Ekstrak Bawang Dayak

download Ekstrak Bawang Dayak

of 7

description

imunomodulator

Transcript of Ekstrak Bawang Dayak

POTENSI EFEK IMUNOMODULATOR DARI EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine americana (Aubl) Merr.) PADA MENCIT (Mus musculus)

Usmar, Ermina Pakki, Rahmawati Syukur, Rizkasari Annisa, Nurpaidah Harsan, dan Gemini AlamFakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, MakassarEmail : [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian uji efek imunomodulator dari ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr) pada mencit (Mus musculus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak umbi bawang dayak sebagai imunomodulator terhadap mencit dengan menggunakan metode uji hemaglutinasi. Ekstrak yang diteliti terdiri dari ekstrak etanol dan ekstrak air. Jumlah mencit yang digunakan pada penelitian ini adalah 24 ekor dan dibagi secara acak menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor. Kelompok pertama kontrol negatif diberi Na-CMC, kelompok kedua, ketiga dan keempat diberi ekstrak etanol umbi bawang dayak berturut-turut dengan konsentrasi 1, 2 dan 4 %b/v, kelompok kelima, keenam, dan ketujuh diberi ekstrak air umbi bawang dayak dengan konsentrasi 4, 8, dan 16 % b/v; sedangkan kelompok kedelapan sebagai kontrol positif diberi Stimuno dengnan konsentrasi 0,1 mg/ml. Sebelum diberikan perlakuan, semua mencit dalam setiap kelompok pelakuan diimunisasi dengan sel darah merah domba (SDMD) 2%v/v sebanyak 1 ml/30g BB mencit. Pengamatan aktivitas immunoglobulin M (IgM) dilakukan pada hari keenam dengan menggunakan metode hemaglutinasi titer antibodi. Analisis statistik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan bahwa ekstrak etanol degnan konsentrasi 1% secara nonsignifikan tidak berbeda dengan kontrol negatif, berarti tidak berpotensi sebagai imunostimulan, tetapi konsetrasi 2% dan 4% berpotensi sebagai imunostimulan, namun masih sangat signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kontrol positif. Sedangkan pada hasil analisis efek ekstrak air diperoleh bahwa konsentrasi 16 % tidak memiliki potensi potensi imunostimulan karena tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif, konsentrasi 4% dan 8% memiliki efek imunostimulan namun masih tidak setara dengan kontrol positif.

Kata kunci : imunomodulator, imunostimulan, bawang dayak, ekstrak air, ekstrak etanol

PENDAHULUANLingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Upaya menghadapi serang-an benda asing yang dapat me-nimbulkan infeksi atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan dirinya yang di-sebut sistem imun (1). Imunomodulator adalah adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Imunodulator adalah senyawa/zat yang membantu memodulasi/me-regulasi sistem imun. Regulasi adalah proses menormalkan/mengoptimalkan (sistem imun). Obat yang meregulasi sistem imun, bekerja menurut 3 (tiga) cara, yaitu mengembalikan (imuno-restorasi), meningkatkan (imuno-stimulan), dan menekan (imuno-supresan) (2). Pertahan pertama tubuh terhadap masuknya mikroorganisme adalah jaringan tubuh, antara lainnya adalah kulit. Jika pertahanan pertama tidak mampu menahan masuknya mikroorganisme maka sel-sel pertahanan tubuh lainnya akan segera bekerja untuk mengatasinya, seperti sel-sel makrofag dan senyawa-senyawa yang terdapat di dalam cairan sekresi. Sistem pertahanan tubuh kedua adalah sistem imun spesifik yang memerlukan waktu setelah adanya zat asing masuk ke dalam tubuh. Di dalam sistem imun yang spesifik ini terjadi produksi antibodi yang akan berikatan secara spesifik dengan antigen yang masuk dan memicu pergerakan sel-sel spe-sifik lainnya yang dapat mengenali dan memusnahkan mikroorganisme patogen (3). Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa pentingnya penggunaan imunomodulator dalam pengobatan. Saat ini telah diketahui banyak jenis tanaman herbal yang dapat bermanfaat sebagai imunomodulator, salah satu diantaranya adalah tanaman bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr).Bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr) adalah salah satu jenis tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan. Tanaman ini banyak ditemukan di Kalimantan, sedangkan di Sulawesi Selatan, tanaman ini banyak ditemukan di Kabupaten Jeneponto. Umbi bawang dayak mempunyai khasiat penyembuhan terhadap berbagai penyakit seperti antikanker payudara, antiinflamasi, anti-tumor, imunostimulan serta mencegah penyakit jantung (4). Secara pasti, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa bawang dayak dapat berfungsi sebagai imunomodulator, namun dilihat dari kandungan flavonoid dan alkaloid yang terdapat dalam umbi tersebut dapat dijadikan acuan bahwa umbi bawang dayak kemungkinan dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh (5,6). Selain itu, secara empiris umbi tanaman ini digunakan oleh masyarakat di Jeneponto sebagai obat campak dengan nama ralle. Campak disebabkan oleh mikrovirus RNA. Masa inkubasi asimptomatik penyakit campak adalah 7 sampai 12 hari sebelum penyakit muncul. Penyakit ini sangat menular. Penyakit aktif ditandai oleh gejala-gejala awal (prodormal) yang diikuti oleh ruam. Gejala prodormal mencakup demam tinggi, batuk menyalak, pilek, dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi aktif ditandai oleh bercak koplik (yaitu titik putih yang dikelilingi oleh cincin kemerahan) di mukosa pipi (bukal) dan ruam makulopapular disertai eritema pada sekitar hari ketiga atau keempat. Ruam berawal di wajah, lalu menyebar ke badan dan akhirnya ke bagian tubuh lainnya yang biasanya menetap sekitar empat hari (7).Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang timbul ada-lah apakah ekstrak etanol umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr) mampu memberikan efek imunomodulator. Oleh karena itu, maka dilakukan uji efek imunomodulator dari ekstrak etanol umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr) pada mencit (Mus musculus).

