collagen was 10,508%. The pH of collagen was 7,08;
protein content 86,46%; moisture 11,08%; fat 0,26%; and ash contents 0,19%.
Amino acid analysis of collagen revealed the high proline and glycine. FTIR
spectra analysis revealed that collagen molecules had the compact triple helical
structure stabilized mainly by the hydrogen bond. Fourier transform infrared
(FTIR) spectroscopic study showed major absorption bands of amide A, B, I, II
and III at 3310, 2932, 1651, 1543 and 1242 cm-1
respectively.
Key words: collagen, cobia (Rachycentron canadum), water ekstraction, FTIR
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Judul Skripsi : Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen dari Kulit Ikan Cobia
(Rachycentron canadum)
Nama : Christy Ariesta
NIM : C34090028
Program Studi : Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Dr Tati Nurhayati, SPi, MSi
Pembimbing I
Dr Pipih Suptijah, MBA
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen dari Kulit Ikan Cobia (Rachycentron canadum)
Nama : Christy Ariesta NIM : C34090028 Program Studi: Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
---Dr Tati Nurhayati, SPi, MSi Dr Pipih Suptijah, MBA Pembimbing I Pembimbing II
Tanggal Lulus: 2 6 FEB 2014
KATA PENGANTAR
Penulis sangat bersyukur atas diselesaikannya karya tulis ini. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret 2013 hingga November 2013 dengan judul
“Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen dari Kulit Ikan Cobia (Rachycentron
canadum)”. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yaitu :
1. Dr Tati Nurhayati, SPi, MSi dan Dr Pipih Suptijah, MBA selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini.
2. Dr Ir Wini Trilaksani, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.
3. Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi selaku perwakilan komisi pendidikan yang
telah mewakili departemen pada saat ujian dan saran perbaikan.
4. Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si selaku ketua Departemen Teknologi Hasil
Perairan.
5. Staf dosen dan tata usaha Departemen Teknologi Hasil Perairan
6. Mama, Papa dan Adik, serta seluruh keluarga yang telah memberikan
motivasi kepada penulis.
7. Nani Nur’aenah, MSi atas kesediaanya membagi ilmu tentang kolagen.
8. Silvana GMF teman seperjuangan selama penelitian ini.
9. Amelia, Margaretha, Zaikanur dan teman-teman yang senantiasa
memberikan bantuannya selama penelitian.
10. Teman-teman THP 46 (alto) untuk kebersamaan dan bantuannya terhadap
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2014
Christy Ariesta
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 Latar Belakang......................................................................................... 1
Perumusan Masalah ................................................................................. 2 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ................................................................................... 2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 3
METODE ......................................................................................................... 3 Bahan ...................................................................................................... 3
Alat.......................................................................................................... 3 Prosedur Penelitian .................................................................................. 3
Preparasi bahan baku ...................................................................... 4 Optimasi ekstraksi kolagen (Kittiphattanabawon et al. 2010) .......... 4
Ekstraksi kolagen (modifikasi Sukkwai et al. 2011) ........................ 4 Analisis.................................................................................................... 4
Uji Bradford (Bradford 1976) ......................................................... 4 Analisis rendemen (AOAC 1995) ................................................... 5
Analisis proksimat (AOAC 2005) ................................................... 5 Analisis pH (AOAC 2005) .............................................................. 6
Analisis asam amino (AOAC 1995) ................................................ 6 Analisis gugus fungsi dengan FTIR (Muyonga et al. 2004) ............. 7
Analisis data (Steel dan Torrie 1993) .............................................. 7 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 8
Karakteristik Bahan Baku ........................................................................ 8 Optimasi Ekstraksi Kolagen ..................................................................... 9
Komposisi Kimia Kolagen ..................................................................... 10 Rendemen Kolagen .................................................................................. 11
Nilai pH Kolagen ..................................................................................... 11 Komposisi Asam Amino Kolagen ............................................................ 11
Analisis Gugus Fungsi dengan Fourier Transform InfraRed (FTIR) ........ 12 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 15
Kesimpulan.............................................................................................. 15 Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15 LAMPIRAN ..................................................................................................... 19
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 21
DAFTAR TABEL
Komposisi kimia kulit ikan cobia dan berbagai ikan ........................................ 8
Persentasi penurunan komposisi non kolagen pada kulit ................................ 10 Komposisi kimia kolagen kulit ikan cobia dan berbagai ikan ........................... 10
Rendemen kolagen kulit ikan cobia dan beberapa kulit ikan lainnya ................ 11 Nilai pH kolagen kulit ikan cobia dan ikan lainnya.......................................... 11
Komposisi asam amino kolagen dari kulit ikan cobia ...................................... 12 Karakteristik gugus fungsi kolagen hasil deteksi dengan FTIR sebagai acuan.. 13
Karakteristik gugus fungsi kolagen kulit ikan cobia dan ikan lainnya .............. 14
DAFTAR GAMBAR
Ikan cobia (Rachycentron canadum) ................................................................ 2
Diagram alir pembuatan kolagen ...................................................................... 5 Konsentrasi protein larutan NaOH sisa perendaman kulit ................................. 9
Spektra infrared kolagen .................................................................................. 13
DAFTAR LAMPIRAN
Kurva regresi linear standar BSA ..................................................................... 19
Hasil uji Anova nilai konsentrasi protein larutan NaOH sisa perendaman
kulit ................................................................................................................. 19
Hasil uji DMRT untuk pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai
konsentrasi protein larutan sisa perendaman ..................................................... 19
Hasil uji DMRT untuk pengaruh waktu perendaman terhadap nilai
konsentrasi protein larutan sisa perendaman ..................................................... 20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan cobia (Rachycentron canadum) merupakan ikan ekonomis penting di
Asia dan mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat. Ikan cobia ini termasuk
ikan pelagis yang hidup di perairan tropis dan sub tropis, dan banyak ditemukan di
Samudra Pasifik, Atlantik dan sebelah baratdaya Meksiko. Ikan ini sering
dijumpai di sekitar perairan Pulau Bali dan telah dibudidayakan di Lampung. Ikan
cobia dapat dijual dalam bentuk fillet. Produksi fillet ikan cobia menghasilkan
limbah samping berupa kepala, jeroan, tulang, dan kulit. Hasil samping ini sangat
potensial untuk diolah sehingga dapat meningkatkan nilai komersialnya. Salah
satu upaya pengolahan yang dapat dilakukan yaitu pembuatan kolagen dari kulit
ikan cobia. Ikan cobia dapat dilihat pada Gambar 1.
Lee et al. (2001) menyatakan kolagen merupakan biomaterial yang penting
bagi aplikasi medis karena sifatnya yang biodegradable. Kolagen telah banyak
digunakan untuk kepentingan biomedis, pharmaceutical, industri makanan,
industri obat, dan industri kosmetik. Kumar et al. (2011) menyatakan bahwa
kolagen mengandung 90% protein dan 18 jenis asam amino, 7 diantaranya
merupakan asam amino esensial.