METODE PENELITIAN

Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan adalah alat suntik, kanula mencit, tip, tabung evendor, mikropipet, sonikator (Elmasonic), sumur mikrotiter tipe V (Well plate 96 lubang), sentrifus (Hettich), timbangan analitik (Dragon 303), timbangan gram (Ohauss), timbangan hewan (Denver), kompor listrik, rotavapor (Buchi), panci untuk pembuatan infus, freeze dryer, dan alat-alat gelas yang digunakan di laboratorium.Bahan yang digunakan adalah umbi tanaman bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr), etanol, air suling, Natrium CMC, Stimuno, mencit jantan (Mus musculus), air suling, larutan PBS (Phosphate Buffered Saline), dan Sel Darah Merah Domba.

Penyiapan Sampel dan Pembuatan EkstrakSampel umbi bawang dayak diambil di Kabupaten Jeneponto, Propinsi Sulawesi Selatan. Umbi bawang dayak dicuci bersih lalu dipotong-potong dan dikeringkan, kemudian diserbukkan menjadi serbuk kasar, yang siap untuk diekstraksi.a. Pembuatan ekstrak etanolSerbuk diekstraksi secara maserasi dengan etanol menggunakan sonikator setiap 3 jam sebanyak 3 kali, filtrat dikumpulkan lalu diuapkan dengan rotavapor hingga diperoleh ekstrak etanol kental.b. Pembuatan ekstrak airSebanyak 300 g serbuk diekstraksi dengan metode infus, dengan menggunakan air suling sebanyak 2 kali bobot bahan selama 15 menit pada suhu 90C, kemudian disaring pada saat cairan masih panas. Filtrat dikumpulkan di dalam wadah botol kaca, kemudian diliofilisasi, yaitu filtrat dibekukan dan diterapkan secara vakum sehingga air akan tersublimasi tanpa meleleh sehingga diperoleh ekstrak kering.

Pembuatan Phosphat Buffered Saline (PBS) (8)Phosphat Buffered Saline (PBS) dibuat dengan cara mencampurkan larutan I yaitu larutan Na2HPO4.H2O 1,3 g/l dan NaCl 8,3 g/l sebanyak 280 ml dengan larutan II yaitu larutan NaH2PO4 1,42 g/l dan NaCl 8,5 g/l sebanyak 720 ml sampai diperoleh PBS dengan pH 7,2.

Pembuatan Larutan Koloidal Na CMC 1% (9)Na CMC ditimbang sebanyak 1 gram lalu dimasukkan ke dalam 50 ml air panas sedikit demi sedikit, diaduk dengan menggunakan pengaduk elektrik hingga terbentuk larutan koloidal yang homogen. Volume dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml dalam labu terukur 100 ml.

Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah Domba (SDMD) 2% (8) Sebanyak 1 mL darah domba ditampung dalam tabung yang bersih dan telah dikeringkan yang berisi dengan 1 mg EDTA yang berfungsi sebagai antikoagulan. Kemudian disentrifus pada kecepatan 1500 rpm untuk memisahkan sel darah merah domba (SDMD) dari plasmanya. Sel darah merah domba yang didapatkan dicuci dengan PBS dalam tabung, lalu tabung tersebut dibolak-balik beberapa kali, kemudian disentrifus kembali. Pencucian dilakukan paling sedikit 3 kali. Setelah disentrifus, PBS dipisahkan sehingga yang tertinggal adalah SDMD 100%, lalu ditambahkan lagi PBS dengan jumlah yang sama hingga diperoleh suspensi SDMD 50%, kemudian sebanyak 0,4 mL diencerkan dengan 9,6 mL PBS hingga diperoleh suspensi antigen dengan konsentrasi SDMD 2 % v/v.

Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji (8,11)Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) yang sehat dengan bobot badan 20-30 g, sebanyak 24 ekor yang masing-masing dibagi dalam 8 kelompok perlakuan, untuk melihat aktivitas IgM. Perlakuan I (kontrol Na-CMC), perlakuan II (ekstrak etanol 1%), perlakuan II (ekstrak etanol 2%), perlakuan IV (ekstrak etanol 4 %), perlakuan V (ekstrak air 4%), perlakuan VI (ekstrak air 8%), perlakuan VII (ekstrak air 16 %), dan perlakuan VIII (kontrol positif Stimuno).

Pengujian Aktivitas IgM Pada Hewan Uji (8,12)Pengujian pada hewan uji dilakukan pada tiga klaster kelompok, yaitu (a) klaster kontrol yang terdiri dari 2 kelompok, yaitu kontrol negatif dan kontrol positif, (b) klaster ekstrak etanol, terdiri dari 3 kelompok konsentrasi, dan (c) klaster ekstrak air, juga terdiri dari 3 kelompok konsentrasi. Mula-mula semua hewan diimunisasi dengan 1 ml suspensi sel darah merah domba 2 % secara intraperitoneal. Sehari sesudahnya, maka hewan diberi perlakuan menurut kelompoknya sebaga mana berikut ini.A. Klaster Kontrola. Kelompok I (kontrol negatif)Hewan uji diberi Na-CMC 1 ml/30 g bobot badan secara oral setiap hari selama 5 hari. b. Kelompok VIII (kontrol positif)Hewan uji diberi 0,1 mg/ml Stimuno dengan 0,5ml/30 g bobot badan secara oral setiap hari selama 5 hari. B. Klaster Ekstrak Etanola. Kelompok IIHewan uji diberi ekstrak etanol umbi bawang dayak dengan konsentrasi 1 % b/v sebanyak 1 ml/30 g bobot badan secara oral setiap hari selama 5 hari.b. Kelompok IIIHewan uji diberi ekstrak etanol umbi bawang dayak dengan konsentrasi 2 % b/v sebanyak 1 ml/30 g bobot badan secara oral setiap hari selama 5 hari.c. Kelompok IVHewan uji diberi ekstrak etanol umbi bawang dayak dengan konsentrasi 4 % b/v sebanyak 1 ml/30 g bobot badan secara oral setiap hari selama 5 hari.C. Klaster Ekstrak Aira. Kelompok VHewan uji diberi ekstrak air umbi bawang dayak dengan konsentrasi 4 % b/v sebanyak 1 ml/30 g bobot badan mencit secara oral setiap hari selama 5 hari.b. Kelompok VIHewan uji diberi ekstrak air umbi bawang dayak dengan konsentrasi 8 % b/v sebanyak 1 ml/30 g bobot badan mencit secara oral setiap hari selama 5 hari.c. Kelompok VIIHewan uji diberi ekstrak air umbi bawang dayak dengan konsentrasi 16 % b/v sebanyak 1 ml/30 g bobot badan mencit secara oral setiap hari selama 5 hari.

Selanjutnya pada hari keenam, sampel darah dari setiap hewan diambil secara intrakardiak.

Pengambilan Sampel Darah Hewan Uji (8)Sampel darah hewan uji diambil secara intrakardiak dan disimpan pada suhu kamar selama 1-2 jam hingga darah tersebut membeku/menggumpal, lalu diambil serumnya (supernatan) dengan cara disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

Uji Hemaglutinasi (8,10)Serum yang diperoleh lalu diencerkan secara double dilution dengan Phosphat Bufferred Saline dengan perbandingan 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128, 1/256, dan 1/512. Dari masing-masing perbandingan ini dipipet sebanyak 50 l dan diletakkan pada 8 lubang sumur mikrotiter (well plate 96) untuk setiap konsentrasi ekstrak etanol umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr), setelah itu ditambahkan 50 l suspensi sel darah merah domba 2% pada setiap sumur dan digoyang-goyang selama 5 menit agar homogen. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC selama 60 menit dan didiamkan 1x24 jam pada suhu kamar lalu diamati aglutinasi yang terjadi.