Kumar et al. (2011) menyatakan kolagen memiliki kemampuan untuk
memberikan sifat elastis pada kulit dan dapat mengurangi keriput yang terjadi
sebagai efek dari penuaan. Kolagen pada kosmetik jika digunakan pada kulit
wajah akan mampu menahan air sehingga membuat kulit wajah tetap dalam
keadaan lembab. Manfaat kolagen bagi kesehatan kulit yaitu mengurangi kerutan
pada wajah, menghilangkan bekas jerawat, dan menutup pori-pori.
Peng et al. (2004) menyatakan bahwa sebagian besar kolagen komersial dibuat
dari kulit sapi dan kulit babi yang seringkali tidak sesuai bagi kebanyakan agama
dan etnis tertentu. Pemanfaatan tulang dan kulit ikan sebagai bahan baku kolagen
merupakan alternatif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Nagai dan Suzuki (2000) menyatakan bahwa kolagen dapat diekstraksi dari
kulit chub mackerel (Scomber japanicus) dengan pretreatment menggunakan
NaOH, deffated menggunakan butil alkohol, dan perendaman dalam asam asetat.
Nagai et al. (2001) menyatakan bahwa PSC dari cuttlefish (Sepia lycidas)
diekstraksi dengan cara pretreatment menggunakan NaOH, perendaman dalam
asam asetat, serta penambahan pepsin. Pembuatan ASC telah dilakukan dari
berbagai jenis kulit ikan, contoh: kakap mata besar (Priachantus tayenus)
(Kittiphattanabawon et al. 2005); serta ballon fish (Diodon holochantus)
(Huang et al. 2011). Pembuatan PSC telah dilakukan dari berbagai jenis kulit ikan,
contoh: baltic cod (Gadus morhua) (Skierka dan Sadowska 2007); ballon fish
(Diodon holocanthus) (Huang et al. 2011); serta stripped cathfish
(Pangasianodon hypophthalamus) (Singh et al. 2011).
Karim dan Bhat (2009) menyatakan bahwa kolagen dapat diekstraksi secara
kimiawi maupun kombinasi secara kimiawai dan enzimatis. Ekstraksi kolagen
secara kimiawai dapat dilakukan dengan preses asam atau basa. Proses asam
cocok digunakan untuk bahan baku yang memiliki sedikit ikatan silang misalnya
babi dan kulit ikan. Proses basa umumnya digunakan untuk bahan baku yang
2
memiliki ikatan silang lebih kompleks dan padat seperti tulang dan kulit sapi.
Potaros et al. (2009) menyatakan bahwa kolagen dapat diekstraksi dengan tiga
metode yang umum dilakukan yaitu neutral salt-solubilized collagen, acid
solubilized collagen (ASC) and pepsin solubilized collagen (PSC). Kolagen
umumnya diekstraksi pada kondisi temperatur 4 °C dan disentrifugasi dengan
kecepatan tinggi.
Pembuatan kolagen dari kulit ikan cobia sangat potensial untuk
dikembangkan mengingat besarnya pemanfaatan kolagen bagi berbagai industri
serta kurangnya pemenuhan kebutuhan kolagen di Indonesia secara lokal.
Kumar et al. (2011) menyatakan bahwa kolagen yang terbuat dari kulit dan tulang
ikan memiliki struktur molekul yang lebih kecil dibandingkan dengan kolagen
yang terbuat dari sapi atau babi sehingga lebih mudah untuk diserap. Pembuatan
kolagen dari kulit ikan cobia juga merupakan alternatif pemanfaatan limbah
menjadi produk dengan nilai komersial lebih tinggi. Pembuatan kolagen degan
metode lain penting untuk diupayakan untuk meningkatkan keefisienan ekstraksi
serta menurunkan biaya produksi kolagen.
Gambar 1 Ikan cobia (Rachycentron canadum) (NOOA 2014)
Perumusan Masalah
Pengolahan ikan cobia berupa pemfilletan menghasilkan limbah yang belum
termanfaatkan secara optimal. Pembuatan kolagen dari kulit ikan cobia sangat
potensial untuk dikembangkan mengingat pemanfaatan kolagen yang besar di
berbagai industri serta kurangnya pemenuhan kebutuhan kolagen di Indonesia
secara lokal. Pembuatan kolagen dari kulit ikan cobia juga alternatif pemanfaatan
limbah menjadi produk dengan nilai komersial lebih tinggi. Ekstraksi kolagen dari
kulit ikan cobia dapat menjadi alternatif pada usaha pemanfaatan limbah hasil
perikanan menjadi produk dengan nilai komersial yang lebih tinggi. Karakterisasi
kolagen dari kulit ikan cobia dapat menjadi referensi mengenai kualitas kolagen
yang dihasilkan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan ekstraksi dan karakterisasi
kolagen yang berasal dari kulit ikan cobia (Rachycentron canadum).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai karakteristik
kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia (Rachycentron canadum).
3
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan sampel, preparasi sampel,
analisis proksimat sampel, pembuatan kolagen dari sampel, analisis karakteristik
sampel, analisis data, serta panulisan laporan.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2013 sampai November 2013.
Preparasi dilakukan di Laboratorium Pengetahuan Bahan Baku Industri Hasil
Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ekstraksi kolagen dilakukan di Laboratorium
Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis Gugus Fungsi
dilakukan di Laboratorium Analisis Bahan, Departemen Fisika, Fakultas MIPA,
Institut Pertanian Bogor. Analisis asam amino dan proksimat dilakukan di
Laboratorium Saraswanti Indo Genetech.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ikan cobia
(Rachycentron canadum). Ikan cobia diperoleh dari Pelabuhan Perikanan
Nusantara Muara Angke (Jakarta). Bahan yang digunakan pada penentuan analisis
protein kualitatif yaitu larutan Bradford. Bahan yang digunakan untuk membuat
kolagen adalah akuades, NaOH, asam asetat (CH3COOH). Bahan-bahan lain
meliputi bahan untuk analisis karakteristik kolagen.
Alat
Alat yang digunakan pada pembuatan kolagen dari kulit ikan cobia yaitu
termometer, labu ukur (Pyrex), dan tabung reaks (Pyrex). Alat yang digunakan
untuk analisis proksimat adalah, oven (Yamato), desikator (analisis kadar air);
tabung kjeldahl, destilator, biuret (analisis kadar protein); tabung sokhlet, (analisis
kadar lemak); tanur dan desikator (analisis kadar abu). Pengujian gusus fungsi
dilakukan dengan menggunakan alat FTIR (Fourier Transform InfraRed) merk
Abbmb3000. Pengujian asam amino menggunakan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) mrek waters coorporation USA.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Muara Angke (Jakarta). Selanjutnya dilakukan preparasi kulit ikan
cobia. Penelitian ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu karakterisasi bahan baku
kulit ikan kobia, penentuan perlakuan terbaik pada pembuatan kolagen, ekstraksi
kolagen, dan karakterisasi kolagen.
4
Preparasi bahan baku
Preparasi dilakukan dengan memisahkan bagian kulit dari bagian ikan
lainnya. Kulit ikan dipotong hingga ukurannya 0,5 x 0,5 cm. Kulit ikan disimpan
pada suhu -20°C hingga akan digunakan.
Optimasi ekstraksi kolagen (Kittiphattanabawon et al. 2010)
Pembuatan kolagen diawali dengan perendaman kulit pada larutan alkali.
Larutan alkali digunakan untuk menghilangkan protein non kolagen pada sampel.
Kulit ikan direndam dalam larutan NaOH konsentrasi 0,05 M; 0,1 M; dan 0,2 M
dengan perbandingan 1:10 (b/v) dan diaduk terus-menerus selama 6 jam pada
suhu ruang. Larutan NaOH diganti setiap 2 jam sekali kemudian diuji kandungan
protein secara kuantitatif dengan uji Bradford untuk menentukan konsentrasi
NaOH dan lama waktu perendaman terbaik.
Ekstraksi kolagen (modifikasi Sukkwai et al. 2011)
Hidrolisis diawali dengan perendaman kulit dalam larutan NaOH dengan
konsentrasi dan waktu sesuai hasil praperlakuan yang diperoleh pada proses
optimasi dengan perbandingan sampel dan pelarut yaitu 1:10 (b/v). Sampel kulit
selanjutnya dinetralisasi dengan akuades hingga netral. Kulit yang sudah netral
kemudian direndam dalam larutan CH3COOH 0,1 M selama 2 jam dengan
perbandingan sampel dan pelarut yaitu 1:6 (b/v). Sampel kulit dinetralisasi
menggunakan larutan akuades hingga netral. Proses dilakukan pada suhu ruang.
Sampel kemudian diekstraksi menggunakan akuades selama 3 jam pada suhu
40 ºC dengan perbandingan sampel dan pelarut yaitu 1:2 (b/v). Hasil ekstraksi
yang diperoleh merupakan kolagen larut air yang selanjutnya pelu dikering
bekukan agar diperoleh dalam bentuk serbuk. Diagram alir pembuatan kolagen
disajikan pada Gambar 1.
Analisis
Analisis yang dilakukan untuk mengarakterisasi kolagen dari kulit ikan
cobia yaitu uji Bradford, analisis komposisi kimia, analisis asam amino, uji pH,
uji FTIR, dan analisis data.
Uji Bradford (Bradford 1976)
Uji Bradford dilakukan untuk menentukan konsentrasi protein pada sampel
dengan Bovine Serum Albumin (BSA) sebagai standar. Larutan Bradford dibuat
dengan mencampurkan 10 mg Coomasive Briliant Blue (CBB) dengan 5 mL
etanol 95%, kemudian ditambahkan 10 mL larutan asam fosfat 85% dan akuades
hingga volumenya mencapai 500 mL. Larutan Bradford tersebut kemudian
disaring menggunakan kertas saring.
Penentuan protein terlarut dengan metode Bradford dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer. Sampel sebanyak 0,01 mL ditambah 1,99 mL
akuades kemudian divortex. Larutan Bradford sebanyak 5 mL ditambahkan pada
sampel dan divortex. Sampel ditentukan absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 595 nm.
Analisis proksimat (AOAC 2005)
Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk
mengetahui komposisi kimia suatu bahan yang meliputi, analisis kadar air, kadar
lemak, kadar protein, dan kadar abu.
5
Gambar 2 Diagram alir pembuatan kolagen Keterangan : *1(Kittiphattanabawon et al. 2010); *2(modifikasi Sukkwai et al. 2011)
Analisis rendemen (AOAC 1995)
Rendemen kolagen diperoleh dari perbandingan berat kering kolagen yang
dihasilkan dengan berat bahan kulit. Rendemen diperoleh dengan rumus:
Uji konsentrasi protein terlarut
pada larutan sisa perendaman
NaOHsetiap 2 jam
Kandungan protein terendah
Perendaman dalam larutan CH3COOH
rasio kulit terhadap larutan CH3COOH (1:6) (b/v)
konsentrasi CH3COOH = 0,1 M waktu perendaman 2 jam*2
Ikan cobia
(Rachycentron canadum)
Perendaman dalam larutan NaOH
rasio kulit terhadap larutan NaOH (1:10) (b/v)
konsentrasi NaOH = 0,05 M; 0,1 M: 0,2 M
waktu = 6 jam*1
Preparasi sampel
Netralisasi
Analisis proksimat
Kulit hasil perendaman
NaOH perlakuan terbaik
Netralisasi
Ekstraksi dengan air (40 °C, 3 jam) dengan
rasio air terhadap kulit = 2:1 (b/v)*2
Kolagen
Freez dryer
Serbuk kolagen
6
Rendemen kolagen (%) = Berat kering kolagen x 100%
Berat bahan baku kulit
Analisis pH (AOAC 2005)
Analisis pH kolagen yaitu 1 gram sampel dilarutkan dalam 20 mL akuades,
ditambahkan 50 mL akuades dan dihomogenkan. Alat pH meter dinyalakan dan
dibiarkan hingga stabil terlebih dahulu, kemudian elektroda dicelupkan ke dalam
sampel hingga beberapa saat sampai diperoleh angka yang stabil pada proyektor
pH meter.
Analisis asam amino (AOAC 1995)
Komposisi asam amino ditentukan dengan HPLC. Sebelum dipakai,
perangkat HPLC harus dibilas terlebih dahulu dengan eluen yang akan digunakan
selama 2-3 jam. Begitu pula dengan syringe yang akan digunakan harus dibilas
dengan akuades. Analisis asam amino menggunakan HPLC terdiri dari 4 tahap,
yaitu: (a) pembuatan hidrolisat protein; (b) pengeringan; (c) derivatisasi; dan (d)
injeksi.
(a) Pembuatan hidrolisat protein
Preparasi sampel dilakukan dengan membuat hidrolisat protein. Sampel
ditimbang sebanyak 0,1 gram dan dihancurkan, sampel yang telah hancur
ditambahkan dengan HCl 6 N sebanyak 5-10 mL. Larutan tersebut dipanaskan
dalam oven pada suhu 100 °C selama 24 jam. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan gas atau udara yang ada pada sampel agar tidak menganggu
kromatogram yang dihasilkan. Setelah pemanasan selesai, hidrolisat protein
disaring menggunakan milipore berukuran 45 mikron.
(b) Pengeringan
Hasil saringan diambil sebanyak 10 μL dan ditambahkan 30 μL larutan
pengering. Larutan pengering dibuat dari campuran antara metanol, natrium asetat,
dan trimetilamin dengan perbandingan 2:2:1. Setelah sampel dikeringkan dengan
pompa vakum untuk mempercepat proses dan mencegah oksidasi.
(c) Derivatisasi
Larutan derivatisasi dibuat dari campuran antara larutan metanol,
pikoiodotiosianat, dan trinetilamin dengan perbandingan 3:3:4. Proses
derivatasisasi dilakukan agar detektor mudah untuk mendeteksi senyawa yang ada
pada sampel. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan cara menambahkan 10
ml asetonitril 60 % dan natriun asetat 1 M lalu dibiarkan selama 20 menit. Hasil
pengenceran disaring kembali dengan menggunakan milipore berukuran
45 mikron. Larutan derivatatisasi sebanyak 30 μL ditambahkan pada hasil
pengeringan.
(d) Injeksi ke HPLC
Hasil saringan diambil sebanyak 20 μL untuk diinjeksikan ke dalam HPLC.