Pengumpulan dan Analisis dataData yang diperoleh dari hasil pengamatan pengenceran tertinggi serum darah mencit jantan yang masih dapat mengaglutinasi sel darah merah domba dikumpulkan yang selanjutnya dianalisa secara statistika dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas Imunomodulator Ekstrak EtanolData uji aktivitas immunoglobulin M (IgM) setelah pemberian suspensi ekstrak etanol umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr) konsentrasi 1%b/v, 2% b/v, dan 4% b/v serta NaCMC dan Stimuno berdasarkan titer imunoglobulin M (IgM) pada mencit jantan (Mus musculus) setelah diberikan SDMD 2% v/v dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 sebagai berikut:

Tabel 1. Profil Titer Imunoglobulin M (IgM) pada sumur mikrotitrasi dengan interprestasi hasil berdasarkan hemaglutinasi setelah pemberian ekstrak etanol umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr)

Pengenceran123456789101112131415

Kontrol (-)1 %2 %4 %Kontrol (+)

1/512------------+++

1/256------------+++

1/128---------+-++++

1/64------+++++++++

1/32+++++++++++++++

1/16+++++++++++++++

1/8+++++++++++++++

1/4+++++++++++++++

Tabel 2. Titer Imunoglobulin M (IgM) pada mencit setelah pemberian sel darah merah domba (SDMD) 2% yang diinduksi dengan ekstrak etanol umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr)

ReplikasiTiter Imunoglobulin M (IgM)

Kontrol (-)1 %2 %4 %Kontrol (+)

11/321/321/641/1281/512

21/321/321/641/641/512

31/321/321/641/1281/512

Aktivitas Imunomodulator Ekstrak air

Data uji aktivitas immunoglobul in M (IgM) setelah pemberian ekstrak air umbi bawng dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr.) konsentrasi 4%b/v, 8 %b/v, dan 16 %b/v berdasarkan titer imunoglobulin M (IgM) pada mencit jantan (Musmusculus) setelah diberikan SDMD 2% v/v dapat dilihat pada tabel 3 dan 4 sebagai berikut:

Tabel 1. Profil Titer Imunoglobulin M (IgM) pada sumur mikrotitrasi dengan interprestasi hasil berdasarkan hemaglutinasi setelah pemberian ekstrak air umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr)

Pengenceran123456789101112131415

Kontrol (-)4 %8 %16 %Kontrol (+)

1/512------------+++

1/256----+-------+++

1/128---++++++-+-+++

1/64---++++++++++++

1/32+++++++++++++++

1/16+++++++++++++++

1/8+++++++++++++++

1/4+++++++++++++++

Tabel 2. Titer Imunoglobulin M (IgM) pada mencit setelah pemberian sel darah merah domba (SDMD) 2% yang diinduksi dengan ekstrak air umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr)

ReplikasiTiter Imunoglobulin M (IgM)

Kontrol (-)4 %8 %16 %Kontrol (+)