Untuk perhitungan konsentrasi asam amino pada bahan, dilakukan pembuatan
kromatogram standar menggunakan asam amino standar yang telah siap pakai
yang mengalami perlakuan yang sama dengan sampel. Kondisi alat HPLC saat
berlangsungnya analisis asam amino:
Temperatur kolom : 38 °C
Jenis kolom : Pico tag 3.9 x 150 nm columm
Kecepatan alir eluen : 1 mL/menit
7
Program : Gradien
Tekanan : 3000 psi
Fase gerak : Asetonitril 60 % dan Natrium asetat 1 M 40 %
Detektor : UV / 254 nm
Merk : Waters
Kandungan asam amino pada bahan dapat dihitung dengan rumus yaitu
persentase asam amino dalam 100 gram sampel :
Asam Amino (%) = AC x BS x BM x Fp x 100%
AS x BC
Keterangan :
AC = Luas area sampel
AS = Luas area standar
BC = Berat sampel (μg)
BS = Berat standar (μg)
BM = Berat molekul masing-masing asam amino
Fp = Faktor pengenceran
Analisis gugus fungsi dengan FTIR (Muyonga et al. 2004) Analisis FTIR dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi dan keberadaan
kolagen nanopartikel yang dihasilkan. Kolagen sebanyak 0,2 gram dihaluskan dengan
KBr dalam mortar hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan pellet
dan dipadatkan serta divakum dalam mesin pencetak pellet. Selanjutnya pellet
dimasukkan ke dalam sel dan dimasukkan pada media penempatan sel dengan
ditembakkan sinar dari spektofotometer inframerah IR-408 yang sudah dinyalakan
dengan kondisi yang stabil, kemudian dilakukan pendeteksian menggunakan tombol
detektor dan akan dihasilkan rekorder histogram FTIR pada monitor yang akan
menampilkan puncak-puncak dari gugus fungsi yang terdapat pada sampel.
Histogram yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis untuk memperoleh data
kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis data (Steel dan Torrie 1993)
Data yang diperoleh dari penelitian tahap pendahuluan (pretreatment)
dianalisis dengan menggunakan softwear Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) 17. Analisis statistik data penelitian diolah dengan Rancangan
Acak Faktorial dengan 2 faktor yaitu konsentrasi NaOH sebanyak 3 taraf (0,05M;
0,1 M; 0,2 M) dan faktor lama waktu perendaman dengan 3 taraf (2 jam, 4 jam, 6
jam). Semua perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan. Model rancangannya
adalah:
Yijk = μ + τi + βj + (τ β)ij + εijk
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i konsentrasi NaOH) dan ulangan ke-j
μ = Nilai rataan umum populasi
τi = Pengaruh perlakuan ke-i (konsentrasi NaOH)
βj = Pengaruh lama waktu perendaman ke-j
(τβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan konsentrasi NaOH ke-I dengan lama waktu
perendaman ke-j
εijk = Galat pengamatan pada perlakuan ke-i dengan ulangan ke-j.
8
Data yang diamati dianalisis secara statistik dengan analisis ragam
(ANOVA). Apabila hasil analisis menunjukkan berpengaruh nyata, maka
dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf
kepercayaan 95%. Hipotesis Pengaruh kosentrasi NaOH:
H0 = Perbedaan konsentrasi NaOH, waktu perendaman, dan interaksi antar
perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap total protein non-kolagen
terlarut
H1 = Perbedaan konsentrasi NaOH, waktu perendaman, dan interaksi antar
perlakuan berpengaruh nyata terhadap total protein non-kolagen terlarut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Bahan Baku
Komposisi kimia suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan kandungan
gizi yang terdapat di dalam suatu bahan. Komposisi kimia juga merupakan salah
satu indikasi kualitas suatu bahan. Analisis komposisi kimia yang dilakukan pada
penelitian ini meliputi kadar air, protein, lemak, dan abu. Komposisi kimia kulit
ikan cobia dan beberapa kulit ikan lain disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi kimia kulit ikan cobia dan berbagai ikan
Sumber Kadar air
(% bb)
Kadar protein
(% bb)
Kadar lemak
(% bb)
Kadar abu
(% bb)
Kulit ikan cobia 71,79±0,49 19,02±0,21 7,09±0,18 1,36±0,16
Kulit ikan cobia1
70,00±0,98 12,94±0,44 12,00±0,28 4,50±0,02
Kulit ikan pari2
63,80 28,49 6,08 0,65
Kulit ikan cucut3
58,70 29,77 0,16 14,43 Keterangan : 1(Killekar et al. 2012); 2(Nur’aenah 2013); 3(Mahardika 2013)
Kulit ikan cobia yang diteliti memiliki kadar air yang hampir sama dengan
yang diteliti (Killekar et al. 2012). Kadar air kulit ikan cobia lebih tinggi dari
kadar air pada kulit ikan pari (Nur’aenah 2013) dan kulit ikan cucut bambu
(Mahardika 2013). Perbedaan komposisi kimia dipengaruhi oleh jenis spesies,
habitat, genetik, serta makanan. Perbedaan komposisi kimia pada kulit ikan cobia
yang diteliti dengan yang digunakan Killekar et al. (2012) dapat disebabkan oleh
kondisi ikan yang digunakan. Killekar et al. (2012) menggunakan ikan cobia yang
telah dibekukan. Ikan cobia yang digunakan pada penelitian ini dalam kondisi
segar. Amiza dan Aishah (2011) menyatakan bahwa pembekuan bahan baku
menghasilkan gelatin dengan kualitas kurang baik dibandingkan metode
preservasi lainnya seperti pengeringan.
Kadar lemak dan abu pada kulit ikan cobia yang diteliti lebih rendah dari
kadar air kulit ikan cobia yang digunakan oleh Killekar et al. (2012) dan
Mahardika (2013) pada ikan cucut bambu. Kadar lemak dan abu ini lebih tinggi
dari ikan pari (Nur’aenah 2013). Kadar lemak dikatakan sedang bila nilainya
4-8%. Kandungan yang cukup tinggi ini menyebabkan optimasi proses
pretreatment perlu dilakukan (Ackman 1989), misalnya dengan perendaman pada
alkali dapat menghilangkan lemak pada bahan.
9
Optimasi Ekstraksi Kolagen
Pembuatan kolagen diawali dengan perlakuan deproteinisasi yaitu
penghilangan protein non kolagen menggunakan larutan alkali. Zhou dan
Regenstein (2005) menyatakan contoh dari larutan alkali yang dapat digunakan
untuk menghilangkan protein non kolagen yaitu NaOH dan Ca(OH)2. Perendaman
dalam alkali juga dapat menghilangkan keberadaan lemak pada bahan.
Konsentrasi protein terlarut pada larutan NaOH sisa perendaman disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3 Konsentrasi protein larutan NaOH sisa perendaman kulit ( =NaOH
0,05 M; = NaOH 0,1 M; = NaOH 0,2M)
Gambar 3 menunjukkan bahwa penggunaan NaOH 0,2 M memberikan hasil
kelarutan protein tertinggi pada waktu perendaman yang sama. Zhou dan
Regenstein (2005) menyatakan bahwa NaOH menyebabkan pengembangan yang
signifikan pada kulit dibanding dengan jenis alkali yang lain. Pengembangan ini
menyebabkan terlarutnya protein non kolagen pada kulit. Analisis varian
(ANOVA) protein terlarut pada larutan NaOH sisa rendaman kulit menunjukkan
perlakuan konsentrasi NaOH dan waktu perendaman berpengaruh nyata terhadap
total protein non kolagen terlarut. Interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap nilai protein terlarut pada larutan sisa perendaman (Lampiran 2-4).
Uji lanjut dengan DMRT pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan
terbaik yang diperoleh yaitu perendaman pada NaOH 0,05 M selama 6 jam
(p<0,05) (Steel dan Torric 1993). Hasil ini sama dengan hasil penelitian
Nur’aenah (2013) yang menyatakan bahwa penghilangan protein non kolagen
dapat dilakukan pada konsentrasi NaOH 0,05 M selama 6 jam. Zhou dan
Regenstein (2005) menyatakan bahwa penghilangan protein non kolagen dapat
dilakukan menggunakan NaOH pada konsentrasi 0,01 hingga 0,1 mol/L.
Penggunaan konsentrasi di atas 0,1 mol/L tidak berpengaruh nyata pada
penghilangan protein non kolagen.
Efektivitas proses optimasi terindikasi dari kemampuan NaOH untuk
menghilangkan komponen non kolagen yaitu lemak dan protein non kolagen pada
bahan baku. Perendaman kulit dalam asam asetat dapat menghilangkan komponen
abu pada sampel. Persentasi penurunan komposisi lemak, protein non kolagen,
dan abu disajikan pada Tabel 2.
10
Tabel 2 Persentasi penurunan komposisi non kolagen pada kulit
Parameter Nilai awal
(% bb)
Nilai akhir
(% bb) Penurunan
(bb%)
Protein 19,02±0,21 9,08±0,38 52,25±1,49
Abu 1,36±0,16 0,03±0,01 97,99±0,40
Lemak 7,09±0,18 0,02±0,00 99.73±0,03
Perendaman dalam larutan NaOH 0,1 M telah mampu menghilangkan
sebagian besar komponen non kolagen. Proses deproteinisasi telah mampu
menghilangkan protein non kolagen sebesar 52,247±1,488% dari total protein;
kadar abu sebesar 97,995±0,400%; dan kadar lemak sebesar 99,725±0,030%.
Komposisi Kimia Kolagen
Komposisi kimia kolagen merupakan parameter keefektifan proses
deproteinisasi, defatting, demineralisasi, dan ekstraksi pada pembuatan kolagen.
Perendaman dalam larutan alkali dan asam bertujuan menghilangkan protein non
kolagen serta komponen lain yaitu lemak dan mineral. Proses ini dilakukan agar
diperoleh kandungan protein kolagen yang tinggi. Komposisi kimia kolagen kulit
ikan cobia dan beberapa kolagen kulit ikan lain disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi kimia kolagen kulit ikan cobia dan berbagai ikan
Sumber Kadar air
(% bb)
Kadar protein
(% bb)
Kadar lemak
(% bb)
Kadar abu
(% bb)
Kulit ikan cobia 11,80±0,06 86,46±0,32 0,26±0,07 0,19±0,01
Kulit ikan pari1
11,78 86,97 0,19 0,17
ASC kulit ikan
barramundi2 12,38 68,72 0,04 1,28
PSC kulit ikan
barramundi2 11,55 80,01 0,09 0,95
ASC kulit kakap
mata besar3 7,06 94,00 0,33 0,68
Keterangan : 1(Nur’aenah 2013); 2(Jamilah et al. 2013); 3(Kittiphattanabawon et al. 2005)
Kandungan protein kolagen kulit ikan cobia hampir sama dengan kolagen
ikan pari (Pastinachus solocirostris) yang dibuat dengan metode yang sama.
Kandungan protein ikan cobia lebih tinggi dari ASC dan PSC kulit ikan
barramundi (Lates calcarifer), namun lebih rendah dari ASC kulit ikan kakap
mata besar (Priacanthus tayenus) yang kadar proteinnya mencapai 94%.
Jamilah et al. (2013) menyatakan perbedaan kadar protein dapat disebabkan oleh
perbedaan metode ekstraksi yang digunakan dan perbedaan spesies ikan yang
digunakan.
Kadar abu dan lemak pada kolagen ikan cobia mengalami penuruan
dibandingkan dengan bahan baku. Hal ini mengindikasikan proses perendaman
dengan larutan basa maupun asam telah berhasil mengurangi komponen non
kolagen pada bahan baku. Kadar air pada kolagen ikan cobia berada pada kisaran
yang sama dengan kolagen ikan pari (Pastinachus solocirostris) yang dibuat
dengan metode yang sama serta dengan ASC dan PSC kulit ikan barramundi
(Lates calcarifer), namun lebih tinggi dari ASC kulit ikan kakap mata besar
11
(Priacanthus tayenus) yang kadar airnya 7,06%. Jamilah et al. (2013) menyatakan
perbedaan kadar protein dapat disebabkan oleh perbedaan metode ekstraksi yang
digunakan dan perbedaan spesies ikan yang digunakan
Rendemen Kolagen
Rendemen menunjukkan keefektifan proses ekstraksi. Hasil penelitian
menunjukkan kolagen kulit ikan cobia memiliki rendemen yang lebih tinggi dari
ASC kulit ikan rainbow trout (Tabarestani et al. 2012) serta ASC dan PSC ikan
patin siam (Singhs et al. 2011), namun lebih rendah dari rendemen ikan tuna
(Hema et al. 2013) (Tabel 4). Potaros et al. (2009) menyatakan bahwa perbedaan
nilai rendemen pada kolagen yang dihasilkan dapat disebabkan oleh perbedaan
metode ekstraksi yang digunakan, konsentrasi larutan yang digunakan untuk
menghilangkan protein non kolagen, dan jenis bahan yang digunakan.
Tabel 4 Rendemen kolagen kulit ikan cobia dan beberapa kulit ikan lainnya
Sumber Kolagen Rendemen (% bb)
Kulit ikan cobia 10,508±0,483
ASC kulit ikan rainbow trout1
9,448
ASC kulit ikan patin siam2
5,100
PSC kulit ikan patin siam2 7,700
ASC kulit ikan tuna3 13,970
Keterangan : 1 Tabarestani et al. (2012); 2 Singh et al. (2011); 3Hema et al. (2013)
Nilai pH Kolagen
Parameter untuk mengukur derajat keasaman suatu larutan adalah nilai pH.