11/321/1281/1281/641/512

21/321/2561/1281/1281/512

31/321/1281/1281/41/512

PembahasanDi dalam tubuh manusia dan hewan mempunyai sistem pelacakan dan penjagaan terhadap benda asing yang dikenal dengan sistem imun. Masuknya suatu benda asing ke dalam tubuh suatu makhluk hidup akan menimbulkan berbagai reaksi yang bertujuan mempertahankan ke-utuhan dirinya. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun ini diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Pertahanan tubuh berkaitan dengan antibodi. Antibodi atau imunoglobulin adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma (proliferasi sel B) akibat kontak dengan antigen. Antibodi yang dibentuk terhadap antigen lain dan masing-masing hanya dapat berikatan dengan antigen yang relevan (13).Penelitian ini menggunakan umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr) yang merupakan salah satu tumbuhan tradisional yang banyak tumbuh di daerah Kalimantan dan telah diguna-kan secara empiris sebagai obat campak khususnya di daerah jeneponto dengan sebutan ralle. Belum ada penelitian yang menjelaskan tentang bagaimana efek imunomodulator dari ekstrak tanaman umbi bawang dayak, namun jika dilihat dari kandungan kimianya berupa flavanoid dan glikosida diper-kirakan bahwa tanaman ini dapat memberikan efek imunomodulator.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya antibodi yang terbentuk didalam tubuh mencit setelah pemberian ekstrak etanol umbi bawang dayak. Antibodi adalah globulin protein (imunoglobulin) yang akan bereaksi secara spesifik dengan antigen yang menstimulasi produksi dari respon imun. Berdasarkan beratnya terbagi atas IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE (13). Untuk mendeteksi adanya antibodi di dalam serum secara in vitro, dapat dilakukan uji presipitasi atau aglutinasi. Presipitasi lebih dapat terjadi apabila antigen yang digunakan dalam bentuk antigen yang larut. Sementara, aglutinasi terjadi apabila antigen yang digunakan bersifat tidak larut (3).Pada penelitian ini, digunakan antigen berupa sel darah merah domba (SDMD) yang bersifat tidak larut, sehingga metode yang digunakan adalah metode hemaglutinasi (aglutinasi menggunakan sel darah merah oleh antibodi). Digunakan SDMD karena SDMD merupakan antigen polivalen, yang merupakan protein dengan determinan potensial yang lebih besar dibandingkan dengan antigen monovalen. Lagipula, semakin asing antigen yang digunakan, semakin efektif ia menimbulkan respon imun (13). Antigen ini diinjeksikan ke tubuh mencit secara intraperitoneal. Hari pertama setelah pemberian SDMD mencit diberikan NaCMC sebagai kontrol negatif, Stimuno sebagai kontrol positif, ekstrak etanol umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr) dengan konsentrasi masing-masing 1%b/v, 2% b/v dan 4% b/v secara oral selama 5 hari berturut-turut. Pada hari ke-6, darah mencit diambil secara intrakardiak untuk mengamati aktivitas IgM. Selama selang waktu tersebut, diharapkan telah terjadi sensitasi sel B yang akan berproliferasi, berdiferensi-asi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi yaitu imunoglobulin M (IgM) (13). Sehingga IgM mulai terbentuk mulai hari pertama dan mencapai puncaknya antara hari kelima hingga ketujuh. Oleh karena itu, darah mencit diambil pada hari keenam untuk pengamatan terhadap IgM pemaparan antigen.Darah yang telah diambil kemudian didiamkan pada suhu kamar selama 1-2 jam lalu disentrifus untuk memisahkan antara cairan serum dan plasma darah. Serum yang didapat kemudian diuji hemaglutinasi pada well plate menggunakan dapar posfat pH 7,2 yang diencerkan secara ber-tingkat dan menambahkan antigen yang sama yaitu sel darah merah domba 2%. Interaksi antara antigen dengan antibodi menyebabkan terjadi-nya reaksi sekunder, yaitu berupa aglutinasi sebab antigen merupakan partikel-partikel kecil yang tidak larut. Gumpalan yang terbentuk antara antigen dan anti serum spesifik akan bersatu dan akhirnya mengendap sebagai gumpalan-gumpalan besar. Hal ini terjadi karena pada umumnya antibodi memiliki lebih dari satu reseptor pengikat antigen sehingga antibodi bereaksi dengan molekul antigen lain yang mungkin sudah berikatan dengan salah satu molekul antibodi dan terbentuklah gumpalan. Reaksi aglutinasi baru dapat terjadi bila rasio antara antigen dan antibodi seimbang, sehingga terbentuk zona ekuivalen, dibantu oleh suhu yang tinggi (37-56oC) dan oleh gerakan yang menambah kontak antigen dan antibodi (misalnya mengocok, meng-aduk dan memutar) serta berkumpulnya gumpalan memerlukan garam-garam yang berasal dari PBS yang digunakan (17).Pengamatan aktivitas imunoglobulin dilakukan dengan melihat aglutinasi yang terjadi dan dihitung sebagai titer antibodi yaitu pengenceran tertinggi dari serum darah mencit yang masih menunjukkan reaksi aglutinasi positif pada sumur mikrotitrasi. Hasil akhir dari uji hemaglutinasi dapat ditentukan dengan melihat pola pengendapan sel darah merah pada dasar well plate. Apabila sel darah merah membentuk titik berwarna merah pada pusat sumur dan terlihat bening uji dinyatakan negatif. Sel yang teraglutinasi akan menyebar pada cairan di dalam sumuran.Pada penelitian ini, metode analisis statistik yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Berdasarkan Analisis statistik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan bahwa konsentrasi 1% secara non signifikan tidak bebeda dengan kontrol negatif, berarti tidak berpotensi sebagai imunostimulan, tetapi konsetrasi 2% dan 4% berpotensi sebagai imunostimulan, namun masih sangat signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kontrol positif.Sementara itu, dari analisis terhadap efek ekstrak air menunjukkan bahwa konsentrasi 4% dan 8% sangat berbeda nyata dengan kontrol negatif namun masih tidak setara dengan kontrol positif (Stimuno). Sedangkan konsentrasi 16% tidak memiliki potensi imunostimulan karena tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr) berpotensi meningkatkan sistem kekebalan tubuh berdasarkan pada kecendrungan meningkatnya titer antibodi seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak, meskipun masih sangat signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kontrol positif. Hal yang sedikit berbeda dengan ekstrak air, pada konsentrasi yang lebih tinggi (16%) efek imunostimulan cenderung berkurang.