Nilai pH kolagen kulit ikan cobia sudah netral. Zhou dan Regenstein (2005)
menyatakan kombinasi perlakuan asam dan basa pada proses ekstraksi cenderung
menghasilkan pH akhir kolagen yang netral. Proses penetralan berpengaruh pada
pH akhir kolagen karena proses ini mengurangi sisa-sisa larutan asam atau basa
akibat perendaman. Basa kuat NaOH akan terionisasi lebih dahulu menjadi Na+
dan OH‐. Ion hidroksida ini akan segera bereaksi dengan asam asetat membentuk
air dan ion asetat. Nilai pH kolagen dari kulit ikan cobia disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai pH kolagen kulit ikan cobia dan ikan lainnya
Sumber kolagen Nilai pH
Kulit ikan cobia 7,08±0,01
Kulit ikan pari (Pastinachus solocirostris)1
5,00
Kulit ikan cucut bambu (Chiloscyllium punctatum)2
6,30 Keterangan : 1 (Nura’aeni 2013) ; 2 (Mahardika 2013)
Komposisi Asam Amino Kolagen
Kolagen merupakan komponen utama dari matriks ekstraseluler dan
umumnya berfungsi sebagai perlindungan fisik jaringan. Kolagen telah
teridentifikasi sebanyak 28 jenis yaitu kolagen dengan Tipe I-XXVIII. Setiap jenis
kolagen memiliki urutan-urutan asam amino dan struktur molekul yang khas
(Matmaroh et al. 2011). Kumar et al. (2011) menyatakan bahwa kolagen
mengandung 90% protein dan 18 jenis asam amino, 7 diantaranya merupakan
asam amino esensial. Komposisi asam amino kolagen dari kulit ikan cobia
12
disajikan pada Tabel 6. Asam amino yang memiliki jumlah dominan pada kolagen
kulit ikan cobia yaitu glisina dan prolina. Asam amino dengan jumlah terendah
yaitu pada sistina, tirosina, dan isoleusina dengan jumlah masing-masing. Hasil
penelitian ini serupa dengan komposisi asam amino kolagen dari beberapa jenis
kulit ikan lain, contoh: pari (Pastinachus solocirostris) (Nur’aenah 2013), kakap
mata besar (Priacanthus tayenus) (Kittiphattanabawon et al. 2005), dan striped
catfish (Pangasianodon hypophthalmus) (Singh et al. 2011) dengan glisina dan
prolina merupakan asam amino dominan. Kittiphattanabawon et al. (2010)
menyatakan kandungan asam amino berkolerasi dengan habitat ikan dan stabilitas
termal dari kolagen. Susunan triple heliks kolagen (Gly-X-Y) memiliki 35%
prolina dan hidroksiprolina sebagai penyusunnya, sementara glisina terdapat pada
setiap posisi ketiga susunan. Kelompok hidroksil pada hidroksiprolina
berpengaruh pada stabilitas rantai heliks melalui ikatan hidrogen antar-rantai yang
menghubungkan secara langsung molekul air dengan grup karbonil.
Tabel 6 Komposisi asam amino kolagen dari kulit ikan cobia
Asam amino Hasil (%)
Asam aspartat 3,672
Serin 2,696
Asam glutamat 5,833
Glisina 20,751
Histidina 1,521
Agrinina 8,316
Treonina 2,007
Alanina 7,358
Prolina 10,214
Sistina 0,346
Tirosin 0,542
Valina 1,950
Metionina 2,210
Lisina 3,318
Isoleusina 0,979
Leusina 1,422
Fenilalanina 1,823
Nalinanon et al. (2011) menyatakan kolagen tipe I mengandung asam amino
glisina, alananina, dan prolina dalam jumlah yang cukup tinggi, sedangkan asam
amino histidina dan tirosina hanya terdapat dalam jumlah sedikit serta tidak
mengandung sistina. Keberadaan sistina pada kolagen yang dihasilkan
menunjukkan deproteinisasi belum berjalan optimal. Proses deproteinisasi
bertujuan untuk menghilangkan keberadaan protein non kolagen. Pada jam ke-6
perendaman dalam larutan NaOH masih ditemukan adanya protein terlarut sebesar
0,667 mg/mL yang memungkinkan keberadaan asam amino sistina.
Analisis Gugus Fungsi dengan Fourier Transform InfraRed (FTIR)
Spektroskopi FTIR merupakan teknik analisis yang biasa dimanfaatkan
untuk menentukan gugus fungsi pada suatu senyawa. Setiap frekuensi sinar
(termasuk inframerah) mempunyai bilangan gelombang tertentu. Apabila
13
frekuensi IR tertentu diserap oleh sampel senyawa organik, maka akan timbul
vibrasi dalam molekul senyawa tersebut (Nagarajan et al. 2012). Analisis FTIR
yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan memastikan senyawa yang
dihasilkan merupakan kolagen berdasarkan gugus-gugus fungsi penyusunnya.
Hasil spektra infrared kolagen disajikan pada Gambar 4. Karakteristik gugus
fungsi kolagen hasil analisis FTIR disajikan pada Tabel 7 sedangkan
perbandingan karakteristik gugus fungsi kolagen kulit ikan cobia dan ikan lainnya
disajikan pada Tabel 8.
Puncak serapan amida A yang dimiliki kolagen dari kulit ikan cobia
terdeteksi pada bilangan gelombang 3310 cm-1
dan 3333 cm-1
. Nagarajan et al.
(2012) menyatakan bahwa bilangan gelombang normal yang dimiliki amida A
yaitu 3400 cm-1
– 3440 cm-1
, ketika N-H pada peptida dipengaruhi oleh ikatan
hidrogen posisinya bergeser ke frekuensi yang lebih rendah. Coates (2000)
menyatakan senyawa dengan bilangan gelombang 3360 cm-1
– 3310 cm-1
memiliki karakteristik NH stretching.
Gambar 4 Spektra infrared kolagen
Tabel 7 Karakteristik gugus fungsi kolagen hasil deteksi dengan FTIR sebagai
acuan
Amida
Bilangan gelombang puncak serapan (cm-1
)
Wilayah puncak
serapan
Karakteristik
kolagen
Karakteristik
gelatin
Amida A 3400 – 34401
Sama Sama
Amida B 2915 – 29352
Sama Sama
Amida I 1600 – 16903
1649 – 16514
1632 – 16351
Amida II 1480 – 15753
Sama Sama
Amida III 1229 – 13013
1240 – 1244 1235 – 12362
Keterangan : 1 Nagarajan et al. (2012); 2 Coates (2000); 3Kong dan Yu (2007); 4Singh et al.
(2012)
14
Tabel 8 Karakteristik gugus fungsi kolagen kulit ikan cobia dan ikan lainnya
Daerah
serapan
Bilangan gelombang puncak serapan (cm-1
)
Keterangan
Puncak serapan
kolagen
ikan cobia
ASC kulit
stripped
catfish (Singh et al. 2011)
PSC kulit stripped
catfish
(Singh et al.
2011)
Kolagen kulit ikan
cucut bambu
(Mahardika
2013)
Amida
A
3310
3333 3321 3321
3310
3333 NH streching
Amida B
2932 2926 2928 2939 asymmetrical stretch of CH2
Amida
I 1651 1651 1645 1651
C=O
stretching
Amida II
1543 1551 1551 1549 NH bending, CN stretching
Amida
III 1242 1242 1244 1240
NH bending,
CN stretching,
Adanya puncak pada bilangan gelombang 2932 cm-1
mengindikasikan
adanya gugus khas kolagen yaitu amida B. Coates (2000) menyatakan gugus
amida B dengan wilayah serapan pada bilangan gelombang 2915cm-1
– 2935 cm-1
atau 2845 cm-1
– 2865 cm-1
. Kong dan Yu (2007) menyatakan bilangan
gelombang yang mengindikasikan serapan amida B terbentuk dari asymmetrical
stretch of CH2.