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol dan ekstrak air dari umbi bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl) Merr) pada konsentrasi tertentu berpotensi meningkatkan aktivitas imunoglobulin M (IgM) pada mencit (Mus musculus) atau sebagai imunostimulan namun namun efeknya masih rendah dibandingkan dengan kontrol positif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Male, D., Brostoff, J., Roth, D and Roitt, I. 2006. Immunology, 7th ed. Mosby Elsevier. British. Hal 3.2. Wiedosarie, E. 2007. Peranan Imunomodulator Alami (Aloe Vera) Dalam Sistem Imunitas Seluler Dan Humoral, Jurnal WARTAZOA Vol. 17 No. 4 Th. 2007. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor. Hal.165-1713. Radji, M. 2010. Imunologi dan Virologi. PT Isfi Penerbit. Jakarta. Hal.1-4,23,25,27-29,74-75.4. Nur, A.M. 2011. Kapasitas Antioksidan Bawang Dayak (Eleuthrine palmifolia) Dalam Bentuk Segar, Simplisia dan Keripik, Pada Pelarut Nonpolar, Semipolar dan Polar, Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 5. Lantapi, N., Manggau, M dan Alam, G. 2011. Uji Efek Jus Buah Mengkudu ( Morinda citrifolia Linn.) Terhadap Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imunglobulin G (IgG) pada Mencit. Majalah Farmasi dan Farmakologi vol. 15 No.2 Juli 2011. Fakultas Farmasi Unhas. Makassar. Hal.99-1046. Stenberg, Z., Chadha, K., Lieberman, A., Drake A, Hojnacki, D., Weinstock-Guttman, B and Munschauer, F. 2009. Immunomodulatory responses of peripheral blood mononuclear cell from multiple scelorosis patients upon in vitro incubation with the flavonoid luteolin: additive effects of IFN-. Journal of Neuroinflamation.6:287. Price, S.A and Wilson,L.M. 1997. Buku Saku Patofisiologi. Diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal.1447-1448.8. Habibie. 2006. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) Mencit Jantan (Mus musculus), Skripsi. Jurusan Farmasi. Fakultas MIPA. UNHAS. Makassar. 9. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1979. Farmakope Indonesia. Ed.3 Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 40110. Azis, M. 2010. Pengaruh Temperatur dan Konsentrasi Seduhan Bunga Kasumba Turate (Carthamus tinctorios Linn) Terhadap Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) pada Mencit Jantan (Mus musculus), Skripsi. Farmasi. UNHAS. Makassar.11. Malole, M.B.M. dan Pramono, C.S.U. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antara Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal. 65-66.12. Usmar, Syukur, R., Tayeb, R dan Abdullah, N. 2010. Uji Aktivitas Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus tinctorus L.) sebagai Upaya Pembuatan Sediaan Terstandar Menuju Prototipe Skala Industri Kecil. Majalah Farmasi dan Farmakologi vol.14 No.1 Maret 2010. Fakultas Farmasi Unhas. Makassar 2010. Hal.17-2013. Bratawidjaja, K.G. 2004. Imunologi Dasar. Ed.6. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.29,32-38,40,151,153,158.14. Pourhossein, A., Madani, M. and Shahlaei, M. 2009. Valuation of an Ultrasoundassisted Digestion Method for Determination of Arsenic and Lead in Edible Citric Acid Samples by ETAAS. Canadian Journal of Analytical Sciences and Spectroscopy 54 (1) (2009): 3944