Bilangan gelombang amida I yang terdeteksi pada kolagen dari kulit ikan
cobia yaitu 1651 cm-1
. Shah dan Manekar (2012) menyatakan bahwa amida I
terkait dengan vibrasi peregangan gugus karbonil. Amida I merupakan gugus
fungsi khas yang menyusun kolagen. Kong dan Yu (2007) menyatakan bahwa
amida I terdeteksi pada kisaran bilangan gelombang 1600 cm-1
– 1690 cm-1
. Nilai
ini serupa dengan hasil yang diperoleh oleh Singh et al. (2012), ASC kulit ikan
stripped catfish memiliki gugus amida I pada bilangan gelombang 1651 cm-1
.
Nilai bilangan gelombang pada PSC kulit ikan stripped catfish lebih rendah yaitu
1649 cm-1
. Nagarajan et al. (2012) menyatakan bahwa nilai bilangan gelombang
amida I gelatin dari kulit luar cumi-cumi yaitu 1632 cm-1
– 1635 cm-1
. Bilangan
gelombang pada kisaran 1633 cm-1
merupakan karakteristik random coil pada
gelatin. Nikoo et al. (2011) menyatakan bahwa gugus fungsi amida I kolagen kulit
ikan cobia terdeteksi pada bilangan 1651 cm-1
lebih tinggi gelatin yaitu pada
kisaran 1633 cm-1. Hal ini mengindikasikan senyawa molekul yang dihasilkan
dari proses ekstraksi merupakan kolagen.
Amida II yang merupakan gugus fungsi khas kolagen yang terdeteksi pada
bilangan gelombang 1543 cm-1
. Kong dan Yu (2007) menyatakan wilayah serapan
amida II yaitu pada kisaran 1575 cm-1
– 1480 cm-1
. Amida II terkait dengan
adanya gugus CN stretching dan NH bending.
Kong dan Yu (2007) menyatakan Amida III memiliki wilayah serapan
1229cm-1
– 1301 cm-1
. Wilayah serapan pada bilangan gelombang 1242 cm-1
mengindikasikan adanya gugus fungsi amida III. Nilai ini serupa dengan hasil
yang diperoleh oleh Singh et al. (2012), ASC kulit ikan stripped catfish memiliki
gugus amida III dengan bilangan gelombang 1242 cm-1
. Nilai bilangan gelombang
pada PSC kulit ikan stripped catfish lebih tinggi yaitu 1244 cm-1
. Penelitian
15
Nagarajan et al. (2012) menghasilkan gelatin dari kulit luar cumi-cumi yang
memiliki gugus fungsi amida III dengan wilayah serapan 1236,86 cm-1
–
1235,79 cm-1
. Nikko et al. (2011) menyatakan wilayah serapan gelatin memiliki
nilai bilangan gelombang pada kisaran 1235 cm-1
yang mengindikasikan
hilangnya struktur triple heliks akibat perubahan α-heliks menjadi struktur random
coil (single heliks) yang disebabkan denaturasi kolagen menjadi gelatin. Hal ini
mengindikasikan ekstrasi kolagen kulit ikan cobia dengan air pada suhu 40 ºC
belum mengubah kolagen menjadi gelatin yang terindikasi dengan masih adanya
struktur triple heliks.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan terbaik pada proses pretreatment dengan larutan NaOH pada
pembuatan kolagen dari kulit ikan cobia (Rachycentron canadum) yaitu
konsentrasi 0,05 M selama 6 jam. Rendemen yang dihasilkan dari proses ekstraksi
kolagen yaitu 10,508% (bb). Karakteristik proksimat kolagen dari kulit ikan cobia
yaitu kadar air 11,80%; kadar protein 86,46%; kadar lemak 0,26 %; dan kadar abu
0,19%. Nilai pH akhir produk kolagen yaitu 7,08. Analisis FTIR menunjukkan
adanya amida A dengan wilayah serapan 3310cm-1
dan 3333 cm-1
; amida B
dengan wilayah serapan 2932 cm-1
; amida I pada 1651 cm-1
; amida II pada 1542
cm-1
; serta amida III pada 1242 cm-1
. Struktur triple heliks pada amida I dan III
mengindikasikan bahwa senyawa yang dihasilkan merupakan kolagen.
Saran
Penambahan waktu perendaman dalam larutan NaOH penting untuk
dilakukan agar penghilangan protein non kolagen optimal. Perlu dikembangkan
pengaplikasian kolagen kulit ikan cobia pada bidang farmasi maupun kosmetik.
Perlu dikembangkan pembuatan nanokolagen dari kulit ikan cobia. Perlu
diupayakan pengolahan kulit ikan cobia menjadi produk lain yaitu gelatin dan
enzim.
DAFTAR PUSTAKA
Aberoumand A. 2012. Comparative study between different methods of collagen
extraction from fish and its properties. World Applied Sciences Journal 16
(3): 316-319.
Ackman RG. 1989. Characteristics of the fatty acid composition and biochemistry
of some fresh-water fish oils and lipids in comparison with marine oils and
lipids. Comparative Biochemistry and Physiology 22(3): 907-922.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemyst. 1995. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington,
16
Virginia, USA : Published by The Association of Official Analytical
Chemist, Inc.
Association of Official Analytical Chemyst. 2005. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington,
Virginia, USA: Published by The Association of Official Analytical
Chemist, Inc.
Amiza MA & Aishah DS. 2011. Effect of drying and freezing of cobia
(Rachycentron canadum) skin on its gelatin properties. Insternational Food
Research Journal 18: 159-166.
Bradford MM. 1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of
microgram quantities of protein utilizing the principle of protein-dye
binding. Analytical Biochemistry 72: 248-254.
Coates J. 2000. Interpreration of infrared spectra, a practical approach. Di dalam:
Meyers RA, editor. Encyclopedia of Analytical Chemistry. Chichester [GB]:
John Wiley & Sons Ltd.
Hema GS, Shyni K, Mathew S, Anandan R, Ninan G, Lakshmanan PT. 2013. A
simple method for isolation of fish skin collagen-biochemical
characterization of skin collgagen extracted from Albacore Tuna (Thunnus
alalunga), Dog Shark (Scoliodon sorrakowah), and Rohu (Labeo rohita).
Annals of Biological Research 4(1): 271-278.
Huang YR, Shiau CY, Chen HH, Huang BC. 2011. Isolation and characterization
of acid and pepsin-solobilized collagen from the skin of ballon fish
(Diodon holochantus). Food hydrocolloid 25:1507-1543.
Jamilah B, Hartina MU, Hashim DM, Sazili AQ. 2013. Properties of collagen
from barramundi (Lates calcarifer) skin. International Food Research
Journal 20(2): 835-842.
Karim AA & Bhat R. 2009. Fish gelatin, properties, challenges, and prospect as
an alternative to mamalian gelatins. Food Hydrocolloids 23:536-576.
Killekar VC, Koli JM, Sharangdhar ST, Metar SY. 2012. Functional properties of
gelatin extracted from skin of black kingfish (Ranchycentron canadus).
Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences 2(3): 106–116.
Kittiphattanabawon P, Benjakul S, Visessanguan W, Nagai T, Tanaka M. 2005.
Characterisation of acid-soluble collagen from skin and bone of bigeye
snapper (Priacanthus tayenus). Food Chemistry 89: 363–372.
Kittiphattanabawon P, Benjakul S, Visessanguan W, Shahidi F. 2010. Isolation
and characterization of collagen from the cartilages of brownbanded
bamboo shark (Chiloscyllium punctatum) and blacktip shark (Carcharhinus
limbatus). Food Science and Technology 43: 792–800.
Kong J & Yu S. 2007. Fourier transform infrared spectroscopic analysis of protein
secondary structures. Acta Biochim Biophys Sin 39(8): 549–559.
Kumar MH, Spandana V, and Poonam T. 2011. Extraction and determination of
collagen peptide and its clinical importance from tilapia fish scales
Oreochromis niloticus). International Research Journal of Pharmacy 2(10):
97-99.
Lee CH, Singla A, Lee Y. 2001. Biomedical application of collagen. International
Journal of Pharmaceutics 22: 1-22.
Mahardika S. 2013. Isolasi dan karakterisasi kolagen nanopartikel dari kulit ikan
cucut bambu (Chiloscyllium punctatum) [skripsi]. Bogor [ID]: Program
17
Studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Matmaroh K, Benjakul S, Prodpran, Encarnacion AB, Kishimura H. 2011.
Characteristics of acid soluble collagen and pepsin soluble collagen from
scale of spotted golden goatfish (Parupeneus heptacanthus). Food
Chemistry 129: 1179-1186.
Muyonga JH, Cole CGB, Duodu KG. 2004. Characterisation of acids soluble
collagen from skins of young and adulti Nileperch (Lates niloticus). Food
Chemistry 85(1): 81-89.
Nagai T, Suzuki N, 2000. Isolation of collagen from fish waste material – skin,
bone and fins. Food Chemistry 68:227-281
Nagai T, yamashita E, Taniguchi K, Kanamori, N, Suzuki N. 2001. Isolation and
characterization of collagen from the outer skin waste material of cuttlefish
(Sepia lycidas). Food Chemistry 72:425-429.
Nagarajan M, Benjakul S, Prodpran T, Songtipya P, Kishimura H. 2012.
Characteristics and functional properties of gelatin from splendid squid
(Loligo formosana) skin as affected by extraction temperatures. Food
Hydrocolloids 29: 389-397.
[NOOA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2014. Cobia
[internet]. [diacu 7 Februari 2014] Tersedia dari: http://www.fishwatch.gov.
Nikoo M, Xu X, Benjakul S, Xu G, Ramires-Suarez JC, Ehsani A, Kasankala LM,
Duan X, Abass S. 2011. Characterization of gelatin from the skin of farmed
Amur sturgeon Acipenser schrenckii. International Aquatic Research
3: 135-145.
Nur’aenah N. 2013. Ekstraksi dan karakterisasi kolagen dan nanopartikel kolagen
dari kulit ikan pari (Pastinachus solocirostris) sebagai bahan baku kosmetik
[tesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Peng Y, Glattauer V, Werkmeister JA, Ramshaw JAM. 2004. Evaluation for
collagen product for cosmetic application. Journal of Cosmetic Science. 55:
327-341.
Potaros T, Raksakulthai N, Runglerdkreangkrai J, and Worawattanamateekul W.
2009. Characteristics of collagen from nile tilapia (Oreochromis niloticus)
skin isolated by two different methods. Kasetsart Journal 43: 584-593.
Shah V & Manekar A. 2012. Isolation and characterization of collagen from the
placenta of buffalo (Bovidae bubalus bubalis) for the biomaterial
applications. Trend in Life Science 1(4): 26–32.
Singh P, Benjakul S, Maqsood S, Kishimura H. 2011. Isolation and
characterisation of collagen extracted from the skin of striped catfish
(Pangasianodon hypophthalmus). Food Chemistry 124: 97–105.
Skierka E & Sadowska M. 2007. The influence of different acid and pepsin on the
extractibility of collagen from the skin of Baltic cod (Gadus morhua). Food
Chemistry 105:1032-1306.
Steel RGD & Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan
Biometrik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sukkwai S, Kijroongrojana K, and Benjakul S. 2011. Extraction of gelatin from
bigeye snapper (Priacanthus tayenus) skin for gelatin hydrolysate
production. International Food Research Journal 18(3): 1129-1134.
18
Tabarestani Sh, Maghshoudlou Y, Motamedzadegan A, Mahoonak ARS,
Rostamzad H. 2012. Study on some properties of acid-soluble collagens
isolated from fish skin and bones of rainbow trout (Onchorhyncus mykiss).
International Food Research Journal 19(1): 251-257.
Zhou P & Regenstein JM. 2005. Effects of alkaline and acid pretreatments on
Alaska Pollock skin gelatin extraction. Journal of Food Science 70(6): 392-
396.
19
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kurva regresi linear standar BSA
Lampiran 2 Hasil uji Anova nilai konsentrasi protein larutan NaOH sisa
perendaman kulit
Source Jumlah kuadrat Db Kuadrat
tengah F Nilai-p
Konsentrasi NaOH 0,065 2 0,032 5,782 0,024
Waktu perendaman 1,160 2 0,580 103,703 0,000
Interaksi antar
perlakuan 0,035 4 0,009 1,578 0,261
Galat 0,050 9 0,006
Total 21,434 17
Lampiran 3 Hasil uji DMRT untuk pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai
konsentrasi protein larutan sisa perendaman
Konsentrasi NaOH N Rata-rata konsentrasi protein
terlarut (mg/mL) Notasi
0,050 M 6 0,979 A
0,100 M 6 1,069 AB
0,200 M 6 1,124 B
20
Lampiran 4 Hasil uji DMRT untuk pengaruh waktu perendaman terhadap nilai
konsentrasi protein larutan sisa perendaman
Waktu
perendaman N
Rata-rata konsentrasi
protein terlarut (mg/mL) Notasi
6 jam 6 1,389 A
4 jam 6 1,011 B
2 jam 6 0,773 C
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purwokerto pada tanggal 16 April 1991. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan ayah bernama
Santoso dan Ibu bernama Marifatin Rahmawati. Pendidikan yang telah ditempuh
penulis dimulai dari TK Karitas Purwokerto pada tahun 1995 dan melanjutkan
pendidikan di Yayasan Pius SD Karitas Purwokerto dan lulus pada tahun 2003.
Penulis selanjutnya menempuh pendidikan di SMP Marsudirini Marganingsih
Muntilan serta Asrama Pendidikan Marsudirini Santa Clara Muntilan dan lulus
pada tahun 2006. Pendidikan yang ditempuh penulis selanjutnya yaitu SMAN 4
Purwokerto dan lulus pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa di
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis aktif pada kegiatan di UKM Century IPB.